• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Konsumen Terhadap Kacang Sihobuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Preferensi Konsumen Terhadap Kacang Sihobuk"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 1. Atribut dan Level Kacang Sihobuk

No Atribut Level

1 Rasa Manis asin

Manis Asin Tawar

2 Berat 6 kiloan

1 kiloan ½ kiloan ¼ kiloan

3 Harga Rp. 5.000- Rp.10.000

Rp. 10.000- Rp. 18.000 Rp. 20.000- Rp. 30.000 Rp. 160.000- Rp. 200.000

4 Aroma Khas Kuat

Sedang

5 Tampilan Kacang Dengan Kulit

Tanpa Kulit

6 Desain Kemasan Menarik dan spesifik Sederhana

7 Layanan Tambahan dalam Penjualan (Outlet)

Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan the

(3)

Lampiran 2. Data Karakteristik Responden Kacang Sihobuk

7 Herbeth Sinaga L 33 tahun S1 Pegawai Swasta Rp.180.000 Konsumsi langsung Oleh-oleh

Rp. 3.600.000 8 Tiopan Sianturi L 42 tahun Diploma Pegawai Negeri Rp.75.000 Konsumsi langsung

Oleh-oleh 11 Wilson Siregar L 39 tahun SMA Pegawai Swasta Rp.80.000 Konsumsi langsung

Oleh-oleh

Rp. 800.000 12 Dahlia Agustina P 25 tahun S1 Wirausaha Rp.100.000 Konsumsi langsung

Oleh-oleh

(4)

Lanjutan Lampiran 2. Data Karakteristik Responden Kacang Sihobuk

SMA Petani Rp.10.000 Konsumsi

langsung

SMA Mahasiswa Rp.10.000 Konsumsi

langsung

SMA Mahasiswa Rp.10.000 Konsumsi

langsung

Oleh-S1 Wirausaha Rp.50.000 Konsumsi

langsung Oleh-oleh

(5)

Lanjutan Lampiran 2. Data Karakteristik Responden Kacang Sihobuk

S2 Pegawai Swasta Rp.50.000 Oleh-oleh Rp. 3.700.000 22 Marlinda

Tampubolon

P 45

tahun

SMA Pedagang Rp.20.000 Konsumsi

langsung

SMA Mahasiswa Rp.40.000 Oleh-oleh Rp. 900.000

24 Olensius Purba L 23 tahun

SMK Mahasiswa Rp.35.000 Konsumsi

langsung

Rp. 700.000

25 Maria Jahwa P 26

tahun

S1 Mahasiswa Rp.50.000 Konsumsi

langsung Oleh-oleh

Rp. 2.200.000

26 Roy Fernando L 28

tahun

Diploma Wirausaha Rp.45.000 Konsumsi

langsung Oleh-oleh

Rp. 1.750.000

27 Rebecca Fillan P 23 tahun

S1 Pegawai Swasta Rp.40.000 Konsumsi

langsung

Oleh-Diploma Pegawai Swasta Rp. 20.000 Konsumsi langsung

Rp. 1.500.000

29 Bona Simbolon L 33

tahun

Diploma Mahasiswa Rp. 15.000 Konsumsi

langsung

(6)

Lanjutan Lampiran 2. Data Karakteristik Responden Kacang Sihobuk

No Responden Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Terakhir

Status Pekerjaan Total Biaya Pembelian Kacang

S1 Wirausaha Rp.50.000 Konsumsi

langsung

Oleh-SMP Pelajar Rp.45.000 Oleh-oleh Rp. 1.600.000

32 Jason Zabdiel Sinaga

L 27

tahun

S1 Pegawai Swasta Rp.50.000 Oleh-oleh Rp. 2.700.000

33 Ruhut Anggia Harianja

L 43

tahun

Diploma Pegawai Negeri Rp.50.000 Konsumsi langsung

Oleh-SMA Mahasiswa Rp.50.000 Konsumsi

langsung

S1 Pegawai Swasta Rp.10.000 Konsumsi

langsung

Rp. 1.650.000

36 Raja Johan L 24

tahun

S1 Wirausaha Rp.50.000 Konsumsi

langsung

Oleh-SMA Mahasiswa Rp.45.000 Konsumsi

langsung

(7)

Lanjutan Lampiran 2. Data Karakteristik Responden Kacang Sihobuk

Rp.50.000 Konsumsi langsung Oleh-oleh

Rp.100.000 Konsumsi langsung Oleh-oleh

Rp. 850.000 43 Ida Rayon

Simanjuntak

P 37 tahun Diploma Pedagang Rp.420.000 Dijual kembali Rp. 980.000

44 Otalua Giawa P 26 tahun S1 Pegawai

Swasta

Rp.45.000 Oleh-oleh Rp. 3.200.000

45 M. Butarbutar P 34 tahun SMA Wirausaha Rp.80.000 Oleh-oleh

46 Eko Dirga Sianipar

L 34 tahun S1 Pegawai

Swasta

Rp.170.000 Konsumsi langsung Oleh-oleh

Rp.150.000 Konsumsi langsung Oleh-oleh

Rp. 3.700.000

48 Melani Putri P 29 tahun S1 Ibu Rumah

Tangga

Rp.20.000 Ingin Mencoba Rp. 3.600.000 49 Leo Sianturi L 23 tahun SMK Belum Bekerja Rp.10.000 Konsumsi langsung Rp. 400.000

(8)

Lampiran 3 Input Data Penilaian Responden Terhadap Kombinasi

Nomor Responden

Stimuli

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 4 4 3 2 3 4 3 3 5

2 4 4 3 2 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4

3 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4

4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4

5 5 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4

6 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 3 4

7 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4

8 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4

9 5 4 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4

10 5 4 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4

11 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

12 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 3 4 5 4 4 4

13 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

14 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4

15 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 5 4 4 3 3 4 4 3 4

16 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

17 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 3 2 3 4 4 3 4

18 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4

19 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4

20 5 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 2 4

21 4 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 4

22 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4

(9)

Lanjutan Lampiran 3 Input Data Penilaian Responden Terhadap Kombinasi

Nomor Responden

Stimuli

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

24 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 3 4

25 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4

26 4 4 5 2 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4

27 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4

28 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4

29 5 4 5 3 4 4 3 4 4 3 3 5 4 4 3 4 4 4 3 4

30 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4

31 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 3 2 4

32 5 4 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4

33 4 4 5 3 4 4 4 5 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3

34 4 4 4 3 5 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3

(10)

36 4 5 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4

37 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 3 3 4

38 3 3 4 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3

39 4 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3

40 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3

41 4 4 5 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4

42 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4

43 4 3 4 3 4 3 4 5 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4

44 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4

Lanjutan Lampiran 3 Input Data Penilaian Responden Terhadap Kombinasi

Nomor Responden

Stimuli

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

45 5 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4

46 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4

(11)

48 4 5 4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 4 2 2 4 3 2 3

49 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4

(12)

Lampiran 4. Hasil analisis Conjoint

Overall Statistics

Utilities

Utility Estimate Std. Error

rasa manis asin .171 .031

manis .076 .031

asin -.154 .031

tawar -.094 .031

berat 6 kiloan -.214 .031

1 kiloan .096 .031

1/2 kiloan .121 .031

1/4 kiloan -.004 .031

harga Rp.5.000- Rp8.000 .046 .031

Rp.10.000- Rp.18.000 .106 .031

Rp.20.000- Rp.35.000 .031 .031

Rp.160.000- Rp.200.000 -.184 .031

aroma kuat .009 .018

sedang -.009 .018

tampilan dengan kulit .221 .018

tanpa kulit -.221 .018

desain menarik dan spesifik .176 .018

sederhana -.176 .018

layanan parkiran dan toilet .015 .024

minuman olahan -.075 .028

parkiran toilet dan minuman olahan

.060 .028

(13)

Lanjutan Lampiran 4. Hasil analisis Conjoint

Importance Values

rasa 17.965

berat 17.082

harga 15.456

aroma 10.510

tampilan 14.841

desain 12.871

layanan 11.276

Averaged Importance Score

Correlationsa

Value Sig.

Pearson's R .999 .000

Kendall's tau .967 .000

Kendall's tau for Holdouts 1.000 .021

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W dan Nurmalinda. 2012. Analisis Konjoin Preferensi Konsumen terhadap Atribut Kentang, Bawang Merah, dan Cabai. J.Hort.

Anonimousa. 2009. Mengenal Kacang Tanah. http://binaukm.com. Diakses pada tanggal 22 April 2015.

Anonimousb. 2010. Kacang Sihobuk. http://wikipedia.com. Diakses pada 22 April 2015.

Engel, J.F. 1994. Perilaku Konsumen, Jilid 1. Bina Rupa Aksara: Jakarta. Febrianti. 2011. Metode Analisis Data. PT. Elex Media Komputindo: Jakarta. Gasperz, V. 2012. All-in-one Marketing Excellence. Penerbit Vinchristo

Publication: Bogor.

Ghozali, Jr. 2006. Marketing reasearch. an Applied Orientation. Fourth Edition. Pearson Education International. New Jersey.

Green & Krienger. 1991. A Conjoint Analysis of Irish Consumer Preferences for Farmhouse Cheese. The National Food Centre Dublin. Ireland.

Hair, Joseph F. 1998. Multivariate Data Analysis, 1st Edition. New York: Prentice Hall International, Inc.

Hair, Joseph F, Jr., Bush, Robert, P., and Ortinau, David, J. 2006, Marketing Research Within a Changing Information Environment, 3rd Edition, McGraw-Hill, New York.

Hair, Joseph F., et.al. 2010. Multivariate Data Analysis, 7th Edition. New York: Prentice Hall International, Inc.

Hamid, Abdul. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. FEIS : Jakarta.

Hs, Suprapto. 2000. Bertanam kacang Tanah. Penebar Swadaya : Jakarta.

Husodo, Siswono Yudo. 2004. Pertanian Mandiri : Pandangan Strategis Para Pakar untuk Kemajuan Pertanian Indonesia. Penebar Swadaya: Jakarta.

(15)

Kardes, FR. 2002. Consumer Behavior and Managerial Decision Making. Secon d Kementrian Perindustrian, 2015. Data Kontribusi Pertanian dan Agroindustri

Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2006-2010. http//: www.kemenperin.go.id/. Diakses pada 19 April 2015.

Kotler, Philip dan Amstrong. 2008. “Marketing Manajemen” Prentice Hall, USA.

Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller . 2007. Manajemen Pemasaran Jilid I ed.12. PT. Indeks ;Jakarta

Pasaribu, Ester Septiani. 2015. Analisis Conjoint terhadap Preferensi konsumen

pada buah Durian (Durio zibethinus Murr.) di kota Medan.Skripsi pada

Program Agribisnis, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara Raffi. 2006. Upaya Menurunkan Kontaminasi Aflatoksin pada Kacang Tanah.

Jurnal Enjinering Pertanian: Lampung.

Santoso, S. 2006. Menggunakan SPSS Untuk Statistik Multivariat. PT Elek Media Komputindo: Jakarta.

Santoso, S. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Multivariat. PT. Elex Media Komputindo: Jakarta.

Sekaran, Uma. 2000. Research Method For Business, 4th edition, John Wiley & sons, Inc, New York..

Simanjuntak, D. 2012. Perilaku Konsumen. PT Raja Grafindo Perkasa : Jakarta. Sumatera Utara Dalam Angka. 2014. Produksi Kacang Tanah Sumatera Utara.

BPS:Sumatera Utara.

Tineprilla, N. 2007. Jadi Kaya Dengan Berbisnis Di Rumah: Kiat Praktis Bagi Wanita, Mencapai Kebebasan Finansial Tanpa Harus Meninggalkan Keluarga. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran Edisi III. ANDI: Yogyakarta

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive. Penelitian ini dilakukan di Outlet kacang Sihobuk yang terletak di sepanjang Jalan Balige , Kabupaten Tapanuli Utara, dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra pemasaran kacang Sihobuk.

Lokasi ini merupakan lokasi yang sangat strategis untuk pemasaran kacang Sihobuk karena terletak di jalan lintas Sumatera dan memudahkan konsumen dalam melakukan pembelian. Sehingga, pada daerah ini akan diperoleh kemudahan mendapatkan responden yang membeli dan mengkonsumsi kacang Sihobuk dari berbagai macam latar belakang. Berikut data jumlah Outlet permanen kacang Sihobuk di sepanjang Jalan Balige, Kabupaten Tapanuli Utara.

Tabel 3.1 Nama Kecamatan dan Jumlah Outlet Kacang Sihobuk

No Kecamatan Jumlah Outlet

1 Siborongborong 9

2 Sipoholon 21

3 Tarutung 15

Jumlah 43

Sumber: Data primer (data diolah, 2015)

(17)

Outlet permanen secara keseluruhan di daerah penelitian adalah sebanyak 45 outlet.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen kacang garing Sihobuk yang berkunjung pada outlet-outlet di sepanjang Jalan Balige, Kabupaten Tapanuli Utara. Outlet yang dipilih peneliti merupakan outlet yang memiliki bangunan yang permanen. Penentuan outlet permanen sebagai outlet penelitian didasari agar konsumen dapat menilai dengan baik atribut-atribut yang melekat pada kacang Sihobuk, seperti atribut layanan tambahan dalam penjualan yang umumnya disediakan disediakan di outlet. Selain itu, outlet permanen juga menyediakan tempat duduk dan tempat berteduh yang akan sangat membantu dalam proses pelaksanaan penelitian.

Jumlah populasi konsumen kacang Sihobuk di daerah penelitian tidak diketahui secara pasti. Untuk itu, metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-Probability Sampling yaitu dengan teknik Accidental sampling, yaitu metode sampel dengan melakukan pengumpulan data melalui

siapa saja yang ditemuinya di lokasi penelitian tidak peduli apakah responden yang dihubungi memiliki keterkaitan dengan penelitinya ataupun tidak (Hamid, 2007).

(18)

sudah cukup memadai. Maka untuk besar sampel konsumen kacang Sihobuk yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti memilih besar sampel sebanyak 50 sampel. Konsumen yang akan menjadi sampel atau responden adalah konsumen yang sudah pernah mengonsumsi kacang Sihobuk dan konsumen yang gemar memakan kacang Sihobuk.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer didapatkan melalui pengamatan langsung di lapangan (observasi), wawancara dan pemberian kuesioner kepada konsumen. Data sekunder didapatkan melalui pencarian, pengumpulan, dan penelaahan buku-buku, majalah, jurnal, internet, dan dokumen-dokumen yang terkait dengan tujuan penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Metode Analisis pada Identifikasi Masalah 1, 2 dan 3

Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen kacang garing Sihobuk melalui perhitungan persentase jumlah responden yang disajikan dalam bentuk tabulasi sederhana. Data-data yang diperoleh melalui kuesioner akan dikelompokkan dan dipersentasekan berdasarkan jumlah responden.

(19)

Menurut Hair et al. (2010), analisis konjoin merupakan analisis yang unik di antara metode-metode dalam analisis multivariat karena peneliti membangun stimuli (kombinasi level atribut) yang kemudian diperkenalkan kepada responden dengan memberikan evaluasi keseluruhan dengan menggunakan rating. Menurut Iwan dan Lydia (2010), kelebihan analisis konjoin adalah dapat mengikutsertakan atribut yang belum terjadi tapi diperkirakan bisa terjadi, dapat mengetahui model produk mana yang paling disukai konsumen, dan dapat memberikan informasi yang spesifik dalam preferensi konsumen terhadap atribut- atribut yang dimunculkan dari suatu produk.

Pada analisis conjoint terdapat 3 metode yaitu traditional conjoint, adaptive

conjoint dan choice-based conjoint. Pada penelitian ini digunakan metode

traditional conjoint. Metode ini dipilih karena selain paling umum digunakan dan

jumlah atribut yang relatif kecil, yaitu sebanyak tujuh atribut, juga karena lebih menggambarkan struktur preferensi secara lebih menyeluruh.

Untuk penyelesaian Identifikasi Masalah 1, 2 dan 3 dilakukan dengan proses dasar conjoint analysis sebagai berikut:

1. Menentukan Perancangan Atribut dan Level

Dalam analisis conjoint, perancangan atribut yang berpengaruh merupakan bagian dari mengenali atau mengidentifikasi atribut dengan tingkatan / level, masing – masing dipergunakan untuk membuat suatu stimuli. Penentuan atribut dan level kacang Sihobuk diambil berdasarkan diskusi dengan beberapa pemilik

homeindustry dan pra- survey serta literatur yang terkait dan dihasilkan atribut

(20)

1) Rasa

Rasa adalah sensasi yang diterima oleh alat pencecap kita yang berada di rongga mulut. Rasa kacang Sihobuk terdiri dari:

1. Manis asin, yaitu rasa yang didapat pada kacang adalah kombinasi manis asin.

2. Manis, yaitu rasa yang ingin didapat pada kacang hanya manis.

3. Asin, yaitu rasa yang mendominasi pada kacang adalah hanya rasa asin. 4. Tawar, yaitu kacang Sihobuk tidak berasa atau hambar.

2) Berat

Berat kacang Sihobuk per-satuan kemasan antara lain: 1. 6 kiloan

2. 1 kiloan 3. ½ kiloan 4. ¼ kiloan 3) Harga

Harga adalah jumlah nominal yang dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan produk/ jasa. Harga kacang Sihobuk per-satuan kemasan antara lain:

(21)

4) Aroma khas

Aroma khas adalah tingkat ketajaman bau khas yang dimiliki kacang Sihobuk. Bau khas kacang Sihobuk antara lain: bau khas gosong yang dihasilkan pada saat penyangraian dan bau tanah kacang setelah disangrai. Atribut ini terdiri dari:

1. Kuat, yaitu tingkat bau khas gosong yang dihasilkan pada saat penyangraian dan bau tanah yang khas pada kacang setelah disangrai kuat. 2. Sedang, yaitu tingkat bau khas gosong yang dihasilkan pada saat

penyangraian dan bau tanah yang khas pada kacang setelah disangrai sedang atau biasa saja.

5) Tampilan Kacang

Tampilan Kacang adalah keadaan kacang/ biji dalam kemasan, antara lain: 1. Dengan kulit, yaitu biji kacang dengan polong yang masih utuh.

2. Tanpa kulit, yaitu biji kacang sudah lepas dari kulit dan dapat langsung dikonsumsi.

6) Desain Kemasan

(22)

1. Menarik dan Spesifik

Menarik, yaitu terdapat desain kekhasan Tapanuli seperti gambar rumah batak, gorga atau ulos.

Spesifik, yaitu terdapat komposisi kacang Sihobuk, nomor izin Depkes, tanggal pembuatan, tanggal kedaluarsa, kandungan gizi dan berat bersih. 2. Sederhana

Yaitu desain kemasan kacang Sihobuk cukup dengan pemberian label kertas yang tertera merek kacang Sihobuk (desain kemasan kacang Sihobuk seperti saat ini).

7) Layanan tambahan dalam penjualan

Layanan tambahan dalam penjualan merupakan sejumlah manfaat yang umumnya diperoleh konsumen di outlet, antara lain:

1. Tersedia fasilitas parkiran dan toilet

2. Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh

3. Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh.

2. Membuat kombinasi level produk ( desain stimuli)

Kombinasi didasarkan pada atribut produk yang telah didefinisikan sebelumnya, dan melakukan perkalian setiap sub atribut yang ada. Untuk perancangan kombinasi subatribut atau level terdapat dua pendekatan yang sering digunakan, yaitu kombinasi berpasangan (pairwise comparison) dan kombinasi lengkap (full

profile). Metode pairwise comparison merupakan metode evaluasi dua faktor

(23)

penelitian ini memakai metode full – profile dimana seluruh aspek diperhatikan sekaligus sehingga deskripsi dari konsep tersebut lebih realistis.

Kombinasi level atribut atau stimuli yang dimiliki berjumlah: 4 x 4 x 4 x 2 x 2 x 2 x 3 = 1.536 stimuli

Oleh karena jumlah stimuli yang terlalu banyak dan akan menyulitkan responden dalam memberikan penilaian, maka dilakukan Fractional Factorial Design, yang merupakan teknik untuk mereduksi jumlah stimuli dimana diperoleh stimuli yang hanya mengukur efek utamanya saja. Perancangan stimuli digunakan dapat dengan orthogonal design pada perangkat lunak SPSS 17.0. Melalui perancangan orthogonal diharapkan akan diperoleh suatu kombinasi atribut yang hanya

mengukur efek utamanya saja (Fractional Factorial Design).

Dengan memakai prosedur orthogonal pada SPSS maka stimuli yang berjumlah 1.536 tadi disederhanakan jumlahnya agar tidak semua kombinasi harus dianalisis. Hasil dari orthogonal design ini yaitu stimuli yang bejumlah 20 buah stimuli dimana 16 stimuli berstatus design sedangkan 4 stimuli merupakan holdout

sample yang digunakan sebagai penguji hasil apakah proses conjoint yang

(24)

Tabel 3.2 Data Stimuli atribut kacang Sihobuk

Layanan Tambahan dalam Penjualan STATUS CARD

Manis ½

Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 1 Manis

Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 2 Tawar 1

Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh

Design 3

Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh

Sederhana Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh

Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 6 Manis

Sederhana Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh

Design 7

Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh

Design 8

Sederhana Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 9 Asin 6

(25)

Lanjutan Tabel 3.2 Data Stimuli atribut kacang Sihobuk

Layanan Tambahan dalam Penjualan STATUS CARD

Manis 6

Sederhana Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh

Design 11

Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh

Sederhana Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 13 Manis

Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 14 Asin 1

Sederhana Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 15

Manis ¼

Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh

Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Holdout 17

Tawar ¼

Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Holdout 18

Asin 6

Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh

Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh

Holdout 20

(26)

Pada tabel 3.2, yaitu pada stimuli satu kombinasi kacang Sihobuk yang mungkin menjadi preferensi konsumen adalah kacang Sihobuk dengan rasa manis, berat ½ kiloan, harga Rp.150.000-Rp. 200.000, aroma khas kuat ,tampilan kacang dengan kulit, desain kemasan menarik dan spesifik, layanan tambahan dalam penjualan tersedianya fasilitas parkiran dan toilet. Pada stimuli dua, kombinasi kacang Sihobuk yang mungkin menjadi preferensi konsumen adalah kacang Sihobuk dengan rasa manis asin, berat 1 kiloan, harga Rp.10.000- Rp.15.000, aroma khas sedang ,tampilan kacang tanpa kulit, desain kemasan menarik dan spesifik, layanan tambahan dalam penjualan tersedia fasilitas parkiran dan toilet. Demikian juga pada stimuli tiga hingga seterusnya sampai pada stimuli yang ke – 20.

3. Mengumpulkan pendapat responden terhadap setiap stimuli yang ada

Hasil pembuatan stimuli dengan menggunakan prosedur orthogonal itulah yang kemudian disertakan dalam kuesioner untuk dievalusi oleh responden. Responden diminta memberikan penilaian terhadap stimuli tersebut. Penilaian responden menggunakan rating yaitu dengan memakai skala likert yaitu dengan skala:

Tabel 3.3 Acuan Penilaian Preferensi Konsumen

Simbol Pengertian Bobot

STS Sangat Tidak Suka 1

TS Tidak Suka 2

BS Biasa Saja 3

S Suka 4

SS Sangat Suka 5

(27)
(28)

4. Melakukan proses conjoint dengan masukan data yang ada

Penilaian / pemberian rating oleh responden diolah dengan analisis conjoint dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Hasil analisis conjoint secara keseluruhan dilihat dari overall statistics pada SPSS subfile summary. Hasil analisis ini diperoleh untuk memperkirakan atribut kacang Sihobuk yang diinginkan oleh responden berdasarkan penilaian terhadap stimuli tersebut yang disertakan dalam kuesioner sebelumnya.

5. Hasil analisis

Output yang dihasilkan dari proses analisis conjoint berupa nilai utility yaitu suatu perbandingan antara nilai kegunaan dengan tiap-tiap taraf atributnya, importance values yaitu suatu nilai perbandingan antara nilai kepentingan dengan tiap-tiap

atribut kacang Sihobuk serta nilai korelasi Pearson dan Kendall’s Tau untuk

mengetahui seberapa tinggi predictive accuracy – nya.

Interpretasi hasilnya adalah untuk nilai utility, yaitu nilai yang paling besar menjadi kombinasi stimuli yang disukai oleh konsumen. Untuk nilai kepentingan (importance values) yaitu nilai yang terbesar menunjukkan atribut kacang Sihobuk yang paling penting serta untuk uji keakuratan dilihat dari korelasi

Pearson’s dan Kendall’s Tau. Uji Keakuratannya (predictive accuracy) :

H0 : tidak adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau tidak ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint. H1 : adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual,

atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint. Sign. < 0,05 maka H0 ditolak

(29)
(30)

Identifikasi Masalah 1:

Untuk menjawab Identifikasi masalah 1, kombinasi level atribut yang paling sesuai dapat dilihat dari nilai utility pada masing-masing level / taraf atribut. Interpretasi hasilnya yaitu nilai utility yang terbesar menunjukkan level dari atribut yang menjadi preferensi konsumen kacang Sihobuk sehingga apabila level

– level atribut yang memiliki nilai utility paling besar digabungkan maka akan

membentuk kombinasi / stimuli dari karakteristik kacang Sihobuk yang menjadi preferensi konsumen.

Identifikasi Masalah 2:

Untuk menjawab Identifikasi masalah 2, output yang dilihat berupa nilai kepentingan (importance values). Nilai kepentingan (importance values) digunakan untuk melihat atribut manakah yang paling penting dari kacang Sihobuk menurut preferensi konsumen. Interpretasi hasilnya yaitu nilai kepentingan (importance values) yang paling besar menunjukkan atribut kacang Sihobuk yang paling penting sehingga mendasari konsumen untuk membeli kacang Sihobuk.

Identifikasi Masalah 3

Untuk melihat tingkat keakuratan prediksi model hasil analisis conjoint maka

output yang dilihat berupa nilai korelasi Pearson dan Kendall’s Tau. Uji

Keakuratan (predictive accuracy):

(31)

H1 : adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.

Sign. < 0,05 maka H0 ditolak

Sign. > 0,05 maka H0 diterima (Santoso, 2012)

Interpretasi hasilnya yaitu jika nilai signifikansi 0,000 (kurang dari 0,05) menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

3.5.1 Definisi

1. Kacang Sihobuk adalah kacang garing yang merupakan makanan

ringan/jajanan khas Tapanuli Utara.

2. Konsumen kacang adalah orang yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk.

3. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana individu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain.

4. Produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, digunakan, atau dikonsumsi yang bisa memuaskan kebutuhan atau keinginan.

(32)

6. Atribut adalah segala sesuatu yang melekat yang dapat dihubungkan dengan produk yang menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk melakukan pembelian.

7. Analisis Conjoint adalah metode analisis yang digunakan untuk menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut kacang Sihobuk dan

nilai kegunaan yang muncul dari atribut kacang Sihobuk tersebut.

8. Stimuli merupakan kombinasi dari taraf / level atribut.

9. Taraf / level / subatribut adalah nilai / gambaran dari atribut kacang Sihobuk yang lebih khusus dan spesifik

10. Pengambilan keputusan merupakan suatu bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih konsumen, yang prosesnya melalui mekanisme tertentu dengan harapan akan menghasilkan suatu keputusan yang terbaik.

3.5.2 Batasan operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Outlet Kacang Sihobuk di wilayah sepanjang Jalan Balige, Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Sampel penelitian adalah konsumen kacang Sihobuk yang sedang mengunjungi Outlet Kacang Sihobuk di wilayah sepanjang Jalan Balige, Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Atribut yang akan diteliti pada penelitian ini adalah atribut rasa, berat per kemasan, harga per kemasan, aroma khas, tampilan kacang, desain kemasan dan layanan tambahan dalam penjualan.

(33)

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara yang berada pada ketinggian antara 150 – 1.700 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada 0020’LU- 20’LU dan pada 99015’ -99030’BT, beriklim tropis (tropis basah) atau sekitar 170C-290C dengan rata-rata curah hujan sebesar 2352 mm dan 182 hari hujan, sehingga pada suhu ini cocok ditanami tanaman bertahun seperti padi, karet, kemenyan, kopi dan sebagainya. Sementara, untuk tanaman palawija cocok ditanami tomat, cabai merah, jagung, kacang tanah dan sebagainya (Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014).

Secara geografis, letak Kabupaten Tapanuli Utara berbatasan dengan lima Kabupaten, yaitu :

Sebelah Utara : Kabupaten Toba Samosir Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan

Sebelah Barat : Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Tengah. Sebelah Timur : Kabupaten Labuhan Batu Utara

(34)

Tapanuli Utara terdiri dari 15 Kecamatan. Adapun nama Kecamatan beserta luas (km2) masing-masing Kecamatan antara lain:

Tabel 4.1.1 Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menurut Kecamatan

No Kecamatan Luas (km2)

1 Parmonangan 257,35

2 Adiankoting 502,90

3 Sipoholon 189,20

4 Tarutung 107,68

5 Siatas Barita 92,92

6 Pahae Julu 165,90

7 Pahae Jae 203,20

8 Purbatua 191,80

9 Simangumban 150,00

10 Pangaribuan 459,25

11 Garoga 567,58

12 Sipahutar 408,22

13 Siborongborong 279,91

14 Pagaran 138,05

15 Muara 79,75

Jumlah 3.793,71

Sumber : Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014

Dari 15 Kecamatan yang ada, Kecamatan yang paling luas di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Kecamatan Garoga dengan luas wilayah 567,58 km2 dan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Muara dengan luas wilayah 79,75 km2.

4.1.2 Kondisi Demografis

(35)

Adiankoting dan Garoga yaitu 28/ km2. Jika dilihat secara keseluruhan, kepadatan penduduk di Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2013 sebesar 76 jiwa /km2. Untuk lebih jelasnya, jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.1.2a Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2013

No Kecamatan Jumlah Penduduk

(jiwa)

13 Siborongborong 45.420 162

14 Pagaran 17.011 123

15 Muara 13.553 170

Jumlah 287.166 76

Sumber: Tapanuli Uatara Dalam Angka, 2014

Jumlah komposisi penduduk terbesar di Kabupate Tapanuli Utara berada pada usia 0–4 tahun yaitu sebanyak 36.789 jiwa. Sebaliknya, distribusi jumlah yang paling sedikit adalah pada usia 70 – 74 tahun yaitu sebanyak 5.099 jiwa. Berikut tabel jumlah penduduk menurut kelompok umur.

Tabel 4.1.2bJumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2013

(36)

Lanjutan Tabel 4.1.2b Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2013

No Kelompok Usia Laki-laki (jiwa)

Sumber: Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014

4.1.3 Sektor-sektor Perekonomian

1. Pertanian

(37)

Tabel 4.1.3a Hasil Produksi Pertanian Tapanuli Utara tahun 2013

No Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata

1 Padi Sawah 24.505 141.033,71 57,55

2 Padi Ladang 3.262 10.903,96 33,43

3 Jagung 4.434 21.375,74 48,21

4 Kacang Tanah 2.020 3.595,59 17,80

5 Ubi Kayu 1.833 32.476,44 177,18

6 Ubi Jalar 1.041 11.009,19 105,76

7 Cabai merah 1.092 5.426,69 49,68

8 Bawang Merah 67 449,57 49,68

10 Jeruk Keprok 350,78 5.010,24 142,83

11 Alpukat 120,00 754,55 62,88

12 Nenas 1.885,99 32.794,96 173,89

Sumber: Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014

2. Peternakan

Pada sektor peternakan, penduduk Tapanuli Utara sebagian besar memelihara ternak besar seperti kerbau, sapi, kuda, dan ternak kecil seperti kambing, domba, dan babi. Sedangkan ternak unggas terdiri dari ayam dan itik. Selain ternak, penduduk juga sebagian besar membudidayakan ikan yaitu sebanyak 3.427 rumah tangga dengan hasil produksi 530,1 ton (Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014).

3. Perindustrian

(38)

Tabel 4.1.3b Jumlah Perusahaan/ Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil menurut Kecamatan dan Kelompok Industri

No Kecamatan Pangan Sandang dan

Kulit Sumber: Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014

Pada tahun 2013, kelompok indusri pangan Tapanuli Utara mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.828 orang dengan jumlah industri pangan sebanyak 645 unit. Kelompok industri kimia dan bahan bangunan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 569 orang dengan jumlah industri sebanyak 167 unit. Sementara, kelompok industri sandang dan kulit merupakan kelompok industri yang menyerap tenaga kerja terbesar yaitu 4.226 orang dengan jumlah industri sebanyak 2.243 unit.

4. Pariwisata

(39)

Sipoholon, panorama alam Huta Ginjang, Danau Toba, pantai Muara, air soda Tarutung dan tempat wisata rohani Salib Kasih.

Objek wisata merupakan tempat yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara, dan merupakan sentra pemasaran kacang Sihobuk yang sangat baik. Misalnya pada objek wisata pemandian air panas Sipoholon, outlet kacang Sihobuk berjejer di sepanjang daerah pemandian air panas dan hampir setiap rumah mendirikan outletnya maning-masing. Pengunjung pemandian air panas yang sebagian besar merupakan traveler biasanya akan mengonsumsi kacang Sihobuk setelah mandi air hangat dan membawanya sebagai oleh-oleh.

4.2 Industri Kacang Sihobuk Kabupaten Tapanuli Utara

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu produsen kacang tanah terbesar di Sumatera Utara.

Tabel 4.2 Produksi Kacang tanah Sumatera Utara menurut asal kabupaten/kota pada tahun 2013

(40)

Hasundutan

Pakpak Barat 62 65 10.42

Samosir 192 261 13.61

Serdang Bedagai 61 54 8.89

Batu Bara 38 34 8.83

Padang Lawas Utara 85 77 9.06

Padang Lawas 217 241 11.13

Labuhanbatu Selatan 51 52 10.26

Labuhanbatu Utara 29 30 10.36

Nias Utara 14 11 7.77

Nias Barat 10 8 7.83

Kota

Sibolga - - -

Tanjungbalai - - -

Pematangsiantar 5 5 10.05

Tebing Tinggi 4 4 9.32

Medan 89 75 8.39

Binjai 117 114 9.72

Padangsidempuan 82 85 10.31

Gunung Sitoli 2 2 7.89

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka (2014)

(41)

4.2.1 Sejarah Industri Kacang Sihobuk

Industri Kacang Sihobuk pada awalnya diproduksi di kawasan Desa Sihobuk (Kecamatan Tarutung). Industri Kacang Sihobuk ini bermula dari usaha sampingan dari beberapa keluarga yang menjual kacang garing ini sebagai penganan di pesta-pesta Batak di Tarutung, yang lama kelamaan berkembang menjadi jajanan yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh khas Tarutung.

Pada tahun 1984, terjadi bencana tanah longsor di kawasan Sihobuk. hal ini membuat Pemerintah Daerah Tapanuli Utara memindahkan sebagian penduduk yang terkena bencana ke kawasan Silangkitang, Kecamatan Sipoholon. Masyarakat yang dipindahkan tetap melanjutkan usahanya dengan memproduksi dan menjual kacang Sihobuk. Melihat potensi kacang Sihobuk sebagai oleh-oleh khas yang cukup diminati oleh wisatawan, penduduk lokal mulai ikut mengusahakan produksi kacang Sihobuk. Hasilnya dapat dilihat pada saat ini, kios/outlet kacang Sihobuk banyak berjejer di sepanjang jalan lintas dan kawasan Silangkitang dikenal banyak orang sebagai sentra industri kecil Kacang Sihobuk. Produk kacang Sihobuk ini biasanya dijual langsung di kios/outlet pinggir jalan dan beberapa pengusaha juga telah berhasil menjual produknya sampai keluar daerah seperti: Medan, Sibolga, Pekanbaru, bahkan hingga ke negara Malaysia.

4.2.2 Deskripsi Produksi Kacang Tanah Tapanuli Utara

(42)

penanaman kacang tanah, petani harus melakukan penggemburan tanah dan membersihkan lahan dari sisa-sisa jerami padi.

Kegiatan usahatani kacang tanah di Tapanuli Utara terdiri dari: a. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pengolahan lahan meliputi kegiatan membersihkan gulma serta sisa-sisa tanaman seperti sisa-sisa jerami padi, menggemburkan tanah sehingga sesuai dengan kondisi yang diperlukan oleh perakaran kacang tanah yaitu tanah yang gembur. Adapun tahap kegiatan pengolahan lahan untuk penanaman kacang tanah di lokasi penelitian adalah mencangkul, kemudian pembabatan, penggemburan tanah atau penggaruan lahan dan sebagian melakukan pembentukan bedengan.

b. Penanaman

Petani di lokasi penelitian melakukan penanaman dengan cara memasukkan 1 biji kacang tanah ke dalam tanah. Jarak tanam kacang tanah tidak terlalu diperhatikan, karena petani bisa memperkirakan jarak yang terbaik untuk jarak tanam kacang tanah. Pada umumnya jarak tanam kacang tanah di lokasi penelitian sekitar 10 – 15 cm.

c. Pemupukan

(43)

pemupukan hanya dilakukan sekali saja untuk satu musim tanam. Jenis pupuk yang sangat umum dipakai oleh petani di lokasi penelitian adalah urea, NPK, SS, Phonska, TSP dan ZA. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ukuran dosis pupuk urea sebesar 13,10 kg/Ha, pupuk NPK sebesar 3,27 kg/Ha, pupuk SS 1,67 Kg/Ha, pupuk phonska sebesar 5,03 kg/Ha, pupuk TSP sebesar 4,06/Ha, dan pupuk ZA sebesar 0,13 kg/Ha. Uraian tersebut menunjukkan bahwa petani di lokasi penelitian belum memperhatikan ukuran dosis setiap pupuk.

d. Penyiangan

Kegiatan penyiangan dilakukan petani sebelum bunga kacang tanah mekar, hal ini bertujuan untuk menghindari rusaknya bunga kacang tanah. Kegiatan ini dilakuakan dengan cara melonggarkan tanah sekitar gulma dengan mennggunakan cangkul, lalu mencabut dengan tangan. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi banyak tidaknya gulma di areal usahatani kacang tanah. Umumnya penyiangan hanya sekali dalam satu kali musim tanam.

e. Pemberantasan Hama dan Penyakit

(44)

f. Panen

Pemanenan kacang tanah dilakukan setelah kacang tanah berusia 3 sampai 4 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah yang siap dipanen adalah daun tanaman kacang tanah sudah hampir kering dan luruh, dan usia kacang tanah juga menjadi petunjuk utama bagi petani untuk memanen kacang tanah. Bibit yang dipakai petani di lokasi penelitian adalah bibit varietas lokal yang memiliki usia panen 3,5 – 4 bulan.

g. Pencucian dan Penjemuran

Kegiatan pasca panen yang dilakukan oleh petani adalah pencucian polong kacang tanah yaitu setelah kacang tanah dipanen, dilepaskan dari batangnya, kemudian dicuci dengan menggunakan keranjang bakul, kemudian dijemur. Kegiatan penjemuran pertama sekali dilakukan langsung dibawah terik matahari, kemudian di jemur di atas (langit-langit) rumah petani hingga kering, kemudian setelah sekitar 3 hari kacang tanah dimasukkan ke dalam goni lalu kacang tanah siap dijual. Kacang tanah yang siap dijual diangkut oleh pedagang pengumpul dengan tingkat harga per kaleng sama.

4.2.3 Proses Pembuatan Kacang Sihobuk

Pembuatan Kacang Sihobuk dilakukan dengan cara sederhana, antara lain: a. Tahap Penyortiran Pertama

(45)

atau dari supplier adalah kacang tanah yang sudah dicuci dan dikeringkan. Pada tahap ini, penyortiran dilakukan untuk membuang kacang tanah yang kosong.

b. Tahap Perendaman

Kacang tanah yang sudah disortir kemudian direndam selama + 12 jam. Biasanya perendaman dilakukan pada pukul 18.00 WIB. Kemudian keesokan harinya pada akan dilakukan penggongsengan pada pukul 05.00 WIB atau 06.00 WIB. Tujuan perendaman ini adalah untuk mendapatkan rasa yang tidak tawar pada kacang garing. Sehingga setelah dilakukan perendaman dengan waktu yang tepat, kacang garing akan mendapatkan rasa asin dan manis.

c. Tahap Penggongsengan

(46)

d. Tahap Penyortiran Kedua

Kemudian kacang yang sudah digongseng kemudian disortir kembali. Kacang yang memiliki cacat disingkirkan, sehingga kacang yang akan dikepak nantinya benar-benar merupakan kacang yang bagus.

e. Tahap Pengepakan

Kacang yang baik yang dipilih kemudian dimasukkan ke dalam kemasan transparan yang telah dimasukkan label kacang Sihobuk dengan ukuran ¼ kg, ½ kg, 1 kg, dan bahkan ada yang dijual dalam kaleng. Sedangkan yang kurang baik dikupas dan dijual dalam bentuk kacang tanpa kulit.

4.2.4 Pemasaran Kacang Sihobuk

Kacang Sihobuk umumnya dipasarkan dengan mendirikan outlet di depan rumah dan menjejerkan produk kacang Sihobuk tersebut di papan yang telah dibentuk menyerupai anak tangga. Secara umum, konsumen kacang Sihobuk adalah para wisatawan (traveler), perantau yang kembali ke kampung halaman dan masyarakat sekitar yang membeli kacang Sihobuk sebagai oleh-oleh pada saat akan bepergian keluar daerah.

Lokasi pemasaran Kacang Sihobuk sebagian besar berada di lingkungan strategis yaitu dengan memanfaatkan jalan lintas Sumatera dan dekat dengan berbagai objek wisata.

(47)

setiap rumah menjejerkan outlet-outlet kacang Sihobuk untuk memudahkan dan menarik minat beli pengunjung pemandian. Pada objek wisata rohani Salib Kasih, pemasar memasarkan kacang Sihobuknya di kaki bukit. Sehingga akan mudah menarik minat beli pengunjung yang membeli kacang Sihobuk untuk dikonsumsi sebagai cemilan pada saat sedang mendaki atau dikonsumsi di puncak. Untuk objek wisata Huta Ginjang Muara, kacang Sihobuk dipasarkan disekitar perumahan menuju Huta Ginjang dan bahkan ada pedagang yang menjajakan langsung dengan membawa kacang Sihobuk dalam tas besar dan menawarkannya kepada pengunjung yang sedang duduk bersantai menikmati pemandangan Danau Toba.

Selain dengan memanfaatkan objek wisata, pemasaran kacang Sihobuk juga dilakukan di loket-loket bus dan SPBU karena dapat menarik minat beli konsumen lebih banyak terutama bagi konsumen yang akan bepergian atau yang sedang dalam perjalanan.

4.3 Karakteristik Sampel dalam Penelitian

(48)

1. Jenis Kelamin Responden

Persentasi responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 52% dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 48%..

Gambar 2. Diagram Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin(%)

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

2. Usia Responden

Persentasi responden yang berusia pada rentang 16-20 tahun sebanyak 2%, usia 21-25 tahun sebanyak 36%, usia 26-30 tahun sebanyak 26%, usia 31-35 tahun sebanyak 12%, usia 36-40 tahun sebanyak 12%, usia 41-48 tahun sebanyak 8%, usia 49-54 tahun sebanyak 2% dan usia ≥55 tahun sebanyak 2%.

Gambar 3. Diagram Responden Berdasarkan Usia (%)

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

(49)

3. Pendidikan Terakhir

Berdasarkan penelitian, diperoleh persentasi responden dengan pendidikan akhir SD/SMP sebanyak 2% dari total responden, responden dengan pendidikan akhir SMA/SMK sebanyak 32%, responden dengan pendidikan akhir Diploma/Akademik sebanyak 14%, responden dengan pendidikan akhir S1 sebanyak 46% dan responden dengan pendidikan akhir S2/S3 sebanyak 5%.

Gambar 4. Diagram Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir (%)

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

4. Status

Berdasarkan penelitian, diperoleh persentasi responden yang berstatus pelajar/ mahasiswa sebanyak 18%, persentasi responden yang berstatus wirausaha sebanyak 10%, persentasi responden yang berstatus ibu rumah tangga sebanyak 4%, persentasi responden yang berstatus pegawai swasta sebanyak 42%, persentasi responden yang berstatus pegawai negeri sebanyak 8%, persentasi responden yang berstatus petani sebanyak orang

2%

32%

14% 46%

6%

Pendidikan Terakhir

SD/SMP SMA/SMK

Diploma/Akademi S1

(50)

6%, persentasi responden yang berstatus pedagang 6%, dan persentasi responden yang belum bekerja sebanyak 6%.

Gambar 5. Diagram Responden Berdasarkan Status Pekerjaan (%)

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

5. Total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kacang Sihobuk (setiap pembelian):

Berdasarkan penelitian, diperoleh persentasi responden yang mengeluarkan biaya sebanyak <Rp.50.000 untuk pembelian kacang Sihobuk sebanyak 40%, persentasi responden yang mengeluarkan biaya sebanyak Rp.50.000 – Rp.100.000 untuk pembelian kacang Sihobuk sebanyak 44%, persentasi responden yang mengeluarkan biaya sebanyak Rp.100.000-Rp.200.000 untuk pembelian kacang Sihobuk sebanyak 14%, persentasi responden yang mengeluarkan biaya > Rp.200.000 untuk pembelian kacang Sihobuk sebanyak 2%.

18%

10%

4% 42%

8%

6% 6%

6%

Status Pekerjaan

Pelajar/Mahasiswa Wirausaha

Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Pegawai Negeri Petani

(51)

Gambar 6. Diagram Responden Berdasarkan Total Biaya yang dikeluarkan seiap pembelian(%)

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

6. Alasan Pembelian Kacang Sihobuk

Berdasarkan penelitian, diperoleh persentasi responden yang melakukan pembelian kacang Sihobuk untuk dikonsumsi langsung sebanyak 24%, persentasi responden yang melakukan pembelian kacang Sihobuk untuk oleh-oleh sebanyak 28%, persentasi responden yang melakukan pembelian kacang Sihobuk untuk konsumsi langsung dan untuk oleh-oleh sebanyak 46%, dan persentasi responden yang melakukan pembelian kacang Sihobuk untuk dijual kembali sebanyak 2%.

Gambar 7. Diagram Responden Berdasarkan Alasan Responden Melakukan Pembelian(%)

Sumber: Analisis Data Primer, 2015 40% 44%

14% 2%

Total biaya yang dikeluarkan setiap pembelian

(52)

7. Rata-Rata Pendapatan konsumen per bulan

Berdasarkan penelitian, diperoleh persentasi responden yang memiliki pendapatan rata-rata <Rp. 500.000 per bulan sebanyak 10%%, persentasi responden yang memiliki pendapatan rata-rata Rp. 500.000- Rp. 1.000.000 per bulan sebanyak 28%, persentasi responden yang memiliki pendapatan rata-rata Rp. 1.000.000- Rp. 2.000.000 per bulan sebanyak 34% dan persentasi responden yang memiliki pendapatan rata-rata >Rp. 2.000.000 per bulan sebanyak 10%.

Gambar 8. Diagram Responden Berdasarkan Rata-rata Pendapatan per bulan (%)

Sumber: Analisis Data Primer, 2015 10,00%

28%

34,00% 28%

Rata-rata Pendapatan per bulan

<Rp. 500.000

(53)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Nilai kegunaan merupakan setiap pendapat responden yang dinyatakan dengan angka dan menjadi dasar dalam analisis konjoin (Santoso, 2010). Pada penelitian analisis preferensi konsumen ini dengan metode konjoin, menghasilkan nilai kegunaan yang menggambarkan penilaian konsumen terhadap setiap level atribut dengan angka positif dan negatif yang menunjukkan tingkat preferensi konsumen. Nilai positif dan yang paling besar menunjukkan level atribut yang disukai konsumen, dan yang bernilai negatif tidak banyak disukai konsumen.

Berikut ini hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan proses analisis conjoint. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat dari overall statistics pada SPSS.

Tabel 5.1 Hasil Analisis Conjoint pada kacang Sihobuk

Overall Statistics

Utilities

Utility Estimate

Std. Error

Rasa Manis asin .171 .031

Manis .076 .031

Asin -.154 .031

Tawar -.094 .031

Berat per kemasan

6 kiloan -.214 .031

1 kiloan .096 .031

1/2 kiloan .121 .031

(54)

Lanjutan Tabel 5.1 Hasil Analisis Conjoint pada kacang Sihobuk

Menarik dan spesifik .176 .018

Sederhana -.176 .018

Sumber: Lampiran 4

Selain hasil analisis conjoint untuk melihat kombinasi level atribut kacang Sihobuk yang menjadi preferensi konsumen seperti tabel 5.1, di bawah ini juga ditampilkan hasil dari nilai korelasi pada proses conjoint terhadap kacang Sihobuk. Nilai korelasi digunakan untuk mengetahui tingkat keakuratan prediksi pada proses conjoint.

Tabel 5.2 Nilai Korelasi Hasil Analisis Conjoin

Correlationsa

Value Sig.

Pearson's R .999 .000

Kendall's tau .967 .000

Kendall's tau for Holdouts 1.000 .021 a. Correlations between observed and estimated preferences

(55)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Preferensi Konsumen terhadap Kombinasi Kacang Sihobuk

Kacang Sihobuk yang menjadi preferensi konsumen dapat dilihat dari nilai kegunaan (utility values) yang paling besar diantara level / taraf pada masing – masing atribut. Berdasarkan hasil penelitian kacang Sihobuk yang disukai oleh konsumen yaitu ditinjau dari :

1. Rasa

Rasa kacang Sihobuk pilihan konsumen ialah kacang Sihobuk dengan rasa manis asin. Hasil ini dapat dilihat di tabel 5.1 dimana pada atribut kacang Sihobuk, taraf rasa manis memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar positif diantara taraf yang lain yaitu sebesar 0,171. Alasan konsumen menyukai rasa manis asin adalah karena rasa manis asin terlalu dominan manis atau asin dan merupakan rasa khas yang dimiliki kacang Sihobuk. Berikut ini grafik nilai kegunaan atribut rasa pada analisis conjoint :

Gambar 8. Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Rasa

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

Taraf manis memiliki nilai kegunaan sebesar 0.076. Sementara taraf asin dan tawar masing-masing sebesar -0.154 dan -0.094.

manis

asin manis asin tawar Utility 0,171 0,076 -0,154 -0,094

-0,2 -0,1 0 0,1 0,2

Rasa

(56)

2. Berat per kemasan

Berat per kemasan kacang Sihobuk yang menjadi pilihan konsumen ialah kacang Sihobuk dengan berat ½ kiloan. Hasil ini dapat dilihat di tabel 5.1 dimana pada atribut berat per kemasan, taraf ½ kiloan memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar diantara taraf yang lain yaitu sebesar 0,121. Kesukaan konsumen pada taraf berat ½ kiloan ini dipengaruhi oleh alasan sebagian besar konsumen yang melakukan pembelian kacang Sihobuk untuk dibawa sebagai oleh-oleh. Menurut konsumen perantau, oleh-oleh dengan berat ½ kiloan per kemasan merupakan ukuran yang paling tepat untuk dibeli dalam jumlah banyak dan dibagikan kepada rekan-rekan yang berada di daerah perantauan. Berikut ini grafik nilai kegunaan atribut berat per kemasan pada analisis conjoint :

Gambar 9. Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Berat per kemasan

Sumber: Analisis Data Primer,2015

3. Harga per kemasan

Harga per kemasan kacang Sihobuk yang menjadi pilihan konsumen ialah kacang Sihobuk dengan harga per kemasan Rp.10.000- Rp.18.000. Hasil tersebut dapat dilihat di tabel 5.1 dimana harga per kemasan Rp.10.000- Rp.18.000 memiliki Utility -0,214 0,096 0,121 -0,004

(57)

nilai kegunaan terbesar diantara taraf harga per kemasan yang lain yaitu dengan nilai sebesar 0,106. Kesukaan konsumen pada taraf harga Rp. 10.000- Rp.18.000 ini dipengaruhi oleh tingkat rata-rata pendapatan konsumen yang masih tergolong menengah. Selain itu, pemilihan konsumen pada taraf ini dipengaruhi oleh berat per kemasan yang dibutuhkan konsumen, yaitu berat ½ kiloan per kemasan. Berikut ini grafik nilai kegunaan atribut harga per kemasan kacang Sihobuk pada analisis conjoint :

Gambar 10. Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Harga per kemasan

Sumber: Analisis Data Primer,2015

4.Tampilan Kacang

Tampilan kacang Sihobuk yang menjadi pilihan konsumen ialah tampilan kacang Sihobuk dengan kulit. Hasil ini dapat dilihat di tabel 5.1 dimana pada atribut tampilan kacang, taraf dengan kulit memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar diantara taraf yang lain yaitu sebesar 0,221. Kesukaan konsumen pada taraf tampilan kacang dengan kulit ini dipengaruhi oleh jaminan kebersihan kacang Sihobuk dengan kulit. Berdasarkan penelitian, konsumen yang memilih

Rp.5.000-Utility 0,046 0,106 0,031 -0,184

(58)

kacang Sihobuk dengan kulit umumnya belum yakin dengan kebersihan kacang tanpa kulit. Berikut ini grafik nilai kegunaan atribut tampilan kacang pada analisis conjoint :

Gambar 11. Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Tampilan Kacang

Sumber: Analisis Data Primer,2015

5. Desain Kemasan

Desain Kemasan kacang Sihobuk yang menjadi pilihan konsumen ialah kacang Sihobuk dengan desain yang menarik dan spesifik. Hasil ini dapat dilihat di tabel 5.1 dimana pada atribut desain kemasan, taraf menarik dan spesifik memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar diantara taraf yang lain yaitu sebesar 0,176. Kesukaan konsumen pada taraf desain kemasan menarik dan spesifik dipengaruhi oleh keinginan konsumen agar produsen berinovasi dan keinginan konsumen untk mendapatkan informasi mengenai kacang Sihobuk. Desain kemasan kacang Sihobuk yang diinginkan konsumen yaitu desain kekhasan Tapanuli seperti gambar rumah batak, gorga atau ulos dan terdapat komposisi kacang Sihobuk, nomor izin Depkes, tanggal pembuatan, tanggal kedaluarsa, kandungan gizi dan

(59)

berat bersih. Berikut ini grafik nilai kegunaan atribut desain kemasan pada analisis conjoint :

Gambar 12. Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Desain Kemasan

Sumber: Analisis Data Primer,2015

6. Layanan Tambahan dalam Penjualan

Layanan tambahan dalam penjualan yang menjadi pilihan konsumen ialah tersedianya parkiran, toilet dan minuman olahan seperti kopi dan teh. Hasil ini dapat dilihat di tabel 5.1, dimana pada atribut layanan tambahan dalam penjualan, taraf tersedianya parkiran, toilet dan minuman olahan memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar diantara taraf yang lain yaitu sebesar 0,060. Kesukaan konsumen pada taraf ini disebabkan oleh layanan tambahan yang diberikan lebih lengkap karena mencakup 2 taraf lainnya dan memang sangat dibutuhkan konsumen yang sebagian besar merupakan pengunjung yang sedang dalam perjalanan . Berikut ini grafik nilai kegunaan atribut layanan tambahan dalam penjualan pada analisis conjoint :

Menarik dan

Spesifik Sederhana

Utility 0,176 -0,176

-0,2 -0,1 0 0,1 0,2

De

sain

K

em

asan

(60)

Gambar 13. Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Layanan Tambahan Dalam Penjualan

Sumber: Analisis Data Primer,2015

7. Aroma Khas

Aroma Khas kacang Sihobuk yang menjadi pilihan konsumen ialah kacang Sihobuk dengan aroma khas yang kuat. Hasil ini dapat dilihat di tabel 5.1, dimana pada atribut aroma khas, taraf kuat memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar diantara taraf yang lain yaitu sebesar 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen cenderung menyukai bau khas gosong yang dihasilkan pada saat penyangraian dan bau tanah kacang setelah disangrai. Berikut ini grafik nilai kegunaan atribut aroma khas pada analisis conjoint :

Gambar 14. Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Aroma Khas

(61)

Dari nilai utilitas keseluruhan untuk level atribut ini didapatkan kombinasi produk kacang Sihobuk terbaik adalah produk dengan urutan level dan atribut sebagai berikut:

 rasa manis asin,

 berat ½ kiloan per kemasan,

 harga Rp.10.000-Rp.18.000 per kemasan,

 tampilan biji kacang dengan kulit,

 desain kemasan menarik dan spesifik,

 layanan tambahan dalam penjualan yaitu tersedianya parkiran, toilet dan

minuman olahan,

 aroma khas kacang Sihobuk yang kuat.

5.2.2. Urutan Atribut kacang Sihobuk menurut Preferensi Konsumen

Tingkat kepentingan menunjukkan tingkat preferensi responden terhadap atribut kacang sihobuk. Nilai terbesar menunjukkan tingkat preferensi utama responden terhadap atribut produk tersebut, diikuti oleh nilai yang lebih kecil.

(62)

11,276 %, dan atribut terakhir adalah aroma khas dengan tingkat kepentingan sebesar 10,510 %.

Tabel 5.3 Nilai Kepentingan (importance values) Atribut Kacang Sihobuk

Importance Values

Rasa 17.965

Berat per kemasan 17.082 Harga per kemasan 15.456

Aroma Khas 10.510

Tampilan Kacang 14.841

Desain Kemasan 12.871

LayananTambahan dalam Penjualan

11.275 Averaged Importance Score

Sumber : Lampiran 4

Dari tabel 5.3, atribut rasa, berat per kemasan, dan harga per kemasan merupakan atribut yang paling dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian. Atribut Rasa merupakan atribut yang paling dipertimbangkan konsumen sebelum melakukan pembelian kacang Sihobuk. Rasa merupakan sensasi yang didapatkan oleh alat pegecap pada saat mengonsumsi makanan atau minuman. Kacang Sihobuk merupakan kacang Garing yang memiliki rasa khas yang tahan lama. Rasa khas yang dimiliki ini merupakan rasa yang menjadi kelebihan kacang Sihobuk dan tidak dimiliki produk kacang garing yang lain. Rasa khas ini diperoleh dari proses penggongsengan yang menggunakan pasir,

(63)

seperti berat ½ kiloan dan 1 kiloan. Umumnya konsumen yang mengonsumsi kacang Sihobuk langsung di outlet adalah konsumen yang berkelompok seperti keluarga yang sedang melakukan perjalanan atau kelompok traveler yang sedang singgah untuk beristirahat. Sedangkan untuk konsumen yang melakukan pembelian kacang Sihobuk sebagai oleh-oleh biasanya pembelian dilakukan secara individu dan keluarga. Oleh-oleh biasanya dibeli oleh masyarakat sekitar yang akan melakukan perjalanan keluar daerah, keluarga yang mengunjungi saudara di Tapanuli Utara dan para perantau yang membutuhkan kacang Sihobuk sebagai buah tangan untuk diberikan kepada saudara dan rekan kerja di daerah tujuan. Berat ½ kiloan dan 1 kiloan per kemasan biasanya dibeli beberapa bungkus oleh perantau dan masyarakat sekitar. Berat ini dipilih karena jumlahnya yang paling sesuai dibagikan kepada masing-masing rekan kerja di perantauannya dan daerah tujuannya. Berat per kemasan kelengan/ 6 kiloan biasanya di beli oleh konsumen keluarga/ traveler keluarga yang membeli kacang Sihobuk untuk di konsumsi di perjalanan atau di konsumsi di daerah tujuannya.

(64)

2.3 Tingkat Keakuratan Prediksi Model Hasil Analisis Conjoint

Untuk mengetahui tingkat keakuratan prediksi model hasil analisis conjoint dapat

dilihat melalui nilai korelasi Pearson’s R dan Kendall’s Tau.

Uji Keakuratan (predictive accuracy):

H0 : tidak adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau tidak ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.

H1 : adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.

Sign. < 0,05 maka H0 ditolak

Sign. > 0,05 maka H0 diterima (Santoso, 2012).

Tabel 5.4 Nilai Korelasi Hasil Proses Conjoint

Correlationsa

Value Sig.

Pearson's R .999 .000

Kendall's tau .967 .000 Kendall's tau for

Holdouts

1.000 .021 a. Correlations between observed and estimated preferences

Sumber : Lampiran 4

Pada tabel 5.4, terlihat angka korelasi yang dihasilkan tinggi (mendekati 1) baik

pada nilai korelasi Pearson’s (0.999) maupun Kendall’s Tau (0,967) yang

menunjukkan keakuratan proses konjoin. Berdasarkan nilai signifikansi Pearson’s

dan Kendall’s Tau yang sama – sama bernilai 0.000 dimana 0,000 < 0,05 maka

(65)

conjoint yang bernilai 0,021 dan nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (sign.< 0,05) maka dapat dikatakan bahwa proses conjoint yang menggunakan sampel tersebut bisa selaras jika digunakan pada populasi konsumen kacang Sihobuk. Ini berarti bahwa kacang Sihobuk yang menjadi sampel dapat menggambarkan preferensi konsumen secara keseluruhan (populasi).

Berdasarkan penjelasan tentang nilai korelasi Pearsom’s,dan Kendall’s Tau, maka

(66)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari analisis conjoint yang telah dilakukan mengenai preferensi konsumen pada kacang Sihobuk dapat disimpulkan :

1. Kombinasi kacang Sihobuk yang menjadi preferensi konsumen adalah kacang Sihobuk yang memiliki rasa manis asin, berat ½ kiloan per kemasan, harga Rp.10.000- Rp.18.000 per kemasan, tampilan kacang dengan kulit, desain kemasan yang menarik dan spesifik, layanan tambahan dalam penjualan yaitu tersedianya parkiran, toilet dan minuman olahan serta aroma khas yang kuat.

2. Dalam memilih kacang Sihobuk, atribut yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian yaitu dimulai dari yang terpenting ialah pertama dari rasa, kedua dari berat per kemasan, ketiga dari harga per kemasan, keempat dari tampilan kacang, kelima dari desain kemasan , keenam dari layanan tambahan dalam penjualan dan yang terakhir dari aroma khasnya.

3. Berdasarkan nilai korelasinya dapat diketahui bahwa :

(67)

b. Nilai Korelasi Kendall’s Tau for Holdouts 0,021 (sign < 0,05) dapat dikatakan bahwa proses conjoint yang menggunakan sampel tersebut bisa selaras jika digunakan pada populasi konsumen kacang Sihobuk. Ini berarti bahwa kacang Sihobuk yang menjadi preferensi konsumen sampel dapat menggambarkan preferensi konsumen secara keseluruhan.

6.2. Saran

1. Kepada Pelaku Usaha Kacang Sihobuk

a. Pelaku Usaha Kacang Sihobuk diharapkan dapat memproduksi kacang Sihobuk dan memberikan layanan tambahan yang paling menyerupai preferensi konsumen sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar dan menarik minat konsumen dalam melakukan pembelian. Atribut Rasa, Berat dan Harga merupakan atribut yang paling dipertimbangkan konsumen, sehingga diharapkan pelaku usaha lebih memperhatikan atribut-atribut tersebut.

b. Industri Kacang Sihobuk diharapkan mampu berinovasi dengan mendesain kembali kemasan kacang Sihobuk agar lebih menarik dengan menambahkan desain kekhasan seperti gambar rumah batak dan memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai komposisi, kandungan gizi, tanggal produksi, bahan pembuatan maupun nomor izin Depkes.

(68)

toilet serta menyediakan minuman olahan seperti kopi dan teh kepada pengunjung.

2. Kepada Pemerintah

Pemerintah dalam hal ini Dinas Usaha Kecil dan Menengah dapat membantu pelaku usaha kacang Sihobuk baik melalui pembinaan dan pengarahan terhadap produksi kacang Sihobuk agar sesuai dengan kebutuhan konsumen.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

(69)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kacang Tanah

Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis (Raffi, 2006).

Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai. Kacang asin merupakan makanan ringan dengan bahan baku kacang tanah yang diawetkan dengan garam (Wiryadi, 1981).

2.1.2 Kacang Garing Sihobuk

Kacang garing adalah jenis makanan ringan yang sangat terkenal dan digemari masyarakat. Kacang garing banyak dijajakan di pasar, terminal bus, stasiun kereta api bahkan di toko-toko.

Gambar

Tabel 3.2 Data Stimuli atribut kacang Sihobuk
Tabel 3.3 Acuan Penilaian Preferensi Konsumen
Tabel 3.4 Pemberian Rating pada Stimuli Kacang Sihobuk
Tabel 3.5 Bentuk Hasil Analisis Conjoint pada kacang Sihobuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa WHATS ( Customer Importance Rating ) terdiri dari rasa produk manis, kombinasi mete dan kismis, gambar kemasan

Buah salak yang menjadi preferensi konsumen di pasar tradisional Kota Yogyakarta adalah buah salak yang mempunyai rasa sangat manis, berukuran sedang (15-18

Usia Pendidikan Terakhir Status Pekerjaan Total Biaya Pembelian Kacang Sihobuk Alasan Pembelian Kacang Sihobuk Rata-rata Pendapatan Per bulan. 13 Arondoni

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Uji Cochran Q test faktor yang menjadi preferensi konsumen dalam memilih dan mengkonsumsi fried chicken organik adalah cita rasa,

Menurut Tinaprilla (2007), preferensi konsumen adalah karakteristik atau sikap konsumen terhadap suatu barang untuk menyatakan sikap suka atau tidak suka yang akan

Tingkat preferensi konsumen terhadap pasta mangga podang yang paling disukai konsumen terdapat pada profil 9 dengan kombinasi rasa lebih kuat rasa bahan tambahan, aroma lebih

Tingkat preferensi konsumen terhadap pasta mangga podang yang paling disukai konsumen terdapat pada profil 9 dengan kombinasi rasa lebih kuat rasa bahan tambahan,

Kacang Mede Manis Pedas: Dipertahankan karena kombinasi rasa manis dan pedas pada kacang mede bisa menarik penggemar camilan yang mencari rasa yang unik.. Keripik Buah Naga: