• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keahlian Audit Dan Audit Judgment Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Oleh Akuntan Publik Dengan Pengalaman Sebagai Variabel Moderating

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Keahlian Audit Dan Audit Judgment Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Oleh Akuntan Publik Dengan Pengalaman Sebagai Variabel Moderating"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN AUDIT JUDGMENT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI OLEH AKUNTAN PUBLIK DENGAN

PENGALAMAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Dina Mardiana NIM : 1112082000070

PROGRAM STUDIAKUNTASI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Dina Mardiana

2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 28 Desember 1994 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Anak ke- dari : 13 dari 14 bersaudara

6. Alamat : Jl. Mampang Prapatan XIII No. 68c Kec. Mampang Prapatan, Kel. Tegal Parang, Jakarta Selatan 12790

7. Telepon : 083875837897

8. Email : dinamardiana2819@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SD ( 1999-2006) : MI. Sa’adatuddarain 2. SMP (2006-2009) : MTs. Negeri 1 Jakarta 3. SMA (2009-2012) : SMK Negeri 47 Jakarta

4. S1 ( 2012-2016) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Paskibra MTs. Negeri 1 Jakarta (2006-2007)

2. Ekskul Karya Ilmiah Remaja (KIR) MTs. Negeri 1 Jakarta (2007-2008) 3. Rohis SMK Negeri 47 Jakarta (2009-2011)

4. Bendahara Komunitas Tari Tradisional (KONTRAS) Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ( 2014-2015)

IV. LATAR BELAKANG ORANG TUA

1. Ayah : Romli Abdul Hamid

2. Tempat, tangal lahir : Jakarta, 25 Oktober 1948

(7)

viii

4. Ibu : Sunayah

5. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 19 September 1953

6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

7. Alamat : Jl. Mampang Prapatan XIII No. 68c

Kec. Mampang Prapatan, Kel. Tegal Parang Jakarta Selatan 12790

(8)

ix

INFLUENCE OF AUDIT EXPERTISE AND AUDIT JUDGMENT TO THE ACCURACY OF AUDIT OPINION BY ACCOUNTANT PUBLIC WITH

EXPERIENCE AS MODERATING VARIABLE

ABSTRACT

This study examines the influence of audit expertise and audit judgment to the accuracy of audit opinion by accountant public with experience as moderating variable. The data reached by distribute the quetioner to Public Accounting Firm in DKI Jakarta. The number of auditor in this study were 63 auditors from 17 Public Accounting Firm. The sample were junior auditor, senior auditor, supervisor, manager, and partner. The method of determining the sample using by convenience sampling method. The data processing methods used by researcher are the multiple regression and moderate regression analysis.

The result shows that audit expertise and audit judgment has significantly influence for the accuracy of audit opinion by accountant public and experience can be a moderating variable to audit expertise and audit judgment.

(9)

x

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN AUDIT JUDGMENT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI OLEH AKUNTAN PUBLIK DENGAN

PENGALAMAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

ABSTRAK

Penelitian ini menguji pengaruh keahlian audit dan audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik dengan pengalaman sebagai variabel moderating. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner pada Kantor Akuntan Publik di wilayah DKI Jakarta. Jumlah auditor yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 63 auditor dari 17 Kantor Akuntan Publik. Yang menjadi sampel adalah auditor junior, auditor senior, supervisor, manager, dan partner. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah

convenience sampling, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda dan analisis regresi moderate.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keahlian audit dan audit judgment

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik dan pengalaman dapat menjadi variabel moderating bagi keahlian audit dan audit judgment.

(10)

xi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalammualaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “Pengaruh Keahlian Audit dan Audit Judgment terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik dengan Pengalaman sebagai Variabel Moderating” dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. teladan bagi insan di muka bumi.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua (Bapak dan Mama) yang telah menjadi penyemangat terbesar dan terbaik dalam hidup dan yang telah memberikan dukungan tiada henti baik berupa doa maupun kasih sayang berlimpah kepada penulis. 3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Reskino, SE., M.Si., Ak., CA selaku dosen Pembimbing Skripsi yang

telah bersedia meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

(11)

xii

8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan kepada penulis.

9. Seluruh kakak dan adik yang telah memberikan doa, motivasi, inspirasi dan bantuan yang tiada hentinya kepada penulis.

10. Ari Wibowo yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, semangat, serta meluangkan banyak waktu kepada penulis untuk menemani menyebarkan kuesioner serta mendengarkan keluh kesah penulis dalam proses penulisan skripsi dari awal hingga akhir. Terima kasih.

11. Sahabat tercinta dari SMK hingga sekarang alias Ruba (Andyn, Arra, Elis, Febby, Pramesh dan Sifah) yang senantiasa memberikan semangat, dukungan dan doa kepada penulis.

12. Sahabat tercinta di kampus dari awal semester hingga sekarang alias Detoakbocor (Andyn, Aniah, Annisa, Arlia, Hani, Iha, Indah, Tanti dan Wiwi) yang selalu bersama-sama berjuang dari semester awal hingga saat ini, memberikan bantuan, doa, dukungan serta meluangkan waktu untuk penulis terutama Andyn, Annisa dan Indah yang rela mengorbankan waktunya untuk menemani penulis dalam menyebarkan kuesioner. Terima kasih dan see you on top!

13. Teman satu bimbingan alias Perempuan Tanggung (Arlia, Desi, Hani, Inayah dan Indah) yang berjuang bersama, membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.

14. Seluruh teman Akuntansi 2012 (khususnya Akuntansi C dan Kelas Konsentrasi Audit) yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis. 15. KKN Heart (Aidha, Al, Andyn, Arif, Atya, Eufrat, Juan, Nanda, Rama, Reza,

Satrio, Sohiman, Taufik, Tegar dan Zakka) yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis terutama Taufik dan Tegar yang telah mengusahakan agar sertifikat KKN dapat dikeluarkan oleh PPM dengan cepat.

(12)

xiii

karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Juni 2016

(13)

xiv DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

COVER ... i

COVER DALAM ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... vi

(14)

xv

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 33

C. Kerangka Pemikiran ... 41

D. Perumusan Hipotesis ... 43

1. Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik... 43

2. Audit Judgment dengan Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik... 44

3. Pengalaman dalam Memoderasi Keahlian Audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik ... 46

4. Pengalaman dalam Memoderasi Audit Judgment terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik ... 48

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 53

1. Keahlian Audit (X1) ... 53

2. Audit Judgment (X2)... 53

3. Pengalaman (X3) ... 54

4. Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik (Y).. 54

(15)

xvi

b. Uji Normalitas ... 59

c. Uji Heteroskedastisitas ... 59

4. Uji Hipotesis ... 60

a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda ... 60

b. Pengujian dengan Analisis Regresi Moderate (Moderate Regression Analysis-MRA) ... 62

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 67

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 67

2. Karakteristik Profil Responden ... 68

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 72

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 72

2. Hasil Uji Kualitas Data ... 73

a. Hasil Uji Validitas ... 73

b. Hasil Uji Reliabilitas ... 75

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 76

a. Hasil Uji Multikolonieritas ... 76

b. Hasil Uji Normalitas ... 77

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79

4. Hasil Uji Hipotesis ... 81

a. Pengujian Hipotesis Regresi Berganda ... 81

b. Pengujian Hipotesis Regresi Moderate Uji Interaksi ... 88

(16)

xvii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Akuntan Publik yang Dikenakan Sanksi Pembekuan Izin dalam Satu

Dekade Terakhir ... 5

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 34

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 55

4.1 Data Sampel Penelitian ... 68

4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68

4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 69

4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ... 70

4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 71

4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 71

4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 72

4.8 Hasil Uji Validitas Keahlian Audit ... 73

4.9 Hasil Uji Validitas Audit Judgment ... 73

4.10 Hasil Uji Validitas Pengalaman ... 74

4.11 Hasil Uji Validitas Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik . 75 4.12 Hasil Uji Reliabilitas... 75

4.13 Hasil Uji Multikolonieritas ... 76

4.14 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov ... 79

4.15 Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas ... 81

(17)

xviii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 41

4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 77

4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ... 78

(18)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 111

2 Surat Penelitian Skripsi... 113

3 Surat Keterangan dari KAP ... 119

4 Kuesioner Penelitian ... 125

5 Daftar Jawaban Responden... 133

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh keahlian audit dan audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik dengan menempatkan pengalaman sebagai variabel moderating. Sebagaimana diketahui bahwa pihak eksternal selaku pengguna laporan keuangan bisa saja menganggap bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen mengandung kemungkinan adanya ketidakjujuran yang dilakukan oleh manajemen dan menguntungkan bagi pihak mereka. Oleh karena itu, diperlukanlah jasa auditor sebagai pihak yang netral dan independen dalam menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan para pengguna informasi laporan keuangan.

(20)

2 Banyaknya kasus perusahaan mengalami kegagalan dalam bisnis akibat gagalnya auditor dalam mendeteksi dapat mengancam kredibilitas laporan keuangan. Ancaman ini mempengaruhi persepsi masyarakat, khususnya pemakai laporan keuangan atas opini audit yang diberikan. Pentingnya opini yang diberikan oleh auditor, maka seorang auditor harus mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit dengan baik, sehingga memadai untuk dapat merumuskan sebuah opini yang tepat (Wahyudi et al., 2014).

Adiloğlu & Vuran (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa setelah terjadinya skandal akuntansi, tanggung jawab auditor untuk menilai kesesuaian opini-opini audit telah menjadi subyek dari banyak perdebatan dalam profesi audit dan penelitian oleh para akademisi. Kebanyakan profesional akuntansi setuju bahwa dalam kebanyakan kasus yang terjadi, auditor telah gagal dalam mengungkap salah saji material dan salah dalam mengeluarkan jenis opini audit dikeluarkan.

(21)

3 rata-rata penjualan tahunan sebesar USD10 miliar dan mempekerjakan lebih dari 35.000 orang di seluruh dunia.

Olympus Corporation mengalami goncangan hebat pada tahun 2011 ketika skandal besar yang di lakukan Olympus terkuak ke permukaan. Skandal yang berhasil di tutupi selama kurang lebih dua dekade akhirnya terungkap, skandal ini terungkap akibat buntut dari pemecatan CEO Olympus Michael Woodford pada tanggal 14 Oktober 2011 yang baru saja menduduki jabatan tersebut tidak lebih dari 2 minggu. Alasan pemecatan Woodford karena dia mempertanyakan pengambilan keputusan investasi yang di ambil oleh manajemen Olympus selama kurun waktu 6 tahun dari tahun 2002 hingga tahun 2008. Salah satu keputusan investasi yang dipertanyakan adalah akuisisi produsen peralatan medis asal Inggris, Gyrus pada tahun 2008 senilai USD2,2 miliar atau senilai Rp 18,7 triliun. Selain itu juga terdapat biaya penasihat dalam akuisisi Gyrus tersebut sebesar USD687 juta atau senilai Rp 5,83 triliun dan pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal sebesar USD773 juta atau senilai Rp 6,57 triliun.

(22)

4 mati-matian. Namun, lewat jalan berliku, akhirnya produsen kamera asal Jepang itu mengakui telah menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama 20 tahun, sejak era 1980-an. Selama dua puluh tahun terakhir manajemen Olympus berhasil menyembunyikan kerugian investasi yang di alaminya dari laporan keuangan miliknya bahkan auditor eksternal Olympus juga tidak mencium aroma kecurangan yang di lakukan oleh manajemen Olympus. Auditor Olympus pada tahun 1990-an adalah Arthur Andersen afiliasi Jepang, yang dulu adalah salah satu dari perusahaan akuntan big five. Setelah Andersen runtuh pada tahun 2002, KPMG mengakuisisi unit perusahaan ini di Jepang dan berganti nama menjadi Asasi &Co, sejak saat itu audit olympus diambil alih oleh Asashi & Co hingga tahun 2009. Olympus kemudian beralih ke Ernest & Young.

(23)

5 maupun mengungkapkan kecurangan laporan keuangan mereka (Aliya, 2011).

Kasus lain yang ada di Indonesia adalah dikenakannya sanksi pembekuan akuntan publik yang disebabkan oleh pelanggaran-pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA)-Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang nantinya dinilai akan berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen. Daftar akuntan publik tersebut dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut ini

Tabel 1.1

Akuntan Publik yang Dikenakan Sanksi Pembekuan Izin dalam Satu Dekade Terakhir

No Akuntan

Publik Keterangan Alasan

1 Ben Ardi,

Belum sepenuhnya mematuhi SA-SPAP dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Bumi Citra Permai, Tbk tahun 2013

2 Drs Hans

Belum sepenuhnya mematuhi SA-SPAP dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PTSamcon tahun buku 2008

(24)

6 Tabel 1.1 (Lanjutan)

No Akuntan

Publik Keterangan Alasan

3 bulan 2007 terhadap SA-SPAP dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT Serasi Tunggal Mandiri untuk tahun yang berakhir 31 Desember terhadap SA-SPAP dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Batan Teknologi (Persero) tahun buku 2004-terhadap SA-SPAP dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Batan Teknologi (Persero) pada periode yang berakhir 30 Juni 2007

8 Drs. Amir terhadap SA-SPAP dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Batan Teknologi (Persero) tahun buku 2002 dan 2003 terhadap SPAP berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 10 Justinus terhadap SPAP berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River International Tbk Tahun 2003

(25)

7 Berdasarkan contoh kasus tersebut, dapat dijelaskan bahwa masih adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh auditor dan penyebab terjadinya hal tersebut adalah kurangnya keahlian yang dimiliki auditor dan kemampuan auditor dalam memberikan judgment terhadap laporan keuangan suatu perusahaan yang sedang diaudit oleh auditor, dimana kurangnya kedua hal tersebut akan berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Akan tetapi, dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki oleh auditor, keahlian dan kemampuan auditor dalam memberikan judgment

akan lebih meningkat, sehingga auditor dapat lebih tepat dalam memberikan atau menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang sedang diaudit.

Penelitian yang dilakukan oleh Sukendra et al. (2015) menyatakan bahwa ketepatan pemberian opini oleh auditor dapat dipengaruhi oleh keahlian audit. Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain: merencanakan program kerja pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan.

(26)

8 menyatakan bahwa keahlian dapat menjadikan auditor sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat professional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan serta keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi, professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang professional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing.

Oleh karena itu, keahlian dapat dijadikan sebagai salah satu faktor utama yang harus dimiliki seorang auditor, dengan keahlian yang dimilikinya memungkinkan tugas-tugas pemeriksaan yang dijalankan dapat diselesaikan secara baik dengan hasil yang maksimal. Keahlian yang dimiliki auditor dapat diperoleh dari pendidikan formal dan non formal. Salah satu sumber peningkatan keahlian auditor dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang audit dan akuntansi. Pengalaman dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti: pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan keahlian auditor (Wulandari et al., 2014).

(27)

9 mempengaruhi opini audit yang dihasilkan. Semakin besar tingkat materialitas semakin auditor cenderung memberikan opini tidak menyatakan pendapat atau disclaimer. Hogarth (1992) dalam Jamilah et al. (2007) menyatakan bahwa judgment memberikan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds. Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses incremental judgment jika informasi terus menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan keputusan/pilihan baru.

Keahlian dan audit judgment berkaitan erat dengan pengalaman. Keahlian dan pengalaman merupakan suatu komponen penting bagi auditor dalam melakukan prosedur audit. Auditor yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman (Butt (1988) dalam Adrian (2013).

(28)

10 audit ditunjukkan dengan jumlah penugasan audit yang pernah dilakukan. Pengalaman seorang auditor menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor karena auditor yang lebih berpengalaman dapat mendeteksi adanya kecurangan-kecurangan pada laporan keuangan.

Menurut Sukendra et al. (2015), pengalaman menjadi indikator penting bagi kualifikasi profesional seorang auditor. Pengalaman audit ditunjukkan dengan jumlah penugasan audit yang pernah dilakukan. Auditor yang telah memiliki banyak pengalaman tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk menemukan kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) yang tidak lazim yang terdapat dalam laporan keuangan tetapi juga auditor tersebut dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat terhadap temuannya tersebut dibandingkan dengan auditor yang masih dengan sedikit pengalaman. Wulandari et al. (2014) menyatakan bahwa pengalaman kerja mempengaruhi kemampuan kerja, semakin sering seseorang bekerja dan melakukan pekerjaan yang sama, maka akan semakin terampil orang tersebut dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Banyaknya pengalaman kerja di bidang auditing yang dimiliki oleh seorang auditor berupa jumlah penugasan yang pernah dilakukan dalam waktu yang cukup lama, maka keahlian dan kemampuan auditor dalam memberikan opini yang tepat semakin baik sehingga laporan audit yang diterbitkan oleh auditor akan lebih dipercaya oleh pihak eksternal.

(29)

11 berbagai pihak dan kesalahan auditor dalam menyatakan pendapat pada laporan audit akan berdampak negatif bagi banyak pihak yang berkepentingan seperti pihak manajemen, investor, publik yang memerlukan informasi atas laporan audit tersebut serta kantor akuntan publik dimana auditor itu bekerja. Kedua, berbagai penelitian sebelumnya mengenai keahlian audit terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sukendra et al. (2015), Wahyudi et al. (2014), dan Adrian (2013) menunjukkan bawa keahlian audit mempengaruhi ketepatan pemberian opini sementara penelitian yang dilakukan oleh Surfeliya et al. (2014), Siregar (2012), Sabrina & Januarti (2012), serta Gusti & Ali (2008) menunjukkan bahwa keahlian audit tidak mempengaruhi ketepatan pemberian opini. Ketiga, dari penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang menggunakan variabel pengalaman sebagai variabel moderasi dalam melakukan penelitian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba memasukkan variabel pengalaman sebagai variabel moderasi karena dengan adanya pengalaman diduga akan lebih meningkatkan keahlian dan audit judgment, sehingga auditor dapat melaksanakan tugasnya dan tepat dalam menyatakan opini atas laporan keuangan yang telah diaudit.

(30)

12 Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sukendra et al. (2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:

1. Variabel independen yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah skeptisme professional, pengalaman auditor, keahlian audit yang diduga mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Sedangkan, dalam penelitian ini menambahkan satu variabel independen yaitu variabel audit judgment, mengurangi satu variabel dari penelitian sebelumnya yaitu variabel skeptisme professional serta menjadikan variabel pengalaman sebagai variabel moderating karena dengan adanya pengalaman bagi auditor eksternal akan lebih membantu auditor dalam melaksanakan prosedur audit. Variabel moderating inilah yang merupakan ciri khusus dalam penelitian ini karena dalam penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang menggunakan variabel pengalaman sebagai variabel moderating.

(31)

13 B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah keahlian audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik?

2. Apakah audit judgment berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik?

3. Apakah pengalaman memoderasi pengaruh keahlian audit terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik?

4. Apakah pengalaman memoderasi pengaruh audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang:

a. Pengaruh keahlian audit terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik

b. Pengaruh audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik

(32)

14 d. Peran pengalaman dalam memoderasi pengaruh audit judgment

terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik 2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:

a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.

b. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang profesi akuntan publik serta menambah pengetahuan akuntansi dan auditing dengan memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit.

c. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

d. Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai tinjauan yang diharapkan dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan ketepatan pemberian opini auditnya dan auditor diharapkan melakukan pengambilan keputusan secara profesional sesuai dengan keahlian yang dimiliki bardasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sehingga auditor dapat menghasilkan kinerja yang baik. e. Pemakai Jasa Akuntansi, sebagai sumber informasi agar klien

(33)
(34)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Theory of Planned Behavior

Menurut Ajzen (2005:117 dan 118) Theory Planned of Behavior ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia biasanya akan berperilaku pantas (behave in a sensible manner). Pada dasarnya teori ini merupakan fungsi dari tiga dasar determinan. Pertama, terkait dengan sikap dasar seseorang (person in nature) disebut dengan attitude toward the behavior (sikap seorang terhadap perilaku). Contohnya adalah sikap seorang terhadap intuisi, terhadap orang lain, atau terhadap suatu objek. Dalam hal ini, sikap auditor terhadap lingkungan dimana ia bekerja (kantor), terhadap atasannya atau terhadap penjelasan dari kliennya, dan tentunya terhadap pemberian opininya atas laporan keuangan.

(35)

17 pengalaman masa lalu dan persepsi seseorang mengenai seberapa sulit untuk melakukan suatu perilaku tertentu.

Teori ini digunakan untuk menjelaskan pengalaman auditor dalam melakukan prosedur audit sampai memberikan opini atas laporan keuangan. Dengan adanya pengalaman yang dimiliki auditor, auditor dapat menentukan hal-hal atau sikap yang pantas untuk dilakukan, sesuai dengan norma dan aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan tempat ia bekerja. Selain itu, pengalaman auditor juga mampu mengontrol atau mengendalikan sikapnya karena pada dasarnya sikap adalah kepercayaan postif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu, sehingga intensi untuk berperilaku ditentukan dari sikap.

Diantara faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi dimana pembentukan sikap ini penting dan akan berpengaruh pada prosedur audit yang dijalani auditor sehingga opini yang diberikan akan tepat dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya serta auditor yang berpengalaman mampu menjelaskan hasil audit yang lebih luas. Oleh karena itu pemilihan landasan teori ini dapat menjelaskan pengalaman dan perannya dalam memoderasi pengaruh keahlian dan audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini.

2. Teori Atribusi

(36)

18 dikembangkan oleh Fritz Haider yang mengargumentasikan bahwa perilaku seseorang itu ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal

(internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang misalnya kemampuan atau usaha dan kekuatan eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar misalnya kesulitan tugas atau keberuntungan (Suartana, 2010:181).

Teori atribusi menekankan gagasan bahwa seseorang termotivasi dengan hasil yang menyenangkan untuk dapat merasa lebih baik akan dirinya sendiri. Atribusi mengacu kepada penyebab suatu kejadian atau hasil yang diperoleh berdasarkan persepsi individu atau pemikiran dan pendapat masing-masing individu.

Teori atribusi berkaitan dengan proses di mana individu menginterpretasikan bahwa peristiwa di sekitar mereka disebabkan oleh bagian lingkungan mereka yang secara relatif stabil. Secara singkat, teori atribusi berusaha untuk menjelaskan bagian mengapa dari perilaku. Secara lebih spesifik, individu akan berusaha menganalisis mengapa peristiwa tertentu muncul dan hasil dari analisis tersebut akan mempengaruhi perilaku mereka di masa mendatang (Ivancevich et al., 2005:123).

Teori ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh dari keahlian dan

(37)

19 untuk merencanakan prosedur audit dan mengevaluasi bukti yang diperoleh. Dengan demikian, akan dapat memberikan opini yang tepat akurat.

Auditor juga harus menggunakan kemahirannya untuk membuat pertimbangan (judgment), sehingga auditor dapat memperoleh dan mengevaluasi bukti yang memadai untuk ditariknya kesimpulan audit dan mencapai hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, pencapaian hasil yang diharapkan akan lebih terealisasi. Keberhasilan atau kegagalan menurut persepsi individu menyebabkan pengharapan untuk terjadinya tindakan di masa mendatang dan menimbulkan emosional. Dalam hal ini, auditor yang memiliki pengalaman yang kurang baik menyebabkan munculnya suatu tindakan untuk lebih baik di akan datang dan akan mengetahui dengan baik bagaimana pertimbangan yang harus dilakukan, sehingga dapat memberikan opini yang tepat.

3. Keahlian Audit

(38)

20 pengalaman profesionalnya saling melengkapi satu sama lain (Agoes, 2012:32). Dan standar umum ketiga menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (SA seksi 230 dalam SPAP).

Menurut Rai (2008:51) menyatakan bahwa dasar pemikiran standar umum ketiga ini adalah keahlian atau keterampilan serta kebebasan bertindak dan berpendapat akan mencapai mutu pekerjaan yang baik apabila audit dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan. Seorang auditor harus memiliki latar belakang pendidikan yang memadai dibidang auditing. Dalam melakukan pemeriksaan audit terhadap sistem keuangan, catatan atas laporan keuangan, maka para auditor wajib mempunyai suatu keahlian yang mendukungnya, karena dalam melakukan suatu pemeriksaan, tidak sembarang orang dapat melakukan teknik audit. Oleh karena itu, setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor.

(39)

21 Keahlian adalah keterampilan dari seorang ahli. Dimana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Seorang yang ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan (Sukendra et al., 2015).

Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat professional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi, professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang professional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing (Adrian, 2013).

(40)

22 keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.

Auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis mapupun pendidikan umum. Asisten junior untuk mencapai kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Akuntan publik harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Akuntan publik harus mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi (Christiawan, 2002).

(41)

23 tertentu biasanya akan bersikap sesuai dengan bagaimana persepsi orang lain terhadap dirinya (Sabrina & Januarti, 2012).

Dari pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa keahlian audit adalah kemampuan auditor dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan serta jarang terjadinya kesalahan dalam melakukan pekerjaan yang diberikan. Dengan banyaknya pengetahuan yang didapat dari belajar baik formal maupun non formal, pelatihan yang memadai, serta banyaknya pengalaman dalam bidang audit, maka keahlian audit dapat terus meningkat.

4. Audit Judgment

Audit judgment merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi yang mempengaruhi dokumentasi bukti serta pembuatan keputusan pendapat auditor atas laporan keuangan suatu entitas. Menurut Siregar (2012), audit judgment

(42)

24

Judgment sering dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan suatu entitas. Audit judgment melekat pada setiap tahap dalam proses audit laporan keuangan, yaitu penerimaan perikatan audit, perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit, dan pelaporan audit.

Audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, sehingga dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan hal-hal yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan, baik dalam pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pertimbangan profesional tersebut diantaranya berkaitan dengan gangguan terhadap independensi, pertimbangan tentang hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang dilaksanakan, pertimbangan profesionalnya terhadap prosedur pemeriksaan yang dirancang untuk menilai salah saji material dan mempertimbangkan pengendalian intern dari entitas yang diperiksa (Praditaningrum & Januarti, 2012).

(43)

25 dihadapkan pada kemungkinan perkara hukum yangakan timbul di masa yang akan datang, kehilangan reputasi, dan sangsi dari organisasi profesi yang dapat menetralkan bias tersebut. Lagi pula auditor harus mempertahankan objektivitas dan independensinya (Arum, 2008).

Siregar (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa hubungan

judgment didasari oleh dua konsep yaitu konsep materialitas dan resiko dan dikaitkan dengan laporan keuangan judgment yang ditentukan dengan mempertimbangkan kedua konsep tersebut akan berpengaruh pada opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan.

Materialitas berhubungan dengan judgment, ketika dikaitkan dengan evaluasi resiko, pertimbangan inilah yang akan mempengaruhi cara-cara pencapaian tujuan audit, ruang lingkup dan arah pekerjaan terperinci serta disposisi kesalahan dan kelalaian. Sedangkan resiko menunjukan tingkat resiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapat atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material (Arifuddin (2002) dalam Siregar (2012).

Menurut FASB no. 2 mendefinisikan materialitas adalah jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi yang dalam kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut. Materialitas suatu error

(44)

26 mengidentifikasikan bahwa dalam suatu audit dibutuhkan akurasi prosedur-prosedur audit yang tinggi untuk mengetahui atau bila mungkin, meminimalkan unsur resiko dalam suatu audit.

Dari pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa audit judgment adalah pertimbangan audit yang berhubungan dengan materialitas dan resiko, dimana jika terjadi kekeliruan pertimbangan audit atas materialitas akan menimbulkan resiko audit sehingga terjadi kekeliruan dalam menyatakan opini atas laporan keuangan.

5. Pengalaman

Definisi pengalaman adalah pengetahuan atau keahlian yang diperoleh dari suatu peristiwa melalui pengamatan langsung ataupun berpartisipasi dalam peristiwa tersebut (Sukendra et al., 2015).

Arens menyebutkan:

Auditor harus menjalani pendidikan formal dibidang akuntansi, pengalaman praktis yang cukup banyak dalam bidang kerja yang dilakukannya, serta pendidikan profesi yang berkelanjutan. Auditor harus memiliki kualifikasi teknis serta berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens, 2003).

(45)

27 Pengalaman kerja seseorang akan menunjukan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukannya dan memberikan peluang yang lebih besar baginya untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Jika seseorang memasuki karir sebagai akuntan publik, ia harus lebih dahulu mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan akuntan senior yang lebih berpengalaman. Bahkan agar akuntan yang baru (junior) selesai menempuh pendidikan formalnya dapat segera menjalani latihan teknis dalam profesinya, pemerintah mengisyaratkan pengalaman kerja di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000 (seribu) jam dalam 5 (lima) tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP bagi akuntan yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik (Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 Tanggal 05 Februari 2008).

(46)

28 lebih akurat terhadap temuannya tersebut dibandingkan dengan auditor yang masih dengan sedikit pengalaman (Sukendra et al., 2015).

Cara memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan antara auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman akan berbeda, demikian halnya dalam memberikan kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa (Wahyudi et al., 2014).

Butt (1988) dalam Adrian (2013) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat

judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman. Serta Pengalaman dari banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit akan memberikan suatu pengalaman yang lebih bervariasi dan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian auditor. Auditor yang memilki banyak pengalaman dalam melakukan audit akan lebih baik dalam memberikan opini audit (Sabrina & Januarti, 2012).

Dari pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah suatu hal yang dapat dijadikan pembelajaran bagi seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga auditor dapat memiliki kemampuan yang lebih dalam menemukan kekeliruan

(47)

29 6. Opini Audit

Opini audit merupakan final report atas audit yang dilakukan. Dengan pemberian opini oleh auditor sesuai kode etik yang berlaku, tentu ini akan membawa citra positif bagi masyarakat dan dunia usaha. Perusahaan yang mendapat opini unqualified secara konsisten atas laporan keuangan perusahaan akan memberi keyakinan masyarakat untuk mempercayai pengelola dananya secara pasti (Surfeliya et al., 2014).

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik yang berbasis

International Standard on Audits (ISA) (SA 700 dan SA 705), ada duabentuk opini audit, yaitu:

a. Opini tanpa modifikasian

Opini yang dinyatakan oleh auditor ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Laporan audit harus menyatakan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan Standar Audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan

Publik Indonesia (“IAPI”). Laporan auditor juga harus menjelaskan

bahwa standar tersebut mengharuskan auditor untuk mematuhi ketentuan etika dan bahwa auditor merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material.

(48)

30

merujuk pada “penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan

entitas.”

Laporan auditor harus menyatakan bahwa auditor meyakini bahwa bukti audit yang telah diperoleh oleh auditor sudah cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opiniauditor.

b. Opini modifikasian

Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika: 1) Auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang

diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material; atau

2) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.

Ada tiga jenis opini modifikasian, yaitu: 1) Opini wajar dengan pengecualian

Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika:

(a) Auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi, adalah material, tetapi tidak pervasif, terhadap laporan keuangan; atau

(49)

31 bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material, tetapi tidak pervasif.

Ketika auditor menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian karena terdapat kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, auditor harus menyatakan dalam paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, kecuali untuk dampak hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian:

(a) Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangka penyajian wajar; atau

(b) Laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangka kepatuhan. 2) Opini tidak wajar

Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi, adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan.

(50)

32 menyatakan dalam paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Wajar:

(a) Laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangka penyajian wajar; atau (b) Laporan keuangan tidak disusun, dalam semua hal yang

material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangka kepatuhan. 3) Opini tidak menyatakan pendapat

(51)

33 Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena ketidakmampuannya untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, auditor harus menyatakan dalam paragraf opini bahwa:

(a) Karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Menyatakan Pendapat, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit, danoleh karena itu; (b) Auditor tidak menyatakan opini atas laporan keuangan.

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

(52)

34 Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

penelitian ini adalah semua auditor yang bekerja pada Inspektorat Kabupaten Buleleng, Kabupaten Bangli dan Kabupaten Karangasem. Tidak ada variabel audit judgment dan skeptisme profesional.

Skeptisme profesional, pengalaman auditor, keahlian audit berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberian opini olehauditor secara parsial. kualitatif. Tidak terdapat variabel keahlian audit dan pengalaman.

Proffesional judgment

berpengaruh terhadap opini audit. auditor yang terdaftar pada Direktori IAPI tahun 2013 di kota Batam, Pekanbaru, dan Palembang, tidak

(53)

35 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

terdapat variabel etika profesi, dan situasi audit serta variabel mediasinya adalah pertimbangan materialitas, skeptisisme profesional auditor dan

audit judgment.

profesi dan skeptisisme profesional memiliki hubungan dengan ketepatan opini akuntan publik dan pengujian dengan mediasi skeptisisme profesional auditor menunjukkan bahwa variabel etika dan situasi audit yang memiliki hubungan signifikan terhadap ketepatan pemberian opini.

Populasi: auditor yang bekerja pada Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) dan tidak terdapat variabel skeptisisme profesional, situasi audit, kompetensi, etika audit dan audit judgment.

Skeptisisme profesional berpengaruh signifikan terhadap ketepatan dalam memberikan pendapat auditor. Dan situasi audit, kompetensi, etika, pengalaman dan keahlian audit mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap ketepatan dalam memberikan pendapat auditor.

(54)

36 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian auditor yang bekerja pada BPK-RI Perwakilan Provinsi Riau. Tidak ada variabel audit judgment,

skeptisme profesional auditor, dan etika.

Skeptisme profesional,etika, pengalaman, dan keahlian audit berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor BPK

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

audit tenure dan kualitas audit. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan antara keahlian audit dan kualitas audit.

7 A. A. Istri Dewi

Populasi: Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Bali

(55)

37 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

Suputra (2013) Auditor dalam Pengambilan Keputusan untuk Memberikan Opini Audit

yang tergabung dalam Institut Akuntan Publik Indonesia. Tidak ada variabel audit judgment,

etika profesi, komitmen profesional, dan indepedensi auditor.

dan indepedensi auditor berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk memberikan opini audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali.

8 Silky Raditya

Populasi: auditor yang bekerja pada Kantor Badan Pengawasan

Keuangan (BPK)

Perwakilan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak ada variabel independensi dan lingkup audit.

Independensi, keahlian audit, lingkup audit, dan audit

judgment secara simultan

mempengaruhi pertimbangan opini audit. Secara parsial independensi, keahlian audit, lingkup audit, audit judgment

berpengaruh terhadap penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor

Tidak terdapat variabel situasi audit, etika, gender dan audit judgment.

(56)

38 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

auditor melalui skeptisisme profesional auditor. Sedangkan faktor lainnya pengalaman, keahlian, situasi dan etika tidak berpengaruh langsung terhadap ketepatan pemberian opini.

Variabel opini audit. Jenis data sekunder. Menggunakan analisis regresi logistik untuk menguji model akan keputusan opini audit. Sampel perusahaan yang mengalami kesulitan

keuangan yang

beroperasi di sektor manufaktur di Bursa Efek Istanbul (ISE) antara periode 1998- 2006.

Opini audit perusahaan yang bermasalah menunjukkan bahwa auditor gagal untuk mengeluarkan opini-opini audit yang tepat pada laporan audit satu tahun sebelum kegagalan.

(57)

39 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Variabel kualitas audit. Menggunakan metode regresi least trimmed squares (LTS).

Hasil ini menunjukkan bahwa karakteristik individu auditor dapat mempengaruhi penilaian dan keputusan mereka, akhirnya menerjemahkan ke dalam variasi dalam kualitas audit pada setiap partner dan auditor senior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Sumatera. Tidak terdapat variabel skeptisme profesional dan situasi audit, etika dan audit judgment.

Skeptisme profesional memiliki hubungan yang signifikan dengan ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Sementara itu, hanya situasi audit yang memiliki hubungan yang signifikan dengan ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Tiga variabel lainnya (etika, pengalaman dan keahlian audit) mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan ketepatan pemberian opini oleh akuntan

(58)

40 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Populasi: para auditor

yang berhak

menandatangani laporan akuntan. Tidak terdapat variabel keahlian audit dan audit judgment.

Etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme professional auditor secara parsial maupun simultan berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.

(59)

41

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1

GAP

Pengaruh Keahlian Audit dan Audit Judgment terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publikdengan Pengalaman sebagai Variabel

Moderating

Basis Teori : Theory of Planned Behavior dan Teori Atribusi

Variabel Dependen Teori : Auditor Harus

(60)

42 Keahlian

Audit (X1)

Audit Judgment

(X2)

Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan

Publik (Y) Pengalaman

Gambar 2.1 (Lanjutan)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran Regresi Berganda

Regresi Moderate

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran Metode Analisis :Regresi

(61)

43 D. Perumusan Hipotesis

1. Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik

Keahlian audit adalah kemampuan auditor dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan serta jarang terjadinya kesalahan dalam melakukan pekerjaan yang diberikan. Dengan banyaknya pengetahuan yang didapat dari belajar baik formal maupun non formal, pelatihan yang memadai, serta banyaknya pengalaman dalam bidang audit, maka keahlian audit dapat terus meningkat. Dengan keahlian audit yang terus meningkat, maka kegagalan auditor dalam memberikan dalam laporan audit dapat diminimalisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh DaneshmandiBafqi et al. (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keahlian audit dan kualitas audit. Dengan keahlian audit, auditor lebih mampu mengenai dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan perusahaan serta mampu untuk menemukan dan melaporkan salah saji material dalam laporan audit atas laporan keuangan.

(62)

44 oleh Sukendra et al. (2015) menyatakan bahwa keahlian audit berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin banyak keahlian yang dimiliki oleh auditor, maka dalam pemeriksaan dan pemberian opini oleh auditor semakin handal dan akurat.

Namun penelitian yang dilakukan oleh Surfeliya et al. (2014) menyatakan bahwa keahlian audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Gusti & Ali (2008) yang menyatakan bahwa keahlian audit mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik serta penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2012), Sabrina & Januarti (2012) yang menyatakan bahwa keahlian audit tidak berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini.

Berdasarkan ketidakkonsistenan dari penelitian-penelitian tersebut, maka keterkaitan antara keahlian audit dengan ketepatan pemberian opini audit dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut:

H1: Keahlian audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian

opini oleh akuntan publik.

2. Audit Judgment dengan Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik

(63)

45 atas laporan keuangan auditan, sehingga dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan hal-hal yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan, baik dalam pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pertimbangan profesional tersebut diantaranya berkaitan dengan gangguan terhadap independensi, pertimbangan tentang hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang dilaksanakan, pertimbangan profesionalnya terhadap prosedur pemeriksaan yang dirancang untuk menilai salah saji material dan mempertimbangkan pengendalian intern dari entitas yang diperiksa (Praditaningrum & Januarti, 2012).

Ríos-figueroa & Cardona (2013)dalam penelitiannya menyatakan bahwa auditor menggunakan pertimbangan profesional (professional judgment) dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti untuk mengeluarkan pendapat atas kewajaran laporan keuangan entitas bisnis serta Idris (2012) dalam Ariyantini et al. (2014) menyatakan bahwa dalam setiap proses audit digunakan judgment. Ketepatan judgment auditor akan mempengaruhi kualitas hasil audit dan opini auditor.

(64)

46 pertimbangan profesional (professional judgment) dalam opini audit. Menggunakan proffesional juugement dalam melaksanakan tugas audit merupakan hal wajib bagi auditor. Dengan adanya pertimbangan profesional (professional judgment), auditor akan terhindar dari kesalahan dalam mengeluarkan opini atas laporan keuangan. Mengeluarkan pendapat yang salah pada laporan keuangan dapat mengakibatkan hilangnya reputasi, litigasi dan kerugian finansial bagi perusahaan audit (Kantor Akuntan Publik).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka keterkaitan antara audit judgment dengan ketepatan pemberian opini audit dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut:

H2: Audit judgment berpengaruh terhadap ketepatan pemberian

opini oleh akuntan publik.

3. Pengalaman dalam Memoderasi Keahlian Audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik

Pengalaman dari banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit akan memberikan suatu pengalaman yang lebih bervariasi dan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian auditor. Auditor yang memilki banyak pengalaman dalam melakukan audit akan lebih baik dalam memberikan opini audit (Sabrina & Januarti, 2012).

(65)

47 pengetahuan melalui pengalaman memiliki tingkat kesalahan yang lebih sedikit dalam melaksanakan tugasnya dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi et al. (2014) menyatakan bahwa pengalaman dapat mempengaruhi auditor dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Gul et al. (2011) yang menyatakan bahwa karakteristik individu auditor seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman dapat mempengaruhi penilaian dan keputusan mereka, akhirnya menerjemahkan ke dalam variasi dalam kualitas audit pada setiap individu auditor serta penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2013) yang menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Pengalaman membuat seorang auditor menjadi semakin handal dalam melakukan audit sehingga mereduksi kemungkinan-kemungkinan kesalahan saat proses auditing dan pada akhirnya menghasilkan pekerjaan yang berkualitas dan ketepatan opini yang lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, diduga bahwa pengalaman merupakan variabel moderating antara keahlian audit dan ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

H3: Pengalaman dapat memoderasi pengaruh keahlian audit

(66)

48 4. Pengalaman dalam Memoderasi Audit Judgment terhadap Ketepatan

Pemberian Opini oleh Akuntan Publik

Butt (1988) dalam Adrian (2013) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat

judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman.

Ríos-figueroa & Cardona (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa auditor independen menggunakan professional judgment untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti untuk menentukan apakah laporan keuangan suatu entitas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas, sesuai dengan prinsip akuntansi yang baik yang berlaku umum. Dalam Ríos-figueroa & Cardona (2013) terdapat beberapa studi yang telah mengaitkan pengalaman tingkat auditor dengan professional judgment mereka dan kemampuan untuk membuat keputusan. Auditor yang lebih berpengalaman memiliki kemudahan dalam menjelaskan judgment

mereka dari auditor yang kurang berpengalaman.

(67)

49 mengetahui yang menentukan perilaku manusia; pendekatan perilaku menunjukkan bahwa faktor eksternal adalah apa yang menentukan perilaku. Menggunakan pendekatan kognitif, Bedard (1989) mencatat bahwa akan ada perbedaan pengetahuan antara auditor yang lebih berpengalaman dan kurang auditor berpengalaman. Dia juga menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan ini dapat menyebabkan auditor yang lebih berpengalaman untuk menggunakan proses pengambilan keputusan yang berbeda dari kurang auditor berpengalaman. Namun, dengan menggunakan pendekatan perilaku, Bedard (1989) menjelaskan bahwa auditor yang berpengalaman tidak berperilaku berbeda dari auditor yang kurang berpengalaman.

Auditor berpengalaman dapat mencapai kesimpulan yang tepat dan lebih cepat daripada auditor yang kurang berpengalaman. Davis (1996) menemukan bahwa kemampuan untuk mengenali dan memilih informasi yang relevan dalam proses judgment yang kompleks berbeda antara peningkatan kinerja yang dicapai oleh mereka yang membuat keputusan dan mereka yang memiliki pengalaman. Davis (1996) menyimpulkan bahwa auditor yang berpengalaman akan lebih selektif terhadap informasi yang relevan. Selain itu, auditor yang lebih berpengalaman menunjukkan konsistensi yang lebih besar antara respon mereka terhadap informasi yang relevan dan tanggapan mereka terhadap judgment awal mereka dari risiko pengendalian; karena informasi yang kurang relevan dan judgment

(68)

50 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukendra et al. (2015) menyatakan bahwa pengalaman auditor berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Seorang auditor sangatlah penting untuk memiliki pengalaman yang cukup memadai karena semakin tinggi pengalaman maka hasil pengauditan yang dilakukan akan semakin akurat juga. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rharasati & Suputra (2013) yang menyatakan bahwa pengalaman kerja auditor berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan untuk memberikan opini audit. Ini berarti bahwa, semakin tinggi pengalaman kerja seorang auditor maka semakin tinggi ketepatan pengambilan keputusan untuk memberikan opini audit serta Suraida (2005) yang menyatakan bahwa pengalaman audit berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, diduga bahwa pengalaman merupakan variabel moderating antara audit judgment dan ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

H4: Pengalaman dapat memoderasi pengaruh audit judgment

(69)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu keahlian audit dan audit judgment terhadap variabel dependen, yaitu ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik dengan pengalaman sebagai variabel moderating. Populasi penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada kantor akuntan publik yang berada di wilayah DKI Jakarta.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada kantor akuntan publik wilayah DKI Jakarta. Metode pemilihan sample dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden dimana unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur dan bersifat kooperatif (Hamid, 2012:28)

(70)

52 C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terdapat dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti diperoleh melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor eksternal yang bekerja pada kantor akuntan publik. Data diperoleh dengan mengirimkan kuesioner kepada kantor akuntan publik secara langsung ataupun melalui perantara. Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor yang berkerja pada KAP sebagai responden dalam penelitian.

(71)

53 D. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Berikut ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.

1. Keahlian Audit (X1)

Keahlian adalah keterampilan dari seorang ahli, dimana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Seorang yang ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan (Sukendra et al., 2015).

Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan oleh Adrian (2013) dan Sukendra et al. (2015). Pengukuran keahlian audit dengan menggunakan skala interval (likert) 5 poin dari sangat setuju (5), setuju (4), netral (3), tidak setuju (2), sampai sangat tidak setuju (1).

2. Audit Judgment (X2)

Menurut Siregar (2012) audit judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa lainnya. Proses judgment

Gambar

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel 2.1 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampel dari penelitian ini ditentukan secara purposive sampling yaitu dengan kriteria terdapat tanah hak guna bangunan yang diindikasikan terlantar atau telah ditetapkan

Dalam penelitian ini, metode observasi yang digunakan adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan

SMP Negeri 5 Sleman yang beralamatkan di Desa Karangasem Pandowoharjo adalah sekolah yang telah mendapatkan gelar sebagai Sekolah Standar Nasional atau SSN. Sekolah ini merupakan

Hal itu terjadi karena perhitungan harga pokok produk menurut perusahaan hanya membebankan biaya tenaga kerja dan biaya overhead berdasarkan satu cost driver, sedangkan

Berbeda halnya dengan Escherichia coli yang tidak memiliki susunan dinding sel seperti Staphylococcus aureus sehingga pada uji Kadar Hambat Minimum terlihat

Persepsi Kegunaan menjadi variabel yang secara parsial memediasi pe- ngaruh Komunikasi Tatap Muka terhadap Niat menggunakan M- Banking pada nasabah CIMB Niaga Go

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa atas limpahan rahmat serta karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang tentang Teknik Pembsaran Udang

Skripsi saudari MUNAWATI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11407185 yang beijudul ’ PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK