DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Review Jurnal ... 1
BAB II KONSEP DASAR TEORI LOKASI ... 9
2.1 Teori Lokasi Tempat ... 9
2.2 Teori Lokasi Fasilitas Umum ... 9
2.3 Teori Christaller ... 10
BAB III ALASAN PEMILIHAN LOKASI ... 12
BAB IV FAKTOR-FAKTOR LOKASI ... 14
BAB V IMPLIKASI TEORI TERHADAP LOKASI YANG DIPILIH ... 15
BAB VI LESSON LEARNED ... 18
1 | P a g e
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Review JurnalPermasalahan sampah di Indonesia begitu besar yang menyebabkan masalah pada
lingkungan. Sampah menyebabkan lingkungan menjadi tercemar sehingga memberikan
pengaruh terhadap kesehatan dan kenyamanan hidup. Sebenarnya sampah bukan
merupakan salah satu sumber utama permasalahan lingkungan hidup, melainkan karena
faktor pengelolaannya yang kurang seperti pengangkutan ke TPA tidak efektif, sarana dan
prasarana sampah yang kurang memadai, personel pengangkut sampah kurang dan
sulitnya penanganan sampah sehingga dapat menjadi permasalahan yang berlarut-larut.
Sampah adalah istilah umum yang sering diguakan untuk menyatakan limbah padat.
Limbah sendiri terdiri dari tiga bentuk yaitu limbah padat, cair, dan gas. Kualitas dan
kuantitas sampah sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat,
beberapa faktor yang penting yang mempengaruhi sampah yaitu jumlah penduduk, keadaan
sosial ekonomi, kemajuan teknologi (Santoso, 2008). Sampah dapat menimbulkan bau yang
tidak sedap dimana bau tersebut akan menyebabkan polusi udara dan pengkotaminasian
tanah serta akan timbul pula kesehatan masyarakat.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai
tahap akhir pengelolaannya, diawali dari sumber, pengumpulam, pemindahan atau
pengangkutan, serta pengolahan dan pembuangannya. Oleh karena itu, di suatu daerah
diperlukan sebuah fasilitas dan penanganan yang benar agar pengelolaan sampah dapat
terlaksana dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan terhadap daerah
tersebut. Penentuan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah harus mengikuti syarat dan
ketentuan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Dengan adanya ketentuan-ketentuan TPA
yang telah ditentukan oleh pemerintah hendaknya dapat meminimalisir dampak kerusakan
dan pencemaran lingkungan di suatu daerah serta di sekitar lokasi TPA tersebut. Lokasi
TPA di tentukan dengan melihat banyak aspek seperti aspek lingkungan, kesehatan,
kebersihan, kondisi geologis, mata air, lokasi permukiman, dan lokasi lahan yang masih
produktif.
Kabupaten Bangkalan hanya memiliki satu lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah yaitu TPA Buluh yang berada di Kecamatan Socah. Luas lahan TPA sampah di
Kabupaten Bangkalan seluas 2,25 Ha dengan intensitas sampah yang dibuang ke TPA
sampah Bulu 214,03 m3 perhari. Kapasitas lahan yang digunakan untuk TPA sampah di
Kabupaten Bangkalan lama kelamaan semakin menyempit karen timbunan sampah yang
masuk ke TPA tersebut tidak sepenuhnya terkelola dengan baik serta diperlukannya lahan
2 | P a g e
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan rekomendasi lokasi TPA Sampa di
Kabupaten Bangkalan dengan bantuan SIG. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode skoring yang dibantu oleh aplikasi SIG untuk mencari daerah layak sebagai
lokasi TPA. Metode ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap regional, tahap penyisih, dan tahap
penentuan lokasi.
Tahap Regional merupakan analisis variabel umum yang menggunakan bantuan SIG
pada teknik overlay. Peta yang disiapkan berupa peta administrasi, peta kawasan lindung,
peta hidrologi, peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, peta penggunaan lahan, dan peta
RTRW Kabupaten Bangkalan skala 1:210.000 tahun 2009-2029. Parameter yang dijadikan
kriteria dalam analisis lokasi kelayakan merupakan parameter persyaratan lokasi
penimbunan sampah yang berkaitan dengan aspek geologi. Hasil dari overlay daerah rawan
bencana, hidrologi, jenis tanah, topografi, dan daerah lindung/cagar alamdan jarak terhadap
pemukiman yang menghasilkan peta lokasi daerah layak dan tidak layak TPA dengan
nilai-nilai yang bervariasi. Peta hasil nilai-nilai overlay pemilihan lokasi TPA Kabupaten Bangkalan
tahap regional dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar 1, diketahui bahwa terdapat 79
nilai berbeda. Nilai tersebut didapat dari skor masing-masing variabel yang sudah dikalikan
bobot nilai. Nilai paling rendah yaitu 125 dan nilai paling tinggi yaitu 300 pada tahap
regional.
Tahap Penyisih merupakan tahapan selanjutnya setelah tahap regional. Analisis
pada tahap ini dilakukan berdasarkan 8 variabel kemudian dilakukan analisis secara
menyeluruh yaitu dengan menggunakan metode skoring berdasarkan hasil penilaian dan
pembobotan dengan menggunakan data wawancara, observasi maupun data sekunder
yang didapat. Dasar seleksi calon lokasi TPA Sampah pada tahap penyisih berupa Daerah
yang gersang cocok sebagai calon lokasi TPA, lahan yang tidak produktif, kapasitas lahan
yang cukup luas, tanah berstatus milik negara, kepadatan penduduk berpengaruh terhadap
lokasi TPA, TPA memerlukan lokasi yang mudah dalam hal pembebasan dan pengelolaan,
jumlah pohon yang cukup, zona penyangga yang cukup, tersembunyi dari pandangan
langsung. Pada tahap penyisih ini terdapat enam kawasan calon lokasi TPA sampah di
Kabupaten Bangkalan yang bernilai 300, kemudian keenam kawasan tersebut disebut
sebagai Calon Lokasi I, Calon Lokasi II, Calon Lokasi III, Calon Lokasi III, Calon Lokasi IV,
Calon Lokasi V, dan Calon Lokasi VI. Berikut ini merupakan gambar masing-masing
3 | P a g e
Gambar 1. Peta Hasil Overlay Tahap Regional Kabupaten Bangkalan
Sumber : Jurnal Pemilihan Lokasi TPA Sampah Kabupaten Bangkalan Dengan Bantuan SIG
Gambar 2. Peta Calon Lokasi TPA Tahap Regional Kabupaten Bangkalan
4 | P a g e
Tabel 1. Skoring Tahap Penyisih Masing-Masing Calon Lokasi
Klasifikasi
Sumber : Jurnal Pemilihan Lokasi TPA Sampah Kabupaten Bangkalan Dengan Bantuan SIG
Tahap Penetapan dimana tahap ini dilakukan setelah hasil perhitungan tahap
regional dan tahap penyisih selesai, akan didapat lokasi dengan bobot nilai tertinggi. Lokasi
tertinggi inilah yang akan menjadi loaksi rekomendasi untuk perencanaan pembangunan
Lokasi TPA sampah di Kabupaten Bangkalan.
Dari Gambar Peta Hasil overlay, diketahui bahwa terdapat 79 nilai berbeda dengan
total 740 lokasi. Nilai tersebut didapat dari skor masing-masing variabel yang sudah
dikalikan bobot nilai. Semua nilai pada tiap lokasi dapat dilihat pada lampiran tabel 8. Nilai
5 | P a g e
layak untuk perencanaan TPA tahap regional. Begitupun sebaliknya, nilai paling tinggi yaitu
300 berarti lokasi dengan nilai tersebut adalah lokasi yang paling layak untuk perencanaan
TPA tahap regional. Semakin kecil nilai overlay, semakin tidak layak lokasi tersebut untuk
perencanaan TPA. Begitupun sebaliknya, Semakin besar nilai overlay, semakin layak lokasi
tersebut untuk perencanaan TPA. Nilai overlay tertinggi tahap regional ini merupakan calon
lokasi TPA yaitu 300, yang berarti calon lokasi TPA tersebut mendapat nilai sempurna
tertinggi dari tiap-tiap variabel. Jadi tiap calon lokasi TPA adalah kawasan tidak rawan
bencana, akuifer air tanah rendah dan berjarak minimal > 1 Km dari mata air, jenis tanah
alluvial, kemiringan lereng 0-5% (datar), tidak berpengaruh terhadap daerah lindung
(berjarak minimal 500 m), dan berjarak minimal 500 meter dari pemukiman. Nilai pada
tiap-tiap calon lokasi tahap regional dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 2. Jumlah pembobotan Penilaian Tahap Regional Lokasi Calon TPA
Penilaian
Klasifikasi Skor
Karakter Fisik Dasar pada
TPA
Geologi Kawasan tidak rawan bencana 50
Hidrogeologi Akuifer rendah 50
> 500m jarak terhadap Mata Air 50
Jenis Tanah Alluvial, Glei, Planosol, Hidromorf, laterik 30
Topografi 0-5% 30
Sumber : Jurnal Pemilihan Lokasi TPA Sampah Kabupaten Bangkalan Dengan Bantuan SIG
Calon lokasi TPA Kabupaten Bangkalan tersebut tersebar di Kecamatan Kamal,
Kecamatan Socah, Kecamatan Labang, dan Kecamatan Kwanyar. Dua lokasi di Kecamatan
Kamal, satu lokasi di Kecamatan Socah, satu lokasi diantara Kecamatan Kamal –
Kecamatan Socah, satu lokasi diantara Kecamatan Kamal dan Kecamatan Labang, dan
lokasi di Kecamatan Kwanyar. Untuk lebih jelasnya, keenam calon lokasi TPA Kabupaten
Bangkalan dijabarkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Calon Lokasi TPA Tahap Regional Kabupaten Bangkalan
6 | P a g e
Sumber : Jurnal Pemilihan Lokasi TPA Sampah Kabupaten Bangkalan Dengan Bantuan SIG
Dari masing-masing calon lokasi TPA sampah di Kabupaten Bangkalan tersebut
akan dinilai dan dikalikan bobot dari delapan variabel umum pada tahap penyisih. Setelah
keenam calon tersebut dinilai akan didapat satu calon dengan nilai tertinggi maka lokasi
tersebut layak untuk menjadi lokasi rekomendasi lokasi baru TPA Sampah di Kabupaten
Bangkalan.
Tabel 4. Perhitungan Tahap Regional dan Tahap Penyisih
Calon Lokasi Tahap Regional Tahap Penyisih Total Skor
Calon Lokasi I 300 237 537
Calon Lokasi II 300 237 537
Calon Lokasi III 300 256 556
Calon Lokasi IV 300 278 578
7 | P a g e
Calon Lokasi VI 300 183 483
Sumber : Jurnal Pemilihan Lokasi TPA Sampah Kabupaten Bangkalan Dengan Bantuan SIG
Hasil penilaian dari tahap regional dan tahap penyisih pada Tabel 4, diperoleh nilai
yang paling tinggi yaitu 588, yaitu calon lokasi V. Lokasi V berada di terusan Desa
Pandabah Kecamatan Kamal dengan Desa Sendanglaok Desa Sendangdajah Kecamatan
Labang dengan luas 0,18954 Km2 atau 189,54 Ha.Hanya saja perlu adanya pertimbangan
lanjut mengingat Lokasi Rekomendasi berada pada kawasan rencana pemukiman desa dan
pemukiman kota pada RTRW Kabupaten Bangkalan 2009-2029. Rekomendasi lokasi TPA
adalah satu nilai lokasi tertinggi dari keenam calon lokasi yang telah melalui tahap regional
dan tahap penyisih. Rekomendasi lokasi TPA Kabupaten Bangkalan yaitu Lokasi V.
Tabel 5. Profil Rekomendasi Lokasi TPA Kabupaten Bangkalan
Lokasi V
Tempat Kecamatan Kamal
- Desa Pendabah (1389400 m2)
Kecamatan Labang
- Desa Sendanglaok (296900 m2)
- Desa Sendangdajah (209100 m2)
Luas 0,18954 Km2 atau 189,54 Ha
Posisi Geografis 112◦45'08" - 112◦46'36" BT
7◦06'’28" - 7◦07'36" LS
Jenis Tanah Hidromorf
Kemiringan 0-5%
Ketinggian < 25 mdpl
Curah Hujan 11 mm/hari
Kecepatan dan Arah Angin 30 Km/jam arah timur
Jumlah Penduduk 2563 jiwa
Kepadatan Penduduk 846 jiwa/km
Penggunaan Lahan Sekarang Padang rumput dan Pertanian Tanah Kering
Semusim
RTRW Bangkalan 2009-2029 Sawah Irigrasi, Tegalan, dan Permukiman Desa
8 | P a g e
Gambar 3. Peta Lokasi Rekomendasi TPA Baru Kabupaten Bangkalan
9 | P a g e
BAB II KONSEP DASAR TEORI LOKASI
2.1 Teori Lokasi TempatTeori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial
order) kegiatan, baik secara ekonomi maupun sosial. Ilmu ini menyelidiki alokasi geografis
dan sumber daya, serta hubungannya dengan lokasi berbagai kegiatan seperti perumahan,
pertokoan, pabrik, pertanian, pertambanga, rumah ibadah, dan lain-lain. Salah satu hal yang
dibahas dalam teori loasi ini adalah pengaruh jarak terjadap intensitas orang bepergian dari
suatu lokasi ke lokasi yang lainnya. Hal ini terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat
kegiatan tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat tertentu. Salah satu faktor yang
menentukan apakah suatu lokasi menarik atau tidak untuk dikunjungi adalah tingkat
aksesibilitas suatu lokasi. Dalam usahanya untuk meminimumkan biaya angkut, suatu
perusahaan harus memilih lokasi yang tepat. Kecenderungan perusahaan yang menjual
dagangannya adalah dengan mendekati konsumen, tetapi beda dengan produsen yang
masih harus melakukan produksi barang yang nantinya akan dijual. Barang yang diproduksi
memerlukan bahan mentah serta tenaga kerja yang belum tentu berada tempat yang sama,
sehingga dibutuhkan lokasi yang tepat untuk meminimumkan biaya angkut bahan mentah
dengan perolehan tenaga kerjanya.
2.2 Teori Lokasi Fasilitas Umum
Penyediaan fasilitas umum pada dasarnya merupakan kewajiban pemerintah. Dari
mulai menentukan kuantitas dan kualitas pelayanan, distribusi masing-masing pelayanan
secara spasial harus diperhatikan secara detail agar nantinya lokasi fasilitas umum dapat
bermanfaat secara efektif dan efisien sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Penyediaan fasilitas umum mengandung potensi konflik, baik itu dari sisi jenisnya, jumlah,
dan dimana tempat disediakannya. Salah satu kriteria yang penting dalam menentukan
lokasi fasilitas umum adalah minimasi jarak rata-rata dari wilayah permukiman ke lokasi
fasilitas umum. Bagi masyarakat, lokasi penempatan lokasi yang baik adalah lokasi yang
memiliki aksesibilitas yang baik dan mudah dijangkau oleh semua kalangan (Effendi, 2007).
Kriteria dari lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat diantaranya adalah:
1) Total jarak terhadap fasilitas terdekat adalah minimum
2) Jarak terjauh permukiman dari fasilitas terdekat adalah minimum
3) Jumlah penduduk di wilayah yang berdekatan di
4) Jumlah penduduk di wilayah yang berdekatan di sekitar tempat sekitar tempat
fasilitas adalah seimbang fasilitas selalu lebih banyak dibanding sekelompok tertentu
5) Jumlah penduduk di wilayah yang berdekatan di sekitar tempat fasilitas selalu kurang
10 | P a g e
2.3 Teori Christaller
Model Christaller menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan
menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan
threshold. Teori Central Place diperkenalkan pertama kali pada tahun 1933 oleh seorang
Geographer Walter Christaller yang menjelaskan distribusi spasial kota dalam suatu ruang.
Pada suatu pusat kota di Selatan Jerman, Christaller berpendapat bahwa tujuan utama
sebuah pusat permukiman atau pasar adalah menyediakan barang dan jasa untuk populasi
di lingkungan sekitarnya. Teori Central place menggunakan konsep dasar threshold dan
range. Lokasi atas suatu tempat ditentukan oleh thresholdnya, atau kebutuhan area pasar
minimum atas suatu barang maupun jasa untuk dapat ditawarkan secara
ekonomis.Christaller menyarankan bahwa setiap lokasi mengembangkan pasarnya sampai
range nya atau ukuran maksimum/jarak maksimum dimana konsumen mampu melakukan
perjalanan untuk menjangkau suatu komoditi atau jasa. Dalam kondisi ideal pusat pasar
dengan ukuran dan fungsi yang sama akan memiliki jarak yang sama satu sama lain.
Gambar 1. Ilustrasi Range dan Threshold
Teori Christaller mengasumsikan kondisi ideal dimana sebuah dataran homogen yang
sama dengan kepadatan populasi dan daya beli yang sama. Dalam hal ini, teori central
place mirip dengan teori lokasi Weber dan Von Thunen, dimana lokasi diasumsikan
euclidean, dataran isotropic dengan kemampuan daya beli konsumen yang sama besar ke
segala arah. Christaller menyarankan bahwa barang dan jasa dapat dikategorikan menjadi
rangkaian tingkatan dari kekhususan rendah atau orde dasar (seperti produk pangan) sampai
orde tinggi atau memiliki kekhususan tinggi (seperti sebuah tingkatan layanan kesehatan
atau tingkatan alat-alat rumah tangga maupun kendaraan). Semakin tinggi kelompok barang,
range dan threshold nya semakin luas. Dalam konsep ruang, makin luas wilayah pemasaran
suatu barang, ordenya semakin tinggi. Masing-masing item atau jasa memiliki optimal
market areanya masing-masing dan dapat digambarkan sebagai sebuah radius
11 | P a g e
lingkaran market area harus tumpang tindih.Hasil polanya dapat digambarkan menggunakan
bentuk geometrik lingkaran, segienam, dan segitiga.
Gambar 2 Bentuk Heksagon dapat mengisi ruang secara efisien
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait teori Christaller adalah terori tersebut
berdasar pada sebuah asumsi dimana model tersebut tidak dapat diterapkan pada situasi
yang realistis. Asumsi yang digunakan adalah
1) Permukaan bumi datar, tak terbatas, dan memiliki sumber daya yang homogen dimana
tersebar secara merata atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan kondisi
geografis
2) Tidak terdapat batasan administrasi dan politis yang dapat
menyimpangkan perkembangan permukiman
3) Tidak terdapat eksternal ekonomi yang mengganggu pasar
4) Populasi tersebar secara merata diseluruh area dan tidak terdapat pusat
permukiman
5) Banyak pedagang kecil menawarkan produk yang sama dan tidak ada
keragaman produk
6) Semua pembeli memilik daya beli yang sama
7 ) Biaya transportasi sama ke semua arah dan ragamnya sebanding dengan jarak.
8) Pembeli membayar biaya transportasi produk atau layanani.
12 | P a g e
BAB III ALASAN PEMILIHAN LOKASI
Dengan adanya penyempitan lahan TPA Sampah Buluh Kecamatan Socah
Kabupaten Bangkalan maka diperlukan lokasi baru untuk mengurangi intensitas sampah
yang di buang ke TPA tersebut. Pemilihan lokasi TPA Sampah yang baru di Kabupaten
tersebut menggunakan metode skoring yang terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap pertama
tahap regional, tahap kedua tahap penyisih, tahap ketiga tahap penentuan lokasi. Terdapat
enam calon lokasi yang direkomendasikan untuk dijadikan sebagai TPA sampah. Lokasi
dipilih berdasarkan nilai tertinggi dari beberapa variabel yang ditentukan. Variabel-variabel
tersebut adalah aksesbilitas, curah hujan, lingkungan biologi, demografi, kondisi tanah
(status tanah), pencemaran, dan estetika. Pada Akhirnya, lokasi V merupakan lokasi yang
baik untuk dijadikan sebagai lokasi TPA sampah di Kabupaten Bangkalan karena memiliki
nilai tertinggi dari jumlah nilai variabel-variabel yang telah ditentukan. Lokasi V memiliki
aksesbilitas, kondisi demografi, tingkat pencemaran udara, dan yang baik dilihat dari nilai
yang diperoleh dari analisa GIS terhadap variabel yang ditentukan tersebut sehingga lokasi
V baik digunakan untuk TPA Sampah yang bari di Kabupaten Bangkalan. Lokasi V berada
di Kecamatan Kamal dengan Desa Sendanglaok Desa Sendangdajah Kecamatan Labang.
Pada Lokasi V memiliki nilai aksesbilitas, curah hujan, lingkungan biologi, demografi, kondisi
tanah (status tanah), pencemaran, dan estetika. Berikut Tabel skoring masing-masing calon
lokasi :
Tabel 6. Skoring Masing-masing Calon Lokasi
13 | P a g e
Status
Tanah
Demografi 15 15 15 15 15 21
Batas
Administrasi
50 50 50 50 50 5
Kebisingan
dan Bau
2 2 2 10 10 2
Estetika 3 3 3 15 15 3
Jumlah 237 237 256 278 288 183
14 | P a g e
BAB IV FAKTOR-FAKTOR LOKASI
Berdasarkan pada faktor-faktor yang menentukan lokasi Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah, ditinjau dari teori-teori yang telah disintesakan. Adapun variabel-variabel
tersebut antara lain :
Tabel 7. Variabel-variabel Penentu Lokasi
No Kriteria Sub Kriteria Keterangan
1 Fisik Hidrologi Merupakan data curah hujan, data
klimatologi
Luas lahan Luas lahan yang dibutuhkan oleh fasilitas persampahan harus memenuhi syarat.
2 Sosial-Ekonomi Jarak dengan pemukiman Keberadaan TPA harus cukup jauh dari permukiman untuk menghindari dari pencemaran udara dan penyakit Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk menentukan
jumlah muatan sampah, dan luas lahan penampungan.
3 Aksesibilitas Jangkauan Pelayanan Penentuan tempat TPA juga harus mudah dijangkau dan untuk mengoptimalkan distribusi sampah. Ketersediaan Jaringan
Jalan
Jaringan jalan yang memadai mengoptimalkan penyaluran sampah ke TPA sehingga tidak adanya penumpukan sampah pada TPS daerah dan shelter penampungan lainnya.
15 | P a g e
BAB V IMPLIKASI TEORI TERHADAP LOKASI YANG DIPILIH
4.1 Implikasi Teori Lokasi TempatDalam teori tempat lokasi terdapat faktor endowment. Dimana faktor endowment
merupakan faktor produksi secara kualitatif dan kuantitatif yang meliputi tanah, tenaga kerja,
dan modal. Kaitannya faktor endowment dengan pemilihan lokasi TPA sampah di
Kabupaten Bangkalan dapat dikriteriakan menjadi pemilihan kondisi fisik dasar yang
ditikberatkan pada pengurangan resiko pencemaran terhadap lingkungan. Hal ini
menjadikan lokasi V sangat cocok untuk digunakan sebagai TPA Sampah yang baru di
Kabupaten Bangkalan karena memiliki nilai pencemaran 10 pada tabel skoring semakin
tinggi skoring pada tabel tahap penyisih maka lokasi tersebut semakin baik digunakan
sebagai TPA Sampah karena jauh dari permukiman. Berikut tabel skoring pencemaran pada
masing-masing calon lokasi.
Tabel 8. Skoring pencemaran pada masing-masing calon lokasi
Klasifikasi
Sumber : Jurnal Pemilihan Lokasi TPA Sampah Kabupaten Bangkalan Dengan Bantuan SIG
4.2 Implikasi Teori Fasilitas Umum
Kaitan teori fasilitas umum dengan pemilihan lokasi TPA Sampah di Kabupaten
Bangkalan adalah aksesbilitas dan kondisi demografi. Teori fasilitas umum ini
menitikberatkan pada aksesbilitas yaitu jalan menuju lokasi TPA sampah Kabupaten
Bangkalan agar mudah untuk dijangkau dengan truk pengangkut sampah dari tiap-tiap TPS
yang ada di Kabupaten Bangkalan. Serta lokasi TPA ini di tempatkan pada lokasi yang jauh
terhadap permukiman hal ini dilakukan untuk menghindari pencemaran. Dengan adanya
aksesbilitas yang mudah maka biaya angkut dari tiap TPS ke TPA rendah. Selain
aksesbilitas terdapat juga faktor demografi dalam teori fasilitas umum. Faktor demografi (
kepadatan penduduk ) merupakan faktor penentu dimana lokasi TPA sampah di Kabupaten
Bangkalan karena dengan adanya kepadatan penduduk yang tinggi dalam suatu lokasi TPA
sampah akan menentukan jumlah timbunan sampah. Berikut ini adalah tabel skoring
aksesbilitas dan kepadatan penduduk pada masing-masing lokasi.
Tabel 9. Skoring Aksesbilitas dan Demografi
16 | P a g e
Jalan
Menuju
Lokasi
25 25 50 50 50 25
Utilitas Lalu
Lintas
30 30 24 24 24 30
Demografi 15 15 15 15 15 21
Sumber : Jurnal Pemilihan Lokasi TPA Sampah Kabupaten Bangkalan Dengan Bantuan SIG
Aksesbilitas pada calon lokasi III, IV, dan V memiliki nilai sama yaitu 50 dan 24. Nilai
50 dan 24 menunjukkan bahwa aksesbilitas menuju lokasi TPA Sampah sangat baik.
Dengan nilai yang semakin tinggi maka calon lokasi tersebut semakin layak digunakan
sebagai lokasi TPA Sampah yang baru di Kabupaten Bangkalan. Sedangkan nilai demografi
pada calon lokasi I, II, III, IV, V memiliki nilai yang sama yaitu 15. Nilai tersebut sangat baik
karena kepadatan penduduk di lokasi tersebut rendah maka jumlah timbunan sampah yang
dihasilkan pada lokasi tersebut rendah sehingga lokasi tersebut bisa menampung jumlah
timbunan dari daerah lain yang berada di Kabupaten Bangkalan.
4.3 Implikasi Teori Christaller
Teori Christaller menyatakan bahwa lokasi pusat sebuah kegiatan harus terletak
pada suatu kawasan yang memungkinkan peran serta penduduk dengan jumlah maksimal.
Teori ini juga menyatakan tentang topografi harus seragam sehingga tidak ada bagian suatu
wilayah yang mendapat pengaruh dari kelerengan atau pengaruh alam lain dalam hubungan
dengan jalur pengangkutan. Pengaplikasian teori Christaller terhadap penentuan lokasi TPA
Sampah di Kabupaten Bangkalan ini berkaitan dengan teori Christaller dalam penelitian ini
peneliti mempertimbangkan faktor aksesbilitas dan hirarki.
Faktor aksesbilitas, lokasi TPA Sampah harus mempertimbangkan aksesbilitas
dimana aksesbilitas merupakan lokasi tersebut mudah untuk dijangkau sehingga pada saat
proses pengangkutan sampah tidak menimbulkan pencemaran udara. Selain itu aksesbilitas
juga dapat meminimalisir biaya pengangkutan sampah, dengan adanya kemudahan untuk
menuju lokasi TPA Sampah maka biaya pengangkutan sampah menjadi rendah. Hal ini
sesuai dengan tabel skoring aksesbilitas terhadap masing-masing calon lokasi dimana calon
lokasi III, IV, dan V memiliki jumlah nilai aksesbilitas yang sama yaitu 74. Dengan nilai
tersebut maka masing-masing lokasi tersbut mudah untuk dijangkau sehingga lokasi
tersebut bisa menjadi lokasi TPA yang tepat untuk Kabupaten Bangkalan. Akan tetapi hanya
ada satu lokasi yang tepat di Kabupaten Bangkalan yaitu lokasi V yang berada di
17 | P a g e
skoring tertinggi setelah dilihat dari beberapa aspek. Berikut ini tabel skoring aksesbilitas
terhadap masing-masing calon lokasi.
Tabel 10. Skoring Aksesbilitas Pada Masing-masing Calon Lokasi
Klasifikasi
Penilaian
Calon
Lokasi I
Calon
Lokasi II
Calon
Lokasi III
Calon
Lokasi IV
Calon
Lokasi V
Calon
Loasi VI
Jalan
Menuju
Lokasi
25 25 50 50 50 25
Utilitas Lalu
Lintas
30 30 24 24 24 30
Sumber : Jurnal Pemilihan Lokasi TPA Sampah Kabupaten Bangkalan Dengan Bantuan SIG
Faktor hirarki, Teori Christaller menyatakan bahwa suatu wilayah mempunyai
keterkaitan fungsional antara satu pusat dengan wilayah disekelilingnya. Pada penelitian ini
lokasi TPA Sampah sudah sesuai dengan interaksi antar unit keruangan yaitu hubungan
antara ekonomi dan interaksi keruangan, aksesbilitas antara pusat dan pemberhentian suatu
wilayah dan hambatan. TPA Sampah di lokasi V yang berada di Kecamatan Kamal akan
menjadi lokasi TPA Sampah yang baru merupakan pusat pembuangan sampah dari
Kabupaten Bangkalan. Sehingga keberadaan lokasi ini sangat mempengaruhi lokasi
sekitarnya. Untuk itu perlu adanya lokasi TPA yang tepat agar tidak menimbulkan dampak
18 | P a g e
BAB VI LESSON LEARNED
Bagi Pemerintah, dengan membaca jurnal ini maka pemerintah dapat mengetahui
faktot-faktor dan kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan lokasi TPA yang tepat.
Sehingga dalam penentuan lokasi TPA tidak menimbulkan dampak yang buruk terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga terciptanya Sustainable Development yang
menitikberatkan terhadap aspek lingkungan terlebih dahulu, kedua aspek sosial, yang
terakhir aspek ekonomi.
Bagi Mahasiswa PWK, jurnal ini memberikan pengetahuan terkait metode dan teori
lokasi yang digunakan dalam penentuan lokasi TPA yang tepat agar tidak meinbulkan
dampak terhadap masyarakat dan lingkungan. Selain itu, jurnal ini dapat dijadikan sebagai
referensi untuk perencanaan kota mendatang dengan menitikberatkan Sustainable
19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Eko Budi, Ema Umilia dan Belinda Ulfa Aulia. 2012. Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan (RP09-1209). Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
http://jurnal-online.um.ac.id/data/Pemilihan-Lokasi-Tempat-Pembuangan-Akhir-Sampah-Kabupaten-Bangkalan-Dengan-Bantuan-Sistem-Informasi-Geografis. Diakses pada tanggal 8 Maret 2016.
Kusuma, Ali. Tugas Analisis Lokasi dan Keruangan.