• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi Dan Pengembangan Kawasan Wisata Taman Eden 100 Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Potensi Dan Pengembangan Kawasan Wisata Taman Eden 100 Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh : Ricson Marpaung

101201172 Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Potensi Dan Pengembangan Kawasan Wisata Taman Eden 100 Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

Nama : Ricson Marpaung

NIM : 101201172

Program Studi : Kehutanan

Minat : Manajemen Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Agus Purwoko, S.Hut.,MSi

NIP. 197408012000031001 NIDN. 0118087201 Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kehutanan

NIP.19710416 200112 2 001 Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph. D

(3)

ABSTRACT

Ricson Marpaung. Research on the potential and development of the Garden of

Eden 100 attractions has never been done. This study aimed to analyze the potential for attraction and attraction development strategies analyze the Garden of Eden 100 and the development of eco-tourism potential identified by using the method of observation and interviews with stakeholders, and analyzed in accordance with the assessment criteria in the analysis of object operations guide natural attractions , Directorate General of Forest Protection and Nature Conservation 2003 and using SWOT analysis. The results showed the Garden of Eden 100 has decent potential to be developed and have a strength that can be utilized to develop opportunities owned.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Judul penelitian ini adalah “Analisis Potensi dan Pengembangan Kawasan Wisata Taman Eden 100 Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.

Penelitian ini akan menganalisis potensi objek wisata Taman Eden 100 terhadap pengembangan ekowisata di Kecamatan Lumban Julu dan menganalisis masalah dan strategi pengembangan wisata alam Taman Eden 100. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan informasi bagi pengembangan objek wisata Taman Eden 100.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing penelitian saya, yaitu Dr. Agus Purwoko, S.Hut., Msi dan Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP, kepada pihak Universitas Sumatera Utara dan teman-teman yang telah membantu proses pendidikan saya dalam melakukan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penelitian ini

Medan, Januari 2014

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Objek dan Daya Tarik Wisata ... 7

Pengembangan Ekowisata ... 8

Pendekatan Analisis SWOT ... 13

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 14

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Objek dan Data Kegiatan ... 14

Objek Kegiatan ... 14

Data Penelitian ... 15

Metode Pengumpulan Data ... 15

Pengambilan Sampel ... 15

Teknik dan Tahap Pengambilan Data ... 15

Analisis Data ... 16

Analisis Potensi Objek ... 16

Analisis Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penilaian Potensi Objek dan Daya Tarik Taman Eden 100 ... 24

Daya Tarik ... 24

Aksesibilitas ... 30

Akomodasi ... 32

Sarana dan Prasarana Penunjang ... 33

(6)

Strategi Pengembangan Taman Eden 100... 35

Analisis Faktor Internal dan Eksternal ... 36

Pendekatan Kuantitatif Analisi SWOT ... 37

Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT ... 42

Potensi Objek Wisata di Taman Eden 100 ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 14

Saran ... 14

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Kriteria Penilaian Daya Tarik ... 17

2. Kriteria Penilaian Aksesibilitas ... 17

3. Kriteria Penilaian Akomodasi ... 18

4. Kriteria Penilaian Sarana dan Prasarana Penunjang ... 18

5. Skoring dan Pembobotan Faktor Internal ... 20

6. Skoring dan Pembobotan Faktor Eksternal ... 20

7. Format Matriks SWOT ... 22

8. Hasil Penilaian terhadap Komponen Daya Tarik Taman Eden 100 ... 24

9. Hasil Penilaian Terhadap Aksesibilitas Taman Eden 100 ... 29

10. Hasil Penilaian Akomodasi Taman Eden 100... 30

11. Hasil Penilaian Terhadap Komponen Sarana dan Prasarana Penunjang di Kawasan Taman Eden 100 ... 31

12. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Kawasan Taman Eden 100 ... 32

13. Faktor Internal dan Eksternal Taman Eden 100... 34

14. Bobot dan Rating Faktor Internal... 35

15. Bobot dan rating faktor eksternal ... 37

(8)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Bagan analisis SWOT ... 16

2. Posisi Taman Eden 100 pada kuadran analisis SWOT ... 38

3. Lokasi Pembibitan dan Pelestarian Alam ... 41

4. Sopo Toba Eden Lestari ... 41

5. Areal Perkmemahan (Camping Ground) ... 42

6. Taman Konservasi Anggrek ... 42

7. Kebun Strawberry ... 43

8. Air Terjun 2 Tingkat ... 43

9. Rumah Tarzan ... 44

(9)

ABSTRACT

Ricson Marpaung. Research on the potential and development of the Garden of

Eden 100 attractions has never been done. This study aimed to analyze the potential for attraction and attraction development strategies analyze the Garden of Eden 100 and the development of eco-tourism potential identified by using the method of observation and interviews with stakeholders, and analyzed in accordance with the assessment criteria in the analysis of object operations guide natural attractions , Directorate General of Forest Protection and Nature Conservation 2003 and using SWOT analysis. The results showed the Garden of Eden 100 has decent potential to be developed and have a strength that can be utilized to develop opportunities owned.

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata, dan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Kepariwisataan mempunyai peranan penting untuk memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran rakyat, memupuk rasa cinta tanah air, dan memperkaya kebudayaan nasional. Dalam rangka pengembangan dan peningkatan kepariwisataan, diperlukan langkah-langkah pengaturan yang semakin mampu mewujudkan keterpaduan dalam kegiatan penyelenggaraan kepariwisataan, memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan mutu lingkungan hidup serta objek dan daya tarik wisata (Undang-Undang Republik Indonesia No.9 Tentang Kepariwisataan, 2009).

Pengembangan pariwisata sebagai andalan perekonomian nasional dalam operasionalnya bertumpu pada potensi alam, potensi budaya, dan kehidupan masyarakat di lokasi pengembangan wisata. Hal ini berarti bahwa permintaan wisatawan terhadap produk wisata terkait dengan alam dan kehidupan serta budaya masyarakat tempat pariwisata tersebut telah dikembangkan. Dengan demikian, diharapkan terjadi hubungan timbal balik antara alam, budaya, dan kehidupan masyarakat setempat. Hubungan timbal balik tersebut harus saling menguntungkan, artinya pariwisata harus mampu meningkatkan budaya dan alam

(11)

serta sebaliknya dapat menumbuhkan kemajuan pariwisata disuatu tujuan (Prasiasa, 2011).

Kabupaten Toba Samosir merupakan salah satu kecamatan yang memiliki panorama alam dan daerah wisata yang indah di Provinsi Sumatera Utara. Dimana daerah ini memiliki nilai wisata yang perlu untuk dipertimbangkan akan potensi di dalamnya. Selain daerah yang kaya akan tanaman pertaniannya, ternyata Kabupaten Toba Samosir merupakan daerah yang memiliki daerah-daerah potensi wisata yang berbasis pemandangan alam, wisata pertanian, dan masih banyak lagi. Kabupaten Toba Samosir mempunyai nilai wisata dan nilai ekonomi yang cukup diperhitungkan. Selain bernilai wisata, kawasan ini memiliki banyak fungsi seperti meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar objek wisata. Salah satunya adalah Taman Eden 100, Kecamatan Lumban Julu.

Kawasan Taman Eden 100 berada di ketinggian 1.100-1.750 meter di atas permukaan laut. Hutan Wisata Alam Taman Eden memiliki luas areal secara administrasi ± 1.980 ha dan lebih dari ± 1.800 ha merupakan hutan alami. Hutan Taman Eden 100 ini termasuk tipe hutan hujan dataran tinggi dan sebagian dari hutan ini terdiri dari jurang yang terjal, tebing-tebing yang tinggi, sungai yang deras dan terjal, sehingga separuh dari luas wilayah hutan ini praktis tidak tersentuh tangan manusia (Lubis, 2009).

(12)

Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis potensi objek wisata Taman Eden 100 untuk pengembangan ekowisata di Kecamatan Lumban Julu.

2. Menganalisis strategi pengembangan SWOT wisata alam di Taman Eden 100 .

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan partisipasi yang aktif dari masyarakat dalam pengembangan objek wisata Taman Eden 100, Kecamatan Lumban Julu.

2. Manfaat Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar kajian penerapan kebijakan dan peran institusi dalam pengembangan objek wisata Taman Eden 100, Kecamatan Lumban Julu. Penelitian ini diharapkan mendapat kebijakan dan peran aktif dari pemerintah.

3. Manfaat Bagi Akademis

Hasil kajian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi guna penelitian lebih lanjut tentang pengembangan objek wisata Taman Eden serta pengembangannya di masa yang akan datang.

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekowisata

Ekowisata adalah perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami ataupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan

partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya. Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu, keberlangsungan alam atau ekologi, memberi manfaat ekonomi, dan secara psikologis dapat diterima dalam kehidupan social masyarakat (Hakim, 2004).

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada hakekatnva pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya

(14)

ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan ekosistem. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka ekowisata menjamin pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan (commnnity based) (Fandeli, 2000).

Istilah ekowisata menurut Kerjasama Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen

Kebudayaan, dan Pariwisata dan WWF-Indonesia (2009), dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi

masyarakat setempat dan nilai konservasi. Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah:

1. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism).

2. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi).

3. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata). 4. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai

ekonomi).

5. Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi).

(15)

Menurut Fandeli et.al (2000), ekowisata pada mulanya hanya bercirikan bergaul dengan alam untuk mengenali dan menikmati. Meningkatnya kesadaran manusia akan meningkatnya kerusakan/perusakan alam oleh ulah manusia sendiri, telah menimbulkan/menumbuhkan rasa cinta alam pada semua anggota

masyarakat dan keinginan untuk sekedar menikmati telah berkembang menjadi memelihara dan menyayangi, yang berarti mengkonservasi secara lengkap. Ciri-ciri ekowisata sekarang mengandung unsur utama, yaitu :

a) Konservasi

b) Edukasi untuk berperan serta

c) Pemberdayaan masyarakat setempat

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengusahaan ekowisata dalam kawasan hutan harus bersasaran :

a) Melestarikan hutan dan kawasannya

b) Mendidik semua orang untuk ikut melestarikan hutan yang dimaksud, baik itu pengunjung, karyawan perusahaan sendiri sampai masyarakat yang ada di dalam dan sekitarnya.

c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat agar dengan demikian tidak mengganggu hutan.

Ekowisata menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2009, adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan

(16)

a. Ekowisata bahari,

b. Ekowisata hutan,

c. Ekowisata pegunungan dan/atau,

d. Ekowisata karst.

Objek dan daya tarik wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan/aktivitas dan fasilitas yang berhubungan serta dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumberdaya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Misalnya penyediaan aksesibilitas atau fasilitas. Oleh karena itu suatu daya tarik dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Obyek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya suatu daya tarik disuatu areal/daerah tertentu kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan dapat lebih berkembang atau dikembangkan, jika disuatu daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata. Tetapi bagaimana pun juga, beberapa jenis objek dan daya tarik wisata akan dikembangkan sebagian karena alasan bagi kepentingan konservasi. Jadi tidak terus dikembangkan untuk kepentingan ekonomi (Marpaung, 2000).

Menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Objek dan daya tarik wisata terdiri atas :

(17)

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Beberapa komponen obyek wisata yang dikemukakan oleh Cooper et al (1998) yaitu :

1. Atraksi wisata baik berupa alam, buatan (hasil karya manusia), atau peristiwa (kegiatan) yang merupakan alasan utama kunjungan.

2. Fasilitas -fasilitas dan pelayanan dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan wisata.

3. Akomodasi, makanan dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik tapi juga harus dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan kenangan pada lingkungan dan makanan setempat.

4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu factor kesuksesan daerah tujuan wisata.

5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan, dan koordinasi.

Pengembangan ekowisata

Prinsip pengembangan ekowisata menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2009, yaitu :

(18)

b) Konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan secara lestari sumberdaya alam yang digunakan untuk ekowisata;

c) Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan;

d) Edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya;

e) Memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung;

f) Partisipasi masyarakat, yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata dengan menghormati nilai-nilai sosial-budaya dan keagamaan masyarakat di sekitar kawasan; dan

g) Menampung kearifan lokal.

Menurut Suwantoro (1997), unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur :

1. Objek dan daya tarik wisata.

Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

2. Prasarana wisata.

(19)

Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata.

3. Sarana wisata.

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.

4. Tata laksana/infrastruktur.

Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan dibawah tanah.

5. Masyarakat/lingkungan.

Daerah tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan mengundang kehadiran wisatawan. Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut dan sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan.

(20)

masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan

pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan wisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada (Marpaung dan Herman, 2002).

Strategi pengembangan ekowisata didesain berdasarkan hasil analisis tingkat prospektif masing-masing faktor penentu. Untuk dapat menentukan faktor kunci/penentu dalam pengembangan ekowisata dapat dilakukan 2 tahap analisis. Analisis tersebut berturut-turut adalah analisis untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan ekowisata dan analisis untuk menentukan beberapa faktor kunci dalam pengembangan ekowisata yang dikaji berdasarkan diskusi dengan ahli ekowisata, ahli kelembagaan, dan studi pustaka. Teori yang dikembangkan dalam pengembangan ekowisata menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor kunci yang berpengaruh dalam pengembangan

ekowisata. Di antara kunci-kunci tersebut adalah potensi ODTWA, kebijakan pemerintah daerah, permintaan ekowisata, partisipasi masyarakat, sarana dan prasarana, keamanan, penataan ruang wisata, promosi dan pemasaran, kapasitas kelembagaan, manajemen atraksi, kerjasama antardaerah, kontribusi ekonomi, dan pendidikan masyarakat. Untuk mengembangkan daerah yang belum berpotensi menjadi daerah berpotensi sebagai ODTW diperlukan upaya-upaya promosi dan pemasaran guna menarik potensi pasar, memperkecil kendala aksesibilitas melalui penyediaan sarana prasarana moda transportasi, meningkatkan pengelolaan dan pelayanan sesuai standar pelayanan, melakukan pemenuhan terhadap standar akomodasi yang diperlukan, dan meningkatkan diversifikasi atraksi wisata.

(21)

Berdasarkan kondisi objektif pengembangan ekowisata saat ini maka strategi pengembangan yang dapat diterapkan yaitu strategi pesimis melalui upaya penataan ruang wisata, pengembangan manajemen atraksi, pengembangan promosi dan pemasaran, pengembangan regulasi dan organisasi pengelola ekowisata, dan menciptakan situasi keamanan yang kondusif baik di dalam maupun luar kawasan wisata (Karsudi, 2010).

Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata menurut Dimjati (1999) adalah :

1. Wisatawan (tourist) dengan melakukan penelitian tentang wisatawan sehingga dapat diketahui karakteristik wisatawan yang diharapkan datang.

2. Pengangkutan (transportasi) adalah bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia baik dari negara asal atau angkutan ke obyek wisata.

3. Atraksi/obyek wisata (attraction) mengenai apa yang dilihat, dilakukan dan dibeli di daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunjungi.

4. Fasilitas pelayanan (service facilities).

5. Informasi dan promosi (information) yaitu cara-cara promosi yang akan dilakukan baik melalui iklan atau paket yang tersedia.

Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (2004), pariwisata berkelanjutan merupakan penyelenggaraan pariwisata bertanggung jawab yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia saat mi, tanpa mengorbankan potensi pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia di masa mendatang, dengan

(22)

pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat di daerah tujuan saat ini dengan tetap menjaga dan meningkatkan kesempatan pemenuhan kebutuhan di masa yang akan datang. Pernbangunan pariwisata berkelanjutan dicitrakan menjadi patokan dalam

pengaturan sumber daya sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetik tercapai, dengan tetap menjaga integritas budaya, proses-proses dan keanekaragaman hayati.

Pendekatan analisis SWOT

Dalam mengusahakan ekowisata di suatu tempat perlu dilakukan analisis SWOT. Yang sangat penting dikenali adalah keadaan (keindahan, daya tarik) yang spesifik atau unik dan obyek wisata yang bersangkutan. Selanjutnya prasarana apa yang tersedia ; lancar/tidak lancar, nyaman/,tidak nyaman, sudah lengkap/masih harus diadakan atau dilengkapkan dan sebagainya. Tersedianya sumberdaya manusia yang terlatih maupun yang dapat dilatih, berhubungan dengan tingkat pendidikan dan budaya masyarakatnya (Fandeli, et.al, 2000).

Lundberg et.al (1997) menjelaskan bahwa proyek-proyek kepariwisataan harus dilaksanakan setelah ditentukan tujuan dan sasaran-sasaran strategis. Suatu strategi adalah suatu rencana yang direkayasa untuk menyelasikan suatu misi. Misi itu harus direncakan dalam parameter-parameter strength (S, kekuatan) dan weakness (W, kelemahan) dari organisasi kepariwisataan, opportunities (O,

kesempatan) dan threats (T, ancaman) dalam lingkungan.

Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasikan strategi yang perlu dikembangkan dalam rangka pengusahaan ekowisata. Dalam penyusunannya

(23)

dipertimbangkan berbagai kondisi internal lokasi, yaitu strength dan weakness serta kondisi eksternal, yaitu opportunity dan threat. Analisis SWOT ini

dirumuskan berdasarkan hasil studi pustaka, wawancara dan pengamatan langsung dilapangan. Selanjutnya hasil analisis ini dipakai sebagai dasar untuk menyusun strategi dan operasionalisasi pengusahaan ekowisata (PT. Inhutani IV. 1996).

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Hutan Wisata Alam Taman Eden secara administratif berada di Dusun Lumban Rang, Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian ± 1000 mdpl. Secara

geografis terletak di antara 02º 39´00`` BT sampai 02º 42´00`` BT dan 099º 62´00`` LU sampai 099º 64´00`` LU. Lokasi ini berjarak lebih kurang 16 km dari Parapat ke arah Kota Balige dan 55 km dari Kota Balige ke arah Parapat

(Lubis, 2009).

Hutan Wisata Alam Taman Eden memiliki luas areal ± 1.980 ha dan lebih dari ± 1.800 ha merupakan hutan alami. Adapun batas-batas kawasan wisata Taman Eden 100 adalah sebagai berikut (BKSDA 1 Sumut, 2003)..

• Sebelah Utara : Kecamatan Ajibata Kabupaten Simalungun • Sebelah Selatan : Desa Sionggang Tengah dan Sionggang Selatan • Sebelah Barat : Kecamatan Sipanganbolon

(24)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juli 2014. Lokasi kegiatan penelitian adalah Taman Eden 100, Desa Sionggang utara, Dusun Lumban Rang, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :

1. Peta lokasi penelitian, dokumen lain, data primer, dan data sekunder yang berkaitan dengan lokasi penelitian.

2. Kuesioner untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder.

3. Laporan – laporan dan hasil penelitian (individu dan lembaga) terdahulu dan berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk membantu melengkapi pengamatan langsung di lapangan.

4. Kamera digital untuk dokumentasi objek wisata. Objek dan Data Kegiatan

1. Objek Kegiatan

Kegiatan ini melibatkan pihak yang terkait dengan pengelolaan objek wisata, serta kalangan lain yang ada di wilayah studi, dengan objek penelitian :

a. Pengelola, pengunjung, dan aparat desa yang berada disekitar objek wisata.

b. Kawasan objek wisata.

(25)

2. Data Penelitian

Data penelitian yang diambil adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara dan pengamatan secara langsung dilapangan. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari instansi pemerintahan desa atau kecamatan dan hasil penelitian lain yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

1.1. Pengambilan Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dianggap mengetahui dengan baik tentang proses pengembangan ekowisata tersebut. Pihak yang dimaksud tersebut adalah pengelola obyek wisata Taman Eden 100, aparat desa, dan pengunjung. Dalam hal ini, pemilihan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling.

1.2. Teknik dan Tahapan Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan sebagai berikut : a. Identifikasi jenis objek wisata

b. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan objek wisata

c. Wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap para pelaku wisata yang mewakili dan para pihak pemangku kepentingan dalam pengelolaan objek wisata.

(26)

Analisis Data

1. Analisis Potensi Objek

Objek dan daya tarik (flora, fauna dan objek lainnya) yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria penskoringan pada Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA tahun 2003 sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria. Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

S = N x B

Keterangan : S = skor/nilai suatu kriteria

N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria B = bobot nilai

Kriteria daya tarik diberi bobot 6 karena daya tarik merupakan faktor utama alasan seseorang melakukan perjalanan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata. Untuk akomodasi serta sarana dan prasarana diberi bobot 3 karena hanya bersifat sebagai penunjang dalam kegiatan wisata. Hasil pengolahan data tersebut kemudian diuraikan secara deskriptif (Sinaga, 2013).

Penilaian potensi ekowisata mengacu pada Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA), Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Tahun 2003. Kriteria penilaian dapat dilihat pada Tabel 1, 2, 3, dan 4.

(27)

Tabel 1. Kriteria Penilaian Daya Tarik (bobot 6)

No Unsur/Sub Unsur Nilai 1. Keunikan sumber daya alam:

a. Gua

2. Banyaknya sumberdaya alam yang menonjol: a. Batuan

3. Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan: a. Menikmati keindahan alam

b. Melihat flora dan fauna c. Trekking

4. Kebersihan lokasi objek wisata, tidak ada pengaruh dari: a. Tidak ada arus berbahaya

b. Tidak ada perambahan dan penebangan liar c. Tidak ada pencurian

d. Tidak ada penyakit berbahaya seperti malaria e. Tidak ada kepercayaan yang mengganggu f. Tidak ada tanah longsor

≥5 Ada

a. Udara yang bersih dan sejuk b. Bebas dari bau yang mengganggu c. Bebas dari kebisingan

d. Tidak ada lalu lintas yang mengganggu e. Pelayanan terhadap pengunjung yang baik f. Tersedianya sarana dan prasarana

≥5 Ada

*Skor total maksimum penilaian daya tarik = bobot daya tarik x nilai unsur = 1080

Tabel 2. Kriteria Penilaian Aksesibilitas (bobot 5)

No Unsur/Sub Unsur Nilai

1. Kondisi jalan Baik Cukup Sedang Buruk

(28)

2. Jarak <5 km 5-10 km 10-15 km >15 km

*Skor total maksimum penilaian aksesibilitas = bobot aksesibilitas x nilai unsur aksesibilitas = 600 Tabel 3. Kriteria Penilaian Akomodasi (bobot 3)

No Unsur/Sub Unsur Nilai

1. Jumlah akomodasi ≥4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada 30 25 20 15 10 2. Jumlah kamar >100 75-100 30-75 <30 Tidak ada

30 25 20 15 10 *Skor total maksimum penilaian akomodasi = bobot akomodasi x nilai unsur akomodasi = 180

Tabel 4. Kriteria Penilaian Sarana dan Prasarana Penunjang (radius 15 km dari objek, bobot 3)

*Skor total maksimum penilaian sarana dan prasarana penunjang = bobot sarana dan prasarana x nilai unsur sarana dan prasarana = 300

Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu kriteria. Hasil penilaian tersebut adalah sebagai berikut :

Nilai indeks kelayakan suatu objek wisata = Skor kriteria X Skor Total kriteria

100%

(29)

Karsudi dkk ( 2010) menyatakan setelah dilakukan perbandingan, maka akan diperoleh indeks kelayakan dalam persen. Indeks kelayakan suatu kawasan ekowisata adalah sebagai berikut:

- Tingkat kelayakan > 66,6% : layak dikembangkan - Tingkat kelayakan 33,3% - 66,6% : belum layak dikembangkan - Tingkat kelayakan < 33,3% : tidak layak dikembangkan 2. Analisis Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT

Teknik penarikan sampel terhadap pengelola tempat wisata dan aparat desa dilakukan dengan metode purposive sampling (sampel bertujuan). Sampel purposive adalah sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Sementara

pengambilan sampel untuk pengunjung dilakukan menggunakan Quota Sampel yaitu metode pengambilan sampel yang mengambil sejumlah sampel sesuai karakteristik populasi yang ditentukan berdasarkan data kunjungan. Jumlah populasi yang diambil dalam menetukan jumlah responden yang akan diwawancarai adalah berdasarkan jumlah rata-rata pengunjung dalam satu tahun yang diperoleh dari data kunjungan di Taman Eden 100 selama lima tahun terakhir. Ukuran sampel yang akan diambil mengacu kepada pendapat Slovin (Umar, 2005) sesuai dengan rumus:

n = N

1 + N(�)2

Dimana :

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasinya

(30)

Jumlah kunjungan tiap tahun Eden 100 lima tahun terakhir (2009-2013) berturut-turut adalah 14.451, 16.068, 14.749, 13.251, 16.033. Sehingga akan diperoleh rata-rata kunjungan tiap tahun sebanyak 14.910 orang, dan apabila dimasukkan kedalam rumus Slovin tersebut akan diperoleh jumlah sampel sebanyak 99 orang.

Hasil kuisioner kemudian dianalisis dengan memberikan bobot dan rating terhadap masing-masing kriteria. Bobot diberi nilai mulai dari 4 (sangat penting), 3 (penting), 2 (tidak penting), 1 (sangat tidak penting). Sedangkan untuk rating ditentukan berdasarkan jumlah responden yang memilih suatu kriteria tertentu pada kuesioner analisis SWOT. Bentuk skoring dan pembobotan faktor internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.

Tabel 5. Skoring dan pembobotan faktor internal

No Kekuatan (strength) Bobot Rating Skor 1

2 Dst

Total Kekuatan (strength)

No Kelemahan (weakness) Bobot Rating Skor

Tabel 6. Skoring dan pembobotan faktor eksternal

No Peluang (opportunity) Bobot Rating Skor 1

2 Dst

Total peluang (opportunity)

(31)

Penskoringan dan pembobotan ini dilakukan untuk mendapatkan posisi Taman Eden 100 dalam diagram analisis SWOT. Diagram SWOT dapat dilihat pada bagan yang ada pada Gambar 1.

III I IV II

Gambar 1. Bagan analisis SWOT Keterangan gambar :

1. Kuadran I : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkanpeluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).

2. Kuadran II : meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi usaha (produk.pasar).

3. Kuadran III : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, akan tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Strategi yang harus diterapkan adalah meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik.

Peluang Eksternal

Kekuatan Internal Kelemahan

Internal

(32)

4. Kuadran IV : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut mengahadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Penentuan empat macam strategi pengembangan berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal dengan model sebagai berikut:

1. Strategi S – O, dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi S – T, dibuat dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk mengatasi segala ancaman yang ada.

3. Strategi W – O, dibuat dengan memanfaatkan peluang dan meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi W – T, dibuat untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Matriks perumusan strategi dalam analisis SWOT, dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Format Analisis SWOT Internal

Strategi SO Strategi WO

Menggunaan kekuatan untuk

Strategi ST Strategi WT

Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Memperkecil kelemahan untuk menghindari ancaman

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penilaian Potensi Objek dan Daya Tarik Taman Eden 100

Kriteria penilaian objek wisata alam merupakan suatu instrumen untuk mendapatkan kepastian kelayakan suatu objek untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam. Fungsi kriteria adalah sebagai dasar dalam pengembangan ODTWA melalui penetapan unsur kriteria, penetapan bobot, penghitungan masing-masing sub unsur dan penjumlahan dari semua kriteria (PHKA, 2003). Penilaian potensi objek dan daya tarik wisata alam dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung di sekitar kawasan Taman Eden 100. Berikut akan dijelaskan mengenai penilaian potensi objek dan daya tarik Taman Eden 100.

Daya Tarik

(34)

bisa menarik minat pengunjungnya. Suwantoro (1997) menyatakan bahwa objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata yang memiliki keunikan sumber daya alam merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Penilaian terhadap komponen daya tarik dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil penilaian terhadap komponen daya tarik Taman Eden 100

No Unsur/Sub Unsur Uraian Intensitas

(%) Bobot Nilai

Skor Total (ST) 1. Keunikan sumber daya

alam a.Gua 76,47

2. Banyaknya sumber daya

alam yang menonjol a.Batuan 50 3. Kegiatan wisata alam

yang dapat dilakukan a.Menikamati keindahan alam 98,04

6 20,10 120,60 b.Melihat flora dan fauna 64,71

c.Trekking 26,47

d.Penelitian/pendidikan 46,08

e.Berkemah 61,76

f.Kegiatan olahraga 6,86 4. Kebersihan lokasi objek

(35)

5. Keamanan kawasan: a.Tidak ada arus

berbahaya 95,10

6 28,33 169,98 b.Tidak ada perambahan

dan penebangan liar 76,47

c.Tidak ada pencurian 100 d.Tidak ada penyakit

f.Tidak ada tanah longsor 57,84 6. Kenyamanan: a.Uara yang bersih dan

sejuk 98,04

6 26,03 156,18 b.Bebas dari bau yang

mengganggu 78,43

c.Bebas dari kebisingan 91,18 d.Tidak ada lalu lintas

Skor total daya tarik 140,20 841,20

Keterangan :

(ST) Hasil kali antara bobot dengan nilai

Keunikan sumber daya alam merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu objek wisata yang berbeda dengan objek wisata lainnya. Keunikan sumber daya alam juga merupakan satu komponen daya tarik yang tidak bisa dilepaskan dari berminat atau tidak berminatnya pengunjung untuk mengunjungi lokasi wisata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodhyat (1996) yang menyatakan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mendorong orang untuk berkunjung dan singgah di daerah tujuan wisata yangbersangkutan.

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa keamanan kawasan wisata

(36)

wisata tersebut, keunikan sumber daya alam inilah yang akan menjadi daya tarik tersendiri yang dapat memikat wisatawan untuk mengunjungi objek wisata tersebut.

a. Keunikan sumber daya alam

Menurut Sudarto (1999) Unsur-unsur paling penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan ekowisata adalah kondisi alamnya, kondisi flora dan fauna yang unik, langka dan endemik, kondisi fenomena alamnya, kondisi adat dan budaya. Keunikan sumber daya alam Taman Eden 100 memiliki skor yaitu 130,32 dengan masing-masing besar penilaian responden yaitu, gua (76,47%), flora (77,45%), fauna (48,04%), adat istiadat/kebudayaan (32,35%) , dan sungai (98,04%). Taman Eden 100 memiliki keunikan seperti adanya gua kelelawar, anak-anak sungai yang merupakan aliran dari air terjun dimana pengunjung sering mandi karena airnya yang jernih dan segar, adanya acara adat istiadat/kebudayaan seperti diadakannya acara-acara sanggar-sanggar seni budaya dan menggunakan acara adat Batak Toba, adanya flora seperti anggrek, pohon jambu, cemara, pinus, dan fauna seperti burung-burung, siamang, orang hutan, dan lain-lain.

b. Sumber daya alam yang menonjol

Sumber daya alam yang menonjol memiliki skor total terendah yaitu 112,38 dengan masing-masing besar penilaian responden yaitu, batuan (50%), flora (79,41%), fauna (45,10%), air (96,08%), dan gejala alam(0%). Bebatuan dapat ditemkan di sekitar lokasi air terjun. Untuk flora, fauna, dan air adalah seperti adanya lokasi-lokasi budidaya berbagai jenis anggrek, burung-burung, dan

(37)

air yang merupakan aliran dari air terjun dan sungai. Sedangkan untuk gejala alam, tidak ada ditemukan di lokasi wisata.

c. Kegiatan Wisata Alam yang Dapat Dilakukan

Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan memiliki skor total 120,60 dengan masing-masing besar penilaian responden yaitu, menikmati keindahan alam (98,04%), melihat flora dan fauna (64,71%), tracking, (26,47%), penelitian/pendidikan (46,08%), berkemah (61,76%), dan kegiatan olahraga (0%). Jenis kegiatan wisata alam merupakan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh pengunjung saat berada di kawasan wisata.

d. Kebersihan Lokasi Obyek Wisata

(38)

e. Keamanan kawasan

Keamanan kawasan memiliki skor total 169,98 dengan masing-masing besar penilaian responden yaitu, tidak ada arus berbahaya (95,10%), tidak ada perambahan dan penebangan liar (76,47%), tidak ada pencurian (100%), tidak ada penyakit berbahaya seperti malaria (94,12%), tidak ada kepercayaan yang mengganggu (100%), tidak ada tanah longsor (57,84%). Lokasi wisata Taman Eden 100 merupakan lokasi yang aman, namun disekitar lokasi wisata masih ada ditemukan beberapa masalah seperti adanya tanah longsor dan perambahan liar. Masalah tersebut akan menggangu keamanan pengunjung sehingga dapat menurunkan minat pengunjung untuk berkunjung kelokai wisata.

f. Kenyamanan

Kenyamanan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan pada suatu objek wisata. Rasa nyaman di lokasi wisata akan menambah minat pengunjung untuk mengunjungi kembali ke lokasi wisata tersebut Kenyamanan lokasi wisata Taman Eden 100 memiliki skor total. Skor total kenyamanan kawasan wisata Taman Eden 100 adalah 156,18 dengan masing-masing besar penilaian responden yaitu, udara yang bersih dan sejuk (98,04%), bebas dari bau yang menggangu (78,43), bebas dari kebisingan (91,18%), tidak ada lalu lintas yang menggangu (93,14%), pelayanan terhadap pengunjung baik (52,94%), tersedianya sarana dan prasarana (40,20%). Pelayanan terhadap pengunjung dan penyediaan sarana dan prasarana merupakan suatu hal yang harus diperhatikan. Dalam hal ini keduanya memiliki besar jumlah yang kecil, sehingga untuk mengatasinya diperlukan peningkatan sistem pelayanan kepada pengunjung dan pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung.

(39)

Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan faktor yang mendukung untuk mempermudah pengunjung berkunjung ke suatu tempat wisata tujuan. Faktor tersebut sangat penting guna mendorong peningkatan potensi objek wisata yang akan dikunjungi wisatawan. Aksesibilitas meliputi jarak, kondisi jalan, dan waktu tempuh dari pusat kota. Soekadijo (2000) menyatakan bahwa aksesibilitas merupakan syarat yang penting sekali untuk obyek wisata. Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin suatu obyek mendapat kunjungan wisatawan. Objek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan harus mudah dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena itu harus selalu ada jalan menuju objek wisata. Jalan itu merupakan akses ke objek dan jalan akses itu harus berhubungan dengan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan akses menentukan aksesibilitas suatu objek wisata.

(40)

kawasan tersebut apakah mudah dan nyaman, perlu sedikit usaha, sulit atau berbahaya. Penilaian untuk aksesibilitas menuju kawasan wisata alam Taman Eden 100 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil penilaian terhadap aksesibilitas Taman Eden 100

No Unsur/Sub Unsur Uraian Intensitas % Bobot Nilai Skor Total

Skor total aksesibilitas 117,79 588,95

Keterangan :

(ST) = Hasil kali antara bobot dengan nilai

Aksesibilitas menuju kawasan Taman Eden 100 tergolong baik. Dapat dilihat pada besar jumlah penilaian responden yaitu 68,63%. Jarak Taman Eden ke pusat kota terdekat yakni Lumban Julu adalah sekitar 4-5 Km dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit dengan tipe jalan aspal yang lebarnya lebih dari 3 meter. Untuk mencapai lokasi wisata ini tidak sulit karena letaknya tepat ditepi jalan lintas Sumatera yang menghubungkan Sumatera Utara dan Sumatera Barat, sehingga banyak bus-bus yang melewati tempat ini. Kondisi aksesibilitas yang baik ini dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke lokasi wisata.

(41)

Akomodasi

Penilaian untuk akomodasi Taman Eden 100 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil penilaian akomodasi Taman Eden 100

No Unsur/Sub Unsur Uraian Intensitas

% Bobot Nilai

(42)

Sarana dan Prasarana Penunjang

Sarana merupakan salah satu faktor penunjang yang memudahkan pengunjung dalam menikmati obyek wisata secara langsung. Prasarana merupakan salah satu faktor penunjang yang memudahkan pengunjung dalam menikmati objek wisata secara tidak langsung. Hasil penilaian sarana dan prasarana penunjang dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Hasil penilaian terhadap komponen sarana dan prasarana penunjang di kawasan Taman Eden 100

No Unsur/Sub Unsur Uraian Intensitas

% Bobot Nilai e.Jaringan air minum 100

2 Sarana penunjang a.Rumah makan 100 3 50 150

b.Pusat

perbelanjaan/pasar 100

c.Bank 100

d.Toko cinderamata 100 e.Transportasi 100

Skor total Asarana dan prasarana penunjang 100 300 Keterangan :

(ST) = Hasil kali antara bobot dengan nilai

Dari penelitian yang dilakukan, sarana yang yang menjadi penunjang di sekitar Taman Eden 100 adalah rumah makan, pusat perbelanjaan/pasar, bank, toko aksesoris/cenderamata dan transportasi. Rumah makan terdapat di sekitar jalan raya menuju Taman Eeden 100, pasar dan bank berada di Kota Lumban Julu yang berjarak 4-5 km dari kawasan wisata. Transportasi yang dimiliki di daerah sekitar kawasan yakni sepeda motor, bus, dan alat angkutan/angkot yang melintasi kawasan Taman Eden 100. Prasarana yang menjadi penunjang di sekitar kawasan

(43)

Taman Eden 100 adalah kantor pos, jaringan telepon, puskesmas, jaringan listrik dan jaringan air minum yang berada di Kota Lumban Julu.

Hasil Penilaian Obek dan Daya Tarik Wisata

Penilaian keseluruhan terhadap komponen-komponen wisata alam di kawasan Taman Eden 100 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil penilaian objek dan daya tarik kawasan Taman Eden 100

No Kriteria Bobot Nilai* Skor** Skor

(44)

adanya penyediaan/perlengkapan akomodasi untuk mendorong minat wisatawan dan pengembangan objek wisata Taman Eden 100. Namun, secara keseluruhan hasil penilaian yang telah dilakukan terhadap Taman Eden 100 dapat diketahui bahwa kawasan tersebut sangat berpeluang untuk dijadikan sebagai salah satu objek daerah tujuan wisata alam dan memliki indeks kelayakan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan salah satu ekowisata yang ada di Desa Sosor Dolok, Kabupaten Samosir, yang memiliki indeks kelayakan 68,54 % (Silitonga, 2012). Strategi Pengembangan Taman Eden 100

Strategi pengembangan objek wisata Taman Eden 100 diperoleh dengan

menggunakan Analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk

mengidentifikasikan strategi yang perlu dikembangkan dalam rangka pengusahaan ekowisata. Dalam penyusunannya dipertimbangkan berbagai kondisi internal lokasi, yaitu strength dan weaknessserta kondisi eksternal, yaitu opportunity dan threat. Analisis SWOT ini dirumuskan berdasarkan hasil studi pustaka, wawancara dan pengamatan langsung dilapangan. Selanjutnya hasil analisis ini dipakai sebagai dasar untuk menyusun strategi dan operasionalisasi pengusahaan ekowisata (PT. Inhutani IV. 1996).

Analisis SWOT ini digunakan untuk mengidentifikasi hubungan satu sumberdaya ekowisata dengan sumberdaya yang lain. Sehingga kekuatan dan kelemahan sumber daya tersebut perlu ditegaskan dari awal.

(45)

Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Berdasarkan hasil penelitian, yakni wawancara dengan pengunjung, pengelola, kepala dusun Lumban Rang, kepala desa Sionggang Utara dan pengamatan di lapangan maka diperoleh faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan lokasi objek wisata Taman Eden 100.

Tabel 13 akan menyajikan faktor-faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman yang menjadi faktor penghambat pengembangan objek wisata Taman Eden 100.

Tabel 13. Faktor internal dan eksternal Taman Eden 100

No kekuatan No Kelemahan

1 Pengunjung dapat menikmati panorama alam yang indah

1 Pemasaran wisata belum optimal

2 Letak strategis dan mudah dijangkau 2 Lembaga pemerintah belum fokus dalam pengembangan wisata

3 Lokasi berkemah,tracking,outbond 3 Pengelolaan kurang optimal

4 Lokasi wisata nyaman dan asri 4 Kurangnya dukungan pemerintah dan masyarakat

5 Transportasi memadai 5 Kurangnya pengadaan fasilitas

6 Kondisi jalan yang baik 6 Tingkat pelayanan wisata kepada wisatawan belum optimal

7 Adanya potensi flora dan fauna 7 Tingkat kebersihan kawasan wisata belum maksimal

8 Sarana dan prasarana penunjang baik

9 Daya tarik kawasan diminati oleh wisatawan dari segala umur

10 Potensi objek wisata yang menantang bagi pengunjung

11 Biaya tiket masuk ketempat wisata terjangkau

No Peluang No Ancaman

1 Menjadi objek kunjungan wisata bagi pelajar 1 Lokasi rawan longsor 2 Menjadi lokasi penelitian terkait flora

danfauna

2 Adaya perburuan liar dikawasan

3 Berpeluang ditingkatkan sebagai wisata keluarga

3 Adanya perambahan dan peenebangan liar

4 Meningkatkan pendapatanmasyarakat dan pemerintah

4 Tidak ada penyuluhan kepada masyarakat

5 Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat 5 Kurangnya minat wisatawan 6 Dengan adanya potensi wisata yang

menantang berpeluang untuk meningkatkan jumlah pengunjung

6 Pengelolaan kawasan wisata dan tingkat pelayanan kurang baik

(46)

Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT

Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui posisi Taman Eden 100 pada kuadran analisis SWOT dengan perhitungan bobot dan rating untuk kriteria faktor internal dan eksternal. Berikut akan dijelaskan pada Tabel 14 mengenai skoring dan pembobotan yang dilakukan terhadap faktor internal.

Tabel 14. Bobot dan rating faktor internal

Analisis faktor internal

No kekuatan Bobot Rating Skor

1 Pengunjung dapat menikmati panorama alam yang indah

3.80 100 380

2 Letak strategis dan mudah dijangkau 3,10 78 241,80

3 Lokasi berkemah,tracking,outbond 2,90 47 136,30

4 Lokasi wisata nyaman dan asri 3,60 65 234

5 Transportasi memadai 3,50 46 161

6 Kondisi jalan yang baik 3,50 52 182

7 Adanya potensi flora dan fauna 3,20 50 160

8 Sarana dan prasarana penunjang baik 3,50 28 98

9 Daya tarik kawasan diminati oleh wisatawan dari segala umur

3,50 33 115,50

10 Potensi objek wisata yang menantang bagi pengunjung

3,10 24 74,40

11 Biaya tiket masuk ketempat wisata terjangkau 3,00 46 138

Total kekuatan 1.921

No Kelemahan Bobot Rating Skor

1 Pemasaran wisata belum optimal 3,40 62 210,80

2 Lembaga pemerintah belum fokus dalam pengembangan wisata

3,40 76 258,40

3 Pengelolaan kurang optimal 3,70 62 229,40

4 Kurangnya dukungan pemerintah dan masyarakat 3,80 54 205,20

5 Kurangnya pengadaan fasilitas 3,40 64 217,60

6 Tingkat pelayanan wisata kepada wisatawan belum optimal

3,10 44 136,40

7 Tingkat kebersihan kawasan wisata belum maksimal

3,00 30 90

Total kelemahan 1.347,80

S-W = 1.921-1.347,8 = 573,20

Dari hasil skoring dan pembobotan yang dilakukan pada Tabel 14 dapat diketahui bahwa kekuatan yang memiliki nilai yang paling tinggi adalah point

(47)

pertama dimana Taman Eden 100 memiliki panorama alam yang indah. Faktor tersebut yang membuat Taman den 100 memiliki daya tarik tersendiri sebagai objek wisata alam. Kemudian didukung dengan letaknya yang strategis dan mudah dijangkau serta lokasi yang nyaman dan asri sehingga membuat wisatawan mudah dan merasa nyaman untuk berkunjung ke lokasi Taman Eden 100. Sementara yang menjadi kelemahan utama yang menghambat perkembangan kawasan Taman Eden 100 adalah lembaga pemerintah belum fokus dalam pengembangan wisata serta kurangnya pengelolaan dari pihak pengelola Taman Eden 100. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya pengadaan fasilitas seperti akomodasi dilokasi wisata dan pemasaran wisata yang masih kurang membuat tidak banyak orang yang tahu akan lokasi wisata ini. Faktor lain juga dapat dilihat dari kebersihan lokasi yang tidak dijaga dengan baik dan sarana dan prasarana yang ada di dalamnya kurang dirawat. Faktor ini seharusnya menjadi faktor pendorong guna pengembangan kawasan dimana koordinasi antara pengelola, masyarakat dan pemerintah akan dapat meningkatkan pengembangan lokasi wisata.

(48)

faktor internal, kemudian dilakukan perhitungan bobot dan rating untuk faktor eksternal.

Tabel 15. Bobot dan rating faktor eksternal

No Peluang Bobot Rating Skor

1 Menjadi objek kunjungan wisata bagi pelajar 3,20 97 310,40 2 Menjadi lokasi penelitian terkait flora danfauna 3.,10 71 220,10 3 Berpeluang ditingkatkan sebagai wisata keluarga 3,10 75 232,50 4 Meningkatkan pendapatanmasyarakat dan pemerintah 3,60 34 122,40

5 Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat 3,30 23 75,90 6 Dengan adanya potensi wisata yang menantang

berpeluang untuk meningkatkan jumlah pengunjung

3,10 30 93

7 Adannya dukungan masyarakat sekitar 3,20 10 32

Total peluang 1.086,30

Ancaman Bobot Rating

1 Lokasi rawan longsor 3,40 41 139,40

2 Adaya perburuan liar dikawasan 2,90 4 11,60 3 Adanya perambahan dan penebangan liar 3,10 15 46,50 4 Tidaak ada penyuluhan kepada masyarakat 320 6 19,20

5 Kurangnya minat wisatawan 3,20 11 35,20

6 Pengelolaan kawasan wisata dan tingkat pelayanan kurang baik

3,30 36 118,80

7 Adanya lokasi wilayah lain disekitar kawasan wisata yang lebih mnonjol

2,40 35 84

Total ancaman 454,70

O-T = 1.086,30 - 454,70 = 631,60

Berdasarkan Tabel 15 diatas dapat diketahui bahwa Taman Eden 100 memiliki peluang beasar untuk dimanfaatkan sebagai objek kunjungan wisata bagi pelajar. Selain itu, Taman Eden 100 berpeluang juga untuk dimanfaatakan sebagai objek wisata keluarga dan sebagai tempat penelitian flora dan fauna melihat kekayaan jenis sumberdaya alam yang ada di dalamnya. Untuk itu, dengan adanya peluang-peluang tersebut dapat berpengaruh positif terhadap penggembangan Taman Eden 100. Ancaman yang utama dalam pengembangan kawasan Taman Eden 100 adalah lokasi wisata yang rawan longsor serta pengelolaan kawasan dan tingkat pelayanan yang kurang baik. Hal ini dapat mempengaruhi kenyamanan dan minat pengunjung untuk berkunjung kelokasi wisata. Selain itu adanya lokasi

(49)

wisata yang ada di sekitar Taman Eden 100 juga menjadi ancaman bagi keberadaan kawasan Taman Eden 100 sendiri. Faktor ini dikarenakan oleh lokasi wisata tersebut memberikan penawaran wisata yang lebih menonjol disekitar Taman Eden 100 juga mempengaruhi minat dan daya tarik wisatawan untuk berkunjung, misalnya pemandangan dan pemandian di Danau Toba yang terletak di Kota Parapat yang jaraknya tidak terlalau jauh dari Taman Eden 100.

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa posisi Taman Eden 100 berada pada titik sumbu Y dengan cara mengurangkan nilai antara peluang dan ancaman. peluang memiliki nilai 1.086,30 dikurangkan dengan ancaman dengan nilai 454,70 sehingga didapat nilai sebesar 631,60. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Taman Eden 100 berada pada titik positif pada sumbu Y. Faktor ini menunjukkan bahwa ancaman yang ada dalam pengembangan Taman Eden 100 dapat diatasi/ditutupi dengan memanfaatkan peluang yang ada sebaik-baiknya.

(50)

Tabel 16. Faktor internal dan eksternal Kebun Raya Samosir Faktor Internal

No Kekuatan (strength) No Kelemahan (weakness) 1 Pengunjung dapat menikmati

panorama alam yang indah

1 2

Pemasaran wisata belum optimal Lembaga pemerintah belum fokus dalam pengembangan wisata

Lokasi wisata di sekitar Kebun Raya Samosir yang lebih menarik minat wisatawan

Kurangnya dukungan pemerintah dan masyarakat

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa nilai pada sumbu X adalah 573,20 dan nilai pada sumbu Y adalah sebesar 631,60 Sehingga dapat ditentukan posisi kawasan Taman Eden 100 pada kuadran analisis SWOT. Gambar 1 menyajikan posisi Taman Eden 100 pada kuadran analisis SWOT

Y 631,60

X573,20

Gambar 2. Posisi Taman Eden 100 pada kuadran analisis SWOT

(51)

Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa kawasan Taman Eden 100 berada pada kuadran I analisis SWOT. Artinya, faktor ini menunjukkan bahwa Taman Eden 100 berada pada situasi dan posisi yang menguntungkan dimana kawasan ini memiliki peluang dan kekuatan, yang dapat dimanfaatkan untuk menutupi kelemahan dan ancaman yang ada.

Pendekatan Kualitatif Matriks Analisis SWOT

(52)

Tabel 16. Perumusan strategi dalam analisis SWOT Kekuatan

1. Pengunjung dapat menikmati panorama alam yang indah

2 .Letak strategis dan mudah dijangkau 3 .Lokasi berkemah,tracking,outbond 4 .Lokasi wisata nyaman dan asri 5 . Transportasi memadai 6 .Kondisi jalan yang baik 7 . Adanya potensi flora dan fauna 8 . Sarana dan prasarana penunjang baik 9 . Daya tarik kawasan diminati oleh wisatawan dari segala umu

10.Potensi objek wisata yang menantang bagi pengunjung

11.Biaya tiket masuk ketempat wisata terjangkau

Kelemahan

1. Pemasaran wisata belum optimal 2. Lembaga pemerintah belum focus dalam pengembangan wisata 3. Pengelolaan kurang optimal 4. Kurangnya dukungan pemerintah dan masyarakat

5. Kurangnya pengadaan fasilitas 6. Tingkat pelayanan wisata kepada wisatawan belum optimal 7. Tingkat kebersihan kawasan wisata belum maksimal

Peluang

1. Menjadi objek kunjungan wisata bagi pelajar

2. Menjadi lokasi penelitian terkait flora dan fauna

3. Berpeluang ditingkatkan sebagai wisata keluarga

4. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah

5. Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat

6 . Dengan adanya potensi wisata yang menantang berpeluang untuk meningkatkan jumlah pengunjung 7. Adannya dukungan masyarakat sekitar

Strategi S-O

1. Memanfaatkan panorama alam yang indah untuk menarik minat masyarakat untuk wisata

2. Memnfaatkan keanakaragaman sumber daya alam seperti flora dan fauna menjadi objek penelitian dan pendidikan pelajar dan umum.

3. Kaya akan sumberdaya alam serta lokasi wisata yang aman dan asri cocok dijadikan sebagai lokasi wisata untuk keluarga.

4. Memanfaatkan sarana transportasi dan juga kondisi jalan yang baik sebagai sebuah peluang mendukung minat wisatawan.

5. Memanfaatkan masyarakat sekitar pengelolaan lokasi wisata untuk meningkatkan lapngan kerja pendapatan masyarakat

6. Membuat paket wisata guna mengetahui dan mengunjungi semua nis-jenis atraksi wisata yang ada

7. Letak yang strategis/mudah dijangkau dapat dimanfaatkan untuk menarik minat wisatawan

Strategi W-O

1. Pemasaran wisata melalui sekolah- sekolah sekaligus menanamkan nilai konservasi bagi para pelajar. 2. Pemasaran wisata melalui lembaga- lembaga penelitian terkait dengan flora dan fauna.

3. Membuat promosi yang

mendeskripsikan mengenai kegiatan yang dapat dilakukan di Taman Eden 100 di media massa.

4 .Memperbaiki sarana yang ada agar bisa dijadikan sebagai sarana pendidikan konservasi bagi pelajar, menunjang ekowisata keluarga dan juga menunjang sebagai lokasi penelitian.

5. Pengelolaan akan lebih optimal jika mendapat dukungan dari pemerintah, misalnya dalam hal pengadaan fasilitas dan sarana pendukung lainnya dengan melibatkan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur tersebut. 6. Kebersihan kawasan wisata perlu diperhatikan untung mendukung daya tarik dan kenyamanan lokasi wisata. Ancaman

1. Lokasi rawan longsor

2 .Adaya perburuan liar dikawasan 3. Adanya perambahan dan peenebangan liar

4 .Tidaak ada penyuluhan kepada masyarakat

5 .Kurangnya minat wisatawan

6. Pengelolaan kawasan wisata dan tingkat pelayanan kurang baik

7 .Adanya lokasi wilayah lain disekitar kawasan wisata yang lebih mnonjol

Strategi S-T

1. pengunjung dari lokasi-lokasi yang rawan longsor seperti menutup akses jalan, agar menjamin keamanan pengunjung

2. Menjaga kawasan wisata dari perburuan dan penambahan liar agar tidak menggngu kenyamanan dan kindahan lokasi wisata 3. Pengelolaan kawasan wisata dapat ditingkatkan smelalui penataan lokasi wisata, seperti penataan jalur tracking, camping ground, lokasi pembibitan, lokasi budidaya tanaman, dan lokasi rekreasi. 4. Membuat atraksi wisata yang lebih menarik agar tidak tersaingi tempat wisata lain disekitar lokasi wisata, seperti adanya wahana keluarga, flying fox dan lain-lain. 5. Melakukan penyuluhan-peyuluhan guna menambah wawasan dan ketertarikan masyarakat terhadap lokasi wsata.

Strategi W-T

1. Melibatkan wisatawan dalam kegiatan pelestarian alam 2. Menjalin kerjasama dengan pemerintah terkait dengan pengelolaannya

3 .Melakukan kegiatan penanaman pohon di sekitar lokasi dengan mengundang wisatawan yang ingin berkunjung

4. Pemasaran wisata dapat juga dilakukan melalui penyuluhan- penyuuhan kepada masyarakat 5. Meningkatkan mutu pelayanan kepada wisatawan untuk menjaga kenyamanan wisatawan

(53)

Potensi Objek Wisata di Taman Eden 100

Pada Taman Eden 100, terdapat berbagai jenis objek wisata yang dapat dikunjungi, yaitu :

1. Lokasi Pembibitan dan Pelestarian Alam

Gambar 3. Lokasi Pembibitan dan Pelestarian Alam di Taman Eden 100

Lokasi pembibitan dan pelestarian alam ini merupakan lokasi yang digunakan untuk pembibitan dan lokasi untuk menanam pohon di sekitar kawasan wisata. Bagi pengunjung yang membawa bibit sendiri juga diperbolehkan untuk menanam pohon di areal pelestarian alam mini. Penanaman pohon akan terlihat jelas karena biasanya pada pohon tertera nama penanam, waktu penanaman, dan jenis pohon yang ditanam dan akan menjadi kenang-kenangan tersendiri bagi pngunjung.

2. Sopo Toba Eden Lestari

Gambar 4. Sopo Toba Eden Lestari sebagai tempat pergelaran seni budaya

(54)

acara sanggar seni budaya/adat istiadat dan sebagai tempat pertemuan. Sopo ini tepatnya berada di depan posko jaga pengelola Taman Eden 100. Ditempat ini sering diadakan acara-acara yang tujuannya menghibur dan juga acara-acara adat istiadat suatu acara tertentu. Biasanya acara-acara ini didukung dengan acara khas adat suku Batak Toba seperti manortor dan menggunakan alat musik tradisional Batak Toba.

3. Areal Perkmemahan (Camping Ground)

Gambar 5. Areal Perkmemahan (Camping Ground)

Lokasi perkemahan ini berjarak 100 m dan 500 m dari posko jaga. Bagi pengunjung yang akan melakukan perkemahan selama beberapa hari akan berkemah dilokasi yang disediakan ini.

4. Taman Konservasi Anggrek

Gambar 6. Taman Konservasi Anggrek di Taman Eden 100

(55)

Taman ini berjarak sekitar 200 meter dari posko jaga. Taman ini didirikan dengan tujuan sebagai tempat konservasi anggrek agar jenis-jenisnya tidak punah, apalagi jenis anggrek yang cukup langka. Tentunya, keberadaan taman ini pun telah menarik hati wisatawan dari berbagai daerah untuk mengunjunginya ketika berada di sekitar Danau Toba, bahkan sesekali juga terlihat beberapa wisatawan mancanegara yang memadati lokasi ini. Beberapa jenis anggrek yang ada di taman konservasi anggrek ini diantaranya anggrek bulan (Phalaenopsis sp), anggrek hitam (Coelogyne pandurata), dan lain-lain.

5. Kebun Strawberry

Gambar 7. Kebun Strawberry di Taman Eden 100

(56)

6. Air Terjun

Gambar 8. Air Terjun 2 Tingkat di Taman Eden 100

Lokasi wisata Taman Eden memiliki 3 buah air terjun, diantaranya Air Terjun 2 tingkat (500 m dari posko), Air Terjun Gua Kelelawar (5 km dari posko), dan Air Terjun 7 Tingkat (11 km dari posko). Tempat ini menyajikan kesejukan alami dan keinfahan alam yang luar biasa. Namun, tempat yang paling sering dikunjungi wisatawan adalah Air Terjun 2 Tingkat karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dari posko. Sedangkan air terjun lainnya biasanya dikunjungi oleh pengunjung yang sengaja ingin menjelajah untuk mengetahui jenis-jenis objek wisata yang ada di Taman Eden 100 dan akan memakan waktu lebih dari 1 hari, sehingga pengunjung sering melakukan perkemahan.

7. Rumah Tarzan

Gambar 9. Rumah Tarzan sebagai tempat menikmati keindahan alam Rumah Tarzan merupakan rumah di atas pohon dengan ketinggian ± 10 meter. Rumah ini sengaja dibuat untuk menarik minat wisatawan. Dari atas

(57)

rumah ini kita dapat memandang keindahan alam yang ada di Taman Eden 100. 8. Bukit Manja

Bukit Manja merupakan salah satu dari lokasi yang menyajikan keindahan alam yang sangat indah. Bukit ini berjarak sekitar 5 km dari posko jaga. Dari puncak bukit ini kita dapat bermanja-manja dengan alam dengan latar belakang Danau Toba dan Pulau Samosir yang terlihat jelas sehingga menyajikan pemandangan luar biasa.

9. Lokasi Harimau

Bagi pengunjung yang memiliki nyali bisa datang berkunjung ke lokasi ini. Lokasi ini merupakan suatu tempat yang sering dikunjungi oleh binatang buas seprti harimau. Jejak-jejak kaki harimau bisa ditemukan ditempat yang berjarak 5 km dari posko jaga ini. Namun untuk menjuju tempat ini, perlu didampingi oleh pihak pemandu dari pengelola itu sendiri.

10. Gua Kelelawar

Gua ini dihuni oleh ribuan kelelawar dan berjarak 5 km dari posko. Banyak rintangan untuk sampai ke lokasi ini, seperti topografi dan jalan yang sulit. Namun setelah sampai di lokasi ini, kita dapat memuaskan kelelahan dengan bersantai di dalam gua yang disuguhi adanya air terjun di mulut gua. 11. Puncak Gunung Pangulubao

(58)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Taman Eden 100 memiliki potensi wisata alam yang layak dikembangkan

dengan persentasi kelayakan 76,36%.

2. Dalam analisis SWOT, kawasan Taman Eden 100 berada pada kuadran I yang berarti bahwa kawasan wisata ini berada pada situasi yang menguntungkan dimana Taman Eden 100 memiliki kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan peluang-peluang yang dimiliki. Saran

Diharapkan adanya kerjasama pengelola dengan berbagai stakeholder baik itu dari pihak pemerintah yang terkait, pihak swasta, dan dengan masyarakat sekitar kawasan untuk mendukung pengembangan lokasi objek wisata tersebut baik dalam hal pembenahan dan promosi lokasi wisata. Selain itu, perlu dilakukan pembenahan pada banyak aspek oleh pihak pengelola, misalnya membersihkan lokasi wisata, memperbaiki sarana dan prasarana serta memperbaiki sistem pengelolaannya dan penambahan fasilitas yang ada di dalamnya seperti fasilitas penginapan.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam I SUMUT. 2003. Informasi Kawasan Konservasi di Sumut. BKSDA I SUMUT. Medan.

Cooper, C., J. Fletcher, D. Gilbert, S. Wanhill, R. Shepherd, Editor. 1998. Tourism: Priciples and Practic. Ed ke-2. Pearson Education Limited. England.

Kerjasama Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan, dan Pariwisata dan WWF-Indonesia. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Departemen Kehutanan. 1990. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta.

Dimjati, A. 1999. Produk Pariwisata: Pengembangan Ekowisata (Wisata Ekologi). Departemen Pariwisata Seni dan Budaya. Jakarta.

Fandeli, C. 2000. Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata. UGM. Yogyakarta. Fandeli, C, et al. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas

Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hakim, L. 2004. Dasar-dasar Ekowisata. Bayumedia. Jawa Timur.

Karsudi, R. Soekmadi, H. Kartodiharjo. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata di

Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. IPB. Bogor.

Kodhyat, H. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Lubis, S. 2009.Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.

Tesis. USU.

Lundlberg, D.E., M.H. Stavenga, M. Krishnamoorthy. 1997. Ekonomi Pariwisata. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

(60)

Marpaung, H. dan Herman, B. 2002. Pengantar Pariwisata. Alfabeta. Jawa Barat. MacKinnon, J, K. MacKinnon, G. Child dan J. Thorsell. 1986. Pengelolaan

Kawasan Yang Dilindungi Di Daerah Tropika (Terjemahan). 1990. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri. 2009. Pedoman Pengembangan Ekowisata Di Daerah. Menteri Dalam Negeri. Jakarta.

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di Pulau-pulau Kecil. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta

[PHKA] Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2003 (a). Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA). Direktorat JenderalPerlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Prasiasa, D. 2011. Wacana Kontemporer Pariwisata. Salemba Humanika. Jakarta. PT. Inhutani IV. 1996. Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam. Laporan.

Tidak Diterbitkan.

Silitonga, F. 2012. Analisis Potensi Ekowisata di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir. USU. Medan

Sinaga, W. 2013. Analisis Pengenmbangan Ekowisata Kebun Raya Samosir di Desa Tomok Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. USU. Medan

Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata sebagai ”Systemic Linkage”. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sudarto, G. 1999. Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Yayasan Kalpataru Bahari. Bekasi.

Sugiarto., D. Siagian., LT Sunaryanto., DS Oetomo. 2001. Teknik Sampling. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. ANDI. Yogyakarta.

Umar, Husein. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pusataka Utama dengan Jakarta Business Research Centre. Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Kriteria Penilaian Aksesibilitas (bobot 5)
Tabel 3. Kriteria Penilaian Akomodasi (bobot 3)
Tabel 5. Skoring dan pembobotan faktor internal
Gambar 1. Bagan analisis SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Daun : berbentuk lanset, warna hijau dengan bintik-bintik kuning, terdiri dari ±8 daun, panjang ±4,5 cm dan lebar ±2 cm, permukaan licin, tepi rata, tipis, ujung runcing dan

Penelitian “Inventarisasi Zingiberaceae di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara” telah dilakukan dari bulan Maret 2009 sampai

Para wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata, akan dengan. membawa perilaku dan pola hidup yang dianutnya di

Penelitian im dimaksudkan untuk melihat persepsi wisatawan mancanegara terhadap kualitas objek dan daya tarik wisata Sumatera Utara.. Kajian ini diharapkan dapat memperluas

1) Wisata Konservasi dan Edukasi Budidaya Rumput Laut. Pemanfaatan keunikan landmark Patung Pandawa sebagai salah satu daya tarik wisata akan menarik minat wisatawan

Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia No.10 tahun 2009, Daya tarik wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keragaman Jenis Anggrek di Kawasan Hutan

Persepsi Jawaban Responden Wisatawan dan Masyarakat yang Berada di Sekitar Objek Wisata terhadap Objek dan Daya Tarik Wisata di Tangkahan.... Persepsi Responden