• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Protein

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Protein"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Protein

Protein dibuat dari satu atau lebih rantai polipeptida yang terdiri dari banyak asam

amino yang dihubungkan oleh rantai peptida. Berat molekul protein bervariasi mulai

dari 5000 hingga satu juta atau lebih. Semua protein, tanpa memperhatikan fungsi atau

jenis dari sumbernya dibuat dari dua puluh asam amino, yang disusun dari rangkaian

yang bervariasi ( Lehninger, 1976).

Sumber protein di dalam makanan dapat dibedakan atas dua sumber yaitu

protein hewani dan nabati. Oleh karena struktur fisik dan kimia protein hewani sama

dengan yang dijumpai pada tubuh manusia, maka protein yang berasal dari hewan

mengandung semua asam amino dalam jumlah yang cukup membentuk dan

memperbaiki jaringan tubuh manusia. Kecuali pada kedelai, semua pangan nabati

mempunyai protein dengan mutu yang lebih rendah dibandingkan hewani (Agus

Krisno Budianto, 2009).

Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan, beras,

kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah – buahan. Beberapa makanan yang

mengandung protein serta kadar proteinnya dapat dilihat pada tabel (Anna poedjiadi,

1994).

2.5.1. Fungsi Protein

Berdasarkan fungsi biologinya, protein dapat diklasifikasikan sebagai enzim

(dehidrogenase, kinase), protein penyimpanan (feritin, mioglobin), protein pengatur

(protein pengikat DNA, hormon peptida), protein struktural (kolagen, proteoglikan),

(2)

(hemoglobin, lipoprotein plasma) dan protein kontraktil/ motil (aktin, tubulin) (Robert

K. Murray, 2003).

Protein yang mempunyai fungsi sebagai media perambatan impuls saraf ini

biasanya berbentuk reseptor; misalnya rodopsin, suatu protein yang bertinak sebagai

reseptor penerima warna atau cahaya pada sel – sel mata (Winarno, 1997).

2.5.2. Salting Out

Pertama – tama cara presipitasi isoelektrik, diikuti dengan metoda salting – out atau

pengendapan proteinnya dengan menurunkan konstanta dielektrik dari medium

dengan etanol. Protein pengotor lain dapat dihilangkan dengan cara denaturasi selektif

atau koagulasi. Pada tahap terakhir dilakukan dengan metoda kromatografi dan

elektroforesa, untuk mendapatkan protein yang murni (Wirahadikusumah, 1977).

2.5.3. Analisa Protein Secara Kualitatif 1. Reaksi Xantoprotein

Reaksi untuk melihat adanya gugus fenil pada molekul protein, gugus fenil dengan

asam nitrat membentuk senyawa nitro yang berwarna kuning setelah dipanaskan.

2. Reaksii Sakaguchi

Reaksi ini berdasarkan adanya gugus guanidin dengan reagensia Sakaguchi,

memberikan warna merah.

3. Reaksi Millon

Reaksi ini berdasarkan inti fenol bereaksi dengan reagensia Millon, memberikan

warna merah.

4. Metode Biuret

Reaksi ini berdasarkan adanya dua atau lebih ikatan peptida dengan reagensia

Biuret memberikan warna lembayung (Pantjita H, 1993).

5. Reaksi Natriumnitroprusida

Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah

dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein yang mengandung

(3)

6. Reaksi Hopkins – Cole

Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan asam

kuat dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang mengandung

triptofan dapat direaksikan dengan pereaksi Hopkins – Cole hingga membentuk

lapisan di bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu

pada batas antara kedua lapisan tersebut (Anna Poedjiadi, 1994).

2.5.4. Analisa Protein Secara Kuantitatif 1. Metode Biuret.

Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan

CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa – senyawa yang

mengandung gugus amida asam.

2. Metode Lowry

Protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana alkalis akan

memberikan warna biru yang intensitasnya bergantung pada konsentrasi yang

ditera. Kosentrasi protein diukur berdasarkan optik density pada panjang

gelombang 600 nm.

3. Metode Spektrofotometer UV

Kebanyakan protein mengabsorpsi sinar ultraviolet maximum pada 280 nm. Hal

ini terutama oleh adanya asam amino tirosin triptofan dan fenilalanin yang ada

pada protein tersebut.

4. Metode Turbidimeter

Kekeruhan akan terbentuk dalam larutan yang mengandung protein apabila

ditambahkan bahan pengendap protein misalnya TCA, K4Fe(CN)6 atau asam

sulfosalisilat. Tingkat kekeruhan diukur dengan alat turbidimeter.

5. Penentuan Protein dengan Titrasi Formol

Larutan protein dinetralkan dengan basa NaOH, kemudian ditambahkan formalin

akan membentuk dimethilol. Indikator yang digunakan adalah PP, akhir titrasi bila

tepat terjadi perrubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang dalam 30

(4)

6. Metode Kjeldahl

Prinsip metode Kjeldahl adalah mula – mula bahan didekstruksi dengan asam

sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Ammonia

yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Metode Kjeldahl

pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimikro.

Cara makro – Kjeldahl digunakan untuk sampel yang sukar dihomogenisasi dan

besarnya 1– 3 gram, sedangkan semimikro – Kjeldahl dirancang untuk sampel

yang berukuran kecil, yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen (Maria

Bintang, 2010).

1. Tahap Destruksi

Pada tahap ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi

destruksi menjadi unsur – unsurnya.Elemen karbon, hydrogen teroksidai menjadi

CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya ( N ) akan berubah menjadi

(NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses dekstruksi sering ditambahkan katalisator

selenium. Dengan penambahan bahan katlisator tersebut titik didih asam sulfat

akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Suhu destruksi berkisar

antara 370 – 4100 C. Proses destruksi sudah selesai apabila larutan menjadi jernih

atau tidak berwarna lagi.

2. Tahap Destilasi

Pada tahap destilasi ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia ( NH3) dengan

penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Ammonia yang dibebaskan

selanjutnya ditangkap oleh larutan asam standar.Asam standar yang dipakai

adalah asam borat 3 % dalam jumlah yang berlebihan. Untuk mengetahui asam

dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG + MR dan atau

PP. Destilasi diakhiri bila sudah semua ammonia terdestilasi dengan ditandai

destilat tidak bereaksi basis.

3. Tahap Titrasi

Banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan

titrasi menggunakan asam klorida 0,1 N

% N = ����� ( ������−������ )

����������� (�)1000 x N HCl x 14,008 x 100 %

Setelah diperoleh % N selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan

suatu faktor : % P = % N x faktor konversi

(5)

2.2. Multi Purpose Food (MPF)

Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai usaha untuk

mengatasi masalah ketergantungan pada suatu bahan pangan pokok saja (Suyarno, E.,

1989). MPF (Multi Purpose Food) merupakan teknologi tepat guna yang mempunyai

tujuan untuk menciptakan makanan baru yang mempunyai nilai gizi yang baik,

menciptakan makanan yang lezat dan bernilai ekonomis rendah dan menciptakan

makanan yang siap saji tetapi mempunyai mutu yanga tinggi untuk memenuhi

kebutuhan manusia dalam bidang pangan.

Menurut W.C. Rose 1950 bahwa MPF mempunyai 4 fungsi yaitu :

1. Konsumsi protein boleh dipenuhi oleh protein nabati

2. Peningkatan nilai gizi bahan makanan yang rendah nilai gizinya

3. Pemanfaatan bahan makanan rendah nilai gizi

4. Diversifikasi bahan pangan.

Yang dimaksud dengan penganekaragaman pangan adalah upaya untuk

mengankeragamkan pola konsumsi pangan masyarakat dalam rangka meningkatkan

mutu gizi makanan yang dikonsumsi pangan masyarakat dalam rangka meningkatkan

mutu gizi makanan yang dikonsumsi yang pada akhirnya akan meningkatkan status

gizi penduduk. Pola konsumsi pangan, yang lebih banyak menekankan ebergi berasal

dari karbohidrat didorong untuk berubah ke arah pola sesuai dengan Pedoman Umum

Gizi seimbang (PUGS), (Sunita Almatsier, 2004).

2.3. Kacang Kedelai

Kedelai ini merupakan sumber protein yang penting bagi manusia. Kedelai dapat

digunakan untuk berbagai macam keperluan. Untuk makanan manusia, makanan

ternak, dan untuk bahan industri. Di Indonesia penggunaan kedelai masih terbatas

(6)

2.3.1. Klasifikasi Tanaman Kedelai

Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan

Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa botani yang dapat diterima

dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai

sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Familia : Papilionaceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merill

2.3.2. Morfologi Tanaman Kedelai

Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman

semusim. Kedelai berakar tunggang, pada tanah gembur akar kedelai dapat sampai

kedalaman 150 cm. Pada akarnya terdapat bintil – bintil akar, berupa koloni dari

bakteri Rhizobium japonikum. Kedelai berbatang semak, dengan tinggi batang antara

30 – 100 cm. Setiap batang dapat membentuk 3 – 6 cabang. Bunga kedelai termasuk

bunga sempurna, artinya dalam setiap bunga terdapat alat jantan dan alat betina.

Bunga terletak pada ruas – rusa batang, berwarna ungu atau putih. Buah kedelai

berbentuk polong, setiap buah berisi 1 – 4 biji. Rata – rata berisi 2 biji. Polong kedelai

mempunyai bulu, berwarna kuning kecoklatan atau abu – abu.

2.3.3. Syarat – Syarat Tumbuh

Indonesia mempunyai iklim tropis yang cocok untuk pertumbuhan kedelai, karena

kedelai menghendaki hawa yang cukup panas. Pada umumnya pertumbuhan kedelai

sangat ditentukan oleh ketinggian tempat dan biasanya akan tumbuh baik pada

ketinggian tidak lebih dari 500 m di atas permukaan laut. Suhu yang cukup tinggi dan

curah hujan yang kurang, atau sebaliknya pada suhu yang rendah dan curah hujan

yang berlebihan menyebabkan turunnya kualitas biji kedelai yang dihasilkan. Suhu

(7)

banyak keuntungan. Pertumbuhan yang optimal dapat diperoleh dengan menanam

kedelai pada bulan – bulan kering asal kelembapan tanah masih cukup terjamin

(Suprapto HS, 2001).

2.3.4. Jenis – Jenis Kacang Kedelai

Jenis kedelai dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu : kedelai kuning, kedelai hitam

kedelai hijau, kedelai coklat. Jenis-jenis kedelai tersebut dapat didefinisikan sebagai

berikut:

฀ Kedelai kuning adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna kuning, putih atau hijau,

yang bila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning pada irisan keping

bijinya.

฀ Kedelai hitam adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hitam. Kedelai hitam

inilah yang biasanya dijadikan kecap.

฀ Kedelai hijau dalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hijau yang bila dipotong

melintang memperlihatkan warna hijau pada irisan keping bijinya.

฀ Kedelai coklat adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna coklat

2.3.5. Kriteria Mutu Kedelai

Untuk memperoleh produk olahan kedelai yang bermutu baik, biji kedelai yang

diperdagangkan harus memenuhi dua persyaratan yang telah ditetapkan oleh

Departemen Perdagangan, yaitu persyaratan umum dan persyaratan pokok.

1. Persyaratan umum

Persyaratan biji kedelai sebagai bahan baku pangan secara umum sebagai berikut :

 Bebas dari sisa tanaman, baik berupa kulit polong, potongan batang, ranting, batu,

kerikil, tanah, atau biji – biji yang lain.

 Biji kedelai tidak terdapat luka atau bebas serangan hama dan penyakit.  Biji tidak memar, rusak atau keriput.

2. Persyaratan pokok

Ada tiga tingkatan mutu kedelai yang telah diklarifikasi yaitu mutu I, mutu II, dan

(8)

Tabel. 2.1. Kriteria Mutu Kedelai

Kriteria ( % bobot ) Mutu I Mutu II Mutu III

Kadar air maksimal 13 14 16

Kotoran maksimal 1 2 5

Butiran rusak 2 3 5

Butiran keriput 0 5 8

Butiran pecah 1 3 5

Butir warna lain 0 5 10

Sumber : (AAK, 2002)

2.3.6. Manfaat Kacang Kedelai

Kedelai bisa diolah menjadi bahan makanan, minuman serta penyedap cita rasa

masakan. Di pasar – pasar, kedelai dijajakan dalam bentuk rebusan, dan diberi sedikit

gula sehingga rasanya manis dan sangat disukai anak – anak. Sebagai bahan makanan

pada umumnya kedelai tidak langsung dimasak, melainkan diolah terlebih dahulu,

sesuai dengan kegunaannya, misalnya dibuat tempe dan tahu, kedelai juga dibuat

kecap, taoco, taoge bahkan diolah secara modern menjadi susu dan minuman sari

kedelai, kemudian dikemas di dalam botol (AAK, 2002).

2.3.7. Kandungan Gizi Kacang Kedelai

Sebagai makanan, kedelai sangat berkhasiat bagi pertumbuhan dan menjaga kondisi

sel – sel tubuh. Kedelai banyak mengandung unsur – unsur dan zat – zat makanan

[image:8.595.107.505.103.219.2]

penting seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel.2.2. Kandungan Zat – Zat Makanan Pada Kedelai

Sumber : (AAK, 2002). Unsur zat – zat

Makanan

Kedelai Putih ( % )

Kedelai Hitam ( % ) Air

Protein Lemak Karbohidrat Mineral

13,75 41,00 15,80 14,85 5,25

(9)

2.4. Kecap

Kecap adalah

hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah

kedelai atau kedelai hitam. Namun adapula kecap yang dibuat dari bahan dasar air

kelapa yang umumnya berasa asin. Kecap manis biasanya kental dan terbuat dari

kedelai hitam bahkan air kelapa, kecap juga dapat dibuat dari ampas padat dari

pembuatan

Tabel. 2.4. Komposisi zat gizi kecap kedelai dalam 100 gram

N0 Zat gizi Kecap

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Energi Air Protein Lemak Karbohidrat Serat Abu Kalsium Besi Vitamin B1 Vitamin B2 86 kalori 57,4 gram 5,5 gram 0,6 gram 15,1 gram 0,6 gram 21,4 gram 85 mg 4,4 mg 0,04 mg 0,17 mg

Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI, 1979

Kecap termasuk bumbu makanan berbentuk cair, berwarna coklat kehitaman,

serta memiliki rasa dan aroma yang khas.

2.4.1. Prosedur Pembuatan Kecap Kedelai

1. Penyortiran : Menyiapkan biji kedelai hitam yang tua. Bebas dari sisa tanaman

batu, kerikil, tanah, biji kedelai tidak luka, bebas serangan hama dan penyakit,

tidak memar atau rusak, kulit biji tidak keriput. Caranya biji kedelai diletekan

pada tampah kemudian di tampi.

2. Pencucian : Setelah disortir, kedelai dicuci dengan air bersih.

3. Perebusan : Perebusan dilakukan selama 2 jam. Caranya biji kedelai

dimasukan ke dalam panci kemudian direbus dengan kompor. Banyaknya air

(10)

4. Penirisan : Penirisan dilakukan dengan menggunakan kalo selama 0,5 – 1 jam

sampai kedelai dingin.

5. Penjamuran : Setelah kedelai dingin dilakukan penjamuran menggunakan laru

kecap dengan perbandingan 1 kg bahan membutuhkan 1 gram laru jenis

Rhizopus.Sp.

6. Penggaraman : Biji kedelai yang telah berjamur dimasukan dalam larutan

garam 20 %. Maksudnya mencampur 200 gram garam kedalam air 1 liter.

Sebagai patokan untuk 1 kg bahan membutuhkan 4 liter larutan garam 20 %.

7. Penyaringan I : Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan

kalo. Hasil utamanya berupa filtrat, sedangkan hasil sampingnya berupa

ampas.

8. Perebusan II : Sebelum direbus, kedalam filtrat ditambahkan gula kelapa yang

dicairkan, bumbu-bumbu penyedap dan air bersih. Sebagi patokan untuk 1

liter filtrat membutuhkan 2 kg gula kelapa yang telah dicairkan atau larutkan

dalam 0,5 liter air.

.9. Penyaringan II : Selanjutnya dilakukan penyaringan II dengan menggunakan

kain penyaring.

10. Pembotolan : Pembotolan dengan menggunakan botol yang bersih. Kemudian

cairan kecap dimasukan ke dalam botol dan di tutup rapat

2.4.2. Limbah Kecap

Salah satu jenis industri pertanian yang cukup berkembang dan potensial mencemari

lingkungan adalah industri kecap. Diketahui bahwa limbah dari industri kecap

merupakan padatan terapung yang mengandung 27,26% protein, 24,30 % lemak,

28,83 % karbohidrat dan kadar garam yang cukup tinggi (Widayati, 1996).

Selain itu juga dihasilkan limbah cair yang berasal dari bahan baku atau bahan

pembantu yang digunakan. Apabila padatan itu dibuang ke perairan (sungai atau

danau) maka akan terjadi pengendapan. Kemudian akan terurai secara perlahan

(11)

mengganggu daerah pembiakan ikan bahkan dapat mematikan kehidupan makhluk air

di sepanjang aliran sungai tersebut (Lubis, 1997).

2.5. Ubi kayu

Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adala

tahunan tropika dan subtropika dari keluarga

sebagai

Klasifikasi ilmiah,

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Euphorbiaceae

Upafamili : Crotonoideae

Bangsa : Manihoteae

Genus : Manihot

Spesies : M. Esculenta

Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan

daunnya sebagai sayuran. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning –

kuningan.Umbi singkong tidak tahan disimpan meskipun ditempatkan di lemari

pendingin (

Tinggi tanaman singkong mencapai 1,5 – 3 m. Singkong banyak ditanam di

sawah, kebun, dan pekarangan. Batangnya lunak. Daun bertangkai panjang metah atau

hijau. Helaian daun seperti telapak tangan dengan jari 3 – 7 buah..umbi dan daun

mengandung minyak asiri, gom, saponin, flavonoid, dan sulfur (Daniel Mangonting,

dkk, 2005 ).

Singkong yang berbahaya untuk dikonsumsi adalah umbi yang kulitnya cacat,

terluka atau terpotong. Keadaan kulit yang demikian menyebabkan enzim linase yang

(12)

menghasilkan asam sianida. Bila singkong yang sudah dalam keadaan yang demikian

itu dikonsumsi juga maka konsumen tidak dapat terhindar dari keracunan asam

sianida (Batunahal PP Gultom & Dina A.S, 2003).

Tabel. 2.5. Komposisi Nutrien Ubi Kayu ( per 100 gram bahan )

Komponen Kadar

Kalori 146,00 kal

Air 62,50 gram

Phospor 40,00 mg

Karbohidrat 34,00 gram

Kalsium 33,00 mg

Vitamin C 30,00 mg

Protein 1,20 gram

Besi 0,70 mg

Lemak 0,30 gram

Vitamin B1 0,06 mg

Berat dapat dimakan 75,00

Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI, 1979

2.6. Kerupuk

Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka

dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk udang dan kerupuk ikan

adalah jenis kerupuk yang paling umum dijumpai di Indonesia. Kerupuk berharga

murah seperti kerupuk aci atau kerupuk mlarat hanya dibuat dari adonan sagu

dicampur garam, bahan pewarna makanan, dan vetsin

Kerupuk adalah bahan kering berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan

yang bahan utamanya adalah pati. Berbagai bahan berpati dapat diolah menjadi

kerupuk, diantaranya adalah ubi kayu, ubi jalar, beras sagu, tapioka dan talas. Pada

umumnya pembuatan kerupuk adalah sebagai berikut : bahan berpati dilumatkan

bersama atau tanpa bumbu, kemudian dimasak (direbus atau dikukus) dan dicetak

berupa lempengan tipis yang disebut kerupuk kering. Sebelum dikonsumsi. Keripik

(13)

2.7. Wortel

Wortel merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dapat digunakan untuk

membuat bermacam – macam masakan, misalnya sup, capcai, bistik, kari, mie, dan

sebagainya. Sebagai bahan pangan, umbi wortel mengandung nilai gizi yang tinggi.

Kandungan zat – zat gizi yang terdapat pada umbi wortel secara terperinci dapat

dilihat dalam tabel berikut :

Tabel.2.6. Kandungan Nilai Gizi dan Kalori dalam Umbi Wortel per 100 g Bahan Segar

No. Jenis Zat Gizi Jumlah

1. Kalori (kal.) 42,00

2. Protein (g) 1,20

3. Lemak (g) 0,30

4. Karbohidrat (g) 9,30

5. Kalsium (mg) 39,00

6. Fosfor (mg) 37,00

7. Besi (mg) 0,80

8. Natrium (mg) 32,00

9. Serat (g) 0,90

10. Abu (g) 0,80

11. Vitamin A (SI) 12.000,00

12. Vitamin B- 1 (mg) 0,06

13. Vitamin B- 2 (mg) 0,04

14. Vitamin C (mg) 6,00

15. Niacin (mg) 0,60

16. Air (g) 88,20

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1981) dan Food and Nutrition Research Center

Handbook No 1, Manila (1964) dalam Rahmat Rukmana (1995).

Dari data kandungan nilai gizi tersebut, terlihat bahwa wortel sangat kaya akan

vitamin, yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mata dan memelihara jaringan

epitel, yakni jaringan yang ada di permukaan kulit. Selain zat – zat gizi, umbi wortel

juga mengandung zat – zat lain, antara lain alkaloida akonitina atau asetbencilakonin,

(14)

Selain digunakan sebagai bahan pangan wortel juga dapat berfungsi sebagai

bahan pewarna pangan alami dengan jalan menepungkannya (mengolah umbi menjadi

tepung) terlebih dahulu. Wortel dapat pula diolah menjadi minuman sari wortel

dengan jalan mengekstrak hasil parutan wortel. Penyajian lainnya adalah dibuat

manisan dengan mencampurkan gula putih, essens, dan asam sitrat (Nur Berlian,

1995).

2.8. β – Karoten

Wortel memiliki kandungan gizi yang banyak diperlukan oleh tubuh terutama sebagai

sumber vitamin A. Umbi wortel banyak mengandung vitamin A yang disebabkan oleh

tingginya kandungan karoten, yakni suatu senyawa kimia pembentuk vitamin A atau

provitamin A. Senyawa ini pula yang membuat umbi wortel berwarna kuning

kemerahan. Wortel juga dapat bermanfaat sebagai salah satu obat untuk serangan

jantung dan penyempitan pembuluh darah. Beta – karoten yang terkandung dalam

wortel terbukti bermanfaat untuk mengurangi resiko kedua jenis penyakit tersebut

(Nur Berlian, 1995).

Analisa Kuantitaif β – Karoten

Kadar β – Karoten biasanya ditentukan dengan menggunakan metode spektrofometri ultraviolet – visible pada panjang gelombang 446 nm ( Imelda Siahaan, 2007).

2.9. Uji Organoleptik

Uji organoleptik adalah penilaian penggunaan indera, penilaian menggunakan

kemampuan sensorik, tidak dapat diturunkan pada orang lain. Salah satu cara

pengujian organoleptik adalah dengan metode uji pencicipan yang disebut juga

dengan “Acceptance Test”. Uji pencicipan menyangkut penilaian seseorang akan

suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang menyenangi. Dalam

(15)

Seleksi sangat penting untuk mengembangkan deskriptif efektif sensoris dari

panelis. Pilih panelis berdasarkan karakteristik pribadi tertentu dan potensi

kemampuan dalam menjalankan tugas sensorik tertentu. Sertakan dalam kriteria

seleksi kesehatan, ketertarikan, ketepatan waktu ketersediaan, dan kemampuan verbal.

Tes yang paling umum digunakan untuk mengukur tingkat menyukai suatu sampel

adalah skala hedonik. Istilah hedonik didefinisikan sebagai "harus melakukan dengan

senang hati ". Skala serangkaian pernyataan atau titik dimana panelis menyatakan

tingkat menyukai atau tidak menyukai sampel.

Pengukuran nilai organoleptik dari kerupuk dilakukan dengan metode

kesukaan memakai angka hedonik dan numerik. Dalam penelitian nilai organoleptik

ditentukan dengan skala yang terdapat pada tabel berikut (Elizabeth Larmond, 1987).

Tabel 2.7. Uji Kesukaan dengan Skala Hedonik

Uji Kesukaan (Skala Hedonik) Skala Numerik

Amat Sangat Suka 5

Sangat Suka 4

Suka 3

Kurang Suka 2

Gambar

Tabel.2.2. Kandungan Zat – Zat Makanan Pada Kedelai
Tabel. 2.5. Komposisi Nutrien Ubi Kayu ( per 100 gram bahan )
Tabel.2.6. Kandungan Nilai Gizi dan Kalori dalam Umbi Wortel per 100 g
Tabel 2.7. Uji Kesukaan dengan Skala Hedonik

Referensi

Dokumen terkait

Asam amino yang terdapat dalam molekul protein tidak semua dapat dibuat oleh.

Asam amino dihubungkan dengan ikatan peptida yang terbentuk dengan reaksi kondensasi antara gugus karboksil pada satu asam amino dengan gugus amino pada asam

Protein merupakan polimer dari monomer- monomer asam amino yang dihubungkan satun. sama lain dengan

Kapasitas protein untuk menahan air dipengaruhi oleh jenis dan jumlah dari gugus polar pada rantai polipeptida protein (Zayas, 1997). Asam amino diklasifikasikan

air dipengaruhi oleh jenis dan jumlah dari gugus polar pada rantai polipeptida protein (Zayas 1997). Asam amino diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya untuk mengikat air yaitu : 1)

Polipetida ialah peptida yang molekunya terdiri dari banyak molekul

14 bagian hidrofobik pada molekul protein sehingga menyebabkan protein terurai menjadi rantai polipeptida yang panjang, yakni merubah protein dari struktur sekunder, tersier,

Pada pasien sakit kritis juga terjadi peningkatan oksidasi asam amino esensial yang dihasilkan dari pemecahan protein, khususnya asam amino rantai cabang, sementara fraksi