SKRIPSI
PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE DAN FREE CASH FLOW TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
BETTY VERONIKA SITANGGANG 090503097
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Financial Leverage dan Free Cash
Flow Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun
sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2013
NIM : 090503097
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Bapa di surga dan Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan kasih setia-Nya yang senantiasa menyertai penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Financial Leverage dan Free
Cash Flow Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi ini penulis persembahkan teristimewa untuk keluarga tercinta ,
khususnya kepada kedua orangtua saya, M. Sitanggang, BA (†) dan
D. Samosir, S.PdK yang selalu memberi doa dan dukungan, dan juga buat kedua
saudara saya Arman Allein Manatap Sitanggang, S.T. dan Celis Adita Sitanggang.
Selama proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, penulis banyak
menerima bantuan, baik dalam bentuk bimbingan, saran, motivasi dan doa dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan kerendahan hati menyampaikan
rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak. selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1
4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Rina br. Bukit, SE, M.Si, Ak. selaku dosen pembaca yang telah
memberikan saran dan masukan kepada penulis.
6. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
khususnya para dosen Akuntansi yang telah membimbing dan memberikan
ilmu pengetahuan selama penulis menimba ilmu di Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak buat sahabat-sahabat
penulis dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang
telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca dan semua pihak yang memerlukannya. Tuhan memberkati...
Medan, Juli 2013
ABSTRAK
PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE DAN FREE CASH FLOW TERHADAP
KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
financial leverage dan.free cash flow terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2010.
Sampel dalam penelitian ini terdiri atas 27 perusahaan yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji T dengan tingkat signifikansi 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan financial leverage
dan free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Secara parsial free cash flow mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan dividen, sedangkan
financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF FINANCIAL LEVERAGE AND FREE CASH FLOW TO DIVIDEND POLICY AT MANUFACTURE COMPANIES LISTED IN
INDONESIA STOCK EXCHANGE
This research is aimed to determine the influence of independen variables financial leverage and free cash flow to dividend policy at manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange with a period between 2008-2010.
The sample of this research consists of 27 companies which is determined using purposive sampling technique. The data analysis method used is multiple linear regression and the hypothesis test is examined by using F-test and T-test with 5% of level of significance.
The result of this research suggests that financial leverage and free cash flow do influence to dividend policy simultaneously. Partially free cash flow has positive influence towards dividend policy, meanwhile financial leverage doesn’t have significant influence.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL...viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 9
2.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen ... 9
2.1.2 Teori Kebijakan Dividen... ... 9
2.1.3 Kebijakan Pembayaran Dividen ... 12
2.1.3.1 Cara Pengumuman Dividen... 12
2.1.3.2 Jenis-jenis Dividen ... 12
2.1.3.3 Pola Pembayaran Dividen ... 13
2.1.4 Financial Leverage ... 15
2.1.5 Free Cash Flow... ... 15
2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 16
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 19
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 19
2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 22
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
3.3 Definisi Operasional ... 23
3.3.1 Variabel Independen ... 23
3.3.1.1 Financial Leverage ... 24
3.3.1.2 Free Cash Flow ... 24
3.3.2 Variabel Dependen ... 25
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 28
3.7 Metode Analisis Data ... 28
3.7.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 29
3.7.1.1 Uji Normalitas Data... 30
3.7.1.2Uji Multikolinearitas ... 32
3.7.1.3Uji Heteroskedastisitas ... 33
3.7.1.4 Uji Autokorelasi ... 34
3.8 Pengujian Hipotesis ... 35
3.8.1 Uji Koefisien Determinasi (R2 3.8.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 36
) ... 35
3.8.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 38
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 38
4.1.2 Statistik Deskriptif ... 38
4.1.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 40
4.1.3.1 Uji Normalitas Data... 40
4.1.3.2 Uji Multikolinearitas ... 44
4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 45
4.1.3.4 Uji Autokorelasi ... 46
4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 48
4.1.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2 4.1.4.2 Uji Signifikansi Simultan (F-test) ... 49
) ... 48
4.1.4.3 Uji Signifikansi Parsial (T-test) ... 50
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 52
BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan ... 54
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 55
5.3 Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 16
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 23
Tabel 3.2 Variabel dan Defenisi Operasional ... 25
Tabel 3.3 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 27
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 39
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Uji Kolmogorov-Smirnov ... 41
Tabel 4.3 Coefficient Correlatons ... 44
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 45
Tabel 4.5 Interpretasi Nilai Durbin Watson ... 47
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 47
Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinasi ... 48
Tabel 4.8 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 49
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 19
Gambar 4.1 Histogram ... 42
Gambar 4.2 Normal P-P Plot ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Lampiran Halaman
Lampiran i Daftar Populasi dan Proses Seleksi Sampel ... 59
Lampiran ii Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian ... 63
Lampiran iii Data Financial Leverage Tahun 2008-2010 ... 64
Lampiran iv Data Free Cash Flow (FCF) Tahun 2008-2010... 65
Lampiran v Data Dividend Payout Ratio (DPR) Tahun 2008-2010 ... 66
Lampiran vi Statistik Deskriptif ... 67
Lampiran vii Uji Normalitas... 67
Lampiran viii Uji Multikolinearitas ... 69
Lampiran ix Uji heteroskedastisitas ... 70
Lampiran x Uji Autokorelasi ... 71
ABSTRAK
PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE DAN FREE CASH FLOW TERHADAP
KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
financial leverage dan.free cash flow terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2010.
Sampel dalam penelitian ini terdiri atas 27 perusahaan yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji T dengan tingkat signifikansi 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan financial leverage
dan free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Secara parsial free cash flow mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan dividen, sedangkan
financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF FINANCIAL LEVERAGE AND FREE CASH FLOW TO DIVIDEND POLICY AT MANUFACTURE COMPANIES LISTED IN
INDONESIA STOCK EXCHANGE
This research is aimed to determine the influence of independen variables financial leverage and free cash flow to dividend policy at manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange with a period between 2008-2010.
The sample of this research consists of 27 companies which is determined using purposive sampling technique. The data analysis method used is multiple linear regression and the hypothesis test is examined by using F-test and T-test with 5% of level of significance.
The result of this research suggests that financial leverage and free cash flow do influence to dividend policy simultaneously. Partially free cash flow has positive influence towards dividend policy, meanwhile financial leverage doesn’t have significant influence.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
pemegang sahamnya dengan cara memaksimalkan pendapatan investor.
Pendapatan investor dapat meningkat dengan diperolehnya return atau
pengembalian atas investasinya. Pengembalian atas investasi ini dapat berupa
capital gain maupun dividen. Capital gain berasal dari selisih harga saham pada
saat membeli dan harga saham pada saat menjual, sementara dividen berasal dari
laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang sahamnya. Dividen merupakan
pendapatan tunai yang sudah pasti akan diterima, sedangkan capital gain
merupakan pendapatan yang belum pasti akan diterima karena masih berupa
ekspektasi pemegang saham. Capital gain jauh lebih beresiko dari dividen, karena
ada kemungkinan harga saham yang dijual tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Sementara dividen sudah pasti akan menambah pendapatan bagi investor.
Investor biasanya mengharapkan pembayaran dividen dalam jumlah yang
besar. Jika dividen yang dibagikan sedikit, maka akan menurunkan nilai
perusahaan di mata investor. Di sisi lain perusahaan membutuhkan dana untuk
pertumbuhan di masa mendatang yang mengharuskan perusahaan untuk
meminimalkan dividen, sehingga perusahaan membutuhkan kebijakan dividen
yang tepat yang tidak merugikan investor sekaligus juga dapat mendorong
Tidak hanya bagi investor, kebijakan dividen juga sangat penting bagi
perusahaan. Menurut Tampubolon (2005:183) kebijakan dividen dapat
mempengaruhi program keuangan dan capital budgeting perusahaan tersebut.
Kebijakan dividen juga mempengaruhi cash flow perusahaan. Kondisi likuiditas
yang rendah akan menekan atau membatasi pembayaran dividen. Selain itu,
kebijakan dividen dapat menurunkan nilai modal saham perusahaan karena
dividen dibagikan dari laba ditahan sehingga akan meningkatkan utang
perusahaan.
Kebijakan dividen perusahaan dapat menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk mengelola laba. Jika dividen yang dibagikan besar berarti laba
perusahaan tersebut juga tinggi. Di samping itu, kebijakan dividen juga
mencerminkan cash flow perusahaan tersebut. Hanya perusahaan dengan cash
flow yang baik yang dapat membayar dividen secara kontinu dan dalam jumlah
yang mencukupi. Hal ini sangat bermanfaat untuk menarik investor potensial
untuk menginvestasikan dananya dalam perusahaan tersebut.
Besar kecilnya dividen yang dibagikan kepada investor tergantung dari
kebijakan dividen yang diambil perusahaan. kebijakan dividen diputuskan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diadakan minimal sekali dalam
setahun. Dalam RUPS diputuskan berapa persentasi dari laba yang akan dibagikan
sebagai dividen dan yang akan ditahan sebagai laba ditahan.
Dividen yang tinggi tentu akan menarik di mata pemegang saham. Dengan
begitu investasinya membuahkan hasil yang menguntungkan. Namun pembagian
tertentu, perusahaan tidak perlu membayar dividen yang tinggi dan teratur. Akan
lebih baik jika perusahaan menetapkan suatu dividen yang rendah dan teratur (low
regular dividend) yang dapat dipenuhinya walaupun dalam tahun-tahun yang
kurang baik (Tampubolon, 2005:183).
Banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain perlunya
membayar kembali pinjaman sehingga pembayaran dividen dapat ditangguhkan
untuk menjaga kredibilitas perusahaan (Sinuraya, 1999:22). Jika struktur modal
lebih banyak ditopang oleh utang, maka manajemen akan mengutamakan
pelunasan utang terlebih dahulu sebelum mempertimbangkan untuk membagikan
dividen kepada pemegang saham, karena laba yang diperoleh digunakan untuk
menyelesaikan utang. Di tambah lagi, jika kreditor membuat persyaratan
pembatasan dividen untuk menjamin pelunasan utang. Hal ini tentu saja akan
mempengaruhi kebijakan dividen yang akan diputuskan perusahaan. Semakin
tinggi rasio utang, maka tingkat pembayaran dividen akan semakin kecil.
Kemampuan untuk membayar utang atau yang biasa disebut financial leverage ini
diupayakan sebisa mungkin oleh manajemen untuk tetap mempertahankan
investor sekaligus mampu menyelesaikan kewajiban perusahaan.
Denis dan Osobove (2007) mengemukakan bahwa “The concentration of
dividends among the largest, most profitable firms is, however, consistent with the
life-cycle theory’s central prediction that the distribution of free cash flow is the
primary determinant of dividend policy”. Free cash flow merupakan kas yang
tersedia yang berasal dari sisa kas yang digunakan untuk operasional perusahaan.
managers over payout policies are especially severe when the organization
generates substantial free cash flow”. Daripada membagikan dividen kepada
pemegang saham, manajer dapat mengalokasikan dana yang ada untuk
meningkatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri dengan cara pengeluaran
mewah di kantor, atau melakukan akuisisi dan merger yang dapat meningkatkan
penghasilan bagi para manajer. Lain halnya dengan pemegang saham yang
menginginkan kas yang berlebih tersebut dibagikan sebagai bagian laba untuk
pengembalian atas investasi yang dapat mereka nikmati.
Kondisi perusahaan dengan tingkat free cash flow yang tinggi dapat
mempengaruhi kebijakan dividen yang diputuskan. Jika tingkat pertumbuhan
perusahaan rendah namun memiliki free cash flow yang tinggi, sebaiknya kas
yang tersedia ini dialokasikan sebagai dividen. Namun jika tingkat pertumbuhan
perusahaan sedang tinggi, dan kas yang tersedia berlebih, akan lebih baik jika kas
tersebut dimanfaatkan untuk pertumbuhan perusahaan, karena pada akhirnya nanti
hasil dari pemanfaatan kas tersebut akan berlipat ganda. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya free cash flow yang tinggi dalam perusahaan belum tentu akan
membagikan dividen lebih tinggi daripada saat memiliki free cash flow yang
rendah (Rosdini, 2009).
Banyak penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen, namun masih sedikit yang meneliti financial
leverage dan free cash flow sebagai variabel dependennya. Adapun financial
leverage dalam penelitian ini diukur dengan debt to asset ratio (DAR), sementara
(DER) sebagai indikator financial leverage dalam meneliti kebijakan dividen pada
industri barang konsumsi pada tahun 2006-2009. Hasil penelitiannya menemukan
secara parsial, debt to equity ratio dan collacterizable asset tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen, sementara variabel free cash flow dan
growth berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Secara simultan
menunjukkan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen. Hal ini berbeda dengan penelitian Arilaha (2009) yang meneliti
kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur pada tahun 2004-2007,
menemukan bahwa free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen, sedangkan variabel leverage yang diukur dengan DER tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Pebria Waruwu (2011) dalam
penelitiannya tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
kas pada sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun
2004-2010 menemukan bahwa financial leverage yang diwakili rasio debt to total asset
tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.
Dari uraian di atas, hasil penelitian inkonsistensi antara satu penelitian
dengan penelitian yang lainnya, baik dengan perbedaan sektor industri dan
periode waktu yang diteliti mendorong peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividen khususnya financial leverage dan free cash flow (FCF) sebagai variabel
independen. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Muhammad Asril
Arilaha (2009) yang meneliti pengaruh free cash flow, profitabilitas, likuiditas,
penelitian, dan dua variabel bebas yang ditentukan yaitu financial leverage dan
free cash flow diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih fokus dan
akurat. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengambil judul “Pengaruh Financial Leverage dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah Financial Leverage dan Free Cash Flow (FCF) berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI?
2. Apakah Financial Leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
3. Apakah Free Cash Flow (FCF) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Financial Leverage dan Free Cash Flow
(FCF) terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI.
2. Untuk mengetahui pengaruh Financial Leverage terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
3. Untuk mengetahui pengaruh Free Cash Flow (FCF) terhadap
kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti pada
bidang keuangan khususnya mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
2. Bagi investor dan calon investor, sebagai masukan dalam
mempertimbangkan pengamjikan keputusan investasi pada perusahaan
manufaktur sehubungan dengan harapan atas dividen.
3. Bagi praktisi, akademisi dan emiten, hasil penelitian ini dapat menambah
informasi dan pengetahuan tentang kebijakan dividen khususnya pada
4. Peneliti selanjutnya, untuk menambah bahan referensi dalam melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen
Dividen merupakan pembagian pendapatan kepada pemegang saham
dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar
saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik (Stice, Skousen,
2004:902). Dividen digunakan perusahaan sebagai alat untuk meningkatkan
kekayaan pemegang saham.
Investor tentu saja menginginkan pengembalian investasi yang tinggi.
Besar kecilnya dividen ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) yang biasanya diadakan minimal sekali dalam setahun. Dalam rapat
inilah ditetapkan kebijakan dividen. Kebijakan dividen mencakup dua hal
penting. Yang pertama adalah rasio pembayaran dividen yaitu besarnya
dividen yang dibagikan relatif terhadap laba perusahaan. Yang kedua adalah
stabilitas dividen dari waktu ke waktu. Stabilitas dividen sama pentingnya
bagi investor dengan besarnya jumlah dividen yang diterima.
2.1.2 Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa teori kebijakan dividen yang membahas penggunaan
laba yang diperuntukkan sebagai hak investor. Kebijakan dividen merupakan
berinvestasi. Berikut ini teori-teori yang berkaitan dengan kebijakan dividen
akan diuraikan satu per satu.
a. Teori Ketidakrelevanan Dividen
Menurut teori Miller dan Modigliani ini (dalam James C. Van Horne,
2007:271-272), kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga
sahamnya atau nilai perusahaan tersebut di mata investor. Nilai perusahaan
dikatakan hanya dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan tersebut untuk
menghasilkan pendapatan dan risiko bisnisnya, tidak ada kaitannya dengan
bagian dari pendapatan tersebut yang dibagi pada pemegang saham (dividen)
maupun yang ditahan untuk pertumbuhan perusahaan.
b. Teori Bird-in-The-Hand
Teori ini mengatakan bahwa investor lebih menyukai pendapatan dari
dividen daripada capital gain (keuntungan modal). Hal ini disebabkan
dividen mempunyai risiko yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan capital
gain. Jika dividen sudah pasti akan diterima dan tidak akan menimbulkan
kerugian bagi investor. Ini berbanding terbalik dengan capital gain yang
belum tentu dapat direalisasikan dan menghasilkan pendapatan bagi investor,
dan ada kalanya akan beresiko tidak menguntungkan (Keown, 2010:611).
c. Teori Preferensi Pajak
Jika sebagian orang beranggapan investor menginginkan dividen
pertimbangan adanya pajak yang dikenakan. Biasanya pajak yag dikenakan
atas dividen lebih tinggi daripada pajak capital gain. Jika laba yang diperoleh
perusahaan ditahan dapat menaikkan harga saham, maka capital gain yang
pajaknya rendah akan lebih menguntungkan daripada dividen (Margaretha,
2005:143).
d. The Clientele Dividend Theory
Berdasarkan teori ini, investor tertarik pada suatu perusahaan dengan
melihat kebijakan dividen yang diterapkan perusahaan tersebut. Investor yang
berniat untuk berinvestasi jangka pendek memilih untuk bermain capital
gain, sedangkan investor jangka panjang tertarik dengan perusahaan yang
membagikan tingkat dividen yang tinggi (Sjahrial, 2009:314).
e. The Signalling Dividend Theory
Manajemen perusahaan lebih mengetahui kondisi keuangan dan
prospek arus kas masa depan perusahaan daripada pemegang saham. Pada
saat perusahaan mengumumkan tingkat dividen yang lebih tinggi daripada
ekspektasi pasar, ini berarti perusahaan memiliki prospek keuangan masa
depan yang lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya (Sjahrial,
2.1.3 Kebijakan Pembayaran Dividen 2.1.3.1 Cara Pengumuman Dividen
Besarnya dividen yang akan dibagikan biasanya diumumkan
melalui dua cara, yaitu:
a. Sebesar persentase tertentu dari nilai nominal saham
b. Senilai jumlah nominal rupiah tertentu per lembar saham.
Dalam publikasinya, perusahaan lebih memilih mengungkapkan
dividen dalam jumlah rupiah per lembar saham.
2.1.3.2 Jenis-jenis Dividen
Dividen dapat dibagikan dalam empat bentuk, yaitu :
a. Kas
Investor memiliki perhatian khusus untuk dividen kas. Mereka
lebih menyukai dividen dalam bentuk kas karena penerimaan yang
pasti akan sejumlah kas yang dapat dimanfaatkan investor untuk
berbagai keperluannya. Selain itu, perubahan pembayaran dividen kas
dalam beberapa triwulan berturut-turut dapat membantu investor
dalam memprediksi prospek masa depan perusahaan tersebut.
b. Properti
Perusahaan membayarkan dividen dengan menyerahkan properti
tertentu yang dianggap senilai dengan jumlah dividen yang
diumumkan. Properti yang dimaksud dapat berupa tanah, bangunan,
c. Scrip
Scrip merupakan janji perusahaan untuk membayarkan dividen
dalam bentuk kas.
d. Saham
Dalam hal ini, perusahaan menerbitkan saham baru untuk dividen
saham bagi investor. Dividen saham akan mengakibatkan penurunan
laba ditahan dan meningkatkan modal saham dan premi saham.
2.1.3.3 Pola Pembayaran Dividen
Menurut Keown (2010:216) ada tiga pola kebijakan dividen
yaitu constant payout ratio, regular dividend policy, dan low regular
and extra dividend.
a. Constant payout ratio (Rasio pembayaran dividen yang konstan)
Dalam kebijakan ini, pembayaran dividen didasarkan pada
persentase tertentu dari pendapatan perusahaan yang dibayarkan
dalam nilai yang sama setiap pembagian dividen. Meskipun rasio
dividen terhadap pendapatan dipertahankan stabil, namun nilai rupiah
dividen biasanya berubah-ubah sesuai dengan perubahan laba. Saat
laba perusahaan rendah atau mengalami kerugian, maka dividen juga
rendah atau tidak ada sama sekali. Hal ini dapat berpengaruh negatif
terhadap harga saham, karena dividen menunjukkan prospek masa
depan perusahaan tersebut. Walaupun demikian dalam praktiknya
b. Regular Dividend Policy (Pembayaran rupiah dividen yang stabil)
Menurut kebijakan ini, pembayaran dividen didasarkan pada nilai
rupiah yang tetap setiap pembagian dividen. Peningkatan dividen ini
biasanya tidak terjadi jika manajemen belum yakin bahwa kebijakan
yang lebih besar dapat dipertahankan di masa mendatang. Demikian
pula sebaliknya manajemen tidak akan menurunkan nominal rupiah
dividen jika manajemen tidak memiliki kepastian bahwa
kesinambungan dividen saat ini diragukan. Kebijakan dividen ini
biasanya mengindikasikan kondisi perusahaan yang sehat dan
mengurangi ketidakpastian bagi investor.
c. Low regular and Extra Dividend (Pembayaran dividen kecil,
teratur, plus dividen ekstra pada akhir tahun)
Perusahaan membayarkan dividen dalam jumlah yang relatif
rendah dan teratur dan ditambah dengan dividen ekstra jika
memungkinkan. Dividen ekstra diungkapkan jika pada saat menjelang
akhir tahun fiskal dapat diketahui estimasi laba yang lebih tinggi atau
menguntungkan. Melalui kebijakan ini, manajemen bermaksud
2.1.4 Financial Leverage
Financial leverage menggambarkan penggunaan utang yang
digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Pembiayaan dari utang akan
berdampak bagi perusahaan, karena utang mempunyai beban yang bersifat
tetap. Dengan pembiayaan dengan utang bukan dengan penerbitan saham
baru akan memberikan kesempatan bagi kreditor untuk membuat perusahaan
pailit jika pembayaran bunga dan pokok utang tersebut tidak lancar. Di
samping itu, penggunaan utang juga dapat menimbulkan subsidi pajak atas
bunga yang tentu saja menguntungkan bagi para pemegang saham.
2.1.5 Free Cash Flow
Perusahaan yang pembiayaannya berasal dari utang biasanya memilih
untuk membayarkan dividen lebih kecil daripada perusahaan yang
pembiayaannya sepenuhnya berasal dari saham. Hal ini disebabkan karena
kas yang dapat dibagikan sebagai dividen digunakan untuk membayar bunga
dan pokok utang kepada kreditur. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat
financial leverage suatu perusahaan, maka akan semakin sedikit dividen yang
dibayarkan.
Free cash flow atau arus kas bebas adalah kas yang tersisa setelah
perusahaan menyelesaikan proyek yang menghasilkan net present value yang
positif. Jika perusahaan memiliki arus kas bebas yang tinggi, perusahaan
tersebut diperkirakan akan dapat bertahan pada situasi yang buruk.
perusahaan, sehingga diperlukan suntikan dana dari luar baik berupa utang
maupun penerbitan saham baru. Free cash flow dapat digunakan untuk
akuisisi dan pembelanjaan modal, pembayaran utang, dan pembayaran
dividen (Rosdini, 2009).
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktot-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan kombinasi variabel independen
yang berbeda-beda. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
pengaruh financial leverage dan free cash flow terhadap kebijakan dividen, antara
lain sebagai berikut.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti (Tahun)
Judul Variabel
Penelitian Hasil Penelitian 1 Lamsihar
(2011) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada industri barang konsumsi di BEI Variabel independen: free cash flow,
debt to equity ratio, collacterizable assets, growth, ROE Variabel dependen: keijakan dividen Pengujian secara simultan menunjukkan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, secara parsial hanya free cash flow dan growth yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen
2 Pebria Waruwu (2011) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Variabel independen: cash ratio, current ratio,
kebijakan dividen kas pada sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
debt to total asset, return on investment, earning per share Variabel dependen: kebijakan dividen kas dividen tunai.
Secara simultan cash ratio, current ratio, debt to total asset, return on investment, earning per share mempunyai
pengaruh terhadap
kebijakan dividen kas.
3 Dini Rosdini (2009)
Pengaruh free cash flow terhadap dividend payout ratio Variabel independen: free cash flow Variabel dependen: dividend payout ratio
Free cash flow memiliki
pengaruh terhadap
dividend payout ratio
4 Muhammad
Asril Arilaha (2009)
Pengaruh free cash flow, profitabilitas, likuiditas, dan leverage terhadap kebijakan dividen Variabel independen: Free cash flow, profitabilitas, likuiditas, dan leverage. Variabel dependen: kebijakan dividen
Secara simultan hasil penelitian menunjukkan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tetapi secara
parsial variabel free cash
flow tidak memiliki
pengaruh signifikan, variabel profitabilitas menunjukkan pengaruh signifikan, variabel likuiditas tidak berpengaruh signifikan,
dan variabel leverage
tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen
Lamsihar (2011) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen pada industri barang konsumsi di BEI, hasil
penelitiannya menunjukkan secara simultan free cash flow, debt to equity ratio,
kebijakan dividen. Sedangkan secara parsial hanya free cash flow dan growth
yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Hasil penelitian Waruwu (2011) dengan judul “Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen kas pada sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menunjukkan secara simultan semua variabel
independen yaitu cash ratio, current ratio, debt to total asset, return on
investment, dan earning per share berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen kas. Sementara secara parsial variabel cash ratio, current ratio, return on
investment, dan earning per share berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen kas, hanya variabel debt total asset secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen kas.
Penelitian Rosdini (2009) mengenai pengaruh free cash flow terhadap
dividend payout ratio menunjukkan bahwa free cash flow memiliki pengaruh
positif terhadap dividend payout ratio. Dimana semakin tinggi tingkat free cash
fllow suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat pembayaran dividen
yang dibagikan kepada investor.
Arilaha (2009) meneliti tentang pengaruh free cash flow, profitabilitas,
likuiditas, dan leverage terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitiannya
menunjukkan semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Tetapi secara individu atau masing-masing
variabel free cash flow tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen, variabel profitabilitas yang diukur dengan return on investment (ROI)
yang diukur dengan current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen, dan variabel leverage yang diukur dengan debt to equity ratio (DER)
tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan penelitian
terdahulu, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
H1
H2
[image:32.595.103.544.391.586.2]H3
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dari kerangka konseptual di atas, dapat diketahui bahwa yang merupakan
variabel independen dalam penelitian ini adalah Financial Leverage dan Free
Cash Flow (FCF), sedangkan variabel dependennya adalah kebijakan dividen.
FINANCIAL LEVERAGE (X1)
FREE CASH FLOW (X2)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen baik secara parsial maupun secara simultan.
Rasio Financial Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka panjangnya. Jika rasio ini tinggi berarti perusahaan
mengandalkan hutang untuk pembiayaan perusahaan. Pada saat jatuh tempo, kas
yang digunakan untuk menyelesaikan utang beserta bunganya akan mengurangi
laba yang dibagikan untuk pembayaran dividen bagi para pemegang saham.
Sehingga semakin tinggi rasio financial leverage suatu perusahaan, maka semakin
sedikit laba yang dapat dibagikan sebagai dividen. Sebaliknya, jika semakin
rendah rasio financial leverage, maka semakin tinggi laba yang dapat dibagikan
sebagai dividen.
Free cash flow merupakan dana yang tersedia yang tersisa dari operasional
perusahaan. Kas yang tersedia ini dapat digunakan untuk membayar dividen.
Semakin besar free cash flow yang tersedia, maka semakin besar pula kesempatan
untuk membagikan dividen yang tinggi. Demikian juga sebaliknya, jika free cash
flow rendah, maka dividen yang dibagikan akan semakin kecil pula.
2.3.2 Hipotesis penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang
diteliti karena jawaban yang diberikan berdasarkan pada teori yang relevan, belum
Berdasarkan kerangka konseptual di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Financial Leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
H2 : Free Cash Flow(FCF) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian asosiatif kausal.
Menurut Umar (2008:30), penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang
ditujukan untuk menganalisis hubungan antara variabel-variabel yang ada atau
bagaimana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Cooper dan
Schindler (2006:176-177) mengungkapkan penelitian asosiatif kausal digunakan
untuk menunjukkan hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel
yang lain. Penelitian ini akan menjelaskan pengaruh financial leverage dan free
cash flow terhadap kebijakan dividen.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari data
laporan keuangan perusahaan manufaktur tahun 2008-2010 yang diperoleh dari
ICMD (Indonesia Capital Market Directory) dan situs www.idx.co.id. Waktu
Adapun jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahap
Penelitian Jan. Feb. Mar. Apr. Mei. Jun. Jul.
Pengajuan
Judul
Penyetujuan
Proposal Penyelesaian
Proposal Bimbingan
Skripsi Penulisan
Skripsi Penyelesaian
Skripsi
3.3 Defenisi Operasional
Defenisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau
variabel dengan cara membuat spesifikasi kegiatan atau tindakan yang dibutuhkan
oleh peneliti untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen.
3.3.1 Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam
3.3.1.1 Financial Leverage
Dalam penelitian ini, financial leverage diukur dengan debt to
asset ratio (DAR). Rasio ini menunjukkan tingkat penggunaan utang
terhadap total aset perusahaan (Brigham, 2001:860). Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
DAR = Total Debt Total Asset
3.3.1.2 F ree Cash F low (FCF)
Free cash flow berasal dari arus kas operasi dikurangi investasi
dalam aset tetap, produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk
mempertahankan operasi yang sedang berjalan. Rasio free cash flow
diukur dengan free cash flow dibagi dengan total aktiva. Semakin kecil
rasio ini berarti semakin kecil pula laba perusahaan yang digunakan untuk
membiayai aktiva perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
FCF = Arus Kas Operasi –Investasi Dalam Operasi
Total Aset
dimana :
Arus kas operasi = nilai bersih kenaikan atau penurunan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan
Investasi dalam operasi = pengeluaran modal bersih + ∆ modal kerja operasi
Pengeluaran modal bersih = aset tetap periode t – aset tetap periode t-1 Modal kerja operasi = total aset lancar – total kewajiban lancar
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen.
Kebijakan dividen mencerminkan jumlah dividen yang dibagikan kepada para
pemegang saham. Kebijakan dividen diukur dengan menggunakan dividend
payout ratio (DPR) yaitu tingkat pembayaran dividen dibandingkan dengan laba
per lembar saham pada satu periode tertentu. DPR dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
DPR = Dividen Per Saham Laba Per Saham
Berikut ini defenisi operasional variabel dependen dan variabel independen secara
[image:38.595.111.528.457.686.2]ringkas disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 3.2
Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel Defenisi
operasional Indikator
Skala Ukur
Kebijakan Dividen
(Y)
Jumlah dividen yang dibagikan kepada investor
Diukur dengan dividend payout ratio
(DPR) ��� = �������������ℎ�� ���������ℎ�� Rasio Financial Leverage (X1)
Diukur dengan debt to total asset ratio
(DAR)
��� = ���������
����������
Tingkat
penggunaan utang terhadap total aset perusahaan Rasio Free Cash Flow (FCF) (X2) Dana yang tersedia yang tidak digunakan untuk investasi
FCF = Arus Kas Operasi –Investasi Dalam Operasi
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek
yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2004:72). Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jumlah populasi perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
selama tahun 2008-2010 adalah sebanyak 128 perusahaan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2004:73). Sampel penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu metode penarikan sampel dari
populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria penarikan sampel yang
ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1.Perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tidak
delisting sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010,
2.Perusahaan telah melaporkan laporan keuangan auditan secara lengkap
periode 2008-2010,
3.Perusahaan telah membagikan dividen selama tiga tahun berturut-turut
dalam periode 2008-2010,
4.Perusahaan memiliki semua data yang diperlukan secara lengkap dari
Berdasarkan kriteria di atas, maka sampel yang memenuhi kriteria
[image:40.595.135.492.198.634.2]diperoleh sebanyak 27 perusahaan yang diperlihatkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.3
Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
No. Nama Perusahaan Kode Emiten
1. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. INTP
2. Semen Gresik Tbk. SMGR
3. Asahimas Flat Glass Tbk. AMFG
4. Arwana Citra Mulia Tbk. ARNA
5. Lion Metal Works Tbk. LION
6. Lionmesh Prima Tbk. LMSH
7. Ekadharma International Tbk. EKAD
8. Berlina Tbk. BRNA
9. Champion Pasific Indonesia Tbk. IGAR
10. Trias Sentosa Tbk. TRST
11. Malinda Feedmill Tbk. MAIN
12. Astra International Tbk. ASII
13. Astra Auto Part Tbk. AUTO
14. Indo Kordsa Tbk. BRAM
15. Gajah Tunggal Tbk. GJTL
16. Sumi Indo Kabel Tbk. IKBI
17. Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF
18. Multi Bintang Indonesia Tbk. MLBI
19. Mayora Indah Tbk. MYOR
20. Gudang Garam Tbk. GGRM
21. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. HMSP
22. Darya Varia Laboratoria Tbk. DVLA
23. Kalbe Farma Tbk. KLBF
24. Merck Tbk. MERK
25. Tempo Scan Pasific Tbk. TSPC
26. Mandom Indonesia Tbk. TCID
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu
data yang diukur dalam bentuk skala numerik. Peneliti menggunakan data
sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan tetapi
melalui media perantara. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
berupa laporan keuangan yang diperoleh dari publikasi Bursa Efek Indonesia dari
situs BEIIndonesia Capital Market Directory (ICMD).
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi,
yaitu metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Peneliti
mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan, dokumen-dokumen,
catatan-catatan, dan informasi lainnya yang diakses dengan menggunakan media
internet.
3.7 Metode Analisis Data
Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan program software SPSS
17.0 (Statistc Product and Services Solution). Metode analisis data yang
digunakan peneliti adalah analisis regresi linear berganda. Model persamaan
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + e
Keterangan :
Y = Kebijakan dividen
α = Konstanta
β1, β2
X
= Koefisien regresi
1
X
= Financial leverage
2
e = Tingkat kesalahan variabel pengganggu (error) = Free cash flow
3.7.1 Pengujian Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2005:123) asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah:
a) berdistribusi normal,
b) non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna atau mendekati sempurna,
c) non-autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi,
d) homoskedastisitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.
Untuk menentukan ketepatan model, perlu dilakukan pengujian atas
beberapa asumsi klasik dari ordinary least squares (OLS) yaitu uji normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi yang secara rinci dapat
3.7.1.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi
normal atau tidak. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t
dan uji f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal
(Erlina, 2008). Menurut Ghozali (2005) ada dua cara yang digunakan untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yakni analisis
statistik dan analisis grafik.
a) Analisis statistik
Uji statistik sederhana yang sering digunakan untuk menguji asumsi
normalitas adalah uji normalitas Kolmogorov Smirnov (K-S). Uji statistik
sederhana lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan melihat nilai kurtosis
dan nilai Z-Skewness. Pedoman pengambilan keputusan tentang suatu data
apakah mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji
Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat dari:
1. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data
adalah tidak normal.
2. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data
adalah normal.
b) Analisis grafik
Untuk mendeteksinya dapat digunakan analisis grafik yaitu melihat
grafik histogram yang membandingkan data observasi dengan distribusi
untuk menguji normalitas data adalah dengan melihat normal probability
plot. Normal probability plot adalah membandingkan distribusi kumulatif
data yang sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi
normal (hypothetical distribution) dengan memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal P- Plot of Regression Standardized dari variabel
terikat dimana:
• Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
Distribusi yang melanggar asumsi normalitas dapat dijadikan
menjadi bentuk normal dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Transformasi data
Transformasi data dapat dilakukan dengan logaritma natural (ln), log
10, maupun akar kuadrat.
2. Trimming
Trimming adalah memangkas (membuang) observasi yang bersifat
outlier.
3. Winzorising
Winzorising mengubah nilai – nilai outliers menjadi nilai – nilai
minimum atau maksimum yang diizinkan supaya distribusi menjadi
3.7.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat korelasi di antara
variabel independennya. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama
variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:
a. Koefisien – koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,
b. Nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model
regresi dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor
(VIF). Batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
mutikolineritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau VIF > 10, dengan dasar
pengambilan keputusan sebagai berikut :
• Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi masalah
multikolinearitas, artinya model regresi tersebut baik.
• Jika nilai tolerance > dari 0,1 dan nilai VIF > 10, maka terjadi masalah
multikolinearitas, artinya model regresi tersebut tidak baik.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
multikolinearitas adalah:
1) Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai
korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel
independen lainnya untuk membantu prediksi,
2) Menggabungkan data cross section dan time series (pooling data),
Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas,
maka konsekuensinya adalah:
a. Koefisien – koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,
b. Nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
3.7.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian Heterokedastisitas sebuah model regresi dilakukan
dengan tujuan untuk menguji apakah suatu regresi tersebut terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Jika ditemukan variansnya sama berarti terjadi homoskedastisitas,
dan jika berbeda berarti heteroskesdatisitas (Erlina, 2008:106).
Ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dideteksi adalah
dengan melihat grafik scatterplot antara variabel dependen antara SRESID
dan ZPRED. Menurut Ghozali (2005:95) dasar analisis untuk pengujian ini
antara lain:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik- titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (seperti bergelombang, melebar kemudian
menyempit) maka mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah
Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan jika terjadi
heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
1. Transformasi logaritma
2. Transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model
regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam
model tersebut,
3.7.1.4 Uji Autokorelasi
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat kesalahan
pengganggu pada periode berjalan (periode t) dengan kesalahan pada
periode sebelumnya (periode t-1). Autokorelasi dapat muncul karena
observasi yang dilakukan berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya.
Untuk melakukan uji autokorelasi dapat dilakukan dengan tes
Durbin-Watson. Ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan ketentuan
sebagai berikut :
1) angka D-W di bawah dl (0 < d < dl)berarti ada autokorelasi positif,
2) angka D-W di antara du dengan 4-du (du < d < 4–du), berarti tidak
ada autokorelasi,
3) angka D-W di antara 4-dl dengan 4 (4–dl < d < 4) berarti ada
autokorelasi negatif.
4) angka D-W di antara dl dan du (dl ≤ d ≤ du ) atau berada di antara
Langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya
autokorelasi adalah:
1) Melakukan transformasi data,
2) Mengubah model regresi menjadi bentuk persamaan beda umum
(generalized difference equation),
3) Memasukkan variabel Lag atas variabel terikat menjadi salah satu
variabel bebas sehingga data observasi berkurang (menjadi satu),
4) Menambah data observasi.
3.8 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda. Penelitian ini menguji hipotesis dengan tingkat kepercayaan 95% atau
signifikansi level 5% (α = 5%) yang meliputi uji koefisien determinasi (R2), uji signifikansi simultan (uji F) dan uji signifikansi parsial (uji T).
3.8.1 Uji Koefisien Determinasi (R2
Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar persentase variasi
variabel independen (bebas) mampu menjelaskan variasi naik turunnya variabel
dependen (terikat). Koefisien determinasi memiliki nilai antara 0 sampai 1 (0 ≤ R
)
2 ≤ 1). Semakin nilai R2 mendekati angka 1, berarti semakin kuat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai R2 semakin mendekati nol, berarti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
3.8.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara simultan digunakan uji F statistik. Uji ini dimaksudkan untuk melihat
apakah seluruh variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen dalam penelitian. Dengan uji ini akan diketahui
pengaruh financial leverage dan free cash flow secara simultan atau
bersama-sama terhadap kebijakan dividen. Bentuk pengujian hipotesis dengan uji
signifikansi simultan ini adalah sebagai berikut :
Ho : b1,b2
Ha : b
= 0, artinya financial leverage dan free cash flow secara
simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
1,b2 ≠ 0, artinya financial leverage dan free cash flow secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Jika nilai probabilitas F-statistic (ρ-value) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima pada tingkat signifikansi α = 5%. Pengambilan keputusan juga dapat
dilakukan dengan membandingkan nilai F dari perhitungan dengan nilai F
menurut tabel. Jika nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel (F* > Ft), maka Ho
ditolak dan Ha diterima.
3.8.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Uji ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh satu variabel
independen secara individual dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Dalam
pengaruh variabel independen secara parsial yaitu financial leverage, free cash
flow terhadap variabel dependen yaitu kebijakan dividen. Bentuk pengujian yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
Ho : b1, b2
Ha : b
= 0, berarti financial leverage, free cash flow secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
1, b2 ≠ 0, berarti LDR, NPL, ROE, IML dan BOPO secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (p- value < 0,05), dengan
tingkat α = 5%, maka Ho dapat ditolak dan Ha diterima. Dengan membandingkan
nilai t statistik dengan titik kritis menurut tabel dapat ditentukan bila nilai thitung
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan maufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai 31 Desember 2010. Data yang
digunakan merupakan data sekunder berupa data laporan keuangan
perusahaan yang diperoleh dari situs BEI yaitu
dalam penelitian ini sebanyak 128 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2010. Dari populasi tersebut
dipilih sampel dengan menggunakan metode purposive sampling dengan
beberapa kriteria yang ditentukan. Kemudian diperoleh sampel 27 perusahaan
dengan 3 tahun periode pengamatan sehingga dalam penelitian ini
menggunakan 81 observasi (27 perusahaan × 3 tahun).
4.1.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai keadaan objek
penelitian melalui data sampel secara umum tanpa melakukan analisis dan
menarik kesimpulan yang berlaku umum. Statistik deskriptif meliputi nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum data
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation Dividend Payout
Ratio
81 .01 1.42 .3664 .28009
Financial Leverage 81 .09 .95 .3801 .20486
Free Cash Flow 81 -.63 .77 .0835 .17071
Valid N (listwise) 81
Sumber : Hasil Olahan SPSS, 2013
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dividend payout ratio yang
menggambarkan variabel dependen kebijakan dividen memiliki rata-rata
sebesar 0,3664 yang berarti perusahaan manufaktur secara rata-rata
membagikan 36,64% dari laba yang dihasilkan kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen. Nilai minimum 0,01 dimiliki oleh PT Multi Bintang
Indonesia pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
menggunakan 99% labanya untuk pertumbuhan perusahaan. Nilai maksimum
sebesar 1,42 juga dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia pada tahun 2008.
Ini berarti pada tahun 2008 perusahaan membagikan dividen lebih besar dari
laba yang diperoleh. Kekurangan untuk pembagian dividen ditutupi dari laba
ditahan tahun sebelumnya.
Variabel independen yang pertama yaitu Financial Leverage
mempunyai nilai rata-rata 38,01% yang menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan manufaktur membiayai aktivanya dari penggunaan utang sebesar
38,01% dan sisanya sebesar 61,99% dibiayai dari saham yang diterbitkan.
2010, dan nilai tertinggi sebesar 0,95 dimiliki oleh PT Malindo Feedmill pada
tahun 2008 dengan standar deviasi 0,20486.
Variabel independen yang kedua yaitu Free Cash Flow (FCF)
mempunyai nilai rata-rata 0,0835 yang berarti bahwa perusahaan manufaktur
yang menjadi sampel penelitian memiliki arus kas bebas sebesar 8,35% dari
total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Nilai terendah -0,63 dimiliki oleh
PT Ekadharma International pada tahun 2008, dan nilai tertinggi 0,77 dimiliki
oleh PT Multi Bintang Indonesia pada tahun 2009 dengan standar deviasi
0,17071.
4.1.3 Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas data, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Berikut ini
akan diuraikan satu persatu.
4.1.3.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis statistik dan
analisis grafik. Hasil analisis statistik berdasarkan uji
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Data Dengan Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 81
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .26051130
Most Extreme Differences
Absolute .149
Positive .149
Negative -.082
Kolmogorov-Smirnov Z 1.344
Asymp. Sig. (2-tailed) .054
a. Test distribution is Normal. Sumber : Hasil Olahan SPSS, 2013
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diperoleh nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,344 dan signifikan pada 0,054. Jika nilai sig. atau
signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data tidak normal
dan jika nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka
distribusi data normal. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai
signifikansi 0,054 lebih besar dari 0,05 (0,054 > 0,05) yang berarti data
Hasil analisis grafik diperlihatkan berikut ini.
Gambar 4.1 Histogram
Hasil analisis grafik dengan kurva histogram menunjukkan data
mengikuti kurva yang berbentuk lonceng dengan kemiringan yang
cenderung seimbang antara sisi kiri dengan sisi kanan. Hal ini berarti
bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara
normal. Hasil analisis grafik dengan normal probability plot
Gambar 4.2 Normal P-P Plot
Dari grafik normal probability plot diatas dapat dilihat bahwa
titik-titik menyebar mengikuti garis diagonal dan tersebar di sekitar
garis diagonal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa data dalam model
regresi terdistribusi secara normal.
Berdasarkan semua hasil pengujian normalitas baik dengan
analisis statistik maupun analisis grafik secara keseluruhan
berdistribusi normal sehingga dapat dilakukan pengujian asumsi klasik
berikutnya.
4.1.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat
korelasi antar variabel independen dalm model regresi. Tabel berikut
menunjukkan korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.3
Coefficient Correlationsa
Model
Free Cash Flow
Financial Leverage
1 Correlations Free Cash Flow 1.000 .036
Financial Leverage
.036 1.000
Covariances Free Cash Flow .030 .001
Financial Leverage
.001 .021
a. Dependent Variable: Dividend Payout Ratio Sumber : Hasil Olahan SPSS, 2013
Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat koefisien korelasi antara
variabel financial leverage dan variabel free cash flow adalah sebesar
0,036 atau 3,6%. Nilai korelasi ini jauh di bawah 95%, yang
menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas yang berarti.
value dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Hasil Uji
[image:58.595.135.523.197.375.2]multikolinearitas adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Financial Leverage .999 1.001
Free Cash Flow .999 1.001
a. Dependent Variable: Dividend Payout Ratio Sumber : Hasil Olahan SPSS, 2013
Nilai tolerance dari kedua variabel independen yaitu financial
leverage dan free cash flow memiliki nilai di atas 0,1 dan nilai VIF
untuk masing-masing variabel independen lebih kecil dari 10. Hal ini
berarti bahwa tidak terjadi multikolinearitas antara variabel independen
dalam model regresi.
4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas dimana variabel
Gambar 4.3 Scatterplot
Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.3 dapat dilihat
bahwa titik-titik tersebar secara acak baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang berarti
tidak terjadi heteroskedastisitas atau dengan kata lain model regresi
adalah homokedastisitas.
4.1.3.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin
autokorelasi atau tidak. Penentuan ada tidaknya masalah autokorelasi
dapat ditentukan dengan kriteria berikut ini.
Tabel 4.5
Interpretasi Nilai Durbin Watson ( n = 81 ; k = 2 ; α = 5%)
Kriteria Keputusan
0 < d < dl 0 < d < 1,5888
terjadi autokorelasi positif
dl ≤ d ≤ du
1,5888 ≤ d ≤ 1,6898
Tanpa kesimpulan
4 – dl < d < 4 2,4112 < d < 4
terjadi autokorelasi negatif
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl 2,3102 ≤ d ≤ 2,4112
tanpa kesimpulan
du < d < 4 – du 1,6898 < d < 2,3102
Tidak terjadi autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson
[image:60.595.209.512.188.369.2]diperlihatkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi
Dapat dilihat dari hasil uji autokorelasi diperoleh nilai d sebesar
2,054. Ini berada diantara du dan 4-du (1,6898 < 2,054 < 2,3102),
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .367a .135 .113 .26383 2.054
a. Predictors: (Constant), Free Cash Flow, Financial Leverage b. Dependent Variable: Dividend Payout Ratio
4.1.4 Pengujian Hipotesis
4.1.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2
Koefisien determinasi menunjukkan kemampuan model dapat
menjelaskan variasi variabel independen terhadap variabel dependennya.
Nilai R square berkisar antara 0 sampai dengan 1. Hasil uji koefisien
determinasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
[image:61.595.199.510.293.410.2]