Lampiran 1 JADWAL TENTATIF PENELITIAN
No Aktivitas 1 Pengajuan judul
penelitian 8 Revisi proposal
penelitian 9 Uji Validitas &
Reliabilitas 10 Pengumpulan
data 15 Mengumpulkan
Lampiran 2 LEMBAR PENJELASAN SUBYEK PENELITIAN
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Saya Zeverly Zilvia, mahasiswi semester VII Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai bahan referensi, dapat memberikan pendidikan kesehatan, serta dapat dijadikan sebagai pengembangan penelitian yang berkaitan dengan ilmu keperawatan.
Oleh karena itu saya meminta kesediaan Saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan sukarela dan tanpa paksaan. Saya akan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan serta mengajukan beberapa pertanyaan seputar aktivitas fisik, tingkat stress, konsumsi kafein, merokok serta siklus menstruasi yang dialami. Saya mengharapkan saudari menjawab semua pertanyaan dengan kejadian sebenar-benarnya yang dialami.
Identitas pribadi Saudari sebagai partisipan akan dirahasiakan dan informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini, Saudari tidak akan dikenakan baiaya apapun. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Saudari bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya siapkan.Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Saudari dapat langsung menanyakan kepada Saya sebagai peneliti.
Demikian informasi ini saya sampaikan.Atas bantuan dan kesedian Saudari menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.
Medan, Peneliti,
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama (Inisial) : ………
Usia : ………
Stambuk : ………
Setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara”, dengan ini menyatakan BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* untuk ikut serta berpartisipasi dengan menjadi objek penelitian.
Medan, ………
Peneliti, Yang membuat
pernyataan
Zeverly Zilvia
………
Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR- FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA Data Demografi
A. Identitas Sampel 1. Nama (Inisial) :
2. Usia :
3. Stambuk :
B. Data Antropometri
Berat Badan : kg
Tinggi Badan : cm
C. Pola Hidup
1. Apakah anda mengkonsumsi minuman ber-kafein? (seperti : teh, kopi, minuman berkarbonasi,coklat atau susu coklat)
Ya Tidak
2. Jika Ya, sejak kapan mengkonsumsi minuman ber-kafein?
1-2 tahun yang lalu 3-5 tahun yang lalu >5 tahun yang lalu
3. Berapa banyak anda mengkonsumsi minuman ber-kafein dalam satu hari?
AKTIVITAS FISIK
Apakah Anda sering melakukan aktivitas berat yang dapat menyebabkan peningkatkan dalam bernafas atau denyut nadi sekurang-kurangnya 10 menit secara terus-menerus? (seperti mengangkat atau membawa benda berat, berjalan cepat, berlari, berenang, naik turun tangga, bersepeda, bermain dengan banyak menggerakkan lengan, dll).
Dalam seminggu, berapa hari anda melakukan aktivitas berat? Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk melakukan aktivitas berat dihari tersebut?
Apakah Anda sering melakukan aktivitas fisik sedang yang dapat menyebabkan sedikit peningkatan dalam bernafas atau denyut nadi sekurang-kurangnya 10 menit secara terus-menerus? (seperti: menyetrika, merawat tanaman, menjahit, mengetik, mencuci baju dengan tangan, menjemur pakaian, berjalan kecepatan sedang, serta berbagai kegiatan yang dikerjakan dengan dengan berdiri atau duduk yang banyak menggerakkan lengan, dll).
Dalam seminggu, berapa hari Anda melakukan aktivitas fisik sedang?
Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk melakukan aktivitas sedang dihari tersebut? Apakah Anda berjalan atau menggunakan sepeda sekurang-kurangnya 10 menit secara terus-menerus sebagai alat transportasi? Dalam seminggu, berapa hari Anda berjalan atau mengendarai sepeda sekurang-kurangnya 10 menit secara terus-menerus? Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk berjalan atau
Ya Tidak
Jika tidak langsung ke nomor 4
Jika tidak langsung ke nomor 7
10.
bersepeda pada hari tersebut?
Apakah Anda melakukan olahraga berat seperti lari pada waktu luang yang dapat menyebabkan peningkatan pernafasan dan denyut nadi sekurang-kurangnya 10 menit secara terus-menerus?
Dalam seminggu, berapa hari anda berolahraga pada waktu luang?
Berapa banyak waktu yang Anda gunakan untuk berolahraga berat pada hari tersebut?
Apakah Anda melakukan olahraga sedang seperti berjalan cepat, bersepada, berenang yang dapat menyebabkan sedikit peningkatan bernapas dan denyut nadi sekurang-kurangnya 10 menit secara terus-menerus?
Dalam seminggu, berapa hari Anda berolahraga sedang setiap hari?
Berapa banyak waktu yang Anda gunakan untuk berolahraga sedang pada hari tersebut?
Berapa banyak waktu luang yang Anda habiskan untuk duduk atau bersandar setiap hari?
Ya Tidak
Jika tidak langsung ke nomor 13
TINGKAT STRESS Keterangan:
0 : Tidak ada atau tidak pernah
1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang 2 : Sering
3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat.
No. Aspek Peniliaian 0 1 2 3
1. Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele 2. Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi 3. Kesulitan untuk relaksasi/bersantai
4. Mudah merasa kesal
5. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas
6. Merasa tidak sabar dalam menghadapi suatu situasi
7. Mudah tersinggung 8. Sulit untuk beristirahat 9. Mudah marah
10. Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang mengganggu
11. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan
12. Pada keadaan kritis atau mendesak Anda merasa ada yang mencekam
13. Tidak dapat memaklumi hal apapun yang
menghalangi anda untuk menyelesaikan hal yang sedang Anda lakukan
SIKLUS MENSTRUASI
Siklus menstruasi: jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya
1. Apakah anda mencatat/mengingat siklus menstruasi anda?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah siklus menstruasi anda selama ini berkisar 21-35 hari?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah siklus menstruasi anda selama ini <21 hari?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah siklus menstruasi anda selama ini >35 hari?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah siklus menstruasi anda selama ini teratur?
Lampiran 8 Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Lambda 1 .761
2 .858
3 .846
4 .800
5 .841
6 .916
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range
Maximum /
Minimum Variance N of Items
Item Means Part 1 .720 .667 .833 .167 1.250 .006 5a
Part 2 .673 .433 .867 .433 2.000 .030 5b
Both Parts .697 .433 .867 .433 2.000 .016 10
Item Variances
Part 1 .204 .144 .230 .086 1.600 .002 5a
Part 2 .203 .120 .254 .134 2.125 .003 5b
Both Parts .203 .120 .254 .134 2.125 .002 10
RELIABILITAS KUESIONER PENELITIAN (AKTIVITAS FISIK DAN SIKLUS MENSTRUASI)
KODE
Kode
Responden ya/tidak
konsumsi sejak
konsumsi perhari
Kategori Konsumsi
kafein Koding
Lampiran 12
Frequencies
Statistics Usia
N Valid 84
Missing 0
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 18 tahun 10 11.9 11.9 11.9
19 tahun 19 22.6 22.6 34.5
20 tahun 23 27.4 27.4 61.9
21 tahun 26 31.0 31.0 92.9
22 tahun 5 6.0 6.0 98.8
23 tahun 1 1.2 1.2 100.0
Total 84 100.0 100.0
Stambuk
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2012 21 25.0 25.0 25.0
2013 21 25.0 25.0 50.0
2014 21 25.0 25.0 75.0
2015 21 25.0 25.0 100.0
TB
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak 8 9.5 9.5 9.5
ya 76 90.5 90.5 100.0
Aktivitas Fisik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Siklus Menstruasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak normal (<21, >35 hari) 27 32.1 32.1 32.1
Normal 57 67.9 67.9 100.0
Lampiran 13 Nonparametric Correlations
Correlations
IMT
siklus
menstruasi
Spearman's rho IMT Correlation Coefficient 1.000 -.048
Sig. (2-tailed) . .667
N 84 84
siklus menstruasi Correlation Coefficient -.048 1.000
Sig. (2-tailed) .667 .
N 84 84
Correlations
konsumsi kafein
siklus
menstruasi
Spearman's rho konsumsi kafein Correlation Coefficient 1.000 .024
Sig. (2-tailed) . .827
N 84 84
siklus menstruasi Correlation Coefficient .024 1.000
Sig. (2-tailed) .827 .
Correlations
aktivitas fisik
siklus
menstruasi
Spearman's rho aktivitas fisik Correlation Coefficient 1.000 .176
Sig. (2-tailed) . .108
N 84 84
siklus menstruasi Correlation Coefficient .176 1.000
Sig. (2-tailed) .108 .
N 84 84
Correlations
tingkat stress
siklus
menstruasi
Spearman's rho tingkat stress Correlation Coefficient 1.000 .028
Sig. (2-tailed) . .798
N 84 84
siklus menstruasi Correlation Coefficient .028 1.000
Sig. (2-tailed) .798 .
Lampiran 14 Taksasi DanaPenelitian
No Nama Kegiatan Biaya
1. Proposal
Penelusuran literatur dari internet Fotokopi literatur dari buku Kertas 2. Pengumpulan Data
Transportasi
Penggandaan kuesioner dan lembar persetujuan responden
Souvenir penelitian
Rp 150.000,- Rp 150.000,-
Rp 500.000,- 3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan
Pencetakan Skripsi
Lampiran 15
Cangkeh Nan XX Lubuk Begalung Padang, Sumatera Barat.
Nama Institusi TK Islam Budi Mulia
1999-2000 2000-2006 2006-2009 2009-2012
Riwayat Organisasi :
DAFTAR PUSTAKA
Allisworth, J. E. Clarke, J. Pelpert, J. F, et al. (2007). The influence of stress on the menstrual cycle among newly incarcerated women. Journal of Womens
Health Issues, 17(4),202-209.
Anwar, M. Baziad, A. Prabowo, P. (2011). Ilmu kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo.
Arief.Mansjoer, dkk.(2007). Kapita Selecta Kedokteran Edisi 3.Jakarta : Medica Aesculpalus, FK UI.
Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Berek, J.S, 2007. Reproductive Physiologi.In: Berek & Novak’s Ginecology. 14th Ed. California: Lippincot William & Wilkins, 252-283.
Bobak, dkk.(2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.Jakarta; Buku Kedokteran EGC.
Chrousos, G.P, dkk (1998). Interactions between the hypothalamic- pituitary adrenal axis and the female reproductive system: clinical implicationts.
Journal of Ann Intern Med, 129: 229-246.
Cunningham, F.G. (2005). Obstetri Wiliams Edisi 21. Jakarta : BukuKedokteran EGC.
Dars, S. Sayed, K., & Yousufzal, Z. (2014). Relationship of menstrual irregularities to BMI and nutritional status in adolescent girls.Journal of
Pak J Med Sci, 30, 140-144.
Depkes RI (2013). Riset kesehatan dasar. Diakses pada 1 Desember 2015, dari
Faradis, M. Keterhubungan antara faktor gangguan Menstruasi mahasiswi STKIP
Pasundan Cimahi.tenaga pengajar di Jurusan Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi. Bidang keahlian Anatomi, Faal, Faal Praktikum, dan Ilmu Kesehatan.
Fenster, et al. (1999).Caffeine consumption and menstrual function.Journal of
Epidemiology The Johns Hopkins University School of Hygiene and Public Health, 149, 6.
Gharavvi, A. M. (2009). Menstrual cycle patterns of college students in Gorgan. Northeast of Iran: identify its association with sociodemographic factors.
Journal of Erciyes Medical, 31(4), 331-338.
Gotteroa, C., Broglioa, F., Prodama, F., Destefanisa, S., Bellonec, S., Bensoa, A., Gaunab, C., Arvata, E., A.J. Van der lelyb and Ghigoa, E. 2004. Ghrelin: A Link between Eating Disorders, Obesity and Reproduction. Nutritional
Neuroscience, 7 (5/6): 255–270.
Han, T. S. Sattar, N., & Lean, M. (2006).Assessment of obesity and its clinical implication, ABC of obesity.Journal of BMI, 333, 696-698.
Harahap, J. S. (2013). Hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi
pada mahasiswi fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010, 2011, 2012, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hendarto, H (2011). Gangguan Haid/ Perdarahan Uterus Abnormal. Dalam Anwar, M. Baziad, A. Prabowo, P. (2011). Ilmu kandungan (hal. 161-185). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo.
Idrus & Kunanto (1990).Istilah yang Berhubungan dengan Status Gizi.Dalam Supariasa, I. D. N. Bakri, B., & Fajar, I. (2014).Penilaian status gizi (hal. 17-25). Jakarta: EGC.
Jelliffe (1966). Antropometri Gizi. Dalam Supariasa, I. D. N. Bakri, B., & Fajar, I. (2014).Penilaian status gizi (hal. 26-86). Jakarta: EGC.
Khamdan, H. Y. Aldallal, K. M. Almoosa, E. M, et al. (2014). The impact of menstrual periods on physical conditions, academic performance and habits of medical students.Journal of Womens Health Care, 3, 1-4.
Kusmiran, E. (2014). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Kyrou, I., Weickert, M. O., 2010. Clinical Problems Caused by Obesity. Diunduh dari
Lestari, T.R, dkk. (2014). Stres dengan siklus menstruasi mahasiswa angkatan
empat STIKES WIRA MEDIKA, PPNI BALI, Bali.
Llewellyn, Derek. Dan Jones. (2002). Dasar-dasar Obstetri dan Ginecologi. Jakarta: Hipokrates: 208-212.
Mahmoud, A. Z. Makhdoom, A. N. Mufti, L. A, et al. (2014).Association between menstrual disturbances and habitual use of caffeine.Journal of Taibah
university Medical Science, 9(4), 341-344.
Mardiana, dkk.(2013). Hubungan Status Gizi Remaja dengan Siklus Menstruasi di
SMA NEGERI 1 Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun 2013.STIKES
Mukti, P. (2014). Faktor Risiko kejadian Endometriosis.Unnes Journal of Public
Health, 3 (3), 1-10.
Naibaho, W.N. (2014). Hubungan antara tingkat aktivitas fisik dan siklus
menstruasi pada remaja di SMA warga Kota Surakarta, Universitas negeri
Surakarta, Surakarta.
Notoatmodjo.(2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Parama, M.A. (2015).Hubungan antara minum kopi dan keteraturan siklus
menstruasi pada mahasiswi pendidikan dokter UNS Surakarta,
Universitas Negeri Surakarta, Surakarta.
Pohan, D.E. (2014). Hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan pola
menstruasi pada mahasiswi jurusan olaharaga Universitas negeri Medan tahun 2014, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Polit & Beck.(2012). Nursing research generating and assessing evidence for
nursing practice. China: Wolters Kluwer Health.
Pratiwi, A. (2011). Hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi
siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.
Rachmawati, P.A. (2014). Hubungan Asupan Zat Gizi, Aktivitas Fisik, dan
Persentase Lemak Tubuh dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Penari. Universitas Diponegoro, Semarang.
Rakhmawati, A., Dieny, F. F., 2013. Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Gangguan Siklus Menstruasi Pada Wanita Dewasa Muda. Journal of
Nutrition College 2(1): 264-280.
Rehana, I. berawi, K, et al. (2015).Relationship obesity with the menstrual cycle on students SMAN 2 Bandar Lampung.Journal of Majority, 4, 35-39. Rose, K.J. (1988). The Body in Time. Canada: Publication Development Company
of Texas.
Samsulhadi (2011).Haid dan Siklusnya. Dalam Anwar, M. Baziad, A. Prabowo, P. (2011). Ilmu kandungan (hal. 73-91). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo.
Sherwood, L. (2007). Human physiology: from cells to systems. USA: Thomson Higher Education.
Sinha, R. Kapoor, A. K. Kapoor, S. (2010). Adiposity measures and menstrual cycle: do we envisage a relation?.Journal of Anthropology, 2011, 1-5. Sood, M. Devi, A. Szlinawati, et al. (2012). Poor correlation of stress levels and
menstrual patterns among medical students.Journal of Asian Behavioral
Studies, 2(7), 59-66.
Supariasa, I. D. N. Bakri, B., & Fajar, I. (2014).Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.
Supriyono, B., 2003. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Sindroma Prahaid. Syahdrajat, T. (2015).Panduan menulis tugas akhir kedokteran dan kesehatan.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Telli, M.H., Yildirim, M. and Noyan, V. 2002. Serum Leptin Levels in Patients with Polycystic Ovary Syndrome. Fertil Steril, 77: 932.
World Health Organization. (2004). Obesity: preventing and managing the global
epidemic.WHO Library Cataloguing-in-Publication Data. Geneva,
Switzerland.
Winkjosastro, Adrian dan Waspada.(2007). Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Definisi Operasional, Variabel Penelitian, dan Skala Pengukuran
Variabel Definisi Operasional Alat
Pengukuran
Hasil
Pengukuran Skala
Status Gizi Keadaan seimbang dalam mengkonsumsi Utara dimana dapat dinyatakan dengan penilaian status gizi yang dapat diukur dengan melihat indeks massa tubuh.
Timbangan
Aktivitas fisik
Stress
Kafein
Kegiatan fisik atau kegiatan sehari-hari
yang dapat mempertahankan
kebugaran fisik yang dilakukan oleh dirasakan oleh tubuh terhadap faktor yang mengancam untuk mengalahkan
kompensasi tubuh yang dialami oleh mahasiswi Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
Banyaknya konsumsi minuman ber-kafein seperti teh, kopi, coklat, susu coklat,
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampel 4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang berjumlah 494 orang.
4.2.2 Sampel
Kriteria inkulsi dan eksklusi sebagai berikut. a. Kriteria inklusi:
1. Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Berusia ≥19 tahun.
3. Sudah pernah mengalami siklus menstruasi.
b. Kriteria Ekslusi
1. Memiliki penyakit-penyakit keganasan atau kelainan pada saluran reproduksi seperti fibroid, kista, endometriosis, sindrom polikistik ovarium, infeksi pada saluran reproduksi maupun kelainan genetik lainnya.
2. Memiliki penyakit metabolik seperti diabetes mellitus.
Syahdrajat (2015), adapun perhitungan sampel adalah :
n = N 1 + Nd² Keterangan :
n : jumlah sampel N : jumlah populasi d : presisi
Pada penelitian ini ditetapkan presisi untuk tingkat signifikan sebesar 10% (0,1) sehingga berdasarkan rumus diatas besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
n = N 1 + Nd²
n = 494
1 + 494 (0,1)² n = 494
1 + 494 (0,01) n = 494
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebanyak 84 orang.
4.2.3 Teknik Sampel
Teknik sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan sistem undi dimana dituliskan semua nama mahasiswi lalu disetiap kelas diambil sebanyak 21 orang.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1 Lokasi Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Alasan pemilihan tempat dikarenakan mahasisiwi di Fakultas Keperawatan masuk kedalam usia dewasa muda serta dianggap lebih memahami tentang siklus menstruasi.
4.3.2 Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari pengajuan judul sampai dengan pengumpulan data dilakukan dari bulan Oktober 2015 sampai Juni 2016.
4.4 Pertimbangan Etik
Peneliti mengajukan proposal penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan
Etichal Clereance.
a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity). Pada penelitian ini, peneliti menghormati otonomi dari responden dengan mengikutsertakan partisipan yang bersedia menjadi responden dalam penelitian, memberikan penjelasan kepada responden tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian, prosedur penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang mungkin didapat dan kerahasiaan informasi yang telah tertuang pada informed consent.
b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and confidentiality). Peneliti merahasiakan informasi yang menyangkut privasi subjek penelitian. Pada penelitian ini peneliti hanya meminta inisial nama subjek peneliti.
c. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness). Penelitian ini dilakukan dengan prinsip keterbukaan dimana penelitian ini dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara professional. Prinsip keadilan dalam penelitian ini peneliti memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai kebutuhan dan kemampuan subjek penelitian.
d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harm and benefits). Peneliti mempertimbangkan manfaat (beneficience)
4.5 Instrumen Penelitian
4.5.1 Variabel status gizi diukur melalui antropometri tubuh dengan menanyakan berat badan dalam kilogram dan tinggi badan dalam sentimeter. Status gizi diukur dengan rumus indeks massa tubuh
IMT = Berat badan (kg) Tinggi badan (m)²
Status gizi normal (IMT normal) dengan nilai: 18,5-24,9 status gizi tidak normal (IMT tidak normal) dengan nilai: <18,5 atau >24,9.
4.5.2 Variabel konsumsi kafein dengan menggunakan kuesioner terstruktur berupa pertanyaan pada mahasiswi yang dijadikan subjek penelitian.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang dirancang oleh peneliti yang akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Untuk menentukan tingkat konsumsi kafein dikategorikan menjadi sedikit dengan nilai 1-2 gelas /hari, sedang dengan nilai 3-5 gelas /hari, dan banyak dengan nilai >5 gelas /hari.
4.5.3 Variabel tingkat stress diukur dengan menggunakan kuesioner Depression
Anxiety Stress Scales (DASS 42).
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner baku yang tidak akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Kuesioner berjumlah 14 pertanyaan, responden akan mengisi kuesioner dengan menggunakan
hampir setiap saat. Untuk menentukan tingkat stress dikategorikan menjadi normal dengan skor 0-14, ringan dengan skor 15-18, sedang dengan skor 19-25, parah dengan skor 26-33, dan sangat parah dengan skor >34.
4.5.4 Variabel aktivitas fisik menggunakan instrumen WHO Global Physical
Activity Questionnaire.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner baku yang tidak akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Kuesioner berjumlah 16 pertanyaan dengan pertanyaan tertutup mengenai aktivitas fisik yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menentukan tingkat aktivitas fisik dikategorikan menjadi aktivitas fisik ringan dengan skor <600 MET (lama hari x waktu /menit x <4 MET), aktivitas fisik sedang dengan skor 600-1500 MET (lama hari x waktu /menit x <4 MET), aktivitas fisik berat dengan skor >1500 MET (lama hari x waktu /menit x <8 MET).
4.5.5 Variabel siklus menstruasi dengan menggunakan kuesioner terstruktur berupa pertanyaan pada mahasiswi yang dijadikan subjek penelitian.
4.6 Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Validitas
Peneliti melakukan uji validitas terhadap instrumen penelitian dengan satu orang validity expert.Uji validitas pada instrumen ini diuji oleh dosen Departemen Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Nilai validitas instrumen dihitung menggunakan Koefisien Validitas Isi Aiken’s.Didapatkan nilai validitas instrumen dengan nilai 1.
4.6.2 Reliabilitas
Peneliti melakukan uji reliabilitas sebelum pengumpulan data di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kepada mahasiswi Ilmu Keperawatan STIKES Sumatera Utara Medan.Untuk uji realibilitas diambil 30 orang mahasiswi. Uji reliabilitas kuesioner penelitian ini akan menggunakan rumus KR-21 dan Cronbach Alpha. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Rumus K-R 21
r
11 =
�
��−1
�
(1
−
� (�−�)
���
)
(Arikunto, 2010) Dengan keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan m = skor rata-rata
Didapatkan nilai uji reliabilitas menggunakan KR-21 dengan nilai 0.82 dan nilai uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha dengan nilai 0.85
4.7 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Data primer pada penelitian ini adalah data status gizi, aktivitas fisik, tingkat stress, konsumsi kafein, dan siklus menstruasi. Data sekunder berupa jumlah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang masih aktif diperoleh dari dokumentasi data di bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU.
responden, setelah semua responden ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan peneliti akan membagikan kuesioner, setelah itu responden diberi waktu selama 30 menit untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kuesioner, peneliti mendampingi responden pada saat mengisi kuesioner agar responden dapat bertanya langsung kepada peneliti jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti. Setelah responden selesai mengisi kuesioner peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi. Setelah itu peneliti akan melanjutkan untuk analisa data.
4.8 Analisa Data 4.8.1 Pengolahan Data
Setelah data di dapatkan maka peneliti melakukan pengolahan data dengan lengkah-langkah sebagai berikut (Notoadmojdo, 2012):
a. Editing adalah kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kembali
kesalahan atau kekurangan dalam pengisian atau pengambilan identitas responden, mengecek kelengkapan data. Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan dilakukan pengecekan identitas responden, mengecek kelengkapan data dengan memeriksa isi instrumen pengumpulan data dari setiap variabel dan subvariabel sehingga terisi semuanya.
b. Coding adalah memberi kode tertentu secara berurutan dalam kategori
c. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing adalah memasukkan jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) ke dalam program komputer.
d. Pembersihan data (cleaning) adalah memeriksa kembali semua data dari setiap responden yang telah dimasukkan ke dalam program komputer untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
4.8.2 Analisis Data
a. Analisis Univariate (Analisis Deskriptif)
Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.Digunakan untuk memperoleh gambaran data demografi responden, variabel status gizi, konsumsi kafein, tingkat stress, aktivitas fisik dan siklus menstruasi yang ditampilkan dalam tabel frekuensi dan persentase.
b. Analisis Bivariate
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan data hasil penelitian dan pembahasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada tahun 2016, dengan jumlah responden sebanyak 84 orang. Selanjutnya penyajian hasil data penelitian meliputi data karakteristik responden, status gizi dalam indeks massa tubuh, tingkat stress, aktivitas fisik, siklus menstruasi dan menghubungkan setiap variabel dengan siklus menstruasi responden.
5.1.1. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian terhadap mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan responden semester II, IV, VI dan VIII, menunjukkan gambaran hasil penelitian tentang karakteristik responden yang mencakup usia, berat badan, tinggi badan, dan IMT.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan karakteristik (n=84)
Karakteristik Frekuensi Persentase
2. Kebiasaan konsumsi kafein pada mahasiwi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian, responden mayoritas mengkonsumsi kafein dalam tingkat sedikit sebanyak 74 orang (88.1%).
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase responden kebiasaan konsumsi kafein pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (n=84)
Konsumsi minuman berkafein
Frekuensi Persentase (%)
Tidak mengkonsumsi
3. Aktivitas Fisik pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas fisik pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara mayoritas memiliki aktivitas berat sebanyak 51 orang (60.7%).
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase aktivitas fisik pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (n=84)
Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase (%)
4. Tingkat Stres pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan tingkat stres pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara mayoritas stres tingkat normal sebanyak 34 orang (40.5%).
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat stres pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (n=84)
Tingkat Stres Frekuensi Persentase
Normal Ringan Sedang Berat
34 23 22 5
40.5 27.4 26.2 6.0
5. Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan persentase siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (n=84)
Siklus Menstruasi Frekuensi Persentase (%)
Teratur
5.1.2 Analisa Bivariat
1. Hubungan antara IMT dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara nilai IMT dengan siklus menstruasi.
Tabel 5.6 Hubungan antara IMT dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Status Gizi Siklus
Menstruasi
Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar -0.048, dimana memiliki hubungan dengan arah negatif antara nilai IMT dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Hubungan antara Konsumsi Kafein dengan Siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas keperawatan USU
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan konsumsi kafein dengan siklus menstruasi.
Tabel 5.7 Hubungan antara konsumsi kafein dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0.024, yang berarti terdapat hubungan antara konsumsi kafein dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi.
Tabel 5.8 Hubungan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Aktivitas Fisik Siklus
Menstruasi Responden
Teratur (n) (%) Tidak teratur
(n)
(%) Jumlah (n)
n (%)
Nilai
p
Ringan 5 55.6 4 44.4 9 10.7
Sedang 14 53.8 10 38.5 24 28.6 0,176
Berat 37 72.5 14 27.5 51 60,7
Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0.168, yang berarti tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan stres dengan siklus menstruasi.
Tabel 5.9 Hubungan stres dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Stres Siklus
Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0.028, yang berarti terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5.2 Pembahasan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5.2.1 Analisa Univariat a. IMT
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal, dimana dilihat dari nilai IMT responden, mayoritas yaitu dengan IMT normal sebanyak 61 orang (72.6%).
Penilaian antropometri tubuh salah satunya dengan mengukur IMT seseorang, dimana penilaian dengan mengukur berat badan dan tinggi badan.Perubahan berat badan memengaruhi fungsi menstruasi, penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan (Kusmiran, 2014).
hormone binding globulin (SHBG) yang rendah (Supriyono, 2003).
Ditambah lagi terjadi kelebihan androgen, estrogen terutama estron.Pada obesitas ditemukan interaksi adipokin dan Hipothalamus-Pituitary-Gonad
(HPG) axis serta leptin sebagai pleiotropic modulator keseimbangan
energy dan reproduksi. Peningkatan metabolisme hormon reproduksi didalam deposit jaringan adipos bisa menyebabkan kadar androgen dan estrogen dalam plasma yang abnormal yang berakibat pada gangguan pada aksis. Sex hormone binding globulin (SHBG) berperan dalam regulasi bioavabilitas dari hormon reproduksi. Pada obesitas terjadi penurunan kadar SHBG sehingga meningkatkan bioavabilitas kadar hormon (Kyrou, 2010).
Obese memiliki kadar insulin dan leptin yang tinggi. Leptin yang tinggi mempengaruhi steroidogenesis di ovarium dengan menghambat FSH dan
Insulin like Growth Factor-I (IGF-I) di folikel, sehinggan menggangu
sintesis estrogen di ovarium tetapi tidak pada sintesis progesteron.Mekanisme terjadinya gangguan siklus menstruasi berkaitan dengan akumulasi dari lemak yang berlebihan ataupun lemak yang sedikit yang menyebabkan gangguan fungsi Hipothalamus-Pitutary-Gonad
(HPG).(Telli et al, 2002). Pada resistensi insulin, dimana jumlah reseptor
2004).Androgen merupakan hormon yang diperlukan oleh tubuh (suprarenal, ovarium) untuk menghasilkan estrogen.Enzim yang diperlukan untuk mengubah androgen manjadi estrogen adalah aromatase.Jaringan yang mempunyai kemampuan untuk mengaromatisasi androgen menjadi estrogen adalah sel-sel granulose dan jaringan lemak. Sehingga, semakin banyak atau sedikit presentase jaringan lemak tubuh, semakin banyak ataupun sedikit estrogen yang terbentuk, yang kemudian dapat menggangu keseimbangan hormon (Supriyono, 2003).
b. Kebiasaan Konsumsi Kafein
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mengkonsumsi kafein dalam tingkat sedikit dimana mengkonsumsi 1-2 gelas/hari sebanyak 74 orang (88.1%).
Kafein terdapat dalam kopi, teh, minuman berkarbonasi, coklat, susu coklat dan beberapa obat-obatan. Kafein cepat diserap dari saluran pencernaan dan didistribusikan ke seluruh jaringan. Mekanisme dari kafein termasuk penghambatan hidrolisis siklik 3',5'adenosine monophosphate dan 3',5'-guanosin monophosphate dan antagonisme adenosine (Rail et al., 1990; Mahmoud, 2014).
karena itu, kafein dapat mengubah profil hormon dan dengan demikian mempengaruhi fungsi menstruasi (Rose, 1988).
c. Aktivitas Fisik
Hasil penelitian menunjukkkan bahwa mayoritas responden memiliki aktivitas fisik berat sebanyak 51 orang (60.7%).
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi menstruasi. Termasuk olahraga yang berlebihan (Kusmiran,2014).
Aktivitas fisik berat memiliki faktor risiko untuk mengalami amenorrhea, anovulasi, dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen (Kusmiran, 2014).
d. Stres
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat stres dalam rentang normal sebanyak 34 orang (40.5%).
Stres dapat mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi karena stres memicu peningkatan kadar hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH) dan hormon glukokortikoid sehingga menghambat sekresi hormon
Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH) yang akan menyebabkan
Dalam mempengaruhi siklus menstruasi, stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita.Chrousus, dkk (1998) menjelaskan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom yaitu aktivasi amygadla pada sistem limbik.Sistem ini menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu Chorticotropic
Releasing Hormone (CRH). Hormon ini akan secara langsung menghambat
sekresi GnRH hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan endorfin dan ACTH ke dalam darah. Peningkatan ACTH akan menyebabkan peningkatan pada kadar kortisol darah. Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH dalam bentuk Folikel
Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormone (LH) dan nantinya
akan mempengaruhi terjadinya proses menstruasi (Sherwood, 2009) e. Siklus Menstruasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki siklus menstruasi teratur dimana dalam rentang waktu 21-35 hari, sebanyak 57 orang (67.9%) dan sebanyak 27 orang (32.1%) memiliki siklus menstruasi tidak teratur, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.
secara berkala akibat terlepasnya endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran dan pada saluran reproduksi normal, ovarium berperan penting dalam proses ini, karena bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).
Jenis siklus menstruasi yang tidak normal, seperti menstruasi yang terjadi setiap 3 sampai 6 minggu sekali, menstruasi yang terjadi setiap 2 sampai 3 minggu sekali dan menstruasi terjadi hanya 2 kali setahun. Sikus menstruasi yang tidak teratur berdampak pada gangguan kesuburan (Llewellyn, 2001)
5.2.2 Analisa Bivariat
a. Hubungan IMT dengan Siklus Menstruasi
Tabel 6 menunjukkan hubungan IMT dengan siklus menstruasi responden.Dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan IMT normal dan siklus menstruasi yang teratur sebanyak 44 orang (72.1%). Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar -0.048, dimana memiliki hubungan dengan arah negatif antara nilai IMT dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan.Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan amenorrhea (Kusmiran, 2014).
Amenorea primer umumnya penyebabnya lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik.Amenorea sekunder biasanya disebabkan karena kehidupan wanita, pada keadaan patologis seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor dan penyakit infeksi, sedangkan pada keadaan fisiologis pada saat menarke, hamil, menyusui dan menopause.Biasanya terjadi pada perempuan dengan
underweight atau pada aktivitas berat dimana cadangan lemak
menstruasi dengan nilai p sebesar 0,037. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa wanita dengan obesitas memiliki risiko gangguan keteraturan siklus menstruasi 1,89 kali lebih besar dari wanita dengan status gizi yang normal. Hal ini dikaitkan dengan kandungan estrogen. Diketahui bahwa wanita dengan obesitas umumnya memiliki kadar estrogen yang relatif tinggi, menyebabkan gangguan pada perkembangan folikel yang akan mempengaruhi siklus menstruasi dan menimbulkan risiko ketidakteraturan siklus mentruasi.
Hasil penelitian ini, tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faradis tentang Keterhubungan antara Faktor Gangguan Menstruasi mahasiswi STKIP Pasundan Cimahi tidak didapatkan hubungan bermakna (p=0,191) antara IMT dengan gangguan menstruasi. Walaupun demikian, siswi dengan gangguan menstruasi memiliki rerata IMT lebih tinggi (IMT=22,3) dibandingkan siswi yang tidak mengalami gangguan menstruasi (IMT=20,8). Penelitian lain yang dilakukan oleh Mardiana, dkk (2013) tentang Hubungan Status Gizi Remaja dengan siklus menstruasi di SMA Negeri 1 kajen kabupaten Pekalongan Tahun 2013 analisa hasil penelitian menggunakan uji statistik chi square, diperoleh value 0,530 (>0,05) berarti Ho gagal ditolak yang menunjukkan tidak ada hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi.
b. Hubungan Konsumsi Kafein dengan Siklus Menstruasi
Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan konsumsi kafein sedikit dan siklus menstruasi teratur sebanyak 50 orang (59.5%). Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0.024, yang berarti terdapat hubungan antara konsumsi kafein dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Mekanisme aksi kafein antara lain adalah penghambatan hidrolisis siklik 3',5'-adenosine monophosphate dan 3',5'-guanosine monophosphate dan juga antagonisme adenosine, memungkinkan kafein mengubah profil hormone yang dapat memengaruhi menstruasi (Rail et al., 1990; Mahmoud, 2014).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Parama
(2015) tentang Hubungan Antara Minum Kopi dan Keteraturan Siklus
Menstruasi pada Mahasiswi Pendidikan Dokter UNS Surakarta bahwa hasil analisis data penelitian yang menggunakan Chi Square didapatkan nilai
X2= 6,763 dengan taraf signifikansi α= 0,05.
Ada hubungan yang bermakna dan korelasi yang lemah antara minum kopi dan keteraturan siklus menstruasi pada Mahasiswi Pendidikan Dokter UNS Surakarta.Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fenster et al (1999) tentang Caffeine Consumption and Menstrual Function terdapat hubungan antara konsumsi kafein dengan siklus menstruasi dengan nilai
signifikan terhadap konsumsi kafein dengan siklus menstruasi, adanya peningkatan risiko pada fase luteal jika peningkatan pada konsumsi kafein. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mukti (2013) tentang Faktor Risiko kejadian Endometriosis, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi kafein dengan kejadian endometriosis di Surakarta. Hasil penelitian tersebut didasarkan pada uji chi square diperoleh p value 0,225
lebih kecil dari nilai α 0,05. Nilai OR pada penelitian tersebut adalah 0,602
(OR<1) dengan CI 0,285-1,275 (mencakup angka 1) yang menunjukkan bahwa konsumsi kafein belum tentu faktor risiko.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat teori dan penelitian yang mendukung bahwa terdapat hubungan antara konsumsi kafein dengan siklus menstruasi. c. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Siklus Menstruasi
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan aktivitas fisik berat dan siklus menstruasi teratur sebanyak 37 orang (72.5%).
Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0.168 dimana yang berarti tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi menstruasi.Aktivitas fisik berat memiliki faktor risiko untuk mengalami
amenorrhea,anovulasi, dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang
aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen (Kusmiran, 2014).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2014) tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan lama menstruasi pada mahasiswi dengan nilai p-value = 0,268. Hal ini menyatakan bahwa aktivitas fisik tidak berpengaruh besar pada lama menstruasi seseorang. Lama menstruasi normal adalah 3-7 hari selama periode menstruasi. Aktivitas fisik yang berat lebih berpengaruh kepada gangguan menstruasi seperti sindrom pramenstruasi dan dismenore (kram perut menjelang dan pada saat menstruasi). Aktivitas fisik yang berlebih juga menyebabkan stress, dimana stress merupakan salah satu faktor penyebab gangguan siklus menstruasi.
dilakukan oleh Faradis tentang Keterhubungan antara Faktor Gangguan Menstruasi mahasiswi STKIP Pasundan Cimahi dalam penelitian tersebut didapatkan hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan gangguan menstruasi. Duapertiga responden yang mengalami gangguan menstruasi justru aktif secara fisik, sedangkan duapertiga responden yang tidak mengalami gangguan menstruasi justru tidak aktif.Aktivitas berlebihan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi hipotalamus yang menyebabkan gangguan pada sekresi GnRH. Hal tersebut menyebutkan
menarche yang tertunda dan gangguan siklus menstruasi dengan perubahan
metabolisme steroid yang mempengaruhi pelepasan gonadotropin.Aktivitas fisik yang terlalu tinggi sehingga tidak mampu dikompensasi oleh tubuh dapat menyebabkan gangguan endokrin dalam tubuh salah satunya ketidakteraturan siklus menstruasi.
d. Hubungan Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi
Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan stress dalam tingkat normal dan siklus menstruasi teratur sebanyak 23 orang (67.6%).
Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0.028, yang berarti terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan proklatin atau
endogenous opiat yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan
menurunkan hormone lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea.Stres dapat mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi karena stres memicu peningkatan kadar hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH) dan hormon glukokortikoid sehingga menghambat sekresi hormon
Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH) yang akan menyebabkan
fluktuasi kadar hormon FSH dan LH sehingga terjadi proses proliferasi dan sekresi yang memanjang atau memendek dan menyebabkan siklus menstruasi memanjang atau memendek (Kusmiran, 2014).
yang tidak mengalami stress, sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lestari (2014) terdapat keterlibatan faktor-faktor lain terhadap keteraturan siklus menstruasi, seperti kondisi fisik, gaya hidup, stres, usia, psikis, dan status aktivitas dan olahraga responden. Dalam penelitian Lestari (2014) didapati hubungan dengan keteraturan siklus menstruasi dan hubungan yang ditunjukkan sangat signifikan, yaitu 0,001.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 84 responden pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi pada Mahasiwsi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara antara lain: IMT, kebiasaan konsumsi kafein, dan stres.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan
Sebagai profesi Perawat, perlu kiranya diberikan pendidikan kesehatan kepada wanita usia reproduksi untuk merubah gaya hidup sehat.
6.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya
1. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, tergantung pada kemampuan responden pada saat memberikan jawaban. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan instrumen yang lebih spesifik. 2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melihat pengaruh terhadap
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Menstruasi
Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap wanita, dimana terjadinya peristiwa pengeluaran darahmenandakan bahwa organ dalam kandungan telah berfungsi dengan matang (Kusmiran,2014).
Pada definisi klinik, menstruasi dinilai berdasarkan tiga hal.Pertama, siklus menstruasi yaitu jarak antara hari pertama menstruasi dengan hari pertama menstruasi berikutnya.Kedua, lama menstruasi, yaitu jarak dari hari pertama menstruasi sampai perdarahan menstruasi berhenti, dan ketiga jumlah darah yang keluar selama satu kali menstruasi. Menstruasi dikatakan normal apabila didapatkan siklus menstruasi tidak kurang dari 24 hari, tetapi tidak melebihi 35 hari, lama menstruasi 3-7 hari, dengan jumlah darah selama menstruasi berlangsung tidak melebihi 80 ml, ganti pembalut 2-6 kali per-hari (Anwar,dkk, 2011).
2.2 Fisiologi Menstruasi
2.2.1 Perubahan Histologik pada Ovarium dalam Siklus Haid
Selama satu siklus pertumbuhan folikel secara berurutan mulai dari awal siklus dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal. Sejak saat lahir, terdapat banyak folikel primordial di bawah kapsul ovarium, setiap folikel mengandung sebuah ovum matur.Pada permulaan setiap siklus, beberapa folikel membesar, dan terbentuk suatu rongga di sekitar ovum.Rongga ini terisi oleh cairan folikel.Cairan folikel memiliki kandungan estrogen yang tinggi, dan banyak dari estrogen ini berasal dari sel-sel granulosa.
menstruasi) dan akhirnya diganti oleh jaringan ikat, membentuk korpus albikans (Ganong, 2003).
2.2.2 Perubahan Histologik Endometrium
Siklus akhir menstruasi, semua endometrium kecuali lapisan-lapisan dalam telah terlepas.Di bawah pengaruh estrogen dari folikel yang sedang tumbuh, ketebalan endometrium cepat meningkat dari hari kelima sampai keempat belas siklus menstruasi.Seiring dengan peningkatan ketebalan, kelenjar-kelenjar uterus tertarik keluar sehingga memanjang, tetapi kelenjar-kelenjar-kelenjar-kelenjar tersebut belum berkelok-kelok atau mengeluarkan sekresi.Perubahan endometrium ini disebut proliferatif, dan bagian siklus menstruasi ini kadang-kadang disebut fase proliferatif.Fase ini juga disebut fase praovulasi atau folikular.
Setelah ovulasi, vaskularisasi endometrium menjadi sangat meningkat dan endometrium agak sembab di bawah pengaruh estrogen dan progesteron dari korpus luteum.Kelenjar-kelenjar mulai bergulung-gulung dan menggumpar, lalu mulai menyekresikan cairan jernih.Akibatnya, fase siklus ini disebut fase sekretorik atau luteal.Pada akhir fase luteal, endometrium, seperti hipofisis anterior, menghasilkan prolaktin, tetapi fungsi prolaktin endometrium ini tidak diketahui.
sebelahdalam yang tidak terlepas, stratum basal, dialiri darah oleh arteri basilaris yang pendek dan lurus.
Sewaktu korpus luteum mengalami regresi, pasokan hormon untuk endometrium terhenti.Endometrium menjadi lebih tipis, yang menambah gulungan-gulungan arteri spiralis.Muncul fokus-fokus nekrosis di endometrium, dan fokus-fokus ini kemudian bersatu.Juga terjadi spasme lalu nekrosis dinding arteri spiralis, menyebabkan timbulnya perdarahan berbecak yang kemudian menyatu dan menghasilkan darah menstruasi.
Ditinjau dari fungsi endometrium, fase proliferatif siklus menstruasi merupakan pemulihan epitel dari menstruasi sebelumnya, dan fase sekrotik mencerminkan persiapan uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi.Panjang fase sekrotik sangat konstan, yaitu 14 hari, dan variabel lama siklus menstruasi tampaknya sebagian besar disebabkan oleh variasi panjang fase proliferatif. Bila tidak terjadi pembuahan selama fase sekretorik, endometrium terlepas dan dimulai siklus baru (Ganong,2003).
2.3 Gangguan Siklus Menstruasi
Hendarto (2011) membagi gangguan menstruasi dan siklusnya menjadi beberapa macam, yaitu: gangguan lama dan jumlah darah menstruasi yang terbagi menjadi hipermenorea (menoragia), dan hipomenorea, ganggguan siklus menstruasi seperti polimenorea, oligomenorea, dan amenorea, gangguan perdarahan di luar siklus menstruasi yaitu menometroragia dan ada gangguan lain yang berhubungan dengan siklus menstruasi seperti dismenore dan sindroma pramenstruasi.
Perubahan pada lamanya siklus menstruasi terbagi menjadi polimenorea, oligomenorea, dan amenorea.Poliamenorea adalah menstruasi dengan siklus yang lebih pendek dari normal yaitu kurang dari 21 hari. Pendarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid yang biasa. Bila siklus memendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi memendek atau kedua stadium memendek. Penyebab poliamenorea bermacam-macam antara lain gangguan endokrin yang menyebabkan gangguan ovulasi, fase luteal memendek, dan kongesti ovarium karena peradangan.
diberikan bila oligoamenorea disertai dengan obesitas dan infertilitas karena mungkin berhubungan dengan sindroma metabolik.
Amenorea adalah tidak terjadi menstruasi pada seorang perempuan dengan mencakup salah satu tiga tanda dari: pertama, tidak terjadi menstruasi sampai usia 14 tahun, disertai tidak adanya pertumbuhan atau perkembangan tanda kelamin sekunder. Kedua, tidak terjadi menstruasi sampai usia 16 tahun, disertai adanya pertumbuhan normal dan perkembangan tanda kelamin sekunder. Ketiga, tidak terjadi menstruasi untuk sedikitnya selama tiga bulan berturut-turut pada perempuan yang sebelumnya pernah haid.
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi
Faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi, Kusmiran (2014): a. Faktor Hormon
Hormon-hormon yang dapat mempengaruhi menstruasi pada seseorang wanita yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis, estrogen yang dihasilkan oleh ovarium, Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis, serta progesterone oleh ovarium. b. Faktor Enzim
Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolism sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
c. Faktor Vaskular
Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium.Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena dan hubungan di antara keduanya.Dengan regresi endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.
d. Faktor Prostaglandin
kontraksi myometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
Sedangkan Kusmiran (2014) mengatakan menurut penelitian mengenai faktor risiko dari variabilitas siklus menstruasi adalah sebagai berikut:
a. Berat badan
Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi menstruasi.Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan.Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan amenorrhea.
b. Aktivitas Fisik
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi menstruasi.Atlet wanita seperti pelari, senam balet memiliki faktor risiko untuk mengalami amenorrhea, anovulasi, dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing
Hormon (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level
dari serum estrogen. c. Stres
Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan proklatin atau
endogenous opiat yang dapat mempengaruhi elevasi kortisol basal dan
d. Diet
Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi.Vegetarian berhubungan dengan anovulasi, penurunan respons hormon pituitari, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun).Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan.Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan amenorrhea.
e. Paparan lingkungan dan kondisi kerja
Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang.Paparan agen kimiawi dapat mempengaruhi/ meracuni ovarium, seperti beberapa obat anti-kanker (obat sitotoksik) merangsang gagalnya proses di ovarium termasuk hilangnya folikel-folikel, anovulasi, oligomenorrhea, dan
amenorrhea. Neuropletik berhubungan dengan amenorrhea.
Tembakau pada rokok berhubungan dengan gangguan pada metabolism estrogen sehingga terjadi elevasi folikel pada fase plasma estrogen dan progesteron.Faktor tersebut menyebabkan risiko infertilitas dan menopause yang lebih cepat.Hasil penelitian pendahuluan dari merokok dapat juga menyebabkan dysmenorrhea, tidak normalnya siklus menstruasi, serta perdarahan menstruasi yang banyak.
f. Sinkronisasi proses menstrual (interaksi sosial dan lingkungan)
fungsi hormonal adalah hormon-hormon reproduksi. Adanya pherohormon yang dikeluarkan oleh setiap individu yang dapat mempengaruhi prilaku individu lain melalui persepsi dari penciuman baik melalui interaksi dengan individu jenis kelamin sejenis maupun lawan jenis, serta dapat menurunkan variabilitas dari siklus menstruasi dan sinkronisasi dari onset menstruasi.
g. Gangguan endokrin
Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, sertahipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi.Prevalensiamenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes.Penyakit polystic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin, dan oligomenorrhea.Amenorrhea dan oligomenorrhea pada perempuan dengan penyakit polystic ovarium berhubungan dengan insensitivitas hormon insulin dan menjadikan perempuan tersebut obesitas.Hipertiroid berhubungan dengan oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea.Hipotiroid berhubungan dengan polymenorrhea dan
menorraghia.
h. Gangguan perdarahan
Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga, yaitu: perdarahan yangberlebihan/banyak, perdarahan yang panjang, dan perdarahan yang sering. Terminologi mengenai jumlah perdarahan meliputi: pola aktual perdarahan, fungsi ovarium, dan adanya kondisi patologis. Abnormal
gangguan perdarahan menstruasi.Dysfungsional Uterin Bledding (DUB) adalah gangguan perdarahan dalam siklus menstruasi yang tidak berhubungan dengan kondisi patologis. DUB meningkat selama proses transisi menopause.
2.4.1 Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi. Sedangkan status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Idrus & Kunanto, 1990).
Penilaian status gizi terbagi menjadi dua yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Idrus & Kunanto,1990). Penilaian antropometri dalam sudut pandang gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
massa tubuh (IMT), rasio pinggang-pinggul (waist-to-hip ratio), lingkar lengan atas, tebal lipatan kulit, Bioelectrical Impedance Analysis, dan Hydrostatic
weighing.
Penggunaan IMT sebagai parameter dalam menentukan total lemak tubuh seseorang memiliki beberapa keuntungan dan kekurangan dibandingkan dengan cara yang lain. Pengukuran IMT dapat memperkirakan total lemak tubuh dengan perhitungan yang sederhana, cepat, dan murah dalam populasi tertentu. Pengukuran IMT rutin dilakukan dan sering digunakan dalam studi-studi epidemiologi, namun terdapat kekurangan dimana IMT tidak dapat menjelaskan tentang distribusi lemak dalam tubuh seperti pada obesitas sentral maupun obesitas abdominal maupun menggambarkan jaringan lemak viseral.Nilai IMT yang tinggi belum tentu karena jaringan lemak tapi dapat juga karena jaringan otot (Han,2006).
Berikut ini kategori IMT menurut WHO (2004).
Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh
Berdasarkan metode pengukuran IMT menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011, menentukan IMT dilakukan dengan cara sampel diukur
Kategori Indeks Massa Tubuh
Underweight
Healthy
Overweight
Obese
Morbidly Obese
terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya dan dimasukkan ke dalam rumus untuk mendapatkan besar indeks massa tubuh. Berikut adalah rumus untuk mendapatkan besar IMT :
IMT = Berat badan (kg) Tinggi badan (m)²
Penilaian status gizi secara klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi.Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapis
clinical surveys).Survei ini dirancang untuk mengetahui status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.