Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PERSALINAN DI PUSKESMAS PONED NEGERI LAMA KECAMATAN
BILAH HILIR KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2016
A. Daftar pertanyaan untuk Kepala Puskesmas Negeri Lama I. Data Umum
Nama : dr. Hj. Hariaty
Umur : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : Dokter Umum (S1)
Lama Kerja : 6 tahun
Tanggal Wawancara : 28 Juni 2016 II. Data Khusus
1. Bagaimanakah ketersediaan tenaga kesehatan yang terlatih APN dan PONED? Kapan petugas kesehatan mengikuti pelatihan? Apakah sudah memadai?
2. Bagaimana kemampuan petugas kesehatan yang terlatih APN dan PONED dalam menangani kegawatdaruratan persalinan? Apakah sudah sesuai dengan SOP? Siapa saja petugas kesehatan yang melaksanakan pelayanan persalinan?
3. Apakah di Puskesmas PONED dokter dan bidan selalu berada di tempat? Apakah di Puskesmas ini ada dokter yang berjaga 24 jam? 4. Apakah alat-alat pelayanan persalinan sudah lengkap dan masih bisa
digunakan dengan baik?
5. Bagaimana ketersediaan obat-obatan yang mendukung pelayanan persalinan di Puskesmas PONED ini?
6. Apakah tersedia ambulance selama 24 untuk mendukung rujukan kegawatdaruratan persalinan?
7. Apakah tersedia alat komunikasi dalam merujuk pasien ke Rumah Sakit PONEK? Apa bentuk dari alat komunikasi tersebut?
8. Apakah tersedia biaya operasional dalam pelayanan persalinan? Darimana sumber biaya operasional tersebut?
9. Apakah ada SOP yang telah disusun oleh petugas PONED dalam pelayanan persalinan dan ditanda tangani oleh kepala Puskesmas? Bagaimana pelaksanaan SOP pelayanan persalinan tersebut?
10.Bagaimana alur rujukan pelayanan persalinan di puskesmas PONED Negeri Lama ini? Apakah ada sosialisasi atau pembinaan pelayanan persalinan di Puskesmas Negeri Lama?
B. Daftar pertanyaan untuk Bidan Koordinator
1. Bagaimanakah ketersediaan tenaga kesehatan yang terlatih APN dan PONED? Kapan petugas kesehatan mengikuti pelatihan? Apakah sudah memadai?
2. Bagaimana kemampuan petugas kesehatan yang terlatih APN dan PONED dalam menangani kegawatdaruratan persalinan? Apakah sudah sesuai dengan SOP? Siapa saja petugas kesehatan yang melaksanakan pelayanan persalinan?
3. Apakah di Puskesmas PONED dokter dan bidan selalu berada di tempat? Apakah di Puskesmas ini ada dokter yang berjaga 24 jam? 4. Apakah alat-alat pelayanan persalinan sudah lengkap dan masih bisa
digunakan dengan baik?
5. Bagaimana ketersediaan obat-obatan yang mendukung pelayanan persalinan di Puskesmas PONED ini?
6. Apakah tersedia ambulance selama 24 untuk mendukung rujukan kegawatdaruratan persalinan?
7. Apakah tersedia alat komunikasi dalam merujuk kasus persalinan ke Rumah Sakit PONEK? Apa bentuk dari alat komunikasi tersebut? 8. Apakah tersedia biaya operasional dalam pelayanan persalinan?
Darimana sumber biaya operasional tersebut?
9. Apakah ada SOP yang telah disusun oleh petugas PONED dalam pelayanan persalinan dan ditanda tangani oleh kepala Puskesmas? Bagamana pelaksanaan SOP pelayanan persalinan tersebut?
10.Bagaimana alur rujukan pelayanan persalinan di puskesmas PONED Negeri Lama ini?
11.Apakah masyarakat, bidan desa dan Puskesmas non PONED sering melakukan rujukan persalinan ke Puskesmas PONED ini? Kasus persalinan apa saja yang sering menjadi rujukan ke puskesmas PONED? Bagaimanakah sistem rujukan persalinan dari bidan desa ke Puskesmas PONED? Apakah ada sosialisasi atau pembinaan pelayanan persalinan di Puskesmas Negeri Lama?
12.Pelayanan persalinan apa saja yang sudah dapat anda tangani di puskesmas ini? Bagaimana anda menangani persalinan tersebut? Apakah sudah sesuai dengan SOP yang tersedia?
C. Daftar pertanyaan untuk Petugas PONED (Bidan)
1. Bagaimanakah ketersediaan tenaga kesehatan yang terlatih APN dan PONED? Kapan petugas kesehatan mengikuti pelatihan? Apakah sudah memadai?
2. Bagaimana kemampuan petugas kesehatan yang terlatih APN dan PONED dalam menangani kegawatdaruratan persalinan? Apakah sudah sesuai dengan SOP? Siapa saja petugas kesehatan yang melaksanakan pelayanan persalinan?
3. Apakah di Puskesmas PONED dokter dan bidan selalu berada di tempat? Apakah di Puskesmas ini ada dokter yang berjaga 24 jam? 4. Apakah alat-alat pelayanan persalinan sudah lengkap dan masih bisa
digunakan dengan baik?
5. Bagaimana ketersediaan obat-obatan yang mendukung pelayanan persalinan di Puskesmas PONED ini?
6. Apakah tersedia ambulance selama 24 untuk mendukung rujukan kegawatdaruratan persalinan?
7. Apakah ketersediaan alat komunikasi dalam merujuk kasus persalinan ke Rumah Sakit PONEK? Apa bentuk dari alat komunikasi tersebut? 8. Apakah tersedia biaya operasional dalam pelayanan persalinan?
Darimana sumber biaya operasional tersebut?
9. Apakah ada SOP yang telah disusun oleh petugas PONED dalam pelayanan persalinan dan ditanda tangani oleh kepala Puskesmas? Bagamana pelaksanaan SOP tersebut?
10.Bagaimana alur rujukan pelayanan persalinan di puskesmas PONED Negeri Lama ini?
11.Apakah masyarakat, bidan desa dan Puskesmas non PONED sering melakukan rujukan persalinan ke Puskesmas PONED ini? Kasus persalinan apa saja yang sering menjadi rujukan ke puskesmas PONED? Bagaimanakah sistem rujukan persalinan dari bidan desa ke Puskesmas PONED? Apakah ada sosialisasi atau pembinaan pelayanan persalinan di Puskesmas Negeri Lama?
12.Pelayanan persalinan apa saja yang sudah dapat anda tangani di puskesmas ini? Bagaimana anda menangani persalinan tersebut? Apakah sudah sesuai dengan SOP yang tersedia?
D. Daftar pertanyaan Bidan Desa I. Data Umum
Nama : Cahaya Chairani AMd
Umur : 28 Tahun
Pendidikan Terakhir : DIII Kebidanan
Lama Kerja : 3 Tahun
Tanggal Wawancara : 14 Juli 2016 II. Data Khusus
1. Apakah ibu pernah merujuk persalinan ke Puskesmas PONED Negeri Lama? Kasus persalinan apa saja yang sering menjadi rujukan ke puskesmas Negeri Lama? Mengapa harus dirujuk?
2. Apakah tersedia ambulance untuk merujuk pasien di Puskesmas? Apakah ibu menggunakan ambulance untuk merujuk pasien ke Puskesmas PONED ini? Dari manakah transportasi tersebut?
3. Bagaimanakah sistem rujukan kasus persalinan dari bidan desa ke puskesmas PONED? Apakah ada sosialisasi atau pembinaan bidan desa dalam merujuk kasus persalinan ke puskesmas mampu PONED? Bagaimana bentuk sosialisasi tersebut?
E. Daftar pertanyaan untuk masyarakat/ ibu bersalin I. Data Umum
Nama : Ny. Yusna
Umur : 33 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Tanggal Wawancara : 13 Juli 2016 II. Data Khusus
1. Apakah anda pernah melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Negeri Lama? Berapa kali anda memeriksakan kehamilan ke puskesmas Negeri Lama? Apakah anda pernah mendapat pembinaan untuk melahirkan di Puskesmas Negeri Lama? Siapakah yang memberikan pembinaan tersebut?
2. Apakah anda akan/ telah melahirkan di Puskesmas Negeri Lama? Mengapa?
Lampiran 2
BATASAN KEWENANGAN DALAM PELAYANAN PONED
No. Kewenangan Kemampuan
Maternal
1. Perdarahan pada kehamilan
muda
• Diagnosis abortus, mola hidatidosa, kehamilan Ektopik (KE).
• Resusitasi, stabilisasi.
• Evakuasi sisa mola dengan verbocain Culdocentesis
• Pemberian cairan. • Pemberian antibiotika • Evaluasi.
•Kontrasepsi pasca keguguran
2. Perdarahan post partum • Diagnosis atonia uteri, perdarahan jalan lahir, sisa plasenta, kelaianan pembekuan darah
• Kompresi bimanual. • Kompresi aortal. • Plasenta manual. • Penjahitan jalan lahir. • Restorasi cairan.
• Pemantauan keseimbangan cairan. • Pemberian antibiotika.
• Pemberian zat vasoaktif. • Pemantauan pasca tindakan. • Rujukan bila di perlukan.
3. Hipertensi dalam kehamilan • Diagnosis hipertensi dalam kehamilan. • Diagnosis preeklamsi- eklamsi.
• Resusitas. • Stabilisasi.
• Pemberian MgSO4 dan penanggulangan intoksikasi MgSO4.
• Induksi/ akselerasi persalinan.
• Persalinan berbantu (ekstraksi vakum dan forceps).
• Pemantauan pasca tindakan.
• Pemberian MgSO4 hingga 24 jam post Partum.
•Rujukan bila di perlukan.
4. Persalinan macet • Diagnosis persalinan macet.
• Diagnosis dystonia bahu/ kala II lama. • Akselerasi persalinan pada inerti arteri
Hipotoni.
melahirkan distosia bahu.
5. Ketuban pecah sebelum
waktunya dan sepsis
• Diagnosis ketuban pecah sebelum waktunya.
• Diagnosis sepsis.
• Induksi/ akselerasi persalinan. • Antibiotika profi laksis/ terapeutik
terhadap
Chorioamnionitis.
• Tindakan persalinan berbantu(assisted labor) pada kalaII lama/ exhausted. • Pemberian zat vasoaktif.
Lampiran 3
PERALATAN PELAYANAN PERSALINAN PUSKESMAS PONED MENURUT KEMENKES RI 2013
No. Alat-Alat Persalinan Jumlah Satuan
41. Needle holder 4 Buah
66. Sarung tangan panjang (manual plasenta) 10 Pasang
67. Plester 2 Buah
68. Sabun cair untuk cuci tangan 1 Buah
69. Alkohol 75 % 1 Buah
70. Providon iodin 10 % 1 Buah
71. Celemek 2 Buah
72. Hemoglobin meter elektronik 1 Set
73. Kateter penghisap lendir dewasa 8 ml 1 Buah
Lampiran 4
OBAT-OBAT PELAYANAN PERSALINAN DI PUSKESMAS PONED MENURUR KEMENKES RI 2013
Perdarahan
Ringer Laktat (500 ml) NaCl 0,9% (500 ml) Dextran 70 6% (500 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml) Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet) Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Misoprostol (tablet) Transfusi set dewasa Kateter intravena no. 18 G Kateter Folley no.18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml
Pre eclampsia dan eclampsia Ringer Laktat (500 ml)
MgSO4 20% (25 ml) MgSO4 40% (25 ml)
Glukonas kalsikus 10% injeksi (20 ml) Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Nifedipin 10 mg (tablet) Hidralazin 5 mg injeksi Labetolol 10 mg injeksi Metildopa 250 mg (tablet) Transfusi set dewasa Kateter intravena no. 18 G Kateter Folley no.18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml Disposible syringe 10 ml Robekan jalan lahir Ringer Laktat (500 ml) NaCl 0,9% (500 ml)
Lidokain HCl 2% injeksi (2 ml) Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml) Amoksilin 500 mg (tablet)
Asam Mefenamat 500 mg (tablet)
Chromic catgut no.1, atrauma k (sachet)
Chromic catgut no.2/0 atau 3/0, atrauma k (sachet) Transfusi set dewasa
Kateter Folley no.18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Syok anafilaktik Ringer Laktat (500 ml) NaCl 0,9% (500 ml)
Adrenalin 0,1% injeksi (1 ml)
Difenhidramin HCl 10 mg injeksi (1 ml) Dexametason 5 mg injeksi (1 ml)
Lampiran 5
Hasil Observasi Peralatan Pelayanan Persalinan Puskesmas Negeri Lama Tahun 2016
No. Alat-Alat Persalinan Keterangan
1. Meja instrumen 2 rak -
2. Bak intrumen tertutup kecil
3. Bak intrumen tertutup medium
4. Bak instrument tertutup besar
5. Tromol kasa
6. Nierbeken kecil
7. Nierbeken medium
8. Timbangan injak dewasa
9. Pengukur tinggi badan
10. Standar infus
11. Lampu periksa Halogen -
12. Tensi meter dan Stetoskop dewasa
13. Thermometer
14. Tabung oksigen + regulator
15. Masker oksigen + Kanula nasal
35. Stelisator kering
36. Tempat sampah tertutup
37. Pispot sodok
38. Bak/ baskom tempat plasenta
39. Ekstraktor vakum manula -
40. Aspirator vakum manula -
41. Needle holder
43. Gunting episiotomy
53. Tenakulum Schroeder
54. Gunting mayo
66. Sarung tangan panjang (manual plasenta)
67. Plester
68. Sabun cair untuk cuci tangan
69. Alkohol 75 %
70. Providon iodin 10 %
71. Celemek
72. Hemoglobin meter elektronik
73. Kateter penghisap lendir dewasa 8 ml
Lampiran 6
Hasil Observasi Obat-Obatan Pelayanan Persalinan Puskesmas Negeri Lama Tahun 2016
Perdarahan Keterangan
Ringer Laktat (500 ml) NaCl 0,9% (500 ml) Dextran 70 6% (500 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml) Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet) Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Misoprostol (tablet) Transfusi set dewasa Kateter intravena no. 18 G Kateter Folley no.18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml
Pre eclampsia dan eclampsia Ringer Laktat (500 ml)
MgSO4 20% (25 ml) MgSO4 40% (25 ml)
Glukonas kalsikus 10% injeksi (20 ml) Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Nifedipin 10 mg (tablet) Hidralazin 5 mg injeksi Labetolol 10 mg injeksi Metildopa 250 mg (tablet) Transfusi set dewasa Kateter intravena no. 18 G Kateter Folley no.18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml Disposible syringe 10 ml
Ringer Laktat (500 ml) NaCl 0,9% (500 ml)
Lidokain HCl 2% injeksi (2 ml) Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml) Amoksilin 500 mg (tablet)
Asam Mefenamat 500 mg (tablet)
Chromic catgut no.1, atraumatikk (sachet)
Chromic catgut no.2/0 atau 3/0, atraumatik (sachet) Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 G Kateter Folley no.18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml
Ringer Laktat (500 ml) NaCl 0,9% (500 ml)
Adrenalin 0,1% injeksi (1 ml)
Difenhidramin HCl 10 mg injeksi (1 ml) Difenhidramin HCl 10 mg injeksi (1 ml) Dexametason 5 mg injeksi (1 ml) Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 G Kateter Folley no.18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2010. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Pembangunan Nasional.
Departemen Kesehatan RI. 2002. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JHPIEGO.
, 2004. Pedoman Penyelanggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal mergensi Dasar. Cetakan Kedua. Jakarta.
, 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK/III. 2007 Tentang Standar Kompetensi Bidan. Jakarta: Ikatan Bidan Indonesia.
Fraser. 2009. Buku Ajar Bidan. Edisi Empat Belas. Jakarta: EGC.
Gunawan, Iman. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktilik. Jakarta: Bumi Aksara.
Handayani, Sri. 2011. Analisis Pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesma PONED Kabupaten Kendal. Tesis PascasarjanaUniversitas Gadja Madah. Yogyakarta.
Herdiansyah, H. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:Salemba Humanika.
JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Edisi Ketiga . Jakarta: JPHIEGO.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta.
, 2012. Laporan Hasil Riset Fasilitas Kesehatan 2011. Jakarta.
, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. Jakarta.
, 2013. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.02.03/II/1911/2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta.
Kurniadi, Anwar. 2013. Manajemen Keperawatan dan Prosfektifnya (Teori, Konsep dan Aplikasi). Jakarta: FKUI.
Kusdyah, Ike Rachmawati. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Latuheru. 2008. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lestari, Yuli. 2011. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Rujukan Berjenjang Kasus Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal pada Program Jampersal di Puskesmas Kencong. Skripsi FKM Universitas Jember. Jember.
Lestari, Marini. 2016. Analisis Implementasi Pelayanan PONED di Paskusmes Patumak Kabupaten Deli Serdang. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.
Manuaba. 2012. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obtetri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.
Marimis, W.F. 2007. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.
Meiri, Eka Kurniyati. 2014. Upaya Peningkatan Penanganan Komplikasi Persalinan di Puskesmas PONED Kabupaten Sumenap. Tesis Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Mubarak, W.I. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika. Mustain, Muhammad Ichsan. 2013. Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makasar. Tesis Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Makasar.
Novita, Winda. 2015. Analisis Pelaksanaan Rujukan KIA di Puskesmas Hamparan Perak dan Puskesmas Bandar Khalifah Kabupaten Deli Serdang. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.
Prawihardjo, Sarwono. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan Maternal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Puskesmas Negeri Lama. 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Negeri Lama Tahun 2015.
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Suhari, Muhammad Yahya dan Ngalimun. 2010. Studi Tentang Profesionalisme Sistem Pelayanan Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Inovatif Dalam Rangka Mencegah Tingkat Kematian Ibu Pada Fase Hamil dan Bersalin Kota Purwokerto . Tesis Pascasarjana Universitas Jenderal Sudirman. Purwokerto.
Saryono, Anggraeni. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Siwi, Elisabeth Walyani dan Endang Purwoastuti. 2015. Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka baru press.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan Ke-20. Bandung: Alfabeta.
Sulistyaningsih. 2012. Metode Penelitian Kebidanan: Kuantitatif-Kualitatif. Cetakan Kedua. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Surahwardy, A. 2013. Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Mamajang Kota Makasar. Tesis Pascasarjana UNHAS. Makasar.
Tobing, Judy. 2014. Analisis Manajemen Rujukan Pasien Komplikasi
Persalinan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Tesis FKM Universitas Sumatera Utara. Medan.
Vivianri, Tirza Isabela. 2011. Analisis Sistem Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri di Puskesmas PONED Wilayah Kabupaten Kupang. Tesis Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Waharsono. 2004. Admnistrasi Penjaskes dan Organisasi Olahraga. Jakarta: Universtas Terbuka.
Widyana, Erni Dwi. 2011. Evaluasi Pelaksanaan Rujukan Ibu Bersalin dengan Komplikasi Persalinan oleh Bidan Desa di Puskesmas Sukorejo Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Tesis Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Wijono, D. 2004. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.
World Health Organization (WHO). 2014. WHO, UNICEF, The World Bank. Trend in maternal mortality.
Yanti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif, yaitu berusaha mendapatkan informasi selengkap mungkin
menganai pelaksanaan pelayanan persalinan di Puskesmas Negeri Lama
Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu. Menurut Sugiyono (2012)
penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menekankan pada
kualitas atau mutu suatu penelitian yang didasarkan pada konsep, dan teori
sehingga dapat mengungkapkan fakta dan obyektif tentang keadaan sebenarnya
dari objek yang diteliti.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Negeri Lama Kecamatan Bilah
Hilir Kabupaten Labuhan Batu. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena
cakupan kunjungan pelayanan persalinan masih rendah dan masih terdapat
kematian ibu bersalin sebanyak 2 orang.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksankan pada bulan Juni sampai dengan Juli tahun 2016.
3.3 Informan Penelitian
Penentuan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive
sampling. Teknik sampling dengan purposive sampling yaitu bahwa dalam
orang-orang yang terlibat secara langsung terhadap permasalah yang sedang
diteliti (Saryono, 2010). Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kepala puskesmas
b. Bidan koordinator
c. Petugas PONED
d. Bidan desa
e. Ibu bersalin
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan
data sekunder.
1. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang
dikumpulkan melalui :
a. Wawancara baku terbuka dengan probing (pendalamaan pertanyaan) yaitu
menggunakan pedoman wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan
untuk diajukan kepada informan. Pedoman tersebut digunakan untuk
memudahkan wawancara, penggalian data dari informan. Untuk
memperjelas informasi yang akan diperoleh, peneliti juga menggunakan
alat bantu seperti alat tulis, alat perekam suara (Sugiyono, 2012)
b. Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dengan melihat atau
mengamati secara sistematis mengenai sarana dan prasarana (Cartwright
dalam Herdiansyah, 2012). Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan
memberikan tanda cek list pada alat-alat dan obat-obat yang diamati secara
2. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan telaah dokumen. Dalam
studi kepustakaan peneliti mempelajari dan mengumpulkan keterangan
maupun bahan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas seperti data dari
Puskesmas yang menjadi sasaran penelitian meliputi data tentang gambaran
umum puskesmas dan cakupan kunjungan pelayanan persalinan di puskesmas
Negeri Lama. Sedangkan telaah dokumentasi dilakukan untuk
membandingkan hasil wawancara dengan data-data pelayanan persalinan dan
dokumen yang terkait dengan masalah penelitian.
3.5 Triangulasi
Untuk menjaga kualitas dan keakuratan data dilakukan triangulasi.
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu
menggali kebenaranan informasi melalui berbagai sumber untuk memperoleh data
dan mengetahui adanya alasan-alasan akan terjadinya perbedaan tersebut
(Gunawan, 2013). Triangulasi sumber dalam penelitian ini adalah tenaga
kesehatan di Puskesmas yang terdiri dari kepala puskesmas, bidan koordinator
dan petugas PONED, bidan desa dan ibu bersalin.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data kulitatif dilakukan dengan proses reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Pada proses reduksi dilakukan kegiatan
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan menfokuskan hal-hal yang penting.
Pada proses Penyajian data dilakukan pemaparan data melalui uraian singkat atau
naratif dalam bentuk matriks. Proses terakhir yang dilakukan adalah penarikan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Negeri Lama
Puskesmas Negeri Lama terletak di jalan Besar Negeri Lama Kecamatan
Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu. Dahulu puskesmas Negeri Lama adalah
puskesmas keperawatan dan berubah menjadi puskesmas PONED. Puskesmas
Negeri Lama menjadi salah satu puskesmas PONED di Kecamatan Bilah Hilir.
Puskesmas Negeri Lama memiliki wilayah kerja seluas 277.81 km² terdiri atas 9
kelurahan dengan batas wilayah kerja puskesmas Negeri Lama sebagai berikut :
1. Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan Aek Cuwo (LABURA)
2. Sebelah Barat: berbatasan dengan Kecamatan Pangkatan
3. Sebelah Timur: berbatasan dengan wilayah kerja puskesmas Tanjung Haloban
4. Sebelah Selatan: berbatasn dengan Pane Hulu.
4.1.2 Letak Geografis dan Kependudukan
Kecamatan Bilah Hilir adalah salah satu dari beberapa kecamatan yang
ada dikabupaten labuhan batu, terletak sebelah timur ibu kota Kabupaten Labuhan
Batu dengan jarak tempuh ± 60 Km² dari kota Rantau Prapat. Ketinggian wilayah
dari atas permukaan laut antara 5-20 meter, dan dikategorikan daerah dataran
rendah dan rawa pantai yang luasnya 133 Km². Jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Negeri Lama sebanyak 35.422 jiwa dari 9 desa. Komposisi penduduk
yang multietnis terdiri dari atas berbagai suku bangsa antara lain: Jawa, Tapanuli,
Tapanuli. Agama yang dianut adalah Islam, Katolik, Kristen Protestan, dimana
sebagai agama mayoritas adalah agama Islam.
Table 4.1 Distribusi Desa/Kelurahan, Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Negeri Lama Kecamatan Bilah Hilir Tahun 2016
No. Kelurahan Luas Jumlah Jumlah Wilayah Rumah Penduduk (Ha) Tangga
1. Negeri Lama 3165 1339 6.010 2. Negeri Baru 5835 1026 3.948 3. Sei Tampang 5924 1851 8.283 4. Sidomulyo 2200 1528 6.536 5. Negeri Lama Seberang 1052 948 3.533 6. Kampung Bilah 3200 736 2.991 7. Perk. Bilah 1320 250 1.037 8. Perk. Negeri Lama 1905 452 1.364 9. Perk. Sennah 3180 482 1.720
Jumlah 27781 8612 35.422 Berdasarkan tabel di atas bahwa jumlah penduduk terbanyak berada di
Desa Sei Tampang yaitu 8.283 jiwa dengan luas wilayah 5924 Ha.
4.1.3 Sumber Daya Manusia
Puskesmas didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh para sumber daya manusia yang ada di
Puskesmas. Puskesmas Negeri Lama dipimpin oleh seorang dokter umum dan
memiliki tenaga kesehatan sebanyak 33 orang dan umum sebanyak 4 orang, bisa
Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia Puskesmas Negeri Lama Sumber: profil puskesmas Negeri Lama 2015
4.1.4 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas
Sarana dan prasarana gedung puskesmas Negeri Lama Kecamatan Bilah
Hilir tahun 2015 terdiri dari: 1 ruang UGD, 1 ruang kepala puskesmas, 1 ruang
kartu, 1 ruang poli umum, 5 ruang rawat inap, 1 ruang KIA/ KB, 1 ruang VK, 1
ruang OK, 1 ruang poli gigi, 1 ruang obat/ apotek, 1 ruang laboratorium, 1 gudang
dan 3 kamar mandi.
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas Negeri Lama
No. Fasilitas Jumlah
1. 2.
Ruang unit gawat darurat (UGD) Ruang kepala puskesmas
4.2 Karakteristik Informan
Dari tabel di bawah dapat dilihat bahwa informan dalam penelitian ini
sebanyak 5 orang yang terdiri dari : Kepala Puskesmas berumur 37 tahun dengan
pendidikan Dokter Umum, Bidan Koordinator berumur 30 tahun dengan
pendidikan D3 Kebidanan, petugas PONED berumur 38 tahun dengan pendidikan
D4 Kebidanan, Bidan Desa berumur 28 tahun dengan pendidikan D3 Kebidanan
dan Pasien/ Ibu bersalin berumur 33 tahun dengan pendidikan SD.
Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4 Karakteristik Informan
No. Informan Jenis Umur Pendidikan Jabatan Kelamin (Tahun)
1. dr. Hariaty P 37 S1 Kedokteran Kepala puskesmas 2. Nurjalilah P 30 D3 Kebidanan Bidan Koordinator 3. Siti Zainab P 38 D4 Kebidanan Petugas PONED 4. Cahaya Chairani P 28 D3 Kebidanan Bidan Desa
5. Ny. Yusna P 33 Sekolah Dasar Pasien/Ibu Bersalin
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Ketersediaan Tenaga Kesehatan Terlatih APN/ PONED
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di Puskesmas Negeri
Lama, menyatakan bahwa tenaga kesehatan yang terlatih APN sebanyak 3 orang
terdiri dari : bidan PNS 2 orang dan dokter 1 orang. Sedangkan tenaga kesehatan
yang terlatih PONED sebanyak 2 orang yang terdiri dari dokter dan bidan, tetapi
ketika ditanyakan langsung ke petugas PONED bahwa sebagai penanggungjawab
PONED belum ada mendapatkan pelatihan PONED. Seluruh informan juga
menyatakan bahwa pelatihan PONED sudah dilakukan pada tahun 2011, yang
puskesmas, dan adanya penempatan tugas dan atau peningkatan jabatan. Hasil
pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Matrik Pernyataan Informan megenai Ketersedian Tenaga Kesehatan Terlatih APN/ PONED
Informan Pernyataan
Kepala Puskesmas “Belum tapi bidan kita yang apa? PNS sudah dua orang. Untuk pelatihan PONED saya, perawat dan waktu dulu ada bikornya yang dilatih dan hari itu pun ada pergantian, agak panjang ceritanya. Kita dilatih apa, apa namanya? PONED sendiri baik materi maupun prakteknya sendiri dan kita dilatih praktek persalinan normal APN. Setelah beliau pindah, nah ini untuk selanjutnya tahap-tahap pelatihan yang mengikuti bu Zainab baik dari pelaporannya, sistem penanganan pasiennya. Kita pun didampingi EMAS jadi kita selalu dikasi materi dan pelatihan dan kita ikut terus, kemudian tahun ini sudah berakhir pendampingan dari EMAS jadi Insyalah kita sudah mandiri. Dokter untuk dilatih PONED belum ada. Tidak ada kriteria khusus, langsung disuruh aja siapa yang mau ikut pelatihan”.
Bidan Koordinator “Kalau pelatihan APN saya dan kak Zainab, mungkin adik-adik TKS disini ada juga yang sudah APN. Tidak ada, tapi pelatihan PONED nya sudah ada lama, kalau gak salah itu tahun 2011 dek. Ya yang dilatih itu kemarin dr. Hariaty, bidan dan perawat, tapi orangnya sudah pada pindah semuanya. Kurang tau lah kakak, kayaknya gak ada kriteria”
4.3.2 Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Terlatih PONED
Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan Puskesmas
Negeri Lama, menunjukan bahwa tenaga kesehatan terlatih PONED masih
bersifat on call, dimana tenaga kesehatan terlatih PONED hanya pada shift pagi
saja, sedangkan pada shift sore dan malam hanya terdapat bidan PTT dan TKS
yang belum terlatih PONED. Hasil pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Matrik Pernyataan Informan mengenai Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Terlatih PONED
Informan Pernyataan
Kepala Puskesmas “Dokter dan bidan masih on call. Jadi bidan desa dan bidan PNS jadi penanggung jawab. Ada jadwal-jadwal mereka, siapa nanti TKS yang shift jaga akan memanggil bidan penanggung jawabnya untuk menangani pasien persalinan”.
Bidan Koordinator “Tidak ada..kalau Dokter kita hanya pagi aja yang pasti ada. Kalau bidan pasti selalu ada lah 24 jam. Ohh yang terlatih ya dek. Jadi kita ada shift kerja: shift pagi, shift sore dan shift malam. Jadi kalau kakak sama kak Zainab cuma shift pagi aja dek, kalau untuk shift sore dan malam bidan PTT dan adik-adik TKS kita ini, tapi kakak sama kak zainab selalu siap dipanggil untuk menangani pasien, tapi yang paling sering bisa datang kalau dipanggil ya kakak. Banyak dek, tapi mungkin karena rumah kakak yang paling dekat dek”.
Petugas PONED “Yang saya perhatikan dokter tidak ada jaga 24 jam karena dokter kita cuma 2 orang itu pun dokter parluhutan buka klinik, itu kliniknya dekat pajak. Kalau bidan selalu ada 24 jam, yang jaga adik-adik TKS ini”.
4.3.3 Kualitas Tenaga Kesehatan Terlatih APN/ PONED
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan Puskesmas Negeri Lama,
menyatakan bahwa kemampuan tenaga kesehatan dalam menangani persalinan
nomal maupun kegawatdaruratan belum merata. Dimana setiap tenaga kesehatan
normal dan atau kasus persalinan harus didampingi oleh bidan koordinator dan
petugas PONED karena usia tenaga kesehatan masih relatif muda dan tidak
berpengalaman sehingga kurang percaya diri dalam menolong persalinan. Hasil
pernyataan dapat di lihat pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7 Matrik Pernyataan Informan mengenai Kualitas Tenaga Kesehatan Terlatih APN/ PONED
Informan Pernyataan
Kepala Puskesmas “Keterampilan pasti berbeda. Jadi bidan PNS dan bidan desa kita yang jadi penanggung jawab di panggil TKS untuk menangani pasien persalinan”.
Bidan Koordinator “Berbeda lah dek karena adik-adik TKS kita disini masih baru tamat belum ada pengalaman. Jadi kalau ada pasien selalu memanggil kakak atau kak Zainab. Ya itu dek, mempersiapkan peralatan sama menginfus. Kalau untuk menolong yang normal tetap harus kita damping”.
Petugas PONED “Untuk yang di PONED insyallah masih dalam batas
normal dan semuanya masih dapat menolong. Kalau untuk emergensi juga dapat di tangani karena sudah belajar dari petugas yang terlatih untuk menstabilisasikan keadaan emergensi itu. Yang menangani emergensi kak Nurjalilah dan saya sendiri, walaupun ada bidan PTT dan TKS tetap harus kami damping”.
4.3.4 Ketersediaan Peralatan dan Obat-Obatan dalam Pelayanan Persalinan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di Puskesmas PONED Negeri
Lama bahwa peralatan dan obat-obatan cukup memadai, tetapi masih ada
beberapa peralatan yang rusak dan obat-obatan yang belum tersedia dalam
menunjang pelaksanaan pelayanan persalinan. Adapun peralatan yang belum
tersedia adalah : speculum sims (kecil, medium, besar), vakum ekstraktor, dan
lampu periksa halogen. Sedangkan obat-obatan yang sering kosong adalah: cairan
75 mg, Misoprostal tablet, Transfuse set dewasa, Hidralazin injeksi 5 mg,
Labetolol injeksi 10 mg, dan Metildopa tablet 250 mg. Puskesmas Negeri Lama
juga sudah mengajukan ke Dinkes Kabupaten Labuhan Batu untuk pengadaan
peralatan dan obat-obatan, tetapi Dinkes Kabupaten Labuhan Batu masih belum
melakukan pengadaan peralatan dan obat-obatan. Hasil pernyataan dapat dilihat
pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8 Matrik Pernyataan Informan mengenai Ketersediaan Peralatan dan Obat-Obat dalam Pelayanan Persalinan
Informan Pernyataan
Kepala Puskesmas “Peralatan dan obat-obatan mudah-mudahan lengkap, bisa dilihat langsung nanti di ruangan bersalin. Peralatan dan obat-obatan yang tidak ada sudah kita ajukan ke Dinkes karena puskesmas kita ini lagi persiapan menjadi RSU dan kita lagi sibuk mengurus akreditas Puskesmas ini”.
Bidan Koordinator “Lengkap tapi ada berapa alat yang tidak ada seperti: ekstraktor vakum manula, dan speculum sims apa nya? Kalau yang ini lampu periksa halogen kita rusak. Obat-obatan ada, tapi ada yang sering kosong, nanti kak tunjukkan di ruang bersalin”.
Petugas PONED “Sudah cuma kan puskesmas PONED ada 4, cuma sama
kita aja ada peralatan PONED yang belum lengkap, seperti: lampu periksa halogen ini rusak dek, vakum ekstraktor, speculum sims kecil, speculum sims medium, speculum sism besar dan peralatan resusitasi bayi, tapi walaupun begitu dengan yang ada saja sudah bisa dimanfaatkan dengan baik. Kalau obat-obatan ada sering kosong, seperti: MGSO4 (40%), Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg, sama Metil ergometrin maleat tablet 75 mg”.
4.3.5 Ketersediaan Transportasi Rujukan Persalinan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi mengenai ketersedian sarana
transportasi rujukan kegawatdaruratan persalinan di Puskesmas Negeri Lama,
pribadi puskesmas Negeri Lama yang dapat dipakai kapan saja selama 24 jam dan
adanya supir yang selalu ada di tempat. Hasil pernyataan dapat dilihat pada tabel
4.9 berikut :
Tabel 4.9 Matrik Pernyataan Informan mengenai Ketersediaan Tranportasi Rujukan Persalinan
Informan Pernyataan
Kepala Puskesmas “Transportasi tersedia 24 jam”.
Bidan Koordinator “Ambulance kita ada, itu lagi mau berangkat merujuk pasien. Supir ada 24 jam, jadi kalau merujuk malam tinggal dibangunkan saja. Disitu rumah supir ambulance kita. Ada, tapi biasanya pakai kendaraan pribadi. Jadi pernah ada rujukan kasus retensio plasenta atau plasenta lengket dari bidan desa siapa ya? Gak ingat pula kakak siapa bidan desa nya, tapi bidan desanya dari sebrang sana. Jadi bidan desa ini pakai ambulance kita membawa pasien itu ke sini”.
Petugas PONED “Ambulance dan supir kita siaga 24 jam. Ya kebanyakan pakai kendaraan pribadi, tapi ada yang pakai ambulance kita”.
Bidan Desa “Ada..Ya kalau merujuk ke Puskesmas pakai kendaraan
umum karena pasiennya pun sudah bawa kendaraan tersendiri”.
4.3.6 Ketersediaan Alat Komunikasi Rujukan Persalinan
Setiap Rumah Sakit PONEK diwajibkan untuk membangun jejaring
pelayanan emergensi dan komunikasi telepon seluler ke setiap Puskesmas binaan
dan bidan di desa yang ada di masing-masing wilayah kerja Puskesmas
(Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa alat komunikasi untuk
merujuk kasus persalinan sudah tersedia, yaitu handphone pribadi yang sudah
diregistrasi SIJARIEMAS (system jaringan expanding maternal and neonatal
Tabel 4.10 Matrik Pernyataan Informan mengenai Ketersediaan Alat Komunikasi Rujukan persalinan
Informan Pernayataan
Kepala Puskesmas “Ada pakai handphone pribadi dengan SIJARIEMAS. SIJARIEMAS ini dari program EMAS”.
Bidan Koordanator “Pakai Handphone masing-masing yang sudah
diregistrasi SIJARIEMAS atau system jaringan expanding maternal and neonatal survival. Untuk memberitahukan kalau kita akan merujuk pasien yang gawat darurat, seperti diagnosanya dan rumah sakit juga segera dapat menyiapkan alat-alat untuk menolong pasien yang kita rujuk”.
Petugas PONED “Ada pakai handphone masing, tapi
masing-masing bidan sudah diregistrasi SIJARIEMAS. Jadi karena EMAS ini lah kematian ibu di tempat kita sudah menurun, yaa karena kalau merujuk harus sms dulu, jadi kita sudah langsung menyiapkan peralatan untuk menolong pasien yang dirujuk dan memang setiap kasus persalinan harus dirujuk ke kita dan kalau merujuk pasien harus kita stabilisasikan terlebih dahulu lalu kita rujuk ke rumah sakit. Jadi semuanya dari EMAS”.
Bidan Desa “Ada..Jadi kalau kita merujuk harus menghubungi
rumah sakit pakai handphone yang sudah di apa EMAS. Jadi seperti kemarin ada kasus perdarahan post partum langsung kak rujuk ke rumah sakit. Tapi sebelumnya kak sms ke puskesmas dulu, jadi setelah kak Nurjalilah menyetujui makanya kak rujuk ke rumah sakit. Karena memang puskesmas juga tidak ada menyediakan transfusi darah makanya langsung kak rujuk ke rumah sakit”.
4.3.7 Ketersediaan Biaya Operasional Pelayanan Persalinan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di Puskesmas Negeri
Lama, menyatakan bahwa biaya operasional pelayanan persalinan telah tersedia
yaitu dana BPJS, BOK dan umum. Biaya operasional dimanfaatkan untuk
alat-alat tulis dan alat-alat penyuluhan. Hasil pernyataan dapat dilihat pada tabel
4.11 berikut :
Tabel 4.11 Matrik Pernyataan Informan mengenai Biaya Operasional Pelayanan Persalinan
Informan Pernyataan
Kepala Puskesmas “Kita ada dana operasional dari BPJS jadi itu kita gunakan untuk keperluan obat yang tidak ada dari dinas keshatan atau cairan infus yang kurang kita adakan dari dana operasional BPJS. Biasanya Rp. 600.000, jadi kita tidak bisa tentukan berapa, karena terkadang dana BPJS dicairkan ke kita baru bulan ke-3 nya. Kalau BOk itu sekitar Rp. 50.000,000. Jadi dana BOK itu kita gunakan untuk program yang ada di puskesmas kita ini, ya seperti pendidikan gizi, pelayanan kesehatan balita, program kesehatan ibu dan anak (KIA), penyuluhan, kesehatan sekolah. Kalau untuk persalinan dana BOK kita gunakan untuk menyediakan ke penyuluhan saja dek, karena kita sudah ada Proyektor jadi kalau bidan-bidan kita turun ke lapangan penyuluhan sudah pakai proyektor tadi. Alat-alat penyuluhan, terus alat-alat tulis. Itu saja lah dek yang kita gunakan dari dana BOK.
Bidan Koordinator “Dari BPJS, jadi kalau alat rusak kita buat laporan terus kita laporkan ke pak Suprapto sebagai penanggungjawab perlengkapan. Kakak tidak tahu berapa dananya tapi biasanya Rp. 600.000 setiap persalinan, jadi dananya tergantung jumlah persalinan yang kita tolong lah dek. Ya itu lah dek, kita buat laporan, kita lengkapi identitas ibu bersalin yang kita tolong kalau sudah lengkap baru kita laporkan ke kantor BPJS”.
4.3.8 Ketersediaan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Persalinan
Berdasarkan hasil wawancara di Puskesmas Negeri Lama, menyatakan
bahwa SOP pelayanan persalinan telah tersedia setelah puskesmas di damping
program EMAS. Untuk pelaksanaan SOP persalinan Puskesmas Negeri Lama
sudah membentuk tim, yang mana masing-masing petugas menjalankan tugas
sesuai fungsinya mulai pasien datang sampai diberi tindakan dan dirujuk ke
rumah sakit PONEK terdekat. Hasil pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.12
berikut :
Tabel 4.12 Matrik Pernyataan Informan mengenai Ketersediaan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Persalinan
Informan Pernyataan
Kepala Puskesmas “Ada..kita dari EMAS lah. Jadi kita semua PONED Labuhan Batu insyallah sama karena dapat EMAS. Yang dapat EMAS itu kita, Teluk Santosa, Sungai Barombang dan Labuhan Bilik. Empat puskesmas ini lah yang didampingi EMAS karena awalnya angka kematian kita yang tinggi daerah pantai ini, terutama jauh dari rumah sakit. Belum pernah ada dari Dinas Kesehatan. Jadi kita ada SOP setelah ada EMAS ini, dan pelayanan yang kita lakukan semua saran EMAS”.
jadi kasus ini kita rujuk karena memang kita tidak mampu menangani kasusnya dan takutnya nanti terjadi perdarahan jadi kita rujuk aja dengan pasien terpasang infus, karena sebelumnya kita usahakan dulu menolong melahirkan plasenta dengan pemberian obat yaa dek”.
Petugas PONED “SOP ada tapi itu pun setelah ada EMAS kita ada SOP kerja. Seperti dulu ada kasus, sibuk mencari alat, petugas bingung menanganinya. Untuk pelaksanaan terhadap SOP yang dibuat, kami sudah membentuk tim yang mana masing-masing petugas menjalankan tugas sesuai fungsinya mulai pasien datang sampai diberi tindakan dan dirujuk. Jadi kita masing-masing sudah tahu ngapain tugasnya. Ya kalau memeriksa pasti kita karena nanti takut salah diagnosa kan dan yang menolong juga kita, kalau pun ada adik-adik TKS yang menolong tetap harus kita damping. Jadi tugas adik-adik TKS ini menyiapkan alat-alat, memasang infus dan menemani merujuk ke rumah sakit saja”.
4.3.9 Alur Rujukan di Puskesmas PONED
4.3.9.1 Menerima Rujukan Persalinan dari Fasilitas Rujukan Dibawahnya Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap kasus persalinan
atau masalah kesehatan baik secara vertical, dalam arti unit yang berkemampuan
kurang kepada unit yang lebih mampu (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan menyatakan bahwa
sudah sering menerima rujukan kasus persalinan dari fasilitas rujukan
dibawahnya, yaitu mulai dari pasien tidak dapat ditangani oleh bidan desa dan
bidan praktek swasta (BPS) langsung dirujuk ke Puskesmas, kemudian di
Puskesmas pasien langsung ditangani oleh petugas kesehatan dan apabila pasien
tidak mampu ditangani oleh petugas puskesmas maka pasien tersebut akan dirujuk
Petugas kesehatan juga sudah melakukan sosialisasi keberadaan
puskesmas PONED kepada bidan desa dan masyarakat melalui minilokakarya dan
penyuluhan. Hasil pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut :
Tabel 4.13 Matrik Pernyataan Informan mengenai Menerima Rujukan Persalinan dari Fasilitas Rujukan Dibawahnya
Informan Pernyataan
Kepala Puskesmas “Bidan desa langsung merujuk ke Puskesmas kita tapi untuk bidan swasta, klinik swasta ada beberapa yang belum mengirim ke PONED kita seperti klinik sartika jadi mereka kadang langsung ke RS. Dilihat dulu lah apa kasusnya dapat ditangani bidan kita, kalau tidak bisa ditangani maka bidan kita langsung merujuk ke RSUD Rantau Prapat. Kalau kasusnya tanyakan sama bu Zainab atau kak Nurjalilah ya dek. Kita sudah melakukan pendekatan, supervisi ke bawah bidan desa, swasta dan BPS sudah turun. Kita sosialisasikan keberadaan PONED kita tapi ada beberapa yang memang tidak mau bekerjasama dengan kita, karena kita juga sudah mengharamkan bersalin di rumah. Siapa yang kedapatan kita akan, apalagi kematian terjadi”.
Bidan Koordinator “Kita sering menerima dari bidan desa, BPS, klinik swasta dan langsung kita tangani, kalau tidak bisa kita tangani langsung di rujuk ke RSUD Rantau Prapat dan semua tindakan yang kita lakukan harus berdasarkan SOP. Kasus yang sering dirujuk ke Puskesmas ini ada letak sungsang, letak lintang, retensio plasenta atau plasenta lengket dek dan ketuban pecah dini. Sosialisasi ada dengan bidan desa setiap bulan saat di kantor desa. Ya kita sosialisasikan tentang PONED nya ini dek dan agar bidan desa merujuk pasiennya ke puskesmas kita”.
kurang perhatian ke penyuluhan yang kita lakukan. Ya itu, kalau kita penyuluhan sedikit yang datang, kalau sudah sakit baru datang sama kita”.
Bidan Desa “Sering..Yang dirujuk letak sungsang, plasenta lengket, persalinan macet. Ya kalau merujuk harus ke Puskesmas dulu kan, kalau puskesmas tidak bisa menangani lalu dirujuk ke rumah sakit. Sosialisasi pelayanan persalinan ada itu waktu minilokakarya di kantor desa tetapi bukan hanya tentang persalinan aja, ada juga keberadaan tentang PONED nya, tapi yang paling sering rujukan KIA nya”.
Ibu Bersalin “Pernah, berapa kali ya mak? Empat kali lah di Posyandu. Dari POSYANDU, di bilang gini kalau mau melahirkan di rumah pun di rumah maupun disini, apa namanya ini? Ya di Puskesmas mbak. Kurang bagus lah mbak, lebih bagus waktu dulu kan mak? Waktu dulu tahun 2012 bagus ini mbak, gak ada perawatnya yang kecil semua besar-besar. Kalau sekarang kurang lah mbak. Karena bidan yang menolong saya kemarin sudah pindah terus ibu itu baik mbak, dekat juga mbak. Gak lah mendingan ke bidan Sartika lah mbak. perawatnya gak ada bagusnya, perawatnya berkumpul disana semua mbak. Saran apa mbak? gak ada lah mbak”.
4.3.9.2 Penanganan Kegawatdaruratan Persalinan
Berdasarkan hasil wawancara mengenai kasus persalinan yang pernah
ditangani di Puskesmas Negeri Lama, diperoleh kasus yang sering terjadi adalah
letak sungsang dan pre eklampsia ringan. Selain itu kasus pre eklampsia berat
(PEB), retensio plasenta dan perdarahan post partum juga pernah ditangani.
Setiap kasus harus diperiksa terlebih dahulu, seperti tekanan darah, temperature,
respirasi, detak jantung janin (DJJ) dan vaginal tosign (VT). Apabila kasus
tersebut tidak dapat ditangani maka puskesmas melakukan rujukan ke rumah sakit
PONEK terdekat. Petugas kesehatan juga melakukan stabilisasi kepada pasien
tempat rujukan, dan menghubungi pihak rumah sakit Rantau Prapat. Hasil
pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14 Matrik Pernyataan Informan mengenai Penanganan Kegawatdaruratan Persalinan
Informan Pernyataan
Bidan Koordinator “Kasusnya banyak ya dek, ada letak sungsang, pre eklampsia ringan, PEB terkadang juga tapi harus tetap distabilisasikan dengan MGSO4. Biasanya sama aja, kita periksa lah ibu hamilnya, kita ukur tekanan darah, suhu dan biasanya yang mengukur ya adik kita TKS ini. Kalau DJJ dan VT tetap harus kita takutnya nanti salah adik- TKS ini. Siap kita periksa, kita lihat kira-kira bisa gak untuk kita tangani dan kalau emang gak bisa kita tangani ya kita rujuk ke rumah sakit pakai SIJARIEMAS itu, seperti kasus retensio plasenta, ketuban pecah dini kita lakukan stabilisasi dengan cairan infus, baru kita buat surat rujuk pasien ke RSUD Rantau Prapat”.
Petugas PONED “Ya letak normal, kelainan letak sungsang insyallah dapat kita tangani karena pernah juga kita temui kasus seperti itu. Kalau letak lintang kan jelas gak kita terus kalau ada kasus emergensi seperti PEB, perdarahan post partum kita stabilisasikan dulu, lalu kita buat surat rujuknya ke RSUD Rantau Prapat dan pada kasus PEB satu atau dua terkadang ada yang partus di sini tapi tetap kita stabilisasikan karena PEB dengan MGSO4 kalau dengan perdarahan tetap pada pemberian cairannya”.
Bidan Desa “Kasusnya ya kasus letak sungsang, plasenta lengket
4.3.9.3 Pelaksanaan Rujukan Kegawatdaruratan Persalinan
Kebutuhan merujuk pasien tidak hanya dalam kondisi kegawatdaruratan
saja, tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan rawat
inap karena tim interprofesi tidak mampu melakukan atau peralatan yang
diperlukan tidak tersedia (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan diperoleh bahwa setiap
kasus persalinan yang tidak dapat ditangani harus segera dirujuk ke RSUD Rantau
Prapat, seperti letak lintang, PEB, ketuban pecah dini, retensio plasenta dan
perdarahan post partum. Sebelum kasus persalinan dirujuk maka pasien harus di
stabilisasi terlebih dahulu. Dalam merujuk kegawatdaruratan persalinan, petugas
kesehatan telah sesuai dengan standar rujukan, yaitu BAKSOKU. Hasil
pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut :
Tabel 4.15 Matrix Pernyataan Informan mengenai Pelaksanaan Rujukan Kegawatdaruratan Persalinan
Informan Pernyataan
Kepala Puskesmas “Ada lah kita rujuk ke rumah sakit RSUD Rantau Prapat. Dengan sistem yang dibuat EMAS juga. Ada kontak person dari RS sebelum merujuk kita menghubungi yang di sana dan di sana juga siap menerimanya. Yang membentuk itu semua EMAS”.
nanti pasien kenapa-napa kan dek, jadi karena di ambulance kita sudah ada tabung oksigen jadi kita tinggal memasangkan ke pasien nya saja”.
Petugas PONED “Ya itu yang tidak dapat ditangani seperti kelainan letak normal, letak lintang, ketuban pecah dini, PEB, perdarahan post partum dan panduan kita selalu partograf. Kita lengkapi dengan surat rujukan yang sesuai dengan identitasnya pakai apa? Pakai KTP kah atau BPJS dan umum, terus kita lengkapi dengan dst, terus kita jelaskan lah ke keluarga pasien kalau pasiennya harus kita rujuk ke rumah sakit Rantau Prapat. Tapi biasanya keluarga pasien ikut aja apa yang kita bilangin tentang kondisi pasien, mungkin juga gak kepikiran lagi apa yang kita bilangin karena takut pasien nya kenapa-napa jadi biasanya langsung di iya kan aja gitu. Terus kan dek karena keluarga pasien nya sudah setuju dan kita juga takut terjadi kenapa-napa pada pasien nya jadi langsung kita rujuk aja pasien nya ke rumah sakit Rantau Prapat. Tapi tetap kalau kita merujuk pasien harus pakai SIJARIEMAS tadi. Jadi bidan siapa yang merujuk pasien ketahuan dimana lokasinya. Memang bersyukur kali lah kita karena ada program EMAS”.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pelaksanaan Pelayanan Persalinan di Puskesmas Negeri Lama
Pada tahun 2011 Puskesmas Negeri Lama ditingkatkam menjadi
Puskesmas PONED. Sebelum meningkatkan menjadi Puskesmas PONED,
bangunan Puskesmas diperbaiki dan diperluas menjadi Puskesmas rawat inap.
Setelah ditunjuk menjadi salah satu Puskesmas PONED di Kabupaten Labuhan
Batu, Kepala puskesmas telah mengutus petugas kesehatan untuk dilatih PONED
dimana petugas kesehatan yang dilatih PONED tersebut terdiri dari tiga orang,
yaitu Dokter, Bidan dan Perawat.
Salah satu yang menjadi sasaran dari pelayanan Puskesmas PONED
adalah ibu bersalin yang mempunyai resiko tinggi. Berdasarkan hasil penelitian
bahwa pelaksanaan pelayanan persalinan di Puskesmas PONED Negeri Lama
belum sesuai dengan fungsi puskesmas PONED, dimana menurunnya kunjungan
pelayanan persalinan dan meningkatnya rujukan kasus persalinan. Hal ini dapat
dilihat dari data tahun 2015 bahwa cakupan kunjungan ibu bersalin yang dapat
ditolong di Puskesmas Negeri Lama sebanyak 523 (67,92%) orang. Kasus
persalinan yang dirujuk sebanyak 39 orang, seperti ketuban pecah dini (KPD)
sebanyak 17 orang, pre eklampsia berat (PEB) sebanyak 5 orang, partus macet
sebanyak 4 orang, post date sebanyak 2 orang, partus premature sebanyak 3
orang, previouse Caesar sebanyak 2 orang, retensio plasenta sebanyak 3 orang,
dan perdarahan post partum sebanyak 3 orang.
Pada bulan januari-juni tahun 2016 bahwa cakupan kunjungan ibu bersalin
persalinan yang dirujuk sebanyak 42 orang, seperti ketuban pecah dini (KPD)
sebanyak 13 orang, pre eklampsia berat (PEB) sebanyak 9 orang, partus macet
sebanyak 8 orang, partus premature sebanyak 3 orang, perdarahan post partum
sebanyak 3 orang, post date sebanyak 2 orang, previous caesar sebanyak 2 orang
dan retensio plasenta sebanyak 2 orang.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Kemenkes RI (2013), Puskesmas
PONED dapat melakukan pengelolaan kasus dan komplikasi tertentu sesuai
dengan tingkat kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan ke
rumah sakit atau rumah sakit PONEK. Kasus maternal 80% dapat ditangani di
tingkat pelayanan dasar yang berkualitas dan sesuai standar, seperti perdarahan
post partum, pre eklampsia ringan, persalinan macet, ketuban pecah dini (KPD)
dan sepsis, 20% perlu mendapatkan pelayanan rujukan yang berkulitas, seperti ibu
bersalin dengan panggul sempit, ibu bersalin dengan riwayat bedah sesar,
kehamilan ganda (gemeli), pre eklampsia dan eklampsia.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Ketersediaan Tenaga Kesehatan Terlatih APN/ PONED
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang sudah
mendapat pelatihan APN hanya tiga orang, yaitu bidan PNS dua orang dan dokter
satu orang, sedangkan tenaga kesehatan yang sudah mendapat pelatihan PONED
hanya dua orang, yaitu dokter dan bidan PNS. Namun ketika ditanyakan langsung
kepada bidan sebagai penanggung jawab PONED menyatakan bahwa belum ada
pelatihan PONED. Hal ini menunjukan bahwa kuantitas tenaga kesehatan terlatih
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Kemenkes RI (2013), Puskesmas
PONED dapat melaksanakan pelayanan persalinan atau kegawatdaruratan
persalinan harus mempunyai tim inti yang sekurang-kurangnya Dokter satu orang,
Bidan satu orang dan perawat satu orang yang sudah dilatih PONED, bersertifikat
dan mempunyai kompetensi PONED, serta tindakan mengatasi kegawatdaruratan
medik umumnya dalam rangka mengkondisikan pasien emergensi siap dirujuk
dalam kondisi stabil.
Menurut Vivianri (2011) menyatakan bahwa kekurangan sumber daya
manusia atau tim PONED karena sumber daya manusia atau tim PONED tersebut
tidak tinggal di puskesmas atau sedang tugas belajar dan dokter yang ada berasal
dari puskesmas lain, sehingga pelaksanaan pelayanan kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal tidak efektif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan PONED sudah pernah
dilakukan pada tahun 2011 yang terdiri dari tiga orang, yaitu dokter, bidan dan
perawat yang langsung ditunjuk oleh kepala puskesmas. Kurangnya tenaga
kesehatan terlatih PONED disebabkan adanya peningkatan jabatan dan
penempatan tugas, seperti dokter yang terlatih PONED menjadi kepala puskesmas
dan bidan dan perawat yang terlatih PONED pindah tempat tugas, sehingga
pelaksanaan pelayanan persalinan yang diberikan tidak optimal.
Untuk terlaksananya pelayanan persalinan di Puskesmas Negeri Lama,
maka upaya yang dilakukan kepala puskesmas kepada pimpinan Dinas Kesehatan
PONED, yaitu memberdayakan tenaga kesehatan lainnya yang belum pernah
mengikuti pelatihan PONED.
Hal ini tidak sesuai dengan Kemenkes RI (2013) apabila tenaga kesehatan
dalam tim inti tersebut pindah tugas, Dinas kesehatan wajib untuk menggantikan
dengan tenaga kesehatan (Dokter, Bidan dan Perawat) terlatih PONED melalui
pelatihan atau rekrutmen tenaga kesehatan terlatih.
5.2.2 Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Terlatih APN/ PONED
Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam pelaksanaan pelayanan
persalinan tenaga kesehatan terlatih APN/ PONED hanya siapsiaga pada shift pagi
saja, shift sore dan shift malam diwakilkan kepada tenaga kesehatan berstatus
PTT dan TKS yang belum terlatih APN/ PONED. Hal ini menunjukan bahwa
tenaga kesehatan yang bertugas memberikan pelayanan persalinan normal atau
kegawatdaruratan persalinan masih bersifat on call, dimana dalam setiap
menangani persalinan harus memanggil bidan penanggung jawab, yaitu petugas
PONED dan Bidan Koordinator yang tidak terlatih PONED. Selain itu petugas
PONED tidak selalu dapat datang untuk menangani persalinan disebabkan adanya
keperluan keluarga yang harus diurus dan tempat tinggal petugas PONED jauh
dari puskesmas.
Pelayanan persalinan akan dimanfaatkan masyarakat apabila tenaga
kesehatan yang dibutuhkan tersedia ditempat. Tenaga terlatih PONED harus
diatur penempatan, pemanfaatannya sesuai fungsi mereka dalam melaksanakan
pelayanan persalinan. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga
menerapkan ilmu yang diperoleh dari pelatihan tersebut dalam pelayanan
persalinan, seperti dokter yang terlatih PONED menjadi kepala puskesmas tidak
ikut serta dalam memberikan pelayanan persalinan dan bidan yang tidak terlatih
PONED ditunjuk sebagai penanggungjawab PONED.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pelayanan persalinan tidak terlaksana
dengan optimal, karena tenaga kesehatan yang terlatih tidak siapsiaga dalam
memberikan pelayanan persalinan khususnya kegawatdaruratan persalinan,
dimana kegawatdaruratan persalinan dapat ditangani oleh tenaga kesehatan yang
telah terlatih, seperti dokter, bidan dan perawat. Jadi diharapkan puskesmas
Negeri Lama untuk mengatur penempatan tenaga kesehatan yang telah terlatih
PONED tidak hanya bertugas sebagai kepala puskesmas, tetapi harus dapat
menjadi penanggungjawab karena dalam melaksanakan pelayanan persalinan di
puskesmas PONED harus memiliki seorang dokter yang terlatih PONED untuk
sebagai penanggungjawab pelayanan persalinan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lestari (2016) bahwa
kurangnya pemanfaatan pelayanan PONED oleh masyarakat, bidan desa atau
puskesmas non PONED dalam pelayanan persalinan dimana petugas kesehatan
PONED yang diinginkan tidak selalu ada ditempat. Selain itu menurut Tobing
(2014), bahwa tingginya rujukan kegawatdaruratan persalinan ke rumah sakit
PONEK karena berbagai sebab, antara lain tidak adanya petugas yang terlatih
PONED seperti dokter yang siapsiaga 24 jam dan sulitnya konsultasi dengan
Menurut Mubarak (2012), menyatakan bahwa syarat puskesmas PONED
salah satunya adalah memiliki dokter, bidan dan perawat terlatih PONED yang
siap melayani 24 jam.
5.2.3 Kualitas Tenaga Kesehatan Terlatih APN/ PONED
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan tenaga kesehatan dalam
menangani persalinan nomal maupun kegawatdaruratan belum merata. Tenaga
kesehatan yang mampu menangani persalinan di Puskesmas Negeri Lama, yaitu
bidan koordinator dan petugas PONED yang sudah terlatih APN/ PONED dan
terbiasa dipanggil masyarakat untuk membantu ibu bersalin. Tenaga kesehatan
PTT dan TKS hanya dapat membantu proses persalinan dengan mempersiapkan
peralatan dan menginfus pasien saja. Dimana hasil wawancara dengan bidan
koordinator menyatakan bahwa tenaga kesehatan yang tidak terlatih APN hanya
mempersiapkan peralatan dan menginfus ibu mau melahirkan saja.
Salah satu faktor keberhasilan pelayanan persalinan yaitu tersedianya
kualitas tenaga kesehatan yang baik. Kualitas yang baik apabila pelaksana
pelayanan persalinan memiliki penguasaan keterampilan yang dibutuhkan agar
dapat menyampaikan pelayanan persalinan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Puskesmas Negeri Lama memiliki tenaga
kesehatan yang tidak terampil dalam melaksanakan pelayanan persalinan. Tenaga
kesehatan yang kurang mampu, kurang cakap dan tidak terampil, mengakibatkan
pelayanan persalinan tidak dapat dilaksanakan secara optimal dengan cepat dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Novita (2015) mengenai
rujukan KIA di Puskesmas Hamparan Perak dan Puskesmas Bandar Khalifah
menyatakan bahwa ada perbedaan kualitas antara yang sudah terlatih PONED
dengan yang belum terlatih PONED, dimana yang sudah terlatih PONED
umumnya lebih baik pengetahuannya dan lebih percaya diri dalam menangani
kasus-kasus kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir karena tenaga yang dipilih
untuk mengikuti pelatihan PONED adalah tenaga yang memiliki kualitas baik.
Menurut Siwi dan Endang (2015), menyatakan bahwa suatu kualitas pelayanan
dikatakan baik, apabila pemberi pelayanan memiliki konsistensi kinerja dan sifat
dapat dipercaya (reliabilitas), daya tanggap (responsivitas), penguasaan
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa
sesuai dengan kebutuhan pelangan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kesehatan tidak
semua memiliki kemampuan melaksanakan pelayanan persalinan karena tenaga
kesehatan yang belum terlatih APN/ PONED pada umumnya masih berumur
muda, belum memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup sehingga
menyebabkan kurangnya keterampilan dalam melaksanakan pelayanan persalinan.
Kurangnya keterampilan menyebabkan hal yang sangat fatal dalam penyelamatan
nyawa seorang ibu bersalin karena tenaga kesehatan yang paling dekat pada
masyarakat yang secara khusus diberikan kepercayaan untuk memberikan
Hasil ini sejalan dengan pendapat Mubarak (2012), bahwa hambatan dan
kendala puskesmas dalam penyelenggaran PONED, yaitu memiliki mutu SDM
yang rendah dan keterampilan yang kurang. Selain itu Siwi dan Endang (2015)
menambahkan bahwa kurangnya keterampilan bidan disebabkan oleh usia yang
relatif muda sehingga terkadang kurang percaya diri dalam mengambil keputusan
dan terbatasnya fasilitas pengembangan keterampilan bidan karena biaya dan
waktu juga tenaga yang melatih terbatas.
Menurut Handayani (2011) sumber daya manusia bertugas merespon
tuntutan publik dalam rangka peningkatan pemberdayaan para pelaksana program
sehingga tercipta sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam memberikan pelayanan. Banyak yang dapat dilakukan antara
lain dengan pelatihan teknis, peningkatan mutu pelayanan dan manajemen,
maupun diklat-diklat lainnya sehingga akan mencapai kemampuan yang efektif
dan efisien.
Agar pelayanan persalinan dapat terlaksana dengan optimal, maka perlu
diberikan kesempatan untuk menangani persalinan dengan didampingi oleh tenaga
kesehatan yang terlatih APN/ PONED dan diperlukan mengikuti pelatihan yang
berkelanjutan supaya memiliki pengalaman dan keterampilan dalam
melaksanakan pelayanan persalinan sehingga pelaksaan pelayanan persalinan
tidak hanya dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mendapat pelatihan APN/
5.2.4 Ketersediaan Peralatan dan Obat-Obatan dalam Pelayanan Persalinan
Hasil wawancara dengan informan di Puskesmas Negeri Lama di dapat
bahwa peralatan dan obat-obatan dalam pelayanan persalinan di Puskesmas
Negeri Lama cukup memadai, tetapi masih ada beberapa peralatan yang rusak dan
obat-obatan yang belum tersedia dalam mendukung pelaksanaan pelayanan
persalinan. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa
ada beberapa peralatan persalinan yang belum lengkap dan rusak, yaitu: speculum
sims (kecil, medium, besar), vakum ekstraktor, dan lampu periksa halogen.
Sedangkan untuk obat-obatan dalam pelayanan persalinan yang belum tersedia
adalah: cairan MGSO4, Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg, Metil ergometrin
maleat tablet 75 mg, Misoprostal tablet, Transfuse set dewasa, Hidralazin injeksi 5
mg, Labetolol injeksi 10 mg, dan Metildopa tablet 250 mg.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Surahwardy (2013)
menyatakan bahwa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pelayanan
PONED adalah beberapa alat ada yang tidak tersedia. Penelitian serupa oleh
Mustain (2013), menyatakan bahwa sarana dan prasarana sebagian besar sudah
lengkap di Puskesmas Jumpandang Baru, namun ada beberapa alat yang tidak
tersedia dikarenakan belum adanya kiriman alat lainnya dari Dinas kesehatan,
seperti pispot sendok stainless, vulsellum forceps, urine bag, speculum doyen dan
vakum ekstraktor. Salah satu faktor yang harus dipenuhi suatu puskesmas
sarana dan prasarana yang lengkap, sehingga dapat menangani kasus persalinan
dengan baik.
Menurut Kemenkes RI (2013) disebutkan bahwa dalam menyelenggarakan
pelayanan PONED puskesmas harus menyediakan obat dan bahan habis pakai
(lampiran 2 dan lampiran 3), baik jenis dan jumlahnya harus cukup dengan buffer
stock minimal sesuai dengan kebutuhan. Menurut Wijono (2004) agar hasil
pelaksanaan kegiatan jasa pelayanan kesehatan dapat bermutu perlu
merencanakan kelengkapan fasilitas, peralatan kedokteran dan obat-obatan yang
cukup dan bermutu dengan sebaik-baiknya, sehingga memberikan kepuasan
kepada pada tenaga medis dan para medis pelaksana pelayanan kesehatan.
Salah satu upaya agar peralatan dan obat-obatan di puskesmas tersedia
untuk mendukung pelaksanaan pelayanan persalinan adalah mengajukan
permohonan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu. Dinas Kesehatan
Kabupaten Labuhan Batu bertanggung jawab menyediakan peralatan medis dan
bekerjasama dengan BPOM (badan pengawasan obat dan makanan) Labuhan
Batu bertanggung jawab untuk menyediakan obat-obatan. Namun sampai saat ini
pengiriman peralatan dan obat-obatan dalam mendukung pelayanan persalinan
bersifat bertahap, pada hal peralatan dan obat-obatan sangat dibutuhkan dalam
pelayanan persalinan.
Kurangnya peralatan dan obat-obatan menjadi salah satu kendala dalam
pelaksanaan pelayanan persalinan yang optimal, dimana peralatan dan obat-obatan
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan pelayanan
peralatan dan obat-obatan yang dibutuhkan tersedia, seperti kasus perdarahan
post partum yang membutuhkan peralatan, seperti lampu periksa halogen,
speculum sims besar dan obat-obatan, seperti: Metil ergometrin maleat injeksi 0,2
mg (1 ml), Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet), Misoprostol (tablet) dan
transfusi set dewasa. Tidak tersedianya peralatan dan obat-obatan menyebabkan
kasus perdarahan post partum tidak dapat ditangani oleh tenaga kesehatan
sehingga harus dirujuk dengan cepat ke RS PONEK terdekat supaya kematian ibu
bersalin karena terlambat memperoleh fasilitas pelayanan yang lebih memadai
tidak terjadi.
5.2.5 Ketersediaan Transportasi Rujukan Persalinan
Hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa sarana transportasi
rujukan telah tersedia, yaitu satu unit ambulance dan supir pribadi Puskesmas
Negeri Lama yang siapsiaga selama 24 jam. Sarana transportasi rujukan telah
dimanfaatkan oleh bidan desa dalam merujuk pasien kasus retensio plasenta ke
Puskesmas Negeri Lama, dimana bidan desa yang merujuk tersebut berasal dari
Desa Negeri Baru yang jaraknya ± 10 km.
Kemudian dengan letak strategis yang dimiliki Puskesmas Negeri Lama,
yaitu terletak di Desa Negeri Lama (tepatnya di belakang Pajak Negeri Lama)
sekitar 300 m dari pinggir jalan raya dapat mempermudah masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan persalinan di Puskesmas Negeri Lama dengan
kendaraan pribadi. Masyarakat yang berkunjung ke puskesmas biasa
menggunakan kendaraan sendiri, seperti kendaraan roda dua dan empat, karena