• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN TAHUN AJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN TAHUN AJARAN 2014/2015"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN

MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh MEILANI

Latar belakang penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu yang masih

tergolong rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan Discovery Learning dengan memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa dalam pencapaian hasil belajar IPS Terpadu. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen, tepatnya quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 132 siswa dengan sampel sebanyak 44 siswa (2 kelas). Sampel diambil dengan

menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan tes. Teknik analisis data

menggunakan Analisis Varians Dua Jalan, T-Test Dua Sampel Independen, dan Analisis Efektivitas N-Gain.

Hasil penelitian: (1) Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model Problem Based Learning dan Discovery Learning (Fhitung 12,584 > Ftabel 4,08), (2) Hasil belajar IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan model Discovery Learning pada siswa kemampuan awal tinggi (Thitung 8,566 > Ttabel 2,086), (3) Hasil belajar IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model Problem Based Learning lebih rendah dibandingkan model Discovery Learning pada siswa kemampuan awal rendah (Thitung 3,383 > Ttabel 2,086), (4) Ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa mata pelajaran IPS Terpadu (Fhitung 70.524 > Ftabel 4,08), (5) Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa kemampuan awal tinggi dan rendah (Fhitung 17,028 > Ftabel 4,08) dan (6) Ada perbedaan efektivitas antara model Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap hasil belajar IPS Terpadu dengan efektivitas yaitu 1,377 > 1.

(2)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN

KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

MEILANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. SDN 2 Gedung Dalam Baru, Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2005 2. SMP Negeri 3 Batanghari Nuban Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2008 3. SMA Negeri 1 Pekalongan, Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pada bulan Januari 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Solo, Bali, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Pada bulan Juli hingga September 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Terintegrasi (KKN-KT) di SMP Negeri 1 Batu Brak dan Pekon Kegeringan, Kecamatan Batu Brak Lampung Barat.

(7)

Alhamdulillah Hirobbil Alamin....Segala puji hanya kehadirat Allah SWT. Rabb semesta alam atas izin dan

ridho-Nya, hingga selesai sudah karya sederhanaku.

Kupersembahkan dengan tulus karya kecilku kepada:

Kedua orang tua tercinta yang penuh dengan kesabaran dalam menbesarkan dan mendidikku, do’a, serta semangat

untuku meraih cita-cita dan ridho-Nya. Semoga Allah SWT. selalu memberikan kemulyaan di dunia dan di

akhirat.

Mbakku Endang Sukesti, Setiyawati, Rostiana, Eni Kartikawati, kakakku Bambang Sumantri dan Adekku

Agus Prasudi serta keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi, semangat dan do’a untuk

kesuksesanku.

Kamu yang kelak menggoreskan tinta warna dalam kehidupanku yang sebenarnya, yang selalu memberikan

semangat, motivasi dan do’a untuk kesuksesanku.

Para pendidik yang ku hormati

(8)

“Jangan mengejar kesuksesan tapi kejarlah kesempurnaan, Maka sukses akan mengikutimu”

(Bapa Ranchodas)

“Kesuksesan yang besar selalu berawal dari mimpi yang besar dan ujian yang besar pula”

(Meilani)

“Berdo’a, berusaha dan selalu bersyukur adalah jalan menuju kemudahan”

(Meilani)

“Jalan Skripsi sangat terjal, kali kita jatuh, berkali-kali pula kita menjadi lebih kuat”

(Meilani)

“Kesalahan adalah langkah awal menuju kebenaran”

(Meilani)

“Cinta adalah kekuatan terbesar yang dimiliki setiap orang sejak lahir, maka kenalilah cintamu sebelum dia

menaklukan hatimu”

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya bagi-Nya. Rabb semesta alam yang tiada henti memberikan hidayah dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skipsi yang berjudul “Studi

Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Discovery Learning dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Batanghari Nuban Tahun Ajaran 2014/2015”. Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Uswatun Khasanah kita Rasulullah Muhammad

shallallahu ’alaihi wa sallam.

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu dalam penyelesaian tugas skripsi ini.

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

(10)

memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa.

8. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku penguji.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

10. Bapak Hafson Exaputra, M.Pd., Selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Batanghari Nuban dan Bapak Anto Budianto, S.Pd., sebagai guru mata pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 3 Batanghari Nuban.

11. Kak Wardani dan Om Herdi yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya kecil ini.

12. Ayah dan Ibu tersayang, terimakasih telah mendidikku selama ini. Meskipun terkadang air mata, doa, kasih sayang dan semua pengorbananmu tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun. Semoga kelak Allah SWT menyediakan jannah-Nya untuk Ayah dan Ibu. Amin Ya Rabbal A’lamiin.

(11)

15. Untuk teman terindah (Reni, Susi, Tata, Desi, Ocni, Ratna, Ica, Isra, Heni, Arrum dan Mbak Dita), terimakasih untuk kebersamaannya selama ini. Senyuman bahagia dan tangis kita akan menjadi bagian dari kenangan yang terbingkai indah dalam hidupku.

16. Untuk teman-teman seperjuanganku Pendidikan Ekonomi ’11, Adik dan Kakak Tingkat Program Studi Pendidikan Ekonomi, terimakasih atas do’a dan kebersamaannya selama ini.

17. Teman-teman KKN-KT Pekon Kegeringan (Hendra, Fendi, Rudi, Ayu, Neti, Erlita, Novita, Jeme, Tria dan Lidia) bersama kalian menambah coretan indah dihidupku.

18. Keluarga Besar Kosan (Lailiyah, Tutut, Tata, Ica, Ami dan Tia) kebersamaan singkat ini akan menambah catatan dan menghabiskan tinta warna, semoga silaturahim kita tetap terjaga.

19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati dan ucapan terimakasih. Namun demikian, semoga tulisan ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI HALAMAN RIWAYAT HIDUP HALAMAN PERSEMBAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN DIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Hasil Belajar ... 14

2. Pendekatan Saintifik (Scientific) ... 18

3. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 23

4. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 28

5. Kemampuan Awal ... 32

B. Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Pikir ... 37

D. Anggapan Dasar Hipotesis ... 41

(13)

1. Desain Penelitian ... 44

2. Prosedur Penelitian... 45

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 49

G. Uji Persyaratan Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen ... 55

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 56

3. Taraf Kesukaran ... 57

4. Daya Beda ... 58

H. Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 59

2. Uji Homogenitas ... 60

I. TeknikAnalisis Data 1. Analisis Varians Dua Jalan ... 61

2. T-Test Dua Sampel Independen ... 62

3. Analisis Efektivitas Model Pembelajaran (N-Gain) ... 64

J. Pengujian Hipotesis ... 66

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 3 Batanghari Nuban... 69

2. Visi SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 70

3. Misi SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 70

4. Profil Sekolah SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 71

5. Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 72

6. Kondisi Siswa dan Guru SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 72

7. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 73

B. Implementasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 74

C. Deskripsi Data ... 76

1. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Awal ... 77

2. Deskripsi Data Tes Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 81

(14)

1. Uji Normalitas ... 103

2. Uji Homogenitas ... 105

E. Pengujian Hipotesis ... 106

F. Pembahasan ... 117

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 129

B. . Saran ... 131 DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Hasil Belajar IPS Terpadu Ujian Tengah Semester Ganjil Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Batanghari Nuban Tahun Ajaran

2014/2015 ... 3

2. Penelitian yang Relevan ... 35

3. Desain Penelitian ... 45

4. Definisi Operasional Variabel ... 53

5. Daftar Interprestasi Koefisien r ... 57

6. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 61

7. Kondisi Guru SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 72

8. Kondisi Siswa SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 73

9. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 73

10.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen .... 78

11.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol ... 80

12.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Eksperimen 82 13.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Rendah di Kelas Eksperimen ... 84

14.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Kontrol ... 86

15.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Rendah di Kelas Kontrol ... 88

16.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu di Kelas Eksperimen ... 90

17.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Kontrol... 92

18.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Eksperimen ... 95

19.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kemampuan Awal Rendah di Kelas Eksperimen ... 97

20.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Kontrol ... 100

21.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kemampuan Awal Rendah di Kelas Kontrol ... 102

22.Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar IPS Terpadu Sampel Kelas Eksperimen ... 104

23.Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar IPS Terpadu Sampel Kelas Kontrol .. 105

24.Hasil Uji Homogenitas Varians Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 106

(16)
(17)
(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hasil Belajar dari Pembelajaran Berbasis Masalah ... 27

2. Kerangka Pikir ... 40

3. Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ... 78

4. Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol ... 80

5. Hasil Tes Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Eksperimen ... 82

6. Hasil Tes Kemampuan Awal Rendah di Kelas Eksperimen ... 84

7. Hasil Tes Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Kontrol... 86

8. Hasil Tes Kemampuan Awal Rendah di Kelas Kontrol ... 88

9. Hasil Belajar IPS Terpadu di Kelas Eksperimen ... 90

10. Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Kontrol... 93

11. Hasil Belajar Siswa Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Eksperimen ... 96

12. Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kemampuan Awal Rendah Kelas Eksperimen ... 98

13. Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Kontrol ... 100

14. Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kemampuan Awal Rendah di Kelas Kontrol ... 102

(19)
(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan usaha manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembangunan maupun dengan cara lain. Usaha untuk mengembangkan hal tersebut merupakan tanggungjawab yang harus dimiliki dan dilaksanakan oleh setiap lembaga pendidikan. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efesien akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa Karena itu, pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang kompleks yang menyangkut tanggung jawab bersama antar keluarga, pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

(21)

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan dasar pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan upaya pemenuhan sumber daya manusia siap pakai. Pendidikan mempunyai kebutuhan untuk mengikuti perubahan dan perkembangan masyarakat. Perubahan ini menuntut adanya perbaikan pada sistem pendidikan nasional yang termasuk pada penyempurnaan kurikulum.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan (kognitif), keterampilan

(psikomotorik), nilai dan sikap (afektif) yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut Nurhadi (2004: 15) rumusan kompetensi dalam Kurikulum merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah serta sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kompeten.

(22)

menyusun strategi dengan cara menata fungsi setiap komponen pengajaran menjadi sistem pengajaran yang efektif dan efisien sehingga dicapai tujuan pendidikan yang maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan wawancara dengan guru IPS Terpadu di SMP Negeri 3 Batanghari Nuban, metode ceramah masih merupakan metode yang digunakan dan dipilih oleh para guru, termasuk dalam pembelajaran IPS Terpadu. Kelemahan dalam proses pembelajaran ini adalah berpusat pada guru (teacher centered), di mana guru seolah-olah menjadi satu-satunya sumber belajar di kelas. Metode langsung banyak diterapkan karena dianggap mudah untuk dilaksanakan. Namun, siswa menjadi pasif dalam pembelajaran karena hanya mendengar dan mencatat materi yang telah dijelaskan oleh guru. Proses pembelajaran cenderung membuat siswa jenuh serta menjadikan aktivitas belajar tidak optimal. Jika guru menerapkan metode langsung secara terus-menerus maka dapat

menghambat bahkan mematikan kreativitas siswa, yang kemudian berdampak pada rendahnya hasil belajar. Pencapaian hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Belajar IPS Ujian Tengah Semester Ganjil Siswa Kelas VIII SMPN 3 Batanghari Nuban Tahun Pelajaran 2014/2015.

(23)

Berdasarkan Tabel tersebut, Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang berlaku di SMP Negeri 3 Batanghari Nuban yaitu sebesar 75, dari jumlah siswa sebanyak 132 yang mendapat nilai lebih dari 75 sebanyak 52 siswa atau 39,39% berarti sebanyak 80 siswa atau 60,61% memperoleh nilai kurang dari 75. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 3 Batanghari Nuban tahun pelajaran 2014/2015 masih relatif rendah. Hal ini didukung oleh pendapat Djamarah (2006: 128), ”Apabila persentase siswa tuntas belajar kurang dari 65%, maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut masih tergolong rendah”.

(24)

mengintegrasikan elemen-elemen pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Model yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik antara lain: pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran penemuan (Discovery Learning), pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir serta berinteraksi dengan siswa yang lain. Model pembelajaran ini bukan sekedar metode belajar kelompok biasa tetapi ada ketentuan-ketentuan yang membedakannya dari metode belajar kelompok biasa yang umumnya diterapkan oleh guru. Model pembelajaran ini lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran. Jadi, siswa dapat berperan dominan dalam pembelajaran sehingga akan terkondisi pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang memusatkan keaktifan siswa selama pembelajaran

berlangsung, disini guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing. Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan membuat siswa tidak merasa jenuh dan tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Upaya yang dapat dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi rendahnya hasil belajar adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat yang diharapkan dapat mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru sehingga pembelajaran berlangsung efektif dan melibatkan peran aktif siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti

(25)

dua model pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu model Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) dan model Discovery Learning (penemuan) pada dua kelas. Penerapan kedua model pembelajaran ini dianggap mampu meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu yang akan dikaitkan dengan kemampuan awal siswa. Kedua model pembelajaran tersebut juga diduga cocok diterapkan pada mata pelajaran IPS Terpadu karena kedua model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan masalah inilah yang nantinya dapat berguna bagi peserta didik untuk menghadapi permasalahan sosial yang terjadi di dunia nyata.

Problem Based Learning atau yang biasa disebut sebagai pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual dalam pembelajarannya sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar (Majid, 2014: 162). Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk berperan aktif dalam melakukan penyelidikan dan penyelesaian

permasalahan sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Model pembelajaran Problem Based Learning bertujuan untuk membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuan berfikir kritis, analitis dan kemampuan memecahkan masalah. Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan

(26)

Discovery Learning (penemuan) merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku (Hanafiah dan Suhana, 2009: 77). Pembelajaran Discovery Learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.

(27)

siswa diduga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Tingkatan kemampuan awal terbagi menjadi dua yaitu kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah. Kedua model tersebut dianggap mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS Terpadu dan pada analisis data akan dikaitkan dengan kemampuan awal siswa.

Melalui kedua model tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru dan dapat mencapai indikator dari kompetensi dasar serta hasil belajar siswa dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Oleh karena itu, untuk menemukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat diterapkan pada setiap kondisi siswa di kelas dan untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan, penulis berkeinginan menerapkan kedua model pembelajaran tersebut di kelas

penelitian. Penulis menyatakan bahwa diperlukan model yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas.

(28)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Batanghari Nuban masih tergolong rendah.

2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat kurang sehingga siswa tidak dapat menggali potensi diri.

3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), di mana guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

4. Guru belum menerapkan model-model pembelajaran yang menuntut keaktifan dan menarik perhatian siswa.

5. Siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas hanya mendengarkan saja materi yang disampaikan oleh guru.

C. Pembatasan Masalah

(29)

D. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model Discovery Learning?

2. Apakah hasil belajar IPS Terpadu siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran Discovery Learning pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi?

3. Apakah hasil belajar IPS Terpadu siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih rendah dibandingkan dengan model pembelajaran Discovery Learning pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu?

5. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah? 6. Apakah ada perbedaan efektivitas antara model pembelajaran Problem

(30)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model Discovery Learning.

2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran Problem Based Learning dibandingkan dengan model Discovery Learning dalam pencapaian hasil belajar IPS Terpadu dengan memperhatikan kemampuan awal tinggi. 3. Mengetahui keefektifan model pembelajaran Problem Based Learning

dibandingkan dengan model Discovery Learning dalam pencapaian hasil belajar IPS Terpadu dengan memperhatikan kemampuan awal rendah. 4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal

siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu.

5. Mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah. 6. Mengetahui keefektifan antara model pembelajaran Problem Based

(31)

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Secara teoritis

a. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang

menekankan pada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran IPS Terpadu;

b. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran IPS di satuan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP);

c. Sebagai pedoman peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan teori belajar yang lain dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang Sekolah Menegah Pertama (SMP) dimasa yang akan datang.

2. Secara praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan yang bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran.

b. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran tentang pemilihan variasi model pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu.

(32)

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu (Y), model Problem Based Learning (X1), model Discovery Learning (X2) dan kemampuan awal (variabel moderator).

2. Ruang lingkup subjek

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap. 3. Ruang lingkup tempat

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Batanghari Nuban. 4. Ruang lingkup waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

5. Ruang lingkup ilmu penelitian

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Hasil Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat interaksi individu dengan lingkungan. Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu melakukan kegiatan proses belajar baik secara langsung maupun tidak langsung dan secara sengaja maupun tidak sengaja. Dari proses belajar tersebut akan dihasilkan bentuk perubahan perilaku yang pada

umumnya disebut dengan hasil belajar. Tetapi agar hasil belajar yang

dihasilkan optimal, maka proses belajar perlu dilakukan dengan sadar, sengaja dan terorganisir dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Majid (2014: 63) belajar pada dasarnya adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif.

Menurut Djamarah dan Zain (2006: 38) belajar pada hakikatnya adalah

“perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya

(34)

kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Belajar adalah proses perubahan perilaku, yaitu perubahan yang terkait dengan aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skills). Pendapat ini diperkuat dengan pendapat Bell-Gledler dalam Karwono dan Mularsih (2012: 12) yang menyatakan belajar adalah proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skills) dan sikap (attitude) yang diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan. Sedangkan menurut Gagne dalam Karwono dan Mularsih (2012: 13) belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat

berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku.

Belajar pada dasarnya adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif. Aktivitas kognitif manusia meliputi persepsi atau pengamatan, tanggapan atau bayangan, asosiasi dan reproduksi, fantasi, memori atau ingatan, berpikir dan kecerdasan. Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa (Majid, 2014: 63-64).

Menurut Wittig dalam Majid (2014: 74) setiap proses belajar selalu berlangsung dalam 3 tahapan, antara lain :

a. actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi); b. storage (tahap penyimpanan informasi);

(35)

Proses belajar yang baik tentunya akan memperoleh hasil yang baik pula. Di bawah ini terdapat beberapa teori mengenai proses belajar antara lain.

a. Teori Behavioristik

Dalam teori ini, belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar apabila yang bersangkutan telah menunjukkan prilakunya.

Menurut teori ini yang terpenting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa dan respon adalah berupa tanggapan atau reaksi siswa tersebut. Teori ini diduga akan menjadikan siswa sebagai pribadi yang pasif (Karwono dan Mularsih, 2012: 54).

b. Teori Kognitif

Teori belajar kognitif memandang bahwa manusia merupakan makhluk belajar yang aktif dan selalu ingin tahu seperti makhluk sosial.

Pembentukan tingkah laku individu merupakan interaksi individu dengan lingkungannya (Karwono dan Mularsih, 2012: 72). Teori belajar ini lebih menekan bahwa belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia.

c. Teori Konstruktivisme

Menurut pandangan teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Reigeluth dalam Karwono dan Mularsih (2012: 54) menyatakan bahwa konsep

(36)

konstruk secara individual dan konstruk sosial oleh peserta didik sendiri berdasarkan pada interpretasi dan pengalamannya. Jadi dalam teori ini pembelajaran sebagai proses konstruk pengetahuan menekankan pada keaktifan siswa untuk membangun pengetahuan tersebut dalam pikirannya baik secara individual maupun sosial. Sedangkan guru hanya sebagai motivator dan fasilitator.

Proses belajar yang dialami oleh siswa akan menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan perilaku ini akan terjadi baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor siswa, yang akan terlihat pada hasil belajar siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Uno (2012: 17) hasil belajar adalah pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu.

Hasil belajar diperoleh dari adanya proses belajar. Dari proses belajar siswa akan memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai yang terjadi akibat adanya proses interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar serta dari pengalaman yang dimiliki siswa. Pendapat ini sesuai dengan pendapat

Dimyati dan Mudjiono (2006: 4) yang menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah karena berkat guru, pencapaian tujuan

pembelajaran, pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental

(37)

Menurut Hamalik (2008: 13) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik

sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Sedangkan menurut Sudjana (2010: 24) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Jadi dari beberapa pengertian diatas, maka hasil belajar merupakan hasil yang dimiliki siswa baik berupa perubahan pada kemampuan maupun keterampilan siswa yang diperoleh dari interaksi tindak belajar dan mengajar atau dari pengalaman belajarnya.

2. Pendekatan Saintifik (Scientific)

Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga dengan pendekatan ilmiah karena dalam proses pembelajarannya disamakan dengan proses ilmiah. Pendekatan ini bercirikan pada adanya dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, serta penjelasan tentang kebenaran dari suatu fenomena atau permasalahan. Pendekatan saintifik merujuk pada teknik-teknik pembelajaran investigasi pada suatu fenomena atau gejala, memperoleh pengalaman baru dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik ini, proses pembelajarannya diharapkan mampu mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik.

(38)

berperilaku ilmiah dengan melakukan kegiatan pembelajaran dengan mengamati, menanya, menalar, merumuskan, menyimpulkan dan

mengkomunikasikan penyelesaian dari permasalahan sehingga dengan cara demikian diharapkan peserta didik benar-benar menguasai materi yang dipelajari dengan baik.

Menurut Daryanto (2014: 51) mengungkapkan gagasan bahwa:

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif

mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomuniasikan konsep, hukum, atau prinsip yang

“ditemukan”.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,

menjelaskan dan menyimpulkan (Daryanto, 2014: 51). Pendapat tersebut sesuai dengan teori Dyer (dalam Sani, 2014: 53) yang menyatakan bahwa pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran memiliki komponen proses pembelajaran antara lain: mengamati, menanya,

mencoba/mengumpulkan informasi, menalar/asosiasi dan membentuk jejaring (melakukan komunikasi). Dari pendapat tersebut maka pendekatan saintifik diartikan sebagai suatu pendekatan dalam belajar yang dilakukan dengan mengamati suatu permasalahan yang ada, mengidentifikasi permasalahan, merumuskan permasalahan, mengumpulkan informasi serta menarik

(39)

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik ini memiliki aktivitas belajar yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa serta mengembangkan rasa ingin tahu siswa yang tinggi karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk mencari sendiri peyelesaian dari suatu permasalahan yang ada dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Berpusat pada siswa;

b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip;

c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa;

d. Dapat mengembangkan karakter siswa. (Daryanto, 2014: 53) Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada adanya keunggulan pendekatan tersebut. Di mana dalam pembelajaran yang

menggunakan pendekatan saintifik ini siswa diharapkan mampu merumuskan masalah dengan melakukan proses menanya, mengungkapkan gagasannya dan juga mampu untuk berpikir secara kritis dalam mengambil segala keputusan dalam penyelesaian suatu masalah. Hal ini ditunjukkan dalam beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik (Daryanto, 2014: 54) adalah

sebagai berikut.

a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa;

b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik;

c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan;

d. Diperoleh hasil belajar yang tinggi;

e. Untuk melatih siswa mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah;

(40)

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik ini merupakan suatu strategi pembelajan siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir secara kritis dengan menggunakan metode yang teruji secara ilmiah karena dikaitkan dengan masalah nyata. Dalam pendekatan ini guru dapat

mengidentifikasi perbedaan kemampuan siswa dari cara berpikirnya dalam menyelesaikan permasalahan dan keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran. Pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah berpusat pada siswa, di mana siswa diberi kesempatan untuk melatih kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir analisis dan kemampuan mengasimilasi dan mengakomodasi suatu konsep. Hal ini sesuai dengan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran yang memenuhi tiga prinsip utama (Majid, 2014: 96) yaitu:

a. belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar

berkelompok dan belajar berpusat pada siswa;

b. assessment, berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar;

c. keberagaman, mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan pendekatan keragaman. pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.

Sedangkan prinsip-prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran menurut Daryanto (2014: 58) adalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran berpusat pada siswa;

b. Pembelajaran membentuk students self concept; c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme;

d. Pembelajarn memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip;

e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa;

(41)

g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi;

h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

Pendekatan ilmiah (scientific approach) merupakan suatu teknik dalam merumuskan pertanyaan dan menjawab pertanyaan melalui kegiatan observasi, mencoba melaksanakan aktivitas atau melaksanakan percobaan. Menurut Majid (2014: 98-99) pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut.

a. Merumuskan pertanyaan;

b. Merumuskan latar belakang penelitian; c. Merumuskan hipotesis;

d. Menguji hipotesis melalui percobaan;

e. Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan;

f. Jika hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan laporan; g. Jika hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian lakukan

pengujian kembali.

Sedangkan langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran menurut Daryanto (2014: 59) meliputi menggali

informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta.

(42)

pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja tidak tergantung pada informasi searah dari guru saja.

3. Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Problem Based Learning merupakan proses pembelajaran yang dapat

membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian masalah pada dunia nyata secara terstruktur yang menuntut siswa untuk belajar secara aktif untuk melakukan penyelidikan dan penyelesaian masalah dengan bantuan guru sebagai fasilitator dan pembimbing. Pendapat ini didukung oleh pernyataan Sani (2014: 127) Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog. Permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Majid (2014: 162) pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana

belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan

(43)

Menurut Barrow dalam Huda (2013: 271) Problem Based Learning sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Jadi, pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. Sedangkan menurut Harrison dalam Wardoyo (2013: 72) Problem Based Learning adalah pengembangan kurikulum pembelajaran dimana siswa ditempatkan dalam posisi yang memiliki peranan aktif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi.

Model pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi siswa untuk berperan aktif di dalam kelas melalui aktivitas memikirkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya, menemukan prosedur yang diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, memikirkan situasi

kontekstual, memecahkan masalah dan menyajikan solusi masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran berbasis masalah menurut Abidin (2014: 161) adalah sebagai berikut.

a. Masalah menjadi titik awal pembelajaran;

b. Masalah yang digunakan dalam masalah adalah yang bersifat kontekstual dan otentik;

c. Masalah mendorong lahirnya kemampuan siswa berpendapat secara multiperspektif;

d. Masalah yang digunakan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan serta kompetensi siswa;

e. Model pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan belajar mandiri;

f. Problem based learning memanfaatkan berbagai sumber belajar; g. Problem based learning dilakukan melalui pembelajaran yang

menekan aktivitas kolaboratif, komunikatif dan kooperatif; h. Problem based learning menekankan pentingnya pemerolehan

(44)

i. Problem based learning mendorong siswa agar mampu berpikir tingkat tinggi: analisis, sintetis dan evaluatif;

j. Problem based learning diakhiri dengan evaluasi, kajian pengalaman belajar dan kajian proses pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan dan pengetahuan peserta didik dalam mencapai tujuan materi pembelajaran. Masalah yang diberikan kepada peserta didik dilakukan untuk memancing peserta didik agar merasa ingin tahu dengan permasalahan dan mencari konsep materi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan. Penerapan model ini diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kemandiriannya dalam pemecahan masalah dan

mengembangkan proses berpikir yang tinggi. Proses berpikir yang dapat dikembangkan oleh peserta didik dengan menerapkan Problem Based Leraning menurut Sani (2014: 128) adalah sebagai berikut.

a. Berpikir membuat perencanaan. Kemampuan membuat perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan sangat dibutuhkan dan akan semakin meningkat jika peserta didik dilatih memahami sebuah permasalahan yang kompleks dan berupaya untuk mencari solusinya; b. Berpikir generatif. Kemampuan berpikir generatif akan semakin

berkembang dalam upaya membuat inferensi berdasarkan fakta dan memikirkan pengetahuan apa yang harus digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan;

c. Berpikir sistematis. Setelah menentukan tindakan yang akan

dilakukan, peserta didik perlu mengumpulkan data/informasi melalui penyelidikan yang terorganisasi secara sistematis. Upaya

mengumpulkan, mengorganisasikan dan menelaah data/informasi akan meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir sistematis;

(45)

e. Berpikir sistemik. Kemampuan berpikir sistemik dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan dengan berpikir holistik melakukan sistesis informasi untuk memperoleh solusi yang dibutuhkan. Beberapa keunggulan Problem Based Learning yang dikemukakan oleh Delisle dalam Abidin (2014: 162) sebagai berikut.

a. Problem Based Learning berhubungan dengan situasi kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi bermakna;

b. Problem Based Learning mendorong siswa untuk belajar secara aktif; c. Problem Based Learning mendorong lahirnya berbagai pendekatan

belajar secara interdisipliner;

d. Problem Based Learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya; e. Problem Based Learning mendorong terciptanya pembelajaran

kolaboratif;

f. Problem Based Learning diyakini mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

Ada lima strategi yang dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) menurut Majid (2014: 162) yaitu: a. permasalahan sebagai kajian;

b. permasalahan sebagai penjajakan pemahaman; c. permasalahan sebagai contoh;

d. permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses; e. permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning memungkinkan siswa untuk terlibat dalam mempelajari hal-hal seperti permasalahan pada dunia nyata, keterampilan berpikir tingkat tinggi,

(46)

Problem Based Learning (PBL) menurut Daryanto (2014: 30-31) adalah sebagai berikut.

a. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

b. Pemodelan peranan orang dewasa. Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis dijumpai di luar sekolah.

c. Belajar pengarahan sendiri (self directed learning). Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, dibawah bimbingan guru.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) akan membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam mengatasi masalah, mempelajari keterampilan hidup belajar mandiri dan belajar kelompok serta mengembangkan pengetahuan dan inisiatif dalam belajar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arends dalam Sani (2014: 134) mengenai hasil belajar yang diperoleh dari pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.

Gambar 1: Hasil Belajar dari Pembelajaran Berbasis Masalah Keterampilan penyelidikan dan keterampilan mengatasi masalah

Perilaku dan keterampilan sosial sesuai peran orang dewasa

Keterampilan untuk belajar secara mandiri Pembelajaran

berbasis masalah

(47)

Tahapan pembelajaran yang dilakukan dengan model Problem Based Learning (Sani, 2014: 153) adalah sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan permasalahan kepada siswa atau siswa

mengajukan permasalahan yang relevan dengan topik yang akan dikaji. Permasalahan yang diajukan merupakan permasalahan kompleks yang kurang terstruktur dan terkait dengan situasi nyata atau kontekstual; b. Siswa mendiskusikan permasalahan dalam kelompok kecil. Kelompok

mengklarifikasi fakta dan mencari hubungan konsep yang relevan. Kelompok mengidentifikasi hal-hal yang belum mereka pahami dan perlu dipelajari untuk menyelesaikan masalah;

c. Siswa atau kelompok membuat perecanaan untuk menyelesaikan permasalahan. Anggota kelompok berbagi peran untuk mempelajari fakta dan konsep atau mempersiapkan kegiatan eksplorasi;

d. Masing-masing siswa melakukan penelusuran informasi atau observasi berdasarkan tugas yang telah ditetapkan dalam diskusi kelompok; e. Siswa kembali melakukan diskusi kelompok dan berbagi informasi.

Informasi atau pengetahuan yang diperoleh digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dikaji;

f. Kelompok menyajikan solusi permasalahan kepada teman sekelas. Penyajian solusi permasalahan harus dipersiapkan terlebih dahulu dan sebaiknya menggunakan teknologi informasi. Teman yang lain

menanggapi hasil kerja yang dipresentasikan;

g. Anggota kelompok melakukan pengkajian ulang terhadap proses penyelesaian masalah yang telah dilakukan dan menilai kontribusi dari masing-masing anggota. Proses penilaian diri dan penilaian teman dapat dilakukan pada tahap akhir sebagai metode refleksi bagi kelompok dan metode penilaian bagi guru.

4. Discovery Learning (Penemuan)

Pembelajaran Discovery Learning atau biasa disebut pembelajaran penemuan merupakan proses pembelajaran menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh peserta didik melalui pengamatan atau

percobaan. Pembelajaran penemuan ini membutuhkan guru sebagai

(48)

menemukan pengetahuan sendiri. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Djamarah dan Zain (2006: 19) Discovery Learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Sistem belajar mengajar dalam model ini guru

menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan

mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.

Menurut Johnson (dalam Soemanto, 2003: 228) Discovery Learning adalah usaha untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang lebih dalam. Sementara itu penjelasan lebih spesifik dinyatakan oleh Sund (dalam

Suryosubroto, 2002: 193) yaitu Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya: mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Model pembelajaran Discovery Learning dapat membantu siswa untuk

memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. Model pembelajaran ini menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan

(49)

Learning ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya, berpusat pada siswa, namun guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan guru pun dapat bertindak sebagai siswa dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

Penerapan model pembelajaran Discovery Learning juga membantu siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu dan

mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri, meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa, memungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar dan dapat mengembangkan bakat siswa.

Prosedur-prosedur penerapan model pembelajaran Discovery Learning (Djamarah dan Zain, 2006: 19-20) adalah sebagai berikut.

a. Simulation. Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan;

b. Problem statement. Anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian besar pemilihannya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan;

c. Data collection. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktian benar tidaknya hipotesis ini, anak didik diberi kesempatan untuk

mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya;

(50)

e. Verification atau pembuktian. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak;

f. Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu. Sedangkan tahapan pembelajaran Discovery Learning secara umum yang dapat diterapkan menurut Sani (2014: 99) adalah sebagai berikut.

a. Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi dan memberikan pembelajaran ringkas;

b. Guru mengajukan permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik yang dikaji;

c. Kelompok merumuskan hipotesis dan merancang percobaan atau mempelajari tahapan percobaan yang dipaparkan oleh guru, LKS atau buku. Guru membimbing dalam perumusan hipotesis dan

merencanakan percobaan;

d. Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan/ investigasi;

e. Kelompok melakukan percobaan atau pengamatan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis; f. Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data serta membuat

laporan hasil percobaan atau pengamatan;

g. Kelompok memaparkan hasil investigasi (percobaan atau pengamatan) dan mengemukakan konsep yang ditemukan. Guru membimbing peserta didik dalam mengkonstruksi konsep berdasarkan hasil investigasi.

Discovery Learning mempunyai beberapa keuntungan dalam belajar, antara lain siswa memiliki motivasi dari dalam diri sendiri untuk menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban-jawaban atas problem yang dihadapi mereka, siswa belajar untuk mandiri dalam memecahkan setiap masalah dan juga siswa memiliki keterampilan berpikir kritis dalam menganalisis dan mengelola informasi.

(51)

Beberapa kelebihan belajar Discovery menurut Ngalimun (2014: 41) sebagai berikut.

a. Ekonomis dalam menggunakan pengetahuan.

b. Memungkinkan siswa memandang isi dalam sebuah cara yag lebih realistik dan positif karena dapat menganalisis dan menerapka data untuk pemecahan masalah.

c. Secara intrinsik pendekatan ini sangat memotivasi siswa.

d. Memungkinkan hubungan siswa dan guru lebih hangat karena guru lebih bertindak sebagai fasilitator pembelajaran.

e. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah; f. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar

mengajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;

g. Melatih siswa belajar mandiri.

Discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima, tidak semua siswa mampu melakukan penemuan dan tidak berlaku untuk semua topik (Ngalimun, 2014: 41).

5. Kemampuan Awal

Kemampuan awal siswa merupakan kemampuan yang dipunyai oleh siswa sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Kemampuan awal menunjukkan status pengetahuan dan keterampilan siswa sekarang untuk menuju ke status yang akan datang yang diinginkan guru agar tercapai oleh siswa. Setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum proses pembelajaran dilakukan maka guru perlu mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan awal ini

(52)

disampaikan oleh guru. Dengan kemampuan ini dapat ditentukan dari mana pengajaran harus dimulai.

Gafur dalam Rismawati (2012: 31) mendefinisikan “kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan yang telah dimiliki siswa pada

saat memulai mengikuti suatu program pengajaran”. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Bloom dalam Rismawati (2012: 31) “kemampuan awal adalah pengetahuan, keterampilan dan kompetensi, yang merupakan prasyarat yang dimiliki untuk dapat mempelajari suatu pelajaran baru atau lebih lanjut”.

Kemampuan awal siswa dapat diketahui melalui tes awal (pre-test). Selain itu, kemampuan awal juga dapat diketahui dengan melakukan wawancara,

observasi dan memberikan kuesioner kepada peserta didik. Namun teknik yang paling tepat untuk mengetahui kemampuan awal siswa yaitu teknik tes. Sebelum memasuki pelajaran sebaiknya guru membuat tes awal. Tes awal adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan keterampilan yang diperlukan atau disyaratkan untuk mengikuti pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Gerlach dan Ely dalam Harjanto (2006: 128) “kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes

awal”. Yang didukung pendapat Rebber dalam Syah (2006: 121) yang

mengatakan bahwa “kemampuan awal merupakan prasyarat awal untuk

mengetahui adanya perubahan”.

(53)

sebagai perbandingan dengan hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran. Jadi, kemampuan awal sangat diperlukan untuk menunjang

pemahaman siswa sebelum diberi pengetahuan baru karena kedua hal tersebut saling berhubungan.

Pengetahuan awal menjadi syarat utama bagi seorang pembelajar.

Pengetahuan awal (prior knowledge) adalah sekumpulan pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidupnya, kemudian dibawa pada suatu pengalaman belajar baru. Konsepsi

prapembelajaran atau skema kognitif adalah konsepsi para siswa yang dapat dipakai sebagai pegangan awal oleh para guru dalam pembelajaran. Pada umumnya sebagian besar gagasan siswa tersebut masih merupakan pengetahuan sehari-hari yang belum menunjukkan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan awal (prior knowledge) didefinisikan sebagai struktur kognitif yang telah ada di kepala siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dinyatakan bahwa kemampuan awal dapat diambil dari nilai yang sudah didapat sebelum materi baru diperoleh.

(54)

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai pembanding atau acuan

dalam melakukan kajian penelitian. Hasil penelitian yang dijadikan

pembanding atau acuan dalam penelitian ini sebagai berikut.

Tabel 2. Penelitian Yang Relevan.

No Penulis Judul Skripsi Kesimpulan

1. Akhmad Afendi (2012)

Efektivitas Penggunaan Metode Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kelas X SMK Diponegoro Yogyakarta

Hasil penelitian ini diketahui bahwa keamampuan awal siswa sama,

ditunjukkan dengan mean 25, 96

untuk kelas eksperimen dan 25, 90 untuk kelas kontrol dari hasil pretest dan setelah kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda

mengalami kenaikan mean yaitu

57,12 untuk kelas eksperimen dan 41, 50 untuk kelas kontrol dari hasil posttest. Dari hasil uji-t perbedaan rata-rata dengan tingkat signifikan 0,05 diperoleh = 0,00 < 0,05 adalah 0,00. Karena 0,00 < 0,05 maka Ho ditolak, artinya rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan

pembelajaran discovery learning

lebih baik dari pembelajaran konvensional Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau dari Intelligence Quotient (IQ) Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ubud. (Tesis)

Hasil belajar Biologi siswa yang belajar dengan model

pembelajaran problem based learning lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung (FA = 4,36 dengan p < 0,05), untuk siswa yang memiliki IQ tinggi, hasil belajar Biologi siswa yang belajar dengan model

(55)

Tabel. 2 Lanjutan

No Penulis Judul Skripsi Kesimpulan

belajar dengan model

pembelajaran langsung lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model

pembelajaran problem based learning (F= 24,72 dengan p < 0,05), dan terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan IQ terhadap hasil belajar Biologi siswa (FAB = 4,35 dengan p < 0,05).

3. Rusmiyanto (2014)

Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar pada Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Jetis Kabupaten Mojokerto

Ada perbedaan hasil belajar bidang studi IPA/ fisika siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Jetis, sehubungan digunakannya model Problem Based Learning (PBL) dengan pembelajaran konvensional/ tanpa PBL,hasil uji hipotesis ditemukan nilai Fhitung sebesar 41,531 dan signifikansi sebesar 0,000, maka Ho ditolak dan H1 diterima.

4. Rini Siska (2014)

Penerapan Pendekatan Konstruktivis dengan Metode Guide Discovery Learning pada

Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMPN 4 Padang Panjang Tahun Ajaran 2013/2014

Ada perbedaan hasil belajar siswa yaitu ℎ� �� = 2.76 > 1,68 = (0,05∶55), maka �0 ditolak dan �1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pendekatan konstruktivis dengan metode Guide

Discovery Learning lebih baik daripada hasil belajar

(56)

Tabel 2. Lanjutan

No Penulis Judul Skripsi Kesimpulan

5. Chusnia Fadhila, dkk

(2013)

Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Sman 7 Malang

Hasil penelitian diperoleh nilai Fhitung sebesar 29,731 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha

diterima, berarti “ ada

pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan

berpikir tingkat tinggi siswa”.

Rata-rata kemampuan berpikir tingkat tinggi terkoreksi, siswa yang belajar dengan model PBL memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi 43,86% lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan model PBL.

C. Kerangka Pikir

Tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan belajar tergantung dari

pelaksanaan atau proses belajar tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat keberhasilan belajar salah satunya adalah penggunaan model

pembelajaran. Penerapan model pembelajaran yang tepat sangat menunjang

keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Namun pada kenyataannya, masih banyak guru yang menggunakan metode langsung yang bersifat teacher centered sehingga siswa tidak berperan aktif dalam pembelajaran. Saat ini penerapan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik mulai dilakukan oleh guru, karena sifat pembelajarannya student centered sehingga

(57)

Penelitian ini terdiri dari variabel independen (bebas), variabel dependen (terikat) dan variabel moderator. Variabel independen dalam penelitian ini ada dua, model pembelajaran Problem Based Learning sebagai X1 dan model pembelajaran Discovery Learning sebagai X2. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu (Y). Variabel

moderatornya adalah kemampuan awal siswa yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah.

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran berbasis masalah yang menyajikan masalah kontekstual sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar. Pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa ini,

(58)

Model pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Pada Discovery Learning masalah yang

diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Teori yang mendukung adalah teori penemuan Bruner. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya sehingga menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Teori penemuan Bruner

berdasarkan pendapat dari Piaget yang merupakan penggagas Teori Belajar Kognitif. Piaget menyatakan bahwa anak atau siswa harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas (dalam Riyanto, 2012: 12).

(59)

dimiliki sebelumnya. Dengan demikian, kemampuan awal siswa diduga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Tingkatan kemampuan awal terbagi menjadi dua yaitu kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah. Peneliti menduga bahwa dalam penelitian ini ada pengaruh yang berbeda dari kemampuan awal siswa yang berbeda dengan model pembelajaran yang berbeda terhadap hasil belajar IPS Terpadu.

Berdasarkan uraian tersebut diketahui perbedaan aktivitas belajar siswa yang diduga akan mempengaruhi perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning. Kedua model tersebut dianggap mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS Terpadu dan pada analisis data akan dikaitkan dengan kemampuan awal siswa. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(60)

D. Anggapan Dasar Hipotesis

Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti memiliki anggapan dasar, yaitu. 1. Seluruh siswa kelas VIII semester genap memiliki kemampuan akademis

yang relatif sama dalam mata pelajaran IPS Terpadu.

2. Kelas yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran Discovery Learning diajarkan oleh guru yang sama.

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar IPS Terpadu selain kemampuan awal siswa, model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran Discovery Learning, diabaikan.

E. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model Discovery Learning.

2. Hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model Discovery Learning pada siswa dengan kemampuan awal tinggi.

3. Hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya

(61)

dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model Discovery Learning pada siswa dengan kemampuan awal rendah.

4. Ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa pada pencapaian hasil belajar IPS Terpadu

5. Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan rendah.

(62)

III.METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian eksperiman merupakan suatu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan, variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol secara ketat (Sugiyono, 2013: 107). Menurut Arikunto (2006: 3) eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat

(hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.

Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experimental design). Penelitian eksperimen semu dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen. Metode ini

(63)

1. Desain Penelitian

Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah treatment by level design. Menurut Sukardi (2003: 16) penelitian ini banyak digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia. Pola treatment by level design

digunakan untuk variabel moderator (kemampuan awal) karena dalam hal ini hanya model pembelajaran yang diberi perlakuan terhadap hasil belajar.

Jenis pengaruh perlakuan terhadap Y (Hasil Belajar) dalam treatment by level design adalah:

a. Main Effect (Efek Utama) Efek utama A: A1 banding A2 Efek utama B: B1 banding B2 b. Interaction Effect (Efek Interaksi)

Efek interaksi A x B terhadap Y c. Simple Effect (Efek Sederhana)

Efek sederhana A: - A1B1 banding A2B1 - A1B2 banding A2B2 Efek sederhana B: - A1B1 banding A1B2

- A2B1 banding A2B2

Keterangan:

- A1 : Kelas Eksperimen

Gambar

Tabel 1. Hasil Belajar IPS Ujian Tengah Semester Ganjil Siswa Kelas VIII SMPN 3 Batanghari Nuban Tahun Pelajaran 2014/2015
Gambar 1: Hasil Belajar dari Pembelajaran Berbasis Masalah
Tabel 2. Penelitian Yang Relevan.
Tabel. 2 Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh strategi pembelajaran discovery learning (DL) dan problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar

Adapun langkah-langkah dalam penerapan model PBL dan Scientific yang menggunakan media grafis dalam perbaikan pembelajaran adalah (1) menyajikan masalah yang relevan dengan

Berdasarkan hasil analisa pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus t -test dua sampel independen maka diperoleh t hitung &gt;t tabel atau 2,468&gt;2,0105 dengan

Hal ini sejalan dengan pendapat tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan

adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) berbantu media

Dari batasan masalah yang diajukan maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimanakah Perbandingan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dan

Kreativitas siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang berkaitan dengan konteks kehidupan sehari-hari yang sesuai