• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA HANG STLYE MELALUI ALAT BANTU MODIFIKASI SIMPAI KESET DAN BOL PADA SISWA KELAS X1 DI SMA NEGERI 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA HANG STLYE MELALUI ALAT BANTU MODIFIKASI SIMPAI KESET DAN BOL PADA SISWA KELAS X1 DI SMA NEGERI 1"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA HANG STLYE MELALUI ALAT BANTU MODIFIKASI SIMPAI KESET DAN BOL PADA SISWA KELAS X1 DI SMA NEGERI 1

TRIMURJO Oleh Eka Yuniawati

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya hang stlye melalui alat bantu pada siswa kelas X1 di SMA Negeri 1 Trimurjo.

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Class room Action Reserch), dengan tiga siklus, dimana pada setiap siklus menggunakan tindakkan yang berbeda-beda. Siklus pertama menggunakan simpai dimana siswa harus melakukan awalan dengan benar, siklus kedua menggunakan keset sebagai papan tolakan untuk pada saat siswa melakukan tolakan, dan siklus ketiga menggunakan bola yang digantung pada tiang bambu sebagai latihan pada saat melayang diudara.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Trimurjo kelas X1 yang berjumlah 32 siswa. Pengumpulan data diambil dari tes berupa pengamatan

keterampilan gerak dasar yang meliputi posisi awal, posisi persiapan, posisi akhir. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan gerak dasar

lompat jauh gaya menggantung melalui latihan drill penggunaan alat tes

holahop,keset,dan tiang bambu pada setiap siklusnya, adapun peningkatan pada setiap siklus adalah sebagai berikut siklus pertama sebesar 50%, siklus kedua sebesar 63%, dan siklus ketiga sebesar 91%.

Proses pembelajaran dengan alat bantu holahop, keset, tiang bambun yang di gantungi bola dapat memberikan peningkatan hasil belajar gerak dasar lompat jauh gaya menggantung siswa kelas x1 SMA N 1 Trimurjo. Dan pada setiap siklus tindakan yang diberikan memberikan pengaruh yang berarti terhadap peningkatan prosentase keberhasilan gerak dasar lompat jauh gaya hang stlye.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWANCANA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS A. Hakikat Pembeajaran ... 8

1. Pembelajaran motorik ... ... 9

2. Pengertian Atletik ... ... 14

3. Nomor-nomor atletik ... 16

4.Tahapan lompat, melayang dan mendarat ... 18

B. Hakikat Strategi pembelajaran ... 22

C.Latihan Drill ... 28

D.Kerangka Berpikir ... 29

E. Hipotesis ... 30

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 31

B. Subyek Penelitian ... 33

C. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 34

D. Rancangan Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 38

(7)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan pembentukan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematis, dipilih sesuai karakteristik peserta didik, tingkat kematangan, kemampuan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik

sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

(9)

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan yang diajarkan di sekolah. Pendidikan jasmani adalah sutau bagian dari pendidikan secara

keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani, pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang. Dalam pendidikan jasmani sudah termasuk proses internal dalam pendidikan sebab pendidikan jasmani mengandung ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif yang dikembangkan dalam pendidikan jasmani yaitu siswa diberikan suatu materi-materi ilmu pengetahuan sebagai pendukung dalam aktivitas kegiatan jasmani. Ranah afektif yang

dikembang kemudian dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yaitu siswa dilatih pengalaman sebagai pemimpin, dilatih disiplin dan menerapakan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani yaitu menjujung

sporitvitas dan fair play dalam bermain. Ranah psikomotor merupakan pengalaman mempraktikkan keterampilan gerak dasar dalam berbagai permainan dalam olahraga.

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Trimurjo adalah sekolah yang merujuk pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan memberikan

(10)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Trimurjo, penulis melihat ketika pembelajaran atletik sikap pada saat melakukan awalan sering siswa melakukan memperpendek langkah,pada saat melakukan tolakan siswa sering tidak tepat menolak pada papan tolakan ada yang melewati maupun sebelum papan tolakan sehingga siswa tidak dapat menempatkan kaki tumpuan yaitu kaki yang terkuat kanan atau kiri ,dan pada saat melayang diudara siswa terlalu cepat sehingga untuk proses pendaratan juga tidak tepat ada terjatuh kebelakang yang benar adalah jatuh kedepan,dan masih rendah dan sarana pembelajaran yang kurang mendukung. Pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru adalah menjelaskan tentang materi lompat jauh, memberikan contoh satu atau dua kali tentang kelangsungan gerak dasar lompat jauh dari awalan sampai mendarat, kemudian siswa disuruh melakukan gerak dasar tersebut.

Kesalahan yang dilakukan dievaluasi dan diperbaiki, kemudian dilakukan

perbaikan dengan satu atau dua kali lompatan dan dilanjutkan dengan pengetesan untuk mendapatkan nilai. Selain itu, ketergantungan guru Pendidikan Jasmani pada sarana dan prasarana yang standar menyebabkan pola pembelajaran yang kurang variatif dan cenderung membosankan siswa. Keterbatasan lahan yang dimiliki sekolah membuat guru hanya memberikan materi sebatas pemberian teknik dasar di bak pasir. Sehingga siswa harus menunggu giliran

mempraktikkan teknik dasar lompat jauh di bak pasir. Siswa menjadi bosan dan jenuh karena sedikit melakukan tugas gerak dan lebih banyak diam.

(11)

sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari 65 sebanyak 60%. Sedangkan siswa dinyatakan berhasil atau tuntas dalam mengikuti proses belajar mengajar jika mendapat nilai 67.

Berdasarkan uraian di atas, jika guru ingin meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran yang lebih baik, maka guru perlu mengadakan perbaikan dalam hal metode atau model pembelajaran, perbaikan terhadap kualitas penggunaan alat bantu belajar dan juga perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa. Dengan upaya tersebut diharapkan dapat mencapai efektivitas pembelajaran dan siswa akan mempunyai pengalaman gerak yang banyak dan beragam.

Latihan Drill merupakan salah satu pembelajaran dengan konsep dasar

pengulangan gerakan yang telah dipelajari atau dimiliki sehingga akan menjadi automatisasi gerakan bagi siswa. Dengan pengulangan gerakan lompat jauh gaya menggantung secara berulang-ulang dengan alokasi waktu 4 jam atau setara dengan 2 kali tatap muka diharapkan akan menjadi pembelajaran yang tepat dan efektif.

(12)

B. Identifikasi Masalah

1. Sebagian siswa kelas X-1 di SMA N 1 Trimurjo belum dapat melakukan gerak awalan lompat jauh dengan benar pada saat berlari.

2. Sebagian siswa belum dapat melakukan tolakan dengan benar pada papan tumpuan tolakan.

3. Sebagian siswa belum dapat melakukan sikap melayang diudara dan pada saat mendarat dengan benar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah dengan alat bantu simpai dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya Hang Stlye pada siswa kelas X-1 di SMAN 1 Trimurjo?

2. Apakah dengan alat bantu keset dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya Hang Stlye pada siswa kelas X-1 di SMAN 1 Trimurjo? 3. Apakah dengan alat bantu tiang bambu yang digantungi bola dapat

(13)

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Ingin meningkatkan pembelajaran lompat jauh gaya Hang Stlye pada siswa kelas X-1 di SMA N 1 Trimurjo sehingga tercapai keberhasilan

pembelajaran. 2. Tujuan khusus

Memberikan metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar lompat jauh gaya Hang Stlye pada siswa kelas X-1 SMA N 1 Trimurjo yaitu dengan menggunakan 3 siklus tindakan, yaitu :

a. Siklus 1 : Pada siklus ini upaya untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat jauh gaya Hang Stlye melalui alat bantu

modifikasi menggunakan simpai yang ditempatkan sebelum papan tolakan, tujuannya supaya memudahkan siswa untuk mengatur jarak langkah menuju papan tolakan.

b. Siklus 2 : Pada siklus ini upaya untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat jauh gaya Hang Stlye melalui alat bantu

modifikasi menggunakan keset sebagai pengganti papan tolakan yang sesungguhnya, tujuannya agar dapat

memudahkan siswa untuk melakukan tolakan pada keset yang berbahan kain.

c. Siklus 3 : Pada siklus ini upaya untuk mningkatkan kemampuan gerak dasar lompat jauh gaya Hang Stlye melalui alat bantu

(14)

tujuannya agar dapat meningkatkan kemampuan gerakan dasar lompat jauh dengan melompat meraih bopla setinggi-tingginya.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi siswa

Upaya meningkatkan keterampilan gerak dasar lompat jauh gaya Hang Stlye dengan metode yang tepat dan menyenangkan kemudian menunjang dalam pencapaian kemampuan gerak spesialisasi (terampil) pada usia dewasa.

2. Bagi guru

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam usaha menciptakan pembelajaran yang bermakna dan berkualitas, menentukan metode

pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan segenap kemampuannya dan tercapailah keberhasilan pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar lompat jauh siswa. Dan juga

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku individu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses, cara,

menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Oemar Hamalik (2003), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (2006), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif. Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Di dalam Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional

menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

(16)

terjadi proses belajar pada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

1. Pembelajaran Motorik

Menurut Sujiono ( 1997 : 1.1 ) bahwa motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapatkan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur-unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apa pun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. Jadi, otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.

Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak, secara simultan dan

berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang dia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap gerakan anak. Dalam kaitannya dengan perkembangan motorik anak, gerak merupakan unsur utama dalam pengembangan motorik anak. Oleh sebab itu, perkembangan kemampuan anak akan dapat terlihat jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka lakukan.

Jika anak banyak bergerak, maka akan semakin banyak manfaat yang dapat di peroleh anak ketika ia makin terampil dan mampu menguasai gerakan

(17)

bergerak, ia juga menjadi lebih percaya diri dan mandiri. Anak akan menjadi semakin yakin dalam mengerjakan segala kegiatan karena ia tahu akan

kemampuan fisiknya. Anak-anak yang baik perkembangan motoriknya, biasanya juga mempunyai keterampilan dan kemampuan sosial yang positif. Mereka akan senang bermain bersama teman-temannya karena dapat mengimbangi gerak teman-teman sebayanya, seperti melompat-lompat dan berlari-lari.

Perkembangan lain yang juga berhubungan dengan kemampuan motorik anak adalah anak akan semakin cepat bereaksi, semakin baik koordinasi mata dan tangannya, dan anak semakin tangkas dalam bergerak. Dengan semakin meningkatnya rasa percaya diri anak, maka anak tersebut juga akan merasa bangga jika ia dapat melakukan beberapa kegiatan.

Pengertian motorik dan gerak seringkali menjadi satu, hal ini di sebabkan memang di antara kedua istilah tersebut sangat sulit di tarik suatu batasan yang konkrit. Kedua istilah ini ( motorik dan gerak ), merupakan dua istilah yang saling terkait yang tidak dapat di pisahkan, karena di antara kedua istilah tersebut

memang terdapat hubungan sebab akibat. Namun demikian diperlukan suatu batasan yang minimal dapat memberikan penjelasan terhadap hubungan sebab akibat yang di maksud.

Motorik dapat diartikan sebagai suatu rangkaian peristiwa laten yang tidak dapat di amati dari luar. Pengertian umum ini belum dapat memberikan kejelasan yang lebih tajam. Untuk itu diperlukan suatu defenisi yang lebih operasional. Motorik adalah suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses-proses

(18)

maupu secara psikis yang menyebabkan terjadinya suatu gerakan ( Kiram, 1992:48 ). Peristiwa-peristiwa laten yang tidak dapat di amati tersebut meliputi antara lain : penerimaan informasi/stimulus, pemberian makna terhadap

informasi, pengolahan informsi, proses pengambilan keputusan, dan dorongan untuk melakukan berbagai bentuk aksi-aksi motorik ( keseluruhannya merupakan peristiwa psikis ). Setelah itu di lanjutkan dengan peristiwa psiologis yang

meliputi pemberian, pengaturan, dan pengendalian impuls kepada organ-organ tubuh yang terlibat dalam melaksanakan aksi-aksi motorik, sebagai hasil dari kedua peristiwa laten tersebut adalah gerak yang dapat di amati.

Menurut Drowtzky ( dalam Sugianto, 1998:269 )” Belajar gerak (motorik) adalah

belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskuler yang di ekspresikan

dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh “. Proses belajar motorik meliputi

pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya; kemudian menirukan dan mencoba melakukannya berulang kali ; untuk kemudian

menerapkan pola-pola gerak yang di kuasai di dalam kondisi-kondisi tertentu yang di hadapi, dan akhirnya diharapkan siswa bisa menciptakan gerakan-gerakan yang lebih efisien untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak tertentu. Domain kemampuan yang paling intensif keterlibatannya adalah domain fisik dan domain psikomotor, namun bukan berarti bahwa domain kognitif dan domain afektif tidak terlibat. Domain kognitif dan domain afektif tetap terlibat, namun tidak

(19)

Jadi, dari defenisi di atas, dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa motorik (gerak) merupakan :

a. suatu aksi yang direncanakan dan di atur secara sadar.

b. Motorik terjadi berdasarkan sistem pengaturan sensor motorik.

c. Proses motorik adalah proses yang terjadi secara fsiologis dan biokimia, yang mempengaruhi kontraksi otot yang menimbulkan suatu bentuk gerakan. d. Gerak adalah proses peralihan tempat atau kedudukan, baik hanya sekali

maupun berkali-kali (Poerwadarminta 1984). Sedangkan menurut Depdikbud (1996), gerak manusia adalah aktifitas jasmani dan yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. e. Berdasarkan kutipan pendapat di atas, maka peneliti simpulkan bahwa gerak

merupakan bagian dari keterampilan motorik yang terdiri atas gerak gerik yang harus dilakukan dalam urutan tertentu yang mengacu pada

keterampilan motorik itu sendiri, koordinasi antara gerak gerik anggota badan yang satu dengan yang lainnya, sedangkan belajar gerak adalah suatu proses untuk menguasai berbagai keterampilan gerak.

f. Proses pembelajaran gerak dikatakan berhasil bila terjadi perubahan diri siswa atau peserta didik berupa perubahan perilaku yang menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran peserta didik harus menunjukkan kegairahan tinggi, semangat yang besar, dan percaya diri.

(20)

proses pembelajaran, guna tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dapat tercapai efektif dan efisien. Menurut Sugianto (1991), mengatakan ada tiga tahapan keterampilan gerak, yaitu :

1. Tahap Kognitif

Siswa belajar keterampilan baru, harus mengetahui lebih dahulu

keterampilan apa yang akan dipelajari, urutan gerak gerik yang tepat dan mengkoordiansikan keterampilan keterampilan gerak terhadap anggota badan (penyesuaian).

2. Tahap Fiksasi

Masa latihan untuk memperkenalkan kegiatan menurut urutan gerak gerik yang tepat mengkoordinasikan keterampilan gerak tersebut kepada anggota badan.

3. Tahap Otomatisasi

Tahap ini harus sudah berjalan lancar tanpa perlu memikirkan lagi urustan dan latihan sebagainya, namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkatnya hasil gerak harus diperhatikan.

(21)

menurut Depdikbud (1996), gerak manusia adalah aktifitas jasmani dan yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif.

Gerak merupakan bagian dari keterampilan motorik yang terdiri atas gerak gerik yang harus dilakukan dalam urutan tertentu yang mengacu pada keterampilan motorik itu sendiri, koordinasi antara gerak gerik anggota badan yang satu dengan yang lainnya, sedangkan belajar gerak adalah suatu proses untuk menguasai berbagai keterampilan gerak.

Proses pembelajaran gerak dikatakan berhasil bila terjadi perubahan diri siswa atau peserta didik berupa perubahan perilaku yang menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran peserta didik harus menunjukkan kegairahan tinggi, semangat yang besar, dan percaya diri.

2. Pengertian Atletik

(22)

Menurut U.Jonath,E.Haag R. Krempel, dalam (Yudha, 2000: 5) Latihan atletik merupakan sarana yang baik sekali dalam peningkatan kemampuan tubuh untuk berprestasi secara umum. Latihan atletik dapat dikembangkan dengan baik serta dapat disempurnakan peredaran darah dan sistem syaraf maupun sifat-sifat dasar fisik seperti: tenaga, kecepatan, stamina, kemudahan gerak dan ketangkasan. Atletik juga merupakan olahraga yang banyak pilihannya, yang meliputi banyak even yang berlainan satu sama lain, baik metode pelaksanaannya maupun sifat- sifat jasmaniah para pelakunya.

Perkembangan yang terjadi dalam kegiatan atletik, banyak orang yang menggunakannya sebagai media untuk memulai kegiatan olahraga sebagai permainan dan kegiatan olahraga inti, untuk membuktikan kemampuannya di lapangan. Untuk itu muncul istilah Track And Field yang artinya perlombaan yang dilakukan di lintasan dan di lapangan.

(23)

3. Nomor- Nomor Dalam Atletik

a. Nomor Lari (Running Event)

Nomor lari terdiri dari 11 event individual dan estafet 3 x 400 dan 4 x 400 m, dikelompokkan dalam beberapa grup sebagai berikut: sprint lari jarak pendek 100, 200, 300dan 400 m. untuk lari jarak menengah 800 m, dan 1500 m. Lari jarak menengah jauh 5000 m. Lari jarak jauh 10000 m dan maraton 42,195, lari gawang 110 dan 400 m, (Aip Syaifudin, 1992: 2).

b. Nomor lempar

Nomor lempar terdiri dari empat macam, yaitu: tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram dan lontar martil. Beberapa unsur-unsur dalam nomor lempar yaitu: 1) kekuatan, 2) daya ledak, 3) kecepatan, 4)

kelenturan, 5) Kelincahan, 6) ketangkasan, 7) koordinasi, 8) balance, (Aip Syaifudin, 1992: 8).

c. Nomor Lompat

Dalam nomor lompat sendiri terdiri dari lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat galah. Sementara lompat jauh dalam pelaksanaannya mempunyai tiga gaya yaitu: 1) Gaya Jongkok (Tuck Style), 2) Gaya

Menggantung (Hang Style), 3) Gaya Berjalan di Udara (Walking in the Air). Olahraga lompat jauh sebagai salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik, maka seorang atlet akan dituntut untuk melakukan gerakan

(24)

sekuat-kuatnya untuk mendarat sejauh mungkin dalam bak pasir, (Aip Syarifuddin, 2002: 10).

d. Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan yang merupakan rangkaian urutan gerak yang dilakukan untuk mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya dari kombinasi hasil kecepatan horizontal dari awalan, dengan daya vertical yang dihasilkan oleh daya tolak. Selanjutnya menurut Balletores (1979: 38)

“lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal dari awalan sewaktu

daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki menolak”. Hasil dari kedua

gaya menentukan parabola titik gravitasi yaitu meraih kecepatan awalan yang setinggi-tingginya Sambil tetap mampu melaksanakan tolakan yang kuat ke atas dengan satu kaki untuk meraih ketinggian saat melayang yang memadai sehingga dapat menghasilkan jauhnya jarak lompatan.

Sedangkan menurut Jonath dkk (1987: 68) mengemukakan hasil penelitianya bahwa dua pertiga prestasi lompat jauh tergantung dari ancang-ancang, dan hanya sepertiga bergantung pada power lompatan. Pelompat yang jauh dan baik harus secepat pelari, mempunyai power pelompat tinggi, dan iramanya seperti pelari gawang.

(25)

4. Tahapan Dalam Lompat Jauh Gaya Hang Stlye

Adapun pelaksanaan lompat jauh gaya Hang Stlye adalah sebagai berikut :

1) Tahap Lari Awalan

Tujuan dari lari awalan adalah guna mencapai kecepatan maksimum yang terkontrol. Pada saat melakukan awalan pelompat harus memperkirakan langkah lari sepanjang lintasan awalan lompat jauh. Karena jika pelompat tidak

memperkirakan langkah dan ragu-ragu dalam melakukan sprint maka akan menimbulkan langkah akhir yang tidak teratur, dan kemungkinan besar mengalami kerugian dalam melakukan tolakan, seperti jarak menjadi lebih pendek atau pun melewatkan papan tolakan yang membuat gagal dalam suatu lompatan.

Dan dari keempat unsur teknik dalam lompat jauh, kecepatan awalan dan bertumpu memberikan korelasi yang lebih besar terhadap hasil lompatan dibandingkan sikap di udara dan mendarat, seperti yang dijelaskan oleh IAAF (2001); Karakteristik teknik :

a. Panjang lari awalan bervariasi antara 10 langkah (untuk pemula) dan lebih dari 20 langkah (untuk atlet kelas unggulan)

b. Teknik lari sama dengan lari sprint

[image:25.595.151.464.651.732.2]

c. Kecepatan meningkat terus menerus sampai mencapai balok tumpuan

(26)

2) Tahap Bertolak/Bertumpu

Tujuan tolakan dalam lompat jauh adalah untuk memaksimalkan kecepatan vertikal dan guna memperkecil hilangnya kecepatan horizontol. Padalompat jauh, tolakan dilakukan menggunakan kaki yang terkuat sehingga menimbulkan gerakan ke atas depan sebagai akibat reaksi. Saat menolak kaki tolak menginjak di papan tolak dengan sekuat mungkin. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan mengemukakan bahwa ”Sudut tumpuan tidak terlalu besar

sehingga arah lompatan ke atas seperti pada lompat tinggi, seharusnya ke depan

tetapi cukup tinggi”. Dengan membentuk sudut lompatan sebesar 450

akan menghasilkan gerakan parabola yang sempurna dan jarak horizontalnya pun akan lebih jauh. Karakteristik teknik :

- Penancapan kaki adalah aktif dan cepat dengan suatu gerakan “ke bawah dan

ke belakang”. (Gerakan mengkais) (1)

a. Waktu bertolak adalah dipersingkat, pembengkokkan minimum dari kaki penumpu.

b. Paha kaki bebas dodorong ke posisi horizontal. (2)

[image:26.595.156.458.567.680.2]

c. Sendi-sendi mata kaki, lutut, dan pinggang diluruskan penuh.

(27)

3) Tahap Melayang Gaya Hang Stlye

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengemukakan :

”Yang penting pada saat melayang di udara ini bukan cara melayangnya

yang diutamakan tetapi tetap terpeliharanya keseimbangan badan dan mengusahakan melayang diudara selama mungkin dan menyiapkan letak kaki dalam posisi yang menguntungkan pada waktu mendarat ialah

dengan kaki yang diacungkan ke depan lemas-lemas.” (www. depdiknas. go . id)

Saat pelompat telah lepas dari papan tolakan, badan pelompat dipengaruhi oleh gaya tarik bumi. Dan upaya untuk mengatasi gaya tarik bumi tersebut si pelompat harus dapat melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dan kedua tangan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan yang dilakukan oleh si pelompat, maka akan semakin dapat membawa titik berat badan melayang di udara. Sangat penting gerakan tangan dan kaki dalam hal menjaga keseimbangan dan persiapan untuk mendarat.

Karakteristik gerak dasar :

1. Tungkai ayun dipertahankan pada posisi tolak 2. Tungkai tolak mengikuti selama waktu melayang

3. Tungkai tolak ditekuk, ditarik ke depan dan ke atas mendekati akhir gerak melayang

[image:27.595.143.466.611.731.2]

4. Kedua tungkai diluruskan ke depan untuk mendarat

(28)

4) Tahap Pendaratan

Rangkaian akhir dari lompat jauh adalah pendaratan. Tujuan dari mendarat adalah untuk memperkecil hilangnya jarak lompatan. Pendaratan yang baik adalah ketika mendarat/jatuhnya dengan kedua kaki dan tangan ke depan jadi bila jatuhnya ke depan tidak akan merugikan.

Karakteristik gerak dasar :

1. Kedua kaki hampir sepenuhnya diluruskan 2. Badan dibengkokkan ke depan

3. Kedua lengan ditarik ke depan

[image:28.595.230.417.413.508.2]

4. Pinggul didorong ke depan menuju titik pendaratan

Gambar 4 : Teknik mendarat lompat jauh diadaptasi dari IAAF (2000) B. Hakikat Strategi Pembelajaran

(29)

tujuan, maka strategi itu harus diubah, diganti dengan yang lain. Jadi, dalam perencanaan dan penerapannya memerlukan kemampuan untuk membuat keputusan.

Selanjutnya Sudjana, (2000:6) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar, pengelompokkan peserta didik untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dan peserta didik, antar peserta didik dan antara peserta didik dengan lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses, hasil dan/atau dampak kegiatan pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran gerak juga dibutuhkan strategi pembelajaran. Namun agar strategi pembelajaran tersebut dapat mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam pembelajaran gerak. Terlebih dahulu harus diketahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran gerak. Ratumanan, (2002:3) mengartikan pembelajaran sebagai suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar. Menurut Degeng, (1989:4) pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Secara eksplisit terlihat bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih,

menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan. Selain itu istilah pembelajaran tepat digunakan dalam menggambarkan upaya untuk membangkitkan inisiatif dan peran siswa dalam belajar. Pembelajaran lebih

menekankan pada bagaimana upaya guru untuk mendorong dan memfasilitasi siswa belajar, bukan pada apa yang dipelajari siswa. Istilah pembelajaran lebih

(30)

pengetahuan bagi dirinya, dan bahwa pengetahuan itu bukan hasil proses transformasi guru.

Gerak termasuk dalam domain psikomotor yang dinyatakan oleh Bloom, (dalam Prasetya, 1992:13). Domain psikomotor adalah salah satu domain tujuan pendidikan yang berkenaan dengan gerakan dan kontrol gerakan tubuh. Gerakan dan kontrol gerakan tubuh merupakan aktivitas yang bersifat psikomotor. Aktivitas psikomotor terutama berorientasi pada gerak tubuh dan menekankan pada respon-respom fisik yang dapat dilihat atau perilaku gerak tubuh.

Domain psikomotor atau domain motor oleh Anita J. Harrow (dalam Sugiyanto, 2000:7.14) diklasifikasikan menjadi 6 (enam) level, yaitu: 1) gerak refleks, 2) gerak dasar fundamental, 3) kemampuan perseptual, 4) kemampuan fisik, 5) gerak

keterampilan, 6) komunikasi non-diskursif.

Gerak refleks adalah respon gerak atau aksi yang terjadi tanpa kemauan sadar, yang ditimbulkan oleh suatu stimulus. Stimulus adalah rangsangan yang menimbulkan respons atau tanggapan. Gerak refleks bersifat prerekuisif terhadap perkembangan gerak pada level-level berikutnya. Bersifat prerekuisif adalah bahwa gerak refleks ini harus dimiliki oleh individu agar kemampuan-kemampuan gerak lainnya bisa

(31)

Gerak dasar fundamental adalah gerakan-gerakan dasar yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan tubuh dan tingkat kematangan pada anak-anak. Gerakan ini pada dasarnya berkembang menyertai gerakan refleks yang sudah dimiliki sejak lahir. Gerak dasar fundamental mula-mula bisa dilakukan pada masa bayi dan kanak-kanak, dan disempurnakan melalui proses berlatih yaitu dalam bentuk melakukan berulang-ulang. Gerak dasar fundamental dapat diklasifikasikan menjadi tiga

macam, yaitu: a) gerak lokomotor adalah gerak berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, b) gerak non-lokomotor adalah gerak yang melibatkan tangan atau kaki dan togok. Gerakan ini berupa gerakan yang berporos pada suatu sumbu di bagian tubuh tertentu, dan c) gerak manipulatif adalah gerak memanipulasi atau memainkan objek tertentu dengan menggunakan tangan, kaki atau bagian tubuh yang lain. Gerak manipulatif memerlukan koordinasi bagian tubuh yang digunakan untuk

memanipulasi objek dengan indera penglihatan peraba.

Kemampuan perseptual adalah kemampuan menginterprestasi stimulus yang masuk melalui organ indera. Kemampuan perseptual yang berhubungan dengan gerakan tubuh bisa dikategorikan menjadi empat macam, yaitu: a) diskriminasi kinestetik adalah kemampuan untuk menginterprestasikan perbedaan stimulus yang masuk melalui indera kinestetik, b) diskriminasi visual adalah kemampuan

(32)

Gerakan keterampilan adalah gerakan yang memerlukan koordinasi dan kontrol gerak yang cukup kompleks. Untuk menguasainya diperlukan proses belajar gerak. Gerakan terampil menunjukkan sifat efisien di dalam pelaksanaanya. Untuk menilai tingkat efisiensi pelaksanaan gerak keterampilan bila didasarkan pada dua sudut pandangan bedasarkan derajat kesukaran gerakan dan berdasarkan tingkat penguasaan keterampilan yang dicapai oleh siswa.

Komunikasi non-diskursif dapat diartikan sebagai perilaku yang berbentuk

komunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Gerakan yang bersifat komunikatif bisa dibedakan menjadi dua macam, yakni: 1) gerak ekspresif meliputi gerakan-gerakan yang bisa digunakan untuk mengkomunikasikan maksud tertentu yang digunakan dalam kehidupan mengangguk-anggukan kepala tanda setuju, 2) gerak interpretif adalah gerakan yang diciptakan berdasarkan penafsiran nilai estetik dan berdasarkan makna yang dimaksudkan didalamnya. Gerakan yang mengandung nila-nilai estetik disebut gerakan estetik, sedangkan gerakan yang diciptakan untuk menympaikan pesan melalui makna yang tersembunyai di dalam gerakan disebut gerakan kreatif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran gerak dapat didefinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa agar siswa menguasai berbagai

keterampilan gerak dan mengembangkannya agar keterampilan gerak yang dikuasai bisa dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak untuk mencapai sasaran tertentu.

(33)

1) Gaya mengajar komando

Gaya ini menunjukkan ciri berupa dominasi guru dalam proses pengajaran. Siswa sepenuhnya bergantung pada gurunya tentang apa tugas gerak yang akan dikerjakan. Contoh yang paling ekstrim dan nyata, misalnya dalam pelaksanaan pemanasan, seperti melakukan gerakan peregangan yang sering dipandu dengan komando berupa hitungan oleh guru. Demikian pula dalam tugas gerak lain, misalnya pelaksanaan teknik dasar dalam pencaksilat.

2) Strategi dua kawan berpasangan

Strategi ini menunjukkan ciri yaitu tugas gerak dilaksanakan secara berkawan. Dalam situasi ini dapat dilaksanakan pembagian tugas. Ketika seorang siswa melakukan tugas gerak, misalnya guling ke depan, temannya dapat berfungsi sebagai pembantu, pengamat dan sekaligus temannya memperoleh giliran untuk melaksanakan tugas seperti kegiatan awal itu tadi. Strategi ini sangat efektif untuk meningkatkan partisipasi yang maksimal dan pengembangan dampak pengiring lainnya.

3) Strategi tugas perorangan

Untuk meningkatkan partisipasi semua siswa, strategi tugas perorangan termasuk dalam konteks kelompok dapat juga diterapkan. Pelaksanaannya semakin intensif jika tugas-tugas itu dibagi menjadi beberapa pos. Siswa yang sudah melakukan tugas pada pos 1, segera bergerak ke pos 2 dan seterusnya ke pos 3. Begitu seterusnya dan siklus kegiatan itu dapat diulangi beberapa kali dengan

(34)

4) Strategi pemecahan masalah beruntun

Strategi ini mulai menunjukkan dominasi guru yang semakin kurang dan

semakin besar pemberian peranan kepada siswa dalam menentukan pilihan untuk mencapai tujuan. Dalam penerapannya, guru tetap memiliki peranan dengan porsi khusus, terutama dalam menetapkan apa tugas gerak yang akan dikerjakan, namun tidak menunjukkan bagaimana tugas gerak itu dikerjakan. Para siswalah yang menentukannya dalam kaitannya dengan pemecahan masalah yang muncul dalam proses pelaksanaannya.

5) Strategi inkuiri

Jika dilukiskan dalam sebuah kutub, maka strategi inkuiri merupakan salah satu kutub paling ujung, sementaras strategi komando pada kutub lainnya.

Maksudnya adalah strategi inkuiri mengandung ciri pengajaran terbuka yang berpusat pada siswa. Karena itu, ciri utama yang mudah ditangkap dari

penerapan strategi ini adalah bahwa; tidak ada ungkapan gerak yang benar atau salah, semua penampilan siswa diterima, dan para siswa mencoba menemukan sendiri penampilan gerak yang sesuai untuk mencapai tujuan. Pendekatan inkuiri mirip kegiatan spontan. Namun perbedaannya adalah bahwa memang ada satu persoalan yang menjadi tema tugas yang harus dilaksanakan oleh para siswa.

C. Latihan Drill

Adapun metode drill (latihan siap) itu sendiri menurut beberapa pendapat memiliki arti sebagai berikut;

(35)

keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. (Roestiyah N.K, 1985:125).

b. Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. (Zuhairini, dkk, 1983:106).

c. Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempumakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.

(Shalahuddin, dkk, 1987: 100). Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill (latihan siap) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan Jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil. Dari segi pelaksanaannya siswa teriebih dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa disuruh mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.

Tehnik latihan atau drill yaitu suatu tehnik yang dapat di artikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa

memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah di pelajari.

Dalam menerapkan latihan drill ini harus di perhatikan pula antara lain :

(36)

2. Latihan betul-betul di atur sedemikian rupa sehingga betul-betul menarik perhatian anak didik, dalam hal ini guru harus berusaha menumbuhkan motif untuk berpikir.

3. Agar anak didik tidak ragu maka anak didik terlebih dahulu di berikan pengertian dasar tentang materi yang akan di berikan.

Jadi latihan drill berfungsi untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang telah merupakan kenyataan serta usaha untuk memperoleh ketangkasan, ketetapan dan keterampilan latihan tentang sesuatu yang di pelajari

D. Kerangka Pikir

Kemampuan gerak dasar secara efisien adalah awal yang perlu dilakukan untuk penampilan yang terampil. Penampilan gerak dasar adalah hasil dari kerja otot yang sangat terkoordinasi untuk menghasilkan gerakan yang diharapkan. Keberhasilan dalam belajar gerak dasar tergantung kekhususan unsur kondisi fisik yang dominan, yang merupakan peningkatan dari komponen-komponen fisik dasar seperti daya tahan, kekuatan, kelentukan dan koordinasi yang baik.

Menurut Soekamto (1984 : 24) : ”Kerangka pikir adalah Konsep yang

memerlukan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya berdimensi qsial yang dianggap relevan dengan peneliti.

E. Hipotesis Tindakan

(37)

guna mengetahui apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang

menunjukkan sebenarnya atau tidak”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat

dikatakan bahwa hipotesis adalah suatu konsep yang berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian.

Pada penlitian ini, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

 H.1 : Jika menggunakan holahop yang ditempatkan sebelum papan tolakan dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat jauh gaya Hang Stlye melalui metode drill pada siswa kelas X-1 di SMA Negeri 1 Trimurjo.

 H.2 : Jika papan tolakan diganti dengan kesetdapat meningkatkan kemampuan tolakan kaki yang paling kuat saat melakukan gerak dasar lompat jauh gaya Hang Stlye melalui metode drill pada siswa kelas X-1 di SMA Negeri 1 Trimurjo.

(38)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Menurut Suhardjomo (2007: 58) Penelitian

Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan professional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar, sehingga peserta didik dapat mencapai criteria ketuntasan materi ajar. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan.

Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencaaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), observasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan, melakukan refleksi dan seterusnya sampai perbaikan atau

peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).

(39)

- Ciri Penelitian Tindakan Kelas

a. Praktisi dan langsung relevan untuk situasi actual

b. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan perkembangan-perkembangan yang lebih baik.

c. Dilakukan melalui putaran-putaran yang berspiral. - Tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut :

a. Tujuan pertama adalah : Agar guru dapat melakukan perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran.

b. Tujuan kedua adalah : Agar guru dapat melakukan pengembangan keterampilan yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi

berbagai persoalan actual yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. c. Tujuan ketiga adalah : Agar guru dapat memperbaiki pembelajaran yang

dikelolanya karena memang sasaran PTK adalah Perbaikan Pembelajaran.

d. Tujuan keempat adalah : Agar guru dapat lebih dipercaya diri dan PTK mampu membuat guru berkembang sebagai pekerja profsional.

e. Tujuan kelima adalah : Agar guru mampu melakukan analisis terhadap kinerjanya sendiri didalam kelas sehingga menemukan kekuatan dan kelemahan kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi kelemahannya.

(40)

Gambar 8 : Riset Aksi Model John Elliot

B. Subjek Penelitian

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1998 :108) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Populasi yang digunakan dalam pnelitian ini adalahiswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Trimurjo.

(41)

C. Setting Penelitian

a. Tempat penelitian

Nama sekolah : SMA Negeri 1 Trimurjo b. Pelaksanaan penelitian

Lama penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah satu bulan dengan 3 siklus (selama bulan Januari-Pebruari 2013).

D. Rancangan Penelitian

Rancangan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tigasiklus tindakan yang diawali dengan merencanakan program latihan drill, kemudian

melaksanakan program latihan drill pada tahap I. setelah selesai melaksanakan program latihan drill dilakukan revisi produk atau memperbaiki tingkat

kesalahan sebelum melaksanakan siklus tahap ke II dan ke III, yang proses dan pelaksanaannya sama dengan siklus tahap pertama. Berikut ini adalah siklus kegiatan penelitian.

Perencanaan Program latihan Drill

Pelaksanaan Program latihan Drill 1

Revisi Produk Pelaksanaan Program

Latihan dril 2

(42)

E. Rencana Tindakan

Siklus 1 Rencana :

a. Mempersiapkan metode drill yang akan digunakan pada siklus pertama, serta instrumen untuk pengamatan proses pembelajaran.

b. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.

Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu berlari menggunakan simpai mempebaiki awalan guna dan gerakan tekhnik gaya lompat jauh yang dipelajari.

b. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi lima kelompok dan masing-masing kelompok berdiri di tempat awalan.

c. Menginstruksikan siswa untuk melakukan jenis pembelajaran pada tatap muka hari tersebut.

d. Siswa melakukan metode (drill) dengan tahapan gerakan melangkah, menolak, kemudian melakukan gerakan menggantung.

e. Masing-masing siswa melakukan gerakan secara simultan dengan pengulangan gerakan 5-10 kali.

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan pengamatan, mengoreksi dan mengevaluasi dari hasil siklus pertama.

(43)

Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan b. Merumuskan tindakan untuk siklus kedua

Siklus 2 Rencana :

a. Mempersiapkan siswa dan membariskan siswa dalam 5 bentuk barisan. b. Memberikan hasil evaluasi pada siklus pertama dan langkah-langkah tahapan

siklus ke dua.

c. Metode drill dibantu keset untuk memperbaiki tolakan. Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk latihan pada siklus kedua, pada siklus kedua tetap menolak pada keset . .

b. Siswa dibariskan kemudian siswa dibagi beberapa kelompok, agar setiap siswa mendapat giliran melakukan lebih banyak dan mengoptimalkan tugas geraknya.

c. Menginstruksikan siswa untuk melakukan jenis latihan yang dijadwalkan pada tatap muka hari tersebut.

d. Siswa melakukan gerakan lompat tinggi gaya menggantung secara simultan atau menyeluruh dengan cara bergantian dilakukan dengan pengulangan gerakan 10-15 kali.

Observasi :

(44)

Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan b. Merumuskan tindakan untuk siklus ketiga.

Siklus 3

Rencana :

a. Mempersiapkan alat bantu tiang dengan diberi tali untuk menggantungbola dengan tinggi 30 cm dan 5 bola plastik. Serta instrumen yang diperlukan untuk mengevaluasi tindakan.

b. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus ketiga. Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk pembelajaran pada siklus ketiga yaitu berlarri kemudian berusaha menyentuhkan kedua tangan pada bola yang ada di depannya untuk membentuk sikap diudara.

b. Siswa dibariskan kemudian siswa bergantian melakukan tugas gerak berlari dan berusaha menyentuh bolanya.

c. Menginstruksikan siswa melakukan jenis latihan pada hari tersebut.

d. Siswa melakukan gerakan lompat jauh gaya hang stlye secara simultan secara bergantian dengan pengulangan gerakan 15-20 kali.

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan lalu melakukan pengamatan, mengoreksi dan mengevaluasi dari hasil siklus ketiga.

(45)

E Instrumen

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan pada tiap siklusnya. Menurut Freir and Kuning Ham dalam Muhajir Noeng (1997:58).

Alat untuk mengukur instrument dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dikatakan valid jika tindakan itu aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Alat itu berupa indikator –indikator serta alat bantu yang digunakan dalam proses penelitian berupa keset, holahop, dan tiang bamboo yang digantungi bola, serta keterampilan gerakan lompat dasar gaya menggantung.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya selanjutnya data dianalisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut :

(Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997)

Keterangan : P : Presentase keberhasilan

(46)
[image:46.595.114.532.113.227.2]

Tabel 1. Penetapan KKM

Aspek yang dinilai Kriteria

Kompleksitas Tinggi < 67 Sedang 65-79 Rendah 80-100 Daya dukung Tinggi < 80-100 Sedang 65-79 Rendah < 67 Intake siswa Tinggi 80-100 Sedang 65-79 < 67

Selanjutnya berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) maka siswa yang dikatakan tuntas apabila :

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 67 atau prosentase ketercapaian

67% secara perseorangan.

2. Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 85%

siswa yang telah mendapat nilai ≥ 67 (pendidikan dan latihan profesi guru

79).

Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, jika jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari pada sesudah siklus kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada tindakan siklus dan

(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran dengan alat bantu simpai dapat memberikan peningkatan hasil belajar gerak dasar lompat jauh gaya Hang Stlye siswa kelas x1 SMA N 1 Trimurjo Kecamatan Trimurjo.

2. Proses pembelajaran dengan alat bantu keset dapat meningkatkan gerak dasar lompat jauh gaya Hang Stlye pada siswa kelas x1 di SMA N 1 Trimurjo Kecamatan Trimurjo.

3. Proses pembelajaran dengan alat bantu tiang bambu yang digantungi bola dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat jauh gaya Hang Stlye pada siswa kelas x1 SMA N 1 Trimurjo

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi siswa siswa kelas x1 di SMA N 1 Trimurjo Kecamatan

(48)

2. Bagi peneliti lain diharapkan menjadi bahan acuan dan motivasi bagi peneliti yang melakukan penyusunan karya ilmiah dan memberikan pengalaman untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani masa yang akan dating.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta. Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Ballesteros, Jose Manuel. 1993. Pedoman Dasar Melatih Atletik. Alih bahasa

Program Pendidikan dan Sistem Sertifikasi, Pelatihan Atletik PASI. Jakarta. Dahlan. M. D. 1984. Model-Model Mengajar. Penerbit CV Diponegoro. Bandung. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Pembelajaran Silabus Penjas

SMP. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:Bumi Aksara

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Muhajir. 2008. Teori dan Praktik Pendidikan Jasmani Untuk SMP Kelas VII. Yudistira. Jakarta.

Muler, Harald. 2000. Pedoman Mengajar; Lari, Lompat, Lempar. Pendidikan Pelatihan dan Sistem Sertifikasi IAAF. Jakarta.

Roetiyah N.K. 1988 .Ditatik Metodik. Jakarta:Bumi Aksara

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP/ MTs. Litera. Jakarta

Shalahudin,Mafud. 1987. Metode Pengajaran Agama. Surabaya: Bina Ilmu Sudjana.1996 . Metode Statisti. Bandung: Tarsito

Sujiono. 1997. Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta:Raja

(50)

Soekamto, T dan Winataputra, Udin.1997. Teori Belajar dan Model- Model

Pembelajaran. Dekdikbud.Jakarta.

Suleiman, Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual. PT Gramedia. Jakarta.

Sunarto dan Hartono, Agung. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Sunjoyo,Edi.2008.Metode PembelajaramBermain Mata Pelajaran Pendidikan

Jasmani dan Olahraga.Redaksi Com.Jakarta

Thompson, Peter J. L. 1993. Pengenalan Kepada Teori Pelatihan. Terjemahan oleh PB. PASI. Jakarta.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Yudha.2000. Belajar Dan Pembelajaran.Bandung:Depdiknas

Winkel, W. S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT Gramedia. Jakarta.

Gambar

Gambar 1 : Teknik awalan lompat jauh  diadaptasi dari IAAF, 2000.
Gambar 2 : Teknik tolakan dalam lompat jauh                                                                                                     diadaptasi dari IAAF (2000)
Gambar 3 : Teknik melayang gaya menggantung                                                                              diadaptasi dari IAAF (2000)
Gambar 4 : Teknik mendarat lompat jauh  diadaptasi dari IAAF (2000)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Oleh itu, seperti Phan Huy Chu, perjalanan Cao Ba Quat ke Batavia pada tahun 1844 adalah peluang yang diperkenan oleh Maharaja Minh Mang agar beliau dapat

Hasil analisis kromatogram dan penelusuran jenis senyawa pada semai gaharu, minggu pertama setelah induksi diperoleh senyawa kimia yang terdeteksi sebanyak 40 jenis

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran.. Oleh:

karindingan dengan kaulinan barudak. Kegiatan tersebut dipandang penting, karena hahpu hengenalkan dan hengehbangkan kehbali husik-husik tradisional yang telah punah

1. Instrumen penilaian otentik kinerja yang dapat mengukur keterampilan proses sains dikembangkan melalui tahap: a) memeriksa KI,KD dan aspek KPS, b)

variabel bebas (inflasi, kurs, BI rate, dan volume perdagangan saham) terhadap variabel terikat (IHSG). Apabila nilai p- value &lt;tingkat signifikansi 5% dapat

[r]

[r]