• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA MAHASISWA S1 FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI Oleh

Eridha Nonita Sebayang 091121063

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Tuhan YME yang atas berkat rahmat dan karunianya memberikan saya motivasi terbesar dalam hidup ini, beserta keluarga dan para sahabat yang memberikan teladan terindah sehingga saya mampu melangkah untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara”.

Penyusunan skripsi ini telah banyak banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Cholina Trisa Siregar, M. Kep, SpKMB sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini dan juga memberi motivasi, semangat, dan dukungan kepada saya selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Salbiah S.Kp, M.Kep selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah banyak memberi masukan-masuka n yang bermanfaat bagi skripsi ini.

(5)

5. Bapak Ikhsanuddin Harahap MNS selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakutas Keperawatan USU.

6. Seluruh dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan pendidikan kepada saya selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi saya secara administratif.

7. Teristimewa kepada seluruh keluarga saya, kepada Ayahanda D. Sebayang, ibunda tercinta S Br Karo dan kepada abang dan kakak saya Minda Sebayang, Adhi Sebayang dan Edhi Sebayang yang terus memberikan motivasi dan doa yang tiada henti yang begitu berarti bagi saya.

8. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa/i ekstensi stambuk 2009 teristimewa buat Theresia Gustina Manalu, Ririn Suwinul Arifin dan Sarah Damayanti Saragih yang selalu setia mendampingi penulis baik dalam suka dan duka. Dan tak pernah henti menasehati penulis dan memberi motivasi untuk belajar dan segera menyelesaikan kuliah dengan baik. Dan semua teman-teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

9. Responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan berpartisipasi dalam penelitian saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

(6)

Semoga Tuhan YME senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat dari-Nya kepada semua pihak yang telah membantu saya.. Harapan saya semoga skripsi ini bermanfaat dalam memberikan informasi di bidang kesehatan terutama keperawatan.

Medan, Januari 2011

(7)

DAFTAR ISI

Judul Skripsi...i

Lembar Persetujuan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema... vii

Abstrak ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 3

3. Tujuan Penelitian ... 3

4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan...5

1.1 PengertianPengetahuan... 5

1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan ...7

1.3 Pengukuran Pengetahuan ... .. 9

2. Gastritis ... . 11

2.1 Pengertian Gastritis... . 11

2.2 Jenis-jenis Gastritis ... . 12

2.3 Patofisiologi Gastritis ... . 18

2.4 Penyebab Gastritis ... . 19

2.5 Manifestasi Klinis ... . 22

2.6 Pencegahan Gastritis……….. ... 26

3. Perilaku Kesehatan……… ... 28

3.1. Perilaku Kesehatan………. ... 28

3.2. Domain Perilaku………... 29

3.3.Perilaku Pencegahan Gastritis……… ... 36

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka penelitian ... 39

2. Defenisi Operasional ... 40

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 41

2. Populasi Penelitian ... 41

3. Sampel Penelitian ... 41

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

5. Pertimbangan Etik Penelitian ... 42

6. Instrumen Penelitian ... 43

7. Validitas dan Reabilitas ... 46

(8)

9. Analisa Data ... 47 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... 49 2. Pembahasan ... 52 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ... 58 2. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 2. Kuesioner Data Demografi

3. Distribusi frekuensi pengetahuan gastritis pada mahasiswa S1 keperawatan USU

4. Distribusi frekuensi perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa S1 Keperawatan USU

5. Tabel Content Validity Indeks (CVI)

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kerangka operasional penelitian ... 35

Tabel 2 Distribusi frekuensi data demografi responden ... 36

Tabel 3 distribusi persentase Pengetahuan Tentang Gastritis ... 38

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

Judul : Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Nama : Eridha Nonita Sebayang

NIM : 091121063

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Abstrak

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang meningkat pada kalangan mahasiswa, yang disebabkan oleh tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk makan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti pada mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara trernyata 60% mahasiswa tersebut penderita gastritis dan beberapa mahasiswa sering mengabaikan gastritis apabila aktivitas perkuliahan meningkat dan sering lupa untuk makan tepat waktu.

Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa tentang gastritis dan perilaku pencegahan gastritis tahun 2010. Jenis penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian sebanyak 88 orang mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus tahun 2010. Analisa data mengunakan distribusi frekuensi.

Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan mahasiswa mengenai gastritisdalam kategori tinggi yaitu 81 orang (92,0%) dan minoritas dalam kategori rendah yaitu 3 orang (3,4%). Perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa mayoritas dalam kategori kurang yaitu 61 orang (69,3%) dan minoritasdalam kategori baik yaitu 10 orang (11,4%).

Untuk itu disarankan bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan USU agar dapat menerapkan tehnik keperawatan bagi dirinya sendiri dalam pencegahan timbulnya penyakit gastritis.

(12)

Judul : Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Nama : Eridha Nonita Sebayang

NIM : 091121063

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Abstrak

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang meningkat pada kalangan mahasiswa, yang disebabkan oleh tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk makan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti pada mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara trernyata 60% mahasiswa tersebut penderita gastritis dan beberapa mahasiswa sering mengabaikan gastritis apabila aktivitas perkuliahan meningkat dan sering lupa untuk makan tepat waktu.

Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa tentang gastritis dan perilaku pencegahan gastritis tahun 2010. Jenis penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian sebanyak 88 orang mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus tahun 2010. Analisa data mengunakan distribusi frekuensi.

Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan mahasiswa mengenai gastritisdalam kategori tinggi yaitu 81 orang (92,0%) dan minoritas dalam kategori rendah yaitu 3 orang (3,4%). Perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa mayoritas dalam kategori kurang yaitu 61 orang (69,3%) dan minoritasdalam kategori baik yaitu 10 orang (11,4%).

Untuk itu disarankan bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan USU agar dapat menerapkan tehnik keperawatan bagi dirinya sendiri dalam pencegahan timbulnya penyakit gastritis.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan mahasiswa. disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk makan.(Fahrur, 2009).

Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa juga disebabkan karena, infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi dan Chron’s Disease.

Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori (H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung.

(14)

ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian gastritis, pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis yang cukup tinggi.

Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups

Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009). Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.

). (Raifudin, 2010).

(15)

gastritis dan perilaku pencegahan gastritis. pada mahasiswa S1 di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

I.2. Perumusan Masalah

Melihat tingginya angka kesakitan penyakit gastritis pada mahasiswa S1 di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sesuai data yang diperoleh, bahwa angka penderita penyakit gastritis meningkat. Sehingga penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian deskriptif. untuk :

a. Mengetahui tentang pengetahuan mahasiswa terhadap faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit gastritis dan seberapa besar tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit gastritis.

b. Mengetahui perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit gastritis

(16)

I.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan bagi perawat tentang gambaran pengetahuan dan perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sabagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah sehigga dapat memberikan asuhan keperwatan yang komprehensif berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa.

3. Bagi Peneliti Lanjutan

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada tidak didasari oleh pengetahuan .

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

(18)

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, yang dapat menginterpretasiakan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Apllication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis. (Analysis)

Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis).

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam sutu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.

6. Sintesis (Synthesis).

(19)

2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah : a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

d. Fasilitas

(20)

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. f. Sosial Buda ya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

g. Umur

Umur adalah lamanya tahun dihitung sejak dilahirkan hingga penelitian ini dilakukan. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru. Pada masa ini merupakan usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa ketrampilan, sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian dengan hidup baru, masa kreatif. Pada dewasa ini ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental, semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin bertambah keinginan dan pengetahuannya tentang kesehatan. Umur yang lebih cepat menerima pengetahuan adalah 18-40 tahun (Notoadmojo, 2003).

h. Sumber Informasi

(21)

menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan keamanan (Notoatmodjo, 2003).

Sumber informasi adalah suatu proses pemberitahuan yang dapat membuat seseorang mengetahui informasi dengan mendegar atau melihat sesuatu secara langsung maupun tidak langsung. Semakin banyak informasi yang didapat akan semakin luas pengetahuan seseorang (Depdikbud, 2001).

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain diatas (Notoatmodjo, 2003) Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis factor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (Green, dalam Notoatmodjo, 2003) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor, yaitu :

a. Faktor-faktor pengaruh (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai–nilai.

(22)

c. faktor–faktor penguat ( reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan.

2.1.5. Tujuan Pengetahuan

Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan pengetahuan ditujukan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka (wikipedia.org, 2006).

2.1.6. Tipe-tipe Pengetahuan

Pengetahuan dapat diklasifikasikan dalam suatu pengetahuan teori yang diperoleh tanpa observasi didunia. Pengetahuan empiris yang hanya diperoleh setelah observasi kedunia atau interaksi dengan beberapa cara pengetahuan sering diperoleh dari kombinasi atau memperluas pengetahuan lain dalam cara-cara yang bervariasi.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavoiur) (Notoatmodjo, 2003).

2.1.7. Cara Memperoleh Pengetahuan a. Cara tradisional

(23)

1. Cara coba-coba dan salah (Trial dan Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lama.

2. Cara kekuasaan (otoritas)

Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas (kekuasaan) baik otoritas pemerintahan, otoritas

3. Berdasarkan pengalaman

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

4. Melalui jalan pikiran

Yaitu manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodologi penelitian (Notoatmodjo, 2002). 2.2. Gastritis

2.2.1. Defenisi Gastritis

(24)

Gastritis merupakan radang jaringan dinding lambung yang timbul akibat infeksi virus atau bakteri patogen yang masuk kedalam saluran pencernaan (Endang, 2001).

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung gambaran klinis yang ditemukan berupa dyspepsia atau indigesti. Berdasarkan endoskopi ditemukan edema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa (Dongoes, 2000 ).

Gastritis secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran yang khas, distribusi anatomi, kemungkinan patogenesis gastritis, terutama gastritis kronis. Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi gastritis akut dan gastritis kronik, selain itu gastritis juga dikelompokkan

2.2.3. Tipe-tipe Gastritis

menjadi penyakit maag yang organik dan penyakit maag fungsional.

2.2.3.1. Gastritis Akut

Lesi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung, pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Gastritis akut merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebanya dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil (Price, 2005).

(25)

dan terjadi erosi yang berarti hilangya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai infeksi pada mukosa lambung (Herlan,2001).

Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi yang mengakibatkan obstruksi pylorus (Brunner & Suddarth, 2003).

Gastritis akut dapat disebabkan oleh beberapa hal :

a. Iritasi yang disebabkan oleh obat-obatan, aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid

b. Adanya asam lambung dan pepsin yang berlebihan

c. Dalam sebuah jurnal kedokteran, peneliti dari Unversitas Leeds, mengungkapkan stress dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Saat stres, orang cenderung makan lebih sedikit, stres juga menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam lambung dalam jumlah berlebihan. Akibatnya, lambung terasa sakit, nyeri, mual, mulas, bahkan bisa luka (O’Connor, 2007).

d. Waktu makan yang tidak teratur, sering terlambat makan, atau sering makan berlebihan.

(26)

Secara makroskopik, terdapat erosi mukosa dengan lokasi berbeda , jika disebabkan karena obat-obatan AINS, terutama ditemukan didaerah antrum, namun dapat juga menjalar. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan ditemukan reaksi sel inflamasi Neutrofil yang minimal (Mansjoer, 2001).

2.2.3.2.Gastritis Kronik

Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propia dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik,

yaitu limfosit dan sel plasma. Kehadiran granulosit neutrofil pada daerah tersebut menandakan adanya aktivitas. Gastritis kronik dapat dibagi dalam berbagai bentuk tergantung pada kelainan histologi, topografi, dan etiologi yang menjadi dasar pikiran pembagian tersebut.

1. Klasifikasi histologi yang sering digunakan membagi gastritis kronik yaitu:

a. Gastritis kronik superfisialis

Apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada lamina propia mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjer-kelenjer mukosa, sedangkan sel-sel kelenjer-kelenjer tetap utuh sering dikatakan sebagai permulaan gastritis kronik.

b. Gastritis kronik atrofik

(27)

c. Atrofi Lambung

Atrofi ini dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu struktur kelenjer menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang juga menurunkan mukosa menjadi sangat tipis sehingga dapat menerangkan mengapa perdarahan menjadi terlihat pada saat pemeriksaan endoskopi.

d. Metaplasia intestinal

Suatu perubahan histologi kelenjer-kelenjer mukosa lambung menjadi kelenjer-kelenjer mukkosa usus halus yang mengandung sel gablet. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi secara menyeluruh pada hampir seluruh segmen lambung tetapi dapat pula hanya merupakan bercak-bercak pada beberapa bagian lambung.

2. Menurut distribusi anatomisnya, gastritis kronik dapat dibagi menjadi : a. Gastritis kronik korpus (Gastritis Tipe A)

(28)

b. Gastritis Kronik Antrum (gastritis Tipe B).

Merupakan gastritis yang paling sering dijumpai dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kuman Helicobacter Pylori. Sehingga dengan meningkatnya keasaman lambung menyebabkan pertumbuhan bakteri berlebihan. Selanjutnya terjadi metaplasia akibat langsung dari trauma oleh bakteri tersebut, kemungkinan diperparah oleh meningkatnya produksi kompleks nitrat dan N-nitroso (Surya, 2009).

c. Gastritis Tipe AB

Merupakan ganstritis yang distribusi anatomisnya menyebar keseluruh gaster, penyebaran kearah korpus cenderung meningkat dengan bertambahnya usia (Herlan, 2003).

3. Dua aspek penting sebagai etiologi gastritis kronik yakni : a. Aspek Imunologis

Hubungan antara sistem imun dan gastritis kronik menjadi jelas dengan auto antibodi terhadap faktor intrinsik lambung (intrinsik faktor antibodi) dan sel parietal (parietal sel antibodi) pada pasien dengan anemia pernisiosa. Antibodi terhadap sel parietal lebih dekat hubungannya dengan gastritis korpus dalam berbagai gradasi. Pasien gastritis kronik yang antibodi sel parietalnya positi8f dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut: 1. Secara histologis berbentuk gastritis kronik atrofik predomas

(29)

2. Gastritis autoimun adalah diagnosis histologis karena secara endoskopik amat sukar menentukkkanya, kecuali apabila sudah amat lanjut.

3. Hipergastrinemia yang terjadi terus-menerus hebat dapat memicu timbulnya karsinoid.

b. Aspek Bakteriologis

Untuk menentukan kaeadaan bakteri pada gastritis, biopsi harus dilakukan pada saat pasien tidak mendapat antimikroba selama 4 minggu. Bakteri yang paling penting sebagai penyebab gastritis adalah Helicobakter pylori. Selain mikroba dan prose imunologis, faktor lain yang berpengaruh terhadap patogenesis gastritis kronik adalah refluk kronik cairan pankreatobillier, asam empedu dan lisolesitin.

Helicobacter pylori adalah kuman gram negatif yang juga

merupakan salah satu penyebab gastritis bentuk H.pylori seperti spiral berekor diselubungi lapisan mirip rambut atau flagella. Ia bersarang dan berkembang biak dalam lapisan mukus perut, dalm suasana asam tinggi. Gejala pengidap H.pylori tidak berbeda dengan penderita gastritis biasa, yakni mual, kembung dan nyeri, hanya bedanya berulang kali penyakitnya kambuh (kronis) (Syam, 2009).

2.2.3.3. Gastrtitis Organik Dan Gastritis Fungsional

(30)

fungsional ditetapkan jika dengan pemeriksaan baik secara endoskopi, pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan penyebab lain dari sakit maag tersebut.

Definisi dispepsia atau sakit maag fungsional mutakhir yang dipublikasi tahun lalu oleh pakar dunia di bidang penyakit lambung menyatakan orang yang mempunyai masalah dengan maagnya berupa nyeri atau rasa panas di daerah ulu hati, rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan dan rasa cepat kenyang yang telah berlangsung minimal selama 3 bulan dalam rentang waktu selama 6 bulan. Dari definisi ini jelas bahwa tentunya orang mempunyai sakit maag yang fungsional jika merasakan keluhan pada lambung sudah berlangsung lama.

Dispepsia fungsional ini memang sangat berhubungan erat dengan faktor psikis. Berbagai penelitian memang telah membuktikan hubungan antara faktor fungsional dengan faktor stres yang dialami seseorang terutama faktor kecemasan (ansietas). Penelitian yang dilakukan oleh Melilea menunjukkan bahwa kejadian sakit maag yang fungsional ini lebih besar dari sakit maag yang organik yaitu mencapai 70-80 % kasus sakit maag. (Melilea dan Fahrur, 2009). 2.2.4. Patofisiologi Gastritis

Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan klinis yang berat belum diketahui benar. Faktor-faktor yangn amat penting iskemia pada mukosa gaster, disamping faktor pepsin, refluks empedu dan cairan pankreas.

(31)

siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat penting, selain menghambat produksi prostaglandin mukosa , aspirin dan obat antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosi8f sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.

Gastritis terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensive. Faktor agresif itu terdiri dari asam lambung, pepsin, AINS, empedu, infeksi virus, infeksi bakteri, bahan korosif: asam dan basa kuat. Sedangakan faktor defensive tersebut terdiri dari mukus, bikarbonas mukosa dan prostaglandin mikrosirkulasi.(Hirlan, 2001).

2.2.5. Penyebab Gastritis

2.2.5.1. Penyebab Gastritis akut

(32)

Penyebab lain adalah obat-obatan. Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (Herlan, 2002).

Makan terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit ini. Penyabab lain dari gastritis akut adalah mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner & Suddarth, 2002).

Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein,

alkohol dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim infeksi Helicobacter Pylory lebih sering dianggap sebagai penyebab gastritis akut. Organisme

tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epital yang gundul. Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasi non steroid (NSAID) misalnya Indometarin, Ibuprofen, Nafroksen, Sulfonamida, Steroid dan Etanol juga diketahui mengganggu sawar nukosa

lambung (Price &.Wilson, 2006). 2.2.5.2.Penyebab Gastritis kronik

Dua aspek penting sebagai etiologi gastritis kronis yakni aspek imunologi dan aspek mikrobiologis.

(33)

gastritis kronik atropik predominasi korpus, dapat menyebar ke atrium dan hipergastrinemia. Gastritis autoimun adalah diagnosa histologis karena secara endoskopik amat sukar menentukannya kecuali sudah amat lanjut. Hipergastrinemia yang terjadi terus menerus dan hebat dapat memicu timbulnya karsinoid gastritis, tipe ini sulit dijumpai.

Aspek bakteriologi agar dapat mengetahui keberadaan bakteri pada gastritis, biopsi harus dilaksanakan waktu pasien tidak mendapat antimikroba selama 4 (empat) minggu terakhir. Bakteri yang paling penting sebagai penyebab gastritis adalah Helicobacter Pylory. Gastritis yang ada hubungannya dengan Helicobacter Pylory lebih sering dijumpai dan biasanya merupakan gastritis tipe ini. Atropi mukosa lambung dapat terjadi pada banyak kasus setelah bertahun-tahun mendapat infeksi Helicobacter Pylory. Atropi terbatas pada atrium, pada korpus atau mengenai keduanya dalam stadium ini pemeriksaan serologi terhadap Helicobacter Pylory lebih sering memberi hasil negatif.

Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya pada dekade ke-6 hampir 80% menderita gastritis kronik dan menjadi 100% pada saat usia mencapai dekade ke-7. Selain mikroba dan proses imunologis, faktor lain juga berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis adalah refluks kronik cairan penereatotilien, empedu dan lisolesitin (Herlan, 2002).

(34)

dihubungkan dengan penyakit auto imun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B kadang disebut sebagai Helicobacter Pylory mempengaruhi antrium dan pilorus (ujung bawah dekat

duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri Helicobacter Pylory (H. Pylory). faktor lain seperti diet minum pedas atau panas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refleks isi usus ke dalam lambung (Brunner & Suddarth, 2002).

2.2.6. Manifestasi Klinis Gastritis 2.2.6.1.Gastritis akut

Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disesuaikan dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, tanpa riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu (Mansjoer, 1999).

Ulserasi superfisial yang dapat terjadi dan dapat menimbulkan Hemoragi,

ketidaknyamanan abdomen (dengan sakit kepala, mual dan anoreksia) dan dapat terjadi muntah, serta cegukan beberapa pasien adalah asimtomatik, kolik dan diare dapat terjadi jika makanan pengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi mencapai usus besar, pasien biasanya sembuh kira-kira dalam sehari meskipun nafsu makan kurang atau menurun selama 2 sampai 3 hari (Monica Ester, 2002).

(35)

2.2.6.2.Gastritis kronis

Tipe A biasanya meliputi asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi B 12 dan pada Gastritis Tipe B pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa pahit atau mual dan muntah (Ester, 2002).

Kebanyakan tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kesil mengeluh nyeri hati, anoreksia, nusea dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan (Mansjoer, 2001).

2.2.7.Penatalaksanaan Gastritis 2.2.7.1.Gastritis akut

Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan posisi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2 Inhibition pompa proton, antikolinergik dan antasid juga ditujukan sebagai sifo protektor berupa sukralfat dan prostaglandin (Mansjoer, 1999).

Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang dapat menjadi kuasa dan pengobatan suportif. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis H2 sehingga mencapai PH lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap dianjurkan.

(36)

pencegahan yang terbaik adalah dengan Misaprostol, atau Devivat Prostaglandin Mukosa.

Dahulu sering dilakukan kuras lambung dengan air es untuk menghentikan perdarahan saluran cerna bagian atas, karena tidak ada bukti klinis yang dapat menunjukkan manfaat tindakan tersebut untuk menghenti-kan perdarahan saluran cerna bagian atas, pemberian antasida, antagenis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun efek teraupetiknya masih diragukan. Biasanya perdarahan akan segera berhenti bila keadaan si pasien membaik dan lesi mukosa akan segera normal kembali, pada sebagian pasien biasa mengancam jiwa. Tindakan-tindakan itu misalnya dengan endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri atau gastrektomi. Gastrektomi sebaiknya dilakukan hanya atas dasar abolut (Herlan, 2001).

Penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut dilakukan dengan menghindari alkohol dan makanan sampai gejala, dilanjutkan diet tidak mengiritasi. Bila gejala menetap, diperlukan cairan intravena. Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila Gastritis dihubungkan dengan alkali kuat, gunakan jus karena adanya bahaya perforasi.

2.2.7.2.Gastritis kronis

(37)

Gastritis kronis Tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal, karena mempunyai fundus pada lambung Gastritis kronis Tipe A merupakan suatu penyakit auto imun yang disebabkan oleh adanya auto antibodi terhadap sel. Parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik dan berkaitan dengan tidak adanya sel parietal dan Chief Cell, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin.

Gastritis kronis Tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umunya mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan Gastritis kronis Tipe A. Penyebab utama gastritis Tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter Pylory. Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan, merokok, dan refluks dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan karsinoma.

Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotik untuk membatasi Helicobacter Pylory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronis alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini harus diobati, pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B.12 dan terapi yang sesuai.

(38)

(Pepto bismol). Pasien dengan Gastritis Tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B.12..

2.2.8. Pencegahan Gastritis

Walaupun kita tidak bisa selalu menghilangkan Helicobacter pylori, tetapi timbulnya gastritis dapat dicegah dengan hal-hal berikut :

1. Menurut sejumlah penelitian, makan dalam jumlah kecil tapi sering serta memperbanyak makan makanan yang mengandung tepung, seperti nasi, jagung, dan roti akan menormalkan produksi asam lambung. Kurangilah makanan yang dapat mengiritasi lambung, misalkan makanan yang pedas, asam, dogoreng, dan berlemak.

2. Hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Tingginya konsumsi alkohol dapat mengiritasi atau merangsang lambung, bahkan menyebabkan lapisan dalam lambung terkelupas sehingga menyebabkan peradangan dan perdarahan di lambung.

3. Jangan merokok. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu, orang yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga akan meningkatkan asam lambung, melambatkan kesembuhan, dan meningkatkan risiko kanker lambung.

4. Ganti obat penghilang rasa sakit, jika memungkinkan jangan menggunakan obat pengialng rasa sakit dari golongan NSAIDs, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen dan obat-obat tersebut dapat mengiritasi lambung.

(39)

6. Memelihara tubuh. Problem saluran pencernaan seperti rasa terbakar di lambung, kembung, dan konstipasi lebih umum terjadi pada orang yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas). Oleh karena itu, memelihara berat badan agar tetap ideal dapat mencegah terjadinya sakit maag.

7. Memperbanyak olahraga. Olahraga aerobik dapat meningkatkan detak jantung yang dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga mendorong isi perut dilepaskan dengan lebih cepat. Disarankan aerobik dilakuakn setidaknya selam 30 menit setiap harinya.

8. Manajemen stres. Stres dapat meningkatkan serangan jantung dan stroke. Kejadian ini akan menekan respons imun dan akan mengakibatkan gangguan pada kulit. Selain itu, kejadian ini juga akan meningkatkan produksi asam lambung dan menekan pencernaan. Tingkat stres seseorang berbeda-beda untuk setiap orang. Untuk menurunkan tingkat stress anda disarankan banyak mengkonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat, berolahraga secara teratur, serta selalu menenangkan pikiran. Anda dapat menenangkan pikiran dengan melakukan meditasi atau yoga untuk menurunkan tekanan darah, kelelahan dan rasa letih.

2.3. Perilaku Kesehatan 2.3.1. Konsep Perilaku

(40)

makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert), Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.

2.3.2. Perilaku Kesehatan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi tiga kelompok:

1.

(41)

usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sakit.

c. Perilaku gizi (makanan dan minuman).

2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan

Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati se Kesehatan atau Sering disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Health Seeking Behavior).

ndiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. 2.3.3. Domain Perilaku

Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakterisitik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dsb.

(42)

Benyamin Bloom dalam Notoadmodjo (2003) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 dominan yakni:Kognitif, afektif dan Psikomotor. Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: Pengetahuan, memaham, aplikasi, Analisis, sintetis, evaluasi.

a. Komponen pokok sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo tahun 2009 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu : kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

b. Berbagai tingkatan sikap

Sikap ini terdiri dari berbagai tindakan yaitu menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing) dan bertanggungjawab (responsible).

c. Praktek atau tindakan (practice)

beberapa tingkatan dari praktek atau tindakan terdiri dari Persepsi (perception), respon terpimpin (guide response), mekanisme (mecanism) dan adopsi (adoption).

d. Perubahan (Adopsi) Perilaku atau Indikatornya

(43)

perubahan atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap:

1. Pengetahuan

Dapat dikelompokkan menjadi: pengetahuan tentang sakit dan penyakit, pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan.

2. Sikap

Sikap dapat dikelompokkan menjadi: Sikap terhadap sakit dan penyakit, sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, dan sikap terhadap kesehatan lingkungan.

3. Praktek dan Tindakan

Indikatornya yakni tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit, tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan tindakan (praktek) kesehatan lingkungan.

e. Aspek Sosio-Psikologi Perilaku

Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dsb. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.

(44)

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial.

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan deteminan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antar lain:

1. Teori Lawrence Green

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pegetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

(45)

2. Teori Snehandu B. Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak pada perilaku itu merupakan fungsi dari:

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatanya (behavior intention)

b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)

c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (acesssebility of information)

d. Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)

e. Situasi yang emungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situastion).

2. Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok:

Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek.

a. Pengetahuan

Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

(46)

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.

d. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting.

e. Sumber daya (resources)

Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilku seseorang atau kelompok masyarakat.

e. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber

Di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.

2.3.4 Perilaku Kesehatan Lingkungan

(47)

2.3. 5 Perilaku hidup sehat.

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antar lain Menu seimbang, Olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan narkoba, Istirahat yang cukup, mengendalian stress, perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.

Perilaku pencegahan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam menghalngi sesuatu agar tidak terjadi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2004).

Sedangkan menurut Notoatmojo tahun 2003, mengatakan bahwa perilaku pencegahan adalah yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatanya.

Perilaku individu terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsi individu tentang kegawatan objek, kerentanan, faktor-faktor social dan psikologis, faktor sosio-demografi, pengaruh media massa, anjuran orang lain serta perhitungan untung dan rugi dari poerilakunya tersebut. Perilaku ini dibentuk oleh pengalaman interaksi individu dengan lingkungannya.

(48)

2.3.6. Perilaku Pencegahan Gastritis

Penyakit maag sangat umum ditemui di Indonesia. Dari survey yang dilakukan di Jakarta tahun 2007 yang melibatkan 1645 responden diperoleh informasi bahwa pasien dengan masalah sakit maag ini mencapai angka 60 persen. sakit maag juga bisa menjadi salah satu gejala dari kanker lambung. Sakit maag yang berulang kali dan tidak sembuh walaupun sudah diobati, lebih baik segera diperiksakan ke dokter. Karena tingkat kesadaran masyarakat (termasuk mahasiswa) masih sangat rendah mengenai pentingnya cara menjaga kesehatan lambung. Padahal pada kenyataannya, Sakit maag atau dengan istilah ilmiah dikenal dengan dispepsia ini sangat menganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi remaja di masa sekolah dan orang dewasa yang telah bekerja. Menjaga kesehatan lambung bukan saja untuk menghindari penyakit maag, tetapi merupakan investasi jangka panjang terutama menghindari kanker lambung. (Syam, 2009).

(49)

tahun 2009 dari New York University Medical Center membuktikan hasil yang sama mengenai risiko terlalu banyaknya konsumsi garam meja, selain itu penyakit lambung diyakini dipicu oleh stres dan gaya hidup. Tetapi setelah dilakukan penelitian menyebutkan bahwa luka pada lambung dan radang usus terutama disebabkan oleh serangan bakteri bernama Helicobacter pylori. (Marshall dan Warren, 2005),

Bakteri Helicobacter pylori (H. pylori) merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung. Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit lambung kronis. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah sepanjang hidup. Bakteri H. pylori menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, baik secara fecal-oral maupun oral-oral. Fecal-oral artinya bila feses seseorang yang terinfeksi bakteri ini kontak dengan makanan, air, dan benda lain yang kemudian masuk ke dalam tubuh orang lain akibat kurang higienis. Sedangkan disebut oral-oral bila perpindahan bakteri terjadi melalui ludah atau muntahan seseorang yang mengandung bakteri ini. Misalnya, melalui penggunaan gelas, sendok, atau piring makan secara bersama-sama, apabila tidak menjaga kebersihan lingkungan dengan baik maka akan beresiko untuk terkena penyakit gastritis ini. (Syam, 2009).

(50)

diproduksi tidak mempunyai bahan untuk dicerna atau digiling, dan pada akhirnya dinding lambung itu akan mengikis dinding lambung itu sendiri.(Arifrianto, 2009)

Jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan atau minuman pedas dan asam. Hindari makanan berlemak, karena lemak memang sulit dicerna oleh lambung. Selain itu, tekstur makanan sebaiknya lembut (lunak)., Sering mengkonsumsi air putih, karena bisa mengurangi sifat asam dari makanan atau minuman tersebut. Kurangi mengkonsumsi minuman teh, kopi atau soft drink. Porsi makanan sebaiknya tidak terlalu banyak, tetapi sedikit dengan frekuensi sering., Bila harus mengkonsumsi obat-obatan penahan nyeri (analgetik), maka sebaiknya diminum setelah makan dan tidak dalam keadaan kosong (Supriatna, 2009).

(51)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan tentang gambaran pengetahuan perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa yang dijabarkan dengan menggunakan skema sebagai berikut :

=

= Variabel yang diteliti 1. Tinggi

2. Sedang 3. Rendah PENGETAHUAN 1. Defenisi Gastritis 2. Tipe-tipe gastritis 3. Penyebab gastritis 4. Patofisiologi

Gastritis.

5. Bahaya/komplikasi dari gastritis. 6. Perilaku

Pencegahan gastritis

PERILAKU

1. Makan dalam jumlah kecil tapi sering.

2. Hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. 3. Jangan merokok.

4. Ganti obat penghilang rasa sakit, jika memungkinkan jangan menggunakan obat penghilang rasa sakit dari golongan NSAIDs,. 5. Memperbanyak olahraga. 6. Manajemen stress.

7. Kurangilah makanan yang dapat mengiritasi lambung. 8. Jangan Terlambat makan.

1. Tinggi 2. Sedang 3. Rendah

(52)

III.2.Definisi operasional

Variabel Defenisi operasional

Alat ukur Skala ukur Hasil ukur Pengetahuan Segala sesuatu

yang diketahui oleh mahasiswa S1 keperawatan USU mengenai gastritis

Kuesioner Ordinal Rendah, sedang, Tinggi

:

Perilaku Pencegahan

Sikap yang dinilai seorang

mahasiswa S1 Keperawatan USU dalam mencegah terjadinya gastrtitis.

(53)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.. Desain Penelitian

Desain penelitian yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian deskriptif, (Nursalam, 2008) yaitu mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4.3Populasi Dan Sampel Penelitian 4.3.1Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008) Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa S1 fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang mengalami gastritis. Jumlah populasi mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 352 orang (Fakultas Keperawatan USU, 2010).

4.3.2Sampel

(54)

setelah itu peneliti hanya memilih kuesioner responden yang terkena gastritis saja. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20-25% dari populasi (Arikunto,2006). Besarnya sampel yang didapat yaitu 88 orang

Kriteria sampel yang diteliti adalah bersedia menjadi responden, mahasiswa S1 Keperawatan USU dan menderita gastritis.

4.4. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus 2010

4.5 Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk dijadikan subjek penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan (Informed Concent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Penelitian ini, juga memperhatikan etik yaitu sebagai berikut:

a. Informed Concent

(55)

b. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

c. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan kuesioner berupa data demografi, kuesioner pengetahuan tentang gastritis dan kuiesioner tentang perilaku pencegahan.

4.5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner tentang data demografi meliputi nomor responden, usia responden, agama, suku bangsa, pekerjaan orang tua, bekerja sambil kuliah atau tidak, sumber informasi tentang gastritis, tempat tinggal (tinggal sendiri,atau kost). Data demografi ini bertujuan untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini.

4.5.2 Kuesioner Pengetahuan gastritis

(56)

gastritis, penyebab, gejala, patofisiologi dan pencegahan gastritis. Pertanyaan nomor 1 dan 2 berisi tentang pengertian gastritis, pernyataan nomor 3 berisi tentang tipe-tipe dari gastritis, pernyataan nomor 4,5,6,7,8,9,11 dan 12 berisi tentang penyebab dari gastritis, pernyataan nomor 13 berisi tentang gejala dari gastritis, pada pernyataan nomor 19 berisi tentang pengobatan gastristis, pernyataan nomor 10 tentang komplikasi dari gastritis sedangkan pernyataan nomor 14, 15, 16, `17,18, berisi tentang pencegahan dari gastritis.

Pernyataan positif terdapat pada nomor 1, 3, 4, 8, 11, 12, 13, 16, 17, 18, sedangkan untuk pernyataan negatif terdiri dari nomor 2, 5, 6,7, 9, 10, 14, 15, 19, 20. Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan tentang gastritis.

Untuk jawaban benar diberi skor 1 dan untuk jawaban salah diberi skor 0, skor ini diberikan pada pernyataan yang positif. sehingga pada pernyataan negatif apabila responden menjawab benar maka skornya bernilai 1 apabila dijawab salah diberi skor 0 Sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai responden adalah 0 sedangkan nilai tertinggi yang mungkin dicapai responden adalah 20.

4..5. 3. Kuesioner Perilaku Pencegahan Gastritis

untuk kuesioner perilaku pencegahan dibuat dengan pilihan jawaban tidak pernah, kadang-kadang, sering, terus-menerus/selalu. untuk jawaban tidak pernah diberi skor 0, kadang-kadang skornya 1, sering skornya 2, terus-menerus skornya 3 sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai responden adalah 0 sedangkan skor tertinggi dari responden adalah 45.

(57)

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan gastritis dikatagorikan atas 3 kelas interval. Nilai terendah yang mungkin di capai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 20. berdasarkan rumus statistika P = rentang dibagi dengan banyak kelas (menurut Sudjana, 1992), dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang dengan nilai terendah) sebesar 20 dan di bagi atas 3 kategori kelas yaitu buruk, sedang dan baik, maka di peroleh panjang kelas sebesar 6

Dengan p= 6 dan nilai terendah adalah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka kelas intervalnya sebagai berikut:

0-6 = buruk 7- 13 = sedang 14-20 = baik

Untuk penilaian perilaku pencegahan terhadap gastritis akan dikategorikan sebagai berikut yaitu : perilaku baik, perilaku sedang, perilaku buruk.

Mengunakan rumus statistika dari sudjana (1998) dengan rentang sebesar 54 dan 3 kategori kelas untuk perilaku (perilaku baik sedang, buruk, sangat buruk) didapatlah panjang kelas sebesar 7

Mengunakan p= 18 dan dinilai terendah 0 sebagai batas kelas interval pertama, data perilaku pencegahan tentang gastritis dikategorikan sebagai berikut 0-18 = Perilaku Buruk

(58)

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah sejauh mana instrumen itu dapat mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Secara teori validitas ada tiga macam yaitu validitas isi, validitas kontrak, validitas berdasarkan kriteria ( Azwar, 2000). Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel (Ritonga, 1997). Dalam penelitian ini digunakan uji validitas isi, yang mana instrumen terlebih dahulu dikonsultasikan kepada pakar yang paham tentang gastritis, yaitu salah satu dosen Fakultas Keperawatan USU khususnya bidang mata kuliah Medikal Bedah yang berpendidikan strata II. Dan hasil dari Content Validity Indeks (CVI) dari pengetahuan dan perilaku pencegahan gastritis yaitu 0,95 (lihat lampiran 6).

(59)

telah dilakukan dengan rumus Kuder Richardson 21 (KR-21) karena jumlah butir pertanyaan genap (Arikunto, 2006).

Polit dan Huengler (1999) menyatakan bahwa suatu instrument dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0,70. Hasil uji reliabiltas pada perilaku pencegahan gastritis yaitu 0,89 (lihat pada lampiran 5) sedangkan hasil uji reliabilitas pada pengetahuan gastritis yaitu 0,955 (lihat pada lampiran 5). 4.7. Pengumpulan Data

(60)

4.7. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul dengan melaui beberapa tahap yaitu, editing untuk memeriksakan data responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan melakukan tabulasi dan analisa data, selanjutnya memasukkan (entry) data ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan mengunakan tehnik komputerisasi.

(61)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara“ yang memiliki 88 responden maka didapat hasil distribusi responden berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, tempat tinggal dan penyakit maag yang diderita diuraikan sebagai berikut :

[image:61.595.106.513.487.753.2]

5.1.1. Karakteristik Demografi

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara MedanTahun 2010

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia

• 18-23 74 5,5

• 24-29 7 38,9

• 30-35 5 55,6

Jenis Kelamin

• Laki-laki 19 21,6

• Wanita 69 78,4

Suku

• Melayu 4 4,5

• Jawa 13 14,8

• Batak

• Minang

55 5

62,5 5,7

• Lain nya 11 12,5

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

(62)

• Kerja sambil kuliah

13 14,8

• Kuliah Saja 75 85,2

Tempat Tinggal

• Kost 50 56,8

• Kontrak/rumah sendiri

24 27,2

• Bersama Orang Tua

14 16,0

Penyakit Yang Diderita

• Tidak ada Sakit Maag

• Pernah Sakit Maag

36

52

40,9

59,1

Pada tabel 5.1 diatas diketahui bahwa bahwa dari 88 orang responden mayoritas berusia antara 18 sampai 23 tahun yaitu 74 orang (84,1%). Jenis kelamin mahasiswa mayoritas perempuan yaitu 69 orang (78,4%). Agama mahasiswa mayoritas Islam yaitu 59 orang (67,0%). Suku mahasiswa mayoritas Batak yaitu 55 orang (62,5%) Mayoritas mahasiswa kuliah saja yaitu 75 orang (85,2%). Tempat tinggal mahasiswa mayoritas kost yaitu 50 orang (56,8%), dan mahasiswa mayoritas pernah sakit maag yaitu 52 orang (59,1%)

5.1.2. Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Faktor Penyebab Timbulnya Gastritis

(63)
[image:63.595.114.512.170.255.2]

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Faktor Penyebab Timbulnya Gastritis Di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2010

No. Pengetahuan Mengenai Faktor Penyebab

Jumlah Persentase

1. Rendah 3 3,4

2. Sedang 4 4,5

3. Tinggi 81 92,0

Jumlah 88 100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas pengetahuan mahasiswa mengenai faktor penyebab timbulnya gastritis mayoritas dalam kategori tinggi yaitu 81 orang (92,0%).

5.1.3. Perilaku Pencegahan Gastritis

Perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2010 dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2010

No. Perilaku Pencegahan Gastritis Jumlah Persentase

1. Kurang 61 69,3

2. Sedang 17 19,3

3. Baik 10 11,4

Jumlah 88 100

(64)

5.1. Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan Tentang Faktor Penyebab Timbulnya Gastritis

Hasil penelitian tentang pengetahuan mahasiswa mengenai faktor penyebab timbulnya gastritis menunjukkan mayoritas dalam kategori tinggi yaitu 81 mahasiswa (92,0%) (lihat tabel 5.3). Karena pengetahuan itu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan yang baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1999) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan, maka hidup manusia semakin berkualitas, pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, dengan pendidikan, manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Dari hasil penelitian diperoleh, semua mahasiswa merupakan tamatan dari SMU bahkan ada yang sudah menamatkan diploma dan melanjutkan ke jenjang sarjana dan seluruhnya berpengetahuan baik hal ini mungkin disebabkan karena mereka merupakan mahasiswa keperawatan dan sudah pernah menerima mata kuliah tentang gastritis pada mata kuliah medikal bedah atau ilmu penyakit dalam.

(65)

Pengetahuan mahasiswa mengenai gastritis merupakan pengetahuan mahasiswa tentang radang jaringan dinding lambung yang timbul akibat infeksi virus atau bakteri patogen yang masuk kedalam saluran pencernaan (Endang, 2001). Mahasiswa telah banyak mengetahui mengenai gastritis, hal itu diketahui dari jawaban mahasiswa yang menyatakan bahwa gastritis merupakan radang jaringan dinding lambung yang disebabkan karena waktu makan yang tidak teratur, selain itu gastritis disebabkan karena asam lambung yang berlebihan. Para mahasiswa pernah mengalami gangguan pada daerah perut seperti rasa mual dan lambung terasa perih. Hal ini sejalan dengan pendapat Raifudin (2010) bahwa gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups

Hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti kepada para mahasiswa ternyata kebanyakan menunda waktu makan demi penyelesaian tugas-tugas perkuliahan, sehingga waktu yang seharusnya dilakukan untuk makan, tidak menjadi rutinitas penting, akibatnya lambung menjadi sakit dan perih akibat menunda makan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Arifianto, 2009) bahwa bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung. Sejalan itu juga menurut Surya dan Marshall ( 2007) mengatakan bahwa

(66)

gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.

Disamping itu mahasiswa merasa tidak lapar jika stress menghadapi suatu masalah baik mengenai pribadinya maupun mengenai perkuliahannya, selain itu pola makan dan kebiasan makan yang tidak baik seperti mengkonsumsi snack, minuman kaleng/soft drink sehingga kemungkinan mahasiswa dapat mengalami gastritis. Hal ini sejalan dengan pendapat O’Connor (2007) bahwa stres dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Saat stres, orang cenderung makan lebih sedikit, stres juga menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam lambung dalam jumlah berlebihan. Akibatnya, lambung terasa sakit, nyeri, mual, mulas, bahkan bisa luka. Sejalan dengan itu, menurut Herlan (2001) bahwa sekitar 20% faktor etiologi dari gastritis akut yaitu terlalu banyak makanan yang berbumbu atau pada orang yang sering meminum alkohol dan bahan kimia lainya yang dapat menyebabkan peradangan dan perlukaan pada lambung.

(67)

cepat kenyang yang telah berlangsung minimal selama 3 bulan dalam rentang waktu selama 6 bulan. Dari definisi ini jelas bahwa tentunya orang mempunyai penyakit gastritis yang fungsional jika merasakan keluhan pada lambung sudah berlangsung lama. Juga faktor stres yang dialami seseorang terutama faktor kecemasan (ansietas) akan meningkatkan keluhan pada lambung.

5.2.2. Perilaku Pencegahan Gastritis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa mayoritas dalam kategori kurang yaitu 61 mahasiswa (69,3%) (lihat tabel 5.4). Menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2003) berpendapat bahwa perilaku individu terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsi individu, kerentanan, faktor-faktor sosial dan psikologis, faktor sosio-demografi, pengaruh media massa, anjuran orang lain serta perhitungan untung dan rugi dari perilakunya tersebut. Perilaku ini dibentuk oleh pengalaman interaksi individu dengan lingkungannya. Pandangan seseorang tentang masalah kesehatanya saat ini dan bagaimana dia menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat memberikan informasi seberapa jauh pengetahuanya mengenai masalahnya dan pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas sehari-hari (Notoatmodjo, 2003).

(68)
(69)

orang tua, 50 mahasiswa (56,8%) (lihat tabel 5.1).sehingga kemungkinan waktu untuk makan menjadi tidak teratur dan sembarangan.

Perilaku yang dilakukan mahasiswa bertentangan dengan pengetahuannya yang tinggi tentang gastritis (lihat lampiran 4). Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka ilmu pengetahuannya akan semakin baik, ternyata dari hasil analisis data yang telah dilakukan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan yang tinggi akan mempengaruhi perilaku seseorang akan semakin baik. Dari hasil penelitian menunjukkan ternyata perilaku mahasiswa sangat kurang. dan tinggal di kost-kostan sehingga kemungkinan waktu untuk makan menjadi tidak teratur dan sembarangan. Sakit pada lambung merupakan hal yang dianggap biasa terjadi oleh mahasiswa tersebut apabila terlambat makan. Perilaku pencegahan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam menghalngi sesuatu agar tidak terjadi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2004). Perilaku dalam pencegahan gastritis merupakan upaya pemeliharaan kesehatan untuk memelihara atau menjaga kesehatan untuk mencegah terjadinya gastritis dan usaha untuk penyembuhan bilamana telah mengalami gastritis.

(70)

minum-minuman keras dan narkoba, Istirahat yang cukup, pengendalian stress, perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan (Uripi, 2004).

(71)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Ke

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi  Frekuensi Karakteristik Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara MedanTahun 2010
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Faktor Penyebab Timbulnya Gastritis Di Fakultas Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pengetahuan tentang pengobatan sendiri masih terbatas dan kesadaran untuk membaca label pada kemasan obat pun masih rendah sehingga pengobatan sendiri dapat menjadi

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 202 responden menunjukkan bahwa mahasiswa pendidikan sarjana keperawatan fakultas keperawatan dalam kegiatannya mengalami stres.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 mayoritas termasuk dalam kategori

“Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat menurut saya sadar akan pentingnya menjaga kebersihan kampus hal itu terlihat dari tingkah laku mahasiswa dengan membuang sampah pada

Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah berkualitas pendidik harus menjaga perhatian siswanya dengan cara menjaga kontak

Hasil analisis univariate menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara memiliki tingkat perilaku asertif

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KESADARAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP BANTUAN HIDUP DASAR SKRIPSI Oleh AHMAD FARIDZ AZHARI SIREGAR

Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengetahuan dan sikap mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang menjalankan kepanitraan klinis di Rumah Sakit