• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Skor Pufa, Deft dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 3-5 Tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Skor Pufa, Deft dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 3-5 Tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 No.Kartu:

Tgl: .../ .../ 2016 DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN SKOR pufa, deft DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN MEDAN SELAYANG

LEMBAR PEMERIKSAAN ANAK

B) Pemeriksaan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

3) Berat badan : ……... kg 3) 3. Diatas Normal ( >2SD )

(2)

No. kartu: C) PEMERIKSAAN pufa dan deft

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

KETERANGAN 7) ∑p = 7)

8) ∑ u = 8)

9 )∑f = 9)

10)∑ a = 10)

11) ∑ pufa = 11)

12)∑d = 12)

13)∑e = 13)

14) ∑f = 14

15) ∑ def t = 15)

16) Kategori Anak : 16)

1. deft 1-5 non pufa 2. deft > 5 non pufa 3. pufa > 0 dan deft > 0 pufa

deft

deft

(3)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Nama saya Baldeep Kaur Balwant Singh mahasiswa yang sedang menjalani Pendidikan

Dokter Gigi di Fakultas Kedokteraan Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan

mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Skor Kerusakan Gigi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 3-5 Tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Selayang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 3-5 tahun yang memiliki pufa

dibandingkan kelompok anak tanpa pufa di PAUD, TK Kecamatan Medan Petisah dan

Kecamatan Medan Selayang. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan

informasi mengenai hubungan antara kesehatan gigi anak dengan berat badan anak.

Prosedur penelitian adalah sebagai berikut :

1. Anak diperiksa indeks massa tubuh dengan mengimbang berat badan dengan

timbangan digital dan tinggi badan menggunakan stadiometer.

2. Anak diperiksa tingkat keparahan lubang gigi menggunakan indeks pufa dan

deft, alat yang digunakan kaca mulut, sonde, dan senter.

Partisipasi anak Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan subjek tidak

akan dikenakan biaya apapun selama penelitian dilaksanakan. Indentitas anak juga akan

disamarkan sehingga kerahasiaan data akan dijamin. Apabila terdapat keluhan ataupun

untuk informasi lebih lanjut mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian ini,

Bapak/Ibu dapat menghubungi saya.

Keuntungan dari penelitian ini adalah orang tua dapat mengetahui seberapa parah

kerusakan dari gigi anak, selain itu orang tua juga bias mengetahui apakah ada

hubungan antara keparahan lubang gigi dengan berat badan dan tinggi badan anak serta

kategori indeks massa tubuh anak. Adapun kerugian dari penelitian ini bagi anak yaitu

mengambil waktu anak dan kemungkinan anak sedikit lelah akibat membuka mulut

pada saat pemeriksaan. Demikian penjelasan mengenai penelitian yang akan saya

(4)

menghubungi saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu, saya ucapakan

terima kasih.

Medan,………2016

Baldeep Kaur Balwant Singh

(5)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Alamat :

Telepon/HP :

Selaku orang tua dari anak saya,

Nama :

Kelas :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, menyatakan saya bersedia, anak saya bersedia berpartisipasi sebagai subjek pada penelitian yang berjudul :

“Hubungan Skor pufa, deft dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 3-5 Tahun di Kecamtan Medan Petisah dan Selayang”

Mahasiswa Peneliti Medan, ……….

Orang tua / Wali subjek

(6)

Lampiran 4

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

311 Fasya 2 5 108,2 18,5 15,9 2 2 0 0 0 2 6 0 0 6 3

312 Effel 1 3 102,0 12,5 12,1 1 7 0 0 0 7 12 0 0 12 3

313 Azzhar 1 4 105,6 22,0 20,1 3 2 0 0 0 2 8 0 0 8 3

314 Yustin 1 5 106,7 16,1 14,2 2 1 0 0 0 1 6 0 0 6 3

315 Nhatanael 1 3 102,0 13,0 12,4 1 7 1 0 0 8 14 0 0 14 3

316 Armita 2 4 101,0 18,1 17,7 3 1 0 0 0 1 4 0 0 4 3

317 Aryaana 2 5 116,2 19,2 14,2 2 2 0 0 0 2 5 0 0 5 3

318 Ribka 2 3 101,0 14,1 13,7 2 5 0 0 0 5 9 0 0 9 3

319 Razka 1 4 102,4 15,0 14,4 2 8 0 0 0 8 13 0 0 13 3

320 Rafli 1 5 110,2 19,8 16,3 2 2 0 0 0 2 5 0 0 5 3

321 Ghaniyah 2 4 110,8 22,2 18,1 3 4 0 0 0 4 7 0 0 7 3

322 Queesha 2 5 121,1 17,2 11,7 1 6 0 0 0 6 10 0 0 10 3

323 Altaf 1 4 111,2 16,7 13,5 2 3 0 0 0 3 6 0 0 6 3

324 Nazran 1 5 111,0 20,1 16,2 2 1 0 0 0 1 5 0 0 5 3

325 Faris 1 4 115,3 20,1 15,2 2 2 0 0 0 2 7 0 0 7 3

326 Fathia 2 5 109,7 20,3 17,1 2 5 0 0 0 5 11 0 0 11 3

327 Farisya 2 4 105,0 20,0 18,1 3 2 0 0 0 2 7 0 0 7 3

328 Yoel 1 5 115,2 22,1 16,6 2 1 0 0 0 1 4 0 0 4 3

329 Muthiah 2 4 97,0 14,3 15,2 2 2 0 0 0 2 8 0 0 8 3

(21)

Lampiran 6

Karakteristik Responden

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 163 49.4 49.4 49.4

Perempuan 167 50.6 50.6 100.0

Total 330 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 101 30.6 30.6 30.6

4 114 34.5 34.5 65.2

5 115 34.8 34.8 100.0

Total 330 100.0 100.0

Rerata Status Karies

Kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid deft 1-5 non pufa 110 33.3 33.3 33.3

deft > 5 non pufa 110 33.3 33.3 66.7

pufa > 0 dan deft > 0 110 33.3 33.3 100.0

(22)
(23)

Data Keseluruhan (Rerata deft)

Analisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Kelompok deft tanpa pufa dan Kelompok pufa

Berdasarkan tabel di atas, diketahui:

(24)

 Dari 110 responden dengan deft > 5 non pufa, 18 (16,4%) responden di bawah normal, 69 (62,7%) normal, dan 23 (20,9%) di atas normal.

 Dari 110 responden dengan deft > 0 dan pufa > 22 (20%) responden di bawah normal, 78 (70,9%) normal, dan 10 (9,1%) di atas normal.

Berdasarkan hasil di atas, untuk berbagai kelompok, mayoritas memiliki kategori IMT normal.

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.67.

Berdasarkan hasil uji chi-square, diketahui nilai probabilitas atau p-value adalah 0,088 > 0,05, maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok IMT dan kelompok anak.

Analisis Korelasi antara Rerata Indeks Massa Tubuh dengan Rerata pufa dan deft tanpa pufa

Correlations

pufa IMT

Spearman's rho pufa Correlation Coefficient 1.000 -.429**

Sig. (2-tailed) . .000

N 110 110

IMT Correlation Coefficient -.429** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 110 110

(25)

Correlations

deft IMT

Spearman's rho deft Correlation Coefficient 1.000 -.151*

Sig. (2-tailed) . .025

N 220 220

IMT Correlation Coefficient -.151* 1.000

Sig. (2-tailed) .025 .

N 220 220

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Skor pufa pada Anak Usia 3-5 tahun

Group Statistics Jenis

Kelamin N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

pufa Laki-Laki 58 3.9310 2.85843 .37533

Perempuan 52 3.9423 2.73262 .37895

Test Statisticsa pufa

Mann-Whitney U 1495.000

Wilcoxon W 3206.000

Z -.079

Asymp. Sig. (2-tailed) .937

(26)
(27)

DAFTAR PUSTAKA

1. Oktavilia WD, Probosari N, Sulisyanti. Perbedaan OHI-S DMF-T dan deft pada siswa sekolah dasar berdasarkan letak geografis di Kabupaten Situbondo. Pustaka Kesehatan e-Jurnal 2014; 2(1): 34-41.

2. Yulita I, Elly D, Victrix AA. Air susu ibu dan karies gigi sulung. J Health Quality 2013; 4(1): 69-76

3. Sutadi H. Aktivitas karies gigi anak sekolah di Jakarta. Jurnal Kedokteraan Gigi Universitas Indonesia 1993; 1(1): 15-9.

4. Monse B, Heinrich-Weltizen R, Benzian H, Holmgren C, van Palenstein Helderman W. PUFA – An index of clinical consequences of untreated dental caries. Community Dent Oral Epidemiol 2010; 38: 77-82

5. Sheiham A. Dental carries affects body weight, growth and quality of life in pre school children. British Dental Journal 2006; 201(10): 625-6

6. Yani RWE. Relationship between dental caries and nutritional status in toddlers at Kaliwates Jember. IJSBAR 2015; 21(2): 428-33.

7. Asrianti, Bahar B, Abdullah Z. Relationship of ECC and food intake and nutrition status 3-5 years old children. Public Health 2012; 5(1): 1-2.

8. Mehta A, Bhalla S. Assessing consequences of untreated carious lesions using pufa index among 5-6 years old school children in an urban Indian population. Indian J Dent Res 2014: 25(3): 150.

9. Standar Antropometri penilaian status gizi anak. http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/buku- sk- antropometri 2010.pdf (20 Agustus 2015).

10. Minshu MP, Hobdell M, Khan MH Khan, RM Hubbard, W Sabbah. Relationship between untreated dental caries and weight and height of 6 to 12-year-old primary school children in Bangladesh. International Journal of Dentistry 2013: 5.

(28)

12. Widayati N. Faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi 2014; 2(2): 196-205.

13. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 4-15.

14. Winda SU, Gunawan P, Wicaksono DA. Gambaran karies rampan pada siswa pendidikan anak usia dini di Desa Pineleng II Indah. Jurnal eG 2015; 3(1): 175-81. 15. Sumini, Amikasari B, Nurhayati D. Hubungan konsumsi makanan manis dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah di TK B RA Muslimat PSM Tegalrejodesa Semen Kecamatan Nguntorondi Kabupaten Magetan. Jurnal Delima Harapan 2014; 3(2): 20-7.

16. Susi, Bachtiar H, Azmi U. Hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan karies pada gigi sulung anak umur 4 dan 5 tahun. Majalah Kedokteraan Andalas 2012; 36(1): 96-105.

17. Yussac M, dkk. Prevalensi obesitas pada anak usia 4-6 tahun dan hubungannya dengan asupan serta pola makan. Maj Kedokteran Indonesia. 2007; 57(2):47-53.

18. Sarah A, Tjipa Gd. Hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah anak di Sekolah Dasar Negeri 064979 Medan. E J FK USU 2013; 1(1): 1-4

19. Schutz Y, Woringer V. Obesity: A critical assessment of prevalence in children and adults. International Journal of Obesity 2002: 26: 3-9.

20. Dua R, Jindal R, Kaur D, Aggarwal N. Correlation between PUFA/pufa scores and BMI- for age in rural Indian Children. Indian Journal Oral Science 2014; 5: 21-6

21. Benzian et al. Untreated severe dental decay: a neglected determinant of low body mass index in 12-year-old Filipino children. BMC Public Health 2011; 11: 558-67. 22. Edalat A, Abbaszaddeh M, Eesvandi M, Heidari A. The relationship of severe early childhood caries and body mass index in a group of 3-6 years old children in Shiraz. Journal Dent Shiraz Univ Med Sci 2014; 15(2): 68-73

(29)

24. Acs G, Lodolini G, Kaminsky S, Cisneros GJ. Effect of nursing caries on body weight in a pediatric population. Pediatric Dentistry 2002; 14(5): 302-5

25. Wu et al. Association between obesity and dental caries in Chinese children. Caries Res 2013; 47: 171-6

(30)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian analitik observasi, peneliti hanya melakukan observasi tanpa memberikan intervensi pada sampel yang diteliti. Rancangan penelitian adalah cross sectional, pengambilan data variabel bebas dan tergantung dilakukan dalam waktu bersamaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dharma Pancasila, PAUD Khansa, PAUD Dinamis, PAUD Islam An-Nida, Taman Kanak-kanak (TK) Amir Hamzah, TK Guang Ming dan TK Kenanga di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang. Sekolah dipilih berdasarkan kriteria tertentu.

Waktu penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan April 2016 sampai Desember 2016 yang mencakup penulisan proposal selama 4 bulan, pengumpulan sampel selama 1 bulan, pengumpulan data pengolahan data dan hasil penelitian selama 3 bulan.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang. Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus analitik numerik tidak berpasangan dengan skala pengukuran variabel numerik.

(31)

n = 2 (Zα + Zβ)2 Sg2

(x1-x2)2

n = 2 (1.96 + 0.842)2 2.4722

(1)2 n = 95,65

n = 96

Keterangan:

Zα = derivatif baku alfa ( 5 % = 1,96) Zβ = derivatif baku beta ( 20% = 0,842) Sg = Simpangan baku = 2,47

X1-X2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna = 1

Nilai S gabungan didapatkan dari penelusuran pustaka penelitian sebelumnya.6 Berdasarkan penelusuran pustaka didapat data sebagai berikut:

(Sg)2 = S12 (n-1) + S22 (n-1)

n1 + n2 - 2

(Sg)2 = 2.582 (49-1) + 2.352 (49-1)

49 + 49 - 2

(Sg)2= 6.09

Sg = 2.47

Keterangan

Sg = simpangan baku gabungan

(32)

n2 = besar sampel kelompok 2 (pufa) pada penelitian sebelumnya = 49 anak

S1 = Simpangan baku kelompok 1 (deft) pada penelitian sebelumnya = 2,58

S2 = Simpangan baku kelompok 1 (pufa) pada penelitian sebelumnya = 2,35

Besar sampel diambil dengan teknik multistage random sampling dengan sampel minimum 96 orang. Mengantisipasi terjadinya drop out saat penelitian maka ditambahkan jumlah 10% sehingga besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 110 orang. Kelompok I terdiri dari 110 orang anak yang non pufa dan deft 1-5, kelompok II terdiri dari 110 orang anak yang non pufa dan deft > 5 dan non pufa, dan kelompok III terdiri dari 110 orang anak yang memiliki pufa dan deft. Besar sampel seluruhnya adalah 330 orang.

Kriteria Inklusi:

• Anak usia 3-5 tahun. • Keadaan umum anak baik. • Anak dalam periode gigi sulung.

• Anak yang mendapat persetujuan orangtua. Kriteria Eksklusi :

• Anak menolak untuk diperiksa

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian

a. Variabel terikat/dependen : Indeks massa tubuh

b. Variabel independen : Indeks pufa, indeks deft, usia, jenis kelamin

No Variabel Defenisi Cara pemeriksaan Kategori Skala

(33)

No Variabel Defenisi Cara Pemeriksaan Kategori Skala p: Terlihat karies yang telah mencapai pulpa dan meluas atau mukosa bukal dan di daerah antagonisnya terlihat adanya fragmen akar yang tajam.

(34)

No Variabel Defenisi Cara Pemeriksaan Kategori Rasio

3.5 Cara pengambilan data

(35)

3.6 Prosedur Penelitian

1. Setelah mendapat persetujuan dan waktu pelaksanaan penelitian dari Kepala Sekolah PAUD dan TK. Orang tua/wali berserta anak dikumpulkan untuk diberikan penjelasan tentang penelitian dan informed consent yang akan ditandatangani.

2. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas dan Posyandu diberikan

informed consent kepada orang tua dari anak yang memenuhi kriteria inklusi.

3. Pengambilan data tinggi badan dan berat badan anak. Mengukur tinggi badan menggunakan meteran, pengukuran berat badan dengan timbangan badan digital. Data diisi pada lembar pemeriksaan.

4. Pemeriksaan rongga mulut anak menggunakan masker dan sarung tangan. Mengetahui jumlah deft dan jumlah pufa menggunakan sonde, kaca mulut, pinset dan senter selanjutnya data diisi pada lembar pemeriksaan.

5. Alat yang telah dipakai untuk setiap anak, dicuci dan dimasukkan kedalam gelas yang berisi larutan antiseptik.

6. Alat yang sudah disterilisasi dikeringkan dengan handuk.

3.7 Pengelolahan dan Analisis Data Pengelolahan data

Pengelolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer. Pengelolahan data meliputi:

1.Editing (pengeditan data). Editing adalah memeriksa dan meneliti kembali kelengkapan kuesioner dan hasil pemeriksaan.

2. Koding (pengkodean data). Pengisian kotak berdasarkan hasil dari pemeriksaan dalam kuesioner.

3.Entry data (pemasukan data). Data yang selesai dikoding selanjutnya dimasukkan dalam tabulasi untuk dianalisis.

(36)

Analisis Data

Analisis untuk mengetahui perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok yang memiliki pufa dibandingkan kelompok anak dengan deft non pufa menggunakan Chi- Square. Analisis mencari korelasi rerata indeks massa tubuh dengan kelompok pufa dan kelompok deft tanpa pufa menggunakan korelasi Spearman karena data tidak terdistribusi normal. Data tidak terdistribusi normal, hubungan antara jenis kelamin dan skor pufa, deft menggunakan analisis Mann-Whitney. Mengetahui rerata indeks pufa, deft dan indeks massa tubuh menggunakan analisis univariat deskriptif. Nilai p dianggap bermakna apabila p< 0,05 dan derajat kepercayaan 95 %.

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup 1. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, dan pelaksanaan penelitian. Setelah itu peneliti memberikan lembar persetujuan kepada orang tua/wali dari responden yang akan ditanda tangani.

2. Ethical Clearance

(37)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi jenis kelamin dan usia. Responden berasal dari 2 kecamatan yaitu Medan Petisah dan Medan Selayang dengan jumlah responden 330 orang anak. Jumlah sampel dari Kecamatan Medan Petisah adalah 164 orang (49,7%) dan Kecamatan Medan Selayang 166 orang (50,3%). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah sampel laki-laki 163 orang (49,4%) dan perempuan 167 orang (50,6%). Berdasarkan usia, usia 3 tahun 101 orang (30,7%), usia 4 tahun 114 orang (34,5%), usia 5 tahun 115 (34,8%). Berdasarkan pembagian kelompok, kelompok I (non pufa, deft 1-5) 110 orang (33,3%), kelompok II (non pufa, deft > 5) 110 orang (33,3%), kelompok III (pufa > 0, deft > 0) 110 orang (33,3%). Total seluruh sampel 330 orang (100%) (Tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin

Karakteristik n %

Jenis Kelamin

Laki-laki 163 49,4

Perempuan 167 50,6

Usia

3 tahun 101 30,7

4 tahun 114 34,5

5 tahun 115 34,8

(38)

4.2 Status Karies

Rerata deft pada kelompok I (tanpa pufa, deft 1-5) 3,54 1,22, kelompok II (tanpa pufa, deft > 5) 8,30 1,85, kelompok III (pufa > 0) 3,94 2,79, dan rerata deft keseluruhan (kelompok I-III) 6,84 3,35 (Tabel 3).

Tabel 3. Rerata status karies berdasarkan kelompok

Status Karies Kelompok Anak Kelompok I

4.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh pada Kelompok Anak tanpa pufa dan Anak yang Memiliki Pufa

(39)

statistik tidak ada perbedaan bermakna indeks massa tubuh antara kelompok anak pufa dan kelompok tanpa pufa (p=0,088) (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil analisis perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok deft tanpa pufa dan kelompok pufa

Kelompok Anak Indeks Massa Tubuh p Dibawah normal

4.4 Korelasi Indeks Massa Tubuh dengan Kelompok pufa dan Kelompok deft tanpa Pufa

Kelompok pufa, berdasarkan hasil analisis statistik korelasi Spearman,

korelasinya –0,429 dengan p=0,001. Didapat ada korelasi antara rerata indeks massa tubuh dengan rerata skor pufa. Tanda negatif menunjukkan semakin tinggi skor pufa, semakin rendah indeks massa tubuh.

Kelompok deft, berdasarkan hasil analisis statistik korelasi Spearman, korelasinya -0,151 dengan p=0,025. Didapat ada korelasi antara rerata indeks massa tubuh dengan rerata skor deft. Tanda negatif menunjukkan semakin tinggi skor deft, semakin rendah indeks massa tubuh (Tabel 5).

Tabel 5. Hasil analisis korelasi antara rerata indeks massa tubuh dengan rerata pufa dan deft tanpa pufa

Variabel Rerata Indeks MassaTubuh

n Korelasi p

(40)

4.5 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Skor pufa pada Anak Usia 3-5 Tahun

Hasil penelitian, pada kelompok III (pufa > 0) anak laki-laki sebanyak 58 orang memiliki rerata pufa 3,93 2,86, perempuan sebanyak 52 orang memiliki rerata pufa 3,94 2,73. Berdasarkan hasil analisis uji Mann-Whitney, menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan skor pufa (p = 0,937) (Tabel 6).

Tabel 6. Hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan skor pufa pada anak usia 3-5 tahun

Jenis Kelamin n (%) Rerata pufa SD p Laki-laki 58 (52,7) 3,93 2,86 0,937 Perempuan 52 (47,3) 3,94 2,73

(41)

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, total responden adalah 330 orang anak usia 3-5 tahun dari sekolah PAUD, TK di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang. Jumlah anak laki-laki 163 orang (49,4%) dan perempuan 167 orang (50,6%). Berdasarkan usia, usia 3 tahun 101 orang (30,7%), usia 4 tahun 114 orang (34,5%), usia 5 tahun 115 (34,8%) (Tabel 2).

Rerata pengalaman karies anak pada kelompok I (deft 1-5, tanpa pufa) sebesar 3,54. Kelompok II (deft > 5, tanpa pufa) sebesar 8,30. Kelompok III yang memiliki pufa sebesar 8,67. Decay mendominasi status deft pada penelitian ini, sedangkan filling pada kelompok I adalah 0,28, kelompok II, 0,25, dan kelompok III adalah 0,08. Data ini sesuai dengan penelitian Baginska J yang menunjukkan tingkat filling berkisar antara 0,12 hingga 0,01 dimana disimpulkan semakin tinggi gigi yang ada filling, semakin rendah resiko terjadinya karies.23 Tingkat kesadaran untuk mencari perawatan masih rendah. Tingginya gigi yang karies pada sampel penelitian ini dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti, orang tua yang kurang memerhatikan kesehatan gigi anak meliputi menyikat gigi dan diet anak. Peran orang tua dalam menjaga kesehatan gigi anak usia 3-5 tahun sangat penting karena anak pada usia ini tidak menjaga kebersihan mulutnya secara efektif. Orang tua harus membantu anak dan mengawasi anak ketika menyikat gigi agar prosedur yang dilakukan adalah benar.

(42)

kurang dan sebagian anak tidak mengetahui frekuensi menyikat gigi. Memeriksakan gigi anak secara rutin dan menjaga kebersihan mulut sangat penting untuk mencegah terjadinya karies gigi.7 Rerata abses pada penelitian ini sebesar 0,02, walaupun tidak sebesar nilai p bukan berarti tidak memengaruhi indeks massa tubuh. Hal ini disebabkan abses dapat menimbulkan rasa sakit yang sakit berpengaruh terhadap perilaku anak dalam memilih makanan, perilaku sosial yang lebih pendiam, dan masalah pada kehadiran ke sekolah.23

Penelitian ini menunjukkan seorang anak memiliki rerata skor pufa 3,94, disimpulkan sebagian besar anak memiliki karies yang melibatkan pulpa sebanyak 4 gigi meskipun usia anak baru berkisar 3-5 tahun. Diperlukan usaha pencegahan seperti penambalan gigi yang mengalami karies sebelum melibatkan pulpa, sehingga perlu disosialisasikan kepada orang tua.

Pada penelitian ini secara subtansi terdapat perbedaan indeks massa tubuh antara kelompok anak dengan pufa dan tanpa pufa. Anak memiliki pufa mempunyai indeks massa tubuh dibawah normal paling banyak yang sebesar 20%, kemudian diikuti oleh kelompok II (deft > 5 tanpa pufa) sebesar 16,4% dan kelompok I (deft 1-5 tanpa pufa) sebanyak 14,6% (Tabel 4). Perbedaan indeks massa tubuh antara kelompok pufa dan kelompok tanpa pufa secara statistik tidak bermakna, (p= 0,088). Tidak adanya perbedaan yang bermakna pada kelompok II (deft > 5, tanpa pufa) kemungkinan karena anak memiliki karies yang cukup tinggi dengan rerata 8,30 1,85, sedangkan pada anak kelompok pufa memiliki rerata pengalaman karies yang hampir sama yaitu sebesar 8,67 3,54. Anak pada kelompok II ini mungkin memiliki karies dentin yang banyak sehingga menyebabkan rasa sakit pada gigi dan akhirnya memengaruhi indeks massa tubuh anak.

(43)

pada penelitian George et al. ditemukan hubungan antara karies dengan indeks massa tubuh anak, dimana beliau menyatakan bahwa anak yang kesehatan giginya tidak terawat, berat badannya 1 kg lebih rendah dari anak yang kesehatan giginya baik.24

Pada penelitian ini, pada kelompok pufa menunjukkan ada korelasi antara rerata indeks massa tubuh dengan rerata skor pufa dengan koefisien yang sedang yaitu -0,429 (p=0,001). Korelasi negatif memberikan gambaran bahwa semakin tinggi skor pufa seorang individu, semakin rendah indeks massa tubuh individu tersebut (Tabel 5). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Filipina oleh Benzian et al. yaitu jumlah dan persentase indeks massa tubuh dibawah normal lebih banyak terdapat pada kelompok anak yang memiliki karies melibatkan pulpa. Rasa sakit yang timbul akibat karies yang tidak terawat dapat memengaruhi perilaku anak secara menyeluruh, seperti perubahan perilaku anak yang lebih memilih makanan lunak dan mudah dikunyah sehingga mengurangi asupan nutrisi anak.21 Anak yang memiliki banyak karies mencapai pulpa kemungkinan akan menderita sakit gigi dengan waktu yang lebih panjang dibandingkan anak yang memiliki lebih sedikit gigi karies mencapai pulpa, sehingga hal ini akan memengaruhi asupan makanan yang akan memengaruhi indeks massa tubuh anak.Sebaliknya penelitian Gokhale et al. (cit. Asrianti dan Bahar) pada tahun 2010 di India, menemukan bahwa indeks massa tubuh tidak berkorelasi dengan deft.7

(44)

Karies merupakan penyakit multifaktorial, oleh karena itu jenis kelamin merupakan salah satu faktor biologis yang memberi kontribusi dalam berkembangnya proses karies. Pada penelitian ini, rerata skor pufa pada perempuan hampir sama dengan laki-laki. Rerata skor pufa perempuan adalah 3,94 dan laki-laki 3,93, namun jenis kelamin pada penelitian ini, tidak ada hubungan antara anak laki-laki dan perempuan dengan skor pufa (p=0,937) (Tabel 6). Penelitian Wu et al. menunjukkan perbedaan tidak bermakna antara jenis kelamin dengan status karies, rerata skor anak perempuan dan laki-laki hasil yang diperoleh sebesar 2,87 dan 2,96. Hal ini dikarenakan pada penelitian Wu et al. seluruh sampel yang digunakan difokuskan pada pola makan yang tidak baik, sehingga baik anak perempuan maupun laki-laki memiliki status karies yang buruk dan tidak menghasilkan perbedaan yang tidak bermakna menurut hasil uji analisis.25

(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :

1.Tidak terdapat hubungan bermakna perbedaan indeks massa tubuh antara kelompok pufa dan kelompok deft tanpa pufa pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

2. Didapat korelasi yang sedang (-0,429) antara rerata pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

3. Didapat korelasi yang lemah (-0,151) antara rerata deft dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

4. Anak perempuan memiliki skor pufa yang hampir sama dibandingkan anak laki-laki di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

6.2Saran

1. Perlu dilakukan program penyuluhan dari tenaga kesehatan khususnya dokter gigi untuk meningkatkan pengetahuan dan memberikan informasi kepada orangtua dan tenaga pengajar di TK, PAUD mengenai faktor penyebab gigi berlubang pada anak, cara pencegahan dan perawatan yang dapat dilakukan.

2. Disarankan orang tua memotivasi anak untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dan memperhatikan kebersihan rongga mulut anaknya serta membawa anak kedokter gigi enam bulan sekali secara berkala.

(46)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Karies Gigi dan Prevalensinya

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan.12 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Sampai sekarang, karies masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara-negara bekembang.13

Karies gigi dapat ditemui di seluruh dunia tanpa memandang usia, bangsa ataupun keadaan ekonomi. Diperkirakan 90% anak usia sekolah di seluruh dunia pernah menderita karies. Menurut penelitian Hong et al, sebanyak 28% anak usia 2-6 tahun di Amerika Syarikat mengalami karies dan prevalensinya meningkat 15% selama dekade terakhir.7 World Health Organization (WHO) tahun 2003 menyatakan, angka pengalaman karies pada anak usia SD adalah 60-90%.1 Prevalensi karies di Indonesia mencapai 90% dari populasi anak balita. Menurut laporan penelitan Winda et al pada tahun 2007, karies gigi telah meningkat pada anak usia balita dan anak pra sekolah, yaitu dari 24% menjadi 28%, dimana pada anak usia 2-5 tahun meningkat 70%.14

2.2 Etiologi Karies

(47)

peranan yaitu faktor host, agen, substrat dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih (Gambar 1).13

Faktor Host

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai host terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.13

Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi sulung lebih mudah terserang karies daripada gigi permanen.Hal ini disebabkan karena enamel gigi

Gambar 1. Karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat

(48)

sulung mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi permanen. Secara kristalografis kristal-kristal gigi sulung tidak sepadat gigi permanen, kemungkinan alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.13

Faktor Agen

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis,

Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Penelitian lain menunjukkan adanya laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 104 – 105 sel/mg plak, walaupun demikian,

Streptokokus mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies karena Streptokokus mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam).13

Faktor Substrat

Faktor substrat dapat memengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakkan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Substrat dapat memengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.13

Faktor Waktu

(49)

berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.13 Pada anak-anak rerata waktu dari mulai terjadinya lesi awal hingga terjadinya lubang adalah sekitar 18+/-6 bulan.2

2.3 Faktor Risiko Karies

Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies, oral higiene, usia, jenis kelamin dan sosial ekonomi.13

Pengalaman Karies

Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi sulung dapat memprediksi karies pada gigi permanennya, bila gigi sulung berlubang dan rusak maka akan menyerang gigi permanen sebelum gigi tersebut berhasil menembus gingiva.13,15

Oral Higiene

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insiden karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.13 Orang tua harus rutin setiap 6 bulan sekali memeriksakan gigi anaknya ke dokter gigi.16

(50)

Usia

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya usia. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai resiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.13 Menurut penelitian Suwelo pada tahun 1992, karies lebih banyak pada kelompok usia 4-5 tahun dibandingkan dengan usia 3 tahun.7

Sosial Ekonomi

Karies dijumpai lebih tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan. Menurut Tirthankar (2002), pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang memengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan memengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.13 Penelitian yang dilakukan oleh Chidambaram (India), meneliti tentang hubungan status sosial ekonomi dengan prevalensi karies gigi pada anak-anak, didapatkan hasil bahwa persentase karies yang dialami tinggi dimana 80,4% anak-anak adalah dari kelompok sosial ekonomi rendah.16

Jenis kelamin

(51)

2.4 Akibat Karies yang Tidak Dirawat

Menurut Zelvya penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi adalah karies gigi.15 Banyak penelitian yang meneliti tentang penyebab penyakit gigi dan bagaimana penyakit gigi seperti karies dapat memengaruhi kesehatan umum seseorang. Meskipun banyak dilakukan penelitian tentang itu, namun masih banyak kasus karies gigi yang masih diabaikan. Kerusakan pada gigi yang disertai ketidaknyamanan atau sakit gigi dapat memengaruhi berat badan, pertumbuhan dan kualitas hidup anak sebab fungsi pengunyahan gigi akan terganggu, membuat anak rewel, gingiva bengkak, anak juga akan mengalami gangguan dalam menjalankan aktifitasnya sehari - hari, sehingga anak tidak mau makan dan akibatnya yang lebih parah bisa terjadi malnutrisi. Akibat lain dari kerusakan gigi pada anak adalah penyebaran toksin atau bakteri pada mulut melalui aliran darah, saluran pernafasan, saluran pencernaan apa lagi bila anak menderita manultrisi, hal tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan anak akan mudah terkena penyakit. Bila gigi sulung sudah berlubang dan rusak maka dapat diramalkan gigi permanen tidak akan sehat.15

(52)

2.5 Indeks Karies Indeks Klein

Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi (DMFS). Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. Gigi permanen dan gigi sulung hanya dibedakan dengan pemberian kode DMFT (decayed missing filled tooth) atau DMFS (decayed missing filled surface) untuk gigi permanen, sedangkan deft (decayed extracted filled tooth) dan defs (decayed extracted filled surface) digunakan untuk gigi sulung. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.13

Indeks PUFA/ pufa

Indeks PUFA/pufa adalah indeks yang digunakan untuk pengukuran karies yang tidak dirawat. Menurut Palenstein, ada empat kondisi oral akibat karies gigi yang tidak dirawat yang digunakan untuk pengukuran indeks PUFA/pufa yaitu pulpa, ulserasi, fistula, dan abses. Indeks ini diperkenalkan pertama kali oleh Monse et al. pada tahun 2010.7 Indeks tersebut dibuat secara terpisah dari indeks DMFT/dmft dan lesi yang tidak diakibatkan oleh karies yang tidak dirawat tidak diberikan skor. Penilaian PUFA/pufa dilakukan secara visual tanpa menggunakan alat. Hanya satu nilai yang diberikan per gigi. Huruf besar digunakan untuk gigi permanen dan huruf kecil digunakan untuk gigi sulung, dengan kriteria sebagai berikut.4

(53)

U/u: Ulserasi karena trauma mahkota gigi yang tajam dicatat pada saat tepi tajam dari dislokasi gigi dengan keterlibatan pulpa atau fragmen akar menyebabkan ulserasi traumatis jaringan lunak sekitarnya, misalnya, lidah atau mukosa bukal (Gambar 2c,d).

F/f: Fistula dicatat ketika pus keluar dari saluran sinus yang berhubungan dengan keterlibatan pulpa gigi (Gambar 2e,f).

A/a: Abses dicatat ketika adanya pus dan terjadi pembengkakan terkait dengan keterlibatan pulpa gigi (Gambar 2g,h).

PUFA/pufa skor per orang dihitung secara kumulatif sama seperti untuk DMFT/dmft dan mewakili jumlah gigi yang memenuhi kriteria diagnostik PUFA/pufa. Seorang individu, skor pufa dapat berkisar 0-20 untuk gigi sulung dan skor PUFA 0-32 untuk gigi permanen. Prevalensinya dihitung sebagai persentase dari populasi dengan skor PUFA/pufa satu atau lebih.4

(54)

2.6 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah alat ukur paling umum yang digunakan untuk mendefinisikan status berat badan pada anak, remaja, dan dewasa.18 Penggunaan metode IMT sebagai metode pengukuran obesitas pada anak di atas 2 tahun telah direkomendasikan oleh The World Health Organization (WHO) sejak tahun 1997, The National Institutes for Health (NIH) pada tahun 1998, dan The Expert Committee on Clinical Guidelines for Overweight in Adolescent Preventive Service. IMT merupakan petunjuk untuk menentukan berat badan berdasarkan indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)).17 Berikut merupakan rumus untuk perhitungan IMT;19

IMT = BB(kg) TB x TB (m)

Keterangan : IMT = Indeks Massa Tubuh; BB = Berat badan; TB = Tinggi badan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO.1995/MENKES/SKXII/ 2010, pengukuran IMT mengacu pada standar antropometri World Health Organization

(WHO) tahun 2005. Perhitungan IMT yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan tabel usia dan jenis kelamin dalam Z-score (Tabel 1).9

Tabel 1. Kategori status berat badan Kemenkes 20109

Kategori status berat badan Angka percentil

Sangat Kurus Lebih kecil dari -3SD

Kurus -3 SD sampai dengan kurang dari -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 1 SD

Gemuk Lebih dari 1 SD sampai dengan 2 SD

(55)

2.7 Hubungan Karies dengan Indeks Massa Tubuh

Sejauh ini, belum banyak penelitian yang menghubungkan antara karies dengan indeks massa tubuh seseorang. Menurut penelitian Dua et al. di India, anak yang berusia 4-14 tahun yang dilahirkan dari keluarga yang memiliki status sosial ekonomi rendah menderita karies tidak dirawat (PUFA/pufa) yang lebih tinggi, dengan nilai indeks pufa rata-ratanya pada sosial ekonomi rendah sebesar 2,25; sosial ekonomi menengah kebawah 2,53; menengah keatas 2,13; dan sosial ekonomi menengah sebesar 1,88.20

Penelitian Benzain H et al. menunjukkan bahwa IMT berhubungan dengan prevalensi infeksi odontogenik yang disebabkan karies tidak terawat (PUFA/pufa). Data menunjukkan 55,7% anak yang mengalami infeksi odontogenik (PUFA/pufa) 27,1% antaranya mempunyai IMT dibawah normal dan 1% mempunyai IMT diatas normal.21

Ada hubungan antara deft dan indeks pufa dengan status gizi balita. Semakin tinggi karies, semakin rendah status gizi balita. Penelitian di Turki, ditemukan sekitar 8,7% dari balita dengan karies, memiliki kurang dari 80% dari berat badan ideal dibandingkan dengan balita tanpa karies. Balita menderita karies memiliki berat badan dan tinggi badan yang lebih rendah dari balita tanpa karies.6

Penelitian Edalat et al. di Iran pada anak usia 3-6 tahun, rata-rata dmftnya 4,13, memiliki berat badan underweight sebanyak 12,5%; 5% mengalami kekurangan tinggi badan, dan 19,5 mengalami kekurangan indeks massa tubuh. Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara karies gigi dengan indeks massa tubuh.22 Hasil penelitian Costa et al. yang meneliti early childhood caries dan indeks massa tubuh pada anak usia 3-5 tahun di Brazil juga menemukan tidak ada hubungan antara karies gigi dengan indeks massa tubuh.7

(56)
(57)

Lampiran 4

2.9 Kerangka Konsep

Indeks Massa Tubuh Kemenkes RI 2010

• Dibawah normal

(Sangat kurus dan kurus)

• Normal

• Diatas normal

(Gemuk dan obesitas) Indeks pufa :

a. p : keterlibatan pulpa

b. u : ulserasi c. f : fistula

d. a : abses

Indeks Klein :

a. d : decay b. e : extracted c. f : filling

(58)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak di seluruh dunia terutama di negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Menurut data dari SEARO pada tahun 2013 didapat 70-95% anak usia sekolah di Asia Tenggara menderita karies. Menurut data survei World Health Organization (WHO) tahun 2003 menyatakan, angka pengalaman karies pada anak usia Sekolah Dasar (SD) adalah 60-90%.1

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) RI tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk bermasalah gigi dan mulut berdasarkan karakteristik responden pada anak usia 1-4 tahun 10,4% dan usia 5-9 tahun 21,6%.2 Menurut data kesehatan Kabupaten Situbondo tahun 2010 menunjukkan angka karies masih tinggi yaitu 77,37% pada golongan usia anak pra sekolah dan murid SD.1 Survei penelitian Supartinah di Yogyakarta ditemukan 75% dari anak usia 3-5 tahun mengalami karies.3

Karies gigi yang tidak dirawat, menyebabkan proses karies akan terus berlanjut sampai ke lapisan dentin dan pulpa gigi, apabila sudah mencapai pulpa gigi biasanya penderita mengeluh giginya terasa sakit. Karies yang tidak dilakukan perawatan, akan menyebabkan kematian pulpa, serta proses radang berlanjut sampai tulang alveolar. Beberapa masalah akan timbul pada karies yang tidak dirawat apabila dibiarkan seperti pulpitis, ulserasi, fistula dan abses.Survei National Oral Health (NOHS) tahun 2006 di Filipina, 97,1% anak sekolah dasar umur 6 tahun mengalami karies dan hampir 50% menderita infeksi odontogenik dengan karies mencapai pulpa, ulserasi, fistula, dan abses (PUFA).4

(59)

perubahan perilaku anak yang cenderung memilih makanan yang lunak dan mudah dikunyah, sehingga anak cenderung kekurangan nutrisi.5

Anak yang menderita karies kemungkinan akan memiliki gizi yang kurang karena rasa sakit gigi yang diderita akan mengurangi aktivitas mengunyah karena ketidaknyamanan sehingga tidak semua jenis makanan dapat dikonsumsi, perubahan diet berubah menjadi cair atau semi - cair, sehingga mengurangi asupan kalori.6 Kondisi ini tentu saja akan memengaruhi asupan gizi sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang pada gilirannya akan memengaruhi status gizi anak dan berimplikasi pada kualitas sumber daya.7

Klein, Palmer dan Knutson pada tahun 1938 memperkenalkan indeks DMF untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Indeks ini dibedakan atas indeks DMFT (Decayed Missing Filled Tooth) yaitu merupakan indeks pengukuran karies gigi permanen dan deft (decayed extracted filled tooth) pada gigi sulung.1 Selama 70 tahun terakhir, data karies gigi telah dikumpulkan di seluruh dunia menggunakan (DMFT)/(deft).8

Indeks tersebut memberikan informasi tentang karies serta restoratif dan perawatan pencabutan, tetapi gagal untuk memberikan informasi tentang konsekuensi klinis karies gigi. Masalah ini yang mendasari dikembangkannya indeks pufa, yaitu karies mencapai pulpa, ulserasi, fistula dan abses (PUFA/pufa). Indeks pufa adalah indeks yang digunakan untuk menilai adanya kondisi oral dan infeksi akibat karies gigi yang tidak dirawat seperti keterlibatan pulpa, ulserasi, fistula dan abses.8

(60)

Penelitian yang dilakukan oleh Benzian et al. 2011, menunjukkan hubungan bermakna antara karies dan IMT khususnya hubungan antara infeksi gigi dan IMT dibawah normal.7 Menurut penelitian Minsu et al. indeks pufa pada gigi desidui berhubungan dengan penurunan berat badan, terlihat dari 54,6% anak yang mengalami karies tidak dirawat; 26,4% diantaranya mempunyai berat badan lebih rendah.10 Terdapat juga penelitian antara indeks pufa dan status nutrisi yang mendapatkan lebih tinggi indeks pufa, maka semakin rendah status nutrisinya, (p<0.05).6 Larsson et al. melaporkan bahwa karies gigi berkorelasi positif dengan indeks massa tubuh, sementara penelitian Kantovitz et al. menunjukan tidak ada hubungan antara obesitas dengan penyakit gigi.11

Penelitian yang menghubungkan indeks deft, pufa dengan indeks masa tubuh masih sedikit di Medan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan indeks deft dan indeks pufa dengan IMT pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang. Kecamatan ini dipilih oleh peneliti untuk mewakili lingkar dalam dan lingkar luar kota Medan yang memiliki status sosial ekonomi yang berbeda. Pemilihan sekolah dengan status sosial ekonomi yang berbeda bertujuan agar sampel yang didapatkan dapat terwakili oleh kategori IMT yang telah ditetapkan oleh peneliti.

1.2 Rumusan Masalah Umum:

1. Apakah terdapat perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 3-5 tahun yang memiliki pufa dibandingkan dua kelompok anak dengan non pufa di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

2. Apakah terdapat korelasi antara rerata pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

(61)

Khusus:

1. Apakah terdapat hubungan jenis kelamin dengan indeks pufa pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

2. Berapa rerata deft pada kelompok anak usia 3-5 tahun yang memiliki pufa di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

1.3 Tujuan Penelitian Umum :

1. Mengetahui perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 3-5 tahun yang memiliki pufa dibandingkan dua kelompok anak dengan deft non pufa di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

2. Mengetahui korelasi antara rerata indeks pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

3. Mengetahui korelasi antara rerata deft pada anak non pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

Khusus:

1. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan indeks pufa pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

2. Mendapatkan rerata deft pada kelompok anak usia 3-5 tahun yang memiliki pufa di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

1.4 Hipotesis Mayor:

1. Ada perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 3-5 tahun yang memiliki pufa dibandingkan dua kelompok anak dengan deft non pufa di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

2. Ada korelasi antara rerata indeks pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 3-5 tahun di TK Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

(62)

Minor:

1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan indeks pufa pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

2. Didapat rerata deft pada kelompok anak usia 3-5 tahun yang memiliki pufa di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat

a. Memberikan informasi bagi orang tua dan guru bahwa karies gigi pada anak usia 3-5 tahun berdampak terhadap menurunnya berat badan.

b. Memberikan motivasi bagi orang tua dan guru agar membawa anak yang sakit gigi ke dokter gigi untuk perawatan karies gigi.

2. Bagi pengelola program kesehatan

Sebagai dasar program pemerintah dalam bidang kesehatan gigi dan mulut untuk meningkatkan kualitas hidup anak pada usia dini.

3. Ilmu pengetahuan

Sebagai sumber informasi penelitian Ilmu Kedokteran Gigi Anak. 4. Bagi peneliti

(63)

Fakultas Kedokteraan Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2016

Baldeep Kaur Balwant Singh

Hubungan skor pufa, deft dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 3-5

Tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

X + 36 halaman.

Karies gigi yang tidak terawat (pufa) pada anak berdampak pada aspek kesehatan

umum, rasa sakit yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan anak. Keadaan gigi

dan mulut yang buruk dan tidak dirawat akan memengaruhi status gizi serta berdampak

pada tumbuh kembang dan indeks massa tubuh anak. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis perbedaan indeks massa tubuh anak usia 3-5 tahun yang memiliki pufa

dibandingkan dua kelompok anak yang memiliki deft tanpa pufa, dan juga mengetahui

korelasi antara indeks massa tubuh dengan kelompok pufa dan kelompok deft tanpa

pufa.

Jenis penelitian ini analitik observasi secara cross-sectional. Besar sampel

penelitian 330 orang anak yang dibagi dalam tiga kelompok yaitu, kelompok I anak

memiliki deft 1-5 tanpa pufa sebanyak 110 orang, kelompok II anak memiliki deft > 5

tanpa pufa sebanyak 110 orang, dan kelompok III anak memiliki pufa > 0 sebanyak 110

orang. Pengambilan sampel menggunakan multistage random sampling. Metode

pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan rongga mulut menggunakan indeks

(64)

tinggi badan dan berat badan anak. Kriteria indeks massa tubuh yang digunakan

berdasarkan Kemenkes RI tahun 2010. Uji analisis yang digunakan Chi Square dan

korelasi Spearman.

Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan indeks massa tubuh antara kelompok

pufa, kelompok deft > 5 tanpa pufa dan kelompok deft 1-5 tanpa pufa secara statistik

tidak bermakna (p=0,088), namun anak yang memiliki pufa mempunyai lebih banyak

indeks massa tubuh dibawah normal. Terdapat korelasi antara rerata indeks massa tubuh

dengan rerata skor pufa (p=0) dan koefisiennya (-0,429), dan juga terdapat korelasi

antara rerata indeks massa tubuh dengan rerata skor deft (p= 0,025) dan koefisiennya

(0,151).

Disimpulkan, kelompok anak yang memiliki karies dengan melibatkan pulpa

beresiko memiliki indeks massa tubuh dibawah normal. Diperlukan edukasi kepada

orang tua agar gigi karies pada anak segera ditambal.

(65)

HUBUNGAN SKOR pufa, deft DENGAN INDEKS

MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK USIA

3-5 TAHUN DI KECAMATAN MEDAN

PETISAH DAN SELAYANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteraan Gigi

Oleh:

Baldeep Kaur Balwant Singh NIM: 120600187

Dosen Pembimbing: Essie Octiara, drg., Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(66)

Fakultas Kedokteraan Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2016

Baldeep Kaur Balwant Singh

Hubungan skor pufa, deft dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 3-5

Tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Selayang.

X + 36 halaman.

Karies gigi yang tidak terawat (pufa) pada anak berdampak pada aspek kesehatan

umum, rasa sakit yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan anak. Keadaan gigi

dan mulut yang buruk dan tidak dirawat akan memengaruhi status gizi serta berdampak

pada tumbuh kembang dan indeks massa tubuh anak. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis perbedaan indeks massa tubuh anak usia 3-5 tahun yang memiliki pufa

dibandingkan dua kelompok anak yang memiliki deft tanpa pufa, dan juga mengetahui

korelasi antara indeks massa tubuh dengan kelompok pufa dan kelompok deft tanpa

pufa.

Jenis penelitian ini analitik observasi secara cross-sectional. Besar sampel

penelitian 330 orang anak yang dibagi dalam tiga kelompok yaitu, kelompok I anak

memiliki deft 1-5 tanpa pufa sebanyak 110 orang, kelompok II anak memiliki deft > 5

tanpa pufa sebanyak 110 orang, dan kelompok III anak memiliki pufa > 0 sebanyak 110

orang. Pengambilan sampel menggunakan multistage random sampling. Metode

pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan rongga mulut menggunakan indeks

(67)

tinggi badan dan berat badan anak. Kriteria indeks massa tubuh yang digunakan

berdasarkan Kemenkes RI tahun 2010. Uji analisis yang digunakan Chi Square dan

korelasi Spearman.

Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan indeks massa tubuh antara kelompok

pufa, kelompok deft > 5 tanpa pufa dan kelompok deft 1-5 tanpa pufa secara statistik

tidak bermakna (p=0,088), namun anak yang memiliki pufa mempunyai lebih banyak

indeks massa tubuh dibawah normal. Terdapat korelasi antara rerata indeks massa tubuh

dengan rerata skor pufa (p=0) dan koefisiennya (-0,429), dan juga terdapat korelasi

antara rerata indeks massa tubuh dengan rerata skor deft (p= 0,025) dan koefisiennya

(0,151).

Disimpulkan, kelompok anak yang memiliki karies dengan melibatkan pulpa

beresiko memiliki indeks massa tubuh dibawah normal. Diperlukan edukasi kepada

orang tua agar gigi karies pada anak segera ditambal.

(68)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan penguji skripsi

Medan, 6 Desember 2016

Tanda Tangan

Pembimbing:

1. Essie Octiara, drg., Sp.KGA

(69)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi pada tanggal 6 Desember 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Yati Roesnawi,drg

ANGGOTA : 1. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp. KGA 2. Essie Octiara, drg., Sp. KGA

(70)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya segala kemudahan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, pengarahan serta saran dan masukan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG selaku Dekan Fakultas Kedokteraan Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteraan Gigi Anak Fakultas Kedokteraan Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen penguji, atas segala saran, dukungan, dan bantuan sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.

3. Essie Octiara, drg., Sp. KGA, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, panduan, saran dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Taqwa Dalimunthe, drg, Sp., KGA, selaku dosen penguji yang telah memberi saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM, selaku narasumber skripsi yang banyak memberikan masukan saran dan ide bermanfaat kepada penulis agar dapat menyusun skripsi dengan lebih baik.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKG USU terutama di Departemen Ilmu Kedokteraan Gigi Anak atas masukkan dan bantuan yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(71)

8. Teristimewa kepada orang tua tercinta ayahanda Balwant Singh dan ibunda Surinder Kaur dan seluruh keluarga serta Balinder Singh, Balpreet Kaur, A V Raj Singh dan Sandeep Kaur yang selalu memberikan dorongan moril dan doa kepada penulis.

9. Teman- teman terbaik penulis, Nandeta Asvani Delagan, Gunavathie M. Vijayandran, Nikkila James Richard dan teman-teman seperjuangan skripsi di Departmen IKGA, Saranya, Divya dan Najeeha, yang telah mendukung dan membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

10. Kepala sekolah, pihak yayasan, staf pengajar, murid serta orang tua TK Dharma Pancasila, PAUD-TK Khansa, TK Amir Hamzah, PG-TK Guang Ming, PAUD Dinamis, PAUD Islam An-Nida, PG-TK Kenanga yang berpartisipasi dalam penelitian ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam skripsi ini, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, masyarakat, pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 6 Desember 2016

Penulis

(72)
(73)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 3.3 Populasi dan Sampel... 3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 3.5 Cara Pengambilan Data... 3.6 Prosedur Penelitian... 3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data... 3.8 Etika Penelitian ...

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden... 4.2 Status Karies... 4.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh pada Kelompok Anak Tanpa

pufa dan Anak yang Memiliki pufa... 4.4 Korelasi Indeks Massa Tubuh dengan Kelompok pufa dan

Kelompok deft Tanpa pufa... 4.5 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Skor pufa pada Anak

Usia 3-5 tahun...

BAB 5 PEMBAHASAAN...

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

(74)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kategori Status Berat Badan Kemenkes RI 2010... 14 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 25 3. Rerata Status Karies Berdasarkan Kelompok... 26 4. Hasil Analisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh pada Kelompok

anak Tanpa pufa dan Kelompok pufa... 27 5. Hasil Uji Korelasi Indeks Massa Tubuh dengan Kelompok pufa

dan Kelompok deft tanpa pufa... 27 6. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Skor pufa pada Anak

(75)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Faktor host, agen, substrat, dan waktu... 7

2. Karies mencapai pulpa... 13

3. Ulserasi... 13

4. Fistula... 13

(76)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Pemeriksaan

2. Lembar Penjelasan kepada Calon Subjek Penelitian

3. Lembar Persetujuan menjadi Subjek Penelitian setelah Penjelasan (Informed Consent)

4. Tabel Z Score Usia 3-5 Tahun 5. Data Hasil Penelitian

6. Hasil Uji Statistik

Gambar

Tabel 1. Standar Indeks Massa Tubuh Anak Laki-Laki Usia 24-60 Bulan.9
Tabel 2. Standar Indeks Massa Tubuh Anak Laki-Laki Usia 5 Tahun.9
Tabel 3. Standar Indeks Massa Tubuh Anak Perempuan Usia 24-60 Bulan.9
Tabel 4. Standar Indeks Massa Tubuh Anak Perempuan Usia 5 Tahun.9
+6

Referensi

Dokumen terkait

Apakah terdapat perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 6-12 tahun yang memiliki PUFA/pufa dibandingkan dua kelompok anak dengan DMFT/deft tanpa PUFA/pufa di

dengan rerata indeks massa tubuh pada anak tanpa PUFA/pufa usia 6-12 tahun di SD. Kecamatan Medan Polonia dan

Setelah mendapat penjelasan tentang penelitian yang berjudul “ Hubungan Skor PUFA dengan Indeks Massa Tubuh pada Anak 6-12 Tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT hanya karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan skor pufa, deft dengan

Hubungan skor PUFA/pufa dengan indeks massa tubuh pada anak usia 6-12.. tahun di sd di Kecamatan Medan Kota dan

Hubungan skor PUFA/pufa dengan indeks massa tubuh pada anak usia 6-12.. tahun di sd di Kecamatan Medan Kota dan

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui adanya hubungan dan korelasi antara karies yang tidak dirawat menggunakan indeks PUFA/pufa dengan massa tubuh

HUBUNGAN SKOR PUFA/pufa DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD KECAMATAN MEDAN KOTA DAN MEDAN PERJUANGAN.. Nama