Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S1 EKSTENSI
MEDAN
SKRIPSI
PROSEDUR PENERAPAN PEMERIKSAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. PERDONI CAB. MEDAN
OLEH :
NAMA : JULIANA E.L.N
NIM : 060522112
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan
Adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level
Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas
benar apa adanya. Apabila dikemudian hari tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 10 Juli 2009
Yang Membuat Pernyataan
Juliana E.L.N
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat dan syukur hanya kepada Bapa di Surga atas segala
anugrah yang berlimpah yang telah diberikan kepadaku dalam penyelesaian
skripsi ini. Ditengah-tengah kekuatiranku, Engkau telah menunjukan sesuatu yang
tidak pernah kupikirkan. Sungguh tiada yang mustahil bagiMu. Terimah kasih
Yesusku, Engkau memampukan aku menyelesaikan skrispsi ini.
Penulis juga mau mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat serta doa
selama penyusunan skripsi ini dan mengikuti pendidikan di fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara, terutama kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si.,Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi
dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc.,Ak., selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Syahelmi, MSi.Ak., selaku dosen pembimbing yang selama
penelitian ini berlangsung memberikan bimbingan dan masukan hingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Sucipto, MM., Ak., selaku dosen pembanding I dan ibu Salbiah, SE,
MSi., Ak., selaku dosen pembanding II yang telah memberikan saran
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
5. Seluruh pegawai Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara,
khususnya kak Raya, Bang Hairil, Bang Oyong.
6. Pimpinan dan seluruh staff PT. Perdoni Cab. Medan, yang telah memberikan
ijin kepada penulis melakukan penelitian serta memberikan data-data yang
penulis perlukan. Khusunya bapak Ericson dan bang Ricky yang telah banyak
memberikan masukan.
7. Keluargaku tersayang, bapak Y.S Nainggolan, dan mama S.D Limbong, yang
telah mengasihi, membimbing, mendidik dan menyertai penulis dalam doa.
Serta kakakku ’Tiurma’, abangku ’Torang’. Adik-adikku: Kristof, Mestika,
Hariman.
8. Sahabat-sahabat penulis selama masa perkuliahan, k’Lasma, Anwar, Vera,
Vani, Teno, dan teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu
khususnya angkatan 2006. Makasih untuk dukungan, semangat dan tawa.
9. Sahabat-sahabat yang terkasih Risda, Irma, Sriwasti, Donfri, Melva, B’Efraim,
Mardan, Alex, Saut, Rudy, Juni, Tini, Duma, Pince, Ramayana, Anto, K’Vera,
Elita. Terimakasih buat semua doanya dan nasehatnya dan penguatannya.
10.Teman- temanku B’Beny, mas Rahadi, mas Wahyu, K’Evelyn, K’Tati, Surya,
B’Kingdes. Terimakasih buat semangat sejenaknnya.
Medan, 10 Juli 2009
Penulis,
Juliana E.L.N
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mencoba menerapkan pemeriksaan pajak khususnya Pajak Pertambahan Nilai pada PT.Perdoni Cab. Medan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Data yang digunakan penulis diperoleh dari bagian akuntansi dan pajak yang merupakan data tahun 2006. Penulis mengumpulkan data melalui wawancara dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh dikumpulkan, diinterpretasi, serta dianalisis kemudian diuraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan dan mencari penjelasannya.
PT. Perdoni Cab. Medan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran (pengadaan dan penjualan) bahan-bahan kimia industri. Dari hasil penelitian penulis melihat bahwa PT. Perdoni Cab. Medan telah melakukan penerapan pemeriksaan pajak khususnya PPN dengan baik dan benar, sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
ABSTRACT
This research intended to apply the tax audit expecially value added tax at PT. Perdoni Cab. Medan according to the rules.
In this research the writer uses the descriptive method. Data used by writer in gained from the division of accounting dan tax in year 2006. The writer collects data by interview and study of documentation. Data gained is collected, interpreted, and analyzed and then described in detail to know the problem and to seek the solution.
PT. Perdoni Cab. Medan represent the peripatetic company in the field of marketing (levying and sale) chemical industry. From result of writer research see that PT. Perdoni Cab. Medan had done the application of tax audit expecially value added tax well and correctly according to the rules.
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ...i
KATA PENGANTAR ...ii
ABSTRAK ...iv
ABSTRACT ...v
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR GAMBAR...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Perumusan Masalah ...4
C. Tujuan Penelitian ...4
D. Manfaat Penelitian ...4
E. Kerangka Konseptual ...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemeriksaan Pajak...6
1. Pengertian Pemeriksaan Pajak...6
2. Tujuan Pemeriksaan...6
3. Jenis Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak...8
4. Hak dan kewajiban Wajib Pajak...9
5. Hak dan Kewajiban Pemeriksa Pajak...10
B. Pajak Pertambahan Nilai...11
1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai...11
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
3. Tarif Dan Penghitungan PPN...15
4. Saat PPN Terutang...18
5. Mekanisme PPN...18
C. Prosedur Pemeriksaan...28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...33
B. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data...33
C. Teknik Analisis Data ...34
D. Jadwal dan Lokasi Penelitian...35
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum Objek Penelitian...36
1. Sejarah Singkat PT.Perdoni Cab. Medan ...36
2. Struktur Organisasi...36
3. Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab...38
B. Deskripsi Hasil Penelitian...41
1. Gambaran Aktivitas Perusahaan...41
2. Prosedur Pembelian...42
3. Prosedur Penjualan...47
4. Jenis-Jenis data untuk Pelaporan PPN...49
C. Analisis Dan Pembahasan...50
1. PT. Perdoni Cab. Medan Sebagai Pengusaha Kena Pajak ...50
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
3. Prosedur Pemeriksaan Penjualan Sesusai Dengan
Surat Edaran No-01/PJ.7/2002...58
4. Penghitungan PPN Kurang Bayar Atau Lebih Bayar
Sesuai Dengan Surat Edaran No-01/PJ.7/2002...60
5. Pengecekan Pengisian, Penyetoran, Dan
Pelaporan SPT Masa PPN...62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...65
B. Saran ...66
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 4.1 Total Pembelian seluruhnya ...46
Tabel 4.2 Retur Pembelian yang dilakukan PT. Perdoni
Cab. Medan Pada Bulan Desember...46
Tabel 4.3 Daftar Pembelian Dengan PPN Masukan
Yang Tidak Dapat Dikreditkan ...46
Tabel 4.4 Retur Penjualan PT. Perdoni Cab. Medan Pada
Bulan November 2006 ...47
Tabel 4.5 Total Penjualan Seluruhnya...48
Tabel 4.6 Pembelian Yang Dapat Dikreditkan – Berdasarkan Bukti
Penerimaan Barang ... ...51
Tabel 4.7 Pembelian Yang Dapat dikreditkan - Berdasarkan
Nota Pembelian ... ...52
Tabel 4.8 Pembelian Yang Dapat dikreditkan - Berdasarkan
Bukti Kas Keluar ...53
Tabel 4.9 Perbandingan Kuantitas Dan Harga Satuan Antara Faktur
Pembelian, Faktur Pajak Dan Surat Jalan...55
Tabel 4.10 Perbandingan Jumlah Pada Faktur Pembelian Dan
Faktur Pajak Serta Penghitungan PPN nya...57
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
Dengan Buku Penjualan ...59
Tabel 4.12 Pajak Keluaran ...59
Tabel 4.13 PPN Lebih Bayar Dan Kurang Bayar ...61
Tabel 4.14 PPN Lebih Bayar Dan Kurang Bayar Berdasarkan
SPT Masa PPN Sebelum Pemeriksaan Pajak ...63
Tabel 4.15 PPN Lebih Bayar Dan Kurang Bayar Berdasarkan
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ...5
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Perdoni Cab. Medan ...37
Gambar 4.2 Gambaran Aktivitas Usaha PT. Perdoni Cab. Medan...42
Gambar 4.3 Flowchart Aktivitas Pembelian...45
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya audit laporan keuangan berkaitan erat dengan internal audit
dan tax audit. Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor
independent terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk
menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Didalam
audit laporan keuangan ini, auditor independent menilai kewajaran laporan
keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang diterima
umum. Hasil audit terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk
tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai
laporan keuangan seperti pemegang saham, kreditur dan kantor pelayanan pajak.
Sedangkan internal audit adalah audit yang dilakukan didalam perusahaan
(perusahaan negara maupun swasta) yang intinya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi,
menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta
menentukan kehandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian
organisasi.
Audit kepatuhan (compliance audit) yaitu audit yang tujuannya adalah untuk
menentukan apakah yang diaudit sudah sesuai dengan kondisi atau peraturan
tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
Adanya perbedaan metode penyajian laporan keuangan antara prinsip
akuntansi yang diterima umum dengan undang-undang perpajakan
memungkinkan internal auditor melakukan audit kepatuhan terhadap laporan
keuangan. Tujuanya adalah untuk melihat apakah laporan keuangan tersebut
sudah dibuat sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku.
Pemeriksaan pajak merupakan instrument yang baik untuk meningkatkan
tingkat kepatuhan wajib pajak (tax compliance), baik formal maupun material dari
peraturan perpajakan. Kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan ini terlihat
pada besarnya pajak yang dibayar setiap bulan atau setiap tahun oleh wajib pajak
dan sangat berdampak pada penerimaan pajak negara. Secara umum objek
pemeriksaan pajak adalah Surat Pemberitahuan (SPT) baik SPT Tahunan maupun
SPT Masa.
Salah satu komponem yang dapat diperiksa dalam tax audit adalah PPN
(Pajak Pertambahan Nilai) perusahaan. PPN muncul karena adanya transaksi jual
beli Barang Kena Pajak (BKP) yang dilakukan dengan dan kepada Pengusaha
Kena Pajak (PKP). PPN karena adanya transaksi pembelian dinamakan pajak
masukan, sedangkan karena adanya transaksi penjualan dinamakan pajak
keluaran. Hasil dari pengurangan pajak masukan dan pajak keluaran menimbulkan
dua macam kondisi pada perusahaan. Kondisi yang pertama adalah pajak kurang
bayar, artinya adalah pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan. Sedangkan
kondisi yang kedua adalah pajak lebih bayar, artinya adalah pajak masukan yang
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
Karena adanya kedua kondisi inilah yang membuat fiskus melakukan
pemeriksaan. Mengingat sistem pemungutan pajak yang dianut di Indonesia
adalah self assessment system, sering sekali laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan berbeda dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh fiskus.
Perbedaan ini dapat saja disebabkan unsur kesengajaan dari wajib pajak yang
berasal dari penyanjian laporan keuangan perusahaan yang tidak sebenarnya atau
unsur tidak sengaja yang berasal dari salah menafsirkan peraturan perpajakan,
salah hitung, salah jumlah, salah pengenaan tarif pajak, dan lain-lain
PT. Perdoni Cab. Medan adalah sebuah perusahaan dagang yang
mempunyai aktifitas utama menjual bahan-bahan kimia industri seperti Paraffin
Wax, Soda Ash, bahan dasar parfum, Phosphoric Acid, Aspal dan sebagainya.
Perusahaan ini menjual produk tanpa melakukan perubahan pada produk tersebut
dan membeli produk tersebut dari dalam negeri maupun luar negeri. Dalam
aktifitasnya, perusahaan ini melakukan penjualan tunai dan kredit sebagai usaha
menarik pelanggan sebanyak mungkin. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis, laporan Pajak
Pertambahan Nilai menurut perusahaan berbeda dengan laporan Pajak
Pertambahan Nilai menurut fiskus, antara lain :
a.Adanya faktur pajak cacad yang ditemukan fiskus pada saat pemeriksaan
pajak. Faktur pajak dianggap tidak sah/cacad karena tidak distempel
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
b. Perusahaan tidak mencantumkan nilai faktur pajak masukan yang tidak
dapat dikreditkan dalam SPT masa PPN
c.Perusahaan mengkreditkan faktur pajak masukan atas transaksi yang
dilakukan yang seharusnya tidak terutang PPN.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengambil sebuah judul
“Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan ’’
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang timbul
dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan pemeriksaan pajak perusahaan
PT. Perdoni Cab. Medan dalam menghitung PPN sesuai peraturan yang berlaku.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
pemeriksaan pajak untuk menghitung PPN sesuai peraturan yang berlaku.
D. Manfaat Penelitian.
Manfaat penelitian ini antara lain :
1. Bagi penulis, dapat mengetahui penerapan pemeriksaan pajak dalam
kaitannya dengan PPN didunia usaha.
2. Bagi perusahaan, dapat mengantisipasi adanya pemeriksaan pajak yang
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
3. Bagi pembaca, menjadi referensi tambahan dalam penulisan skripsi
selanjutnya yang ada hubunganya dengan pemeriksaan pajak terutama
dalam kaitannya dengan pemeriksaan PPN.
E. Kerangka Konseptual
Surat Edaran Dirjen Pajak No. 01/PJ.7/2002 merupakan surat edaran yang
khusus memberikan penjelasan dan pedoman kepada fiskus dalam melakukan
pemeriksaan pajak. Dalam skripsi ini penulis meneliti tentang bagaimana prosedur
pemeriksaan pajak pertambahan nilai sesuai dengan Surat Edaran No.
01/PJ.7/2002, untuk mengetahui dan mengevaluasi tingkat kepatuhan PT. Perdoni
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Surat Edaran Dirjen Pajak No.01/PJ.7/2002
Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemeriksaan Pajak
1. Pengertian Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan dan mengelolah data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka
pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Menurut ketentuan, yang berhak mengadakan pemeriksaan pajak adalah
pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.
2. Tujuan Pemeriksaan
Direktur Jenderal Pajak dalam rangka pengawasan berwenang melakukan
pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak, kecuali ditemukan bukti
permulaan tindak pidana dibidang perpajakan akan dilanjutkan dengan penyidikan
tindak pidana dibidang perpajakan.
Tujuan lainnya dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diantaranya:
a. Menetapkan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai
dan atau Pajak Penghasilan Pasal 21
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
c. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
d. Penetapan wajib pajak berlokasi didaerah terpencil
Pemeriksaan pajak dapat juga dilakukan sendiri oleh wajib pajak yang
disebut pemeriksaan intern dibidang perpajakan (internal tax audit), yang
ditujukan dalam rangka:
a. Pengisian SPT Masa maupun Tahunan
b. Membetulkan SPT Masa maupun Tahunan yang sudah disampaikan ke
KPP
c. Menyusun surat keberatan atas ketetapan pajak yang diterbitkan oleh
Direktur Jenderal Pajak
Dari tujuan diatas dapat diketahui bahwa ruang lingkup pemeriksaan pajak
berbeda dengan pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh akuntan publik.
Pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh akuntan publik untuk menentukan
kewajaran penyusunan laporan keuangan. Sedangkan pemeriksaan pajak
dimaksudkan untuk menguji kebenaran transaksi bisnis (bukan kewajaran).
Seperti akuntan publik dalam tugasnya, petugas pemeriksa pajak juga
melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan-catatan, dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan kegiatan usaha. Wajib Pajak harus memperlihatkan atau
meminjamkan dokumen yang diperlukan. Bilamana pembukuan, catatan dan
dokumen yang diperlukan tidak dapat diberikan oleh Wajib Pajak dengan dalih
untuk menghindarkan diri, berdasarkan undang-undang petugas pemeriksa
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
sebagai tempat penyimpanan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen
tersebut.
Dalam pemeriksaan keuangan, akuntan publik tidak mendapatkan
wewenang sebanyak yang diperoleh pemeriksa pajak. Apabila ternyata
perusahaan yang diperiksa gagal memberikan buku, dokumen dan catatan yang
diperlukan dalam pemeriksaan, akuntan publik tidak dapat memaksa perusahaan
untuk menyerahkannya. Yang dapat dilakukan oleh akuntan publik hanyalah
memberikan pendapat yang menolak. Hal ini sangat berlainan dengan wewenang
yang didapat oleh pemeriksa pajak, dan dapat dimaklumi karena sifat pembayaran
pajak adalah wajib berdasarkan undang-undang. Apabila perusahaan tidak
bersedia atau mengulur-ulur waktu untuk tidak diperiksa, petugas pemeriksa pajak
diperkenankan oleh peraturan perundang-undang perpajakan untuk menyegel
perusahaan.
3. Jenis Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
Ada dua jenis pelaksanaan pemeriksaan pajak yaitu:
1. Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan, meliputi seluruh jenis pajak baik
tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan dengan
menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman
yang ditetapkan. Pada pemeriksaan lapangan petugas pemeriksa pajak
datang memeriksa diperusahaan Wajib Pajak.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor, meliputi jenis pajak tertentu untuk
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman
yang sederhana. Pada pemeriksaan kantor ada dua cara pemeriksaan
yaitu penelaahan berkas-berkas dilakukan di kantor Direktorat Jenderal
Pajak tanpa perlu memanggil Wajib Pajak yang bersangkutan, atau
Wajib Pajak diminta datang dengan membawa berkas-berkasnya.
4. Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak
Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan Wajib Pajak adalah sebagai
berkut :
a. Wajib Pajak berhak meminta kepada pemeriksa untuk memperlihatkan
surat perintah pemeriksaan dan tanda pengenal pemeriksa.
b. Wajib Pajak berhak meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan.
c. Dalam hal pemeriksaan kantor, Wajib Pajak wajib memenuhi panggilan
untuk datang menghadiri pemeriksan sesuai dengan waktu yang
ditentukan
d. Wajib Pajak berhak menerima Surat Pemberitahuan Hasil pemeriksaan
dan berhak menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
e. Wajib Pajak wajib memenuhi permintaan peminjaman buku-buku,
catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk
kelancaran pemeriksaan dalam jangka waktu yang ditetapkan dan
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
5. Hak Dan Kewajiban Pemeriksa Pajak
Dalam rangka memperlancar pemeriksaan pajak dan meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat, pemerintah melalui keputusan menteri keuangan
mengatur wewenang pemeriksa pajak.
a. Pemeriksa pajak berhak memeriksa dan juga meminjam buku-buku,
catatan-catatan, dan dokumen-dokumen pendukung lainnya termasuk
keluaran atau media komputer dan perangkat elektronik pengolah data
lainnya dan juga wajib mengembalikan dokumen-dokumen yang dipinjam.
b. Pemeriksa pajak berhak meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari
wajib pajak yang diperiksa maupun pihak ketiga yang mempunyai
hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa.
c. Pemeriksa pajak berhak memasuki tempat atau ruangan yang diduga
merupakan tempat menyimpan dokumen, uang, barang yang dapat
memberikan petunjuk tentang keadaan usaha Wajib Pajak dan/atau
tempat-tempat lain yang dianggap penting serta melakukan pemeriksaan
ditempat-tempat tersebut.
d. Pemeriksa pajak berhak melakukan penyegelan tempat atau ruangan
tersebut pada huruf c, apabila Wajib Pajak atau wakil atau kuasanya tidak
memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud,
atau tidak ditempat pada saat pemeriksaan dilakukan
e. Pemeriksa pajak wajib menunjukkan surat perintah pemeriksaan dan tanda
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
B. Pajak Pertambahan Nilai
1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Pengertian umum PPN adalah pajak atas konsumsi barang atau jasa dalam
daerah pabean oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pertambahan nilai itu sendiri
timbul karena digunakannya faktor - faktor produksi pada setiap jalur perusahaan
dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang
atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen
Dasar hukum pengenaan PPN adalah Undang-undang No.8 Tahun 1983
yang telah diubah dengan Undang-undang No.11 Tahun 1994, kemudian diubah
lagi dengan Undang - Undang No.18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah .
PPN merupakan golongan pajak tidak langsung. Pajak tidak langsung adalah
pajak yang dikenakan terhadap orang atau badan yang harus menanggungnya,
tetapi dapat memindahkan beban pajaknya dan diharapkan pihak lain untuk
membayarnya. PPN termasuk dalam kelompok ini, karena PPN yang dikenakan
terhadap penjual yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa
Kena Pajak (JKP) dapat dialihkan beban pajaknya kepada pembeli BKP atau
penerima JKP untuk membayarnya.
Berdasarkan sifatnya PPN termasuk bersifat pajak objektif. Pajak objektif
adalah suatu jenis pajak yang timbulnya kewajiban pajaknya sangat ditentukan
pertama-pertama oleh objek pajak. PPN dikenakan atas penyerahan BKP dan atau
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
Berdasarkan lembaga pemungutnya PPN termasuk pajak pusat. Pajak pusat
adalah pajak yang dipungut berdasarkan undang-undang yang penerimaan
pajaknya merupakan sumber penerimaan bagi anggaran pendapatan dan anggaran
belanja negara (APBN).
Pencatatan transaksi yang berhubungan dengan PPN diatur khusus dalam
UU PPN 1984 pasal 6. Dalam pasal itu disebutkan bahwa setiap pengusaha kena
pajak diwajibkan mencatat semua harga perolehan dan penyerahan barang kena
pajak atau jasa kena pajak dalam pembukuan perusahaan. Terselenggaranya
pencatatan tersebut merupakan pencerminan teraturnya pembukuan sehingga
dasar pengenaan PPN dapat ditentukan dengan mudah.
Pada catatan dalam pembukuan itu harus dicantumkan secara terpisah dan
jelas antara lain:
a. Jumlah harga perolehan atau nilai impor
b. Jumlah harga jual atau nilai pengganti
c. Nama barang dan satuannya
d. Jumlah harga jual dari bukan barang kena pajak (hasil agraria,
perikanan, kehutanan dan sebagainya)
e. Jumlah nilai ekspor
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
2. Subjek Dan Objek Pajak Pertambahan Nilai
a. Subyek Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Undang - Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 18 Tahun 2000, yang merupakan subyek Pajak Pertambahan Nilai adalah :
1. Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
2. Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
3. Orang Pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean .
b. Obyek Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 18 Tahun 2000 dalam pasal 4 yang merupakan objek PPN adalah sebagai berikut :
1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.
2. Impor Barang Kena Pajak
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
Adapun penjelasan atas objek PPN tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha.
Syarat – syaratnya adalah :
a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak
b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
c. Penyerahan dilakukan di dalam daerah Pabean atau dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaan pengusaha yang bersangkutan.
2. Impor Barang Kena Pajak
Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke
dalam Daerah Pabean. Pajak juga dipungut pada saat impor Barang Kena
Pajak. Pemungutan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai.
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha
Syarat – syaratnya adalah :
a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak
b. Penyerahan dilakukan di dalam daerah Pabean
c. Penyerahan dilakukan di dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan
pengusaha yang bersangkutan.
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar pabean di dalam
daerah pabean.
Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan pajak yang sama dengan
impor Barang Kena Pajak, maka atas Barang Kena Pajak tidak berwujud yang
berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan di dalam Daerah Pabean
juga dikenakan pajak.
Contoh: Pengusaha Adi yang berkedudukan di Jakarta memperoleh hak
menggunakan merk yang dimiliki pengusaha Budi yang berkedudukan di
Hongkong. Atas pemanfaatan merk tersebut pengusaha Adi di dalam Daerah
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar pabean di dalam daerah pabean
Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan
JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. Jasa yang berasal dari
luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapapun dalam Daerah Pabean
dikenakan PPN.
Contoh : Pengusaha Kena Pajak Adi di Surabaya memanfaatkan jasa auditor
pengusaha Tommy yang berkedudukan di Singapura, dimana atas
pemanfaatan jasa tersebut terutang PPN.
6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
Ekspor adalah setiap kegiatan yang mengeluarkan barang dari dalam Daerah
Pabean ke luar Daerah Pabean.
3. Tarif Dan Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan adanya Dasar
Pengenaan Pajak. Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak.
Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai berupa uang yang dipakai sebagai dasar
untuk menghitung pajak terutang.
Menurut Undang – Undang Pajak Tahun 2000 (2000 : 169), jenis – jenis
Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai terdiri atas “ Harga jual, Penggantian,
Nilai Impor, Nilai Ekspor dan Nilai lain yang ditetapkan Menteri Keuangan”.
Adapun pengertian masing – masing Dasar Pengenaan PPN tersebut adalah :
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
Menurut Undang – Undang Pajak No.18 Tahun 2000, pengertian harga jual
adalah : “nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang – Undang PPN dan PPnBM dan potongan harga yang
dicantumkan dalam faktur pajak”.
Apabila PKP selain menerbitkan faktur pajak juga menerbitkan faktur
penjualan, maka potongan harga yang tercantum dalam faktur pajak tersebut juga
potongan harga yang tercantum dalam faktur penjualan. Tidak termasuk dalam
pengertian potongan harga adalah bonus, premi, komisi atau balas jasa lainnya
yang diberikan dalam rangka penjualan BKP.
• Penggantian
Menurut Undang – Undang Pajak No.18 Tahun 2000, pengertian
penggantian adalah : “nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
yang seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, tidak
termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur
pajak”.
• Nilai Ekspor
Menurut Undang – Undang Pajak Tahun 2000 (2000 : 170), Nilai ekspor
merupakan “nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau yang
seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai ekspor dapat diketahui dari dokumen
ekspor, misalnya harga yang tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barang
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
• Nilai Impor
Menurut Undang – Undang Pajak No.18 Tahun 2000 (2000 : 170),
pengertian nilai impor adalah : “nilai berupa uang, yang menjadi dasar
penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan
ketentuan perundangan-undangan pabean tidak termasuk pajak yang dipungut
menurut undang -undang PPN dan PPnBM”.
a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Pengenaan PPN ditentukan dengan tarif yang berlaku untuk umum. Tarif
yang berlaku untuk PPN atas penyerahan BKP dan JKP adalah tarif tunggal yaitu
10% sehingga mudah dalam pelaksanaannya dan tidak memerlukan daftar
penggolongan barang atau penggolongan jasa dengan tarif yang berbeda.
Sedangkan untuk ekspor BKP adalah 0%. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
ekspor ke luar negeri khususnya ekspor non migas sehingga meningkatkan laju
perekonomian dalam negeri. Tarif 0% berlaku untuk konsumsi BKP di luar
Daerah Pabean. Pengenaan tarif 0% bukan berarti pembebasan dari pengenaan
PPN, sehingga pajak masukan yang telah dibayar dari barang yang di ekspor tetap
dapat dikreditkan.
b. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah dengan mengalikan jumlah
harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan
dengan keputusan Menteri Keuangan dengan tarif pajak.
Contoh :
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
PPN yang terutang : 10% x Rp.25.000.000,- = Rp.2.500.000,-
b. PKP Budi melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh
penggantian Rp.20.000.000.
PPN yang terutang : 10% x Rp.20.000.000,- = Rp.2.000.000,-
c. Adi mengimpor Barang Kena Pajak dari luar daerah pabean dengan nilai impor
Rp.15.000.000,-.
PPN yang dipungut melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai:
10% x Rp.15.000.000,- = Rp.1.500.000,-
4. Saat Pajak Pertambahan Nilai Terutang
Pemungutan PPN menganut prinsip akrual, artinya terutangnya pajak terjadi
pada saat penyerahan BKP atau pada saat penyerahan JKP, meskipun pembayaran
atas penyerahan tersebut belum diterima sepenuhnya, atau pada saat impor BKP,
meskipun atas penyerahan tersebut belum atau belum sepenuhnya diterima
pembayarannya.
5. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai
PKP yang melakukan penyerahan BKP dan JKP wajib melaporkan
perhitungan yang telah dilakukan dan PPN yang telah disetorkan. Pelaporan harus
disertai bukti yaitu faktur pajak.
a. Faktur Pajak
Faktur pajak merupakan bukti yang harus dilampirkan PKP dalam
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
Tahun 2000 (2000 : 170) pengertian Faktur Pajak adalah : “bukti pungutan pajak
yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP
atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan Direktur Jenderal
Bea dan Cukai”.
Apabila pembayaran yang diterima sebelum penyerahan BKP atau sebelum
penyerahan JKP, faktur pajak dibuat pada saat pembayaran. Faktur pajak
merupakan bukti pungutan pajak dan dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengkreditkan Pajak Masukan. Faktur pajak ini harus diisi secara lengkap, jelas
dan benar serta ditandatangani oleh pejabat yang ditunjuk PKP.
Faktur pajak hanya dapat dibuat oleh PKP. Oleh karena itu, bagi orang
pribadi dan badan yang tidak dikukuhkan sebagai PKP dilarang membuat faktur
pajak. Larangan membuat faktur pajak oleh bukan PKP dimaksudkan untuk
melindungi pembeli dari pungutan pajak yang tidak semestinya.
Dalam mekanisme pelaporan PPN ada 3 macam faktur pajak, yaitu :
1. Faktur Pajak Standar
Faktur pajak yang biasa dipakai adalah Faktur Pajak Standar. Faktur Pajak
Standar harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP atau penyerahan
JKP menurut Undang – Undang No.18 tahun 2000 pasal 13 ayat 5. Faktur pajak
standar paling sedikit harus memuat hal – hal sebagai berikut :
a. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan BKP dan JKP.
b. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli BKP dan penerima JKP.
c. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut
f. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak
g. Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak.
Faktur Pajak Standar dibuat paling lama :
a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan atau
penyerahan keseluruhan JKP dalam hal pembayaran diterima setelah bulan
penyerahan BKP dan atau penyerahan keseluruhan JKP, kecuali pembayaran
terjadi sebelum akhir bulan berikutnya maka Faktur Pajak Standar harus
dibuat paling lambat pada saat penerimaan pembayaran.
b. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal ini penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan BKP dan atau sebelum penyerahan JKP.
c. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap penyerahan.
d. Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Pemungut PPN.
Selain Faktur Pajak Standar dengan bentuk yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak, ada dokumen – dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur
Pajak Standar Oleh Direktur Jenderal Pajak. Meskipun bentuknya tidak standar
dokumen – dokumen tersebut yang disamakan dengan Faktur Pajak Standar.
Menurut Erly Suandy (2002 : 297-298), dokumen – dokumen tersebut
meliputi :
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
b. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah difiat muat oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan dilampiri invoice yang merupakan kesatuan yang tidak terpisah dengan PEB tersebut.
c. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat atau dikeluarkan oleh Bulog atau Dolog untuk penyaluran tepung terigu atau gula pasir. d. Faktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat atau dikeluarkan oleh
Pertamina untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM.
e. Tanda pembayaran atau kwitansi atas penyerahan jasa telekomunikasi. f. Tiket dan surat muatan udara (Airway Bill) atau Delivery Bill yang
dikeluarkan atau dibuat untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri.
g. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan atau JKP dari luar Daerah Pabean.
h. Nota penjualan yang dikeluarkan atau dibuat untuk penyerahan jasa pelabuhan.
i. Tanda pembayaran dan kwitansi listrik.
2. Faktur Pajak Sederhana
Faktur Pajak Sederhana merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh
PKP untuk menampung kegiatan penyerahan BKP dan JKP yang dilakukan secara
langsung kepada konsumen akhir. Faktur Pajak Sederhana paling sedikit harus
memuat :
a. Nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan BKP dan
JKP.
b. Jenis dan kuantum BKP dan atau JKP yang diserahkan.
c. Jumlah harga jual atau Penggantian yang sudah termasuk PPN atau besarnya
PPN yang dicantumkan secara terpisah.
d. Tanggal pembuatan faktur pajak.
Tanda bukti penyerahan atau pembayaran atas penyerahan BKP dan atau JKP
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
Sederhana, yaitu : bon kontan, faktur penjualan, segi cash register, karcis,
kwitansi, atau tanda bukti penyerahan atau pembayaran lain yang sejenis
Faktur Pajak Sederhana harus dibuat pada saat penyerahan BKP dan atau
JKP atau pada saat pembayaran apabila pembayaran diterima sebelum penyerahan
BKP dan atau JKP. Faktur Pajak Sederhana dibuat paling sedikit rangkap 2.
Faktur Pajak Sederhana tidak digunakan oleh pembeli BKP dan atau penerima
JKP sebagai dasar untuk pengkreditan Pajak Masukan.
3. Faktur Pajak Gabungan
Faktur Pajak Gabungan menurut Wirawan B.Ilyas (2007:121) yaitu :
“Faktur Pajak Standar yang meliputi seluruh penyerahan BKP atau JKP yang
terjadi selama satu bulan takwim untuk pembeli BKP atau Penerima JKP yang
sama”. Artinya, PKP diperkenankan untuk membuat satu faktur pajak yang
meliputi semua penyerahan BKP / JKP yang terjadi selama satu bulan takwim
kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama.
b. Pengkreditan Pajak Masukan
Sistem PPN yang dianut Indonesia adalah sistem atau metode
pengkreditan. Artinya, besarnya PPN yang harus dibayar atau yang lebih bayar
dihitung dengan mekanisme pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak
Keluaran.
Pajak Keluaran adalah PPN yang terutang yang wajib dipungut oleh PKP
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena
perolehan BKP dan atau JKP dan atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari
luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan atau
impor BKP.
PPN yang seharusnya sudah dibayarkan tersebut merupakan Pajak Masukan
bagi pembeli BKP, atau penerima JKP atau pengimpor BKP, atau pihak yang
memanfaatkan JKP dari luar Daerah Pabean yang berstatus sebagai PKP.
Menurut Erly Suandy (2002 : 306-309) pengkreditan Pajak Masukan harus
memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1. Pajak Masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk masa pajak yang sama.
2. Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu masa pajak, maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan.
3. Apabila dalam suatu masa pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan PPN yang harus dibayar oleh PKP.
4. Apabila dalam suatu masa pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali atau dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.
5. Apabila dalam suatu masa pajak, PKP selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya, maka jumlah Pajak Keluaran yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan terutang pajak.
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
7. Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha yang dikenakan Pajak Penghasilan dengan menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan dapat dihitung dengan menggunakan pedoman pengkreditan Pajak Masukan yang ditatapkan Menteri Keuangan.
8. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya, selambat – lambatnya 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.
Menurut Undang – Undang Tahun 2000 (2000 : 175) Pajak Masukan yang
tidak dapat dikreditkan yaitu :
1. Perolehan BKP dan JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
2. Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha.
3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van, dan kombi kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.
4. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
5. Perolehan BKP atau JKP yang bukti pungutannya berupa Faktur Pajak Sederhana.
6. Perolehan BKP atau JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang No.17 tahun 2000 pasal 13 ayat 5.
7. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan, maka PPN yang tercantum di dalamnya tidak dapat dikreditkan.
8. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan
penerbitan ketetapan pajak.
9. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang diketemukan pada waktu pemeriksaan.
Adapun penjelasan mengenai Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan
adalah sebagai berikut :
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
Contoh :
Pengusaha Adi melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
pada tanggal 3 Januari 2008. Pengukuhan sebagai PKP diberikan pada tanggal
5 Januari 2008 dan berlaku sejak tanggal 3 Januari 2008. Pajak Masukan yang
diperoleh sebelum tanggal 3 Januari 2008 tidak dapat dikreditkan.
2. Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha.
Yang dimaksud dengan pengeluaran yang langsung berhubungan dengan
kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan – kegiatan produksi,
distribusi, pemasaran, dan manajemen. Ketentuan ini berlaku untuk semua
bidang usaha.
3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station
wagon,van, dan kombi kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.
Semua jenis kendaraan yang disebutkan diatas jika dipakai untuk kepentingan
sendiri tidak akan dikenakan PPN, kecuali jika terjadi jual beli atau
penyewaan terhadap kendaraan tersebut.
4. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
Contoh :
Pengusaha Adi melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP pada
tanggal 5 Maret 2008. Pengukuhan sebagai PKP diberikan pada tanggal 7
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean yang
diperoleh sebelum tanggal 5 Maret 2008 tidak dapat dikreditkan.
5. Perolehan BKP atau JKP yang bukti pungutannya berupa Faktur Pajak
Sederhana.
Oleh karena Faktur Pajak Sederhana merupakan faktur pajak yang isinya tidak
mencantumkan secara lengkap hal – hal yang diatur dalam Undang – Undang
No.18 tahun 2000 pasal 13 ayat 5, maka Faktur Pajak Sederhana hanya
merupakan bukti pungutan PPN dan tidak dapat dipakai sebagai dasar
pengkreditan Pajak Masukan.
6. Perolehan BKP atau JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang No.18 tahun 2000 pasal 13
ayat 5.
Faktur Pajak yang isinya tidak sesuai dengan Undang – Undang No.18 tahun
2000 pasal 13 ayat 5 dapat mengakibatkan PPN yang tercantum di dalamnya
tidak dapat dikreditkan.
7. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan,
maka PPN yang tercantum di dalamnya tidak dapat dikreditkan.
8. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan
ketetapan pajak.
Dapat terjadi PKP baru membayar PPN yang terutang atas perolehan atau
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
dibayar atas ketetapan pajak tersebut bukan merupakan Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan.
9. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT
Masa PPN, yang diketemukan pada waktu pemeriksaan.
Sesuai dengan sistem self assessment, PKP wajib melaporkan seluruh kegiatan
usahanya dalam SPT Masa PPN. Disamping itu, kepada PKP juga telah
diberikan kesempatan untuk melakukan pembetulan SPT Masa PPN, sehingga
sudah selayaknya jika Pajak Masukan yang tidak dilaporkan dalam SPT Masa
PPN tidak dapat dikreditkan
Pajak masukan yang dibayarkan untuk perolehan BKP dan atau JKP
dikreditkan dengan Pajak Keluaran ditempat PKP dikukuhkan. Meskipun
demikian Direktur Jenderal Pajak dapat menentukan tempat lain sebagai tempat
pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan BKP dan atau JKP, baik atas
permohonan tertulis dari PKP ataupun secara jabatan.
c. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Waluyo (2000 : 293), yang dimaksud dengan Surat pemberitahuan
Masa adalah : “surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak
atau pada suatu saat”.
Wajib pajak wajib mengisi dan menyampaikan SPT Masa Pajak
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
SPT Masa PPN harus disampaikan dalam keadaan lengkap, artinya disertai
lampiran yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak dan sudah
dibubuhkan tanda tangan serta nama jelas baik pada SPT induk maupun pada
setiap lampiran yang telah dibakukan. Apabila SPT Masa PPN yang disampaikan
tidak memenuhi ketentuan ini, maka dianggap SPT tersebut tidak pernah
disampaikan. SPT Masa harus jelas maksudnya dalam bahasa Indonesia,
menggunakan huruf latin, menggunakan angka Arab, dan dalam mata uang
rupiah. SPT Masa harus benar maksudnya bahwa setiap bagian harus diisi
berdasarkan keadaan yang sebenarnya.
Apabila SPT dikirim melalui kantor Pos dan Giro, tanda bukti serta tanggal
pengiriman surat tercatat dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan
SPT oleh PKP.
SPT Masa PPN wajib disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor
Penyuluhan Pajak selambat – lambatnya tanggal 20 setelah akhir Masa Pajak.
Dalam hal tanggal 20 jatuh pada hari libur, SPT Masa PPN harus disampaikan
pada hari kerja sebelumnya. Apabila terlambat menyampaikan SPT Masa PPN,
akan dikenakan sanksi administrasi. PPN paling lambat disetor tanggal 15 setelah
akhir masa pajak. Apabila tanggal 15 jatuh pada hari libur maka PPN dapat
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
C. Prosedur Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaaan disini hanya terbatas pada hal-hal yang ada kaitanya
dengan identifikasi masalah yang telah ditentukan, sehingga isi program
pemeriksaan diharapkan tidak terlalu panjang, hal ini diatur dalam pedoman dan
tata cara pemeriksaaan pajak.
Program pemeriksaan pajak untuk memeriksa PPN terdiri dari tujuan
pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan sebagai berikut:
a. Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan bahwa:
•Pembelian yang akan menghasilkan pajak masukan tidak dilaporkan lebih
besar dari yang sebenarnya.
•Penjualan yang akan menghasilkan pajak keluaran tidak dilaporkan lebih
kecil dari yang sebenarnya
•Penghitungan PPN sudah dilakukan dengan benar
•Pengisian SPT masa PPN sudah dilakukan dengan benar
•Penyetoran dan pelaporan SPT masa PPN sudah dilakukan dengan benar
b. Prosedur Pemeriksaan
Prosedur dibawah ini adalah prosedur pemeriksaan yang perlu dilaksanakan
dalam setiap pelaksanaan pemeriksaan sederhana PPN dan PPnBm yang sesuai
dengan tujuan pemeriksaan masing-masing.
Tujuan yang pertama yaitu untuk menentukan bahwa pajak masukan tidak
dilaporkan lebih besar dari yang sebenarnya. Prosedur untuk memeriksananya:
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
a. Lakukan analisis mengenai arus barang, arus uang dan arus utang dagang
b. Lakukan pengecekan atas kebenaran transaksi pembelian
•Pelajari kebijaksanaan dan prosedur mengenai pembelian, retur
pembelian dan sebaginya
•Dalam hal transaksi pembelian dilakukan dengan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat (2) Undang-Undang PPN periksa dasar penetapan harga belinya dan
volume transaksi selama masa pajak yang diperiksa.
c. Lakukan pengujian atas transaksi pembelian
•Bandingkan faktur pembelian mengenai kuantumnya, harga satuan,
dengan dokumen pendukungnya antara lain laporan penerimaan barang,
bukti pengiriman untuk pengembalian barang yang diretur, faktur pajak
yang bersangkutan, nota retur yang bersangkutan.
•Teliti syarat-syarat pembelian yang mengikat dengan pembebanan
biaya-biaya dan pembayaran yang terkait
•Teliti kebenaran jumlah pada faktur pembelian dan debet nota, termasuk
penghitungan PPN-nya serta cocokan dengan faktur pajaknya.
•Trasir pencatatan untuk transaksi pembelian dan retur pembelian ke
buku kas/bank, pemebelian, retur pembelian dan buku atau kartu utang
dagang
d. Teliti pembelian yang sudah dibukukan dalam buku pembelian, buku
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
e. Dalam hal transaksi impor teliti dokumen impor misalnya PIB, L/C, B/L,
price List, SSP PPN Impor, PPh Pasal 22 dan Debet Nota dari Bank,
Invoice, biaya-biaya bongkar muat dan atau dokumen-dokumen jasa
EMKL/EMKU untuk menguji kebenaran pengkreditan Pajak Masukan
dari transaksi Impor
Tujuan yang kedua adalah untuk menentukan bahwa pajak keluaran tidak
dilaporkan lebih kecil dari yang sebenarnya. Prosedur pemeriksaan yang
dilakukan untuk memeriksanya:
1. Prosedur Pemeriksaan Penjualan
a. Lakukan pengujian kaitan antara dasar pengenaan pajak (DPP) PPN yang
dilaporkan dalam SPT Masa PPN dengan buku penjualan, buku retur
penjualan, nota retur, buku piutang dagang, buku kas/bank.
b. Dalam hal transaksi penjualan dilakukan dengan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat
(2) Undang-Undang PPN, periksa dasar penetapan harga jualnya dan
tentukan kewajarannya.
c. Yakinkan bahwa peredaran usaha selama masa yang diperiksa telah dicatat
secara lengkap dan benar berdasarkan bukti-bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan mempelajari kontrak-kontrak atau
perjanjian-perjanjian.
d. Periksa retur penjualan ke bukti pengembalian barang, tanda terima
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
e. Periksa potongan penjualan dengan bukti-bukti pendukungnya dan catatan
pemberian potongan yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan pemberian
potongan yang telah ditentukan
f. Jika dipandang perlu, untuk transaksi penjualan yang signifikan lakukan
konfirmasi dengan pihak pembeli.
Tujuan yang ketiga adalah untuk menentukan bahwa perhitungan PPN sudah
dilakukan dengan benar. Prosedur pemeriksan yang dilakukan :
a. Melakukan perhitungan kembali (pengurangan pajak keluaran dan pajak
masukan) dari hasil pemeriksaan yang didapat sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
Tujuan yang keempat adalah untuk menentukan bahwa pengisian SPT masa
PPN sudah dilakukan dengan benar. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan:
a. Memeriksa kembali apakah SPT masa PPN sudah diisi dengan
menggunakan lampiran yang telah ditetapkan oleh Direktoran Jenderal
Pajak dan dibubuhi tanda tangan dan nama jelas direktur perusahaan pada
SPT induk maupun lampirannya.
b. Memeriksa kembali apakah SPT masa PPN sudah diisi dengan jelas,
maksudnya SPT diisi dalam bahasa Indonesia, menggunakan huruf latin,
menggunakan angka Arab, dan dalam mata uang Rupiah
Tujuan yang kelima adalah untuk menentukan bahwa penyetoran dan
pelaporan SPT masa PPN sudah dilakukan dengan benar. Prosedur pemeriksaan
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
a. Memeriksa kembali tanggal yang tercantum pada SPT dan SSP. Untuk
pelaporan, tanggal yang seharusnya tercantum dalam SPT adalah tanggal
20 setelah akhir masa pajak. Sedangkan untuk penyetoran, tanggal yang
seharusnya tercantum dalam SSP adalah tanggal 15 setelah akhir masa
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang dilakukan
dengan cara studi kasus pada satu perusahaan dengan ruang lingkup penelitiannya
adalah studi kasus yang menekankan pada penerapan pemeriksaan pajak dalam
kaitannya dengan PPN.
Penelitian ini dilakukan untuk membantu perusahaan dalam memahami
tata cara penghitungan pajak masukan dan pajak keluaran untuk menghasilkan
besarnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan diharapkan nantinya mampu
memenuhi kewajibannya sebagai badan usaha yang harus melakukan sendiri
penghitungan PPN terutang, serta penerapan pemeriksaan pajak berdasarkan
peraturan perpajakan.
B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
kuantitatif dan data kualitatif.
1. Data Kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka – angka yang memiliki
keterkaitan dengan objek yang diteliti. Data kuantitatif adalah surat
pemberitahuan (SPT) Masa PPN, Laporan laba rugi, neraca suatu
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
2. Data kualitatif, yaitu data berupa penjelasan yang dijadikan bahan
analisis sebagai objek penelitian. Data tersebut meliputi keterangan
sejarah perusahaan, struktur organisasi. Dimana data tersebut diperoleh
secara langsung dari pemilik.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan mendatangi langsung objek penelitian yaitu PT. Perdoni Cab. Medan,
yang ditunjang dengan serangkaian kegiatan seperti :
1. Wawancara / interview
yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung dengan responden, yaitu bagian pembukuan dan Pajak
PT.Perdoni Cab. Medan.
2. Dokumentasi
yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan menggunakan
laporan – laporan, catatan – catatan, maupun formulir – formulir yang
terdapat dalam perusahaan yang berhubungan dengan permasalahan
dalam penelitian ini.
C. Teknik Analisis Data
Teknik yang penulis gunakan dalam analisis data adalah analisis data
kualitatif tanpa menggunakan analisis statistik. Teknik tersebut terdiri dari :
1. Mengumpulkan data yang berupa laporan keuangan, neraca serta SPT
masa PPN selama tahun pajak 2006 PT. Perdoni Cab. Medan
2. Melakukan analisis terhadap pembelian dan penjualan yang dilakukan
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
3. Melakukan analisis pemeriksaan pajak sesuai dengan prosedur Surat
Edaran No.01/PJ.07/2002
4. Melakukan penghitungan PPN sesuai dengan prosedur Surat Edaran
No.01/PJ.7/2002
5. Menarik kesimpulan dan memberikan saran
D. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung mulai bulan November sampai
dengan selesai, yang dilaksanakan di PT. Perdoni Cab. Medan jalan Glugur By
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat PT. Perdoni
PT. Perdoni disahkan oleh menteri kehakiman tanggal 17 Desember 1975
dan dibuka cabang di Medan dengan berkedudukan di Jl. Glugur By Pass
No.83-A, Silalas Medan tanggal 31 Agustus 2004 didepan departemen perindustrian
dengan jenis kegiatan pokok perusahaan adalah pedagang eceran khusus bahan
kimia didalam bangunan dengan jenis barang dagangan utama suku cadang
pemboran dan produksi bahan kimia.
Sejalan perkembangan bisnis perusahaan, maka jaringan pelayanan
pendistribusian bahan-bahan kimia adalah bahan-bahan kimia yang berkualitas
bagus dengan titik milting point yang bisa dipakai pada setiap jenis indutri.
2. Struktur Organisasi PT. Perdoni Cab. Medan
Dalam suatu perusahaan, kelancaran usaha merupakan syarat utama untuk
mencapai efektifitas dan produktivitas yang tinggi. Hal tersebut dapat dicapai
apabila perusahaan memiliki struktur organisasi yang dapat menghubungkan
antara atasan dan bawahan serta wewenang dan tanggung jawab yang dapat
berjalan sesuai dengan prosedur yang ada. Struktur organisasi yang baik harus
fleksibel, sehingga memungkinkan untuk diadakan perubahan atau perbaikan dan
dapat menunjang kesuksesan perusahaan tersebut. Bentuk struktur organisasi dari
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
3. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Adapun pembagian tugas dan tanggungjawab masing-masing bagian sesuai
dengan struktur organisasi perusahaan PT. Perdoni Cab. Medan sebagai berikut :
1. Dewan Komisaris
Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Melaksanakan pengawasan kegiatan dan tindakan yang dilakukan oleh
direktur dan mengambil keputusan terakhir apabila ada persoalan yang
tidak terpecahkan oleh direktur.
b. Memerintah dan menasehati direktur bila terjadi kesimpangsiuran dalam
menjalankan kegiatan perusahaan.
2. Direktur
Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Memimpin dan mengendalikan operasi perusahaan sesuai anggaran
perusahaan.
b. Menentukan garis kebijaksanaan perusahaan
c. Memiliki wewenang dalam mengambil keputusan dan kebijakan
sehubungan dengan arah dan tujuan kegiatan perusahaan untuk mencapai
laba semaksimal mungkin.
d. Wajib mengadakan pengawasan dan pemeriksaan setiap cabang
perusahaan dan memberikan penjelasan segala hal yang perlu untuk
pengawasan dan pemeriksaan kepada komisaris. Dan melakukan
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
e. Menetapkan besarnya gaji dan upah pegawai.
3. Manager Cabang Medan
Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Mengadakan kunjungan ke relasi secara berkala demi kelancaran kegiatan
operasional.
b. Memantau kegiatan sehari-hari yang dijalankan oleh masing-masing
bagian sesuai dengan ketentuan yang telah ada serta meminimalkan
hambatan-hambatan yang terjadi.
c. Memberi saran dan menciptakan sistem serta suasana kerja yang lebih baik
dan memberikan penilaian pada masing-masing bagian.
d. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap omset penjualan di Medan
e. Mempelajari kewajaran dan perkembangan perusahaan secara berkala
4. Marketing
Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Mengadakan hubungan dengan customer dalam memprospek dan
mendapatkan order serta meningkatkan pelayanan dan menjaga hubungan
yang baik dengan pihak customer
b. Mencari relasi baru baik untuk divisi setiap produk-produk baru
c. Membuat perencanaan taget yang akan dicapai
d. Menyusun strategi pemasaran dalam meningkatkan kinerja
5. Manajer Akuntansi
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
b. Menyusun laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi serta
lampiran-lampiran pendukung
c. Membuat laporan setoran pajak
d. Memeriksa kebenaran laporan yang dibuat oleh administrasi/keuangan
e. Memeriksa bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran uang serta
perlengkapan bukti-bukti pendukung tersebut dan tandatangan dari pihak
yang berwenang
f. Memeriksa hutang yang akan dibayar dengan teliti dan melaporkan
besarnya hutang yang akan dibayar pada administrasi/keuangan
6. Administrasi / Keuangan
Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Memeriksa posisi kas bank
b. Memeriksa kebenaran dan kewajaran segala biaya yang berkenaan dengan
operasi
c. Memonitor kas masuk dan keluar setiap hari
d. Membuat pencatatan transaksi, biaya serta pembuatan kwitansi
e. Membuat laporan penerimaan piutang harian dan bulanan
f. Memeriksa bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran uang serta
perlengkapan bukti-bukti pendukung tersebut dan tandatangan dari pihak
yang berwenang
7. Bagian Piutang/Kolektor
Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
b. Melaporkan hasil tagihan kepada administrasi/keuangan
c. Membuat tanda pelunasan pada kwitansi
d. Membuat nota klaim atas kerusakan barang-barang customer selama
dalam jalur pengiriman
e. Memeriksa tagihan yang diterima baik cash, cek, maupun giro
8. Gudang
Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Mengawasi dan memantau arus keluar masuk barang di gudang
b. Mencatat pemakaian bahan bakar, ban, dan perlengkapan lain pada mobil
angkutan kepada manajer akuntansi
c. Melaporkan kepada manajer akuntansi jumlah gaji yang harus dibayar
kepada supir
d. Menerima Delivery Order (D/O) dari bagian administrasi/keuangan dan
membuat surat jalan sebagai bukti keluarnya barang dari gudang dan
melakukan pengarsipan
e. Mengawasi jadwal kapal yang akan berangkat dan tiba, juga jumlah
muatan untuk memantau barang yang diimpor Jakarta untuk Medan
9. Supir Angkutan
Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Mengirim barang ke customer sesuai dengan D/O dan surat jalan
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
PT. Perdoni Cab. Medan merupakan distributor dalam bidang perdagangan
bahan-bahan kimia industri yang di impor langsung dari luar negeri atau dalam
negeri. Berikut adalah keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh PT. Perdoni
Cab. Medan:
i. Pembelian barang dari luar negeri, dari pusat maupun lokal
ii. Transportasi barang dari supllier ke PT. Perdoni Cab. Medan
iii. Penyimpanan barang di gudang
iv. Penentuan harga jual
v. Menjual barang serta menyediakan informasi barang kepada konsumen
apabila ada sesuatu hal yang kurang jelas
[image:54.595.132.452.356.733.2]vi. Melayani konsumen
Gambar 4.2
Gambaran Aktivitas Usaha PT. Perdoni Cab. Medan
Produsen (Pabrikan)
Perusahaan Retail (Pedagang Eceran)
Konsumen Akhir Distributor
(PT. Perdoni Cab. Medan)
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
2. Prosedur Pembelian
PT. Perdoni Cab. Medan merupakan perusahaan distributor yang sudah
dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP) karena omzet penjualannya
lebih dari RP 600.000.000,- dalam satu tahun.. PT. Perdoni Cab. Medan biasanya
melakukan pembelian berdasarkan order atau pesanan. Transaksi pembelian yang
dilakukan perusahaan berasal dari pemasok yang sudah dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak (PKP) dan sebagian besar dari impor luar negeri.
Dalam transaksi pembelian itu, PT. Perdoni Cab. Medan mendapat
k