• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Kimia Farma (PERSERO) Tbk. Plant Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Kimia Farma (PERSERO) Tbk. Plant Medan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

FARMASI INDUSTRI

DI

PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk.

PLANT MEDAN

DISUSUN OLEH :

DEFRI YULIANTI, S.Farm 093202011

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Lembar Pengesahan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

DI

PT.KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara Medan

Disusun oleh :

Defri Yulianti, S.Farm 093202011

PT.KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk

PLANTMEDAN

Pembimbing,

Drs. Zulfadli, Apt

Asisten Manager

Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisyahputra, Apt

NIP. 195311281983031002

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi (PKP) di

Industri Farmasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.

Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah satu syarat yang diwajibkan bagi

mahasiswa tingkat Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dalam

menyelesaikan studinya. Laporan Praktek Kerja Profesi ini disusun berdasarkan

materi yang disampaikan oleh pihak Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant

Medan dan tinjauan langsung ke lapangan.

Dalam pelaksanaan dan penyusunan Laporan Praktek Kerja Profesi (PKP)

ini penulis banyak menerima bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Hendra Farma Johar, M.Si, Apt. selaku Plant Manager PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, yang telah berkenan memberikan fasilitas

kepada Kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi.

2. Bapak Drs. Zulfadli, Apt. selaku asisten Manager PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk. Plant Medan yang telah memberikan bimbingan dan

(4)

3. Bapak Heru Khoerudin, S.Si., Apt. selaku asisten Manager PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk. Plant Medan yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada Kami selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi.

4. Bapak, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas farmasi

USU Medan.

5. Bapak, Drs. Wiryanto, M.Si, Apt. selaku Koordinator Program Pendidikan

Profesi Apoteker Fakultas farmasi USU Medan.

6. Seluruh staf dan karyawan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan atas

bantuan dan kerjasama yang diberikan selama Latihan Kerja Profesi di

PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.

7. Kedua Orang Tua yang telah memberikan cinta dan kasih sayang, motivasi

baik moril maupun materi kepada penulis dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan masih jauh dari sempurna dan

terdapat kekurangan baik dalam penyampaian, bahasa dan kata maupun dalam hal

penyajian. Untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan laporan ini.

Akhirnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi

kita semua.

Medan, 31 Mei 2010

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL……… i

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR LAMPIRAN……… x

DAFTAR TABEL ………... xi

RINGKASAN………... xii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Tujuan ………... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN UMUM ………...…………. 3

2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk …….……... 3

(6)

2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ………. 5

2.1.2.1 Visi Perusahaan ………. 5

2.1.2.2 Misi Perusahaan ……… 5

2.1.3 Lokasi dan Sarana Produksi Plant Medan...……….... 6

2.1.4 Cara Pembuatan obat yang baik (CPOB) ...… 7

2.1.4.1 Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) .... 7

2.1.4.2 Personalia …...………. 9

2.1.4.3 Bangunan ……….….. 10

2.1.4.4 Peralatan ………..….. 12

2.1.4.5 Sanitasi dan Higiene ………...….. 13

2.1.4.5.1 Personalia ………... ... 13

2.1.4.5.2 Bangunan ……… 14

2.1.4.5.3 Peralatan ………...…. 14

2.1.4.6 Produksi ……… 15

2.1.4.6.1 Bahan Awal ……… 15

2.1.4.6.2 Validasi Proses ... 16

(7)

2.1.4.6.4 Sistem Penomoran Bets & Lot……. 17

2.1.4.6.5 Penimbangan & Penyerahan …. 17

2.1.4.6.6 Pengembalian ... 17

2.1.4.6.7 Pengolahan ……….. 17

2.1.4.6.8 Pengawasan Selama Proses … 18

2.1.4.6.9 Pengemasan ………. 18

2.1.4.6.10 Penyimpanan Bahan Awal, Produk Antara,

Produk Ruahan dan Obat Jadi ………… 19

2.1.4.7 Pengawasan Mutu ……….. 19

2.1.4.8 Inspeksi Diri ……….... 21

2.1.4.9 Penanganan Keluhan & Penarikan Kembali Produk

Yang Beredar ………… 23

2.1.4.10 Dokumentasi ……… 24

2.1.4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ….... 24

2.1.4.12 Validasi ...………. 24

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI ………. 26

(8)

3.2 Struktur Organisasi ……….. 26

3.3 Sediaan-sediaan obat yang diproduksi PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk. Plant Medan ……….. 26

3.4 Kegiatan Industri PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. PlantMedan ……….. 27

3.4.1 Perencanaan Produksi Dan Pengendalian

Inventori (PPPI) ………. 27

3.4.2 Produksi ………. 29

3.4.3 Pengawasan Mutu ………. 36

3.4.3.1 Pemeriksaan Mutu Bahan Baku dan

Bahan Pengemas ……….. 37

3.4.3.2 Pengawasan Selama Proses

(In Process Control/IPC) ………. 38

3.4.3.3 Pengawasan dalam Proses Pengemasan .. 39

3.4.4 Gudang ……… 39

3.4.5 Penerimaan Barang ……… 40

(9)

3.4.7 Pengolahan Limbah ……… 41

3.4.7.1 Pengolahan Limbah Cair ……… 41

3.4.7.2 Pengolahan Limbah Padat ……….. 42

3.4.8 Administrasi dan Keuangan ……….. 43

BAB IV PEMBAHASAN……… 45

4.1 Aspek Personalia ………. 45

4.2 Aspek Bangunan ………. 45

4.3 Aspek Produksi ………. 46

4.4 Aspek Pengawasan Mutu ………. 47

4.5 Aspek Pengolahan Limbah ……….. 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 49

5.1 Kesimpulan ……… 49

5.2 Saran ……….. 49

DAFTAR PUSTAKA ……….. 50

 

 

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengolahan Limbah Cair PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Proses Pembuatan Krim………... 51

Lampiran 2. Bagan Proses Pembuatan Tablet………...….. 52

Lampiran 3. Bagan Proses Pembuatan Kapsul………...……. 53

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Hasil Analisis Limbah Cair PT.Kimia Farma (Persero) Tbk.Plant

(13)

RINGKASAN

Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) di industri farmasi PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang merupakan salah satu program dalam

pendidikan profesi apoteker, yang bertujuan agar mahasiswa/mahasiswi mengetahui

dan memahami tugas dan fungsi apoteker dalam industri farmasi, yang diharapkan

dapat sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. Mahasiswa

juga diharuskan dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih luas,

memahami penerapan CPOB di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, serta

mengetahui gambaran tentang situasi dan kondisi kerja di PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Plant Medan.

PKP di industri farmasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

dilaksanakan pada tanggal 03 Mei 2010 hingga 31 Mei 2010. Kegiatan yang

dilakukan selama PKP di industri antara lain membuat catatan kegiatan harian yang

berisi absensi, pengamatan kegiatan produksi, laboratorium Quality Control (QC),

gudang bahan baku, gudang bahan kemasan, dan gudang obat jadi, sistem pengolahan

air untuk produksi, sistem pengaturan udara, dan sistem pengolahan limbah.

 

(14)

RINGKASAN

Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) di industri farmasi PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang merupakan salah satu program dalam

pendidikan profesi apoteker, yang bertujuan agar mahasiswa/mahasiswi mengetahui

dan memahami tugas dan fungsi apoteker dalam industri farmasi, yang diharapkan

dapat sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. Mahasiswa

juga diharuskan dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih luas,

memahami penerapan CPOB di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, serta

mengetahui gambaran tentang situasi dan kondisi kerja di PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Plant Medan.

PKP di industri farmasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

dilaksanakan pada tanggal 03 Mei 2010 hingga 31 Mei 2010. Kegiatan yang

dilakukan selama PKP di industri antara lain membuat catatan kegiatan harian yang

berisi absensi, pengamatan kegiatan produksi, laboratorium Quality Control (QC),

gudang bahan baku, gudang bahan kemasan, dan gudang obat jadi, sistem pengolahan

air untuk produksi, sistem pengaturan udara, dan sistem pengolahan limbah.

 

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis,

mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit. Salah satu upaya

yang dilakukan pemerintah untuk menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman

dan berkhasiat yaitu dengan mengharuskan setiap industri farmasi untuk menerapkan

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat

bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin mutu obat yang

dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai

dengan tujuan penggunaannya. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan berdasarkan

pemeriksaan produk akhir saja, melainkan harus dibentuk ke dalam produk selama

keseluruhan proses pembuatan. CPOB mencakup seluruh aspek produksi mulai dari

personalia, dokumentasi, bangunan, peralatan, manajemen mutu, produksi, sanitasi

dan higiene, pengawasan mutu, penanganan keluhan, penarikan obat dan obat

kembalian, validasi dan kualifikasi serta analisis kontrak.

Personalia, yang salah satunya adalah apoteker dalam industri farmasi

memegang peranan penting untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan. Kedudukan

apoteker juga diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung jawab produksi,

(16)

memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dalam

mengaplikasikan dan mengembangkan ilmunya, terutama dalam menghadapi

kenyataan di lapangan industri. Dengan demikian, apoteker harus mendapatkan bekal

pengetahuan dan pengalaman praktis yang cukup, yang salah satunya dapat diperoleh

melalui kegiatan Praktek Kerja Profesi di industri farmasi. Dalam pelaksanaan

Praktek Kerja Profesi di industri, Fakultas Farmasi bekerja sama dengan PT. Kimia

Farma (Pesero) Tbk. Plant Medan yang berlokasi di Jalan Tanjung Morawa Km 9

Medan sebagai salah satu industri farmasi di Indonesia.

1.2 Tujuan

Melalui Latihan Kerja Profesi di industri farmasi ini diharapkan calon

apoteker mengetahui tugas dan fungsi apoteker di industri farmasi, yakni bidang

pemastian mutu, pengawasan mutu dan bagian produksi serta penerapan CPOB

sehingga setelah Latihan Praktik Profesi ini para calon apoteker mampu mengelola

industri farmasi sesuai CPOB.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi Medan

adalah:

1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam

menjalankan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi.

2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di

(17)

BAB II

TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI

2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

2.1.1 Sejarah Perusahaan.

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus 1971. Sejak

berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. telah mengalami

beberapa perubahan, yaitu:

Periode I (1957-1959)

Periode ini adalah periode dimana pemerintah melaksanakan nasionalisasi

perusahaan farmasi milik bangsa Belanda yang ada di Indonesia. Program

nasionalisasi ini dikoordinasi oleh Badan Pengambil Alihan Perusahaan Farmasi

(BAPPHAR). Adapun perusahaan farmasi milik Belanda tersebut yaitu:

1. NV. Rathkamp dan NV Bavosta di Jakarta

2. NV. Bandoengsche Kinine Febriek di Bandung

3. NV. Ordeneming Iodium Watadakon di Mojokerto

4. NV. Industri Tella di Surabaya

5. CV. Apotek Malang di Malang

(18)

Periode II (1960-1968)

Periode ini adalah periode pembentukan Perusahaan Negara Farmasi (PNF)

dan perusahaan-perusahaan farmasi milik Belanda yang telah dinasionalisasikan

sebelumnya. PNF ini berdasarkan PP.No.60/1961 dibawah koordinasi Badan

Pimpinan Umum Farmasi Negara sebagai peleburan BAPPHAR yang bernaung

dibawah Departemen Kesehatan.

Perusahaan-perusahaan yang didirikan adalah :

1. PNF. Radja Farma (ex. Rathkamp) di Jakarta

2. PNF. Nurani Farma (ex. Van Gorkom) di Jakarta

3. PNF. Nakula Farma (ex. Bavosta) di Jakarta

4. PNF. Bhinneka Kina Farma di Bandung

5. PNF. Sari Husada (ex. Sari Delle) di Yogyakarta

6. PNF. Kasa Husada (ex. Varbanstaffen)

7. PNF. Biofarma (ex. Pasteur Institute) di Bandung

Periode III (1969-1970)

Untuk meningkatkan efisiensi setiap BUMN, dikeluarkan Intruksi Presiden

No. 17/1967 sehingga Departemen Kesehatan melebur perusahaan-perusahaan milik

negara tersebut kedalam perusahaan negara farmasi dan alat-alat Kesehatan Bhinneka

(19)

dan Perusahaan Daerah, kemudian PN Sari Husada di Yogyakarta berdiri sendiri

sebagai anak perusahaan.

Periode IV (1971-2001)

Periode IV dimulai tahun 1971 ditandai dengan dikeluarkannya PP No.116

tahun 1971 yang berlaku sejak tanggal 19 maret 1971. Perusahaan Negara Farmasi

dan alat-alat kesehatan Bhinneka Kimia Farma setelah melalui proses audit

dinyatakan lulus untuk menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang selanjutnya disahkan

pada tanggal 16 Agustus 1971 sebagai PT. Kimia Farma (Persero) dengan akta

notaris dan diumumkan dalam berita negara.

Periode V (2001-sekarang)

Pada periode ini tepatnya tanggal 28 juni 2001 PT. Kimia Farma (Persero)

menjadi Perusahaan Terbuka (Tbk) dengan nama PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

dimana untuk privatisasi tahap I saham yang lepas adalah sebanyak 9% dengan

rincian 3% untuk program Kepemilikan Saham Karyawan dan Manajemen (KSKM)

PT. Kimia Farma, dan sebanyak 6% untuk masyarakat umum.

Pada tanggal 4 januari 2003 PT. Kimia Farma membentuk 2 anak perusahaan

yaitu:

1. PT. Kimia Farma Health & Care

2. PT. Kimia Farma Trading & Distribution

(20)

2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

2.1.2.1 Visi Perusahaan

Komitmen pada peningkatan kualitas kehidupan, kesehatan dan lingkungan.

2.1.2.2 Misi Perusahaan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. mempunyai misi:

1. Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian dan

pengembangan produk yang inovatif.

2. Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu yang berbasis jaringan

distribusi dan jaringan apotek.

3. Meningkatkan sumber daya manusia dan mengembangkan sistem informasi

perusahaan.

Misi ini diwujudkan melalui strategi corporate:

1. Meningkatkan sinergi antar unit usaha dengan menggunakan salah satu unit

usaha yang kuat untuk menarik unit usaha lain.

2. Meningkatkan efektifitas pemasaran dengan penyusunan program pemasaran

yang lebih fokus dan perluasan cakupan daerah pemasaran yang ada.

3. Memperkuat struktur bisnis distribusi dengan melakukan intensifikasi dan

(21)

4. Melakukan difersifikasi dan pengembangan produk, baik yang berasal dari

pengembangan sendiri maupun kerja sama dengan pihak luar.

5. Melakukan pengembangan usaha yang terkait dengan pelayanan kesehatan

yang dilakukan sendiri, kerja sama dengan pihak luar ataupun melalui

akuisisi.

6. Mengembangkan sumber daya manusia untuk memperoleh sumber daya

manusia yang mempunyai komitmen-komitmen tinggi, melalui pelatihan dan

pendidikan yang terencana dan berkesinambungan.

7. Mengembangkan sistem dan prosedur operasi ditunjang dengan sistem ilmu

teknologi yang memadai untuk peningkatan efisiensi dan menuju operasional

excellence.

2.1.3 Lokasi dan Sarana Produksi Plant Medan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan terletak di jalan Tanjung

Morawa km 9 dengan luas 20.269 m2 yang terdiri dari:

1. Ruang perkantoran

2. Ruang laboratorium pengawasan mutu

3. Ruang produksi tablet

4. Ruang produksi kapsul

5. Ruang produksi krim/salep

6. Ruang penimbangan sentral

7. Ruang sampling

(22)

9. Gudang bahan kemas

10. Gudang etiket

11. Gudang obat jadi

12. Bangunan penunjang seperti tempat pencucian, dapur, mushola, dan tempat

olah raga.

Kontruksi bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah dibuat

sesuai dengan persyaratan CPOB dimana dinding dan langit-langit memiliki

permukaan licin dan tidak terdapat sambungan. Lantai dan dinding di dalam ruangan

produksi dilapisi dengan epoksi, ruang produksi untuk masing-masing bentuk sediaan

terletak terpisah. Sistem pengaturan udara pada ruang produksi menggunakan Air

Handling System (AHS) dengan Air Conditioner (AC) sentral.

2.1.4 Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)

2.1.4.1 Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)

Pemastian mutu merupakan suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik

secara tersendiri maupun secara kolektif yang akan mempengaruhi mutu dari obat

yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat

dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai

dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu pemastian mutu mencakup CPOB ditambah

dengan faktor lain diluar pedoman ini seperti desain dan pengembang produk. Sistem

pemastian mutu yang benar dan tepat bagi industri farmasi hendaklah memastikan

(23)

a) Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memperhatikan

persyaratan CPOB dan cara berlaboratorium yang baik.

b) Semua langkah produksi dan pangendalian diuraikan secara jelas dan CPOB

diterapkan.

c) Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan.

d) Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pasokan dan penggunaan bahan awal

dan pengemas yang benar.

e) Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama proses

(in-process controls) lain serta validasi yang diperlukan dilakukan.

f) Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses pengemasan

dan pengujian bets dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan

untuk distribusi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan

termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian dan/atau pengawasan selama

proses, pengkajian dokumen produksi termasuk pengemasan, pengkajian

penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan

dari spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.

g) Obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian manajemen mutu

(pemastian mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan

dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan

peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan

(24)

h) Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa sedapat

mungkin produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani

sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar/simpan obat.

i) Tersedia prosedur inspeksi diri dan audit mutu yang secara berkala

mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem pemastian mutu.

j) Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi

spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan.

k) Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat.

l) Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu

produk.

m) Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui.

n) Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses

dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.

2.1.4.2 Personalia

Struktur organisasi industria farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga

bagian produksi dan urusan mutu dipimpin oleh apoteker yang berlainan dan tidak

saling bertanggung jawab satu dengan yang lainnya. Manajer produksi dan manajer

urusan mutu membawahi beberapa supervisor yang terlatih dan memiliki

ketrampilan teknis serta pengalaman dalam bidang yang berkaitan dengan bidangnya.

Manajer produksi, urusan mutu haruslah seorang apoteker terdaftar ditentukan

oleh Otoritas pengawasan Obat (OPO) yang telah menjalani pelatihan-pelatihan yang

(25)

mutu memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh dalam mutu obat yang

dihasilkan.

Setiap karyawan yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatan obat dan

yang karena tugasnya harus memasuki daerah pembuatan obat, hendaklah diberikan

pelatihan yang sesuai dengan tugasnya maupun pelatihan CPOB. Pelatihan

hendaknya dilaksanakan secara berkesinambungan dengan program tertulis yang

disetujui oleh manajer produksi dan manajer pengawasan mutu. Pelatihan khusus

diberikan kepada karyawan yang bekerja di daerah steril, di daerah bersih, atau bagi

mereka yang bekerja menggunakan bahan yang beresiko tinggi, toksis atau yang

menimbulkan alergi. Pelatihan hendaknya diberikan oleh orang yang cakap.

Dokumen pelatihan harus disimpan dengan baik dan efektifitas program pelatihan

hendaknya dinilai secara berkala.

2.1.4.3 Bangunan

Bangunan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki ukuran, rancangan

kontruksi serta letak yang memadai agar memudahkan dalam melaksanakan kerja,

pembersihan dan pemeliharaan yang baik. Tiap sarana kerja hendaklah memadai,

sehingga setiap resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan berbagai

kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu obat, dapat dihindarkan.

Lokasi bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan

(26)

tidak sesuai, tindakan yang efektif hendaklah diambil untuk mencegah

pencemarannya.

Dalam menentukan rancang bangun dan penataan gedung hendaklah

dipertimbangkan hal-hal berikut :

1. Kesesuaian dengan kegiatan lain, yang mungkin dilakukan dalam sarana yang

sama atau dalam sarana yang berdampingan.

2. Pencegahan terjadinya penggunaan kawasan produksi sebagai lalu lintas

umum bagi karyawan atau bahan-bahan ataupun sebagai tempat penyimpanan

kecuali untuk bahan-bahan yang sedang dalam proses.

Untuk kegiatan-kegiatan berikut diperlukan daerah tertentu yaitu:

1. Penerimaan bahan

2. Karantina barang masuk

3. Penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas

4. Penimbangan dan penyerahan bahan atau produk

5. Pengolahan

6. Pencucian peralatan

7. Penyimpanan peralatan

8. Penyimpanan produk ruahan

9. Pengemasan

10. Karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir

(27)

12. Laboratorium pengawasan mutu

Bangunan hendaklah mendapatkan penerangan, suhu, kelembaban dan

ventilasi yang tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan

penyimpanan.

2.1.4.4 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah didesain dan

dikonstruksi sesuai dengan tujuannya, memiliki rancang bangun dan kontruksi yang

tepat. Permukaan peralatan yang bersentuhan lansung dengan bahan atau produk

tidak boleh bereaksi karena dapat merubah identitas, mutu dan kemurnian produk

yang dihasilkan, tidak boleh mencemari produk, harus mudah dibersihkan baik

bagian dalam maupun bagian luar mesin/alat tersebut. Peralatan yang digunakan

untuk menimbang, mengukur, dan menguji harus diperiksa ketelitiannya secara

teratur serta dikalibrasi menurut program dan prosedur yang tepat.

Pemasangan dan penempatan alat harus dapat mencegah terjadinya

kontaminasi silang dan cukup renggang untuk memberikan keleluasaan kerja. Saluran

air, uap, udara bertekanan atau hampa udara harus dipasang dengan baik sehingga

mudah dicapai selama kegiatan berlangsung.

Peralatan hendaknya dirawat menurut jadwal agar tetap berfungsi dengan baik

dan mencegah pencemaran terhadap produk. Catatan mengenai pelaksanaan,

(28)

yang menunjukkan tanggal, waktu, kekuatan dan nomor batch atau lot produk yang

diolah dengan peralatan tersebut serta pelaksana pembersih.

2.1.4.5 Sanitasi dan Higiene

2.1.4.5.1 Personalia

1. Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian

pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya.

2. Semua karyawan hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan, baik pada

waktu diterima bekerja maupun selama bekerja.

3. Setiap karyawan hendaklah menerapkan higiene pribadi yang baik.

4. Karyawan yang menderita suatu penyakit atau mempunyai luka terbuka, yang

dapat merugikan kualitas produk, hendaklah dilarang untuk menangani bahan

dan produk sampai dia sembuh kembali.

5. Semua personil hendaklah diperintahkan dan didorong untuk melaporkan

kepada atasan langsung tiap keadaan yang menurut penilaian mereka dapat

merugikan produk.

6. Dihindarkan persentuhan langsung antara tangan dengan bahan baku, produk

antara dan produk ruahan.

7. Karyawan harus mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan

produksi.

8. Merokok, makan, minum, mengunyah, meletakkan tanaman, menyimpan

(29)

9. Peraturan higiene perorangan hendaklah diberlakukan bagi setiap orang yang

memasuki daerah produksi.

2.1.4.5.2 Bangunan

1. Rancang bangun gedung harus memudahkan untuk pelaksanaan sanitasinya.

2. Tersedianya toilet dalam jumlah yang cukup dengan ventilasi yang baik.

3. Tersedia tempat penyimpanan barang milik pribadi yang memadai.

4. Fasilitas penyiapan makanan dibatasi daerah khusus, harus terpelihara dan

bersih.

5. Harus tersedia tempat sampah yang cukup yang terletak diluar bangunan

produksi, jangan biarkan sampah menumpuk dimana-mana.

6. Rodentisida, insektisida, bahan fumigasi dan bahan pembersih lain yang

digunakan pada sanitasi tidak boleh mencemari peralatan, bahan baku, bahan

pengemas, produk dalam proses dan produk jadi. Adanya peraturan tertulis

untuk pemakaian rodentisida, insektisida, bahan fumigasi dan bahan

pembersih lain yang disusun dan dipatuhi untuk mencegah pencemaran.

7. Harus mempunyai prosedur tetap sanitasi, meliputi cara-cara sanitasi, jadwal

pelaksanaan sanitasi dan penanggung jawab pelaksanaan sanitasi.

2.1.4.5.3 Peralatan

1. Setelah peralatan digunakan harus segera dibersihkan baik bagian dalam

maupun luarnya sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

2. Hindari penggunaan sikat dan udara bertekanan, gunakan vakum atau cara

(30)

3. Pembersihan peralatan yang dapat dipindah-pindahkan hendaklah dilakukan

diruang terpisah dari ruang produksi.

4. Prosedur tetap cara pembersihan alat harus ditaati.

2.1.4.6 Produksi

Produksi obat hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang

berkompeten, dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan agar selalu

diperoleh obat jadi yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Prosedur produksi

hendaklah dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama-sama dengan

penanggung jawab pengawasan mutu. Setiap penyimpangan prosedur yang telah

ditetapkan hendaknya dicatat pada catatan bets dan bila perlu proses produksi setiap

bets sebelumnya dievaluasi kembali.

2.1.4.6.1 Bahan awal

1. Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui

dan memenuhi spesifikasi yang relevan.

2. Setiap pemasukan, pengeluaran dan sisa bahan harus dilakukan pencatatan.

3. Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan

diluluskan untuk pamakaian oleh kepala bagian pengawasan mutu.

4. Setiap bahan awal, sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan hendaklah

memenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan yang diberi label

(31)

5. Bahan awal yang mengalami kerusakan oleh suhu disimpan ditempat yang

suhu udaranya diatur.

6. Persediaan bahan awal diperiksa dalam selang waktu tertentu untuk

meyakinkan bahwa wadahnya tertutup rapat, bertanda yang benar dan dalam

kondisi yang baik, pemeriksaan laboratorium kembali dilakukan sesuai

prosedur yang ditentukan.

7. Semua bahan awal yang tidak memenuhi syarat ditandai dengan jelas,

ditempatkan terpisah dan secepatnya dikembalikan kepemasok atau

dimusnahkan.

2.1.4.6.2 Validasi Proses

Semua prosedur produksi hendaklah divalidasi dengan tepat. Validasi

dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya harus

disimpan. Program dan dokumentasi validasi hendaklah membuktikan kecocokan

bahan yang dipakai, keandalan peralatan dan sistem serta kemampuan petugas

pelaksanaan.

Perubahan penting dalam proses, peralatan atau bahan hendaklah disertai

dengan validasi ulang, untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap

menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

2.1.4.6.3 Pencemaran

Pencemaran silang hendaklah dihindari dengan tindakan teknis atau

(32)

• Produksi di dalam gedung terpisah.

• Tersedia ruang penyangga udara dan penghisap udara.

• Memakai pakaian pelindung yang sesuai.

• Melaksanakan prosedur pembersihan.

2.1.4.6.4 Sistem penomoran bets dan lot.

Penomoran bets dan lot diperlukan secara rinci untuk memastikan bahwa

produk antara, produk ruahan, dan produk jadi dapat dikenali dengan nomor bets atau

lot tertentu. Sistem penomoran ini hendaknya menjamin bahwa nomor bets dan lot

yang sama tidak digunakan secara berulang.

2.1.4.6.5 Penimbangan dan penyerahan

Penimbangan dan penyerahan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan

produk jadi harus dilakukan dan didokumentasikan sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan. Sebelum dilakukan penimbangan harus dilakukan pemeriksaan

kebenaraan penandaan termasuk label pelulusan dari bagian pengawasan mutu. Untuk

menghindari terjadinya kontaminasi silang, dan hilangnya identitas maka bahan awal,

produk antara, dan produk ruahan yang ada di daerah penyerahan hanya boleh untuk

satu bets saja.

2.1.4.6.6 Pengembalian

Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang

(33)

dan tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi spesifikasi yang

telah ditetapkan.

2.1.4.6.7 Pengolahan

• Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah di periksa

terlebih dahulu.

• Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan

bersamaan di dalam ruang yang sama.

• Peralatan yang sudah dibersihkan hendaklah diberi penandaan yang

sesuai.

• Semua kegiatan pengolahan dan kejadian diluar prosedur hendaklah

dilaporkan.

2.1.4.6.8 Pengawasan Selama Proses

Prosedur pengawasan selama proses harus dipatuhi seperti pengambilan

contoh, frekuensi pengambilan contoh, dan jumlah yang diambil untuk pemeriksaan.

Hasil pengujian pengawasan selama proses harus dicatat dan didokumentasikan.

Pengawasan mutu selama proses produksi (IPC) dilakukan untuk:

1. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah diperiksa

pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan.

2. Kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan

(34)

2.1.4.6.9 Pengemasan

Kegiatan pengemasan berfungsi membagi-bagi dan mengemas produk ruahan

menjadi produk jadi. Proses pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah

pengawasan ketat untuk menjaga identitas, keutuhan, dan kualitas barang yang sudah

dikemas. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai hendaklah dilakukan pemeriksaan

untuk memastikan bahwa peralatan dan ruang kerja dalam keadaan bersih dan bebas

dari produk dan sisa produk lain atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan

yang dilakukan. Sebelum menempatkan bahan pengemas pada jalur pengemasan

hendaklah diadakan pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan yang bersangkutan oleh

petugas yang ditunjuk sesuai dengan prosedur tertulis yang ditentukan.

Pada penyelesaian proses pengemasan produk yang sudah dikemas hendaklah

diperiksa dengan teliti untuk memastikan bahwa produk obat tersebut sesuai dengan

persyaratan dalam prosedur pengemasan induk. Hanya obat jadi yang berasal dari

satu bets pengemasan saja yang boleh ditempatkan pada satu palet. Bila ada karton

yang tidak penuh maka jumlah yang ada didalamnya hendaklah dituliskan pada

karton tersebut.

2.1.4.6.10 Penyimpanan Bahan Awal, Produk Antara, Produk Ruahan, dan

Obat Jadi

Semua bahan hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk mencegah

resiko tercampur-baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan

(35)

lainnya maupun terhadap dinding, tidak diletakkan dilantai, dan dalam kondisi

lingkungan yang sesuai. Penyimpanan diluar gudang diperbolehkan bagi bahan yang

dikemas dalam wadah kedap yang mutunya tidak terpengaruh oleh suhu dan kondisi

lain.

Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi yang disimpan

di area gudang hendaklah mempunyai kartu stok.

2.1.4.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu adalah bagian yang penting dari cara pembuatan obat yang

baik agar tiap obat yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan

tujuan penggunaannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan

pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari

awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.

Pengawasan mutu meliputi semua fungsi analisa yang dilakukan laboratorium

termasuk pengambilan contoh, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk

antara, produk ruahan, dan obat jadi. Pengawasan mutu juga meliputi program uji

stabilitas, pemantauan lingkungan kerja, validasi, dokumentasi suatu bets, program

penyimpanan contoh dan penyusunan serta penyimpanan spesifikasi yang berlaku

dari tiap bahan dan produk termasuk metode pengujiannya.

Bagian pengawasan mutu melaksanakan tugas pokok sebagai berikut:

(36)

b. Menyiapkan prosedur tertulis yang rinci untuk melakukan seluruh

pemeriksaan, pengujian dan analisis.

c. Menyusun program dan prosedur pengambilan sampel secara tertulis.

d. Memastikan pemberian label yang benar pada wadah bahan dan produk.

e. Menyimpan contoh pertinggal untuk rujukan dimasa mendatang.

f. Meluluskan atau menolak tiap bets bahan awal, produk antara, produk ruahan

atau produk jadi.

g. Mengevaluasi stabilitas semua obat jadi secara berlanjut, bahan awal jika

diperlukan, dan menyiapkan intruksi mengenai cara penyimpanan bahan awal

dan obat jadi di pabrik berdasarkan data stabilitas yang ada.

h. Menetapkan masa simpan bahan awal dan produk jadi berdasarkan data

stabilitas serta kondisi penyimpanannya.

i. Berperan atau membantu pelaksanaan program validasi.

j. Menyiapkan baku pembanding sekunder sesuai dengan prosedur pengujian

yang berlaku dan menyimpan baku pembanding tersebut pada kondisi yang

tepat.

k. Menyimpan catatan analitis dari hasil pengujian semua sampel yang diambil.

l. Melakukan evaluasi produk jadi kembalian dan menetapkan apakah produk

tersebut dapat diluluskan atau diolah ulang atau harus dimusnahkan.

m. Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama bagian lain dalam perusahaan.

n. Memberikan rekomendasi untuk pembuatan obat oleh pihak lain atas dasar

kontrak setelah diadakan evaluasi terhadap kontraktor yang bersangkutan

(37)

2.1.4.8 Inspeksi Diri

Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek

produksi dan pengendaliaan mutu senantiasa memenuhi persyaratan CPOB. Program

inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mencari kelemahan dalam pelaksanaan

CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikannya. Inspeksi diri ini hendaklah

dilaksanakan secara teratur. Tindakan perbaikan yang disarankan hendaklah

dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri ditunjuk tim inspeksi yang mampu

menilai secara objektif pelaksanaan CPOB. Prosedur dan catatan mengenai inspeksi

diri hendaklah dibuat.

Untuk mendapatkan standart inspeksi diri yang minimal dan seragam maka

disusun daftar pemeriksaan selengkap mungkin. Daftar pemeriksaan hendaklah

meliputi pertanyaan mengenai hal-hal berikut:

1. Personalia.

2. Bangunan termasuk fasilitas untuk personil.

3. Perawatan bangunan dan peralatan.

4. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi.

5. Peralatan.

6. Pengolahan dan pengawasan selama proses.

7. Pengawasan mutu.

8. Dokumentasi.

(38)

10. Program validasi.

11. Kalibrasi alat atau sistem pengukuran.

12. Prosedur penarikan kembali obat jadi.

13. Penanganan keluhan.

14. Pengawasan label.

15. Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.

Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang paling sedikit

terdiri dari 3 (tiga) anggota yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing

dan memahami CPOB. Anggota tim dapat dibentuk dari dalam atau dari luar

perusahaan. Tiap anggota hendaklah bebas dalam memberikan penilaian atas hasil

inspeksi.

2.1.4.9 Penanganan Keluhan terhadap produk penarikan kembali produk dan produk kembalian

Keluhan dan laporan yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan

obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.

Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan

atau penghentian pembuatan obat tersebut.

Keluhan

• Hendaknya ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani

keluhan dan memutuskan tindakan yang akan dilakukan bersama staf yang

(39)

• Hendaknya tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan dan tindak

lanjut yang sesuai termasuk penarikan kembali produk.

Penarikan kembali produk

• Hendaknya ditunjuk personil yang bertanggung jawab melaksanakan dan

mengkoordinasi penarikan kembali produk.

• Hendaknya tersedia prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala untuk

mengatur segala tindakan penarikan kembali.

Produk Kembalian

• Industri Farmasi hendaknya menyiapkan prosedur penahanan, penyelidikan

dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk

kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan

evaluasi secara kritis.

2.1.4.10 Dokumentasi

Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi

manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, catatan dan

laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian, serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan

obat. Sistem dokumentasi hendaklah menggambarkan riwayat lengkap dari setiap

bets atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran

terhadap bets atau lot produk yang bersangkutan.

Sistem dokumentasi diperlukan pula dalam pemantauan dan pengendalian, misalnya

(40)

2.1.4.11 Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,

disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat

menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak

harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan

yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu.

2.1.4.12 Validasi

Validasi adalah tindakan pembuktian yang didokumentasi dengan cara-cara

yang sesuai bahwa tiap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau

mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu akan senantiasa

mencapai hasil yang diinginkan.

Cara-cara pelaksanaan validasi terbagi empat yaitu:

1. Validasi Prospektive

Adalah validasi berdasarkan pada perolehan data perdana sesuai protokol

validasi yang direncanakan. Validasi ini berlaku untuk produk yang belum

beredar.

2. Validasi Concurrent

Adalah validasi yang berdasarkan data otentik yang diperoleh dan

dikumpulkan dari proses yang sedang dilaksanakan. Validasi ini berlaku pada

(41)

3. Validasi Retrospektive

Adalah validasi yang berdasarkan data otentik yang diperoleh dan

dikumpulkan dari proses yang sudah dilaksanakan dan dinilai menurut prinsip

statistik. Validasi ini berlaku pada produk yang sudah beredar.

4. Validasi Ulang

Adalah validasi yang dilakukan bila ada perubahan bahan baku, proses

(42)

BAB III

KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI

3.1 Aspek Personalia

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memiliki personalia sebanyak

71 orang dengan berbagai pendidikan, ketrampilan, dan kemampuan sesuai dengan

bidang tugasnya masing-masing.

3.2 Struktur Organisasi

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dipimpin oleh seorang Plant

Manager yang membawahi:

1. Bagian Perencanaan produksi dan pengendalian inventori.

2. Bagian Produksi dengan 2 supervisor.

- Supervisor produksi

- Supervisor pengemasan

3. Bagian Pemastian mutu.

4. Supervisor tekhnik dan pemeliharaan.

5. Supervisor umum dan personalia.

6. Supervisor keuangan.

(43)

8. Supervisor penyimpanan.

3.3Sediaan-sediaan obat yang diproduksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

1. Antalgin tablet 500 mg (1000 tablet/botol)

2. Antalgin tablet 500 mg strip 10 x10

3. Betamethason 0,1% krim

4. Betason krim

5. Betason-N krim

6. Calcium tablet 500 mg (1000 tablet/botol)

7. Dexocort 0,2% krim

8. Ekstrak belladone tablet 10 mg

9. Fitocassol krim

10. Fungoral krim

11. Gentamisin 0,1% salep

12. Hidrocortison 2,5% krim

13. Parasetamol tablet 500 mg strip 10 x 10

14. Undecyl salep

15. Vitamin B komplek tablet (1000 tablet/botol)

16. Glyceryl guaiacolate 100 mg (1000 tablet/botol)

3.4 Kegiatan Industri PT Kimia farma (Persero)Tbk. Plant Medan

Adapun kegiatan di industri PT Kimia farma (Persero)Tbk. Plant Medan adalah:

(44)

Tugas dan fungsi dari PPPI yaitu:

1. Merencanakan kebutuhan bahan produksi.

2. Mengontrol jalannya pembuatan obat.

3. Merencanakan pengiriman obat jadi.

4. Melakukan stok opname ke gudang pada tiap akhir triwulan.

Dasar perencanaan adalah pesanan yang berasal dari direktorat pemasaran di

Jakarta per triwulan. Dari jumlah pesanan tersebut dikonversikan per bets karena tiap

produk memiliki ukuran bets yang berbeda.

Untuk pemesanan bahan, PPPI memperhatikan stok bahan baku yang ada di

gudang, stok produk ruahan atau setengah jadi dari stok produk jadi di gudang,

sehingga dapat diketahui beberapa bahan yang akan dipesan.

Setelah semua jumlah bahan yang diperlukan untuk produksi dihitung, maka

PPPI mengeluarkan Surat Permintaan Pembelian Bahan (SPPB) ditujukan kepada

bagian pembelian. Pembelian ada dua cara yaitu: secara terpusat di Jakarta dan secara

lokal di Medan. Bagian pembelian ini akan memilih pemasok yang paling murah

tetapi memenuhi spesifikasi bahan yang diminta, kemudian bagian pembelian

menerbitkan surat pemesanan (Purchase Order/ PO) dan ditandatangani pimpinan.

Dibuat tembusan satu lembar arsip pesanan kebagian gudang agar disiapkan

tempatnya.

Bahan pesanan yang datang diterima oleh bagian gudang dimana bagian

(45)

diminta pada arsip pesanan dengan bahan yang akan diantarkan. Bahan tersebut akan

dikarantina dan diberi label kuning sementara bagian gudang membuat surat

permohonan periksa ke bagian pengawasan mutu untuk melakukan sampling dan

pemeriksaan terhadap bahan tersebut. Bila bahan memenuhi syarat akan diberi label

hijau disertai Hasil Pemeriksaan Laboratorium (HPL), jika tidak memenuhi syarat

akan diberi label merah dan HPL serta dikembalikan ke pihak pemasok.

Setelah semua bahan yang dipesan lengkap, maka PPPI membuat Surat

Perintah Kerja (SPK) ke bagian produksi yang ditandatangani pimpinan. Pada SPK

tersebut ditulis No. SPK, nama sediaan, No Bets, dan kapan obat tersebut diharapkan

siap diproduksi. SPK dari PPPI yang dikirim kebagian produksi dilampiri catatan

pengolahan bets, catatan pengemasan bets, Surat Perintah Pengeluran Bahan Baku

(SPPBB) dan Bahan Pengemasan (SPPBK). SPK dibuat rangkap 4 dengan distribusi

ke produksi, gudang laboratorium dan arsip.

Obat jadi yang telah siap diproduksi dan dikemas kemudian dikirim kegudang

penyimpanan obat jadi. Setelah dilakukan finished pack analysis oleh petugas

pengawasan mutu. Obat jadi tersebut akan dikirimkan oleh PPPI ke Unit Logistik

Sentral (ULS) Jakarta, maka PPPI membuat surat kebagian gudang untuk

menyiapkan obat jadi tersebut untuk dikirimkan ke Jakarta akan dilakukan stock

opname. Pada bahan yang telah di stock opname akan diberi label stock opname

(46)

3.4.2 Produksi

Produksi adalah semua kegiatan pembuatan mulai dari penerimaan bahan

awal, pengolahan sampai dengan menghasilkan obat jadi. Kegiatan produksi ini

dilakukan di area terkendali dan tidak berhubungan langsung dengan bagian gudang

ataupun perkantoran.

Tugas dari bagian produksi PT kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan:

1. Melaksanakan pembuatan obat sesuai dengan surat perintah kerja (SPK) dari

bagian PPPI, mulai dari permintaan bahan baku ke gudang, penimbangan,

pengolahan, pengemasan, sampai pengiriman obat jadi ke gudang obat jadi

sesuai dengan prosedur tertulis yang telah ditetapkan (Protap).

2. Melaksanakan dokumentasi atas semua tindakan yang dilakukan selama

proses pengolahan dan pengemasan dengan berpedoman pada protap.

Sebelum dimulainya kegiatan produksi, petugas yang terlibat dalam kegiatan

produksi ataupun yang memasuki area produksi harus memakai pakaian

bersih, masker, penutup kepala, dan mencuci tangan menggunakan antiseptik

yang tersedia sebelum memakai sarung tangan.

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memulai kegiatan produksi:

1. Ruang produksi harus tetap terjaga kebersihan, dimana kegiatan pembersihan

dilakukan tiap pagi sebelum dimulai kegiatan produksi dan sore hari sesudah

(47)

2. Temperatur dan kelembaban tiap ruangan produksi diatur sedemikan rupa

menggunakan Air Handling System (AHS) yaitu AC sentral.

3. Peralatan yang digunakan harus dipastikan selalu dalam keadaan bersih

sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan produksi.

4. Ruangan Produksi harus mendapat penerangan dan pertukaran udara yang

cukup agar kegiatan produksi berjalan lancar.

Produksi dilaksanakan setelah adanya SPK dari bagian PPPI ke bagian

produksi, dan dilakukan produksi sesuai dengan protap yang telah ditetapkan serta

mendokumentasi setiap tindakan yang dilakukan selama produksi.

Setelah adanya perintah produksi dari PPPI, bagian produksi untuk meminta

bahan baku ke bagian gudang dengan surat perintah pengeluaran bahan baku dan

bahan pengemas, petugas gudang melakukan penimbangan atau penyerahan bahan

sesuai dengan yang ditulis pada SPPBB/SPPBK tersebut. Selama produksi

berlangsung, dibuat laporan proses produksi mulai dari penimbangan bahan sampai

pengemasan yang bertujuan untuk dokumentasi, sehingga bila terjadi kekeliruan

ataupun kesalahan pada proses produksi, dapat segera diketahui pada proses dimana

kesalahan tersebut terjadi dan diambil tindakan untuk mengatasi permasalahan

tersebut.

Laporan proses produksi memuat nama sediaan, No bets, besar bets, tahapan

proses, operator, tanggal, jam, hasil, pengawasan yang berguna untuk mengetahui

(48)

proses produksi ini diisi oleh petugas yang melakukan suatu tahapan proses produksi

dan diketahui oleh supervisor produksi.

Selama proses produksi berlangsung dilakukan pengawasan dalam proses (In

Process Control/IPC). IPC yang dilakukan ada 2 macam, yaitu:

1. Dilakukan oleh pihak produksi, yaitu setiap 15 menit sekali dilakukan

pemeriksaan keseragaman bobot.

2. Dilakukan oleh pihak pengawasan mutu, antara lain: uji kekerasan, waktu

hancur, disolusi, friabilitas, keseragaman bobot dan kadar zat berkhasiat

untuk tablet sedangkan untuk krim dilakukan uji pH, stabilitas dan

homogenitas.

Obat yang telah selesai diproduksi akan dilakukan pengemasan primer

dibagian produksi yang selanjutnya diserahkan kebagian pengemasan sekunder

melalui pass box untuk dilakukan pengemasan sekunder sampai dihasilkan obat jadi.

Obat jadi yang telah selesai dikemas, ditimbang dan dicatat selanjutnya dibuat

permohonan periksa kebagian pengawasan mutu untuk dilakukan finished pack

analysis. Obat jadi yang lulus pemeriksaan selanjutnya diserahkan ke gudang

penyimpanan obat jadi.

Bagian Produksi pada PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan terdiri

dari:

(49)

Jalur penyimpanan krim terpisah dari jalur produksi yang lain dimana pada jalur

produksi ini terdiri dari beberapa ruangan yang telah diatur suhu, kelembaban dan

tekanan dengan AHS. Adapun ruangan pada jalur produksi krim terdiri dari:

a. Ruangan penimbangan

Pada ruangan ini dilengkapi dengan beberapa alat timbangan digital, lemari

asam, dust collector, Air Handling System (AHS). Bahan – bahan yang telah

ditimbang akan ditempatkan pada staging area untuk kemudian diambil oleh

petugas produksi lain untuk dilakukan proses produksi selanjutnya. Ruangan

dipakai untuk menimbang bahan sediaan krim, tablet, kapsul.

b. Ruangan pencampuran

Pada ruangan ini dilengkapi dengan 2 unit double jacket tank untuk

memanaskan fase air dan fase minyak, ultraturrax untuk mencampur bahan

aktif dengan bahan dasar krim, mixer untuk pengadukan sehingga diperoleh

produk ruahan. Alat-alat tersebut dibersihkan setiap pagi hari sebelum

digunakan dan sore hari sesudah selesai digunakan. Bila tidak ada

kegiatan produksi maka pembersihan dilakukan seminggu sekali. Selama

proses produksi dilakukan IPC oleh bagian pengawasan mutu.

c. Ruangan pengisian

Ruangan untuk melakukan pengisian sediaan krim ada 2 yaitu:

(50)

Dilengkapi dengan mesin pengisian krim Elemech dengan kapasitas 2400

tube/jam dan neraca digital untuk IPC oleh operator.

• Ruang pengisian II

Dilengkapi dengan mesin pengisian krim pharmech dengan kapasitas

200-900 tube/ jam dan neraca digital untuk IPC oleh operator.

Sebelum pengisian krim, tube kosong yang telah dibersihkan dibagian

pengemasan dimasukkan ke pass box, dibawa oleh petugas produksi

keruang pengisian dan disusun kemesin pengisian yang telah dimasukkan

massa krim kemudian dilakukan pengisian. Setiap 15 menit dilakukan

pemeriksaan bobot oleh operator dan pada awal dan akhir pengisian

dilakukan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu.

d. Ruangan karantina

Pada ruang ini disimpan produk ruahan untuk menunggu pemeriksaan

laboratorium. Produk ruahan yang telah selesai diperiksa oleh bagian

pengemasan melalui pass box untuk dilakukan pengemasan sekunder.

2. Jalur Produksi tablet

Jalur produksi tablet terletak terpisah dari jalur produksi krim untuk

menghindari terjadinya pencemaran silang. Pada unit tablet juga terdapat beberapa

ruangan tersebut telah diatur suhu, kelembaban dan tekanan dengan AHS, juga

dilengkapi dengan dust collector sentral. Adapun ruangan pada jalur produksi tablet

(51)

a. Ruangan pencampuran

Semua bahan tambahan dan bahan aktif dimasukkan kedalam super mixer dan

dicampur hingga homogen, pengecualian untuk bahan pelicin dan bahan

pencampur luar. Massa di atas digranulasi dengan menggunakan alat rotary

wet granulator sehingga didapat granul basah. Untuk selanjutnya granul

basah tersebut dipindah keruang pengeringan.

b. Ruang pengeringan

Granul basah yang dihasilkan dikeringkan di dalam oven dengan suhu

50-60oC selama 10 jam (tergantung pada bahan yang akan dikeringkan).

Kapasitas oven tersebut 450kg/hari. Setelah kering dilakukan pemeriksaan

laboratorium dan selanjutnya dipindahkan keruangan granulasi untuk

pengayakan.

c. Ruang granulasi

Massa granul yang telah dikeringkan digranulasi dengan alat communiting

fitz mill, kemudian keruang pencampuran akhir.

d. Ruang Pencampuran akhir

Massa yang telah digranulasi dimasukkan kedalam alat v-mixer dan

ditambahkan dengan bahan pelicin dan bahan penghancur luar. Hasil yang

diperoleh kemudian dilakukan pemeriksaan IPC. Massa disimpan diruang

(52)

e. Ruang pencetakan

Ruang untuk pencetakan ada 5, masing-masing terdapat 1 alat cetak dan juga

terdapat dust collector, neraca digital, dan AHS. Setiap 15 menit operator

harus memeriksa keseragaman bobot. Bagian pengawasan mutu di dalam

ruang produksi melakukan pemeriksaan/pengujian terhadap produk ruahan

yang meliputi: pemerian, friabilitas, waktu hancur, kekerasan tablet, disolusi

dan keseragaman bobot.

f. Ruang sortir

Tablet yang dihasilkan disortir oleh petugas dari debu dan juga untuk bentuk

tablet yang tidak bagus/pecah kemudian dipindahkan keruangan pengemasan.

g. Ruang pengemasan

Tablet yang telah diluluskan oleh bagian pengawasan mutu dibawa ke ruang

pengemasan primer dan dikemas dalam kantong plastik. Tiap kantong berisi

1000 tablet dengan menggunakan mesin penghitung dan diberi silika gel. Juga

dilakukan pengemasan kedalam bentuk strip menggunakan mesin strip.

Setelah selesai dilakukan pengemasan primer dipindahkan keruangan

pengemasan sekunder melalui pass box untuk dilakukan pengemasan

sekunder.

3. Jalur Produksi kapsul

Sediaan kapsul yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero)Tbk. Plant

(53)

produksi kapsul juga terletak terpisah untuk menghindari terjadinya kontaminasi

silang. Pada jalur produksi kapsul juga terdapat beberapa ruangan dimana setiap

ruangan tersebut diatur suhu, kelembaban dan tekanan dengan AHS, juga dilengkapi

dust collector sentral.

Adapun ruangan pada unit kapsul terdiri dari:

a. Ruang pengeringan

Bahan pengisi (Avicel) dikeringkan terlebih dahulu didalam oven selama ±12

jam pada suhu 85oC. Setelah itu semua bahan dipindahkan keruang

pencampuran.

b. Ruang pencampuran

Pada ruang ini dilakukan pencampuran bahan aktif, bahan pengisi dan bahan

tambahan lainnya dengan menggunakan alat V-mixer selama ±15 menit.

Setelah homogen, massa disimpan diruang karantina menunggu pemeriksaan

oleh bagian pengawasan mutu dan kemudian dipindahkan keruang pengisian

kapsul.

c. Ruang pengisian kapsul

Massa yang telah homogen dimasukkan kemesin pengisian kapsul. Pada awal,

akhir pengisian dilakukan pengisian laboratorium dan setiap 15 menit

dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot oleh operator. Setelah itu

dipindahkan keruang seleksi kapsul. Dikemas dan diluluskan oleh bagian

(54)

3.4.3 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu adalah semua pengawasan yang dilakukan selama

pembuatan dan dirancang untuk menjamin agar produk obat yang dihasilkan

senantiasa memenuhi spesifikasi, identifikasi, kekuatan kemurnian dan karakteristik

lain yang telah ditetapkan. Pengawasan mutu merupakan bagian yang paling penting

dari Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) agar tiap obat yang dibuat memenuhi

persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Tanggung jawab pengawasan mutu:

1. Memastikan bahan awal memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan untuk

identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas dan keamanan.

2. Memastikan tahapan produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang

telah ditetapkan dan telah divalidasi.

3. Memastikan semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan selama

laboratorium terhadap suatu bets obat telah dilaksanakan dan bets tersebut

memiliki spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusi.

4. Memastikan suatu bets obat memenuhi persyaratan mutu selama waktu

peredaran yang ditetapkan. Setiap bahan baku yang dikarantina dilakukan

pengujian oleh bagian pengawasan mutu yang mencakup: spesifikasi,

(55)

3.4.3.1 Pemeriksaan Mutu Bahan Baku dan Bahan Pengemas

Bahan baku dan bahan pengemas datang dari pemasok kebagian gudang,

kemudian petugas laboratorium melakukan sampling dan pemeriksaan terhadap:

1. Bahan baku dan bahan tambahan

a) Pemeriksaan organoleptis, meliputi bentuk, warna, bau dan rasa.

b) Pemeriksaan kimia, meliputi pemeriksaan kualitatif, kuantitatif dan pH.

c) Pemeriksaan fisika, meliputi titik lebur, kelarutan dan berat jenis.

2. Bahan pengemas

a) Pemeriksaan kemasan, meliputi ukuran dan kebocoran wadah.

b) Pemeriksaan etiket, meliputi ukuran, kebenaran tulisan dan labeling, desain

dan warna.

3.4.3.2 Pengawasan Selama Proses (In Process Control/IPC)

Tujuan dilakukan pengawasan selama berlangsungnya proses pengolahan

yaitu untuk mencegah terlanjur diproduksinya obat yang tidak memenuhi spesifikasi.

Laboratorium pengujian IPC terletak di area produksi. Pengawasan ini dilakukan

dengan cara mengambil contoh dan mengadakan pemeriksaan dan pengujian terhadap

produk yang dihasilkan pada tahap-tahap tertentu dari proses pengolahan.

Pengawasan dalam proses pengolahan dilaksanakan oleh 2 pihak, yaitu:

1. Bagian produksi, yang menjamin bahwa mesin dan peralatan produksi

serta proses yang digunakan akan menghasilkan produk yang memenuhi

(56)

2. Bagian pengawasan mutu, yang meyakinkan bahwa produk yang

dihasilkan pada tahap tertentu telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan

sebelum dilanjutkan proses berikutnya. Bagian pengawasan mutu

menentukan apakah tahap lanjutan dari proses pengolahan dapat

dilaksanakan berdasarkan hasil pengujian yang diakukan.

Pengawasan dalam proses pengolahan (IPC) hendaklah meliputi pengujian

parameter kualitas antara lain:

a. Tablet: pemerian, kadar air, bobot rata-rata, bobot satuan, kadar bahan

aktif, kekerasan, friabilitas, waktu hancur dan disolusi.

b. Kapsul: pemerian, bobot rata-rata, bobot satuan, kadar bahan aktif, waktu

hancur dan disolusi.

c. Krim dan salep: pemerian, Ph , bobot rata-rata, homogenitas dan kadar

bahan aktif.

3.4.3.3 Pengawasan dalam Proses Pengemasan

Pengawasan dalam proses pengemasan hendaklah meliputi pemeriksaan

parameter kualitas antara lain:

a. Kerapatan tutup wadah seperti tutup botol dan tube.

b. Jumlah satuan produk dalam kemasan.

c. Kebenaran dan kebersihan bahan pengemas yang dipakai.

d. Kerapian pengemas, penulisan nomor bets, tanggal kadaluarsa.

(57)

3.4.4 Gudang

Gudang masih berada di area produksi tetapi tidak berhubungan langsung

dengan bagian produksi. Di gudang terbagi atas beberapa ruangan dimana ruangan

tersebut saling berhubungan dan dilengkapi AC untuk menjaga suhu dan kelembaban

ruangan. Adapun ruangan di gudang antara lain:

a) Ruang karantina bahan obat.

b) Ruang penyimpanan bahan pembantu yang telah diluluskan bagian

pengawasan mutu.

c) Ruang penyimpanan bahan baku yang telah diluluskan bagian pengawasan

mutu.

d) Ruang penyimpanan kapsul kosong.

e) Ruang penyimpanan obat jadi.

f) Ruang penyimpanan bahan pengemasan dan etiket.

g) Ruang penyimpanan aluminium foil.

h) Ruang barang reject.

3.4.5 Penerimaan Barang

Bahan pesanan yang masuk dari pemasok kebagian gudang akan diperiksa

kesesuaian nomor pesanan, jenis, jumlah bahan sesuai dengan surat pesanan oleh

petugas gudang dan dikarantina terlebih dahulu dan diberi label kuning, kemudian

bagian gudang membuat surat permohonan periksa kebagian pengawas mutu untuk

(58)

diberi label hijau disertai hasil pemeriksaan laboratorium (HPL), jika tidak memenuhi

syarat akan diberi label merah dan HPL serta dikembalikan kepihak pemasok ataupun

dimusnahkan. Bahan baku yang telah diluluskan oleh bagian pengawasan mutu akan

disimpan di ruang penyimpanan bahan baku dan dicatat kedalam kartu stok, begitu

juga dengan bahan pembantu.

3.4.6 Pengeluaran Barang

Bahan-bahan akan dikeluarkan bagian gudang kebagian produksi untuk

ditimbang setelah adanya surat perintah pengeluaran bahan baku dan bahan

pengemasan dari PPPI. Tiap bahan yang dikeluarkan akan dicatat ke kartu stock oleh

petugas gudang. Setelah obat jadi selesai diproduksi dan dikemas, bagian gudang

akan menyimpan obat jadi di ruang penyimpanan obat jadi dan akan

mengeluarkannya untuk dikirim setelah adanya intruksi dari PPPI.

Bahan-bahan yang ada di gudang akan dilakukan pemeriksaan ulang sesuai

(59)

3.4.7 Pengolahan Limbah

3.4.7.1 Pengolahan Limbah Cair

Gambar 1. Denah bak pengolahan limbah cair PT. Kimia Farma (perseo) Tbk. Plant Medan

Keterangan A = Saluran masuk E = Bak Aerasi

B = Bak penampung F = Bak Aerasi

C= Mesin pompa G = Bak Biokontrol

D = Bak Netralisasi H = Bak Sedimentasi

Sumber limbah cair berasal dari air cucian di ruang produksi dan air cucian

alat-alat di laboratorium.

Proses pengolahan limbah cair yaitu:

1) Limbah cair yang dikeluarkan ditampung dalam bak penampungan (B)

(60)

2) Pada bak netralisasi bila perlu, ditambahkan air kapur untuk menetralkan

limbah cair yang dikeluarkan. Selanjutnya limbah cair yang telah netral

dialirkan ke bak aerasi (E)

3) Pada bak aerasi (E) dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang

bertujuan untuk menginjeksikan udara kedalam bak tersebut supaya bakteri

aerob yang terdapat dalam bak tersebut dapat melakukan penguraian

bahan-bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut. Selanjutnya juga

dialirkan ke bak aerasi (F) dengan mendapatkan perlakuan yang sama. Lalu

dialirkan ke bak sedimentasi (H).

4) Pada bak sedimentasi (H), limbah cair tersebut didiamkan/diendapkan

beberapa hari selanjutnya dialirkan ke bak biokontrol (G).

5) Pada bak biokontrol, dilakukan pengujian terhadap hasil pengolahan limbah

cair tersebut berupa nilai BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD

(Chemical Oxygen Demand) bila telah memenuhi syarat nilai BOD dan COD

maka limbah cair yang telah diolah tersebut dapat dibuang ke lingkungan. Air

(61)

Tabel 1. Hasil Analisis Limbah Cair PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Pant Medan

Tanggal 22 Februari 2010 oleh Sucofindo

Parameter Baku Mutu (mg/l) Hasil (mg/l)

BOD

3.4.7.2 Pengolahan Limbah Padat

Sumber limbah padat berasal dari:

a. Debu yang pada dust collector di ruang produksi.

b. Debu yang berasal dari vacum cleaner yang digunakan untuk

membersihkan ruangan produksi, alat produksi.

c. Wadah, etiket yang rusak dari bagian pengemasan. Untuk tube

sebelum dimusnahkan digunting terlebih dahulu.

d. Bahan-bahan yang tidak memenuhi spesifikasi ataupun yang telah

rusak yang berasal dari bagian gudang.

Semua limbah padat tersebut dibakar oleh petugas dan sisa

(62)

3.4.8 Administrasi dan Keuangan

Keuangan di PT. Kimia Farma (Persero)Tbk. Plant Medan dipusatkan kekantor pusat yang ada di Jakarta. Oleh sebab itu membayar gaji karyawan ataupun

pembayaran faktur atas pembelian bahan-bahan baku, bahan kemasan, biaya umum

dan biaya pemeliharaan harus dibuat surat permintaan droping uang kekantor pusat

Jakarta.

Setelah dilakukan pemesanan bahan baku oleh bagian pembelian ke pemasok,

maka pemasok akan mengirimkan bahan baku tersebut disertai faktur masuk.

Pembelian bahan baku tersebut dicatatkan kedalam buku pembelian.

Pembayaran Faktur ada 2 macam yaitu:

1. Secara tunai, dibagi atas 2 macam yaitu:

a. Untuk pembelian dalam jumlah sedikit (<5 juta), pembayaran dilakukan

dengan uang kas, dan dicatatkan kedalam buku kas (dokumen 1).

b. Untuk pembelian dalam jumlah banyak (>5 juta), pembayaran dilakukan

dengan cek giro, dan dicatatkan kedalam buku bank.

Pembayaran secara tunai ini juga berlaku untuk biaya pemeliharaan mesin.

2. Secara Kredit.

Tenggang waktu pembayaran yang diberikan untuk pembelian secara kredit

(63)

Produk jadi akan dikirim ke Unit Logistik Sentral Jakarta dengan membuka

faktur keluar (Nota Penyerahan Intern/NPI). PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant

Medan tidak dapat melakukan penjualan kepihak luar, tetapi di perbolehkan

mengirim produk jadi tersebut ke PBF di Medan dan sekitarnya dengan faktur atas

nama Unit Logistik Sentral Jakarta untuk menghemat biaya transportasi. Pembayaran

atas penjualan (pelunasan faktur) diterima oleh kantor pusat Jakarta dan dicatatkan ke

dalam buku penjualan.

Setiap pembelian bahan-bahan baku dicatat dalam buku pembelian dikenai

pajak pertambahan nilai (PPN) yang disebut PPN masukan dan dicatat dalam buku

PPN masukan dan setiap penjualan obat jadi catat dalam buku penjualan dikenai

PPN keluaran dan dicatat dalam buku PPN keluaran. Untuk PT Kimia Farma

(Persero) Tbk. PlantMedan tidak berhak mengeluarkan PPN keluaran karena masih

satu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dengan yang ada di Jakarta. Pajak-pajak lain

yang dibayarkan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan adalah :

- pajak penghasilan 21

- pajak penghasilan 23

Gambar

Gambar 1. Denah bak pengolahan limbah cair PT. Kimia Farma (perseo) Tbk.    Plant Medan
Tabel 1. Hasil Analisis Limbah Cair PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Pant Medan
GAMBAR LOKASI SAMPLING

Referensi

Dokumen terkait

bahan awal yang memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditetapkan. Mengambil bagian atau memberikan bantuan dalam

Bagian Pengawasan Mutu hendaklah memberikan bantuan yang diperlukan atau mengambil bagian dalam pelaksanaan validasi berkala oleh bagian lain, khususnya bagian produksi

Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian Pengawasan Mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan

Bagian Pengawasan Mutu hendaklah memberikan bantuan yang diperlukan atau mengambil bagian dalam pelaksanaan validasi berkala oleh bagian lain, khususnya bagian produksi

Kegiatan PKP di PTKimia Farma (Persero)meliputi mempelajari sistem CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik ) seperti manajemen mutu (Pemastian Mutu) suatu obat, memahami

yang diembannya dalam industri farmasi agar selalu sesuai dengan CPOB. Untuk dapat menerapkan CPOB secara tepat dan

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki rancang bangun dan kontruksi yang tepat.Permukaan peralatan yang bersentuhan langsung dengan bahan atau produk

Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat..