Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
PENGARUH FREKUENSI PERKAWINAN DAN SEX RATIO TERHADAP LAMA BUNTING DAN LITTER SIZE
PADA KELINCI PERSILANGAN
SKRIPSI
OLEH :
SISKA RIA LIMBONG 030306016
IPT
DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH FREKUENSI PERKAWINAN DAN SEX RATIO TERHADAP LAMA BUNTING DAN LITTER SIZE
PADA KELINCI PERSILANGAN
SKRIPSI
OLEH :
SISKA RIA LIMBONG 030306016
IPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
3
Judu l Skripsi : Pengaruh Frekuensi Perkawinan dan Sex Ratio
terhadap Lama Bunting dan Litter Size pada Kelinci Persilangan
Nama : Siska Ria Limbong Nim : 030306016
Departemen : Peternakan
Program Studi : Ilmu Produksi Ternak
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Daisy Tambajong, MP) (Ir. Roeswandy
Ketua Anggota
)
Diketahui Oleh :
Ketua Departemen (Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP)
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Keridhaan Allah pada hambaNya tergantung keridhaan ibu-bapaknya dan kutukan Tuhan tergantung juga pada kutuk kedua bapaknya”
(H.R Turmudzi)
“Berpagi-pagilah kamu mencari rizki dan segala keperluan/hajat, karena sesungguhnya dipagi hari itu terdapat baraqah dan keuntungan”
(H.R Thabrani)
“Diam itu salah satu dari kebijaksanaan, tetapi sangat sedikit orang melakukan demikian” (H.R.Baihaqi)
“Ya Allah, tambahkan lah kepadaku ilmu dan berilah aku paham dan pengertian yang baik”
Ayah…….Nasehat yang telah kau berikan Menjadi bekal bagi masa depanku Ibu…….Kasih sayang yang kau berikan Menjadi semangat untuk mencapai cita-citaku
Kakak…….Support yang kau berikan Sangat berharga bagiku
Terima kasih Ayahanda, Ibunda dan Kakanda Semoga tetes keringatmu berhasil kuwujudkan Dan semoga kelak aku menjadi orang yang berhasil
Kupersembahkan sebagai bukti dan terima kasihku buat orang yang paling aku sayangi :
Ayahanda : A. Limbong Ibunda : S. Tumangger Kakanda : Juliati Limbong SPd
Abang-abangku dan Adekku Yang sangat kusayangi
Jhoni kurnyawan Limbong & Sariana Manurung, Yusup Limbong & Almina Ginting, Serta nasifta Limbong & Kasihan Berutu, Juliati Limbong SPd, Boy Syah putra (Sempurna) Limbong dan Adekku tercinta Niro Pujiati Limbong
(Akfis)
Teristimewa buat Abangku Jamin Purba SPt berkat bantuannya, skripsi ini bisa terwujud. Semoga peternakan abang semakin maju & sukses
Thans To: kawan-kawan se Angkatan 2003, kawan PKL ku Rani, Irfan, Bagus & Indra semoga renjer tetap bersatu, buat teman penelitianku Dewi, Nenonk, Martha
Natalia & Melati semoga kita bisa berbagi suka&duka, buat kawan-kawan dikampus Satrio, Noven, Karina, Asmaria, Simon, Lamtiur dll yang tidak bisa
disebutkan satu persatu terima kasih teman, tanpa kalian kuliah terasa sunyi. Semoga kita semua berhasil.
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRAC
Siska Ria Limbong, 2007. "The effect of mating frequency and sex ratio
on pregnancy period and litter size in crossbred rabbit”. Under addviced of Dr. Ir. Daisy Tambajong, MP as counsellor comission chief and Ir. Roeswandi as counsellor member.
This research was conducted in Jl. Udara, Gg Rukun, Berastagi beginning from 5 June until 31 Juli 2007. The objective of this research were to know the influence of mating frequency and sex ratio and interaction on pregnancy period and litter size in crossbred rabbit.
This research was conducted by using faktorial complete Randomized design (FCRD). The first factor was tested mating frequency F1= frequency of once mating, F2= frequency of twice mating, F3= frequency of three mating and F4= frequency of four mating. The second factor was tested sex ratio B1= sex
ratio 2 : 1 , B2= sex ratio 4 : 1 and B3= sex ratio 6 : 1 . Of the
parameter was pregnancy percentage, pregnancy period and litter size.
The result of research indicated the average of pregnancy percentage (%) was 86,80 the highest was found in treatment F1B1, F3B1and F4B1 for 100 % and the lowest in F1B3 for 72,21 (%). The average pregnancy period (days) was 27,76 the highest was found in treatment F1B1 for 32.83 day and the lowest in F1B3 for 22,83 day.The average of litter size (head) was 6,88 the highest was found in treatment F3B1 for 8,00 (head) and the lowest in F1B1 for 6,17 (head).
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
Siska Ria Limbong, 2008. “Pengaruh frekuensi perkawinan dan sex ratio
terhadap lama bunting dan litter size pada kelinci persilangan”. Dibawah bimbingan Ibu Dr. Ir. Daisy Tambajong, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Roeswandi sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan di Jl Udara, Gg Rukun, Berastagi dimulai dari tanggal 5 juni hingga 31 juli 2007. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh frekuensi perkawinan dan sex ratio serta interaksinya terhadap lama bunting dan litter size pada kelinci persilangan.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah frekuensi perkawinan F1= frekuensi satu kali kawin, F2= frekuensi dua kali kawin, F3= frekuensi tiga kali kawin dan F4= frekuensi empat kali kawin. Faktor kedua yang diuji adalah sex
ratio B1= sex ratio (2 : 1 ), B2= sex ratio (4 : 1 ) dan B3= sex ratio
(6 : 1 ) dengan perameter persentase kebuntingan, lama bunting dan litter size. Dari hasil penelitian diperoleh rataan persentase kebuntingan (%) sebesar 86,80 yang tertinggi terdapat pada perlakuan F1B1, F3B1 dan F4B1 sebesar 100% dan terendah pada perlakuan F1B3 sebesar 72,21%. Rataan lama bunting (hari) sebesar 27,76 yang tertinggi terdapat pada perlakuan F1B1 sebesar 32,83 hari dan terendah pada perlakuan F1B3 sebesar 22,83 hari. Rataan litter size (ekor) diperoleh sebesar 6,88 yang tertinggi terdapat pada perlakuan F3B1 sebesar 8,00 ekor dan terendah pada perlakuan F1B1 sebesar 6,17 ekor.
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Frekuensi Perkawinan
dan Sex Ratio terhadap Lama Bunting dan Litter Size Kelinci Persilangan.“
yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Daisy Tambajong, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Roeswandy selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Jamin Purba S.Pt selaku pemilik peternakan tempat penulis melakukan penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermamfaat bagi semua kalangan.
Medan, Juni 2008
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
Siska Ria Limbong, lahir di Gunung Sitember, Kecamatan Tigalingga
pada tanggal 10 september 1984 dari Bapak Aripin Limbong dan Ibu S. Tumangger, yang merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara.
Jenjang pendidikan formal yang telah dilalui :
1. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Swasta di Gunung Sitember, tamat tahun 1997.
2. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri II di Tigalingga, tamat tahun 2000.
3. Pendidikan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Sidikalang, tamat tahun 2003.
4. Pendidikan Perguruan Tinggi di Universitas Sumatera Utara masuk melalui jalur PMP/PMDK pada tahun 2003.
Pendidikan Non Formal:
1. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Lembu Andalas Langkat (LAL), Desa Ara Condong, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat dari bulan Juni 2006 sampai bulan Agustus 2006.
2. Bendahara Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP) periode 2005/2006.
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 2
Hipotesa Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kelinci... 3
Sistem Perkembangbiakan pada ternak kelinci ... 4
Dewasa Kelamin/Pubertas ... 4
Sistem Perkawinan Betina ... 5
Kemampuan Kawin Pejantan ... 5
Kegagalan Perkawinan... 6
Kebuntingan ... 7
Litter Size ... 7
BAHAN ALAT DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 9
Bahan dan Alat Penelitian ... 9
Bahan Penelitian ... 9
Alat Penelitian ... 9
Metode Penelitian ... 10
Pelaksanaan Penelitian ... 11
Persiapan Kandang ... 11
Pemilihan Ternak ... 12
Penimbangan Kelinci ... 12
Random Ternak ... 12
Pemberian Pakan ... 12
Pengambilan Data Parameter yang Diamati 12
Persentase kebuntingan ... 12
Lama Bunting ... 13
Litter Size ... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 14
Persentase kebuntingan ... 14
Lama Bunting ... 15
Litter Size ... 15
Pembahasan ... 17
Persentase kebuntingan ... 17
Lama Bunting ... 18
Litter Size ... 20
Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 21
KESIMPULAN Kesimpulan ... 23
DAFTAR PUSTAKA
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
1. Data rataan persentase kebuntingan kelinci persilangan ... 14
2. Data rataan lama bunting kelinci persilangan ... 15
3. Data rataan litter size kelinci persilangan ... 16
4. Analisis sidik ragam persentase kebuntingan kelinci persilangan ... 17
5. Hasil uji jarak duncan (UJD) persentase kebuntingan ... 17
6. Analisis sidik ragam lama bunting kelinci persilangan ... 18
7. Hasil uji jarak duncan (UJD) lama bunting ... 19
8. Analisis sidik ragam litter size kelinci persilangan ... 20
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
1. Kombinasi frekuensi perkawinan dan sex ratio ...25
2. Frekuensi perkawinan betina ...27
3. Waktu kawin pada betina...30
4. Random Pejantan ...34
5. Random Betina ...35
6. Data Penelitian ...36
7. Data kebutuhan nutrisi ransum induk bunting dan menyusui... ....40
8. Komposisi ransum BUS 622...40
9. Data Dwikasta persentase kebuntingan kelinci persilangan ...40
10.Data Anova persentase kebuntingan kelinci persilangan ...40
11.Uji Jarak Duncan (UJD) persentase kebuntingan ...41
12.Data Dwikasta lama bunting kelinci persilangan ...41
13.Data Anova lama bunting kelinci persilangan ...41
14.Uji Jarak Duncan (UJD) lama bunting ...41
15.Data Dwikasta litter size kelinci persilangan ...41
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah dan permintaan yang juga semakin meningkat maka kebutuhan akan protein yang berasal dari hewani akan meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dewasa ini ternak kelinci mulai dilirik oleh masyarakat, karena mempunyai daging yang berkualitas tinggi dengan kadar lemak yang rendah.
Disamping itu, ternak kelinci juga mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan ternak lainnya, yakni dapat menghasilkan anak yang banyak, tidak membutuhkan areal yang luas, pemeliharaannya mudah, dan hasil sampingannya seperti bulu dibutuhkan untuk bahan dasar pembuatan tas dan berbagai aksesoris lainnya.
Dalam upaya mengembangkan peternakan kelinci maka kita perlu menerapkan sistem peternakan intensif seperti perbaikan nutrisi, pengaturan perkawinan yang tepat. Pengaturan sistem perkawinan diupayakan untuk meningkatkan keunggulan ternak dalam menghasilkan keturunan yang baik dan banyak.
Oleh karena itu, perlu kiranya dilaksanakan penelitian yang mengatur sistem perkawinan seperti frekuensi perkawinan dan sex ratio dan hubungan antara kedua faktor tersebut terhadap performans reproduksi betina seperti lama bunting dan Litter Size.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi perkawinan dan sex ratio serta interaksinya terhadap lama bunting dan Litter size data kelinci persilangan.
Kegunaan penelitian
• Sebagai bahan informasi bagi masyarakat dan peternak mengenai batas kemampuan reproduksi pejantan dalam melayani betina dan frekuensi kawin berapa untuk menghasilkan kebuntingan pada kelinci persilangan.
• Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
• Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan kalangan akademisi atau instansi yang berhubungan dengan peternakan kelinci.
Hipotesis penelitian
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Kelinci
Kelinci (Oriyctolagus cuniculus) adalah fauna yang tergolong dalam kelas mamalia yang bersifat mudah dipelihara, cepat berkembang biak, tidak memerlukan biaya besar dalam pemeliharaannya, mampu menghasilkan anak 4–6 kali setiap tahun, dengan jumlah anak 4–12 ekor anak per kelahiran (Sumoprastowo, 1993; Sarwono, 2002).
Berdasarkan bobotnya, kelinci dibedakan atas tiga tipe, yaitu kecil, sedang dan tipe berat. Tipe kecil berbobot antara 0,9–2,0 kg, tipe sedang antara 2,0–4,0 kg dan tipe berat 5,0–8,0 kg. Kelinci lokal tipe sedang berbobot 2–3 kg warnanya ada yang putih, hitam, coklat muda, belang atau warna campuran yang awalnya datang dari luar negeri sebagai ternak hias, lama tinggal di Indonesia yang akhirnya disebut kelinci lokal. Sedangkan menurut manfaatnya, ternak kelinci terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok pedaging seperti kelinci New zhealand White yang memiliki ciri-ciri bulu putih mulus, padat, tebal dan agak kasar kalau diraba, mata merah dan kelompok dwiguna seperti Chinchilla yaitu produksi bulu (fur) dan daging yang memiliki ciri-ciri warna bulu abu-abu (Sarwono, 2002).
energi 2600-2900 kkal/kg sedangkan untuk hidup pokok 2000-2200 kkal/kg (AAK, 1982; Aritonang, 1995).
Walaupun kelinci disebut sebagai ternak herbivora, kelinci tidak dapat mencerna serat kasar dengan baik. Belakangan ini kelinci yang diternakkan sudah diberi pakan konsentrat yang disesuaikan dengan tingkat produksinya (seperti untuk kelinci remaja, induk bunting dan induk menyusui). Pada ternak jantan, kekurangan zat makanan akan mempengaruhi kualitas sperma (Whendrato dan Madyana, 1999).
Sistem Perkembangbiakan ternak kelinci
Pada pengaturan perkawinan jangan mengawinkan kelinci lebih dari 3 kali seminggu. Tetapi dalam keadaan darurat kelinci bisa dikawinkan tiap hari dalam beberapa hari untuk mengejar kebuntingan dan kelahiran yang hampir bersamaan, tetapi setelah itu kelinci harus beristirahat lama. Perkembangbiakan kelinci dapat diatur dengan kelahiran terencana (Sumoprastowo, 1993).
• Dewasa Kelamin/Pubertas
5
• Sistem Perkawinan Betina
Kelinci dara sebaiknya dikawinkan setelah mencapai umur 6 bulan atau mencapai berat ± 2 kg, disamping itu harus dalam kondisi sehat. Jantan yang akan dipakai sebagai pejantan juga harus pertama kali digunakan pada umur 7 bulan (Hustamin, 2006). Bagi peternak yang sudah mahir dan berpengalaman, jarak perkawinan kelinci dapat dilaksanakan dengan tepat dengan makanan dan perawatan yang baik (Subroto, 1998).
Menurut Sumoprastowo (1993), bahwa ovulasi terjadi karena rangsangan pejantan pada waktu kawin dan ovum akan turun 8 jam kemudian kesaluran betina (oviduc) sesudah kawin, sehingga setelah 8–10 jam ovum akan bertemu dengan sperma yang menyebabkan kebuntingan. Sedangkan menurut Rismunandar (1990), pengulangan perkawinan sekitar delapan (8) jam kemudian baik sekali hasilnya, karena pembuahan sel telur berlangsung sekitar 1–2 jam setelah ovulasi.
• Kemampuan Kawin Pejantan
mengakibatkan penurunan kemampuan pejantan, dimana libido pejantan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti; faktor genetik, umur dan faktor lingkungan.
Pejantan dalam proses perkawinan dapat memancarkan beribu-ribu sperma. Rendahnya kualitas makanan pada pejantan mengakibatkan turunnya konsentrasi sperma dalam semen. Pada suhu yang tinggi biasanya kualitas semen rendah. Frekuensi ejakulasi terlalu sering akan menyebabkan; menurunnya libido, menurunnya volume dan menurunnya konsentrasi sperma (Partodihardjo, 1980).
• Kegagalan Perkawinan
Pada kelinci induk kegagalan perkawinan dapat ditunjukkan dengan ada tanda-tanda seperti kebuntingan, dengan membuat sarang dan memproduksi susu tetapi kenyataannya tidak melahirkan anak (kebuntingan semu). Kebuntingan semu diakibatkan oleh terlalu lama induk betina tidak dikawinkan lagi setelah beranak dan gagalnya proses pembuahan. Gagalnya proses pembuahan disebabkan oleh pejantan memiliki kualitas sperma yang jelek, luka pada uterus dan infeksi pada betina (Rismunandar, 1975; Subroto, 1998).
7
• Kebuntingan
Setelah kelinci dikawinkan, peternak perlu memeriksa kondisi ternaknya, apakah perkawinan tersebut menghasilkan kebuntingan atau mengalami kegagalan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menguji kembali, meneliti perkembangan perut kelinci betina dan memperhatikan nafsu makannya. Pengujian kembali dilakukan satu minggu setelah perkawinan, dengan cara memasukkan kembali kelinci betina kedalam kandang pejantan, jika betina menolak atau tidak mau dikawini pejantan, berarti kemungkinan besar betina bunting (Hustamin, 2006).
Lama kebuntingan pada ternak kelinci berkisar antara 28–35 hari. Dengan rata-rata kebuntingan selama 31 hari. Lama kebuntingan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti; bangsa/strain, umur induk, sifat-sifat khusus pewarisan, jenis kelamin anak yang dikandung, dimana jika anak yang dikandung jantan maka lama kebuntingan lebih lama satu hari dari anak betina (Partodihardjo 1980); Sedangkan menurut Rismunandar (1975), jika induk muda yang pertama kali bunting biasanya lama kebuntingan lebih pendek, begitu juga dengan jumlah anak, jika jumlah anak yang dikandung banyak biasanya lama kebuntingannya lebih pendek.
• Litter Size
keadaan badan induk dan juga pejantan yang dipakai (Kartadisastra, 1994; Krisno Rianggoro, 1995).
Banyak anak kelinci yang dihasilkan dari perkawinan tidak terlepas dari dari faktor kesuburan karena ada jenis kelinci yang bisa melahirkan anak dalam jumlah yang banyak yaitu 10 ekor dan ada jenis kelinci yang hanya dapat beranak 4 ekor, dimana umur yang baik untuk perkawinan ternak kelinci adalah umur 2-3 tahun (Rismunandar, 1990; Krisno Rianggoro, 1995; Subroto, 1998).
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Berastagi pada Peternakan Kelinci Bapak Jamin Purba, SPt. Berlokasi pada ketinggian 1368 m di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata 15-20oC. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari 5 Juni sampai 31 juli 2007.
Bahan dan Alat
Bahan
• Jenis kelinci betina dan jantan yang dipakai adalah keturunan kelinci persilangan dari New Zealand White dengan Chincila
• 144 ekor kelinci betina dengan kisaran umur 2–3 tahun dan kisaran bobot badan awal 1,8-3 kg.
• 36 ekor kelinci jantan umur 2 tahun dengan kisaran bobot badan awal 1,7-2,9 kg.
• Ransum yang diberikan konsentrat Berlian Unggas Sakti 622 (BUS 622) dan rumput yang diberikan secara ad libitum.
• Obat-obatan seperti Ivomec, Wormektin, Teramycin dan Betadine.
Alat
• Kandang individu sebanyak 180 petak, tiap petak berukuran 80 cm x 80 cm x 70 cm. 144 petak untuk kelinci betina dan 36 petak untuk kelinci jantan
• Tempat pakan
• Tempat minum
• Termometer
• Timbangan salter dengan kapasitas 2000 gr dan 5000 gr dengan kepekaan 0.01 g
• Bola pijar 60 watt untuk penerangan
• Pembersih kandang
• Alat tulis, buku data dan kalkulator
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 4 x 3 dengan dua faktor dimana :
Faktor I : F (frekuensi perkawinan)
F1 = 1 x kawin/14 hari F2 = 2 x kawin/14 hari F3 = 3 x kawin/14 hari F4 = 4 x kawin/14 hari
Faktor II : B (Sex Ratio)
11
Model matematik yang digunakan berdasarkan Hanafiah (2000) adalah :
Metode Analisa :
∑
+ −
+ +
= i j ( )j ijk.
Yijk µ α β αβ
Dimana :
Yijk = Respon yang diamati pada perlakuan I dan perlakuan j
µ = Nilai tengah umum i
α = Pengaruh raraf ke-i dari F (i= 1,2,3,4)
i
β = Pengaruh taraf ke-j dari B (j = 1,2,3)
ij
)
(αβ = Pengaruh interaksi perlakuan dari ke dua
∑
ijk = Galat percobaan taraf ke-i dan F dan taraf ke-j dari B pada ulangan ke-kBanyak ulangan dihitung dengan rumus sebagai berikut : t.c (n-1) ≥ 15
4.3 (n-1) ≥ 15 12 (n-1) ≥ 15 12 n – 12 ≥ 15 12 n ≥ 15 + 12
12n ≥ 27
n ≥ 12 27
n ≥ 2,25
n = 3
Susunan perlakuan sebagai berikut :
F1B1 F1B2 F1B3
F2B1 F2B2 F2B3
F3B1 F3B2 F3B3
Pelaksanaan Penelitian
• Persiapan Kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang sistem individu, dibuat berbentuk panggung terdiri dari 180 unit dan setiap unit diisi 1 ekor kelinci. Sebelum kelinci dimasukkan, kandang dan peralatan disinfektan terlebih dahulu dengan rodalon. Lampu dihidupkan sebagai sumber penerangan.
• Pemilihan Ternak
Ternak kelinci yang dipilih adalah kelinci keturunan persilangan dari New Zealand White dengan Chincila.
• Penimbangan Kelinci
Kelinci jantan dan betina ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan data bobot badan awal.
• Random Kelinci
Kelinci dimasukkan kedalam kandang secara acak untuk memperkecil nilai keragaman.
• Pemberian Pakan
Pemberian hijauan dan konsentrat pakan dilaksanakan pada pagi hari jam 08.00 dan sore hari jam 17.00.
• Perkawinan
Kelinci dikawinkan sesuai dengan perlakuan masing–masing. Waktu mengawinkan selama 2 minggu (Lampiran II).
• Pembersihan kandang dan peralatan dilakukan setiap hari.
Parameter yang diamati:
13
Persentase kebuntingan diperoleh dari perbandingan jumlah induk yang bunting dengan jumlah induk yang dikawinkan dinyatakan dalam persen.
2. Lama Bunting (hari)
Lama bunting dihitung mulai pada hari kelinci dikawinkan sampai pada hari kelinci melahirkan (hari).
3. Litter Size (ekor).
Litter Size dihitung dengan menjumlah anak keseluruhan setelah
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
Hasil
Persentase Kebuntingan
Persentase kebuntingan diperoleh dari perbandingan jumlah induk yang bunting dengan jumlah induk yang dikawinkan dinyatakan dalam persen. Dari hasil penelitian diperoleh rataan persentase kebuntingan kelinci persilangan seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan persentase kebuntingan ternak kelinci persilangan selama penelitian (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3
F1B1 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
F1B2 75,00 100,00 75,00 250,00 83,33
F1B3 66,66 66,66 83,33 216,65 72,21
F2B1 100,00 100,00 50,00 250,00 83,33
F2B2 75,00 75,00 100,00 250,00 83,33
F2B3 83,33 83,33 50,00 216,66 72,22
F3B1 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
F3B2 75,00 100,00 75,00 250,00 83,33
F3B3 100,00 100,00 83,33 283,33 94,44
F4B1 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
F4B2 75,00 100,00 100,00 275,00 91,66
F4B3 66,66 83,33 83,33 233,32 77,77
Total 1016,65 1108,32 999,99 3124,96 1041,60 Rataan 84,72 92,36 83,33 260,41 86,80
15
persentase kebuntingan kelinci persilangan selama penelitian adalah sebesar 86,80%.
Lama Bunting
Lama bunting diperoleh dengan menghitung hari mulai dari kelinci dikawinkan sampai pada hari kelinci melahirkan. Dari hasil penelitian diperoleh rataan lama bunting kelinci persilangan seperti yang tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Lama Bunting ternak kelinci persilangan selama penelitian (hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3
F1B1 33,50 32,50 32,50 98,50 32,83
F1B2 23,25 31,75 23,25 78,25 26,08
F1B3 21,16 21,33 26,00 68,49 22,83
F2B1 33,00 32,50 16,00 81,50 27,16
F2B2 23,50 24,25 32,00 79,75 26,58
F2B3 26,66 31,16 15,33 73,15 24,38
F3B1 31,50 31,50 32,00 95,00 31,66
F3B2 24,75 32,25 24,00 81,00 27,60
F3B3 31,33 27,00 26,00 84,33 28,11
F4B1 32,50 31,50 33,00 97,00 32,33
F4B2 24,50 32,50 32,00 89,00 29,66
F4B3 21,50 26,16 26,16 73,82 24,60
Total 327,15 354,40 318,24 999,99 333,22
Rataan 27,16 29,53 26,52 83,31 27,76
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa lama bunting tertinggi terdapat pada perlakuan F1B1 (frekuensi satu kali perkawinan antara satu jantan dengan dua betina) yaitu sebesar 32,83 hari dan terendah terdapat pada perlakuan F1B3 (frekuensi satu kali perkawinan antara satu jantan dengan enam betina) yaitu sebesar 22,83 hari sedangkan rataan lama bunting kelinci persilangan selama penelitian adalah sebesar 27,76 hari
Litter Size diperoleh dari total keseluruhan anak setelah kelahiran. Dari
hasil penelitian diperoleh rataan Litter Size kelinci persilangan seperti yang tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Litter Size ternak kelinci persilangan selama penelitian (ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3
F1B1 5,00 5,50 8,00 18,50 6,17
F1B2 6,60 7,20 7,30 21,10 7,03
F1B3 5,20 6,00 7,40 18,60 6,20
F2B1 7,50 6,50 7,00 21,00 7,00
F2B2 7,60 7,60 6,00 21,20 7,07
F2B3 5,80 7,00 7,60 20,40 6,80
F3B1 8,00 7,00 9,00 24,00 8,00
F3B2 6,00 6,50 8,00 20,50 6,83
F3B3 4,50 7,60 7,20 19,30 6,43
F4B1 7,00 7,00 8,50 22,50 7,50
F4B2 7,00 5,50 6,20 18,70 6,23
F4B3 7,00 8,00 7,00 22,00 7,33
Total 77,20 81,40 89,20 247,80 82,60
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
Persentase kebuntingan
Untuk mengetahui pengaruh frekuensi perkawinan (F) dan sex ratio (B) terhadap persentase kebuntingan kelinci persilangan, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisa keragaman persentase kebuntingan ternak kelinci persilangan selama penelitian
SK DB JK KT Fhitung
Ftabel 0.05 0.01
Perlakuan 11 3478,87 316,26 1,63tn 2,24 3,14
F 3 860,46 286,82 1,48tn 3,03 4,76
B 2 1692,50 846,25 4,38* 3,42 5,66
F x B 6 925,91 154,31 0,79tn 3,51 3,53 Galat 24 4629,70 192,90
Total 35 8108,58 Keterangan tn = tidak nyata KK = 16 %
* = Nyata
Hasil analisa keragaman pada Tabel 4 menunjukkan bahwa Fhitung pengaruh sex ratio lebih besar dari Ftabel pada taraf 0,05 yang berarti perbedaan
sex ratio memberi pengaruh nyata terhadap persentase kebuntingan ternak kelinci
persilangan. Uji Jarak Duncan (UJD) dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan sex ratio, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Uji Jarak duncan (UJD) persentase kebuntingan kelinci persilangan
Perlakuan Rataan persentase kebuntingan (%) Notasi huruf 0,05
B1
B2
B3
287,50 256,25 234,47
a b b
Ket : Notasi huruf yang berbeda pada perlakuan menunjukkan perlakuan sangat berbeda nyata pada taraf 5 %
18
kebuntingannya dibandingkan sex ratio antara satu jantan dengan empat betina (B2) dan satu jantan enam betina (B3). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sumoprastowo (1993) bahwa pejantan yang digunakan dua kali dalam satu minggu dengan mengawini dua ekor betina menunjukkan hasil yang cukup memuaskan, tetapi hal ini tidak ekonomis dalam penggunaan pejantan.
Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap persentase kebuntingan menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi perkawinan tidak memberi pengaruh pada ternak kelinci dalam meningkatkan persentase kebuntingan ternak kelinci persilangan. Hal ini disebabkan karena kesuburan kelinci yang digunakan hampir sama. Dimana umur kelinci yang digunakan selama penelitian yaitu berkisar antara 2-3 tahun. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rismunandar (1990), bahwa kesuburan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perkawinan, umur yang baik untuk perkawinan ternak kelinci berkisar antara 2-3 tahun.
Lama Bunting
Untuk mengetahui pengaruh frekuensi perkawinan (F) dan sex ratio (B) terhadap lama bunting kelinci persilangan, maka dilakukan analisa keragaman seperti yang tertera pada Tabel 6.
Tabel 6 Analisa keragaman lama bunting ternak kelinci persilangan selama penelitian
SK DB JK KT Fhitung
Ftabel 0.05 0.01
Perlakuan 11 349,34 31,75 1,40tn 2,24 3,14
F 3 52,12 17,37 0,76tn 3,03 4,76
B 2 220,72 110,36 4,88* 3,42 5,66
F x B 6 76,49 12,74 0,56tn 3,51 3,53
Galat 24 542,10 22,58 Total 35 891,44
* = Nyata
Hasil analisa keragaman pada Tabel 6 menunjukkan bahwa Fhitung pengaruh sex ratio lebih besar dari Ftabel pada taraf 0,05 yang berarti perbedaan
sex ratio memberi pengaruh nyata terhadap lama bunting ternak kelinci
persilangan. Uji Jarak Duncan (UJD) dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan sex ratio, dapat dilihat pada Tabel 7
Tabel 7 Uji Jarak duncan (UJD) lama bunting kelinci persilangan
Perlakuan Rataan lama bunting (hari) Notasi huruf 0,05
B1
B2
B3
93,00 82,00 74,94
a b b
Ket : Notasi huruf yang berbeda pada perlakuan menunjukkan perlakuan sangat berbeda nyata pada taraf 5 %
Berdasarkan uji UJD (Tabel 7) dapat dilihat bahwa sex ratio antara satu jantan dengan dua betina (B1) sangat nyata lebih panjang lama kebuntingannya dibandingkan sex ratio antara satu jantan dengan empat betina (B2) dan satu jantan enam betina (B3). Hal ini disebabkan oleh induk pada perlakuan (B1) lebih tinggi persentase kebuntingannya daripada B2 dan B3. Menurut Whendrato dan Madyana (1999) bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya kegagalan perkawinan salah satu diantaranya yaitu pejantan terlalu sering dikawinkan. Hardjopranjoto (1995), pemakaian pejantan yang berlebihan untuk mengawini betina dapat mengakibatkan penurunan kemampuan pejantan. Dan Partodihardjo (1980) bahwa Frekuensi ejakulasi terlalu sering akan menyebabkan; menurunnya libido, menurunnya volume dan menurunnya konsentrasi sperma.
faktor-20
faktor yang lebih mempengaruhi lama kebuntingan ternak kelinci seperti umur sudah dianggap sama. Dalam penelitian semua induk yang digunakan mempunyai umur 2-3 tahun. Hal ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Rismunandar (1975), bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi lama kebuntingan pada ternak kelinci salah satu diantaranya adalah umur induk dan jumlah anak, dimana jumlah anak yang dikandung banyak biasanya lama kebuntingannya lebih pendek sesuai dengan hasil penelitian dimana jumlah anak yang dikandung lebih sedikit kebuntingan lebih lama.
Litter Size
Untuk mengetahui pengaruh frekuensi perkawinan (F) dan sex ratio (B) terhadap Litter Size kelinci persilangan, maka dilakukan analisa keragaman seperti yang tertera pada Tabel 8.
Tabel 8. Analisa keragaman litter size ternak kelinci persilangan selama penelitian
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
0.05 0.01
Perlakuan 11 10,54 0,96 0,92 tn 2,24 3,14
F 3 2,16 0,72 0,69 tn 3,03 4,76
B 2 1,51 0,75 0,72 tn 3,42 5,66
F x B 6 6,88 1,15 1,10 tn 3,51 3,53
Galat 24 24,97 1,04
Total 35 35,5 1,02
Keterangan tn = tidak nyata KK = 14,8 %
Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap litter size menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi perkawinan dan sex ratio tidak memberi pengaruh pada ternak kelinci dalam menghasilkan jumlah anak sekelahiran. Hal ini disebabkan oleh kesuburan kelinci yang digunakan hampir sama. Dimana umur kelinci yang digunakan selama penelitian yaitu berkisar antara 2-3 tahun. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rismunandar (1990), bahwa kesuburan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perkawinan, umur yang baik untuk perkawinan ternak kelinci berkisar antara 2-3 tahun.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Untuk melihat hasil penelitian yang dilakukan terhadap persentase kebuntingan, lama bunting dan litter size kelinci persilangan maka dilakukan rekapitulasi hasil penelitian seperti yang tertera pada Tabel 9.
Tabel 9. Rekapitulasi hasil penelitian frekuensi perkawinan dan sex ratio terhadap persentase kebuntingan, lama bunting dan litter size ternak kelinci persilangan.
Perlakun Persentase kebuntingan (%) Lama bunting (hari) Litter size (ekor)
F1B1 100,00tn 32,83tn 6,17 tn
F1B2 83,33 tn 26,08tn 7,03 tn
F1B3 72,21 tn 22,83tn 6,20 tn
F2B1 83,33 tn 27,16tn 7,00 tn
F2B2 83,33 tn 26,58tn 7,07 tn
F2B3 72,22 tn 24,38tn 6,80 tn
F3B1 100,00 tn 31,66tn 8,00 tn
F3B2 83,33 tn 27,60tn 6,83 tn
F3B3 94,44tn 28,11tn 6,43 tn
F4B1 100,00tn 32,33tn 7,50 tn
F4B2 91,66tn 29,66tn 6,23 tn
F4B3 77,77tn 24,60tn 7,33 tn
22
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
KESIMPULAN
Kesimpulan
Peningkatan frekuensi kawin sampai empat kali tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase kebuntingan, lama bunting dan litter
size, tetapi semakin besar rasio perbandingan jantan dengan betina dapat
menurunkan persentase kebuntingan, lama bunting dan litter size pada kelinci persilangan.
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1982. pemeliharaan kelinci. Kanisius, Yogyakarta.
Aritonang, D., 1995. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha Babi. Penebar Swadaya, Jakarta
Blakely and Bade, 1998. Ilmu Peternakan. Terjemahan Bambang Srigandono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hustamin R, 2006. Panduan Memelihara Kelinci Hias. Agromedia pustaka, jakarta.
Hanafiah, K.A, 2000. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijawa, Palembang.
Hardjopranjoto, S.H, 1995 Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press, Surabaya.
Kartadisastra, 1994. Kelinci Unggul. Kanisius, Yogyakarta. Partodihardjo. S, 1980, Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta Rianggoro K, 1995. Beternak Kelinci. Karya Anda, Surabaya.
Rismunandar, 1975. Beternak Kelinci. Masa Baru, Bandung – Jakarta.
Rismunandar, 1990. Meningkatkan Konsumsi Protein Dengan Beternak Kelinci. Sinar Baru, Bandung.
Sarwono. B, 2002. Kelinci Potong Dan Hias. Agromedia Pustaka, Jakarta. Subroto S, 1998. Ayo Beternak Kelinci. CV Aneka Ilmu, Semarang. Sumoprastowo, 1993. Beternak Kelinci Idaman. Bhratara, Jakarta.
Siska Ria Limbong : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009
F1 = 1 x kawin
Combinasi Kedua Faktor
Lampiran II : FREKUENSI PERKAWINAN BETINA SBB :
Hr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 A √
B √
Hr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A √ √
B √ √
Hr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A √ √ √
B √ √ √
Hr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A √ √ √ √
B √ √ √ √
Hr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 A √
B √
C √
D √
1 x B11
B12
2 x 1 = 2 x kawin
2 x
2 x 2 = 4 x kawin
3 x 2 x 3 = 6 x
kawin
4 x
2 x 4 = 8 x kawin
1 x 4 x 1 = 4 x
28
Hr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A √ √
B √ √
C √ √
D √ √
Hr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A √ √ √
B √ √ √
C √ √ √
D √ √ √
Hr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A √ √ √ √
B √ √ √ √
C √ √ √ √
D √ √ √ √
Jam 6 pagi dan jam 6 sore
Hr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 A √
B √
C √
D √
E √
F √
2 x
4 x 2 = 8 x kawin
3 x
4 x 3 = 12 x kawin
4 x 4 x 4 = 16 x kawin
1 x
Hr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A √ √
B √ √
C √ √
D √ √
E √ √
F √ √
Hr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A √ √ √
B √ √ √
C √ √ √
D √ √ √
E √ √ √
F √ √ √
Hr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A √ √ √ √
B √ √ √ √
C √ √ √ √
D √ √ √ √
E √ √ √ √
F √ √ √ √
2 x 6 x 2 = 12 x
3 x 6 x 3 = 18 x
30
Lampiran III : WAKTU KAWIN PADA BETINA
YANG KAWIN HARI 1 = 42 ek
F1B111=1 F2B111=10 F3B111=19 F4B111=28
F1B112=2 F2B112=11 F3B112=20 F4B112=29
F1B113=3 F2B113=12 F3B113=21 F4 B113=30
F4B211=28
F1B211=4 F2B211=13 F3B211=22 F4B212=29
F1B212=5 F2B212=14 F3B212=23 F4B213=30
F1B213=6 F2B213=15 F3B213=24
F4B311=34
F1B311=7 F2B311=16 F3B311=25 F4B312=35
F1B312=8 F2B312=17 F3B312=26 F4B313=36
F1B313=9 F2B313=18 F3B313=27 F4B321=34
F3B321=25 F4B322=35
F3B322=26 F4B323=36
F3B323=27
YANG KAWIN HARI II = 27 ek
F2B221=13 F3B221=22 F4B221=31 F4B221=31
F2B222=14 F3B222=23 F4B222=32 F4B222=32
F2B223=15 F3B223=24 F4B223=33 F4B223=33
F2B321=16 F3B331=25 F4B331=34
F2B322=17 F3B332=26 F4B332=35
F2B323=18 F3B333=27 F4B333=36
F3B341=25 F4B341=34
F3B342=26 F4B342=35
F3B343=27 F4B343=36
YANG KAWIN HARI III =24 ek
F1B321= 7 F3B121=19 F4B231=31
F1B322=8 F3B122=20 F4B232=32
F1B323=9 F3B123=21 F4B233=33
F2B331=16 F3B231=22 F4B241=31
F2B332=17 F3B232=23 F4B242=32
F2B333=18 F3B233=24 F4B243=33
F4B351=34
F4B352=35
F4B353=36
F4B361=34
F4B363=36
YANG KAWIN HARI 4 = 21 ek
F2B341=16 F3B241=22 F4B211=31
F2B342=17 F3B242=23 F4B212=32
F2B343=18 F3B243=24 F4B213=33
F3B351=25 F4B311=34
F3B352=26 F4B312=35
F3B353=27 F4B313=36
F3B361=25 F4B321=34
F3B362=26 F4B322=35
F3B363=27 F4B323=36
YANG KAWIN HARI 5 = 39 ek
F1B221=4 F2B121=10 F3B111=19 F4B111=28
F1B222=5 F2B122=11 F3B112=20 F4B112=29
F1B223=6 F2B123=12 F3B113=21 F4 B113=30
F1B331=1 F2B231=13 F3B111=19 F4B111=28
F1B332=2 F2B232=14 F3B112=20 F4B112=29
F1B333=3 F2B233=15 F3B113=21 F4 B113=30
F2B111=10 F3B111=19 F4B111=28
F2B112=11 F3B112=20 F4B112=29
F2B113=12 F3B113=21 F4B113=30
F3B351=25 F4B311=34
F3B352=26 F4B312=35
F3B353=27 F4B313=36
YANG KAWIN HARI 6 = 21 ek
F2B241=13 F3B221=19 F4B121=28
F2B242=14 F3B222=20 F4B122=29
F2B243=15 F3B223=21 F4 B123=30
F2B361=16 F4B231=31
F2B362=17 F4B232=32
F2B363=18 F4 B233=33
F4B351=34
F4B352=35
F4B353=36
F4B361=34
F4B362=35
32
YANG KAWIN HARI 7 = 24 ek
F1B341=7 F3B121=19 F4B241=31
F1B342=8 F3B122=20 F4B242=32
F1B343=9 F3B123=21 F4 B243=33
F3B231=22 F4B311=34
F3B232=23 F4B312=35
F3B233=24 F4B313=36
F4B321=34
F3B331=25 F4B322=35
F3B332=26 F4B323=36
F3B333=27
F3B341=25
F3B342=26
F3B343=27
YANG KAWIN HARI 8 = 24 ek
F1B121=1 F2B321=16 F3B241=22 F4B211=31
F1B122=2 F2B322=17 F3B242=23 F4B212=32
F1B123=3 F2B323=18 F3B243=24 F4 B213=33
F3B351=25 F4B331=34
F3B352=26 F4B332=35
F3B353=27 F4B333=36
F3B361=25 F4B341=34
F3B362=26 F4B342=35
F3B363=27 F4B343=36
YANG KAWIN HARI 9 = 33 ek
F1B231=4 F2B111=10 F3B111=19 F4B111=28
F1B232=5 F2B112=11 F3B112=20 F4B112=29
F1B233=6 F2B113=12 F3B113=21 F4B113=30
F3B211=22
F1B351=7 F2B211=13 F3B212=23 F4B221=31
F1B352=8 F2B212=14 F3B213=24 F4B222=32
F1B353=9 F2B213=15 F4B223=33
F2B321=16 F4B351=34
F2B322=17 F4B352=35
F2B323=18 F4B353=36
F4B361=34
F4B362=35
YANG KAWIN HARI 10 = 30 ek
F2B221=13 F3B221=19 F4B121=28 F4B311=34
F2B222=14 F3B222=20 F4B122=29 F4B312=35
F2B223=15 F3B223=21 F4B123=30 F4B313=36
F4B321=34
F2B341=16 F3B311=25 F4B322=35
F2B342=17 F3B312=26 F4B231=31 F4B323=36
F2B343=18 F3B313=27 F4B232=32
F3B321=25 F4B233=33
F3B322=26 F4B241=31
F3B323=27 F4B242=32
F4B243=33
YANG KAWIN HARI 11 = 27 ek
F1B361=7 F2B351=16 F3B121=19 F4B211=31
F1B362=8 F2B352=17 F3B122=20 F4B212=32
F1B363=9 F2B353=18 F3B123=21 F4B213=33
F3B231=22
F3B232=23 F4B331=34
F3B233=24 F4B332=35
F4B333=36
F3B331=25 F4B341=34
F3B332=26 F4B342=35
F3B333=27 F4B343=36
F3B341=25
F3B342=26
F3B343=27
YANG KAWIN HARI 12 = 15 ek
F2B361=16 F3B241=22 F4B221=31
F2B362=17 F3B242=23 F4B222=32
F2B363=17 F3B243=24 F4B223=33
F4B351=34
F4B352=35
F4B353=36
F4B361=34
F4B362=35
34
YANG KAWIN HARI 13 = 24 ek
F1B241=4 F2B121=10 F3B351=25 F4B111=28
F1B242=5 F2B122=11 F3B352=26 F4B112=29
F1B243=6 F2B123=12 F3B353=27 F4B113=30
F3B361=25
F2B231=13 F3B362=26 F4B231=31
F2B232=14 F3B363=27 F4B232=32
F2B233=15 F4B233=33
F2B311=16
F2B312=17
F2B313=18
YANG KAWIN HARI 14 = 9 ek
F2B241=13 F4B121=28
F2B242=14 F4B122=29
F2B243=15 F4B123=30
F4B241=31
F4B242=32
F4B243=33
Random Pejantan
1 2 3 4 5 6
23 16 32 15 19 4
29 9 27 33 36 5
30 1 6 11 14 28
10 8 13 26 12 3
35 34 22 31 17 21
Random Betina
betina pertama ulangan pertama.F2B221 13 :Frekuensidua kali kawin dengan sex ratio 4 : 1 betina kedua ulangan pertama.
F3B332 25 :Frekuensitiga kali kawin dengan sex ratio 6 : 1 betina ketiga ulangan kedua.
36
Lampiran Iv : Data Penelitian
Nama Brt (kg) Tgl kawin NRE Tgl lhr Lama bunting
38
Nama Brt (kg) Tgl kawin NRE Tgl lahir Lama bunting
Jlh Ank yg lhr
Jadi kawin Serviks
Nama Brt (kg) Tgl kawin NRE Tgl lahir Lama Bunting
Jlh Ank yg lhr
Jadi kawin Serviks
40
Lampiran V : Data kebutuhan nutrisi ransum induk bunting dan induk menyusui
Energi metabolisme 2600-2900 Kkal/kg
Protein 16-20 %
Lemak 3-5,5 %
Serat kasar 14-20 %
Kalsium 1-4 %
Fosfor 0,6-0,8 %
Lampiran VI : Komposisi ransum BUS 622
Air Maks 12 %
Energi metabolisme 2300 Kkal/kg
Protein 10-14 %
Lemak 3-6%
Serat kasar Maks 10 %
Kalsium 1-4 %
Fosfor 0,6-0,8 %
Abu 15 %
Lampiran VII : Data Tabel Dwikasta persentase kebuntingan
T/C B1 B2 B3 Total Rataan
F1 300,00 250,00 216,65 766,65 255,55
F2 250,00 250,00 216,60 716,60 238,86
F3 300,00 250,00 283,33 833,33 277,77
F4 300,00 275,00 233,33 808,32 269,44
Total 1150,00 1025,00 949,90 3124,90 1041,62 Rataan 287,50 256,25 234,47 781,22 86,80
Lampiran VIII : Data ANOVA persentase kebuntingan
SK DB JK KT Fhitung
Ftabel 0.05 0.01
Perlakuan 11 3478,87 316,26 1,63tn 2,24 3,14
F 3 860,46 286,82 1,48tn 3,03 4,76
B 2 1692,50 846,25 4,38* 3,42 5,66
F x B 6 925,91 154,31 0,79tn 3,51 3,53 Galat 24 4629,70 192,90
Total 35 8108,58 Keterangan tn = tidak nyata KK = 16 %
Lampiran IX : Uji Jarak Duncan (UJD) persentase kebuntingan
Perlakuan Rataan persentase kebuntingan (%) Notasi huruf 0,05
B1
B2
B3
287,50 256,25 234,47
a b b
Ket : Notasi huruf yang berbeda pada perlakuan menunjukkan perlakuan sangat berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran X : Data Tabel Dwikasta Lama Bunting
T/C B1 B2 B3 Total Rataan
F1 98,50 78,25 68,49 245,24 81,74
F2 81,50 79,75 73,15 234,40 78,13
F3 95,00 81,00 84,33 260,33 86,77
F4 97,00 89,00 73,82 259,82 86,60
Total 372,00 328,00 299,79 999,79 243,24
Rataan 93 82,00 74,94 249,44 27,77
Lampiran XI : Data ANOVA Lama Bunting
SK DB JK KT Fhitung
Ftabel 0.05 0.01
Perlakuan 11 349,34 31,75 1,40tn 2,24 3,14
F 3 52,12 17,37 0,76tn 3,03 4,76
B 2 220,72 110,36 4,88* 3,42 5,66
F x B 6 76,49 12,74 0,56tn 3,51 3,53
Galat 24 542,10 22,58 Total 35 891,44
Keterangan tn = tidak nyata KK = 17,11 % * = Nyata
Lampiran XI : Uji Jarak Duncan (UJD) lama bunting kelinci persilangan
Perlakuan Rataan lama bunting (hari) Notasi huruf 0,05
B1
B2
B3
93 82 74,94
a b b
Ket : Notasi huruf yang berbeda pada perlakuan menunjukkan perlakuan sangat berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran XII : Data Tabel Dwikasta Litter Size
T/C B1 B2 B3 Total Rataan
F1 18,50 21,10 18,60 58,20 19,40
F2 21,00 21,20 20,40 62,60 20,87
F3 24,00 20,50 19,30 63,80 21,27
F4 22,50 18,70 22,00 63,20 21,07
Total 86,00 81,50 80,30 247,80 82,60
42
Lampiran XIII : Data ANOVA Litter Size
SK DB JK KT Fhitung
Ftabel 0.05 0.01
Perlakuan 11 10,54 0,96 0,92 tn 2,24 3,14
F 3 2,16 0,72 0,69 tn 3,03 4,76
B 2 1,51 0,75 0,72 tn 3,42 5,66
F x B 6 6,88 1,15 1,10 tn 3,51 3,53
Galat 24 24,97 1,04
Total 35 35,5 1,02