• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Atas Tingkat Produktivitas Pemeriksaan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Di Wilayah Kota Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Atas Tingkat Produktivitas Pemeriksaan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Di Wilayah Kota Bandung)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSIS OF AUDIT PRODUKTIVITY TO TAX COMPLIANCE (STUDY IN SMALL TAXPAYERS OFFICE BANDUNG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun oleh:

ASEP DUDI MAULANA

21107007

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

vi

mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain yang di ukur secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam melaksanakan pemeriksaan. Sedangkan kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat produktivitas pemeriksaan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran variabel tingkat produktivitas pemeriksaan dan variabel kepatuhan wajib pajak, sedangkan verifikatif untuk mengetahui hubungan antara tingkat produktivitas pemeriksaan dan kepatuhan wajib pajak. Untuk mengetahui pengaruh tingkat produktivitas pemeriksaan terhadap kepatuhan wajib pajak digunakan pengujian statistik. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Person Product Moment, koefisien determinasi, uji hipotesis dengan menggunakan software SPSS 14.0 for windows.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas pemeriksaan berpengaruh tidak signifikan dalam kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung. Terdapat hubungan antara tingkat produktivitas pemeriksaan dengan kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung yaitu sebesar 56,7%.

(3)

v

the examination. While tax compliance is the act of the taxpayer in compliance with taxation obligations in accordance with the provisions of legislation and regulatory implementation of tax regulations in a State. The purpose of this study to determine the effect of the productivity rate of taxpayer compliance inspection at the Tax Office in Region Small Bandung.

The method used in this research is descriptive method and verifikatif. Descriptive methods are used to know the description of variables and variable rate of productivity of audit taxpayer compliance, while verifikatif to determine the relationship between productivity rate and taxpayer compliance audit. To determine the effect of the productivity rate of taxpayer compliance audit used statistical tests. The test statistic used is the calculation of Person Product Moment correlation, coefficient of determination, hypothesis test using the software SPSS 14.0 for windows.

The results of this study indicate that the productivity level audit have a not significant effect on taxpayer compliance in the Tax Office Primary Territory Bandung. There is a relationship between the rate of productivity with taxpayer compliance audit at the Tax Office Primary Territory Bandung that is equal to 56.7%.

(4)

vii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini,

penulis melaksanakan survei pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.

Skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul

yang diambil yaitu: “Analisis Atas Tingkat Produktivitas Pemeriksaan

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Di

Wilayah Kota Bandung”.

Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun Skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan Ibu Ely Suhayati,

SE., M.Si., Ak. Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat

(5)

viii Indonesia.

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, DRA., S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. Selaku Ketua Porgram Studi Akuntansi.

4. Ely Suhayati, SE., M.Si.,Ak. Selaku Dosen Wali 4 Ak 1. 5. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak., Ak selaku penguji sidang.

6. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si selaku penguji sidang

7. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

8. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan

selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan Usulan Penelitian ini. 9. Lukman Effendi selaku Kepala Kantor Bagian Umum Wilayah DJP Jawa

Barat I yang telah memberikan ijin penelitian di KPP Wilayah Kota Bandung.

10. Seluruh kepala Sub Bagian Umum di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.

(6)

ix

memberikan semangat dan Doa kepada penulis.

14. Sahabatku : Komang, Wahyono, Refli, Aditya, Wisnu, Ketut, dan lain-lain yang sering membantu Penulis serta memberikan semangat kepada penulis. 15. Semua teman-teman kelas AK1 yang tidak penulis sebutkan satu-persatu.

16. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar

Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis

dalam penyusunan Skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Bandung, Agustus 2011 Penulis

(7)

1

Sumber-sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari berbagai sektor, dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan kesejahtraan seluruh rakyat Indonesia. Salah satu

sumber penerimaan Negara yang paling potensian adalah dari peneriman pajak. Penerimaan pajak salah satunya berasal dari Pajak Penghasilan (PPh).

Dalam usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak, antara lain fiskus melakukan ekstensifikasi dan intensifikasipenerimaan pajak. Ekstensifikasi ditempuh dengan meningkatkan jumlah wajib pajak yang aktif. Sedangkan intensifikasi dapat ditempuh

melalui meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, peningkatan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap Wajib Pajak, dan pembinaan kepada para Wajib Pajak, pengawasaan administrative, pemeriksaan, penyidikan dan penagihan

pasif dan aktif serta penegakan hukum.

Pada umumnya Wajab Pajak ada kecendrungan untuk menghindari diri dari

(8)

terutang, menyetorkan sendiri, dan melaporkan surat pemberitahuan (SPT) sendiri. Dalam system ini lebih ditekankan kepada kerelaan wajib pajak untuk mematuhi

kewajiban perpajakan.

Agar sistem self assessment berjalan secara efektif, keterbukaan dan pelaksanaan

penegakan hukum merupakan hal yang paling penting. Penegakan hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau penyidikan pajak danpenagihan pajak. Pemeriksaan pajak merupakan instrument yang baik untuk meningkatkan tingkat

kepatuhan Wajib Pajak, baik formal maupun material dari peraturan perpajakan, yang tujuan utamanya untuk menguji dan meningkatkan kepatuhan perpajakan seorang Wajib Pajak (Priatara 2000). Kepatuhan ini akan sangat berdampak baik secara

langsung maupun tidak langsung pada penerimaan pajak. Salah satu produk dari aktivitas pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus adalah diterbitkannya Surat

Keputusan Pajak (SKP).

Surat ketetapan pajak yang mempunyai potensi untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan pajak adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), hal ini

karena SKPKB merupakan salah satu sarana atau alat untuk menagih pajak, dan pada umumnya Wajib Pajak akan segera melunasi hutang pajaknya tersebut. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak suatu

(9)

Adapun fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah melakukan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan

dan ekstensifikasi Wajib Pajak, mentata usahakan penerimaan pajak, melakukan penagihan, pemeriksaan, penerapan sanksi perpajakan. Sehingga dengan demikian kantor pelayanan pajak mempunyai peranan yang sangat besar dalam pelaksanaan

administrasi perpajakan nasional guna pemenuhan target penerimaan pajak nasional.

Kepatuhan Wajib Pajak dalam menyetor dan melaporkan surat pemberitahuan

(SPT) dan pemeriksaan dan penagihan pajak adalah upaya intensifikasai penerimaan pajak. Yang dimaksud dengan kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak baik orang atau badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak dan telah melakukan kewajiban

perpajakannya yaitu dengan melunasi dan melaporkan SPT masa dan Tahunannya tepat waktu. Dalam penelitian ini menggunakan kepatuhan wajib pajak dalam menyetor dan melaporkan SPT masa PPh pasal 25 yaitu angsuran pajak yang

dibayarkan Wajib Pajak tiap bulan. Kepatuha wajib pajak merupakan syarat agar penerimaan pajak negara meningkat. Sedangkan jumlah pemeriksaan serta penagihan pajak akan juga meningkatkan penerimaan pajak Negara. Dapat dilihat dari jumlah

Surat Ketetapan pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang diterbitkan. Oleh sebab itu , hal ini menarik untuk diteliti masalah pengaruh dari jumlah kepatuhan wajib pajak dan

(10)

Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of compliance) merupakan tulang punggung sistem self assesment, di mana wajib pajak bertanggungjawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut. Masalah kepatuhan Wajib Pajak adalah masalah penting diseluruh dunia, baik di negara maju

maupun di negara barkembang. Karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan,

penyelundupan dan pelalaian pajak. Yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang. Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi system administrasi perpajakan suatu

negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak. (Yongzhi Niu)

Berdasarkan UU KUP SE-02/PJ/2008 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak

Dengan Kriteria Tertentu sebagai ”turunan” dari Peraturan Menteri Keuangan No. 192/PMK.03/2007. Syarat-syarat menjadi Wajib Pajak Patuh, yaitu:

“(a) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam

3 (tiga) tahun terakhir; (b) Penyampaian SPT Masa yang terlambat dalam tahun terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Nopember tidak lebih

(11)

Tabel 1.1

Jumlah Laporan Pemeriksaan Pajak di Salah Satu KPP Di Wilayah Kota Bandung

Periode 2009-2010

Tahun Jumlah WP Jumlah LPP % Jumlah LPP/Jumlah WP

2009 80.668 391 0.48%

2010 90.585 319 0.35%

Tabel di atas menunjukkan angka statistik dari jumlah LPP di tahun 2009 sebesar

0,48% dari seluruh jumlah wajib pajak dibandingkan di tahun 2010 sebesar 0,35% dari seluruh jumlah wajib pajak. Data tersebut mewakili 5 (lima) KPP di wilayah kota bandung. Dari table dapat dilihat suatu kondisi yang menunjukan bahwa pelaksanaan

pemeriksaan masih belum optimal. Dari fenomena di atas, dapat dilihat bahwa adanya penurunan LPP sebesar 0,13%. Dari fenomena ini dapat digambarkan bahwa adanya penurunan tingkat produktivitas pemeriksaan.

Tabel 1.2

Jumlah SKPKB di Salah Satu KPP Di Wilayah Kota Bandung

Periode 2009-2010

Tahun Jumlah WP Jumlah SKPKB % Jumlah WP/ Jumlah SKPKB

2009 80.668 168 0.21%

2010 90.585 213 0.24%

Sedangkan dari table di atas yang menunjukkan jumlah SKPKB pada tahun 2009 terdapat cukup banyak SKPKB yang diterbitkan yaitu sebesar 168. Itu berarti masih

ada wajib pajak yang tidak membayar pajak sesuai dengan jumlah pajak yang seharusnya dibayar, dan angka tersebut bertambah di tahun 2010 menjadi 213. Itu berarti terjadi peningkatan sebesar 0,03%. Dari fenomena dapat digambarkan bahwa

(12)

Selain fenomena di atas menurut pegawai yang berada di KPP wilayah kota Bandung, beliau mengatakan bahwa tiap tahun jumlah LPP turun, itu disebabkan

adanya satgas. Sedangkang jumlah SKPKB tiap tahun naik, karena masih banyak wajib pajak badan dan orang pribadi yang membayar pajaknya tidak sesuai dengan tunggakan pajaknya. (Buyung:2011)

Masih tingginya tingkat ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajibannya disebabkan oleh beberapa hal yang bervariasi. Menurut Siti Kurnia

Rahayu penyebab utama adalah fitrahnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak yang utama ditunjuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada saat telah memenuhi ketentuan perpajakan timbul kewajiban pembayaran pajak kepada Negara.

Timbul konflik, antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan Negara. Pada umumnya kepentingan pribadi yang selalu dimenangkan. Sebab lain adalah Wajib Pajak kurang sadar tentang kewajiban bernegara, tidak patuh pada peraturan, kurang

menghargai hukum, tingginya tarif pajak dan kondisi lingkungan seperti kestabilan pemerintah, dan penghamburan keuangan Negara yang berasal dari pajak.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan bahwa kepatuhan Wajib Pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya merupakan tujuan utama dari pemeriksaan pajak, sehingga dari hasil pemeriksaan akan diketahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak,

bagi Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan terhadapnya dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa - masa selanjutnya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pemeriksaan

(13)

pajak. Selain alat untuk peningkatan kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan pajak menjalankan fungsinya dengan tiga cara yaitu sebagai alat edukasi, sebagai alat

pendeteksian pelanggaran pajak dan alat untuk pencegahaan terhadap Wajib Pajak lain yang bermaksud untuk melanggar. (Gunadi:2005)

Pemeriksaan pajak selain untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, dapat

meningkatkan penerimaan pajak dan mencegah rasa ketidakadilan dalam perlakuan perpajakan diantara sesama Wajib Pajak. Usaha melembagakan pemeriksaan sebagai

salah satu alat pengawasan terhadap Wajib Pajak terus dikembangkan, dengan prinsip bahwa setiap Wajib Pajak tanpa kecuali terbuka kemungkinannya untuk dilakukan pemeriksaan. Meskipun demikian, prioritas pemeriksaan tetap digunakan dengan

harapan dapat memberikan pengaruh positif kepada Wajib Pajak lainnya.

Menurut Sadhani 1995, Sistem pemeriksaan harus dapat mendorong kebenaran dan kelengkapan pelaporan penghasilan, penyerahan, dan pemotongan, pemungutan,

serta penyetoran pajak oleh Wajib Pajak. Pemeriksaan pajak memberikan pengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kepatuhan perpajakan, yaitu dapat mencegah terjadinya penyelundupan pajak oleh wajib pajak yang

diperiksa.

Berdasarkan hal tersebut, bahwa pemeriksaan pajak merupakan bagian vital dari

(14)

diperlukan keadilan dan keterbukaan dalam menerapkan ketentuan perpajakan, kesederhanaan ketentuan perpajakan, dan prosedur perpajakan dengan pelayanan

prima terhadap Wajib Pajak yang melaksanakan kewajiban perpajakan, disamping pengawasan dan penegakan hukum. (Salip dan Tendy:2006)

Pemeriksaan pajak sampai saat ini masih dipandang sebagai sosok yang menakutkan dan terkesan angker bagi Wajib Pajak. Hal ini bisa terjadi karena masih adanya pemeriksa yang berpilaku menakutkan sehingga image pemeriksaan sebagai

hantu pemeriksaan sulit untuk dihilangkan. Dalam praktik perpajakan yang sehat seharusnya pemeriksaan tidak lagi dipandang sebagai hal yang menakutkan, hal ini dapat dibangun melalui meningkatkan profesionalisme petugas pemeriksa pajak

melalui pendidikan pemeriksaan pajak, meningkatkan penanaman moral dan etika bagi pemeriksa dan melakukan sosialisasi secara yang diharapkan dapat terjangkau

oleh seluruh Wajib Pajak. (Nur Hidayat:2002)

Berdasarkan penjelasan mengenai masalah – masalah yang dipaparkan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Atas Tingkat

(15)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:

1. adanya penurunan laporan pemeriksaan pajak.

2. Masih adanya wajib pajak yang menunggak atau tidak membayar tunggakan pajaknya sesuai dengan jumlah yang harus dibayarkannya.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang dijelaskan pada latar belakang penelitian diatas dan kemudian diidentifikasikan pada sub bab identifikasi masalah, maka selanjutnya

penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Tingkat Produktivitas Pemeriksaan pada KPP Pratama di Wilayah Kota

Bandung.

2. Bagaimana Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama di Wilayah Kota Bandung.

3. Bagaimana pengaruh Tingkat Prodiktivitas Pemeriksaan Terhadap Kepatuhan pada

(16)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data mengenai Analisis Atas Tingkat Produktivitas Pemeriksaan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

pada KPP Pratama di Wilayah Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Tingkat Produktivitas Pemeriksaan pada KPP Pratama di

Wilayah Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama di Wilayah Kota

Bandung.

3. Untuk mengetahui Tingkat Produktivitas Pemeriksaan terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak pada KPP Pratama di Wilayah Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini

(17)

1.4.1 Kegunaan Akademis

1. Bagi peneliti

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk menambah pengetahuan, juga memperoleh gambaran langsung bagaimana Analisis Atas Tingkat Produktivitas Pemeriksaan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.

2. Bagi instansi (Kantor Pelayanan Pajak)

Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang Analisis Atas Tingkat Produktivitas Pemeriksaan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.

3. Bagi pihak lain

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Analisis Atas Tingkat

(18)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Wilayah Kota Bandung.

No Nama KPP Alamat

1 KPP Pratama Bandung Karees Jalan Ibrahim Adjie No. 372

2 KPP Pratama Bandung Cicadas Jalan Soekarno Hatta No. 781

3 KPP Pratama Bandung Tegalega Jalan Soekarno Hatta No. 216

4 KPP Pratama Bandung Cibeunying Jalan Purnawarman No. 19-21

(19)

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian yang dilakukan mulai bulan April 2011

sampai dengan Juli 2011.

2. Membuat outline dan proposal skripsi

3. Mengambil formulir penyusunan skripsi

4. Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan:

1. Mengajukan outline dan proposal skripsi

(20)

14 2.1 Kajian Pustaka

Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang kita teliti hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan lebih rinci tentang variabel

yang akan kita teliti.

2.1.1 Pajak

Untuk membiayai semua kepentingan negara yang nantinya akan menjadi

kepentingan umum juga, dibutuhkan suatu peran serta yang cukup aktif dari masyarakat untuk memberikan iuran kepada negara dalam bentuk pajak. Pajak ini

nantinya akan digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi masyarakat.

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Sebelum membahas secara mendalam tentang pemeriksaan pajak, akan diuraikan dahulu mengenai pengertian pajak. Ada beberapa pengertian yang dijadikan

(21)

Definisi pajak dalam buku Siti Kurnia Rahayu yang dikemukakan oleh para

ahli adalah:

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan umum undang – undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

(2003) Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro S.H dalam Dasar – dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada

ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.

(1991) Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas – tugasnya untuk menjalankan pemerintahan”.

(22)

Dari ketiga definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan tentang ciri – ciri atau unsur pokok yang terdapat pada pengertian pajak, yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang

Merupakan hal yang sangat mendasar, dalam pemungutan pajak harus didasarkan

pada peraturan perundang – undangan. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat

memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."

2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung.

Wajib pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung dengan apa yang telah dibayarkan pada pemerintah. Pemerintah tidak memberikan nilai atau penghargaan atau keuntungan kepada wajib pajak secara langsung. Apa yang telah dibayarkan

oleh wajib pajak kepada pemerintah digunakan untuk keperluan umum pemerintah. Wajib pajak hanya dapat merasakan secara tidak langsung bentuk – bentuk kontraprestasi dari pemerintah. Seperti melihat banyak dibangunnya fasilitas umum dan prasarana yang dibiayai dari APBN atau APBD. Merasakan keamanan dan stabilitas negara karena aparatur negara maupun prasarana dan

(23)

3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah.

Pemerintah dalam menjalankan fungsinya, seperti melaksanakan ketertiban,

mengusahakan kesejahteraan, melaksanakan fungsi pertahanan, dan fungsi penegakan keadilan, membutuhkan dana untuk pembiayaanya. Dana yang

diperoleh dalam bentuk pajak digunakan untuk memenuhi biaya atas fungsi – fungsi yang harus dilakukan pemerintah tersebut.

4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan.

Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundag – undangan.

5. Berfungsi sebagai budgeter dan regulerend

pendapatan negara, yang digunakan untuk keperluan pembiayaan umum

pemerintah baik rutin maupun untuk pembangunan. Fungsi regulerend adalah pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau alat untuk melaksanakan

(24)

2.1.2 Pengertian Produktivitas

Istilah produktivitas kerap kali diperbincangkan atau dibicarakan oleh setiap

orang terutama yang terkait dengan pekerjaan atau pengerjaan sesuatu.

Menurut Ernie Tisnawati sule Kurniawan saefullah tentang produktivitas,

menjelaskan bahwa:

“Produktivitas adalah ukuran sampai sejauh mana sebuah kegiatan mampu

mencapai target kuantitas dan kualitas yang telah ditetapkan.”

(2009)

Sedangkan pengertian produktivitas yang dikemukakan oleh Sinungan

menjelaskan bahwa :

“Produktiviatas adalah sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik

(barang-barang atau jasa) dengan masukkan yang sebenarnya atau ukuran efisiensi produktif”.

(2003)

Sedangkan pengertian Pemeriksaan menurut Mardiasmo menjelaskan bahwa:

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan”.

(25)

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengelola

data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain yang di ukur secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai dalam melaksanakan pemeriksaan.

2.1.3 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Salah satu upaya pencegahan tax evasion adalah dengan menggunakan cara pemeriksaan pajak (Tax Audit). Tax Audit yang dilakukan secara profesional oleh aparat pajak dalam kerangka self assessment system merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan. Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegangan teguh

pada Undang-undang perpajakan.

Pemeriksaan pajak merupakan salah satu dari pilar-pilar penegakan hukum pajak. Pemeriksaan pajak adalah salah satu upaya dalam pencegahan tax evasion dan

merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

Menurut Mardiasmo tentang Pemeriksaan Pajak menjelaskan bahwa:

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan”.

(26)

Sedangkan definisi pemeriksaan dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan

tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, daya/bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”

Dari kedua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak

adalah serangkaian kegiatan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

Tujuan pemeriksaan pajak sebagaimana dimaksudkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 199/KMK.03/2007 adalah untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada Wajib Pajak dan tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan Perundang-undangan Perpajakan.

Pemeriksaan akan berjalan lancar apabila didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan pajak, faktor-faktor tersebut adalah:

1. Teknologi informasi (Information technology)

Kemajuan teknologi informasi telah luas dimanfaatkan oleh Wajib Pajak. Seiring

(27)

perangkat teknologi informasi dengan sebutan Computer Assisted Audit Technique

(CAAT).

2. Jumlah sumber daya manusia (The number of human resources)

Jumlah sumber daya manusia harus sebanding dengan beban kerja pemeriksaan.

Jika jumlah tidak dapat memadai karena pengadaan sumber daya manusia melalui kualifikasi dan prosedur recruitment terbatas, maka untuk mengatasi jumlah pemeriksa yang terbatas adalah dengan meningkatkan kualitas pemeriksa dan

melengkapinya dengan teknologi informasi di dalam pelaksanaan pemeriksaan.

3. Kualitas sumber daya (The quality of human resources)

Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang, dan pendidikan. Dan kualitas pemeriksa akan mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan. Solusi agar kesenjangan kualitas pemeriksa teratasi

adalah dengan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan dan sistem mutasi yang terencana serta penerapan reward and punishment.

4. Sarana dan prasarana pemeriksaan (Audit facilities)

(28)

Pemeriksaan juga tidak akan berjalan dengan baik apabila terdapat

kendala-kendala yang di hadapi dalam pemeriksaan. Kendala-kendala-kendala tersebut antara lain:

1. Psikologis

Persepsi wajib pajak tentang pemeriksaan pajak dan persepsi pemeriksa pajak

mengenai kepatuhan wajib pajak. Persepsi yang terbentuk pada wajib pajak maupun pemeriksa pajak sangat tergantung pada penguasaan informasi. Apabila timbul ketimpagan informasi, maka timbul masalah psikologis antara kedua belah

pihak. Wajib pajak timbul penolakan, pemeriksa pajak timbul kecurigaan.

2. Komunikasi

Terdiri dari komitmen wajib pajak untuk membantu kelancaran pemeriksaan pajak dan frekuensi pembahasan sementara temuan hasil pemeriksaan. Komitmen wajib pakal timbul apabila wajib pajak memahami tujuan pemeriksaan dan apa yang

menjadi hak dan kewajibannya, serta hak dan kewajiban pemeriksa. Selain itu temuan sementara pemeriksaan pajak hendaknya disampaikan lebih dini untuk

memberikan kesempatan bagi wajib pajak menjelaskan dan memberikan buku, catatan atau dokumen tambahan yang mendukung penjelasan-penjelasannya. Apabila komunikasi tidak kondusif maka hal ini dapat menghambat jalannya

(29)

3. Teknis

Terdiri dari ukuran perusahaan, pemenfaatan teknologi informasi, kepemilikan

modal, cakupn transaksi. Semakin kompleks variable teknis akan berdampak terhadap pelaksanaan pemeriksaan pajak.

4. Regulasi

Terdiri dari kelengkapan ketentuan yang berlaku yang mengatur perlakuan atas setiap transaksi yang timbul dan sejauh mana jangkauan hak pemajakan

undang-undang domestik atas transaksi internasional.

2.1.4 Tahapan Pemeriksaan Pajak

2.1.4.1 Persiapan Pemeriksaan

Suatu pemeriksaan pajak yang baik harus memiliki perencanaan atau persiapan yang baik. Persiapan dibutuhkan agar proses pemeriksaan pajak berjalan

terarah sesuai dengan yang diharapkan sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

Persiapan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Mempelajari berkas wajib pajak /berkas data

(30)

3. Mengidentifikasi masalah

4. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak

5. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan

6. Menyusun program pemeriksaan

7. Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam

8. Menyediakan sarana pemeriksaan

Tujuan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksa dapat memperoleh

gambaran umum mengenai wajib pajak yang akan diperiksa, sehingga program pemeriksaan yang disusun sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.

A. Mengumpulkan dan mempelajari Berkas Wajib Pajak (Data Internal dan

Eksternal)

Kegiatan mengumpulkan berkas WP dan berkas data dimulai dengan

meminjam berkas dari seksi terkait dan memanfaatkan data internal yang terdapat didalam sistem administrasi kantor pajak yang bersangkutan. Pada

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah menjalankan sistem administrasi modern, berkas Wajib Pajak (WP) dapat diperoleh dari seksi pelayanan atau dapat dilihat pada system informasi yang terhubung dengan seluruh komputer

(31)

1. Sistem Informasi Administrasi

2. Data Tunggakan Wajib Pajak

3. Laporan Hasil Pemeriksaan terdahulu serta Kertas Kerja Pemeriksaannya

4. Riwayat Keberatan/Banding/Peninjauan Kembali

Selain data internal, pemeriksa dapat mengumpulkan informasi dari sumber-sumber data eksternal antara lain:

1. Media massa (media cetak dan elektronik)

2. Internet

3. Bursa

B. Identifikasi Wajib Pajak (Tax Payer Profile)

Seluruh data dan informasi yang didapat baik itu dari internal maupun eksternal dirangkum dalam bentuk Tax Payer Profile (profil Wajib Pajak). Profil

Wajib Pajak meliputi: Nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak, Alamat Wajib Pajak, Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Tanggal Pengukuhan

PKP, Kode Lapangan Usaha (KLU), Jenis Usaha, Merk Dagang, Contact Person, Pemegang Saham, Hubungan Istimewa, Pengurus (Direksi dan komisaris) dan

(32)

C. Analisis Kuantitatif dan Kualitatif

Untuk data-data berupa laporan keuangan wajib pajak dilakukan analisis

kuantitatif untuk menentukan hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu melakukan pemeriksaan serta untuk menentukan beberapa perkiraan buku besar

yang diprioritaskan dan/atau akan dikembangkan pemeriksaannya.

D. Mengidentifikasi masalah dan Menentukan cakupan (ruang lingkup)

pemeriksaan

Setelah dilakukan analisis data baik kuantitatif maupun kualitatif Pemeriksa akan mengetahui pos-pos apa saja yang memerlukan perhatian khusus dan

masalah-masalah apa saja yang mungkin ada pada Wajib Pajak.

Atas alternatif-alternatif permasalahan tersebut Pemeriksa harus dapat mengidentifikasi penyebab paling mungkin atas terjadinya masalah tersebut serta

menentukan pos-pos atau rekening apa saja yang berkaitan dengan masalah yang ada. Pos-pos atau rekening inilah yang nantinya akan dilakukan pendalaman

(33)

E. Menyusun program pemeriksaan dan menentukan buku-buku dan

dokumen yang akan dipinjam

Program pemeriksaan adalah suatu daftar langkah-langkah pemeriksaan atau pengujian yang dilakukan terhadap objek yang diperiksa. Program pemeriksaan

disusun berdasarkan cakupan pemeriksaan dan hasil penelaahan yang diperoleh pada tahap-tahap persiapan pemeriksaan sebelumnya. Program pemeriksaan harus merujuk kepada identifikasi permasalahan serta cakupan (ruang lingkup)

yang telah ditentukan. Hal ini perlu dilakukan agar arah pemeriksaan tidak terlalu melebar sehingga tidak fokus.

Program pemeriksaan meliputi prosedur-prosedur yang perlu dilaksanakan

oleh pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan. Berdasarkan program pemeriksaan dapat diidentifikasi buku-buku atau catatan yang akan dipinjam

kepada Wajib Pajak.

F. Menyediakan sarana dan prasarana pemeriksaan

(34)

2.1.4.2 Pelaksanaan Pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

pemeriksa dan meliputi:

1. Memeriksa di tempat Wajib Pajak,

2. Melakukan penilaian atas Sistem Pengendalian Intern,

3. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan

4. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen

5. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga,

6. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak,

7. Melakukan sidang penutup (Closing Conference)

A. Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak

Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai serangkaian

kegiatan yang dilakukan Pemeriksa di tempat/lokasi Wajib Pajak untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya guna mengetahui

(35)

kepemilikannya dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

B. Melakukan Penilaian Atas Sistem Pengendalian Intern (SPI)

Sistem ini terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang

dirancang untuk memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa tujuan dan sasaran satuan usaha dapai dicapai. Kebijakan dan prosedur ini seringkali disebut pengendalian, dan secara bersama-sama membentuk struktur pengendalian intern

suatu bentuk usaha.

Untuk mengetahui lemah/kuatnya Sistem Pengendalian Intern (SPI) sebagai

dasar untuk menentuka luasnya cakupan pemeriksaan dan dalamnya pengujian-pengujian yang akan/harus dilakukan.

C. Menyesuaikan Cakupan dan Program Pemeriksaan

Agar pemeriksaan lebih terarah kepada permasalahan yang factual sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Setelah kita melakukan penilaian SPI maka

akan terlihat kearah mana sebaiknya program pemeriksaan dilakukan. Proram pemeriksaan yang telah dibuat sebelumnya akan dimutakhirkan seirama dengan

(36)

D. Melakukan Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen

Pemeriksaan buku, catatan, dan dokumen merupakan jantung dari tahap

pelaksaan pemeriksaan. Seluruh rangkaian persiapan pemeriksaan sampai dengan langkah penilaian SPI tidak akan berarti apa-apa jika tidak disertai dengan

langkah pemeriksaan buku-buku, catatan dan dokumen Wajib Pajak. Temuan atau koreksi bukanlah suatu sulap yang bias hadir begitu saja hanya dengan

menjentikan jari.

Langkah pemeriksaan buku, catatan dan dokumen dilakukan dengan berpedoman pada program pemeriksaan yang telah disusun dan dimutakhirkan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan suatu teknik dan metode-metode

tertentu.

E. Melakukan Konfirmasi Kepada Pihak Ketiga

Menegaskan kebenaran dan kelengkapan data atau informasi dari Wajib Pajak dengan bukti –bukti yang diperoleh dari pihak ketiga.

F. Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak

1. Memberitahukan secara tertulis koreksi fiskal dan perhitungan pajak terutang

kepada Wajib Pajak.

(37)

3. Memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk menyampaikan pendapat, sanggahan, persetujuan atau meminta penjelasan lebih lanjut mengenai

temuan dan koreksi fiskal yang telah dilakukan.

G. Melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

Tujuan melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah sebagai upaya memperoleh pendapat yang sama dengan Wajib Pajak atas temuan pemeriksaan dan koreksi fiscal terhadap seluruh jenis pajak yang diperiksa. Hasil pembahasan

tersebut dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang harus ditandatangai oleh Wajib Pajak dan pemeriksa disertai lampiran yang menyebutkan jumlah koreksi dan jumlah pajak terutang yang disetujui oleh

Wajib Pajak dan Pemeriksa.

2.1.4.3 Laporan Pemeriksaan Pajak

Laporan Pemeriksaan Pajak adalah laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir Laporan Pemeriksaan pelaksanaan merupakan ikhtisar dan penuangan semua

hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Laporan Pemeriksaan Pajak juga merupakan sarana bagi pihak – pihak lain untuk mengetahui berbagai hal tentang pemeriksaan tersebut, baik berkenaan dengan

pencarian informasi – informasi tertentu, maupun dalam rangka pengujian kepatuhan prosedur dan mutu pemeriksaan yang telah dilakukan. Oleh karena itu Laporan

(38)

Setelah dilakukannya tahapan-tahapan pemeriksaan maka harus dibuat laporan hasil akhir pemeriksaan yang berisi laporan mengenai proses pemeriksaan

yang perlu dipertanggungjawabkan oleh pemeriksa pajak. Laporan hasil pemeriksaan merupakan dasar untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), yang sifatnya

terikat hukum yang memiliki pengaruh terhadap wajib pajak maupun pemeriksa pajak. Dalam penerbitan SKP harus mengikuti persyaratan legal formalnya, berbagai data dan informasi, perhitungan, teknik dan metode yang digunakan dalam

pemeriksaan, proses pengambilan kesimpulan, hingga pengikhtisaran dalam suatu Laporan Pemeriksaan Pajak dilakukan dengan teliti, akurat, logis, dan mengacu pada

peraturan perundangan perpajakan yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) supaya dapat dimanfaatkan oleh pemeriksa berikutnya antara lain, gambaran kegiatan usaha wajib pajak,

gambaran sistem akuntansi, daftar buku dan dokumen yang dipinjam, produksi data, dan usulan pemeriksa yang berisi apabila dikemudian hari ditemukan data baru dan

(39)

Laporan pemeriksaan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

1. Umum

Memuat keterangan-keterangan mengenai, identitas wajib pajak, pemenuhan kewajiban perpajakan, gambaran kegiatan wajib pajak, penugasan dan alasan

pemeriksaan, data dan informasi yang tersedia dan daftar lampiran.

2. Pelaksanaan pemeriksaan

Memuat penjelasan secara lengkap mengenai, pos-pos yang diperiksa, penilaian

pemeriksa atas pos-pos yang diperiksa, dan temuan-temuan pemeriksa

3. Hasil pemeriksaan

Merupakan ikhtisar yang menggambarkan perbandingan antara laporan wajib pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan dan perhitungan mengenai besarnya

pajak-pajak yang terutang.

4. Kesimpulan dan usul pemeriksaan

Memuat hasil pemeriksaan dalam bentuk, perbandingan antara pajak-pajak yang

(40)

2.1.5 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak dalam Siti

Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:

“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana:

1. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.”

(2010) Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.

Menurut Chaizi Nasucha Kepatuhan Wajib Pajak, dalam Siti Kurnia Rahayu,

menjelaskan bahwa:

“Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk

melaporkan kembali surat pemberitahuan, kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan”

(41)

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000

yang dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, menjelaskan bahwa:

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentun peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara.”

(2006) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak yang patuh

adalah wajib pajak yang sadar akan pajak, paham atas hak dan kewajiban perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar serta tepat waktu dalam melaporkan kembali Surat

Pemberitahuan (SPT).

Pengertian Wajib Pajak Menurut Siti Resmi dalam Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, menjelaskan bahwa:

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak dan

pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

(2008) Pengertian Wajib Pajak Badan Menurut Siti Resmi dalam Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, menjelaskan bahwa:

(42)

bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.”

(2008) Dari pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kepatuhan merupakan suatu tindakan patuh dan sadar terhadap ketertiban pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak yang berbentuk

sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan usaha sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

2.1.6 Kepatuhan Wajib Pajak

2.1.6.1 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu

Menurut Siti Kurnia Rahayu Wajib Pajak telah menjalankan kewajibannya

dalam menyampaikan SPT Tahunan tepat waktu jika:

“Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi kewajibannya.”

(2010) Jadi sesuai dengan ketetapan perundangan perpajakan yang berlaku bahwa Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh dalam kurung waktu yang ditetapkan yaitu sebelum tanggal 31 Maret maka wajib pajak tersebut dikategorikan

(43)

2.1.6.2 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Terlambat/ Lewat Waktu

(Permohonan Perpanjangan Penyampaian SPT)

Terdapat banyak kasus dimana Wajib Pajak tidak menyampaikan kembali SPT pada waktunya dikarenakan ketidaklengkapan persyaratan berupa laporan

keuangan dari WP Badan tersebut.

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati menjelaskan bahwa:

“Pasal 3 ayat 4 dan 5 UU KUP menyatakan bahwa WP dapat mengajukan permohonan perpanjangan untuk waktu penyampaian SPT tahunan. Dengan cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pelayanan pajak, masing-masing rangkap dua. Dalam permohonan secara tertulis itu diajukan sebelum tanggal 25 sebelum batas akhir penyampaian SPT Tahunan”.

(2009) 2.1.6.3 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati menjelaskan bahwa:

“Terhadap kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat oleh Wajib Pajak masih terbuka baginya hak untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan pemeriksaan. Dalam hal pembetulan SPT tersebut diatas menyatakan rugi atau lebih bayar”.

(2009) Dengan fasilitas tersebut diatas, Wajib Pajak dapat tetap melakukan

(44)

2.1.7 Hubungan Tingkat Produktivitas Pemeriksaan Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Pemeriksaan pajak adalah suatu keniscayaan yang harus diterima oleh Wajib Pajak sebagai penyeimbang dari pelaksanaan sistem perpajakan yang menganut self

assesment. Tujuan utama yang ingin dicapai dari pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak. Adapun konsep penghubung Pemeriksaan Pajak

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Menurut James Alm dan Michael McKee menjelaskan bahwa:

“Peningkatan produktivitas pemeriksaan saja tidak efektif. Akan efektif apabila produktivitas pemeriksaan dikombinasikan dengan probabilitas pemeriksaan yang lebih tinggi bahwa dampak keseluruhan pada kepatuhan adalah positif.”

(2006) Menurut Gunadi menjelaskan bahwa:

Tax compliance merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur

kinerja administrasi perpajakan oleh institusi pemungut pajak. Salah satu sarana dalam peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak adalah pemeriksaan pajak”.

(45)

Menurut Manish Gupta and Vishnuprasad Nagadevara menjelaskan bahwa:

“Penelitian ini menemukan hubungan yang positif antara pemeriksaan dan

kepatuhan sukarela. Temuan menunjukkan bahwa pengaruh pemeriksaan atas kepatuhan sukarela akan meningkatkan pendapatan Negara.”

Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:

“Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah merupakan tujuan utama dari pemeriksaan pajak, sehingga dari hasil pemeriksaan akan diketahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak, bagi Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan terhadapnya dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa –masa selanjutnya menjadi lebih baik.”

(2010) Dalam ketiga penjelasan tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa pemeriksaan pajak selain bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan. Pemeriksaan pajak juga sekaligus sebagai sarana pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak sehingga dapat tercapai tingkat kepatuhan wajib pajak, terutama dalam pemenuhan kepatuhan ketepatan waktu dalam penyampaian

SPT. Dengan dilakukan pemeriksaan pajak, akan diperoleh tingkat kebenaran laporan Wajib Pajak yang dituangkan dalam SPT. Dari hasil pemeriksaan yang telah

(46)

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam praktek pemungutan pajak di Indonesia Wajib Pajak diberi

kepercayaan untuk melaksanakan suatu sistem dimana Wajib Pajak menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga

melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat

wajib pajak.

Dengan adanya kepercayaan yang sangat besar yang telah diberikan pemerintah kepada masyarakat maka sudah selayaknya diimbangi dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan

kepercayaan tersebut. Dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia sekarang ini menuntut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk

selalu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Agar system self assessment berjalan secara efektif, keterbukaan dan pelaksanaan penegakan hukum merupakan hal yang paling penting. Penegakan hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau penyidikan pajak danpenagihan pajak. Pemeriksaan pajak merupakan instrument yang baik untuk meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak,

baik formal maupun material dari peraturan perpajakan, yang tujuan utamanya untuk menguji dan meningkatkan kepatuhan perpajakan seorang Wajib Pajak (Priatara

(47)

langsung pada penerimaan pajak. Salah satu produk dari aktivitas pemeriksaan pajak

yang dilakukan oleh fiskus adalah diterbitkannya Surat Keputusan Pajak (SKP).

Surat ketetapan pajak yang mempunyai potensi untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan pajak adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), hal ini

karena SKPKB merupakan salah satu sarana atau alat untuk menagih pajak, dan pada umumnya Wajib Pajak akan segera melunasi hutang pajaknya tersebut. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak suatu

daerah.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Wajib Pajak menjadi patuh secara sukarela pada saat mereka sadar bahwa institusi dalam hal ini

DJP, memperlakukan mereka dengan wajar dan adil. Lebih jauh lagi, Wajib Pajak yang diakui sebagai Wajib Pajak patuh juga ingin mengetahui bagaimana aparat pajak

menghadapi para Wajib Pajak yang tidak patuh. Dengan cara ini, peraturan yang responsive akan dapat mewujudkan kepercayaan dan keyakinan Wajib Pajak akan

ligitimasi system perpajakan kita. Dan dengan demikian akan timbulah kepatuhan pajak Wajib Pajak yang sukarela pula.

Berdasarkan kelima penelitian tersebut diatas yang membedakan dengan

penulis yaitu para peneliti sebelumnya menguji kepatuhan Wajib Pajak melalui beberapa analisa risiko untuk mengetahui tingkat risikonya apakah akan berpengaruh

(48)

strategi pemeriksaan pajak untuk mengikur tingkat kepatuhan Wajib Pajak, namun pada penelitian-penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pentingnya

mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak untuk dapat menjadi tolak ukur bagi kinerja DJP melalui pemeriksaan pajak dan dapat menambah pendapatan negara.

Berbagai faktor menjadi latar belakang munculnya ketidakpatuhan oleh Wajib Pajak Badan di Wilayah Jawa Barat. Menurut dari Organisation for Ekonomi Co-operation and Development (2004) bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan Wajib Pajak Badan terhadap kewajiban perhitungan dan penyampaian SPTnya, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor ekonomi berhubungan

secara langsung dengan beban keuangan yang akan dikeluarkan oleh Wajib Pajak Badan dalam penyelesaian kewajibannya. Sedangkan faktor non-ekonomi berhubungan pada perilaku Wajib Pajak, dimana setiap individu memiliki perilaku

yang berbeda sesuai dengan latar belakang, tingkat pendidikan serta kepribadian. Pada saat memiliki kesempatan untuk bisa menghindari kewajiban pajaknya, maka

Wajib Pajak akan mengambil peluang tersebut demi mendukung faktor ekonomi yang melatarbelakangi.

Sedangkan menurut Menurut James Alm dan Michael McKee (2006)

menjelaskan bahwa peningkatan produktivitas pemeriksaan saja tidak efektif. Akan efektif apabila produktivitas pemeriksaan dikombinasikan dengan probabilitas

(49)

Ketidakpatuhan ini telah menjadi pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan oleh Dirjen Pajak karena ketidakpatuhan Wajib Pajak akan berpengaruh pada

pendapatan Negara yang menjadi sumber dana pembangunan dan pemeliharaan saran publik bagi masyarakat. Untuk itu pentingnya melihat peningkatan pengawasan dari

DJP terhadap semua Wajib Pajak salah satunya melalui pelaksanaan pemeriksaan pajak.

Menurut Siti Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:

“Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem

administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum pajak, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak”.

(2010) Dari penjelasan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa kepatuhan merupakan kesadaran yang timbul dalam diri Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dalam penyampaian Surat Pemberitahuan sesuai

(50)

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam

bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1

Skema Krangka pemikiran Wajib Pajak

KPP

Orang pribadi Badan

SPT

Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Hipotesis

Adanya pengaruh tingkat produktivitas pemeriksaan Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

Tingkat Produktivitas

Pemeriksa Pajak

* Jumlah Laporan Pemeriksaan (LPP)

(51)

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono menjelaskan bahwa:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.”

(2010) Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat

disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa “Tingkat Produktivitas

(52)

46

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu

penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Menurut Sugiyono menjelaskan bahwa:

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

(2010) Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah tingkat

produktivitas pemeriksaan dan kepatuhan wajib pajak.Penelitian ini dilakukan oleh peneliti kepada pegawai pajak pada KPP Pratama di Wilayah Kota Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode verifikatif.

Menurut Sugiyono menjelaskan bahwa:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”

(53)

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah ke satu dan ke dua. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan

masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori

yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan. Sedangkan menurut Mashuri menjelaskan bahwa:

“Metode verifikatif adalah memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

(2009) Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik.Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X

terhadap Y yang diteliti.Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi

(54)

Menurut Sugioyono menjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan seperti teori sebagai berikut:

“Proses penelitian meliputi: 1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan”

(20010)

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan diatas, maka desain penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber Masalah

Masalah dibuat berdasarkan latar belakang penelitian dan diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di masyarakat sesuai dengan judul

yang diteliti. 2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Penelitian tidak akan dilakukan dengan baik apabila suatu masalah tidak dirumuskan

terlebih dahulu.

3. Konsep dan Teori yang Relevan dan Penemuan yang Relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka peneliti memerlukan referensi teoritis yang relevan dengan masalah dalam penelitian sebelumnya sebagai bahan

(55)

4. Pengajuan Hipotesis

Jawaban tehadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori

dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut

hipotesis.Hipotesis yang dibuat penelitian ini adalah pengaruh tingkat produktivitas pemeriksaan terhadap kepatuhan wajib.

5. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode verifikatif. Metode verifikatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah

pertama dan kedua, yaitu:

a. Bagaimana pengaruh tingkat produktivitas pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama di Wilayah

Kota Bandung.

6. Menyusun Instrumen Penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian.Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner,

untuk pedoman wawancara atau observasi.Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus

terlebih dulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran

(56)

dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Selanjutnya peneliti

menganalisis dan mengambil sampel untuk melakukan penelitian mengenai :

a. Tingkat produktivitas pemeriksaan pajak yang diperoleh dari data laporan Pemeriksaan Pajak yang diberikan oleh pegawai pajak. b. Kepatuhan wajib pajak yang diperoleh dari data SKPKB yang

diberikan oleh pegawai pajak. 7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban atas rumusan masalah.Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang

bermanfaat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

Desain penelitian yang lebih sederhana lagi akan dijelaskan dalam bentuk tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 T-1 Descriptive Descriptive dan

Survey

T-2 Descriptive Descriptive dan Survey

T-3 Verificative Explanatory Survey

(57)

Dari tabel di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian pertama adalah untuk mengetahui bagaimana

tingkat produktivitas pemeriksaan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul melalui unit analisis yaitu

pegawai pajak.

2. Tujuan penelitian kedua adalah untuk mengetahui bagaimana kepatuhan Wajib Pajak dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang terkumpul melalui unit analisis yaitu pegawai Pajak.

3. Tujuan penelitian ketiga adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat produktivitas pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dengan cara mengumpulkan data dan informasi lalu

menganalisis secara kuantitatif dengan menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis melalui uji statistik apakah hipotesis diterima

atau ditolak.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator,

serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai

(58)

Berdasarkan judul usulan penelitian yang telah dikemukakan diatas yaitu “Analisis atas produktivitas pemeriksaan terhadap kepatuhan wajib”, maka

variabel-variabel yang diteliti dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Variabel Bebas atau Independent (Variabel X) Menurut Sugioyono menjelaskan bahwa:

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat)”.

(2010) Dalam hal ini variabel bebas yang akan berkaitan dengan masalah yang

akan diteliti adalah data yang menjadi variabel bebas (Variabel X) adalah tingkat produktivitas pemeriksaan. Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang

memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala Likert. 2. Variabel Terikat atau Dependent (Variabel Y)

Menurut Sugiyono menjelaskan bahwa:

“Variabel terikat adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas”.Data yang menjadi variabel terikat (Variabel Y) adalah kepatuhan wajib pajak”.

(2010)

(59)

Tabel 3.2

Operasionlisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

(60)

tingkat kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan dengan dilakukannya

pemeriksaan terhadapnya dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa – masa selanjutnya menjadi lebih baik.” (Siti Kurnia

(61)

Dalam operasionalisasi untuk variable tingkat produktivitas pemeriksaan dan kepatuhan wajib pajak menggunakan skala rasio.

3.2.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.2.3.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai “Analisis

atas Tingkat Produktivitas Pemeriksaan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak” adalah data primer dan sekunder.

1. Data Sekunder

Menurut Sugiyono menjelaskan bahwa:

“Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca,

mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literature, buku-buku, serta dokumen perusahaan”.

(2010)

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa data Laporan Pemeriksaan

(62)

3.2.3.2Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu:

1. Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi criteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.

Menurut Sugiyono menjelaskan bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

(2010)

Berdasarkan pengertian diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. Yang menjadi populasi target dalam penelitian ini adalah 5 Kamtor pelayanan Pajak di

(63)

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:116) tentang pengertian sampel yaitu:

“Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi sampel pada penelitian

ini adalah 5 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung. Karena jumlah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung jumlahnya

terbatas, yaitu hanya 5 Kantor Pelayanan Pajak maka pada penelitian ini tidak dilakukan penarikan sampel, karena semua Kantor Pelayanan Pajak yang ada di

Wilayah Kota Bandung akan dijadikan sebagai subjek penelitian (sensus).

Menurut Cooper tentang pengertian sensus yaitu:

“Census is a count of all the elements in a population (Sensus adalah

hitungan dari semua elemen dalam populasi)”.

(2006) Berdasarkan definisi diatas, maka sensus dapat diartikan sebagai suatu perhitungan atau pengukuran terhadap semua elemen/bagian di dalam suatu

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Laporan Pemeriksaan Pajak di Salah Satu KPP
Tabel 1.4 Waktu Penelitian
Gambar 2.1 Skema Krangka pemikiran
Tabel 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui besarnya pengaruh pelaksanaan pemeriksaan pajak terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang.. 1.4

Hal ini berarti bahwa kualitas pelayanan pajak, lingkungan wajib pajak, sanksi pajak dan sikap fiskus berpengaruh sebesar 25,7% terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25 baik secara parsial

pelaksanaan Self Assessment System memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Cimahi. Secara

Berdasarkan hasil koefisien determinasi parsial, diketahui secara parsial pemeriksaan pajak memberikan pengaruh paling dominan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan

Secara parsial pengetahuan Wajib Pajak dan tarif pajak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan, sedangkan penyuluhan pajak tidak

Berdasarkan uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh pemeriksaan pajak, modernisasi sistem administrasi perpajakan dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus dan sanksi pajak terhadap tingkat kepatuhan formal wajib pajak (pada