PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN MINYAK NILAM DENGAN KAPASITAS
PRODUKSI 900 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia
Oleh :
SUKI RUCI PUJIATI
NIM : 025201023
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN MINYAK NILAM DENGAN KAPASITAS
PRODUKSI 900 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia
Oleh :
SUKI RUCI PUJIATI NIM : 025201023 Telah Diperiksa/Disetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Rosdanelli HSB, MT. Dr. Ir. Iriany, Msi. NIP : 132 096 129 NIP : 131 882 286 Dosen Penguji I Dosen Penguji II Dosen Penguji III
Dr. Ir. Rosdanelli HSB, MT. Dr.Eng.Ir. Irvan, MSi. Maya Sarah, ST, MT. NIP : 132 096 129 NIP : 132 126 842 NIP : 132 282 134
Mengetahui, Kordinator Tugas Akhir
Dr.Eng.Ir. Irvan, MSi. NIP : 132 126 842
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas kehendak dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Ninyak Nilam dengan Kapasitas Produksi 900 ton/tahun .”
Tugas akhir disusun untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti ujian sarjana pada Program Studi Teknologi Kimia Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Rosdanelli HSB, MT sebagai dosen pembimbing I serta dosen penguji I yang telah membimbing, memberi masukan dan arahan, kritik, dan saran selama menyelesaikan tugas akhir.
2. Ibu Dr.Ir. Iriany, Msi sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberi masukan selama menyelesaikan tugas akhir.
3. Bapak Dr. Eng. Ir. Irvan, MSi sebagai koordinator tugas akhir Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, USU serta sebagai dosen penguji II yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan tugas akhir.
4. Ibu Maya Sarah, ST, MT sebagai dosen pembimbing III yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan tugas akhir.
5. Bapak Ir. Indra Surya, MSc, sebagai ketua Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik USU.
8. Rekan-rekan stambuk 2002 seperti Amanda, Henriquest, Aulia, Reza, Eka yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis.
9. Seluruh Staff pengajar dan pegawai pada Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik USU.
10.Serta pihak-pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya.
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang konstruktif demi kesempurnaan penulisan tugas akhir ini. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembacanya terutama mahasiswa/i.
Medan, 27 Desember 2007
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
INTISARI ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Perumusan Masalah ... I-3 1.3 Tujuan Pra – Rancangan Pabrik ... I-3 1.4 Batasan Masalah ... I-4 1.5 Manfaat Pra – Rancangan Pabrik ... I-4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1
2.1 Tanaman Nilam ... II-1 2.2 Minyak Nilam ... II-3 2.3 Kegunaan Minyak Nilam ... II-8 2.4 Metode Pemisahan Minyak Nilam ... II-8 2.5 Pemilihan Proses Penyulingan ... II-10 2.6 Deskripsi Proses ... II-11 BAB III NERACA MASSA ... III-1 BAB IV NERACA PANAS ... IV-1 BAB V SPESIFIKASI ALAT ... V-1 BAB VI INSTRUMEN DAN KESELAMATAN KERJA ... VI-1
6.1 Instrumentasi ... VI-1 6.2 Keselamatan Kerja Pabrik ... VI-6 BAB VII UTILITAS ... VII-1
7.5 Kebutuhan Bahan Bakar ... VII-9 7.6 Unit Pengolahan Limbah ... VII-12 7.7 Spesifikasi Peralatan Utilitas ... VII-12 BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ... VIII-1 8.1 Lokasi Pabrik ... VIII-1 8.2 Tata Letak Pabrik ... VIII -5 8.3 Perincian Luas Tanah ... VIII -6 BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN ... IX-1
9.1 Pengertian Organisasi dan manajemen ... IX-1 9.2 Bentuk Badan Usaha ... IX-1 9.3 Bentuk Struktur Organisasi ... IX-2 9.4 Uraian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab ... IX-4 9.5 Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... IX-6 9.6 Kesejahteraan Tenaga Kerja ... IX-8 BAB X ANALISA EKONOMI ... X-1
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
INTISARI
Nilam merupakan termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti tanaman herba lainnya yang dapat dimanfaatkan, seperti dalam industri minyak wangi, pewangi kertas tisu, campuran detergent pencuci pakaian, dan pewangi ruangan. Proses pembuatan minyak nilam meliputi dua tahap yaitu tahap ekstraksi, dan pemisahan dengan menggunakan flash drum. Produk sisa dari proses ini adalah ampas daun nilam yang masih bisa dijadikan pupuk kompos.
Minyak Nilam diproduksi 900 ton/tahun dengan 300 hari kerja dalam satu tahun. Lokasi pabrik direncanakan di Lhok Sukon, Nanggroe Aceh Darussalam, dengan luas areal 7.555 m2, tenaga kerja yang dibutuhkan berjumlah 80 orang dengan bentuk badan usaha terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang direktur dengan struktur organisasi sistem garis.
Hasil analisa ekonomi Pabrik Minyak Nilam sebagai berikut : -Total modal investasi : Rp 333.812.130.201,-
- Biaya produksi : Rp 546.499.102.212,- - Hasil penjualan per tahun : Rp. 715.087.295.352,- - Laba bersih : Rp 118.037.985.198,- - Profit Margin : 23,58 %
- Break even point (BEP) : 17,60 % - Return of Investment : 35,36 %
- Pay Out Time : 1,87 tahun - Internal Rate of Return : 43,80 %
INTISARI
Nilam merupakan termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti tanaman herba lainnya yang dapat dimanfaatkan, seperti dalam industri minyak wangi, pewangi kertas tisu, campuran detergent pencuci pakaian, dan pewangi ruangan. Proses pembuatan minyak nilam meliputi dua tahap yaitu tahap ekstraksi, dan pemisahan dengan menggunakan flash drum. Produk sisa dari proses ini adalah ampas daun nilam yang masih bisa dijadikan pupuk kompos.
Minyak Nilam diproduksi 900 ton/tahun dengan 300 hari kerja dalam satu tahun. Lokasi pabrik direncanakan di Lhok Sukon, Nanggroe Aceh Darussalam, dengan luas areal 7.555 m2, tenaga kerja yang dibutuhkan berjumlah 80 orang dengan bentuk badan usaha terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang direktur dengan struktur organisasi sistem garis.
Hasil analisa ekonomi Pabrik Minyak Nilam sebagai berikut : -Total modal investasi : Rp 333.812.130.201,-
- Biaya produksi : Rp 546.499.102.212,- - Hasil penjualan per tahun : Rp. 715.087.295.352,- - Laba bersih : Rp 118.037.985.198,- - Profit Margin : 23,58 %
- Break even point (BEP) : 17,60 % - Return of Investment : 35,36 %
- Pay Out Time : 1,87 tahun - Internal Rate of Return : 43,80 %
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak nilam tergolong dalam minyak atsiri dengan komponen utamanya adalah patchoulol. Daun dan bunga nilam mengandung minyak nilam, tetapi orang biasanya mendapatkan minyak nilam dari penyulingan uap terhadap daun keringnya. Minyak ini banyak digunakan dalam industri minyak wangi, karena sifat aromanya yang kuat. Minyak nilam ini juga digunakan sebagai pewangi kertas tisu, campuran detergent pencuci pakaian, dan pewangi ruangan. Sepertiga produk minyak wangi dunia memakai minyak nilam, sehingga kebutuhan minyak nilam terus meningkat. Fungsi minyak nilam yang lain adalah sebagai bahan utama pengusir serangga perusak pakaian. Aroma minyak nilam dianggap mewah menurut persepsi orang Eropa, tetapi orang sepakat bahwa aromanya bersifat menenangkan. (www.wikipediaIndonesia-Nilam. )
Negara Indonesia pada saat ini menitik beratkan pembangunan dalam bidang perekonomian dengan memperioritaskan pada sektor industri dan pertanian. Perencanaan pembangunan nasional akan diarahkan pada penguatan struktur industri yang didukung dengan kemampuan teknologi semakin tinggi yang dapat
meningkatkan kemakmuran dan pendapatan serta mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Pada dasarnya pembangunan di sektor industri bertujuan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian nasional. Selain itu manfaat langsung dari pembangunan industri memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat Indonesia dan mendorong berkembangnya kegiatan pada berbagai sektor pembangunan lainnya.
Produk minyak atsiri dunia yang didominasi Indonesia meliputi minyak serai wangi, minyak daun cengkeh, dan kenanga. Minyak atsiri ini merupakan komoditi nonmigas yang sangat digemari oleh mancanegara.
Pohon nilam adalah tanaman penghasil minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi, sehingga menjadi alternatife untuk meningkatkan ekspor nonmigas. Hal ini terbukti minyak nilam telah tercatat sebagai penyumbang terbesar devisa Negara dibanding minyak atsiri lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan ekspor minyak nilam
maka akan didirikan pabrik minyak nilam di wilayah Sumatera.
Volume ekspor minyak nilam periode 1995 – 1998 mencapai 800 – 1500 ton, dengan nilai devisa US $ 18 – 53 juta. Sementara data terbaru menyebutkan, nilai devisa dari ekspor minyak nilam sebesar US $ 33 juta. Indonesia memasok lebih dari 90% kebutuhan minyak nilam dunia, dimana 50% dari total devisa ekspor minyak atsiri didominasi minyak nilam. Sebelum diekspor, minyak nilam biasanya ditampung oleh agen eksportir. Harga minyak nilam di pasaran lokal (di tingkat agen eksportir) berkisar Rp. 200.000,- − Rp.250.000,- per kg. Negara tujuan ekspornya meliputi Singapura, India, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, Swiss, dan Spanyol. Minyak nilam Indonesia sangat digemari pasar Amerika dan Eropa. Terutama digunakan untuk bahan baku industri pembuatan minyak wangi (sebagai pengikat bau atau fixative perfume), kosmetik, dan lain – lain.
Tabel 1.1 Negara Penyimpan Utama Nilam Indonesia Negara Volume Tahun 2001
(Ton)
Volume Tahun 2002 (Ton)
Singapura Perancis Amerika Serikat
Spanyol India Inggris
Swiss Jerman
415 197 196 35 78 83 123
25
418 244 165 156 81 75 65 33
(Mangun, 2005)
Indonesia mempunyai andil dalam perdagangan minyak nilam dunia yang mampu mencapai angka lebih dari 70% dari total keperluan dunia. Selebihnya dipasok negara produsen lain. Meskipun mampu tampil pada peringkat paling atas sebagai Negara produsen dan eksportir minyak nilam dunia, tetapi sampai saat ini volume ekspor minyak nilam Indonesia masih menunjukkan angka yang senantiasa berfluktuasi. Salah satu penyebabnya yaitu tingkat produksi minyak nilam belum stabil.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui kelayakan (feasibility) terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi jalannya produksi pembuatan minyak nilam dari daun nilam. Sehingga dapat memberikan gambaran analisa ekonomi bagi pendirian pabrik.
1.3 Tujuan Pra Rancangan
I-4
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam Pra Rancangan Pabrik Minyak Atsiri dari Daun Nilam adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan neraca massa dan neraca energi.
2. Penentuan spesifikasi peralatan yang diperlukan untuk proses produksi. 3. Penentuan instrumentasi dan keselamatan kerja yang dibutuhkan. 4. Penentuan utilitas.
5. Penentuan manajemen organisasi perusahaan yang diperlukan demi kelancaran proses produksi.
6. Penentuan estimasi ekonomi dan pembiayaan.
1.5 Manfaat pra-rancangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Nilam
Nilam oleh kalangan ilmiah diberi nama Pogostemon sp., telah dikenal sejak
lama di Indonesia. Daerah asalnya tidak diketahui secara pasti, ada yang mengatakan
berasal dari India dan ada pula yang menduga dari Srilanka bahkan Filipina. Yang
jelas, sejak tahun 1653 tanaman ini telah digunakan orang untuk keperluan mandi
karena aromanya yang khas dan harum.
Pada tahun 1895 seorang Belanda membawa tanaman nilam yang berasal dari
Filipina ke Indonesia. Dan untuk pertama kalinya nilam digunakan sebagai tanaman
sela di perkebunan kopi di kaki Gunung Pasaman, Sumatera Barat. Seusai Perang
Aceh, tanaman ini mulai menyebar ke daerah sekitar Aceh serta ditanam sebagai
tanaman sela di perkebunan tembakau dan kelapa sawit. Ada beberapa varietas atau
jenis nilam. Setiap jenis mengandung rendeman minyak atsiri yang berbeda.
Seperti tanaman lain, nilam memiliki ciri khas. Mengenal tanaman nilam sangat
penting dilakukan mengingat saat ini nilam telah menjadi bahan baku ekspor minyak.
Tanaman nilam adalah tanaman berakar serabut, daunnya halus seperti beludru
apabila diraba dengan tangan, bentuk daunnya agak membulat lonjong seperti
jantung, dan warnanya hijau muda. Bagian bawah daun dan rantingnya berbulu
halus, batangnya berdiameter 10 – 20 mm, relatif hampir berbentuk segi empat, dan
sebagian daunnya yang melekat pada ranting selalu berpasangan satu sama lain.
Jumlah cabang yang banyak dan bertingkat mengelilingi batang sekitar 3 – 5 cabang
pertingkat.
Tanaman ini memiliki umur tumbuh yang cukup panjang yaitu sekitar 3 tahun,
panen pertama dapat dilakukan pada bulan ke 6 – 7 dan seterusnya setiap 2 – 3 bulan,
tergantung pemeliharaan dan pola tanam, kemudian dapat diremajakan kembali dari
hasil tanaman melalui persemaian atau pembibitan dengan cara stek. Hasil produksi
tanaman ini berupa daun nilam basah yang dipanen dalam bentuk petikan kemudian
dikeringkan dan diolah lebih lanjut melalui proses penyulingan daun nilam kering
Selain daun, bagian tanaman nilam yang lain yang dapat dipetik untuk disuling
yaitu ranting, batang, dan akar, tetapi kandungan minyak yang dimilikinya umumnya
lebih sedikit dibandingkan dengan daunnya. Dalam praktek penyulingan yang
dilakukan oleh beberapa kalangan masyarakat atau pihak penyuling biasanya daun
dicampur dengan ranting, batang, dan akar menjadi satu dalam proses penyulingan
dengan tujuan agar diperoleh suatu jumlah patchouli oil yang lebih tinggi.
Di Indonesia telah terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh dan
berkembang. Namun, nilam Aceh lebih dikenal dan telah ditanam oleh masyarakat
secara meluas. Ada 3 jenis tanaman nilam yang dikenal oleh masyarakat yaitu :
a) Nilam Aceh (Pogostemon Cablin Benth atau Pogostemon Patchouli)
Nilam Aceh merupakan tanaman standar ekspor yang direkomendasikan karena
memiliki aroma khas dan rendeman minyak daun keringnya tinggi, yaitu 2,5 – 5 %
dibandingkan dengan jenis lain. Nilam Aceh dikenal pertama kali dan ditanam
secara meluas hampir di seluruh wilayah Aceh. Sebenarnya, jenis tanaman nilam ini
berasal dari Filipina, yang kemudian ditanam dan dikembangkan juga ke wilayah
Malaysia, Madagaskar, brazil, serta Indonesia. Saat ini hampir di seluruh wilayah
Indonesia mengembangkan nilam Aceh secara khusus.
b) Nilam Jawa (Pogostemon Heyneatus Benth)
Nilam Jawa disebut juga nilam hutan. Nilam ini berasal dari India dan masuk ke
Indonesia serta tumbuh di beberapa hutan di wilayah Pulau Jawa. Jenis tanaman
nilam jawa ini hanya memiliki kandungan minyak sekitar 0,5 – 1,5 %. Jenis daun dan
rantingnya tidak memiliki bulu – bulu halus dan ujung daunnya agak meruncing.
c) Nilam Sabun (Pogostemon Hortensis Backer)
Dahulu tanaman nilam sabun ini sering digunakan untuk mencuci pakaian,
terutama kain jenis batik. Jenis nilam ini hanya memiliki kandungan minyak sekitar
0,5 – 1,5 %. Selain itu, komposisi kandungan minyak yang dimiliki dan
dihasilkannya tidak baik sehingga minyak dari jenis nilam sabun ini tidak
memperoleh pasaran dalam bisnis minyak nilam. Oleh sebab itu, nilam Jawa dan
nilam sabun tidak direkomendasikan sebagai tanaman komersial karena kandungan
minyaknya relatife sangat sedikit. Selain itu, aroma yang dimiliki keduanya berbeda
Nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti tanaman herba lainnya.
Tanaman nilam memerlukan suhu yang panas dan lembap. Selain itu, nilam juga
memerlukan curah hujan yang merata dalam jumlah yang cukup. Saat berumur lebih
dari 6 bulan, ketinggian tanaman nilam dapat mencapai 2 – 3 kaki atau sekitar 60 –
90 cm dengan radius cabang sekitar 60 cm. Ciri khas lainnya yaitu bila daun nilam
digosok akan basah dan mengeluarkan wangi khas nilam. Selain itu, minyak dari
daun nilam memiliki sifat khas yaitu semakin bertambah umurnya, maka semakin
harum wangi minyaknya. Oleh karena itu, minyak nilam yang berumur lebih lama
lebih disukai oleh produsen minyak wangi. (Mangun, 2005)
2.2 Minyak Nilam
Minyak nilam tergolong dalam minyak atsiri dengan komponen utamanya adalah
patchoulol. Daun dan bunga nilam mengandung minyak nilam, tetapi orang biasanya mendapatkan minyak nilam dari penyulingan uap terhadap daun keringnya. Karena
sifat aromanya yang kuat, minyak ini banyak digunakan dalam industri minyak
wangi. Sepertiga dari produk minyak wangi dunia memakai minyak nilam.
Perkembangan ekspor minyak nilam dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Perkembangan Ekspor Minyak Nilam (1993 – 2003)
Tahun Volume (Ton) Nilai (US $)
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
986
1268
1111
1037
766
1356
1592
1052
1189
1295
1460
18.698.000
22.671.000
15.027.000
15.707.000
33.073.000
53.177.000
22.869.000
16.239.000
20.571.000
22.536.000
32.120.000
Minyak nilam juga digunakan sebagai pewangi kertas tisu, campuran detergent
pencuci pakaian, dan pewangi ruangan. Fungsi minyak nilam yang lain adalah
sebagai pengusir serangga perusak pakaian. Komponen kimia penyusun minyak
nilam dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut. (www.wikipediaIndonesia-Nilam )
Tabel 2.2 Komponen Kimia Penyusun Minyak Nilam
Komponen Jumlah (%) Titik didih (oC)
Benzaldehyde β – Cariofilen α – Patchoulien α – Bulnesene Patchouli Alkohol
2,34
17,29
28,28
11,76
40,04
178,1
260,5
225
274,149
116-118
1. Benzaldehyde
− Rumus kimia : C6H5CHO
− Struktur bangun :
− Berat molekul : 106.13 g/mol − Titik didih : 178.1 °C − Densitas : 1.0415 g/ml − Viscositas (25 oC) : 1,4 Cp 2. β – Cariofilen
− Rumus kimia : C4H4(C11H20) − Struktur bangun : CH3
CH3
CH3 CH3
3. α – Pathcouliene
− Rumus kimia : C11H24
− Struktur bangun : O
CH3
− Berat jenis : 0,9296 − Titik didih : 225 oC − Putaran optik : 38 oC − Indeks bias : 1,49335 4. α – Bulnesene
− Rumus kimia : C15H24
− Struktur bangun :
− Berat molekul : 204,35 sma − Titik didih : 274,149 oC − Densitas : 0,9230 5. Patchouli Alkohol
− Rumus kimia : C15H26O − Struktur bangun :
6. Etanol
Fungsi : sebagai pelarut bahan baku. A. Sifat Fisika
− Rumus kimia : C2H5OH − Struktur bangun :
OH
− Berat molekul : 46,06844 (232) g/mol − Titik didih : 78,4 oC
− Densitas : 0,7893 gr/ml − Indeks bias : 1,36143 Cp − Panas penguapan : 200,6 kal/gr − Merupakan cairan tidak berwarna. − Dapat larut dalam air dan eter. − Memiliki bau yang khas.
B. Sifat Kimia
− Merupakan pelarut yang baik untuk senyawa organik. − Mudah menguap dan mudah terbakar.
− Bila direaksikan dengan asam halide akan membentuk alkyl halide dengan air.
2 2
3 2
3CH OH HC CH CH CH OCH CH
CH
− Bila direaksikan dengan asam karboksilat akan membentuk ester dan air. O
H CH COOCH CH
COOH CH
OH CH
CH3 2 3 3 2 3 2
− Dehidrogenasi etanol menghasilkan asetaldehide.
− Mudah terbakar di udara sehingga menghasilkan lidah api (flame) yang berwarna biru muda dan transparan, dan membentuk H2O dan CO2.
(www.wikipedia.com)
Berdasarkan catatan Biro Pusat Statistik, sudah 25 negara yang mengimpor
minyak nilam dari Indonesia. Usaha ekspor minyak nilam ke negara lainnya masih
perlu ditingkatkan sehingga keberadaan minyak atsiri ini semakin nyata sebagai
Standar mutu minyak nilam belum seragam untuk seluruh dunia, karena setiap
Negara penghasil dan pengimpor menentukan standar mutu minyak nilam sendiri.
Menurut hasil Seminar Standarisasi dan Pengawasan Mutu Barang-barang Ekspor di
Jakarta pada tanggal 24-27 Juni 1977, ditetapkan standar mutu minyak nilam
Indonesia seperti pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Standar Mutu Minyak Nilam Indonesia
Karakteristik Syarat Cara Pengujian
Warna
Bobot jenis 25o/25o C
Indeks bias
Kelarutan dalam etanol
90% pada suhu 20 oC
Bilangan asam maksimal
Bilangan ester maksimal
Minyak kruing
Zat-zat asing
b. alkohol tambahan
c. lemak
d. Minyak pelikan
Kuning muda sampai coklat tua
0,943 – 0,983
1,506 – 1,316
Larutan (jernih) atau opalensi
ringan dalam perbandingan 0,5
– 1 bagian volume jernih
5,0
10,0
Negatif
Negatif
Visual
SP-SMP-17-1975
(ISO R279-1962 E)
SP-SMP-16-1975
(ISO R280-1962 E)
SP-SMP-19-1975
(ES 2073 : 1963)
SP-SMP-26-1975
(ISO R1242-197 E)
SP-SMP-27-1975
SP-SMP-25-1975
SP-SMP-23-1975
SP-SMP-24-1975
SP-SMP-41-1975
(SI No.25/SI/73)
Berdasarkan bentuknya, minyak nilam berwujud cairan kental, sedangkan
warnanya kuning muda dan bernuansa hijau hingga merah yang menjurus ke cokelat
tua. Aroma spesifik nilam mirip jeruk nipis.
2.3 Kegunaan Minyak Nilam
Tanaman nilam kering disuling untuk mendapatkan minyak nilam (patchouli oil)
yang banyak digunakan dalam berbagai kegiatan industri. Fungsi utama minyak
nilam sebagai bahan baku pengikat dari komponen kandungan utamanya, yaitu
patchouli alkohol (C15H26) dan sebagai bahan untuk wewangian agar aroma keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai
salah satu bahan campuran produk kosmetik, kebutuhan industri makanan, kebutuhan
farmasi, kebutuhan aromaterapi, bahan baku compound, pengawetan barang, serta
berbagai kebutuhan industri lainnya.
Minyak nilam mempunyai keunggulan, selain bermanfaat bagi berbagai ragam
kebutuhan industri. Masa panen tanaman nilam relatif singkat dan mempunyai
jangka waktu hidup cukup lama. Proses pemeliharaan dan pengendalian tanaman
relatif mudah dan potensi pasarnya sudah jelas. Pola perdagangan minyak nilam
tidak terkena kuota ekspor dan sampai saat ini belum ditentukan bahan sintesis atau
bahan pengganti yang dapat menyamai manfaat minyak nilam ini. Oleh sebab itu,
kondisi dan potensi minyak nilam tersebut merupakan basic power. Bila dikaitkan
dengan suatu perencanaan pengelolaan budi daya tanaman nilam dengan segala
ruang lingkup usaha yang menyertainya, dapat disimpulkan bahwa program budi
daya tanaman nilam ini prospektif dan menguntungkan. (Mangun, 2005)
2.4 Metode Pemisahan Minyak Nilam
Dalam metode pemisahan minyak atsiri ada beberapa cara yang dilakukan, yaitu : Destilasi alkohol
Destilasi alkohol adalah variasi dari proses penyulingan yang digunakan untuk
memperoleh minyak atsiri. Dalam hal ini 1 volume minyak yang didestilasi dengan 5
volume alkohol 3 %. Minyak atsiri yang dapat diperoleh adalah minyak yang dapat
dikembalikan dengan penyulingan dan campuran disuling untuk memisahkan
terpena.
Destilasi pemisahan
Destilasi pemisahan biasanya dikerjakan pada tekanan rendah pada waktu
pemisahan minyak atsiri. Proses ini digunakan terutama pada pabrik minyak terpena.
Fungsi dari destilasi pemisahan ini adalah :
− Memisahkan hasil destilasi yang terdiri dari senyawa – senyawa terpena (senyawa hidrokarbon).
− Memisahkan bagian senyawa oksigen.
− Memisahkan bagian – bagian minyak yang terdapat di dalam minyak atsirinya.
Destilasi pemisahan umumnya digunakan dalam minyak atsiri. Senyawa
hidrokarbon dan bagian senyawa oksigen dari minyak atsiri yang telah diperoleh
dengan destilasi uap. Destilasi langsung
Destilasi langsung ini jarang dipergunakan untuk mendapatkan minyak atsiri,
karena resiko panas menyulitkan. Metode ini hanya digunakan untuk memperoleh
beberapa minyak atsiri seperti minyak copaiba. Metode ini sudah kuno. Sebagai
contoh adalah minyak atsiri dari rempah – rempah atau bumbu dan minyak dari buah
difermentasi dan digunakan sebagai bahan baku kemudian diperoleh minyaknya
dengan destilasi langsung.
Ekstraksi dengan pelarut organik
Sebagai pelarut minyak digunakan zat kimia (pelarut organik) yang harus
diperhatikan dalam pemilihan zat tersebut adalah titik didihnya. Pelarut terdiri atas 2
jenis yaitu :
1. pelarut yang mudah menguap
2. pelarut tidak menguap
Dengan menggunakan pelarut yang titik didihnya rendah (pelarut menguap)
seperti etanol, aseton, chloroform, eter, petroleum, dan pelarut lain yang
dipergunakan untuk melarutkan minyak atsiri dengan merendam bahan baku.
Minyak atsiri kemudian didapatkan dengan menyuling larutan tersebut. (Mangun,
2.5 Pemilihan Proses Penyulingan
Sebagian besar minyak atsiri umumnya diperoleh dengan cara penyulingan
dengan uap atau disebut juga dengan cara hydro destilation. Penyulingan dapat
didefinisikan sebagai pemisahan- pemisahan komponen – komponen suatu campuran
dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap masing – masing
zat tersebut. Pengambilan minyak atsiri dengan cara penyulingan terbagi atas 3 cara
yaitu :
1. Penyulingan dengan air langsung
Penyulingan dengan air langsung yaitu bahan yang disuling langsung
berhubungan dengan air yang diuapkan, hal ini menyebabkan sebagian zat kimia
minyak yang dapat larut dalam air akan larut dan yang mempunyai titik didih yang
tinggi akan tetap terikat bersama air, sehingga hasil minyak yang diperoleh menjadi
sedikit.
2. Penyulingan dengan air dan uap
Penyulingan dengan air dan uap yaitu bahan yang disuling diletakkan di atas
ayakan pemisah yang terdapat beberapa centimeter di atas ketel (bagian bawah
ayakan diisi air dan tidak menyinggung ayakan) sehingga proses penyulingan lebih
cepat.
Penyulingan dengan air dan uap ini sangat baik untuk penyulingan biji –
bijian dan serat, karena penyulingan dengan sistem ini minyak yang terkandung
dalam bahan baku lebih cepat menghasilkan minyak dibandingkan sistem air
langsung. Sebab dengan sistem uap dan air ini, uap akan bergerak keseluruh
permukaan air yang dididihkan sehingga, penetrasi (penembusan) uap ke dalam
jaringan bahan baku berjalan dengan baik, disamping itu hasil minyak yang
diperoleh relatif lebih banyak jumlahnya dan bermutu lebih baik. Proses penyulingan
dengan air dan uap disebut juga proses penyulingan dengan uap tekanan 1 atmosfir.
3. Penyulingan dengan uap air
Proses penyulingan dengan uap langsung ini disebut juga proses penyulingan
dengan uap tekanan tinggi (3 – 4 atmosfir). Proses kerja dari sistem uap ini yaitu
bahan baku yang sudah digiling dimasukkan ke dalam ketel penyulingan, kemudian
ketel penyulingan diberi uap sampai 5 atmosfir, kran uap ke ketel penyulingan
penyulingan naik dan sebagian uap berkondensasi, uapnya akan mengekstrak minyak
yang terkandung dalam bahan baku. Hasil uap ini mengalir ke cooler (kondensor)
melalui pipa – pipa lurus atau spiral. Dalam silinder, uap tadi akan dirubah ke dalam
tabung pemisah minyak dan air (florentino flugs).
Kalau dibandingkan antara sistem penyulingan air dan uap dengan
penyulingan uap langsung lebih baik digunakan penyulingan uap langsung.
Keuntungan menggunakan sistem penyulingan dengan uap langsung adalah mutu
minyak umumnya lebih baik dan waktu penyulingan lebih cepat. Sedangkan
kerugiannya adalah diperlukan lebih banyak peralatan. (Sumber: Mayumi, 2006)
Berdasarkan keterangan di atas maka proses yang digunakan dalam pra
rancangan pabrik pembuatan minyak nilam ini adalah proses ekstraksi dengan
menggunakan etanol. Proses ini digunakan karena ekstraksi minyak nilam dengan
etanol akan menghasilkan mutu minyak nilam yang lebih baik dan minyak yang
diperoleh juga lebih banyak. Minyak yang dihasilkan juga mempunyai aroma
alamiah tanaman tersebut. Pelarut yang digunakan adalah etanol karena etanol sangat
baik untuk mengekstraksi miyak atsiri dari bahan baku daun, kelarutan etanol pada
senyawa organik mencapai 90 %, dan juga karena titik didih etanol lebih rendah
dibandingkan dengan titik didih minyak nilam. (Mangun, 2005)
2.6 Deskripsi Proses
Bahan baku daun nilam kering dari gudang penyimpanan daun nilam (G-101)
dimasukkan kedalam rollcutter (R-101). Selama di dalam gudang penyimpanan daun
nilam suhunya dijaga pada suhu ruangan agar kondisi daun nilam yang akan
diekstraksi tetap dalam keadaan baik. Dalam rollcutter (R-101) daun nilam dicacah
kasar. Bahan kasar dari daun nilam ini kemudian oleh bucket elevator (B-101)
dimasukkan ke dalam tangki ekstraktor (EM-101) melalui hopper (H-101) untuk
dipanaskan dengan menggunakan uap pada kondisi operasi suhu 120 oC, sehingga
suhu pada ekstraktor mencapai 60 oC. Kemudian ditambahkan pelarut etanol dari
tangki etanol yang bersuhu 30 oC. Pelarut etanol dialirkan ke tangki ekstraktor
dengan perbandingan 1,5 : 1 dengan bahan baku daun nilam. Proses ekstraksi ini
berlangsung 2 – 4 jam. Kemudian cairan yang dihasilkan dipisahkan dari ampasnya
(BP-II-12
101) dan cairan yang sudah bersih dari ampas ditampung di tangki cairan (TC-101)
yang kemudian dialirkan langsung ke heater (HE-101) untuk dipanaskan hingga
pelarut etanol menjadi uap dengan suhu operasi 85 oC. Diasumsikan semua larutan
etanol menguap, lalu dipompa menuju flash drum (FD-101).
Di flash drum (FD-101) ini cairan dipisahkan dari pelarut etanol yang telah berubah menjadi uap. Produk top yang menguap berupa pelarut etanol akan dipompa
ke dalam sebuah condensor (CD-102) untuk didinginkan sampai suhu 30 oC, lalu
dialirkan kembali pada tangki etanol, sedangkan produk bottom yang berupa cairan
didinginkan dengan menggunakan cooler (CD-101) pada suhu operasi 30 oC dan
akan mengalir keluar secara overflow sebagai minyak nilam dan langsung ditampung
BAB III
NERACA MASSA
Kapasitas produksi minyak nilam = 900 ton/tahun = 900.000 kg/tahun
= 125 kg/jam
Basis perhitungan = 1 jam operasi
Lama operasi dalam 1 tahun = 300 hari
Satu hari = 24 jam
1. Roll Cutter (R-101)
Tabel 3.1 Neraca Massa Pada Roll Cutter (R-101)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Bahan
Alur 1 Alur 2
Daun Nilam 2631,578 2631,578
2. Ekstraktor Mixer (EM-101)
Tabel 3.2 Neraca Massa Pada Ekstraktor Mixer (EM-101)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Bahan
Alur 2 Alur 3 Alur 4
Daun Nilam
− Serat
− Khlorofil
− Cellulosa Benzaldehyde
β-Cariofilen
α-Patchouliene
α-Bulnesene Patchouli Alkohol
Etanol 95 %
H2O
1349,9995
649,9998
499,9998
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3749,9987
197,3684
1349,9995
649,9998
499,9998
3,4605
22,75
37,2105
15,4737
52,6842
3749,9987
197,3684
3. Rotary Filter (F-101)
Tabel 3.3 Neraca Massa Pada Rotary Filter (F-101)
Masuk
(kg/jam) Keluar (kg/jam) Bahan
Alur 4 Alur 5 Alur 11
Daun Nilam
− Serat
− Khlorofil
− Cellulosa Benzaldehyde
β-Cariofilen
α-Patchouliene
α-Bulnesene Patchouli Alkohol
Etanol 95 %
H2O
1349,9995
649,9998
499,9998
3,4605
22,75
37,2105
15,4737
52,6842
3749,9987
197,3684
-
-
-
3,2875
21,6125
35,35
14,7
50,05
3562,4986
187,50
1349,9995
649,9998
499,9998
0,1730
1,1375
1,861
0,7737
2,6342
187,50
9,8684
Total (kg/jam) 6578,945 6578,945
[image:30.595.157.480.116.445.2]4. Heat Exchanger (HE-101)
Tabel 3.4 Neraca Massa Pada Heat Exchanger (HE-101)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Bahan
Alur 5 Alur 6
Benzaldehyde
β-Cariofilen
α-Patchouliene
α-Bulnesene Patchouli Alkohol
Etanol 95 %
H2O
3,2875
21,6125
35,35
14,7
50,05
3562,4986
187,50
3,2875
21,6125
35,35
14,7
50,05
3562,4986
187,50
5. Flash Drum (FD-101)
Tabel 3.5 Neraca Massa Pada Flash Drum (FD-101)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Bahan
Alur 6 Alur 7 Alur 8
Benzaldehyde
β-Cariofilen
α-Patchouliene
α-Bulnesene Patchouli Alkohol
Etanol 95 %
H2O
3,2875
21,6125
35,35
14,7
50,05
3562,4986
187,50
-
-
-
-
-
3562,4986
187,50
3,2875
21,6125
35,35
14,7
50,05
-
-
Total (kg/jam) 3874,9986 3874,9986
[image:31.595.150.489.125.348.2]6. Cooler (CD-101)
Tabel 3.6 Neraca Massa Pada Cooler (CD-101)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Bahan
Alur 8 Alur 10
Benzaldehyde
β-Cariofilen
α-Patchouliene
α-Bulnesene Patchouli Alkohol
3,2875
21,6125
35,35
14,7
50,05
3,2875
21,6125
35,35
14,7
50,05
7. Condensor (CD-102)
Tabel 3.7 Neraca Massa Pada Condensor (CD-102)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Bahan
Alur 7 Alur 9
Etanol 95 %
H2O
3562,4986
187,50
3562,4986
187,50
BAB IV
NERACA PANAS
Kapasitas produksi : 900 ton/tahun
: 900.000 kg/jam
Waktu operasi dalam setahun : 300 hari/tahun Basis perhitungan : 1 jam operasi
Temperatur referansi : 25 oC
Satuan operasi : kJ/jam
[image:33.595.100.535.360.724.2]1. Ekstraktor Mixer (EM-101)
Tabel 4.1 Neraca Panas Pada Ekstraktor Mixer (EM-101)
Masuk (cal/jam) Keluar (cal/jam) Bahan
Alur 2 Alur 3 Alur 4
Daun Nilam
− Serat
− Khlorofil
− Cellulosa Benzaldehyde
β-Cariofilen
α-Patchouliene
α-Bulnesene Patchouli Alkohol
Etanol 95 %
H2O
Panas steam yang ditambahkan
1940297,767
274992,0894
562785,0138
6857,08386
50128,24
68182,76472
32047,25875
111831,904
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10475539,99
986567,8672
87055379,02
13582084
1924944,626
3939495,096
47999,58702
350897,68
477279,353
224330,8113
782823,328
73328779,94
6905975,071
-
Total (cal/jam) 101564609,9 101564609,9
Qtotal = 101564609,9 cal/jam =
kJ
J/cal cal/jam
1000
4,184 x 9
101564609,
2. Rotary Filter (F-101)
Tabel 4.2 Neraca Panas Pada Rotary Filter (F-101)
Masuk
(cal/jam) Keluar (cal/jam) Bahan
Alur 4 Alur 5 Alur 11
Daun Nilam
− Serat
− Khlorofil
− Cellulosa Benzaldehyde
β-Cariofilen
α-Patchouliene
α-Bulnesene Patchouli Alkohol
Etanol 95 %
H2O
Panas steam yang ditambahkan
13582084
1924944,626
3939495,096
47999,58702
350897,68
477279,353
224330,8113
782823,328
73328779,94
6905975,071
-
-
-
-
45600,06402
333351,5374
452415,6994
213113,901
743682,1616
69662336,72
6560677,104
-
-
-
-
2399,6702
17544,884
21060,2035
11216,6145
35492,114
3666440,167
345298,0292
-
Total (cal/jam) 101564609,9 101564609,9
Qtotal = 101564609,9 cal/jam =
kJ
J/cal cal/jam
1000
4,184 x 9
101564609,
3. Heat Exchanger (HE-101)
Tabel 4.3 Neraca Panas Pada Heat Exchanger (HE-101)
Masuk (cal/jam) Keluar (cal/jam) Bahan
Alur 5 Alur 6
N.Hvl (cal/jam) Benzaldehyde β-Cariofilen α-Patchouliene α-Bulnesene Patchouli Alkohol
Etanol 95 %
H2O
Panas steam yang ditambahkan
45600,06402 333351,5374 452415,6994 213113,901 743682,1616 69662336,72 6560677,104 833986326 78171,53832 571459,7784 777284,0561 365338,116 1274883,706 119421148,7 11246875,04 - - - - - - 677043914,7 101219427,5 -
Total (cal/jam) 911998503,2 911998503,2
Qtotal =
kJ J/jam , J/cal) , cal/jam , ( 1000 7 3256253823 184 4 x 9 133735160
= 3815801,736 kJ/jam
4. Flash Drum (FD-101)
Tabel 4.4 Neraca Panas Pada Flash Drum (FD-101)
Masuk (cal/jam) Keluar (cal/jam) Bahan
Alur 6 N.Hvl
(cal/jam) Alur 7
N.Hvl
(cal/jam) Alur 8
Benzaldehyde
β-Cariofilen
α-Patchouliene
α-Bulnesene Patchouli Alkohol
Etanol 95 %
H2O
78171,53832 571459,7784 777284,0561 365338,116 1274883,706 119421148,7 11246875,04 - - - - - 677043914,7 101219427,5 - - - - - 119421148,7 11246875,04 - - - - - 677043914,7 101219427,5 78171,53832 571459,7784 777284,0561 365338,116 1274883,706 - -
[image:35.595.84.557.504.743.2]Qtotal =
kJ
J/cal) ,
cal/jam (
1000
184 4 x 1
, 911998503
= 3815801,737 kJ/jam
5. Cooler (CD-101)
Tabel 4.5 Neraca Panas Pada Cooler (CD-101)
Masuk (cal/jam) Keluar (cal/jam) Bahan
Alur 8 Alur 10
Benzaldehyde
β-Cariofilen
α-Patchouliene
α-Bulnesene Patchouli Alkohol
Panas yang diserap air pendingin
78171,53832
571459,7784
777284,0561
365338,116
1274883,706
-
6514,2949
47621,6482
64773,67134
30444,843
106240,3088
2811542,428
Total (cal/jam) 3067137,194 3067137,194
Qtotal = 3067137,194 cal/jam =
kJ
J/cal ,
cal/jam ,
1000
184 4 x 194
3067137
= 12832,90202 kJ/jam
[image:36.595.111.512.204.713.2]6. Condensor (CD-102)
Tabel 4.6 Neraca Panas Pada Condensor (CD-102)
Masuk (cal/jam) Keluar (cal/jam) Bahan
Alur 7 N.Hvl
(cal/jam) Alur 9
Etanol 95 %
H2O
Panas yang diserap air pendingin
119421148,7
11246875,04
-
677043914,7
101219427,5
-
9951762,388
937239,5863
898042364
(908931365,7 cal/ja Qtotal =
kJ
J/cal ,
m 1000
) 184 4 x
BAB V
SPESIFIKASI ALAT
1. Gudang Penyimpanan Bahan Baku Daun Nilam (G-101)
Fungsi : menyimpan bahan baku daun nilam kering sebelum diproses.
Bentuk : gedung berbentuk persegi-panjang ditutup atap
Jumlah : 1 unit
Kebutuhan : 1 bulan
Kondisi ruangan : Temperatur : 25C
Tekanan (Pdesign) : 1 atm
Bahan konstruksi : Dinding : batu-bata
Lantai : aspal
Atap : asbes
Ukuran : Panjang = 63 m
Lebar = 10 m
Tinggi = 6 m
2. Bucket Conveyor (B-101)
Fungsi : mengangkut bahan baku daun nilam menuju ekstraktor mixer
Jenis : Spaced-Bucket Centrifugal-Discharge Elevator Bahan konstruksi : Malleable-iron
Jumlah : 1 unit
Jarak angkut : 7,62 m
Daya : 0,5872 hp
3. Tangki Penyimpanan Etanol (T-101)
Fungsi : menyimpan etanol untuk kebutuhan selama 1 bulan
Bentuk : Silinder vertikal dengan dasar datar dan tutup ellipsoidal
Bahan konstruksi : Carbon steel, SA – 285 Gr. C Jumlah : 5 unit
Kondisi operasi : Temperatur : 25°C
Tekanan (Pdesign) : 1 atm
Ukuran : - Silinder : Diameter : 8,6772 m
Tinggi : 13,0159 m
Tebal : 1 in
- Tutup : Diameter : 8,6772 m
Tinggi : 2,1693 m
Tebal : 1 in
4. Tangki Produk Minyak Nilam (T-102)
Fungsi : Menampung produk minyak nilam dari Cooler Bentuk : Silinder tegak dengan alas datar dan tutup ellipsoidal Bahan : Carbon steel, SA – 285 Gr.C
Jumlah : 1 unit
Lama Penyimpanan : 30 hari
Kondisi operasi:
- Temperatur (T) = 30 0C
- Tekanan (Pdesign) = 1 atm
Ukuran : - Silinder : Diameter : 4,6729 m
Tinggi : 7,0094 m
Tebal : ¾ in
- Tutup : Diameter : 4,6729 m
Tinggi : 1,1682 m
Tebal : ¾ in
5. Roll Cutter (R-101)
Fungsi : Sebagai pemotong nilam kering
Jenis : Roll cutter Bahan konstruksi : Stainless steel
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 2.631,5780 kg/jam = 0,7310 kg/s
6. Bak Penampungan (BP- 101)
Fungsi : tempat menampung ampas yang sudah dipisahkan dari minyak nilam
dari rotary cutter.
Densitas nilam kering = 1.230 kg/m³
Laju volumetrik ampas = 2.703,9469 kg/jam
Waktu penampungan air buangan = 7 hari
Panjang bak = 2.L = 11,8 m
Lebar bak = 5,9 m
Tinggi bak = 5,9 m
Luas = 69,62 m2
7. Ekstraktor (EM-101)
Fungsi : Tempat terjadi ekstraksi antara daun nilam dengan etanol.
Jenis : Mixed Flow Reactor (MFR)
Bentuk : Silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-285, Gr. C Jumlah : 1 unit
Temperatur operasi = 60°C
Tekanan operasi (Pdesign) = 1 atm
Kapasitas : 50,4702 m3
Kondisi operasi : Temperatur : 65°C
Tekanan : 1 atm
Ukuran : - Silinder : Diameter : 2,2844 m
Tinggi : 2,4748 m
Tebal : ½ in
- Tutup : Diameter : 2,2844 m
Tinggi : 0,5711 m
Tebal : ½ in
Jenis pengaduk : Flat 6 blade turbin impeller Jumlah baffle : 4 buah
Diameter impeler : 0,7615 m
8. Rotary Filter (F-101)
Fungsi : Menyaring minyak nilam dari daun nilam kering yang telah
mengalami proses ekstraksi dengan etanol.
Jenis : Rotary drum filter
Bentuk : Silinder horizontal dengan tutup datar
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-283 grade C Jenis sambungan : Double welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi :
Temperatur : 60 C
Tekanan operasi (Pdesign) : 1 atm
Luas area filter : 105 m²
Ukuran tangki : Diameter : 1,3823 m
Panjang : 4,1447 m
Tebal : ½ in
Daya motor filtrasi : 0,2653 hp
9. Flash Drum (FD-101)
Fungsi : Memisahkan fasa uap etanol sisa dari produk campuran fasa
cair keluaran Heater (HE-101)
Bentuk : Silinder Tegak dengan tutup atas dan bawah ellipsoidal Bahan : High-tensile steel for heavy- wall, SA – 302, Gr. B
Kondisi operasi 85oC, close tank dengan safety valve (1 atm) Ukuran : - Silinder : Diameter : 1,6378 m
Tinggi : 2,4563 m
Tebal : 5/8 in
- Tutup : Diameter : 1,6378 m
Tinggi : 0,4094 m
10. Pompa-1 (P –101)
Fungsi : Mengalirkan bahan baku etanol dari tangki penyimpanan
(T-101) ke tangki Ekstraktor (EM-101) Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan konstruksi : Commercial steel Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : 30 oC
Pdesign : 1 atm
Daya pompa : 0,0493 hp
12. Pompa-2 (P –102)
Fungsi : Mengalirkan hasil keluaran Rotary Filter (F-101) ke Heater (HE-101)
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan konstruksi : Commercial steel Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : 60 oC
Pdesign : 1 atm
Daya pompa : 0,0574 hp
14. Pompa-3 (P –103)
Fungsi : Mengalirkan bahan hasil keluaran dari Condensor (CD-102) ke Tangki Etanol (T-101)
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan konstruksi : Commercial steel Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : 60 oC
Pdesign : 1 atm
15. Pompa-4 (P –104)
Fungsi : Mengalirkan bahan hasil keluaran dari Cooler (CD-101) ke Tangki Penyimpanan Produk (T-102)
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan konstruksi : Commercial steel Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : 60 oC
Pdesign : 1 atm
Daya pompa : 0,0057 hp
16. Heater (HE-101)
Fungsi : Menaikkan suhu umpan sebelum diumpankan ke flash drum
Jenis : 1-2 shell and tube exchanger
Dipakai : 1½ in OD Tube 18 BWG, panjang = 20 ft, 2 pass
Laju alir steam = 1.472,8795 kg/jam = 3.247,1101 lbm/jam Pdesign : 1 atm
Fluida panas : sisi tube, Steam
Diameter luar tube (OD) = 11/2 in
Jenis tube = 18 BWG
Pitch (PT) = 17/8 in triangular pitch
Panjang tube (L) = 20 ft
Jumlah tube = 76 tube dengan ID shell 21¼ in
Fluida dingin : sisi shell
Diameter dalam shell = 19,25 in
17. Cooler (CD-101)
Fungsi : Untuk menurunkan temperatur minyak nilam sebelum dimasukkan
ke dalam tangki produk minyak nilam
Jenis : 4-8 shell and tube exchanger
Dipakai : 1 ¼ in OD Tube 8 BWG, panjang = 12 ft, 2 pass
Fluida panas
Laju alir masuk = 125,0000 kg/jam = 275,5750 lbm/jam
- Diameter luar tube (OD) = 11/4 in
- Jenis tube = 8 BWG
- Pitch (PT) = 19/16 in triangular pitch
- Panjang tube (L) = 20 ft - Jumlah tube = 15 buah
Fluida dingin
Laju alir air pendingin = 63,3709 kg/jam = 144,1167 lbm/jam
- Diameter luar tube (OD) = 11/4 in
- Jenis tube = 8 BWG
Fluida panas: sisi Shell, minyak nilam
Ds = Diameter dalam shell = 10 in
B = Baffle spacing = 3 in PT = Tube pitch = 1,5625 in
C = Clearance = 0,3125 in
18. Condenser (CD-102)
Fungsi : Untuk mengkondensasikan etanol sebagai produk keluaran
flash drum
Jenis : 4-8 shell and tube exchanger
Dipakai : 11/4 in OD Tube 8 BWG, panjang = 20 ft, 4 pass
Fluida panas
Laju alir masuk = 3.749,9986 kg/jam = 8.267,2469 lb/jam
- Diameter luar tube (OD) = 11/4 in
- Jenis tube = 8 BWG
V-8
- Panjang tube (L) = 20 ft - Jumlah tube = 379 buah
Fluida dingin
Laju alir air pendingin = 2.784,9704 kg/jam = 271,3620 lb/jam
- Diameter luar tube (OD) = 11/4 in
- Jenis tube = 8 BWG
Fluida panas: sisi shell, etanol
− Diameter dalam shell = 37 in
− B = Baffle spacing = 3 in
− PT = Tube pitch = 1,5625 in
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi
Alat instrumentasi merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam suatu pabrik. Dengan adanya alat instrumentasi maka dapat diketahui dan dikoreksi segala kesalahan ataupun penyimpangan proses yang mungkin terjadi.
Variabel-variabel yang biasa dikontrol atau diukur oleh alat-alat instrumentasi, antara lain : temperatur, tekanan, laju aliran cairan dan bahan, dan ketinggian cairan. Alat-alat kontrol yang biasa dipasang pada peralatan proses antara lain:
Indikator dan kontrol temperatur yaitu alat untuk mengetahui dan mengendalikan suhu operasi agar sesuai dengan yang diinginkan.
Indikator dan kontrol tekanan yaitu alat untuk mengetahui dan mengendalikan tekanan operasi agar sesuai dengan yang diinginkan.
Indikator dan kontrol ketinggian cairan yaitu alat untuk mengetahui dan mengendalikan ketinggian cairan agar sesuai dengan yang diinginkan.
Kontrol laju alir yaitu alat untuk mengendalikan/mengatur laju aliran sesuai dengan yang diinginkan.
Secara umum, kerja dari alat-alat instrumentasi dapat dibagi atas dua bagian yaitu operasi secara manual dan operasi secara otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses bergantung pada pertimbangan ekonomis dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat instrumentasi juga harus ditentukan apakah alat-alat itu dipasang pada peralat-alatan proses (manual control) atau disatukan dalam suatu ruang kontrol yang dihubungkan dengan bagian peralatan (automatic control).
Hal-hal yang diharapkan dari pemakaian alat-alat instrumentasi adalah:
Kualitas produk dapat diperoleh sesuai dengan yang diinginkan
Pengoperasian sistem peralatan lebih mudah
Sistem kerja lebih efisien
Instrumentasi pada dasarnya terdiri dari :
Elemen perasa/elemen utama (sensing element/primary element), yaitu elemen yang menunjukkan adanya perubahan dari nilai variabel yang diukur
Elemen pengukur (measuring element) yaitu elemen yang menerima output dari elemen primer dan melakukan pengukuran, dalam hal ini termasuk alat-alat penunjuk (indikator) maupun alat pencatat (recorder)
Elemen pengontrol (controlling element) yaitu elemen yang mengadakan perubahan nilai dari variabel yang dirasakan oleh elemen perasa dan diukur oleh elemen pengukur, dengan mengatur sumber tenaga sesuai dengan perubahan yang terjadi. Tenaga tersebut dapat berupa tenaga mekanis ataupun elektrik.
Tabel 6.1 Daftar penggunaan instrumentasi pada pra rancangan pabrik pembuatan minyak nilam
No Nama alat Instrumentasi Kegunaan
TC Mengontrol temperatur dalam ekstraktor LI Mengontrol tinggi cairan dalam ekstraktor 1 Ekstraktor Mixer
PI Mengontrol tekanan dalam ekstraktor 2 Tangki cairan LI Menunjukkan tinggi cairan dalam tangki 4 Pompa FC Mengontrol laju alir cairan dalam pipa
TC Mengontrol temperatur dalam heat exchanger 5 Heat Exchanger
PI Menunjukkan tekanan dalam heat exchanger TC Mengontrol temperatur dalam cooler
6 Cooler
PI Menunjukkan tekanan dalam cooler
Instrumentasi yang digunakan pada pabrik pembuatan minyak nilam adalah : Instrumentasi Ekstraktor Mixer
Gambar 6.1 Instrumentasi Ekstraktor Mixer
[image:48.595.247.369.405.603.2]tekanan dalam ekstraktor mixer. Level indikator (LI) berfungsi untuk mengontrol tinggi cairan dalam ekstraktor mixer dengan mengatur bukaan katup aliran produk keluar ekstraktor mixer.
Instrumentasi tangki cairan
Gambar 6.2 Instrumentasi Tangki Cairan
Instrumentasi pada tangki cairan mencakup level indikator (LI) yang berfungsi untuk menunjukkan tinggi cairan di dalam tangki.
Instrumentasi pompa
Gambar 6.3 Instrumentasi Pompa
Instrumentasi Heat Exchanger
Gambar 6.4 Instrumentasi Heat Exchanger
Instrumentasi pada heat exchanger mencakup temperature controller (TC) yang berfungsi untuk mengatur temperatur cairan pada heat exchanger dengan mengatur bukaan katup steam masuk dan flow controller (FC) yang berfungsi untuk mengatur laju alir steam dalam pipa dengan mengatur bukaan katup aliran steam.
Instrumentasi cooler
Gambar 6.5 Instrumentasi Cooler
6.2 Keselamatan Kerja Pabrik
Keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan, cacat ataupun kematian. Keselamatan kerja dan keamanan pabrik merupakan faktor yang perlu diperhatikan secara serius. Dalam hubungan ini bahaya yang dapat timbul dari mesin, bahan baku dan produk, sifat zat, serta keadaan tempat kerja harus mendapat perhatian yang serius sehingga dapat dikendalikan dengan baik untuk menjamin kesehatan karyawan.
Untuk menjamin keselamatan kerja, maka dalam perencanaan suatu pabrik perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
Lokasi pabrik
Sistem pencegahan kebocoran Sistem perawatan
Sistem penerangan
Sistem penyimpanan material dan perlengkapan Sistem pemadam kebakaran
Disamping itu terdapat beberapa peraturan dasar keselamatan kerja yang harus diperhatikan pada saat bekerja di setiap pabrik-pabrik kimia, yaitu:
Tidak boleh merokok atau makan
Tidak boleh minum minuman keras (beralkohol) selama bertugas
Pada pra rancangan pabrik pembuatan minyak nilam ini, usaha-usaha pencegahan terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dilakukan dengan cara : 1. Pencegahan terhadap kebakaran
Memasang sistem alarm pada tempat yang strategis dan penting, seperti power station, laboratorium dan ruang proses.
Mobil pemadam kebakaran harus selalu dalam keadaan siap siaga di fire station.
Fire hydrant ditempatkan di daerah storage, proses, dan perkantoran.
Fire extinguisher disediakan pada bangunan pabrik untuk memadamkan api yang relatif kecil.
Smoke detector ditempatkan pada setiap sub-stasiun listrik untuk mendeteksi kebakaran melalui asapnya.
2. Memakai peralatan perlindungan diri
Di dalam pabrik disediakan peralatan perlindungan diri, seperti : Pakaian kerja
Pakaian luar dibuat dari bahan-bahan seperti katun, wol, serat, sintetis, dan asbes. Pada musim panas sekalipun tidak diperkenankan bekerja dengan keadaan badan atas terbuka.
Sepatu pengaman
Sepatu harus kuat dan harus dapat melindungi kaki dari bahan kimia dan panas. Sepatu pengaman bertutup baja dapat melindungi kaki dari bahaya terjepit. Sepatu setengah tertutup atau bot dapat dipakai tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan.
Topi pengaman
Topi yang lembut baik dari plastik maupun dari kulit memberikan perlindungan terhadap percikan-percikan bahan kimia, terutama apabila bekerja dengan pipa-pipa yang letaknya lebih tinggi dari kepala, maupun tangki-tangki serta peralatan lain yang dapat bocor.
Sarung tangan
Dalam menangani beberapa bahan kimia yang bersifat korosif, maka para operator diwajibkan menggunakan sarung tangan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Masker
Berguna untuk memberikan perlindungan terhadap debu-debu yang berbahaya ataupun uap bahan kimia agar tidak terhirup.
3. Pencegahan terhadap bahaya mekanis
Sistem ruang gerak karyawan dibuat cukup luas dan tidak menghambat kegiatan kerja karyawan.
Alat-alat dipasang dengan penahan yang cukup kuat
4. Pencegahan terhadap bahaya listrik
Setiap instalasi dan alat-alat listrik harus diamankan dengan pemakaian sekering atau pemutus hubungan arus listrik secara otomatis lainnya.
Sistem perkabelan listrik harus dipasang secara terpadu dengan tata letak pabrik, sehingga jika ada perbaikan dapat dilakukan dengan mudah
Memasang papan tanda bahaya yang jelas pada daerah sumber tegangan tinggi
Kabel-kabel listrik yang letaknya berdekatan dengan alat-alat yang beroperasi pada suhu tinggi harus diisolasi secara khusus
Setiap peralatan atau bangunan yang menjulang tinggi harus dilengkapi dengan penangkal petir yang dibumikan
5. Menerapkan nilai-nilai disiplin bagi karyawan
Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman-pedoman yang diberikan dan mematuhi setiap peraturan dan ketentuan yang diberikan.
Setiap kecelakaan kerja atau kejadian yang merugikan segera dilaporkan ke atasan.
Setiap karyawan harus saling mengingatkan akan perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.
Setiap ketentuan dan peraturan harus dipatuhi. 6. Penyediaan poliklinik di lokasi pabrik
Poliklinik disediakan untuk tempat pengobatan akibat terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba, misalnya menghirup gas beracun, patah tulang, luka terbakar pingsan/syok dan lain sebagainya.
Apabila terjadi kecelakaan kerja, seperti terjadinya kebakaran pada pabrik, maka hal-hal yang harus dilakukan adalah :
Mematikan seluruh kegiatan pabrik, baik mesin maupun listrik.
Mengaktifkan alat pemadam kebakaran, dalam hal ini alat pemadam kebakaran yang digunakan disesuaikan dengan jenis kebakaran yang terjadi, yaitu :
Instalasi pemadam dengan air
VI-9
kabut. Sebagai sumber air, biasanya digunakan air tanah yang dialirkan melalui pipa-pipa yang dipasang pada instalasi-instalasi tertentu di sekitar areal pabrik. Air dipompakan dengan menggunakan pompa yang bekerja dengan instalasi listrik tersendiri, sehingga tidak terganggu apabila listrik pada pabrik dimatikan ketika kebakaran terjadi.
Instalasi pemadam dengan CO2
CO2 yang digunakan berbentuk cair dan mengalir dari beberapa tabung
BAB VII
UTILITAS
Dalam suatu pabrik, utilitas merupakan unit penunjang utama dalam
memperlancar jalannya proses produksi. Oleh karena itu, segala sarana dan
prasarananya harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin
kelangsungan operasi suatu pabrik.
Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada Pabrik Pembuatan minyak nilam ini
adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan uap (steam) 2. Kebutuhan air
3. Kebutuhan bahan kimia
4. Kebutuhan bahan bakar
5. Kebutuhan listrik
6. Unit pengolahan limbah
7.1 Kebutuhan Uap (Steam)
Dalam pabrik, uap digunakan sebagai media pemanas alat-alat perpindahan
panas. Adapun kebutuhan uap pada pabrik pembuatan minyak nilam adalah sebanyak
1626,6125 kg/jam yang digunakan pada ekstraktor, dan heat exchanger.
Tambahan untuk faktor keamanan diambil sebesar 30 %. (Nalco, 1998)
Maka kebutuhan uap = 30% ×1626,6125 = 487,9838 kg/jam
Total uap yang harus dihasilkan ketel = 1626,6125 + 487,9838
= 2114,5963 kg/jam
Diperkirakan 80 % kondensat dapat dipergunakan kembali sehingga :
Kondensat yang dapat digunakan kembali = 80%×2114,5963 = 1691,677 kg/jam
7.2 Kebutuhan Air
Kebutuhan air pada Pabrik Pembuatan minyak nilam ini mencakup kebutuhan
air yang diperlukan untuk kebutuhan steam pada ekstraktor dan heat exchanger serta untuk memenuhi kebutuhan air pendingin pada unit ketel, water cooling tower,
kebutuhan air domestik, laboratorium, kantor, poliklinik, tempat ibadah, dan lain –
lain. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air maka dapat diuraikan sebagai berikut :
- Kebutuhan air untuk umpan ketel = 422,9193 kg/jam
- Kebutuhan air pendingin = 2850,34132 kg/jam
Total kebutuhan air = 3273,26062 kg/jam
Kebutuhan air pendingin
Kebutuhan air pendingin pada pabrik pembuatan minyak nilam dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 7.1 Kebutuhan Air Pendingin
No Nama Alat Nama Alat Kebutuhan (kg/jam)
1 Cooler CD-101 65,3709
2 Kondensor CD-102 2784,97042
total 2850,34132
Air pendingin bekas digunakan kembali setelah didinginkan dalam menara
pendingin air. Dengan menganggap terjadi kehilangan air selama proses sirkulasi,
maka air tambahan yang diperlukan adalah jumlah air yang hilang karena penguapan,
drift loss, dan blowdown (Perry, 1999).
Air yang hilang karena penguapan dapat dihitung dengan persamaan:
We = 0,00085 Wc (T2 – T1) (Pers. 12-10 Perry, 1999)
Di mana :
Wc = jumlah air pendingin yang diperlukan = 2850,34132 kg/jam
T1 = temperatur air pendingin masuk = 25°C = 77°F
T2 = temperatur air pendingin keluar = 40°C = 104°F
Maka,
We = 0,00085 × 2850,34132 × (104-77) = 65,4153 kg/jam
Wd = 0,002 × 2850,34132 = 5,7007 kg/jam
Air yang hilang karena blowdown bergantung pada jumlah siklus sirkulasi air pendingin, biasanya antara 3 – 5 siklus (Perry, 1997). Ditetapkan 5 siklus, maka:
1 S
W
W e
b
(Pers, 12-12, Perry, 1999)
kg/jam 3538
, 16
1 5 65,4153 Wb
Sehingga make up air yang diperlukan = 65,4153 + 5,7007 + 16,3538
= 87,4698 kg/jam
Air untuk berbagai kebutuhan
Perkiraan pemakaian air untuk berbagai kebutuhan adalah seperti terlihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 7.2 Pemakaian air untuk berbagai kebutuhan
Kebutuhan Jumlah air (liter)
Domestik 800
Laboratorium 10
Pencucian Peralatan 15
Total 825
Sumber air untuk pabrik pembuatan minyak nilam ini berasal dari air tanah
yang diperoleh dengan membuat sumur bor. Kualitas air dapat diasumsikan sebagai
berikut :
Tabel 7.3 Kualitas Air Tanah Lhok Sukon
Parameter Satuan Kadar
Suhu
pH
Kekeruhan
Besi (Fe)
Clorida (Cl)
Seng (Zn)
Sulfat (SO4)
Arsen (Ar)
SiO2
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
Zat organik
°C
-
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
25
7
6-9
4,48
11
0.082
10
0.02
27
45
28
12
Sumber : Mobile oil, 2007
Untuk menjamin kelangsungan penyediaan air, maka di lokasi pengambilan air
dibangun fasilitas penampungan air (water intake facility) yang juga merupakan tempat pengolahan awal air tanah dari sumur bor. Untuk pengolahan awal, dilakukan
penyaringan, selanjutnya air dipompakan ke lokasi pabrik untuk diolah dan
digunakan sesuai dengan keperluannya. Pengolahan air di pabrik terdiri dari
beberapa tahap, yaitu:
1. Screening 2. Klarifikasi
3. Filtrasi
4. Demineralisasi
5. Deaerasi
7.2.1 Screening
Pengendapan merupakan tahap awal dari pengolahan air. Pada screening, partikel-partikel padat yang besar akan tersaring tanpa bantuan bahan kimia.
Sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan terikut bersama air menuju unit
dialirkan ke dalam bak pengendapan, dimana partikel padat yang berdiameter besar
akan mengendap secara gravitasi. Diameter partikel padat berkisar antara 10-4 meter.
(Baron, 1982)
7.2.2 Klarifikasi
Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan yang disebabkan oleh
suspended solid di dalam air. Air dari bak pengendapan dialirkan ke dalam clarifier setelah diinjeksikan larutan alum Al2(SO4)3 yang berfungsi sebagai koagulan dan
larutan soda abu Na2CO3 yang berfungsi sebagai bahan pembantu untuk
mempercepat pengendapan dan penetralan pH.
Setelah pencampuran yang disertai pengadukan maka akan terbentuk
flok-flok yang akan mengendap ke dasar clarifier karena gaya gravitasi, sedangkan air jernih akan keluar melimpah (overflow) yang selanjutnya akan masuk ke penyaring pasir (sand filter)untuk penyaringan.
Pemakaian larutan alum umumnya hingga 50 ppm terhadap jumlah air yang
akan diolah, sedangkan perbandingan pemakaian alum dan abu soda = 1 : 0,54.
(Baron, 1982)
Total kebutuhan air = 3273,26062 kg/jam
Pemakaian larutan alum = 50 ppm
Pemakaian larutan soda abu = 0,54 × 50 = 27 ppm
Larutan alum yang dibutuhkan = 50.10-6 × 3273,26062 = 0,1637 kg/jam
Larutan soda abu yang dibutuhkan = 27.10-6 × 3273,26062 = 0,0884 kg/jam
7.2.3 Filtrasi
Filtrasi berfungsi untuk memisahkan flok dan koagulan yang masih terikat
bersama air. Penyaring pasir (sand filter) yang digunakan terdiri dari 3 lapisan yaitu : a. Lapisan I terdiri dari pasir hijau (green sand) setinggi 60,96 cm
b. Lapisan II terdiri dari anterakit setinggi 31,75 cm
c. Lapisan III terdiri dari batu kerikil (graved) setinggi 17,78 cm
sand filter akan menurun. Untuk itu diperlukan regenerasi secara berkala dengan cara pencucian balik (back washing). Dari penyaring ini, air dipompakan ke menara air sebelum didistribusikan untuk berbagai kebutuhan.
Untuk air domestik, laboratorium, kantin, dan tempat ibadah, serta poliklinik,
dilakukan proses klorinasi, yaitu mereaksikan air dengan klor untuk membunuh
kuman-kuman di dalam air. Klor yang digunakan biasanya berupa kaporit, Ca(CIO)2.
Perhitungan kebutuhan kaporit, Ca(CIO)2
Total kebutuhan air yang memerlukan proses klorinasi = 825 liter :
Kaporit yang digunakan direncanakan mengandung klorin 70 %
Kebutuhan klorin = 2 ppm dari berat air
Total kebutuhan kaporit = (2.10-6 x 825)/0,7 = 0,0024 kg/jam
7.2.4 Demineralisasi
Air untuk umpan ketel harus semurni mungkin dan bebas dari garam-garam
terlarut. Untuk itu perlu dilakukan proses demineralisasi, yaitu proses penghilangan
ion-ion terlarut dari dalam air. Alat demineralisasi dibagi atas:
1. Penukar Kation (Cation Exchanger)
Penukar kation berfungsi untuk mengikat logam-logam alkali dan
mengurangi kesadahan air yang digunakan. Proses yang terjadi adalah pertukaran
antara kation Ca, Mg dan kation lain yang larut dalam air dengan kation dari resin.
Resin yang digunakan bermerek Daulite C-20. Reaksi yang terjadi: 2H+R + Ca2+ Ca2+R + 2H+
2H+R + Mg2+ Mg2+R + 2H+
Untuk regenerasi dipakai H2SO4 berlebih dengan reaksi:
Ca2+R + H2SO4