PENGARUH PENEMPATAN ALAT PERAGA KAMPANYE DI TRANSPORTASI UMUM DENGAN PILIHAN PARA PEMILIH DAPIL III
(KECAMATAN MEDAN BARU, MEDAN PETISAH, MEDAN BARAT, MEDAN HELVETIA) DPRD KOTA MEDAN PADA
PEMILIHAN LEGISLATIF 2014
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik
Disusun Oleh:
RUTH SARAH APRILIA HULU 100906079
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
RUTH SARAH APRILIA HULU (100906079)
PENGARUH PENEMPATAN ALAT PERAGA KAMPANYE DI TRANSPORTASI UMUM DENGAN PILIHAN PARA PEMILIH DAPIL III (KECAMATAN MEDAN BARU, MEDAN PETISAH, MEDAN BARAT, MEDAN HELVETIA) DPRD KOTA MEDAN PADA PEMILIHAN LEGISLATIF 2014
ABSTRAK
Perkembangan dalam pelaksanaan kampanye oleh calon legislatif kian berkembang. Salah satunya dengan pemanfaatan transportasi umum sebagai media penempatan alat peraga kampanye, guna menarik perhatian khalayak umum untuk memilih calon kandidat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh dalam penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum terhadap pilihan para pemilih masyarakat DAPIL III. Walaupun tercatat DPT pada Dapil ini tidak sebanyak dapil lainnya, tetapi kecamatan pada Kecamatan Medan Petisah yang menjadi bagian dari Dapil III termasuk dalam kecamatan yang dipenuhi banyaknya aktifitas di Kota Medan, dengan transportasi umum di lalu lintas juga menjadi faktor utama ramainya aktifitas pada daerah ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat Peraga Kampanye dan Perilaku Pemilih.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Daerah Pemilihan III yaitu sebanyak 293.927 jiwa. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan selang kepercayaan 90% maka diperoleh sampel sebanyak 100 orang. Lokasi penelitian di DAPIL III (Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Helvetia). Sementara teknik penarikan sampel menggunakan Multistage Random Sampling. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Ada 2 (dua) variabel yang dikaji dalam penelitian ini yaitu Alat Peraga Kampanye (X), dan Perilaku Pemilih (Y). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data diolah menggunakan alat bantu (Statistic Package and Social
Science) 20.0 for windows.
Adapun uji hipotesis menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Product Moment Pearson melalui program SPSS 20.0, diperoleh hasil r = 0,419 dengan signifikansi 0,000. Untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X dan Y digunakan R2 sebesar 17,6%, itu artinya pengaruh alat peraga kampanye terhadap perilaku pemilih masyarakat sisanya 82,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Karena nilai sig(2-tailed) ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
RUTH SARAH APRILIA HULU (100906079)
THE INFLUENCE OF PLACEMENT ELECTION’S MODELS ON PUBLIC TRANSPORTATION WITH VOTERS OF DAPIL III’S PREFERENCE ( MEDAN BARU DISTRICT, MEDAN PETISAH, MEDAN BARAT, MEDAN HELVETIA) AT LEGISLATIVE ELECTION 2014.
ABSTRACT
Developments in the implementation of campaigns by candidates growing. One of them is the use of public transport as a media placement campaign props, in order to attract the attention of the public to vote for the candidate. This study aims to find out is there any influence on the placement of props on public transport campaign against voters' choices of society DAPIL III. Although listed in the electoral district DPT is not as much as other constituencies, but sub-districts in the district of Medan Petisah become part of the electoral district III included in the district that met the many activities in the city of Medan, with public transport in traffic is also a major factor of hectic activity in this area. The theory used in this study is the Campaign Models and Voter Behavior.
The population in this study was a community Electoral District III as many as 293 927 people. To calculate the number of samples used Taro Yamane formula with 10% precision and 90% confidence interval of the obtained sample of 100 people. Location research in dapil III (District of Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Helvetia). While sampling technique using Multistage Random Sampling. The method used in this study is the correlation method. There are 2 (two) variables examined in this study, namely Campaign Models (X), and Voter Behavior (Y). Data collection tool used in this study was a questionnaire. The data were processed using tools (Statistics Package and Social Science) 20.0 for Windows.
The hypothesis test using the correlation coefficient formula governance levels by Pearson Product Moment by SPSS 20.0, the result r = 0.419 with a significance of 0.000. To determine the effect of the power of the variables X and Y are used R2 of 17.6%, it means that the influence of props campaign against public voting behavior of the remaining 82.4% is influenced by other variables not examined in this study. Because of significant (two-tailed) was smaller than the
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karuniaNya penulis diberikan kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan
studi ini berupa penulisan Skripsi dari hasil penelitian yang dikerjakan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemenn Ilmu
Politik dan kepada bapak Drs. P. Antonius Sitepu selaku Sekretaris Departemen
Ilmu Politik. Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak
Drs. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan berupa masukan dan kritik yang membangun.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dekan Prof. Dr.
Badaruddin M.Si sertra seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Politik
yang telah banyak membantu penulis selama menjalani masa perkulian di
Departemen Ilmu Politik.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga Penulis ucapkan kepada
Masyarakat Daerah Pemilihan III sebagai responden dalam penelitian, kepada
Komisi Pemilihan Umum Kota Medan karena telah membantu penelitian sehingga
penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah ini.
Kepada keluarga tercinta yang menjadi alasan utama penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini, tanpa mereka penulis tidak akan bisa menyelesaikan
masa studi di Ilmu Politik dan menyesaikan skripsi ini. Kepada Ayah, Willem
Nibezaro Hulu, terimakasih telah menjadi panutan dan tokoh yang selalu menjadi
inspirasi bagi penulis. Ibunda tercinta, Ibu Panchawaty Sianturi terimakasih telah
bersandar. Aku selalu bersyukur terlahir sebagai putri kalian. Kepada
kakak-kakakku Grace Noviati Hulu dan Wilda Febrika Hulu, terimakasih untuk segala
bantuan yang kalian berikan disaat-saat tersulit penulis.
Untuk teman-teman seperjuangan di Ilmu Politik angkatan 2010, Sarah,
Albet, Frans, Nisa, Samuel, Juwita. Dan teman-teman dari UKM Marching Band
USU, Wilter, Lisa, Fikri, yang bersedia membantu dalam pengerjaan karya ilmiah
ini. Dengan adanya semangat yang kalian berikan setiap waktu, karya ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih teman-teman.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan. Tetapi dengan segala kekurangannya penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2015
Ruth Sarah A.Hulu
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Persetujuan ... iv
Lembar Persembahan ... v
Kata Pengantar ... vi
Daftar Isi ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Kerangka Teori ... 12
E.1. Alat Peraga Kampanye ... 12
E.1.1 Penempatan Alat Peraga Kampanye ... 14
E.1.2 Jenis Alat Peraga Kampanye ... 16
E.1.3 Isi/Pesan ... 18
E.1.4 Potensi Alat Peraga Kampanye sebagai Media Luar Ruang ... 19
E.2. Perilaku Pemilih ... 22
E.2.1. Kategori Pemilih ... 23
1. Pemilih Rasional ... 23
2. Pemilih Kritis ... 25
4. Pemilih Skeptis ... 27
F. Hipotesis ... 28
G. Kerangka Konseptual ... 29
H. Defenisi Konsep ... 30
I. Defenisi Operasional ... 32
J. Metode Penelitian ... 34
J.1 Jenis Penelitian ... 34
J.2 Jenis Penelitian ... 35
J.3 Populasi dan Sampling ... 35
J.3.1 Populasi... 35
J.3.2 Sampling ... 35
J.4 Sumber Data ... 41
J.5 Teknik Pengumpulan Data ... 41
J.6 Teknik Pengukuran Skor ... 42
J.7 Teknik Analisis Data ... 43
J.7.1 Uji Validitas ... 43
J.7.2 Uji Reliabilitas ... 45
J.7.3 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 47
J.7.4 Uji Hipotesis ... 47
K. Sistematika Penulisan ... 50
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Pemilihan III (Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat dan Medan Helvetia) ... 51
A.1 Kecamatan Medan Baru ... 51
A.2 Kecamatan Medan Petisah ... 53
A.3 Kecamatan Medan Barat ... 55
A.4 Kecamatan Medan Helvetia ... 57
B. Calon Legislatif Daerah Pemilihan III per Kecamatan ... 59
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 63
B. Identitas Responden ... 65
C. Variabel (X) Alat Peraga Kampanye (APK) ... 69
D. Variabel (Y) Perilaku Pemilih ... 78
D.1 Pemilih Rasional ... 79
D.2 Pemilih Kritis ... 80
D.3 Pemilih Tradisional ... 82
D.4 Pemilih Skeptis ... 84
E. Koefisien Regresi Liniear Sederhana ... 87
F. Uji Hipotesis ... 88
F.1 Uji Signifikasnsi Parsial (Uji T) ... 88
F.2 Analisis Koefisien Korelasi ... 90
F.3 Koefisien Determinasi ... 91
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 94
B. Implikasi Teori ... 97
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
RUTH SARAH APRILIA HULU (100906079)
PENGARUH PENEMPATAN ALAT PERAGA KAMPANYE DI TRANSPORTASI UMUM DENGAN PILIHAN PARA PEMILIH DAPIL III (KECAMATAN MEDAN BARU, MEDAN PETISAH, MEDAN BARAT, MEDAN HELVETIA) DPRD KOTA MEDAN PADA PEMILIHAN LEGISLATIF 2014
ABSTRAK
Perkembangan dalam pelaksanaan kampanye oleh calon legislatif kian berkembang. Salah satunya dengan pemanfaatan transportasi umum sebagai media penempatan alat peraga kampanye, guna menarik perhatian khalayak umum untuk memilih calon kandidat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh dalam penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum terhadap pilihan para pemilih masyarakat DAPIL III. Walaupun tercatat DPT pada Dapil ini tidak sebanyak dapil lainnya, tetapi kecamatan pada Kecamatan Medan Petisah yang menjadi bagian dari Dapil III termasuk dalam kecamatan yang dipenuhi banyaknya aktifitas di Kota Medan, dengan transportasi umum di lalu lintas juga menjadi faktor utama ramainya aktifitas pada daerah ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat Peraga Kampanye dan Perilaku Pemilih.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Daerah Pemilihan III yaitu sebanyak 293.927 jiwa. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan selang kepercayaan 90% maka diperoleh sampel sebanyak 100 orang. Lokasi penelitian di DAPIL III (Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Helvetia). Sementara teknik penarikan sampel menggunakan Multistage Random Sampling. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Ada 2 (dua) variabel yang dikaji dalam penelitian ini yaitu Alat Peraga Kampanye (X), dan Perilaku Pemilih (Y). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data diolah menggunakan alat bantu (Statistic Package and Social
Science) 20.0 for windows.
Adapun uji hipotesis menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Product Moment Pearson melalui program SPSS 20.0, diperoleh hasil r = 0,419 dengan signifikansi 0,000. Untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X dan Y digunakan R2 sebesar 17,6%, itu artinya pengaruh alat peraga kampanye terhadap perilaku pemilih masyarakat sisanya 82,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Karena nilai sig(2-tailed) ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
RUTH SARAH APRILIA HULU (100906079)
THE INFLUENCE OF PLACEMENT ELECTION’S MODELS ON PUBLIC TRANSPORTATION WITH VOTERS OF DAPIL III’S PREFERENCE ( MEDAN BARU DISTRICT, MEDAN PETISAH, MEDAN BARAT, MEDAN HELVETIA) AT LEGISLATIVE ELECTION 2014.
ABSTRACT
Developments in the implementation of campaigns by candidates growing. One of them is the use of public transport as a media placement campaign props, in order to attract the attention of the public to vote for the candidate. This study aims to find out is there any influence on the placement of props on public transport campaign against voters' choices of society DAPIL III. Although listed in the electoral district DPT is not as much as other constituencies, but sub-districts in the district of Medan Petisah become part of the electoral district III included in the district that met the many activities in the city of Medan, with public transport in traffic is also a major factor of hectic activity in this area. The theory used in this study is the Campaign Models and Voter Behavior.
The population in this study was a community Electoral District III as many as 293 927 people. To calculate the number of samples used Taro Yamane formula with 10% precision and 90% confidence interval of the obtained sample of 100 people. Location research in dapil III (District of Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Helvetia). While sampling technique using Multistage Random Sampling. The method used in this study is the correlation method. There are 2 (two) variables examined in this study, namely Campaign Models (X), and Voter Behavior (Y). Data collection tool used in this study was a questionnaire. The data were processed using tools (Statistics Package and Social Science) 20.0 for Windows.
The hypothesis test using the correlation coefficient formula governance levels by Pearson Product Moment by SPSS 20.0, the result r = 0.419 with a significance of 0.000. To determine the effect of the power of the variables X and Y are used R2 of 17.6%, it means that the influence of props campaign against public voting behavior of the remaining 82.4% is influenced by other variables not examined in this study. Because of significant (two-tailed) was smaller than the
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilihan presiden pada tahun
2004 merupakan tonggak sejarah politik penting dalam sejarah politik
Indonesia modern karena terpilihnya presiden dan wakil presiden didahului
oleh terpilihnya anggota-anggota DPR, DPD (Dewan Perwakilan Daerah),
dan DPRD telah menuntaskan demokratisasi di bidang lembaga-lembaga
politik di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa demokratisasi telah berhasil
membentuk pemerintah Indonesia yang demokratis karena nilai-nilai
demokrasi yang penting telah diterapkan melalui pelaksanaan peraturan
perundangan mulai dari UUD 1945.1
Pemilihan legislatif menjadi sarana bagi rakyat Indonesia untuk
menentukan calon-calon pemimpin dalam DPD, DPR, dan DPRD. Dalam
Pemilu legislatif maupun presiden, masyarakat tidak hanya terlibat dalam
memilih dengan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), tetapi
merasakan proses yang terjadi menjelang dilaksanakan pemilu. Proses
tersebut adalah kampanye politik yang secara langsung maupun tidak
langsung direalisasikan kepada masyarakat oleh calon legislatif. Dalam
pelaksanaannya, kampanye melibatkan peran serta dari tim dan anggota
yang telah terbentuk didalam partai maupun dari calon legislatif sendiri.
Sebelum kampanye dijalankan, para juru kampanye dari para calon
legislatif dan partai pengusungnya memiliki strategi yang dibentuk sebagai
1
acuan dalam kegiatan kampanye. Strategi kampanye yang sudah
ditetapkan,akan dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung
kepada publik dalam bentuk yang beragam seperti tulisan, simbol-simbol
atau gambar, seminar, sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan oleh juru
kampanye.
Kampanye merupakan kegiatan mempersuasi pemilih dengan
membangun citra positif dengan tujuan mendapatkan kepercayaan dimata
pemilih. Proses kampanye yang telah dirancang secara bertahap dan
berkelanjutan kemudian dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan
tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan.Segala
kegiatan atau tindakan kampanye dilandasi oleh sifat persuasi seperti
mengajak publik untuk menerima sesuatu atas dasar sukarela.
Menurut Peraturan KPU No. 15 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum anggota DPR, DPD, dan DPD,
Kampanye Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemiluuntuk meyakinkan para
pemilih denganmenawarkan visi, misi, dan program Peserta Pemilu. Dalam
menjelang pemilu legislatif 2014, kampanye telah dilaksanakan oleh para
calon legislatif selama tahapan kampanye yang telah ditetapkan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Salah satu metode kampanye yang digunakan oleh
calon legislatif adalah pemasangan alat peraga. Alat peraga yang dimaksud
dalam kampanye pemilu ialah semua benda ataubentuk lain yang memuat
keperluan Kampanye Pemilu yang bertujuan mengajak orang memilih
Peserta Pemilu dan/ataucalon anggota DPR, DPD dan DPRD tertentu.2
Sebelum adanya pelaksanaan pemungutan suara, calon legislatif diberi
kesempatan untuk mempromosikan diri mereka yaitu dengan kampanye.
Kampanye ialah momentum bagi seorang calon legislatif atau partai politik untuk
mendapatkan hati masyarakat. Tidak hanya berkampanye secara langsung dengan
komunikasi ke masyarakat tetapi kampanye juga memerlukan saluran untuk
menyampaikan pesan secara lebih meluas. Penggunaan alat peraga kampanye
menjadi media yang dapat menjangkau konstituen ke dalam wilayah yang lebih
luas.
Alat peraga kampanye ialah kategori benda yang juga ditempatkan pada
luar ruangan.Media luar ruang merupakan media yang ditempatkan pada
tempat-tempat yang ramai khalayak dan dapat dilihat orang banyak. Bentuk-bentuk media
luar ruang sendiri antara lain: papan reklame (billboard), spanduk, baliho, iklan
bus atau kereta api, electronic board, bendera, umbul-umbul, balon dan iklan
pohon.3
2
Lihat dalam Peraturan KPU No.15 Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan kampanye anggota DPR,DPD,dan DPRD pasal 1 no.22.
Seiring berkembangnya kegiatan berkampanye, pemanfaatan media lain
juga digunakan oleh calon legislatif atau partai politik. Alternatif lain ini kian
bertambah yaitu penempatan alat peraga kampanye pada transportasi umum.
Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum No.15 Tahun 2013, menyatakan alat
peraga kampanye yang digunakan calon legislatif hanya berupa spanduk tidak
diperbolehkan dalam bentuk lainnya, hanya satu unit pada satu zona wilayah
kampanye yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum bersama dengan
Pemerintah Daerah. Alat peraga juga tidak diperbolehkan ditempatkan pada
3
tempat ibadah, rumah sakit ataupun tempat pelayanan kesehatan, gedung
pemerintahan, lembaga pendidikan, jalan-jalan protokol, jalan bebas hambatan,
sarana dan prasarana publik, taman dan pepohonan. Dengan hal ini, kampanye
media luar ruang seperti menggunakan transpotasi umum tidak menjadi halangan
bagi para kandidat untuk mempromosikan diri karena tidak melanggar aturan
KPU tentang pembatasan alat peraga kampanye.
Pada dasarnya, transportasi umum merupakan suatu sarana untuk
menjangkau tempat yang akan dituju penggunanya. Transportasi umum adalah
seluruh alat transportasi di mana penumpang tidak berpergian menggunakan
kendaraannya sendiri.4 Pengertian angkutan dalam Keputusan Menteri
Perhubungan No. KM.35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di
Jalan dengan Kendaraan Umum adalah angkutan dari pemindahan orang dan/atau
barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.
Keberadaan angkutan umum bertujuan untuk menyelenggarakan angkutan yang
baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan
yang aman, nyaman, cepat dan murah.5
Masyarakat Kota Medan banyak menggunakan angkutan umum roda 4 dan
becak bermotor sebagai alat transportasi untuk berpergian, selain biaya yang
tergolong murah angkutan umum mudah didapatkan masyarakat. Dengan Transportasi umum termasuk angkutan
umum, kereta, bis, becak bermotor.Transportasi umum dipakai oleh masyarakat
dari berbagai unsur kalangan, baik dari kalangan menengah kebawah sampai
kalangan menengah keatas.
4
Dapat dilihat
pukul 12.10 WIB
5
Dapat dilihat d
angkutan umum yang memiliki banyak rute serta nomor tiap kendaraannya
membuat masyarakat mudah mendapat angkutan ini walaupun harus berdesakkan
di dalam angkutan umum ini. Berbeda dengan becak bermotor, kendaraan khas
Kota Medan ini hanya bisa dinaiki oleh 2-3 orang penumpang saja. Becak
bermotor juga mudah dijangkau karena dapat ditemukan tidak hanya dijalan raya,
jalan kecil seperti gang pada rumah dapat ditempuh oleh transportasi umum ini.
Banyaknya penggunaan alat transportasi umum oleh masyarakat kota
Medan, menjadikan alat transportasi tersebut sebagai salah satu media
penyampaian informasi yang ditempel agar dapat dengan mudah diketahui oleh
masyarakat. Informasi tersebut dapat berupa iklan, lowongan kerja, acara, juga
pemasangan alat peraga kampanye baik dari pihak partai politik maupun calon
legislatif pada saat penyelenggaraan pemilu. Menjelang pemilihan umum
legislatif, terutama pemilu legislatif Kota Medan 2014 banyak sekali ditemukan
pemasangan alat peraga kampanye pada transportasi umum berupa spanduk di
becak bermotor juga sticker yang ditempel pada angkutan umum oleh calon
legislatif di daerah pemilihannya.
Pemasangan alat peraga kampanye pada alat transportasi umum juga
banyak di jumpai pada daerah pemilihan III DPRD Kota Medan, mengingat
banyaknya transportasi umum pada daerah tersebut. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan perhatian masyarakat untuk mendapatkan perhatian pemilih.
Masyarakat dapat dengan mudah melihat informasi baik nama calon, partai,
nomor urut atau visi dan misi calon legislatif pada transportasi umum tersebut.
Calon legislatif tidak harus turun dengan mengadakan kampanye langsung¸ karena
dengan melihat alat kampanye yang dipasang di transportasi umum. Pemasangan
alat peraga kampanye oleh calon legislatif yang menggunakan transportasi umum
dengan jumlah yang banyak, dapat berpengaruh terhadap pengenalan diri kepada
masyarakat dan mendapat suara pemenangan di pemilu legislatif.
Keuntungan dapat diperoleh dari kedua pihak antara calon legislatif
peserta pemilu yang memasang alat kampanye dan pemilik transportasi umum
tersebut.Kampanye dengan media ini dapat dikatakan dengan meminimkan biaya
kampanye calon legislatif serta alat kampanye tersebut bergerak tidak hanya
berdiam pada satu zona daerahnya. Kepada pemilik transportasi umum mendapat
keuntungan secara financial, karena sudah pasti pemasangan kampanye tersebut
memakai biaya.
Adapun jumlah calon legislatif DPRD Kota Medan pada tiap partai di
Dapil III yaitu Nasdem (8), PKB (8), PKS (8), PDIP (7), Golkar (8), Gerindra (7),
Demokrat (8), PAN (8), PPP (8), Hanura (8), PBB (8), PKPI (8), total 94 calon
legislatif. Dengan jumlah 8 kursi pada Dapil III untuk duduk di DPRD Kota
Medan. Mengingat wilayah Kota Medan yang terlalu luas, peneliti memilih
wilayah Daerah Pemilihan III (DAPIL III) yang terdiri dari kecamatan Medan
Baru, Medan Petisah, Medan Barat dan Medan Helvetia sebagai sebagai tempat
penelitian.
Dari sudut geografis, kecamatan-kecamatan tesebut tidak jauh dari pusat
kota yang menjadi pusat aktivitas masyarakat Kota Medan. Dapil III termasuk
daerah pemilihan yang terdiri dari beberapa kecamatan yang wilayahnya terletak
di Kota Medan sebagai pusat aktivitas seperti perdagangan, perkantoran,
di Dapil III Kota Medan menggunakan transportasi umum sebagai penempatan
alat peraga kampanye, dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian pemilih.Dari
masing-masing partai terdapat beberapa calon legislatif yang menggunakan
transportasi umum sebagai strategi pengenalan dirinya ke masyarakat.
Dalam tujuannya mempengaruhi konstituen agar dapat berpihak kepada
calon legislatif maka diperlukan instrumen seperti kampanye, untuk mendekatkan
calon legislatif dengan konstituennya. Pemasaran politik yang menjadi roda
instrumen tersebut diterapkan secara matang untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Artinya, pemaksimalan kemenangan pada pemilihan umum
bergantung pada efektifitas dan efisiensi pengaplikasian marketing politik tersebut
sehingga sampai pada tujuannya. Berhasil atau tidaknya pemasaran politik dengan
media luar ruang ini akan berpengaruh pada perilaku memilih masyarakat pada
pemungutan suara tiba. Dalam hal ini penggunaan alat peraga kampanye sebagai
instrument pemasaran politik yang dibuat oleh para calon legislatif DPRD Kota
Medan Dapil III. Maka dengan fenomena tersebut menjadi dasar bagi penulis
untuk meneliti tentang pengaruh penempatan alat peraga kampanye di transportasi
umum oleh calon legislatif Dapil III DPRD Kota Medan pada Pemilihan Legislatif
2014.
B. Rumusan Masalah
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan aturan mengenai
pedoman pelaksaan kampanye yang menjadi instrument penting dalam
Kampanye sudah dimulai oleh peserta pemilu sejak beberapa bulan sebelum
penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan.
Cara yang ditempuh dalam ajang memperkenalkan diri kepada masyarakat
diantaranya dengan pemasangan spanduk, baliho, iklan di media massa, dan
sebagainya. Banyaknya atribut kampanye yang dipasang di berbagai tempat
strategis namun saling menumpuk antar satu sama lain dari partai atau calon
legislatif yang berbeda, hal ini akan membuat bingung masyarakat dalam
mengenali calon legislatif daerahnya. Transportasi umum merupakan sarana
angkutan untuk masyarakat kecil dan menengah supaya dapat melaksanakan
kegiatannya sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam masyarakat. Pengguna
trasnportasi umum atau yang lebih dikenal dengan angkutan umum ini bervariasi,
mulai dari buruh, ibu rumah tangga, mahasiswa, pelajar, dan lain-lain.
Angkutan umum dan becak bermotor menjadi transportasi umum yang
tergolong mendominasi di Kota Medan. Masyarakat umum, pelajar hingga pekerja
menggunakan transpotasi umum sebagai media untuk sampai pada tujuan
perjalanan. Salah satu faktornya karena dengan biaya yang tergolong tidak mahal
dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
Penggunaan alat peraga kampanye menggunakan transportasi umum
menjadi salah satu bentuk strategi kampanye yang sering dijumpai dan tren di
kalangan calon legislatif. Bukan hanya pemilu legislatif saat ini, pada saat
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara 2013, penggunaan
transportasi umum sudah dilakukan oleh para calon gubernur dan wakil gubernur.
masyarakat yang berada di lalu lintas jalan karena rute perjalanan yang
berbeda-beda yang dimiliki oleh pengendara transportasi umum.
Setiap strategi kampanye yang dibentuk dan dilaksanakan memiliki tujuan
untuk pemenangan dalam perolehan hasil suara yang didapat dari pemilih.
Peletakkan alat peraga kampanye dalam bentuk spanduk dan stiker di transportasi
umum kini tengah menjamur. Media luar ruang yang ditempatkan pada angkutan
umum dan becak bermotor yang banyak menjadi sasaran calon legislatif dengan
menempakan alat peraga kampanye.
Hal ini menunjukkan, para calon legislatif Pemilu 2014 memanfaatkan
metode tersebut dengan harapan pada Pemilu, masyarakat mengenal dan memilih
calon legislatif tersebut. Pemanfaatan alat peraga yang ditempatkan pada
transportasi umum yang telah dilaksanakan selama masa kampanye akan tampak
pada perilaku pemilih, berhasil atau tidakkah pesan tersebut sampai ke
masyarakat. Para calon legislatif DPRD kota Medan khususnya pada Dapil III
beberapa calon legislatif menggunakan transportasi umum sebagai strategi
kampanyenya. Setiap bentuk kampanye yang dibentuk dan dilaksanakan memiliki
tujuan untuk pemenangan dalam perolehan hasil suara yang didapat dari pemilih.
Dengan jumlah DPT Dapil III (293.927) salah satu yang tergolong besar
ke-4 dari 5 Dapil pada kota yaitu Dapil I (389.166), Dapil II (410.419), Dapil IV
(268.229), Dapil V (354.563). Walaupun tercatat DPT pada Dapil ini tidak
sebanyak dapil lainnya, tetapi kecamatan pada Kecamatan Medan Petisah yang
menjadi bagian dari Dapil III termasuk dalam kecamatan yang dipenuhi
banyaknya aktifitas di Kota Medan. Kemacetan kendaraan yang telah biasa
di daerah ini, menimbulkan upaya para calon legislatif memanfaatkan transpotasi
umum sebagai alat kampanye tanpa harus turun langsung ke konstituen. Ramainya
pemukiman dan hiruk pikuk serta pasar tradisional terdapat pada Kecamatan
Medan baru maupun Petisah, Kecamatan Medan Barat tempat ideal bagi
penduduk asli maupun pendatang untuk bermukim dan berdagang. Kecamatan
Medan Helvetia yang juga kepadatan penduduknya banyak karena terdapat
perumahan nasional (perumnas), terdapat Plaza yang menjadi salah satu pusat
perdagangan alat komunikasi seperti handphone, terbesar di Kota Medan.
Transportasi umum dipasang dengan spanduk atau sticker dengan nama calon,
partai dan pesan kampanye sebagai cara yang ditempuh beberapa calon legislatif
DPRD Kota Medan Dapil III untuk mendapatkan suara di daerah ini.
Media luar ruang yang mencakup cukup luasnya wilayah yang efektif
sebagai penempatan alat peraga kampanye, mudah dijangkau oleh khalayak, hal
ini yang menjadi salah satu strategi yang banyak digunakan sebagai media
promosi kampanye kandidat. Menjelang Pemilu Legislatif 2014, media luar ruang
seperti alat peraga kampanye di transportasi umum dimanfaatkan oleh calon
legislatif untuk menampilkan iklan kampanye politik mereka guna menarik
perhatian masyarakat. Maka pertanyaan dalam penelitian ini ialah “Apakah
penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum berpengaruh untuk
pilihan para pemilih DAPIL III (Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, dan
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari
penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum dengan pilihan para
pemilih Dapil III DPRD Kota Medan pada Pemilihan Legislatif 2014.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukkan dan pengetahuan
yang bermanfaat, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan, terutama dibidang
politik dan khususnya mengenai menemukan strategi kampanye pemilu yang
efektif atau tidak melalui penggunaan transportasi umum.
2. Manfaat Praktis
Mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuan berfikir secara
akademis dalam melihat strategi kampanye calon legislatif pada pemilihan umum.
Serta menambah literatur kepustakaan untuk yang tertarik dan konsentrasi dengan
bidang dan permasalahan yang sama.
E. Kerangka Teori
E.1 Alat Peraga Kampanye
Alat peraga kampanye merupakan media luar ruang yang dipakai oleh
pada kandidat politik, yang pemakaiannya hanya pada saat masa kampanye
strategis seperti ruang publik, jalan-jalan protokol, ditempel pada kendaraan
umum serta halte-halte. Cara ini dipandang strategis memperkenalkan kandidat
dengan penyampaian profil diri, serta pesan singkat yang menarik kepada
masyarakat.
Menurut Pfau dan Parrot (1993),”A campaign is consicious, sustained and
incremental process designed to be implemented over a specified periode of time
for the purpose of influencing a specified audience” (Kampanye adalah suatu
proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan
pada rentang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan
padarentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang
telah ditetapkan).6
Menurut Sigit Santosa (dalam buku Creative Advertising Petunjuk Teknis
Mempersiapkan Iklan Cetak dan Elektronik dengan Efisien, 2011) “Media luar
ruangan adalah semua iklan yang menjangkau konsumen ketika mereka sedang
berada di luar rumah atau kantor. Media luar ruangan membujuk konsumen ketika
mereka sedang di tempat-tempat umum, dalam perjalanan, dalam ruang tunggu,
juga di tempat-tempat terjadi transaksi.”7
Dalam kampanye, media menjadi instrument penting sebagai alat
penyampaian informasi sebuah produk maupun seorang kandidat politik. Media
umum yang lazim digunakan dalam berkampanye, baik sebagai alat (tool media)
maupun saluran (channel media) untuk penyebaran pesan atau informasi kepada
public sebagai sasarannya melalui pemasangan poster, spanduk, plakat,
6
Drs. Antar Venus, M.A. 2004. Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. hal.8-9
7
Dapat dilihat pada
umbul, selebaran (flier), brosur, press/news release, slide film, rekaman video dan
pita kaset, iklan komersial, balon promosi, mencarter pesawat kecil yang
berkeliling dan membawa poster parpol atau peragaan lainnnya, hingga
mengadakan kerja sama dengan pihak media pers (press tour, press conference,
dan press statement).8
E.1.1 Penempatan Alat Peraga Kampanye
Dalam sebuah proses pemasaran harus digerakkan oleh empat elemen
utama seperti product (produk), place (tempat), price (harga), dan promotion
(promosi). Dalam hal ini place (termpat) dalam pemasaran sangat penting dan
strategis dalam menarik perhatian pembeli. Pemilihan dan penentuan tempat harus
memiliki nilai ekonomi untuk memajang (display) produk-produk yang ingin
dipasarkan. Dalam konteks komunikasi politik seperti dalam berkampanye,
tempat sering diasosiasikan dengan ruang publik seperti internet, ruang reklame di
persimpangan jalan dapat dimanfaatkan untuk memasang tanda gambar guna
menarik perhatian masyarakat. Seorang politisi harus mampu membaca dan
melihat peluang seperti ini sebagai tempat atau ruang yang harus dimanfaatkan
untuk memasarkan partainya.
Menurut Lee dan Johnson, ketika satu pengiklan ingin membanjiri pasar
dengan pengenalan sebuah produk baru, media luar ruang merupakan pilihan
media yang dianggap cukup tepat karena periklanan media luar ruang
8
memungkinkan cakupan luas dalam waktu cepat.9
Memanfaatkan ruang publik sebagai ruang berkampanye dengan
penggunaan media luar ruang yang diperuntukkan ke masyarakat agar dikenal.
Penggunaan alat peraga luar ruang semakin bertambah, kreatifitas kandidat dalam
membuat isi pesan pun beragam, tetapi hal ini diikuti dengan banyaknya kandidat
memproduksi alat peraga kampanye. Sehingga ruang publik dipenuhi dengan
alat-alat peraga kampanye yang berlebihan.
Media periklanan luar ruangan
merupakan salah satu media yang diletakan di luar ruangan yang pada saat ini
telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, yang memiliki tujuan
menyampaikan pesan promosi suatu produk atau jasa. Alat peraga kampanye
termasuk media luar ruang, dengan spanduk, baliho dan alat peraga lainnya yang
ditempatkan diluar ruang. Tetapi masa pemakaian alat peraga kampanye ini sesuai
kurun waktu dan tempat selama masa kampanye yang sudah ditentukan oleh
Komisi Pemilihan Umum, berbeda dengan media luar ruang iklan sebuah produk
barang atau makanan yang dapat ditampilkan kapan dan dimana saja.
Pemakaian media luar ruang yang menyampaikan iklan kampanye
kandidat dan partai politik, didasari pada pemilihan karakteristik media yang tidak
dimiliki oleh media lainnya. Contohnya, memiliki kemampuan agar dapat diingat
oleh masyarakat, serta fleksibelitas media yang dapat menjangkau wilayah lebih
luas, dalam hal ini dapat pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Dalam
hal ini, transportasi umum menjadi media yang dipakai sebagai penempatan alat
peraga kampanye yang bergerak dengan memanfaatkan ruang publik masyarakat.
Peneliti melihat penempatan alat peraga sebagai faktor yang menjajikan, bahwa
9
hal ini dapat berpengaruh kepada mudahnya masyarakat dijangkau oleh alat
peraga kampanye bergerak, melihat, dan membaca alat peraga kampanye di media
luar ruang (transportasi umum).
E.1.2 Jenis Alat Peraga Kampanye
Alat peraga kampanye sebagai media luar ruang tentu tidak hanya pada
satu jenis media yang dipakai. Alat peraga kampanye memiliki beragam jenis dan
bentuk yang memiliki fungsi dan tempat tertentu untuk pemasangannya. Contoh
dari media luar ruang sebagai alat peraga kampanye antara lain:
a. Billboard: semua iklan yang menjangkau konsumen ketika mereka
sedang berada diluar rumah atau kantor.10
b. Baliho: sebagai media promosi yang memiliki unsur informasi yang
berhubungan dengan kegiatan masyarakat luas dan iklan suatu produk
yang disajikan dengan teknologi digital printing.
Promosi iklan luar ruang
yang memiliki ukuran yang cukup besar. Seiring perkembangan jaman,
billboard kini menggunakan teknologi baru yaitu mobile billboard.
Mobile billboard ialah iklan yang dipasang di kendaraan seperti mobil,
sehingga iklan dapat berjalan dengan kendaraaan tersebut.
c. Spanduk dan banner: media promosi yang berbahankan kain
membentang di tepi-tepi jalan maupun tengah jalan yang berisikan teks
singkat, gambar, dan warna yang mudah diingat orang banyak.
10
d. Rontek dan umbul-umbul: media iklan yang sama bahannya dengan
spanduk, tetapi berbentuk vertikal. Yang biasanya dipasang pada saat
sebuah acara diadakan.
e. Stiker dan poster: media promosi yang berhankan kertas, ditempel di
berbagai tempat strategis seperti tembok-tembok jalan, halte, angkutan
umum dan tempat-tempat yang biasa dilewati masyarakat.
Di masa teknologi maju, alat peraga kampanye cetak diaplikasikan pada
media kertas dan semua material yang dapat digambar maupun ditulis. Namun
jika ditinjau dari segi kuantitas penggunaan, media luar ruang seperti sapanduk,
baliho, billboard secara waktu media ini sangat efisien mengingat jangka waktu
pemasangan relatif singkat, dan penempatannya di lokasi keramaian menjadikan
sering dilihat oleh pemilih.11 Menurut Lee dan Johnson, “reklame (baliho) adalah
media luar ruang utama karena berbiaya efektif”.12 Peneliti melihat bahwa
penggunaan media luar ruang dengan jenis alat peraga tersebut telah
menggunakan konsep yang kreatif (penggunaan transportasi umum) untuk dapat
menarik perhatian khalayak di jalan dan sulit diabaikan karena khalayak yang
lewat, alat peraga ini juga media yang permanen, tahan lama, sehingga
memudahkan masyarakat mengingat kandidat yang memakai alat peraga
kampanye bergerak di luar ruang.
11
Dapat dilihat dalam jurnal: Idipta Sriwidiyanto Budi Utomo, Pengaruh Iklan Politik Alat Peraga Kampanye Luar Ruang Terhadap Pengeruh Pemilih Pemula Pilkada Kota Malang Tahun 2013. Universitas Brawijaya. Malang
12
E.1.3 Isi/Pesan
Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang dalam
bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian
makna. Menurut bentuknya, simbol yang disampaikan dapat dibedakan atas dua
macam, yakni simbol verbal dan simbol nonverbal. Simbol verbal dalam
pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat membantu kita menyusun
struktur pengetahuan menjadi logis dan mudah diterima oleh orang lain sebab
bagaimanapun bagusnya sebuah ide, kalau tidak disusun menurut struktur bahasa
yang benar, ide yang baik akan menjadi kacau. Bahasa bukan hanya membagi
pengalaman, tetapi juga membenttuk pengalaman itu sendiri. Tanpa bahasa
manusia tidak berpikir, bahasalah yang mempengaruhi persepsi dan pola-pola
berpikir seseorang. Kata pakar linguistik Benyamin Lee Whorf dan Edward
Sapir.13
Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dan pengirim
kepada khalayak. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan dalam berbagai bentuk
mulai dari poster, spanduk, baliho (billboard), pidato, diskusi, iklan, hingga
selebaran. Apapun bentuknya, pesan-pesan selalu menggunakan simbol, baik
verbal maupun nonverbal, yang diharapkan memancing respons khalayak.
Applbaum dan Anatol menekankan pentingnya menyadari bahwa kegiatan
kampanye mengandalkan pesan-pesan simbolis.14
Secara umum konstruksi pesan kampanye harus didasarkan pada
pertimbangan kesederhanan (simplicity), kedekatan (familiarity) dengan situasi
khalayak, kejelasan (clariy), keringkasan (conciseness), kebaruan (novelty),
13
Hafied Cangara, Op.Cit., hal.316-317.
14
konsistensi, kesopanan (courtessy), dan kesesuaian objek kampanye.
Kesederhanaan dapat membuat pesan menjadi mudah dipahami dan diingat. Salah
satu contoh slogan kampanye PDIP yang berbungi “coblos moncong
putih…nomor 18”. Slogan ini dapat dikatakan popular selama kampanye Pemilu
2004 yang lalu.15 Peneliti melihat efektivitas dari isi/pesan dalam alat peraga
kampanye yang disajikan dengan bahasa yang jelas, tidak berbelit-belit yang
mencakup promosi personal kandidat dapat memudahkan masyarakat membaca
sekaligus mengingat calon legislatif tersebut.
E.1.4 Potensi Alat Peraga Kampanye sebagai Media Luar Ruang
Menurut Linda Lee Kaid, iklan politik adalah proses komunikasi dimana
seorang sumber (biasanya kandidat dan atau partai politik) membeli atau
memanfaatkan kesempatan melalui media massa guna meng-exposure
pesan-pesan politik dengan sengaja untuk mempengaruhi sikap, kepercayaan dan
perilaku politik khalayak.16
Efektivitas dari media luar ruang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
Iklan sendiri dapat dimaknai sebagai salah satu bentuk
komunikasi yang terdiri atas informasi dan gagasan tentang suatu produk yang
ditujukan kepada khalayak secara serempak agar memperoleh sambutan baik.
Iklan berusaha untuk memberikan informasi, membujuk dan meyakinkan. Pada
masa kampanye, kandidat atau partai politik menggunakan alat peraga kampanye
sebagai iklan politik luar ruang.
15
Ibid., hal.203
16
- Jangkauan: kemampuan sebuah media menjangkau khalayak sebagai
sasaran, dan hanya mampu menjangkau daerah disekitarnya saja.
- Frekuensi: pada media luar ruang, yakni melihat pesan yang sama pada
saat masih ingat. Ini terjadi karena khalayak sasaran meilihat iklan
tersebut berulang-ulang.
- Kontinuitas: media luar ruang memiliki kesinambungan yang baik
meningat lokasi yang tepat.
- Ukuran: media luar ruang, seperti Spanduk pada transportasi umum
yang berukuran besar memiliki kemampuan untuk tampil mencolok
dan berbeda dengan yang lain.
- Warna: media luar ruang membantu menampilkan gambar produk
pemilih (kandidat calon) dalam tata wrana hingga mampu tampil
sesuai aslinya. Dan warna mencerminkan identitas. Misalnya,
dominasi warna merah pada alat peraga kampanye menunjukkan
bahwa kandidat calon dari partai PDIP.
- Pengaruh: karena media luar ruang menghadapi khalayak sasaran yang
hampir tidak memiliki kesempatan membaca saat berkendara, maka
pesan yang disajikan harus singkat dan ditampilkan secara jelas.17
Teori iklan politik media luar ruang, tentang pengaruh iklan terhadap
pemilih pernah dilakukan Hofstetter dan Buss menyatakan bahwa eksposureiklan
kampanye pada menit-menit terakhir cenderung berpengaruh terhadap keputusan
17
pemilih.18 Rothschild dan Ray menyatakan bahwa iklan kampanye cenderung
berpengaruh di kalangan orang-orang yang memiliki keterlibatan rendah dalam
lingkungan politiknya. Rothscild (1978) dalam artikelnya menunjukkan bahwa
iklan berperan aktif dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat semenjak era
Presiden Abraham Lincoln (1984). Media publikasi dalam pemilihan presiden pun
mengalami evolusi. Sampai tahun 1926, pesan politik di Amerika Serikat
dilakukan melalui media cetak seperti poster, pamphlet, koran dan majalah. Sejak
tahun 1926 sampai 1952, terdapat pengunaan misalnya radio dalam penyampaian
pesan-pesan politik.19 Hal ini menjadi dasar bagi peneliti untuk melihat pengaruh
alat peraga kampanye di transportasi umum pada media luar ruang terhadap
pilihan para pemilih DAPIL III DPRD Kota Medan pada pemilihan legislative
2014 dalam penelitian ini.
E.2 Perilaku Pemilih
Perilaku pemilih yang merupakan bentuk dalam perilaku politik. Perilaku
memilih adalah keikutsertaan warga dalam pemilu sebagai rangkaian pembuat
keputusan. Tindakan tersebut merupakan respon terhadap lingkungan politik
tertentu yang berkenaan dengan distribusi dan pemanfaatan kekuasaan dalam
masyrakat, bangsa, dan negara yang muncul dengan berbagai bentuk.
Firmanzah mencoba membangun “tipologi pemilih” berdasarkan
pertimbangan bahwa pemilih mengangkut pandangan objektif sekaligus subjektif
ketika memeilih sebuah partai atau seorang kontestan. Bahwa dalam diri
18
Hofstetter, C. Richard. dan Buss, Terry F. 1980. Politikcs and Last-Minute Political Television, dikutip dalam buku: Pawito.2009. Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jalasutra. hal.196
19
masing pemilih terdapat dua orientasi sekaligus yaitu; (1) orientasi
‘policy-problem-solving’, dan (2) orientasi ‘ideologi’. Ketika pemilih menilai partai
politik atau seorang kontestan dari kacamata ‘policy-problem-solving’, yang
terpenting bagi mereka adalah sejauh mana para kontestan mampu menawarkan
program kerja atas solusi dari suatu permasalahan yang ada. Pemilih akan
cenderung objektif memilih partai politk atau kontestan yang memiliki kepekaan
terhadap masalah nasional dan kejelasan program kerja. Partai politik atau
kontestan yang arah kebijakkannya tidak jelas akan cenderung tidak dipilih.
Sementara pemilih yang lebih mementingkan ikatan ‘ideologi’ suatu partai atau
seorang kontestan, akan lebih menekankan aspek-aspek subjektivitas seperti
kedekatan nilai, budaya, agama, moralitas, norma, emosi dan psikografis.
Semakin dekat kesamaan partai politik atau calon kontestan, pemilih jenis ini akan
cenderung memberikan suaranya ke partai atau kontestan tersebut.20
Penyampaian informasi berupa program kerja dan kebijakan pasangan
calon kepada konstituen menggunakan media media pidato kampanye secara
langsung , atau tidak langsung. Untuk itu diperlukan analisis mendalam dan lebih
komprehensif sangat dibutuhkan untuk memahami perilaku politik. Kondisi
pemilih adalah dimensi yang sangat kompleks. Begitu banyak karakteristik
pemilihnya akan menjadi terbatas jika hanya didasarkan pada pendukung atau
massa mengambang. Para pendukung maupun non-pendukung sama-sama
memiliki karakteristik sebagai pemilih rasional dan non-rasional.21
20
Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 113-114
21
E.2.1 Kategori Pemilih22
1. Pemilih Rasional
Dalam kategori pertama ini terdapat pemilih rasional (rational voter), di
mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada ‘policy-problem-solving’ dan
berorientasi rendah untuk faktor ideologi.Pemilih dalam hal ini lebih
mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program
kerjanya. Kinerja partai atau calon kontestan biasanya termanivestasikan pada
reputasi dan ‘citra’ (image) yang berkembang di masyarakat. Dalam konteks ini
yang lebih utama bagi partai politik dan kontestan adalah mencari cara agar
mereka bisa membangun reputasi di depan publik dengan mengedepankan
kebijakan untuk mengatasi permasalahan nasional.
Pemilih jenis ini memilki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan
ideologi suatu partai politik atau seorang kontestan. Analisis kognitif dan
pertimbangan logis sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan. Hal
yang terpenting begi jenis pemilih ini adalah apa yang bisa (dan yang telah)
dilakukan oleh sebuah partai atau kontestan daripada paham dan nilai partai dan
kontestan. Dalam konfigurasi pertama ini terdapat pemilih rasional (rational
voter), di mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada ‘policy-problem-solving’
dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi.Pemilih dalam hal ini lebih
mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program
kerjanya. Program kerja atau ‘platform’ partai bisa dianalisis dalam dua hal: (1)
kinerja partai di masa lampau (back ward looking), dan (2) tawaran program
untuk menyelesaikan permasalahan nasional yang ada (forward-looking). Pemilih
22 Ibid.,
tidak hanya melihat program kerja atau ‘platform’ partai yang berorientasi ke
masa depan, tetapi juga menganalisis apa saja yang telah dilakukan oleh partai
tersebut di masa lampau. Dalam konteks ini yang lebih utama bagi partai politik
dan kontestan adalah mencari cara agar mereka bisa membangun reputasi di depan
publik dengan mengedepankan kebijakan untuk mengatasi permasalahan nasional.
2. Pemilih Kritis
Pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada
kemampuan partai politik atau seorang kontestan dalam menuntaskan
permasalahan bangsa maupun tingginya orientasi mereka akan hal-hal yang
bersifat ideologis. Pentingnya ikatan ideologis membuat loyalitas pemilih
terhadap sebuah partai atau seorang kontestan cukup tinggi dan tidak semudah
‘rational vote’ untuk berpaling ke partai lain. Proses untuk menjadi pemilih jenis
ini bisa terjadi melalui dua mekanisme. Pertama, jenis pemilih ini menjadikan
nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai politik mana
mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang
akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya, pemilih
tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai/kontestan baru
kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan faham yang melatarbelakangi
pembuatan sebuah kebijakan.
Pemilih yang kritis ini akan selalu menganalisis kaitan antara sistem nilai
partai (ideologi) dengan kebijakan yang dibuat. Tiga kemungkinan akan muncul
ketika terdapat perbedaan antara nilai ideologi dengan ‘platform’ partai: (1)
memiliki kemiripan karakteristik ideologi dengan partai lama. Kritik internal
merupakan manifestasi ketidaksetujuan akan sebuah kebijakan partai politik atau
seorang kontestan. Ketika pemilih merasa kritikannya tidak difasilitasi oleh
mekanisme internal partai politik, mereka cenderung menyuarakannya melalui
mekanisme eksternal partai, umpamanya melalui media massa seperti televisi,
radio, dan sebagainya. Frustasi merupakan posisi yang sulit bagi pemilih jenis ini.
Di satu sisi, mereka merasa bahwa ideologi suatu partai atau seorang kontestan
adalah yang paling sesuai dengan karakter mereka, tapi di sisi lain mereka
merasakan adanya ketidaksesuaian dengan kebijakan yang akan dilakukan partai.
Biasanya pemilih ini akan melihat-lihat dahulu (wait and see) sebelum munculnya
ide kemungkinan yang ketiga, yaitu membentuk partai baru. Pembuatan partai
biasanya harus dipelopori oleh tokoh-tokoh yang tidak puas atas kebijakan suatu
partai. Mereka memiliki kemampuan untuk menggalang massa, ide, konsep, dan
reputasi untuk membuat partai tandingan dengan nilai ideologi yang biasanya
tidak berbeda jauh dengan partai sebelumnya.
3. Pemilih Tradisional
Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai,
asal-usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai
politik.biasanya pemilih jenis ini lebih mengutamakan figur dan kepribadian
pemimpin dan nilai historis sebuah partai politik atau seorang kontestan. Salah
satu karakteristik mendasar jenis pemilih ini adalah tingkat pendidikan yang
Pemilih tradisional adalah jenis pemilih yang bisa dimobilisasi selama
periode kampanye.Loyalitas tinggi merupakan salah satu ciri khas yang paling
kelihatan bagi pemilih jenis ini.Ideologi dianggap sebagai satu landasan dalam
membuat suatu keputusan serta bertindak, dan kadang kebenarannya tidak bisa
diganggu-gugat.
4. Pemilih Skeptis
Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi dengan
sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak menjadikan kebijakan
sebagai sesuatu yang penting.Keinginan untuk terlibat dalam sebuah partai politik
pada pemilih jenis ini sangat kurang, karena ikatan ideologis mereka memang
rendah sekali. Mereka juga kurang memedulikan ‘platform’ dan kebijakan sebuah
partai politik. Kalaupun berpartisipasi dalam pemungutan suara, biasanya mereka
melakukannya secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun
dan partai apapun yang memenangkan pemilu tidak akan bisa membawa bangsa
ke arah perbaikan yang mereka harapkan. Selain itu, mereka tidak memiliki ikatan
emosional dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan.
Dalam penelitian ini, alat peraga kampanye yang ditempatkan di
transportasi umum merupakan media luar ruang. Jangkauannya terbatas, kecuali
orang yang lewat dan sempat mencuri perhatian untuk membacanya sekalipun
sepintas lalu, tetapi memiliki kelebihan karena bisa tahan lama.23
23
Hafied Cangara. Op. Cit., hal. 378
Media luar
ruang cukup memberi pengaruh pada orang yang lalu lalang atau yang melihat
politik atau kandidat pemilu pada perusahaan reklame. Tentu saja diharapkan agar
media luar ruang dibuat lebih menarik karena sifatnya visual. Untuk media luar
ruang sedapat mungkin menggunakan foto yang close-up dan tidak memuat
banyak pesan tertulis sebab media seperti ini tujuannya hanya untuk
mengingatkan orang pada sang kandidat.24 Masyarakat yang telah mengingat
dapat mencari tahu asal usul maupun track record kandidat dan partainya,
sehingga dapat membantu seorang pemilih dalam menentukan pilihannya pada
saat pemilu berlangsung. Alat peraga kampanye yang membantu masyarakat
untuk mengetahui calon kandidat legislatif, tetapi selama kampanye berlangsung
masyarakat dapat saja mengubah pikirannya dalam pemilihan. Hal ini dapat
dilihat dengan berbagai macam tipe-tipe perilaku pemilih. Kategori pemilih ini
yang dapat menjadi penentuan masyarakat memilih seorang kandidat berdasarkan
pikiran rasionalnya, kritis, tradisional, skeptis atau dari beberapa faktor
pendukung dalam kampanye seperti alat peraga kampanye dalam media luar
ruang.
F. Hipotesis
Secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo dan
kata thesis. Hypo yang berarti kurang dan thesis yang berarti pendapat.25
24Ibid
., hal. 406
Dengan
demikian hipotesis diartikan sebagai teori yang kurang sempurna. Dirumuskan
dengan cara lain hipotesis berarti kesimpulan yang belum final karena belum diuji
25
atau dibuktikan kebenarannya.26
- Hipotesis Alternatif (Ha) : bahwa penempatan alat peraga kampanye di
transportasi umum berpengaruh untuk pilihan para pemilih di Dapil III pada
pemilihan legislatif DPRD Kota Medan 2014.
Berdasarkan uraian pada kerangka teori dan
pengertian yang dikemukakan maka hipotesis yang diajukan penulis adalah
sebagai berikut:
- Hipotesis Nol (H0) : bahwa penempatan alat peraga kampanye di
transportasi umum tidak berpengaruh untuk pilihan para pemilih di Dapil III
pada pemilihan legislatif DPRD Kota Medan 2014.
G. Kerangka Konseptual
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam definisi konsep akan
dibentuk menjadi suatu gambar/model paradigma berpikir penelitian sebagai
berikut:
26
• Penempatan
• Jenis
[image:38.595.140.458.160.278.2]• Isi / Pesan
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)
H. Defenisi Konsep
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan defenisi konsep sebagai
berikut:
1. Alat Peraga Kampanye
Alat peraga kampanye merupakan media luar ruang yang dipakai oleh
kandidat politik untuk memperkenalkan diri secara persuatif (tidak
memaksa) yang menyertakan profil diri, serta pesan singkat menarik
kepada masyarakat.
- Penempatan : Wadah atau ruang bagi alat peraga kampanye,
ditempatkan di luar ruang yang menjadi bagian dalam masyarakat
dan menjangkau khalayak.
- Jenis : Media luar ruang yang memiliki berbagai jenis dan
fungsi dari setiap alat peraga kampanye. Bentuk/jenis alat peraga
kampanye dipakai pada masa kampanye dilaksanakan dan saat
kampanye berlangsung. Alat Peraga Kampanye
Perilaku Pemilih
• Rasional
• Kritis
- Isi/pesan : Merupakan suatu pesan singkat yang didasarkan
pada pertimbangan kesederhanan, kedekatan dengan situasi
khalayak, kejelasan, keringkasan, kebaruan, konsistensi,
kesopanan, dan kesesuaian objek kampanye.
2. Perilaku Pemilih
Perilaku pemilih merupakan tindak respon terhadap lingkungan politik
tertentu yang berkenaan dengan distribusi dan pemanfaatan kekuasaan
dalam masyarakat, bangsa, dan negara yang muncul dengan berbagai
bentuk, dalam pengambilan keputusan pada pemilu.
a. Pemilih Rasional
Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai
politik atau calon kontestan dalam program kerjanya.
b. Pemilih Kritis
Pemilih yang kritis ini akan selalu menganalisis kaitan antara
sistem nilai partai (ideologi) dengan kebijakan yang dibuat.
c. Pemilih Tradisional
Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya,
nilai, asal-usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih
sebuah partai politik. Biasanya pemilih jenis ini lebih
mengutamakan figur dan kepribadian pemimpin dan nilai historis
sebuah partai politik atau seorang kontestan.
Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi
dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak
menjadikan kebijakan sebagai sesuatu yang penting.
I. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah operasionalisasi dari variabel, berupa
pengukuran (measurement) atau pengujian (test) suatu variabel. Pengukuran
atau pengujian tersebut bisa dilihat dari indikator, kriteria, tolak ukur, alat
ukur, alat uji untuk menentukan kualitas atau kuantitas sesuatu
variabel.unsur-unsur yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu
variabel sehingga dengan pengkuran tersebut dapat diketahui
indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel-variabel tersebut.27
Berdasarkan judul skripsi terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas
(X) dan variabel terikat (Y). Masing-masing variabel tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut.
1. Variabel Bebas (X) : Alat Peraga Kampanye
a. Sub Variabel X1 : Penempatan Alat Peraga Kampanye
- Alat peraga kampanye ditempatkan di transportasi umum
- Jangkauan alat peraga kampanye pada pengguna
transportasi umum
b. Sub Variabel X2 : Jenis Alat Peraga Kampanye
- Spanduk yang ditempatkan di becak bermotor
- Stiker yang ditempel pada angkutan umum
27
- Digital Billboard yang ditempatkan di angkutan umum
c. Sub Variabel X3 : Isi/Pesan
- Kelengkapan isi dari alat peraga kampanye
- Kejelasan isi dari alat peraga kampanye
2. Variabel Terikat (Y) : Perilaku Pemilih
a. Pemilih Rasional
- Policy problem solving tinggi : Mengutamakan kemampuan
partai dan kinerja kerja caleg dengan partai Dapil III
- Ideologi rendah : program kerja caleg Dapil III atau partai
hanya sebagai faktor pendukung.
b. Pemilih Kritis
- Policy problem solving tinggi : pengetahuan pemilih
tentang visi,misi dan track record caleg Dapil III
- Ideologi tinggi : memilih berdasarkan kesamaan ideologi,
platform (partai nasionalis,agama,dll) dan partai pengusung
caleg Dapil III
c. Pemilih Tradisional
- Policy problem solving rendah : Pemilih yang dapat
dimobilisasi selama kampanye di Dapil III
- Ideologi tinggi : mengutamakan kedekatan sosial-budaya,
nilai, asal-usul, paham dan agama caleg dan partai Dapil III
d. Pemilih Skeptis
- Policy problem solving rendah : pemilih yang tidak melihat
- Ideologi rendah : pemilih yang tidak tahu
sosial-budaya,agama maupun paham partai maupun caleg Dapil
III
J. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu pengkajian dalam menjawab serta
mempelajari peraturan yang terdapat dalam suatu penelitian.Ditinjau dari sudut
filsafat, metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian, yaitu yang
menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.28
J.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian dalam
penelitian ini adalah :
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian
kuantitatif. Jenis penelitian ini digunakan karena peneliti ingin menggambarkan
pengaruh alat pearaga kamapanye yang ditempatkan pada transportasi umum
sebagai mediakampanye luar ruang calon legislatif Daerah pemilihan III di Kota
Medan pada Pemilihan Legislatitf 2014.
J.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daerah pemilihan (Dapil) III yang terdiri dari 4
(empat) kecamatan yaitu Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat dan Medan
Helvetia. Pemilihan lokasi di daerah ini karena peneliti melihat adanya beberapa
28
calon legislatif Dapil III yang memakai alat peraga kampanye melalui transportasi
umum.
J.3 Populasi dan Sampling J.3.1 Populasi
Yang menjadi populasi penelitian ini adalah masyarakat Daerah Pemilihan
(Dapil) III DPRD Kota Medan yaitu sebanyak 293.927 jiwa.
J.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan ketentuan besaran
sampel atas besaran populasi. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian
ini, maka penulis menggunakan Taro Yamane:
� = �
�.�2+ 1
Keterangan:
n : Jumlah sampel yang dicari.
N : Jumlah populasi.
D² = Presesi ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 90 %.
� = �
�.�2 + 1
� = 293.927
293.927(0,01) + 1
� =293.927
2940,27
Teknik penarikan sampel yang akan digunakan adalah teknik sampling
probabilitas. Teknik sampling ini memberikan kesempatan yang sama
kepada setiap anggota populasi agar dapat terpilih untuk menjadi sampel
dalam penelitian.29 Pewawancara dalam penelitian ini akan melakukan
wawancara tatap muka dari rumah ke rumah dengan mengaplikasikan teknik
sampling probabilitas. Mempertimbangkan bahwa jumlah populasi
penduduk berusia 15 tahun keatas di 4 Kecamatan tersebut merupakan
jumlah yang besar, maka teknik sampling probabilitas yang akan digunakan
adalah multistage random sampling. Multistage random sampling terdiri dari
dua atau lebih bentuk random sampling. Proses dari sampling ini biasanya
dimulai dengan melakukan random cluster sampling, yaitu mengambil
secara acak anggota dari populasi yang menjadi bagian dari kelompok
tertentu atau disebut juga “cluster”, dan kemudian mengaplikasikan simple
random sampling, yaitu menggunakan tabel acak.30
1. Pemilihan Rukun Tetangga (RT) sebagai unit sampling sekunder. Di setiap
kelurahan tempat penelitian dilangsungkan, hanya terdapat maksimal 5
responden dalam tiap RT dengan menggunakan systematic random sampling. Dalam penelitian ini,
aplikasi dari multistage random sampling akan sebagai berikut:
2. Pemilihan unit rumah tangga sebagai unit sampling primer. Dalam setiap RT
yang terpilih sebelumnya, unit rumah tangga akan dipilih juga dengan
menggunakan systematic random sampling. Titik awal dan interval yang akan
dilakukan oleh pewawancara sudah ditetapkan dari awal. Dengan begitu,
setiap rumah tangga dalam RT memiliki kemungkinan yang sama untuk
29
Sherri, L Jackson. 2006. Research Methods and Statistics. Belmont: Thomson Wadsworth. hal.145
30
terpilih. Tetapi dalam hal ini, peneliti hanya memilih jumlah rumah tangga
yang terpilih dari setiap kelurahan.
3. Dalam setiap rumah tangga, responden yang berusia 15 tahun keatas yang
memenuhi kriteria akan dipilih untuk diwawancarai. Jika terdapat lebih dari
satu orang dalam rumah tangga yang memenuhi kriteria tersebut,
pewawancara akan menggunakan tabel acak Kish Grid untuk menentukan
responden terpilih. Tabel acak Kish Grid merupakan tabel acak yang
dikembangkan oleh Leslie Kish pada tahun 1949 dan digunakan pada saat
melakukan survey berskala besar. Teknik ini digunakan dalam equal
probability sampling untuk memilih responden saat ditemukannya lebih dari
satu orang yang memenuhi syarat saat pewawancara mengunjungi satu unit
rumah tangga.31
Dengan populasi Dapil III yang terdiri dari Kecamatan Medan Baru,
Medan Petisah, Medan Barat dan Medan Helvetia yaitu 293.927. Pembagian
populasi dari setiap kecamatan kemudian ditarik kembali dari beberapa
kelurahan sebagai penentuan jumlah sampel.
Tetapi dikarenakan keterbatasan peneliti, penentuan sampel
responden dengan maksimal 5 responden acak dalam tiap rumah tangga yang
terpilih.
Dari jumlah populasi tersebut, maka akan diperoleh jumlah sampel
dari tiap kelurahan, dengan rumus:
Sampel 1 = �������1
�����ℎ��������������������
31
1. Kecamatan Medan Baru, terdiri dari kelurahan:
- Babura (S1) : 7.552
293.927 � 100 = 2,5 ���� 2 �����
- Darat (S2) : 2.434
293.927� 100 = 0,8 ���� 1 �����
- Merdeka (S3) : 6.151
293.927� 100 = 2,0 ���� 2 �����
- Padang Bulan (S4) : 7.656
293.927� 100 = 2,6 ���� 3 �����
- Petisah Hulu (S5) : 4.843
293.927� 100 = 1,6 ��� 2 �����
- Titi Rantai (S6) : 6.793
293.927� 100 = 2,3 ���� 2 �����
2. Kecamatan Medan Petisah, terdiri dari kelurahan:
- Petisah Tengah (S7) : 10.393
293.927� 100 = 3,53 ���� 3 �����
- Sei Putih Barat (S8) : 11.637
293.927� 100 = 3,9 ���� 4 �����
- Sei Putih Tengah (S9) : 6.319
293.927� 100 = 2,1 ���� 2 �����
- Sei Puith Timur I (S10) : 4.847
293.927� 100 = 1,6 ���� 2 �����
- Sei Putih Timur II (S11) : 8.882
293.927� 100 = 3,02 ���� 3 �����