• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Terhadap Perilaku BAB di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Terhadap Perilaku BAB di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2011"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG TERHADAP PERILAKU BUANG AIR BESAR DI DESA SIBUNTUON

PARTUR KECAMATAN LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBAHAS

TAHUN 2011

S K R I P S I

OLEH:

YANNY DEWI ROMANNA SIREGAR 061000172

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG TERHADAP PERILAKU BUANG AIR

BESAR DI DESA SIBUNTUON PARTUR KECAMATAN LINTONGNIHUTA

KABUPATEN HUMBAHAS TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

YANNY DEWI ROMANNA SIREGAR 061000172

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 05 Juli 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si Prof. dr. Aman Nasution, M.P.H

NIP. 196803201993082001 NIP. 140019774

Penguji II Penguji III

dr. Heldy B.Z., M.P.H dr. Fauzi S.K.M

NIP. 195206011982031003 NIP. 140052649

Medan, Juli 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(3)

ABSTRAK

Cakupan kepemilikan jamban di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2009 masih tergolong sangat rendah yaitu dari 4.296 kepala keluarga hanya 1.165 kepala keluarga yang memiliki jamban (27,118%). Cakupan kepemilikan jamban yang paling rendah di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas adalah di Desa Sibuntuon Partur. Sebanyak 130 kepala keluarga yang memiliki jamban (57,221%) dari 226 kepala keluarga. Selain itu penggunaan jamban di desa tersebut juga masih rendah yaitu dari 130 kepala keluarga yang memiliki jamban hanya 62 keluarga yang selalu menggunakannya (47,7%).

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong terhadap perilaku buang air besar (BAB) di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2011. Populasi adalah seluruh kepala keluarga yang tinggal di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas yaitu sebanyak 226 jiwa. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling yaitu 145 kepala keluarga. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel perilaku BAB yaitu variabel pendidikan (ρ=0,000), pengetahuan (ρ=0,000), sikap (ρ=0,000), kondisi jamban (ρ=0,000), peran penyuluh (ρ=0,000). Variabel yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku BAB yaitu variabel pekerjaan (ρ=0,381) dan penghasilan (ρ=0,161).

Diharapkan kepada petugas Puskesmas Sigompul melakukan penyuluhan kepada masyarakat Desa Sibuntuon Partur dalam upaya meningkatkan pengetahuan mereka mengenai perilaku BAB dan memberikan pelatihan kepada penyuluh guna meningkatkan penggunaan jamban.

(4)

ABSTRACT

Toilets ownership coverage in Lintongnihuta, Humbahas District were still very low, from 4296 heads of families only 1165 heads of families who had toilet (27.118%) in 2009. In Lintongnihuta Humbahas District, the lowest toilet ownerships coverage was in Sibuntuon Partur Village. There were only 130 (57.221%) heads of families who had toilets from 226 heads of families. Besides it the use of toilets in the village were still low, from the 130 had the toilet only 62 families use the toilet (47.7%).

The type of research used explanatory research that aimed to explain the influence of the predisposing, enabling and reinforcing factors on defecation behavior in the Sibuntuon Partur Village, Lintongnihuta, Humbahas District in 2011. Population were all heads of families who lived in the Sibuntuon Partur Village, Lintongnihuta, Humbahas District were 226 inhabitants. The sample were taken by simple random sampling technique were 145 heads of families. Data were collected by using questionnaires and analyzed by using multiple linear regression test.

The results of research showed that variables which had significant influence on defecation behavior variables were education (ρ = 0.000), knowledge (ρ = 0.000), attitude (ρ = 0.000), the condition of latrines (ρ = 0.000), the role of instructor (ρ = 0.000). Variables which did not have significant influence on defecation behavior were work variables (ρ = 0.381) and income (ρ = 0.161).

Health Center officers were expected to make counseling to the community Sigompul Sibuntuon Partur Village in an effort to increase their knowledge about defecation behavior and provide training to counsellor in order to increase the use of toilets.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas kasih dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Terhadap Perilaku BAB di

Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun

2011”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat.

Selama penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi

ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,

oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (FKM USU) sekaligus Dosen Pembimbing Akademi

yang memberikan dukungan dan saran-saran serta membimbing selama penulis

menjalani pendidikan.

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I skripsi sekaligus

sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tulus dan sabar

memberikan saran, dukungan, nasihat, bimbingan serta arahan dalam

penyelesaian skripsi ini.

3. Prof. dr. Aman Nasution, MPH, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I

yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan serta saran

(6)

4. dr. Heldy BZ, MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan dan Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan

saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

5. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan

kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku dosen di Departemen Administrasi

dan Kebijakan Kesehatan.

7. Bapak Lambok selaku Kepala Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta

dan seluruh staf yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

8. Seluruh petugas Puskesmas Sigompul Kecamatan Lintongnihuta yang telah

membantu penulis dalam melakukan survei.

9. Seluruh Dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama

penulis mengikuti pendidikan.

10.Teristimewa untuk orang tuaku yang terkasih, Ayahanda (H.Siregar) dan Ibunda

(R.Simanjuntak, S.Pd.) yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, dan

dukungan kepada penulis selama ini, serta kakanda dan adik-adik tercinta.

11.Daniel Syahputra Tarigan, Amd yang selalu sabar dan bersedia meluangkan

waktu untuk membimbing, memberikan saran serta motivasi kepada penulis.

12.Saudaraku Stella, yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan

dan do’a selama ini.

13.Rekan-rekan stambuk 2006: Parulian, Annie, Sairama, Lobert, Deni, Agusfardin,

(7)

dan lain-lain serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang

telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan, dan do’a selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam

rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, 5 Juli 2011

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan i

Abstrak ii

Abstract iii

Daftar Riwayat Hidup iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 7

1.3. Tujuan Penelitian 8

1.4. Manfaat penelitian 8

BAB II DAFTAR PUSTAKA 9

2.1. Perilaku 9

2.1.1. Batasan Perilaku 9

2.1.2. Perilaku Kesehatan 9

2.2. Determinan Perilaku Masyarakat 10

2.2.1. Faktor Predisposisi 10

2.2.2. Faktor Pendukung 14

2.2.3. Faktor Pendorong 14

2.3. Pengertian Jamban Keluarga 15

2.4. Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia 15

2.5. Jenis-jenis Jamban 16

2.6. Syarat-syarat Jamban Sehat 19

2.7. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga 23

2.8. Pemeliharaan Jamban 23

2.9. Kerangka Konsep 24

2.10. Hipotesis Penelitian 25

BAB III METODE PENELITIAN 26

3.1. Jenis Penelitian 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 26

3.3. Populasi dan Sampel 26

3.3.1. Populasi 26

3.3.2. Sampel 27

3.4. Metode Pengumpulan Data 27

3.5. Definisi Operasional 28

3.5.1. Variabel Independen 28

(9)

3.6. Aspek Pengukuran 31

3.6.1. Variabel Bebas 31

3.6.2. Variabel Terikat 32

3.7. Teknik Analisa Data 33

BAB VI HASIL PENELITIAN 34

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 34

4.1.1.Letak Geografis 34

4.1.2.Data Demografi 34

4.1.3.Sarana Kesehatan 36

4.1.5.Upaya Kesling 37

4.1.6.Kepemilikan Jamban 37

4.2. Analisis Univariat 38

4.2.1. Karakteristik Responden 38

4.2.2. Deskripsi Faktor Predisposisi 38

4.2.2.1. Pendidikan 38

4.2.2.2. Pekerjaan 39

4.2.2.3. Penghasilan 40

4.2.2.4. Pengetahuan 41

4.2.2.5. Sikap 43

4.2.3. Deskripsi Faktor Pendukung 46

4.2.4. Deskripsi Faktor Pendorong 49

4.2.5. Daskripsi Perilaku Responden 50

4.3. Hail Uji Statistik Bivariat 53

4.4. Hasil Uji Statistik Multivariat 55

4.5. Hasil Wawancara 57

BAB V PEMBAHASAN 59

5.1. Pengaruh Variabel Faktor Predisposisi terhadap Perilaku BAB 59 5.1.1. Pengaruh Pendidikan terhadap Perilaku BAB 59 5.1.2. Pengaruh Penghasilan Terhadap Perilaku BAB 60 5.1.3. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku BAB 61

5.1.4. Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku BAB 61

5.2. Pengaruh Variabel Faktor Pendukung Terhadap Perilaku BAB 63 5.2.1. Pengaruh Kondisi JambanTerhadap Perilaku BAB 63 5.3. Pengaruh Variabel Faktor Pendorong Terhadap Perilaku BAB 64 5.3.1. Pengaruh Peran Penyuluh Terhadap Perilaku BAB 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 66

6.1. Kesimpulan 66

(10)

DAFTAR PUSTAKA Lampiran :

1. Kuesioner 2. Kerangka Sampel

3. Hasil Pengolahan Statistik 4. Surat Izin Penelitian

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. :Cakupan yang Memiliki Sarana Jamban Keluarga di

Kabupaten Humbahas Tahun 2009 3

Tabel 1.2. : Cakupan yang Memiliki Sarana Jamban Keluarga di Kecamatan

Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2009 4

Tabel 3.1. : Aspek Pengukuran Variabel Penghasilan, Pendidikan dan

Pekerjaan 31

Tabel 3.2. : Aspek Pengukuran Variabel Pengetahuan, Sikap, Kondisi

Jamban dan Peran Penyuluh 32

Tabel 3.3. : Aspek Pengukuran Variabel Terikat 32

Tabel 4.1. : Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 34 Tabel 4.2. : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 35 Tabel 4.3. : Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan 35 Tabel 4.4. : Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa 36

Tabel 4.5. : Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama 36

Tabel 4.6. : Jenis Sarana Kesehatan 37

Tabel 4.7. : Kepemilikan Jamban 37

Tabel 4.8. : Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan 39 Tabel 4.9. : Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan 39 Tabel 4.10. : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan 40 Tabel 4.11. : Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan 40 Tabel 4.12. : Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan 41 Tabel 4.13. : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan 42 Tabel 4.14. : Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan 43 Tabel 4.15. : Distribusi Responden Berdasarka Uraian Sikap 45 Tabel 4.16. : Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap 46 Tabel 4.17. : Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Jamban 48 Tabel 4.18. : Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kondisi

Jamban 49

Tabel 4.19. : Distribusi Responden Berdasarkan Peran Penyuluh 50 Tabel 4.20. : Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peran

Penyuluh 50

Tabel 4.21. : Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Perilaku BAB 52 Tabel 4.22. : Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Perilaku BAB 53

Tabel 4.23. : Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson 54

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. : Pengaruh Tinja Bagi Manusia 16

(13)

ABSTRAK

Cakupan kepemilikan jamban di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2009 masih tergolong sangat rendah yaitu dari 4.296 kepala keluarga hanya 1.165 kepala keluarga yang memiliki jamban (27,118%). Cakupan kepemilikan jamban yang paling rendah di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas adalah di Desa Sibuntuon Partur. Sebanyak 130 kepala keluarga yang memiliki jamban (57,221%) dari 226 kepala keluarga. Selain itu penggunaan jamban di desa tersebut juga masih rendah yaitu dari 130 kepala keluarga yang memiliki jamban hanya 62 keluarga yang selalu menggunakannya (47,7%).

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong terhadap perilaku buang air besar (BAB) di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2011. Populasi adalah seluruh kepala keluarga yang tinggal di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas yaitu sebanyak 226 jiwa. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling yaitu 145 kepala keluarga. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel perilaku BAB yaitu variabel pendidikan (ρ=0,000), pengetahuan (ρ=0,000), sikap (ρ=0,000), kondisi jamban (ρ=0,000), peran penyuluh (ρ=0,000). Variabel yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku BAB yaitu variabel pekerjaan (ρ=0,381) dan penghasilan (ρ=0,161).

Diharapkan kepada petugas Puskesmas Sigompul melakukan penyuluhan kepada masyarakat Desa Sibuntuon Partur dalam upaya meningkatkan pengetahuan mereka mengenai perilaku BAB dan memberikan pelatihan kepada penyuluh guna meningkatkan penggunaan jamban.

(14)

ABSTRACT

Toilets ownership coverage in Lintongnihuta, Humbahas District were still very low, from 4296 heads of families only 1165 heads of families who had toilet (27.118%) in 2009. In Lintongnihuta Humbahas District, the lowest toilet ownerships coverage was in Sibuntuon Partur Village. There were only 130 (57.221%) heads of families who had toilets from 226 heads of families. Besides it the use of toilets in the village were still low, from the 130 had the toilet only 62 families use the toilet (47.7%).

The type of research used explanatory research that aimed to explain the influence of the predisposing, enabling and reinforcing factors on defecation behavior in the Sibuntuon Partur Village, Lintongnihuta, Humbahas District in 2011. Population were all heads of families who lived in the Sibuntuon Partur Village, Lintongnihuta, Humbahas District were 226 inhabitants. The sample were taken by simple random sampling technique were 145 heads of families. Data were collected by using questionnaires and analyzed by using multiple linear regression test.

The results of research showed that variables which had significant influence on defecation behavior variables were education (ρ = 0.000), knowledge (ρ = 0.000), attitude (ρ = 0.000), the condition of latrines (ρ = 0.000), the role of instructor (ρ = 0.000). Variables which did not have significant influence on defecation behavior were work variables (ρ = 0.381) and income (ρ = 0.161).

Health Center officers were expected to make counseling to the community Sigompul Sibuntuon Partur Village in an effort to increase their knowledge about defecation behavior and provide training to counsellor in order to increase the use of toilets.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah

meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud

melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh

penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan

merata (Profil Depkes RI, 2008).

Keadaan masa depan masyarakat Indonesia yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh

penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, baik jasmani,

rohani maupun sosial. Lingkungan masyarakat merupakan salah satu variabel yang

kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat.

Masalah penyehatan lingkungan khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah

satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas (Profil

Depkes RI, 2008).

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama

Community Led Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah

penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat,

(16)

minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) Tahun 2015. Upaya sanitasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 yang disebut Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu : meliputi tidak buang air besar (BAB)

sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang

aman, mengelola sampah dengan benar mengelola limbah air rumah tangga dengan

aman (Depkes RI, 2008).

Kegiatan utama dari gerakan STBM yang dilakukan adalah merubah perilaku

masyarakat agar tidak BAB sembarangan. Hubungan yang paling mendasar dengan

kualitas lingkungan dalam hal penggunaan jamban adalah ketersediaan fasilitas dan

jenis penampungan tinja yang digunakan. Jenis sarana penampungan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan akan mencemari lingkungan sekitar sekaligus

meningkatkan risiko penularan penyakit di masyarakat. Masalah kondisi lingkungan

tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek sarana yang digunakan

terutama dikaitkan dengan pemeliharaan dan kebersihan sarana (Profil Depkes RI,

2004).

Penggunaan fasilitas tempat buang air besar perlu diperhatikan karena sangat

menentukan kualitas hidup penduduk. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) Tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka

(Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008).

Berdasarkan Riskesdas (2007), persentase rumah tangga yang belum memiliki

(17)

lokasi desa dan kota maka diketahui bahwa, persentase rumah tangga yang memiliki

fasilitas tempat buang air besar sendiri di perkotaan dan perdesaan menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan. Persentase di perkotaan sebesar 88,6%, sedangkan

di perdesaan sebesar 58,5%.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Humbahas (2009), penggunaan

jamban di Kabupaten Humbahas hanya 21.027 dari 35.045 rumah yang memiliki

jamban atau sekitar 60%. Cakupan kepemilikan jamban keluarga yang paling rendah

di Kabupaten Humbahas terdapat di Kecamatan Lintongnihuta yaitu sebanyak 1.165

dari 4.296 KK atau sebesar 27,118%. Secara rinci dapat kita lihat pada Tabel 1.1. di

bawah ini:

Tabel 1.1. Cakupan yang Memiliki Sarana Jamban Keluarga di Kabupaten Humbahas Tahun 2009

No. Kecamatan Jumlah

KK

Jamban

Jumlah KK yang diperiksa

Jumlah KK yang memiliki

Persentase KK yang memiliki 1. Lintongnihuta 4.296 4.296 1.165 27,118

2. Baktiraja 1.809 1.809 498 27,529

3. Tarabintang 1.620 1.620 5.212 32,173

4. Pollung 3.730 3.730 1.313 35,201

5. Doloksanggul 8.130 8.130 4.234 52,079

6. Parlilitan 4.338 4.338 2.403 55,394

7. Sijamapolang 1.321 1.321 834 63,134

8. Paranginan 2.403 2.403 1.715 71,369

9. Pakkat 5.212 5.212 4.149 79,605

10. Onanganjang 2.186 2.186 4.338 198,44

Jumlah 35.045 35.045 25.861 -

Rata-rata 73,793

(18)

Berdasarkan Profil Puskesmas Sigompul Kec. Lintongnihuta (2009), cakupan

penggunaan jamban di Kecamatan Lintongnihuta hanya 684 dari 1.165 rumah yang

memiliki jamban yaitu sekitar 58,7%. Desa Sibuntuon Partur merupakan desa yang

memiliki cakupan kepemilikan jamban yang paling rendah dari 22 desa yang ada di

Kecamatan Lintongnihuta yaitu 130 kepala keluarga dari 226 atau sekitar 57,221.

Tabel 1.2. Cakupan yang Memiliki Sarana Jamban Keluarga di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2009

No. Desa Jumlah

KK Jamban Jumlah KK yang diperiksa Jumlah KK yang memiliki Persentase KK yang memiliki

1. Dolok Margu 260 260 193 74,230

2. Siponjot 342 342 226 66,081

3. Hutasoit 1 248 248 190 76,612

4. Hutasoit 2 193 193 135 69,948

5. Sitio-tio 199 199 124 62,311

6. Lobutua 137 137 86 62,277

7. Tapian Nauli 328 328 221 67,378

8. Sitolu Bahal 257 257 198 77,042

9. Habeahan 127 127 86 67,71

10. Pargaulan 274 274 250 91,240

11. Siharjulu 294 294 182 61,904

12. Sigumpar 210 210 129 61,428

13. Sigompul 206 206 186 90,291

14. Sibuntuon Parpea 338 338 312 92,307

15. Sibuntuon Partur 226 226 130 57,221

16. Parulohan 302 302 199 65,894

17. Bonan Dolok 91 91 70 76,923

18. Nagasaribu 1 253 253 151 59,683

19. Nagasaribu 2 239 239 137 57,322

20. Nagasaribu 3 258 258 154 59,689

21. Nagasaribu 4 168 168 97 57,738

22. Nagasaribu 5 191 191 122 63,874

JUMLAH 5141 5141 3578 -

Rata-rata 69,597

(19)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti di Desa Sibuntuon Partur bahwa dari

130 kepala keluarga yang memiliki jamban, hanya 62 kepala keluarga yang

menggunakan jamban yaitu sekitar 47,6%. Persentase yang menggunakan jamban

sehat adalah sebesar 29,23% atau sebanyak 38 KK. Cakupan penggunaan jamban di

Desa Sibuntuon Partur masih di bawah target Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

yaitu sebesar 75%.

Sumber air minum masyarakat desa tersebut kebanyakan menggunakan air

sumur, di mana jarak sumur dengan jamban tidak sesuai dengan syarat jamban sehat

yaitu > 10 m dari sumber air. Sumber air bersih masyarakat Desa Sibuntuon Partur

yaitu dari 226 kepala keluarga yang diperiksa yang menggunakan sumur gali

sebanyak 184 KK atau 81,41% dan yang menggunakan sumber air lainnya sebesar 42

KK atau 18,58%. Masyarakat yang memiliki SPAL (Saluran Pembuangan Air

Limbah) sebanyak 192 KK dari 226 KK atau 84,95% dan persentase yang memiliki

SPAL sehat sebesar 48,43% atau sebanyak 93 KK (Profil Puskesmas Sigompul Kec.

Lintongnihuta Kab. Humbahas, 2009).

Jumlah kasus diare di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta

Kabupaten Humbahas Tahun 2009 yaitu sebanyak 36 dari 495 kasus. Jumlah kasus

diare pada masyarakat yang memiliki jamban sebanyak 15 kasus dan kasus diare pada

masyarakat yang tidak memiliki jamban sebanyak 21 kasus. Hal ini menunjukkan

adanya perbedaan antara jumlah kasus diare pada masyarakat yang memiliki jamban

dengan yang tidak memiliki jamban.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa Kepala Keluarga (KK)

(20)

faktor ekonomi di mana pendapatan rumah tangga yang masih rendah membuat

masalah kesehatan bukan merupakan prioritas seperti halnya untuk memperbaiki

kondisi jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga layak untuk dipakai.

(2) kebiasaan masyarakat yang menggunakan pekarangan rumah atau kolam sebagai

tempat membuang hajat, sehingga sulit menerima perubahan untuk menggunakan

jamban, (3) rendahnya kesadaran masyarakat untuk buang air besar di jamban dan (4)

kualitas pendidikan masyarakat yang relatif rendah juga sangat berpengaruh.

Menurut Green dalam Notoatmotjo (2003), kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor di luar

perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu

: faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai),

pendukung (lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas) dan

pendorong (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan

kelompok referensi dari kelompok masyarakat).

Menurut Irianti dalam Pinem (2003), menyatakan bahwa alasan masyarakat

tidak menggunakan jamban adalah karena keterbatasan dana, tidak ada lahan dan

sudah terbiasa dengan cara pembuangan yang ada seperti dekat dengan sungai dan

pantai. Sebenarnya tidak ada norma atau kepercayan yang menghambat pemanfaatan

jamban oleh masyarakat, bahkan semua agama dan kepercayan yang mereka anut

mengajarkan untuk hidup bersih.

Berdasarkan penelitian Tarigan (2007), menyatakan bahwa penggunaan jamban

keluarga dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan bagi yang

(21)

dengan baik. Salah satu upaya untuk meningkatkan penggunaan jamban adalah

dengan cara identifikasi sedini mungkin baik yang dilakukan oleh penyuluh

kesehatan dengan mengunjungi rumah secara khusus maupun dilakukan secara pasif

melalui pembinaan di tempat tertentu.

Berdasarkan penelitian Fauziah (2000), menyatakan bahwa pendidikan,

kebiasaan dan pengetahuan sangat berpengaruh terhadap penggunaan jamban

keluarga yang memenuhi syarat kesehatan. Jika dilihat dari pengetahuan masyarakat

yang sangat berpengaruh terhadap sanitasi jamban keluarga maka sangat diperlukan

pemberian bimbingan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik meneliti pengaruh

faktor predisposisi (pekerjaan, pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap),

pendukung (kondisi jamban) dan pendorong (peran penyuluh) terhadap perilaku BAB

di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Pada

Tahun 2011.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang menjadi perumusan masalah penelitian

adalah apakah ada pengaruh faktor predisposisi (pekerjaan, pendidikan, penghasilan,

pengetahuan, sikap), pendukung (kondisi jamban) dan faktor pendorong (peran

penyuluh) terhadap perilaku BAB di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan

(22)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh faktor

predisposisi (pekerjaan, pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap), pendukung

(kondisi jamban) dan pendorong (peran penyuluh) terhadap perilaku BAB di Desa

Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas pada Tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan referensi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Humbahas dalam

melakukan kegiatan penyuluhan dalam rangka membangun sanitasi kesehatan

lingkungan dan mendorong masyarakat untuk meningkatkan penggunaan

jamban keluarga di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta.

2. Sebagai bahan masukan bagi petugas sanitasi di Puskesmas dalam

meningkatkan kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat dalam penggunaan jamban keluarga.

3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti yang dapat

digunakan sebagai upaya mengembangkan pengetahuan masyarakat di Desa

Sibuntuon Partur untuk meningkatkan kesadarannya tentang penggunaan

jamban keluarga.

4. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu Administrasi dan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Batasan Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang mempunyai cakupan luas antara lain: berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Perilaku manusia pada

hakikatnya adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati

secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2. Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.

Secara lebih terinci, perilaku kesehatan itu mencakup:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit adalah bagaimana seseorang

merespons, baik secara pasif maupun aktif terhadap sakit dan penyakit yang

dialaminya. Perilaku ini meliputi tingkatan pencegahan sebagai berikut:

a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour)

(24)

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap

sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan modern maupun tradisional

3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) adalah respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia

2.2. Determinan Perilaku Masyarakat

Menurut Notoatmodjo (2005), meskipun perilaku adalah bentuk respon

terhadap stimulus dari luar diri seseorang, namun karakteristik dan faktor-faktor lain

dari orang yang bersangkutan juga dapat memengaruhi respons seseorang.

Banyak teori determinan perilaku, salah satunya adalah teori Lawrence Green

yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), membedakan adanya dua determinan masalah

kesehatan tersebut yakni behavioral factors (faktor perilaku) dan non behavioral factors (faktor non perilaku). Green menganalisis bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor

pendorong.

2.2.1. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor predisposisi perilaku adalah faktor yang dapat mempermudah

terjadinya perilaku pada individu atau masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi, sistem dan nilai yang ada di masyarakat. Apabila seorang atau

masyarakat memiliki pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat terutama

(25)

untuk mencegah penyakit yang berbasis lingkungan seperti cacingan, diare dan

lain-lain. Adapun yang menjadi faktor predisposisi penelitian ini adalah :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).

Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Kesadaran (Awareness), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2. Tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek tersebut. Sikap subjek sudah mulai timbul

3. Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya

4. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus

5. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

Namun demikian, dari penelitian Rogers menyimpulkan bahwa perubahan

perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Pengetahuan yang dicakup dalam

(26)

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara

benar

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

(27)

2. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa sikap merupakan suatu reaksi

atau respons sesorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan

2. Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko merupakan sikap yang paling tinggi

3. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa pendidikan adalah derajat

tertinggi jenjang pendidikan yang diselesaikan berdasar ijasah yang diterima dari

sekolah formal terakhir dengan sertifikat kelulusan. Pendidikan merupakan suatu

usaha atau pengaruh yang diberikan yang bertujuan untuk proses pendewasaan.

(28)

pengetahuan tentang pentingnya penggunaan jamban keluarga sebagai tempat

membuang tinja dan pemeliharaan jamban dengan baik

4. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas atau

kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh penghasilan

5. Penghasilan

Penghasilan adalah jumlah pendapatan suami istri per bulan yang dikategorikan

berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2009 Tentang

Penetapan Upah Minimun Kabupaten (UMK) yaitu sebesar Rp. 1.100.000,- per

bulan

2.2.2. Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat,

misalnya: tersedianya pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), obat-obatan, alat-alat

kontrasepsi, jamban dan sebagainya. Faktor pendukung adalah kondisi jamban.

2.2.3. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor pendorong perilaku adalah faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya perilaku, misalnya: untuk berperilaku sehat diperlukan contoh dari para

tokoh masyarakat, seperti lurah, dokter (tenaga kesehatan), camat dan lain-lain.

Adapun faktor pendorong penelitian ini adalah peran petugas. Peran petugas dalam

memberikan penyuluhan tentang penggunaan jamban keluarga sangat berpengaruh

(29)

menggunakan jamban keluarga setelah mereka memperoleh pandangan yang baik

dari petugas terkait.

2.3. Pengertian Jamban Keluarga

Jamban adalah suatu fasilitas pembuangan tinja manusia. Jamban terdiri atas

tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa

(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya (Abdullah, 2010). Jamban keluarga adalah suatu fasilitas

pembuangan tinja bagi suatu keluarga (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008 tentang

Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat adalah suatu

fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan

penyakit. Sementara pengertian kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang

tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat

yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja, air seni dan CO2

(Notoatmodjo, 2010).

2.4. Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area

pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia semakin meningkat. Dilihat dari

segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan

masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi, karena kotoran manusia adalah

(30)

bersumber dari tinja dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Hal ini dapat

diilustrasikan seperti pada gambar di bawah ini :

[image:30.612.116.516.158.267.2]

Gambar 2.1. Pengaruh tinja bagi manusia

Beberapa penyakit yang ditularkan oleh tinja manusia antara lain : tifus,

disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita),

schistosomiasis dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

2.5. Jenis-Jenis Jamban

Menurut Chayatin (2009), jenis-jenis jamban dibedakan berdasarkan

konstruksi dan cara menggunakannya yaitu:

1. Jamban Cemplung

Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cemplung ini hanya

terdiri atas sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai

jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari batu

bata atau beton. Jamban semacam ini masih menimbulkan gangguan karena

baunya Tinja

Air Tangan Lalat Tanah

Makanan

Minuman Pejamu

Sakit

(31)

2. Jamban Plengsengan

Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan oleh

suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari

jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban

semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung,

karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin

3. Jamban Bor

Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan

menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut bor auger dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini mempunyai keuntungan, yaitu

bau yang ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian jamban bor ini

adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air tanah

4. Angsatrine (Water Seal Latrine)

Di bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat yang

berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak tercium

baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang

melengkung. Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran

5. Jamban di Atas Balong (Empang)

Membuat jamban di atas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong) adalah cara

pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya,

(32)

menerapkan kebiasaan tersebut kepada kebiasaan yang diharapkan maka cara

tersebut dapat diteruskan dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Air dari balong tersebut jangan digunakan untuk mandi

b. Balong tersebut tidak boleh kering

c. Balong hendaknya cukup luas

d. Letak jamban harus sedemikian rupa, sehingga kotoran selalu jatuh di air

e. Ikan dari balong tersebut jangan dimakan

f. Tidak terdapat sumber air minum yang terletak sejajar dengan jarak 15 meter

g. Tidak terdapat tanam-tanaman yang tumbuh di atas permukaan air

6. Jamban Septic Tank

Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara anaerobic. Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja

dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat

atau tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di

dalam bak tersebut. Dalam bak bagian pertama akan terdapat proses

penghancuran, pembusukan dan pengendapan. Dalam bak terdapat tiga macam

lapisan yaitu:

a. Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat

b. Lapisan cair

(33)

Banyak macam jamban yang digunakan tetapi jamban pedesan di Indonesia

pada dasarnya digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Jamban tanpa leher angsa. Jamban yang mempunyai bermacam cara pembuangan

kotorannya yaitu:

a. Jamban cubluk, bila kotorannya dibuang ke tanah

b. Jamban empang, bila kotorannya dialirkan ke empang

2. Jamban leher angsa. Jamban ini mempunyai 2 cara pembuangan kotorannya

yaitu:

a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung di

atas galian penampungan kotoran

b. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl tidak berada

langsung di atas galian penampungan kotoran tetapi dibangun terpisah dan

dihubungkan oleh suatu saluran yang miring ke dalam lubang galian

penampungan kotoran (Warsito, 1996).

2.6. Syarat-Syarat Jamban Sehat

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15

meter dari sumber air minum

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari

(34)

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna

6. Cukup penerangan

7. Lantai kedap air

8. Ventilasi cukup baik

9. Tersedia air dan alat pembersih (Depkes RI, 2004).

Menurut Arifin dalam Abdullah (2010) ada tujuh syarat-syarat jamban sehat

yaitu:

1. Tidak mencemari air

a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang

kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Dinding dan dasar

lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester

b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter

c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari

lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur

2. Tidak mencemari tanah permukaan

Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian

kotoran ditimbun di lubang galian

3. Bebas dari serangga

a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap

minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam

(35)

b. Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat menjadi

sarang nyamuk

c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bias

menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya

d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

e. Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung

4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap

selesai digunakan

b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup

rapat oleh air

c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk

membuang bau dari dalam lubang kotoran

d. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik

5. Aman digunakan oleh pemakainya

Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran

seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain

6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya

a. Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran

b. Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran kotoran

(36)

c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban

akan cepat penuh

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

a. Jamban harus berdinding dan berpintu

b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar

dari kehujanan dan kepanasan (Abdullah, 2010).

Menurut Ehlers dkk dalam Entjang (2000), syarat-syarat pembuangan kotoran

yang memenuhi aturan kesehatan adalah:

a. Tidak mengotori tanah permukaan

b. Tidak mengotori air permukaan

c. Tidak mengotori air dalam tanah

d. Tempat kotoran tidak boleh terbuka

e. Jamban terlindung dari penglihatan orang lain.

Menurut Entjang (2000), ciri-ciri bangunan jamban yang memenuhi syarat

kesehatan yaitu harus memiliki:

a. Rumah jamban

Rumah jamban mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari

pengaruh sekitarnya. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika.

Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga

b. Lantai jamban

Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik,

kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga

(37)

c. Slab (tempat kaki berpijak waktu si pemakai jongkok) d. Closet (lubang tempat feces masuk)

e. Pit (sumur penampungan feces)

Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai tempat

mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksinya dapat berbentuk sederhana berupa

lubang tanah saja

f. Bidang resapan

Adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap untuk

mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur kotoran/tinja

2.7. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik

dan memenuhi syarat kesehatan memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Melindungi masyarakat dari penyakit

b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman

c. Bukan sebagai tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan (Azwar,

2000).

2.8. Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara :

a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

b. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih

(38)

d. Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat atau kecoa

e. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

f. Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban

g. Bila ada bagian yang rusak harus segara diperbaiki (Depkes RI, 2004).

2.9. Kerangka Konsep

[image:38.612.116.516.228.479.2]

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep:

1. Faktor predisposisi perilaku adalah faktor-faktor yang dapat mempermudah

terjadinya perilaku pada masyarakat, meliputi: pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, sikap dan pengetahuan. Faktor Predisposisi

- Pengetahuan - Sikap - Pendidikan - Pekerjaan - Penghasilan

Faktor Pendukung

Kondisi Jamban Perilaku BAB

(39)

2. Faktor pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana dan prasarana yang

mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku masyarakat, meliputi kondisi

jamban.

3. Faktor pendorong perilaku adalah faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya perilaku pada masyarakat, meliputi: peran penyuluh.

4. Perilaku BAB yaitu tindakan nyata yang dilakukan responden (keluarga) dalam

menggunakan jamban keluarga sebagai tempat pembuangan tinja.

2.10. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh faktor predisposisi (meliputi: pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, pengetahuan, dan sikap), faktor pendukung (kondisi jamban) dan faktor

pendorong (meliputi: peran penyuluh) terhadap perilaku BAB di Desa Sibuntuon

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pekerjaan, pendidikan,

penghasilan, pengetahuan, dan sikap), faktor pendukung (kondisi jamban) dan faktor

pendorong (peran penyuluh) terhadap perilaku BAB di Desa Sibuntuon Partur

Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2011 (Singarimbun, 1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan

Lintongnihuta Kabupaten Humbahas dengan pertimbangan bahwa cakupan

kepemilikan jamban keluarga di desa tersebut masih rendah yaitu sebesar 57,221%

dan cakupan penggunaan jamban keluarga juga masih rendah yaitu 47,6%. Selain itu

belum pernah dilakukan penelitian mengenai perilaku BAB di desa tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) di Desa

Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta. Berdasarkan data yang diperoleh dari

Puskesmas Sigompul Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2009,

(41)

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan simple random sampling. Rumus menetapkan besar sampel terdapat pada Notoatmodjo (2003) :

2

) 05 . 0 ( 226 1

226

+ =

=144,4→145KK Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Derajat kesalahan (0,05)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 145 KK.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu :

1. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden yang

berpedoman pada kuesioner penelitian dan observasi.

2. Data sekunder diperoleh dengan cara melihat catatan/dokumen (file) yang berhubungan dengan penelitian di Puskesmas Sigompul Kecamatan

(42)

3.5. Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Independen

1. Penghasilan adalah jumlah pendapatan suami istri per bulan yang

dikategorikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara

Tahun 2009 Tentang Penetapan Upah Minimun Kabupaten (UMK) yaitu

sebesar Rp. 1.100.000,- per bulan. Dengan demikian penghasilan dapat

dibedakan atas :

a. < Rp. 1.100.000,- per bulan

b. ≥ Rp. 1.100.000,- per bulan

2. Pendidikan adalah derajat tertinggi jenjang pendidikan yang diselesaikan

berdasarkan ijazah yang diterima dari sekolah formal terakhir dengan

sertifikat kelulusan. Tingkat pendidikan dibagi dalam 3 kategori :

a. Rendah, bila responden tidak tamat SD/tamat SD

b. Sedang, bila responden tamat SMP/tamat SMA

c. Tinggi, bila responden tamat Akademi/Perguruan Tinggi

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang

pengertian jamban, syarat jamban sehat, jarak penampungan tinja terhadap

air bersih, manfaat jamban, dan penyakit yang ditularkan dari tinja, baik

yang diperoleh dari penyuluhan oleh petugas kesehatan maupun media

cetak/elektronik. Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala

interval dari 7 (tujuh) pertanyaan, kemudian dikelompokkan menjadi 3

(43)

a. Buruk, apabila responden tidak tahu segala sesuatu tentang jamban

keluarga meliputi pengertian, syarat-syarat jamban sehat, ciri-ciri

bangunan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, penyakit yang

ditularkan oleh tinja, pemeliharaan jamban dan manfaat jamban.

b. Sedang, apabila responden kurang tahu segala sesuatu tentang jamban

keluarga meliputi pengertian, syarat-syarat jamban sehat, ciri-ciri

bangunan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, penyakit yang

ditularkan oleh tinja, pemeliharaan jamban dan manfaat jamban.

c. Baik, apabila responden tahu segala sesuatu tentang jamban keluarga

meliputi pengertian, syarat-syarat jamban sehat, ciri-ciri bangunan

jamban yang memenuhi syarat kesehatan, penyakit yang ditularkan

oleh tinja, pemeliharaan jamban dan manfaat jamban.

4. Sikap adalah kecenderungan responden untuk memberikan respons (baik

secara positif maupun negatif) terhadap penggunaan jamban keluarga.

Sikap dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

a. Baik, apabila responden memberikan respons positif terhadap perilaku

BAB

b. Sedang, apabila responden memberikan respons positif dan negatif

secara seimbang terhadap perilaku BAB

c. Buruk, apabila responden memberikan respons negatif terhadap

(44)

5. Pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh responden

sehingga memperoleh penghasilan. Pekerjaan ada 2 kategori yaitu :

a. Bekerja (Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Swasta, tani,

wiraswasta, dan lainnya)

b. Tidak Bekerja (termasuk Ibu Rumah Tangga (IRT))

6. Kondisi jamban adalah suatu keadaan jamban yang dimiliki oleh keluarga

yang dilihat berdasarkan observasi dan disesuaikan dengan kriteria

jamban sehat. Pengukuran variabel kondisi jamban didasarkan pada skala

ordinal dengan kategori:

a. Baik, apabila semua memenuhi syarat jamban sehat meliputi: jamban

tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak mencemari

tanah, mudah dibersihkan, memiliki dinding kedap air dan atap

pelindung, memiliki penerangan yang cukup, memiliki ventilasi, tidak

dapat dijamah oleh serangga atau tikus dan tersedia air bersih.

b. Buruk, apabila ada salah satu syarat yang tidak dipenuhi

7. Peran penyuluh kesehatan adalah pengajaran yang disampaikan oleh

petugas kesehatan tentang penggunaan jamban keluarga. Pengukuran

variabel peran penyuluh kesehatan didasarkan pada skala ordinal dengan

kategori:

a. Berperan, apabila responden merespons ≥ 50% dari pertanyaan

(45)

3.5.2. Variabel Dependen

Perilaku BAB adalah tindakan/perbuatan nyata keluarga untuk menggunakan

jamban sebagai sarana pembuangan tinja. Pengukuran variabel dependen:

a. Baik, apabila responden merespons < 50% dari pertanyaan

b. Sedang, apabila responden merespons 50% - 75% dari pertanyaan

c. Buruk, apabila responden merespons > 75% dari pertanyaan

3.6. Aspek Pengukuran 3.6.1. Variabel Bebas

Aspek pengukuran variabel bebas terdiri dari faktor predisposisi (pendidikan,

pekerjaan, penghasilan, sikap dan pengetahuan), faktor pendukung (kondisi jamban),

faktor pendorong (peran penyuluh).

[image:45.612.118.526.431.599.2]

Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1. dan Tabel 3.2. di bawah ini.

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Penghasilan, Pendidikan, dan Pekerjaan No Variabel Jumlah

Indi- kator

Kriteria Kategori Variabel

Skor Skala Ukur 1. Penghasilan 1 1. < UMK

2 ≥UMK

Ordinal

2. Pendidikan 1 1. Rendah

2. Sedang 3. Tinggi

Ordinal

3. Pekerjaan 1 1. Bekerja

2. Tidak bekerja

(46)
[image:46.612.115.529.111.364.2]

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Pengetahuan, Sikap, Kondisi Jamban, dan Peran Penyuluh

No Variabel Jumlah Indi- kator Kategori Jawaban Nilai Bobot

Kategori Bobot Nilai Variabel Seluruh Indikator Skala Ukur

1. Pengetahuan 7 Tahu 2

1 1. Buruk 2. Sedang 3. Baik 7-8 9-10 11-14 Interval Tidak tahu

2. Sikap 7 Setuju 2

1 1. Buruk 2. Sedang 3. Baik 7-8 9-10 11-14 Interval Tidak setuju

3. Kondisi Jamban

9 Ya 2

1 1. Buruk 2. Sedang 3. Baik 9-11 12-14 15-18 Interval Tidak

4. Peran

Penyuluh

2 Ya 2

1 1.Tidak Berperan 2. Berperan 3-4 4 Ordinal Tidak

3.6.2. Variabel Terikat

Untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam BAB diukur dengan

menggunakan skala nominal dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Secara rinci dapat

dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat Variabel Jumlah

Indikator

Kriteria Nilai Bobot

Kategori Skor Skala Ukur Perilaku

masyarakat dalam BAB

6 1. Ya

2. Tidak

2 1

1. Buruk 2. Sedang 3. Baik

6-7 8-9 10-12

(47)

3.7. Teknik Analisa Data

Analisis data menggunakan uji statistik regresi linier berganda karena

bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor predisposisi (pekerjaan,

pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap), pendukung (kondisi jamban) dan

faktor pendorong (peran penyuluh) terhadap perilaku BAB di Desa Sibuntuon Partur

Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Pada Tahun 2011.

Rumus :

Keterangan :

Y = variabel dependen

a = konstanta

b = koefisien regresi

X = variabel independen

e = komponen kesalahan

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Desa Sibuntuon Partur berada di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten

Humbahas. Secara geografis, desa ini memiliki luas wilayah 50,25 km2. Desa

Sibuntuon Partur memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sigumpar

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sibuntuon Parpea

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Parulohan

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Siharjulu

4.1.2. Data Demografi

Secara administratif, jumlah penduduk Desa Sibuntuon Partur pada tahun

2009 mencapai 1.329 jiwa (226 KK). Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 708 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 621 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Desa Sibuntuon Partur Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. 2.

Laki-laki Perempuan

708 621

53,27 46,73

Jumlah 1.329 100

(49)

Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk Desa Sibuntuon Partur paling

banyak tidak tamat SD yaitu sebanyak 352 jiwa (36,44%). Secara rinci dapat dilihat

[image:49.612.114.526.195.414.2]

pada Tabel 4.2. berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Desa Sibuntuon Partur Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase

(%)

1 Pendidikan:

a. SD 167 17,29

b. SMP 91 9,42

c. SMA 56 5,80

d. Diploma 2 0,21

e. Sarjana 2 0,21

2 Putus Pendidikan

a. SD 352 36,44

b. SMP 122 12,63

c. SMA 169 17,49

d. Diploma 3 0,30

e. Sarjana 2 0,21

Jumlah 966 100

Sumber : Profil Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2010

Pekerjaan masyarakat mayoritas adalah petani yaitu sebanyak 446 jiwa

(79,08%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Petani 446 79,08

2. Wiraswasta 22 3,90

3. 4. 5. 6. Pegawai Swasta PNS Buruh IRT 15 11 56 14 2,66 1,95 9,93 2,48

Jumlah 564 100

[image:49.612.114.529.510.658.2]
(50)

Suku bangsa masyarakat mayoritas adalah Batak Toba yakni 1.315 jiwa

[image:50.612.114.526.149.252.2]

(98,95%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Nama Suku Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Batak Toba 1.315 98,95

2 Karo 6 0,45

3 Nias 8 0,60

Jumlah 1.329 100

Sumber : Profil Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2010

Agama mayoritas masyarakat adalah Kristen Protestan yakni sebanyak 1.215

[image:50.612.110.530.334.411.2]

jiwa (91,42%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Nama Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Kristen Protestan 1.215 91,42

2 Katolik 114 8,58

Jumlah 1.329 100

Sumber : Profil Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2010

4.1.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Desa Sibuntuon Partur merupakan wilayah kerja Puskesmas Sigompul.

Tenaga kesehatan yang ada di desa tersebut terdiri dari 1 orang bidan dan 1 orang

perawat tetapi tidak membuka praktik swasta. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel

4.6.

Tabel 4.6. Jenis Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Jumlah (unit)

1. Puskesmas Sigompul 1

Jumlah 1

Tenaga Kesehatan 1.

2.

Bidan Perawat

1 1

Jumlah 2

[image:50.612.110.526.574.686.2]
(51)

4.1.4. Upaya Kesehatan Lingkungan

Gambaran upaya kesehatan lingkungan di Desa Sibuntuon Partur hanya terdiri

atas penyehatan lingkungan permukiman, sedangkan penyehatan tempat pengelolaan

makanan dan penyehatan tempat-tempat umum belum ada. Hal tersebut disebabkan

belum adanya sumber daya manusia yang betul-betul memahami tatalaksana

penyehatan lingkungan tempat pengelolaan makanan dan tempat-tempat umum

(Profil Puskesmas Sigompul, 2010).

4.1.5. Kepemilikan Jamban

Masyarakat Desa Sibuntuon Partur yang memiliki jamban secara rinci dapat

[image:51.612.114.527.380.448.2]

dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Kepemilikan Jamban

No Desa Jumlah KK %

1. 2.

Memiliki Tidak memiliki

130 96

57,2 42,8

Jumlah 226 100

Sumber: Profil Puskesmas Sigompul Tahun 2010

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel

independen dalam penelitian. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi:

pendidikan, penghasilan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap.

4.2.1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga di Desa Sibuntuon

(52)

pada 145 kepala keluarga, dapat digambarkan karakteristik responden berdasarkan

pendidikan, penghasilan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap.

4.2.2. Deskripsi Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi mencakup pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

pengetahuan dan sikap responden, yaitu sebagai berikut:

4.2.2.1. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 39 responden

(26,9%) tidak tamat SD, sebanyak 54 responden (37,2%) tamat SD, sebanyak 17

responden (11,7%) tamat SMP, sebanyak 19 responden (13,1%) tamat SMA dan 16

responden (11,0%) akademi/Perguruan Tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel

[image:52.612.113.526.440.560.2]

4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

F %

1. 2. 3. 4. 5.

Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Akademi/Perguruan Tinggi

39 54 17 19 16

26,9 37,2 11,8 13,1 11,0

Jumlah 145 100

Tingkat pendidikan responden dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu

pendidikan rendah (tidak tamat SD/tamat SD), pendidikan sedang (SMP/SMA), dan

pendidikan tinggi (D3/Sarjana). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

(53)

responden (71,0%) dan paling sedikit berada dalam kategori tinggi yaitu tamat

akademi/sarjana sebanyak 16 responden (11,0%). Secara rinci dapat dilihat pada

Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Pendidikan

No Kategori Pendidikan Jumlah

F %

1. 2. 3. Rendah Sedang Tinggi 103 26 16 71,0 18,0 11,0

Jumlah 145 100

4.2.2.2. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden pada umumnya

bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 116 responden (80,0%). Secara rinci dapat

[image:53.612.114.526.436.561.2]

dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Kategori Pekerjaan Jumlah

F %

1. 2. 3. 4. 5. Petani Wiraswasta Pegawai Swasta PNS IRT 116 11 5 9 4 80,0 7,6 3,4 6,2 2,8

Jumlah 145 100

Pekerjaan responden dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu tidak

bekerja (termasuk IRT) dan bekerja (Petani, wiraswasta, pegawai swasta, dan PNS).

(54)

kategori bekerja yaitu sebanyak 141 responden atau 97,2%. Secara rinci dapat dilihat

[image:54.612.112.525.144.225.2]

pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan

No Kategori Pekerjaan Jumlah

F %

1. 2.

Tidak bekerja (Termasuk IRT) Bekerja

4 141

2,8 97,2

Jumlah 145 100

4.2.2.3. Penghasilan

Penghasilan keluarga dihitung dari seluruh penghasilan anggota keluarga

baik itu dari pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Berdasarkan penghasilan

keluarga diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 92 orang (63,4%)

masih memiliki penghasilan di bawah UMK (< Rp 1.100.000,-/bulan). Secara rinci

dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan

No Tingkat Penghasilan Jumlah

F %

1. 2.

< U

Gambar

Tabel 1.1. Cakupan yang Memiliki Sarana Jamban Keluarga di Kabupaten Humbahas Tahun 2009
Tabel 1.2. Cakupan yang Memiliki Sarana Jamban Keluarga di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2009
Gambar 2.1. Pengaruh tinja bagi manusia
Gambar 2.2.  Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

 The proposed architecture consists of five layers: sensing and local processing data, data collection infrastructure, data aggregation and intelligence extraction, knowledge

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh nilai daerah terbasahi untuk emiter Gudang Garam; pada tanah Ultisol sebesar 0,03; pada tanah Entisol sebesar 0,03; pada

Pengembangan Sistem Informasi Untuk Sarana Pengelolan Informasi Pada Bagian Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Sumetera Utara. Fakultas adalah unsur pelaksanan akademik

Hasil ini terbukti bahwa minat menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap berita politik di Metro TV, yaitu pemenuhan kebutuhan kognitif adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

[r]

Analisis laporan keuangan suatu perusahaan atau badan usaha lain dilakukan sesuai dengan kondisi perusahaan atau badan usaha lain tersebut, karena tidak semua

Photogrammetry was selected to build the above- water model, since images suffice to compute a 3D point cloud, but also to estimate the trajectory of the boat, in order to

[r]