SISTEM KONVENSIONAL DAN SYARIAH
(Studi Kasus : BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo)
Oleh
AGUSTINA SETIYAWATI
H24103096
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
Agustina Setiyawati. H24103096. Analisis Strategi Promosi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Sistem Konvensional dan Syariah (Studi Kasus pada BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo). Dibawah bimbingan Jono M. Munandar dan Mukhamad Najib.
Perumahan merupakan unsur pokok bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, selain kebutuhan akan pangan (makanan), sandang (pakaian), pendidikan dan kesehatan. Pemenuhan kebutuhan akan perumahan mempunyai peranan penting bagi kehidupan seseorang dalam membangun dan mengembangkan pribadinya. Namun, dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan lahan untuk pemukiman yang terbatas menjadikan masalah perumahan menjadi masalah yang kompleks dan sangat mendesak. Menyadari hal tersebut, industri perbankan mulai mengembangkan produk pelayanan perumahan dalam wujud kredit pemilikan rumah.
Salah satu bank besar di Indonesia yang berkontribusi dalam industri perbankan di Indonesia adalah Bank BTN. Keberadaan PT. Bank Tabungan Negara sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara memiliki keunggulan dalam produk kredit yang salah satunya adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Produk KPR ini telah ditawarkan sejak tahun 1976 yang berarti bahwa Bank BTN adalah satu-satunya Bank Pelopor KPR di Indonesia. Akan tetapi dengan makin banyaknya bank-bank lain yang ikut mengembangkan bisnis KPR yang dinilai memiliki prospek dan pangsa pasar yang menjanjikan serta berusaha bersaing untuk memperebutkan nasabah KPR di pasaran, menyebabkan KPR BTN semakin ketat bersaing dengan produk-produk KPR dari para bank kompetitor tersebut. Semakin gencarnya promosi KPR yang dilakukan bank-bank kompetitor seperti KPR Graha Mandiri, KPR BCA Extra, BNI Griya, KPR BII Express serta KPR dari bank-bank lainnya melalui berbagai media promosi, mengharuskan BTN dan BTN Syariah Cabang Solo sebagai salah satu unit cabang dari BTN Pusat untuk memiliki strategi promosi yang dapat diterapkan dengan efektif agar mampu mempertahankan brand image BTN dan memperkuat posisi Bank BTN di pasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kegiatan promosi KPR BTN dan BTN Syariah Cabang Solo, (2) mengetahui faktor-faktor penyusun strategi promosi KPR BTN dan BTN Syariah Cabang Solo, (3) mendapatkan alternatif strategi promosi KPR yang tepat dan efektif untuk dilaksanakan oleh BTN dan BTN Syariah Cabang Solo. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian langsung, hasil wawancara dan penyebaran kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui dokumen perusahaan dan studi literatur yang terkait dengan penelitian ini. Analisis terhadap faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap penyusunan strategi promosi perusahaan dilakukan dengan penyebaran kuesioner menggunakan skala likert, sedangkan untuk perumusan strategi promosi dilakukan dengan teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan software Expert Choice 2000 dan
Microsoft Excel.
Cabang Solo dan pemberian diskon biaya survey dan notaris bagi BTN Syariah Cabang Solo, kegiatan publisitas dan humas mencakup kegiatan sponsorship, menjalin hubungan baik dengan berbagai instansi dan kampus serta melakukan kegiatan sosial (social marketing). Kegiatan personal selling dilakukan dengan menempatkan tenaga-tenaga pemasar yang mampu berkomunikasi dengan baik kepada konsumen. Sedangkan kegiatan pemasaran langsung dilakukan dengan melakukan direct mail dan kegiatan penjualan langsung dilakukan dengan mengikuti berbagai kegiatan pameran (expo) perumahan.
Analisis terhadap faktor penyusun strategi promosi KPR untuk BTN Cabang Solo mengidentifikasikan lima faktor, yaitu : karakteristik pasar, peralatan dan fasilitas, anggaran promosi, tingkat persaingan dan Segmentation, Targetting, Positioning (STP) perusahaan. Sedangkan faktor penyusun strategi promosi KPR untuk BTN Syariah Cabang Solo terdiri dari tingkat persaingan, anggaran promosi, karakteristik konsumen, sumber daya manusia dan bauran pemasaran lainnya selain promosi.
Hasil penelitian ini menyatakan, sesuai dengan tujuan-tujuan promosi yang ingin dicapai perusahaan, maka prioritas alternatif-alternatif yang dapat dipilih adalah BTN Cabang Solo perlu meningkatkan kegiatan periklanan sebagai alternatif strategi pilihan pertama dengan bobot 0,243. Alternatif selanjutnya adalah meningkatkan kegiatan publisitas dan humas (0,227), meningkatkan kegiatan promosi penjualan (0,192), meningkatkan kegiatan personal selling
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan akan perumahan mempunyai peranan penting dan menentukan bagi kehidupan seseorang dalam membangun dan mengembangkan pribadinya. Perumahan merupakan unsur pokok bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, selain kebutuhan akan pangan (makanan), sandang (pakaian), pendidikan dan kesehatan. Namun, pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan lahan untuk pemukiman yang terbatas menjadikan masalah perumahan menjadi masalah yang kompleks. Menyadari hal tersebut, industri perbankan mulai mengembangkan produk pelayanan perumahan dalam wujud kredit pemilikan rumah (KPR). KPR merupakan salah satu bisnis strategis karena menyangkut kebutuhan manusia akan tempat tinggal. Rumah sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat, sehingga mempunyai pangsa pasar yang luas.
Kota Solo merupakan kota berperingkat kesepuluh kota terbesar di Indonesia (setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Makassar, Denpasar, Palembang dan Yogyakarta) dan merupakan kota terbesar kedua di Jawa Tengah (www.wikipediaindonesia.com ; 29 April 2007). Kota ini memiliki luas wilayah sebesar 44,03 km2 dan dengan jumlah penduduk sebanyak 552.542 jiwa (Tahun 2005) serta dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 12.998,97/km2 (www.surakarta.go.id ; 29 April 2007). Dengan luas wilayah yang tetap, tetapi dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang meningkat, maka kebutuhan akan perumahan di Solo pun meningkat. Industri perbankan di kota Solo pun mulai memberikan pelayanan produk perbankan yang khusus melayani kebutuhan perumahan, yaitu kredit pemilikan rumah (KPR).
bahwa Bank BTN adalah satu-satunya Bank Pelopor Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perbankan syariah di Indonesia, yang merupakan perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan atau keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah, maka Bank BTN pun membuka layanan yang sama pada BTN Syariah dengan tetap memfokuskan layanan jasa dan produknya pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Banyaknya bank-bank lainnya yang ikut mengembangkan bisnis KPR yang dinilai memiliki prospek dan pangsa pasar yang menjanjikan serta berusaha bersaing untuk memperebutkan nasabah KPR di pasaran, seperti KPR Graha Mandiri, KPR BCA Extra, BNI Griya, KPR BII Express serta kredit pemilikan rumah yang ditawarkan bank-bank lainnya, menyebabkan KPR BTN semakin ketat bersaing dengan produk-produk KPR dari para bank kompetitor tersebut.
Semakin gencarnya promosi yang dilakukan oleh bank-bank kompetitor tersebut melalui berbagai media promosi dan berusaha untuk mengambil peluang dalam pencarian nasabah baru, mengharuskan BTN dan BTN Syariah Cabang Solo sebagai salah satu cabang dari BTN Pusat yang merupakan pionir KPR untuk memiliki strategi promosi yang dapat diterapkan dengan efektif agar mampu mempertahankan brand image BTN serta memperkuat posisi BTN dan BTN Syariah Cabang Solo di pasaran.
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi
promosi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang efektif dan tepat serta dapat
diterapkan di BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1.Bagaimanakah bentuk kegiatan promosi yang dilakukan oleh BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo dalam mempromosikan produk KPR? 2.Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi kredit
3
3.Alternatif strategi promosi kredit pemilikan rumah (KPR) apakah yang paling efektif dan tepat untuk dilaksanakan oleh BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bentuk kegiatan promosi yang dilakukan oleh BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo dalam mempromosikan produk KPR.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi kredit pemilikan rumah (KPR) BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo.
3. Mendapatkan alternatif strategi promosi kredit pemilikan rumah (KPR) yang paling efektif dan tepat untuk dilaksanakan oleh BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu pengalaman praktis dan pengimplementasian dari teori yang telah didapatkan selama masa perkuliahan.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam melakukan promosi secara efektif dan tepat serta dapat membantu perusahaan untuk mengambil keputusan dalam menentukan strategi promosi, sehingga dapat memperkuat posisi persaingan serta memperluas pasar.
2.1. Bank
Pengertian bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan
jasa bank lainnya. Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998
tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah :
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
(Kasmir, 2003).
2.1.1. Bank Konvensional
Bank konvensional adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 Tahun
1998 dalam Kasmir). Dalam operasional bank konvensional, sebagian
besar ditentukan oleh kemampuannya dalam menghimpun dana
masyarakat melalui pelayanan dan bunga yang menarik.
2.1.2. Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor
cabang bank asing yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran (UU RI No. 10 Tahun 1998 dalam Kasmir). Menurut
Khalid (2005), menyebutkan bahwa bank syariah adalah bank yang
tata cara beroperasinya didasarkan kepada tata cara bermualat secara
islam, artinya bank syariah mengacu kepada ketentuan-ketentuan
5
kemitraan, keadilan, transparansi, dan universal serta melakukan
kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah (Wiyono, 2005).
2.1.3. Persamaan dan Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
Kesamaan antara bank konvensional dan bank syariah utamanya
pada sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, sistem
komputer yang digunakan dan syarat-syarat umum untuk memperoleh
dana pembiayaan. Sedangkan perbedaan mendasar antara bank
konvensional dan bank syariah diantaranya sebagai berikut :
1. Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki
konsekuensi duniawi dan ukrawi karena akad yang dilakukan
berdasarkan hukum islam. Setiap akad dalam perbankan syariah,
baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya
harus memenuhi ketentuan akad yang meliputi rukun dan syarat
akad, yaitu: (1) Rukun, seperti: penjual, pembeli, barang, harga,
akad (ijab-qabul); (2) Syarat, seperti: barang dan jasa harus halal,
harga barang dan jasa harus jelas, tempat penyerahan harus jelas,
serta barang yang akan ditransaksikan sepenuhnya dalam
kepemilikan.
2. Struktur Organisasi
Unsur penting yang membedakan antara bank syariah dengan
bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas
Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi operasional bank dan
produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan
Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat
Dewan Komisaris di setiap bank konvensional. Penetapan anggota
DPS dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
setelah para anggota DPS tersebut mendapat rekomendasi dari
3. Usaha yang Dibiayai
Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak
terlepas dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan
mungkin membiayai usaha yang terkandung didalamnya hal-hal
yang diharamkan.
4. Lingkungan Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja
yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, setiap karyawannya
harus memiliki sifat: (a) amanah dan shiddiq agar tercermin
integritas eksekutif muslim yang baik; (b) skillful dan fathanah; (c)
tabligh, yaitu mampu melakukan tugas secara team-work agar
informasi merata di seluruh fungsional organisasi; (d) reward dan
punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan
syariah. Dalam hal berpakaian dan bertingkah laku, setiap
karyawannya bercermin pada nama besar islam “tidak ada aurat
yang terbuka dan tidak berlaku kasar” (Antonio, 2001).
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan
dalam Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional.
NO BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL
1. 2. 3. 4.
5.
Melakukan investasi-investasi yang halal saja.
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli, atau sewa.
Profit dan falah oriented.
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.
Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
Investasi di segala aspek yang bersifat konvensional.
Memakai perangkat bunga. Profit oriented.
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor. Tidak terdapat Dewan Syariah.
2.2. Kredit
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10
tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
7
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir,
2003).
Menurut Hasibuan (2001), pengertian kredit adalah semua jenis
pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Kredit merupakan penyediaan
uang atau tagihan-tagihan antara bank dengan pihak lain, dan pihak
peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
(www.perencanakeuangan.com, 9 Oktober 2006)
2.3. Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan nasabah yang mewajibkan nasabah untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan margin
keuntungan (Sumber : BTN Syariah Cabang Solo).
Menurut Antonio M. Syafi’i (2001), pembiayaan merupakan salah satu
tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal
sebagai berikut:
1.Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan
usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
2.Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal
sebagai berikut:
1.Pembiayaan Modal Kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah
SISTEM KONVENSIONAL DAN SYARIAH
(Studi Kasus : BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo)
Oleh
AGUSTINA SETIYAWATI
H24103096
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
Agustina Setiyawati. H24103096. Analisis Strategi Promosi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Sistem Konvensional dan Syariah (Studi Kasus pada BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo). Dibawah bimbingan Jono M. Munandar dan Mukhamad Najib.
Perumahan merupakan unsur pokok bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, selain kebutuhan akan pangan (makanan), sandang (pakaian), pendidikan dan kesehatan. Pemenuhan kebutuhan akan perumahan mempunyai peranan penting bagi kehidupan seseorang dalam membangun dan mengembangkan pribadinya. Namun, dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan lahan untuk pemukiman yang terbatas menjadikan masalah perumahan menjadi masalah yang kompleks dan sangat mendesak. Menyadari hal tersebut, industri perbankan mulai mengembangkan produk pelayanan perumahan dalam wujud kredit pemilikan rumah.
Salah satu bank besar di Indonesia yang berkontribusi dalam industri perbankan di Indonesia adalah Bank BTN. Keberadaan PT. Bank Tabungan Negara sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara memiliki keunggulan dalam produk kredit yang salah satunya adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Produk KPR ini telah ditawarkan sejak tahun 1976 yang berarti bahwa Bank BTN adalah satu-satunya Bank Pelopor KPR di Indonesia. Akan tetapi dengan makin banyaknya bank-bank lain yang ikut mengembangkan bisnis KPR yang dinilai memiliki prospek dan pangsa pasar yang menjanjikan serta berusaha bersaing untuk memperebutkan nasabah KPR di pasaran, menyebabkan KPR BTN semakin ketat bersaing dengan produk-produk KPR dari para bank kompetitor tersebut. Semakin gencarnya promosi KPR yang dilakukan bank-bank kompetitor seperti KPR Graha Mandiri, KPR BCA Extra, BNI Griya, KPR BII Express serta KPR dari bank-bank lainnya melalui berbagai media promosi, mengharuskan BTN dan BTN Syariah Cabang Solo sebagai salah satu unit cabang dari BTN Pusat untuk memiliki strategi promosi yang dapat diterapkan dengan efektif agar mampu mempertahankan brand image BTN dan memperkuat posisi Bank BTN di pasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kegiatan promosi KPR BTN dan BTN Syariah Cabang Solo, (2) mengetahui faktor-faktor penyusun strategi promosi KPR BTN dan BTN Syariah Cabang Solo, (3) mendapatkan alternatif strategi promosi KPR yang tepat dan efektif untuk dilaksanakan oleh BTN dan BTN Syariah Cabang Solo. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian langsung, hasil wawancara dan penyebaran kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui dokumen perusahaan dan studi literatur yang terkait dengan penelitian ini. Analisis terhadap faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap penyusunan strategi promosi perusahaan dilakukan dengan penyebaran kuesioner menggunakan skala likert, sedangkan untuk perumusan strategi promosi dilakukan dengan teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan software Expert Choice 2000 dan
Microsoft Excel.
Cabang Solo dan pemberian diskon biaya survey dan notaris bagi BTN Syariah Cabang Solo, kegiatan publisitas dan humas mencakup kegiatan sponsorship, menjalin hubungan baik dengan berbagai instansi dan kampus serta melakukan kegiatan sosial (social marketing). Kegiatan personal selling dilakukan dengan menempatkan tenaga-tenaga pemasar yang mampu berkomunikasi dengan baik kepada konsumen. Sedangkan kegiatan pemasaran langsung dilakukan dengan melakukan direct mail dan kegiatan penjualan langsung dilakukan dengan mengikuti berbagai kegiatan pameran (expo) perumahan.
Analisis terhadap faktor penyusun strategi promosi KPR untuk BTN Cabang Solo mengidentifikasikan lima faktor, yaitu : karakteristik pasar, peralatan dan fasilitas, anggaran promosi, tingkat persaingan dan Segmentation, Targetting, Positioning (STP) perusahaan. Sedangkan faktor penyusun strategi promosi KPR untuk BTN Syariah Cabang Solo terdiri dari tingkat persaingan, anggaran promosi, karakteristik konsumen, sumber daya manusia dan bauran pemasaran lainnya selain promosi.
Hasil penelitian ini menyatakan, sesuai dengan tujuan-tujuan promosi yang ingin dicapai perusahaan, maka prioritas alternatif-alternatif yang dapat dipilih adalah BTN Cabang Solo perlu meningkatkan kegiatan periklanan sebagai alternatif strategi pilihan pertama dengan bobot 0,243. Alternatif selanjutnya adalah meningkatkan kegiatan publisitas dan humas (0,227), meningkatkan kegiatan promosi penjualan (0,192), meningkatkan kegiatan personal selling
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan akan perumahan mempunyai peranan penting dan menentukan bagi kehidupan seseorang dalam membangun dan mengembangkan pribadinya. Perumahan merupakan unsur pokok bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, selain kebutuhan akan pangan (makanan), sandang (pakaian), pendidikan dan kesehatan. Namun, pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan lahan untuk pemukiman yang terbatas menjadikan masalah perumahan menjadi masalah yang kompleks. Menyadari hal tersebut, industri perbankan mulai mengembangkan produk pelayanan perumahan dalam wujud kredit pemilikan rumah (KPR). KPR merupakan salah satu bisnis strategis karena menyangkut kebutuhan manusia akan tempat tinggal. Rumah sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat, sehingga mempunyai pangsa pasar yang luas.
Kota Solo merupakan kota berperingkat kesepuluh kota terbesar di Indonesia (setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Makassar, Denpasar, Palembang dan Yogyakarta) dan merupakan kota terbesar kedua di Jawa Tengah (www.wikipediaindonesia.com ; 29 April 2007). Kota ini memiliki luas wilayah sebesar 44,03 km2 dan dengan jumlah penduduk sebanyak 552.542 jiwa (Tahun 2005) serta dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 12.998,97/km2 (www.surakarta.go.id ; 29 April 2007). Dengan luas wilayah yang tetap, tetapi dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang meningkat, maka kebutuhan akan perumahan di Solo pun meningkat. Industri perbankan di kota Solo pun mulai memberikan pelayanan produk perbankan yang khusus melayani kebutuhan perumahan, yaitu kredit pemilikan rumah (KPR).
bahwa Bank BTN adalah satu-satunya Bank Pelopor Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perbankan syariah di Indonesia, yang merupakan perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan atau keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah, maka Bank BTN pun membuka layanan yang sama pada BTN Syariah dengan tetap memfokuskan layanan jasa dan produknya pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Banyaknya bank-bank lainnya yang ikut mengembangkan bisnis KPR yang dinilai memiliki prospek dan pangsa pasar yang menjanjikan serta berusaha bersaing untuk memperebutkan nasabah KPR di pasaran, seperti KPR Graha Mandiri, KPR BCA Extra, BNI Griya, KPR BII Express serta kredit pemilikan rumah yang ditawarkan bank-bank lainnya, menyebabkan KPR BTN semakin ketat bersaing dengan produk-produk KPR dari para bank kompetitor tersebut.
Semakin gencarnya promosi yang dilakukan oleh bank-bank kompetitor tersebut melalui berbagai media promosi dan berusaha untuk mengambil peluang dalam pencarian nasabah baru, mengharuskan BTN dan BTN Syariah Cabang Solo sebagai salah satu cabang dari BTN Pusat yang merupakan pionir KPR untuk memiliki strategi promosi yang dapat diterapkan dengan efektif agar mampu mempertahankan brand image BTN serta memperkuat posisi BTN dan BTN Syariah Cabang Solo di pasaran.
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi
promosi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang efektif dan tepat serta dapat
diterapkan di BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1.Bagaimanakah bentuk kegiatan promosi yang dilakukan oleh BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo dalam mempromosikan produk KPR? 2.Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi kredit
3
3.Alternatif strategi promosi kredit pemilikan rumah (KPR) apakah yang paling efektif dan tepat untuk dilaksanakan oleh BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bentuk kegiatan promosi yang dilakukan oleh BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo dalam mempromosikan produk KPR.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi kredit pemilikan rumah (KPR) BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo.
3. Mendapatkan alternatif strategi promosi kredit pemilikan rumah (KPR) yang paling efektif dan tepat untuk dilaksanakan oleh BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu pengalaman praktis dan pengimplementasian dari teori yang telah didapatkan selama masa perkuliahan.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam melakukan promosi secara efektif dan tepat serta dapat membantu perusahaan untuk mengambil keputusan dalam menentukan strategi promosi, sehingga dapat memperkuat posisi persaingan serta memperluas pasar.
2.1. Bank
Pengertian bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan
jasa bank lainnya. Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998
tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah :
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
(Kasmir, 2003).
2.1.1. Bank Konvensional
Bank konvensional adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 Tahun
1998 dalam Kasmir). Dalam operasional bank konvensional, sebagian
besar ditentukan oleh kemampuannya dalam menghimpun dana
masyarakat melalui pelayanan dan bunga yang menarik.
2.1.2. Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor
cabang bank asing yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran (UU RI No. 10 Tahun 1998 dalam Kasmir). Menurut
Khalid (2005), menyebutkan bahwa bank syariah adalah bank yang
tata cara beroperasinya didasarkan kepada tata cara bermualat secara
islam, artinya bank syariah mengacu kepada ketentuan-ketentuan
5
kemitraan, keadilan, transparansi, dan universal serta melakukan
kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah (Wiyono, 2005).
2.1.3. Persamaan dan Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
Kesamaan antara bank konvensional dan bank syariah utamanya
pada sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, sistem
komputer yang digunakan dan syarat-syarat umum untuk memperoleh
dana pembiayaan. Sedangkan perbedaan mendasar antara bank
konvensional dan bank syariah diantaranya sebagai berikut :
1. Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki
konsekuensi duniawi dan ukrawi karena akad yang dilakukan
berdasarkan hukum islam. Setiap akad dalam perbankan syariah,
baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya
harus memenuhi ketentuan akad yang meliputi rukun dan syarat
akad, yaitu: (1) Rukun, seperti: penjual, pembeli, barang, harga,
akad (ijab-qabul); (2) Syarat, seperti: barang dan jasa harus halal,
harga barang dan jasa harus jelas, tempat penyerahan harus jelas,
serta barang yang akan ditransaksikan sepenuhnya dalam
kepemilikan.
2. Struktur Organisasi
Unsur penting yang membedakan antara bank syariah dengan
bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas
Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi operasional bank dan
produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan
Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat
Dewan Komisaris di setiap bank konvensional. Penetapan anggota
DPS dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
setelah para anggota DPS tersebut mendapat rekomendasi dari
3. Usaha yang Dibiayai
Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak
terlepas dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan
mungkin membiayai usaha yang terkandung didalamnya hal-hal
yang diharamkan.
4. Lingkungan Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja
yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, setiap karyawannya
harus memiliki sifat: (a) amanah dan shiddiq agar tercermin
integritas eksekutif muslim yang baik; (b) skillful dan fathanah; (c)
tabligh, yaitu mampu melakukan tugas secara team-work agar
informasi merata di seluruh fungsional organisasi; (d) reward dan
punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan
syariah. Dalam hal berpakaian dan bertingkah laku, setiap
karyawannya bercermin pada nama besar islam “tidak ada aurat
yang terbuka dan tidak berlaku kasar” (Antonio, 2001).
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan
dalam Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional.
NO BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL
1. 2. 3. 4.
5.
Melakukan investasi-investasi yang halal saja.
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli, atau sewa.
Profit dan falah oriented.
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.
Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
Investasi di segala aspek yang bersifat konvensional.
Memakai perangkat bunga. Profit oriented.
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor. Tidak terdapat Dewan Syariah.
2.2. Kredit
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10
tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
7
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir,
2003).
Menurut Hasibuan (2001), pengertian kredit adalah semua jenis
pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Kredit merupakan penyediaan
uang atau tagihan-tagihan antara bank dengan pihak lain, dan pihak
peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
(www.perencanakeuangan.com, 9 Oktober 2006)
2.3. Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan nasabah yang mewajibkan nasabah untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan margin
keuntungan (Sumber : BTN Syariah Cabang Solo).
Menurut Antonio M. Syafi’i (2001), pembiayaan merupakan salah satu
tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal
sebagai berikut:
1.Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan
usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
2.Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal
sebagai berikut:
1.Pembiayaan Modal Kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah
mutu hasil produksi; dan (b) untuk keperluan perdagangan atau
peningkatan utility of place dari suatu barang.
2.Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan
itu.
Secara umum, jenis-jenis pembiayaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Konsumtif
Produktif
Investasi
Modal Kerja
PEMBIAYAAN
Gambar 1 : Jenis-jenis pembiayaan (Sumber : Antonio, 2001)
2.4. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Pengertian kredit perumahan adalah fasilitas pinjaman yang diberikan
untuk pembelian rumah (di dalam maupun di luar real estate), merenovasi
atau membangun rumah, membeli tanah atau ruko, di mana pinjaman ini
dapat diangsur dalam jangka waktu yang tertentu dengan jumlah angsuran
yang sesuai dengan kemampuan. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah
kredit jangka panjang yang diberikan BTN kepada masyarakat, khususnya
masyarakat menengah ke bawah untuk pembiayaan pembelian atau
perbaikan rumah tinggal beserta tanahnya, guna dimiliki atau ditempati
sendiri bagi yang memiliki persyaratan (Sumber : BTN Kantor Cabang
Solo).
2.5. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah adalah pembiayaan
berdasarkan prinsip murabahah yang diberikan oleh bank kepada nasabah,
9
dihuni atau dipergunakan sendiri (Sumber : BTN Syariah Kantor Cabang
Solo).
2.6. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2000). Menurut Shimp
(2000), pemasaran adalah sekumpulan kegiatan di mana perusahaan dan
organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai diantara mereka dengan
pelanggannya.
2.6.1.Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk meraih
tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada pesaing dalam
memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan
kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (Kotler, 2000). Konsep
pemasaran bersandar pada empat pilar, yaitu pasar sasaran, kebutuhan
pelanggan, pemasaran terpadu, dan profitabilitas. Pasar sasaran terkait
dengan keberhasilan yang dapat dicapai perusahaan jika perusahaan
tersebut dapat mendefinisikan pasar sasaran mereka dengan cermat dan
menyiapkan program pemasaran yang sesuai. Kebutuhan pelanggan
terkait dengan perusahaan yang mampu menanggapi permintaan
pelanggan dengan memberikan apa yang mereka inginkan atau apa
yang mereka butuhkan atau apa yang benar-benar mereka butuhkan.
Pemasaran terpadu terkait dengan koordinasi dan kerja sama yang baik
antar divisi dalam suatu perusahaan dalam melayani kepentingan
pelanggan. Profitabilitas terkait dengan tujuan utama konsep
pemasaran yaitu membantu organisasi mencapai tujuan organisasi
tersebut.
2.6.2.Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang
(Kotler, 2000). Dalam pemasaran, bauran pemasaran merupakan alat
yang dapat digunakan produsen untuk mempengaruhi sikap dan
tindakan konsumen, selain itu bauran pemasaran juga sebagai penentu
keberhasilan pemasaran perusahaan. Bagi pemasaran produk barang,
manajemen pemasaran akan dipecah atas empat kebijakan pemasaran
yang disebut bauran pemasaran (marketing mix), yang terdiri dari
produk, harga, distribusi dan promosi. Sedangkan bagi pemasaran
produk jasa, melibatkan berbagai aspek keterlibatan pelanggan dalam
produksi dan pentingnya faktor waktu, membutuhkan unsur strategi
lainnya, sehingga bauran pemasaran untuk produk jasa terdiri dari
delapan komponen, yaitu diantaranya :
1.Elemen produk (product), adalah semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan.
2.Tempat dan waktu (place and time), adalah keputusan manajemen tentang kapan, di mana dan bagaimana menyampaikan jasa kepada
pelanggan.
3.Proses (process), adalah metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang umumnya berupa langkah-langkah yang
diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan.
4.Produktivitas dan kualitas (productivity and quality). Produktivitas dan kualitas, yang sering juga dipisahkan satu sama
lain, harus dilihat sebagai dua sisi mata uang yang sama. Tidak ada
perusahaan jasa yang sanggup menangani kedua elemen ini secara
sendiri-sendiri. Produktivitas adalah seberapa efisien pengubahan
input jasa menjadi output yang menambah nilai bagi pelanggan,
sedangkan kualitas adalah sejauh mana suatu jasa memuaskan
pelanggan dengan memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan
mereka.
5.Orang (person), meliputi karyawan (dan kadang-kadang pelanggan lain) yang terlibat dalam proses produksi.
11
untuk membangun preferensi pelanggan terhadap jasa dan penyedia
jasa tertentu. Komponen ini memainkan tiga peranan penting, yaitu:
(a) menyediakan informasi dan saran yang dibutuhkan,
(b) membujuk pelanggan sasaran tentang kelebihan suatu produk,
dan (c) mendorong pelanggan untuk mengambil tindakan pada suatu
waktu.
7.Bukti fisik (physical evidence), adalah petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi bukti atas kualitas jasa.
8.Harga dan biaya jasa lainnya (price), meliputi pengeluaran uang, waktu, dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi
jasa (Lovelock, 2005).
2.7. Bauran Promosi
Dalam mengkomunikasikan produk (promosi), perusahaan
menggunakan kombinasi bauran promosi (promotional mix). Bauran promosi
menggambarkan cara-cara kreatif yang mempengaruhi konsumen dalam
melakukan pembelian produk. Faktor-faktor yang menyusun bauran promosi
adalah (1) jenis dasar produk, (2) strategi promosi yang digunakan
perusahaan, (3) tahap kesiapan pembeli, (4) tahap siklus hidup produk, dan
(5) peringkat pasar perusahaan (Kotler, 2000). Bauran promosi merupakan
alat untuk mengimplementasikan konsep komunikasi pemasaran.
Komunikasi pemasaran dapat dilihat sebagai suatu rentang dari informasi
internal (perusahaan) sampai dengan sisi pengambilan keputusan konsumen,
yang meliputi pesan dan citra tentang produk yang dipresentasikan oleh
perusahaan kepada konsumen potensial maupun stakeholders lainnya.
Bauran promosi sebagai media komunikasi pemasaran memiliki lima
kegiatan utama (Kotler, 2000).
1.Periklanan (Advertising)
Menurut Kotler (2000), periklanan merupakan semua bentuk
penyajian dan promosi nonpersonal atas ide, barang atau jasa yang
digolongkan menurut sasarannya yaitu untuk menginformasikan,
membujuk atau mengingatkan.
a. Periklanan informatif, dilakukan besar-besaran pada tahap awal suatu
jenis produk, tujuannya adalah untuk membentuk permintaan
pertama.
b. Periklanan persuasif, penting dilakukan pada tahap kompetitif,
tujuannya adalah membentuk permintaan selektif untuk suatu merek
tertentu.
c. Iklan pengingat, sangat penting bagi produk yang sudah mapan.
Bentuk iklan yang sangat berhubungan dengan ini adalah iklan
penguat (reiforcement advertising), yang bertujuan meyakinkan
pembeli bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar.
2.Penjualan Perorangan (Personal Selling)
Penjualan perorangan (personal selling) adalah bentuk komunikasi
antar individu di mana tenaga penjual atau wiraniaga menginformasikan,
mendidik, dan melakukan persuasi kepada calon pembeli untuk membeli
produk atau jasa perusahaan (Shimp, 2000). Menurut Kotler (2000),
penjualan secara personal merupakan perangkat paling efektif dalam
tahap lanjutan dari proses pembelian, khususnya membangun preferensi,
keyakinan dan tindakan dari setiap pembeli. Penjualan secara personal
dilakukan sebagai pelengkap pengiklanan, karena hal itu dilakukan secara
individual dan oleh staf pemasaran secara langsung, bukan melalui media
massa.
Menurut Kotler (2000), personal selling mempunyai tiga manfaat, yaitu:
a. Personal Confrontation, penjualan personal mencakup hubungan
yang hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih, di
mana setiap pihak dapat melihat dari dekat kebutuhan dan
karakteristik pihak lain dan dapat melakukan penyesuaian.
b. Cultivation (keakraban), memungkinkan perkembangan dari segala
macam hubungan yang bermula dari hubungan penjualan sampai ke
13
c. Response (tanggapan), menciptakan suasana untuk membuat pembeli
berkewajiban untuk mendengarkan pembicaraan wiraniaga.
3.Promosi penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan terdiri dari semua kegiatan pemasaran yang
mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat
atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat. Promosi penjualan
diarahkan baik untuk perdagangan (kepada pedagang besar dan pengecer)
maupun kepada konsumen. Promosi penjualan yang berorientasi
perdagangan memberikan berbagai jenis bonus untuk meningkatkan
respon dari pedagang besar dan pengecer. Promosi penjualan berorientasi
konsumen menggunakan kupon, premium, contoh gratis, kontes atau
undian, potongan harga setelah pembelian, dan lain-lain (Shimp, 2000).
Kotler (2000), menyebutkan tiga manfaat promosi penjualan sebagai
berikut :
1. Alat komunikasi
Promosi penjualan menarik perhatian dan memberikan informasi
yang dapat mengarahkan konsumen kepada produk bersangkutan.
2. Memberikan insentif
Promosi penjualan menggabungkan sejumlah kebebasan, dorongan,
atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen.
3. Mengajak
Promosi penjualan merupakan ajakan untuk melakukan transaksi
pembelian.
4.Publisitas dan Hubungan Masyarakat (Publicity and Public Relation)
Publisitas dan hubungan masyarakat berfungsi sebagai mediator
antara perusahaan dan masyarakat luas. Daya tarik hubungan masyarakat
dan publisitas didasarkan pada tiga sifat khusus, yaitu (1) kredibilitas
tinggi, (2) kemampuan menangkap pembeli yang tidak dibidik
sebelumnya, dan (3) kemampuan untuk mendramatisasi suatu perusahaan
5.Pemasaran Langsung (Direct marketing)
Pemasaran langsung adalah sistem pemasaran yang bersifat
interaktif yang menggunakan satu atau beberapa media iklan untuk
menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang dapat diukur pada suatu
lokasi (Kotler, 2000). Dalam pemasaran langsung, komunikasi promosi
ditujukan langsung kepada konsumen tingkat individu, dangan tujuan
agar pesan-pesan tersebut ditanggapi konsumen yang bersangkutan.
2.8. Metode AHP
Dalam memecahkan suatu masalah antar komponen dalam sistem
kompleks dilakukan suatu analisa pada sistem tersebut. Kemampuan untuk
memahami kompleksitas sistem dapat meningkatkan kualitas prediksi dan
keputusan yang diambil. Salah satu alat (metoda) yang dapat dipakai oleh
pengambil keputusan untuk bisa memahami keputusan untuk bisa memahami
kondisi suatu sistem dan membantu di dalam melakukan prediksi dan
pengambil keputusan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP), metode
yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty ini ditujukan untuk memodelkan
problema-problema tak terstruktur, baik dalam bidang ekonomi, sosial
maupun sains manajemen. Di samping itu, baik pula digunakan dalam
memodelkan problema-problema dan pendapat-pendapat sedemikian rupa di
mana permasalahan yang ada telah benar-benar dinyatakan secara jelas,
dievaluasi, diperbincangkan, dan diprioritaskan untuk dikaji (Fewidarto,
1996).
Di dalam penerapan AHP sedapat mungkin dihindarkan adanya
penyederhanaan seperti jalan membuat asumsi-asumsi agar diperoleh model
yang kompleks seperti semula. Agar model menjadi realistik, kita harus
memasukkan dan mengukur semua hal penting, baik yang nyata maupun tak
nyata, yang dapat diukur secara kuantitatif maupun faktor-faktor kualitatif.
AHP dalam penerapannya membuka kesempatan adanya perbedaan pendapat
dan konflik sebagaimana yang ada dalam kenyataan sehari-hari, dalam usaha
15
Saaty (1993), mengemukakan bahwa keuntungan menggunakan metode
AHP, sebagai berikut :
1. Memberi suatu model yang luwes terhadap segala permasalahan.
2. Mensintesis satu hasil representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.
3. Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem
dan memungkinkan alternatif terbaik.
4. Menuntun ke arah suatu taksiran menyeluruh terhadap kebaikan setiap
alternatif.
5. Melacak konsistensi logis dari berbagai pertimbangan yang digunakan
dalam menetapkan berbagai prioritas.
6. Dapat menangani saling ketergantungan antar faktor dalam suatu sistem.
7. Memadukan ancangan deduktif dan ancangan sisite berdasarkan sistem
dalam masalah yang kompleks.
Sedangkan kelemahan penggunaan metode ini adalah :
a. Jika RI (Random Index) lebih besar dari 0,1 maka mutu informasi harus
diperbaiki dengan revisi penggunaan pertanyaan maupun pengisian ulang
kuesioner.
b. Responden adalah orang-orang yang mengetahui, menguasai, dan
mempengaruhi pengambilan kebijakan atau mengetahui informasi yang
dibutuhkan.
Menurut Saaty (1993), secara khusus AHP dapat digunakan untuk persoalan
keputusan seperti :
1. Menetapkan prioritas.
2. Menghasilkan seperangkat alternatif.
3. Memilih alternatif kebijakan yang terbaik
4. Menetapkan berbagai persyaratan.
5. Mengalokasikan sumber daya.
6. Mencegah konflik.
Dalam menyelesaikan persoalan AHP ini, ada beberapa prinsip yang
harus dipahami, yaitu :
Dalam menyusun hierarkhi, terlebih dahulu didefinisikan persoalan, dan
dekomposisi, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya.
Apabila perusahaan akan merencanakan strategi promosi, maka perlu
diketahui tujuan utama dari kegiatan promosi dan faktor-faktor apa yang
dipertimbangkan dalam menyusun strategi promosinya. Analisis terhadap
faktor-faktor tersebut dalam AHP dilakukan dengan membuat struktur
hierarkhi lengkap dan tak lengkap.
Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan
terhadap unsur-unsur pada level maupun yang dipilih sampai tidak mungkin
dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan
dari persoalan tersebut. Proses analisis ini dinamakan hierarkhi (hierarchy).
Dalam struktur hierarkhi lengkap, jumlah tingkatan faktor-faktor tergantung
pada pilihan penelitian. Secara umum, unsur yang digunakan pada hierarkhi
adalah faktor, aktor, tujuan dan alternatif.
F
T1 Tn
m1 mn m3 mn
Sm1 Sm1 Sm3 Smn
A1 A2 A3 A4
Gambar 2. Struktur hirarki tak lengkap dalam
pemecahan masalah atas sub-sub masalah
Keterangan :
a) Tingkat 1 adalah Fokus (F).
17
c) Tingkat 3 adalah Kendala dan Pendukung (m1, mn, m3, mn)
d) Tingkat 4 adalah Sub Kendala dan Pendukung (Sm1, Smn, Sm3, Smn)
e) Tingkat 5 adalah Alternatif (A1, A2, A3, An).
f) F : Fokus adalah apa yang terjadi menjadi inti atau fokus permasalahan
yang ingin dipecahkan dengan AHP.
g) T1, Tn : Dasar pemilihan merupakan berbagai macam faktor yang
menjadi dasar atas pencarian fokus.
h) M1, m3, mn : Faktor yang menjadi sub faktor dari dasar pemilihan pada
level diatasnya. Umumnya berupa kendala dan pendukung atas faktor
yang menjadi dasar pemilihan.
i) Sm1, Sm2, Smn : Sub masalah atau sub faktor dari faktor yang terdapat
di level atasnya. Hal ini merupakan pengerucutan kendala atau
pendukung yang ditampilkan sebagai sub faktor dasar pemilihan.
j) A1-An : Alternatif, yaitu hal-hal yang telah dirumuskan sebagai pilihan
yang akan direkomendasikan sebagai hasil untuk mencapai tujuan.
F
F1 F2 F3 F4
K1 K2 K3 K4 Kn
[image:30.595.149.508.392.593.2]
K11 K21 K31 K41 Kn1
Gambar 3. Struktur hirarki lengkap
Keterangan :
a) Tingkat 1 : Fokus dilambangkan dengan F, yaitu yang menjadi inti atau
fokus permasalahan yang ingin dipecahkan dengan AHP.
b) Tingkat 2 : Faktor ( F1, F2, F3, F4), yaitu hal-hal yang menjadi sub
faktor dari fokus. Pada gambar di atas terdapat empat faktor.
c) Tingkat 3 : Faktor (K1, K2, K3, K4, Kn) merupakan sub faktor dari
d) Tingkat 4 : Alternatif (K11, K21, K31, K41, Kn1) adalah pilihan-pilihan
dari apa yang ingin dicapai oleh fokus yang telah terdekomposisi
menjadi sub-sub faktor.
2)Penetapan prioritas
Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua unsur
pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya.
Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap
prioritas unsur-unsurnya. Hasil penilaian ini lebih sesuai jika disajikan
dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan. Pertanyaan yang
diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah (a) unsur mana yang
lebih (penting/disukai/mungkin/…)? dan (b) berapa kali lebih
(penting?disukai/mungkin/…)?.
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua
unsur, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian
menyeluruh tentang unsur-unsur yang dibandingkan dan relevansinya
terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Dalam penyusunan skala
[image:31.595.149.508.445.651.2]kepentingan ini, digunakan patokan yang dimuat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai skala banding berpasangan
Tingkat Kepentingan Definisi
1 Sama pentingnya dibanding yang lain. 3 Moderat pentingnya dibanding yang lain. 5 Kuat pentingnya dibanding yang lain. 7 Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain. 9 Ekstrim pentingnya dibanding yang lain. 2, 4, 6, 8 Nilai diantara dua penilaian berdekatan.
Reciprocal Jika unsur I memiliki salah satu angka di atas ketika dibandingkan unsur j, maka j memiliki nilai kebalikannya ketika dibandingkan dengan unsur i.
Dalam penilaian kepentingan relatif dua unsur berlaku aksioma
kebalikan, yaitu unsur dinilai 3 kali lebih penting dibandingkan j, maka
unsur j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding unsur i. Di
19
angka 1, artinya sama penting. Jika terdapat n unsur, maka akan diperoleh
matriks pairwise comparison berukuran nxn. Banyaknya penilaian yang
diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriksnya
kebalikan dan unsur-unsur diagonal sama dengan 1.
Identifikasi terhadap identitas dari semua faktor atau elemen
(prioritas) berarti melihat faktor dominan. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan teknik komparasi berpasangan, yaitu memberikan angka
komparasi sesuai dengan keputusan, sehingga membentuk matrik segi (n
xn), lalu dilihat prioritas yang dicari (eigen vector) dan ukuran konsisten
keputusan (eigen value).
Landasan teori : (Fewidarto, 1996)
Jika C1, C2……Cn adalah set aktivitas, maka kuantifikasi judgement pada
pasangan aktivitas itu membentuk matrik n x n :
A = (aij) (I, j = 1, 2, 3 ….. n)
Dimana aij memenuhi aturan berikut :
Aturan 1, jika aij = α maka aij = 1/α ≠ 0
Atruan 2, jika C1 dinilai relatif sama dengan Cj
Maka aij = 1 ; aij = 1 untuk semua nilai i
1 a12... a1n
n a2
1 1... a2n
A = . ...
. ...
. ...
n a1 1
n a2
1 ... 1
Selanjutnya adalah penentuan bobot W1, W2 …… Wn yang
merupakan judgement terkualifikasi. Oleh karena itu, diperlukan
penjelasan yang akurat secara aritmatik. Hubungan antara Wi dengan
Langkah 1 :
j W W1
= aij (I, j = 1, 2 ….. n )………...(1)
Wi = Bobot input dalam baris, Wj = Bobot input dalam lajur
1 1 W W ... 2 1 W W n W W1 1 2 w W ... 2 2 W W n W W2
A = . ...
. ... . ... 1 W Wn ... 2 W Wn n n W W
Langkah 2 :
Wi = aij Wj
Wi = rataan dari (ai1 W1, aj2 W2, ……. Ain Wn)
∑
= n ij j
i a W
n W
1 1
………...(2)
Langkah 3 :
Apabila etimasi aij baik, maka cenderung dekat dengan Wi/Wj, sehingga
perubahan terhadap aij akan mempengaruhi solusi. Jika nilai n diubah
menjadi λmax, diperoleh :
∑
= n j ij i W a W 1 max 1 τ ………..(3)Hasil dari penggunaan rumus di atas adalah solusi yang menghasilkan
robot unik, suatu problem dari suatu ukuran konsistensi keputusan.
3) Konsistensi Logis
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek
serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi,
obyek-21
obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Indikator pertumbuhan
tingkat konsistensi (Ci) dapat ditulis sebagai berikut :
1 max − − = n n
CI τ ………...(4)
Di mana :
λmax = eidenvalue maksimum
n = jumlah elemen yang diperbandingkan
Lebih lanjut apabila ingin diketahui apakah CI dengan besaran tertentu
cukup baik atau tidak, perlu diketahui nilai nisbah konsistensi
(Consistency Ratio/CR).
RI CI
CR= ………...(5)
Di mana :
RI = random index yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory dari
matrik berorde 1 s/d 15 dengan menggunakan sampel berukuran 100.
[image:34.595.148.514.406.489.2]Tabel RI dimuat pada Tabel 3.
Tabel 3. Indeks acak
N 1 2 3 4 5 6 7 8
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41
dan
9 10 11 12 13 14 15
1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59
Apabila index konsistensi cukup tinggi dapat dilakukan revis judgement,
yaitu dengan mencari deviasi RMS dari barisan (aij) dan (Wi/Wj) dan
merevisi judgement pada baris yang mempunyai nilai terbesar.
Max I wj wi aij n i j −
∑
= ………..(6)Penggunaan revisi judgement ini sangat terbatas, mengingat akan
terjadinya distorsi pada jawaban sebenarnya. Akurasi adalah perbandingan
antara estimasi yang diperoleh dari suatu eksperimen terhadap jawaban
atau pernyataan sebenarnya yang telah diketahui. Dua teori sahih adalah
deviasi RMS (Root Mean Square) dan MAD (Median Absolute Deviation)
Formula matematik deviasi adalah sebagai berikut :
Deviasi RMS =
∑
= − n
t
bi ai n
i
1
2 )
( ……….(7)
Di mana :
ai, …. , an = set angka hasil eksperimen
bi, …. , bn = set angka diketahui
Formula matematika MAD di sekitar median sebagai berikut :
23
Gambar 4. Diagram Alir Proses Hirarki Analitik (Fewidarto, 1996)
CI dan CR Memenuhi
Ya
CL dan CR Memenuhi
Ya
Perhitungan Vektor Prioritas Sistem Pengolahan Vertikal
Selesai
Perhitungan Vektor Prioritas Gabungan CI dan CR Penyusunan Matriks
Pendapat Gabungan Revisi Pendapat
Perhitungan CI dan CR Pengelolaan Horizontal
• Perkalian Elemen
• Perhitungan Vektor Prioritas
• Perhitungan Nilai Eigen
• Perhitungan Indeks Konsistensi
• Perhitungan Rasio Konsistensi
Penilaian Perbandingan Setiap Elemen Analisa Kebutuhan
Penyusunan Hirarki Mulai
2.9. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis strategi promosi juga telah dilakukan
oleh Yanti (2004) mengenai analisis strategi promosi ANTV dan kaitannya
dengan “brand image” perusahaan. Hasil penelitiannya adalah alternatif
strategi yang dapat diprioritaskan bagi ANTV untuk mencapai tujuannya
adalah berpromosi dengan meningkatkan frekuensi/intensitasnya. Namun
demikian, penerapan strategi ini membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Implikasi atas penerapan strategi promosi yang dilakukan ANTV harus
diimbangi dengan peningkatan kualitas program dari segi isi maupun
kemasan serta nilai-nilai yang yang memaknai program.
Firdausy (2005), mengenai mempelajari efektivitas strategi promosi
terhadap pembelian oleh pedagang perantara (Studi kasus : PT. Prima Aneka
Berjaya). Strategi promosi yang dilakukan oleh PT. PAB ini dibagi menjadi
2 kegiatan, yaitu berdasarkan tujuan dan obyek yang akan dikenai promosi.
Kedua kegiatan tersebut adalah pushing program seperti iklan, sampel gratis,
dan lain sebagainya. Sedangkan pushing program yaitu kegiatan promosi
yang ditujukan kepada konsumen dengan tujuan agar mereka mau membeli
dan mencoba produk PAB. Hasil akhir dari perhitungan dalam penelitian ini
menghasilkan rata-rata pertumbuhan penjualan PT. PAB (industri biskuit %)
lebih besar apabila dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan rata-rata
industri biskuit pada umumnya (15%). Hal ini berarti bahwa strategi promosi
secara keseluruhan sudah cukup efektif.
Yunida (2006) membahas mengenai analisis strategi promosi PT.
Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV). Hasil penelitiannya adalah
faktor-faktor yang teridentifikasi sebagai faktor penyusun strategi promosi
Trans TV adalah anggaran promosi, pesaing, sumber daya manusia (SDM),
karakteristik pasar, karakteristik produk dan STP (Segmentasi, Targeting,
Positioning) perusahaan. STP perusahaan adalah faktor dengan prioritas
utama. Sedangkan alternatif strategi yang dapat diprioritaskan bagi Trans TV
adalah melakukan on air promo yang ditekankan pada perusahaan. Alternatif
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Perkembangan persaingan dalam industri perbankan semakin pesat,
seiring dengan semakin meningkat dan kompleksnya tuntutan kebutuhan
nasabah dalam menginginkan kemudahan dan pelayanan, menuntut semua
bank untuk terus bersaing melakukan inovasi produk, peningkatan kualitas
layanan serta peningkatan teknologi informasi. Banyaknya bank-bank lain
yang memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam memenuhi kebutuhan
nasabah terutama dalam hal pemberian pelayanan produk kredit pemilikan
rumah (KPR) serta promosi produk yang gencar melalui berbagai media
promosi, mengharuskan BTN dan BTN Syariah Solo sebagai salah satu
cabang dari BTN Pusat yang merupakan bank yang berfokus pada pembiayaan
perumahan sesuai dengan visi dan misinya, harus memiliki strategi pemasaran
yang baik dan diterapkan dengan efektif agar bisa bertahan dan bersaing
dalam dunia bisnis KPR. Salah satu strategi pemasaran adalah dengan
melakukan promosi. Dalam menyusun strategi promosi, perusahaan harus
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi promosi perusahaan. Untuk
mengetahui faktor-faktor tersebut dilakukan analisis faktor. Setelah
perusahaan mengetahui faktor-faktor tersebut, langkah selanjutnya adalah
menentukan siapa saja (aktor) yang akan terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam kegiatan promosi. Perusahaan menentukan tujuan
promosi perusahaan sesuai dengan aktor yang berperan untuk memenuhi
tujuan tersebut dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
promosi perusahaan. Langkah selanjutnya adalah menentukan alternatif
strategi promosi yang efektif untuk perusahaan sesuai dengan tujuan promosi
yang dirumuskan.
Pemilihan strategi promosi yang tepat bagi perusahaan adalah dengan
menggunakan alat analisis AHP (Analytical Hierarkhy Process). AHP adalah
sesuatu teori umum tentang pengukuran yang menggunakan skala rasio, baik
dari perbandingan pasangan diskrit maupun kontinyu. Teknik AHP ini
faktor-faktor yang relevan dan berpengaruh dalam menyusun strategi promosi
tersebut. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan program komputer
Expert Choice 2000 dan Microsoft Excel. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada Gambar 5.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BTN dan BTN Syariah Kantor
Cabang Solo yang berada di kawasan Jalan Slamet Riyadi No. 282 dan
No. 322 Solo, Jawa Tengah. Adapun pelaksanaan penelitian ini adalah
dua bulan dari bulan Februari sampai Maret.
3.2.2. Jenis dan sumber data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui penelitian langsung di
lapangan, wawancara dengan pihak-pihak perusahaan yang berkaitan
dengan masalah kredit pemilikan rumah (KPR) dan hasil dari
penyebaran kuesioner yang diisi oleh pihak-pihak yang teribat dalam
kegiatan promosi KPR baik di BTN Solo maupun BTN Syariah Solo.
Data sekunder diperoleh dari data internal (dokumen) perusahaan dan
data eksternal yang berasal dari studi literatur di perpustakaan, internet,
skripsi terdahulu dan beberapa literatur yang terkait.
3.2.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian dikumpulkan dalam
beberapa metode. Data primer dikumpulkan dengan metode penelitian
langsung di lapangan, wawancara dan pengisian kuesioner. Metode
wawancara diperoleh dengan bertanya langsung kepada responden
yang benar-benar memahami tentang kegiatan promosi kredit
pemilikan rumah (KPR). Wawancara ini juga bertujuan untuk
memberikan masukan kepada peneliti dalam menyusun hierarkhi.
Sedangkan metode pengisian kuesioner terbagi menjadi dua, yaitu
27
strategi dengan menggunakan metode AHP. Data sekunder
dikumpulkan dari studi pustaka mengenai hal-hal yang terkait dengan
penelitian.
3.2.4. Metode Pengambilan Sampel
Identifikasi faktor dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
kepada responden, dalam hal ini adalah semua pegawai yang bekerja
baik di BTN Cabang Solo maupun pegawai yang bekerja di BTN
Syariah Cabang Solo serta perwakilan nasabah KPR dari
masing-masing bank, yang berjumlah 30 orang. Jumlah 30 orang untuk
perwakilan nasabah ini, berdasarkan pada Singarimbun (1989) yang
mengacu pada konsep teorema batas sentral yang menyatakan bahwa
jumlah sampel yang besar (n ≥ 30) akan menyebar secara normal dan
pertimbangan bahwa uji rata-rata sampel berjumlah 30 orang.
Pemilihan responden untuk mengidentifikasi faktor dilakukan dengan
metode purposive sampling (secara sengaja). Analisis faktor ini
menggunakan skala likert, di mana setiap pertanyaan yang dijawab
oleh responden diberi bobot dengan lima kategori, yaitu STP (sangat
tidak penting), TP (tidak penting), N (netral), P (penting), SP (sangat
[image:40.595.168.511.503.558.2]penting), misalnya adalah pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4 : Skala Likert
SANGAT TIDAK PENTING
TIDAK PENTING
NETRAL PENTING SANGAT PENTING
1 2 3 4 5
Cara mengerjakannya adalah :
1. Mengumpulkan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Responden diharuskan untuk memilih salah
satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia. Kemudian
masing-masing jawaban diberi skor tertentu ( misalnya 1, 2, 3, 4,
5).
2. Membuat skor total untuk setiap orang dengan menjumlahkan skor
3. Menilai kekompakan antar pertanyaaan, yaitu dengan
membandingkan jawaban antara dua responden yang mempunyai
skor total yang sangat berbeda, tetapi memberikan jawaban yang
sama untuk pernyataan tertentu. Pernyataan tersebut dinilai tidak
baik dan tidak dipergunakan untuk pengukuran konsep yang
diteliti.
4. Pernyataan yang kompak dijumlahkan untuk membentuk variabel
baru (Rangkuti, 2003).
Setelah mendapatkan hasil dari identifikasi faktor dan telah
dikonfirmasi ulang kepada pihak perusahaan, maka dilanjutkan dengan
pengambilan sampel dengan metode AHP. Pemilihan responden untuk
pemilihan alternatif strategi promosi perusahaan dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan faktor pemahaman
mengenai promosi. Responden terdiri dari (1) pihak praktisi, yaitu tim
marketing, perwakilan dari tenaga pemasar KPR, manajer unit Retail
Service dan kepala cabang, (2) pihak akademisi, yaitu perwakilan
dosen pemasaran FEM-IPB, serta (3) perwakilan dari nasabah KPR.
3.2.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengujian terhadap kuesioner dilakukan melalui uji validitas
dan uji reliabilitas. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Ancok dalam
Singarimbun dan Effendi 1989). Pengujian dilakukan terhadap 30
orang responden. Metode yang digunakan untuk melakukan uji
validitas kuesioner adalah teknik korelasi product moment Pearson
yang diolah dengan menggunakan Microsoft SPSS 11.0 for Windows.
Langkah-langkah dalam mengukur validitas dijelaskan sebagai
berikut (Umar, 2002) :
a. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur.
b. Melakukan uji coba alat pengukur pada sejumlah responden.
c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban dan menghitung korelasi
antara masing-masing pernyataan dengan skor total menggunakan
29
Rumusnya adalah sebagai berikut :
(
)
( )
{
2 2}
{
(
) ( )
2}
xy y y n x x n y x xy n r
∑
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
− − − = ...(9)dengan : x = skor pernyataan
y = skor total pernyataan
n = banyaknya butir pertanyaan
r = indeks validitas
d. Membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik
tabel korelasi nilai r. Bila nilai r > r tabel, maka pernyataan tersebut
valid atau signifikan dalam penelitian ini, angka kritik tabel
korelasi untuk nilai r adalah (N-2;α).
Uji validitas dilanjutkan dengan uji reliabilitas, setelah alat
ukur tersebut dinyatakan sahih. Reliabilitas adalah derajat ketepatan,
ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen
pengukuran (Singarimbun dan Effendi, 1989). Metode yang digunakan
untuk menguji reliabilitas pada penelitian ini adalah teknik Cronbach α
(Alpha) yaitu teknik mencari reliabilitas yang berbentuk skala uji
reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan bantuan software
SPSS 11.0 for Windows.
Rumus dari teknik Cronbach ditulis sebagai berikut :
2 b 11 2 t σ k
r =
1-k-1 σ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎜ ⎜ ⎟⎜ ⎝ ⎠⎝ ⎠
∑
⎟⎟ ... (10)
dengan : r11 = realibilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
σt2 = varians total
∑
σb2 = jumlah varians butirAnalisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penyusunan strategi promosi perusahaan dilakukan dengan skala likert.
kepada responden. Setelah data terkumpul, data akan dihitung dengan
bantuan program Microsoft Excel.
Setelah diperoleh prioritas faktor-faktor penyusunan strategi
promosi dan telah dikonfirmasi kembali kepada pihak perusahaan,
maka tahap selanjutnya adalah pembuatan hierarkhi yang juga disusun
berdasarkan wawancara dengan beberapa pihak perusahaan yang
terkait dengan kegiatan promosi. Struktur hierarkhi yang telah disusun
menjadi dasar untuk pembuatan kuesioner yang diberikan kepada
responden pemilihan strategi.
Validitas kuesioner untuk pemilihan strategi promosi dilihat
melalui konsistensi setiap ma