• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG T. PELAJARAN 2009 / 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG T. PELAJARAN 2009 / 2010"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Era globalisasi mengakibatkan peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup yang

layak dan sejahtera. Hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

cita-cita. Oleh karena itu, pendidikanlah yang akan membawa manusia tersebut

berhasil. Pendidikan sangat penting, karena ilmu sebagai jalan mencapai

kesejahteraan, sedangkan tanpa ilmu, manusia akan terjajah, tertindas, dan menjadi

terbelakang. Pendidikan adalah tolok ukur sebagai bangsa yang maju dan cerdas.

Semakin baik tingkat pendidikan suatu negara, maka semakin makmur rakyatnya,

semakin dihormati oleh bangsa lain. Sebaliknya, semakin rendah kualitas

pendidikan suatu negara maka rakyatnya semakin miskin dan tertinggal, semakin

dihina dan dilecehkan oleh bangsa yang kuat.

Negara Indonesia sebagai negara berkembang masih terus meningkatkan kualitas

pendidikannya. Salah satu cara yang dilakukan agar bangsa ini melahirkan

generasi-generasi muda yang unggul, yaitu diadakannya Ujian Nasional (UN)

sebagai ukuran keberhasilan pendidikan serta bahan evaluasi dalam hal

meningkatkan mutu pendidikan. Ujian Nasional bertujuan menentukan kelulusan

dan menyeleksi siswa pada tingkat pendidikan lebih lanjut. Ujian Nasional pada

(2)

Masalah pokok pendidikan di Indonesia saat ini masih berkisar pada soal

pemerataan kesempatan, relevansi, kualitas, efisiensi, dan efektivitas pendidikan.

Sesuai dengan masalah pokok tersebut serta memperhatikan isu dan tantangan yang

dihadapi pada masa kini dan kekenderungan di masa depan, maka dalam rangka

meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menghadapi persoalan dan

menghadapi tantangan tersebut, perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu

pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas siswa secara optimal

(Kusuma, 2008:17).

Hasil belajar siswa merupakan ukuran dari keberhasilan proses pembelajaran.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPS siswa, baik faktor

dari luar (eksternal) maupun dari dalam (internal). Berdasarkan hasil pra penelitian

di SMP Negeri 1 Bandar Lampung, dimana keseluruhan siswa kelas VIII berjumlah

286 orang, memiliki hasil belajar IPS yang hampir sama pada tingkat yang rendah.

Tabel 1 Nilai Mid semester mata pelajaran IPS siswa kelas VIII1 sampai dengan

VIII F semester ganjil di SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010

Rentang nilai Kelas VIII 1 Kelas VIII 2 Kelas VIII A Kelas VIII B Kelas VIII C Kelas VIII D Kelas VIII E Kelas VIII F

jumlah present

ase Ket

71-75 10 11 4 3 2 3 5 2 40 16,66

%

Sanga t baik

66-90 14 13 6 8 7 12 10 8 78 32,50

% Baik

60-65 0 0 11 8 11 7 8 10 55 22,91

% Cukup

00-59 0 0 11 13 12 10 9 12 67 27,91

%

Kuran g

jumlah 24 24 32 32 32 32 32 32 240 99,98 %

(3)

Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 70 ke atas hanya

40 siswa, nilai 66 - 70 ada 78 orang, nilai 60 - 65 ada 55 orang siswa dan siswa

yang mendapatkan nilai 00 - 59 67 siswa. Nilai mid semester siswa pelajaran ips

tergolong masih rendah.

Data mengenai nilai Mid Semester tersebut dapat digunakan sebagai salah satu

indikator adanya masalah dalam hal hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut

sangatlah tepat bahwa permasalahan tersebut perlu dikaji penyebab rendahnya

hasil belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar IPS siswa diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranyaa: 1) Minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pelajaran IPS masih

rendah. Karena siswa menganggap pelajaran IPS merupakan pelajaran yang

membosankan. 2) Kurangnya motivasi siswa untuk meraih nilai akademis yang

tinggi. Maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar

siswa-siswanya. 3) Guru dinilai kurang kreatif dalam melakukan inovasi pembelajaran,

baik dalam pemilihan materi ajar, model pembelajaran, maupun media

pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan banyak pihak masih dirasakan bahwa model atau

pendekatan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru di sekolah, lebih

didasarkan kebutuhan formal dari pada kebutuhan riil siswa. Akibatnya proses

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru terkesan lebih merupakan

pekerjaan administratif, dan belum berperan dalam mengembangkan potensi siswa

(4)

Kondisi pembelajaran seperti ini kemungkinan tidak dapat dilepaskan dari adanya

kenyataan bahwa tugas yang diemban guru sebagai pelaksana kurikulum dan

pengajar sangatlah kompleks dan sulit. Keadaan dan fenomena seperti diungkapkan

di atas semakin lebih jelas lagi dengan ditemukannya data empirik di lapangan

melalui penelitian, yang pada umumnya menyimpulkan bahwa masih terdapat

beberapa kelemahan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di SMP.

Khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Menurut Nu’man Sumantri (2001:165) bahwa pembelajaran IPS yang diberikan di

sekolah-sekolah sangat menjemukan, membosankan. Hal ini disebabkan

penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris, sehingga siswa kurang antusias

yang dapat mengakibatkan pelajaran kurang menarik. Kelemahan-kelemahan

tersebut diperberat lagi oleh beberapa kondisi yang ada, diantaranya masih

berlakunya sistem guru kelas harus mengajarkan beberapa mata pelajaran.

Masing-masing mata pelajaran itu mempunyai karakteristik atau ciri tersendiri. Bukan tidak

mungkin belum terkuasai sepenuhnya oleh guru, baik substansi maupun

metodologi.

Fenomena yang digambarkan di atas, baik menyangkut rendahnya kualitas prestasi

akademik atau hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, maupun layanan

pembelajaran yang belum dapat mengapresiasi dan mengakomodasi perbedaan

individual siswa serta sikap yang kurang positif dari siswa dan masyarakat terhadap

(5)

Hal ini merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Seorang guru

harus menguasai model-model pembelajaran sebagai pilihan tepat untuk mengatasi

hal tersebut. Melihat banyaknya model dalam pembelajaran, ada beberapa

kemungkinan tanggapan diberikan oleh guru. Ada yang merasa bahwa, berat

menjadi guru jika harus menerapkan sedemikian banyak model pembelajaran.

Sebaliknya ada pula yang merasa betapa dunia mengajar menawarkan serangkaian

tamasya unik dalam upaya menciptakan kondisi agar siswa belajar dengan baik dan

berhasil. Guru yang kreatif dan memiliki semangat untuk mencobakan

pendekatan-pendekatan pengajaran yang baru, akan dengan senang hati untuk menerapkan

sebanyak mungkin model. Keberhasilan dalam menerapkan model pembelajaran

harus disertai dengan kesungguhan dan mau belajar dari pengalaman.

Suatu model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas dalam mengatur pengajaran. Menentukan model yang dianggap tepat adalah terlalu sulit. Model mengajar itu berbagai macamnya, dan kebaikan model mengajar, sangat tergantung kepada tujuan pengajaran itu sendiri (Dahlan, 1984:21)..

Pendekatan pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa sebagai salah

satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang

aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pendekatan pembelajaran ini, diartikan

kegiatan belajar mengajar secara kelompok. Siswa belajar dan bekerja sama untuk

sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu

maupun pengalaman kelompok sehingga proses tersosialisasi secara

(6)

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dicari bagaimana caranya agar

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat meningkat. Untuk itu perlu

diupayakan dengan berbagai usaha, diantaranya dengan memilih model yang tepat.

Salah satu upaya yang dianggap mampu untuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan baik, sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi

berprestasi dan hasil belajar IPS siswa adalah dengan menggunakan model problem

based introduction (PBI).

Model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) merupakan sebuah model

dengan melibatkan siswa sebagai sumber belajar sehinggga pengetahuannya

benar-benar diserap dengan baik. Diharapkan melalui PBI ini siswa dilatih untuk bekerja

sama dengan siswa lain dan dapat memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber

lain.

Selain itu melalui model PBI dapat memudahkan siswa untuk mengembankna

kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektualserta

menjadi pelajar yang otonom dan mandiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian ini

dengan mengangkat judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem

Based Introduction (PBI) Terhadap Hasil Belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri

1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010. Dengan meneliti penerapan model

pembelajaran ini, diharapkan muncul potensi dan kemampuan yang selama ini

(7)

B. Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat kita identifikasi masalah sebagai

berikut:

a. Hasil belajar siswa merupakan ukuran dari keberhasilan proses pembelajaran.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPS siswa

c. Problem Based Introduction (PBI) merupakan model pembelajaran yang cocok

untuk pembelajaran IPS.

d. Pengaruh penggunaan model Problem Based Introduction terhadap hasil belajar

IPS siswa.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka dibuatlah pembatasan masalah, agar tidak

terjadi kesalahpahaman pada pokok persoalan yang akan diteliti. Pembatasan

masalah pada penelitian ini adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran

Problem Based Introduction terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 1

Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka masalah

(8)

1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based

Introduction (PBI) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010.

2. Sejauh mana pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based

Introduction (PBI) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010.

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian. 1. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan

antara lain sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran

Problem Based Introduction terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Bandar Lampung yang dianggap mampu dan tepat untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Untuk mengtahui sejauhmana pengaruh penggunaan model pembelajaran

Problem Based Introduction terhadap hasil belajar IPS siawa kelas VIII SMP

Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

a. Bagi Guru, dapat dipakai sebagai salah satu alternatif pembelajaran oleh guru

(9)

b. Bagi siswa, dapat berlatih untuk menghargai pendapat dan keberadaan teman,

sifat egois dan dominasi siswa pintar dalam kelompok dapat berkurang, serta

belajar menghargai orang lain dan meningkatkan percaya diri, berlatih

kemampuan berfikir atau intelektual, melatih berbicara yang baik dan benar.

c. Bagi peneliti, menambah pengetahuan tentang model pembelajaran yang efektif

dan menambah pengalaman dalam mendidik.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi :

1) Ruang lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan khususnya

pendidikan IPS.

2) Ruang lingkup subjek

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung

Tahun Ajaran 2009/2010

3) Ruang lingkup objek

Objek Penelitian adalah model pembelajaran Problem Based Introduction

terhadap hasil belajar IPS kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun

Ajaran 2009/2010

4) Ruang lingkup wilayah

Tempat Peneltian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung

5) Ruang lingkup waktu

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA,

A. Tinjauan Pustaka

A.1 Konsep Pengaruh

Pengertian pengaruh menurut WJS. Poerwadaminto (2002:849) yaitu daya yang ada

atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan,

atau perbuatan seseorang.

Menurut Badudu dan Zain (1994:1031) pengertian pengaruh adalah (1) daya yang

menyebabkan sesuatu yang terjadi; (2) sesuatu yang dapat membentuk atau

mengubah sesuatu yang lain; dan (3) tunduk atau mengikuti karena kuasa atau

kekuasaan orang lain.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya

yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Sehingga, dalam

penelitian ini penulis membatasi pengaruh mengenai seberapa besar daya yang ada

atau yang ditimbulkan oleh model pembelajaran Problem Based Introduction

terhadap hasil belajar IPS siswa. Maka, dengan diterapkan model pembelajaran

Problem Based Introduction tersebut dapat meingkatkan hasil belajar yang

(11)

A.2. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI)

Model pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey,

yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran

berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang

otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka yang

melakukan penyelidikan. Pengertian pembelajaran berdasarkan masalah

merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat

tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk dapat memperoses informasi yang

sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang

dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan

pengetahuan dasar maupun kompleks ( Ratumanan, 2002 : 123 ).

A.3 Konsep Pembelajaran Problem Based Introduction

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran

dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk

menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan

berpikir lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

(Arends,2007:2http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/19/problembasedintoducti

(12)

1. Ciri-Ciri Khusus Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI).

Menurut Arends (2008 ;www.puskur_balitbang_depdiknas.com) berbagai

pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model

pengajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

1). Pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan disekitar

prinsip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan

masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang

dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghidari jawaban

sederhana , dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

2). Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, meskipun pembelajaran berdasarkan

masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan

diselidiki telah dipilih secara benar.

3). Penyelidikan autentik, pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan

siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata

terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendifinisikan masalah,

mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan

menganalisa informasi, melakukan eksprimen, membuat inferensi dan

merumuskan kesimpulan.

4). Menghasilan produk dan memamerkannya, pembelajaran berdasarkan masalah

(13)

atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian

masalah yang mereka temukan.

5). Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang

bekerja satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam

kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan

terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi

pemecahan dan dialog dan mampu mengembangkan ketrampilan sosial dan

ketrampilan berpikir.

Manfaat Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI).

Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi kepada siswa, melainkan dikembangkan untuk dapat

membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan

ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran melalui pelibatan mereka dalam

pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pelajar yang otonom dan mandiri.

(Arends, 2008 : 7 www.puskur_balitbang_depdiknas.com).

Sedangkan menurut Sudjana (2001 :45), manfaat khusus yang diperoleh dari

metode John Dewey adalah metode pemecahan masalah, tugas guru adalah

membantu pada siswa-siswanya dalam merumuskan tugas-tugas, dan bukan

(14)

2. Menurut Arends (2008;www.puskur_balitbang_depdiknas.com) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI).

1). Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskanlogistik yang dibutuhkan,

memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2). Guru membantu siswa mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas dan jadwal).

3). Guru mendorong siswa untuk dapat mengumpulkan informasi yang sesuai ,

melaksanakan eksprimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan maalah,

pengumpulan data dan hipotesis.

4). Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporandan membantu merekab berbagi tugas dengan temannya.

5). Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI).

1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya

benar-benar diserap dengan baik.

2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.

3. Dapat memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber lain.

Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI).

(15)

2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.

3. Tidak semua mata pelajaran tepat menggunakan model pembelajaran PBI.

Berdasarkan pendapat diatas penulis menarik kesimpulan bahwa pembelajaran

Problem Based Introduction (PBI) dalam penelitian ini merupakan salah satu

model pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran individu dengan

pembelajaran kooperatif atau kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif model

Problem Based Introduction (PBI) siswa belajar secara berkelompok kemudian

bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan sesuatu masalah

diberikan bantuan secara individu baik itu dari guru maupun teman sekelompok.

A.4. Konsep Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu bidang studi yang mempelajari

manusia dalam lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya, dalam hubungan

dengan kodratnya bahwa manusia hidup dalam kelompok membentuk lingkungan

sosial. Menurut KTSP Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) didefinisikan sebagai ilmu

pengetahuan tentang manusia dalam kelompok yang disebut masyarakat dengan

menggunakan ilmu Politik, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi dan

sebagainya.

Suatu program IPS yang layak, bertujuan memberikan keterampilan dan

mengembangkan berbagai sikap yang diperlukan agar para siswa menjadi warga

masyarakat yang berguna. Perincian dari jenis-jenis pengertian (Kognitif) yang

perlu diterima siswa dari pembelajaran IPS diantaranya adalah aspek-aspek utama

(16)

bekerjasama dengan lingkungan, fungsi control oleh kelompok sosial dan

bagaimana manusia memenuhi kebutuhan dasarnya. Sikap (Afektif) yang harus

dikembangkan dalam pembelajaran IPS diantaranya adalah menghargai hakikat

individu, menjunju ng tinggi hukum dan yakin bahwa masalah dapat diselesaikan

dengan akal. Dan latihan keterampilan (psikomotor) mencakup berfikir kritis,

menganalisa dan memecahkan masalah, menentukan dan mengumpulkan

informasi, serta mengorganisasi dan menilai secara logis.

Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP / MTs menurut Puskur

(2006:6) antara lain sebagai berikut:

a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,

sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan

juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

b. Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah,

ekonomi, hukum dan politik, sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa

sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c. Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang

dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa

dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,

kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan

masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti

(17)

e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga

dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan

manusia secara keseluruhan.

A.5. Konsep Hasil Belajar

Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang

wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat

kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar

IPS. (Trimo, 2008; http://re-searchengines.com/0408trimo.html)

Dalam kamus bahasa Indonesia, "hasil adalah sesuatu yang didapat dari jerih

payah”. Seseorang dikatakan berhasil apabila ia melakukan sesuatu, dan ia

mendapatkannya secara puas. Siswa dikatakan berhasil apabila ia memperoleh

prestasi yang bagus disekolahnya, tentu prestasi tersebut diperoleh dengan belajar.

Menurut Suryosubroto (1997:2) mengenai hasil belajar, yakni hasil belajar adalah

penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di

sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan atau keterampilan yang

dinyatakan sesudah penilaian.

Selanjutnya Sudjana (2002:22) mendefinisikan hasil belajar sebagai

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa tersebut menerima pengalaman

belajarnya. Hasil belajar sering diwujudkan dalam bentuk perilaku dan perubahan

pribadi seseorang setelah proses pembelajaran berlangsung. Menurut Horward

(18)

keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) sikap dan

cita-cita.

“Belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh

kecakapan, keterampilan, dan sikap. Menurut Wittrock (dalam Winkel), “proses

belajar seseorang dibedakan oleh rangsangan dan niat. Faktor penting dalam proses

belajar adalah perhatian, karena tanpa perhatian, proses belajar tidak akan pernah

terjadi”. “Perhatian seseorang sering mempunyai peranan yang lebih besar dalam

keberhasilan belajar ketimbang IQ yang tinggi”. Winkel (1983:48) menyatakan

bahwa hasil belajar yaitu setiap macam kegiatan belajar menghasilkan suatu

perubahan yang khas, yang mempunyai salurannya sendiri (jalan yang dilalui siswa

untuk mencapai prestasi tertentu) dan hasilnya sendiri (perubahan dalam sikap atau

tingkah laku yang tercapai dan nampak dalam prestasi tertentu).

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai yang

menunjukan hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengikuti proses

pembelajaran dalam kurun waktu tertentu baik berupa angka-angka yang didapat

setelah kegiatan belajar mengajar dalam bentuk nilai (angka) yang diperoleh dari

hasil evaluasi siswa, maupun yang berbentuk perubahan sikap dan keterampilan

yang ada pada siswa..

Dalam pencapaian hasil belajar yang optimal, ada beberapa faktor yang turut

mempengaruhi,antara lain:

1. Faktor psikologi, meliputi faktor yang berhubungan dengan anak yang meliputi

(19)

2. Faktor sosiologi, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial

baik antara sesama anak maupun orang lain.

3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

lingkungan anak dan kondisi anak yang meliputi waktu belajar dan waktu

istirahat, perlengkapan belajar, keadaan dan kondisi ruangan, kondisi kesehatan

dan sebagainya (As’ad, 1987:17).

Sedangkan menurut Slameto (2003 : 54) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar siswa, yaitu :

1. Faktor Intern yang terdiri dari :

a. Faktor jasmaniah yang terdiri dari kesehatandan cacat tubuh

b. Faktor psikologis seperti: intelegensi, motivasi, kmatangan dan kemantapan. c. Faktor kelelahan fisik baik jasmani maupun rohani

2. Faktor Ekstern yang terdiri dari : a. Faktor keluarga

b. Faktor sekolah c. Faktor masyarakat

B. Kerangka Pikir

Proses belajar mengajar akan lebih efektif apabila terjalin kerja sama antara guru

dan siswa. Dengan berpartisipasi, diiharapkan siswa dapat berperan aktif pada

kegiatan belajar mengajar. Mengingat partisipasi aktif siswa dalam proses belajar

mengajar, maka peran guru menjadi lebih banyak. Guru bukan hanya mengajar saja,

tetapi juga sebagai pengelola belajar, pengarah belajar, fasilitator, nara sumber, dan

(20)

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dilaksanakan adalah model

Problem Based Introduction. Model ini adalah model pembelajaran yang mengikuti

pola Top-down, pembelajaran yang demikian ini merupakan implementasi dari teori

belajar kontruktivisme, penerapan pembelajaran ini dalah memecahkan masalah

keseharian, sehingga anak siswa sudah dibiasakan dengan situasi nyata sehari-hari.

Dengan model pembelajaran Problem Based Introduction, guru dapat melatih siswa

untuk menjadi pembelajar yang mandiri, meniru peran orang yang terbiasa

memandang suatu masalah dari berbagai sudah pandang disiplin ilmu yang berbeda.

Model pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) juga dikenal dengan berbagai

nama seperti : pembelajaran proyek (Project Based-Learning), pendidikan

berdasarkan pengalaman (Experienced Based-Education), belajar Autentic (

Autentic –Learning) dan pembelajaran berakar pada kehidupan nyata ( Anchored-

Intruction).

Pada pembelajaran model Problem Based Introduction, guru melakukan

Scaffolding, yaitu suatu kerangka dukungan yang memperkaya inkuiri dan

pertumbuhan intelektual. Problem Based Introduction tidak dapat terjadi tanpa guru

mampu mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya

pertukaran ide cerita terbuka.

Lingkungan belajar Problem Based Introduction (PBI) berpusat pada siswa dan

mendorong inkuiri terbuka dan berpikir bebas, seluruh proses belajar yang

berorentasi Problem Based Introduction adalah membantu siswa untuk menjadi

mandiri. Siswa yang mandiri (otonom) yang percaya diri pada ketrampilan

(21)

berorentasi pada inkuiri karena norma disekitar pembelajaran terbuka dan bebas

untuk mengemukakan pendapat

C. Paradigma

: Garis Kegiatan : Garis Pengaruh

D. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2009:96) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Model pembelajaran Problem Based Introduction

1. Orientasi siswa pada masalah,guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demontrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar, Guru membantu siswa mendefinisikandan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3. membimbing penyelidikan individual maupun

kelompok,Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru

membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5. menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

(22)

Sedangkan menurut Ali (1985:45) yang dimaksud dengan hipotesis adalah rumusan

jawaban sementara yang harus diuji dengan kegiatan penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pikir, maka hipotesis

atau pernyataan sementara yang dapat diambil adalah:

1. H0 : Tidak ada pengaruh hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Introduction terhadap hasil belajar siswa

IPS kelas VIII Semester genap SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

2. H0 : Tidak ada pengaruh hasil belajar siswa dengan menggunakan model

Pembelajaran Problem Based Introduction terhadap hasil belajar siswa IPS

Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

3. H0 : Tidak ada hubungan prestasi belajar terhadap penggunaan model

pembelajaran Problem Based Introduction dengan tanpa model

pembelajaran Problem Based Introduction.

(23)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam pnelitian ini adalah menggunakan metode

eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan

percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari,

yang bertujuan untuk mengetahui apakah sesuatu metode, prosedur, sistem, proses,

alat, dan bahan serta model efektif dan efisien jika diterapkan disuatu tempat

(Syaiful dan Aswan, 2006:95).

Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan

sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara

memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok kontrol untuk

perbandingan.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek atau obyek yang menjadi sasaran penelitian

(Koestoro dan Basrowi, 2006:435). Sedangkan menurut Usman (2008:42) Populasi

(24)

maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek.

Pendapat lain menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian

(Arikunto, 2002:112).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII 1 sampai dengan

VIII f di SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010, seperti yang

tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 2 Data Populasi siswa kelas 8.1 sampai dengan VIII f Semester Ganjil di SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010

No Kelas Jenis kelamin Jumlah

L P

1 8.1 8 16 24

2 8.2 9 15 24

3 VIII a 14 18 32

4 VIII b 13 19 32

5 VIII c 14 18 32

6 VIII d 13 19 32

7 VIII e 10 22 32

8 VIII f 14 18 32

Jumlah 95 145 240

Sumber: SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dapat diambil sebagai sumber

data sampel. Menurut Riduwan (2005 : 11) sampel adalah sebagian anggota

populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang bisa disebut

dengan teknik sampling, sedangkan Arikunto (2002:112) menyatakan bahwa untuk

sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil

semua sehinggga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya menurut

Sugiyono (2009:118) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan

(25)

Sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik sampel random sampling

dimana populasi yaitu seluruh kelas VIII.1 sampai VIII.f dipilih secara acak

menggunakan teknik tersebut, maka dipilihlah untuk dijadikan sampel dalam

penelitian ini. Setelah diadakan pemilihan sampel didapat kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas VIII.A yang pembelajaranya

menggunakan model Problem Based Introduction sedangkan kelas kontrol adalah

kelas VIII.B yang pembelajaranya menggunakan metode konvensional.

Tabel 3.Data Anggota sampel siswa kelas VIIIA dan VIIIB SMP 1 B.Lampung

NO KELAS SISWA JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 Eksperimen : VIII.A 10 22 32

2 Kontrol : VIII.B 14 18 32

Sumber : Data Primer SMPN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009-2010.

C. Variabel Dan Definisi Operasional

1. Variabel

Menurut Arikunto (2004:91) variabel adalah objek penelitian ataupun yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini terdiri dari varibel bebas (X) dan

variabl terikat (Y).

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based

Introduction dan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa

2. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan variabel yang akan diteliti,

maka kiranya perlu adanya batasan atau definisi operasional tentang variabel yang

(26)

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel

dengan cara memberikan arti menspesifikasikan kegiatan untuk mengukur variabel

tertentu. Definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Problem Based Introduction merupakan suatu model pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif yang dikemas dengan kegiatan mendefinisikan,

mengorganisasikan, mengumpulkan informasi dan melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

2. Hasil belajar adalah kegiatan belajar yang menghasilkan suatu perubahan yang

khas dan hasilnya sendiri nampak pada perubahan dalam sikap atau tingkah

laku yang tercapai dan nampak dalam prestasi tertentu.

D. Rencana Pengukuran variabel

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang memiliki

kriteria penilaian sebagai berikut :

1. Rendah : jika hasil tes yang diperoleh < 70

2. Sedang : jika hasil tes yang diperoleh 70 s/d 75

3. Tinggi : jika hasil tes yang diperoleh > 75

(Sudjana, 1996:203)

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakanya penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

2. Menyusun program pembelajaran yang memuat rencana pembelajaran.

(27)

4. Melakukan uji coba soal penguasaan materi sejarah pada siswa diluar

sampel yang diteliti sebelum soal disebar pada siswa yang dijadikan sampel

penellitian.

5. Mengadakan kegiatan belajar mengajar dengan perlakuan masing-masing

kelas sebagai berikut:

a. Untuk kelas VIIIA (kelas eksperimen) pembelajaran pada materi pokok

proses penyebaran berita tentang proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat

di berbagai daerah menggunakan model pembelajaran Problem Based

Introducton (PBI).

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Mengadakan apersepsi

2. Mengadakan pretest

3. Melaksanakan kegiatan inti dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Introduction

4. Mengadakan post test.

b. Untuk kelas VIIIB (kelas kontrol) pembelajaran pada materi pokok

proses penyebaran berita tentang proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat

diberbagai daerah menggunakan metode Konvensional (ceramah).

6. Melaksanakan test pada siswa yang dijadikan sampel penelitian yaitu test

formatif untuk materi pokok proses perkembangan kolonialisme dan

(28)

F. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan dalam ruang kelas, yaitu pada saat

pembelajaran berlangsung. pengambilan data yaitu dengan teknik pokok dan teknik

penunjang. Teknik pokok terdiri dari test, sedangkan teknik penunjang dengan

dokumentasi dan Observasi.

1. Pengujian (Tes)

Jenis pengujian yang digunakan adalah uji untuk mengukur pencapaian seseorang

setelah mempelajari materi yang diberikan dengan model pembelajaran Problem

Based Introduction . Definisi tes menurut Furchan (1982:256) adalah seperangkat

rangsangan atau stimultan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk

mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor

angka. Sedangkan menurut Arikunto (1999:136) adalah serentetan pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Tes dalam penelitian ini berupa rangsangan pertanyaan-pertanyaan berbentuk

soal-soal dari semua materi yang bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam

pelajaran IPS yang diperoleh setelah siswa menggunakan model pembelajaran

Problem Based Introduction.

2 Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik untuk mendapatkan data dengan cara mencatat

data yang sudah ada, seperti nilai mata pelajaran IPS siswa sebelum siswa

menggunakan model pembelajaran Problem Based Introduction dalam kegiatan

(29)

3. Observasi

Observasi adalah Pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala –

gejala yang di teliti (Usman, dkk. 2008: 52). Sedangkan menurut Safarai, Observasi

adalah suatu kegiatan yang dilakukan tutor atau guru untuk mendapatkan informasi

tentang siswa dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuanya selama

kegiatan berlangsung.

Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka dapat dikatakan observasi adalah suatu

kegiatan untuk pengamatan yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah informasi

mengenai gejala-gejala yang diteliti.

G. Uji Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk merekam informasi yang akan dikumpulkan. Banyak

macam instrumen dalam penelitian antara lain : wawancara, kuesioner, tes,

observasi, dan lain-lain.

a. Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 153) pengertian validasi adalah ukuran

sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang telah

diinginkan secara mantap.

b. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan, suatu tes dapat

dikatakan mempunyai tarap kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 86)

realibilitas adalah ketetapan suatu tes dapat diteskan pada objek yang sama

(30)

Jadi suatu alat ukur itu mempunyai reabilitas, jika hasil pengukuran dilakukan

tidak berbeda walaupun diukur pada situasi lain, untuk melakukan alat ukur maka

sebelumnya dilakukan uji coba.

Untuk mengetahui koefisien reliabilitas seluruh item angka digunakan rumus

Sperman Brown :

Keterangan

rxy = Koefisien korelasi

rgg = Koefisien item belahan I dan II

Menurut Malo (1985:172) hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat

reliabilitas sebagai berikut :

1. Antara 0,90 sampai dengan 1,00 = Tinggi

2. Antara 0,50 sampai dengan 0,89 = Sedang

3. Antara 0,00 sampai dengan 0,49 = Rendah

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari tes siswa kemudian diuji hipotesisnya. Untuk menguji

hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini , diperlukan suatu analisa data

untuk memperoleh suatu kesimpulan. Uji hipotesis yang digunakan dalam

(31)

1. Uji Normalitas Data

Untuk uji normalitas data yang digunakan uji Liliefors dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Perumusan Hipotesis

H0= Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1= Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

b. Melakukan penghitungan untuk pengujian hipotesis nol dengan

menggunakan uji kenormalan atau disebut juga dengan uji liliefors.

c. Mencari rata-rata dari masing-masing kelompok data dengan

menggunakan rumus :

N=

(Sudjana, 1996:67)

d. Mencari simpangan baku dan masing-masing kelompok data dengan

menggunakan rumus :

(Sudjana, 1996:94)

e. Membuat tabel seperti berikut :

(32)

Xi = data disusun dari yang terkecil hingga yang terbesar

Dari F(Zi)- S(Zi) diperoleh harga Lo yaitu dengan mengambil harga yang

terbesar. (Sudjana, 1996:466)

f. Kriteria uji

Terima H0 jika L0 < Tabel tolak selainnya. (Sudjana, 1996:466)

2. Uji Homogenitas Dua Ragam ( Variance ) Langkah-langkah pengujiannya adalah :

a. Merumuskan hipotesis

H0 = Kedua Ragam adalah adalah sama ( homogen ) atau

2 1

 = 22

H1 = H0 ditolak

b. Taraf nyata (  ) yang digunakan

c. Uji statistik yang digunakan adalah :

(Sudjana, 1996:250)

d. Kriteria uji

Tolak H0 jika Fhit , dengan derajat kebebasan (dk) = n1-1, n2 -2,

dimana , (V1, V2) adalah nilai F yang diperoleh dari tabel, dengan

(33)

3. Uji Rata-rata

H0 : Tidak ada pengaruh secara rata-rata nilai tes sumatif dengan model PBI

atau PBI = 0

H1 : Ada pengaruh secara rata-rata nilai tes sumatif dengan model PBI atau

PBI  0

Taraf nyata (  ) = 5 % t0,025 ( 38 ) = 1,96

Uji Staistik yang digunakan

t = n s x ) (  Kesimpulan :

Karena t hitung > t tabel , maka H0 ditolak.

4. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

H0 : Tidak ada pengaruh secara rata-rata antara nilai tes sumatif dengan model

PBI dengan model yang tidal menggunakan model PBI atau 1 = 2 .

H1 : H0 ditolak atau 1 2 .

Taraf nyata (  ) = 5 % t0,025 ( 76 ) = 1,96

2

)

1

(

)

1

(

2 1 2 2 2 2 1 1 2

n

n

S

n

S

n

S

gab

Uji Statistik yang digunakan

(34)

Keterangan :

1

X : Rata-rata sampel ke-1 nilai tes sumatif dengan menggunakan model PBI

2

X : Rata-rata sampel ke-2 nilai tes sumatif tanpa menggunakan model PBI

1

S : Simpangan baku sampel ke-1

2

S : Simpangan baku sampel ke-2

1

n : Jumlah sampel ke-1

2

n : Jumlah sampel ke-2

5. Uji Pengaruh

Untuk mengetahui keeratan hubungan lebih lanjut dilakukan analisis

menggunakan rumus Chi kuadrat sebagai berikut :



    b i k j ij ij ij E E O x 1 1 2 2 Keterangan : 2

x = Chi kuadrat

b

i1

= Jumlah Baris

k

j1

= Jumlah kolom

ij

O = Banyaknya data yang diharapkan

ij

E = Banyaknya data hasil pengamatan

(Sudjana, 1996 : 280)

Setelah kriteria uji telah terpenuhi maka disimpulkan sebagai berikut :

a. jika x2 hitung lebih besar atau sama dengan x2 tabel dengan taraf signifikan

5% maka hipotesis diterima.

b. Jika x2 hitung lebih kecil atau sama dengan x2 tabel dengan taraf signifikan

(35)

I. Indikator Keberhasilan.

Untuk melihat pengaruh hubungan keberhasilan yang menjadi petunjuk bahwa

suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil digunakan koefisien korelasi

product moment” atau Pearson correlation sebagai berikut:

r =

   } ) ( }{ ) ( ) { ) )( ( 2 2 2 2 i i i i i i i i Y Y n X X n Y X Y X n

Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil

adalah:

1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau instruksional

khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun

kelompok.

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang

dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai.

Sehubungan dengan hal ini maka keberhasilan proses belajar mengajar dibagi atas

beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Istimewaai atau maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang

diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

2. Baik sekali atau optimal : Apabila sebagian besar (76% sampai dengan

99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat

(36)

3. Baik atau minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya

60% sampai dengan 75% saja dikuasai oleh

Siswa.

4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan

kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam

pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut,

dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan

siswa dan guru.

Indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu:

Siswa dianggap tuntas belajar jika daya serap siswa secara individu mencapai

(37)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1.1 Sejarah Berdirinya sekolah

SMP N 1 Bandar Lampung yang beralamat di jalan Mr. Gele harun No. 30 Rawa

Laut, Kecamatan Tanjung Karang Timur pada mulanya didirikan pada tahun 1946

di lokal SMP Xaverius Pasar Gintung (Penengahan) dengan nama BPI. Dari

penengahan sekolah ini dipindahkan ke jalan Lebak Budi bersama-sama dengan

SMEP. Terhitung mulai 1 Juli 1951 sekolah ini dinegerikan dengan surat

keputusan No. 0116/BII.

Pada 23 Juli 1951 atas persetujuan kepala sekolah dan dengan bantuan kepala

daerah kota Praja serta orang tua murid, didirikanlah gedung sekolah yang baru.

Gedung baru tersebut bersifat darurat dengan berlantai semen, beratap genting,

dinding geribik, dan kayunya kelas campur.

Seiring dengan bertambah majunya jaman maka SMP Negeri 1 Bandar Lampung

sebagai Sekolah Standar nasional (SSN) terhitung sejak tahun 2005 dan pada

(38)

Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah Sekolah Nasional yang

menyelenggarakan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP)

dan mutu Internasional sehingga lulusannya memiliki kualitas bertaraf Nasional

plus Internasional.

SBI = SNP + (1,2,3)

Ket :

1. Penguatan, pendalaman, pengayaan, perluasan, dan atau

penambahan terhadap SNP

2. ICT (Information Communication Technology)

3. Bahasa Inggris

Pembentukan Sekolah Bertaraf Internasional didasarkan atas ; Undang-undang

dasar 1945 BAB XIII pasal 31 ayat (2), Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang

Sistem pendidikan nasional pada BAB IV bagian Kesatu pasal 5 ayat 4 dan bab

XIV pasal 50 ayat 3 dan ayat 5, dan Peraturan menteri Pendidikan Nasional No 22

tahun 2006, tentang standar isi.

Selama berdirinya SMP N 1 Bandar Lampung ini telah mengalami tujuh masa

kepemimpinan kepala sekolah. Adapun nama-nama kepala sekolah SMP N 1

[image:38.595.108.519.651.739.2]

Bandar Lampung sejak tahun 1951 sampai sekarang adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Daftar Nama Kepala Sekolah SMP N 1 Bandar Lampung

No Nama Kepala Sekolah Masa Jabatan

1 R. Oedjik Tirtohadikusumo Tahun 1951 s.d 1967

(39)

3. Hi. Abdurrahman U. Tahun 1981 s.d 1989

4. Hi. Thabrani Dalil, BSc Tahun 1989 s.d 1992

5. Drs. Suyitno Tahun 1993 s.D 1996

6. Dra. Rosmala Dewi Tahun 1996 s.d 2000

7. Dra. Hj. Nuraini Rusman Tahun 2000 s.d 16 Januari 2006

8. Plt Sutarjo (Guru) 17 Januari 2006 s.d April 2006

9. Drs. H. Haryanto Tahun 2006 s.d sekarang

Sumber : Data Sekunder SMP Negeri 1 Bandar Lampung

1.2 Visi dan Misi Sekolah

a. VISI

Visi SMP N 1 Bandar Lampung dalam melaksanakan pendidikan untuk

mencerdaskan bangsa adalah Mewujudkan lulusan SMP Negeri I Bandar

Lampung yang Taqwa, Cerdas, Terampil dan Kompetitif (WADAS PILKOM)

dengan indikator sebagai berikut :

a. Terwujudnya kehidupan warga sekolah yang agamis

b. Sebagian besar lulusannya diterima disekolah favorit

c. Terwujudnya sistem manajemen sekolah yang transparan, akuntabel, efektif

dan partisipatif

d. Unggul dalam pencapaian nilai Ujian Nasional dan akademik lainnya

e. Unggul dalam berbagai lomba kegiatan ekstrakurikuler

(40)

b. MISI

Dalam usahanya menciptakan calon penerus bangsa yang memiliki kualitas

yang baik, SMP N 1 Bandar Lampung memiliki misi sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu , efisien dan relevan sesuai

dengan tuntutan kurikulum yang berlaku

b. Mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam

pengelolaan kelembagaan sekolah.

c. Mengembangkan seluruh komponen sekolah menuju ketercapaian SPM

( (Standar Pelayanan Minimum ) Pendidikan

d. Meningkatkan jaringan kerja sama dengan lembaga dan instansi terkait dan

stakeholder sekolah.

e. Meningkatkan profesionalitas dan kompetensi guru dan pegawai

f. melengkapi sarana / prasarana dan fasilitas pendidikan yang dibutuhkan

untuk menunjang tercapainya SSN

g. Melaksanakan pembinaan kesiswaan secara intensif melalui kegiatan OSIS

dan ekstra kurikuler untuk mendorong terwujudnya pengembangan potensi

dan bakat yang dimiliki siswa

h. Menanamkan budaya tertib dan disiplin dalam kehidupan sekolah kepada

segenap warga sekolah

i. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap agama yang dianut

(41)

C. Tujuan SMP N 1 Bandar Lampung

Secara umum tujuan kelembagaan pada jenjang Pendidikan SMP adalah

meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut yang

ingin dicapai.

Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, SMPN 1 Bandar Lampung menetapkan

target pencapaian sebagai berikut:

1. terpenuhinya azas pemerataan dan keadilan pelayanan pendidikan bagi

peserta didik

2. terlaksananya program pendidikan yang transparan, akuntabel, efektif dan

partisipatif.

3. Sekolah telah memiliki Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) yang

memenuhi standar isi sesuai dengan peraturan pemerintah no 22 tahun

2006.

4. sekolah telah memenuhi minimal 90% standar tenaga pendidikan dan

kependidikan sesuai dengan PP No. 19 Th. 2005

5. Sekolah telah memenuhi standar sarana dan fasilitas pendidikan sesuai

dengan PP No. 19 Th 2005 sebesar 90 %.

6. sekolah telah memenuhi standar proses pembelajaran sesuai dengan

tuntutan KBK

7. Standar ketuntasan belajar minimal untuk seluruh mata pelajaran telah

mencapai rata-rata 75,00 dan standar kelulusan untuk UN dan UAS

(42)

8. Mencapai standar kelembagaan yang bermutu dan manajemen berbassi

sekulah dalam pencapaian standar pengelolaan pembelajaran kurikulum,

fasilitas pendidikan, personal, kesiswaan, administrasi dan sumber daya

lainnya.

D. Tujuan Dari Dibentuknya RSBI

Adapun tujuan dari pembentukan sekolah bertaraf internasional adalah ;

1. Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik

dari segi perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Memenuhi hak asasi peserta didik

3. Memenuhi aktualisasi diri

4. Meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara

seimbang.

5. Mampu menghadapi dan memberdayakan perkembangan ilmu dan

teknologi yang berkembang secara cepat untuk masa depannya.

1.3 Situasi dan Kondisi Sekolah

a. Letak dan Kondisi Sekolah

SMPN 1 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah unggulan di Bandar

Lampung yang terletak jalan Mr. Gele harun No. 30 Rawa Laut, Kecamatan

Tanjung Karang Timur. Dengan lokasi sekolah yang strategis, dimana posisi

sekolah tidak jauh dari pusat kota namun tidak terganggu dengan kebisingan kota

dan mudah dijangkau dari segala penjuru, sehingga memungkinkan dalam proses

(43)

merupakan salah satu sekolah di Bandar Lampung yang mempunyai banyak

prestasi yang diraih oleh sekolah dan siswa. Prestasi Sekolah dibuktikan dengan

prestasi siswa yang dibuktikan dengan diperolehnya penghargaan dalam berbagai

macam perlombaan akademik, kesiswaan dan kesenian.

b. Fasilitas Fisik

Secara fisik, SMP Negeri 1 Bandar Lampung mempunyai fasilitas yang sudah

memadai, misalnya gedung kelas, mushola, koperasi sekolah, perpustakaan, dan

laboratorium. Adapun fasilitas yang mendukung dalam kegiatan proses belajar

[image:43.595.117.420.374.737.2]

mengajar di SMP Negeri 1 Bandar Lampung yaitu:

Tabel 5. Fasilitas yang ada di SMPN 1 Bandar Lampung

No Fasilitas Jumlah

1 Ruang Kepala Sekolah 1

2 Ruang Waka Kesiswaan 2

3 Ruang TU 2

4 Ruang guru 2

5 Ruang kelas 23

6 Laboratorium Komputer 3

7 Perpustakaan 1

8 Ruang BP/BK 1

9 Ruang UKS 1

10 Mushola 1

11 Ruang OSIS 1

12 WC guru 2

13 WC Siswa 3

14 Kantin 1

15 Gudang 1

(44)

17 Lapangan parkir 1

18 Laboratorium Bahasa 1

19 Post Satpam 1

Sumber : Data sekunder SMP Negeri 1 Bandar Lampung

1.4. Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandar Lampung

Siswa yang belajar di SMPN 1 Bandar Lampung terdiri dari berbagai macam suku

dan mereka berasal dari dalam dan luar kota Bandar Lampung. Dilihat dari latar

belakang dan pekerjaan orang tua mereka secara ekonomi termasuk dalam

golongan ekonomi menengah ke atas, dan hanya sebagian kecil yang berasal dari

golongan ekonomi lemah.

SMPN 1 Bandar Lampung telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang antara lain memuat beban belajar siswa sebanyak 43 jam

dalam satu minggu. Dengan perincian yaitu hari Senin sebanyak 7 jam, Selasa

sampai Kamis sebanyak 24 jam, hari Jumat sebanyak 4 jam dan hari Sabtu

sebanyak 8 jam. Dengan demikian sekolah mulai belajar pukul 07.00 sampai

dengan 13.15 untuk hari Senin, untuk hari Selasa sampai Kamis pukul 07.00

sampai 14.00, untuk hari Jumat dari 07.00 sampai 11.00. Dan untuk hari Sabtu

dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 WIB.

Sedangkan untuk RSBI dan kelas IX reguler jam belajar dimulai pukul 07.00

sampai pukul 14.00, untuk hari Sabtu. Kemudian untuk hari Senin sampai Jumat

jam belajarnya sama dengan kelas reguler.

Jumlah keseluruhan siswa SMP N 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010

(45)
[image:45.595.129.515.134.234.2]

Tabel.6 Siswa SMPN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010

No. JENIS KELAMIN KELAS 7 KELAS 8 KELAS 9 JUMLAH

1 LAKI-LAKI 81 95 151 327

2 PEREMPUAN 111 145 167 423

JUMLAH 192 240 318 750

Sumber : Data siswa SMPN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010

Tabel 7. Rincian Siswa SMP N 1 Bandar Lampung

No Kelas Siswa

Jumlah

Putra Putri

I Kelas VII

7.1 11 orang 13 orang 24 orang

7.2 10 orang 14orang 24 orang

7.3 9 orang 15 orang 24 orang

7.4 7 orang 17 orang 24 orang

VIIa 14 orang 18 orang 32 orang

VIIb 15 orang 17 orang 32 orang

VIIc 15 orang 27 orang 32 orang

II Kelas VIII

8.1 8 orang 16 orang 24 orang

8.2 9 orang 15 orang 24 orang

VIIIa 14 orang 18 orang 32 orang

VIIIb 13 orang 19 orang 32 orang

VIIIc 14 orang 18 orang 32 orang

VIIId 13 orang 19 orang 32 orang

VIIIe 10 orang 22 orang 32 orang

VIIIf 14 orang 18 orang 32 orang

III Kelas IX

IXa 22 orang 18 orang 40 orang

IXb 20 orang 20 orang 40 orang

IXc 19 orang 21 orang 40 orang

IXd 18 orang 22 orang 40 orang

IXe 20 orang 19 orang 39orang

IXf 16 orang 23 orang 39 orang

IXg 19 orang 21 orang 40 orang

IXh 17 orang 23 orang 40 orang

Jumlah 327 orang 423 orang 750 orang

(46)

1.5 Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa

Pengembangan diri terprogram yang dilaksanakan pada kegiatan intrakurikuler

1. Apresiasi sastra

2. Pendalaman Biologi

3. Percakapan Bahasa Inggris

4. Pendalaman Matematika

5. Seni Baca Al-Quran dan Bina Musika

6. Elektronika

7. Pendalaman Fisika

Pengembangan diri terprogram yang dilaksanakan pada kegiatan ekstrakurikuler

1. Pramuka 10. Karate

2. Rohis 11. kempo

3. PMR 12. Pecinta Alam

4. KIR 13. Footsal

5. Paskibra 14. Seni Drama

6. Basket Ball 15. Bina Vokalia

7. Volley Ball 16. Pencak silat

8. Bulu Tangkis 17. Tenis Meja

9. Taekwondo

Kegiatan Pengembangan Diri Akademik dilaksanakan 2 jam efektif pada hari

(47)

pelaksanaan kegiatan pengembangan diri non akademik dilaksanakan diluar jam

[image:47.595.119.506.164.488.2]

efektif dengan jadwal yang sudah ditentukan sebagai berikut:

Tabel 8. Kegiatan Pengembangan diri Siswa SMP N 1 Bandar Lampung

Hari Jenis Pengembangan Diri

Keterangan

Senin Footsal Kelas VII

Selasa Footsal Rohis

KelasVIII Kelas IX

Rabu Footsal Kelas IX

Kamis PMR KIR

Seni Drama Bina Musika Tenis Meja Rohis

Siswa yang berminat Siswa yang berminat Siswa yang berminat Siswa kelas VII,VIIIdan IX Siswa yang berminat Kelas VIII

Jumat Rohis

Paskibra Basket bal

Kelas VII (Wajib) + siswa yang berminat

Siswa terpilih Kelas VII dan VIII Sabtu Pramuka

Bulu Tangkis Volly Ball Karate Taekwondo Silat Seni tari

Siswa kelas VII + yang berminat Siswa yang berminat

Siswa yang berminat Siswa yang berminat Siswa yang berminat Siswa yang berminat Kelas VII

Sumber : Data sekunder SMP Negeri 1 Bandar Lampung

1.6 Hasil Proses Kegiatan Belajar Mengajar

Tabel 9. Hasil observasi siswa selama proses kegiatan belajar mengajar

No Aspek Yang Diamati K C B

I Pendahuluan

1) Mengecek kehadiran siswa V

2) Mengecek Kesiapan siswa V

3) memotivasi V

[image:47.595.111.512.599.750.2]
(48)

II Kegiatan Inti

1) memberikan petunjuk tentang masalah penyelesaian diskusi

V

2) memberi alokasi waktu penyelesaian kegiatan kelompok

V

3) membimbing siswa berdiskusi dengan dating ke siswa V

4) membahas data kelompok V

5) mengajukan pertanyaan ke seluruh siswa dalam kelas V 6) memberi waktu tunggu untuk menjawab pertanyaan V

7) memberi kesempatan siswa bertanya V

8) membimbing siswa membuat kesimpulan V 9) membimbing siswa membuat rangkuman tertulis V III Penutup

1) menyelenggarakan postest V

2) memberi tugas pada siswa V

Sumber : Data Sekunder SMPN 1 Bandar Lampung

Dari tabel diatas dapat diperhatikan bahwa dalam proses pembelajaran guru masih

kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa point seperti mengecek

kesiapan siswa, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan keseluruh siswa dalam

kelas, membimbing siswa membuat kesimpulan, menyelenggarakan postes masih

kurang atau belum baik. Sedangkan target yang diinginkan atau diharapkan

(49)

A. Hasil Penelitian Penyajian Data

Pada sud bab hasil penelitian ditampilkan deskriptif hasil penelitian yaitu Tabel 10.Hasil Belajar IPS Pada Tes Sumatif Kelas Dengan Model PBI (X) dan Kelas Tanpa Model PBI (Y):

X Y X2 XY Y2

72 68 5184 4896 4624

86 80 7396 6880 6400

88 82 7744 7216 6724

86 78 7396 6708 6084

88 82 7744 7216 6724

82 76 6724 6232 5776

90 82 8100 7380 6724

94 86 8836 8084 7396

94 82 8836 7708 6724

90 78 8100 7020 6084

92 82 8464 7544 6724

86 80 7396 6880 6400

84 76 7056 6384 5776

88 76 7744 6688 5776

86 80 7396 6880 6400

84 80 7056 6720 6400

90 84 8100 7560 7056

88 78 7744 6864 6084

78 70 6084 5460 4900

82 76 6724 6232 5776

92 78 8464 7176 6084

88 82 7744 7216 6724

84 78 7056 6552 6084

78 72 6084 5616 5184

90 86 8100 7740 7396

76 70 5776 5320 4900

88 80 7744 7040 6400

84 84 7056 7056 7056

86 80 7396 6880 6400

84 76 7056 6384 5776

82 74 6724 6068 5476

[image:49.595.149.354.226.736.2]
(50)

X = TSPBI = Tes Sumatif dengan model PBI

Y = TSNTAI = Tes Sumatif tanpa model PBI

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mengetahui koefisien reliabilitas seluruh item angka digunakan rumus

Sperman Brown :

Hasilnya sebagai berikut:

Reliability

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)

1. TSPBI 2. TSNPBI

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted

(51)

Reliability Coefficients

N of Cases = 32,0 N of Items = 2

Correlation between forms = 0,8424 Equal-length Spearman-Brown = 0,9144

Guttman Split-half = 0,9115 Unequal-length Spearman-Brown = 0,9144

1 Items in part 1 1 Items in part 2

Alpha for part 1 = 1,0000 Alpha for part 2 = 1,0000

Keterangan:

TSPBI = Tes Sumatif dengan model PBI ( problem Based Introduction )

TSNPBI = Tes Sumatif tanpa model PBI ( problem Based Introduction )

Perhatikan hasil

Variabel r hitung > r tabel 5 % Keputusan

TSPBI 85,6250 26,1774 0,8424 > 0,497 valid TSNPBI 78,3750 21,0161 0,8424 > 0,497 valid

Nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,9115 lebih besar dari r tabel

product moment untuk  = 5 % pada n = 16 di bagi dua dari n = 32 di bagi dua

dari menjadi n = 16 , nilai r =0,497. Dengan demikian data hasil tes sumatif baik

untuk model PBI maupun model Tanpa PBI dikatakan reliabel, sehingga alat

(52)

b. Uji Normalitas Data

1. Data Penelitian untuk kelas model PBI

Ho : Data penelitian untuk kelas dengan model PBI bersifat normal

H1 : Data penelitian untuk kelas dengan model PBI belum tentu bersifat normal

Taraf Nyata (  ) = 5 % statistik tabelnya = 1,960

Hasilnya:

i i i

S X X

Z   = 0,469

Kriteria uji : Terima H0 jika Zhitung < Ztabel dan Tolak H0 jika Zhitung > Ztabel

Kesimpulan:

Karena Zhitung < Ztabel , yaitu: 0,459 < 1,960 , maka Ho diterima, berarti data

penelitian untuk kelas dengan model PBI bersifat normal ( lihat lampiran).

2. Data penelitian untuk kelas tanpa model PBI

Ho : Data penelitian untuk kelas tanpa model PBI bersifat normal

H1 : Data penelitian untuk kelas tanpa model PBI belum tentu bersifat normal

Taraf Nyata (  ) = 5 % statistik tabelnya = 1,960

Hasilnya:

i i i

S X X

Z   = 0,569

Kriteria uji : Terima H0 jika Zhitung < Ztabel dan Tolak H0 jika Zhitung > Ztabel

Kesimpulan:

Karena Zhitung < Ztabel , yaitu: 0,559 < 1,960 , maka Ho diterima, berarti data

penelitian untuk kelas tanpa model PBI bersifat normal ( lihat lampiran).

c. Uji Homogenitas Ragam

Ho : Data penelitian mempunyai ragam yang sama ( homogen )

(53)

Taraf Nyata (  ) = 10 % statistik tabelnya adalah f0,05 (38, 38) = 1,645

Statistik hitung yang diberikan oleh uji F adalah 0,95

Kriteria uji : Terima H0 jika Fhitung < Ftabel dan Tolak H0 jika Fhitung > ttabel

Hasil analisis: f = 2 2 2 1 S S

= 2

2 ) 584 , 4 ( ) 116 , 5 ( = 1,25

Kriteria uji : Terima H0 jika fhitung < ftabel dan Tolak H0 jika fhitung > ftabel

Kesimpulan:

Karena fhitung < f tabel, yaitu: 1,25 < 1,645 , maka Ho diterima, berarti data hasil tes

sumatif untuk kelas dengan model PBI dengan kelas tanpa model PBI mempunyai

ragam yang sama. ( lihat lampiran )

1. Uji Rata-rata

H0 : Tidak ada pengaruh secara rata-rata nilai tes sumatif dengan model PBI

atau PBI = 0

H1 : Ada pengaruh secara rata-rata nilai tes sumatif dengan model PBI atau

PBI  0

Taraf nyata (  ) = 5 % t0,025 ( 31 ) = 1,96

Uji Staistik yang digunakan

(54)

Kesimpulan :

Ka

Gambar

Tabel 1 Nilai Mid semester mata pelajaran IPS siswa kelas VIII1 sampai dengan
Tabel 2 Data Populasi siswa kelas 8.1 sampai dengan VIII f Semester Ganjil di SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010
Tabel 3.Data Anggota sampel siswa kelas VIIIA dan VIIIB SMP 1 B.Lampung
Tabel 4. Daftar Nama Kepala Sekolah SMP N 1 Bandar Lampung
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan pembelajaran matematika dengan strategi Problem Based Instruction (PBI) melalui penggunaan alat peraga Electric Cube kelas VIII A SMP Negeri 1 Cepogo,

“Hubungan antara Minat belajar dan Cara Belajar dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas IX Semester Ganjil SMP Nusantara Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar backhand pada siswa kelas VIII D SMP N 5 Bandar Lampung tahun

Tidak ada interaksi Problem based instruction(PBI) dengan open- ended dan close ended serta kemampuan awal terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VIII

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA.. (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung Semester

Ada hubungan yang positif antara aktivitas dan disiplin belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII Semester Ganjil SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Tahun

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelincahan dan kekuatan otot lengan memiliki kontribusi yang signifikan pada kemampuan backhand siswa kelas VIII SMP N 20 Bandar Lampung

Peneliti menggunakan layanan konseling untuk meningkatkan harga diri (self esteem) peserta didik kelas VIII C SMP N 28 Bandar Lampung, setelah 3 (tiga) peserta