UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI
MEDAN
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH CAPITAL ADEQUECY RATIO DAN BANKING
RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA
BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA
YANG GO PUBLIK DI BEJ
OLEH:
NAMA
:
DEDI SUPRIANTO
NIM
:
080522080
DEPARTEMEN
:
AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Capital Adequecy Ratio dan Banking Ratio Terhadap Return On Asset pada Bank
Pemerintah dan Bank Swasta yang Go Publik di BEJ ” adalah benar hasil karya
saya sendiri dan judul ini belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh
mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program S1 Ekstensi
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua
sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar,
apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 29 November 2010 Yang Membuat Pernyataan,
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan kesehatan, kesempatan dan waktu sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: ”Pengaruh Capital Adequecy
Ratio dan Banking Ratio Terhadap Return On Asset pada Bank Pemerintah dan
Bank Swasta yang Go Publik di BEJ.”
Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen
Akuntansi Universitas Sumatera Utara dan juga skripsi ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman baru dan wawasan bagi penelitian lanjutan yang lebih
baik lagi.
Dalam kesempatan ini, penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini
dapat terwujud berkat dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak selaku Plt. Ketua Departemen
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Plt. Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Arifin Lubis, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan mulai dari awal pengerjaan skripsi sampai
4. Bapak Drs. Syahelmi, Msi, Ak selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Sucipto,
MM, Ak selaku Dosen Penguji II atas segala masukan dan saran yang telah
diberikan.
5. Kedua orang tua penulis, Sumarji dan Tuminem. Terima kasih banyak untuk
kasih sayang, didikan, dan dukungan berupa nasehat, doa dan materi yang
diberikan kepada penulis yang tak tergantikan.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sekalian demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah senantiasa melimpahkan berkat dan
karunia-Nya. Amin.
Medan, 29 November 2010 Penulis,
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kecukupan modal dan likuiditas terhadap profitabilitas bank pemerintah dan swasta yang berkantor pusat di Indonesia. Kecukupan modal diwakili oleh CAR, likuiditas diwakili oleh LDR, dan profitabilitas diwakili oleh ROA.
Populasi penelitian adalah bank pemerintah dan swasta yang berkantor pusat di Indonesia. Data sekunder berupa laporan publikasi 3-bulanan per 31 Desember digunakan dalam penelitian ini. Periode penelitian adalah 2006-2008. Penelitian ini menggunakan model regresi sederhana dan regresi berganda sebagai model analisis.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa CAR secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan LDR secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, namun secara simultan atau bersama-sama CAR dan LDR menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap ROA.
ABSTRACT
The objective of this research is to examine the effect if capital adequacy and liquidity to profitability of goverment bank and comercial bank which had head office in Indonesia. Capital adequacy is represented by CAR, liquidity is represented by LDR and profitability is represented by ROA.
The research populations are goverment bank and commercial bank in Indonesia. Secondary data, that is 3-month publication financial statement per December, 31st
The result of this research indicates that CAR has partially significant influence to ROA, while LDR have no partially significant influence to ROA in the other result is that CAR and LDR have simultaneously significant influence to ROA.
are used in this research. The research period is 2006-2008. This research used simple regression and multiple regression as analysis model. LAR is out from this research to cure multicolonierity problem.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ………... i
KATA PENGANTAR………... ii
ABSTRAK………... iv
ABSTRACT………... v
DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR TABEL ………... ix
DAFTAR GAMBAR………... x
DAFTAR LAMPIRAN………... xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Perumusan Masalah………... 4
C. Tujuan Penelitian ………... 5
D. Manfaat Penelitian ………... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Bank ……….…………..……... 6
a. Fungsi Bank ………..……... 7
b. Jenis Bank ………..……….……... 9
c. Karakteristik Usaha Perbankan ………... 12
e. Laporan Keuangan Bank ………... 16
2. Kecukupan Modal ………...………... 18
a. Komponen Modal Bank ………..………... 19
b. Fungsi Modal ………... 22
3. Likuiditas ………... 27
4. Profitabilitas ………... 29
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 30
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 32
1. Kerangka Konseptual.…………..……... 32
2. Hipotesis.…………..……... 33
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ………..…………..….. 34
B. Populasi dan Sampel Penelitian ……….………….. 34
C. Jenis dan Sumber Data ……….….……….….. 36
D. Teknik Pengumpulan Data ……….….. 37
E. Defenisi Opersionla dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 37
F. Metode Analisis Data ………..… 40
G. Jadwal Penelitian ……… 46
BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ………..….. 47
2. Uji Asumsi Klasik ………..…… 50
a. Uji Normalitas ………..…….. 50
b. Uji Multikolinearitas ………..……….…… 53
c. Uji Heteroskedastisitas ………... 54
d. Uji Autokorelasi ………...………. 56
3. Pengujian Hipotesis ………...………... 56
a. Uji Parsial (t-test) ………..………... . 58
b. Uji Simultan (F-test)………... 59
C. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 60
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 63
B. Keterbatasan Penelitian ………... 64
C. Saran ……… 65
DAFTAR PUSTAKA ………. 66
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 30
Halaman Tabel 3.1 Sampel Perusahaan Perbankan ... 35
Tabel 3.2 Operasional Variabel ... 39
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 46
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 49
Tabel 4.2 Uji Kolmogorov_Smirnov ... 51
Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas ... 54
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 56
Tabel 4.5 Model Summary ... 57
Tabel 4.6 Uji Statistik t ... 58
Tabel 4.7 Uji Statistik F ... 59
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 32
Halaman
Gambar 4.1 Uji Normalitas (1) : Grafik Histogram ... 52
Gambar 4.2 Uji Normalitas (2) : Grafik PP Plots ... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran i Daftar Sampel Perusahaan Perbankan ... 68
Halaman Lampiran ii Data Variabel Penelitian Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 70
Lampiran iii Data Variabel Penelitian Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 71
Lampiran iv Data Variabel Penelitian Return On Assets (ROA) ... 72
Lampiran v Statistik Deskriptif ... 73
Lampiran vi Hasil Uji Normalitas ... 74
Lampiran vii Hasil Uji Multikolinearitas ... 75
Lampiran viii Hasil Uji Autokorelasi ... 76
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kecukupan modal dan likuiditas terhadap profitabilitas bank pemerintah dan swasta yang berkantor pusat di Indonesia. Kecukupan modal diwakili oleh CAR, likuiditas diwakili oleh LDR, dan profitabilitas diwakili oleh ROA.
Populasi penelitian adalah bank pemerintah dan swasta yang berkantor pusat di Indonesia. Data sekunder berupa laporan publikasi 3-bulanan per 31 Desember digunakan dalam penelitian ini. Periode penelitian adalah 2006-2008. Penelitian ini menggunakan model regresi sederhana dan regresi berganda sebagai model analisis.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa CAR secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan LDR secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, namun secara simultan atau bersama-sama CAR dan LDR menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap ROA.
ABSTRACT
The objective of this research is to examine the effect if capital adequacy and liquidity to profitability of goverment bank and comercial bank which had head office in Indonesia. Capital adequacy is represented by CAR, liquidity is represented by LDR and profitability is represented by ROA.
The research populations are goverment bank and commercial bank in Indonesia. Secondary data, that is 3-month publication financial statement per December, 31st
The result of this research indicates that CAR has partially significant influence to ROA, while LDR have no partially significant influence to ROA in the other result is that CAR and LDR have simultaneously significant influence to ROA.
are used in this research. The research period is 2006-2008. This research used simple regression and multiple regression as analysis model. LAR is out from this research to cure multicolonierity problem.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tahun 2008 adalah tahun yang berat bagi perekonomian global sebagai
dampak terjadinya multikrisis yaitu krisis energi (fuel), pangan (food) dan
akhirnya bermuara pada krisis keuangan (financial). Krisis energi ditandai dengan
melambungnya harga minyak dunia, tertinggi dalam sejarah hingga menyentuh
harga USD 147,27/barel pada bulan Juli 2008 dan mendongkrak laju inflasi.
Pasar saham dan pasar modal Indonesia pun mengalami kelesuan. Akibat
terpuruknya harga saham, kerugian yang dialami investor di pasar modal, seperti
dilaporkan Infobank, sudah mencapai Rp 457,31 triliun hanya dalam kurun
Oktober 2007-September 2008 karena kapitalisasi pasar anjlok dari Rp 1.464,32
triliun menjadi Rp 1.007,01 triliun. Dalam setahun (akhir tahun 2008
dibandingkan dengan akhir tahun 2007), kerugian mencapai Rp 911,83 triliun.
Keadaan sektor finansial makin memburuk ketika banyak perbankan
mengalami keketatan likuiditas. Terdapat penurunan kepercayaan kepada
perbankan akibat banyak kasus yang menimpa sejumlah bank seperti yang terjadi
pada Bank Century dan Bank IFI. Hal inilah yang menyebabkan perbankan lebih
berhati-hati sehingga cenderung memilih yang paling aman dengan menjaga
likuiditas lebih tinggi dari yang dibutuhkan dan memilih menaruh dana di
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ketimbang meminjamkan kepada bank lain yang
Pada tahun 2007 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 9/13/PBI/2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan
memperhitungkan risiko pasar, sedangkan tahun 2004 Bank Indonesia
menentukan persentase GWM (Giro Wajib Minimum) yang disesuaikan dengan
besarnya DPK (Dana Pihak Ketiga) yang dihimpun bank. Ketentuan ini untuk
mengatasi risiko likuiditas yang dihadapai bank. Ketatnya peraturan Bank
Indonesia dalam mengatur kecukupan modal dan likuiditas mencerminkan
pentingnya kedua aspek tersebut dalam operasional bank.
Modal bank merupakan alat pendorong kegiatan operasional bank, sehingga besar
kecilnya modal bank akan mempengaruhi kemampuan bank dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya. Jumlah modal yang tinggi akan berpengaruh pada
perolehan laba bank, sedangkan modal yang sedikit membatasi kapasitas usaha
bank, mengingat modal bank juga berfungsi untuk menutupi risiko usaha yang
dihadapi. Modal bank yang terbatas ini menjadi faktor penghambat dalam
meningkatkan profitabilitas bank.
Bank Indonesia juga memperhatikan permodalan bank dengan menetapkan
kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar Rp.80 Milyar
pada akhir tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp.100 Milyar pada akhir tahun
2010. Bank dengan modal dibawah Rp.100 Milyar mempunyai aset yang tidak
begitu besar. Profitabilitas bank tersebut yang diwakili oleh ROA juga jauh lebih
rendah dibandingkan dengan keseluruhan industri perbankan. Likuiditas kerap
kali bertolak belakang dengan profitabilitas. Jika bank terlalu mengejar
Sebaliknya, jika bank mencoba untuk menjaga likuiditasnya secara berlebihan
maka menimbulkan banyak dana yang tidak produktif (idle funds) dan
profitabilitas bank rendah. Untuk menjamin likuiditas bank, pada tahun 2004
Bank Indonesia menetapkan persentase GWM yang disesuaikan dengan besarnya
DPK yang dihimpun bank. GWM merupakan sejumlah dana yang harus
dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia.
Besarnya GWM yang ditetapkan Bank Indonesia adalah sebesar 5% dari DPK.
Adapun pengertian Bank menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 yang
disempurnakan menjadi Undang-Undang No. 10 tahun 1998 adalah sebagai
berikut: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.” Kesehatan atau kondisi keuangan dan nonkeuangan bank merupakan
kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen bank),
masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawas bank
dan pihak lainya.
Defenisi tingkat kesehatan bank menurut peraturan BI No. 6/10/PBI/2004
adalah sebagai berikut: “Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatis
atas berbagai aspek berpengaruh terhadap kondisi/ kinerja suatu bank melalui
penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor
permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas
terhadap risiko pasar.” Penelitian di bidang perbankan sudah sering dilakukan.
signifikan terhadap ROA sedangkan FRD dan BOPO berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA. Kamalia (2008) membuktikan bahwa CAR secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA, LDR secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA dan Secara Simultan CAR dan LDR
berpengaruh terhadap ROA sebesar 13.1%. Jesica (2010) membuktikan bahwa
NPF tidak berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas bank umum, CAR
berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap likuiditas bank umum
sedangkan secara simultan CAR dan NPL berpengaruh terhadap tingkat likuiditas
bank umum. Berdsarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Capital Adequecy Ratio dan
Banking Ratio Terhadap Return On Asset pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta yang Go Publik di BEJ.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh Tingkat Kecukupan Modal (CAR) dan Likuiditas
(LDR) secara simultan terhadap profitabilitas (ROA) bank pemerintah dan
bank swasta.
2. Bagaimana pengaruh Tingkat Kecukupan Modal (CAR) dan Likuiditas
(LDR) secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) bank pemerintah dan
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh yang
ditimbulkan oleh Tingkat Kecukupan Modal (CAR) dan Likuiditas (LDR)
tehadap Profitabilitas (ROA) pada bank pemerintah dan bank swasta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. bagi peneliti, memperdalam ilmu pengetahuan dan wawasan tentang
perbankan dan penganalisaan laporan keuangan bank, terutama
mengenai faktor kecukupan modal yang penting bagi bank dan
bagaimana pengaruh Tingkat Kecukupan Modal (CAR) dan Likuiditas
(LDR) terhadap profitabilitas (ROA) bank.
2. bagi pihak bank, sebagai masukan bagi dunia perbankan mengenai
bagaimana Tingkat Kecukupan Modal (CAR) dan Likuiditas (LDR)
dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROA) suatu bank,
3. bagi peneliti selanjutnya dan masyarakat umum, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan tambahan dan menjadi referensi
khususnya mengenai topik-topik seputar perbankan dan faktor-faktor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
E. Tinjauan Teoritis 1. Bank
Bank bisa dikatakan sebagai urat nadi perekonomian suatu negara,
terlebih-lebih di era modern seperti sekarang ini peranan perbankan dalam
memajukan perekonomian suatu negara sangatlah penting. Boleh dikatakan
hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan
selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, kemajuan suatu bank di suatu
negara dapat pula dijadikan tolok ukur kemajuan negara yang bersangkutan.
Makin maju suatu negara, makin besar pula peranan perbankan dalam
membangun negara tersebut. Dengan demikian keberadaan dunia perbankan
makin dibutuhkan oleh pemerintah dan masyarakat.
Pada umumnya masyarakat memahami bank hanya sebatas tempat untuk
meminjam dan menyimpan uang. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang
belum mengetahui seluk beluk bank secara utuh, sehingga pandangan tentang
bank sering diartikan secara keliru.
PSAK Nomor 31 Standar Akuntansi Keuangan (2008:1) mengenai
Akuntansi Perbankan mendefinisikan sebagai :
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang
tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana.
Sedangkan menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 menjelaskan
bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.”
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
bank pada dasarnya merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai
fungsi sebagai mediator atau perantara bagi peredaran lalulintas uang, yaitu
dalam bentuk simpanan dan kemudian mengelola dana tersebut dengan cara
meminjamkanya kepada masyarakat yang memerlukan dana.
a. Fungsi Bank
Fungsi bank sangat krusial bagi perekonomian suatu negara. Oleh
karena itu keberadaan aset bank dalam bentuk kepercayaan masyarakat sangat
penting dijaga guna meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi
intermediasi serta untuk mencegah kebangkrutan bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkanya kembali kepada masyarakat yang
membutuhkannya untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary.
Menurut Totok Budi dan Sigit Triandaru (2006:9), secara lebih
1. Agent of trus
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun dalam menyalurkan dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di Bank apabila dilandasi oleh adanya unsur kepercayaan.
Masyarakat percaya sepenuhnya bahwa uanganya tidak akan disalahgunakan oleh pihak Bank, uangnya yakin akan dikelola dengan baik, Bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik atau diambil kembali dari Bank. Begitu pula pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat apabila dilandasi oleh adanya unsur kepercayaan. Pihak Bank berharap atau percaya bahwa debitor tidak akan menyalahgunakan pinjamanya, debitor akan mengelola dana pinjaman dengan baik , debitor akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitor mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainya pada saat jatuh tempo.
2. Agent of development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan disektor rill tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor ini tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sektor rill tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan Bank berupa penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor rill. Kegiatan Bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, dimana kegiatan tersebut tidak terlepas dari adanya kehadiran uang. Kelancaran kegiatan tersebut tidak lain merupakan kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
3. Agent of service
Selain melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank sudah barang tentu erat kaitanya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberi jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
Ketiga fungsi bank tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran yang lengkap dan menyeluruh mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai suatu lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) saja.
Ketiga fu n gsi pen tin g tersebu t terkait den gan peran ban k baik
sebagai lem baga kepercayaan m asyarakat dalam m em en uhi kebu tuh an
m en yim pan dan a, m em peroleh kredit dan pem biayaan lain , m au pun
dalam m elaku kan berbagai tran saksi ekon om i dan keu an gan .
Kepercayaan m en jadi kun ci u tam a bisn is perban kan selain pelayan an
jasa yan g diberikan kepada para n asabah den gan m en erapkan prin sip
keh ati-h atian dalam kegiatan operasion al perban kan .
b. Jenis Bank
Dalam prakteknya bank dibagi dalam beberapa jenis. Perbedaan jenis
bank dapat dilihat dari segi fungsi, serta kepemilikkannya. Secara umum
lembaga Bank Sentral, Bank Umum dan BPR. Perkembangan dunia
perbanakan tidak terlepas dari kemajuan perekonomian suatu negara.Bank
memegang peranan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu negara,
dengan demikian keanekaragaman dan jenis perbankan akan lebih
memedahkan nasabah untuk menggunakan jasa perbankan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Ada beberapa jenis perbankan yang ada di Indonesia, berikut Jenis
perbankan yang dikemukakan oleh Kasmir (2003:19) ditinjau dari berbagai
segi.
1. Dilihat dari Segi Fungsinya
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998, jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari :
dilakukan diseluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang). Bank Umum sering disebut Bank Komersil (Commercial Bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatanya, BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengankegiatan atau jasa Bank Umum.
2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya adalah :
a. Bank milik pemerintah
Merupakan bank yang akte pendirianya maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
b. Bank milik swasta nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebahagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Akte pendirianya pun didirikan oleh swasta, begitu pula dengan pembagian keuntunganya merupakan keuntungan swasta pula.
c. Bank milik asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannyapun jelas dimiliki oleh pihak asing.
d. Bank milik campuran
Kepemilikan bank campuran ini adalah pihak asing dan pihak swasta nasional. Akn tetapi kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia.
3. Dilihat dari segi Status
a. Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, traveller cheque, pembukuan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainya. Persyaratan untuk menjadi bank Devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia
b. Bank non Devisa
merupakan kebalikan daripada Bank Devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam bats-batas negara.
4. Dilihat dari segi Cara Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau cara menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok, yaitu:
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat)
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia adalah produk kolonial Belanda. Dalam mencari keuntungan dan menetukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu : Menetapkan bungan sebagai harga, untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamanya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bungan tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah pread based.Untuk jasa-jasa bank lainya, pihak perbankan konvensional (Barat) mengunakan atau menetapkan berbagai biaya-biaya dalamnominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah (Islam)
Bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah, dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional. Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha arau kegiatan perbankanlainya. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan Bank Prinsip Syariah dasar hukumnya adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Bank berdasarkan Prinsip Syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan harga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah bunga diartikan sebagai riba.
Berdasakan kutipan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, dengan
adanya berbagai macam jenis perbankan yang berkembang di Indonesia akan
lebih mempermudah nasabah dalam menggunakan jasa perbankan yang sesuai
dengan kebutuhan.
c. Karakteristik Usaha Perbankan
Kegitan usaha perbakan sangat berbeda dengan industri keuangan
lainya. Salah satu peranan bank adalah lembaga yang berperan sebagai
perantara keuangan (financial intermediary
Dalam PSAK No.31 mengenai akuntansi perbankan sebagai berikut.
) antara pihak yang memiliki dana
dan pihak yang memerlukan dana. Sebagai perantara keuangan, bank
menghimpun dana dari masyarakat yang surplus dana dalam bentuk simpanan
dan sebagai imbalannya. Bank akan memberikan bunga kepada nasabah
penyimpan. Dari hasil menghimpun dana tersebut bank akan menyalurkan
dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana (defisit
dana) dan sebagai imbalannya bank akan memperoleh pendapatan bunga
yang nilainya lebih besar daripada bunga yang dibayarkan kepada penyimpan
dana, dengan demikian aktivitas pokok perbankan adalah menghimpun dana
dan menyalurkan dana kepada masyarakat.
1. Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surflus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit
unit), serta sebagai lembaga yan berfungsi memperlancar lalu lintas
2. Bank merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya megandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank harus dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga likiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajibannya kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu. Kesiapan memenui kewajiban setiap saat itu, menjadi semakin penting artinya mengingat peranan bank sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalulintas pembayaran. Di samping faktor likuiditas, keberhasilan usaha bank juga ditentukan oleh kesanggupan para pengelola dalam menjaga rahasia keuangan nasabah yang dipercayakan kepadanya serta keamanan atas uang atau asset lainya yang dititipkan kepada bank.
3. Pengelola bank dalam melaksanakan usahanya dituntut untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang sukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan kebutuhan modal yang memadai sesuai dengan jenis penanamannya. Hak tersebut diperlukan karena dalam operasinya bank selain melakukan penanaman dalam aktiva prosuktif seperti kredit dan surat-surat berharga, juga memberikan komitmen dan jasa-jasa lainya yang digolongkan sebagai “free based operation” atau “off balanced sheet
activitie. Di samping itu, pengelola bank dalam pelaksanaan tugasnya
senantiasa dihadapkan pada berbagai kemungkinanyang harus diperhitungkan, perlu diperhitungkan pula masalah perpencaran (spreading) dari simpanan masyarakat, komitmen kredit yang masih berjalan serta kondisi eksternal yang mempengaruhinya.
4. Bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari sistem moneter mempunyai kedudukan yang strategis sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan persyaratan ketentuan operasional yang berdasarkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatan usaha bank. Kesemuanya itu dimaksudkan agar bank dapat memelihara kepercayaan masyarakat serta menunjang pemeliharaan stabilitas moneter.
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa kegaiatan bank sangat
jauh berbeda dengan kegiatan industri lainya. Bank sangat memperhatikan
kepercayaan masyarakat dalam menjalankan kegiatanya bukan hanya
mengutamakan keuntungan semata dan juga menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam menjalankan kegiatan usahanya. Perbankan dituntut untuk dapat
menjadi dasar yang utama yang membedakan perbankan dengan industri
keuangan lainya berupa leasing maupun asuransi.
d. Kegiatan Utama Bank Umum
Bank-bank umum terdiri dari bank umum pemerintah, bank umum
swasta nasional devisa, bank swasta nasional nondevisa dan bank asing dan
campuran. Kegiatan utama bank-bank umum adalah menghimpun dana
masyarakat antara lain dalam bentuk giro, deposito berjangka dan tabungan,
serta menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Keberadaan
bank-bank umum di suatu negara memiliki peranan pentinng dalam menunjang
kegiatan perekonomian dan kemajuan suatu bisnis. Kebutuhan nasabah akan
jasa bank-bank umum mendorong peningkatan kualitias dan pelayanan
terhadap nasabah.
Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998, kegiatan usaha yang
dilakukan bank umum adalah:
1. menghimpun dana dari masyarakat, 2. memberikan kredit
3. menerbitkan surat pengakuan hutang,
4. membeli, menjual, atau menjamin surat-surat atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. Surat-surat berharga antara lain: surat- surat wesel, termasuk wesel yang diaksep oleh bank, surat pengakuan utang, kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi, surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun, dan instrument surat berharga lain yang berjangka waktu (sampai dengan 1 (satu) tahun ).
5. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri, maupun untuk kepentingan nasabahanya,
7. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga,
8. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, 9. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak (custodian),
10. melakukan penempatan dana dari menambah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek,
11. membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya, 12. melakukan kegiatan anjak piutang (factoring), kartu kredit, dan
kegiatan wali amanat (trustee),
13. menyediakan pembayaran dengan prinsip bagi hasil,
14. melakukan kegiatan lain, misalnya: kegiatan dalam valuta asing; melakukan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan seperti: sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek dan asuransi; dan melakukan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit,
15. kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang.
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan bank tidak
hanya terbatas pada kegiatan menerima dan menyalurkan dana dari
masyarakat, tetapi juga membantu proses pembayaran dan perdagangan. Bank
umum sangat penting dalam hal menopang kekuatan dan kelancaran sistem
pembayaran dan efektivitas kebijakan moneter.
Ada beberapa hal yang dilarang dilakukan oleh bank umum, baik itu
melakukan penyertaan modal, melakukan perasuransian dan juga usaha lain
diluar ketentuan yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan pasal 10 Undang-undang No 7 Tahun 1992, sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang No 10 Tahun 1998, bank umum dilarang
1) penyertaan modal, kecuali penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit dan bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pension,
2) melakukan usaha perasuransian,
3) melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha yang diatur dalam pasal 6 dan pasal 7 UU Nomor 7/ 1992.
e. Laporan Keuangan Bank
Ketentuan mengenai laporan keuangan bank diatur oleh Ikatan
Akuntan Indonesia dalam PSAK No.31 tentang Akuntansi Perbankan, selain
juga tercantum dalam Surat Edaran Bank Indonesis No.75/5/UPPB tanggal 25
Februari 1995 atau Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia yang tidak lain
merupakan tindak lanjut dari Standar Akuntansi Perbankan. Menurut PSAK
No. 31 revisi mengenai Akuntansi Perbankan menyebutkan bahwa terdapat
lima jenis laporan keuangan bank, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan
komitmen dan kontijensi, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan perbankan juga harus menyajikan para pengurus dan
pemilik bank tersebut.
Berikut tujuan pembuatan laporan keuangan menurut Kasmir
(2004:240) secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank
adalah sebagai berikut :
1. memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki.
2. memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang.
3. memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu.
5. memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang
dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
6. memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank.
7. memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode
dari hasil laporan keuangan yang disajikan
Tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank secara umum, yaitu
memberi informasi keuangan, baik tentang jumlah maupun jenis dari aktiva
yang dimiliki; memberi informasi keuangan tentang jumlah dan jenis
kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang; memberikan
informasi keuangan tentang jumlah dan jenis modal bank pada periode
tertentu; memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari
jumlah pendapatan yang diperoleh, begitu juga dengan sumber dari
pendapatan tersebut; memberikan informasi keuangan tentang jumlah dan
jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu; memberikan informasi
tentang perubahan yang terjadi pada aktiva, kewajiban, dan modal bank; serta
memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari
hasil laporan keuangan yang disajikan bank. Laporan keuangan penting
karena melalui informasi yang terdapat dalam laporan tersebut, dapat
diketahui sejauh mana perkembangan yang telah terjadi dalam suatu
perusahaan. Laporan keuangan juga dapat dijadikan sebagai dasar
penyusunan strategi atau langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki kinerja keuangan. Informasi keuangan sangat berguna tidak
perusahaan selama satu periode, tetapi juga bagi para investor dan masyarakat
yang akan menempatkan uang di perusahaan perbankan tersebut.
2. Kecukupan Modal
Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank, serta sebagai upaya untuk tetap menjaga kepercayaan
masyarakat. Sebagaimana selayaknya sebuah badan usaha, modal bank harus
dapat digunkan untukmenjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian akibat
dari pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya sebahagian besar berasal dari
pinjaman pihak ketiga (dana masyarakat).
Berikut pengertian modal menurut Malayu Hasibuan (2001:61), secara
umum mengemukakan bahwa: “Modal sendiri bank atau equity fund adalah
sejumlah uang tunai yang telah disetorkan pemilik dan sumber-sumber lainya
yang berasal dari dalam bank itu sendiri terdiri dari modal inti dan modal
pelengkap.”
Menurut Dendawijaya (2004:12) “CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko
(kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari
dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain”.
Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa modal bank
bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan
dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi
kemungkinan timbulnya resiko di pihak lain. Dengan kata lain, besar kecilnya
permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Modal yang terlalu
besar misalnya, akan dapat mempengaruhi profitabilitas bank. Sedangkan
modal yang terlalu kecil akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga
akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur, dan juga
pemegang saham bank dan dapat menyebabkan risiko gagal bayar yang lebih
besar pula.
a. Komponen Modal Bank
Modal suatu bank tidak dapat berdiri sendiri dalam menjaga likuiditas
dan kegiatan usahanya. Modal suatu perbakan memiliki arti yang sangat
penting dan krusial bagi kelangsungan hidup suatu industri keuangan dalam
hal ini adalah perbankan. Dalam praktiknya modal terdiri dari dua macam
yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal inti merupakan modal sendiri
yang tertera dalam posisi ekuitas. Sedangkan modal pelengkap merupakan
modal pinjaman dan cadangan revaluasi aktiva serta cadangan penyisihan
penghapusan aktiva produktif.
Berikut komponen modal bank menurut Kasmir (2000:257) pada
umumnya terdiri dari :
1. modal inti, berupa :
b. agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank akibat harga saham yang melebihi nilai nominal,
c. modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh dari sumbganga saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual,
d. cadangan umum, yaitu cadangan dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurnagi pajak, dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran masing-masing bank,
e. cadangan tunjangan, yaitu bagian laba setelah dikurangai pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota,
f. saldo laba (retained earning), yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan,
g. laba lahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaanya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Apabila bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka kerugian tersebut menjadi faktor pengurang modal inti,
h. laba tahun berjalan, yaitu 50% dari laba tahun buku berjalan setelah dikurangi pajak. Apabila pada tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. Total modal di atas harus dikurangi dengan :
1) Goodwill yang ada dalam pembukuan bank.
2) Kekurangan jumlah penghapusan aktiva produktif dari jumlah yang seharusnya dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
2. modal pelengkap, berupa :
a. cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jendaral Pajak,
timbul akibat tidak diterimanya kembali sebahagian atau seluruh aktiva produktif. Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap adalah maksimum 1,25% dari ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko),
c. modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrumen yang memiliki sifat seperti modal dan mempunyai ciri-ciri :
1) tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh,
2) tidak dapat dilunasi atau ditarik atas insiatif pemilik tanpa persetujuan Bank Indonesia,
3) mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi saldo dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi,
4) pembayaran bungan dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
3. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman,
b. mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia.
c. menyampaikan program pembayaran kembali pinjaman subordinansi tersebut,
d. tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh minimal berjangka waktu 5 tahun,
e. pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat,
f. hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada.
g. pinjaman subordinasi yang dapat dijadikan komponen modal lengkap adalah maksimum 50% dari modal inti.
Dari pemaparan kutipan di atas, dapat disimpulakan bahwa komponen
untuk tujuan investasi maupun pemenuhan likuiditasnya. Memiliki modal
yang besar merupakan suatu keadaan yang harus di penuhi oleh suatu bank
untuk bisa bersaing dan melakukan ekspansi bisnis. Modal menjadi acuan bagi
para nasabah untuk menempatkan dananya di bank tersebut karena modal
yang besar menjadi tolok ukur dan gambaran keadaan keuangan suatu bank.
Begitu juga dnegan para investor yang berniat menempatkan sebahagian
dannya di banks tersebut. Arti penting kondisi modal suatu perbankan menjadi
perhatian tertentu bagi pihak manajemen bank.
b. Fungsi Modal
Modal merupakan item yang sangat vital bagi suatu perusahaan
perbankan. Modal diperlukan guna menjaga kelancaran likuiditas dan juga
menjaga kepercayaan nasabah akan investasi maupun dana deposan dan
nasabah yang telah dipercayakan di bank tersebut. Keterkaitan kelangsungan
hidup suatu perbankan berkaitan erat dengan posisi permodalannya. Besar
dan kecilnya modal yang dimiliki suatu bank dapat menyebabkan tinggi
rendahnya kepercayaan dan loyalitas para nasabah dan juga penentuan
kebijakan oleh menejemen di masa yang akan datang.Oleh sebab itu, fungsi
modal berperan penting dalam proses tumbuh dan berkembangannya suatu
perbankan.
Berikut ini merupakan fungsi modal yang dipaparkan oleh Siamat
fungsi operasional, fungsi perlindungan, fungsi pengaman dan pengaturan.
Keseluruhan fungsi modal bank tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. memberikan perlindungan kepada nasabah,
2. mencegah terjadinya kejatuhan bank,
3. memenuhi kebutuhan gedung dan inventaris,
4. memenuhi ketentuan permodalan minimum,
5. meningkatkan kepercayaan masyarakat,
6. menutupi kerugian aktiva produktif bank,
7. mebagai indikator kekayaan bank,
8. meningkatkan efisiensi operasional bank.
Mengingat pentingnya fungsi modal bagi setiap bank, maka
manajemen bank perlu memperhatikan secara serius masalah permodalan ini.
Adapun yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih seksama tersebut
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. rencana kerja bank yang akan datang, baik dalam rencana tahunan
maupun untuk rencana lima tahunan jangka panjang (corporate plan). Hal
ini dapat dipahami karena setiap pertambahan aktiva harus diimbangi
dengan pertambahan permodalan sebesar 100 berbanding 8, karena Capita
Adequecy Ratio ditetapkan 8%. Di beberapa negara lain bahkan ada yang
menetapkan Capita Adequecy Ratio di atas 8%,
2. perhitungan ketentuan modal yang memenuhi syarat otoritas moneter,
meupun yang memenuhi ketentuan bisnis dari bank yang bersangkutan.
terhadap jumlah permodalan suatu bank. Semakin besar modal bank yang
tersedia tentu akan semakin baik bagi bank yang bersangkutan, karena
akan berpotensi lebih baik lagi,
3. Kemampuan bank secara intern dalam menciptakan modal dari kegiatan
usahanya, serta kemampuan kebijakan pembagian laba (dividen) yang ada
pada masing-masing bank,
4. Sumber-sumber serta mekanisme penciptaan modal dari pasar yang ada
pada masyarakat dimana bank tersebut beroperasi.
Unsur kepercayaan terhadap bank ditandai dengan permodalanya
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan, tidak saja bagi
nasabah yang ingin menyimpan uangnya tetapi juga oleh Bank Indonesia
sebagai lembaga pengawas bank untuk memastikan kontinuitas dan
kelangsungan serta eksistensi operasionalisasi bank yang bersangkutan bila
sewaktu-waktu mengalami kesulitan baik karena keslahan pihak manajemen
dalam mengelola likuiditas atau karena tekanan kondisi eksternal seperti
keadaan ekonomi dan moneter.
Peranan modal dalam mengelola bank menjadi faktor yang sangat
penting sehingga perlu menetapkan suatu rasio kecukupan modal yang
merupakan perbandingan antara modal dengan aktiva yang memiliki risiko
yang disebut Capita Adequecy Ratio (CAR).
Capital Adequecy Ratio (CAR) yang dipakai adalah yang sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia dalam Surat Keputusan Direksi Bank
Februari 1999. Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank
dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian. Bank
Indonesia menetapkan Capital Adequecy Ratio (CAR) yaitu kewajiban
penyertaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank
sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) atau secara matematis :
% 100 X ATMR Modal CAR=
Komponen modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap dengan
memperhitungkan penyertaan yang dilakukan bank sebagai faktor pengurang
modal. Sedangkan ATMR Bank Umum dihitung berdasarkan bobot risiko
masing-masing pos aktiva neraca dan rekening administratif.
Menurut Siamat (2005: 253), Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
(ATMR) terdiri atas:
1. aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko kredit yang melekat pada setiap pos aktiva,
2. beberapa pos dalam daftar kewajiban komitmen dan kontijensi (off
balance sheet account) yang diberikan bobot dan sesuai dengan kadar
risiko kredit yang melekat pada setiap pos, setelah terlebih dahulu diperhitungkan dengan bobot faktor konversi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Aktiva Tertimbang
Menurut Resiko (ATMR) juga mencakup off balance sheet account. Hal ini
menunjukkan bahwa risiko juga melekat pada off balance sheet account
meskipun pos-pos tersebut tidak terlihat di neraca.
Bank Indonesia menetapkan kebijaksanaan bagi setiap bank untuk
dikenakan sanksi oleh Bank Indonesia. Ketentuan CAR pada prinsipnya
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku secara internasional, yaitu
standar Bank For Internationla Settlement (BIS). CAR yang didasarkan pada
standar BIS (8%) adalah salah satu cara untuk menghitung apakah modal
yang ada pada suatu bank telah memadai atau belum. Jika modal rata-rata
suatu bank lebih baik dari bank lainya, maka bank bersangkutan akan lebih
baik solvabilitasnya.
Ketetapan CAR sebesar 8% bertujuan untuk :
1. menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan,
2. melindungi dana pihak ketiga (dana masyarakat) pada bank
bersangkutan,
3. untuk memenuhi ketetapan standar BIS.
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan atau memperbaiki
posisi modal minimum bank (CAR) adalah dengan :
1. memperkecil komitmen pinjaman yang tidak dipergunakan,
2. pinjaman yang diberikan lebih dibatasi dan diseleksi sehingga risiko
semakin berkurang,
3. fasilitas bank guarantee yang hanya memperoleh hasil pendapatan
berupa posisi yang relatif kecil namun dengan risiko yang sama besarnya
4. komitmen Letter of Credit (L/C) bagi Bank Devisa yang benar-benar
memperoleh kepastian dalam penggunaanya atau tidak dapat dianfaatkan
secara efisien sebaiknya juga dibatasi,
5. penyertaan yang mempunyai risiko 100% perlu ditinjau kembali apakah
bermanfaat atau tidak,
6. posisi aktiva-aktiva tetap dan inventaris inventaris agar tidak berlebihan
dan jangan hanya sekedar memenuhi kelayakan,
7. menambah atau memperbaiki posisi modal dengan cara setoran tunai, go
public, dan pinjaman subordinansi jangka panjang dari pemegang saham.
Strategi yang teleh dijelaskan di atas dapat diterapkan guna
meningkatkan posisi dan memperbaiki posisi permodalan suatu bank. Dengan
demikian, menjaga dan mengontrol modal suatu bank dapat berjalan dengan
baik dan dapat memenuhi ketentuan dan ketetapan modal yang seharusnya.
3. Likuiditas
Bank dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan meningkatkan
kepercayaan nasabah dalam menempatkan dananya di bank tersebut. Semakin
likuid suatu bank akan semakin mudah bagi suatu bank untuk memperoleh
kepercayaan darinasabahnya. Secara umum likuiditas berarti kemampuan
bank untuk memenuhi kebutuhan keuangan para nasabah. Suatu bank
diharapkan mampu menjaga likuiditasnya dalam menjalankan kegiatan
profitabilitas harus seimbang. Berikut pengertian beberapa ahli tentang
likuiditas.
Menurut Rivai, Permata dan Idroes (2007:386) Likuiditas adalah
“kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk
memenuhi kewajibanya setiap saat”.
Menurut Siamat (2005: 340-343), “mengemukakan bahwa teori manajemen likuiditas pada dasarnya adalah teori yang berkaitan dengan bagaimana mengelola dana dan sumber-sumber dana bank agar dapat memelihara posisi likuiditas dan memenuhi segala kebutuhan likuiditas dalam kegiatan operasional bank sehari-hari. Beberapa teori manajemen likuiditas yang terkenal dalam perbankan yaitu: commercial loan theory, doctrine of
asset shiftability,theory of shiftable to the market, dan the anticipated income theory.”
a. Commercial Loan Theory
Likuiditas bank menurut teori ini akan terjamin apabila aktiva produktif bank yang terdiri dari kredit jangka pendek dicairkan dalam kegiatan usaha yang berjalan secara normal. Dan apabila bank yang bersangkutan akan memberikan kredit yang lebih panjang, hendaknya sumber dana diambil dari modal bank dan sumber dana jangka panjang.
b. Doctrine of Asset Shiftability
Menurut teori ini, bank dapat segera memenuhi kebutuhan likuiditasnya dengan memberikan shiftable loan atau call loan, yaitu pinjaman yang harus dibayar dengan pemberitahuan satu atau beberapa hari sebelumnya dengan jaminan surat-surat berharga.
c. Theory of Shiftable to the Market
Teori ini berasumsi bahwa likuiditas suatu bank akan dapat terjamin apabila bank memiliki portfolio surat-surat berharga yang dapat segera dialihkan untuk memperoleh uang kas atau likuiditas.
d. The Anticipated Income Theory
Teori ini menyatakan bahwa bank-bank seharusnya dapat memberikan kredit jangka panjang dimana pelunasannya, yaitu cicilan pokok pinjaman ditambah bunga, dapat diharapkan dan dijadwalkan pembayarannya pada waktu yang akan datang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pentingnya bank mengelola likuiditas secara baik terutama ditujukan
untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh adanya kekurangan.
keputusan untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan pendapatan. bank yang
selalu berhati-hati dalam menjaga likuiditas dan cenderung memelihara alat
likuid yang relatif lebih besar dari yang diperlukanya dengan maksud untuk
menghindari kesulitan likuiditas.
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara kredit
yang diberikan dengan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima,
tidak termasuk pinjaman subordinansi. Rasio ini menggambarkan kemampuan
bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas bank.
LDR digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara
membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga.
Semakin tingi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
aka semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank
lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan
berjangka, sertifikat deposito. Secara matematis dapat dirumuskan :
%
Tingkat profitabilitas yang sehat merupakan salah satu tujuan dari
setiap bank karena profitabilitas digunakan sebagai alat untuk mengukur
seberapa besar kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba atas
kemampuan manajemen dalam menekan biaya operasional. Profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau sejauh
mana efektivitas pengelolaan perusahaan untuk memperoleh laba. Return on
Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan
antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank. Rasio ini menunjukkan
tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang
bersangkutan (Riyadi, 2004: 137). Semakin besar ROA suatu bank, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank dan sebaliknya. Dengan
demikian pihak manajemen bank dituntut untuk bisa selalu menciptakan profit
demi eksistensi suatu bank dan juga pemenuhan kewajiban kepada para
stakeholder. ROA dapat dirumusakan sebagaiberikut :
%
F. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian di bidang perbankan sudah sering dilakukan. Adapun ringkasan
penelitian terdahulu terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti (Tahun)
Operasional) dan
CAR secara parsial berpengaruh
Provitabilitas (ROA) (Y)
1. Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, kerangka konseptual penulisanya digambarkan
sebagai berikut :
H1
H2 H3 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
CAR atau rasio kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi
bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian serta
mencerminkan kesehatan bank yang bertujuan untuk menjaga kepercayaan
masyarakat kepada perbankan, melindungi dana masyarakat pada bank
bersangkutan dan untuk memenuhi ketetapan standar BIS.
Dengan permodalan yang kuat akan mampu menjaga kepercayaan
masyarakat terhadap bank yangber sangkutan, sehingga masyarakat percaya
untuk menghimpun dana pada bank tersebut, dana yang terhimpun tersebut
kemudian disalurkan kembali oleh bank kepada masyarakat dalam bentuk
kredit. Dalam bentuk kredit ini dapat mendorong pendapatan sehingga
menghasilkan bunga, dari bunga itulah bank mendapatkan laba/profit. Faktor
permodalan sangat penting dalam menjalankan kegiatan operasional bank dan
Capital Adequecy Ratio(x1)
untuk menunjang kebutuhannya, dengan kualitas pihak, manajemen dalam
pengelolaan kegiatan perbankan akan mendapatkan tingkat laba yang
diharapkan. Dengan pengelolaan yang baik, suatu bank akan terus
meningkatkan modal dengan memperhatikan indikator kesehatan permodalan
yaitu CAR, maka profitabilitas pun akan ikut meningkat. Sebaliknya apabila
CAR suatu bank menurun maka profitabilitas pun akan ikut menurun.
2. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang
dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa hipotesis dari penelitian
ini.
H1
H
: Capital Adequacy Ratio berpengaruh terhadap likuiditas bank.
2
H
: Loan To Deposit Ratio berpengaruh terhadap likuiditas bank.
3
secara simultan terhadap likuiditas bank.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Desain Penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode asosiatif atau
hubungan. Menurut Sugiyono (2004;11) “Penelitian asosiatif merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau
lebih.”
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang dihubungkan untuk mencari
hubungan antara variabel-variabel tersebut. Di sini penulis akan mengungkapkan
hubungan kausal atau sebab akibat antara CAR dan LDR terhadap ROA bank.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya
tingkat kecukupan modal (CAR) dan likuiditas (LDR) terhadap profitabilitas
(ROA) bank.
Menurut sugiyono (2006: 55), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.” Populasi pada penelitian ini adalah bank pemerintah dan bank
swasta yang berkantor pusat di Indonesia dan terdaftar pada direktori Bank
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2006: 56). Penelitian ini menggunakan sampel yang
ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive
sampling), yaitu dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan
suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2004: 79). Kriteria yang ditetapkan oleh peneliti
adalah:
1. bank tersebut terdaftar pada direktori Bank Indonesia pada tahun 2006
sampai dengan 2008 (ICMD 2009),
2. bank tersebut menerapkan prinsip bunga (konvensional),
3. bank tersebut merupakan bank pemerintah dan bank umum swasta
nasional.
4 PT Bank Bumiputra Indonesia Tbk
BEKS 11 September 1992
13 Juli 2001
9 PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk.
10 PT Bank Internasional Indonesia Tbk
BNII 15 Mei 1959 21 Nopember 1989
11 PT Bank Kesawan Tbk. BKSW 1 April 1913 13 Juli 2001
12 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
15 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
BBNI 5 Juli 1946 25 Nopember 1996
16 PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
BPNP 18 Januari 1972 10 Januari 2001 20 PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk
Sumber : Data diolah penulis, 2010
D. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitaif yaitu data
yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2003:124).Data yang
digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari Indonesian Capital Market
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data sekunder, teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan data dari dari sumber-sumber
tercetak, dimana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya. (Erlina,
2008:36). Data dalam penelitian ini diperoleh dari internet melalui situs
F. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Variabel Independen (Bebas)
Menurut Sugiyono (2006: 3) “Variabel bebas adalah variabel yang
menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel
terikat).” Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Capital Adequecy Ratio.
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian. Bank Indonesia
menetapkan Capital Adequecy Ratio (CAR) yaitu kewajiban penyertaan
modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai
suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
atau secara matematis :
b. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan antara kredit yang
diberikan dengan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima, tidak
termasuk pinjaman subordinansi. Rasio ini menggambarkan kemampuan
bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan. likuiditas bank yaitu kemampuan bank
untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban
yang telah jatuh tempo, dan memenuhi semua permintaan kredit tanpa ada
penundaan (Siamat, 2005: 336). Batas aman LDR suatu bank secara umum
adalah sekitar 90%-100%, sedangakan menurut ketentuan Bank Sentral batas
amam LDR suatu bank adalah 110%. LDR dapat pula digunakan untuk
menilai strategi manajemen suatu bank. Manajemen bank yang konservatif
biasanya cenderung memiliki LDR yang relatif rendah. Sebaliknya, bank
yang agresif memiliki LDR yang tinggi atau melebihi batas toleransi.
(Simongkir, 200: 145). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
%
2. Variabel Dependen (Terikat)
Menurut Sugiyono (2006:3), “variabel dependen adalah variable.”
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Dalam penelitian ini ROA (Return On Asset) digunkan sebagai variabel
dependen.
Untuk mengukur profitabilitas bank dapat mengunakan ROA (Return
dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak.
Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondsi bermasalah semakin
kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah
dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti
yang dimiliki bank. Perhitungan ini dirumuskan sebagai berikut :
%
Variabel Konsep Indikator Skala
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik
dengan menggunakan software SPSS 16. Sebelum data dianalisis, maka untuk
keperluan analisis data tersebut terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan program
SPSS versi 16 for windows. Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan
setelah melakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik tersebut
meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi.
a. Uji Normalitas Data
Menurut Erlina (2008:102), “tujuan uji normalitas data adalah untuk
mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal.” Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal adalah
dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap model yang diuji.
Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikansi atau
probabilitas > 0.05, maka residual memiliki distribusi normal dan apabila nilai
signifikansi atau probabilitas < 0.05, maka residual tidak memiliki distribusi
normal. Menurut Ghozali (2005:110), ”cara untuk mendeteksi apakah residual
statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”.
Dasar pengambilan keputusannya adalah :
1) jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolineritas
Menurut Erlina dan Mulyani (2007:107), “Uji ini bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen”. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolonirietas
menurut Ghozali (2005:91) dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya
(2) variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum digunakan untuk
mendeteksi adanya multikolinieritas adalah tolerance <0,10 atau sama dengan
nilai VIF>10. Jika nilai tolerance <0,10 atau nilai VIF>10 maka