TORTOR ILAH MAJETTER PADA MASYARAKAT
SIMALUNGUN KAJIAN TERHADAP NILAI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
SITI KHODIJAH BB
NIM. 2113142072
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
Siti Khodijah BB, NIM : 2113142072. Tortor Ilah Majetter Pada Masyarakat Simalungun Kajian Terhadap Nilai. Skripsi. Medan : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2016.
Tortor Ilah Majetter merupakan tarian hiburan yang berasal dari daerah Simalungun yang sering hadir pada acara Pesta Rondang Bittang. Tortor Ilah Majetter merupakan Tortor Ilah/nyanyian berpantun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Tortor Ilah Majetter pada masyarakat Simalungun kajian terhadap nilai.
Untuk membahas tujuan penelitian di atas, digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian ini yaitu teori nilai yang terdiri dari nilai religious, nilai estetika, nilai social, dan nilai moral atau etika.
Waktu yang digunakan penelitian dalam membahas Tortor Ilah Majetter Pada Masyarakat Simalungun Kajian Terhadap Nilai selama 3 bulan yaitu bulan Juni 2016 sampai Agustus 2016. Tempat lokasi penelitian adalah desa Purba Tongah Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Analisis data pada penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dapat diketahui bahwa Tortor Ilah Majetter merupakan tari permainan muda-mudi pada malam terang bulan saat bulan purnama yang disertakan dengan nyanyian berpantun. Tortor Ilah Majetter menggambarkan kegembiraan suka-cita muda-mudi masyarakat Simalungun. Walaupun tidak banyak dalam ragam geraknya, akan tetapi Tortor Ilah Majetter memiliki nilai-nilai yang diantaranya adalah : 1) Nilai Religi/Kepercayaan yang dapat dilihat melalui syair, 2) Nilai Sosial dapat dilihat melalui gerakan yang dilakukan secara bersama dan serempak yang menandakan masyarakat Simalungun sangat erat kebersamaanya, 3) Nilai Estetika dapat dilihat melalui gerakan, pola lantai yang tertata dengan baik dan rapi. Selain itu juga dapat dilihat melalui busana dan rias penari, dan 5) Nilai Moral atau Etika yang dapat dilihat melalui gerakan, pola lantai, busana yang terdapat batasan dan aturan-aturan.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik dengan judul “Tortor Ilah Majetter pada
Masyarakat Simalungun Kajian Terhadap Nilai”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Tari di Universitas Negeri Medan.
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari
bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan, tata bahasa dan
penyampaian ide penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis juga mengalami berbagai kesulitan.
Namun berkat doa dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini. Disini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr Syawal Gultom, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd, Ketua Jurusan Sendratasik
4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Tari yang telah
memberi bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis.
5. Dra. Tuti Rahayu, M.Si, Pembimbing Skripsi I dan Dra. Dilinar Adlin, M.Pd,
Pembimbing Skripsi II, yang telah memberi dorongan, banyak masukan,
arahan, nasehat dan motivasi kepada penulis selama penulis menyelesaikan
Skripsi ini.
iii
7. Seluruh Staf Dosen Pengajar di Jurusan Sendratasik khusunya Program Studi
Pendidikan Tari yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam
menyelesaikan perkuliahan.
8. Orang tua tercinta Ayahanda Chairil Junizar Batubara dan Ibunda Supiati,
terima kasih atas doa, kesabaran, kesetiaan, perhatian, dukungan dan
pengorbanan baik moral maupun materi sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dan Skripsi ini serta kakak Rosyida Apriliyana
Batubara, S.Pd, Siti Nur Layly Batubara, S.Pd, dan Muhammad Ali Muddin,
yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi dan kasih sayangnya kepada
penulis.
9. Betrik Derfita Saragih dan Drs. Riten Sipayung, Narasumber yang
memberikan banyak informasi dan masukan mengenai Tortor Ilah Majetter.
10.Mhd Abror Harahap, SE yang telah membantu penulis dalam pemberkasan
selama di UNIMED.
11.Sahabat tercinta Bigboongky : Valent Tarihoran, Lisna Romadani H, Elita
Mandayarni S dan Khatarina Clauidah T serta semua teman-teman stambuk
2011 Indah Gustianingsih Siregar, Yuli M Sidabutar.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang turut membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2016
Penulis
iv
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16
A. Metode Penelitian ... 16
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16
1. Lokasi Penelitian ... 16
2. Waktu Penelitian ... 16
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 16
v
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 22
1. Letak Geografis ... 22
2. Suku Simalungun ... 23
3. Sistem Kepercayaan dan Agama ... 24
4. Kesenian ... 26
B. Tortor Ilah Majetter ... 28
1. Gerak Tortor Ilah Majetter ... 30
2. Nilai yang Terdapat dalam Tortor Ilah Majetter ... 35
a. Nilai Religi ... 35
b. Nilai Estetika ... 39
c. Nilai Sosial ... 44
d. Nilai Moral atau Etika ... 45
BAB V PENUTUP ... 54
A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 55
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Simalungun ... 24
Gambar 4.2 Pola Lantai Sejajar ... 40
Gambar 4.3. Pola Lantai Lingkaran ... 41
Gambar 4.4. Pola Lantai ‘A’ ... 41
Gambar 4.5. Pola Lantai Sejajar ... 42
Gambar 4.6. Gerak Tortor Ilah Majetter ... 43
Gambar 4.7. Gerak Tortor Ilah Majetter. ... 45
Gambar 4.8. Mambere Hormat ... 47
Gambar 4.9. Martopak tangan dan paha ... 48
Gambar 4.10. Malakkah siamun siambilou... 49
Gambar 4.11. Mangonjab-onjab ... 50
Gambar 4.12. Mambere hormat penutup ... 51
Gambar 4.13. Pola Lantai Sejajar ... 51
Gambar 4.14. Pola Lantai Lingkaran ... 52
Gambar 4.15. Pola Lantai ‘A’ ... 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera,
berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau
disebelah selatan. Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah multietnis yang
dihuni oleh banyak suku bangsa dengan suku Batak Toba, Karo, Simalungun,
Pakpak Dairi, Mandailing, Angkola, Tapanuli Tengah, Melayu, dan Nias sebagai
suku asli di antara suku-suku pendatang yang mendiami wilayah Sumatera
Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.
Kebudayaan merupakan pengetahuan, ide dan hasil cipta masyarakat
(Edwar B. Tylor dalam Posman Simanjuntak (2000:107). Kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan
yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat”, sedangkan menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Posman Simanjuntak (2000:107)”.
Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat”. Setiap suku di
Sumatera Utara memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Dan salah satu suku di
Sumatera Utara yang memiliki beragam kebudayaan adalah suku Simalungun.
Simalungun merupakan salah satu sub suku Batak, yang masuk ke dalam
suku terbesar khususnya menetap di wilayah Kabupaten Simalungun Provinsi
2
wilayah Simalungun yaitu Simalungun atas (mulai dari daerah Dolok Pardamean,
Raya, Sidamanik, Purba, Silimakuta, Silau Kahean, dan Dolok Silau) dan
Simalungun bawah (mulai dari daerah Bandar, Pematang Bandar, Ujung Padang,
Siantar, Huta Bayu Raja, Tanah Jawa, Bosar Maligas, Dolok Batu Nanggar, dan
Tapian Dolok sampai perbatasan Lima Puluh), tetapi mereka sama-sama terikat
oleh sistem kekeluargaan yang sangat erat seperti dalam acara pesta adat, upacara
adat, aktivitas keseharian dan kesenian.
Simalungun memiliki berbagai macam kesenian tradisi, antara lain berupa
tari tradisional dan musik tradisional. Tarian tradisional yang menjadi salah satu
peninggalan nenek moyang bangsa ini, adalah bagian dari kekayaan budaya
bangsa yang harus dilestarikan. Tidak sedikit tarian di negeri ini punah terkikis
oleh perkembangan zaman.
Masyarakat Simalungun melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari dengan menyertakan kesenian sebagai kelengkapan
pelaksanaan kegiatan. Salah satu kegiatan kesenian pada masyarakat Simalungun
adalah acara Pesta Rondang Bittang yang telah menjadi agenda tahunan pesta
budaya masyarakat Simalungun. Pesta Rondang Bittang adalah pesta adat pada
masyarakat Simalungun dalam menyambut panen raya sekaligus sebagai ajang
pertemuan bagi muda-mudi yang dilaksanakan pada malam hari saat bulan
purnama dan disaat bintang bersinar terang benderang, namun sekarang menjadi
acara pesta rakyat Simalungun yang sudah menjadi agenda tahunan di Kabupaten
3
Pada Pesta Rondang Bittang banyak sekali pertunjukkan yang ditampilkan
seperti musik tradisional Simalungun yaitu Gondang Somba, Gondang
Simonang-monang, Gondang Sipitu-pitu. Ada juga peragaan busana Simalungun seperti
busana pengantin, baik pagelaran busana pengantin kuno, hingga busana
pengantin modern. Sedangkan tari-tarian yang di tampilkan adalah Tortor
Sombah, Tortor Haroan Bolon, Tortor Manduda, Tortor Sitalasarai, Tortor
Toping-toping/Huda-huda, Tortor Ilah yang anatara lain adalah:
1. Ilah Bolon
2. Ilah Mardogei
3. Ilah Mardidong
4. Ilah Majetter
5. Ilah Manduda
6. Ilah Sibuat Gulom
Tari dalam masyarakat Simalungun disebut juga dengan Tortor. Bagi
masyarakat Simalungun Tortor merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan
pesan melalui setiap gerak yang ditampilkan. Setiap gerak tari Simalungun
mengekspresikan aktivitas keseharian masyarakat Simalungun. Hal ini sejalan
dengan pendapat Soedarsono (1979 : 37) yang menyebutkan bahwa “Tari adalah
ekspresi jiwa manusia yang diekspresikan melalui gerak yang indah dan ritmis”.
Dan salah satu tortor yang berada pada masyarakat Simalungun adalah Tortor
4
Tortor Ilah Majetter tidak diketahui siapa penciptanya. Tortor Ilah Majetter
merupakan tari permainan muda-mudi pada malam terang bulan saat bulan
purnama yang disertakan dengan nyanyian berpantun. Tortor Ilah Majetter
menggambarkan kegembiraan suka-cita muda-mudi masyarakat Simalungun.
Oleh karena itu, Tortor Ilah Majetter berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat
Simalungun. Keberadaan Tortor Ilah Majetter sendiri banyak di temukan di
desa-desa kecamatan Purba. Dan salah satu nya di Desa Purba Tongah kecamatan
Purba. (Hasil wawancara dengan Ritten Sipayung pada 14 Maret 2016)
Penari dalam tarian Tortor Ilah Majetter berpasangan dan tidak terbatas.
Mereka melakukan gerakan yang serempak. Tidak terdapat banyak ragam gerak
dalam tarian ini. Gerak bertepuk tangan, melangkah kekiri kekanan dan kedepan,
menghentakkan kaki sambil bernyanyi dengan syair Ilah Majetter. Tortor Ilah
Majetter ini merupakan tarian yang diiringi gerak dan lagu yang dinyanyikan
langsung oleh penari tersebut dengan kata lain tempo dan gerakannya berasal dari
diri sendiri (musik internal). Syair yang dilantunkan menjadi tempo pergantian
gerak dalam tarian ini.
Sebagai makhluk sosial, manusia harus berinteraksi dengan sesamanya
untuk menunjukkan rasa sosial tersebut. Cara interaksi manusia disetiap
masyarakat berbeda sesuai dengan nilai dan norma yang mereka anut. Nilai dan
norma menjadi tuntutan bagi setiap manusia dalam melakukan interaksi. Segala
sesuatu dalam kehidupan ini memiliki nilai, demikian juga dimasyarakat terhadap
nilai. Setiap masyarakat memiliki nilai sebagai ciri identifikasi masyarakat
5
Nilai menjadi acuan dalam penyusunan norma, selanjutnya norma menjadi
tuntunan manusia dalam berprilaku. Walaupun gerak dalam tarian ini sangat
sederhana, namun terdapat nilai-nilai yang mendalam dalam setiap gerak, syair,
dan suasana.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka terdapat beberapa masalah yang
terakait dengan Tor-tor Ilah Majetter yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah Tortor Ilah majetter Di Desa Purba Tongah
Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun?
2. Bagaimana bentuk penyajian Tortor Ilah Majetter?
3. Bagaimana fungsi Tortor Ilah Majetter?
4. Bagaimana nilai yang terdapat dalamTortor Ilah Majetter?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah diatas maka akan berpengaruh kepada
keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan teoritis peneliti untuk memecahkan
semua masalah yang sudah teridentifikasi diatas. Maka pembatasan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai yang terdapat dalamTortor Ilah Majetter di desa Purba
6
D. Rumusan Masalah
Uraian yang sudah dijabarkan dari latar belakang, identifikasi masalah,
dan pembatasan masalah membutuhkan penelitian ini untuk dirumuskan.
Upaya perumusan ini akan membantu penyederhanaan masalah dan
penajaman arah penelitian maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: Bagaimana Tortor Ilah Majetter pada Masyarakat Simalungun
Kajian Terhadap Nilai.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian selalu dirumuskan untuk mendapatkan catatan yang
jelas tentang hasil yang akan dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suharsimi Arikunto (1978:69) yang menyatakan “ Penelitian adalah
perumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil yang diperoleh setelah
penelitian selesai, berhasil tidaknya suatu penelitian yang dilakukan terlihat
dari tercapai tidaknya tujuan penelitian yang telah di tetapkan. Adapun tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan nilai yang terdapat dalam Tortor Ilah Majetter di desa
7
F. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian yang dicapai pasti akan mendatangkan manfaat.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendatangkan pengetahuan dan pemahaman tentang Tortor Ilah
Majetter.
2. Mengetahui dengan benar kondisi Tortor Ilah Majetter sekarang ini.
3. Menambah kesadaran tentang pentingnya kesenian tradisi seperti Tortor
Ilah Majetter untuk diangkat sebagai materi penelitian.
4. Mananamkan rasa cinta budaya/ kesenian sebagai bagian dari upaya-
upaya pelestarian yang selalu dilakukan secara berkesinambungan.
5. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang
memiliki keterkaitan dengan topic penelitian ini.
6. Sebagai bahan motivasi bagi pembaca, yang menyukai seni tradisional.
7. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Jurusan
Sendratasik Universitas Negeri Medan.
54 BAB V PENUTUP A.Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dilapangan dan penjelasan yang sudah
diuraikan maka dari latar belakang hingga pembahasan, maka disimpulkan
keseluruhan terhadap Tortor Ilah Majetter di Simalungun sebagai berikut :
1. Tortor Ilah Majetter telah ada sejak zaman dahulunya. Tortor Ilah Majetter
merupakan tari permainan muda-mudi pada malam terang bulan saat bulan
purnama yang disertakan dengan nyanyian berpantun. Tortor Ilah Majetter
menggambarkan kegembiraan suka-cita muda-mudi masyarakat Simalungun.
Oleh karena itu, Tortor Ilah Majetter berfungsi sebagai hiburan bagi
masyarakat Simalungun.Terciptanya Tortor Ilah Majetter berawal dari
muda-mudi masyarakat Simalungun di sela-sela waktu mereka menghibur dirinya
dengan bermain sambil bernyanyi.
2. Tortor Ilah Majetter walaupun tidak banyak dalam ragam geraknya, akan
tetapi Tortor Ilah Majetter memiliki nilai-nilai yang diantaranya adalah : 1)
Nilai Religi/Kepercayaan yang dapat dilihat melalui syair, 2) Nilai Sosial dapat
dilihat melalui gerakan yang dilakukan secara bersama dan serempak yang
menandakan masyarakat Simalungun sangat erat kebersamaanya, 3) Nilai
Estetika dapat dilihat melalui gerakan-gerakan, pola lantai, musik iringan,
yang tertata dengan baik dan rapi, luwes dan serempak. Selain itu juga dapat
55
dapat dilihat melalui gerakan yang ada batasan dan aturan-aturan serta pola
lantai dan busana.
B.Saran
Dalam mendata dan menulis skripsi ini membutuhkan waktu dalam
observasi dan penelitian yang panjang, maka dapat diajukan beberapa saran antara
lain sebagai berikut :
1. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini masyarakat Simalungun untuk
menjaga, mengembangkan serta melestarikan tarian-tarian yang berada pada
masyarakat Simalungun khusus nya di Kecamatan Purba.
2. Kepada seniman Simalungun khususnya di Kecamatan Purba diharapkan tetap
terus menjaga Tortor Ilah Majetter agar dapat dipublikasikan sehingga menjadi
kesenian yang tidak akan punah. Dengan mengajarkan tarian ini secara baik
dan benar sesuai aturan-aturan yang telah ada kepada generasi penerus.
3. Dengan mengingat kepedulian terhadap kesenian daerah, berarti telah
menyelamatkan anak cucu kita dari pengaruh budaya luar yang akan merusak
budaya sendiri.
4. Memperkenalkan warisan budaya kepada masyarakat luas adalah salah satu
wujud cara menghargai dan juga salah satu wujud kecintaan kita terhadap
56
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Bina Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Dayanti, Nasution, Afni. 2014. Makna Teks Tortor Ilah Bolon dalam Upacara Rondang Bintang. Universitas Negeri Medan.
Djelantik, A. A. M, 1990. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia bekerja saama dengan Arti.
Gazalba. 1974. Antropologi Budaya I : Gaya Baru. Jakarta : Bulan Bintang
Glock and Stark. 1965. Religion and Society in Tension. Chicago : Rand McNally
Kaelan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner: Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni, Agama, dan Humaniora. Yogyakarta : Paradigma.
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Antropologi II. Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press)
Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : Gramedia.
Koentjaraningrat. 1970. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Sapdodadi
Mardiatmadja. 1986. Hubungan Nilai dan Kebaikan. Jakarta: Sinar Harapan.
Richey, Robert W. 1973. Planning for Teaching. New York : MoGrawHil
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PublicRelations dan Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sari, Fitri Maya. 2015. Struktur Tortor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang pada Masyarakat Simalungun. Universitas Negeri Medan.
57
Selian, Khely. 2016. Bentuk Koreografi Tortor Ilah Mardidong di Kabupaten Simalungun. Universitas Negeri Medan.
Simanjuntak, Posman. 2000. Berkenalan dengan Antropologi untuk SMU kelas 3. Jakarta: Erlangga.
Sudarsono. 1977. Tari-tarian Indonesia. Jakarta : Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
Ulina, Martha Sri. 2012. Tortor Bodat Na Haudanan Sebaga Seni PertunjukkanDalam Pesta Rondang Bintang di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun. Universitas Negeri Medan.
Wahyuni, Sefrina. 2014. Makna Simbol Tortor Ilah Mardogei pada Masyarakat Simalungun. Universitas Negeri Medan.
Widjaja. 1985. Pedoman Pokok-pokok dan Materi Perkuliahan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta : Akademika Pressindo.