SKRIPSI
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PERTUMBUHAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT
DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
HERI CHANDRA MANULLANG 090503236
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVESITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penulis
tepat pada waktunya dengan judul “ Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return
on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009
– 2011”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.
Sebagai manusia yang masih jauh dari kesempurnaan, penulis menyadari
masih banyak terdapat kekurangan, maka dengan segala hormat dimohon kepada
pembaca agar sudi kiranya memberikan saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.
Penyusunan skipsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan doa
dari semua pihak baik secara moril maupun materil khususnya kepada kedua
orangua penulis ayahanda Gokma Manullang dan Ibunda Naomi Ester
Tanjung,Spd. terimakasih atas doa dan perhatiannya selama ini, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Demi kelancaran penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak menerima
bantuan bimbingan dan doa dari berbagai pihak, baik dukungan moril dan materil.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof.Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi,
2. Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. Selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Drs. Hotmal Jafar, MM., Ak. Selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan
Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak selaku Pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Drs. Zainal Abidin.T.Silangit, Ak. selaku Dosen Pembaca yang telah
memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh
dari sempurna, walaupun usaha maksimal telah banyak dilakukan penulis. Oleh
sebab itu, segala saran dan kritik yang sehat dan membangun akan penulis terima
dengan senang hati demi kesempurnaan isinya dan dapat dijadikan bahan
tambahan bagi penulis.
Medan, Juni 2013
Penulis,
Herry Chandra Manullang
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PERTUMBUHAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Herry Chandra Manullang, M.Utama Nasution ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of capital structure and growth (proxied with the DAR, DER, LDAR, LDER and GR) on manufacturing firm’s value (proxied with PBV) listed on Indonesia Stock Exchange. The main problem to investigated was whether the capital structure and growth (proxied by the DAR, DER, LDAR, LDER and GR) affected on the manufacturing firms’ va
The data collection method used in this study was documentation. It was used through analyzing the financial statements that was selected as the research object. Documentation was con lue (proxied by PBV) listed on the Indonesia Stock Exchange? ducted by collecting secondary data, that was financial statements from 2010 to 2012. The data analysis method used classical assumption and hypothesis testing with a regression, t-test, F-test and coefficient of determination.
The results of analisys shown that the regression coefficient was -0.108 DAR. Partially, there was no significant effect of DAR variable on firms’ PBV listed on Indonesia Stock Exchange. DER variable regression coefficient was 0.098. Partially, there was no significant effect of DER variable on firms’ PBV listed om Indonesia Stock Exchange. Furthermore, LDAR variable regression coefficient was - 0.158. Partially, there was no significant effect of DAR variable on firms’ PBV listed on Indonesia Stock Exchange. LDER variable regression coefficient was -0.352. Partially, LDER variables significantly affected the firms’ PBV value listed on Indonesia Stock Exchange. The increasing of 1 LDER will decreasing PBV as much as 0.352%. GR regression coefficient was 0.229. Partially, there was no significant effect of GR on PBV variable of firms listed on Indonesia Stock Exchange. Simultaneously, the variables of DAR, DER, LDAR, LDER and GR has no real effect on firms’ PBV value listed on the Stock Exchange. Only up to 3.60% of the firms’ PBV value shifting can be explained by the changes of DAR, DER, LDAR, LDER and GR. While most of the others (96.40%) was explained by other variables, excluded from the study.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Tinjauan Teoritis ... 8
2.1.1. Pengertian Modal dan Struktur Modal ... 8
2.1.2. Teori Struktur Modal ... 8
2.1.3. Komponen Struktur Modal ... 12
2.1.4. Pertumbuhan ... 15
2.1.5. Nilai Perusahaan ... 17
2.1.6. Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Terhadap Nilai Perusahaan ... 22
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24
2.3. Kerangka Konseptual ... 27
2.4. Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 29
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 32
3.6. Definisi Operasional dan Pengukurang Variabel ... 33
3.7. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1. Hasil Penelitian ... 43
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 43
4.1.2. Struktur Kelembagaan Pasar Modal ... 44
4.1.3. Debt to Asset Ratio (DAR) ... 46
4.1.4. Debt to Equity Ratio (DER) ... 49
4.1.5. Long Term Debt to Asset Ratio (LDAR) ... 52
4.1.6. Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) ... 55
4.1.7. Growth Asset (GR) ... 58
4.1.8. Price Book Value (PBV) ... 61
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64
4.2.1. Uji Asumsi Klasik ... 64
4.2.2. Uji Hipotesis ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
5.1. Kesimpulan ... 72
5.2. Saran ... 73
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PERTUMBUHAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Herry Chandra Manullang, M.Utama Nasution ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of capital structure and growth (proxied with the DAR, DER, LDAR, LDER and GR) on manufacturing firm’s value (proxied with PBV) listed on Indonesia Stock Exchange. The main problem to investigated was whether the capital structure and growth (proxied by the DAR, DER, LDAR, LDER and GR) affected on the manufacturing firms’ va
The data collection method used in this study was documentation. It was used through analyzing the financial statements that was selected as the research object. Documentation was con lue (proxied by PBV) listed on the Indonesia Stock Exchange? ducted by collecting secondary data, that was financial statements from 2010 to 2012. The data analysis method used classical assumption and hypothesis testing with a regression, t-test, F-test and coefficient of determination.
The results of analisys shown that the regression coefficient was -0.108 DAR. Partially, there was no significant effect of DAR variable on firms’ PBV listed on Indonesia Stock Exchange. DER variable regression coefficient was 0.098. Partially, there was no significant effect of DER variable on firms’ PBV listed om Indonesia Stock Exchange. Furthermore, LDAR variable regression coefficient was - 0.158. Partially, there was no significant effect of DAR variable on firms’ PBV listed on Indonesia Stock Exchange. LDER variable regression coefficient was -0.352. Partially, LDER variables significantly affected the firms’ PBV value listed on Indonesia Stock Exchange. The increasing of 1 LDER will decreasing PBV as much as 0.352%. GR regression coefficient was 0.229. Partially, there was no significant effect of GR on PBV variable of firms listed on Indonesia Stock Exchange. Simultaneously, the variables of DAR, DER, LDAR, LDER and GR has no real effect on firms’ PBV value listed on the Stock Exchange. Only up to 3.60% of the firms’ PBV value shifting can be explained by the changes of DAR, DER, LDAR, LDER and GR. While most of the others (96.40%) was explained by other variables, excluded from the study.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
Keputusan struktur modal dalam perusahaan merupakan hal yang penting.
Pentingnya struktur modal ini karena adanya pilihan kebutuhan antara
memaksimalkan return (meminimalkan biaya modal) dengan kemampuan
perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang kompetitif. Pada
umumnya, suatu perusahaan dapat memilih alternatif struktur modal,
Persoalannya adalah apakah perusahaan menggunakan hutang yang besar atau
hanya menggunakan hutang yang sangat kecil. Nilai perusahaan adalah sama
dengan nilai pasar saham ditambah pasar hutang. Apabila besarnya nilai saham
akan meningkatkan nilai perusahaan. Apabila hutang berubah, maka srtuktur
modal akan berubah pula. Perubahan dalam struktur modal akan menguntungkan
bagi pemegang saham, jika nilai perusahaan meningkat.
Nilai perusahaan merupakan nilai pasar dari suatu ekuitas perusahaan
ditambah nilai pasar hutang. Dengan demikan, penambahan dari jumlah ekuitas
perusahaan dengan hutang perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
nilai perusahaan, diantaranya: keputusan pendanaan, kebijakan deviden,
keputusan investasi, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Beberapa
faktor tersebut memiliki hubungan dan pengaruh terhadap nilai perusahaan yang
Saat ini dunia usaha sangat tergantung pada masalah pendanaan. Dunia
usaha mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh banyaknya
lembaga-lembaga keuangan yang mengalami kesulitan keuangan sebagai akibat adanya
kemacetan kredit pada dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum
pemberian kredit dimasa lalu oleh perbangkan dan masalah kelayakan kredit yang
disetujui. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka manajer keuangan perusahaan
harus berhati-hati dalam menetapkan struktur modal yang diharapkan perusahaan
dapat meningkatkan nilai perusahaan dan lebih unggul dalam menghadapi
persaingan bisnis. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah
mengoptimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan biaya modal perusahaan.
Semakin tinggi nilai perusahaaan menggambarkan semakin sejahtera pemilik
perusahaan.
Posisi struktur modal berada di atas target struktur modal optimalnya,
maka setiap pertambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Penentuan
target struktur modal optimal adalah salah satu dari tugas utama manajemen
perusahaan. Struktur modal adalah proporsi pendanaan dengan hutang (debt
financing) perusahaan, yaitu rasio laverage (pengungkit) perusahaan. Dengan
demikian, hutang adalah unsur dari struktur modal perusahaan. Struktur modal
merupakan kunci perbaikan produktivitas dan kinerja perusahaan. Teori struktur
modal menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan perusahaan dalam menentukan
struktur modal (bauran antara hutang dan ekuitas) bertujuan untuk
Teori trade-off memprediksi hubungan positif antara struktur modal
dengan nilai perusahaan dengan asumsi keuntungan pajak masih lebih besar dari
biaya tekanan financial dan biaya keagenen. Teori trade-off juga memprediksi
hubungan positif antara struktur modal dengan tingkat profitabilitas atau kinerja
keuangan perusahaan. Pengurangan bunga hutang pada perhitungan penghasilan
kena pajak akan memperkecil proporsi beban pajak, sehingga proporsi laba bersih
setelah pajak menjadi semakin besar, atau tingkat profitabilitas semakin tinggi.
Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan struktur modal diantara
adalah Christianti (2006) menemukan bahwa adanya perbedaan kepentingan
outsider dengan insider menyebabkan terjadinya agency cost dimana manajer
cendrung menggunakan hutang yang tinggi bukan atas dasar maksimisasi nilai
perusahaan tetapi utuk kepentingan opportunistic. Sugihen (2003) menemukan
bukti bahwa struktur modal berpengaruh tidak langsung dan negatif terhadap nilai
perusahaan. Para pelaku pasar yakin bahwa apabila pengaruh eksternal ini
kembali normal, maka perusahaan kembali membaik dan nilai pasar ekuitas
ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
Pemilik sebuah perusahaan mungkin dapat mempergunakan hutang yang
berjumlah relatif besar untuk mambatasi manajernya. Rasio hutang yang tinggi
akan meningkatkan ancaman kebangkrutan untuk menjadi lebih berhati-hati dan
tidak menghambur-hamburkan uang para pemegang saham. Pembelanjaan yang
dilakukan oleh manajemen keuangan akan membentuk struktur keuangan yang
dapat menunjukkan kompensasi perbandingan sumber dana perusahaan dalam
pemilihan sumber dana merupakan hal penting sebab hal tersebut akan
mempengaruhi struktur keuangan perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi
kinerja perusahaan. Sumber dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan
modal sendiri yang diukur dengan debt to equity ratio (DER).
Selain DER terdapat beberapa komposisi lain di dalam struktur modal
yaitu debt to asset ratio (DAR), long term debt to asset ratio (LDAR), dan long
term debt to equity ratio (LDER) yang berguna untuk mengontrol penggunaan
hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan. Keuntungan penggunaan hutang
diperoleh dari pajak (bunga hutang adalah adalah pengurangan pajak) dan disiplin
manajer (kewajiban membayar hutang menyebabkan disipilin manajemen),
sedangkan kerugian penggunaan hutang berhubungan dengan timbulnya biaya
keagenan dan biaya kepailitan.
Pertumbuhan adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam
sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang
sama. Pada umumnya, perusahaan yang tumbuh dengan cepat memperoleh hasil
positif dalam artian pemantapan posisi di era persaingan, menikmati penjualan
yang meningkat secara signifikan dan diiringi oleh adanya peningkatan pangsa
pasar. Perusahaan yang tumbuh cepat juga menikmati keuntungan dari citra
positif yang diperoleh, akan tetapi perusahaan harus ekstra hati-hati, karena
kesuksesan yang diperoleh menyebabkan perusahaan menjadi rentan terhadap
adanya isu negatif. Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian penting
karena dapat menurunkan sumber berita negatif yang menggambarkan
membangun kecocokan kualitas dan pelayanan dengan harapan konsumen.
Pertumbuhan cepat juga memaksa sumber daya manusia yang dimiliki untuk
secara optimal memberikan kontribusinya. Agar pertumbuhan cepat tidak
memiliki arti pertumbuhan biaya yang kurang terkendali, maka dalam mengelola
pertumbuhan, perusahaan harus memiliki pengendalian operasi dengan penekanan
pada pengendalian biaya.
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya
dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya
agar tidak terjadi biaya keagenan antara pemegang saham dengan manajemen
perussahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena
penggunaan hutang mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara
teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana
untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka
semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang
sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih
baik digunakan untuk ekspansi.
Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun
eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik merupakan tanda bagi
perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu
perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan,
dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari
(2006) membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh
positif terhadap harga perubahan saham, hal ini berarti bahwa informasi tentang
adanya pertumbuhan perusahaan akan direspon positif oleh investor, sehingga
akan meningkatkan harga saham.
Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh struktur modal dan pertumbuhan terhadap nilai perusahaan,
dengan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2010-2012 dengan judul Pengaruh Struktur
Modal dan Pertumbuhan terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang maka yang jadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah struktur modal dan
pertumbuhan (diproksikan oleh DAR, DER, LDAR, LDER dan GW) berpengaruh
terhadap nilai perusahaan manufaktur (diproksikan oleh PBV) yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun dari tujuan ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur modal
dan pertumbuhan (diproksikan oleh DAR, DER, LDAR, LDER dan GW)
terhadap nilai perusahaan manufaktur (diproksikan oleh PBV) yang terdaftar di
1.4. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan:
1. Bagi Peneliti, memberi manfaat berupa tambahan pengetahuan empiris
tentang pengaruh struktur modal dan pertumbuhan terhadap nilai
perusahaan, disamping pengetahuan konseptual yang dimiliki.
2. Bagi Praktisi, memberi masukan dalam pengambilan keputusan
mengenai pengaruh struktur modal dan pertumbuhan terhadap nilai
perusahan manufaktur di Indonesia.
3. Bagi Peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk
menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis.
4. Bagi Ilmu Pengetahuan, memberi manfaat berupa tambahan
kepustakaan/referensi empiris mengenai pengaruh struktur modal (DAR,
DER, LDER, LDAR) dan pertumbuhan (GR) terhadap nilai perusahaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pengertian Modal dan Struktur Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan
dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau
kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,
2001:72). Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet)
dan modal Pasif (Kredit).
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing
dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka
panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas
laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan
mengenai pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur Struktur modal tersebut
maka dapat digunakan beberapa Teori yang menjelaskan struktur modal dalam
suatu perusahaan.
2.1.2. Teori Struktur Modal
Berikut ini adalah teori tentang struktur modal menurut Munawir
(2001 :73)
1. Teori Pendekatan Tradisional
2. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Dalam teori ini berpendapat bahwa struktur modal tidak mempengaruhi perusahaan. Dalam hal ini telah dimasukkan faktor pajak. Sehingga nilai Perusahaan dengan hutang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak.
3. Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak banyaknya. Suatu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya hutang, akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan. Biaya tersebut terdiri dari dua hal, yaitu :
a. Biaya Langsung
Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, atau biaya lainnya yang sejenis.
b. Biaya Tidak Langsung
Yaitu biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya suplier tidak akan mau memasok barang karena mengkwatirkan kemungkinan tidak akan membayar.
Biaya lain dari peningkatan hutang adalah meningkatnya biaya keagenan antara pemegang hutang dengan pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh pemegang hutang akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan bisa dilakukan dalam bentuk biaya biaya monitoring (persyaratan yang lebih ketat) dan bisa dalam bentuk kenaikan tingkat bunga
4. Teori Pecking Order
Teori pecking order mempunyai implikasi bahwa manager akan berfikir dalam kerangka pecking order antara penghematan pajak dan biaya kebangkrutan dalam penentuan struktur modal. Dalam kenyataan empiris nampaknya jarang manager keuangan yang berfikir demikian.
Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana. Skenario urutan dalam teori pecking order adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
c. Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.
d. Jika padangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.
Teori pecking order ini bisa menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.
5. Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
Teori ini terdiri dari Teori :
a. Myers dan Majluf
Menurut teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar.
b. Signaling
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.
2.1.3. Komponen Struktur Modal
Struktur modal perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen,
a. Modal sendiri.
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik dan
tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya (Riyanto,
2001:123). Modal sendiri juga dapat didefinisikan sebagai dana yang “dipinjam”
dalam jangka waktu tak terbatas dari para pemegang saham. Berdasarkan
pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa modal sendiri adalah modal
yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan dalam
jangka waktu tertentu lamanya. Sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam
perusahaan maupun luar perusahaan. Sumber dari dalam (internal financing)
berasal dari hasil operasi perusahaan yang berbentuk laba ditahan dan penyusutan.
Sedangkan sumber dari luar (external financing) dapat dalam bentuk saham biasa
atau saham preferen (Husnan, 2000:117).
b. Modal asing atau hutang jangka panjang.
Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka
waktunya panjang umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini
pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi)
atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan
tersebut jumlah sangat besar.
Sesuai dengan teori struktur modal, pada dasarnya struktur modal terdiri
dari modal asing dan modal sendiri. Berkaitan dengan teori tersebut maka analisis
sendiri (rasio leverage). Analisis struktur modal yang digunakan dalam penelitian
ini, terdiri dari:
1. Debt to Asset Ratio (DAR)
Rasio DAR digunakan untuk mengukur persentase besarnya dana atau
modal yang disediakan oleh kreditur. Selain itu rasio ini juga digunakan
untuk mengukur seberapa besar investasi aktiva dibiayai dengan total
hutang. Semakin tinggi rasio DAR berarti semakin besar jumlah modal
pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan. Perhitungan DAR dilakukan dengan menggunakan rumus:
DAR = Total hutang/ modal hutang
2. Debt to Equity Ratio (DER).
Rasio DER untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri.
Selain itu rasio ini juga bisa digunakan untuk mengukur perimbangan
antara kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio DER berarti modal sendiri yang digunakan semakin sedikit
dibanding dengan hutangnya. Perhitungan DER dilakukan dengan
menggunakan rumus:
c. Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR)
Rasio LDAR digunakan untuk mengukur seberapa besar hutang jangka
panjang digunakan untuk investasi pada sektor aktiva. Hal ini
menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang
diberikan oleh kreditur dengan jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang
jangka panjang. Perhitungan LDAR dilakukan dengan menggunakan
rumus:
LDAR = long term debt/total aset
4. Longterm Debt to Equity Ratio (LDER)
Rasio LDER menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka
panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang
diberikan oleh pemilik perusahaan. Rasio ini juga digunakan untuk
mengukur seberapa besar perbandingan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri atau seberapa besar hutang jangka panjang dijamin
oleh modal sendiri. Perhitungan LDER dilakukan dengan menggunakan
rumus:
LDER = long term debt/equity
2.1.4. Pertumbuhan
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan
datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pertumbuhan (growth)
adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam system ekonomi secara
keseluruhan atau system ekonomi untuk industry yang sama (Machfoedz, 1996).
Pertumbuhan perusahaan dapat juga menjadi indikator dari profitabilitas
dan keberhasilan perusahaan. Dalam hal ini, pertumbuhan perusahaan merupakan
perwakilan untuk ketersediaan dana internal. Jika perusahaan berhasil dan
memperoleh laba, maka tersedia dana internal yang cukup untuk kebutuhan
investasi (Sugihen, 2003:69).
Perusahaan yang baru berdiri atau perusahaan kecil pada tahap
pertumbuhan mengalami kenaikan penjualan yang menuntut adanya penambahan
asset, karena pertumbuhan tidak akan terjadi seperti yang diharapkan tanpa
kenaikan pada assetnya. Lebih dari itu pertumbuhan pada asset tersebut biasanya
didanai dengan penambahan hutang atau modal baru (Sartono, 2008:216).
Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal suatu perusahaan karena dapat memberikan suatu aspek yang positif bagi mereka. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan mereka mengharapkan rate of return (tingkat pengembalian) dari investasi mereka memberikan hasil yang lebih baik (Sriwardany, 2007:153).
Asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan. Teori free cash flow hypothesis yang disampaikan hasil penelitian
Jensen (1976) menyatakan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan
yang lebih tinggi memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian besar
dananya digunakan untuk investasi proyek yng memiliki NPV yang positif.
akan dihasilkan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasional
akan meningkatkan kepercayaan para investor. Secara matematis growth dapat
dirumuskan sebagai berikut (Sudarsi, 2002:39):
Total Aktiva (t) – total aktiva (t-1) Growth =
Total aktiva (t-1)
2.1.5. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah merupakan suatu tingkatan prestasi perusahaan itu
sendiri atas pendapatan laba perusahan sehingga dapat ,megembangan perusahaan
nya ke level yang lebih tinggi lagi atau berkembang sehingga menjadi acuan suatu
nilai perusahaan tersebut baik dari segi struktur modal seperti saham<rasio hutang
maupun pendapatan lainya yang bersumber dari internal perusahaan maupun
eksternal perusahaan itu.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Caringsih (2008) membuktikan
bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan ROE
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan diciptakan oleh
perusahaan melalui kegiatan perusahaan dari waktu ke waktu agar mencapai
nilai perusahaan yang maksimum di atas nilai buku.
Myers (1997:81) mengemukakan konsep nilai perusahaan sebagai
kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang.
Alfredo (2011) menjelaskan bahwa nilai perusahaan (enterprise value/firm value)
merupakan konsep penting bagi investor,karena merupakan indikator bagi pasar
menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar
oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.
Beberapa variabel kuantitatif yang sering digunakan untuk memperkirakan
nilai perusahaan sebagai berikut:
1) Nilai Buku
Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai
shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan
cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar.
Adapun komponen dari shareholders equity yaitu agio saham (paidup capital in
excess of par value) dan laba ditahan.
2) Nilai Appraisal
Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal
independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat beragam,
bagaimanapun nilai ini sering dihubungkan dengan biaya penempatan. Metode
analisis ini sering tidak mencukupi dengan penempatan. Metode analisis ini
sering tidak mencukupi dengan sendirinya karena nilai aktiva individual
mempunyai hubungan yang kecil dengan kemampuan perusahaan secara
keseluruhan dalam kegunaan dalam menghasilkan earnings dan kemudian nilai
going concern dari suatu perusahaan. Bagaimanapun nilai appraisal dari suatu
perusahaan akan bermanfaat sewaktu digunakan dalam penghubungan dengan
metode penilaian yang lain. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi
atau bagi suatu organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi. Kegunaan dari
nilai appraisal akan menghasilkan beberapa keuntungan. Nilai perusahaan yang
berdasarkan appraiser independent juga akan menghasilkan pengurangan
good-will dengan meningkatkan harga aktiva perusahaan yang telah dikenal. Good-good-will
dihasilkan sewaktu nilai pembelian suatu perusahaan melebihi nilai buku dari
aktivanya.
3) Nilai Pasar Saham
Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal
adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis.
Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas
diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai pasar.
Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering dipergunakan dalam
menilai perusahaan besar. Bagaimanapun nilai ini dapat berubah secara cepat.
Faktor analisis berkompetisi dengan pengaruh spekulatif murni dan berhubungan
dengan sentimen masyarakat dan keputusan pribadi.
4) Nilai “Chop-Shop”
Pendekatan “Chop-Shop” untuk valuasi pertama kali diperkenalkan oleh
Dean Lebaron dan Lawrence Speidell of Batterymarch Financial Management.
Secara khusus, ia menekankan untuk mengidentifikasi perusahaan multi industry
yang dibawah nilai akan bernilai lebih apabila dipisahkan menjadi bagian-bagian.
Pendekatan ini mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva
5) Nilai Arus Kas
Pendekatan arus kas untuk penilaian dimaksudkan agar dapat
mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang menawarkan
sebagai hasil merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas ini kemudian akan
ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum yang harus dibayar oleh
perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal kemudian dapat dikurangi untuk
menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Terdapat tiga jenis penilaian yang
berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market
value) dan nilai intrinsik. Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan
emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai saham di pasar saham dan nilai
intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.
Menurut Brigham dan Houston (2001:171) terdapat beberapa pendekatan
analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning
ratio (PER), price book value ratio (PBVR), market book ratio (MBR), deviden
yield ratio, dan deviden payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini nilai perusahaan
diukur dengan PBV.
Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price book value
(PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif
terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan
harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin
tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi
pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya
besar pula (Sartono, 2008:218), secara sederhana menyatakan bahwa price to
book value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk
mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung
dengan formula sebagai berikut (Robert, 1997:303):
Ps PBV = BVS
Ps merupakan harga pasar saham dan BVS merupakan nilai buku per
lembar saham (book value per share). BVS digunakan untuk mengukur nilai
shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan
cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. PBV
mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut :
1) Nilai buku mempunyai ukuran intutif yang relatif stabil yang dapat
diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya
dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value
sebagai perbandingan
2) Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua
perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan
yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation
3) Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai
dengan menggunakan price earning ratio (PER) dapat dievaluasi
2.1.6. Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Terhadap Nilai
Perusahaan
Menurut Riyanto (2001:117), dengan mendasarkan pada konsep cost of
capital maka struktur modal yang optimum adalah struktur modal yang dapat
meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (average cost of capital).
Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai suatu struktur modal yang
memaksimumkan kemakmuran para pemilik atau pemegang saham atau
memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham perusahaan. Nilai
perusahaan dapat diukur dari harga saham atau biaya modal yang dikeluarkan
oleh perusahaan.
Teori struktur modal yang dikembangkan oleh beberapa ahli, digunakan
untuk mengetahui apakah perusahaan bisa meningkatkan kemakmuran pemegang
saham melalui perubahan struktur modal. Menurut teori struktur modal
tradisional, apabila posisi struktur modal berada di atas target struktur modal
optimalnya, maka setiap pertambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan dicerminkan dari harga pasar saham. Sedangkan teori
Modigliani dan Miller (MM) mengemukakan dua pendapat yaitu tidak adanya
pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan dan WACC dalam dunia tanpa
pajak. Sedangkan teori MM dengan pajak menyimpulkan bahwa financial
leverage berpengaruh, dengan kata lain nilai perusahaan akan maksimum dan
keseluruhan biaya modalnya minimal jika menggunakan hutang mendekati 100%.
Soliha dan Taswan (2002) meneliti pengaruh kebijaksanaan hutang
Perusahaan yang menjadi populasinya adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang go public sejak tahun 1993 sampai dengan 1997. Sampel dipilih dengan
menggunakan metoda purposive sampling dengan jumlah 95 sampel. Variabel
dependennya adalah nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan Price
Book Value, sedangkan variabel independennya terdiri dari kebijakan hutang,
insider ownership, profitabilitas perusahaan dan ukuran perusahaan untuk melihat
pola hubungan yang mengungkapkan pengaruh baik secara langsung maupun
tidak langsung antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Chotimah (2007) melakukan pengujian pengaruh perubahan struktur
modal terhadap perubahan nilai perusahaan. Penelitian ini menggunakan data
sekunder pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2001-2005,
alat analisis yang digunakan adalah regresi linier. Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan metoda purposive sampling, yang mana diperoleh sampel
sebanyak 22 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel
penelitian.
Sulistiono (2010) melakukan penelitian terhadap pengaruh kepemilikan
manajerial, struktur modal, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur di BEI. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur dengan kepemilikan manajerial yang sahamnya
terdaftar dan aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) perioda
2006-2008. Pengambilan sampel dilakukan dengan metoda simple random
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara acak dari anggota populasi
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sri wardani (2006) menjelaskan bahwa dalam penelitian yang berjudul
analisis pertumbuhan perusahaan Mempunyai pengaruh positif terhadap harga
perubahan saham,menjelaskan bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan
perusahaan akan direspon secara positif oleh investor, sehingga meningkatkan
harga saham dan pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif
terhadap kebijaksanaan struktur modal, yang memberi arti bahwa jika perusahaan
melakukan pertumbuhan maka manajer menetapkan struktur modal yang lebih
banyak menggunakan ekuitasdaripada hutang.
Putrakrisnanda (2009) didalam hasil penelitianya meyebutkan bahwa
Pertumbuhan total aset dimana total aset masa lalu akan menggambarkan
profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan mempengaruhi nilai perusahaan
yang Menyakini bahwa perubahan total aktiva merupakan indikator yang Lebih
baik dalam mengukur growth perusahaan yang Akan datang.
Tabei 2.1
Hal ini berarti bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan akan direspon secara
Positif oleh investor, sehingga meningkatkan harga saham dan pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kebijaksanaan struktur modal, yang memberi arti bahwa jika perusahaan melakukan pertumbuhan maka manajer menetapkan struktur modal yang lebih banyak menggunakan ekuitas daripada
Pertumbuhan total aset dimana total aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan mempengaruhi nilai perusahaan yang Menyakini bahwa perubahan total aktiva merupakan indikator yang Lebih baik dalam mengukur growth perusahaan yang Akan datang.
Modigliani adalah debt to asset ratio, variabel
Regresi linier sederhana
dependen adalah price book value
tersebut dengan berdasarkan serangkaian asumsi antara lain, tidak ada biaya broker, tidak ada pajak, tidak ada kebangkrutan, para investor dapat meminjam dengan suku bunga yang sama dengan perseroan, semua investor mempunyai informasi yang sama, EBIT tidak dipengaruhi oleh biaya hutang. positif antara rasio utang jangka pendek terhadap jumlak aktiva dan ROE namun hubungan negatif antar utang jangka panjang terhadap total aktiva dan ROE ditentukan dengan memperhatikan hubungan antara total hutang dan harga kembali ,hasil ini menunjukan hubungan signifikan positif antara rasio total hutang dengan jumlah aktiva. yang signifkan terhadap nilai perusahaan baik juga denga nilai rata rata pertumbuhan perusahaan.
2.3 Kerangka Konseptual
Informasi tentang kinerja suatu perusahaan terutama dengan struktur
modal,dimana dibutuhkan unuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi
yang akan dikelola oleh manajemen atau pun perusahaan dimasa yang akan
datang,dimana informasi tersebut juga sering kali digunakan untuk
memperkirakan kemampuan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang akan
dimasukan keda;am kas dimasa yang akan datang. (PSAK:No.25)
Didalam penyusunan nya debt to asset ratio (DAR), debt to equity (DER)
,long trem debt to asset (LDAR), long trem to equity (LDER) dan growth asset
(GR) saling berhubungkan hal ini menyatakan bahwa setiap komponen didalam
variabel inependen ini mempunyai fungsi yang sangat signifikan, menurut
febianto dan widiastuti (2005) menjelaskan bahwa struktur modal dan
pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh yang sangat kuat dan signifikan
terhadap nilai perusahaan dan perubahan harga saham.
Berdasarkan dari penelitian diatas dapat dijelaskan terhadap kerangka
konseptual yaitu dimana peneliti menguji kemampuan debt to asset ratio (DAR),
debt to equity (DER) ,long trem debt to asset (LDAR), long trem to equity
(LDER) dan growth asset (GR) didalam mempengaruhi nilai perusahaan (PBV)
dimasa yang akan datang selain itu juga peneliti mana diantara variabel struktur
modal yang paling baik dalam mempengaruhi nilai perusahaan dimasa yang akan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Variabel Independen Variabel Dependen Struktur Modal dan Pertumbuhan Nilai Perusahaan
Sumber : Pengolahan data dari Peneliti
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Adapun hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
H1: Ada pengaruh positif DAR terhadap PBV pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2: Ada pengaruh positif DER terhadap PBV pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H3: Ada pengaruh positif LDAR terhadap PBV pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H4: Ada pengaruh positif LDER terhadap PBV pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. DAR (X1)
DER (X2)
LDAR (X1)
LDER (X1)
PBV
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif kausal, yaitu penelitian
yang bertujuan menganalisis hubungan suatu variabel dengan variabel lainya
(Omar, 2005:126). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara 4
variabel independen dimana apakah memilki pengaruh yang kuat terhadap
variabel dependennya.
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
Objek penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia, dengan alamat situs
Waktu penelitian yang dilakukan penelulis adalah mulai dari bulan Januari
sampai dengan bulan Maret 2013.
3.3 Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
berupa laporan data keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2010-2012. Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dapat di akses di
3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun
pengukuran,baik kuantitatif dari pada karakteristik tertentu menegnai sekelompok
objek yang lengkap dan jelas (Reza 2005:365) adapun populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2012 sebanyak 71 perusahaan (Tabel 3.1).
Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap
dapat menggambarkan populasinya (Soehartono 1998:66), teknik penentuan
sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling
teknik ini untuk memilih anggota sampel secara khusus berdasarkan tujuan
penelitian dan kesesuaian kriteria- kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Beberapa pertimbangan yang digunakan peneliti untuk mengambil sampel
adalah:
1. Perusahaan yang telah terdaftar di bursa efek indonesia periode tahun
2010-2012.
2. Memiliki ciri-ciri struktur modal yang sama untuk syarat penelitian.
3. Menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian yaitu dari tahun
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Perusahaan Sampel
NO KODE NAMA PERUSAHAAN S TS
17 BAPA PT. Beksi Asri Pemula Dan Entitas Anak Tbk
27 GMTD PT. Gowa Makassar Tourims
39 BTON PT. Nento Jaya Manunggal Tbk
Sumber : www.idx.co.id. & data masing-masing perusahaan. Keterangan: S = Sesuai ; TS = Tidak Sesuai
3.5 Metode Pengumpulan Data
Tehnik yang dipakai didalam penelitian ini untuk memperoleh data
sekunder yaitu melalui studi dokumentasi dimana dengan cara mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan informasi lainya yang berkaitan dengan
penelitian ini, data dapat diperoleh dari buku,internet dengan cara mengupload
dari laporan keuangan yang tersedia dari perusahaan manufaktur dari situs
3.6 Defenisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
3.6.1 Variabel Penelitian
Variabel dapat di katakan merupakan objek pengamatan penelitian yang
akan diteliti (|Hafiz, 2000:55) dimana ada dua variabel yang digunakan dalam
penelitian yaitu independen yang dinyatakan dengan symbol X atau variabel
bebas dan variabel tidak bebas (dependen) yang dinyatakan dengan symbol Y
3.6.2 Variabel Bebas (Independen)
Menurut Sugiyono (2009: 33), variabel bebas adalah variabel yang
menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah struktur modal (DAR, DER, LDER,
LDAR) dan pertumbuhan (GR).
a) Struktur Modal (X1)
Struktur modal Debt to asset ratio atau ratio utang terhadap asset
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan yang
dibiayai dengan total utang dimana semakin tinggi ratio ini semakin besar modal
pinjiman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan
DAR =
b) Struktur Modal (X2)
Struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER) adalah
perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas
perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2010-2012. Satuan
pengukuran DER adalah dalam persentase.
DER= x100%
c) Struktur Modal (X3)
Long term debt to equity ratio meruipakan ratio yang diukur dari
perbandingan antara utang jangka panjang dengan ekiutas yang dimana tujunanya
adalah untuk mengukur berapa bagian dari ekuitas yang dijadikan jaminan utang
jangka panjang .Semakin besar ratio ini menunjukan semakin besar beban bunga
dan utang jangka panjang yang harus dibayar sehingga menurunkan laba
perusahaan LDER dihitung dengan cara membandingkan antara utang jangka
panjang dengan ekuitas yang disediakan oleh perusahaan.
LDER = X 100%
d) Struktur Modal (X4)
Long term debt to asset ratio merupakan rasio yang diukur dari
perbandingan antara utang jangka panjang dengan asset (Kasmir,2008:166)
tujuanya adalah untuk mengukur berapa bagian utang jangka panjang yang
semakin besar beban bunga dan utang jangka panjang yang harus dibayar
sehinnga akan menurunkan laba perusahaan.LDAR dapat dihitung dengan cara
membandingkan antara utang jangka panjang dengan asset yang disediakan oleh
perusahaan.
Rumus untuk menghitung Longterm Debt to Asset Ratio adalah berikut:
Long term Debt to Asset Ratio =
e) Growth Asset (GW)
Growth asset merupakan pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan
menggunakan perubahan aktiva adalah selisih total aktiva yang dimiliki
perusahaan pada periode sekarang dengan periode sebelumnya terhadap total
aktiva periode sebelumnya pada perusahaan. Rumus untuk menghitung growth
asset adalah:
Total Aktiva (t) – total aktiva (t-1) Growth =
Total aktiva (t-1)
3.6.3. Variabel terikat (dependen)
Variabel yang meliputi:
3.6.3.1 Nilai Perusahaan (Y)
Nilai perusahaan diukur dengan price book value (PBV) adalah rasio
antara harga perlembar Saham dengan nilai buku perlembar saham pada 71
perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2010-2012. Rasio ini digunakan untuk
menilai suatu ekuitas berdasarkan nilai bukunya. Satuan pengukuran PBV (price
PBV= X100%
3.6.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Defenisi operasional adalah dari variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini menunjukkan cara pengukuran dari masing-masing variabel
tersebut, tertera pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Pengukuran Debt to asset ratio
(X1)
Debt to asset ratio digunakan untuk tinggi ratio ini semakin besar modal pinjaman
Debt to equity ratio yaitu menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutup piutang yang belum diterima perusahaan dan utang perusahaan pada pihak luar yang melakukan transaksi kepada perusahaan.
DER= Rasio
Long trem debt to asset ratio (X3)
Long trem debt to asset
panjang yang yang harus dibayar
sehingga akan
Growth asset (X5) Yaitu pertumbuhan perusahaan yang diukur
PBV (Y) Yaitu menggambarkan
tingkat perkembangan perusahaan yang di jelaskan melalui nilai buku per lembar saham yang dimana rasio ini digunakan untuk menilai suatu ekuitas berdasarkan nilai bukunya.
PBV=
×100%
Rasio
Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
statistik yaitu regresi linier berganda untuk mengukur pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Y=bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan :
Y : PBV
bo : Konstanta
b1b2 : Koefisien regresi
X1 : Debt asset ratio (DAR)
X2 : Debt equity ratio (DER)
X3 : Long trem debt asset ratio (LDER)
X4 : Long trem debt equity ratio (LDAR)
X5 : Growth asset (GW)
e : error
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan
fenomena atau karakteristik dari data. Statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),
standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness
(kemencengan distribusi). Dalam penelitian ini penulis menjabarkan statistik
2. Uji Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari
asumsi-asumsi klasik. Adapun pengujian asumsi-asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam
model regresi, variable residual atau variable pengganggu dalam bentuk
distribusi normal atau tidak, karena untuk melakukan uji t harus
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Erlina,
2008:103). Untuk menguji normalitas data, peneliti menggunakan analisis
grafik dan analisis statistik. Dalam analisis grafik, dilakukan dengan
melihat grafik histogram dan normal probability plot.
Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1. Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah
garis diagonal maka model tersbut tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Autokorelasi
Serial korelasi atau autokorelasi apabila galat dari periode waktu
mengalami korelasi serial apabila: Var(ei,ej) = 0 untuk i ≠ j, dalam hal ini
dapat dikatakan memiliki masalah serial correlation/autocorrelation.
Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan serial autokorelasi,
yaitu dengan uji: Durbin Watson (uji D – W). Uji Durbin-Watson
dilakukan dengan membandingkan DWhitung dengan DWtabel. Jika terdapat
autokorelasi maka galat tidak lagi minim sehingga penduga parameter
tidak lagi efisien.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah
group mempunyai varians yang sama diantara group tersebut yang disebut
homokedastisitas atau tidak mempunyai varians yang sama yang disebut
heteroskedastisitas. Cara yang digunakan dalam penelitian ini untuk
meihat ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan meihat grafik
Scatterplot. Model regresi yang baik adalah homokedasitas atau dengan
kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas.
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Jika titik-titik menyebar secara merata maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
2. Jika titik-titik menumpuk pada suatu tempat maka telah terjadi
Uji asumsi klasik yang digunakan hanya terbatas pada ketiga uji
diatas, sedangkan uji multikolinearitas tidak digunakan, karena
multikolinearitas merupakan suatu kondisi dimana terdapat korelasi antara
variabel-variabel independen suatu penelitian, atau dengan kata lain
bersifat orthogonal. Variabel independen yang orthogonal adalah variabel
yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol.
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya
hubungan linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Variabel
bebas tidak menunjukkan gejala multikolinearitas hasil uji VIF
menunjukkan nilai kurang dari 5 (VIF < 5).
3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis diuji dengan uji t bertujuan untuk menguji apakah variabel
independen yaitu pengaruh struktur modal dan pertumbuhan secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan.
a. Koefisien Determinasi - R2
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 sampai dengan 1 ( 0 ≤ koefisien
determinasi R2≤ 1) atau antara 0% sampai dengan 100%. Nilai R2yang
dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah amat terbatas. Nilai
yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. (Imam Ghozali, 2009: 83)
b. Uji- t
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji-t
digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk
pengujiannya adalah:
H0 : b = 0 : DAR, DER, LDAR, LDER dan GW tidak mempunyai
pengaruh terhadap PBV.
Ha : b ≠ 0 : DAR, DER, LDAR, LDER dan GW mempunyai pengaruh
terhadap PBV
Kriteria pengambilan keputusan:
Ha diterima jika t-hitung > t-tabel untuk α = 5 % atau signifikansi < 0,05
DAFTAR PUSTAKA
Aborsi, Joshua. Analisis hubungan antara struktur modal dan ROE untuk menunjukan hubungan signifikan antara rasio total hutang dan jumlah aktiva pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Diponegoro. 2005.
Brigham, E.F., dan J. Houston. Manajemen Keuangan. Penerjemah Hermawan Wibowo. Edisi Kedelapan. Edisi Indonesia. Buku II. Jakarta: Erlangga. 2001.
Carningsih. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan Antara Kinerja Keuangan Dengan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. (online), (www.google.com). 2008.
Christianti, A. Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta : Hipotesis Static Trade-off atau Pecking Order Theory. Seminar Nasional Akuntansi. 2006.
Hanafi M Mamduh, Halim Abdul. Analisis Laporan Keuangan. Edisi kedua. AMP-YKPN. Yogyakarta, 2003.
Husnan, Suad, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan ( Keputusan Jangka Panjang), Yogyakarta : BPFE. 2001.
Irawati, Susan. Manajemen Keuangan. Pustaka. Bandung. 2006.
Kusumadilaga, K Manajemen Keuangan: Prinsip-prinsip dan Aplikasi. Edisi 9. Indeks. Jakarta. 2010.
Modigliani, F. and M. Miller, “The cost of capital, corporate finance, and the theory of investment”, The American Economic Review 48(3), pp.291– 297. 1958.
Munawir, S., Manajemen Keuangan. Lyberti. Yogyakarta. 2001.
Myers, S.C., The Capital Structure Puzzle, Journal of Finance. Vol. 39 1997.
Putrakrisnanda. Analisis laporan terhadap laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja nilai perusahaan.Universitas Padjajaran,2005 No:32 Vol:33. 2009.
Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE, 2001.
Robert, Ang.. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia: Jakarta. 1997.
Sartono. Materi Pokok Manajemen Keuangan. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta. 2008.
Soliha dan Taswan Kebijakan hutang berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan,Universitas negeri Jogjakarta. 2002.
Sriwardany. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Struktur Modal dan Dampaknya terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Tbk. Tesis PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara. Medan. 2006.
Sugihen. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva dan Kinerja Keuangan Serta Nilai Perusahaan Industri Manufaktur di
Indonesia.Disertasi. (online)
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan kesembilan: CV Alfabeta, Bandung. 2006.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Jakarta adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Jakarta berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil. Sejarah Bursa Efek Jakarta berawal dari berdirinya Bursa Efek di Indonesia pada abad 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, Bursa Efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintah kolonial Belanda dan dikenal sebagai Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama periode Perang Dunia Pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah kolonial juga
mengoperasikan Bursa Paraler di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan Bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Bursa Saham di buka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan Saham dan Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan Bursa Saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.
Tidak sampai 1977, Bursa Saham di buka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat dan mencapai puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta.
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi Bursa Saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995, BEJ
otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.
Pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tanggal 2 Maret 2009 peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT. Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
4.1.2. Struktur Kelembagaan Pasar Modal
Pasar modal secara struktural berada di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia. Pelaksanaan dan pengawasan perdagangan efek dipegang oleh otoritas bursa efek, yaitu PT. Bursa Efek Indonesia. Perusahaan efek atau sekurities berperan menjalankan fungsi sebagai penjamin emisi efek, perantara perdagangan, dan manajer investasi, seperti tertera pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Struktur Kelembagaan Pasar Modal Menteri Keuangan Republik Indonesia
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah mendapat izin usaha dari
Bapepam untuk dapat melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek,
perantara pedagang efek, atau manajer investasi, atau kegiatan lain yang sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Peraturan Pemerintah
No. 45 Tahun 1995 Pasal 32 menyebutkan bentuk perusahaan efek berupa
perusahaan yang sahamnya dimiliki seluruhnya oleh warga Negara RI dan atau
berbadan hukum; atau perusahaan patungan yang sahamnya dimiliki oleh WNRI
dan atau badan hukum Indonesia dan WNA atau badan hukum asing.
4.1.3. Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to asset ratio (DAR) atau disebut juga rasio utang terhadap asset digunakan
Tabel 4.1
Debt to Asset Ratio (DAR)
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012
(Persen)
No. Kode
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun
2012 Rataan
1 APLN 0.45 0.52 0.54 0.50
2 BKDP 0.48 0.51 0.62 0.54
3 CTRP 0.26 0.28 0.27 0.27
4 ELTY 0.17 0.14 0.13 0.15
5 JIHD 0.36 0.51 0.57 0.48
6 LPKR 0.18 0.23 0.34 0.25
7 PWON 0.06 0.07 0.16 0.10
8 SMDM 0.29 0.35 0.45 0.36
9 ASRI 0.79 0.71 0.45 0.65
10 BKSL 0.44 0.21 0.33 0.33
11 CTRS 0.34 0.32 0.31 0.32
12 EMDE 0.50 0.38 0.38 0.42
13 KPIG 0.07 0.19 0.29 0.18
14 MDLN 0.66 0.64 0.64 0.65
15 PWSI 0.56 0.48 0.47 0.50
16 SMRA 0.51 0.43 0.24 0.39
18 BSDE 0.12 0.06 0.07 0.08
19 DART 0.13 0.07 0.08 0.09
20 FMII 0.67 0.61 0.66 0.65
21 LAMI 0.56 0.49 0.48 0.51
22 MKPI 0.41 0.45 0.51 0.46
23 RBMS 0.32 0.29 0.31 0.31
24 BCIP 0.12 0.09 0.32 0.18
25 COWL 0.64 0.60 0.58 0.61
26 DILD 2.23 2.24 2.24 2.24
27 GMTD 0.04 0.06 0.07 0.06
28 PWSI 0.45 0.37 0.36 0.39
29 LCGP 0.39 0.27 0.25 0.30
30 MILA 0.45 0.52 0.54 0.50
31 SCBD 0.47 0.55 0.57 0.53
32 BIPP 0.47 0.53 0.59 0.53
33 DUTI 0.26 0.30 0.28 0.28
34 AISA 0.20 0.18 0.17 0.18
35 AKRA 0.36 0.44 0.56 0.45
36 AQUA 0.18 0.25 0.34 0.26
37 ARNA 0.08 0.10 0.18 0.12
38 BRAM 0.29 0.34 0.47 0.37
39 BTON 0.67 0.55 0.50 0.57
41 DLTA 0.44 0.41 0.38 0.41
42 FAST 0.45 0.37 0.36 0.39
43 IGAR 0.08 0.18 0.30 0.19
44 IKBI 0.56 0.49 0.49 0.51
45 INAI 0.66 0.53 0.53 0.57
46 INDR 0.55 0.47 0.39 0.47
47 INTA 0.43 0.56 0.58 0.52
48 JECC 0.14 0.08 0.09 0.10
49 JPRS 0.13 0.07 0.08 0.09
50 KBLM 0.67 0.61 0.66 0.65
51 KDSI 0.56 0.47 0.49 0.51
52 LION 0.44 0.48 0.54 0.49
53 LTLS 0.34 0.27 0.32 0.31
54 MAIN 0.14 0.09 0.30 0.18
55 MASA 0.68 0.59 0.56 0.61
56 MREK 2.21 2.24 2.24 2.23
57 MRAT 0.04 0.06 0.08 0.06
58 MTDL 0.38 0.26 0.24 0.29
59 MYOR 0.27 0.16 0.17 0.20
60 PICO 0.51 0.55 0.60 0.55
61 RTDX 0.34 0.36 0.41 0.37
62 SMSM 0.23 0.28 0.31 0.27
64 TBLA 0.61 0.66 0.68 0.65
65 TRST 0.79 0.71 0.45 0.65
66 UNIC 0.44 0.21 0.33 0.33
67 VOKS 0.39 0.27 0.25 0.30
68 GPRA 0.45 0.52 0.54 0.50
69 LPCK 0.67 0.55 0.50 0.57
70 MORE 0.43 0.35 0.40 0.39
71 SIIP 0.44 0.41 0.38 0.41
Sumber: http://www.jdx.co.id dan data masing-masing perusahaan
Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata rasio utang terhadap asset
perusahaan manufaktur berkisar 0,06 % - 2,24 %. Semakin besar rasio ini maka
semakin besar modal pinjiman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna
menghasilkan keuntungan perusahaan. Ini berarti rata-rata modal pinjaman
perusahaan semakin sedikit.
4.1.4. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio (DER) memberikan gambaran mengenai struktur modal yang