• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura di Kabupaten Karo (Tinjauan Keteknikan Pertanian)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura di Kabupaten Karo (Tinjauan Keteknikan Pertanian)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN

HORTIKULTURA DI KABUPATEN KARO

(TINJAUAN KETEKNIKAN PERTANIAN)

SKRIPSI

OLEH :

PRIMA MEDISTA GINTING

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN

HORTIKULTURA DI KABUPATEN KARO

(TINJAUAN KETEKNIKAN PERTANIAN)

Oleh :

Prima Medista Ginting 050308044/Teknik Pertanian

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua

Achwil Putra Munir, STP, M.Si

Anggota

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judu l Skripsi : Analisis Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura di Kabupaten Karo (Tinjauan Keteknikan Pertanian)

Nama : Prima Medista Ginting

NIM : 050308044

Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknik Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Achwil Putra Munir, STP, M.Si) (Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Anggota

)

Mengetahui,

(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen Teknologi Pertanian

)

(4)
(5)

ABSTRAK

PRIMA MEDISTA GINTING : Analisis Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura di Kabupaten Karo (Tinjauan Keteknikan Pertanian), dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Sebagai wilayah sentra pertanian di Sumatera Utara, pengembangan pertanian Kabupaten Karo sangat bergantung pada keunggulan komparatif wilayahnya yaitu sumberdaya lahan sebagai penunjang utama produksi pertaniannya. Dalam mengusahakan lahan pertaniannya, petani di Kabupaten Karo masih menggunakan metode-metode konvensional dan belum banyak mengadopsi teknologi tepat guna. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan aplikasi dari keteknikan pertanian di Kabupaten Karo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan dari aplikasi Keteknikan Pertanian di Kabupaten Karo masih sangat minim hal ini disebabkan pengetahuan petani tentang keteknikan pertanian sangat rendah.

Kata kunci: analisis, hortikultura, unggulan, keteknikan pertanian.

ABSTRACT

PRIMA MEDISTA GINTING: Analysis of Main Commodities Horticulture Development in district of Karo (Review of Agricultural engineering), supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and SAIPUL BAHRI DAULAY.

As an agricultural center area in North Sumatra, Agricultural Development of Karo regency depends mainly on the region's comparative advantage of land resources as the main supported agricultural production. In farm work,the farmers in district of Karo still using conventional methods and have not been adopted many of appropriate technologies. This research was conducted to determine how far were the application of agricultural engineering in Distric of Karo. The results showed that the usage of agricultural engineering applications in Karo Regency were still very minimum due to very low knowledge of farmers about agricultural engineering.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Prima Medista Ginting, dilahirkan di Medan pada tanggal 12Juni1986 dari Ayah bernama Setarius Ginting dan Ibu Anita Diana Meliala. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri 1Tebing Tinggi tahun 2004 dan pada tahun 2005 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) komisariat Pertanian dan Pengurus Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) periode 2008/2009.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

Adapun Skripsi ini berjudul Analisis Pengembangan Komoditi Unggulan Hortikultura di Kabupaten Karo (Tinjauan Keteknikan Pertanian) yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Achwil Putra Munir STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing serta kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,

Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Medan, September 2010

(8)

DAFTAR ISI

Pengembangan Sektor Pertanian Berdasarkan Potensi Wilayah ... 7

Pertanian Hortikultura ... 9

Pengembangan Agribisnis Hortikultura ... 10

Ilmu Keteknikan Pertanian ... 11

Topografi Kabupaten Karo ... 24

Iklim di Kabupoaten Karo ... 26

Infrastuktur ... 26

Kecamatan Berastagi ... 27

Analisis Kesesuaian Lahan Tananaman Hortikulutura di Kecamatan Berastagi ... 27

Teknik Tanah dan Air ... 29

Bidang Bangunan Pertanian dan Lingkungan ... 29

Mesin – Mesin Pengolahan Hasil Pertanian ... 29

Energi dan Listrik Pertanian ... 29

Perbengkelan ... 30

Sistem dan Manajemen Keteknikan Pertanian ... 30

Kecamatan Merek ... 30

Analisis Kesesuaian Lahan Tananaman Hortikulutura di Kecamatan Berastagi ... 31

Teknik Tanah dan Air ... 31

Bidang Bangunan Pertanian dan Lingkungan ... 32

Mesin-Mesin Pengolahan Hasil Pertanian ... 33

(9)

Hal

Perbengkelan ... 33

Sistem dan Manajemen Keteknikan Pertanian ... 33

Penentuan Komoditi unggulan ... 33

Evaluasi Aspek ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Ketinggian wilayah berdasarkan kecamatan

di Kabupaten Karo ... 25

2. Data luas panen, produksi, dan produktivitas

komoditi hortikultura Kecamatan Berastagi ... 28 3. Data luas panen, produksi, dan produktivitas

komoditi hortikultura Kecamatan Merek ... 31 4. Panjang jalan di Kecamatan Berastagi

menurut jenisnya ... 41 5. Panjang jalan di Kecamatan Merek

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Frekuensi metode pengolahan tanah di Kecamatan Berastagi ... 35

2. Frekuensi metode pengolahan tanah di Kecamatan Merek ... 36

3. Frekuensi umur petani di Kecamatan Berastagi ... 38

4. Frekuensi umur petani di Kecamatan Merek ... 38

5. Frekuensi pendidikan petani di Kecamatan Berastagi ... 39

6. Frekuensi pendidikan petani di Kecamatan Merek ... 39

(12)

ABSTRAK

PRIMA MEDISTA GINTING : Analisis Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura di Kabupaten Karo (Tinjauan Keteknikan Pertanian), dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Sebagai wilayah sentra pertanian di Sumatera Utara, pengembangan pertanian Kabupaten Karo sangat bergantung pada keunggulan komparatif wilayahnya yaitu sumberdaya lahan sebagai penunjang utama produksi pertaniannya. Dalam mengusahakan lahan pertaniannya, petani di Kabupaten Karo masih menggunakan metode-metode konvensional dan belum banyak mengadopsi teknologi tepat guna. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan aplikasi dari keteknikan pertanian di Kabupaten Karo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan dari aplikasi Keteknikan Pertanian di Kabupaten Karo masih sangat minim hal ini disebabkan pengetahuan petani tentang keteknikan pertanian sangat rendah.

Kata kunci: analisis, hortikultura, unggulan, keteknikan pertanian.

ABSTRACT

PRIMA MEDISTA GINTING: Analysis of Main Commodities Horticulture Development in district of Karo (Review of Agricultural engineering), supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and SAIPUL BAHRI DAULAY.

As an agricultural center area in North Sumatra, Agricultural Development of Karo regency depends mainly on the region's comparative advantage of land resources as the main supported agricultural production. In farm work,the farmers in district of Karo still using conventional methods and have not been adopted many of appropriate technologies. This research was conducted to determine how far were the application of agricultural engineering in Distric of Karo. The results showed that the usage of agricultural engineering applications in Karo Regency were still very minimum due to very low knowledge of farmers about agricultural engineering.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara lain adalah sebagai sumber devisa negara, sebagai penyedia lapangan kerja yang ekstensif, penyedia bahan baku industri, dan dalam penyedia pangan penduduk Indonesia yang jumlahnya lebih dari juta jiwa. Perubahan lingkungan stratregis seperti globalisasi ekonomi, otonomi daerah, dan tuntutan masyarakat dunia akan produk hortikultura yang aman konsumsi serta kelestarian lingkungan menuntut adanya perubahan kebijakan pengembangan agribisnis yang berdaya saing.

Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan semakin terintegrasinya berbagai aspek perekonomian suatu negara dengan perekonomian dunia. Dalam kontek pasar komoditas globalisasi mendorong terintegrasinya pasar komoditas baik antar wilayah maupun antar negara serta meningkatnya persaingan antar pelaku usaha agribisnis. Sementara itu, kebijakan desentralisasi tersebut diperkirakan akan mendorong setiap daerah, baik provinsi maupun kabupaten, untuk memproduksi berbagai komoditas pertanian dalam kerangka swasembada di tingkat daerah, atau paling tidak mengurangi ketergantungan terhadap daerah lain. Kebijakan semacam ini bisa menjadi tidak menguntungkan baik ditinjau dari penggunaan sumberdaya domestik maupun perdagangan antar wilayah.

(14)

pertanian melalui pendekatan keteknikan/rekayasa dengan melakukan transformasi sumber daya alam secara efisien dan efektif untuk kebutuhan manusia. Ilmu keteknikan pertanian menitikberatkan pada beberapa disiplin keilmuan antara lain adalah dasar perencanaan, perancangan, pengembangan, evaluasi dan penerapan unsur-unsur kesatuan sistem produksi seperti manusia, mesin dan peralatan, serta sumber daya pertanian.. Cakupan bidang keteknikan pertanian tidak terbatas pada penggunaan traktor, sistem pengairan dan pengolahan hasil pertanian saja, akan tetapi pada seluruh proses dan berbagai aspek dalam budidaya tanaman maupun ternak dan proses pengolahan hasilnya. Bidang-bidang yang termasuk dalam cakupan keteknikan pertanian adalah:

1. Bidang Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, yang menelaah persoalan-persoalan penggunaan tenaga dan alat untuk budidaya pertanian seperti penggunaan traktor, pengolahan tanah, pemeliharaan tanah, pemberantasan hama dan penyakit, dan sebagainya.

2. Bidang Mesin-mesin Pengolahan Hasil Pertanian yang menelaah persoalan penggunaan mesin-mesin dalam usaha menyiapkan hasil pertanian untuk digunakan, disimpan, memperbaiki mutu dan mencegah kerusakan hasil pertanian balk tanaman pangan mapun non pangan.

3. Bidang Teknik Tanah dan Air, yang menelaah persoalan yang timbul dalam usaha menciptakan keadaan tanah dan air termasuk irigasi dan drainase dan konservasi tanah dan air, sedemikian rupa sehingga efisiensi yang maksima! dapat dicapai baik dalam hal waktu maupun tenaga.

(15)

keadaan lingkungan yang diperlukan oleh perusahaan pertanian dan rumah petani.

5. Bidang Energi dan Elektrifikasi pertanian, menelaah persoalan energi, pemakaian/ penggunaan listrik untuk pertanian, baik merupakan tenaga listrik di rumah, di perbengkelan dan di dalam bangunan pertanian.

6. Bidang Manajemen Alat dan Mesin Pertanian menelaah persoalan manajemen alat dan mesin pertanian terutama yang berhubungan dengan menghitung biaya operasional dan pemeliharaan alat dan mesin pertanian.

(16)

produksi pangan dan non pangan, sehingga diharapkan akan mempercepat dan menjamin pencapaian hasil lebih tinggi dan efisien, dengan penggunaan sumber daya yang rasional. Masalah istilah keteknikan pertanian, enjiniring pertanian dan mekanisasi pertanian mungkin masih menjadi silang pendapat di Indonesia, namun lebih baik kita tidak perlu mempersoalkan istilah, karena substansi yang dikerjakan tetap sama, yaitu aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pertanian dalam arti yang lebih luas, yang pada akhirnya adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Tantangan yang dihadapi pembangunan pertanian pada saat sekarang ini adalah penyediaan pangan bergizi yang cukup dan terjangkau oleh masyarakat. Kecukupan pangan ini kemudian diperluas wacananya bukan hanya dari segi produksi saja, namun juga bagi ketahanan pangan (food security) dalam arti yang luas serta keamanan dan kesehatan pangan (food safety dan food healthy). Sehingga masalah yang berhubungan dengan standar produk juga harus

diperhatikan. Persaingan dalam hal memproduksi bahan pangan pertanian memerlukan praktek-praktek yang menjamin mutu dan keamanan, seperti Good Farming Practises (GFP), Good Handling Practises (GHP) dan Good

Manfacturing Practises (GMP). Kecenderungn kearah hal tersebut memerlukan

keahlian keteknikan yang perlu terus ditingkatkan, sehingga sistem usaha pertanian kita mampu bersaing di pasar internasional.

(17)

masih terus dapat ditingkatkan baik dari aspek ketersediaan lahan maupun teknologi budidaya, pasca panen, maupun pengolahannya. Salah satu strategi kebijakan pengembangan yang dipandang relevan dalam merespon berbagai perubahan tersebut adalah pengembangan agribisnis dengan pendekatan kawasan. (BPS, 1999, hasil identifikasi Ditjenhort, 2001).

Salah satu kawasan agribisnis di kawasan Sumatera Utara adalah Kabupaten Karo, Kabupaten Karo merupakan dataran tinggi Karo dengan ibukota Kabanjahe yang terletak 77 km dari kota Medan, ibukota Propinsi Sumatera

Utara. Luas daerah Kabupaten Karo sekitar 2.127,25 kilometer persegi yang

terbentang di dataran tinggi dengan ketinggian 120 sampai 1600 meter di atas

permukaan laut. Karena berada di ketinggian tersebut Tanah Karo Simalem

mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 15 sampai 26 derajat

celcius. Di dataran tinggi Karo kita bisa menemukan indahnya nuansa alam

pegunungan dengan udara yang sejuk dengan ciri khas daerah buah dan sayur. Di

sini kita juga bisa nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak dalam keadaan aktif

berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Dilihat dari

geografi, Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan

dan merupakan daerah hulu sungai. Wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25

kilometer persegi atau 212.725 Ha atau 2,97 % dari luas Daerah Tingkat I

Sumatera Utara, dan secara geografis terletak di antara 2o50‘ Lintang Utara

sampai 3o19‘ Lintang Utara dan 97o55’ Bujur Timur sampai dengan 98o38’ Bujur

Timur.

(18)

Aksesibilitas yang memegang peranan penting dalam hal hubungan baik internal maupun eksternal wilayah dirasakan sangat kurang, terutama dalam hal kualitas jalan. Selain itu, masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, kurangnya kemampuan keuangan lokal, dan minimnya sarana dan prasarana berdampak pada lambatnya perkembangan Kabupaten Karo, seperti yang dirasakan saat ini. Berkaitan dengan kondisi demikian, optimalisasi potensi wilayah dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sangat diperlukan di Kabupaten Karo. Berdasarkan analisis dari data BPS Kabupaten Karo, kontribusi pertanian terhadap perekonomian wilayah sangat tinggi, Hal ini menunjukkan potensi pertanian dalam menyangga ekonomi wilayah masih cukup besar, namun demikian, kondisi wilayah yang masih termasuk daerah tertinggal mengindikasikan potensi tersebut belum mensejahterakan masyarakatnya maupun pemerataan kesempatan memperoleh manfaatnya, padahal potensi tersebut seharusnya dapat menjadi penggerak pembangunan wilayah yang merata.

Salah satu komoditas pertanian yang masih berpeluang untuk dikembangkan sehingga menjadi penggerak perekonomian masyarakat adalah komoditas hortikultura, terutama sayur sayuran dan buah-buahan. Kedua komoditas tersebut tergolong komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi (high value commodity), sehingga harus diproduksi secara efisien untuk dapat bersaing

(19)

Tanah Karo dikarenakan potensi wilayah, topografi iklim, serta keadaan alam yang sangat mendukung dengan syarat tanam tanaman tersebut.

Dari aspek produksi, potensi pengembangan komoditas hortikultura masih dapat ditingkatkan ditinjau dari aspek ketersediaan lahan dan peluang peningkatan adopsi teknologi. Komoditas hortikultura secara intrinsik memiliki sifat cepat busuk, rusak, dan susut besar. Hal ini merupakan masalah yang dapat menimbulkan risiko fisik dan harga. Permasalahan pokok pengembangan agribisnis hortikultura adalah belum terwujudnya ragam, kualitas, kesinambungan pasokan, dan kuantitas yang sesuai dengan permintaan pasar. Permasalahan tersebut nampak nyata pada produk hortikultura untuk tujuan pasar konsumen institusi dan ekspor. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya penguasaan teknologi, baik teknologi pembibitan, budidaya, maupun penanganan pasca panen, serta kurangnya koordinasi antar pelaku agribisnis, sehingga struktur kelembagaan agribisnis hortikultura menjadi sulit bersaing secara kompetitif.

(20)

upaya menemukenali komoditas unggulan hortikultura. Penelitian ini berguna dalam menggali potensi pertanian khususnya komoditas hortikultura yang diteliti dalam menunjang alternatif komoditas pengembangan usaha tani dan peningkatan pendapatan petani. Dengan demikian pada akhirnya terjadi peningkatan pendapatan ekonomi wilayah, dan masyarakat petani khususnya.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aplikasi keteknikan pertanian digunakan dalam pengembangan komoditas unggulan hortikultura berbasis potensi wilayah yang menunjang pengembangan wilayah di Kabupaten Karo.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan S1 di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan pengembangan penelitian pertanian khususnya berdasarkan potensi wilayah.

3. Sebagai sumber informasi komoditas unggulan dan distribusinya dalam ruang wilayah, sehingga dapat menjadi masukkan bagi pengambilan keputusan oleh pemerintah daerah maupun investor dan pihak yang berminat dalam pengembangan pertanian ataupun bidang bidang pengembangan teknologi pertanian lainnya.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Sektor Pertanian Berdasarkan Potensi Wilayah

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan sebagai sumber penghasil bahan makan, sumber bahan baku bagi industri, mata pencaharian sebagian besar penduduk, penghasil devisa negara dari ekspor komoditinya bahkan berpengaruh besar terhadap stabilitas dan keamanan nasional. Namun keberadaan sumberdaya lahan yang terbatas tidak mampu mengimbangi kebutuhan lahan yang sangat pesat baik dari sektor pertanian maupun non pertanian, akibatnya timbul persaingan penggunaan lahan yang saling tumpang tindih dan tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hal ini dapat menjadi kendala bagi proses pembangunan nasional, khususnya di sektor pertanian.

(22)

cara ini dapat diketahui potensi dan daya dukung lahan di wilayah tersebut untuk jenis-jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan untuk penilaian potensi wilayah, dimana penilaian potensi wilayah merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencari lahan yang memang berpotensi bagi pembangunan pertanian. Dengan dilakukannya penilaian potensi wilayah ini diharapkan akan dihasilkan suatu perencanaan pembangunan pertanian yang tepat dan rasional, dimana pemanfaatan lahannya dapat optimum, lestari dan berkelanjutan. Penilaian potensi wilayah ini dilakukan melalui analisis potensi wilayah baik secara fisik maupun sosial ekonomi. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dihaslkan potensi wilayah berupa komoditas unggulan yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif. Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan data-data sekunder yang telah ada dan masih representatif bagi wilayah tersebut yang diolah melalui analisis wilayah dan diintegrasikan dengan Sistem Informasi Geografis (Djaenuddin, 1996).

Komoditi unggulan merupakan hasil usaha masyarakat yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat . Beberapa kriteria dari komoditi unggulan adalah :

(a) Mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran (keunikan /ciri spesifik, kualitas bagus, harga murah)

(b) Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang potensial dapat dikembangkan (c) Mempunyai nilai tambah tinggi bagi masyarakat

(d) Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan sumberdaya manusia

(23)

Keunggulan suatu komoditi masih dibagi lagi berdasarkan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan keunggulan yang dimiliki berdasarkan potensi yang ada dan membedakannya dengan daerah yang lain. Keunggulan komparatif ini dapat berupa sumber daya alam, sumber daya manusia. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan keunggulan yang dimiliki dan digunakan untuk bersaing dengan dengan daerah lain. Dengan kata lain keunggulan kompetitif menggunakan keunggulan komparatif untuk dapat bersaing dengan daerah lain sehingga menapai tujuannya yang dalam hal ini adalah komoditi unggulan (Direktorat Perluasan Areal, 2007).

Pertanian Hortikultura

(24)

Secara umum lahan yang baik untuk pengembangan hortikultura ialah yang bertimbulan datar atau sedikit landai. Lahan yang terlalu miring tidak cocok karena biasanya bertanah miskin hara (kecuali yang tanahnya terbentuk dari endapan abu volkan) dan memerlukan penterasan untuk pengendalian erosi. Penterasan yang sampai menyingkapkan lapisan bawahan tanah dapat membuat tanah bertambah miskin hara (kecuali apabila lapisan atasan tanah yang lebih kaya hara berketebalan cukup sehingga pembuatan teras tidak sampai menyingkapkan lapisan bawah tanah). Tanah yang baik untuk pengembangan hortikultura adalah tanah aluvial yang tidak terlalu berpasir atau berbatu dan bebas banjir. Pemilihan tapak penanaman yang baik sebetulnya lebih ditentukan oleh iklim berkenaan dengan suhu, curah hujan (Terra, 1948).

Pengembangan Agribisnis Hortikultura

Selain berperan penting dalam pengembangan wilayah, usaha tani hortikultura merupakan bentuk pertanian yang lebih maju dari pada usaha tani tanaman pangan. Sebagai pertanian yang lebih maju, usaha tani hortikultura berorientasi pasar sehingga harus menguntungkan serta diusahakan secara intensif dengan modal yang memadai. Walaupun demikian, usaha tani hortikultura di Indonesia masih memperlihatkan sifat tradisional. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas yang mengandalkan kemampuan dan sumberdaya seadanya. Ciri umum aktivitas tersebut antara lain : (1) tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi pengelola rendah; (2) penguasaan lahan kecil (< 0,25 Ha) dan terpencar lokasinya; (3) akses terhadap informasi, pengetahuan, teknologi dan pasar yang terbatas; (4) kesulitan permodalan; (5) lemahnya kelembagaan pertanian (Soekartawi, 1996).

(25)

lain : (1) usahatani yang dilakukan lebih berorientasi pasar (tidak konsisten), (2) bersifat padat modal, (3) resiko harga relatif besar karena sifat komoditas yang cepat rusak dan (4) dalam jangka pendek harga relatif berfluktuasi

(Hadi, et al, 2000).

Permasalahan yang timbul dalam sistem pemasaran hortikultura adalah kegiatan pemasaran yang belum berjalan efisien, dalam artian belum mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang murah dan belum mampu mengadakan pembagian balas jasa yang adil dari keseluruhan harga konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran komoditas pertanian tersebut. Pembagian yang adil dalam konteks tersebut adalah pembagian balas jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai kontribusi masing-masing kelembagaan pemasaran yang berperan. Namun yang sangat penting menjadi perhatian ialah sistem tata niaga yang efisien, bagaimana masing-masing lembaga niaga yang terlibat memperoleh imbalan yang adil. Dengan demikian hubungan antara harga, produksi dan tataniaga mempunyai kaitan yang erat, dimana petani sebagai produsen dan lembaga tataniaga dengan fungsi tataniaga yang dilakukannya masing-masing mempunyai peranan yang menentukan dan saling mempengaruhi

(Setyawati, et al, 1990).

Ilmu Keteknikan Pertanian

(26)

listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan sebagi penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di dalam produksi pertanian

(Moens, 1978).

Ruang lingkup mekanisai pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian, pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi robotik. Jenis teknologi tersebut digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan penanganan atau pengolahan hasil pertanian. Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efesiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan megurangi beban kerja petani (Handaka,1996).

(27)

pengaruh iklim dan musim serta memudahkan penanggulangan serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan lingkungan dan medium tumbuh buatan, penggunaan ruang, waktu, tenaga kerja, dan masukan bahan serta energi sarana produksi dapat dibuat lebih efektif dan efisien. Upaya semacam ini dapat membawa konsekuensi biaya produksi menjadi lebih tinggi sehubungan dengan piranti teknologi mahal yang diperlukan, baik pada tahap konstruksi maupun selanjutnya pada tahap operasi dan pemeliharaan. Budidaya dengan tanah buatan atau juga disebut budidaya tanpa tanah (soilless culture) dikenal dengan istilah hidroponik, yang secara harfiah berarti “pekerjaan air”. Istilah ini dirakit dari kata Yunani atau latin “ponos” yang berarti pekerjaan atau tenaga kerja (Tan, 1994).

(28)

melayani kebutuhan masyarakat dalam jumlah banyak, seperti kentang, kacang tanah, dan kedelai, atau tanamannya berukuran besar, seperti pohon buah, harus diusahakan di lahan sungguhan. Budidaya rumah kaca dengan medium tumbuh buatan membuat hasilnya menjadi mahal sehingga hanya akan terbeli oleh golongan masyarakat berpenghasilan besar padahal rakyat umum juga memerlukannya, seperti tomat, labu dan lombok. Maka bagian terbesar tanaman-tanaman tersebut harus dibudidayakan di lahan sungguhan. Hortikultura yang dapat dikerjakan sepenuhnya secara buatan ialah pembibitan dan pembenihan. Barangkali cara tersebut lebih baik agar mutu bibit dan benihnya lebih terjamin.Tanaman bunga dan hias boleh diproduksi dengan piranti buatan karena konsumennya berada dalam golongan masyarakat atasan (Saptana, dkk, 2005).

(29)
(30)

Untuk menemukan teknologi atau paket barang modal yang tepat untuk suatu perusahaan agroindustri, perusahaan tersebut harus memahami pasar yang dilayani dan memahami ketersediaan bahan baku. Setelah menetapkan produk yang diinginkan serta semua semua parameter dalam sistem penyediaan bahan baku, faktor-faktor yang berkaitan dengan teknologi pengolahan atau faktor-faktor yang berkaitan dengan persyaratan produk dan proses perlu diidentifikasi. Pemilihan teknologi adalah satu keputusan yang sangat penting dalam pelaksanaan agroindustri, kriteria utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan teknologi diantaranya adalah:

(a) Kebutuhan kualitas (quality requirements). Teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasar terutama yang menyangkut kualitas. Karena preferensi konsumen sangat beragam, maka teknologi yang dipilihpun harus mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

(b) Kebutuhan pengolahan (process requirements). Sudah barang tentu bahwa setiap jenis alat pengolahan memiliki kemampuan tertentu untuk mengolah suatu bahan baku menjadi berbagai bentuk produk. Semakin tinggi kemampuan suatu alat untuk menghasilkan berbagai jenis produk, maka akan semakin kompleks jenis teknologinya dan akan semakin mahal investasinya. Oleh karena itu, pemilihan teknologi harus memadukan pertimbangan antara kompleksitas teknologi dan biaya yang dibutuhkan.

(31)

(d) Kapasitas kemampuan manajemen (management capability). Biasanya suatu pengelolaan akan berjalan baik pada tahap awal karena besarnya kegiatan masih berada dalam cakupan pengelolaan yang optimal (optimum management size). Setelah besar, masalah biasanya mulai muncul dan hal itu

menandakan bahwa skala usaha sudah melebihi kapasitas pengelolaan (Austin, 1981).

(32)
(33)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 di Kabupaten Karo Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah : alat tulis, kamera, komputer.

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah : peta Kabupaten Karo, data sumber daya lahan, ekonomi dan sosial wilayah, bahan wawancara.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode survey dimana penelitian bertujuan menggali informasi mengenai potensi dan karakteristik potensi komoditas hotikultura dengan pendekatan analisis wilayah di Kabupaten Karo berdasarkan tinjauan keteknikan pertanian.

Prosedur Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir studi, tahapan-tahapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan studi penelitian ini adalah :

1. Melakukan kajian teoritis untuk memahami aspek-aspek wilayah yang penting bagi pengembangan komoditas unggulan sayur-sayuran di Kabupaten Karo.

(34)

3. Melakukan analisis komoditi hortikultura berdasarkan tinjauan perspektif keteknikan pertanian.

4. Mengevaluasi terhadap tiga aspek yang dianggap penting yaitu aspek teknis, aspek sosial dan ekonomi.

5. Melakukan interpretasi hasil analisis dan pembahasan.

Metode Analisis

Metode kegiatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, ialah metode survey eksplanatory yaitu penelitian yang bertujuan menggali informasi mengenai potensi dan karakteristik objek yang diteliti dengan pendekatan analisis wilayah. Batasan wilayah sebagai unit analisis ialah kecamatan Merek dan Berastagi di Kabupaten Karo. Sebagai research pengembangan, maka pendekatan yang dilakukan adalah kombinasi antara desk and research dengan kajian lapangan secara series dengan menggunakan informasi yang telah tersedia.

Jenis dan sumber data

Jenis dan sumber data yang dibutuhkan sebagai berikut: a. Data primer

Data dan hasil pengamatan yang dikumpulkan secara langsung dari lokasi kegiatan dengan metode survei, observasi dan wawancara.

b. Data sekunder

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Karo

Kabupaten Karo merupakan dataran tinggi Karo dengan ibukota Kabanjahe yang terletak 77 km dari kota Medan, ibukota Propinsi Sumatera Utara. Luas daerah Kabupaten Karo sekitar 2.127,25 kilometer persegi yang terbentang di dataran tinggi dengan ketinggian 120 sampai 1600 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 kilometer persegi atau 212.725 Ha atau 2,97 % dari luas Daerah Tingkat I Sumatera Utara, memilikiki 351.368 orang jumlah penduduk yang tersebar di 17 Keamatan dan 248 desa. Secara geografis terletak di antara 2o50‘ Lintang Utara sampai 3o19‘ Lintang Utara dan 97o55’ Bujur Timur sampai dengan 98o38’ Bujur Timur.

Batas-batas wilayah Karo adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Danau Toba

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Daerah Istimewa Aceh)

Topografi Kabupaten Karo

Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 120 sampai dengan 1600 meter di atas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut :

(36)

- Daerah ketinggian 200 sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut seluas 11.373 Ha (5,35%)

- Daerah ketinggian 500 sampai dengan 1000 meter diatas pemukaan laut seluas 79.215 Ha (37,24%)

- Daerah ketinggian 1000 sampai dengan 1400 meter dari permukaan laut seluas 112.587 Ha (52,92%)

Tabel 1. Ketinggian wilayah berdasarkan kecamatan di Kabupaten Karo No. Kecamatan Ketinggian

1. Mardinding 120 - 1000 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karo

Iklim di Kabupaten Karo

(37)

Laubiang. Menurut kemiringan lereng, daerah Kabupaten Karo sebagian besar mempunyai kemiringan diatas 40% yang memiliki luas 75.145 Ha atau sebesar 35,52% dari luas kabupaten. Menurut Dirjen Tata Guna Tanah, daerah pada ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut layak diusahakan untuk tanaman beriklim tropis, untuk daerah 500-1000 meter dari permukaan laut sesuai untuk tanaman yang beriklim subtropis, sedangkan daerah yang berada pada ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut sesuai untuk tanaman yang beriklim temperate yaitu tanaman hortikultura.

Infrastruktur

(38)

sarana yang tersedia di Kabupaten Karo ialah koperasi desa dan eksportir tanaman hortikultura yang sangat membantu petani dalam memasarkan hasil pertaniannya.

Kecamatan Berastagi

Kecamatan Berastagi terletak pada ketinggian 1400 meter dari atas permukaan laut dengan luas wilayah 30,5 km2 dan jumlah penduduk 15.652 jiwa. Secara administratif batas- batas wilayah Kecamatan Berastagi ialah,

Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur : Kecamatan Kabanjahe Sebelah Selatan : Kecamatan Simpang empat

Sebelah Barat ; Kecamatan Tigapanah dan Barusjahe

Secara administratif Kecamatan Berastagi terdiri dari 9 desa, yaitu Gurusinga, Raya, Runah Berastagi, Tambak Lau Mulgap I, Tambak Lau Mulgap II, Gundaling I, Gundaling II, Sempajaya, Doulu.

• Analisis Kesesuaian Lahan

(39)

tidak hanya menanam tanaman bersasarkan kesesuaian lahan saja seperti cabe, petsai, buncis, hal ini di karenakan permintaan pasar untuk ketiga komoditi ini cukup tinggi, sehingga petani mulai beralih menanamnya.

Tabel 2. Data luas panen, produksi, dan produktivitas komoditi Hortikultura No. Jenis Tanaman Luas Panen

Sumber : PPK Kecamatan Berastagi • Teknik Tanah dan Air

Sumber daya alam pertanian pertanian di Kecamatan Berastagi cukup luas, lebih dari setengah wilayah Kecamatan Berastagi merupakan lahan kering yang digunakan untuk menanam tanaman hortikultura. Dalam pengelolaan sumberdaya alamnya petani menggunakan traktor untuk lahan yang datar dan miring, sedangkan untuk daerah yang curam petani mengunakan cangkul. Untuk mengairi lahan pertanian hortikulturanya petani sangat mengharapkan air hujan, hal ini di karenakan kondisi wilayah yang berada di dataran tinggi, sehingga tidak memungkinkan adanya irigasi teknis untuk mengairi lahan hortikultura.

• Bidang Bangunan Pertanian dan Lingkungan

(40)

sirup yang mengolah buah markisah, terong belanda, dan jeruk, selain itu juga sudah banyak tersedia gudang-gudang penyimpanan hasil komoditi hortikultura. • Mesin-mesin Pengolahan Hasil Pertanian

Dalam penanganan hasil pertanian hortikultura petani masih mengandalkan tenaga manusia, petani masih belum memakai alat sortasi. Sudah ada produk hortikultura yang yang diolah menjadi produk olahan sirup seperti buah markisah, terong belanda, dan jeruk.

• Energi dan Listrik Pertanian

Petani hortikultura di kecamatan ini belum banyak memanfaatkan energi dan listrik pertanian, hal ini di karenakan pemahaman petani mengenai energi dan listrik pertanian sangat minim.

• Perbengkelan

Belum ada bengkel-bengkel khusus pertanian di Kecamatan ini, petani biasanya memperbaiki peralatan/mesin pertaniannya di bengkel mobil dan membeli suku cadangnya di ibukota propinsi.

• Sistem dan Manajemen Keteknikan Pertanian

Pemahaman petani mengenai sistem dan manajemen dalam bertani tanaman hortikultura sangat minim, dalam hal ini petani pada umumnya hanya memikirkan keuntungan saja dan hanya sedikit petani yang dapat memperhitungkan permintaan pasar.

Kecamatan Merek

(41)

Sebelah Utara : Kecamatan Tigapanah Sebelah Timur : Kabupaten Dairi Sebelah Selatan : Kecamatan Juhar Sebelah Barat : Kabupaten Simalungun

Kabupaten Merek merupakan salah satu kawasan agropolitan di Sumatera Utara hal ini ddukung oleh posisi Kecamatan merek yang sangat strategis yang merupakan pintu masuk antara 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, Dan Kabupaten Dairi. Kecamatan Merek terdiri dari 19 desa, yaitu Kodon-kodon, Sibolangit, Tongging, Pangambatan, Nagalingga, Pancur Batu, Pertibitembe, Pertibi Lama, Merek, Situnggaling, Negeri Tongging, Garingging, Bandar Tongging, Mulia Rakyat, Dokan, Regaji, Suka Mandi, Nagara, Ajinembah.

• Analisis Kesesuaian Lahan

(42)

Berikut ini akan disajikan data luas panen serta produktivitas komoditi hortikultura di Kecamatan Merek.

Tabel 3. Data luas panen, produksi, dan produktivitas komoditi Hortikultura No. Jenis Tanaman Luas Panen

Sumber : PPK Kecamatan Merek

• Teknik Tanah dan Air

Sumber daya alam pertanian pertanian di Kecamatan Merek cukup luas, lebih dari setengah wilayah Kecamatan Merek merupakan lahan kering yang digunakan untuk menanam tanaman hortikultura. Dalam pengelolaan sumberdaya alamnya petani menggunakan traktor untuk lahan yang datar dan miring, sedangkan untuk daerah yang curam petani mengunakan cangkul. Untuk mengairi lahan pertanian hortikulturanya petani sangat mengharapkan air hujan, hal ini di karenakan kondisi wilayah yang berada di dataran tinggi, sehingga tidak memungkinkan adanya iigasi teknis untuk mengairi lahan hortikultura.

• Bidang Bangunan Pertanian dan Lingkungan

(43)

lahan tertutup seperti rumah kaca, selain itu di kecamatan Merek juga belum ada pabrik pengolahan hasi tanaman hortikultura.

• Mesin-mesin Pengolahan Hasil Pertanian

Dalam penanganan hasil pertanian hortikultura petani masih mengandalkan tenaga manusia, petani masih belum memakai alat atau mesin yang bisa mempermudah kerja petani dalam penanganan hasil panan tanaman hortikultura.

• Energi dan Listrik Pertanian

Petani hortikultura di kecamatan ini belum banyak memanfaatkan energi dan listrik pertanian, hal ini di karenakan pemahaman petani mengenai energi dan listrik pertanian sangat minim.

• Perbengkelan

Belum ada bengkel-bengkel khusus pertanian di Kecamatan ini, petani biasanya memperbaiki peralatan/mesin pertaniannya di bengkel mobil dan membeli suku cadangnya di ibukota propinsi, bahkan bengkel mobil pun masih sangat minim di Kecamatan Merek.

• Sistem dan Manajemen Keteknikan Pertanian

(44)

Penentuan Komoditi Unggulan Hortikultura

Sebagai wilayah sentra pertanian di Sumatera Utara, pengembangan pertanian Kabupaten Karo sangat bergantung pada keunggulan komparatif wilayahnya yaitu sumberdaya lahan sebagai penunjang utama produksi pertaniannya. Untuk menentukan apakah komoditi unggul, ada beberapa indikator yang perlu dipertimbangkan, yaitu luas lahan yang digunakan untuk menanam tanaman hortikultura cukup luas yang menandakan bahwa keinginan petani untuk menanamnya cukup tinggi sehingga menjadikan komoditi ini primadona di kalangan petani. Selain itu permintaan pasar yang tinggi untuk komoditi hortikultura juga juga bisa dijadikan indikator penentuan unggul terutama untuk pasar ekspor.

Berdasarkan hasil analisis, kesesuaian lahan, luas panen, dan produktivitas tanaman hortikultura di Kecamatan Berastagi, maka komoditi hortikultura diatas dapat dikelompokkan menjadi komoditi unggulan, komoditi berpotensi unggulan. Adapun komoditi yang termasuk komoditi unggulan ialah bawang daun, kol, dan wortel. Untuk komoditi yang berpotensi unggulan ialah kentang, tomat, cabe, petsai, jeruk, buncis, lobak, markisa.

(45)

Tanaman markisa dan terong belanda di kategorikan berpotensi unggulan dikarenakan kedua tanaman ini belum dijadikan tanaman prioritas oleh sebagian besar petani di Tanah Karo. Mayoritas petani di Tanah Karo menjadikan komoditi ini pilihan kedua pada lahan tumpang sari, biasanya tanaman ini di tumpang sarikan dengan tanaman kopi ataupun jeruk, namun dengan sudah adanya pabrik pengolahan sirup di Tanah Karo ada kemungkinan komoditi ini menjadi komoditi unggulan nantinya. Studi yang dilakukan Bambang Winarso, menunjukkan bahwa sebelum tahun 2004 produksi markisa di Sumatera Utara khususnya Kabupaten Karo paling tinggi di Indonesia. Namun demikian minat petani untuk memperluas atau bahkan mempertahankan luas tanaman markisa terus menurun hingga sekarang.

Bunga-bungaan dikategorikan berpotensi unggulan dikarenakan komoditi ini bukanlah tanaman pangan, dan modal untuk membudidayakannya cukup tinggi. Selain itu, konsumen dari komoditi ini biasanya adalah golongan menengah keatas, namun seiring dengan adanya perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat, maka ada kemungkinan komoditi ini nantinya menjadi komoditi unggulan. Komodii diatas dikategorikan tidak unggul dikarenakan keinginan petani untuk menanamnya sangat rendah, permintaan konsumen untuk komoditi ini juga masih sangat rendah untuk di daerah Tanah Karo hal ini dikarenakan permintaan untuk komoditi ini lebih banyak dari daerah lain seperti Simalungun dan Tapanuli.

Evaluasi aspek

(46)

ekonomi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang petani sampel, yang di bagi atas 2 bagian yaitu, 25 orang untuk Kecamatan Merek dan 25 orang untuk Kecamatan Berastagi. Aspek teknis merupakan salah satu aspek yang menyangkut peralatan dan teknologi yang digunakan para petani dalam mengusahakan lahan hortikulturanya, sehingga dari sini kita dapat mengetahui sejauh mana para petani menggunakan aplikasi dari keteknikan pertanian dalam mengusahakan lahan hortikulturanya. Secara umum peralatan yang digunakan para petani dalam mengusahakan tanaman hortikultura di Kecamatan Berastagi dan Merek masih mengandalkan tenaga manusia, terkecuali dalam pengolahan tanahnya petani sudah mulai tergantung pada traktor dalam pengolahan tanahnya, hal ini dapat terlihat pada gambar di bawah ini :

(47)

Gambar 2 . Frekuensi metode pengolahan tanah di Kecamatan Merek Ada pun para petani yang masih mengandalkan buruh harian dalam pengolahan tanahnya dikarenakan petani tersebut memiliki lahan kemiringannya cukup curam, sehingga tidak mungkin untuk menggunakan traktor.

Untuk pemberantasan hama para petani di Kecamatan Berastagi dan Kecamatan merek biasanya menggunakan alat penyemprot hama. Alat penyemprot yang digunakan petani di kedua kecamatan ini terdiri dari 2 tipe yaitu tipe pompa yang digerakkan dengan tangan dan tipe pompa yang menggunakan bahan bakar minyak, namun untuk tipe pompa yang menggunakan bahan bakar minyak masih di gunakan oleh sebagian keil petani saja dikarenakan harganya yang relatif mahal. Khusus untuk tanaman jeruk sudah ada petani yang yang telah menggunakan teknologi penangkap lalat buah, dimana teknologi ini sangat membantu petani dalam mengurangi penggunaan pestisida.

(48)

dalam keadaan segar terutama buah-buahan, dengan artian produk hortikultura tersebut belum berubah bentuk menjadi bahan olahan, hal ini yang nantinya akan menjadi masalah bagi petani apabila terjadi surplus pada saat panen produk hortikultura yang menyebabkan harga jual menjadi sangat rendah dan membuat petani rugi. Di Kabupaten Karo hanya buah markisa, terong belanda, dan jeruk yang keluar dari Tanah Karo sudah menjadi bentuk olahan yaitu sirup hal ini dikarenakan sudah adanya pabrik pengolahan buah tersebut menjadi sirup, selebihnya produk hortikultura yang ada di olah di luar kota.

(49)

Kecamatan ini menyebabkan terjadinya akulturasi suku dan budaya. Penduduk yang mendiami kedua Kecamatan ini sebagian besar hidup sebagai petani, sedangkan sisanya bekerja di sektor perdagangan, imdustri, buruh, PNS, TNI/ Polri. Pada gambar 3 dan 4 terlihat bahwa sebagian besar petani masih dalam usia produktif mengusahakan pertanian hortikulturanya. Mayoritas petani berada pada rata-rata umur 31-40 tahun dan 41-50 tahun.

Gambar 3 . Frekuensi umur petani di Kecamatan Berastagi

(50)

Sedangkan rata-rata tingkat pendidikan di Kecamatan Berastagi dan Merek menunjukkan bahwa masyarakat rata-rata sudah mengenyam bangku sekolah dan program pemerintah wajib belajar 9 tahun sudah sangat baik di kedua kecamatan ini. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 5. Frekuensi pendidikan petani di Kecamatan Berastagi

Gambar 6 . Frekuensi pendidikan petani di Kecamatan Merek

(51)

pestisida dari pemerintah sebesar 38% yang diikuti bantuan penyuluhan sebesar 4% dan bantuan lainnya juga sebesar 4%., Petani sangat mengharapkan bantuan modal dikarenakan petani di Kabupaten Karo pada umumnya hanya memiliki lahan saja, sehingga untuk memulai mengusahakan lahannya dibutuhkan modal untuk membeli pupuk, bibit, pestisida, dan biaya-biaya lainnya. Selama ini petani petani Karo memperoleh modal dari bank- bank perkreditan yang ada, dan itu pun biasanya modal yang diperoleh sangat terbatas, untuk itu petani sangat mengharapkan modal dari pemerintah dengan bunga yang rendah. Petani juga mengharapkan subsidi harga pupuk dan pestisida dikarenakan harga pupuk yang selalu naik, yang membuat petani merugi dan sering kali gagal panen. Sedikitnya petani yang mengharapkan bantuan penyuluhan menunjukkan petani di Tanah Karo lebih mengandalkan pengalaman- pengalaman dari leluhur mereka daripada teori-teori yang diberikan para penyuluh. Namun ada juga petani yang mengharapkan bantuan penyuluhan untuk dapat memberikan masukan- masukan dalam membedakan pupuk palsu dengan asli yang sering beredar di Tanah Karo. Selain ini petani juga mengharapkan harga jual yang selalu stabil.

(52)

Secara umum Kecamatan Berastagi mengalami ketimpangan dengan Kecamatan Merek. Kecamatan Berastagi yang relatif bersifat kekotaan dapat terlihat kontras jika dibandingkan dengan keadaan eksisting di Kecamatan Merek. Karakteristik daerah yang berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan potensi dan perkembangan wilayah. Untuk itu pengembangan perdesaan perlu dilakukan dengan basis pembangunan pada pertanian yang berkelanjutan. Hal ini disebabkan aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat perdesaan sebagian besar pada sektor pertanian.

Pengembangan wilayah dapat berjalan lebih cepat jika terdapat interaksi dengan wilayah lainnya berjalan dengan lancar. Salah satu penunjang pengembangan wilayah dan pembentukan struktur interaksi antar wilayah adalah jalan. Jalan merupakan sarana pendukung yang penting yang membuka isolasi suatu lokasi dengan lokasi lainnya, yang akan membawa manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, sehingga Mosher (1965) menyatakan bahwa sarana transportasi merupakan salah satu syarat pokok dalam pembangunan pertanian. Status dan kondisi jalan di Kecamatan Berastagi dan Merek dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah.

Tabel 4. Panjang jalan di Kecamatan Berastagi menurut jenisnya

No. Desa/ Kelurahan Jenis Jalan (km) Jumlah

Aspal Diperkeras Tanah Setapak

1. Gurusinga 9 0 0 0 9

2. Raya 1 0 0 0 1

3. Rumah Beratagi 0,9 0 0 0 0,9

4. Tambak Laut Mulgap II 1 0 0 0 1

5. Gundaling II 1,5 0 0 0 1,5

6. Gundaling I 1 0 0 0 1

7. Tambak Laut Mulgap I 1 0 0 0 1

8. Sempajaya 3 0 0 0 3

9. Doulu 3,5 0,5 0 0 3,5

(53)

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Berastagi

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa kondisi jalan di Kecamatan Berastagi cukup baik, hampir seluruh jalan yang ada sudah diaspal, salah satu faktor penyebab jalan di Kecamatan ini bagus dikarenakan Keamatan Berastagi merupakan salah satu objek wisata yang cukup terkenal di daerah Sumatera Utara sehingga untuk mempermudah wisatawan berwisata di daerah ini diperlukan kondisi jalan yang baik agar akses menuju daerah daerah objek wisata yang ada di daerah ini menjadi mudah.

Tabel 5. Panjang jalan di Kecamatan Merek menurut jenisnya

No. Desa/ Kelurahan Jenis Jalan (km) Jumlah

Aspal Diperkeras Tanah Setapak

1. Kodon-kodon 0,45 2,55 0 1,80 4,80

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Berastagi

(54)
(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Lahan yang tersedia untuk pengembangan komoditi hortikultura masih sangat luas di Tanah Karo, namun penggunaan lahan untuk komoditi ini semakin lama semakin menurun.

2. Komoditi unggulan di Kecamatan Berastagi ialah bawang daun, kol, dan wortel. Untuk komoditi yang berpotensi unggulan ialah kentang, tomat, cabe, petsai, jeruk, buncis, lobak, markisah. Komoditi yang termasuk komoditi unggulan di Kecamatan Merek ialah jeruk, kentang, cabe, tomat, terong belanda. Untuk komoditi yang berpotensi unggulan ialah: buncis, kol, markisah.

3. Penggunaan dari aplikasi Keteknikan Pertanian di Kabupaten Karo masih sangat minim hal ini disebabkan pengetahuan petani tentang keteknikan pertanian sangat rendah.

4. Jika ditinjau dari keteknikan pertanian komoditi unggulan di Tanah Karo ialah Jeruk, markisah, dan Terong Belanda.

(56)

6. Keteguhan hati yang kuat serta keyakinan yang tinggi menyebabkan pola pikir masyarakat karo cenderung berspekulasi di dalam mengusahakan komoditi hortikultura yang akan di tanamnya.

Saran

1. Perlunya pengadaan teknologi pertanian yang terpadu, intensif, dan efisien dari segi ekonomi, khususnya teknologi penanganan pasca panen sehingga produksi hortikultura di Kabupaten Karo lebih optimal, berkualitas dan sesuai dengan pangsa pasar.

2. Perlu adanya kebijakan pemerintah yang mendukung petani secara berkala, seperti pemberian kredit lunak, subsidi pupuk, penyuluhan, promosi ke luar daerah ataupun luar negeri.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Adyana, M. O dan A. Suryana, 1996. Pengkajian dan Pengembangan Sistem SUP Berorientasi Agribisnis. Makalah disampaikan pada Rakor Badan Agribisnis, Bogor

Austin, J. E., 1981. Agroindustrial Projet Analysis. EDI Series in Economi Development. Washington, D. C. USA.

Direktorat Perluasan Areal, 2007. Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura. Direktorat Jendral Pengelolaan Lahan dan Air. Departemen Pertanian. Ditjenhort. 2001. Kebijakan Strategi dan Pengembangan Produksi Hortikultura:

Rencana Strategis dan Program Kerja Tahun 2001-2004. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian.

Djaenudduin, D., M. Hendrisman, K. Nugroho, D. G. Rossiter dan E. R. Jordens, 1996. Evaluasi Lahan Sistem Otomatisasi Untuk Membantu Pemetaan Tanah, LREP-II, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Hadi, P.U., Mayrowani, H. Supriyati dan Sumedi. 2000. Review and Outlook Pengembangan Komoditas Hortikultura. Seminar Nasional Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 ke Depan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Handaka, 1996. Pengembangan alat dan Mesin Pertanian di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Konstribusi Teknik Pertanian untuk Memacu Pengembangan Industri dalam Era Globalisasi

.

Jayadinata, T. Johara, 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Perdesaan, Perkotaan dan wilayah, Penerbit ITB, Bandung.

Lisyanto, 2002. Pengembangan Teknologi Berbasis Pertanian (Suatu Modal Kemandirian Dalam menghadapi Era Global). IPB. Bogor.

Moens. 1978. Objective of Agricultural Mechanization. Paper in Agricultural Mechanization Strategy, NUFFIC THE/LHW.IPB. Bogor.

Mosher, A. T, 1966, Getting Agriculture Moving, F.A. Preager Inc. New York Setyawati, T., Suhandoko, W. Trisulo, M. Rais, 1990 Tataniaga Pisang Batu dan

Pisang Buai di Sentra Produksi Sumatera Barat. Bull. Pel. Hort. 5 (1) : 59 – 65.

(58)

Tan, K. H., 1994. Environmental Soil Science. Marcel Dekker, Inc. New York. Terra, G. J. A. 1948. Tuinbouw. Dalam : C.J.J. van Hall & C. van de Koppel

(eds.), De Landbouw in der Indischen Archipel IIA. H 622-746.

Notohadinegoro, T., Johara, 2005. Faktor Tanah dalam Pengembangan Hortikultura. UGM Press, Jogjakarta.

Saptana, E. Ariningsih, K. D. Saktyanu, S. Wahyuni, V. Darwis, 2005. Kebijakan Pengembangan Hortikultura di Kawasan Agrobisnis Hortikultura Sumatera. Pusat Pengembangan dan Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

(59)

Pengumpulan Data Mulai

Data Primer

Cukup

Data Sekunder

Penentuan Komoditi Unggulan

Evaluasi Aspek

selesai

tidak

Ya

(60)

Lampiran 2. Kuisioner pendapat petani hortikultura

PENDAPAT PETANI TANAMAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN KARO

(Kecamatan Berastagi dan Kecamatan Merek)

A. KARAKTERISTIK PETANI

1. Nama Petani :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan

3. Umur Petani :

4. Alamat Lengkap :

5. Nomor Telepon/ HP :

6. Pendidikan Terakhir :

7. Mata pencaharian

a. Utama :

b. Sampingan :

8. Lama Bertani : tahun

9. Jenis Tanaman Hortikultura :

10. Luas lahan : ha

11. Jenis Lahan : terbuka /Tertutup

B. PENGOLAHAN LAHAN

1. Metode pengolahan Tanah

: Buruh Harian Lepas/Traktor

2. Asal Alat (jika menggunakan

traktor) : Pribadi/ Sewa/ Kelompok Tani

3. Upah buruh (jika menggunakan

BHL) : Rp

4. Biaya sewa/ hari (jika menyewa

alat) : Rp

5. Kapasitas alat :

ha/jam

(61)

7. Apakah pernah dilakukan penyuluhan pemakaian alat? Ya/Tidak

8. Berapakah jarak tanam tanaman

anda :

9. Berapakah kepadatan tanaman

per ha :

10.Kendala yang sering dihadapi dalam Pengolahan tanah?

C. PEMUPUKAN Nama tanaman :

No. Nama Pupuk Jumlah Pupuk Harga Satuan Sumber 1. Pupuk Kandang 7. Kendala yang sering dihadapi dalam pemupukan?

(62)

5. Pupuk Organik

6. Berapa kali pemupukan hingga panen? : kali 7. Kendala yg sering dihadapi dalam pemupukan? :

D. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN Nama Tanaman :

No. Nama produk Jumlah input Harga Satuan Sumber 1. Herbisida

2. Pestisida 3. Fungisida 4. Insektisida

5. Berapa kali biasanya dilakukan penyemrotan hingga panen? : kali 6. Kendala yang sering dihadapi dalam penanggulangan hama dan penyakit

tananam?

Nama tanaman lain (jika lebih dari satu tanaman yang ditanam) : No. Nama produk Jumlah input Harga Satuan Sumber 1. Herbisida

2. Pestisida 3. Fungisida 4. Insektisida

5. Berapa kali biasanya dilakukan penyemrotan hingga panen? : kali 6. Kendala yang sering dihadapi dalam penanggulangan hama dan penyakit

tananam?

E. PEMANENAN

(63)

5. Apakah anda sudah melakukan pengolahan hasil panen sendiri? Ya/Tidak 6. Kendala yang sering dihadapi selama pemanenan?

F. PEMASARAN

1. Berapa harga jual

produk/kg yang anda terima? : Rp

2. Kemana anda

menjualnya :

3. Apakah hasil panen

anda diantar/ dijemput pembeli : Diantar/ Dijemput

4. Kendala apa yang

sering dihadapi selama pemasaran :

5. Apa yang anda

harapkan dari pemerintah untuk membantu anda dalam memajukan pertanian anda?

(64)
(65)

Lampiran 3. Karakteristik petani sampel Kecamatan Berastagi

(66)

Lampiran 4. Karakteristik petani sampel Kecamatan Merek

Mata pencaharian Metode Pengolahan Lahan

(67)

Lampiran 5. Kesesuaian lahan per kecamatan di Kabupaten Karo

No Kecamatan Luas(Ha) Komoditi

(1) (2) (3) (4)

1. Mardinding 26.711 Kelapa dan Pinang 2. Laubaleng 25.260 Kelapa dan Pinang

3. Tigabinanga 16.038 Kopi robusta kemiri, kayu manis, jagung, ubi jalar.

4. Juhar 21.856 Kopi robusta, sirih, jagung, padi sawah, ubi jalar.

5. Munthe 12.564 Kopi robusta, sirih, jagung, padi sawah, ubi jalar, kubis.

6. Kutabuluh 19.570 Kayu manis, cengkeh, vanili, jagung, ubi jalar, jeruk.

7. Payung 4.724 Kayu manis, tembakau, jagung, kacang tanah, jeruk.

8. Tiganderket 8.676 Kayu manis, tembakau, jagung, kacang tanah, jeruk.

9. Simpang Empat

9.348 Kopi arabika, kayu manis, teh, ginseng, jagung, asparagus, kentang, bit umbi, kubis, tomat, selada, daun sop, labu jipang, lobak, bunga kol, markisa, ubi jalar, jeruk, bawang prei, biwa, kesemak, terung belanda.

10. Naman Teran 8.782 Kopi arabika, kayu manis, teh, ginseng, jagung, asparagus, kentang, bit umbi, kubis, tomat, selada, daun sop, labu jipang, lobak, bunga kol, markisa, ubi jalar, jeruk, bawang prei, biwa, kesemak, terung belanda.

11. Merdeka 4.417 Kopi arabika, kayu manis, teh, ginseng, jagung, asparagus, kentang, bit umbi, kubis, tomat, selada, daun sop, labu jipang, lobak, bunga kol, markisa, ubi jalar, jeruk, bawang prei, biwa, kesemak, terung belanda.

12. Kabanjahe 4.465 Kopi arabika, kayu manis, teh, ginseng, jagung, ubi jalar, wortel, bit umbi, kubis, tomat, selada, bawang prei, daun sop, arcis, bunga kol, markisa, biwa, kesemak, terung belanda, jeruk, asparagus, kentang, labu jipang, lobak, timun, kacang buncis.

13. Berastagi 3.050 Kopi arabika, kayu manis, teh, ginseng, jagung, ubi jalar, wortel, bit umbi, kubis, tomat, selada, bawang prei, daun sop, arcis, bunga kol, markisa, biwa, kesemak, terung belanda, jeruk, asparagus, kentang, labu jipang, lobak, timun, kacang buncis.

(68)

belanda, asparagus, labu jipang, lobak, kacang buncis.

15. Dolat Rakyat 3.225 Kopi arabika, kayu manis, teh, ginseng, ubi jalar, kubis, selada, bawang prei, daun sop, arcis, bunga kol, biwa, kesemak, terung belanda, asparagus, labu jipang, lobak, kacang buncis.

16. Merek 12.551 Kopi arabika, kayu manis, teh, ginseng, asparagus, kentang, bawang prei, labu jipang, lobak, bunga kol, kesemak, terung belanda 17. Barusjahe 12.804 Kopi arabika, kayu manis, teh, ginseng,

asparagus, kentang, bawang prei, labu jipang, lobak, bunga kol, kesemak, terung belanda, markisa, biwa, buncis, kubis, jeruk.

Total 212.275 Sumber : Unit Manajemen Leuser (UML)

Lampiran 6. Daftar nama dan alamat eksportir komoditi hortikultura di Kabupaten Karo

No Nama perusahaan Alamat Jenis Komoditi Tujuan Ekspor

(1) (2) (3) (4) (5)

1 PT. TANI DELI NUSA

Jl. Veteran Berastagi

Kol, kentang,dll Malaysia, Singapura

Laugendek Kubis, Kentang dan bibit bunga

(69)

Lampiran 7. Tabel ketinggian kecamatan di Kabupaten Karo dari permukaan laut

No. Kecamatan Ketinggian (Meter)

1. Mardinding 120 - 1000

2. Laubaleng 150 - 900

3. Tigabinanga 560 - 800

4. Juhar 650 - 1000

5 Munte 700 - 1250

6. Kutabuluh 550 - 1050

7. Payung 700 - 1350

8. Tiganderket 700 - 1350

9. Simpang Empat 850 - 1450

10. Naman Teran 850 - 1450

11. Merdeka 850 - 1450

12. Kabanjahe 850 - 1300

13. Berastagi 1225 - 1550

14. Tigapanah 1150 - 1500

15. Dolatrakyat 1150 - 1500

16. Merek 940 - 1600

17. Barusjahe 1175 - 1500

(70)

Lampiran 8. Data luas panen, produksi, dan produktivitas bunga di Tanah Karo No. Jenis Bunga Luas Panen (m2) Produksi

(tangkai)

Produktivitas (tangkai/m2)

1. Anggrek 5.280 43.824 8,30

2. Gladiol 118.550 580.375 4,90

3. Krisan 104.150 1.052.250 10,10

4. Sedap Malam 118.600 704.075 5,94

Jumlah 346.580 23.80.524 38,98

(71)

Lampiran 9. Data luas penggunaan lahan di Kabupaten Karo berdasarkan kecamatan

No Kecamatan

Luas Lahan (Ha) Lahan Kering (Ha)

(72)

15. 159 720 5,190 5,349

16. Merdeka 60 -

60 214 1,943 65

449

2,671

2,731

17. Tiga Nderket 324 -

324 2,066 3,450 -

235

5,751

6,075

Jumlah 10,267 2,000 12,267 21,291 68,012 8,084

9,571

106,95 8

(73)
(74)

17 Jeruk

14,298.17 14,304.45 13,850.22 12,161.00 9,988.43 10,036.69 11,405.91

9,725.00

542,237.00 588,706.00

653,622.75 408,912.00 Jumlah

(75)

Lampiran 11. Data luas lahan dan jumlah penduduk di Kecamatan Merek

No. Desa Luas(km2) Jumlah

Pendududk

Kepadatan Penduduk

1. Kodon-kodon 1,50 208 140

2. Sibolangit 7,00 656 90

3. Tongging 4,50 1.236 270

4. Pangambatan 10,00 1.671 170

5. Nagalingga 2,00 563 280

6. Pancur Batu 8,00 1.008 130

7. Pertibitembe 4,00 564 140

8. Pertibi Lama 16,00 1.694 110

9. Merek 1,00 1.359 1.359

10. Situnggaling 6,00 1.028 170

11. Negeri Tongging 2,00 240 120

12. Garingging 8,00 1.215 150

13. Bandar Tongging 2,00 193 100

14. Mulia Rakyat 5,00 535 110

15. Dokan 8,00 1.189 150

16. Regaji 6,00 819 140

17. Suka Mandi 6,00 405 70

18. Nagara 9,51 591 60

19. Ajinembah 19,00 478 30

Jumlah 125,51 15.652 3.789

(76)

Lampiran 12. Data luas lahan dan jumlah penduduk di Kecamatan Berastagi No. Desa/ Kelurahan Luas

(km2)

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

1. Gurusinga 6 3.900 650,00

2. Raya 5 4.358 871,60

3. Rumah Beratagi 3,5 6.611 1.888,86

4. Tambak Laut Mulgap II 1 3.147 3.147,00

5. Gundaling II 2 5.130 2.565,00

6. Gundaling I 2 8.388 4.194,00

7. Tambak Laut Mulgap I 1 2.677 2.677,00

8. Sempajaya 6,5 7.155 1.094,62

9. Doulu 3,5 2.011 574,57

Jumlah 30,5 43.377 17.662,65

(77)

Lampiran 13. Luas wilayah (Ha) menurut jenis penggunaan tanah di Kecamatan Merek

No. Desa Tanah

sawah

Tanah kering

Bangunan/

Pekarangan Lainnya Jumlah

1. Kodon-kodon 25 103 2 20 150

2. Sibolangit 0 320 2 378 700

3. Tongging 132 151 8 159 450

4. Pangambatan 55 574 4 367 1.000

5. Nagalingga 0 110 3 87 200

6. Pancur Batu 15 408 3 374 800

7. Pertibitembe 20 177 2 201 400

8. Pertibi Lama 0 1.181 4 415 1.600

9. Merek 0 58 8 34 100

10. Situnggaling 0 369 2 229 600

11. NegeriTongging 13 61 1 125 200

12. Garingging 20 361 4 415 800

13. Bandar Tongging 15 96 2 87 200

14. Mulia Rakyat 15 248 2 235 500

15. Dokan 0 399 3 398 800

16. Regaji 0 396 4 200 600

17. Suka Mandi 5 288 2 305 600

18. Nagara 9 236 2 704 951

19. Ajinembah 8 265 5 1.622 1.600

Jumlah 332 5.801 63 6.355 12.551

(78)

Lampiran 14. Luas wilayah (Ha) menurut jenis penggunaan tanah di Kecamatan Berastagi

No. Desa/ Kelurahan Tanah Sawah

Tanah Kering

Bangunan/

Pekarangan Lainnya Jumlah

1. Gurusinga 0 474 112,0 14,0 600

2. Raya 0 362 126,0 12,0 500

3. Rumah Beratagi 0 184 103,0 63,0 350

4. Tambak Laut Mulgap II 0 20 65,0 15,0 100

5. Gundaling II 0 16 180,5 3,5 200

6. Gundaling I 0 8 190,0 2,0 200

7. Tambak Laut Mulgap I 0 2 97,0 1,0 100

8. Sempajaya 0 426 120,0 104,0 650

9. Doulu 177 25 16,0 132,0 350

Jumlah 177 1.517 1.009,5 346,5 3.050

Gambar

Tabel 2. Data luas panen, produksi, dan produktivitas komoditi Hortikultura Luas Panen Produksi Produktivitas
Tabel 3. Data luas panen, produksi, dan produktivitas komoditi Hortikultura Luas Panen Produksi Produktivitas
Gambar 3 . Frekuensi umur petani di Kecamatan Berastagi
Gambar 6 . Frekuensi pendidikan petani di Kecamatan Merek
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian kerangka teoritis dari kedua variabel penelitian yakni tinjauan kelengkapan berkas rekam medis terkait klaim asuransi kesehatan, guna meningkatkan mutu pelayanan di

Metode Evaluasi : Pagu Anggaran Kualitas Maka dapat kami umumkan hasil sebagai berikut

tak terlupakan.. Kontribusi Media Pembelajaran, Motivasidan Kondisi Tempat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan

Dari hasil penelitian terhadap kerapuhan tablet tersebut dapat disimpulkan semakin besar kandungan amilum garut maka kerapuhan tablet yang dihasilkan semakin

Hasil penelitian menunjukan bahwa panggung depan seorang mahasiswi bertato mereka hampir semuanya dapat memainkannya dengan baik, mulai daripresentasi diri mereka

Dari beberapa metode di atas, pada penelitian tindakan kelas ini penulis menggunakan metode manuskrip yaitu siswa berpidato dengan menggunakan naskah yang sudah

Biofertilizer adalah zat yang mengandung mikroorganisme hidup dan bila diterapkan pada benih permukaan tanaman atau tanah, dapat berkolonisasi di. rizosfer dan

11/3373/4/06/16/Th.VIII, 6 Juni 2016 3 dari 10 Kenaikan indeks harga konsumen yang menyebabkan inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks pada lima dari tujuh