• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Mahasiswa USU Terhadap Pemanfaatan Poliklinik USU Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Mahasiswa USU Terhadap Pemanfaatan Poliklinik USU Tahun 2011"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU MAHASISWA USU TERHADAP PEMANFAATAN

POLIKLINIK USU TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH:

ARIF KRISTIAN LAWOLO

NIM. 071000137

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU MAHASISWA USU TERHADAP PEMANFAATAN

POLIKLINIK USU TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Mendapat Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

ARIF KRISTIAN LAWOLO

NIM. 071000137

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU MAHASISWA USU TERHADAP PEMANFAATAN

POLIKLINIK USU TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan Oleh :

ARIF KRISTIAN LAWOLO NIM. 071000137

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 19 Desember 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Drs. Tukiman, MKM Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes NIP. 19611024 199003 1 003 NIP. 19620604 199203 1 001

Penguji II Penguji III

dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS Siti Khadijah, SKM, MKes NIP. 19571117 198702 1 002 NIP. 19730803 199903 1 001

Medan, Desember 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001

(4)

ABSTRAK

Poliklinik Universitas Sumatera Utara (Poliklinik USU) merupakan sarana pelaksana pelayanan kesehatan bagi civitas akademika USU terutama mahasiswa, staf pengajar dan pegawai di lingkungan USU serta masyarakat di luar civitas akademika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mahasiswa USU terhadap pemanfaatan Poliklinik USU tahun 2011. Faktor-faktor yang diteliti tersebut meliputi Faktor-faktor predisposisi (jenis kelamin, umur, pengetahuan tentang Poliklinik USU dan sikap terhadap Poliklinik USU), faktor kemampuan (jarak fakultas dengan Poliklinik USU, persepsi terhadap tindakan petugas kesehatan, sumber informasi, kelompok referensi) dan faktor kebutuhan (persepsi sakit).

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan rancangan cross-sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa USU. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan jumlah 95 orang. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan untuk uji data dengan menggunakan uji Chi-square.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa ada hubungan pengetahuan tentang Poliklinik USU, sikap terhadap Poliklinik USU, persepsi terhadap tindakan petugas kesehatan, sumber informasi yang diterima dan kelompok referensi terhadap pemanfaatan Poliklinik USU dengan p < 0,05 dan tidak ada hubungan jenis kelamin, umur, jarak tempat tinggal dengan Poliklinik USU dan persepsi sakit terhadap pemanfaatan Poliklinik USU dengan p > 0,05.

Sesuai dengan penelitian di atas maka disarankan kepada pihak rektorat USU dan Poliklinik USU untuk melakukan sosialisasi kepada mahasiswa USU mengenai jenis pelayanan yang tersedia di Poliklinik USU, waktu pelayanan di Poliklinik USU dan informasi lain tentang Poliklinik USU melalui media sosialisasi seperti dosen, leaflet, suara USU, majalah dinding dan media lainnya.

Kata kunci : faktor-faktor yang memengaruhi, perilaku, poliklinik USU

(5)

ABSTRACT

University of Sumatera Utara Polyclinic (Polyclinic USU) is an implementer facility of health service for society of academicians of USU particularly students, educator staffs and workers in USU environment, this polyclinic also provide for societies outside society of academicians. The aim of this research is to knowing the determinant of student’s behavior in using Polyclinic USU on 2011. Factors that researched include predisposing factors (gender, age, knowing about Polyclinic USU, and attitude on Polyclinic USU), enabling factors (distance of faculty to Polyclinic USU, perception on action of health workers, information source, reference group) and need factors (perception of illness).

This research is using analytic with cross sectional design and quantitative approach. The population of this research is a whole of USU students. The technique that used for sampling is purposive sampling with a total sampling about 95 peoples. Data obtains through interview using questioner media and also using chi square analysis for data analysis.

The result of research show that there is relation between knowing about Polyclinic USU, attitude on Polyclinic USU, perception on action of health workers, information source that receive and reference group to using Polyclinic USU with p <0.05 and there is no relation between gender, age, distance of faculty to Polyclinic USU, and perception of illness to using Polyclinic USU with p>0.05.

According to the research above so it suggested for rector part of USU and Polyclinic USU for doing socialization to across USU students about kind of service that provided in Polyclinic USU, schedule of service, and the other information about Polyclinic USU through socialization media such lectures, leaflet, Suara USU magazine, bulletin board, etc.

Keywords : determinant, behavior, University of Sumatera Utara Polyclinic

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Arif Kristian Lawolo

Tempat/tanggal Lahir : Siofaewali, 11 Februari 1990 Agama : Kristen Protestan

Alamat Rumah : Jln. Diponegoro Gg. Nusantara No.40 Sifalaete – KBN Kota Gunungsitoli/Jln. Bahagia Gg. Pelita No.37 Padang Bulan – Medan

Nama Orangtua : Ayah : Ozuizaro Lawolo, S.Pd Ibu : Alm. Fiftiriang Harefa

Riwayat Pendidikan

Tahun 1995 – 2001 : SD Negeri 074038 Tohia – Gunungsitoli Tahun 2001 – 2004 : SMP Negeri 1 Gunungsitoli

Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 3 Gunungsitoli Tahun 2007 – 2011 : FKM USU Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU

MAHASISWA USU TERHADAP PEMANFAATAN POLIKLINIK USU

TAHUN 2011”.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik dari segi moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku ketua departemen PKIP dan dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, Mkes, selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS, selaku dosen Penguji I yang banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Siti Khadijah, SKM, Mkes, selaku dosen Penguji II yang banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar di FKM USU dan dosen PKIP khususnya yaitu Ibu Linda T. Maas, MPH., Ibu Lita Sri Andayani, SKM, Mkes., Ibu Dra. Syarifah, MS., Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS., Bapak Dr. Drs. R Kintoko Rochadi, MKM., dan Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD serta pegawai di departemen PKIP Bang Hendro yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan selama menjalani pendidikan di FKM USU.

(8)

8. Ibu dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, selaku kepala Poliklinik USU dan dekan-dekan Fakultas Kedokteran, Hukum, dan MIPA yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Teristimewa kepada orangtua saya (Ayahanda Ozuizaro Lawolo, S.Pd., Ibunda Alm. Fiftiriamg Harefa dan Ibunda Sudiati Harefa, S.Pd), Abang (Adil Rahmat Jaya Lawolo, S.Pak), Kakak (Ani Ratna Dewi Lawolo, S.Pd), adik-adik (Agnes Kristiani Lawolo, Asal Abdi Krisman Lawolo, Asdian Julianty Lawolo), keluarga besar nenek Ina Firman Harefa, keluarga besar dari Hiligara, keluarga besar dari Siofaewali serta adik-adikku yang di Medan (Suartri Welly Krismeinar Harefa dan Mercy Puspita Zebua) yang tidak pernah lelah memberi dukungan baik secara moral ataupun material dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak Octaviuta Bangun dan keluarga sebagai bapak rohani saya yang telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini.

11. Kepada abangnda dan kakanda eks GMPN yang telah mendukung penulis, Bang Fery Laoli, S.Sos., Kak Neni Telaumbanua, SE., Bang Efe Gea, STP., Kak Adil Daeli, SP., Kak Resti Gulo, SKM., Kak Velma Dakhi, SKM., Kak Elvin Waruwu, SP., Bang Winner Siregar, SE., Bang Parlin Sarumaha, S.Hut., Bang Alperes Gulo, S.Pd., Kak Tuti Halawa, SP,. Bang Ricky Sihombing, ST dan yang abangnda/kakanda yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. 12. Kepada adik-adik tercinta yang telah mendukung penulis Betzy Victor

Telaumbanua, Idealisman Siloto Telaumbanua dan cucuku Eman Harefa. 13. Keluarga Besar Generasi Muda Nias (GEMA NIAS) yang senantiasa

memotivasi penulis, Yaman Hulu, S.Si., Juang Nazara, SE., Kak Elsa, S.Kom., Ferry Waruwu, S.Sos, Yovitha Larosa, Berty Telaumbanua, SE., Bobby Mendrofa, SKM., Kak Dewi Zebua, Fajar Mendrofa, Jonathan Lase, Cardinal Mendrofa, Safrizal Ziliwu, Trisman Ziliwu, Romalinus Lase, Edwar Zai, Joko Telaumbanua, Anton Lase, Octime Zega, Tonis Harefa, Merta Zebua, Jun Harefa, Teo Laia, Selvi Nazara, Nirmala Zendrato, Ika Saota, Endang Telaumbanua, Benita Zendrato, dan adik-adikku tercinta di Bahagia Gg Pelita 37, Bahagia 41, Harmonika 82 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

(9)

14. Buat sahabat dan rekan-rekan saya di FKM USU, terutama Peminatan PKIP (Peranika R Pakpahan, Cut Alia, Elpita Tarigan, Devi Simangungsong, Suryani, SKM., Feri Fadli, Srinova Br Milala, Kak Sondari Harahap, SKM., Mustajudin, Junianti P S Lubis, Putra Apriadi Siregar, Adlinsyah, Vidya, Kak Ida) dan juga teman-teman di peminatan lain, Marlina Butar-butar, Raisa Nehemia, Melda Manik, Kak Rini Selasi, SKM., Advince Zebua, SKM., Yuni dan teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah berbagi suka dan duka selama belajar di FKM USU

15. Teman-teman Praktek Belajar Lapangan, Rani Silalahi, SKM., Maharani Hamid, Eka Purwanti, SKM., Bang Indra Kurniawan, Bang Afdhal Kurniawan, Kak Syafrina, SKM dan Kak Yunita yang telah berbagi cerita selama berada di Namu Ukur Selatan.

16. Keluarga Besar New Hope Community, Keluarga Besar Blessing Community Church, Keluarga besar GPI Gunungsitoli dan GKB Nias yang telah mendukung penulis dalam doa dan pertumbuhan spiritual.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak yang belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Medan, Desember 2011

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku ... 9

2.1.1 Pengertian Perilaku ... 9

2.1.2 Domain Perilaku ... 10

2.1.3 Perilaku Kesehatan ... 12

2.2 Persepsi Tentang Sehat-Sakit dan Perilaku Sakit ... 13

2.2.1 Konsep Sehat-Sakit ... 13

2.2.2 Perilaku Sakit ... 16

2.3 Pelayanan Kesehatan ... 18

2.3.1 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan ... 19

2.3.2 Stratifikasi Pelayanan Kesehatan ... 21

2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 22

2.4.1 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 23

2.4.2 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 26

2.5 Poliklinik USU ... 28

2.6 Kerangka Konsep ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 32

3.2.2 Waktu Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1 Populasi ... 33

(11)

3.3.2 Sampel ... 33

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4.1 Data Primer ... 34

3.4.2 Data Sekunder ... 35

3.5 Definisi Operasional ... 35

3.6 Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 36

3.6.1 Instrumen ... 36

3.6.2 Aspek Pengukuran ... 36

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 44

3.7.1 Pengolahan Data ... 44

3.7.2 Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Sumatera Utara... 42

4.2 Karakteristik Responden... 43

4.3 Analisis Univariat... 44

4.3.1 Pengetahuan Tentang Poliklinik USU ... 44

4.3.2 Sikap Terhadap Poliklinik USU... 51

4.3.3 Persepsi Responden Tentang Tindakan Petugas Kesehatan ... 55

4.3.4 Sumber Informasi ... 68

4.3.5 Kelompok Referensi ... 71

4.3.6 Persepsi Sakit ... 77

4.3.7 Tindakan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 80

4.4 Analisis Bivariat... 85

4.4.1 Hubungan Antara Jenis Kelamin Responden dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 85

4.4.2 Hubungan Antara Umur Responden dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 86

4.4.3 Hubungan Antara Jarak Fakultas Responden Responden dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 87

4.4.4 Hubungan Antara Pengetahuan Responden dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 88

4.4.5 Hubungan Antara Sikap Responden dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 89

4.4.6 Hubungan Antara Persepsi Responden Tentang Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 90

4.4.7 Hubungan Antara Sumber Informasi yang Diterima Responden dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 91

4.4.8 Hubungan Antara Kelompok Referensi dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 91

4.4.9 Hubungan Antara Persepsi Sakit Responden dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 92

(12)

BAB V PEMBAHASAN... 94

5.1 Gambaran Karakteristik Mahasiswa USU ... 94

5.2 Gambaran Pengetahuan Mahasiswa USU ... 95

5.3 Gambaran Sikap Mahasiswa USU ... 101

5.4 Gambaran Persepsi Mahasiswa USU Tentang Tindakan Petugas Kesehatan ... 106

5.5 Gambaran Sumber Informasi yang Diterima Mahasiswa USU ... 108

5.6 Gambaran Kelompok Referensi ... 110

5.7 Gambaran Persepsi Sakit Mahasiswa USU ... 111

5.8 Gambaran Tindakan Mahasiswa USU dalam Pemanfaatan Poliklinik USU ... 111

5.9 Gambaran Hubungan Antara Jenis Kelamin Mahasiswa USU dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 113

5.10 Gambaran Hubungan Antara Umur Mahasiswa USU dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 114

5.11 Gambaran Hubungan Antara Jarak Tempat Tinggal Mahasiswa USU dengan Pemanfaatan Poliklinik USU... 114

5.12 Gambaran Hubungan Antara Pengetahuan Mahasiswa USU dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 115

5.13 Gambaran Hubungan Antara Sikap Mahasiswa USU dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 116

5.14 Gambaran Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa USU Tentang Tindakan Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 117

5.15 Gambaran Hubungan Antara Sumber Informasi yang Diterima Mahasiswa USU dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 118

5.16 Gambaran Hubungan Antara Kelompok Referensi dengan Pemanfaatan Poliklinik USU... 118

5.17 Gambaran Hubungan Antara Persepsi Sakit Mahasiswa USU dengan Pemanfaatan Poliklinik USU... 119

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

6.1 Kesimpulan ... 121

6.2 Saran ... 122

Daftar Pustaka

Lampiran

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Pasien di Poliklinik USU Dari Tahun 2000

Sampai 2010 ... 5 Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Pasien di Poliklinik USU Dari Tahun 2008

Sampai 2010 Berdasarkan Kategori Pengunjung ... 6 Tabel 2.1 Jadwal Pelayanan Kesehatan di Poliklinik USU ... 29 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik ... 43 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang

Kegunaan Poliklinik USU ... 45 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang

Pelayanan yang Bisa Dilakukan di Poliklinik USU ... 46 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Jenis

Pelayanan yang Dilakukan di Poliklinik USU ... 46 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Jenis

Pelayanan Selain Pelayanan Oleh Dokter Umum yang

Dilakukan di Poliklinik USU ... 47 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Jenis

Pelayanan Selain Pelayanan Oleh Dokter Umum yang

Dilakukan di Poliklinik USU ... 48 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Siapa

yang Berhak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan di Poliklinik

USU ... 48 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Waktu

Pelayanan Kesehatan di Poliklinik USU ... 49 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Biaya

Jika Mendapat Pelayanan Kesehatan di Poliklinik USU ... 50 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Syarat yang Harus

Dipenuhi Jika Berobat di Poliklinik USU ... 50

(14)

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Tempat

Melapor jika Berobat di Poliklinik USU ... 51 Tabel 4.12 Distribusi Sikap Responden Terhadap Poliklinik USU ... 52 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden yang Pernah Berobat

ke Poliklinik USU Terhadap Tindakan Petugas Kesehatan ... 56 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden yang Tidak Pernah

Berobat ke Poliklinik USU Terhadap Tindakan Petugas

Kesehatan di Poliklinik USU ... 62 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi sebaran jawaban Responden Tentang

Sumber Informasi yang Diterima Tentang Poliklinik USU ... 68 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi yang Diterima

Responden Tentang Poliklinik USU ... 69 Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Informasi

yang Diterima Tentang Poliklinik USU Dari Pihak Rektorat

USU ... 70 Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Informasi

yang Diterima Tentang Poliklinik USU Dari Pihak Poliklinik

USU ... 70 Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi sebaran jawaban Responden Tentang

Kepada Siapa Responden Menyampaikan Keluhan Jika Sakit ... 71 Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pernah

Tidaknya Melihat Orang yang Berobat di Poliklinik USU ... 72 Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Ada

Tidaknya Orang yang Mengajak Responden Berobat di

Poliklinik USU ... 72 Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Orang yang Pernah Mengajak Responden

Berobat ke Poliklinik USU ... 73 Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Tanggapan Orangtua Responden Mengenai

Poliklinik USU ... 74 Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Tanggapan Keluarga Lain Responden

Mengenai Poliklinik USU ... 74

(15)

Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Tanggapan Teman Kampus Responden

Mengenai Poliklinik USU ... 75 Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Tanggapan Teman atau Masyarakat di Luar

Civitas Akademika USU Mengenai Poliklinik USU ... 76 Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Tanggapan Dosen dan atau Pegawai di

Lingkungan USU Mengenai Poliklinik USU ... 76 Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Persepsi Sakit Responden ... 78 Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi Pernah Tidaknya Responden Berobat ke

Poliklinik USU ... 80 Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Responden Berobat ke Poliklinik USU

dalam Satu Tahun Terakhir ... 81 Tabel 4.31 Distribusi Frekuensi Jenis Pelayanan di Poliklinik USU yang

Pernah Digunakan Responden ... 81 Tabel 4.32 Distribusi Frekuensi Alasan Responden Berobat di Poliklinik

USU ... 82 Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Mengenai Poliklinik

USU ... 83 Tabel 4.34 Distribusi Frekuensi Tempat Pengobatan yang Sering

Dimanfaatkan Responden ... 83 Tabel 4.35 Distribusi Frekuensi Alasan Responden Jarang/Tidak

Memanfaatkan Poliklinik USU ... 84 Tabel 4.36 Tabulasi Silang Jenis Kelamin Responden dengan Pemanfaatan

Poliklinik USU ... 85 Tabel 4.37 Tabulasi Silang Umur Responden dengan Pemanfaatan

Poliklinik USU ... 86 Tabel 4.38 Tabulasi Silang Jarak Fakultas Responden dengan Pemanfaatan

Poliklinik USU ... 87 Tabel 4.39 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden dengan Pemanfaatan

Poliklinik USU ... 88

(16)

Tabel 4.40 Tabulasi Silang Sikap Responden dengan Pemanfaatan

Poliklinik USU ... 89 Tabel 4.41 Tabulasi Silang Persepsi Responden Tentang Tindakan Petugas

Kesehatan dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 90 Tabel 4.42 Tabulasi Silang Sumber Informasi yang Diterima Responden

dengan Pemanfaatan Poliklinik USU ... 91 Tabel 4.43 Tabulasi Silang Kelompok Referensi dengan Pemanfaatan

Poliklinik USU ... 92 Tabel 4.44 Tabulasi Silang Persepsi Sakit Responden dengan Pemanfaatan

Poliklinik USU ... 93

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Poliklinik USU ... 52 Gambar 2 Kategori Sikap Responden Tentang Poliklinik USU ... 55 Gambar 3 Kategori Persepsi Responden Tentang Tindakan Petugas

Kesehatan ... 68 Gambar 4 Kategori Sumber Informasi yang Diterima Responden Tentang

Poliklinik USU ... 71 Gambar 5 Kategori Kelompok Referensi Mengenai Poliklinik USU ... 77 Gambar 6 Kategori Persepsi Sakit Responden ... 80

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Master Data Penelitian Lampiran 3 Output SPSS

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari FKM USU Lampiran 5 Surat Balasan

(19)

ABSTRAK

Poliklinik Universitas Sumatera Utara (Poliklinik USU) merupakan sarana pelaksana pelayanan kesehatan bagi civitas akademika USU terutama mahasiswa, staf pengajar dan pegawai di lingkungan USU serta masyarakat di luar civitas akademika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mahasiswa USU terhadap pemanfaatan Poliklinik USU tahun 2011. Faktor-faktor yang diteliti tersebut meliputi Faktor-faktor predisposisi (jenis kelamin, umur, pengetahuan tentang Poliklinik USU dan sikap terhadap Poliklinik USU), faktor kemampuan (jarak fakultas dengan Poliklinik USU, persepsi terhadap tindakan petugas kesehatan, sumber informasi, kelompok referensi) dan faktor kebutuhan (persepsi sakit).

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan rancangan cross-sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa USU. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan jumlah 95 orang. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan untuk uji data dengan menggunakan uji Chi-square.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa ada hubungan pengetahuan tentang Poliklinik USU, sikap terhadap Poliklinik USU, persepsi terhadap tindakan petugas kesehatan, sumber informasi yang diterima dan kelompok referensi terhadap pemanfaatan Poliklinik USU dengan p < 0,05 dan tidak ada hubungan jenis kelamin, umur, jarak tempat tinggal dengan Poliklinik USU dan persepsi sakit terhadap pemanfaatan Poliklinik USU dengan p > 0,05.

Sesuai dengan penelitian di atas maka disarankan kepada pihak rektorat USU dan Poliklinik USU untuk melakukan sosialisasi kepada mahasiswa USU mengenai jenis pelayanan yang tersedia di Poliklinik USU, waktu pelayanan di Poliklinik USU dan informasi lain tentang Poliklinik USU melalui media sosialisasi seperti dosen, leaflet, suara USU, majalah dinding dan media lainnya.

Kata kunci : faktor-faktor yang memengaruhi, perilaku, poliklinik USU

(20)

ABSTRACT

University of Sumatera Utara Polyclinic (Polyclinic USU) is an implementer facility of health service for society of academicians of USU particularly students, educator staffs and workers in USU environment, this polyclinic also provide for societies outside society of academicians. The aim of this research is to knowing the determinant of student’s behavior in using Polyclinic USU on 2011. Factors that researched include predisposing factors (gender, age, knowing about Polyclinic USU, and attitude on Polyclinic USU), enabling factors (distance of faculty to Polyclinic USU, perception on action of health workers, information source, reference group) and need factors (perception of illness).

This research is using analytic with cross sectional design and quantitative approach. The population of this research is a whole of USU students. The technique that used for sampling is purposive sampling with a total sampling about 95 peoples. Data obtains through interview using questioner media and also using chi square analysis for data analysis.

The result of research show that there is relation between knowing about Polyclinic USU, attitude on Polyclinic USU, perception on action of health workers, information source that receive and reference group to using Polyclinic USU with p <0.05 and there is no relation between gender, age, distance of faculty to Polyclinic USU, and perception of illness to using Polyclinic USU with p>0.05.

According to the research above so it suggested for rector part of USU and Polyclinic USU for doing socialization to across USU students about kind of service that provided in Polyclinic USU, schedule of service, and the other information about Polyclinic USU through socialization media such lectures, leaflet, Suara USU magazine, bulletin board, etc.

Keywords : determinant, behavior, University of Sumatera Utara Polyclinic

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Upaya-upaya kesehatan tersebut sesuai dengan bab IV pasal 47 undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan meliputi pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) (Depkes RI, 2010).

Untuk dapat melakukan upaya kesehatan yang dimaksud di atas salah satu hal yang perlu dilakukan dan dipandang mempunyai peranan penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Azwar, 1996).

Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan diperlukan fasilitas kesehatan, yaitu alat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik peningkatan, pencegahan, pengobatan, maupun pemulihan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam profil kesehatan Indonesia disebutkan bahwa tempat-tempat penyelenggaraan pelayanan kesehatan antara lain rumah sakit,

(22)

Puskemas, balai pengobatan/klinik, praktek dokter, praktek pengobatan tradisional, praktek tenaga kesehatan, Polindes, Poskesdes, Posyandu, apotek, toko obat dan pos UKK (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan data BPS yang diolah oleh Depkes RI dan dimuat dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2008 diketahui bahwa jumlah sarana kesehatan di Indonesia berjumlah 154.784 unit yang terdiri dari 1.372 unit rumah sakit, 8.548 unit Polikliniks, 23.163 unit Polikliniks pembantu serta 121.701 unit sarana kesehatan lainnya yang terdiri dari Poskesdes, Polindes, Posyandu, apotek dan tempat pelayanan kesehatan lainnya (Depkes RI, 2009).

Di Provinsi Sumatera Utara sampai akhir tahun 2008, jumlah sarana pelayanan kesehatan sebanyak 25.939 unit yang terdiri dari 190 unit rumah sakit, 493 unit Polikliniks, 514 unit Polikliniks keliling, 1.933 unit Polikliniks pembantu, dan 22.809 unit sarana kesehatan lain yakni balai pengobatan/klinik, praktek dokter, Polindes, Poskesdes, Posyandu, apotek, pos obat desa dan pos UKK (Dinkes Sumut, 2009).

Pada Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 dilaporkan bahwa setiap kecamatan telah memiliki minimal satu Polikliniks dan beberapa sarana kesehatan lainnya yang tentu saja sangat memudahkan masyarakat setempat dalam mengakses pelayanan kesehatan. Walaupun sarana kesehatan telah menjangkau hampir semua wilayah masyarakat, namun pemanfaatan pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan dimana masih banyaknya masyarakat yang mengalami keluhan kesehatan lebih memilih untuk mengobati sendiri. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2008 menunjukkan bahwa selama sebulan referensi diketahui bahwa 65,59% penduduk yang memiliki keluhan kesehatan memilih untuk mengobati sendiri (Depkes RI, 2009). Sementara di Provinsi Sumatera Utara tahun 2008

(23)

diperoleh data bahwa persentase penduduk yang memilih untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan sebesar 42,55% dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan pada bulan referensi (Dinkes Sumut, 2009).

Masih rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor. McKinlay (1972) dalam Fauzi Muzaham mengidentifikasikan 6 faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yakni faktor ekonomi, sosiodemografi, psikologi sosial, sosial, budaya dan organisasional (Muzaham, 1995). Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa faktor yang dominan memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah faktor usia menjadi faktor deteminan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan (Taffa dan Chapngeno, 2005), pada lingkungan mahasiswa lama studi juga memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana menurut penelitian Andersen dan Barthus (1973) mahasiswa yang lebih tua kurang berminat dengan pelayanan kesehatan kampus (Muzaham, 1995).

Faktor dominan lain yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah pengetahuan tentang pelayanan kesehatan (Shaikh dan Hatcher, 2005) yang didukung oleh hasil penelitian Wibowo (1992) yang menyebutkan bahwa pengetahuan ibu tentang pelayanan antenatal berhubungan dengan pemanfaatan antenatal pada bidan.

Menurut Yanagisawa (2004), jarak tempat tinggal pasien sangat memengaruhi pemanfaatan pelayanan. Hal ini sesuai dengan penelitian Smith (1983) dan Mechanic (1996) dalam Yuliah (2001) bahwa dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, tempat pelayanan yang tersedia menjadi bahan pertimbangan. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa persepsi sakit, biaya dan jarak menjadi faktor yang sangat dominan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan .

(24)

Selain faktor-faktor di atas, faktor yang juga sangat menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sikap dan tindakan petugas pelayanan terhadap pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bintang (1989) yang menyebutkan bahwa sikap petugas berpengaruh terhadap pemanfaatan poliklinik Depkeu RI (Hediyati, 2001).

Selain pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan masyarakat, beberapa institusi pada umumnya juga memenuhi kebutuhan kesehatan anggotanya dengan menyediakan tempat pelayanan kesehatan dan atau bekerja sama dengan sarana kesehatan yang bertujuan untuk memudahkan anggotanya dalam mengakses pelayanan kesehatan. Institusi pendidikan juga menyediakan pelayanan kesehatan bagi civitas akademikanya. Beberapa universitas yang menyediakan pelayanan kesehatan bagi civitas akademikanya antara lain Universitas Indonesia (UI), Intitut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Methodist Indonesia (UMI) Medan, dan beberapa universitas lainnya.

Universitas Indonesia memberikan pelayanan kesehatan bagi civitas akademikanya dengan menyediakan poliklinik yang melayani pelayanan dokter umum, gigi, jantung, ortodonti, radiologi (rontgen dada, dental, extremitas, sinus) dengan fasilitas yang tersedia adalah apotek, ambulance, UGD dan radiologi. Demikian juga dengan IPB dan Undip memberikan pelayanan kesehatan bagi civitas akademikanya dengan menyediakan poliklinik rawat jalan.

Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan salah satu institusi pendidikan yang juga menyediakan tempat pelayanan kesehatan tersendiri bagi civitas akademika USU terutama mahasiswa, staf pengajar serta pegawai di lingkungan USU yakni Poliklinik USU. Namun dalam melaksanakan tugasnya, Poliklinik USU memberikan

(25)

pelayanan kesehatan yang dimilkinya diakses oleh masyarakat. Tugas yang dilakukan oleh Poliklinik USU sampai saat ini berupa pelayanan berobat jalan oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis mata, THT, kulit dan kelamin, anak, laboratorium klinik, dan apotek dan juga berbagai kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kesehatan (Poliklinik USU, 2011).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan di Poliklinik USU dari tahun ke tahun semakin meningkat, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan jumlah kunjungan dimana jumlah kunjungan pada tahun 2008 adalah 16077 kunjungan, pada tahun 2009 menjadi 15817 kunjungan dan pada tahun 2010 menjadi 15722 kunjungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Pasien di Poliklinik USU dari Tahun 2000 Sampai 2010

Tahun Jumlah Kunjungan

2000 5205

2001 6440

2002 8623

2003 10872

2004 11843

2005 13668

2006 15586

2007 15825

2008 16077

2009 15817

2010 15722

(Sumber : Poliklinik USU, 2011)

Selain data di atas, peneliti juga mendapatkan bahwa pengunjung Poliklinik USU terdiri dari mahasiswa USU, Dosen dan Pegawai USU serta pasien luar dengan jumlah yang berbeda-beda setiap tahunnya. Jumlah pengunjung tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

(26)

Tabel 1.2 Jumlah kunjungan Pasien di Poliklinik USU Dari Tahun 2008 Sampai 2010 Berdasarkan Kategori Pengunjung

Pengunjung 2008 2009 2010

Mahasiswa USU 9941 9636 9468

Dosen dan Pegawai USU 2304 2414 2601

Pasien Luar 3832 3767 3653

Jumlah 16077 15817 15722

(Sumber : Poliklinik USU, 2011)

Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah kunjungan mahasiswa dan pasien luar dari tahun 2008 ke 2010 semakin menurun, sedangkan kunjungan dari dosen dan pegawai semakin meningkat.

Dari survei awal yang dilakukan, peneliti mendapatkan bahwa masih banyak mahasiswa yang tidak memanfaatkan pelayanan di Poliklinik USU tersebut. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh mahasiswa tentang Poliklinik USU dan juga keluhan kesehatan yang dialami oleh mahasiswa masih tergolong ringan sehingga merasa bahwa tidak perlu memanfaatkan pelayanan kesehatan dan cenderung mengobati diri sendiri dengan membeli obat bebas.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mahasiswa USU terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Poliklinik USU dan sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan penelitian sejenis.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di atas, maka rumusan masalahnya adalah apa saja faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mahasiswa USU terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Poliklinik USU tahun 2011.

(27)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mahasiswa USU terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Poliklinik USU tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor predisposisi yakni jenis kelamin, umur, pengetahuan tentang Poliklinik USU dan sikap terhadap Poliklinik USU yang memengaruhi perilaku mahasiswa USU terhadap pemanfaatan Poliklinik USU.

2. Untuk mengetahui faktor kemampuan yakni jarak tempat tinggal dengan Poliklinik USU, tindakan petugas kesehatan, sumber informasi dan kelompok referensi yang memengaruhi perilaku mahasiswa USU terhadap pemanfaatan Poliklinik USU.

3. Untuk mengetahui faktor kebutuhan yakni persepsi sakit yang memengaruhi perilaku mahasiswa Usu terhadap pemanfaatan Poliklinik USU.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan gambaran faktor-faktor yang memengaruhi perilaku mahasiswa USU terhadap pemanfaatan Poliklinik USU tahun 2011.

2. Memberikan masukan kepada pihak Poliklinik USU dan rektorat USU dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan bagi civitas USU

3. Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang pelayanan kesehatan di Poliklinik USU.

(28)

4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner

ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

(30)

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.1.2 Domain Perilaku

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu di dalam tiga domain (ranah/kawasan), yang terdiri dari ranah pengetahuan (knowlegde), ranah sikap (attitude), dan ranah tindakan (practice).

1. Pengetahuan (Knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau orang lain yang sampai kepada seseorang (Notoatmodjo, 2003)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

1. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik.

2. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana. 3. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode

dalam pembelajaran.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang didapat dari pendidikan (Notoatmodjo, 2003).

(31)

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya (Wahid, 2007).

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok : 1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :

1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal reference) merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.

3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.

4. Sosial budaya (Culture), berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2007).

(32)

3. Praktik atau tindakan (practice)

5. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) (Notoatmodjo, 2007).

2.1.3 Perilaku Kesehatan

Menurut sebagian psikolog perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia dan dorongan ini merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia dan dengan adanya dorongan tersebut menimbulkan seseorang melakukan sebuah tindakan atau perilaku khusus yang mengarah pada tujuan (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku kesehatan yaitu suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Dari definisi tersebut kemudian dirumuskan bahwa perilaku kesehatan terkait dengan :

1. Perilaku pencegahan, penyembuhan penyakit, serta pemulihan dari penyakit. 2. Perilaku peningkatan kesehatan.

3. Perilaku gizi (makanan dan minuman).

Menurut Karl dan Cobb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) membuat perbedaan di antara tiga tipe yang berkaitan dengan perilaku kesehatan, yaitu :

1. Perilaku kesehatan yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendektesinya dalam tahap asimptomatik.

(33)

2. Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat.

3. Perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit, hal ini mencakup mendapatkan pengobatan dari ahli terapi yang tepat.

2.2 Persepsi Tentang Sehat-Sakit dan Perilaku Sakit

2.2.1 Konsep Sehat-Sakit

Kesehatan adalah suatu konsep yang telah sering digunakan namun sukar untuk dijelaskan artinya. Faktor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefenisikan kesehatan, kesakitan dan penyakit. Meskipun demikian, kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa defenisi kesehatan apapun harus mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan sosiokultural (Sari, 2008).

Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit sifatnya tidaklah selalu objektif. Bahkan lebih banyak unsur subjektivitasnya dalam menentukan kondisi tubuh seseorang. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan simptom yang nampak guna mendiagnosa kondisi fisik seorang individu. Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan. Namun pengertian sehat yang sering digunakan adalah definisi sehat menurut WHO yakni sehat adalah Keadaan sejahtera fisik, mental, dan spiritual tidak hanya bebas sakit, cacat dan kelemahan tetapi juga harus berproduktifitas (Sarwono, 2005).

(34)

Menurut Elwes dan Sinmett (1994) gagasan orang tentang “sehat” dan “sakit” sangatlah bervariasi. Gagasan ini dibentuk oleh pengalaman, pengetahuan, nilai dan harapan-harapan, di samping juga pandangan mereka tentang apa yang akan mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan kebugaran yang mereka perlukan untuk menjalankan peran mereka (Sari, 2008).

Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu personalistik dan naturalistik. Personalistik adalah suatu sistem dimana penyakit disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun manusia (tukang sihir atau tukang tenung) (Anderson, 2009).

Berlawanan dengan personalistik, naturalistik menjelaskan tentang penyakit dalam istilah-istilah sistemik yang bukan pribadi, di sini agen yang aktif tidak menjalankan peranannya. Dalam sistem ini keadaan sehat sesuai dengan model keseimbangan : apabila unsur-unsur dasar dalam tubuh ”humor”, yin dan yang, serta dosha dalam Ayurveda berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu, maka tercapailah kondisi sehat. Apabila keseimbangan ini terganggu dari luar maupun dalam oleh kekuatan-kekuatan alam seperti panas, dingin, atau kadang-kadang emosi yang kuat, maka terjadilah penyakit (Anderson, 2009).

Menurut Jordan dan Sudarti yang dikutip Sarwono (2005), mengatakan bahwa persepsi masyarakat tentang sehat-sakit dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa

(35)

lalu, di samping unsur sosial budaya. Pada penelitian penggunaan pelayanan kesehatan di propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat pada tahun 1990, hasil diskusi kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis terus, badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering. Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kalau sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak badan, panas-dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual, diare. Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya panas, batuk pilek, mencret, muntah-muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut bengkak (Syafrina, 2007).

Menurut Sudarti dalam Sarwono (2005) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak ada nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :

1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia 2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin. 3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).

Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan

(36)

bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit (Syafrina, 2007).

2.2.2 Perilaku Sakit

Secara ilmiah penyakit (desease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit itu bersifat objektif. Sebaliknya, sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Menurut Von Mering, studi yang benar mengenai makhluk manusia yang sakit berpendapat bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, medikal dan sosialnya. Dalam usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit terlibat dalam serangkaian proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik spesifik maupun non spesifik (Anderson, 2009).

Tingkah laku sakit, yakni istilah yang paling umum, didefinisikan sebagai “cara-cara dimana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi, dan diperankan oleh seorang individu yang mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik” (Anderson, 2009).

Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa adanya peranan sakit. Misalnya seorang dewasa yang bangun dari tidurnya dengan leher sakit menjalankan peranan sakit, ia harus memutuskan, apakah ia akan minum aspirin dan mengharapkan kesembuhan, atau memanggil dokter. Namun hal ini bukanlah tingkah laku sakit, hanya apabila penyakit itu telah didefenisikan secara cukup serius sehingga menyebabkan

(37)

seseorang tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh peranan normalnya, yang berarti mengurangi dan memberikan tuntutan tambahan atas tingkah laku peranan orang-orang di sekelilingnya, maka barulah dikatakan bahwa seseorang itu melakukan peranan sakit. Sebagaimana dikatakan Jaco, ketika tingkah laku yang berhubungan dengan penyakit disusun dalam suatu peranan sosial, maka peranan sakit menjadi suatu cara yang berarti untuk bereaksi dan untuk mengatasi eksistensi dan bahaya-bahaya potensial penyakit oleh suatu masyarakat (Anderson, 2009).

Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Dalam hal ini bila seseorang sakit maka ia akan mengalami beberapa tahapan yang dimulai dari timbulnya gejala-gejala yang menunjukkan suatu kondisi sakit hingga si sakit mencari pengobatan. Sedangkan perilaku sehat adalah segala tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi. Perilaku sehat ini dipertunjukkan oleh individu-individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat (Sarwono, 2005).

Menurut Mechanic yang dijabarkan oleh Sarwono (2005), m enjelaskan bahwa terjadi proses dalam diri individu sebelum dia menentukan untuk mencari upaya pengobatan. Banyak faktor yang menyebabkan orang bereaksi terhadap penyakit, antara lain :

a) Dikenalinya atau dirasakannnya gejala-gejala atau tanda-tanda ang menyimpang dari keadaan biasa

(38)

b) Banyaknya gejala yang dianggap serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya. c) Dampak gejala itu terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja, dan

dalam kegiatan sosial lainnya.

d) Frekuensi dari gejala dan tanda-tanda yang tampak dan persistensinya.

e) Nilai ambang dari mereka yang terkena gejala itu atau kemungkinan individu untuk diserang penyakit itu.

f) Informasi, pengetahuan, dan asumsi budaya tentang penyakit itu. g) Perbedaan interperetasi terhadap gejala yang dikenalnya.

h) Adanya kebutuhan untuk bertindak/berperilaku untuk mengatasi gejala sakit tersebut.

i) Tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai Sarana tersebut, tersedianya biaya dan kemampuan untuk mengatasi stigma dan jarak sosial (rasa malu, takut, dan sebagainya).

2.3 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat (Depkes RI, 2009).

Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya. Karena kesemuanya ini ditentukan oleh :

1. Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi.

(39)

2. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya.

Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua, yaitu :

1. Pelayanan kedokteran

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat (public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.

2.3.1 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang baik harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah :

1. Tersedia dan berkesinambungan

Pelayanan kesehatan harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang

(40)

dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

2. Dapat diterima dan wajar

Pelayanan kesehatan harus dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.

3. Mudah dicapai

Pelayanan kesehatan harus mudah dicapai (accesible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud di sini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.

4. Mudah dijangkau

Pelayanan kesehatan harus mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan dimaksud disini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

5. Bermutu

Pelayanan kesehatan harus bermutu (quality), pengertian mutu yang dimaksud di sini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dimana di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditentukan.

(41)

2.3.2 Stratifikasi Pelayanan Kesehatan

Strata pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah sama, namun secara umum dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka (promosi kesehatan). Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok (basic health services), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada umunya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/ out patient services). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas,

Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Balkesmas. 2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)

Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut yang diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap (in patient services) yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder, bersifat lebih komplek dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga superspesialis.

(42)

Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Rumah Sakit tipe A dan B (Azwar, 1996).

2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Levey dan Loomba (1973), yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat (Ilyas, 2003)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (1993), perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di negara sedang berkembang sangat bervariasi (Ilyas, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003), respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut: 1. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action). Dengan

alasan antara lain :

a. Bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari.

b. Bahwa tanpa bertindak apapun simptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya.

c. Fasilitas kesehatan yang dibutuhkan tempatnya sangat jauh, petugasnya tidak simpatik, judes dan tidak ramah.

d. Takut dokter, takut disuntik jarum dan karena biaya mahal.

(43)

2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya dengan diri sendiri, dan merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dpat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian obat keluar tidak diperlukan.

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy), seperti dukun.

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk tukang-tukang jamu.

5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarkan oleh dokter praktek (private medicine). (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Anderson (2009), ada tiga faktor-faktor penting dalam mencari pelayanan kesehatan yaitu :

1. Mudahnya menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia

2. Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada 3. Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan.

2.4.1 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Andersen (1975) mendeskripsikan model sistem kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan (behaviour model of health service utilization). Andersen

(44)

mengelompokkan faktor determinan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan ke dalam tiga kategori utama, yaitu :

1. Karakteristik predisposisi (Predisposing Characteristics)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga kelompok :

a. Ciri-ciri demografi, seperti : jenis kelamin, umur, dan status perkawinan. b. Struktur sosial, seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan

sebagainya.

c. Kepercayaan kesehatan (health belief), seperti keyakinan penyembuhan penyakit.

2. Karakteristik kemampuan (Enabling Characteristics

Karakteristik kemampuan adalah sebagai keadaan atau kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan. Andersen (1975) membaginya ke dalam 2 golongan, yaitu :

a. Sumber daya keluarga, seperti : penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa, dan pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

b. Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk. Menurut Andersen semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan

(45)

maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah.

3. Karakteristik kebutuhan (Need Characteristics)

Karakteristik kebutuhan merupakan komponen yang paling langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Andersen (1975) menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari kebutuhan. Penilaian individu ini dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu :

a. Penilaian individu (perceived need), merupakan penilaian keadaan kesehatan yang paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang diderita.

b. Penilaian klinik (Evaluated need), merupakan penilaian beratnya penyakit dari dokter yang merawatnya, yang tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter (Ilyas, 2003)

Ilustrasi Model Andersen

(Andersen, 1975) Predisposing

Demography Family resources

Social structure Community resources Evaluated Perceived

Health belief

Health Services

Use Need

Enabling

(46)

2.4.2 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Telah dilakukan beberapa penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Di dalam menggunakan pelayanan kesehatan, seseorang dipengaruhi oleh perilakunya yang terbentuk dari pengetahuannya. Seseorang cenderung untuk bersikap tidak menggunakan jasa pelayanan kesehatan disebabkan karena adanya kepercayaan dan keyakinan bahwa jasa pelayanan kesehatan tidak dapat menyembuhkan penyakitnya, demikian juga sebaliknya. Wibowo juga menyebutkan bahwa pengetahuan ibu tentang pelayanan antenatal berhubungan dengan pemanfaatan antenatal pada bidan (Silitonga, 2001).

2. Jarak

Andersen berasumsi bahwa semakin banyak sarana dan tenaga kesehatan, semakin kecil jarak jangkau masyarakat terhadap tempat pelayanan kesehatan seharusnya tingkat penggunaan pelayanan kesehatan akan bertambah. Smith (1983) membuktikan bahwa menempatkan fasilitas pelayanan kesehatan lebih dekat kepada masyarakat golongan sosial ekonomi rendah secara langsung menyebabkan pelayanan tersebut diterima oleh masyarakat. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa masyarakat segan berpergian jauh ke sarana pengobatan hanya untuk pengobatan ringan. Lama berpergian dan jarak juga mempengaruhi pencarian pengobatan (Hediyati, 2001). Hal serupa juga dijelaskan oleh Mechanic (1996) bahwa dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan faktor

(47)

sumber pengobatan yang tersedia (jarak, waktu dan tenaga) menjadi bahan pertimbangan (Silitonga, 2000).

3. Persepsi Sakit

Rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain juga disebabkan persepsi dan konsep masyarakat sendiri tentang sakit (Notoatmodjo, 2003). Persepsi sakit merupakan pengalaman yang dihasilkan melalui pancaindra. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa persepsi berhubungan dengan motivasi individu untuk melakukan kegiatan, bila persepsi seseorang telah benar tentang sakit maka ia cenderung memanfaatkan pelayanan kesehtan bila mengalami sakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (1992) menunjukkan bahwa makin banyak ibu yang mempunyai keluhan/gangguan kesehatan sebelum hamil akan makin sering memanfaatkan pelayanan antenatal. (Hediyati, 2001).

4. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan akan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Fachran (1998) tentang pemanfaatan laboratorium di RSUD Budhi Asih. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas fisik, kualitas pelayanan, dan kualitas informasi yang diberikan oleh petugas laboratorium berhubungan dengan pemanfaatan laboratorium tersebut. Hasil penelitian Bintang (1989) menyebutkan bahwa sikap petugas berpengaruh terhadap pemanfaatan poliklinik Depkeu RI (Hediyati, 2001).

(48)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suprapto (1995) dan Budjiantio (2000) pada masyarakat kurang mampu di Wonokromo dan Pelabuhan Tanjung Perak, ditemukan bahwa kurang berkenannya responden dalam memanfaatkan Puskesmas karena merasa kurang dihargai, sulit menemui dokter, dan kurang bebas berkomunikasi (Sebayang, 2006).

2.5 Poliklinik USU

Poliklinik USU adalah salah satu tempat pelayanan kesehatan yang menyediakan beberapa jenis pelayanan. Poliklinik USU menyediakan sarana pelaksana pelayanan kesehatan bagi civitas akademika Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa, staf pengajar serta pegawai di lingkungan USU.

Jenis pelayanan yang disediakan oleh Poliklinik sampai saat ini berupa pelayanan berobat jalan oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis Mata, THT, Kulit dan kelamin juga Anak, Laboratorium klinik, dan apotik dan juga berbagai kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kesehatan (Poliklinik, 2011).

Pemanfaatan pelayanan di Poliklinik Universitas Sumatera Utara disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pihak poliklinik. Jadwal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

(49)
[image:49.612.115.535.52.344.2]

Gambar

Tabel 2.1 Jadwal Pelayanan Kesehatan di Poliklinik USU
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sebaran Jawaban Responden Tentang Jenis
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Siapa yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel kepercayaan di ukur dari indikator: sikap terhadap sarana dan petugas pelayanan kesehatan, persepsi tentang sarana dan petugas pelayanan kesehatan serta pengetahuan

Dengan menggunakan sampel sebanyak 100 orang dari beberapa fakultas di USU, diperolehi hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa rata-rata

Persepsi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit ...99.. Hubungan Sikap dengan persepsi terhadap K3

Tujuan penelitian ialah untuk menganalisis faktor psikologis (keyakinan dan persepsi), perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan), serta organisasi (kebijakan, SPO,

Predisposing factors:  Faktor Demografi : - Umur - Pendidikan - Pekerjaan  Pengetahuan  Sikap Reinforcing factors:  Dukungan petugas kesehatan  Dukungan Keluarga

Tujuan penelitian ialah untuk menganalisis faktor psikologis (keyakinan dan persepsi), perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan), serta organisasi (kebijakan, SPO,

Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan tindakan ibu dari anak SD St.Thomas 1 Medan terhadap pemberian sarapan pagi 3. Terdapat hubungan

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, jarak, dukungan keluarga, petugas kesehatan, jumlah kader, umur lansia, jenis kelamin lansia,