• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana

menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap

RSUD Dr. Pirngadi Medan

SKRIPSI

Oleh :

Dini Angriani Hrp 111101127

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya serta menganugerahkan kesehatan dan kesempatan bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana menurut Persepsi

Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(5)

5. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu serta memberikan arahan dan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep, selaku dosen penguji I skripsi saya di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

7. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep., selaku dosen penguji II skripsi saya di Fakultas Universitas Sumatera Utara

8. Ibu Yesi Ariyani, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing akademik, seluruh dosen dan pegawai Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

9. Orang tua tercinta Ayahanda Marasehat Harahap dan Ibunda Suhartini yang telah memberi kasih sayang, doa dan pengorbanan selama ini diberikan kepada penulis.

10.Saudara yang saya sayangi Aisyah Fitriani Harahap dan Peri Perdian yang telah banyak memberi dukungan, semangat, motivasi dan bantuan kepada penulis.

(6)

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini yang sifatnya membangun. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk peningkatan dan pengembangan ilmu dan praktik keperawatan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2015 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

2. Komunikasi interpersonal ... 12

2.1 Pengertian komunikasi interpersonal ... 12

2.2 Tujuan komunikasi interpersonal ... 15

2.3 Ciri-ciri komunikasi interpersonal ... 16

2.4 Komunikasi interpersonal antara perawat dan klien ... 18

2.5 Teknik - teknik dalam komunikasi interpersonal ... 24

2.6 Faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal ... 27

3. Persepsi ... 29

3.1. Pengertian persepsi... 29

3.2. Faktor-faktor ysng mempengaruhi persepsi ... 29

Bab 3 Kerangka penelitian ... 31

1. Kerangka penelitian ... 31

2. Definisi operasional ... 31

Bab 4 Metodologi penelitian ... 33

1. Desain penelitian ... 33

2. Populasi, sampel dan teknik sampling ... 33

(8)

2.2. Sampel... 33

5. Instrumen penelitian... 38

6. Validitas dan reliabilitas ... 40

6.1. Validitas ... 40

1.1. Deskriptif data demografi responden ... 45

1.1.1. Data demografi perawat ... 45

1.1.2. Data demografi klien ... 45

1.2. Gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien ... 47

1.2.1 Komunikasi interpersonal perawat pelaksana berdasarkan persepsi perawat... 47

1.2.2 Komunikasi interpersonal perawat pelaksana berdasarkan persepsi klien ... 49

2. Pembahasan ... 52

Bab VI Penutup 1. Kesimpulan... 60

2. Saran ... 61

Daftar pustaka ... 63

Lampiran-lampiran ... 66

Lampiran 1. Informed consent ... 67

Lampiran 9. Tabel hasil komunikasi interpersonal perawat menurut perawat ... 88

(9)

Lampiran 11. Tabel hasil komunikasi interpersonal perawat

menurut klien ... 95

Lampiran 12. Tabel hasil jawaban responden klien ... 96

Lampiran 13. Master tabel data demografi perawat ... 102

Lampiran 14. Master tabel data demografi klien... 105

Lampiran 15. Master tabel data komunikasi interppersonal perawat menurut perawat ... 108

Lampiran 16. Master tabel data komunikasi interpersonal perawat menurut klien ... 111

Lampiran 17. Surat etik penelitian ... 115

Lampiran 18. Surat izin survey... 116

Lampiran 19. Surat balasan survey ... 117

Lampiran 20. Surat izin reliabilitas ... 118

Lampiran 21. Surat balasan reliabilitas ... 119

Lampiran 22. Surat izin pengumpulan data ... 120

Lampiran 23. Surat balasan penelitian ... 122

Lampiran 24. Surat terjemahan abstrak ... 124

Lampiran 25. Lembar bukti bimbingan ... 125

Lampiran 26. Riwayat hidup... 127

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi operasional komunikasi interpersonal

Perawat pelaksana ... 31 Tabel 4.1 Populasi dan jumlah sampel penelitian di ruang rawat inap

RSUD Dr. Pirngadi Medan... 35 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data

demografi responden perawat ... 46 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data

demografi responden klien ... 46 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase komunikasi

interpersonal menurut perawat ... 47 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden

perawat mengenai komunikasi interpersonal ... 48 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase komunikasi

interpersonal menurut klien ... 50 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Komunikasi ... 9

(12)

Judul : Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

Nama : Dini Angriani Hrp

NIM : 111101127

Fakultas : Keperawatan

Tahun Akademik : 2014 / 2015

ABSTRAK

Komunikasi merupakan sarana dalam membina hubungan perawat dan klien. Komunikasi sangatlah penting dan sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antar dua orang atau lebih, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini berlangsung secara tatap muka dan sifatnya dua arah atau timbal balik baik verbal maupun non-verbal. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan dan klien yang sedang berada di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Sampel yang didapat sebanyak 74 perawat dengan teknik yang digunakan adalah simple random sampling dan 99 klien dengan teknik yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil analisa data diperoleh bahwa dari 74 perawat mengatakan bahwa perawat telah melakukan komunikasi interpersonal dengan baik sebanyak 66 perawat (89,2%) dan dari 99 klien mengatakan bahwa perawat melakukan komunikasi interpersonal sudah cukup baik sebanyak 76 klien (76,8%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan pelaksanaan komunikasi interpersonal perawat untuk membantu penyembuhan klien dan meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal dalam praktik keperawatan serta upaya peningkatan kualitas pelayanan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

(13)

Title of the Thesis : Description of Interpersonal Communication of Nurse Practitioners According to the Perception of Nurses and Clients in the Inpatient Room of RSUD Dr. Pirngadi, Medan

Name of Student : Dini Angriani Hrp

Std. ID Number : 111101127

Faculty : Nursing

Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

Communication is a means to develop the relationship between nurses and clients. It is very important effective in facilitating nurses to carry out the role and function properly. Interpersonal communication is a communication between two or more people in direct contact like a conversation. This kind of communication is done face to face with two way method or reciprocal, either verbal or non -verbal. The research used descriptive design which was aimed to find out the description of interpersonal communication between nurse practitioners and clients in the Inpatient Wards of RSUD dr. Pirngadi, Medan. The population was nurse practitioners who were on duty in the Inpatient Wards of RSUD dr. Pirngadi, Medan and clients who were being treated in the Inpatient Wards. The samples were 74 nurse practitioners, taken by using simple random sampling technique, and 99 clients, taken by using purposive sampling technique. The result of the research showed that 66 nurses (89.2%) said that they had done good interpersonal communication, and 76 clients (76.8%) said that they had done good interpersonal communication. The result of this research was expected to be beneficial to increase the implementation of nurses’ interpersonal communication in helping patients recover from their illness, to increase skill in interpersonal communication in nursing practice, and increase the quality of service at RSUD dr. Pirngadi, Medan.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.

Latar belakang

Perawat mempunyai kemampuan, tanggung jawab, dan kewenangan dalam melaksanakan atau memberikan perawatan kepada klien yang mengalami masalah kesehatan. Seorang perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan (skill and knowledge) tentang keperawatan termasuk keterampilan berkomunikasi di dalam setiap prosedur tindakan keperawatan. Proses komunikasi yang dilakukan oleh perawat bertujuan untuk menjaga kerjasama yang baik dengan klien dalam membantu memenuhi kebutuhan kesehatan klien. Kerjasama yang dilakukan ditandai dengan adanya pertukaran perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan yang harmonis dengan klien (Potter & Perry, 2005).

Nurhasanah (2009) menyatakan bahwa komunikasi dibagi atas 6 tingkatan, yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal (antar pribadi), komunikasi publik, komunikasi massa, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi. Dari keenam tingkatan komunikasi tersebut, komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia.

(15)

Semua klien pada dasarnya selalu mengharapkan pelayanan yang optimal sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Salah satu cara memberikan pelayanan yang baik yaitu dengan cara membangun komunikasi interpersonal yang efektif. Ada lima hal yang dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal, yaitu openness (keterbukaan), empathy (empati), supportiveness (sikap mendukung), possitiveness (sikap positif) dan equality (kesetaraan) (Hanafi, 2012).

Komunikasi interpersonal mempunyai keunikan karena proses interpersonal berhubungan dengan proses yang bersifat psikologis. Proses psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Proses psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal karena dalam komunikasi interpersonal, individu mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, diri orang lain (Mundakir, 2006).

(16)

Komunikasi yang baik sangat berperan dalam membantu mengatasi masalah klien. Komunikasi yang baik dari seorang perawat, mampu memberikan kepercayaan diri bagi klien. Dalam hal ini, sikap perawat mulai dari senyum yang penuh ketulusan, kerapian berpakaian, sikap familiar, cara berbicara (berkomunikasi) yang mamberikan kesan menarik dan mencirikan seorang perawat yang berkepribadian yang dibutuhkan untuk menjadi obat pertama bagi klien (Ellis, et al. 1999).

Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang serius bagi perawat maupun klien. Perawat yang enggan berkomunikasi, menunjukkan wajah yang tegang, ekspresi wajah yang marah dan tidak ada senyum akan berdampak negatif bagi klien. Klien akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap perawat atau tenaga kesehatan lainnya jika bersikap seperti diatas. Kondisi seperti ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan klien (Mundakir, 2006).

Hasil penelitian di RSIA Pertiwi Makasar diketahui bahwa lebih dari 50% yaitu sebanyak 65,7% responden atau berjumlah 67 responden dari total 102 responden menyatakan bahwa komunikasi interpersonal perawat baik, sebanyak 27,5% responden menganggap bahwa komunikasi interpersonal perawat sudah cukup baik dan 6,8% masih menganggap bahwa komunikasi interpersonal perawat kurang baik terhadap klien (Kartika,2013).

(17)

cukup baik dan 0% mengatakan baik (Hanafi, 2012) . Oleh karena itu, dari hasil pengamatan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi

perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.”

2.

Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah ”Bagaimana Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana

menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD dr.Pirngadi Medan?”

3.

Pertanyaan penelitian

3.1.Bagaimana komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

3.2.Bagaimana komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

4.

Tujuan penelitian

4.1.Mengetahui gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.

(18)

5.

Manfaat penelitian

5.1. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi dan pengetahuan tambahan mengenai gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap sebagai bahan kajian dalam ceramah dan tutorial di pendidikan keperawatan.

5.2. Bagi penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi referensi, bahan masukan dan sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut terkait komunikasi interpersonal perawat.

5.3. Bagi pelayanan keperawatan

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep komunikasi

1.1 Pengertian komunikasi

Kata atau istilah komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin yaitu ”communicatus” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”.

Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan (Nurhasanah, 2009).

Komunikasi adalah elemen dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontak mata dengan orang lain. Komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, sehingga orang sering salah berpikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Komunikasi adalah proses kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya (Potter & Perry, 2005).

(20)

1.2

Tujuan komunikasi

Mundakir (2006) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari atau lebih spesifik kehidupan perawat dalam menjalankan perannya, perawat tidak dapat lepas dari keberadaan orang lain. Hubungan yang baik akan sangat membantu perawat dalam menjalankan tugasnya, baik kepada teman sejawat, tim kesehatan lain maupun kepada pasien dan keluarga pasien. Kepentingan perawat untuk mendapatkan atau menyampaikan laporan yang jelas dan lengkap dari teman sejawat (perawat) yang dinas sebelumnya, menyampaikan perkembangan pasien kepada tim kesehatan lain (dokter, petugas gizi, fisioterapis atau petugas kesehatan lainnya) serta menyampaikan informasi yang jujur dan jelas kepada pasien dan keluarga pasien adalah contoh pentingnya komunikasi yang efektif bagi perawat dalam menjalankan tugasnya.

(21)

yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan diterima oleh pasien. Keempat, menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu sesuai keinginan kita bukanlah hal mudah, disini perlu adanya pendekatan-pendekatan agar pasien percaya dan yakin bahwa apa yang kita harapkan untuk dilakukan tersebut benar-benar dapat bermanfaat bagi pasien ataupun komunikan yang lain.

1.3

Fungsi komunikasi

Mundakir (2006) mengatakan bahwa dalam aktifitas keseharian, fungsi komunikasi sangat luas dan menyentuh pada banyak aspek kehidupan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa fungsi komunikasi. Pertama, sebagai informasi, pengumpulan, penyimpanan, penyebaran berita, data, gambar, fakta pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Kedua, sebagai sosialisasi. Dengan komunikasi, sesuatu yang ingin disampaikan dapat disebarluaskan ke masyarakat luas. Fungsi sosialisasi ini sangat efektif bila dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

(22)

dilakukan melalui komunikasi yang baik dan efektif. Kelima, komunikasi sosial, dimana penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan (Mundakir, 2006).

1.4

Elemen proses komunikasi

Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa komunikasi terjadi pada suatu tingkat sosial, dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya terlibat dalam kontak intrapersonal dan interpersonal. Proses ini sangat dinamis dimana makna pesan dinegosiasikan oleh orang tersebut. Ketika komunikasi berlangsung, orang tersebut mungkin sadar dan mungkin juga tidak sadar akan setiap elemen komunikasi. Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Proses Komunikasi (Potter & Perry, 2005) Variabel

interpersonal

Refere n

Salur

Penerima Pengirim

(23)

Dari gambar di atas, masing-masing elemen akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Referen

Referen adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Referen memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Referen dapat berupa objek, pengalaman, emosi, ide atau tindakan.

b. Pengirim

Pengirim adalah orang ataupun kelompok yang menyampaikan pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain (komunikan) dan diharapkan kepada pihak lain yg menerima pesan tersebut memberikan respon (feedback). c. Pesan

Pesan adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh pengirim. Pesan dapat disampaikan dengan cara langsung atau lisan, tatap muka, dan melalui media atau saluran. Pesan terdiri dari simbol bahasa verbal dan non-verbal (misalnya kata-kata yang diucapkan, ekspresi wajah atau gerakan tubuh).

d. Saluran

(24)

e. Penerima

Penerima adalah orang yang menerima pesan yang dikirimkan. Perawat belajar untuk ikut serta dalam komunikasi interpersonal untuk menginterpretasikan komentar pasien.

f. Respons

Komunikasi adalah proses yang terus-menerus. Penerima membalas mengirimkan pesan kepada pengirim. Respons ini membantu untuk mengungkapkan apakah makna dari pesan tersebut tersampaikan. Dalam mencapai keefektifan dalam berkomunikasi, keduanya harus peka dan terbuka atas pesan satu sama lain. Dalam hubungan sosial, kedua belah pihak yang terlibat mengambil tanggung jawab yang sama untuk mencari keterbukaan dan kejelasan, mengingat perawat memiliki tanggung jawab yang besar dalam hubungan antara perawat dan klien.

1.5

Tingkatan komunikasi

Nurhasanah (2005) menyatakan agar tercapai komunikasi efektif sesuai tujuan, perlu dipilih tingkat komunikasi yang digunakan, berikut adalah beberapa tingkatan komunikasi :

1)

Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri baik disadari maupun tidak.

2)

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara

(25)

3)

Komunikasi publik adalah komunikasi antar seorang pembicara dengan sejumlah besar orang yang tidak bisa dikenal satu persatu.

4)

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan.

5)

Komunikasi kelompok sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu dengan lainnya dan memandang mereka bagian dari kelompok tersebut.

6)

Komunikasi organisasi bersifat formal dan juga informal dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok.

Dalam penelitian ini penulis membahas mengenai komunikasi interpersonal karena komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sangat efektif dilakukan perawat dan pasien dalam hal merubah perilaku pasien dalam penyembuhan.

2. Komunikasi interpersonal

2.1 Pengertian komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal (Nurhasanah, 2006).

(26)

perawat dan pasien yang menimbulkan respon atau umpan balik. Seperti yang kita lihat dalam bagan di bawah ini:

Gambar 2. Komunikasi interpersonal dalam keperawatan (Ellis, 1999)

Dari gambar diatas pesan dan umpan balik berasal dari informasi. Diagram diatas menunjukkan komunikasi dua arah yang saling timbal balik. Sumber (perawat) menyampaikan pesan kepada penerima pesan (pasien). Baik pesan-pesan yang bersifat informatif, persuasif dan koersif. Dalam hal ini penerima pesan (pasien) akan memberi umpan balik kepada sumber informasi (perawat), baik pesan itu diterima atau ditolak oleh penerima pesan (Ellis, dkk., 1996).

Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman pesan antara dua orang atau lebih dengan efek dan feedback langsung. Komunikasi interpersonal juga merupakan suatu pertukaran yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Makna adalah sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut. Selain itu, makna juga merupakan kesamaan pemahaman di antara

Sumber

(Informasi)

Pesan

Penerima

Pesan

(27)

orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi ( Nasir, et al., 2011).

Komunikasi interpersonal juga menyangkut aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi (interpersonal), melibatkan dengan siapa kita berkomunikasi dan bagaimana hubungan dengan partner. Dalam komunikasi interpersonal dilakukan pemahaman komunikasi dan hubungan interpersonal dari individu, yang disebut dengan proses psikologis. Proses psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal karena dalam komunikasi interpersonal individu mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, diri orang lain, dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dapat berpengaruh pada komunikasi dan hubungan interpersonal, karena individu-individu menggunakan sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku ( Nasir, et al., 2011).

(28)

2.2 Tujuan komunikasi interpersonal

Nurhasanah (2006) menyatakan komunikasi interpersonal memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar, membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti, berubah sikap dan tingkah laku, untuk bermain dan kesenangan, dan untuk membantu. Di bawah ini akan dijelaskan masing-masing tujuan komunikasi interpersonal.

Pertama, menemukan diri sendiri. Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Belajar tentang diri kita maupun orang lain didapatkan dari pertemuan ataupun komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan masukan yang luar biasa pada perasaan, pikirian, dan tingkah laku kita.

Kedua, menemukan dunia luar. Hanya komunikasi interpersonal yang menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak komunikasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa. Hal itu sering didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal

(29)

tingkah laku. Dalam komunikasi interpersonal, banyak waktu yang dipergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku. Kita dapat memperoleh cara baru ketika berkomunikasi dengan orang lain seperti : mencoba diet baru, memilih barang tertentu.

Kelima, untuk bermain dan kesenangan. Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama yaitu mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan dan cerita lucu merupakan bentuk komunikasi interpersonal yang memberikan keseimbangan yang penting dalam pilihan yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

Keenam, untuk membantu. Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita sama juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi sehari-hari. Berkonsultasi dengan teman kita, tentang masalah pribadi, studi ataupun perkuliahan.

2.3 Ciri-ciri komunikasi interpersonal

Hanafi (2012) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dan dikomparasikan dengan jenis komunikasi lainnya, maka dapat dikemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal antara lain :

(30)

pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah. Artinya, komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat.

b. Suasana nonformal. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana nonformal. Jika komunikasi itu berlangsung antara para pejabat di sebuah instansi, maka para pelaku komunikasi itu tidak secara kaku berpegang pada hierarki jabatan dan prosedur birokrasi, namun lebih memilih pendekatan secara individu yang bersifat pertemanan.

c. Umpan balik segera. Komunikasi interpersonal biasanya mempertemukan para pelaku komunikasi secara bertatap muka, maka dapat segera. Seorang komunikator dapat segera memperoleh balikan atas pesan yang disampaikan dari komunikan, baik secara verbal maupun nonverbal. d. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Komunikasi

interpersonal merupakan metode komunikasi antar individu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik jarak dalam arti fisik maupun psikologis. Jarak dalam arti fisik, artinya para pelaku saling bertatap muka, berada pada satu lokasi tempat tertentu dan jarak yang dekat secara psikologis yaitu dengan menunjukan keintiman hubungan antar individu.

(31)

mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi.

2.4 Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien

Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi ada dua cara yaitu, komunikasi verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal termasuk ke dalam penggunaan kata-kata atau tulisan dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemaknaan kata (denotative and connotative meaning), perbendaharaan kata (vocabulary), kecepatan (pacing), intonasi/nada suara (intonation), kejelasan dan keringkasan (clarity and brevity), waktu dan relevansi (timing and relevance). Masing-masing faktor akan dijelaskan sebagai berikut : a. Kemaknaan (denotative and connotative meaning),

Kemaknaaan sesungguhnya relatif lebih mudah ditangkap karena menggunakan makna dengan kata yang diucapkan sesuai dengan kondisi. Misalnya, pengguanan kata “serius” menyatakan penyakit yang serius, “kritis” menyatakan pasien dalam keadaan gawat, dan “darurat” untuk

menyatakan keadaan darurat yang benar-benar membutuhkan pertolongan. b. Perbendaharaan kata (vocabulary),

Perbendaharaan kata sangat berpengaruh terhadap jalannya komunikasi terapeutik, apabila penerima tidak mampu mengartikan kata-kata atau kalimat dari pengirimnya (perawat), maka akan terjadi kesalah pahaman atau pasien tersebut tidak mengerti.

(32)

Kecepatan ucapan adalah aspek lain yang mempengaruhi komunikasi verbal. Berbicara dengan cepat dalam menyampaikan informasi atau seda ng berbicara dapat menyebabkan kebingungan pada pasien.

d. Intonasi / nada suara (intonation),

Berkomunikasi atau berbicara dengan intonasi atau nada suara yang tinggi biasanya memberikan penilaian bagi pasien bahwa perawat tersebut bernada marah dan menimbulkan persepsi yang salah atau negatif. Jika intonasi/nada suara pelan, bisa-bisa tidak terdengar oleh pasien. Oleh karena itu berintonasi/nada suara yang standard, tidak terlalu kuat dan tidak terlalu pelan. Intonasi nada suara dipengaruhi oleh keadaan/kondisi emosi pada saat berkomunikasi (berbicara).

e. Kejelasan dan keringkasan (clarity and brevity)

Kejelasan dan keringkasan pesan yang disampaikan dapat dikatakan efektif jika disampaikan dengan cara yang sederhana. Semakin singkat kata yang digunakan, semakin sedikit kebingungan yang timbul. Kejelasan pesan biasanya dapat dilakukan melalui penggunaan kalimat yang mudah dimengerti.

f. Waktu dan relevansi (timing and relevance).

(33)

menceritakan resiko-resiko yang mungkin terjadi akibat dari operasi tersebut. Hal ini waktunya tidak tepat dan tidak relevan, karena akan membuat pasien takut dan trauma untuk dioperasi. Oleh karena itu diharapkan perawat menggunakan waktu yang tepat dan relevansi dalam menyampaikan sesuatu hal yang penting.

Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa komunikasi yang bersifat non-verbal merupakan ungkapan yang berupa isyarat-isyarat, bahasa tubuh yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penampilan, postur dan cara berjalan, ekspresi wajah, isyarat/gerak tangan, pandangan, sentuhan, jarak tubuh/kedekatan. Masing-masing faktor akan dijelaskan sebagai berikut :

a.

Penampilan

Penampilan merupakan salah satu yang paling penting diperhatikan dalam proses komunikasi. Penampilan fisik seorang perawat harus mampu memberikan ciri positif pada pasien. Seperti pasien yang memberikan gambaran tentang perawat yang memakai seragam putih, yang mencerminkan kemurnian, kesucian dan ketulusan hati.

b.

Postur dan cara berjalan

Cara orang berjalan dan postur tubuh mencerminkan emosi, konsep diri dan kondisi fisik seseorang. Postur tubuh dan cara berjalan yang tegap memberikan gambaran tentang kondisi fisik yang prima.

(34)

Ungkapan perasaan seseorang dapat dilihat dari ekspresi wajah. Kegembiraan, kesedihan, kebingungan, bahkan tulus tidaknya senyuman seseorang dapat dilihat dari ekspresi wajah.

d.

Isyarat/gerak tangan

Perasaan hormat dan menyayangi seseorang dapat dilakukan dengan isyarat tangan yaitu berupa sentuhan tangan dan acungan jempol. Seorang perawat harus belajar menggunakan dan memperhatikan isyarat-isyarat sebagai bagian dari komunikasi dengan pasien.

e.

Pandangan

Pandangan adalah hal yang paling penting dalam berkomunikasi yaitu adanya kontak mata. Tatapan atau pandangan yang tajam kepada seseorang bisa diartikan kekaguman dan bisa juga bentuk perlawanan. Pandangan yang jauh ketika berbicara berarti kesedihan atau ada sesuatu yang dipikirkan.

f.

Sentuhan

Ungkapan perhatian, empati dan kasih sayang dapat diungkapkan melalui sentuhan. Sentuhan seorang perawat kepada pasien bisa memberi pesan tentang adanya perhatian dan keseriusan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

g. Jarak tubuh dan kedekatan

(35)

Hanafi (2012) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya untuk menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun non verbal. Ada lima hal yang dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu openness (keterbukaan), empathy (empati), supportiveness (sikap mendukung), possitiveness (sikap positif) dan equality (kesetaraan). Masing-masing faktor tersebut akan dijelaskan di bawah ini.

(36)

Empathy (empati). Empati adalah merasakan apa yang orang lain rasakan melalui sudut pandang orang tersebut tanpa kehilangan identitas diri. Untuk berempati dengan seseorang adalah merasakan apa yang orang tersebut rasakan, mengalami apa yang dialami oleh orang tersebut. Untuk dapat berempati cobalah untuk tetap tenang, membebaskan diri dari emosi yang sedang kita rasakan. Empati dapat berupa verbal maupun non verbal (ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan fisik dan sentuhan atau belaian yang sepantasnya). Perawat berempati melalui sentuhan pada pasien sedang merasakan kesakitan, memberikan perhatian secara sungguh dengan menatap mata dengan pasien atau selalu kontak mata dengan pasien, dengan sabar mendengarkan kecemasan pasien, ketidaknyamanan pasien dengan penyakit yang dideritanya sehingga pasien bisa merasa lebih nyaman (Hanafi, 2012).

Supportiveness (sikap mendukung). Sikap mendukung merupakan suatu sikap dari seseorang yang ada dalam suatu kelompok yang dicirikan dengan keterbukaan, ketiadaan rasa takut dan menjalin hubungan kerjasama. Sikap mendukung dipupuk melalui lebih kepada deskriptif (bersifat deskriptif atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci) daripada evaluatif (bersifat evaluasi atau menilai). Sikap mendukung terwujud melalui kemampuan perawat untuk dapat menjelaskan secara jelas dan terperinci mengenai penyakit, tujuan prosedur, tindakan medis yang akan dilakukan dan perkembangan kondisi kesehatan pasien sehingga pasien merasa nyaman dan tidak takut (Hanafi, 2012).

(37)

terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri, terhadap orang lain dan kepada kondisi komunikasi umumnya dan compliments (pemberian pujian) terhadap kebaikan yang ada dalam diri seseorang maupun tindakan yang dilakukan oleh orang tersebut. Sikap positif dapat dikomunikasikan secara verbal maupun non verbal, misalnya dengan tersenyum, ekspresi wajah yang positif, sikap yang penuh perhatian, ekspresi positif secara verbal, penghapusan penilaian yang negatif. Sikap positif terwujud melalui sikap perawat yang sopan, santun dan ramah (Hanafi, 2012).

Equality (kesetaraan), adalah sikap atau pendekatan yang memperlakukan seseorang sama pentingnya dan memberikan kontribusi yang sama dalam suatu interaksi. Kesetaraan terwujud melalui perawat yang tidak membeda -bedakan status sosial dalam melayani pasien dan menghargai keberadaan pasien (Hanafi, 2012).

2.5 Teknik –teknik dalam komunikasi interpersonal

Nasir, dkk (2011) menyatakan bahwa cara yang bisa digunakan sebagai panduan dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif adalah seperti di bawah ini :

a. Menciptakan ketertarikan dan menangkap perhatian

(38)

menciptakan ketertarikan terhadap orang tersebut sebenarnya kita telah melakukan salah satu upaya pengumpulan informasi mengenai lawan bicara kita. Sedikit demi sedikit kita dapat membuat lawan bicara kita merasa nyaman apabila berhadapan dengan kita. Ia akan merasa diperhatikan. b. Membangun rasa simpati

Membangun rasa simpati disini maksudnya adalah bagaimana membangun suatu lingkungan komunikasi di mana lawan bicara kita merasa percaya diri saat berbicara dengan kita. Cara yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat suasana yang hangat saat berkomunikasi, menghilangkan superior dan inferior, yakni bisa dengan kontak mata yang hangat dan bersahabat, menirukan bahasa tubuh lawan bicara, ataupun dengan menyebut nama lawan bicara kita berulang-ulang untuk menunjukkan rasa hormat kita padanya.

c. Percaya diri

Percaya diri sangat penting dalam berkomunikasi. Saat kita memiliki kepercayaan diri, maka kita akan membangun gambar (ima ge) diri kita kepada orang lain, akan tetapi kurangnya kepercayaan diri membuat kita akan dipandang sebagai seorang yang memiliki posisi yang lemah. Percaya diri saat berkomunikasi dapat menciptakan energi yang positif. Komunikasi menjadi lancar dan jelas bahkan kita dapat mempengaruhi lawan bicara hanya dengan bermodalkan kepercayaan diri.

(39)

Sebagian besar komunikasi yang efektif menggunakan ketiga skill ini. Siapa bilang orang yang aktif bicara adalah seorang yang mengagumkan dalam komunikasi. Diam dan mendengarkan disini bukan berarti kita mendengarkan secara pasif. Kita berusaha mendengar secara aktif, memberikan respon-respon positif terhadap topik yang disampaikan orang lain sembari dengan pertanyaan-pertanyaan relevan yang menunjukkan bahwa kita memperhatikan apa yang sedang dibicarakan.

e. Kejujuran dan empati

Menciptakan ketertarikan pada orang lain seperti pada poin satu sebenarnya adalah bagaimana kita membuat suatu bentuk ketertarikan pada orang lain dengan sebenar-benarnya, bukan dengan dibuat-buat ataupun pura-pura tertarik. Kejujuran disini maksudnya adalah jujur dalam tertarik pada orang lain. Hal ini sangat penting karena biasaya ketertarikan dan perhatian yang dibuat-buat justru mudah dekenali.

f. Optimisme

(40)

disukai dalam komunikasi. Mereka sangat pintar merangkai kata namaun mereka selalu dihindari untuk ditemui karena komunikasi interpersonal bukan sekedar kemampuan untuk berasosiasi dan berdiskusi, namun lebih dari itu semua. Komunikasi interpersonal membutuhkan empati dan simpati yang membuat orang lain merasa nyaman dan dihargai.

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal

Hanafi (2012) menyebutkan bahwa untuk memperoleh komunikasi interpersonal perawat yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perkembangan, latar belakang budaya, emosi, jenis kelamin, pengetahuan dan lingkungan. Masing-masing faktor akan dijelaskan di bawah ini.

Perkembangan. Agar dapat berkomunikasi secara efektif, seorang perawat harus mengerti perkembangan usia komunikan baik dari sisi bahasa, maupun proses berfikir dari orang tersebut, karena berbeda komunikasi anak usia remaja dengan orang dewasa. Kepada remaja perlu belajar bahasa “gaul” sehingga remaja yang kita ajak bicara merasa bahwa kita mengerti mereka dan komunikasi akan menjadi lancar, begitu pula dengan orang dewasa.

Latar belakang budaya. Hal ini juga merupakan aspek yang sangat penting karena pasien belum tentu bisa menerima secara keseluruhan budaya yang dimiliki dalam berkomunikasi, misalnya bahasa yang dimilki oleh perawat.

(41)

Jenis kelamin. Pada dasarnya seorang wanita dan laki-laki memilki cara komunikasi yang berbeda. Pada dasarnya seorang perempuan lebih senang menjalin komunikasi dengan sesama dan bertujuan untuk membangun kebersamaan, sedangkan laki-laki lebih mengutamakan dengan kelompok untuk kemandirian.

Pengetahuan. Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunkasi yang dilakukan oleh perawat. Semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan lebih mudah menerima dan mengelola pesan dengan baik. Seseorang dengan tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa dengan tngkat pengetahuan yang lebih tinggi. Perawat juga perlu mengetahui tingkat pengetahuan pasien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien.

(42)

3. Persepsi

3.1. Pengertian persepsi

Persepsi dalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2005). Persepsi didefinisikan sebagai proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dan dapat mengerti tentang lingkungan yang ada di sekitarnya dan tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004).

3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu diri orang yang bersangkutan, sasaran persepsi, dan faktor situasi (Siagian, 1995).

(43)

Sasaran persepsi. Sasaran itu berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat sasaran biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya,misalnya kehadiran orag yang sangat cantik atau sebaliknya yang penampilannya sangat “mencolok” akan lebih menarik perhatian dibandingkan dengan orang yang

“biasa-biasa” saja. Dengan kata lain, gerakan, suara,ukuran, tindak-tanduk, dan

ciri-ciri lain dari sasaran persepsi turut menentukan cara pandang orang yang melihatnya.

(44)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka konseptual

Dalam penelitian ini, kerangka konseptual yang digunakan bertujuan untuk menjelaskan bagaimana gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat RSUD dr.Pirngadi Medan yang dipaparkan dalam skema berikut ini :

2. Definisi operasional

Tabel 3.1

Definisi operasional komunikasi interpersonal perawat pelaksana

(45)
(46)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2. Populasi, sampel dan teknik sampling

2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan jumlah 285 perawat dan klien yang sedang dirawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan jumlah 25547 klien.

2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini sampel yang digunakan mempunyai kriteria sampel sebagai berikut :

(47)

Penentuan besar sampel yang diambil ditentukan berdasarkan rumus Slovin:

Keterangan :

N : Jumlah populasi n : Jumlah sampel

d : Tingkat kesalahan / error tolerance (10%)

� = + �

� =

+ ,

� =

+ ,

� = ,

� = ,

� =

Dari populasi 285 perawat, maka besar sampel perawat yang didapatkan dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut adalah 74 perawat. Jumlah sampel klien sebagai berikut :

� = �

+ �

� = + ,

(48)

� = + ,

� = ,

� = ,

� =

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel klien yang didapatkan menggunakan rumus tersebut adalah 99 klien. Proporsi jumlah sampel setelah dilakukan perhitungan pada masing-masing ruangan didapatkan dari :

Tabel 4.1 Populasi dan sampel penelitian di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

No Nama ruangan

Perawat Klien

Populasi Jumlah

sampel Populasi

Jumlah sampel

1 Rafflesia 21 5 1382 5

2 Anggrek 1 16 4 1278 5

3 Anggrek 2 14 4 1251 5

4 Mawar 1 12 3 1213 5

5 Mawar 2 10 3 1281 5

6 E. Terpadu 9 2 1198 5

7 Dahlia 1 15 4 1283 5

8 Dahlia 2 25 6 1392 5

9 Tulip 1 4 1 1117 4

10 Tulip 2 17 5 1301 5

11 Tulip 3 18 5 1383 5

(49)

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No Nama ruangan Perawat Klien

Populasi Jumlah

Sampel Klien

Jumlah sampel

12 Tanjung 1 0 - -

13 Tanjung 1 - - - -

14 Tanjung 2 - - - -

15 Melati 1 13 3 1321 5

16 Melati 2 12 3 1282 5

17 Melati 3 11 3 1242 5

18 Kenanga 1 15 4 1291 5

19 Asoka 1 18 5 1305 5

20 Asoka 2 18 5 1372 5

21 Matahari 16 4 1262 5

22 Flamboyan 11 3 1205 5

23 RRG 9 2 1268 5

Total 285 74 25547 99

2.3 Teknik Sampling

(50)

Cara pengambilan jumlah sampel klien dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan anggota sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan persyaratan tertentu. (Sugiyono, 2011).

3. Lokasi dan waktu penelitian 3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Peneliti memilih RSUD Dr. Pirngadi karena rumah sakit tersebut merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang merupakan rumah sakit rujukan tipe B, rumah sakit pendidikan dan memiliki jumlah tenaga keperawatan yang memadai.

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 8 Juni 2015 sampai 28 Juni 2015.

4. Pertimbangan etik

(51)

selanjutnya meneruskan surat persetujuan kepada bidang kepegawaian yang terkait.

Peneliti kemudian merekrut calon responden yang memenuhi kriteria penelitian. Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian yang dilakukan kepada responden. Selanjutnya peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden. Jika responden bersedia maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent) . Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam hal ini maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak-hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden (anonimity) pada lembar pengumpulan data, tetapi memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut. Peneliti menjamin kerahasiaan (confidentialy) responden dan data-data responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun dan dimodifikasi sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Instrumen penelitian berupa kuesioner terdiri dari dua bagian yang berisi data demografi dan data khusus mengenai komunikasi interpersonal perawat.

(52)

terakhir dan lama kerja, dan kuesioner data demografi untuk klien mencakup data mengenai karakteristik responden yang meliputi umur dan jenis kelamin.

Kuesioner komunikasi interpersonal perawat pelaksana yang digunakan pada perawat dan klien adalah kuesioner yang sama, terdiri dari 20 pernyataan, dimana terdapat 15 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Pilihan jawaban yang diberikan untuk pernyataan positif adalah selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2, tidak pernah diberi skor 1. Pilihan jawaban yang diberikan untuk pernyataan negatif adalah selalu diberi skor 1, sering diberi skor 2, kadang-kadang diberi skor 3, tidak pernah diberi skor 4.

Nila tertinggi yang diperoleh adalah 80 dan nilai terendah adalah 20, dengan menggunakan rumus statistik menurut Hidayat (2007) :

Dimana i merupakan panjang kelas dan rentang merupakan pengurangan dari nilai tertinggi dengan nilai terendah. Nilai terendah yang mungkin diperoleh responden adalah 20 dan nilai tertnggi adalah 80. Rentang kelas sebesar 60 dan banyak kelas yang dinginkan adalah 3, yaitu komunikasi interpersonal perawat baik, komunikasi interpersonal perawat cukup baik, komunikasi interpersonal perawat kurang baik. Maka diperoleh panjang kelas sebesar 20.

(53)

Setelah diperoleh i = 20 dan nilai terendah 20, maka komunikasi interpersonal perawat dapat dikategorikan sebagai komunikasi interpersonal kurang baik dengan skor 20 – 40, komunikasi interpersonal cukup baik dengan skor 41 – 60, komunikasi interpersonal baik dengan skor 61 – 80.

6. Validitas dan reliabilitas 6.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Notoatmodjo, 2012) . Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas. Uji validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan tingkat seberapa besar item-item instrumen mewakili konsep yang diukur (Erlina, 2011). Menguji validitas berdasarkan tinjauan pustaka dan dikonsultasikan kepada yang berkompeten di bidang tersebut (Setiadi, 2007). Kuesioner telah diuji valid dengan 3 orang yang berkompeten di bidang manajemen keperawatan yaitu 1 dosen dari Fakultas Keperawatan USU dan 2 orang dari pihak rumah sakit RSUD Dr. Pirngadi Medan dan telah dinyatakan valid dengan hasil 0,81.

6.2 Reliabilitas

(54)

reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Uji reliabilitas ini dilakukan terhadap responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian dan dilakukan sebelum pengumpulan data. Kuesioner telah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan uji cronbach’s alpha. Uji reliabilitas dilakukan pada tanggal 20 Mei – 21 Mei 2015 di Rumah Sakit Haji Medan, didapatkan 30 responden perawat dengan hasil 0,76 dan 30 responden klien dengan hasil 0,78 dan hasil tersebut sudah dinyatakan relieb.

7. Pengumpulan data

(55)

Pengumpulan data untuk responden perawat, kuesioner diberikan kepada masing-masing kepala ruangan rawat inap dan dibagikan kepada perawat pelaksana setiap ruang rawat inap untuk diisi oleh perawat tersebut. Setelah diisi kemudian kuesioner dikumpulkan kembali kepada masing-masing kepala ruangan kepala ruangan. Kemudian peneliti kembali menemui masing-masing kepala ruangan sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh kepala ruangan tersebut untuk mengumpulkan seluruh data yang telah diisi oleh responden untuk dianalisa.

Pengumpulan data untuk responden klien, peneliti yang bertemu langsung kepada klien, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan pada calon responden tersebut tentang maksud, tujuan dan proses pengisian kuesioner. Kemudian calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner dan diberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada yang kurang dimengerti. Setelah semua responden mengisi kuesioner tersebut, maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa. Lama pengumpulan data yang dilakukan pada perawat dan klien adalah sama yaitu selama 3 minggu.

8. Analisa data

(56)

kedua adalah coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Peneliti membuat kode pada kuesioner sebagai pengganti identitas responden dan selanjutnya peneliti memberikan kode pada masing-masing pernyataan dalam kuesioner. Tahap ketiga adalah sorting, yaitu peneliti mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data), misalnya menurut tanggal dan sebagainya. Tahap keempat adalah entry, yaitu jawaban-jawaban yang sudah diberi kode dimasukkan ke dalam tabel dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi, dimana data dianalisa secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi. Tahap kelima adalah cleaning, yaitu peneliti mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak. Tahap keenam adalah data analysis, yaitu data yang telah terkumpul dianalisi kembali untuk menghindari kesalahan data.

(57)
(58)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 8 Juni 2015 – 28 Juni 2015 melalui proses pengumpulan data dengan jumlah responden 74 perawat dan 99 klien. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi deskriptif data demografi responden dan komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.1.Deskriptif data demografi responden 1.1.1. Data demografi perawat

Hasil penelitian sesuai dengan tabel 5.1 menunjukkan bahwa perawat lebih banyak berusia pada rentang 31 – 39 tahun sebanyak 32 orang (43,2%), dengan rata-rata umur 37 tahun (SD = 0,91). Hampir semua responden adalah perempuan sebanyak 71 orang (95,9%). Sebagian besar pendidikan terakhir responden adalah diploma keperawatan sebanyak 36 orang (48,7%) dan sebagian besar lama kerja perawat selama 1-9 tahun sebanyak 37 orang (50%), dengan rata-rata lama kerja 12 tahun (SD = 7,57).

1.1.2. Data demografi klien

(59)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=74)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Umur

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=99)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

(60)

1.2.Gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien

1.2.1 Komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien menurut perawat Dari 74 rseponden mayoritas perawat mengatakan bahwa komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan dalam kategori baik yaitu sebanyak 66 responden (89,2%). Distribusi frekuensi dan persentase gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien di ruang rawat inap RSDUD Dr. Pirngadi Medan dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan persepsi perawat (n=74)

Karakteristik

( Skor ) Frekuensi Persentase (%)

Kurang baik Cukup baik Baik

0 8 66

0 10,8 89,2

(61)

mayoritas responden menjawab bahwa perawat selau tersenyum kepada klien sebanyak 75,7%. Perawat kadang-kadang memberikan motivasi kepada klien saat klien sedang putus asa sebanyak 9,5%, mayoritas responden (77%) menjawab bahwa perawat selalu memberikan perhatian tanpa melihat perbedaan status klien seperti agama, umur, jenis kelamin, suku.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban mengenai komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan persepsi 1 Ketika bertemu dengan klien,

perawat terlebih dahulu

memperkenalkan dirinya

2 Perawat bersikap tidak ramah saat berinteraksi dengan klien

3 Perawat menyembunyikan

informasi tentang kondisi klien

yang disampaikan oleh

perawat

5 Perawat mendengarkan

keluhan klien dengan penuh

6 Perawat menyampaikan

tujuan prosedur keperawatan yang akan dilakukan kepada

berkomunikasi dengan klien dengan cara tatap muka

0

9 Perawat mendampingi klien

(62)

Tabel 5.4 (Lanjutan)

10 Perawat mendengarkan rasa

cemas klien tentang penyakit yang dideritanya

11 Perawat memberikan sentuhan saat klien putus asa

12 Perawat tidak menjelaskan

kepada klien tentang tindakan medis yang akan dilakukan

61

13 Perawat tidak menjelaskan

kepada klien tentang tindakan medis yang sedang dilakukan

63 saat berinteraksi dengan klien

0

15 Perawat memberikan pujian

kepada klien sebagai bentuk perhargaan terhadap sesuatu yang telah dilakukan klien.

4

17 Perawat memberikan motivasi saat klien merasa putus asa

1

18 Ketika berinteraksi perawat

berkomunikasi lebih baik

dengan klien yang lebih mampu daripada klien yang kurang

19 Perawat menganjurkan untuk makan, minum obat yang teratur

dan istirahat teratur untuk

mencapai kebutuhan

20 Perawat memberikan perhatian kepada klien tanpa melihat perbedaan status klien seperti umur, warna kulit, suku, jenis

(63)

responden (76,8%). Distribusi frekuensi dan persentase gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien di ruang rawat inap RSDUD Dr. Pirngadi Medan dapat dilihat pada tabel 5.5

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan persepsi klien (n=99)

Karakteristik

( Skor ) Frekuensi Persentase (%)

Kurang baik Cukup baik Baik

0 76 23

0 76,8 23,2

(64)

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban mengenai komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan persepsi klien (n=99) 1 Ketika bertemu dengan klien,

perawat terlebih dahulu

memperkenalkan dirinya

2 Perawat bersikap tidak ramah saat berinteraksi dengan klien

3 Perawat menyembunyikan

informasi tentang kondisi klien

yang disampaikan oleh

perawat

5 Perawat mendengarkan

keluhan klien dengan penuh

6 Perawat menyampaikan

tujuan prosedur keperawatan yang akan dilakukan kepada

berkomunikasi dengan klien dengan cara tatap muka

0

9 Perawat mendampingi klien

saat sedang sakit 0

10 Perawat mendengarkan rasa cemas klien tentang penyakit yang dideritanya

11 Perawat memberikan

sentuhan saat klien putus asa

30 12 Perawat tidak menjelaskan

kepada klien tentang

tindakan medis yang akan

13 Perawat tidak menjelaskan

kepada klien tentang

(65)

Tabel 5.6 (Lanjutan)

santun saat berinteraksi dengan klien

15 Perawat memberikan pujian kepada klien sebagai bentuk perhargaan terhadap sesuatu yang telah dilakukan klien.

2

16 Ketika bertemu dengan klien, perawat menunjukkan wajah tersenyum pada klien

17 Perawat memberikan

motivasi saat klien merasa

18 Ketika berinteraksi perawat berkomunikasi lebih baik dengan klien yang lebih

19 Perawat menganjurkan untuk makan, minum obat yang teratur dan istirahat teratur untuk mencapai kebutuhan

20 Perawat memberikan

perhatian kepada klien tanpa melihat perbedaan status klien seperti umur, warna

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksan menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan responden 74 perawat dan 99 klien yang terlibat dalam penelitian ini.

(66)

perawat baik dengan klien maupun keluarga klien. Komunikasi interpersonal biasanya lebih akurat dan tepat, serta merupakan komunikasi yang berlangsung dalam rangka membantu memecahkan masalah klien (Wiryanto, 2004).

Widjaja (2000) menyatakan agar dapat berkomunikasi yang efektif seorang perawat harus mengerti perkembangan usia komunikan baik dari segi bahasa maupun proses berfikir orang tersebut, karena berbeda antara komunikasi usia remaja dengan orang dewasa. Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase data demografi diperoleh bahwa perawat lebih banyak berusia pada rentang 31-39 tahun sebanyak 32 perawat (43,2%) dan klien lebih banyak berusia diantara 28-38 tahun sebanyak 29 klien (29,3%). Sesuai dengan teori umur, usia tersebut termasuk dalam kategori usia dewasa, dimana perawat harus menjalin hubungan interpersonal pada kliennya termasuk dalam mengaplikasikan komunikasi interpersonal kepada klien. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan semakin bertambahnya umur maka semakin meningkat tingkat kematangan dan juga semakin baik hubungan interpersonal seseorang (Wahyuni, 2004).

(67)

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan perawat. Tingkat pengetahuan berkaitan erat dengan tingkat pendidikan yang dimiliki. Sebanyak 36 perawat (48,6%) dengan pendidikan terakhir diploma keperawatan. Terkait hasil tersebut menunjukkan bahwa perawat dengan pendidikan terakhir diploma keperawatan masih kurang komunikatif dan memiliki kualitas komunikasi yang masih rendah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan pengetahuan dan kemampuan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Pengetahuan akan semakin baik dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, bila tingkat pendidikan lebih tinggi maka lebih mudah menerima dan mengelola pesan. (Hanafi, 2012). Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan yang mengatakan bahwa perawat juga harus memiliki pengetahuan yang dikembangkan melalui pendidikan, sehingga dalam memberikan pelayanan keperawatan, perawat mampu menerapkan keterampilan interpersonalnya termasuk dalam menerapkan komunikasi interpersonal kepada klien (Hamid, 2000).

(68)

interpersonal perawat baik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal di RSUD Dr. Moewardi Surakarta saat memberikan pelayanan keperawatan kepada klien sudah baik. Komunikasi interpersonal perawat dianggap baik, seperti sikap perawat yang ramah kepada klien, perawat menggunakan bahasa yang santun, perawat selalu menanyakan keluhan klien dan memberikan penjelasan mengenai obat dan dalam memberikan asuhan keperawatan lain. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas perawat mengatakan bahwa perawat selalu berkomunikasi dengan baik kepada klien. Walaupun demikian perawat masih perlu untuk meningkatkan komunikasi interpersonal yang baik kepada klien agar klien merasa nyaman dan dapat memberi kesembuhan bagi klien.

(69)

sedang, komunikasi interpersonal perawat kepada klien baik, seperti saat berkomunikasi selalu tatap muka, mendengarkn keluhan klien, memberi perhatian sehingga klien merasa terpenuhi harapannya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Nugroho (2009) dimana menurut klien perawat masih sangat perlu untuk meningkatkan komunikasi interpersonal perawat kepada klien agar klien bisa merasa lebih nyaman, dapat menjalin hubungan yang interpersonal yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan klien untuk mencapai kesembuhan.

Keterbukaan mendorong timbulnya pengertian saling menghargai dan saling mengembangkan hubungan interpersonal (Devito, 2012). Pernyataan 1, 3 dan 4 kuesioner komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien merupakan bagian dari keterbukaan. Hasil penelitian berdasarkan persepsi perawat menunjukkan bahwa perawat selalu memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien (43,2%) , selalu menginformasikan tentang kondisi klien (77%). Sedangkan persepsi klien menunjukkan bahwa perawat kadang-kadang memperkenalkan dirinya kepada klien (50,5%), kadang-kadang menyembunyikan informasi mengenai kondisi klien (43,4%). Hal tersebut terjadi karena sebagian perawat tidak menciptakan sikap terbuka kepada klien, sehingga perawat dan klien tidak saling mengungkapkan ide atau pikiran satu sama lain. Dalam komunikasi interpersonal perawat dengan klien, perawat harus terlebih dahulu yang berperan menciptakan keterbukaan pada klien, sehingga klien mau untuk bercerita dan membuka diri kepada perawat.

(70)

klien dan peka terhadap keadaan klien (Devito, 2012). Pernyataan 5, 8, 9, 10 dan 11 kuesioner interpersonal perawat pelaksana pada klien merupakan bagian dari empati. Hasil penelitian berdasarkan persepsi perawat menunjukkan bahwa perawat selalu mendampingi klien saat sedang sakit (43,2%), selalu memberikan sentuhan saat klien putus asa (48,6%). Sedangkan persepsi klien menunjukkan bahwa perawat kadang-kadang mendampingi klien saat sedang sakit (59,5%), dan kadang-kadang memberikan sentuhan kepada klien (60,6%). Hal tersebut disebabkan oleh kurang adanya sikap empati dari perawat kepada klien. Artinya perawat kurang berempati dalam mendampingi klien, kurang menyentuh terhadap klien, komunikasi hanya sampai pada usaha sikap ramah, menyapa dan tindakan cepat saat klien membutuhkan. Untuk dapat berempati cobalah untuk tetap tenang, membebaskan diri dari emosi yang sedang kita rasakan (Mirnawati, 2014). Hal tersebut didukung oleh penjelasan Roatib (2014) yang menyatakan perawat berempati dengan klien dalam proses komunikasi interpersonal tergantung dari bagaimana karakter klien tersebut. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap kondisi klien dan perawat juga harus memahami karakter klien untuk bisa berempati dalam komunikasi interpersonal kepada klien.

Gambar

Gambar 1. Proses Komunikasi (Potter & Perry, 2005)
Gambar 2.  Komunikasi interpersonal dalam keperawatan
Tabel 3.1
Tabel 4.1 Populasi dan sampel penelitian di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Mulyana (2002), komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan adanya reaksi

avoidance conflict, muncul ketika kita melihat kondisi yang menarik dan tidak menarik dalam satu tujuan atau situasi (Weiten, 1992 dalam Nasir &..

Pengetahuan dan Sikap Perawat Pelaksana Dalam Memberikan Discharge Planning di Ruang Rawat Inap RSUD

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada perawat dalam memberikan pelayanan yang baik kepada pasien, bukan hanya pada saat pasien datang ke rumah sakit

Hal lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah jenis kelamin, karena pada dasarnya perempuan biasanya lebih rajin daripada laki-laki, contohnya dalam mengikuti suatu

Persepsi pasien tentang peran perawat pelaksana dalam pelaksanaan discharge planning postpartum sectio caesarea di ruang seureune 3 RSUDZA Banda Aceh, Fakultas Keperawatan

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada orang lain atau4. komunikasi yang dilakukan oleh dua orang

Beban kerja yang tinggi akan memberikan dampak terhadap kualitas layanan, terjadinya komunikasi yang buruk antar perawat dengan pasien, kegagalan kolaborasi antara perawat dan