• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tekanan Pada Stasiun Kempa Terhadap Kehilangan Minyak Dan Biji Pecah Dalam Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tekanan Pada Stasiun Kempa Terhadap Kehilangan Minyak Dan Biji Pecah Dalam Pengolahan Minyak Kelapa Sawit"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEKANAN PADA STASIUN KEMPA TERHADAP

KEHILANGAN MINYAK DAN BIJI PECAH DALAM

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT

KARYA ILMIAH

KRISTINA

NIM : 052409010

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH TEKANAN PADA STASIUN KEMPA TERHADAP

KEHILANGAN MINYAK DAN BIJI PECAH DALAM

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya

KRISTINA

NIM : 052409010

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH TEKANAN PADA STASIUN KEMPA TERHADAP KEHILANGAN MINYAK DAN BIJI PECAH DALAM PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : KRISTINA

Nomor Induk Mahasiswa : 052409010

Program Studi : DIPLOMA (D-3) KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2007

Diketahui

Program Studi D-3 KIN FMIPA USU

Ketua, Dosen Pembimbing,

(Dr. Harry Agusnar, M.Sc.,M.Phil.) (Drs. Mimpin Ginting, MSc.) NIP : 131 273 466 NIP : 135 570 500

Diketahui

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH TEKANAN PADA STASIUN KEMPA TERHADAP

KEHILANGAN MINYAK DAN BIJI PECAH DALAM

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

(5)

PENGHARGAAN

Salam Sejahtera

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan rahmat dan cinta kasihnya kepada kita semua sehingga penulis dapat mnyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar ahli madia pada program Diploma 3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis baik dari segi kemampuan, waktu, dan pengetahuan, tapi penulis berharap karya ilmiah ini dapar berguna bagi penulis dan semua pihak yang membaca karya ilmiah ini khususnya bagi lingkungan Universitas Sumatera Utara pada umumnya. Penulis mengucapkan terima kasih atas segala kritik dan saran yang membangun untuk karya ilmiah ini.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Papa Syahman Purba, B.A. dan Mama Agustina Simanjuntak yang telah memberikan dukungan moril maupun materi selama kuliah dan atas dukungan semangat, nasehat dan doa yang tidak pernah putus. 2. Bapak Drs. Mimpin Ginting MSc., selaku dosen pembimbing yang dengan

sabar dan teliti dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Ibu Dra. Rumondang Bulan Nst. MS., selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

4. Bapak Dr. Harry Agusnar, M.Sc.,M.Phil., selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia Industri FMIPA USU.

5. Abang Yansen T M Purba dan adik tercinta Kristini A Purba yang telah memberikan dukungan, doa dan canda tawanya yang sangat menghibur.

6. Nunut Hasudungan Sianturi ST yang telah memberikan dukungan cinta dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

7. Seluruh Staf pengajar dan pengawai Kimia Industri FMIPA USU.

8. Teman-teman yang telah memberikan bantuan, dan dukungan semangat dalam penulisan karya ilmiah ini.

9. Keluarga besar dan para staf karyawan PTPN IV Adolina. Medan, Juni 2008 Penulis,

(6)

ABSTRAK

Salah satu faktor yang paling menentukan kehilangan kadar minyak dalam ampas press pada proses pengolahan tandan buah segar adalah penggunaan tekanan pada alat kempa pada stasiun pengempaan dimana penggunaan tekanan kempa tersebut akan mempengaruhi efisiensi ekstraksi minyak. Penggunaan tekanan kempa yang kecil akan mengakibatkan kehilangan minyak pada ampas press dalam jumlah besar dan kadar biji pecah dalam jumlah kecil. Sedangkan penggunaan tekanan kempa yang besar akan mengakibatkan kehilangan minyak dalam jumlah yang kecil dan jumlah biji pecah dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan tekanan maksimum peralatan terhadap kehilangan kadar minyak dalam ampas press dan kadar biji pecah selama pengepressan pada stasiun pengempaan.

Dengan menggunakan grafik regresi parabola, maka diperoleh korelasi nyata antara tekanan kempa dengan kehilangan kadar minyak dalam ampas press sebesar 4,292 % dan jumlah biji pecah sebesar 12 %. Sehingga pemilihan tekanan kempa yang efisien yaitu pada tekanan 34 kg/cm2 agar diperoleh presentase seimbang diantara

(7)

THE EFFECT OF PRESSURE AT PRESS STATION UPON THE

LOSS OF OIL AND CRAKED SEEDS IN MANUFACTURING

PALM OIL

ABSTRACT

One of many factor that influences rate oil losses in press fiber at TBS s processing are using screw press preassure at pressing station will be influencing the oil extraction efficiency. Use of low pressure screw press will produce rete oil losses at fiber press in large value and the rate of broken kernel in small value. Exceptly, using of high pressure screw press will produce rate oil losses at fiber press in small value and the rate of broken kernel in large value. This matter can be do it that to pay attention maximum oressure confront rate oil losses in press fiber and rate of broken kernel for long in time pressing at pressing station.

By using regression parabola graphic, then is obtained the obvious effect level between screw press pressure with losses oil rate in press fiber extent 4,292 % and the rate of broken seed extent 12 %. Until chosen the optimum pressing in that 34 kg/cm2

(8)

DAFTAR ISI

2.1 Susunan Minyak Kelapa Sawit 6

2.2 Konstanta konstanta Minyak Sawit 8

2.3 Proses Pengolahan Minyak Sawit 9

2.3.1 Penerimaan Buah (fruit reception) 9

2.3.2 Rebusan (sterilizer) 10

2.3.3 Penebahan (Thresher) 12

2.3.4 Pencacahan (digester) dan pengempaan (Presser) 12 2.3.4.1. Pencacahan (digester) 12 2.3.4.2. Pengempaan (presser) 13

2.3.5 Pemurnian (clarifier) 14

2.3.6 Pemisahan biji dan kernel (kernel plant) 16 2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi 17

Pada Ampas Pressan

2.5 Kehilangan Minyak 20

2.6 Standar Mutu Minyak Sawit 21

2.7 Kegunaan Minyak Kelapa Sawit 22 2.7.1 Minyak Sawit Untuk Industri Pangan 22 2.7.2 Minyak Sawit Untuk Industri Nonpangan 24 2.7.3 Minyak Sawit Sebagai Bahan Bakar Alternatif 28

BAB 3 METODE PERCOBAAN

3.1 Penentuan Kadar Minyak pada Ampas Hasil Pressan 30

3.2.1 Bahan-Bahan 30

3.2.2 Alat Alat 30

3.2.3 Prosedur Percobaan 31

3.2 Penentuan Jumlah Biji Pecah 31

(9)

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data 33

4.2 Perhitungan 35

4.3 Pembahasan 37

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 39

5.2. Saran 39

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Halaman Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit 7

dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Tabel 2.2. Spesifikasi Mutu Minyak Sawit 21

Tabel 4.1. Data Hasil Analisa 33

Tabel 4.2. Kadar Minyak Dalam Ampas Pressan 34

Tabel 4.3. Kadar Biji Pecah 36

(11)

Lampiran I Diagram Alur Proses Pengolahan Kelapa Sawit 41

Lampiran II Skema Pabrik Kelapa Sawit 42

Lampiran III Gambar Digester 43

(12)

ABSTRAK

Salah satu faktor yang paling menentukan kehilangan kadar minyak dalam ampas press pada proses pengolahan tandan buah segar adalah penggunaan tekanan pada alat kempa pada stasiun pengempaan dimana penggunaan tekanan kempa tersebut akan mempengaruhi efisiensi ekstraksi minyak. Penggunaan tekanan kempa yang kecil akan mengakibatkan kehilangan minyak pada ampas press dalam jumlah besar dan kadar biji pecah dalam jumlah kecil. Sedangkan penggunaan tekanan kempa yang besar akan mengakibatkan kehilangan minyak dalam jumlah yang kecil dan jumlah biji pecah dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan tekanan maksimum peralatan terhadap kehilangan kadar minyak dalam ampas press dan kadar biji pecah selama pengepressan pada stasiun pengempaan.

Dengan menggunakan grafik regresi parabola, maka diperoleh korelasi nyata antara tekanan kempa dengan kehilangan kadar minyak dalam ampas press sebesar 4,292 % dan jumlah biji pecah sebesar 12 %. Sehingga pemilihan tekanan kempa yang efisien yaitu pada tekanan 34 kg/cm2 agar diperoleh presentase seimbang diantara

(13)

THE EFFECT OF PRESSURE AT PRESS STATION UPON THE

LOSS OF OIL AND CRAKED SEEDS IN MANUFACTURING

PALM OIL

ABSTRACT

One of many factor that influences rate oil losses in press fiber at TBS s processing are using screw press preassure at pressing station will be influencing the oil extraction efficiency. Use of low pressure screw press will produce rete oil losses at fiber press in large value and the rate of broken kernel in small value. Exceptly, using of high pressure screw press will produce rate oil losses at fiber press in small value and the rate of broken kernel in large value. This matter can be do it that to pay attention maximum oressure confront rate oil losses in press fiber and rate of broken kernel for long in time pressing at pressing station.

By using regression parabola graphic, then is obtained the obvious effect level between screw press pressure with losses oil rate in press fiber extent 4,292 % and the rate of broken seed extent 12 %. Until chosen the optimum pressing in that 34 kg/cm2

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Minyak sawit dan minyak inti sawit umumnya digunakan untuk pangan dan nonpangan. Dari segi pangan minyak sawit dan minyak inti sawit digunakan sebagai bahan untuk membuat minyak goreng, lemak pangan, margarin, lemak khusus (substitusi cacao butter), kue, biskuit, atau es krim. Produk pangan ini umumnya dihasilkan melalui proses fraksinasi, rafinasi dan hidrogenasi.

Dalam produksi nonpangan, minyak sawit atau minyak inti sawit dalam industri oleokimia digunakan sebagai bahan untuk membuat sabun, detergen dan surfaktan, pelunak (plasticizer), pelapis (surface coating), pelumas, sabun metalik, bahan bakar mesin diesel, atau kosmetika. Produk nonpangan dihasilkan melalui proses hidrolisis (splitting).

Selain minyak ada beberapa hasil sampingan dari produksi kelapa sawit, di antaranya bungkil inti sawit (palm kernel chips), pelet ampas inti sawit (palm kernel

pellets), arang tempurung (charcoal), dan pupuk abu (ash). Dari komoditas kelapa sawit dapat dikembangkan down stream industry yang beraneka ragam, baik untuk produk pangan maupun produk nonpangan seperti yang telah disebutkan.

(15)

Menghadapi kenaikan produksi minyak inti sawit dan minyak sawit kasar diperlukan strategi pemasaran yang matang. Selain itu, perlu mengembangkan industri hilirnya (down stream industry) agar memperoleh nilai tambah produksi setinggi mungkin(Sunarko, 2006).

Pengolahan kelapa sawit pada Perseroan Terbatas Perkebunan (PTP) Nusantara IV Unit Adolina Perbaungan yang merupakan penghasil bahan baku untuk keperluan pangan maupun non pangan. Dalam proses ini dituntut untuk dapat menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan baku untuk membuat minyak goreng yang memenuhi standart dengan menggunakan sistem pengolahan yang seefisien dan semaksimal mungkin.

Pada pelaksanaannya terdapat banyak kendala yang mempengaruhi kapasitas dari minyak sawit yang dihasilkan. Kapasitas dari minyak sawit yang diperoleh tidak maksimal dikarenakan tingginya persentase kehilangan minyak yang terjadi pada proses pengempaan yang dilihat dari segi mekanisnya. Tingginya tingkat kehilangan minyak selama produksi mempengaruhi jumlah CPO yang akan dihasilkan sebagai proses akhir pada PTP Nusantara IV Unit Adolina Perbaungan. Dalam hal ini jumlah kehilangan minyak pada pabrik kelapa sawit merupakan salah satu indikator untuk menentukan efisiensi pada tahap ekstraksi minyak, dimana untuk mengetahui kehilangan minyak yang terjadi pada proses ini maka dilakukan analisa kandungan minyak terhadap sisa pengolahan yakni dengan menggunakan metode sokletasi.

(16)

dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi tingkat kehilangan minyak.

Efisiensi tekanan yang terjadi pada stasiun pengepressan dapat menentukan jumlah minyak yang dihasilkan dan kadar biji pecahnya. Jika tekanan kurang tepat dapat mengakibatkan tingginya kehilangan minyak pada ampas pressan atau mengakibatkan tingginya jumlah biji pecah pada proses pengolahan ini. Oleh karenanya diperlukan tekanan yang paling sesuai untuk proses pengepressan ini agar hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal dan menguntungkan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya kehilangan minyak dan untuk itu perlu diambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, dalam hal ini dilakukan pengamatan dengan tujuan mengetahui perbandingan tekanan yang diberikan pada proses pengempaan dengan minyak dan biji pecah yang dihasilkan pada proses ini, sehingga diperoleh tekanan yang paling efisien.

1.2. Identifikasi Masalah

Proses pengempaan dimaksudkan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Pada proses ini pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw yang mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Pengaruh pengempaan ini yaitu minyak akan terdesak keluar melalui lubang-lubang

(17)

Faktor yang menyebabkan tingginya kehilangan minyak pada stasiun pengempaan adalah :

1. Tingkat kematangan buah 2. Suhu dan lama perebusan

3. Penggunaan steam yang tidak sesuai pada saat perebusan 4. Alat pengatur tekanan yang tidak standart lagi

5. Tekanan yang tidak sesuai 6. Alatscrew press yang telah aus 7. Jumlah air suplesi

8. Pemurnian dengan metode pengendapan yang tidak maksimal

Salah satu faktor yang terpenting untuk memperkecil kehilangan minyak adalah efisiensi pada tekanan pressan. Jika tekanan yang diberikan tinggi maka akan memperkecil kehilangan minyak yang terjadi pada ampas pressan dan mengakibatkan tingginya jumlah biji pecah yang dihasilkan. Jika tekanan rendah maka kehilangan minyak pada ampas pressan akan semakin besar. Kesesuaian tekanan pressan diperlukan untuk memperoleh hasil yang paling optimal dan menguntungkan. Sehingga dalam karya ilmiah ini difokuskan pada PENGARUH TEKANAN PADA

STASIUN KEMPA TERHADAP KEHILANGAN MINYAK DAN BIJI PECAH

DALAM PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT.

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh tekanan dengan jumlah kehilangan minyak dan biji pecah yang terjadi pada stasiun pengempaan dan menemukan jalan pemecahan sehingga persentase kehilangan minyak maupun jumlah biji pecah dapat diperkecil.

1.4. Manfaat

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34 40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

2.1. Susunan Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit terdiri dari lemak, atau minyak, yang dapat disabunkan, dan bagian lain yang tidak dapat disabunkan, yang jumlahnya tidak melebihi 2 %-nya. Lemak atau minyak terdiri dari gliserin yang terikat pada asam-asam lemak. Satu molekul gliserin dapat mengikat tiga molekul asam lemak. Jika molekul-molekul asam lemak itu berbeda-beda, maka lemak disebut trigliserida campuran. Tetapi pada umumnya ketiga tempat itu diduduki oleh tiga asam lemak yang sama, misalnya triolein, tripalmitin, dan sebagainya. Secara umum struktur dari lemak atau minyak digambarkan sebagai berikut :

O CH2 O C - R1

O CH O C R2

O CH2 O C R3

struktur minyak

R1, R2 dan R3adalah gugus alkil yang berbeda ataupun sama antara masing masing

(19)

Tabel 2.1.Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Asam lemak / Simbol Mnyak kelapa sawit (%) Minyak inti sawit (%) Asam Lemak Jenuh

Sifat fisik dan kimia dari minyak sawit meliputi parameter-parameter berikut : Titik cair (tergantung kadar asam lemak bebas) 27 42,5oC

Titik beku (tergantung kadar asam lemak bebas) 31 41oC

Titik didih 308 360oC

Titik nyala 289oC

Nilai bakar 8825 cal

Angka penyabunan 198,7 201,9

Angka yodium (Wijs) 53,6 57,9

Angka rhodan 43,6 45,3

Angka asetil 11,7 18

Angka Reichert-Meissl 0,4 1,9

Angka Polenske 0,40 0,69

Angka Hehner 94 99

Refraksi (tergantung kadar asam lemak) 1,4583 1,4520 Berat jenis asam-asam lemak 15oC 0,8369

Titik cair asam-asam lemak 44oC 50oC Titik beku asam-asam lemak 35 49oC Refraksi asam-asam lemak 40oC 1,4497 Berat jenis minyak kelapa sawit pada 15oC 0,920 0,926 Berat jenis minyak kelapa sawit pada 30oC 0,9096 Berat jenis minyak kelapa sawit pada 35oC 0,9015 Berat jenis minyak kelapa sawit pada 40oC 0,8961 Berat jenis minyak kelapa sawit pada 50oC 0,8899

Berat jenis minyak kelapa sawit pada 60oC 0,8853 Berat jenis minyak kelapa sawit pada 70oC 0,8807 Berat jenis minyak kelapa sawit pada 80oC 0,8760 (Heurn, V, 1948).

(20)

Kelapa sawit memiliki beberapa jenis varietas yang dikenal sebagai Dura(D),

Tenera (T), Pisifera (P). perbedaan dari ketiga jenis ini dapat diketahui dengan memotong buah secara melintang atau memanjang. Dura memiliki inti besar dengan ekstraksi minyak sekitar 17 18 %.Tenera merupakan hasil persilangan antaraDura dan Pisifera, memiliki cangkang tipis di sekeliling biji, serta ekstraksi minyak sekitar 22 25 %. Pisifera tidak memiliki cangkang dengan inti kecil sehingga tidak dikembangkan menjadi tanaman komersil.

Stasiun proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Minyak Kelapa Sawit (MKS) umumnya terdiri dari stasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun utama berfungsi sebagai berikut :

1. Penerimaan buah (fruit reception) 2. Rebusan (sterilizer)

3. Perontokan buah (thresher)

4. Pencacahan (digester) dan pengempaan (Presser) 5. Pemurnian (clarifier)

6. Pemisahan biji dan kernel (kernel plant)

2.3.1. Penerimaan Buah (fruit reception)

Sebelum diolah di PKS ,tandan buah segar (TBS) yang diterima dari kebun pertama sekali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang (weight bridge) dan ditampung sementara di penampungan buah (loading

ramp).

1. Jembatan timbang (weight bridge)

(21)

TBS yang ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading

ramp dengan menuang (dump) langsung dari truk. Untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu diketahui keadaan TBS yang masuk ke dalam pabrik. Karena itu perlu diadakan sortasi (Pahan I,2006).

2.3.2. Rebusan (sterilizer)

Lori-lori yang berisi TBS dikirim ke stasiun perebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan menggunakan motor listrik menuju

sterilizer. Setiap ketel dapat diisi dengan 10 lori, dengan kapasitas 2,5 ton per lori. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135oC dan tekanan 20 28 kg/cm2selama 80 90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak (triple peak) tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. Proses perebusan mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Mematikan enzim-enzim yang merupakan katalisator dalam reaksi penguraian minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

O

2. Mengkoagulasikan zat putih telur yang terdapat dalam daging buah agar tidak ikut serta dengan minyak kasar dari hasil pengempaan karena dapat menyebabkan emulsi.

(22)

4. Melunakkan daging buah untuk mempermudah pengadukan di ketel pengadukan.

5. Memudahkan buah lepas dari tandan pada penebahan.

6. Merenggangkan buah inti dengan cangkang untuk memudahkan pemecahan biji pada mesin pemecah (cracker)

7. Menurunkan kadar air daging buah.

8. Memperbaiki proses penjernihan minyak.

2.3.3. Penebahan (Thresher)

Lori yang berisi TBS yang telah direbus, ditarik keluar dengan menggunakan

hoisting crane yang digerakkan oleh motor dan dapat bergerak di atas lintasan rel. Hoisting crane digunakan untuk mengangkat lori yang berisi TBS, melintangkan lori lalu membalikkannya ke atas mesin penebah (thresher) dengan tujuan melepaskan buah dari tandannya.

Dalam proses ini kadang-kadang masih ada buah yang melekat dalam tandan kosong (katte kopen). Keadaankatte koppendapat disebabkan beberapa faktor sebagai berikut :

1. Adanya buah abnormal dari kebun.

2. Waktu perebusan yang terlalu singkat.

3. Proses bantingan yang tidak tepat.

(23)

2.3.4. Pencacahan (digester) dan pengempaan (Presser)

2.3.4.1. Pencacahan (digester)

Digester adalah alat untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah terpisah dari biji serta memudahkan pengeluaran minyak pada tahap pengepressan. Buah yang lepas darithresherlangsung dimasukkan ke dalam ketel adukan (digester). Ketel ini merupakan bejana tegak dengan dinding rangkap dan as putar yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk. Dalam ketel adukan, buah dihancurkan dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar pada as, sehingga daging buah (pericarp) pecah dan terlepas dari bijinya (nut).

Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian sekecil-kecilnya.

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengadukan sebagai berikut :

1. Pelumatan buah harus berjalan baik, berarti daging buah lepas dari bijinya secara sempurna.

2. Hasil adukan tidak boleh terlalu lumat seperti bubur.

3. Serat-serat buah harus masih jelas kelihatan.

4. Minyak yang terbentuk pada ketel adukan harus dikeluarkan.

5. Temperatur massa buah diupayakan lebih rendah dari 90oC dan tidak boleh

sampai mendidih.

(24)

7. Waktu pelumatan dalam digester diupayakan selama 20 25 menit (Sunarko 2006).

2.3.4.2. Pegempaan (presser)

Pada proses ini minyak pertama sekali diambil dari brondolan dengan cara melumat dan mengempa, proses ini sangat mempengaruhi efisiensi pengutipan minyak. Alat ini terdiri dari satu buah silinder (press cylinder) dan di dalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah.

Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlwanan tertahan oleh slidding cone. Screw dan sliding cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang diseluruh permukaannya. Dengan demikian, maka minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antarasliding conedanpress cone(Iyung Pahan, 2006).

Hasil minyak kasar yang keluar dari screw press akan dialirkan ke sand trap

(25)

2.3.5. Pemurnian (clarifier)

Minyak yang keluar dari crude oil tank segera di klasifikasi di instalasi-instalasi penjernihan yang tahapannya sebagai berikut :

1. Continous Settling Tank

Minyak dalam tank ini masih bercampur dengan sludge(lumpur, air dan kotoran lainnya). Di sini minyak dipisahkan dengan sludge berdasarkan perbedaan berat jenis (minyak berada di bagian atas). Minyak bersih daricontinous tankdialirkan ketop oil

tank, sedangkansludgedialirkan kesludge tank. 2. Top Oil Tank

Top Oil Tank berfungsi untuk mengedapkan kotoran dan sebagai bak penampungan sebelum minyak masuk ke oil purifier. Temperatur pada tank ini mencapai 90-95oC sehingga air menguap. Karena minyak masih mengandung air dan kotoran, maka perlu diolah lagi sampai kadar air dan kotorannya sekecil mungkin. 3. Oil Purifier

Proses ini merupakan pembersihan lanjutan berdasarkan perbedaan berat jenis dan gaya - gaya sentrifugal. Dengan gerakan 7.500 putaran per menit, kotoran dan air yang berat jenisnya lebih berat dari minyak akan berada di bagian luar. Minyak yang ada dibagian tengah dapat ke luar menuju kevacum drier.

4. Vacum Drier

(26)

5. Sludge Tank

Sludge yang keluar dari continous tank masih mengandung minyak dan diolah lagi untuk diambil minyaknya dengan cara memanaskan hingga mencapai temperatur 80 90oC. proses ini berlangsung dalamsludge tank.

6. Vat Pit

Sludge yang keluar dari sludge centrfuge masih mengandung minyak. Sludge ini bersama air pencuci mesin centrifuge dikumpulkan dalam vat pit untuk diambil minyaknya.

2.3.6. Pemisahan biji dan kernel (kernel plant)

Proses pemisahan biji-serabut dari ampas pengempaan bertujuan untuk memperoleh biji sebersih mungkin. Kemudian dari biji tersebut harus menghasilkan inti sawit secara rasional, yakni dengan kerugian sekecil-kecilnya dengan hasil inti sawit yang setinggi-tingginya. Pemisahan inti dari cangkang didasarkan pada perbedaaan berat jenis antara inti sawit dan cangkang. Alat yang digunakan adalah

hydrocylone separator. Inti dan tempurung dipisahkan dengan aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam keadaan tersebut inti sawit akam mengapung dan cangkang akan tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan cangkang sampai bersih.

(27)

2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi Pada Ampas Pressan

Pokok permasalahan dalam hal kehilangan minyak yang terikut dalam ampas pada pengempaan adalah faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor penyebabnya adalah tekanan kempa yang dipergunakan pada pengempaan yang sesuai agar kehilangan minyak dapat ditekan sedikit mungkin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan minyak yang terikut dalam ampas pada proses pengempaan adalah sebagai berikut :

1. Pemanenan buah yang terlalu dini (buah masih mentah)

Semakin tua umur dari tanaman kelapa sawit, maka ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Umur tanaman kelapa sawit yang baik untuk dipanen adalah pada saat tanaman tersebut mencapai umur 2,5 3 tahun dengan melihat jumlah berondolan yang jatuh atau rontok. Oleh karena itu, jika pemanenan buah terlalu dini dilakukan, maka minyak diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit akan menghasilkan jumlah yang sangat sedikit, sebab buah masih mentah dan lumpur yang dihasilkannya dari pengolahan tersebut akan bertambah banyak.

2. Waktu dan kondisi operasi perebusan buah

(28)

3. Proses pengadukan

Prinsip dari proses pengadukan adalah untuk mengaduk massa buah sehomogen mungkin untuk memperoleh daging buah yang benar-benar terlepas dari bijinya. Tujuannya adalah agar serabut pada biji tidak banyak yang tertingggal, yang dapat menimbulkan kehilangan minyak pada ampas setelah pengepressan.

4. Tekanan pengempaan

a. Bila tekanan kempa terlalu rendah akan mengakibatkan : - Ampas masih basah

- Kehilangan minyak pada ampas bertambah

- Pemisahan ampas pada biji tidak sempurna sehingga proses pengolahan biji akan mengalami kesulitan.

- Bahan bakar ampas masih basah, sehingga pembakaran dalam boiler tidak sempurna.

b. Bila tekanan kempa terlalu tinggi akan mengakibatkan : - Kadar biji yang pecah akan bertambah

- Kehilangan minyak dalam biji akan naik - Hasil produksi akan meningkat

- Daya kerja screw press menjadi lambat

5. Putaran pada alat screw press

(29)

6. Kekurangan bahan bakar pada ketel uap (boiler)

Ketel uap merupakan alat untuk memproduksi atau menghasilkan uap dari bahan baku air dengan menggunakan bahan bakar fiber (ampas) dan cangkang. Kekurangan bahan bakar pada boiler akan mengakibatkan kurangnya pasokan energi listrik untuk menggerakkan atau memanaskan alat-alat di pabrik. Karena energi listrik yang didapat berkurang, maka secara otomatis tenaaga untuk menggerakkan mesin kempa akan berjalan lambat sehingga proses pengolahan tidak berjalan sempurna akibatnya pengutipan minyak dan inti menjadi rendah.

7. Alat pengukur tekanan yang tidak standar lagi

Pemakaian alat pengukur tekanan yang tidak standar lagi pada stasiun pengempaan akan menyebabkan pemerasan minyak menjadi tidak optimal karena tekanan dapat berubah-ubah setiap waktu dan bila tidak dikontrol secara nyata, maka kehilangan minyak dalam ampas press akan meningkat.

8. Kelalaian dan kekurangmampuan pekerja

(30)

2.5. Kehilangan Minyak

Penyebab terjadi losis di ampas kempa yaitu :

- Buah kurang matang. Buah fraksi mentah ini akan sulit diaduk di digester sehingga pada pengempaan minyak masih terdapat dalam ampasnya.

- Buah kurang aduk karena pisau pengaduk aus (norma jarak 0,5 cm) mengakibatkan buah tidak lumat diaduk sehingga tidak semua minyak dapat diperas di kempa.

- Temperatur digester rendah (norma 80oC 90oC) mempersulit pengadukan dan pada pengempaan akan mengakibatkan timbul pelumasan sehingga minyak sulit dipisahkan dengan ampasnya.

- Tekanan pressan kurang (norma 50 Bar) sehingga minyak tidak semaksimal mungkin dapat diperas dan masih terdapat pada ampas kempa.

- Air suplesi kurang (norma 7 %) dan suhu air suplesi rendah (norma 80oC) mengakibatkan terjadi emulsi pada digester dan kempa sehingga menyulitkan ekstraksi minyak pada pengempaan.

- Kontinuitas pengempaan terganggu (norma stagnasi = 0)

(Tim PTPN XIII, Februari 2000).

2.6. Standar Mutu Minyak Sawit

(31)

Faktor lain yang mempengaruhi mutu adalah titik cair dan kadungan gliserida,

refining loss, plastisitas dan spread ability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

Tabel 2.2. Spesifikasi Mutu Minyak Sawit

No. Parameter Norma Maksimum (%)

1. Mutu Minyak

Lanjutan Tabel 2.2. Spesifikasi Mutu Minyak Sawit

No. Parameter Norma Maksimum (%)

3. Kehilangan Minyak Sumber : PTPN IV Kebun Adolina

2.6. Kegunaan Minyak Kelapa Sawit

Manfaat minyak sawit di antaranya sebagai bahan baku untuk industri pangan dan nonpangan.

(32)

Kenyataan menunjukkan banyak industrilis dan konsumen cenderung menyukai dan menggunakan minyak sawit. Dari aspek ekonomis, harganya relatif murah dibandingkan dengan minyak nabati lain. Selain itu komponen yang terkandung di dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam sehingga pemanfaatannya juga beragam. Saat ini telah banyak pabrik pengolah yang memproduksi minyak goreng dari kelapa sawit dengan kandungan kolesterol yang rendah.

Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi dan hidrogenesis. Produksi CPO di Indonesia sebagian besar di fraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat.

Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain juga digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening dan bahan untuk membuat kue-kue (Fauzi, Y., 2002).

Margarine memiliki titik cair pada suhu 42oC. Oleh sebab itu minyak tersebut perlu dihidrogenasi dengan bantuan katalis Ni. Proses hidrogenasi adalah penambahan atom H pada ikatan ganda rantai karbon akan menghasilkan konfigurasi cis dan trans.

Vanaspati sejenis minyak makan yang banyak digunakan di daerah Timur Tengah. Minyak tersebut memiliki titik leleh 41oC. Memiliki sifat khas yang bentuk

nya semi solid, banyak digunakan dalam penggorengan makanan. Pabrik vanaspati akan banyak menyerap fraksi stearin yang dihasilkan oleh reaksi fraksinasi dan rafinasi.Shorteningbanyak digunakan dalam pembuatan roti yang memiliki sifat yang hampir sama dengan margarine (Lubis, A.U., 1995).

(33)

berfungsi sebagai zat anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Di samping itu kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari minyak sawit memiliki kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan minyak sawit tidak cepat tengik.

2.7.2. Minyak sawit untuk industri nonpangan

Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di industri-industri nonpangan, industri farmasi dan industri oleokimia (fatty acids, fatty

alcohol, dan glycerine). Produk non-pangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis (splitting) untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin.

a. Bahan baku untuk industri farmasi

Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1%, antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolipida. Kandungan minor tersebut menjadikan minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi. Di antara kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten dan tokoferol yang dapat mencegah kebutaan (defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis dan memperlambat proses penuaan.

Karoten

(34)

dimanfaatkan sebagai obat kanker paru-paru dan payudara. Selain sebagai obat anti kanker, karoten juga merupakan sumber provitamin A yang cukup potensial. Karoten terdiri dari 36% alfakaroten dan 54% betakaroten dan tersimpan dalam daging buah kelapa sawit.

Betakaroten merupakan bahan pembentuk vitamin A (provitamin A) dalam proses metabolisme dalam tubuh. Betakaroten dimanfaatkan sebagai obat anti kanker. Beberapa bentuk dari obat yang berasal dari betakaroten adalah kapsul dan sirup. Untuk menghasikan betakaroten dilakukan proses fraksinasi dan ekstraksi betakaroten sehingga terpisah dari minyak sawit.

Tokoferol

Unsur ini dikenal sebagai antioksidan alam dan juga sebagai sumber vitamin E. Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar 600-1.000 ppm, dalam olein 800-1.000 ppm, dan dalam stearin hanya 250-530 ppm. Minyak sawit yang bermutu baik mengandung tokoferol berkisar antara 500-800 ppm.

b. Bahan baku oleokimia

Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk di antaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Proses utama minyak yang digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metil ester dan glserin. Bahan-bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunan sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga digunakan dalam pembuatan bahan detergen.

(35)

Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dan jamur

Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung pada suhu 10-250C. Selain itu, Proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Namun, hidrolisis

enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan prosesnya yang belangsung 2-3 hari. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu didestilasi, dan selanjutnya difraksinasi sehingga dihasilkan asam-asam lemak murni. Asam-asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk industri makanan, tinta, tekstil, aspal dan perekat.

Lemak alkohol

Lemak alkohol merupakan hasil lanjutan dari pengolahan asam lemak dan sebagai bahan dasar pembuatan detergen, yang umumnya berasal dari metil ester asam laurat. Minyak inti sawit yang kaya akan laurat merupakan bahan dasar pembuatan lemak aklohol.

Lemak alkohol dibuat dari asam lemak melalui proses hidrogenasi :

O H2

RC OH + H2 RC OH + H2O

Asam lemak lemak alkohol

Lemak amina

Industri lemak amina menggunakan asam lemak sebagai bahan dasar : - H2O H2, NH3

RCOOH + NH3 RCN RCH2 NH2

250 Bar

RCOOH + NH3 + H2 RCH2 NH2

(36)

(RCH2)2NH3

(RCH2)3N

Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai bahan pelumas dan pemantap. Selain itu, digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam industri tekstil, surfaktan dan lain-lain ( Lubis, A.U., 1995).

Metil ester

Metil ester dihasilkan melalui proses waterfikasi pada lemak yang diberi metanol, dengan katalisator Nametoksi. Unsur ini merupakann hasil antara asam lemak pada pembuatan lemak alkohol. Metil ester dapat digunakan sebagai bahan pembuat sabun.

Reaksi pembentukan metil ester yaitu : H+

RCOOH + CH3OH RCOOCH3 + H2O

Asam lemak metanol metil ester air

Glserin

Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak . Gliserin terutama digunakan dalam industri kosmetika, antara lain sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan

shampoo, obat kumur dan pasta gigi. Selain itu, gliserin berfungsi sebagai hemaktan pada industri rokok, permen karet, minyak pelicin, cat, adesif, plester dan sabun.

Gliserin

2.7.3. Minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif (palm biodiesel).

(37)

refined bleached deodorised palm oil (RBDPO), dan fraksi-fraksinya seperti stearin dan olein serta minyak inti sawit.

Palm biodieselmempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi (petroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Namun,palm biodiesel memiliki keunggulan lain yaitu mengandung oksigen sehingga flash point-nya lebih tinggi dan tidak mudah terbakar. Selain itu, palm biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani karena tidak mengandung sulfur dan senyawa benzene yang karsinogenik.

Pengembangan palm biodiesel yang berbahan baku minyak sawit terus dilakukan karena selain untuk mengantisipasi cadangan minyak bumi yang semakin terbatas, produk biodiesel temasuk yang bahan bakunya dapat diperbaharui dan ramah lingkungan. Di samping itu, produksi gas karbon dioksida (CO2) dari hasil

pembakarannya dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman. Penggunaan palm

biodiesel juga dapat mereduksi efek rumah kaca, polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum. Hal ini berhubungan dengan sifat biodisel yang dapat teroksigenasi relatif sempurna atau terbakar habis, non-toksik dan dapat terurai secara alami (biodegradable).

(38)

BAB 3

METODE PERCOBAAN

3.1. Penentuan Kadar Minyak pada Ampas Hasil Pressan

3.1.1. Bahan bahan

- Sampel ampas yang keluar dari stasiun pressan - n-heksan

3.1.2. Alat

- Timbangan analitis - Oven

- Labu soklet - Timbel - Alat soklet - Desikator

3.1.3. Prosedur kerja

- Ditimbang serat dengan teliti sebanyak 20 gram dari stasiun pressan selanjutnya serat dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 2 jam sampai seluruh air menguap.

(39)

- Sampel dimasukkan ke timbel dan dimasukkan ke dalam alat soklet dan dirangkai alat soklet.

- Dialirkan air pada kondensor di alat soklet.

- Sampel dipanaskan selama 3-4 jam sampai seluruh minyak terekstrak. - Pelarut n-heksan diuapkan dan minyak didinginkan dalam desikator. - Setelah dingin dilakukan penimbangan residu.

% Minyak = 100%

3.2. Penentuan Jumlah Biji Pecah

3.2.1. Bahan-bahan

- Sampel ampas yang keluar dari stasiun pressan 3.2.2. Peralatan

- Timbangan 3.2.3. Prosedur kerja

- Ditimbang 500 gram sampel ampas dari stasiun pressan

- Dipisahkan antara ampas, biji utuh, biji pecah, inti utuh, inti pecah dan cangkang.

- Ditimbang berat dan kadar masing masing dari ampas, biji utuh, biji pecah, inti utuh, inti pecah dan cangkang.

(40)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

Tabel 4.1. Data Hasil Analisa

No. Tekanan

Dari data yang diperoleh dapat dihitung kadar minyak dalam pressan yang dinyatakan dalam persen berat. Persentase minyak dapat dihitung dengan :

% Minyak = 100%

(41)

Tabel 4.2. Kadar Minyak Dalam Ampas Pressan

Dari tabel diatas dapat dicari hubungan antara persentase kehilagan minyak dengan tekanan adjusting cone yang dipakai dalam proses pegempaan dengan menggunakan regresi parabola (grafik1).

(42)

kenaikan tekanan screw press (X) terhadap alat kempa (screw Press) dapat menyebabkan penurunan kadar minyak dalam ampas pressan (Y).

Pengaruh kenaikan tekanan kempa padascrew pressterhadap kadar biji pecah dapat ditentukan sebagai berikut :

Kadar biji pecah = 100%

Hasil perhitungannya adalah pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3. Kadar Biji Pecah

No. Tekanan

(43)

Dari grafik diketahui bahwa kenaikan tekananscrew press(X) dapat menaikkan kadar biji pecah (Y) pada stasiun pengempaan.

Apabila kedua grafik dihubungkan maka akan menghasilkan sebuah grafik yang menghubungkan antara pengaruh tekanan kempa terhadap kadar minyak pada ampas pressan dan kadar biji pecah pada stasiun pengempaan.

(44)

Dengan cara memvariasikan tekanan pada proses pengempaan, dapat diketahui bagaimana pengaruh tekanan terhadap kondisi biji pecah dan kehilangan minyak yang terjadi pada ampas pressan. Berdasarkan data analisa yang telah didapat, maka kehilangan minyak pada ampas pressan tidak melebihi norma atau standart yang telah ditentukan yaitu 4 4,5 % dan jumlah biji pecah 15 %. Jika kehilangan minyak dan jumlah biji pecah dapat diperkecil maka keuntungan yang diperoleh pada hasil produksi akan lebih meningkat.

Tekanan optimum yang digunakan PTP Nusantara IV Unit Adolina Perbaungan pada proses pengempaan adalah 34 Kg/Cm2 dengan suhu air pengencer

(45)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Tekanan yang paling efektif adalah 34 kg/cm2dengan kehilangan minyak pada ampas pressan sebesar 4,292 % dan jumlah biji pecah sebesar 12 %.

5.2. Saran

1. Pengadukan massa buah dalam digester harus homogen agar serabut yang menempel pada biji tidak banyak tertinggal sehingga kehilangan kadar minyak dalam ampas press dapat diperoleh dalam jumlah kecil.

2. Agar kehilangan kadar minyak dalam ampas press diperoleh dalam jumlah kecil.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada stasiun pengempaan adalah : - Ampas kempa yang keluar harus merata di sekitar konus. - Tekananhydraulicpada akumulator 30 40 kg/cm2.

- Pada akhir pengoperasian ataupun bila terjadi kerusakan sehingga screw press harus berhenti untuk waktu yang lama, maka screw press harus dikosongkan.

(46)
(47)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y. 2002.Kelapa Sawit : Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

GAPKI & PPKS. 1993. Kontaminasi Pada Minyak Sawit dalam Perdagangan Internasional, Medan.

Heurn, V. 1948.Kelapa Sawit. Yogyakarta: Acasana Karya Bakti.

Ketaren, S. 1986.Pengantar Teknologi Lemak dan Minyak Pangan. Jakarta: UI-Press. Lubis, A.U. 1995. Prospek Pengembangan Industri Hilir Pengolahan Kelapa Sawit.

Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Naibahao, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.

Pahan, I. 2006.Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Shreve, R.N. 1977. Chemical Process Industries. Fourth Edition. London: Mc Graw-Hill, Inc.

Tim PTPN III. 1989.Pedoman Kerja Bagian Teknik dan Pengolahan PTPN III. Tim PTPN XIII. Februari 2000.Guideline Mencapai Rendemen CPO 22 %, Inti Sawit

5 % dan ALB < 3,5 % Pada RKAP 2000. PTPN XIII (Persero).

(48)

Lampiran I : Diagram ALur Proses Pengolahan Kelapa Sawit

(49)
(50)
(51)

Gambar

Tabel 2.1.Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa
Tabel 2.2. Spesifikasi Mutu Minyak Sawit
Tabel 4.1. Data Hasil Analisa
Tabel 4.2. Kadar Minyak Dalam Ampas Pressan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meminimalisasi kehilangan minyak tersebut, maka tandan buah segar dipanaskan dengan uap pada temperatur 90-120menit.Proses perebusan dilakukan dengan system perebusan

Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011). Perhitungan Regresi dan

Sawit yang terdapat pada Fraksi Tandan Buah Segar terhadap Kadar Minyak yang dihasilkan.. oleh PTPN III PKS Sei Silau

Telah dilakukan analisis Persentase Kehilangan Minyak Pada Sludge Separator Dalam Stasiun Klarifikasi Minyak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei.. Analisis persentase

bertujuan untuk mengetahui “EFEK TEKANAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA FIBER PRESS DI UNIT SCREW. PRESS DENGAN METODE

Judul : Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT.. Ir Minto Supeno, MS

Ampas press adalah hasil dari pengolahan alat screw press yang terpisah dari kernel (biji) yang masih melekat, dengan kemampuan tekanan screw pres yang stabil akan tetapi dalam

5.2 Analisa Peta Kendali Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode statistical proces control dapat dilihat dari grafik bahwa data oil losses ampas press pada press 1,