I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Era globalisasi mengakibatkan peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup yang
layak dan sejahtera. Hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai
cita-cita. Oleh karena itu, pendidikanlah yang akan membawa manusia tersebut
berhasil. Pendidikan sangat penting, karena ilmu sebagai jalan mencapai
kesejahteraan, sedangkan tanpa ilmu, manusia akan terjajah, tertindas, dan menjadi
terbelakang. Pendidikan adalah tolok ukur sebagai bangsa yang maju dan cerdas.
Semakin baik tingkat pendidikan suatu negara, maka semakin makmur rakyatnya,
semakin dihormati oleh bangsa lain. Sebaliknya, semakin rendah kualitas
pendidikan suatu negara maka rakyatnya semakin miskin dan tertinggal, semakin
dihina dan dilecehkan oleh bangsa yang kuat.
Negara Indonesia sebagai negara berkembang masih terus meningkatkan kualitas
pendidikannya. Salah satu cara yang dilakukan agar bangsa ini melahirkan
generasi-generasi muda yang unggul, yaitu diadakannya Ujian Nasional (UN)
sebagai ukuran keberhasilan pendidikan serta bahan evaluasi dalam hal
meningkatkan mutu pendidikan. Ujian Nasional bertujuan menentukan kelulusan
dan menyeleksi siswa pada tingkat pendidikan lebih lanjut. Ujian Nasional pada
Masalah pokok pendidikan di Indonesia saat ini masih berkisar pada soal
pemerataan kesempatan, relevansi, kualitas, efisiensi, dan efektivitas pendidikan.
Sesuai dengan masalah pokok tersebut serta memperhatikan isu dan tantangan yang
dihadapi pada masa kini dan kekenderungan di masa depan, maka dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menghadapi persoalan dan
menghadapi tantangan tersebut, perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu
pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas siswa secara optimal
(Kusuma, 2008:17).
Hasil belajar siswa merupakan ukuran dari keberhasilan proses pembelajaran.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPS siswa, baik faktor
dari luar (eksternal) maupun dari dalam (internal). Berdasarkan hasil pra penelitian
di SMP Negeri 1 Bandar Lampung, dimana keseluruhan siswa kelas VIII berjumlah
286 orang, memiliki hasil belajar IPS yang hampir sama pada tingkat yang rendah.
Tabel 1 Nilai Mid semester mata pelajaran IPS siswa kelas VIII1 sampai dengan
VIII F semester ganjil di SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010
Rentang nilai Kelas VIII 1 Kelas VIII 2 Kelas VIII A Kelas VIII B Kelas VIII C Kelas VIII D Kelas VIII E Kelas VIII F
jumlah present
ase Ket
71-75 10 11 4 3 2 3 5 2 40 16,66
%
Sanga t baik
66-90 14 13 6 8 7 12 10 8 78 32,50
% Baik
60-65 0 0 11 8 11 7 8 10 55 22,91
% Cukup
00-59 0 0 11 13 12 10 9 12 67 27,91
%
Kuran g
jumlah 24 24 32 32 32 32 32 32 240 99,98 %
Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 70 ke atas hanya
40 siswa, nilai 66 - 70 ada 78 orang, nilai 60 - 65 ada 55 orang siswa dan siswa
yang mendapatkan nilai 00 - 59 67 siswa. Nilai mid semester siswa pelajaran ips
tergolong masih rendah.
Data mengenai nilai Mid Semester tersebut dapat digunakan sebagai salah satu
indikator adanya masalah dalam hal hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut
sangatlah tepat bahwa permasalahan tersebut perlu dikaji penyebab rendahnya
hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar IPS siswa diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranyaa: 1) Minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pelajaran IPS masih
rendah. Karena siswa menganggap pelajaran IPS merupakan pelajaran yang
membosankan. 2) Kurangnya motivasi siswa untuk meraih nilai akademis yang
tinggi. Maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar
siswa-siswanya. 3) Guru dinilai kurang kreatif dalam melakukan inovasi pembelajaran,
baik dalam pemilihan materi ajar, model pembelajaran, maupun media
pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan banyak pihak masih dirasakan bahwa model atau
pendekatan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru di sekolah, lebih
didasarkan kebutuhan formal dari pada kebutuhan riil siswa. Akibatnya proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru terkesan lebih merupakan
pekerjaan administratif, dan belum berperan dalam mengembangkan potensi siswa
Kondisi pembelajaran seperti ini kemungkinan tidak dapat dilepaskan dari adanya
kenyataan bahwa tugas yang diemban guru sebagai pelaksana kurikulum dan
pengajar sangatlah kompleks dan sulit. Keadaan dan fenomena seperti diungkapkan
di atas semakin lebih jelas lagi dengan ditemukannya data empirik di lapangan
melalui penelitian, yang pada umumnya menyimpulkan bahwa masih terdapat
beberapa kelemahan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di SMP.
Khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Menurut Nu’man Sumantri (2001:165) bahwa pembelajaran IPS yang diberikan di
sekolah-sekolah sangat menjemukan, membosankan. Hal ini disebabkan
penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris, sehingga siswa kurang antusias
yang dapat mengakibatkan pelajaran kurang menarik. Kelemahan-kelemahan
tersebut diperberat lagi oleh beberapa kondisi yang ada, diantaranya masih
berlakunya sistem guru kelas harus mengajarkan beberapa mata pelajaran.
Masing-masing mata pelajaran itu mempunyai karakteristik atau ciri tersendiri. Bukan tidak
mungkin belum terkuasai sepenuhnya oleh guru, baik substansi maupun
metodologi.
Fenomena yang digambarkan di atas, baik menyangkut rendahnya kualitas prestasi
akademik atau hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, maupun layanan
pembelajaran yang belum dapat mengapresiasi dan mengakomodasi perbedaan
individual siswa serta sikap yang kurang positif dari siswa dan masyarakat terhadap
Hal ini merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Seorang guru
harus menguasai model-model pembelajaran sebagai pilihan tepat untuk mengatasi
hal tersebut. Melihat banyaknya model dalam pembelajaran, ada beberapa
kemungkinan tanggapan diberikan oleh guru. Ada yang merasa bahwa, berat
menjadi guru jika harus menerapkan sedemikian banyak model pembelajaran.
Sebaliknya ada pula yang merasa betapa dunia mengajar menawarkan serangkaian
tamasya unik dalam upaya menciptakan kondisi agar siswa belajar dengan baik dan
berhasil. Guru yang kreatif dan memiliki semangat untuk mencobakan
pendekatan-pendekatan pengajaran yang baru, akan dengan senang hati untuk menerapkan
sebanyak mungkin model. Keberhasilan dalam menerapkan model pembelajaran
harus disertai dengan kesungguhan dan mau belajar dari pengalaman.
Suatu model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas dalam mengatur pengajaran. Menentukan model yang dianggap tepat adalah terlalu sulit. Model mengajar itu berbagai macamnya, dan kebaikan model mengajar, sangat tergantung kepada tujuan pengajaran itu sendiri (Dahlan, 1984:21)..
Pendekatan pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa sebagai salah
satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pendekatan pembelajaran ini, diartikan
kegiatan belajar mengajar secara kelompok. Siswa belajar dan bekerja sama untuk
sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu
maupun pengalaman kelompok sehingga proses tersosialisasi secara
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dicari bagaimana caranya agar
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat meningkat. Untuk itu perlu
diupayakan dengan berbagai usaha, diantaranya dengan memilih model yang tepat.
Salah satu upaya yang dianggap mampu untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan baik, sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi
berprestasi dan hasil belajar IPS siswa adalah dengan menggunakan model problem
based introduction (PBI).
Model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) merupakan sebuah model
dengan melibatkan siswa sebagai sumber belajar sehinggga pengetahuannya
benar-benar diserap dengan baik. Diharapkan melalui PBI ini siswa dilatih untuk bekerja
sama dengan siswa lain dan dapat memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber
lain.
Selain itu melalui model PBI dapat memudahkan siswa untuk mengembankna
kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektualserta
menjadi pelajar yang otonom dan mandiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian ini
dengan mengangkat judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem
Based Introduction (PBI) Terhadap Hasil Belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri
1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010”. Dengan meneliti penerapan model
pembelajaran ini, diharapkan muncul potensi dan kemampuan yang selama ini
B. Analisis Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat kita identifikasi masalah sebagai
berikut:
a. Hasil belajar siswa merupakan ukuran dari keberhasilan proses pembelajaran.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPS siswa
c. Problem Based Introduction (PBI) merupakan model pembelajaran yang cocok
untuk pembelajaran IPS.
d. Pengaruh penggunaan model Problem Based Introduction terhadap hasil belajar
IPS siswa.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka dibuatlah pembatasan masalah, agar tidak
terjadi kesalahpahaman pada pokok persoalan yang akan diteliti. Pembatasan
masalah pada penelitian ini adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran
Problem Based Introduction terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 1
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka masalah
1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based
Introduction (PBI) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Sejauh mana pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based
Introduction (PBI) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010.
C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian. 1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan
antara lain sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran
Problem Based Introduction terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Bandar Lampung yang dianggap mampu dan tepat untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Untuk mengtahui sejauhmana pengaruh penggunaan model pembelajaran
Problem Based Introduction terhadap hasil belajar IPS siawa kelas VIII SMP
Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
a. Bagi Guru, dapat dipakai sebagai salah satu alternatif pembelajaran oleh guru
b. Bagi siswa, dapat berlatih untuk menghargai pendapat dan keberadaan teman,
sifat egois dan dominasi siswa pintar dalam kelompok dapat berkurang, serta
belajar menghargai orang lain dan meningkatkan percaya diri, berlatih
kemampuan berfikir atau intelektual, melatih berbicara yang baik dan benar.
c. Bagi peneliti, menambah pengetahuan tentang model pembelajaran yang efektif
dan menambah pengalaman dalam mendidik.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi :
1) Ruang lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan khususnya
pendidikan IPS.
2) Ruang lingkup subjek
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2009/2010
3) Ruang lingkup objek
Objek Penelitian adalah model pembelajaran Problem Based Introduction
terhadap hasil belajar IPS kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun
Ajaran 2009/2010
4) Ruang lingkup wilayah
Tempat Peneltian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung
5) Ruang lingkup waktu
II. TINJAUAN PUSTAKA,
A. Tinjauan Pustaka
A.1 Konsep Pengaruh
Pengertian pengaruh menurut WJS. Poerwadaminto (2002:849) yaitu daya yang ada
atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan,
atau perbuatan seseorang.
Menurut Badudu dan Zain (1994:1031) pengertian pengaruh adalah (1) daya yang
menyebabkan sesuatu yang terjadi; (2) sesuatu yang dapat membentuk atau
mengubah sesuatu yang lain; dan (3) tunduk atau mengikuti karena kuasa atau
kekuasaan orang lain.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya
yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Sehingga, dalam
penelitian ini penulis membatasi pengaruh mengenai seberapa besar daya yang ada
atau yang ditimbulkan oleh model pembelajaran Problem Based Introduction
terhadap hasil belajar IPS siswa. Maka, dengan diterapkan model pembelajaran
Problem Based Introduction tersebut dapat meingkatkan hasil belajar yang
A.2. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI)
Model pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey,
yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran
berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang
otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka yang
melakukan penyelidikan. Pengertian pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat
tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk dapat memperoses informasi yang
sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang
dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks ( Ratumanan, 2002 : 123 ).
A.3 Konsep Pembelajaran Problem Based Introduction
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran
dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan
berpikir lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
(Arends,2007:2http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/19/problembasedintoducti
1. Ciri-Ciri Khusus Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI).
Menurut Arends (2008 ;www.puskur_balitbang_depdiknas.com) berbagai
pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model
pengajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1). Pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan disekitar
prinsip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan
masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang
dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghidari jawaban
sederhana , dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2). Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, meskipun pembelajaran berdasarkan
masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan
diselidiki telah dipilih secara benar.
3). Penyelidikan autentik, pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan
siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata
terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendifinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan
menganalisa informasi, melakukan eksprimen, membuat inferensi dan
merumuskan kesimpulan.
4). Menghasilan produk dan memamerkannya, pembelajaran berdasarkan masalah
atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan.
5). Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerja satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam
kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan
terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi
pemecahan dan dialog dan mampu mengembangkan ketrampilan sosial dan
ketrampilan berpikir.
Manfaat Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI).
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi kepada siswa, melainkan dikembangkan untuk dapat
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan
ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pelajar yang otonom dan mandiri.
(Arends, 2008 : 7 www.puskur_balitbang_depdiknas.com).
Sedangkan menurut Sudjana (2001 :45), manfaat khusus yang diperoleh dari
metode John Dewey adalah metode pemecahan masalah, tugas guru adalah
membantu pada siswa-siswanya dalam merumuskan tugas-tugas, dan bukan
2. Menurut Arends (2008;www.puskur_balitbang_depdiknas.com) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI).
1). Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskanlogistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2). Guru membantu siswa mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas dan jadwal).
3). Guru mendorong siswa untuk dapat mengumpulkan informasi yang sesuai ,
melaksanakan eksprimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan maalah,
pengumpulan data dan hipotesis.
4). Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporandan membantu merekab berbagi tugas dengan temannya.
5). Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI).
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya
benar-benar diserap dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber lain.
Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI).
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran tepat menggunakan model pembelajaran PBI.
Berdasarkan pendapat diatas penulis menarik kesimpulan bahwa pembelajaran
Problem Based Introduction (PBI) dalam penelitian ini merupakan salah satu
model pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran individu dengan
pembelajaran kooperatif atau kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif model
Problem Based Introduction (PBI) siswa belajar secara berkelompok kemudian
bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan sesuatu masalah
diberikan bantuan secara individu baik itu dari guru maupun teman sekelompok.
A.4. Konsep Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu bidang studi yang mempelajari
manusia dalam lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya, dalam hubungan
dengan kodratnya bahwa manusia hidup dalam kelompok membentuk lingkungan
sosial. Menurut KTSP Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang manusia dalam kelompok yang disebut masyarakat dengan
menggunakan ilmu Politik, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi dan
sebagainya.
Suatu program IPS yang layak, bertujuan memberikan keterampilan dan
mengembangkan berbagai sikap yang diperlukan agar para siswa menjadi warga
masyarakat yang berguna. Perincian dari jenis-jenis pengertian (Kognitif) yang
perlu diterima siswa dari pembelajaran IPS diantaranya adalah aspek-aspek utama
bekerjasama dengan lingkungan, fungsi control oleh kelompok sosial dan
bagaimana manusia memenuhi kebutuhan dasarnya. Sikap (Afektif) yang harus
dikembangkan dalam pembelajaran IPS diantaranya adalah menghargai hakikat
individu, menjunju ng tinggi hukum dan yakin bahwa masalah dapat diselesaikan
dengan akal. Dan latihan keterampilan (psikomotor) mencakup berfikir kritis,
menganalisa dan memecahkan masalah, menentukan dan mengumpulkan
informasi, serta mengorganisasi dan menilai secara logis.
Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP / MTs menurut Puskur
(2006:6) antara lain sebagai berikut:
a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,
sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan
juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.
b. Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah,
ekonomi, hukum dan politik, sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa
sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
c. Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang
dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa
dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,
kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan
masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti
e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga
dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan
manusia secara keseluruhan.
A.5. Konsep Hasil Belajar
Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang
wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat
kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar
IPS. (Trimo, 2008; http://re-searchengines.com/0408trimo.html)
Dalam kamus bahasa Indonesia, "hasil adalah sesuatu yang didapat dari jerih
payah”. Seseorang dikatakan berhasil apabila ia melakukan sesuatu, dan ia
mendapatkannya secara puas. Siswa dikatakan berhasil apabila ia memperoleh
prestasi yang bagus disekolahnya, tentu prestasi tersebut diperoleh dengan belajar.
Menurut Suryosubroto (1997:2) mengenai hasil belajar, yakni hasil belajar adalah
penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di
sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan atau keterampilan yang
dinyatakan sesudah penilaian.
Selanjutnya Sudjana (2002:22) mendefinisikan hasil belajar sebagai
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa tersebut menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar sering diwujudkan dalam bentuk perilaku dan perubahan
pribadi seseorang setelah proses pembelajaran berlangsung. Menurut Horward
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) sikap dan
cita-cita.
“Belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh
kecakapan, keterampilan, dan sikap. Menurut Wittrock (dalam Winkel), “proses
belajar seseorang dibedakan oleh rangsangan dan niat. Faktor penting dalam proses
belajar adalah perhatian, karena tanpa perhatian, proses belajar tidak akan pernah
terjadi”. “Perhatian seseorang sering mempunyai peranan yang lebih besar dalam
keberhasilan belajar ketimbang IQ yang tinggi”. Winkel (1983:48) menyatakan
bahwa hasil belajar yaitu setiap macam kegiatan belajar menghasilkan suatu
perubahan yang khas, yang mempunyai salurannya sendiri (jalan yang dilalui siswa
untuk mencapai prestasi tertentu) dan hasilnya sendiri (perubahan dalam sikap atau
tingkah laku yang tercapai dan nampak dalam prestasi tertentu).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai yang
menunjukan hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengikuti proses
pembelajaran dalam kurun waktu tertentu baik berupa angka-angka yang didapat
setelah kegiatan belajar mengajar dalam bentuk nilai (angka) yang diperoleh dari
hasil evaluasi siswa, maupun yang berbentuk perubahan sikap dan keterampilan
yang ada pada siswa..
Dalam pencapaian hasil belajar yang optimal, ada beberapa faktor yang turut
mempengaruhi,antara lain:
1. Faktor psikologi, meliputi faktor yang berhubungan dengan anak yang meliputi
2. Faktor sosiologi, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial
baik antara sesama anak maupun orang lain.
3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
lingkungan anak dan kondisi anak yang meliputi waktu belajar dan waktu
istirahat, perlengkapan belajar, keadaan dan kondisi ruangan, kondisi kesehatan
dan sebagainya (As’ad, 1987:17).
Sedangkan menurut Slameto (2003 : 54) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa, yaitu :
1. Faktor Intern yang terdiri dari :
a. Faktor jasmaniah yang terdiri dari kesehatandan cacat tubuh
b. Faktor psikologis seperti: intelegensi, motivasi, kmatangan dan kemantapan. c. Faktor kelelahan fisik baik jasmani maupun rohani
2. Faktor Ekstern yang terdiri dari : a. Faktor keluarga
b. Faktor sekolah c. Faktor masyarakat
B. Kerangka Pikir
Proses belajar mengajar akan lebih efektif apabila terjalin kerja sama antara guru
dan siswa. Dengan berpartisipasi, diiharapkan siswa dapat berperan aktif pada
kegiatan belajar mengajar. Mengingat partisipasi aktif siswa dalam proses belajar
mengajar, maka peran guru menjadi lebih banyak. Guru bukan hanya mengajar saja,
tetapi juga sebagai pengelola belajar, pengarah belajar, fasilitator, nara sumber, dan
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dilaksanakan adalah model
Problem Based Introduction. Model ini adalah model pembelajaran yang mengikuti
pola Top-down, pembelajaran yang demikian ini merupakan implementasi dari teori
belajar kontruktivisme, penerapan pembelajaran ini dalah memecahkan masalah
keseharian, sehingga anak siswa sudah dibiasakan dengan situasi nyata sehari-hari.
Dengan model pembelajaran Problem Based Introduction, guru dapat melatih siswa
untuk menjadi pembelajar yang mandiri, meniru peran orang yang terbiasa
memandang suatu masalah dari berbagai sudah pandang disiplin ilmu yang berbeda.
Model pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) juga dikenal dengan berbagai
nama seperti : pembelajaran proyek (Project Based-Learning), pendidikan
berdasarkan pengalaman (Experienced Based-Education), belajar Autentic (
Autentic –Learning) dan pembelajaran berakar pada kehidupan nyata ( Anchored-
Intruction).
Pada pembelajaran model Problem Based Introduction, guru melakukan
Scaffolding, yaitu suatu kerangka dukungan yang memperkaya inkuiri dan
pertumbuhan intelektual. Problem Based Introduction tidak dapat terjadi tanpa guru
mampu mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya
pertukaran ide cerita terbuka.
Lingkungan belajar Problem Based Introduction (PBI) berpusat pada siswa dan
mendorong inkuiri terbuka dan berpikir bebas, seluruh proses belajar yang
berorentasi Problem Based Introduction adalah membantu siswa untuk menjadi
mandiri. Siswa yang mandiri (otonom) yang percaya diri pada ketrampilan
berorentasi pada inkuiri karena norma disekitar pembelajaran terbuka dan bebas
untuk mengemukakan pendapat
C. Paradigma
: Garis Kegiatan : Garis Pengaruh
D. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009:96) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Model pembelajaran Problem Based Introduction
1. Orientasi siswa pada masalah,guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demontrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar, Guru membantu siswa mendefinisikandan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3. membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok,Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Sedangkan menurut Ali (1985:45) yang dimaksud dengan hipotesis adalah rumusan
jawaban sementara yang harus diuji dengan kegiatan penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pikir, maka hipotesis
atau pernyataan sementara yang dapat diambil adalah:
1. H0 : Tidak ada pengaruh hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Introduction terhadap hasil belajar siswa
IPS kelas VIII Semester genap SMP Negeri 1 Bandar Lampung.
2. H0 : Tidak ada pengaruh hasil belajar siswa dengan menggunakan model
Pembelajaran Problem Based Introduction terhadap hasil belajar siswa IPS
Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Bandar Lampung.
3. H0 : Tidak ada hubungan prestasi belajar terhadap penggunaan model
pembelajaran Problem Based Introduction dengan tanpa model
pembelajaran Problem Based Introduction.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pnelitian ini adalah menggunakan metode
eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari,
yang bertujuan untuk mengetahui apakah sesuatu metode, prosedur, sistem, proses,
alat, dan bahan serta model efektif dan efisien jika diterapkan disuatu tempat
(Syaiful dan Aswan, 2006:95).
Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan
sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara
memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok kontrol untuk
perbandingan.
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek atau obyek yang menjadi sasaran penelitian
(Koestoro dan Basrowi, 2006:435). Sedangkan menurut Usman (2008:42) Populasi
maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek.
Pendapat lain menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian
(Arikunto, 2002:112).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII 1 sampai dengan
VIII f di SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010, seperti yang
tertera pada tabel di bawah ini:
Tabel 2 Data Populasi siswa kelas 8.1 sampai dengan VIII f Semester Ganjil di SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010
No Kelas Jenis kelamin Jumlah
L P
1 8.1 8 16 24
2 8.2 9 15 24
3 VIII a 14 18 32
4 VIII b 13 19 32
5 VIII c 14 18 32
6 VIII d 13 19 32
7 VIII e 10 22 32
8 VIII f 14 18 32
Jumlah 95 145 240
Sumber: SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dapat diambil sebagai sumber
data sampel. Menurut Riduwan (2005 : 11) sampel adalah sebagian anggota
populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang bisa disebut
dengan teknik sampling, sedangkan Arikunto (2002:112) menyatakan bahwa untuk
sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semua sehinggga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya menurut
Sugiyono (2009:118) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan
Sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik sampel random sampling
dimana populasi yaitu seluruh kelas VIII.1 sampai VIII.f dipilih secara acak
menggunakan teknik tersebut, maka dipilihlah untuk dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Setelah diadakan pemilihan sampel didapat kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas VIII.A yang pembelajaranya
menggunakan model Problem Based Introduction sedangkan kelas kontrol adalah
kelas VIII.B yang pembelajaranya menggunakan metode konvensional.
Tabel 3.Data Anggota sampel siswa kelas VIIIA dan VIIIB SMP 1 B.Lampung
NO KELAS SISWA JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 Eksperimen : VIII.A 10 22 32
2 Kontrol : VIII.B 14 18 32
Sumber : Data Primer SMPN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009-2010.
C. Variabel Dan Definisi Operasional
1. Variabel
Menurut Arikunto (2004:91) variabel adalah objek penelitian ataupun yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini terdiri dari varibel bebas (X) dan
variabl terikat (Y).
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based
Introduction dan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa
2. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan variabel yang akan diteliti,
maka kiranya perlu adanya batasan atau definisi operasional tentang variabel yang
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel
dengan cara memberikan arti menspesifikasikan kegiatan untuk mengukur variabel
tertentu. Definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Problem Based Introduction merupakan suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif yang dikemas dengan kegiatan mendefinisikan,
mengorganisasikan, mengumpulkan informasi dan melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
2. Hasil belajar adalah kegiatan belajar yang menghasilkan suatu perubahan yang
khas dan hasilnya sendiri nampak pada perubahan dalam sikap atau tingkah
laku yang tercapai dan nampak dalam prestasi tertentu.
D. Rencana Pengukuran variabel
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang memiliki
kriteria penilaian sebagai berikut :
1. Rendah : jika hasil tes yang diperoleh < 70
2. Sedang : jika hasil tes yang diperoleh 70 s/d 75
3. Tinggi : jika hasil tes yang diperoleh > 75
(Sudjana, 1996:203)
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakanya penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
2. Menyusun program pembelajaran yang memuat rencana pembelajaran.
4. Melakukan uji coba soal penguasaan materi sejarah pada siswa diluar
sampel yang diteliti sebelum soal disebar pada siswa yang dijadikan sampel
penellitian.
5. Mengadakan kegiatan belajar mengajar dengan perlakuan masing-masing
kelas sebagai berikut:
a. Untuk kelas VIIIA (kelas eksperimen) pembelajaran pada materi pokok
proses penyebaran berita tentang proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat
di berbagai daerah menggunakan model pembelajaran Problem Based
Introducton (PBI).
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Mengadakan apersepsi
2. Mengadakan pretest
3. Melaksanakan kegiatan inti dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Introduction
4. Mengadakan post test.
b. Untuk kelas VIIIB (kelas kontrol) pembelajaran pada materi pokok
proses penyebaran berita tentang proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat
diberbagai daerah menggunakan metode Konvensional (ceramah).
6. Melaksanakan test pada siswa yang dijadikan sampel penelitian yaitu test
formatif untuk materi pokok proses perkembangan kolonialisme dan
F. Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dalam ruang kelas, yaitu pada saat
pembelajaran berlangsung. pengambilan data yaitu dengan teknik pokok dan teknik
penunjang. Teknik pokok terdiri dari test, sedangkan teknik penunjang dengan
dokumentasi dan Observasi.
1. Pengujian (Tes)
Jenis pengujian yang digunakan adalah uji untuk mengukur pencapaian seseorang
setelah mempelajari materi yang diberikan dengan model pembelajaran Problem
Based Introduction . Definisi tes menurut Furchan (1982:256) adalah seperangkat
rangsangan atau stimultan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor
angka. Sedangkan menurut Arikunto (1999:136) adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes dalam penelitian ini berupa rangsangan pertanyaan-pertanyaan berbentuk
soal-soal dari semua materi yang bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
pelajaran IPS yang diperoleh setelah siswa menggunakan model pembelajaran
Problem Based Introduction.
2 Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik untuk mendapatkan data dengan cara mencatat
data yang sudah ada, seperti nilai mata pelajaran IPS siswa sebelum siswa
menggunakan model pembelajaran Problem Based Introduction dalam kegiatan
3. Observasi
Observasi adalah Pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala –
gejala yang di teliti (Usman, dkk. 2008: 52). Sedangkan menurut Safarai, Observasi
adalah suatu kegiatan yang dilakukan tutor atau guru untuk mendapatkan informasi
tentang siswa dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuanya selama
kegiatan berlangsung.
Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka dapat dikatakan observasi adalah suatu
kegiatan untuk pengamatan yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah informasi
mengenai gejala-gejala yang diteliti.
G. Uji Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat untuk merekam informasi yang akan dikumpulkan. Banyak
macam instrumen dalam penelitian antara lain : wawancara, kuesioner, tes,
observasi, dan lain-lain.
a. Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 153) pengertian validasi adalah ukuran
sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang telah
diinginkan secara mantap.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan, suatu tes dapat
dikatakan mempunyai tarap kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 86)
realibilitas adalah ketetapan suatu tes dapat diteskan pada objek yang sama
Jadi suatu alat ukur itu mempunyai reabilitas, jika hasil pengukuran dilakukan
tidak berbeda walaupun diukur pada situasi lain, untuk melakukan alat ukur maka
sebelumnya dilakukan uji coba.
Untuk mengetahui koefisien reliabilitas seluruh item angka digunakan rumus
Sperman Brown :
Keterangan
rxy = Koefisien korelasi
rgg = Koefisien item belahan I dan II
Menurut Malo (1985:172) hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat
reliabilitas sebagai berikut :
1. Antara 0,90 sampai dengan 1,00 = Tinggi
2. Antara 0,50 sampai dengan 0,89 = Sedang
3. Antara 0,00 sampai dengan 0,49 = Rendah
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari tes siswa kemudian diuji hipotesisnya. Untuk menguji
hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini , diperlukan suatu analisa data
untuk memperoleh suatu kesimpulan. Uji hipotesis yang digunakan dalam
1. Uji Normalitas Data
Untuk uji normalitas data yang digunakan uji Liliefors dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Perumusan Hipotesis
H0= Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1= Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
b. Melakukan penghitungan untuk pengujian hipotesis nol dengan
menggunakan uji kenormalan atau disebut juga dengan uji liliefors.
c. Mencari rata-rata dari masing-masing kelompok data dengan
menggunakan rumus :
N=
(Sudjana, 1996:67)
d. Mencari simpangan baku dan masing-masing kelompok data dengan
menggunakan rumus :
(Sudjana, 1996:94)
e. Membuat tabel seperti berikut :
Xi = data disusun dari yang terkecil hingga yang terbesar
Dari F(Zi)- S(Zi) diperoleh harga Lo yaitu dengan mengambil harga yang
terbesar. (Sudjana, 1996:466)
f. Kriteria uji
Terima H0 jika L0 < Tabel tolak selainnya. (Sudjana, 1996:466)
2. Uji Homogenitas Dua Ragam ( Variance ) Langkah-langkah pengujiannya adalah :
a. Merumuskan hipotesis
H0 = Kedua Ragam adalah adalah sama ( homogen ) atau
2 1
= 22
H1 = H0 ditolak
b. Taraf nyata ( ) yang digunakan
c. Uji statistik yang digunakan adalah :
(Sudjana, 1996:250)
d. Kriteria uji
Tolak H0 jika Fhit , dengan derajat kebebasan (dk) = n1-1, n2 -2,
dimana , (V1, V2) adalah nilai F yang diperoleh dari tabel, dengan
3. Uji Rata-rata
H0 : Tidak ada pengaruh secara rata-rata nilai tes sumatif dengan model PBI
atau PBI = 0
H1 : Ada pengaruh secara rata-rata nilai tes sumatif dengan model PBI atau
PBI 0
Taraf nyata ( ) = 5 % t0,025 ( 38 ) = 1,96
Uji Staistik yang digunakan
t = n s x ) ( Kesimpulan :
Karena t hitung > t tabel , maka H0 ditolak.
4. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
H0 : Tidak ada pengaruh secara rata-rata antara nilai tes sumatif dengan model
PBI dengan model yang tidal menggunakan model PBI atau 1 = 2 .
H1 : H0 ditolak atau 1 2 .
Taraf nyata ( ) = 5 % t0,025 ( 76 ) = 1,96
2
)
1
(
)
1
(
2 1 2 2 2 2 1 1 2
n
n
S
n
S
n
S
gabUji Statistik yang digunakan
Keterangan :
1
X : Rata-rata sampel ke-1 nilai tes sumatif dengan menggunakan model PBI
2
X : Rata-rata sampel ke-2 nilai tes sumatif tanpa menggunakan model PBI
1
S : Simpangan baku sampel ke-1
2
S : Simpangan baku sampel ke-2
1
n : Jumlah sampel ke-1
2
n : Jumlah sampel ke-2
5. Uji Pengaruh
Untuk mengetahui keeratan hubungan lebih lanjut dilakukan analisis
menggunakan rumus Chi kuadrat sebagai berikut :
b i k j ij ij ij E E O x 1 1 2 2 Keterangan : 2x = Chi kuadrat
b
i1
= Jumlah Baris
k
j1
= Jumlah kolom
ij
O = Banyaknya data yang diharapkan
ij
E = Banyaknya data hasil pengamatan
(Sudjana, 1996 : 280)
Setelah kriteria uji telah terpenuhi maka disimpulkan sebagai berikut :
a. jika x2 hitung lebih besar atau sama dengan x2 tabel dengan taraf signifikan
5% maka hipotesis diterima.
b. Jika x2 hitung lebih kecil atau sama dengan x2 tabel dengan taraf signifikan
I. Indikator Keberhasilan.
Untuk melihat pengaruh hubungan keberhasilan yang menjadi petunjuk bahwa
suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil digunakan koefisien korelasi
”product moment” atau Pearson correlation sebagai berikut:
r =
} ) ( }{ ) ( ) { ) )( ( 2 2 2 2 i i i i i i i i Y Y n X X n Y X Y X nYang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil
adalah:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau instruksional
khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun
kelompok.
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang
dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai.
Sehubungan dengan hal ini maka keberhasilan proses belajar mengajar dibagi atas
beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Istimewaai atau maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang
diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali atau optimal : Apabila sebagian besar (76% sampai dengan
99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat
3. Baik atau minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya
60% sampai dengan 75% saja dikuasai oleh
Siswa.
4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan
kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam
pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut,
dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan
siswa dan guru.
Indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu:
Siswa dianggap tuntas belajar jika daya serap siswa secara individu mencapai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1.1 Sejarah Berdirinya sekolah
SMP N 1 Bandar Lampung yang beralamat di jalan Mr. Gele harun No. 30 Rawa
Laut, Kecamatan Tanjung Karang Timur pada mulanya didirikan pada tahun 1946
di lokal SMP Xaverius Pasar Gintung (Penengahan) dengan nama BPI. Dari
penengahan sekolah ini dipindahkan ke jalan Lebak Budi bersama-sama dengan
SMEP. Terhitung mulai 1 Juli 1951 sekolah ini dinegerikan dengan surat
keputusan No. 0116/BII.
Pada 23 Juli 1951 atas persetujuan kepala sekolah dan dengan bantuan kepala
daerah kota Praja serta orang tua murid, didirikanlah gedung sekolah yang baru.
Gedung baru tersebut bersifat darurat dengan berlantai semen, beratap genting,
dinding geribik, dan kayunya kelas campur.
Seiring dengan bertambah majunya jaman maka SMP Negeri 1 Bandar Lampung
sebagai Sekolah Standar nasional (SSN) terhitung sejak tahun 2005 dan pada
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah Sekolah Nasional yang
menyelenggarakan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
dan mutu Internasional sehingga lulusannya memiliki kualitas bertaraf Nasional
plus Internasional.
SBI = SNP + (1,2,3)
Ket :
1. Penguatan, pendalaman, pengayaan, perluasan, dan atau
penambahan terhadap SNP
2. ICT (Information Communication Technology)
3. Bahasa Inggris
Pembentukan Sekolah Bertaraf Internasional didasarkan atas ; Undang-undang
dasar 1945 BAB XIII pasal 31 ayat (2), Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang
Sistem pendidikan nasional pada BAB IV bagian Kesatu pasal 5 ayat 4 dan bab
XIV pasal 50 ayat 3 dan ayat 5, dan Peraturan menteri Pendidikan Nasional No 22
tahun 2006, tentang standar isi.
Selama berdirinya SMP N 1 Bandar Lampung ini telah mengalami tujuh masa
kepemimpinan kepala sekolah. Adapun nama-nama kepala sekolah SMP N 1
[image:38.595.108.519.651.739.2]Bandar Lampung sejak tahun 1951 sampai sekarang adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Daftar Nama Kepala Sekolah SMP N 1 Bandar Lampung
No Nama Kepala Sekolah Masa Jabatan
1 R. Oedjik Tirtohadikusumo Tahun 1951 s.d 1967
3. Hi. Abdurrahman U. Tahun 1981 s.d 1989
4. Hi. Thabrani Dalil, BSc Tahun 1989 s.d 1992
5. Drs. Suyitno Tahun 1993 s.D 1996
6. Dra. Rosmala Dewi Tahun 1996 s.d 2000
7. Dra. Hj. Nuraini Rusman Tahun 2000 s.d 16 Januari 2006
8. Plt Sutarjo (Guru) 17 Januari 2006 s.d April 2006
9. Drs. H. Haryanto Tahun 2006 s.d sekarang
Sumber : Data Sekunder SMP Negeri 1 Bandar Lampung
1.2 Visi dan Misi Sekolah
a. VISI
Visi SMP N 1 Bandar Lampung dalam melaksanakan pendidikan untuk
mencerdaskan bangsa adalah Mewujudkan lulusan SMP Negeri I Bandar
Lampung yang Taqwa, Cerdas, Terampil dan Kompetitif (WADAS PILKOM)
dengan indikator sebagai berikut :
a. Terwujudnya kehidupan warga sekolah yang agamis
b. Sebagian besar lulusannya diterima disekolah favorit
c. Terwujudnya sistem manajemen sekolah yang transparan, akuntabel, efektif
dan partisipatif
d. Unggul dalam pencapaian nilai Ujian Nasional dan akademik lainnya
e. Unggul dalam berbagai lomba kegiatan ekstrakurikuler
b. MISI
Dalam usahanya menciptakan calon penerus bangsa yang memiliki kualitas
yang baik, SMP N 1 Bandar Lampung memiliki misi sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu , efisien dan relevan sesuai
dengan tuntutan kurikulum yang berlaku
b. Mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam
pengelolaan kelembagaan sekolah.
c. Mengembangkan seluruh komponen sekolah menuju ketercapaian SPM
( (Standar Pelayanan Minimum ) Pendidikan
d. Meningkatkan jaringan kerja sama dengan lembaga dan instansi terkait dan
stakeholder sekolah.
e. Meningkatkan profesionalitas dan kompetensi guru dan pegawai
f. melengkapi sarana / prasarana dan fasilitas pendidikan yang dibutuhkan
untuk menunjang tercapainya SSN
g. Melaksanakan pembinaan kesiswaan secara intensif melalui kegiatan OSIS
dan ekstra kurikuler untuk mendorong terwujudnya pengembangan potensi
dan bakat yang dimiliki siswa
h. Menanamkan budaya tertib dan disiplin dalam kehidupan sekolah kepada
segenap warga sekolah
i. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap agama yang dianut
C. Tujuan SMP N 1 Bandar Lampung
Secara umum tujuan kelembagaan pada jenjang Pendidikan SMP adalah
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut yang
ingin dicapai.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, SMPN 1 Bandar Lampung menetapkan
target pencapaian sebagai berikut:
1. terpenuhinya azas pemerataan dan keadilan pelayanan pendidikan bagi
peserta didik
2. terlaksananya program pendidikan yang transparan, akuntabel, efektif dan
partisipatif.
3. Sekolah telah memiliki Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) yang
memenuhi standar isi sesuai dengan peraturan pemerintah no 22 tahun
2006.
4. sekolah telah memenuhi minimal 90% standar tenaga pendidikan dan
kependidikan sesuai dengan PP No. 19 Th. 2005
5. Sekolah telah memenuhi standar sarana dan fasilitas pendidikan sesuai
dengan PP No. 19 Th 2005 sebesar 90 %.
6. sekolah telah memenuhi standar proses pembelajaran sesuai dengan
tuntutan KBK
7. Standar ketuntasan belajar minimal untuk seluruh mata pelajaran telah
mencapai rata-rata 75,00 dan standar kelulusan untuk UN dan UAS
8. Mencapai standar kelembagaan yang bermutu dan manajemen berbassi
sekulah dalam pencapaian standar pengelolaan pembelajaran kurikulum,
fasilitas pendidikan, personal, kesiswaan, administrasi dan sumber daya
lainnya.
D. Tujuan Dari Dibentuknya RSBI
Adapun tujuan dari pembentukan sekolah bertaraf internasional adalah ;
1. Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik
dari segi perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Memenuhi hak asasi peserta didik
3. Memenuhi aktualisasi diri
4. Meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara
seimbang.
5. Mampu menghadapi dan memberdayakan perkembangan ilmu dan
teknologi yang berkembang secara cepat untuk masa depannya.
1.3 Situasi dan Kondisi Sekolah
a. Letak dan Kondisi Sekolah
SMPN 1 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah unggulan di Bandar
Lampung yang terletak jalan Mr. Gele harun No. 30 Rawa Laut, Kecamatan
Tanjung Karang Timur. Dengan lokasi sekolah yang strategis, dimana posisi
sekolah tidak jauh dari pusat kota namun tidak terganggu dengan kebisingan kota
dan mudah dijangkau dari segala penjuru, sehingga memungkinkan dalam proses
merupakan salah satu sekolah di Bandar Lampung yang mempunyai banyak
prestasi yang diraih oleh sekolah dan siswa. Prestasi Sekolah dibuktikan dengan
prestasi siswa yang dibuktikan dengan diperolehnya penghargaan dalam berbagai
macam perlombaan akademik, kesiswaan dan kesenian.
b. Fasilitas Fisik
Secara fisik, SMP Negeri 1 Bandar Lampung mempunyai fasilitas yang sudah
memadai, misalnya gedung kelas, mushola, koperasi sekolah, perpustakaan, dan
laboratorium. Adapun fasilitas yang mendukung dalam kegiatan proses belajar
[image:43.595.117.420.374.737.2]mengajar di SMP Negeri 1 Bandar Lampung yaitu:
Tabel 5. Fasilitas yang ada di SMPN 1 Bandar Lampung
No Fasilitas Jumlah
1 Ruang Kepala Sekolah 1
2 Ruang Waka Kesiswaan 2
3 Ruang TU 2
4 Ruang guru 2
5 Ruang kelas 23
6 Laboratorium Komputer 3
7 Perpustakaan 1
8 Ruang BP/BK 1
9 Ruang UKS 1
10 Mushola 1
11 Ruang OSIS 1
12 WC guru 2
13 WC Siswa 3
14 Kantin 1
15 Gudang 1
17 Lapangan parkir 1
18 Laboratorium Bahasa 1
19 Post Satpam 1
Sumber : Data sekunder SMP Negeri 1 Bandar Lampung
1.4. Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandar Lampung
Siswa yang belajar di SMPN 1 Bandar Lampung terdiri dari berbagai macam suku
dan mereka berasal dari dalam dan luar kota Bandar Lampung. Dilihat dari latar
belakang dan pekerjaan orang tua mereka secara ekonomi termasuk dalam
golongan ekonomi menengah ke atas, dan hanya sebagian kecil yang berasal dari
golongan ekonomi lemah.
SMPN 1 Bandar Lampung telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang antara lain memuat beban belajar siswa sebanyak 43 jam
dalam satu minggu. Dengan perincian yaitu hari Senin sebanyak 7 jam, Selasa
sampai Kamis sebanyak 24 jam, hari Jumat sebanyak 4 jam dan hari Sabtu
sebanyak 8 jam. Dengan demikian sekolah mulai belajar pukul 07.00 sampai
dengan 13.15 untuk hari Senin, untuk hari Selasa sampai Kamis pukul 07.00
sampai 14.00, untuk hari Jumat dari 07.00 sampai 11.00. Dan untuk hari Sabtu
dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 WIB.
Sedangkan untuk RSBI dan kelas IX reguler jam belajar dimulai pukul 07.00
sampai pukul 14.00, untuk hari Sabtu. Kemudian untuk hari Senin sampai Jumat
jam belajarnya sama dengan kelas reguler.
Jumlah keseluruhan siswa SMP N 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010
Tabel.6 Siswa SMPN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010
No. JENIS KELAMIN KELAS 7 KELAS 8 KELAS 9 JUMLAH
1 LAKI-LAKI 81 95 151 327
2 PEREMPUAN 111 145 167 423
JUMLAH 192 240 318 750
Sumber : Data siswa SMPN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010
Tabel 7. Rincian Siswa SMP N 1 Bandar Lampung
No Kelas Siswa
Jumlah
Putra Putri
I Kelas VII
7.1 11 orang 13 orang 24 orang
7.2 10 orang 14orang 24 orang
7.3 9 orang 15 orang 24 orang
7.4 7 orang 17 orang 24 orang
VIIa 14 orang 18 orang 32 orang
VIIb 15 orang 17 orang 32 orang
VIIc 15 orang 27 orang 32 orang
II Kelas VIII
8.1 8 orang 16 orang 24 orang
8.2 9 orang 15 orang 24 orang
VIIIa 14 orang 18 orang 32 orang
VIIIb 13 orang 19 orang 32 orang
VIIIc 14 orang 18 orang 32 orang
VIIId 13 orang 19 orang 32 orang
VIIIe 10 orang 22 orang 32 orang
VIIIf 14 orang 18 orang 32 orang
III Kelas IX
IXa 22 orang 18 orang 40 orang
IXb 20 orang 20 orang 40 orang
IXc 19 orang 21 orang 40 orang
IXd 18 orang 22 orang 40 orang
IXe 20 orang 19 orang 39orang
IXf 16 orang 23 orang 39 orang
IXg 19 orang 21 orang 40 orang
IXh 17 orang 23 orang 40 orang
Jumlah 327 orang 423 orang 750 orang
1.5 Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa
Pengembangan diri terprogram yang dilaksanakan pada kegiatan intrakurikuler
1. Apresiasi sastra
2. Pendalaman Biologi
3. Percakapan Bahasa Inggris
4. Pendalaman Matematika
5. Seni Baca Al-Quran dan Bina Musika
6. Elektronika
7. Pendalaman Fisika
Pengembangan diri terprogram yang dilaksanakan pada kegiatan ekstrakurikuler
1. Pramuka 10. Karate
2. Rohis 11. kempo
3. PMR 12. Pecinta Alam
4. KIR 13. Footsal
5. Paskibra 14. Seni Drama
6. Basket Ball 15. Bina Vokalia
7. Volley Ball 16. Pencak silat
8. Bulu Tangkis 17. Tenis Meja
9. Taekwondo
Kegiatan Pengembangan Diri Akademik dilaksanakan 2 jam efektif pada hari
pelaksanaan kegiatan pengembangan diri non akademik dilaksanakan diluar jam
[image:47.595.119.506.164.488.2]efektif dengan jadwal yang sudah ditentukan sebagai berikut:
Tabel 8. Kegiatan Pengembangan diri Siswa SMP N 1 Bandar Lampung
Hari Jenis Pengembangan Diri
Keterangan
Senin Footsal Kelas VII
Selasa Footsal Rohis
KelasVIII Kelas IX
Rabu Footsal Kelas IX
Kamis PMR KIR
Seni Drama Bina Musika Tenis Meja Rohis
Siswa yang berminat Siswa yang berminat Siswa yang berminat Siswa kelas VII,VIIIdan IX Siswa yang berminat Kelas VIII
Jumat Rohis
Paskibra Basket bal
Kelas VII (Wajib) + siswa yang berminat
Siswa terpilih Kelas VII dan VIII Sabtu Pramuka
Bulu Tangkis Volly Ball Karate Taekwondo Silat Seni tari
Siswa kelas VII + yang berminat Siswa yang berminat
Siswa yang berminat Siswa yang berminat Siswa yang berminat Siswa yang berminat Kelas VII
Sumber : Data sekunder SMP Negeri 1 Bandar Lampung
1.6 Hasil Proses Kegiatan Belajar Mengajar
Tabel 9. Hasil observasi siswa selama proses kegiatan belajar mengajar
No Aspek Yang Diamati K C B
I Pendahuluan
1) Mengecek kehadiran siswa V
2) Mengecek Kesiapan siswa V
3) memotivasi V
[image:47.595.111.512.599.750.2]II Kegiatan Inti
1) memberikan petunjuk tentang masalah penyelesaian diskusi
V
2) memberi alokasi waktu penyelesaian kegiatan kelompok
V
3) membimbing siswa berdiskusi dengan dating ke siswa V
4) membahas data kelompok V
5) mengajukan pertanyaan ke seluruh siswa dalam kelas V 6) memberi waktu tunggu untuk menjawab pertanyaan V
7) memberi kesempatan siswa bertanya V
8) membimbing siswa membuat kesimpulan V 9) membimbing siswa membuat rangkuman tertulis V III Penutup
1) menyelenggarakan postest V
2) memberi tugas pada siswa V
Sumber : Data Sekunder SMPN 1 Bandar Lampung
Dari tabel diatas dapat diperhatikan bahwa dalam proses pembelajaran guru masih
kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa point seperti mengecek
kesiapan siswa, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan keseluruh siswa dalam
kelas, membimbing siswa membuat kesimpulan, menyelenggarakan postes masih
kurang atau belum baik. Sedangkan target yang diinginkan atau diharapkan
A. Hasil Penelitian Penyajian Data
Pada sud bab hasil penelitian ditampilkan deskriptif hasil penelitian yaitu Tabel 10.Hasil Belajar IPS Pada Tes Sumatif Kelas Dengan Model PBI (X) dan Kelas Tanpa Model PBI (Y):
X Y X2 XY Y2
72 68 5184 4896 4624
86 80 7396 6880 6400
88 82 7744 7216 6724
86 78 7396 6708 6084
88 82 7744 7216 6724
82 76 6724 6232 5776
90 82 8100 7380 6724
94 86 8836 8084 7396
94 82 8836 7708 6724
90 78 8100 7020 6084
92 82 8464 7544 6724
86 80 7396 6880 6400
84 76 7056 6384 5776
88 76 7744 6688 5776
86 80 7396 6880 6400
84 80 7056 6720 6400
90 84 8100 7560 7056
88 78 7744 6864 6084
78 70 6084 5460 4900
82 76 6724 6232 5776
92 78 8464 7176 6084
88 82 7744 7216 6724
84 78 7056 6552 6084
78 72 6084 5616 5184
90 86 8100 7740 7396
76 70 5776 5320 4900
88 80 7744 7040 6400
84 84 7056 7056 7056
86 80 7396 6880 6400
84 76 7056 6384 5776
82 74 6724 6068 5476
[image:49.595.149.354.226.736.2]X = TSPBI = Tes Sumatif dengan model PBI
Y = TSNTAI = Tes Sumatif tanpa model PBI
a. Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mengetahui koefisien reliabilitas seluruh item angka digunakan rumus
Sperman Brown :
Hasilnya sebagai berikut:
Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
1. TSPBI 2. TSNPBI
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
Reliability Coefficients
N of Cases = 32,0 N of Items = 2
Correlation between forms = 0,8424 Equal-length Spearman-Brown = 0,9144
Guttman Split-half = 0,9115 Unequal-length Spearman-Brown = 0,9144
1 Items in part 1 1 Items in part 2
Alpha for part 1 = 1,0000 Alpha for part 2 = 1,0000
Keterangan:
TSPBI = Tes Sumatif dengan model PBI ( problem Based Introduction )
TSNPBI = Tes Sumatif tanpa model PBI ( problem Based Introduction )
Perhatikan hasil
Variabel r hitung > r tabel 5 % Keputusan
TSPBI 85,6250 26,1774 0,8424 > 0,497 valid TSNPBI 78,3750 21,0161 0,8424 > 0,497 valid
Nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,9115 lebih besar dari r tabel
product moment untuk = 5 % pada n = 16 di bagi dua dari n = 32 di bagi dua
dari menjadi n = 16 , nilai r =0,497. Dengan demikian data hasil tes sumatif baik
untuk model PBI maupun model Tanpa PBI dikatakan reliabel, sehingga alat
b. Uji Normalitas Data
1. Data Penelitian untuk kelas model PBI
Ho : Data penelitian untuk kelas dengan model PBI bersifat normal
H1 : Data penelitian untuk kelas dengan model PBI belum tentu bersifat normal
Taraf Nyata ( ) = 5 % statistik tabelnya = 1,960
Hasilnya:
i i i
S X X
Z = 0,469
Kriteria uji : Terima H0 jika Zhitung < Ztabel dan Tolak H0 jika Zhitung > Ztabel
Kesimpulan:
Karena Zhitung < Ztabel , yaitu: 0,459 < 1,960 , maka Ho diterima, berarti data
penelitian untuk kelas dengan model PBI bersifat normal ( lihat lampiran).
2. Data penelitian untuk kelas tanpa model PBI
Ho : Data penelitian untuk kelas tanpa model PBI bersifat normal
H1 : Data penelitian untuk kelas tanpa model PBI belum tentu bersifat normal
Taraf Nyata ( ) = 5 % statistik tabelnya = 1,960
Hasilnya:
i i i
S X X
Z = 0,569
Kriteria uji : Terima H0 jika Zhitung < Ztabel dan Tolak H0 jika Zhitung > Ztabel
Kesimpulan:
Karena Zhitung < Ztabel , yaitu: 0,559 < 1,960 , maka Ho diterima, berarti data
penelitian untuk kelas tanpa model PBI bersifat normal ( lihat lampiran).
c. Uji Homogenitas Ragam
Ho : Data penelitian mempunyai ragam yang sama ( homogen )
Taraf Nyata ( ) = 10 % statistik tabelnya adalah f0,05 (38, 38) = 1,645
Statistik hitung yang diberikan oleh uji F adalah 0,95
Kriteria uji : Terima H0 jika Fhitung < Ftabel dan Tolak H0 jika Fhitung > ttabel
Hasil analisis: f = 2 2 2 1 S S
= 2
2 ) 584 , 4 ( ) 116 , 5 ( = 1,25
Kriteria uji : Terima H0 jika fhitung < ftabel dan Tolak H0 jika fhitung > ftabel
Kesimpulan:
Karena fhitung < f tabel, yaitu: 1,25 < 1,645 , maka Ho diterima, berarti data hasil tes
sumatif untuk kelas dengan model PBI dengan kelas tanpa model PBI mempunyai
ragam yang sama. ( lihat lampiran )
1. Uji Rata-rata
H0 : Tidak ada pengaruh secara rata-rata nilai tes sumatif dengan model PBI
atau PBI = 0
H1 : Ada pengaruh secara rata-rata nilai tes sumatif dengan model PBI atau
PBI 0
Taraf nyata ( ) = 5 % t0,025 ( 31 ) = 1,96
Uji Staistik yang digunakan
Kesimpulan :
Ka