• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pola Makan Suku Melayu Dan Suku Jawa Di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pola Makan Suku Melayu Dan Suku Jawa Di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN POLA MAKAN SUKU MELAYU DAN SUKU JAWA DI DESA SELEMAK KECAMATAN HAMPARAN PERAK

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

IRMA HANDAYANI 101000377

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN POLA MAKAN SUKU MELAYU DAN SUKU JAWA DI DESA SELEMAK KECAMATAN HAMPARAN PERAK

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

IRMA HANDAYANI NIM. 101000377

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

GAMBARAN POLA MAKAN SUKU MELAYU DAN SUKU JAWA DI DESA SELEMAK KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI

SERDANG TAHUN 2012

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh : IRMA HANDAYANI

NIM. 101000377

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 26 Juli 2012

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes Dra. Syarifah, MS NIP. 19620529 198903 2 001 NIP. 19611219 198703 2 002

Penguji II Penguji III

dr. Mhd. Arifin Siregar, MS Ernawati Nasution, SKM, MKes NIP. 19581111 198703 1 004 NIP. 19700212 199501 2 001

Medan, Juli 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Setiap suku memiliki kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kebudayaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pola makan, dimana pola makan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pola makan pada Suku Melayu dan Suku Jawa di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.

Penelitian ini merupakan survey yang bersifat deskriptif, dilakukan pada 80 keluarga yang terdiri dari 41 keluarga suku Melayu dan 39 keluarga Suku Jawa. Data tentang pola makan diperoleh dengan melakukan wawancara langsung menggunakan formulir foodlist, data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan dan makanan pantangan diperoleh dengan menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa pola makan keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa kurang bervariasi. Keluarga Suku Melayu lebih cenderung mengonsumsi menu hidangan yang terdiri dari nasi, lauk pauk hewani dan pengolahan makanan bersantan dengan frekuensi >4 kali/minggu. Sedangkan keluarga Suku Jawa lebih cenderung mengonsumsi menu hidangan yang terdiri dari nasi, lauk pauk nabati, sayuran dan pengolahan makanan bertumis dengan frekuensi 3-4 kali/minggu. Jumlah konsumsi makanan pokok baik keluarga Suku Melayu maupun Suku Jawa mayoritas berada pada kategori baik. Jumlah konsumsi lauk pauk pada keluarga Suku Melayu lebih banyak dengan kategori baik daripada keluarga Suku Jawa. Jumlah konsumsi sayuran dan buah pada keluarga Suku Jawa lebih banyak berada pada kategori baik daripada keluarga Suku Melayu. Makanan pantangan masih ditemukan pada kedua suku, yaitu makanan pantangan pada ibu hamil seperti buah nanas dan makanan pantangan untuk ibu menyusui seperti ikan-ikan laut, daging, telur, ayam.

Dari penelitian diatas diharapkan adanya usaha memilih atau memvariasikan jenis makanan yang dikonsumsi untuk mendapatkan kebutuhan zat gizi yang diperlukan sehingga pola makan keluarga yang bergizi dan seimbang dapat diterapkan.

(5)

ABSTRACT

Indonesia consists of the various of ethnic. Each ethnic has different culture each other. The culture is one of the factors which can affect the food pattern. Each food pattern can affect the health of human being. The objective of this study to determine a traditional food pattern on Malay and Java ethnic groups in Selemak Village, Hamparan Perak Sub district, Deli Serdang Regency for 2012.

This study adopted descriptive survey, which is done on 80 families which consists of 41 Malay ethnic groups and 39 Java ethnic groups. The data about of food pattern is taken by doing a direct interview using a food list form, the data about factors which affects food pattern and prohibited food is gotten by using questionnaire.

By this research is known that the food pattern done by those families of Malay ethnic groups and Java ethnic groups noted not variety. The families of Malay ethnic group have more tendency consuming menu serving consists of rice, dishes withmeat and the cooked coconut food process with frequency of > 4 time/week. Meanwhile, the families of Java ethnic groups have tendency consuming menu serving which consists of rice, the dishes with more plants, vegetable and the cooked culinary food process with frequency 3-4 times/week. The total basic food in consumption either the families of Malay ethnic groups or Java groups mostly noted good category. The total dished serving consumption of Malay ethnic groups is better than the total dished of Java ethnic groups. The total consumption of vegetables and fruits of Java ethnic groups is better than Malay ethnic groups. The prohibited food is still existed on both Malay ethnic groups and Java ethnic groups, namely the prohibited food for the pragnant, such as pineapple and the breastfeeding mother such as fished, meat, egg, and chicken meat.

This study is expected so that the readers, especially both of the ethnic groups can choose and variatethe food which they consume for getting highly nutrient which needed so that the food pattern of each family have a good nutrient and balance can be implied as good as possible.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Irma Handayani

Tempat/Tanggal Lahir : Desa Selemak/ 12 Februari 1986

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jalan Samanhudi Psr III Tanah Merah Binjai

Alamat Orang Tua : Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

Riwayat Pendidikan

Tahun 1992 – 1998 : SD Negeri 104197

Tahun 1998 – 2001 : MTS Almanar Desa Klambir Tahun 2001 – 2004 : MAN 2 Tanjung Pura

Tahun 2004 – 2007 : Akademi Keperawatan Sehat Binjai

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsidengan judul “Gambaran Pola Makan Suku Melayu dan Suku Jawa Di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Almarhum Asbul Arifin dan Ibunda Dahniar yang tiada henti memberikan kasih sayang, mendoakan penulis tiada henti, serta selalu memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam menuliskan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir.Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

4. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku dosen pembimbing II dan dosen penguji I yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak dr. Mhd. Arifin Siregar, MS selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes selaku sekretaris Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat FKM USU sekaligus dosen penguji III yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 7. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik. 8. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan FKM USU khususnya

dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan Bapak Marihot Samosir S.T. yang telah sabar memberi masukan serta membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

9. Bapak Sulaiman selaku Kepala Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak, terima kasih telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di desa yang Bapak pimpin.

10. Bapak dr. Aulia Agustin selaku Kepala Puskesmas Hamparan Perak, terima kasih telah memberikan izin pengambilan data untuk mendukung penelitian di puskesmas yang Bapak pimpin.

Selanjutnya, secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

(9)

2. Bapak Hasan Basri Nasution, SKM, M.Kes selaku Ketua Yayasan RSU Sehat Medan yang telah memberikan izin dan bantuan selama perkuliahan sampai selesainya penyusunan skripsi ini

3. Kakanda Syahreni, S. Pdi beserta suami Erwido, AMK dan Abangda Pratu Irfansyah yang selalu memberikan arahan dan dukungan yang tiada henti serta adik-adikku tersayang Muazemansyah dan Hijrah yang selalu mendoakan penulis tiada henti dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh rekan-rekan Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU, Hikmah, Lili, Maya, Rani, Uci, Ivo, Endang, Dinia, Fitri dan lain-lain saya ucapkan terima kasih atas segala do’a dan dorongan yang diberikan sehingga terselesainya penyusunan skripsi ini.

5. Rekan-rekan ekstensi 2010 terima kasih saya atas segala do’a dan dorongan yang diberikan sehingga terselesainya penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1Tujuan Umum. ... 7

1.3.2Tujuan Khusus ... 7

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1.PolaMakan ... 8

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan ... 8

2.3. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi ... 9

2.4. Interaksi Zat Gizi ... 10

2.5. Kebiasaan Makan ... 12

2.6. Makanan yang Baik dan Sehat ... 13

2.7. Konsep Mengenai Makanan Suku Melayu dan Suku Jawa ... 15

2.7.1. Konsep Mengenai Makanan Suku Melayu ... 15

2.7.2. Konsep Mengenai Makanan Suku Jawa ... 16

2.8. Pantangan Makanan ... 17

2.9.Zat Besi ... 18

2.10. Vitamin C ... 21

2.11. Protein... 23

2.12. Asam Folat ... 25

2.13. Lemak ... 26

2.14. Kerangka Konsep... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28

(11)

3.3. Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1. Populasi ... 29

3.3.2. Sampel ... 30

3.4. Pengumpulan Data ... 30

3.4.1. Data Primer ... 30

3.4.2. Data Sekunder... 31

3.5. Defenisi Operasional ... 31

3.6. Aspek Pengukuran ... 32

3.7. Analisa Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 35

4.2. Gambaran Umum Responden ... 35

4.2.1. Distribusi Responden Menurut Usia ... 35

4.2.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 36

4.2.3. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota ... Keluarga ... 37

4.2.4. Distribusi Responden Menurut Jumlah Pendapatan ... 37

4.2.5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Kepala ... Keluarga ... 38

4.3. Gambaran Pola Makan Keluarga ... 39

4.3.1. Konsumsi Makanan Pokok ... 39

4.3.2. Konsumsi Lauk Pauk ... 40

4.3.3. KonsumsiSayuran... 40

4.3.4. Konsumsi Buah ... 41

4.3.5. JumlahAsupan Protein ... 41

4.3.6. JumlahAsupanLemak ... 42

4.3.7. JumlahAsupanZatBesi ... 43

4.3.8. JumlahAsupan Vitamin C ... 43

4.3.9. JumlahAsupanAsamFolat ... 44

4.3.10. KonsumsiJenisMakananKesukaanDalam Menu HidanganKeluarga ... 44

4.3.11. KonsumsiBahanMakanan Yang SeringDisajikan Dalam Menu Hidangan ... 45

4.3.12. KonsumsiPengolahanMakananBersantan... 46

4.3.13. KonsumsiPengolahanMakananBertumis ... 46

4.3.14. FrekuensiKonsumsiMakananBersantan... 47

4.3.15. FrekuensiKonsumsiMakanan Protein Hewani ... 48

4.3.16. FrekuensiKonsumsiMakananBertumis Dan Protein Nabati ... 48

4.3.17. MakananPantanganBayi Dan Balita ... 49

4.3.18. MakananPantanganIbuHamil Dan IbuMenyusui ... 49

(12)

BAB V PEMBAHASAN ... 51

5.1. Jenis Dan Frekuensi Bahan Makanan ... 51

5.2. Jumlah Makanan Yang Dikonsumsi ... 53

5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan... 55

5.4. Pengolahan Makanan ... 57

5.5. Makanan Pantangan ... 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

6.1. Kesimpulan ... 59

6.2. Saran ... 60

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Zat Besi Yang Dianjurkan ... 20

Tabel 2.2. Angka Kecukupan Vitamin C Yang Dianjurkan ... 23

Tabel 2.3. Angka Kecukupan Protein Yang Dianjurkan... 25

Tabel 2.4. Angka Kecukupan Asam Folat Yang Dianjurkan ... 26

Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Usia Berdasakan Suku ... 37

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan Suku ... 37

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan Suku ... 38

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Jumlah Pendapatan Berdasarkan Suku ... 38

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Responden ... 39

Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Kepala Keluarga Berdasarkan Suku ... 39

Tabel 4.7. Distribusi Konsumsi Makanan Pokok Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa ... 40

Tabel 4.8. Distribusi Konsumsi Lauk Pauk Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa ... 41

Tabel 4.9. Distribusi Konsumsi Sayuran Pada Keluarga /kapita Suku Malyu dan Suku Jawa... 41

Tabel 4.10. Distribusi Konsumsi Buah Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa... 42

Tabel 4.11. Distribusi Jumlah Asupan Protein Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa ... 43

Tabel 4.12. Distribusi Jumlah Asupan Lemak Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa ... 43

Tabel 4.13. Distribusi Jumlah Asupan Zat Besi Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa ... 44

Tabel 4.14. Distribusi Jumlah Asupan Vitamin C Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa ... 44

Tabel 4.15. Distribusi jumlah Asupan Asam Folat Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa ... 45

Tabel 4.16. Distribusi Jenis Makanan Kesukaan Dalam Menu Hidangan Keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa`... 46

Tabel 4.17. Disrtibusi Menu Hidangan Yang Sering Disajikan Pada Keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa ... 46

Tabel 4.18. Distribusi Keluarga Suka Konsumsi Pengolahan Makanan Bersantan ... 47

(14)

Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Bersantan Pada

Keluarga Suku Melayu dan Suku jawa ... 48 Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Makanan Protein Hewani Pada Keluarga

Suku Melayu dan Suku Jawa ... 49 Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Makanan Bertumis dan Protein Nabati

Pada Keluarga Suku Melayu dan Suku jawa ... 50 Tabel 4.23. Distribusi Makanan Pantangan Umtuk Ibu Hamil Dan Ibu

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Food List Lampira 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data Pola Makan Suku Melayu Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data Pola Makan Suku Jawa Lampiran 3. Gambaran Umum Responden

Lampiran 4. Gambaran Pola Makan Responden Lampiran 5. Gambaran Asupan Gizi

Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian

(16)

ABSTRAK

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Setiap suku memiliki kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kebudayaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pola makan, dimana pola makan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pola makan pada Suku Melayu dan Suku Jawa di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.

Penelitian ini merupakan survey yang bersifat deskriptif, dilakukan pada 80 keluarga yang terdiri dari 41 keluarga suku Melayu dan 39 keluarga Suku Jawa. Data tentang pola makan diperoleh dengan melakukan wawancara langsung menggunakan formulir foodlist, data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan dan makanan pantangan diperoleh dengan menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa pola makan keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa kurang bervariasi. Keluarga Suku Melayu lebih cenderung mengonsumsi menu hidangan yang terdiri dari nasi, lauk pauk hewani dan pengolahan makanan bersantan dengan frekuensi >4 kali/minggu. Sedangkan keluarga Suku Jawa lebih cenderung mengonsumsi menu hidangan yang terdiri dari nasi, lauk pauk nabati, sayuran dan pengolahan makanan bertumis dengan frekuensi 3-4 kali/minggu. Jumlah konsumsi makanan pokok baik keluarga Suku Melayu maupun Suku Jawa mayoritas berada pada kategori baik. Jumlah konsumsi lauk pauk pada keluarga Suku Melayu lebih banyak dengan kategori baik daripada keluarga Suku Jawa. Jumlah konsumsi sayuran dan buah pada keluarga Suku Jawa lebih banyak berada pada kategori baik daripada keluarga Suku Melayu. Makanan pantangan masih ditemukan pada kedua suku, yaitu makanan pantangan pada ibu hamil seperti buah nanas dan makanan pantangan untuk ibu menyusui seperti ikan-ikan laut, daging, telur, ayam.

Dari penelitian diatas diharapkan adanya usaha memilih atau memvariasikan jenis makanan yang dikonsumsi untuk mendapatkan kebutuhan zat gizi yang diperlukan sehingga pola makan keluarga yang bergizi dan seimbang dapat diterapkan.

(17)

ABSTRACT

Indonesia consists of the various of ethnic. Each ethnic has different culture each other. The culture is one of the factors which can affect the food pattern. Each food pattern can affect the health of human being. The objective of this study to determine a traditional food pattern on Malay and Java ethnic groups in Selemak Village, Hamparan Perak Sub district, Deli Serdang Regency for 2012.

This study adopted descriptive survey, which is done on 80 families which consists of 41 Malay ethnic groups and 39 Java ethnic groups. The data about of food pattern is taken by doing a direct interview using a food list form, the data about factors which affects food pattern and prohibited food is gotten by using questionnaire.

By this research is known that the food pattern done by those families of Malay ethnic groups and Java ethnic groups noted not variety. The families of Malay ethnic group have more tendency consuming menu serving consists of rice, dishes withmeat and the cooked coconut food process with frequency of > 4 time/week. Meanwhile, the families of Java ethnic groups have tendency consuming menu serving which consists of rice, the dishes with more plants, vegetable and the cooked culinary food process with frequency 3-4 times/week. The total basic food in consumption either the families of Malay ethnic groups or Java groups mostly noted good category. The total dished serving consumption of Malay ethnic groups is better than the total dished of Java ethnic groups. The total consumption of vegetables and fruits of Java ethnic groups is better than Malay ethnic groups. The prohibited food is still existed on both Malay ethnic groups and Java ethnic groups, namely the prohibited food for the pragnant, such as pineapple and the breastfeeding mother such as fished, meat, egg, and chicken meat.

This study is expected so that the readers, especially both of the ethnic groups can choose and variatethe food which they consume for getting highly nutrient which needed so that the food pattern of each family have a good nutrient and balance can be implied as good as possible.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk terutama usia kerja agar benar-benar memperoleh kesempatan serta turut berperan dan memiliki kemampuan, untuk mewujudkan hal tersebut adalah pembangunan di bidang kesehatan dan gizi.Pemenuhan kebutuhan gizi akan berdampak pada kondisi kesehatan, dan bisa juga sebaliknya yaitu status kesehatan (terutama infeksi) akan berdampak kepada status gizi seseorang.

Dewasa ini salah satu masalah kesehatan yang muncul sebagai akibat asupan zat gizi yang kurang dan lebih adalah anemia dan hipertensi. Di seluruh dunia kasus anemia secara langsung 50% disebabkan oleh kekurangan zat besi. Di Indonesia anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi, hal ini dibuktikan dilihat dari prevalensi pada wanita usia subur (15-49 tahun) 26,4 %, pada balita (0-59 bulan) 47,8%,anak sekolah 25-30 %, wanita hamil 50-70%, prevalensi pedesaan lebih tinggi daripada perkotaan yaitu di pedasaan mencapai 50,4% dan diperkotaan sebanyak 43,7% (Purwaningtyas, 2011).

(19)

Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadila Supari, Sp. JP (K) menyatakan, prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 17-21% (Sugiharto, 2007).

Sedangkan berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Hamparan Perak

kasus anemia dan hipertensi termasuk sepuluh besar penyakit yang ada di Desa Selemak

Kecamatan Hamparan Perak yaitu prevalensi anemia 7,9 % dan hipertensi 3%.

Anemia yang disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi merupakan suatu masalah kesehatan yang menjadi perhatian pemerintah dan karena melihat sejak tiga puluh tahun terakhir diakui dampak negatif yang ditimbulkan yaitu menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktifitas kerja, menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi (Purwaingtyas, 2007).

Anemia gizi besi tidak hanya disebabkan karena kekurangan asupan Fe di dalam tubuh tetapi dapat juga disebabkan karena kekurangan vitamin C. Dimana vitamin C berperan membantu mempercepat penyerapan zat besi dalam tubuh (Haryani, 2010).

Selain Fe dan vitamin C yang mempengaruhi terjadinya anemia ada beberapa zat gizi yang berperan dalam pencegahan anemia seperti protein, asam folat, dan lain-lain. Kekurangan mineral Fe dan vitamin C dan zat-zat gizi lainnya disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan makanan yang buruk yakni mengonsumsi makanan yang kurang mengandung sumber Fe dan vitamin C dan zat- zat gizi lainnya.

(20)

Kekurangan dan kelebihan asupan zat gizi di dalam tubuh karena kebiasaan makan yang kurang tepat. Kebiasaan makan akan membentuk pola makan (Almatsier,2009). Pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beranekaragam. Pola makan secara umum dapat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan. Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar biologisnya, termasuk kebutuhan terhadap pangan. Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajian, serta untuk siapa, dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut dikosumsi (Sulistyoningsih, 2010).

Persediaan pangan yang cukup atau bahkan melimpah untuk memenuhi kebutuhan gizi tidak banyak manfaatnya apabila jenis-jenis pangan yang tersedia tidak cocok dengan pola kebiasaan individu atau kelompok individu memilih pangandan kosumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, sosial dan budaya (Suhardjo, 2009).

Para ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak-memasak, masalah kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan, dan tahayul-tahayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan, dan kosumsi makanan (Anderson, 1986).

Kehidupan sehari-hari sudah dikenal istilah empat sehat lima sempurna yang dua

puluh tahun terakhir ini dijabarkan lagi menjadi pedoman umum gizi seimbang (PUGS).

PUGS merupakan pedoman penyusunan hidangan yang benar dan sehat. Akan tetapi pada

prakteknya, pedoman ini seringkali tidak dilakukan oleh masyarakat yaitu mengonsumsi

(21)

Bangsa Indonesia terdiri lebih dari 300 suku bangsa. Sebagai contoh suku di

Indonesia antara lain Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Tengger, Suku Aceh, Suku Batak, Suku

Asmat, Suku Dayak, Suku Bali, Suku Sasak, Suku Melayu, dan lain sebagainya. Suku bangsa

tersebut memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda satu dengan yang lain. Secara fisik

pun kadang memiliki ciri khas tersendiri (Shahab, 2003).

Setiap suku bangsa mengembangkan kebiasaan cara yang turun menurun untuk mencari, memilih, menangani, menyiapkan dan menyajikan dan cara-cara makanan. Kebiasaan merupakan dasar perilaku dalam beberapa hal berbeda diantara suku yang lain.

Hasil penelitian Muhammad Syahril (2003) dijumpai bahwa pola makan pada keluarga Suku Jawa di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang lebih cenderung mengonsumsi menu hidangan keluarga yang terdiri dari nasi,sayur-sayuran, lauk nabati daripada lauk pauk yang berasal dari hewani, selain itu dari hasil penelitian tersebut juga diungkapkan bahwa tempe dan tahu merupakan jenis pangan mempunyai nilai tinggi. Karena persepsi keluarga Suku Jawa tempe dan tahu memiliki nilai gizi yang lengkap dan teksturnya lembek lebih mudah dalam pengolahan makanan.

(22)

untuk dikonsumsi sendiri. Mereka lebih senang daging dan telurnya dijual ke pasar untuk dibelanjakan bumbu, sabun dan lainnya.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Husein Ritonga di Desa Pasar Melintang Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli serdang mengenai pemberdayaan nilai budaya dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera daerah Sumatera Utara ditemukan masyarakat Suku Melayu mata pencaharian pokok berternak seperti ternak sapi, kerbau, kambing, domba, ayam kampung. Sebagian hasil ternak dikonsumsi dan sebagian dijual ke pasar.

Hasil penelitian lain di Desa Perdamean Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang pada sebagian masyarakat Suku Melayu memilki hobi menangkap ikan dengan menggunakan pancing di sungai yang ada disekitar desa tersebut. Hasil penangkapan ikan digunakan untuk konsumsi sendiri, yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Selain itu masyarakatnya juga menanam kedelai, kacang-kacangan pada lahan kering yang konsumsinya hanya untuk makan sendiri ( Tanjung, 1995).

Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan melakukan observasi di lapangan

dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Desa Selemak dijumpai masyarakat Suku Melayu

selain makanan pokok beras cenderung mengonsumsi sumber makanan dari protein hewani

(5 kali dalam satu minggu). Cara pengolahan makanan lebih sering dengan bersantan atau

lebih sering dikenal dengan nama digulai lemak (3-4x/minggu), sesuai dengan motto suku

melayu “ Biar rumah condong asal gulai lemak” yang memilki arti biar rumah mau runtuh

(23)

Sedangkan kebiasaan kosumsi Suku Jawa selain makanan pokok beras cenderung

mengonsumsi sumber makanan dari protein nabati ( tahu, tempe) dan sayur-sayuran (5 hari

dalam satu minggu). Cara pengolahan makanan lebih sering dengan cara ditumis

(3-4x/minggu).

Dilihat dari kebiasaan makan kedua suku kemungkinan adanya perbedaan asupan zat

gizi dalam tubuh dilihat dari pola makan yang dapat mengakibatkan terjadinya anemia dan

hipertensi. Hal ini dikaitkan dengan data Puskesmas Hamparan Perak, Desa Selemak

memiliki prevalensi anemia dan hipertensi cukup tinggi dimana termasuk sepuluh besar

penyakit terbanyak di bawah wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa pola makan Suku Melayu dan Suku

Jawa memberi gambaran adanya kemungkinan perbedaan asupan zat gizi di dalam tubuh

yang dapat mengakibatkan terjadinya anemia gizi besi dan hipertensi. Hal ini yang

melatarbelakangi peneliti ingin melihat Gambaran Pola Makan Suku Melayu dan Suku Jawa

di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis ingin mengetahui pola makan Suku Melayu dan Suku Jawa di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(24)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis makanan dalam penyusunan menu hidangan keluarga yang dikosumsi Suku Melayu dan Suku Jawa di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui jumlah makanan yang dikosumsi Suku Melayu dan Suku Jawa di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui frekuensi makanan dalam penyusunan menu hidangan keluarga yang dikonsumsi Suku Melayu dan Suku Jawa di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

4. Untuk mengetahui asupan protein, lemak, vitamin C, zat besi, asam folat keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa Di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Manfaat Penelitian

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pola Makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Sri Karjati, 1985).

Pola makan adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pilihan makanan (Suhardjo, 1989).

Pola makan dapat diartikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengosumsinya sebagai terhadap reaksi pengaruh– pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial (Sulistyoningsih, 2010).

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makan seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah sebagai berikut :

1. Faktor ekonomi

(26)

2. Faktor sosio budaya

Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan dikosumsi. Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan. 3. Agama

Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram dan individu yang melanggar hukumnya berdosa. Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan dikosumsi.

4. Pendidikan

Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. 5. Lingkungan

Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan dalam keluarga.

2.3. Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi

(27)

kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Kedua keadaan tersebut sama tidak baiknya, sehingga disebut gizi salah (Sulistyoningsih, 2010).

2.4. Interaksi zat gizi

Pola makan yang seimbang dan pemilihan makanan yang tepat merupakan hal yang harus dilakukan. Selain untuk memenuhi kebutuhan gizi juga untuk menghindari interaksi yang terjadi antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh. Interaksi antar zat gizi ataupun zat nongizi memang bisa berdampak positif , tapi bisa juga negatif.

Interaksi dapat terjadi antara suatu zat gizi dengan yang lain atau zat nongizi (selain zat gizi yang ada dalam bahan makanan, biasanya tidak dapat dicerna dengan jalur metabolisme biasa didalam tubuh). Interaksi zat gizi atau non gizi dapat terjadi pada 3 tempat yaitu :

1. Interaksi dalam produk pangan

Zat-zat gizi tertentu, terutama mineral dapat berinteraksi negatif dengan zat nongizi yang terdapat dalam bahan makanan. Seperti tannin (pada teh) mengikat mineral besi (Fe), seng (Zn) atau magnesium (Mg). Akibatnya mineral tersebut tidak dapat diserap oleh tubuh.

(28)

2. Interaksi dalam saluran percernaan

Contoh interaksi zat gizi dalam saluran pencernaan adalah interaksi antara vitamin C dengan Fe. Vitamin C dapat meningkatkan kelarutan Fe, sehingga Fe lebih mudah diserap tubuh.

Penelitian oleh Cook dan Menson (1976), Halberg (1980), dan Latifuddin (1998) yang mempelajari pengaruh berbagai jenis protein terhadap tingkat penyerapan Fe nonheme memperlihatkan bahwa protein dari daging sapi, daging ayam, ikan, telur dapat lebih efektif dalam meningkatkan ketersediaan biologis Fe. Mengonsumsi makanan bersumber hewani bersama dengan daun singkong atau bayam (sebagai sumber Fe nonheme), akan menyebabkan jumlah Fe yang akan diserap dan ditahan tubuh menjadi lebih besar.

3. Interaksi dalam metabolisme

Interaksi antara beberapa mineral dapat merugikan tubuh. Khusus untuk mineral, terdapat dua tipe interaksi yang terjadi, yaitu kompetisi dan koadaptasi. Interaksi yang bersifat kompetisi ditentukan oleh kemiripan sifat fisik dan kimia mineral untuk satu sama lain. Interaksi ini terjadi didalam usus.

Mekanisme kompetisi terjadi karena satu mineral yang dikosumsi dalam jumlah berlebihan akan menggunakan “alat transpor” mineral lain sehingga terjadi kekurangan salah satu mineral itu. Misalnya, transferrin merupakan “ alat transfor” bagi Fe. Transferrin ini ternyata dapat juga digunakan oleh Zn, Ca, dan Cr.

(29)

suplemen Fe kadar tinggi menyebabkan penyerapan Fe sangat meningkat, yang juga meningkatkan penyerapan Pb (timbal) (Sulistyoningsih, 2010).

2.5. Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan merupakan perpaduan antara unsur kebutuhan biologi, manusia dan budaya yang dikenal dengan biocultural interfeca ( Sanjur, 1982). Sementara itu, Jerome Pelto dan Kandel (1980) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kebiasaan makan adalah faktor lingkungan ekologi, lingkungan sosial, lingkungan teknologi dan budaya. Para ahli dalam bidang antropologi gizi pada umumnya sependapat bahwa walaupun tidak mudah diubah, kebiasaan bersifat dinamis. Hal ini berarti bahwa kebiasaan pangan dapat berubah jika faktor-faktor yang mempengaruhinya diubah dengan sengaja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan digambarkan dalam skema berikut:

Makanan

Lingkungan Sosial Lingkungan Fisik

Organisasi Sosial

Kebutuhan biologi dan psikologi individu

(30)

Gambar 1. Pendekatan ekologi dalam antropologi gizi (Anderson, 1986)

2.6. Makanan Yang Baik Dan Sehat

Status gizi seseorang secara langsung di pengaruhi oleh asupan makanan yang dikosumsi. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh.

Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh , serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi sekarang kata gizi mempunyai pengertian yang lebih luas disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktifitas kerja ( Almatsier, 2009).

Salah satu yang direkomendasikan pada kongres gizi internasional tahun 1992 adalah perlunya pedoman untuk memenuhi kebutuhan gizi. Indonesia memiliki Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

Pedoman Umum Gizi Seimbang merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5 Sempurna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir telah menampakkan diri di Indonesia.

(31)

zat-zat gizi yang dikandungnya. Pengelompokkan bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai:

1. Sumber energi/tenaga berguna untuk bekerja, belajar dan lainnya.

Bahan makanan sumber zat tenaga adalah padi-padian, tepung-tepungan, sagu, pisang dan sebagainya.

2. Sumber zat pembangun berguna untuk pertumbuhan dan mengganti jaringan tubuh yang rusak. Bahan makanan sumber zat pembangun ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe, tahu, dan oncom.

3. Sumber zat pengatur berguna untuk semua fungsi tubuh dan melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan sumber zat pengatur adalah semua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan, yang mengandung berbagai macam vitamin dan mineral (Almatsier, 2009).

PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kosumsi makanan yang beraneka ragam

2. Kosumsi makanan untuk memenuhi kecukupan energi

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi 4. Batasi konsumsi dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi 5. Gunakan garam beryodium.

(32)

7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan 8. Biasakan makan pagi

9. Minum air bersih yang aman dan cukup jumlahnya 10.Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur. 11.Hindari minum-minuman beralkohol

12.Makan makanan yang aman bagi kesehatan 13.Baca label pada makanan yang dikemas

(Sulistyoningsih, 2011).

2.7. Konsep Mengenal Makanan Suku Melayu Dan Suku Jawa 2.7.1. Konsep Mengenal Makanan Suku Melayu

Budaya makan Suku Melayu berbagai lauk pauk tidak akan sempurna jika tidak diiringi dengan nasi. Nasi dihidangkan dengan berbagai lauk pauk dan ulam-ulaman. Bahan yang digunakan dalam masakan melayu berkisar kepada cili, dan terasi, santan. Hidangan melayu dikatakan mampu menghangatkan suasana di meja makan. Hidangan melayu terkenal bukan saja dari keenakan tapi dari segi kepedasan dan juga penggunaan rempah – rempah.

Tradisi orang melayu di kampung-kampung masih ada juga berlandaskan pertanian. Di halaman-halaman rumah kampung kelihatan berkeliaran ayam, itik, ikan dan hasil tangkapan nelayan atau dari sawah dan bendang. Sayuran ditanam di belakang rumah dan juga diperairan sawah dan bendang.

(33)

pemberdayaan nilai budaya dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera daerah Sumatera Utara ditemukan masyarakat Suku Melayu mata pencaharian pokok berternak seperti ternak sapi, kerbau, kambing, domba, ayam kampung. Sebagian hasil ternak dikonsumsi dan sebagian dijual ke pasar.

Hasil penelitian lain di Desa Perdamean Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang pada sebagian masyarakat Suku Melayu memilki hobi menangkap ikan dengan menggunakan pancing di sungai yang ada di sekitar Desa tersebut. Hasil penangkapan ikan digunakan untuk konsumsi sendiri, yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Selain itu masyarakatnya juga menanam kedelai, kacang-kacangan pada lahan kering yang konsumsinya hanya untuk makan sendiri ( Tanjung, 1995).

2.7.2. Konsep Mengenal Makanan Suku Jawa

Menurut Satjadibrata, yang dikutip oleh Herayati (1993) pengertian makanan adalah suatu benda yang dimakan. Dalam konsep kebudayaan Jawa terdapat suatu anggapan bahwa belum dapat dikatakan makan bila belum makan nasi dengan lauk-pauknya, biarpun misalnya sudah rebus singkong satu piring tetap saja beranggapan dirinya belum makan, walaupun saat memakan makanan tersebut perutnya sudah terasa kenyang, akan tetapi bila belum makan nasi tetap saja belum dikatakan sudah makan.

(34)

Dalam suku Jawa ada yang dikenal dengan slogan Kalimat 'mangan enak yen lawuhe luwe' diartikan makan pasti enak jika dengan perut kosong/lapar. Walaupun mungkin hanya dengan sesuap nasi dan karak atau kerupuk, makan saat lapar terasa sangat nikmat. Bandingkan ketika perut penuh kita dihadapkan dengan makanan lezat, nafsu makan pasti akan turun drastis atau bahkan mual-mual .

Hasil penelitian Muhammad Syahril (2003) dijumpai bahwa pola makan pada keluarga Suku Jawa di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Suku Jawa ini lebih cenderung mengonsumsi sayur-sayuran daripada lauk pauk yang berasal dari hewani, selain itu dari hasil penelitian tersebut juga diungkapkan bahwa tempe dan tahu merupakan jenis pangan mempunyai nilai tinggi. Karena persepsi keluarga Suku Jawa tempe dan tahu memiliki nilai gizi yang lengkap dan teksturnya lembek lebih mudah dalam pengolahan makanan.

(35)

2.8. Pantangan makanan

Dalam penelitian Syahril yang dikutip dari Goan Hong Lie (1987) Pantangan makanan adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu terdapat ancaman bahaya bagi yang melanggarnya. Jika membicarakan tentang pantangan makanan, tentu kita akan mencari apa sebenarnya mendasari pantangan makanan tersebut. Segala jenis pantangan yang ada berdasarkan pada dua hal yakni agama dan kepercayaan.

Suatu pantangan yang berdasarkan agama (Islam) disebut haram hukumnya, dan individu yang melanggar pantangan atau tabu disebut berdosa. Hal demikian karena makanan atau minuman tertentu mengganggu kesehatan jasmani atau rohani bagi pemakannya. Sedangkan pantang atau tabu berdasarkan kepercayaan umumnya mengandung perlambang atau nasehat-nasehat yang baik dan tidak baik yang lambat laun menjadi kebiasaan (adat) terlebih dalam suatu masyarakat yang masih sederhana.

2.9. Zat Besi (Fe)

Besi merupakan mineral makro yang paling banyak terdapat didalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru kejaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron didalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.

2.9.1. Kebutuhan Zat Besi (Fe)

(36)
[image:36.612.154.489.87.351.2]

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Zat Besi Yang Dianjurkan Golongan

umur

AKB (mg) Golongan Umur AKB (mg) 0-6 bl 7-11 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Pria : 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th

≥ 65 th

0,5 7 8 9 10 13 19 15 13 13 13 13 Wanita: 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th

≥ 65 th

Hamil : Trimester I Trimester II Trimester III Menyusui : 0-6 bl 7-12 bl 20 26 26 26 26 12 12 + 0 + 9 + 13 + 6 + 6 Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004

Angka Kecukupan Fe

2.9.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Absorbsi Zat Besi

Beberapa faktor yang mempengaruhi absorbsi besi diantaranya yaitu : 1. Bentuk besi

Bentuk besi di dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapannya, besi hem, yang merupakan bagian dari hemoglobin & mioglobin yang terdapat di dalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat dari pada besi-nonheme. Kurang lebih 40 % dari besi di dalam daging ayam dan ikan terdapat sebagai besi hem dan selebihnya sebagai besi nonheme.

2. Asam organik

(37)

3. Asam fitat, faktor ini mengikat besi sehingga mempersulit penyerapan zat besi.

4. Tannin yang merupakan polifenol yang terdapat dalam teh, kopi dan beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorbsi besi dengan cara mengikatnya.

5. Tingkat keasaman lambung

Meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam klorida di dalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid mengalami absorbsi besi.

6. Faktor intrinsik

Faktor ini di dalam lambung membantu penyerapan besi, diduga karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.

7. Kebutuhan tubuh

Kebutuhan tubuh akan besi mempengaruhi besar terhadap absorbsi besi. Bila daya tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada masa pertumbuhan, absorbsi besi nonheme dapat meningkat sampai 10 kali, sedangkan besi hem 2 kali.

2.9.3. Fungsi Besi

(38)

2.9.4. Sumber besi

Sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam, dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Di samping jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas besi di dalam makanan, dinamakan juga ketersediaan biologik (bioavailability). Pada umumnya di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi di dalam serelia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan besi di dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah.

2.9.5. Akibat Kekurangan Besi

Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka.

Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang disebabkan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin sel darah merah baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorbsi.

2.10.Vitamin C

(39)

2.10.1.Kebutuhan Vitamin C

Kebutuhan individu akan vitamin C dapat dilihat dari tabel Angka Kecukupan Vitamin C yang dianjurkan di bawah ini :

Tabel 2.2. Angka Kecukupan Vitamin C Yang Dianjurkan Golongan umur AKC (mg) Golongan Umur AKC (mg) 0-6 bl 7-11 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Pria : 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th

≥ 65 th

40 40 40 45 45 50 75 90 90 90 90 90 Wanita : 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th

≥ 65 th

Hamil : Menyusui : 0-6 bl 7-12 bl 50 65 75 75 75 75 75 + 10 + 25 + 25

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004 Angka Kecukupan Vitamin C

2.10.2. Fungsi

1. Sintesis kolagen 2. Sintesis karnitin

3. Absorbsi dan metabolisme besi 4. Absorbsi kalsium

5. Mencegah infeksi

(40)

2.10.3.Sumber

Sumber makanan yang baik akan vitamin C adalah buah-buahan, sayuran yang berdaun hijau, dan tomat. Daun yang hijau tua seperti daun singkong, pepaya, Atau ubi jalar menyediakan lebih banyak vitamin C daripada yang hijau pucat seperti kol (Suhardjo, 2009).

2.10.4.Akibat Kekurangan

Skorbut dalam bentuk berat jarang terjadi, karena sudah diketahui cara mencegah dan mengobatinya. Tanda-tanda awal antara lain lelah, lemah, nafas pendek, kejang otot, otot dan persedian sakit serta kurang nafsu makan, kulit menjadi kering, kasar dan gatal, warna merah kebiruan dibawah kulit, perdarahan gusi, kedudukan gigi menjadi longgar, dan rambut rontok. Di samping luka sukar sembuh, terjadi anemia, kadang- kadang jumlah sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul gangguan syaraf (Sediaoetama, 2008).

2.11. Protein

(41)

2.11.1.Kebutuhan Protein

Kebutuhan individu akan protein dapat dilihat dari tabel Angka Kecukupan Protein yang dianjurkan di bawah ini:

Tabel 2.3. Angka Kecukupan Protein Yang Dianjurkan Golongan

umur

AKP (g) Golongan Umur AKP (g) 0-6 bl 7-12 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Hamil Menyusui 0-6 bl 7-12 bl 12 15 23 32 37 + 12 + 16 + 12 Wanita: 10-12 th 13-15 th 16-19 th 20-45 th 45-59 th >60 th Pria : 10-12 th 13-15 th 16-19 th 20-45 th 45-59 th >60 th 54 62 51 48 48 55 45 64 66 55 55 55 Sumber : WKNPG (1998)

2.11.2.Fungsi protein

1. Pertumbuhan dan pemeliharaan

2. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh 3. Mengatur keseimbangan air

(42)

2.11.3.Sumber protein

Dalam kualifikasi protein berdasarkan sumbernya, protein hewani dan protein nabati. Sumber protein hewani seperti daging, ikan, telur, susu, kerang atau hasil laut, ayam, bebek dan sebagainya yang berasal dari hewan. Sedangkan nabati adalah protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan, daun singkong, singkong dan lain-lain.

2.12.Asam Folat

Asam folat merupakan vitamin yang dibutuhkan untuk menghindarkan anemia. Asam folat berbentuk kristal berwarna oranye kekuningan, tidak berasa dan tidak berbau, larut dalam air dan tidak larut dalam minyak serta zat-zat pelarut lemak seperti alkohol.

2.12.1.Kebutuhan Asam Folat

[image:42.612.144.498.482.704.2]

Kebutuhan individu akan asam folat dapat dilihat dari tabel Angka Kecukupan Asam Folat yang dianjurkan di bawah ini :

Tabel 2.4. Angka Kecukupan Asam Folat Yang Dianjurkan

Golongan umur AKF (µg) Golongan Umur AKF (µg) 0-6 bl 7-11 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Pria : 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th

≥ 65 th

65 80 150 200 200 300 400 400 400 400 400 Wanita: 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th

≥ 65 th

(43)

2.12.2.Sumber

Asam folat banyak diperoleh pada pangan nabati, seperti sayuran warna hijau, kembang kol, kacang-kacangan, serelia utuh, biji-bijian dan jeruk. Vitamin C yang ada dalam jeruk menghambat kerusakan folat. Bahan makanan yang tidak banyak mengandung folat adalah susu, telur, umbi-umbian, dan buah kecuali jeruk.

2.13. Lemak

Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur carbon(C), Hidrogen (H) dan oksigen (O), yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak), seperti ether. Lemak di dalam hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan kadar kolesterol darah. Kolesterol tinggi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah (Sediaoetama, 2008). 2.12.3.Kebutuhan Lemak

Kosumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari sebaiknya 15-25% (59,5 mg)/hari dari kebutuhan energi (Sulistyoningsih, 2011).

2.12.4.Fungsi

1. Sumber energi

2. Sumber asam lemak esensial 3. Alat angkut vitamin larut lemak 4. Menghemat protein

5. Memberi rasa kenyang dan kelezatan

(44)

2.12.5. Sumber

Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, susu, keju, kuning telur, makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak (Almatsier, 2009).

2.13.Kerangka Konsep

Keterangan :

Pola makan pada Suku Melayu dan Suku Jawa yang meliputi jenis, jumlah, dan frekuensi untuk mengetahui gambaran makanan yang berhubungan dengan asupan zat gizi (protein, Fe, vitamin C, asam folat dan lemak) yang berhubungan dengan kejadian anemia dan hipertensi.

Pola Makan Suku Melayu dan Suku Jawa

- Jenis Makanan

- Jumlah Makanan

- Frekuensi Makan

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan survey yang bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pola makan Suku Melayu dan Suku Jawa di Desa Selemak Kecamatan Hamparan PerakKabupaten Deli Serdang tahun 2012.

Adapun Rancangan pada penelitian ini adalah croos sectional study yaitu suatu rancangan yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan faktor penelitian dengan cara mengamati status paparan secara serentak , pada individu dari suatu populasi pada satu saat. Rancangan ini dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara pada keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak. Adapun alasan memilih lokasi tersebut adalah

1. Mayoritas penduduk tersebut Suku Melayu dan Suku Jawa

(46)

mengonsumsi sumber makanan dari protein hewani (5 hari/minggu) dan cara pengolahan

makanan lebih sering dengan bersantan atau gulai lemak (3-4x/ minggu).

Sedangkan kebiasaan kosumsi Suku Jawa selain makanan pokok beras cenderung

mengonsumsi sumber makanan dari protein nabati seperti tahu, tempe (5 hari /minggu) dan

cara pengolahan makanan lebih sering dengan cara ditumis (3-4x/minggu).

Hal ini dikaitkan dengan prevalensi anemia berdasarkan data di Puskesmas

Hamparan Perak bahwa di Desa Selemak cukup tinggi yang termasuk urutan sepuluh besar

penyakit terbesar, Dimana diketahui bahwa salah satu penyebab terjadinya anemia karena

asupan gizi yang kurang seperti kekurangan Fe, vitamin C, asam folat, protein, dan lain-lain.

Demikian juga dengan angka kejadian hipertensi di Desa Selemak juga memiliki prevalensi

cukup tinggi, dimana juga termasuk urutan 10 penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas

Hamparan Perak. Dimana salah satu faktor penyebab hipertensi adalah tingginya asupan

lemak di dalam tubuh.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai bulan Juli 2012 yang dimulai dari mempersiapkan proposal penelitian, konsultasi proposal pada pembimbing proposal penelitian, pengumpulan data dan penyusunan laporan akhir.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(47)

asli di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak. Berdasarkan kriteria tersebut jumlah keluarga Suku Melayu sebanyak 41 KK, dan keluarga Suku Jawa sebanyak39 KK.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Suku Melayu dan Suku Jawa di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dengan sasaran utama ibu rumah tangga Suku Melayu dan Suku Jawa karena ibu yang mengatur semua penyelenggaraan makanan dikeluarga.

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, hal ini dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil (Setiadi, 2007).

Berdasarkan pertimbangan karena jumlah populasi dalam penelitian ini relatif kecil sesuai dengan ketentuan teknik pengambilan sampel dengan metode sampling jenuh maka seluruh populasi dijadikan sampel yaitu jumlah keluarga Suku Melayu 41 KK dan keluarga Suku Jawa 39 KK.

3.4. Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

(48)

food list yaitu menanyakan kepada responden tentang makanan yang dikonsumsinya dan dinyatakan dalam gram.

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data gambaran umum wilayah dan masyarakat Suku Melayu dan Suku Jawa di Desa Selemak dari kantor kepala Desa Selamak dan data kesehatan masyarakat Desa Selemak dari Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

3.5. Defenisi Operasional

1. Pola makan adalah suatu keadaan yang menggambarkan jenis, jumlah dan frekuensi makanan yang dikonsumsi oleh responden yang dapat memberikan gambaran terhadap asupan gizi.

2. Jenis makanan adalah setiap macam makanan dikonsumsi oleh responden.

3. Jumlah makanan adalah banyaknya bahan makanan yang dikonsumsi oleh responden dalam sehari yang dinyatakan dalam gram.

4. Frekuensi makanan adalah angka yang menyatakan berapa kali setiap jenis makanan dikosumsi dalam seminggu.

5. Suku melayu adalah pasangan suami istri sama-sama Suku melayu yang mendiami wilayah Desa Selemak.

(49)

7. Gambaran pola makan terhadap asupan protein, Fe, vitamin C, asam folat, lemak adalah informasi yang menggambarkan jenis, frekuensi, jumlah makanan yang mendukung terhadap asupan protein, Fe, vitamin C, asam folat dan lemak.

3.6. Aspek Pengukuran a. Jenis makanan

Jenis makanan yang dikonsumsi oleh responden diperoleh dari pedoman kuesioner yang diberikan pada keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa.

b. Jumlah makanan

Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh responden diperoleh dari formulir food list. Data jumlah makanan diperoleh dengan cara food list yaitu menanyakan kepada responden tentang makanan yang dikonsumsinya dan dinyatakan dalam gram. Jumlah konsumsi makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah diukur berdasarkan konsumsi rata-rata perorang perhari dalam keluarga dan kriteria pengukurannya sebagai berikut (Alamtsier, 2009) :

1. Jumlah konsumsi makanan pokok

- Lebih : > 500 gram

- Baik : 300– 500 gram

- Kurang : < 300 gram 2. Jumlah konsumsi sayur

- Lebih : > 200 gram

- Baik : 150 - 200 gram

(50)

3. Jumlah konsumsi buah

- Lebih : > 300 gram

- Baik : 200 - 300 gram

- Kurang : < 200 gr

4. Jumlah konsumsi lauk pauk

- Lebih : > 150 gram

-Baik : 100 - 150 gram

-Kurang : < 100 gram c. Frekuensi makan

Frekuensi makan diperoleh dari food list. d. Jumlah asupan zat gizi

Jumlah zat gizi makanan diperoleh dengan wawancara dengan menggunakan formulir foodlist yang dilakukan sebanyak 7 hari dan dihitung kandungan gizinya meliputi protein, lemak, zat besi, vitamin C dan asam folat. Data konsumsi selama tujuh hari kemudian dicari rata-ratanya dan selanjutnya dihitung kecukupan zat gizinya dengan menggunakan rumus :

(51)

Adapun kriteria untuk kecukupan gizi protein, zat besi, vitamin C dan asam folat adalah sebagai berikut :

≥100% AKG = Baik

80% - 99% AKG = Sedang 70% - 80% AKG = Kurang < 70 % AKG = Defisit

(Depkes RI (1990) yang dikutip oleh Supariasa (2002)). Untuk kriteria lemak :

-lebih : > 25% (59,5 mg/hari)

-baik : 15-25% (49,5- 59,5 mg/hari) -kurang : < 15% (49,5 mg/hari)

(Sulistyoningsih, 2011).

3.7. Analisa Data

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Selemak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Hamparan Perak, dengan luas 70 ha. Jarak Desa Selemak ke pusat Pemerintahan Kecamatan 500 m, ke Ibukota Kabupaten/Kotamadya Tk.II 75 km, dan ke Ibukota Propinsi 15 km.

Adapun batas-batas Desa Selemak adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Desa Hamparan Perak - Sebelah Selatan : PTPN II Klumpang Kebun - Sebelah Timur : Pemko Medan

- Sebelah Barat : Desa Klambir

Jumlah Penduduk Desa Selemak sebanyak 2.947 jiwa, terdiri dari 1.467 jiwa laki-laki dan 1.480 perempuan, serta 732 kepala keluarga.

4.2.Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa yang diwakili oleh ibu rumah tangga di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak. 4.2.1. Distribusi Responden Menurut Usia

(53)
[image:53.612.113.514.103.215.2]

Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Usia Berdasarkan Suku No Umur (Tahun)

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 < 25 7 17,1 3 7,7

2 25 – 35 11 26,8 20 51,3

3 >35 23 56,1 16 41,0

Jumlah 41 100,0 39 100,0

Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa dari 41 orang responden Suku Melayu ditemukan usia responden terbanyak adalah berusia > 35 tahun yaitu sebanyak 23 orang (56,1%) dan pada Suku Jawa dari 39 responden Suku Jawa yang diteliti ditemukan usia responden terbanyak adalah berusia 25-35 tahun yaitu sebanyak 20 orang (51,3%).

4.2.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan Suku

Dari tabel 4.2. dapat dilihat baik pada Suku Melayu maupun Suku Jawa tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SD yaitu 39% dan 46,2%.

No Tingkat pendidikan

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 SD 16 39,0 18 46,2

2 SLTP 10 24,4 15 38,5

3 SLTA 8 19,5 2 5,1

4 Akademik/Sarjana 7 17,1 4 10,2

[image:53.612.114.525.478.600.2]
(54)

4.2.3. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga

[image:54.612.116.525.185.310.2]

Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan Suku

No Jumlah anggota keluarga

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 1-2 6 14,6 6 15,4

2 3-4 26 63,4 22 56,4

3 >4 9 22,0 11 28,2

Jumlah 41 100,0 39 100,0

Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa dari 41 responden Suku Melayu dan 39 Suku Jawa yang diteliti, dijumpai sebagian besar jumlah anggota keluarga adalah 3-4 orang yaitu sebesar 63,4% dan 56,4%.

4.2.4. Distribusi Responden Menurut Jumlah Pendapatan

Distribusi responden menurut jumlah pendapatan keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Jumlah Pendapatan Berdasarkan Suku

No Pendapatan (Rupiah)

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 Rp500.000–Rp 1000.000 14 34,1 17 43,6

2 >Rp 1000.000 27 65,9 22 56,4

Jumlah 41 100,0 39 100,0

(55)

4.2.5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan

[image:55.612.110.506.171.332.2]

Distribusi responden menurut pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Responden No Jenis pekerjaan

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 Petani 0 0 4 10,3

2 Pedagang 3 7,3 1 2,6

3 Ibu rumah tangga 32 78,0 30 76,9

4 Guru 1 2,4 2 5,1

5 PNS 5 12,2 1 2,6

6 Lain-lain 0 0 1 2,6

Jumlah 41 100,0 39 100,0

Dari tabel 4.5. di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan responden Suku Melayu dan Suku Jawa adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 32 orang (78%) dan 30 orang (76,9%).

4.2.6. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Kepala Keluarga

(56)
[image:56.612.114.525.107.333.2]

Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Kepala Keluarga Berdasarkan Suku

No Jenis pekerjaan

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 Petani 0 0 13 33,3

2 Pedagang 4 9,8 4 10,3

3 4 Wiraswasta Nelayan 2 20 4,9 48,9 15 0 38,5 0

5 Karyawan pabrik 8 19,5 2 5,1

6 Bangunan 2 4,9 2 5,1

7 Guru 1 2,4 0 0

8 Pensiun 1 2,4 0 0

9 PNS 3 7,3 2 5,1

10 Tidak bekerja 0 0 1 2,6

Jumlah 41 100,0 39 100,0

Dari tabel 4.6. dapat dilihat bahwa paling banyak pekerjaan kepala keluarga Suku Melayu adalah Nelayan yaitu sebanyak 22 orang (53,6%). Sedangkan pada keluarga Suku Jawa juga dijumpai paling besar pekerjaan kepala keluarga adalah wiraswasta yaitu sebanyak 15 orang (38,5%).

4.3.Gambaran Pola Makan Keluarga

(57)

4.3.1. Konsumsi Makanan Pokok

[image:57.612.107.528.198.300.2]

Distribusi konsumsi makanan pokok Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.7. Distribusi Konsumsi Makanan Pokok Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa.

No Konsumsi Makanan Pokok

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 Lebih 0 0 0 0

2 Baik 29 70,7 30 76,9

3 Kurang 12 29,3 9 23,1

Jumlah 41 100,0 39 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa baik pada Suku Melayu maupun Suku Jawa sebagian besar jumlah konsumsi makanan pokok berada pada kategori baik yaitu 70,7% dan 76,9%. Namun, walaupun demikian masih dijumpai sebagian Suku Melayu dan Suku Jawa memiliki tingkat konsumsi makanan pokok yang di bawah jumlah konsumsi yang dianjurkan.

4.3.2. Konsumsi Lauk Pauk

Distribusi konsumsi lauk pauk Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.8. Distribusi Konsumsi Lauk Pauk Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa

No Konsumsi lauk pauk

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 Lebih 0 0 0 0

2 Baik 37 90,2 20 51,3

3 Kurang 4 9,8 19 48,7

[image:57.612.113.523.574.675.2]
(58)

Tabel 4.8. dapat dilihat bahwa baik Suku Melayu maupun Suku Jawa mayoritas jumlah konsumsi lauk pauk berada pada kategori baik yaitu 90,2% dan 51,2%.

4.3.3. Konsumsi Sayuran

[image:58.612.113.523.276.380.2]

Distribusi konsumsi sayuran Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.9. Distribusi Konsumsi Sayuran Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa

No Konsumsi sayuran

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 Lebih 0 0 0 0

2 Baik 9 22,0 32 82,1

3 Kurang 32 78,0 7 17,9

Jumlah 41 100,0 39 100,0

Berdasarkan tabel 4.9. diatas dapat dilihat bahwa dari 41 keluarga Suku Melayu yang diteliti dijumpai 78% (32 keluarga) yang jumlah konsumsi sayuran masih tergolong kurang. Sedangkan dari 39 keluarga Suku Jawa yang diteliti dijumpai 82,1% (32 keluarga) yang jumlah konsumsi sayuran sudah tergolong baik. 4.3.4. Konsumsi Buah

(59)
[image:59.612.114.514.128.233.2]

Tabel 4.10. Distribusi Konsumsi Buah Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa.

No Konsumsi buah

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 Lebih 0 0 0 0

2 Baik 10 24,4 29 74,4

3 Kurang 31 75,6 10 25,6

Jumlah 41 100,0 39 100,0

Dari tabel 4.10. dapat dilihat bahwa paling banyak jumlah konsumsi buah Suku Melayu adalah termasuk kategori kurang yaitu sebanyak 31 keluarga (75,6%), sedangkan jumlah konsumsi buah keluarga Suku Jawa mayoritas adalah kategori baik yaitu sebanyak 29 keluarga (74,4%).

4.3.5. Jumlah Asupan Protein

[image:59.612.114.527.480.598.2]

Distribusi jumlah asupan protein Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.11. Distribusi Jumlah Asupan Protein Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa

No Asupan Protein

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 Baik 33 80,5 19 48,7

2 Sedang 4 9,7 7 17,9

3 4 Kurang Defisit 4 0 9,7 0 12 1 30,7 2,7

Jumlah 41 100,0 39 100,0

(60)

keluarga baik Suku Melayu maupun Suku Jawa yang jumlah asupan protein tergolong kurang yaitu sebanyak 9,7% dan 30,7%.

4.3.6. Jumlah Asupan Lemak

[image:60.612.113.525.250.369.2]

Distribusi jumlah asupan lemak Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.12. Distribusi Jumlah Asupan Lemak Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa

No Asupan Lemak

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 Lebih 21 51,2 4 10,3

2 Baik 16 39,1 28 71,8

3 Kurang 4 9,7 7 17,9

Jumlah 41 100,0 39 100,0

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa paling banyak jumlah asupan lemak Suku Melayu adalah termasuk kategori lebih yaitu sebanyak 21 keluarga (51,2%). Sedangkan pada Suku Jawa paling besar jumlah asupan lemak tergolong baik yaitu sebanyak 28 keluarga (71,8%)

4.3.7. Jumlah Asupan Zat Besi (Fe)

(61)
[image:61.612.127.529.122.248.2]

Tabel 4.13. Distribusi Jumlah Asupan Zat Besi Pada Keluarga/kapita Suku Melayu dan Suku Jawa

No Asupan Zat Besi

Suku

Melayu Jawa

n % n %

1 Baik 36 87,8 14 35,9

2 Sedang 3 7,3 9 23,1 3 4 Kurang Defisit 2 0 4,9 0 15 1 38,5 2,5

Jumlah 41 100,0 39 100,0

Pada tabel 4.13. di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar jumlah asupan zat besi Suku Melayu adalah termasuk kategori baik yaitu sebanyak 36 kel

Gambar

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Zat Besi Yang Dianjurkan AKB (mg)
Tabel 2.4. Angka Kecukupan Asam Folat Yang Dianjurkan Golongan umur AKF (µg) Golongan Umur AKF (µg)
Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Usia Berdasarkan Suku   Suku
Tabel 4.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh status sosial ekonomi (pendidikan dan pendapatan) dan budaya (pola makan, makanan pantangan dan pembagian makanan dalam

Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

Praktek kawin anom ini dapat bertahan bahkan cenderung menjadi trend di kalangan generasi muda dan kebanggan bagj orang tua dikarenak:an masih kuatnya falsafah hidup etnis

Pembiasaan Pola Makan Balita di Lingkungan Keluarga Sejahtera I Desa Cibodas di Lihat Dari Cara Mendidik Balita Agar Dapat Menyukai dan Menerima Makanan yang

ALEXANDER SILALAHI (090304046), dengan judul skripsi Sikap Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) terhadap Efektivitas dan Efisiensi Distribusi Beras untuk Keluarga

Penelitian ini menyarankan agar keluarga lebih memperhatikan keadaan dan kesehatan manula dan juga memperhatikan pemenuhan asupan gizi dari bahan makanan yang di konsumsi oleh

Dalam setiap komunikasi yang terjadi antara masyarakat suku Melayu dan suku Jawa di Desa Bukit Gajah, jarak tidaklah hanya mencerminkan strategi konvergensi

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh status sosial ekonomi (pendidikan dan pendapatan) dan budaya (pola makan, makanan pantangan dan pembagian makanan dalam