ANALISIS PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR SECARA
TERPADU DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SUMATERA UTARA
RASYID KURNIA NST
090302026
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR SECARA
TERPADU DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
RASYID KURNIA NST
090302026
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR SECARA
TERPADU DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
RASYID KURNIA NST
090302026
Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Rasyid Kurnia Nst
NIM : 090302026
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengelolaan Kawasan Pesisir Secara Terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara” benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam berbentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan data informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir skripsi ini.
Medan, Februari 2015
Rasyid Kurnia Nst
Judul : Analisis Pengelolaan Kawasan Pesisir Secara Terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Nama : Rasyid Kurnia Nst NIM : 090302026
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Mengetahui
Dr. Ir. Yunasfi, M. Si
Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, M.S
Ketua
ABSTRAK
RASYID KURNIA NST. Analisis Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara, di bawah bimbingan DARMA BAKTI dan RUSDI LEIDONALD.
Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai memiliki garis pantai sepanjang 95 km mencakup lima kecamatan, yaitu: Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Bandar Khalifah. Wilayah pesisir Serdang Bedagai memiliki potensi yang besar untuk dijadikan pemanfaatan lahan budidaya, ekowisata bahari, industri perikanan, pendidikan dan penelitian dll. Namun dari setiap potensi yang ada di pesisir Kabupaten Serdang Bedagai tersebut masih ada beberapa permasalahan terutama permasalahan ekologis akibat pemanfaatan lahan yang tidak ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui arahan strategi pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei-Juli 2014 di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel dengan sengaja. terdapat 4 lokasi stasiun, stasiun 1 Desa Bagan Kuala, stasiun 2 Desa Sentang, stasiun 3 Desa Sei Nagalawan, stasiun 4 Desa Pantai Cermin Kiri. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlunya penataan konsep pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kabupaten Serdang Bedagai secara rinci agar pemanfaatan lahan wilayah pesisir dapat dikelola dengan memperhatikan keterkaitan antar aspek lingkungan pesisir, serta pemerintah daerah Kabupaten Serdang Bedagai perlu mengeluarkan arahan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir yang berbasis zonasi untuk menciptakan pengelolaan pesisir secara terpadu.
ABSTRACT
RASYID KURNIA NST. Analysis of Integrated Coastal Management in Serdang Bedagai North Sumatra, under academicc supervision of DARMA BAKTI and RUSDI LEIDONALD.
Serdang Bedagai has lenght the coastline of 95 km covers five districts namely: Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Bandar Khalifah. Serdang Bedagai Coastal areas has great potential to be used as the utilization of agriculture, marine ecotourism, fisheries, education and research etc. But from every potential that exists in the Serdang Bedagai coastal, there are still some problems, especially ecological problems due to land use that are not environmental friendly. Thus the research aimed to determine the strategic direction of integrated coastal management in Serdang Bedagai. The research was conducted in May-July 2014 in the coastal areas of Serdang Bedagai. This study used a purposive random sampling. There are 4 station observation, station 1 Bagan Kuala Village , station 2 Sentang Village, station 3 Sei Nagalawan Village, station 4 Pantai Cermin Kiri Village. Results of the analysis showed that the need for the arrangement of space utilization concepts in Serdang bedagai coastal in more detail, so that the land use of coastal areas can be managed with attention to the linkages between environmental aspects of coastal. and local government of Serdang Bedagai need to issue policy directives based coastal management zone to create coastal management in an integrated manner.
RIWAYAT HIDUP
RASYID KURNIA NST, dilahirkan di Medan
pada tanggal 8 Agustus 1991 dari ayahanda H. Syammar Kurnia Nst, SST, S.Pd, M.Psi dan ibunda
Gusti Raya Lubis. Penulis merupakan anak ke empat dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan SMA Swasta Eria Medan pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Lokal Penerimaan Mahasiswa Baru (SLPMB).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini adalah “Analisis Pengelolaan Kawasan Pesisir Secara Terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai satu diantara beberapa syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat arahan, perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak baik berupa materi, ilmu, dan informasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Rusdi Leidonald, S.P, M.Sc selaku
anggota komisi pembimbing. Terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan seluruh staf pengajar dan pegawai.
Terima kasih kepada Ayahanda H. Syammar Kurnia Nst, S.ST, S.Pd, M.Psi dan Ibunda Gusti Raya Lubis serta abangda Arga Sakti Nst, S.Kom, dan kakak Dian Aretti Nst, S.Sos, Pratiwi Nasution, AM.Keb, SST. yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat kepada penulis.
dan seluruh masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di Kabupaten Serdang Bedagai dan seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dunia kelautan dan perikanan khususnya bidang manajemen sumberdaya perairan dan juga semoga bermanfaat bagi informasi pengelolaan pesisir secara terpadu di kawasan Serdang Bedagai.
Medan, Februari 2015
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Kerangka Pemikiran ... 3
Tujuan Penelitian ... 5
Manfaat Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi ... 6
Definisi Wilayah Pesisir ... 7
Pengelolaan Kawasan Pesisir Secara terpadu ... 8
Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir... 10
Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir... 11
Permasalahan Pengelolaan Wilayah Pesisir ... 13
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai ... 15
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 18
Bahan dan Alat ... 18
Pelaksanaan Penelitian... 18
Penentuan Stasiun ... 18
Pengambilan Sampel ... 21
Data Primer ... 21
Data Sekunder ... 22
Analisa Data... 22
Analisis Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir ... 23
Pemanfaatan Lahan Pesisir dan Kerusakan Ekologis ... 23
Analisis SWOT ... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 27
Analisis Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir ... 27
Pemanfaatan Lahan Pesisir dan Kerusakan Ekologis ... 30
Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir... 35
Analisis SWOT ... 55
Pembahasan ... 56
Analisis Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir ... 56
Pemanfaatan Lahan Pesisir dan Kerusakan Ekologis ... 62
Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir... 67
Analisis SWOT ... 74
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 88
Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Data Sekunder ... 22
2. Data Analisis Hirarki Kebijakan ... 23
3. Data Pemanfaatan lahan pesisir dan kerusakan ekologis ... 24
4. Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir ... 25
5. Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT pengelolaan pesisir secara terpadu ... 27
6. Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT pengelolaan pesisir secara terpadu Hirarki Kebijakan Pengelolaan Pesisir ... 27
7. Hirarki UU no 26 tahun 2007 dan UU no 27 tahun 2007 ... 28
8. Persentase Pemanfaatan Lahan Pesisir ... 29
9. Faktor internal dan eksternal pesisir Kabupaten Serdang Bedagai ... 31
10. Faktor Internal dan Eksternal SWOT ... 55
11. Matriks SWOT ... 81
12. Matriks IFAS ... 83
13. Matriks EFAS ... 84
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4
2. Peta Administratif Kabupaten Serdang Bedagai ... 6
3. Hirarki Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ... 11
4. Peta Pola Ruang (RTRW Sergai 2011-2031) ... 16
5. Penentuan Stasiun Penelitian ... 19
6. Konsep Dasar Analisis SWOT ... 27
7. Pemanfaatan Lahan Pesisir Serdang Bedagai Tahun 2011 ... 30
8. Kerusakan Ekologis di stasiun 1 Desa Bagan Kuala ... 32
9. Kerusakan Ekologis di stasiun 2 Desa Sentang ... 33
10. Kerusakan Ekologis di stasiun 3 Desa Sei Nagalawan ... 34
11. Kerusakan Ekologis di stasiun 4 Desa Pantai Cermin ... 35
12. Persentase Responden Masyarakat Pesisir Berdasarkan jenis kelamin ... 36
13. Data Sekunder pekerjaan masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai ... 37
14. Persentase pekerjaan responden masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai ... 38
15. Penyebaran umur responden masyarakat pesisir ... 39
16. Persentase penyebaran taraf pendidikan responden masyarakat pesisir ... 40
pesisir terpadu ... 42
19. Persepsi masyarakat pesisir terhadap pengelolaan pesisir terpadu ... 43
20. Persepsi masyarakat pesisir tentang sektor yang perlu diperbaiki ... 44
21. Keterlibatan masyarakat pesisir dalam pengelolaan pesisir terpadu .... 45
22. Persentase responden pengunjung wisata pantai berdasarkan jenis kelamin ... 46
23. Umur responden pengunjung wisata pantai ... 48
24. Persentase taraf pendidikan responden pengunjung wisata pantai ... 48
25. Pekerjaan responden wisata pantai ... 49
26. Pemahaman pengunjung wisata pantai terhadap pengelolaan pesisir terpadu ... 50
27. Persepsi pengunjung wisata pantai terhadap keindahan pantai ... 51
28. Persepsi pengunjung wisata terhadap pengelolaan pesisir terpadu ... 51
29. Persepsi pengunjung wisata pantai tentang sektor yang perlu diperbaiki ... 52
30. Persepsi pengunjung wisata pantai terhadap harapan pengelolaan pesisir ... 53
31. Keterlibatan pengunjung wisata pantai terhadap pengelolaan pesisir terpadu ... 53
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Lokasi penelitian ... 95
2. Alat dan Bahan ... 96
3. Kegiatan Observasi lapangan dan wawancara ... 97
4. Kuisioner untuk nelayan sekitar kawasan penelitian ... 98
5. Kuisioner untuk instansi pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai ... 101
6. Kuisioner untuk pengunjung wisata bahari ... 103
7. Kuisioner untuk masyarakat pesisir ... 105
8. Kuisioner untuk analisis SWOT ... 108
9. Data Karakteristik Masyarakat Pesisir ... 110
10. Data Karakteristik Responden masyarakat pesisir ... 111
11. Data pemahaman dan keterlibatan masyarakat pesisir dalam pengelolaan pesisir terpadu ... 113
12. Data persepsi masyarakat pesisir dalam pengelolaan pesisir terpadu ... 114
13. Data karakteristik responden pengunjung wisata pantai ... 115
14. Data pemahaman dan keterlibatan pengunjung wisata pantai dalam pengelolaan pesisir terpadu ... 116
15. Data persepsi pengunjung wisata pantai dalam pengelolaan pesisir terpadu ... 117
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang memiliki kekayaan sumberdaya yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Secara ekologis kawasan pesisir merupakan sumberdaya yang kompleks diantara bioekoregion yang lainnya. Kawasan pesisir sangat rentan terhadap perubahan dari kawasan atasnya dan hal ini yang menyebabkan sumberdaya pesisir sangat kompleks.
Sumberdaya pesisir juga memiliki potensi yang dapat dikelola menjadi kawasan perikanan, kawasan wisata bahari, kawasan pemanfaatan sumber energi serta kawasan pendidikan dan penelitian. Sebagai contoh kawasan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara memiliki garis pantai sepanjang 95 km mencangkup lima kecamatan yaitu : Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Bandar Khalifah. Wilayah pesisir Serdang Bedagai memiliki potensi besar untuk dijadikan pemanfaatan lahan budidaya, ekowisata bahari, indusrtri perikanan, pendidikan dan penelitian, dan lain-lain.
kebijakan pengelolaan wilayah pesisir yang masih belum memperhatikan kepentingan kelestarian lingkungan. Permasalahan utama pengelolaan pesisir Serdang Bedagai adalah pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai belum menerapkan konsep pengelolaan pesisir secara terpadu.
Menurut Suparno (2008), pengelolaan wilayah pesisir terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumberdaya dan kegiatan pemanfaatan secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.
Berdasarkan permasalahan pengelolaan pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai maka perlu dilakukan penelitian mengenai konsep pengelolaan pesisir yang terpadu dengan pengelolaan yang berwawasan lingkungan dan pengelolaan yang memperhatikan keterkaitan antar kepentingan baik kepentingan individu maupun kepentingan masyarakat. Selain itu juga diperlukannya strategi pengelolaan pesisir yang dituangkan dalam kebijakan pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai pengelolaan kawasan pesisir yang sesuai dengan amanat UU No. 1 tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Perumusan Masalah
tentang pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Adapun beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hirarki kebijakan pengelolaan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara ?
2. Kerusakan lingkungan apa saja yang terjadi dikawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara ?
3. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara ?
4. Bagaimana strategi pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara ?
Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hirarki kebijakan pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui kerusakan lingkungan yang terjadi di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui strategi pengelolaan kawasan pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara
Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu
Isu dan Permasalahan Pengelolaan
Hirarki Kebijakan Pengelolaan
Sosial Ekonomi Masyarakat
Kerusakan ekologis yang terjadi
Strategi Pengelolaan
Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dalam melaksanakan prioritas strategi pengelolaan kawasan pesisir sesuai dengan hirarki kebijakan pengelolaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum Lokasi
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan satu diantara beberapa kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 3o01’2,5’’- 3o46’33” Lintang Utara, 98o44’22” – 99o19’01” Bujur Timur. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 17 kecamatan yang terdiri dari wilayah dataran tinggi dan dataran rendah di antaranya 5 kecamatan merupakan kawasan pesisir yakni: Kecamatan Pantai Cer min, Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Tanjung Beringin, dan Kecamatan Bandar Khalifah (http://serdangbedagaikab.go.id, 2006).
Definisi Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir merupakan wilayah daratan yang berbatasan dengan laut. Batas di daratan meliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh pasang surut dan intrusi air laut. Sedangkan batas di laut adalah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan, seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Sedangkan menurut kesepakatan bersama dunia internasional, pantai diartikan sebagai suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan, apabila ditinjau dari garis pantai maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu batas sejajar garis pantai (longshore), dan batas tegak lurus pantai (crossshore) (Supriharyono, 2000).
Menurut UU No.. 27 tahun 2007, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Wilayah pesisir dan laut merupakan tatanan ekosistem yang memiliki hubungan sangat erat dengan daerah lahan atas (upland) baik melalui aliran air sungai, air permukaan (run off) maupun air tanah (ground water), dan dengan aktivitas manusia. Keterkaitan tersebut menyebabkan terbentuknya kompleksitas dan kerentanan di wilayah pesisir. Secara konseptual, hubungan tersebut dapat digambarkan dalam keterkaitan antara lingkungan darat (bumi), lingkungan laut, dan aktivitas manusia (Asti, 2009).
Menurut Syah (2010), wilayah pesisir dan lautan merupakan daerah yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang besar dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan. Sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan secara garis besar terdiri dari tiga kelompok yaitu:
1. Sumber daya dapat pulih (renewable resources) meliputi hutan bakau, terumbu karang, padang lamun, rumput laut, sumberdaya perikanan laut dan bahan-bahan bioaktif.
2. Sumberdaya tidak dapat pulih (nonrenewable resources) meliputi minyak bumi dan gas alam serta seluruh mineral dan geologi.
3. Jasa-jasa lingkungan, meliputi fungsi kawasan pesisir dan lautan sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sumber energi (seperti: Ocean Thermal Energy Conversion, energi dari gelombang laut dan energi pasang surut), sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan, penampungan limbah, pengatur iklim, dan sistem penunjang kehidupan serta fungsi ekologis lainnya.
Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu
Menurut Dahuri, dkk (2010), pengelolaan wilayah pesisir terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosisitem, sumberdaya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Dalam konteks ini keterpaduan (integration) mengandung 3 dimensi : sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis.
Pengelolaan wilayah pesisir adalah pengelolaan yang bersifat komprehensif, sehingga paling tidak menuntut tiga pendekatan: (1) perhatian yang lebih mendalam dan menyeluruh mengenai sumber daya alam yang unik; (2) optimalisasi pemanfaatan serbaneka dari ekosistem pesisir serta seluruh sumber daya alam didalamnya dengan mengintegrasikan segenap informasi ekologi, sosial-budaya dan ekonomi; dan (3) peningkatan pendekatan interdisipliner dan koordinasi antar sektor-sektor dan antar pemangku kepentingan (stakeholders) dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di wilayah pesisir yang kompleks. Melalui ketiga pendekatan diatas, diharapkan pengelolaan wilayah pesisir dapat memberikan hasil yang nyata sesuai dengan tujuan pengelolaan itu sendiri, antara lain: kualitas lingkungan hidup pesisir beserta sumberdaya alam di dalamnya; dan membaiknya kondisi sosial-budaya dan ekonomi masyarakat pesisir (Nezon, dkk., 2011).
pengelolaan wilayah pesisir adalah fokus pada karakteristik wilayah dari pesisir itu sendiri, dimana inti dari konsep pengelolaan wilayah pesisir adalah kombinasi dari pembangunan adaptif, terintegrasi, lingkungan, ekonomi dan sistem sosial (Pramudiya, 2008).
Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir
Menurut UU No. 1 Tahun 2014 pasal 7 ayat 1 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil , terdiri atas:
a. Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RSWP-3-K;
b. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP-3-K;
c. Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RPWP-3-K; dan
d. Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RAPWP-3-K.
\
Gambar 3. Hirarki Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Suparno, 2008)
Menurut Tajerin (2009), selain pendekatan sektoral diperlukan juga pendekatan ekonomi politik untuk mengetahui gambaran pembangunan yang akan diterapkan disebuah kawasan. Hal ini dikarenakan masalah pembangunan pasti melibatkan pemerintah dan para pengusaha. Perbedaannya hanya terletak pada seberapa jauh dan dengan cara bagaimana. Untuk masalah tersebut, paling tidak terdapat dua aliran utama, yaitu yang ingin mempertahankan sejauh mungkin keterbatasan peranan pemerintah dan menyerahkan perkembangan pada masyarakat sendiri, dan yang lain menghendaki peranan cukup aktif dari pemerintah dalam melakukan intervensi yang efektif guna mengatur perekonomian demi kepentingan umum.
Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir
kegiatan-kegiatan sektor pertanian, sektor perikanan, sektor perdagangan, sektor pengangkutan, kelembagaan, kegiatan ekonomi-sosial lainya (Adisasmita, 2006).
Kondisi sosial-ekonomi masyarakat pesisir saat ini masih didominasi oleh kegiatan penangkapan ikan, sedangkan kegiatan ekonomi lainnya, seperti ekowisata pesisir dan laut belum berkembang dengan baik. Selain itu, kegiatan penangkapan ikan masih dilakukan dalam skala kecil, dengan produksi yang belum memadai di satu sisi, dan biaya produksi atau operasional yang tinggi di sisi lain. Semua hal ini menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir (Tuwo, 2011).
Rumah tangga nelayan memiliki ciri khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan laut (common property) sebagai faktor produksi, jam kerja harus mengikuti kondisi oseanografis (melaut hanya rata-rata sekitar 20 hari dalam satu bulan, sisanya relatif menganggur). Demikian juga pekerjaan menangkap ikan adalah pekerjaan yang penuh resiko, sehingga pekerjaan ini umumnya dikerjakan oleh lelaki. Hal ini mengandung arti bahwa keluarga yang lain tidak dapat membantu secara penuh, sehingga masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir pada umumnya sering diidentikkan dengan masyarakat miskin (Wasak, 2012).
Menurut Stanis (2005), dilihat dari perspektif antropologis, masyarakat pesisir nelayan berbeda dari masyarakat lain, seperti masyarakat petani, perkotaan atau masyarakat di dataran tinggi. Perspektif antropologis ini didasarkan pada realitas sosial bahwa masyarakat nelayan memiliki pola-pola kebudayaan yang berbeda dari masyarakat lain sebagai hasil dari interaksi mereka dengan lingkungan berserta sumberdaya yang ada di dalamnya. Pola-pola kebudayaan itu menjadi kerangka berpikir atau referensi perilaku masyarakat nelayan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Permasalahan Pengelolaan Kawasan Pesisir
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang dibarengi dengan eksploitasi
sumberdaya alam secara besar-besaran, ekosistem wilayah pesisir mengalami
degradasi yang terus memburuk. Meningkatnya jumlah dan aktivitas ekonomi
penduduk juga menghasilkan limbah, mulai dari limbah domestik yang sederhana
hingga limbah imdustri yang kompleks dan beracun. Kenyataan tersebut
keanekaragaman hayati yang dimiliki. Dengan segala potensi dan manfaat yang
terkandung didalamnya pengelolaan wilayah pesisir hendaknya dilakukan dengan
memperhatikan asas keberlanjutan (Sari, 2010).
Menurut Adisasmita (2006), adapun beberapa permasalahan yang penting dihadapi dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan laut :
a. Aspek Sosial
- Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman kerusakan lingkungan pesisir dan laut
- Masih rendahnya keterlibatan dan kemampuan masyarakat lokal untuk berpartisipasi secara aktif dan diberdayakan dalam berbagai upaya pelestarian lingkungan serta dalam perencanaan dan proses pengambilan keputusan untuk pengelolaan sumberdaya kelautan.
b. Aspek Ekonomi
- Belum dilaksanakannya secara optimal dan berkelanjutan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan laut karena keterbatasan modal, sarana produksi, pengetahuan, dan keterampilan, serta faktor eksternal seperti keterbatasan pelayanan dan penyediaan fasilitas oleh pemerintah.
- Masih perlunya ditingkatkan secara lebih terpadu koordinasi dalam penyusunan dan perencanaan dan pengambilan keputusan oleh instansi-instansi pemerintah daerah yang berkaitan dengan perairan laut.
c. Aspek Ekologi
terjadi banyak pengerusakan hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun untuk kepentingan jangka pendek.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Serdang Bedagai
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya (UU No.. 26 Tahun 2007).
Adapun azas yang tertera dalam pasal 2 dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang adalah keterpaduan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, pelindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan, dan akuntabilitas.
Gambar 4. Peta Tutupan Lahan (Peraturan Kabupaten Serdang Bedagai No 12 Tahun 2013)
[image:32.595.107.512.85.326.2]METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2014 di Kawasan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada 4 stasiun yaitu stasiun 1 Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin, stasiun 2 Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu, stasiun 3 Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan, dan stasiun 4 Desa Pantai Cermin Kiri Kecamatan Pantai Cermin. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pertama melakukan observasi lapangan kerusakan ekologis yang terjadi dan melakukan wawancara terhadap masayarakat, wisatawan, pengunjung kawasan pesisir, serta aparatur pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dan tahap kedua melakukan studi literatur untuk menganalisis hirarki kebijakan pengelolaan pesisir.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah GPS (Global Positioning System), alat tulis, dan kamera digital. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Software Arcview.
Pelaksananaan Penelitian
Penentuan Stasiun
stasiun pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3. Pembagian stasiun pengambilan sampel antara lain :
- Stasiun 1, Pesisir Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin (99°13'55.16"BT-3°30'46.06"LU)
- Stasiun 2, Pesisir Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu (99°07'30.20"BT-3°34'5.33"LU)
- Stasiun 3, Pesisir Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan (99° 5'27.72"BT -3°35'33.83"LU)
[image:34.595.115.519.344.674.2]- Stasiun 4, Pesisir Desa Pantai Cermin Kiri Kecamatan Pantai Cermin (98°59'12.99"BT-3°39'14.35"LU)
Stasiun 1 Desa Bagan Kuala Secara administratif Desa Bagan Kuala termasuk dari bagian Kecamatan Tanjung Beringin.
Stasiun 2 Desa Sentang secara administratif termasuk dari bagian Kecamatan Teluk Mengkudu.
Stasiun 3 Desa Sei Nagalawan Secara administratif Desa Sentang termasuk ke dalam bagian Kecamatan Perbaungan.
Stasiun 4 Desa Pantai Cermin Kiri Secara administratif Desa Pantai Cermin Kiri termasuk ke dalam bagian Kecamatan Pantai Cermin.
Pengambilan sampel pada keempat stasiun tersebut diasumsikan dapat mewakili segala aspek pemanfaatan kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara yaitu Kawasan Budidaya Perikanan, Kawasan Lindung Hutan Mangrove, Kawasan Wisata Bahari, dan Kawasan perikanan tangkap.
Pengambilan Sampel
Data Primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi persepsi terhadap kawasan, dan kerusakan ekologis yang terjadi. Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer selama penelitian adalah wawancara dan observasi lapangan.
a. Wawancara
wisatawan, dan pegawai dalam kawasan wisata. Pertimbangan menggunakan metode purposive sampling karena metode pengambilan sampel dengan cara ini sengaja memilih responden berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan yaitu dengan ketentuan peran serta (partisipasi) responden dalam kegiatan pengelolaan pesisir, pertimbangan lain adalah kemudahan dalam wawancara dan kesediaan responden untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.
b. Observasi lapang
Merupakan pengumpulan data primer dengan mengamati secara langsung kerusakan ekologis yang terjadi di kawasan pesisir. Posisi pengambilan data observasi lapangan ditentukan dengan bantuan GPS60 CS Garmin. Pemilihan empat stasiun pengamatan tersebut mewakili jenis pengelolaan kawasan pesisir yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai.
Data Sekunder
Tabel 1. Data Sekunder
Tipe Data Cara Peroleh Data
Data RTRW Kabupaten Serdang Bedagai Instansi Pemerintah Data jumlah penduduk masyarakat pesisir Instansi Pemerintah
Data Pemanfaatan Lahan Instansi Pemerintah
Analisis Data
Data sosial ekonomi masyarakat pesisir, data hirarki kebijakan pengelolaan wilayah pesisir, data pemanfaatan lahan dan kerusakan ekologis serta strategi pengelolaan disajikan secara deskriptif. Hirarki kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dilakukan teknik studi literatur dengan membandingkan peraturan-peraturan pengelolaan pesisir di daerah Kabupaten Serdang Bedagai dengan daerah-daerah lainnya dan juga membandingkan dengan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir.
Analisis Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir
Analisis ini berupa telaah dari beberapa peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan juga melakukan telaah studi literatur terkait kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Berikut data analisis hirarki kebijakan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Analisis Hirarki Kebijakan
Serdang Bedagai
peraturan ketata ruangan
UU No.. 26 Tahun 2007 dan UU No.. 27 Tahun 2007
Peraturan Penataan
Ruang dan Peraturan
Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau kecil
Untuk
menyesuaikan dan
membandingkan peraturan ketata ruangan
Serdang Bedagai
Data Sekunder
Instansi Pemerintah
Pemanfaatan Lahan dan Kerusakan Ekologis
Tabel 3. Data pemanfaatan lahan pesisir dan Kerusakan Ekologis
Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir
Metode analisis sosial ekonomi masyarakat pesisir ini bersifat deskriptif dimana mendapatkan gambaran faktual dan konkrit dari kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir akibat dari pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Data diambil dengan observasi langsung dilapangan dengan menggunakan metode wawancara dan kuisioner.
Kuisioner yaitu pengumpulan data primer atau verifikasi data sekunder dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat yang sama pada sejumlah responden. Metode ini memerlukan jumlah responden yang sah menurut ilmu statistik dibanding dengan jumlah populasi sasaran. Sedangkan wawancara yaitu menggali secara terarah pikiran orang lain dalam suatu bidang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode ini dapat digunakan untuk data khusus yang bersifat
Tipe data
Informasi yang Terkandung
Kegunaan
Data Sumber Data
Cara Peroleh Data
Pemanfaatan Lahan
Pemanfaatan lahan apa saja yang ada di kawasan pesisir Serdang Bedagai Untuk mengetahui kondisi Pemanfaatan lahan dipesisir Kabupaten Serdang Bedagai Data Sekunder Instansi Pemerintah Kerusakan Ekologis Kerusakan ekologis terjadi akibat dari pembangunan yang tidak memperhatikan keberlanjutan lingkungan Untuk mengetahui kondisi fisik lingkungan pesisir akibat pembangunan
non-statistik dan kualitatif atau subjektif (Tuwo, 2011). Adapun analisis sosial ekonomi masyarakat disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat
Tipe Data
Informasi yang Terkandung
Kegunaan
Data Sumber Data
Cara Peroleh Data Kegiatan rutin masyarakat pesisir Jenis mata pencaharian Mengetahui presentase jenis kegiatan masyarakat pesisir Data Sekunder Instansi Pemerintah Sosial dan Ekonomi Pendapatan Masyarakat, dan jenis adat istiadat
Mengetahui karakteristik masyarakat
Data Primer Wawancara
Persepsi masyarakat pesisir Persepsi masyarakat pesisir terhadap pembangunan pesisir sekarang Mengetahui harapan masyarakat pesisir terhadap pembangunan pesisir
Data Primer Wawancara
Penentuan jumlah responden dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu:
n = �
�+�(�)�
Keterangan : n = Jumlah Sampel N= Jumlah Populasi
e= Tingkan Kelonggaran (10%) (diacu oleh Indarti dan Dwiyadi, 2013)
Analisis SWOT
Analisis yang digunakan untuk strategi perbaikan dan pengelolaan adalah analisis SWOT, yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis utnuk merumuskan strategi perbaikan dan pengelolaan suatu kawasan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness), dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana srategi harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi
(Amelia, 2009)
Setelah berbagai analisis dilakukan, selanjutnya dianalisis dengan metode SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat). Metode ini digunakan untuk menentukan strategi pengelolaan pesisir secara terpadu yang juga menjadi arahan pengembangan dalam memaksimalkan potensi dan meminimalisasi kendala yang ada dalam pengelolaan dan pengembangan pesisir. Adapun konsep dasar dalam analisis SWOT tersaji pada Gambar 6.
Dalam analisis SWOT pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Adapun pendekatan kualitatif dan kuantitatif tersaji dalam Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT pengelolaan pesisir secara terpadu No Kekuatan (Strenght) No Kelemahan (Weaknes)
1 LINGKUGAN INTERNAL 1 LINGKUNAN INTERNAL
No Peluang (Oppotunity) No Ancaman (Threat)
1 LINGKUNGAN EKSTERNAL 1 LINGKUNGAN EKSTERNAL
Tabel 6. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT pengelolaan pesisir secara terpadu
No Kekuatan (Strenght) Bobot Rating Skor 1
LINGKUNGAN INTERNAL Total Kekuatan
No Bobot Rating Skor
1
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Analisis Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir
[image:43.595.111.518.285.503.2]Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode studi literatur didapatkan hirarki kebijakan pengelolaan wilayah pesisir yang dicantumkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir
No Instansi Kebijakan
1 Pemerintah Pusat 1. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
3. Undang-undang No. 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
2 Pemerintah Provinsi 1. Peraturan Daerah No. 7 tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
3 Pemerintah Kabupaten 1. Peraturan Daerah No. 12 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai
Provinsi Sumatera Utara dan Perda No. 12 Tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Serdang Bedagai.
Tabel 8. Hirarki UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
No
UU No. 26 Tahun 2007 UU No. 27 Tahun 2014 Rencana Umum Penataan Ruang Rencana Rinci Penataan Ruang Rencana Rinci Penataan ruang 1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tat ruang kawasan strategis nasional
1. Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil (RSWP3K)
2. Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil (RZWP3K) 3. Rencana Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil (RPWP3K) 4. Rencana Aksi Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RAPWP3K) 2
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Rencana Tata ruang kawasan strategis Provinsi 3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rencana detail Kabupaten dan rencana kawasan strategis Kabupaten
pesisir dan pulau kecil, rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan rencana aksi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau-pulau-pulau kecil.
Pemanfaatan Lahan Pesisir dan Kerusakan Ekologis
Pemanfaatan lahan pesisir
[image:45.595.111.513.336.639.2]Berdasarkan data sekunder dinas kehutanan Provinsi Sumatera Utara peta keruangan pemanfaatan lahan pesisir Sumatera Utara yang telah diolah menggunakan software Arcview didapatkan data penggunaan lahan pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai yang disajikan pada Gambar 7.
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat penggunaan lahan di 5 Kecamatan di Serdang Bedagai yaitu Kecamatan Bandar Khalifah, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Perbaungan dan Kecamatan Pantai Cermin didapatkan 11 jenis pemanfaatan lahan yaitu hutan lahan kering sekunder, perkebunan, pemanfaatan pertanian lahan kering, tanah terbuka, rawa, semak/rawa belukar, pemukiman, sawah, tambak, dan hutan rawa sekunder dan hutan mangrove sekunder. Pada daerah daratan pesisir Serdang Bedagai terdapat penggunaan lahan pertanian kering dan sawah sedangkan pada sepanjang garis pantai didominasi pemanfaatan budidaya tambak, rawa, semak/rawa belukar, hutan rawa sekunder dan hutan mangrove sekunder.
[image:46.595.109.516.425.630.2]Persentase pemanfaatan lahan yang terdapat pada daratan pesisir dan sepanjang garis pantai di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Persentase Pemanfaatan Lahan Kabupaten Serdang Bedagai
No Jenis Pemanfaatan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)
1 Sawah 403 8
2 Pertanian lahan
kering 1332 25
3 Tanah terbuka 659 13
4 Hutan mangrove
sekunder 501 10
5 Tambak 2105 40
6 Semak/ Belukar
rawa 198 2
7 Rawa 12 1
8 Hutan Rawa
Sekunder 16 1
TOTAL 5226 100
Sumber : Diolah dari data Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara tahun 2011
Kabupaten Serdang Bedagai didominasi pemanfaatan lahan tambak seluas 2105 Ha, tanah terbuka seluas 659 Ha dan pemanfaatan hutan mangrove sekunder seluas 501 Ha.
Kerusakan Ekologis
[image:47.595.117.511.361.562.2]Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan di 4 stasiun pengamatan didapatkan hasil foto kerusakan ekologis yang terjadi baik akibat pemanfaatan lahan yang tidak ramah lingkungan dan juga akibat aktivitas manusia melakukan penebangan hutan mangrove. Adapun kerusakan ekologis yang terjadi di stasiun 1 Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Kerusakan Ekologis di stasiun 1 Desa Bagan Kuala (Sumber Google Earth 2014)
dilihat kerusakan hutan mangrove dan juga peninggalan sumur didaratan yang sekarang telah terendam oleh air laut.
Adapun Kerusakan Ekologis yang terjadi di stasiun 2 Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Kerusakan Ekologis di Stasiun 2 Desa Sentang Kuala (Sumber Google Earth 2014)
Pada Gambar 9. dapat dilihat kerusakan ekologis yang terjadi di Desa Sentang. Pada panah 1 dapat dilihat lahan hutan mangrove yang telah dijadikan kolam pemancingan. Panah 2 dan panah 3 dapat dilihat kawasan wisata pesisir Desa Sentang yang sudah rusak bersamaan dengan rusaknya hutan mangrove.
Gambar 10. Kerusakan Ekologis yang terjadi di Desa Sei Nagalawan Kuala (Sumber Google Earth 2014)
Pada Gambar 10. dapat dilihat panah 1 kawasan muara yang mengalami pendangkalan sehingga menghambat aktivitas nelayan. Pada panah 2 dapat dilihat penyempitan mulut kuala atau muara yang sangat menghambat aktivitas nelayan melaut, dan pada panah 3 dapat dilihat abrasi pantai yang terjadi di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan.
Pada Gambar 11. dapat dilihat kerusakan ekologis di Desa Pantai Cermin Kiri Kecamatan Pantai Cermin
Pada Gambar 11. dapat dilihat kerusakan ekologis yang terjadi panah 1 terjadi penyempitan mulut kuala atau muara sungai yang mengakibatkan banyak nelayan yang terhambat aktivitas melautnya dan pada panah 2 dapat dilihat pembukaan lahan pesisir untuk dijadikan kawasan wisata pantai.
Pada Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10 dan Gambar 11 dapat dilihat kerusakan ekologis yang terjadi adalah kerusakan hutan mangrove, pendangkalan muara sungai, penyempitan mulut muara sungai, dan abrasi pantai. Kerusakan ekologis ini sesuai dengan Tabel 9. yaitu pemanfaatan lahan mangrove di sepanjang garis pantai Kabupaten Serdang Bedagai berubah menjadi pemanfaatan lahan tambak.
Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir
Karakteristik Responden Masyarakat Pesisir
Gambar 12. Persentase Responden Masyarakat Pesisir Berdasarkan Jenis Kelamin (a).Desa Bagan Kuala, (b). Desa Sentang, (c). Desa Sei Nagalawan, (d). Desa Pantai Cermin kiri.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada seluruh responden masyarakat pesisir didapatkan karakteristik responden masyarakat pesisir berdasarkan jenis kelamin. pada stasiun 1 persentase responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 86% dan Perempuan sebanyak 14%, pada stasiun 2 persentase responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 84% dan perempuan sebanyak 16%, pada stasiun 3 persentase responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 91% dan perempuan sebanyak 9%, dan pada stasiun 4 persentase responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 85% dan perempuan sebanyak 15%. Berdasarkan keseluruhan stasiun didominasi dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki.
Adapun data sekunder pekerjaan masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai disajikan pada Gambar 13.
86% 14%
Stasiun 1
Laki-Laki
Perempuan
84% 16%
Stasiun 2
Laki-Laki
Perempuan
90% 10%
Stasiun 3
Laki-Laki
Perempuan
85% 15%
Stasiun 4
Laki-Laki
Perempuan
a. b.
Gambar 13. Data Sekunder Pekerjaan Masyarakat Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.
Berdasarkan pengambilan data sekunder yang bersumber dari 4 kepala desa stasiun pengamatan didapatkan persentase pekerjaan masyarakat pesisir. Adapun pekerjaan yang mendominasi pada stasiun 1 adalah pekerjaan nelayan sebanyak 35% dan pekerjaan yang paling minoritas adalah petani sebanyak 1%, pada stasiun 2 adalah pekerjaan nelayan sebanyak 25% dan pekerjaan yang paling minoritas adalah pedagang sebanyak 4%, pada stasiun 3 adalah pekerjaan petani sebanyak 36% dan pekerjaan yang paling minoritas adalah jasa sebanyak 6%, dan pada stasiun 4 adalah pekerjaan nelayan sebanyak 86% dan pekerjaan yang paling minoritas adalah buruh tani dan peternak sebanyak 1%.
[image:52.595.117.506.83.430.2]Adapun persentase pekerjaan responden masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14. Persentase Pekerjaan Responden Masyarakat Pesisir kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.
Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat jumlah responden yang mendominasi pada ke 4 stasiun adalah pekerjaan nelayan, persentase pekerjaan nelayan pada stasiun 1 sebesar 48%, stasiun 2 sebesar 39%, stasiun 3 sebesar 35%, dan stasiun 4 sebesar 39%. Sedangkan persentase pekerjaan responden masyarakat pesisir terkecil adalah pada stasiun 1 pekerjaan PNS dan petani sebesar 1%, sedangkan stasiun 2, stasiun 3, dan stasiun 4 pekerjaan PNS masing-masing sebesar 3%, 2% sebesar 3%.
Adapun persentase penyebaran umur responden masyarakat pesisir Serdang Bedagai disajikan pada Gambar 15.
1% 48% 17% 3% 1% 30%
Stasiun 1
Petani Nelayan Buruh Wiraswasta Pegawai Negri Sipil 14% 39% 11% 5% 3% 28%Stasiun 2
Petani Nelayan Buruh Wiraswasta Pegawai Negri Sipil 19% 35% 14% 8% 2% 22%Stasiun 3
Petani Nelayan Buruh Wiraswasta Pegawai Negri Sipil 12% 39% 15% 9% 3% 22%Stasiun 4
Petani Nelayan Buruh Wiraswasta Pegawai Negri Sipil a.c. d.
[image:53.595.114.507.139.488.2]Gambar 15. Penyebaran Umur Responden Masyarakat Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.
Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase penyebaran umur yang mendominasi di stasiun 1 adalah umur 20-29 tahun sebesar 47%, sementara pada stasiun 1,2 dan 3 didominasi oleh responden yang berumur 30-39 tahun yaitu masing-masing sebesar 41%, 44%, dan 50%. Sedangkan persentase penyebaran umur responden terkecil pada ke 4 stasiun adalah berkisar antara >50 tahun pada stasiun 1 sebesar 2%, stasiun 3 sebesar 2%, dan stasiun 4 sebesar 2%. Sedangkan stasiun 2 persentase penyebaran umur terkecil berkisar antara 50-59 tahun sebesar 3%.
Adapun persentase penyebaran taraf pendidikan responden masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai disajikan pada Gambar 16.
47% 37% 10% 4% 2%
Stasiun 1
20-29 30-39 40-49 50-59 >59 37% 41% 15% 3% 4%Stasiun 2
20-29 30-39 40-49 50-59 >59 32% 44% 16% 6% 2%Stasiun 3
20-29 30-39 40-49 50-59 >59 40% 50% 5% 3% 2%Stasiun 4
20-29 30-39 40-49 50-59 >59 a.c. d.
Gambar 16. Persentase Penyebaran Taraf Pendidikan Responden Masyarakat Pesisir (a).Desa Bagan Kuala, (b). Desa Sentang, (c). Desa Sei Nagalawan, (d). Desa Pantai Cermin kiri.
Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase penyebaran taraf pendidikan responden yang mendominasi masing-masing stasiun adalah pendidikan tingkat SMA sebesar 39%, 44%, 49%, dan 48%. Sedangkan persentase terkecil penyebaran taraf pendidikan responden pada stasiun 1 tidak sekolah sebesar 4%, stasiun 2 pendidikan tinggi sebesar 1%, stasiun 3 pendidikan tinggi sebesar 4% dan pada stasiun 4 tidak sekolah sebesar 5%.
Adapun persentase pendapatan per bulan responden masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai disajikan pada Gambar 17.
4% 20% 37% 39%
Stasiun 1
Tidak Sekolah SD SMP 7% 15% 33% 44% 1%Stasiun 2
TidakSekolah SD SMP SMA PT 6% 6% 35% 49% 4%
Stasiun 3
Tidak Sekolah SD SMP SMA PT 5% 4% 37% 48% 6%Stasiun 4
Tidak Sekolah SD SMP SMA PT a.c. d.
[image:55.595.115.506.83.390.2]Gambar 17. Pendapatan Responden Masyarakat Pesisir Perbulan (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.
Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase terbesar penyebaran penghasilan per bulan responden didominasi pendapatan sebesar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 pada masing-masing stasiun persentasenya sebesar 54%, 58%, 59%, dan 64%. Sedangkan persentase terkecil penghasilan per bulan responden masyarakat pesisir didominasi pendapatan < Rp. 500.000 yang pada masing-masing stasiun persentasenya sebesar 16%, 19%, 18% dan 17%.
Pemahaman dan Persepsi Masyarakat Pesisir
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 4 stasiun diperoleh hasil persentase persepsi dan pemahaman masyarakat pesisir terhadap pengelolaan
16%
54% 30%
Stasiun 1
<500 ribu
500ribu - 1 juta
1 juta – 2 juta 19% 58% 23%
Stasiun 2
<500 ribu500ribu - 1 juta
1 juta – 2 juta 18% 59% 23%
Stasiun 3
<500 ribu500ribu - 1 juta
1 juta – 2 juta 17% 64% 19%
Stasiun 4
<500 ribu500ribu - 1 juta
1 juta – 2 juta
a.
d. c.
kawasan pesisir. adapun persentase pemahaman masyarakat pesisir terhadap pengelolaan pesisir secara terpadu disajikan pada Gambar 18.
Gambar 18. Pemahaman Masyarakat Pesisir Terhadap Pengelolaan Pesisir Terpadu (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.
.
Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase pemahaman masyarakat pesisir terhadap pengelolaan pesisir secara terpadu pada stasiun 1, 2 dan 3 termasuk kedalam taraf sedang yaitu pada masing-masing stasiun persentasenya sebesar 83%, 71%, dan 52% sedangkan pada stasiun 4 taraf pemahaman masyarakat pesisir terhadap pengelolaan pesisir terpadu berada pada taraf yang tinggi dengan persentase sebesar 51%.
Adapun persentase persepsi masyarakat pesisir terhadap pengelolaan pesisir secara terpadu disajikan pada Gambar 19.
Gambar 19. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Pesisir Terpadu (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.
Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase persepsi responden masyarakat pesisir terhadap pengelolaan pesisir terpadu pada ke 4 stasiun rata-rata responden menyatakan setuju yang persentasenya pada masing-masing stasiun sebesar 97%, 94%, 88%, dan 93%.
Adapun persentase persepsi responden masyarakat pesisir terhadap sektor yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan pesisir disajikan pada Gambar 20.
97% 3%
Stasiun 1
Setuju
Tidak Setuju
94% 6%
Stasiun 2
Setuju
Tidak Setuju
88% 12%
Stasiun 3
Setuju
Tidak Setuju
93% 7%
Stasiun 4
Setuju
Tidak Setuju
a.
c. d.
[image:58.595.116.504.82.489.2]Gambar 20. Persepsi Masyarakat pesisir tentang Sektor yang Perlu diperbaiki (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.
Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase persepsi responden masyarakat pesisir terhadap sektor yang perlu diperbaiki. Pada stasiun 1 dan stasiun 2 responden mengatakan sektor yang perlu diperbaiki adalah kondisi ekologis dengan masing-masing persentase sebesar 29% dan 39%, stasiun 3 sekitar 37% responden mengatakan sektor yang perlu diperbaiki adalah peraturan daerah, dan pada stasiun 4 sekitar 35% responden mengatakan kesemua sektor perlu diperbaiki.
Adapun persentase persepsi masyarakat pesisir terhadap harapan pengelolaan kawasan pesisir disajikan pada Gambar 21.
[image:59.595.114.507.83.453.2]Gambar 21. Persepsi Masyarakat Pesisir Terhadap Harapan Pengelolaan Kawasan Pesisir (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.
Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase peresepsi responden masyarakat pesisir terhadap harapan pengelolaan pesisir. pada stasiun 1 sekitar 33% responden memilih menjadi kawasan konservasi, sedangkan pada stasiun 2, 3, dan 4 responden berharap kawasannya dikelola menjadi kawasan wisata yang masing-masing persentasenya sebesar 37%, 44%, dan 31%.
26% 33% 24% 17%
Stasiun 1
Budidaya Konservasi Wisata Pemukiman 21% 24% 37% 18%Stasiun 2
Budidaya Konservasi Wisata Pemukiman 10% 26% 44% 20%Stasiun 3
Budidaya Konservasi Wisata Pemukiman 24% 27% 31% 18%Stasiun 4
Budidaya Konservasi Wisata Pemukiman a.c. d.
Keterlibatan Masyarakat Pesisir
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 4 stasiun diperoleh hasil persentase keterlibatan masyarakat pesisir terhadap pengelolaan kawasan pesisir. Adapun keterlibatan masyarakat pesisir dalam pengelolaan masyarakat pesisir secara terpadu disajikan pada Gambar 22.
Gambar 22. Keterlibatan Masyarakat Pesisir Dalam Pengelolaan Pesisir Terpadu (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.
Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase keterlibatan masyarakat pesisir dalam pengelolaan pesisir terpadu pada ke 4 stasiun rata-rata responden menyatakan ingin langsung terlibat dengan
95% 5%
Stasiun 1
Terlibat
Tidak Terlibat
98% 2%
Stasiun 2
Terlibat
Tidak Terlibat
97% 3%
Stasiun 3
Terlibat
Tidak Terlibat
95% 5%
Stasiun 4
Terlibat
Tidak Terlibat
a.
c. d.
[image:61.595.113.507.219.611.2]persentase pada stasiun 1 sebesar 95%, stasiun 2 sebesar 98%, stasiun 3 sebesar 97%, dan stasiun 4 sebesar 95%.
Karakteristik Responden Pengunjung Wisata Pantai
Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Umur, Taraf Pendidikan
dan Pekerjaan
Wawancara untuk responden pengunujung wisata pantai hanya dilakukan pada 2 stasiun yaitu staiun 3 dan stasiun 4 dikarenakan hanya pada stasiun 3 dan stasiun 4 didapatkan pengunjung wisata pantai sementara pada stasiun 1 dan stasiun 2 telah mengalami kerusakan kawasan wisata sehingga pengunjung wisata urung datang ke kawasan tersebut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 2 stasiun didapatkan hasil karakteristik responden pengunjung wisata pantai. Adapun persentase responden pengunjung wisata pantai berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Gambar 23.
Gambar 23. Persentase Responden Pengunjung Wisata Pantai Berdasarkan Jenis Kelamin (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri
.
71% 29%
Stasiun 3
Laki-Laki
Perempuan
90% 10%
Stasiun 4
Laki-Laki
Perempuan
Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapatkan penyebaran responden berdasarkan jenis kelamin. Penyebaran responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki pada stasiun 3 sebesar 71% dan pada stasiun 4 sebesar 90% sedangkan penyebaran responden perempuan pada stasiun 3 sebesar 29% dan stasiun 4 sebesar 10%.
Adapun persentase umur responden pengunjung wisata pantai dapat disajikan pada Gambar 24.
Gambar 24. Umur Responden Pengunjung Wisata Pantai Kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri
Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapatkan penyebaran responden berdasarkan umur didominasi dengan kisaran umur antara 20-29 tahun pada masing-masing stasiun besaran persentasenya sebesar 57% dan sebesar 56%.
Adapun persentase responden pengunjung wisata pantai berdasarkan taraf pendidikan disajikan pada Gambar 25.
57% 29%
14%
Stasiun 3
20-29
30-39
40-49 30% 56%
14%
Stasiun 4
20-29
30-39
40-49
Gambar 25. Persentase Taraf Pendidikan Responden pengunjung wisata pantai kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri
Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapatkan persentase taraf pendidikan pada stasiun 3 sebesar 68% dan stasiun 4 sebesar 70% didominasi oleh taraf pendidikan SMA.
Adapun penyebaran persentase responden pengunjung wisata pantai berdasarkan pekerjaan disajikan pada Gambar 26.
Gambar 26. Pekerjaan responden Pengunjung Wisata Pantai Kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase terbesar pada stasiun 3 dan stasiun 4 adalah pekerjaan wiraswasta yang persentasenya pada masing-masing stasiun sebesar 49% dan
26% 68% 6%
Stasiun 3
SMP SMA PT 10% 70% 20%Stasiun 4
SMP SMA PT 6% 49% 14% 31%Stasiun 3
Buruh Wiraswasta Pegawai Negri Sipil Tidak Bekerja 10% 42% 8% 40%Stasiun 4
Buruh Wiraswasta Pegawai Negri Sipil Tidak Bekerjaa. b.
[image:64.595.113.507.83.300.2]42%. Sedangkan persentase terkecil pada stasiun 1 pekerjaan Buruh sebesar 6% dan pada stasiun 2 pekerjaan PNS sebesar 8%.
Persepsi Pengunjung Wisata Pantai
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 2 stasiun didapatkan hasil presentase persepsi dan pemahaman pengunjung wisata pantai terhadap pengelolaan kawasan pesisir. Adapun persepsi pengunjung wisata pantai terhadap pemahaman pengelolaan pesisir terpadu disajikan pada Gambar 27.
Gambar 27. Persepsi Pengunjung Wisata terhadap pemahaman Pengelolaan Pesisir Terpadu (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri
Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase persepsi responden pengunjung pantai terhadap pemahaman pengelolaan pesisir terpadu yang berada pada taraf yang tinggi dengan persentase pada stasiun 3 dan stasiun 4 sebesar 46%.
Adapun persentase persepsi pengunjung wisata pantai terhadap keindahan pantai disajikan pada Gambar 28.
46%
11% 43%
Stasiun 3
Tinggi
Sedang
Rendah
46%
14% 40%
Stasiun 4
Tinggi
Sedang
Rendah
[image:65.595.115.506.292.494.2]Gambar 28. Persepsi Pengunjung Wisata Terhadap Keindahan Pantai Kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri
Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase persepsi pengunjung wisata pantai terhadap keindahan pantai. Pada stasiun 3 sebesar 71% responden mengatakan pantai indah dan pada stasiun 4 sebesar 64% responden juga mengatakan pantai indah.
Adapun persentase persepsi pengunjung wisata pantai terhadap pengelolaan pesisir terpadu disajikan pada Gambar 29.
Gambar 29. Persepsi Pengunjung Wisata terhadap Pengelolaan Pesisir Terpadu (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri
Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase persepsi pengunjung wisata pantai terhadap pengelolaan pesisir
14% 71% 3% 12%
Stasiun 3
Buruk Indah Sangat Indah Tidak Tahu 6% 64% 10% 20%Stasiun 4
Buruk Indah Sangat Indah Tidak Tahu 94% 6%Stasiun 3
Setuju Tidak Setuju 94% 6%Stasiun 4
Setuju Tidak Setujua. b.
[image:66.595.115.506.81.287.2]secara terpadu rata-rata responden mengatakan setuju yang persentasenya pada stasiun 3 dan stasiun 4 sebesar 94%.
Adapaun persentase persepsi pengunjung wisata pantai tentang sektor yang perlu diperbaiki disajikan pada Gambar 30.
Gambar 30. Persepsi Pengunjung Wisata Pantai tentang Sektor yang Perlu Diperbaiki (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase persepsi pengunjung wisata pantai tentang sektor yang perlu diperbaiki. Pada stasiun 3 sekitar 88% responden mengatakan sektor yang perlu diperbaiki adalah kesemua sektor dan pada stasiun 4 sekitar 80% responden juga mengatakan kesmuanya perlu diperbaiki.
Adapun persentase persepsi pengunjung wisata pantai terhadap harapan pengelolaan pesisir disajikan pada Gambar 31.
3%
9%
88%
Stasiun 3
dinas-dinas terkait
Peraturan daerah
Kondisi ekologis
Kesemuanya perlu diperbaiki
2% 4%
14%
80%
Stasiun 4
dinas-dinas terkait
Peraturan daerah
Kondisi ekologis
Kesemuanya perlu diperbaiki
Gambar 31. Persepsi Pengunjung Wisata terhadap Harapan Pengelolaan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri
Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase persepsi pengunjung wisata pantai terhadap harapan pengelolaan pesisir adalah pada stasiun 3 sebesar 80% responden berharap dikelola menjadi kawasan wisata dan pada stasiun 4 sebesar 68% responden juga berharap dikelola menjadi kawasan wisata
Keterlibatan Pengunjung Wisata Pantai
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 2 stasiun didapatkan hasil persentase keterlibatan pengunjung wisata pantai dalam pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu. adapun presentase keterlibatan pengunjung wisata dalam pengelolaan pesisir secara terpadu disajikan pada Gambar 32.
6%
14%
80%
Stasiun 3
Budidaya
Konservasi
Wisata
28%
4% 68%
Staisiun 4
Budidaya
Konservasi
Wisata
Gambar 32. Keterlibatan Pengunjung Wisata Dalam Pengelolaan Pesisir Terpadu (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri
Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase keterlibatan pengunjung wisata pantai dalam pengelolaan pesisir terpadu adalah pada stasiun 3 sebesar 66% menyatakan tidak terlibat dan 34% menyatakan ingin terlibat sedangkan pada stasiun 4 sebesar 56% menyatakan tidak terlibat dan 44% menyatakan terlibat.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppotunity, Threat)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai didapatkan faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan faktor eksternal (peluang, ancaman) yang disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Faktor Internal dan Eksternal Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai No Kekuatan (Strength) No Kelemahan (Weakness)
1 Keterkaitan Ekologis (Mangrove, Pantai, Estuaria)
1 Belum adanya kebijakan yang dibuat pemerintah daerah dalam pengelolaan pesisir terpadu
2 Partisipasi Masyarakat Terlibat dalam Pengelolaan Pesisir
2 Tidak jelas tugas dan wewenang antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan pesisir
3 Luas Lahan Pesisir Untuk dikelola 3 Pengelolaan pesisir yang tidak Optimal
4 Pemahaman Masyarakat akan Kelestarian Lingkungan Pesisir
4 Lemahnya perekonomian masyarakat pesisir 34% 66%
Stasiun 3
Terlibat Tidak Terlibat 44% 56%Stasiun 4
Terlibat Tidak Terlibat5 Adanya Sarana dan Prasarana Menuju Kawasan Pesisir
5 Masyarakat pesisir yang tidak memiliki modal
No Peluang (Opputunity) No Ancaman (Threat)
1 Meningkatnya investasi 1 Pemanfaatan lahan pesisir yang berlebihan
2 Masuknya tenaga ahli dari berbagai bidang ilmu
2 Persaingan tidak sehat antar investor meningkat
3 Meningkatkan jumlah wisatawan 3 Perebutan lahan pesisir antar
Stakeholder
4 Perkembangan perhatian dunia yang meningkat terhadap pengembangan kawasan pesisir
4 Meningkatnya alih fungsi lahan
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat faktor-faktor internal dan eksternal dalam analisis SWOT. Faktor internal dan eksternal didapatkan dari hasil wawancara dengan kepala desa, perangkat desa, masyarakat pesisir, nelayan, pengunjung wisata dan pengamatan langsung dilapangan.
B.Pembahasan
Analisis Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir
Berdasarkan data pada tabel 7 pemerintah pusat mengeluarkan tiga kebijakan terkait penataan ruang dan pengelolaan wilayah pesisir yaitu kebijakan UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, UU No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan UU No. 1 Tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Sedangkan pemerintah daerah provinsi sumatera utara mengeluarkan Perda No. 2 Tahun 2003 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan pemerintah daerah kabupaten Serdang Bedagai mengeluarkan perda No. 12 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
pemerintah daerah. Dalam hal ini pemerintah dan pemerintah daerah baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten memiliki wewenang untuk melakukan pengaturan, pembinaan serta pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah.
Secara hirarki pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai telah melakukan wewenangnya dalam membuat pengaturan penataan ruang wilayah Provinsi dan Kabupaten.
Pemerintah daerah baik tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten dalam mengeluarkan peraturan daerah tentang penataan ruang kewilayahan harus mengacu pada peraturan penataan ruang tingkat nasional. Kegiatan dari pengelolan ruang laut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pemanfaatan ruang. Pemanfaatan ruang laut diatur sendiri didalam UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pemanfaatan ruang laut tingkat Provinsi dan Kabupaten harus memperhatikan Perda RTRW provinsi dan Perda RTRW kabupaten.
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat hirarki UU No. 26 Tahun 2007 dan UU No. 1 Tahun 2014. Kedua undang-undang ini memiliki kesamaan dalam pemanfaatan ruang hanya pada peraturan UU No. 1 Tahun 2014 lebih terperinci mengenai pemanfaatan ruang laut.
rencana tata ruang pulau/kepulauan (tertuang dalam UU No. 1 Tahun 2014), rencana tata ruang kawasan strategis nasional,