• Tidak ada hasil yang ditemukan

Improving Learning Discipline Student With Use Reward Sticker Pictured: Study Of Students Grade II Elementary School Pisangan 03 Legoso East Ciputat South Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Improving Learning Discipline Student With Use Reward Sticker Pictured: Study Of Students Grade II Elementary School Pisangan 03 Legoso East Ciputat South Tangerang"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN

(Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas II SDN 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

SITI KHODIJAH 111118300033

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

MENGGUNAKAI.{ REWAND STICKER PICTURED: STUDI TERHADAP SISWA KELAS

II

SDN PISANGAN 03 T,EGOSO CIPUT.A.T TIMUR

TANGERANG SELATAN

(Penelitian Tindakan Kelas pada sisrva kelas II sDN 03 Legoso Ciputat TiMur Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Akademik Program Kualifikasi SI Kependidikan dan Mencapai GelaRSarjana Pendidikan Islam (S.pd.I)

Oleh

SITI

KI{ODIJAII

1111018300033

Menyetujui

'"frryT'

Eri Rossatria, M.Ag.

NIP: 1 94707 17 1966082001

PRODI

PENDIDIKAN

GURU

MADRASAH

IBTIDAIYAH

FAKULTAS

ILMU TARBIYAH

DAN

KEGURUAN

UIN

SYARIF

HIDAYATT]LLAH

JAKARTA

(3)

Reward Sticker Pictured: Studi Terhadap Siswa Kelas

II

SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat

Timur

Tangerang Selatan"

di

susun oleh

Siti

Khodijah, 1111018300033, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jurusan Kependidikan Islam Fakultas

Ihnu

Tarbiyah

dan

Keguruan

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya

ihniah, serta berhak untuk diajukan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang

ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 2 Oktober 2015

Yang Mengesahkun Pernbimbing

rer

Dra. Eri Rossatria. M.Ae

(4)

diajukan kepada Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam l-Ijian Munaqosyah pada 16

Oktober 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) dalarn bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

J akarta, 2 I Oktober 20 1 5 Ketua Panitia (Ketua Jurusan /Program Studi)

Dr. Khalimi. M.Ag.

NrP.196s0s1s 199403 1 006

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Prodi) Asep Ediana Latif, M.Pd.

NIP. 19810623 2009t21 003

Penguji I

Nafia Wafiqni. M.Pd.

NIP. 1981003 2009t2 2 004

Penguji II

Asep Ediana Latif. M.Pd. NrP. 1981,0623 200912 1 003

Mengetahui Dekan Fakul

Prof. Dr. A

Tanggal

TandaTangan

2^

/

o/

zars-*(y["0

/7 /to

laos

W

tt"

(w[u^

W

(5)

I Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

Tempat/tgl. Lahir NIM

Jurusan/Prodi Judul Skripsi

: Siti Khodiiah : Pati, I I Mei 1992 :1111018300033

:Kl/Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMD

: Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa Dengan Menggunakan Reword Sticker Pictured Kelas II SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan

: Dra. Eri Rosstria, M.Ag Dosen Pembimbing

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis

Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat Wisuda

Oktolrer 2015

w

h

(6)

i

Reward Sticker Pictured Kelas II SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan. Skripsi Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hdayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Eri Rossatria, M.Ag.,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan reward sticker pictured mampu meningkatkan disiplin belajar siswa kelas II SD. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus yang terdiri dari empat tahapan, yaitu tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan, kelas II yang berjumlah 30 siswa pada semester genap tahun ajaran 2014-2015. Instrumen yang digunakan adalah instrumen non tes berupa lembar observasi aktifitas guru, lembar observasi aktifitas siswa, lembar wawancara guru, anecdotal record dan lembar ceklist disiplin belajar siswa. Teknik analisa data menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisa data kuantitatif digunakan untuk mengetahui persentase dari sikap disiplin belajar bsiswa. Sedangkan teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menyaring data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan reward sticker pictured mampu meningkatkan sikap disiplin belajar siswa kelas II SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase rata-rata aktifitas guru siklus 1 sebesar 80.21% meningkat menjadi 88.61% pada siklus II dengan kategori sangat baik. Sedangkan rata-rata hasil persentase aktifitas siswa siklus 1 sebesar 79.99% dengan kategori baik dan meningkat menjadi 91.11% pada siklus II dengan kategori sangat baik. Selain itu, persentase sikap disiplin belajar siswa dari hasil ceklist disiplin belajarnya mengalami peningkatan. Hal itu terlihat dari hasil persentase siklus 1 sebesar 80.39% meningkat pada siklus II menjadi 91.65 % dengan kategori sangat baik. Dari hasil wawancara guru menunjukkan respon positif terhadap penggunaan reward sticker pictured. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan reward sticker pictured dapat meningkatkan sikap disiplin belajar siswa.

(7)

ii ABSTRACT

Siti Khodijah, “Improving Learning Discipline Student With Use Reward Sticker Pictured: Study Of Students Grade II Elementary School Pisangan 03

Legoso East Ciputat South Tangerang.” Thesis Islamic Elemetary School

Teacher Education Program, Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah Islamic University in Jakarta. Supervisor: Eri Rossatria, M.Ag.

This study aims to determine wether with use reward sticker pictured well to do improving learning discipline students of grade II elemetary school education. The research method used in this study was Classroom Action Research (CAR) using two cycles consists of the planning, implementation, observation, and reflection. Research subject are students of grade II who amount of 30 students in the second semester of the 2014-2015 school year. The instrument of research used is a non-test instrument in the form of teacher observation sheet activities, observation of student activity sheets, teacher questionnaire, anecdotal record and ceklist learning discipline sheets. Analysis using the quantitative descriptive analysis dan qualitative. Quantitative descriptive analysis techniques are used to know percentage from learning discipline students. Whereas qualitative descriptive analysis techniques are used to netted data from observation, interviews, and documentation.

(8)

iii

very good. From interviews of techer of the cycle also received of the use reward sticker pictured can be increase learning discipline attitude students.

(9)

iv

KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas semua limpahan karunia, taufik, Hidayah dan InayahNya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW. beserta keluarganya. Beliau adalah pembuka dan penyempurna agama Allah yang menjadi penutup para Nabi dan penyempurna risalah sebelumnya. Sang pemberi petunjuk jalan yang lurus menuju Allah SWT.

Skripsi berjudul, “Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa dengan Menggunakan Reward Sticker Pictured : Studi Terhadap Siswa Kelas II SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan” ini, disusun sebagai tugas akhir akademik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis tidak mungkin mampu menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu baik waktu, tenaga, fikiran maupun materi. Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Muhammad Thib Raya, M.A., Dekan fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, M.Ag. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Eri Rossatria, M.Ag., denga tulus dan ikhlas dalam memberikan nasehat, bimbingan, motivasi, kebaikan, doa-doa dan meluangkan waktu untuk membimbing dengan maksimal dan memberikan dukungan kepada penulis.

(10)

v

5. Keluarga besar SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan. Khususnya Ibu Eka Setiwati, S.Pd.I., Selaku wali kelas II B SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan.

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan ini dengan sebaik-baiknya.

7. Kepada kedua orang tua tercinta bapak Ruba’i dan ibu Sukami yang telah membesarkan dan mendidik penulis untuk terus berjuang dan berkarya untuk ummat dan bangsa.

8. Teman-teman seperjuangan Hizmet Pasiad-Turki Indonesia, Melita Andriani, Sri Yulianingsih, Siti Bahriah, Mariati Mauli Bella Nisa, Fitriani dan teman-teman PGMI angkatan 2011 yang sangat inspiratif dan solid dalam merah mimpi bersama.

9. Teruntuk Mas Bayu Wibowo, motivator dan inspirator yang memberikan dorongan yang luar biasa dan energi positif serta kesabarannya dalam mengarahkan dan memberikan masukan terbaik bagi penulis. Terimakasih atas kebaikan dan doa-doanya yang dipanjatkan kepada penulis. Semoga Allah memberikan balasan terindah dan kebahagiaan yang sempurna menurutNya. Semoga semua mimpi yang menjadi harapan akan indah pada wakttunya berkat kesabaran dan keikhlasan karenaNya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran serta masukan yang membangun sebagai perbaikan. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 1 Oktober 2015

(11)

vi

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Perumusan Masalah... 11

E. Tujuan Penelitian... 11

F. Manfaat Penelitian... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin... 13

2. Pengertian Disiplin Belajar... 14

3. Tujuan Disiplin Belajar Siswa... 16

4. Strategi Penerapan Disiplin... 17

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Siswa... 22

6. Fungsi Disiplin Belajar di Dalam Kelas... 25

B. Hakikat Reward dalam Pendidikan 1. Pengertian Reward ... 26

2. Syarat-syarat Reward... 26

3. Bentuk-bentuk Reward... 29

4. Reward Berupa Sticker Pictured... 32

(12)

vii

5. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia... 39

6. Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia... 40

D.Penerapan Reward dalam Pengendalian Disiplin Siswa 1. Pengenalan Disiplin di Sekolah... 42

2. Pengenalan Hukumandi sekolah... 46

E. Hasil Penelitian yang Relevan... 49

F. Kerangka Berpikir... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 53

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian... 53

C. Subjek Penelitian... 56

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian... 56

E. Tahap Intervensi... 56

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan... 59

G. Data dan Sumber Data... 59

H. Instrumen Pengumpulan Data... 59

I. Teknik Pengumpulan Data... 60

J. Validasi Data... 64

K. Analisa Data dan Interpretasi Hasil Analisis... 66

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan... 68

BAB IV DESKRIPSI, ANALISA DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Gambaran Umum SDN Pisangan 03 Legoso... 69

2. Visi, Misi dan Tujuan SDN Pisangan IV Legoso... 70

3. Keadaan Guru dan Karyawan ... 71

4. Keadaan Siswa Secara Umum... 73

(13)

viii

3. Tahap Pelaksanaan dan Pemberian Checklist Disiplin Belajar 77

4. Pemeriksaan Keabsahan Data... 80

5. Data Hasil Tindakan... 80

C. ANALISA DATA 1. Lembar Observasi... 112

2. Lembar Observasi Siswa... 111

3. Hasil Disiplin Belajar Siswa Melalui Cheklist ... 115

4. Hasil Wawancara... 118

D. PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN... 118

E. KETERBATASAN PENELITIAN... 119

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 121

B. Saran... 121 DAFTAR PUSTAKA

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II

Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian... 50

Tabel 3.2 : Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi... 60

Tabel 3.3 : Pedoman Konversi Persentase Rata-rata Hasil Observasi Guru dan Siswa... 64

Tabel 4.1 : Keadaan Guru dan Karyawan SDN Pisangan Tahun Ajaran 2014- 2015 ... 68

Tabel 4.2 : Keadaan Siswa/Siswi SDN Pisangan 03 Ciputat Timur Tahun Ajaran 2014-2015... 70

Tabel 4.3 : Sarana Prasarana SDN Pisangan 03 Ciputat Timur Tahun : Ajaran 2014-2015... 71

Tabel 4.4 : Instrumen Observasi- Checklist Sikap Disiplin Belajar Siswa kelas II B SDN Pisangan 03 Ciputat Timur... 73

Tabel 4.5 : Kondisi Sikap Belajar Siswa Sebelum Diterapkannya Reward Sticker Pictured.... 75

Tabel 4.6 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa pertemuan ke 1... 80

Tabel 4.7 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa pertemuan ke II... 83

Tabel 4.8 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa pertemuan ke III... 85

Tabel 4.8 : Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus 1... 87

Tabel 4.9 : Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 1... 88

(15)

x

siklus 2 pertemuan ke I... 96

Tabel 4.12 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa siklus 2 pertemuan ke II ... 98

Tabel 4.13 : Instrumen Observasi- Checklist disiplin belajar siswa siklus 2 pertemuan ke III ... 101

Tabel 4.14 : Hasil Observasi Guru Siklus II... 102

Tabel 4.15 : Hasil Observasi Siswa Siklus II... 104

(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas... 53

Gambar 4.1 : Foto kegiatan pembelajaran siklus 1 pertemuan ke I... 79

Gambar 4.2 : Foto Kegiatan Pembelajaran siklus I pertemuan ke II... 83

Gambar 4.3 : Foto Kegiatan Pembelajaran siklus 1 pertemuan 3 ... 84

Gambar 4.4 : Foto kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan ke I... 95

Gambar 4.5 : Foto kegiatan pembelajaran siklus 2 pertemuan ke II... 97

Gambar 4.6 : Foto kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan ke III... 100

Gambar 4.7 : Diagram Persentase Aktifitas Guru Siklus 1... 109

Gambar 4.8 : Diagram Persentase Rata-rata Aktifitas Guru Siklus 1 dan II... 109

Gambar 4.9 : Diagram Persentase Rata-rata Aktifitas Guru Siklus 1 dan II... 110

Gambar 4.10 : Diagram Persentase aktifitas siswa siklus I... 111

Gambar 4.11 : Diagram Persentase aktifitas siswa siklus II... 111

Gambar 4.12 : Diagram Rata-rata Persentase aktifitas siswa siklus 1 dan II... 112

Gambar 4.13 : Diagram Persentase Perubahan Sikap Disiplin Belajar Siswa siklus 1 dan siklus II... 115

(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

A. Perangkat Pembelajaran 1. RPP, LKS dan Materi 2. RPP, LKS dan Materi B. Instrumen Penelitian

1. Lembar wawancara guru

2. Lembar Observasi Aktifitas Guru 3. Lembar Observasi Aktifitas Siwa

4. Kriteria Penilaian Lembar Observasi Guru 5. Kriteria Penilaian Lembar Observasi Siswa 6. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

7. Uji Validitas Instrumen

8. Lembar Checklist Disiplin Belajar Siswa

(18)

1

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya pendidikan manusia memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik dalam menjalani kehidupannya. Selain itu, pendidikan merupakan usaha masyarakat untuk mempersiapkan generasi-generasi selanjutnya agar memiliki nilai-nilai yang luhur dan mewarisi budaya bangsa yang bermartabat. Nilai-nilai luhur tersebut dapat terintegrasi pada diri peserta didik dengan adanya pendidikan karakter sehingga mampu meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan bangsa yang akan datang.

Undang-Undang Negara di Indonesia dalam bidang pendidikan dapat dijadikan pedoman dalam proses pelaksanaannya. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) di Indonesia mengatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1

Dari undang-undang tersebut, sangat jelas bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah membentuk karakter dan kepribadian peserta didik dengan nilai-nilai yang luhur agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, berilmu, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta demokratis. Dengan demikian menjadi tugas bersama terutama sekolah dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional tersebut. E. Mulyasa dalam bukunya “Manajemen PAUD” mengatakan bahwa karakter memegang peranan yang penting dalam berbagai aspek kehidupan individu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh

1

(19)

karenaitu, pendidikan karakter memegang peranan yang sangat penting dan akan mewarnai perkembangan kepribadian peserta didik secara keseluruhan.2

Sedangkan menurut E. Mulyasa menekankan konsep pendidikan karakter, bahkan belajar dapat diartikan sebagai ibadah untuk mencari ridho Allah, dalam rangka mengantarkan manusia memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, serta untuk melestarikan nilai-nilai Islam dan tidak sekedar menghilangkan kebodohan. 3

Dengan demikian karakter peserta didik akan tercermin melalui pendidikan yang diperolehnya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan sekitar. Lingkungan sekolah memiliki peranan yang cukup besar dalam membangun pendidikan yang berkarakter. Salah satu karakter yang dapat dibangun dan dibiasakan adalah sikap disiplin. Nilai-nilai kedisiplinan perlu dibangun dan dikembangkan sedini mungkin mengingat disiplin memegang peranan yang sangat penting. Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Oleh karena itu, kedisiplinan harus ditanamkan demi tercapainya tujuan pendidikan.

Pihak-pihak yang terkait seperti sekolah, keluarga, dan masyarakat ikut membantu menananamkan karakter disiplin dengan baik. Kedisiplinan hendaknya diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sehingga jika disiplin sudah menjadi sebuah karakter maka tujuan pendidikan akan tercapai dan mendapatkan hasil yang maksimal. Sebaliknya siswa yang melanggar peraturan atau tata tertib sekolah akan mendapatkan hukuman atau sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan. Dengan demikian, jika sekolah mampu menerapkan tata tertib dengan baik dan konsisten maka kedisiplinan akan menjadi sebuah budaya dan karakter yang tercemin pada perilaku siswa.

Selanjutnya, disiplin dapat terwujud dengan adanya pembiasaan. Salah satu alat pendidikan yang dapat digunakan dalam membentuk disiplin yaitu dengan pemberian reward dan punishment. Reward dapat diberikan kepada

2

H.E. Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosda karya), cet III, h. 67.

3

(20)

anak yang menunjukkan prestasi atau hasil pendidikan yang baik, baik dari segi prestasi kepribadiannya (kelakuannya, kerajinannyadan sebagainya) maupun dalam prestasi belajarnya.

Menurut Sylvia Rimm dalam bukunya yang berjudul “Mendidik dan

Menerapkan Disiplin pada Anak Pra Sekolah” bahwa Reward diharapkan dapat

memotivasi peserta didik untuk mendisiplinkan diri, kelak disiplin diri akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.4 Dengan demikian teknik mendisiplinkan anak dengan menggunakan reward bertujuan agar peserta didik memiliki disiplin diri dalam lingkungan sekolah. Jika disiplin dilakukan secara terus menerus maka akan mengarahkan peserta didik untuk konsisten dan berprilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu Imam Ghazali dalam kitab Ihya' Ulum ad-din yang dikutip oleh Muhammad Abu Nadlir menulis, "Jika pada seseorang anak menonjol akhlak baik dan perbuatan terpujinya, maka ia patut dimuliakan, digembirakan dan dipuji di depan orang banyak untuk memberikan semangat berakhlak mulia dan berbuat terpuji." Memuliakan anak dan memberi semangat dengan hadiah atau dengan ucapan yang manis sesuai dengan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani, "Saling memberi hadiahlah agar kalian saling mencintai."5

Oleh karena seorang siswa yang rajin, berakhlak baik, dan yang dapat menjalankan kewajiban, layak memperoleh hadiah dari gurunya. Kala itulah, anak itu akan menemukan jiwanya senang menerima itu di hadapan teman-temannya. Sebab, pada usia pelajar, jiwa seorang anak lebih dipenuhi insting suka memiliki.6 Karakter setiap manusia, terutama anak (peserta didik), pasti lebih menyukai mendapat penghargaan yang sifatnya berwujud maupun tidak berwujud. Dan ia pun akan berusaha keras mendapatkannya. Karena itu, seorang guru hendaknya merespons apa yang disukai seorang anak. Guru harus bisa memberikan hadiah-hadiah tersebut pada kesempatan yang tepat.

4

Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 47

5

Muhammad Abu Nadlir, Perlunya Penghargaan Bagi Siswa, (Jakarta: Jurnal Nasional, 2012). Diunggah pada 25 februari 2015 pukul 20.33.

6

(21)

Namun hal tersebut berbeda dengan kenyataan pendidikan yang ada di Indonesia. Banyak sekali kita temui permasalahan dalam pendidikan terkait

reward dan punishment yang belum tepat dalam pembentukan karakter peserta didik. Menurut Lickona yang dikutip oleh Anas Salahudin dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter mengatakan bahwa

Terdapat sepuluh tanda penurunan karakter bangsa yaitu (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) pengaruh peer group

yang kuat dalam tindak kekerasan, (3) penggunaan kata-kata buruk, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, (5) semakin kaburnya pedoman moral, (6) menurunnya etos kerja, (7) rendahnya rasa hormat kepada guru dan orang tua, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan masyarakat, (9) membudayanya ketidakjujuran, (10) adanya rasa curiga dan kebencian di antara sesama.7

Selain itu, metode yang digunakan juga bermacam-macam misalnya memberi hukuman yang dianggap setimpal karena tidak mematuhi perintah pendidik. Pendidik merasa mempunyai kewenangan penuh terhadap metode pengajaran yang ia yakini dapat membantu keberhasilannya dalam mendidik. Sehingga peserta didik cenderung merasakan keterpaksaan bukan atas kesadaran bahwa pendidikan itu juga adalah kebutuhan bagi mereka.

Metode pengajaran tersebut kurang tepat karena dapat mengganggu psikologi anak dan akan berpengaruh pada perkembangan anak ke depannya. Sangat sedikit guru yang sadar ataupun memiliki bekal dalam hal mendidik. Banyak guru menjadi ditakuti oleh muridnya karena metode yang kurang tepat misalnya dengan paksaan dan kekerasan sehingga suasana proses belajar mengajar tak ubahnya seperti pendidikan militer yang penuh dengan tekanan psikologis. Hal ini juga yang sering dimanfaatkan oleh guru yang kurang kompeten dan mengancam tidak meluluskan atau memberi nilai jelek sehingga tega melakukan kekerasan kepada anak didiknya sendiri.

Di Indonesia, pendidikan kognitif lebih dominan dibandingkan dengan pendidikan karakter. Padahal kedua hal tersebut sangat penting untuk mencetak generasi muda yang cerdas bukan saja dalam ilmu pengetahuan tetapi juga dalam

7

(22)

hal sikap dan perilaku yang humanis.8 Berbeda dengan negara-negara lainnya yang sistem pedidikannya sudah maju seperti Finlandia dan Jepang. Mereka menerapkan sistem pendidikan yang memiliki keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter. Sejak dini, anak-anak diajarkan untuk berkasih sayang, jujur, disiplin, bersikap adil, dan bertanggungjawab terhadap diri mereka, manusia dan lingkungan sekitarnya.

Selain itu, orang tua maupun guru sering merasa kesulitan dalam menanamkan kedisiplinan terhadap anak. Jika anak tidak mengikuti atau mematuhi peraturan yang ada mereka lebih banyak menggunakan hukumann kepada anak atau sebaliknya terlalu mengumbar reward dengan mengiming-iminginya hadiah yang berlebihan. Hukuman yang diberikan kepada anak dalam upaya mendisiplinkan anak secara tidak langsung menjadikan pribadi anak terbelenggu dan tidak percaya diri. Namun reward yang diberikan tidak boleh berlebihan karena hal tersebut akan menjadikan anak meremehkan usaha dan tidak bertanggung jawab. Hukuman dan hadiah dapat digunakan dalam upaya mendisiplinkan peserta didik. Namun reward dan punishment harus diberikan pada situasi yang tepat dengan tujuan untuk mendidik mereka.

Menurut Severe, stiker memberikan umpan balik positif terhadap prestasi anak sehingga stiker menciptakan rasa keberhasilan internal yang dapat mengembangkan sikap disiplin dalam diri anak. Stiker tersebut diberikan ketika mereka mampu bersikap disiplin baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Menurut Severe kelebihan stiker adalah untuk mendorong atau memotivasi anak, mengingat peraturan dan belajar bertanggung jawab.9

Menurut Putri rahayu dalam jurnalnya menjelaskan bahwa stiker memberikan umpan balik positif yang segera terhadap prestasi anak sehingga stiker menciptakan rasa keberhasilan dan motivasi internal yang dapat mengembangkan rasa percaya diri dalam anak. Kita dapat melihat semangat dalam mata mereka ketika mendapatkan stiker dengan gambar muka-muka yang lucu. Selain itu, stiker dapat mendorong anak untuk bersikap proaktif dan membuat rencana. Stiker meningkatkan jumlah

8

Qory Dellasera, Hari Pendidikan Nasional, (Jakarta: Jurnal Nasional, 20014). 9

(23)

interaksi positif antara guru dan anak. Alat ini memberi catatan sehingga guru dapat mengevaluasi kemajuan yang menunjukkan perilaku apa yang meningkat dan mana yang perlu ditingkatkan. Teknik ini mendorong anak untuk berhasil dan mendapatkan stiker yang sebanyak-banyaknya.10

Dengan demikian mereka akan memahami bahwa dengan menaati peraturan dengan baik dan memiliki semangat belajar yang tinggi akan mendapatkan ganjaran yang menyenangkan dan penghargaan yang baik. Sebaliknya jika ia tidak menaati peraturan dengan baik maka akan mendapatkan ganjaran yang tidak menyenangkan dan merugikan diri sendiri.

Dalam menerapkan tata tertib dan peraturan yang berlaku di sekolah, tidak semua peserta didik dapat melaksanakan tata tertib dan peraturan yang berlaku di sekolah dengan baik. Berdasarkan pengamatan penulis dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas II di SDN III Pisangan Ciputat Timur semester II masih terdapat beberapa sikap yang menunjukkan ketidakdisiplinan baik dalam proses pembelajaran atau di luar pembelajaran. Masalah-masalah tersebut diantaranya:

Berdasarkan pengamatan atau observasi pendahuluan selama satu minggu dengan menggunakan anecdotal record saat kegiatan pembelajaran berlangsung, terdapat beberapa sikap yang menunjukkan rendahnya kesadaran akan kedisiplinan dalam belajar.

Tabel 1.1

Kondisi Sikap Belajar Siswa Sebelum Diterapkannya Reward Sticker Pictured

No Aspek Sikap Kedisiplinan Kondisi Awal 1 Keaktifan, kepatuhan, dan

ketaatan dalam masuk sekolah

Masih terdapat 2-5 siswa yang datang terlambat di setiap harinya berdasarkan absen kelas

Terdapat 3 siswa yang memiliki semangat yang rendah dalam masuk sekolah, hal tersebut terlihat dari jumlah tidak hadirnya

10

(24)

mereka di absen kelas

Masih banyak siswa yang kurang menyadari akan kedisiplinannya dalam masuk kelas tepat waktu setelah istirahat, misalnya terdapat siswa yang jajan ketika bel berbunyi dan bermain dengan teman-temannya di luar kelas

2 Disiplin dalam mengerjakan tugas

Ketika guru memberikan tugas, terdapat 4-6 yang siswa tidak langsung mengerjakannya mereka malah bercanda dan gaduh di dalam kelas sehingga mengganggu teman lainnya.

Ketika waktu telah selesai dalam mengerjakan tugas, terdapat 6 siswa yang sering terlambat mengumpulkannya karena kurang fokus terhadap tugasnya

Kemandirian dalam mengerjakan tugas masih kurang.

3 Mengikuti pelajaran di sekolah dengan aktif, teratur, dan tertib sesuai ketentuan untuk mencapai tujuan belajar

Saat proses pembelajaran berlangsung, 10 dari siswa yang masih menggunakan waktu belajarnya untuk bermain-main.

Ketika kegiatan diskusi berlangsung, terdapat beberapa siswa yang mengobrol di luar topik pembelajaran

Keaktifan dalam merespon umpan balik guru masih kurang

(25)

4 Mentaati tata tertib sekolah dengan penuh kesadaran

Masih terdapat siswa yang memakai seragam tidak sesuai dengan harinya

Terdapat beberapa siswa yang acuh dengan kerapihan seragamnya.

Masih adanya peserta didik yang acuh ketika kondisi kelas kotor

Terdapat beberapa siswa yang mengucapkan kata-kata yang kotor saat proses pembelajaran berlangsung

Masih terdapat siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya

Masih banyak siswa yang meminjam alat tulis, baik berupa pensil, penghapus atau rautan sehingga mengurangi konsentrasi dan kedisiplinan dalam belajar. Selain itu masih terdapat 2-6 siswa yang sering lupa membawa buku pelajaran.

Dari tabel di atas, dapat kita amati bahwa kondisi disiplin belajar siswa masih rendah dan membutuhkan perhatian. Oleh karena itu peneliti berusaha untuk menangani dengan tujuan memperbaiki dan menyadarkan siswa akan pentingnya kedisiplinan dalam belajar.

Dengan adanya pelanggaran-pelanggaran tersebut, perlu adanya alat kontrol pendidikan salah satunya adalah reward (penghargaan) dan Punishment

(peringatan). Reward dapat diberikan bagi siswa yang mematuhi seluruh peraturan dan tata terib dengan baik dan konsisten. Sedangkan punishment

(26)

berupa tujuan institusional (kelembagaan), tujuan kurikuler (bidang studi), maupun tujuan intruksional (pengajaran) akan mendapatkan hasil yang baik pula.

Reward yang baik dalam pendidikan adalah reward yang mampu memberikan nilai-nilai yang mampu mendidik siswa. Tidak menimbulkan iri hati, siswa tidak berorientasi pada reward yang diberikan oleh guru dan siswa tidak merasa dibedakan antara siswa yang mendapatkan reward dengan siswa yang tidak mendapatkan reward. Karena esensi dari disiplin sendiri adalah membiasakan diri untuk menataati peraturan tata tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Menurut Severe, stiker memberikan umpan balik positif terhadap prestasi anak sehingga stiker menciptakan rasa keberhasilan internal yang dapat mengembangkan sikap disiplin dalam diri anak. Stiker tersebut diberikan ketika mereka mampu bersikap disiplin baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Menurut Severe kelebihan stiker adalah untuk mendorong atau memotivasi anak, mengingat peraturan dan belajar beretanggung jawab.11

Pemberian reward stiker bergambar merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memberikan efek atau pengaruh terhadap sikap disiplin belajar peserta didik dengan cara menempelkan pada papan prestasi dengan tujuan untuk memotivasi peserta didik dalam meningkatkan sikap disiplin belajarnya.

Reward dan punishment yang diberikan memiliki dua cara, yang pertama bersifat umum misalnya memberikan pujian, menepuk pundak, memberikan hadiah berupa materi dan lainnya. Punishment dapat diberikan dengan memberikan nasehat, bermuka masam, menegurnya dan lain-lain.

Menurut teori Behaviorisme mengatakan bahwa manusia belajar karena pengaruh lingkungan. Belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanisme. Oleh karena itu lingkungan yang sistematis, teratur dan terencana dapat memberikan pengaruh (stimulus) yang baik sehingga manusia bereaksi terhadap stimulus tersebut dan memberikan

11

(27)

respon yang sesuai. Menurut Ivan Pavlov dalam hukumnya Clasical Conditioning, berbicara tentang stimulus yang dipersyaratkan (conditional refleks) untuk memberikan respons yang diharapkan oleh lingkungan sesuai dengan tuntutan lingkungan (refleks yang dikondisikan).12 Dengan demikian membutuhkan pembiasaan dalam penanaman sikap disiplin peserta didik secara konsisten.

Dari berbagai permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa dengan Menggunakan Reward Sticker Pictured : Studi Terhadap Siswa Kelas II SDN Pisangan 03 Legoso Ciputat Timur Tangerang Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka ada beberapa masalah yang dlapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pendidikan lebih menekankan pada aspek kognitif dari pada pendidikan karakter

2. Penggunaan punishment yang tidak tepat sering mengalami permasalahan yang berkepanjangan

3. Pemberian reward yang tidak sesuai dengan usaha siswa menjadikan siswa meremehkannya.

4. Penggunaan metode pengajaran yang belum tepat dalam upaya mendisiplinkan anak

5. Disiplin belajar siswa masih rendah

6. Kurang tepatnya penggunaan strategi dan teknik dalam menerapkan disiplin di sekolah dasar masih rendah.

7. Kurangnya penggunaan Reward dalam upaya membina dan mengembangkan disiplin belajar

8. Masih banyak guru yang kurang memperhatikan penggunaan reward dan

punishment yang tepat

12

Conny R. Semiawan, Belajar dan pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar,

(28)

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi permasalahan tersebut pada “Penggunaan reward sticker pictured

dalam upaya meningkatkan disiplin belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SDN Pisangan 03 Ciputat Timur Tangerang Selatan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan masalah yang menjadi dasar dalam penelitian yaitu:

“Bagaimana implementasi dari pemberian reward sticker pictured dapat meningkatkan disiplin belajar siswa di kelas II SDN III Pisangan Legoso Ciputat Timur.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah-masalah yang telah dibahas di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu:

Untuk mengetahui apakah dengan pemberian reward stiker bergambar dapat meningkatkan disiplin belajar siswa kelas II di SDN 03 Pisangan Legoso Ciputat Timur.

F.Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis:

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu dari khazanah keilmuan dan pedoman dalam pembelajaran terhadap siswa guna meningkatkan disiplin dan hasil belajarnya

b. Sebagai sumber informasi ilmiah dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Secara Praktis:

(29)
(30)

13

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin

Elizabeth Hurlock mengatakan bahwa disiplin berasal dari kata “disciple” yakni seorang yang belajar dari atau suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok.13

Selain itu, menurut Charles Schaefer menerangkan bahwa, inti dari disiplin ialah mendidik, menuntun, dan mengarahkan anak dalam hidupnya dan dalam masa pertumbuhan serta perkembangannya.14 Sama halnya dengan Suharmisi yang dikutip oleh singgih tego saputro dan pardiman mengatakan bahwa disiplin merupakan sesuatu tentang pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan di mana aturan tersebut diterapkan oleh orang yang bersangkutan atau berasal dari luar.15

Sedangkan disiplin menurut Djamarah adalah "Suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok”. Kedisiplinan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor yang paling pokok yaitu kedisiplinan,

13

Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 82

14

Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, Panduan Praktis Bagi Orangtua,

(Jakarta:Dahara Prize, 1989). Cet. Ke-1, h. 11

15

(31)

disamping faktor lingkungan, baik keluarga, sekolah, serta bakat siswa itu sendiri.16

Sedangkan disiplin menurut Emile Durkheim yang dikutip oleh Thomas Lickona bahwa disiplin bukanlah sesuatu alat sederhana yanng bisa digunakan untuk menciptakan kedamaian semu di dalam kelas, Disiplin adalah moralitas kelas sebagai sebuah masyarakat kecil.17

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu sikap yang perlu dibangun, diupayakan, baik atas kesadaran sendiri, karena paksaan, sanksi atau hukuman dengan tujuan untuk mematuhi peraturan-peraturan, nilai-nilai baik yang bersifat formal maupun tidak sehingga tercipta sebuah tanggung jawab dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan tertata. 2. Pengertian Disiplin Belajar

Disiplin belajar sangat dibutuhkan bagi peserta didik dalam mencapai pengetahuan dan kompetensi yang akan dimilikinya. Namun, disiplin belajar tidak mudah didapatkan melainkan membutuhkan latihan dan pembiasaan. Menurut

Fani Julia Fiana dalam jurnalnya “Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan Bimbingan Konseling” menjelaskan bahwa disiplin pengaturan waktu belajar pada kategori baik ditandai dengan adanya penggunaan waktu yang efektif dan efisien, penyusunan jadwal pelajaran, adanya pengaturan waktu untuk belajar dan kegiatan ekstra kurikuler, penggunaan waktu istirahat yang tepat sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran.18

Sedangkan menurut Sumardi Surya Brata disiplin belajar: (a) Belajar membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, actual mampu potensial), (b) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru, (c) perubahan itu terjadi dengan usaha. Jadi belajar adalah suatu upaya yang akan membawa individu kepada suatu perubahan. Perubahan tersebut tidak hanya bertambahnya ilmu pengetahuan namun juga dalam bentuk kecakapan, keterampilan sikap, pengertian, harga diri dan penyesuaian diri. 19

16

Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002). h. 12 17

Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, (Bandung: Nusa Media 2013). h. 147

18

Fani Julia Fiana, Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan Bimbingan Konseling, (Jurnal Ilmiah Konseling, April 2013).

19

(32)

Selanjutnya pengertian belajar menurut Slameto ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya”. Sedangkan dimaksud disiplin belajar adalah pernyataan sikap dan perbuatan siswa dalam melaksanakan kewajiban belajar secara sadar dengan cara menaati peraturan yang ada di lingkungan sekolah maupun di rumah. 20

Selain itu, menurut Slameto terdapat empat macam disiplin belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu:

(1) disiplin peserta didik masuk sekolah diantaranya, keaktifan, kepatuhan, dan ketaatan dalam masuk sekolah. (2) Disiplin dalam mengerjakan tugas. (3) Disiplin dalam mengikuti pelajaran di sekolah, adanya keaktifan, keteraturan, ketentuan, dan ketertiban dalam mengikuti pelajaran yang terarah pada suatu tujauan belajar. (4) disiplin dalam menaati tata tertib, yakni kesesuaian tindakan peserta didik dengan tata tertib sekolah dengan penuh kesadaran. 21

Selain itu, Disiplin belajar adalah pengendalian diri siswa terhadap bentuk-bentuk aturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang telah diterapkan oleh siswa yang bersangkutan maupun berasal dari luar serta bentuk kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar, baik disiplin di rumah, di sekolahdengan tidak melakukan sesuatu yang dapat merugikan tujuan dari proses belajarnya22. Jadi disiplin belajar harus timbul dalam diri seseorang dengan bersungguh-sungguh dalam belajar sehingga ia mampu bertinteraksi dengan lingkngannya dengan baik.

Sedangkan belajar adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk melakukan perubahan sehingga kualitas seseorang dapat meningkat. Melalui belajar seseorang akan mengetahui keadaan dirinya dan mampu menjalani kehidupannya dengan baik. Namun, belajar yang konsisten dan teratur yang

20

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003). H. 67

21

Ibid., 87 22

(33)

mampu merubah seseorang sehingga membutuhkan kesadaran diri. Kesadaran diri akan muncul melalui sikap disiplin belajar yang sungguh-sungguh sehingga mampu mengontrol diri dan mengendalikan pikirannya.

Dengan demikian, disiplin sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika disiplin sudah tertanam dengan baik maka akan tercipta sebuah peradaban yang bermartabat. Terkait dengan kedisiplinan dalam belajar bahwa seorang siswa harus memiliki sikap disiplin dalam belajar. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, menaati semua peraturan sekolah, mendengarkan penjelasan guru dengan baik, manaati dan mengikuti kegiatan sekolah, masuk sekolah tidak terlambat, dan menaati kegiatan belajar di rumah.

3. Tujuan Disiplin Belajar Siswa

Disiplin belajar merupakan karakter yang sangat penting dan perlu dibangun terutama bagi peserta didik. Dengan adanya sikap tersebut, akan menjadikan siswa belajar lebih maju, belajar lebih baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin, maka seluruh guru dan staf yang ada di sekolah memberikan contoh dan mmapu bersikap diisplin dengan baik.

Menurut Sylvia Rimm menjelaskan bahwa disiplin bertujuan mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka sangat bergantung kepada disiplin diri. Diharapkan, kelak disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.23

Rachman mengatakan bahwa secara rinci kegunaan atau pentingnya disiplin bagi diri siswa , yaitu:

1) Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang 2) Membantu siswa memahamidan menyesuaikan diri dengan tuntutan

lingkungan

3) Menjauhkan siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah 4) Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar

5) Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.24

23

Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), h. 47

24

(34)

Menurut Anas Salahudin mengatakan bahwa disiplin membutuhkan pengawasan yang transparan dengan tujuan agar menjadikan peserta didik lebih berkualitas, memiliki karakter yang agung, dan penuh dengan pesona diri yang tampil menjadi suri tauladan masyarakat terutama masyarakat modern.25 Sikap disiplin dapat tumbuh dan menjadi karakter yang sangat baik jika dilaksanakan dengan sepenuh hati dan atas dasar kesadaran diri sendiri.

Sebaliknya jika sikap disiplin tidak atas dasar kesadaran diri sendiri dan tidak dengan sepenuh hati maka akan menghasilkan sikap disiplin yang lemah. Disiplin menjadi sikap yang sangat penting bagi seseorang terutama bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Charles Schaefer mengatakan bahawa tujuan kedisiplinann dalam belajar adalah memberikan pola tingkah laku yang benar, juga untuk mengembangkan kontrol dan arah, misalnya berbuat sesuatu tanpa harus diarahkan kepada orang lain (kontrol eksternal).26 Sikap disiplin perlu ditanamkan sejak dini mulai dari hal-hal yang sederhana sehingga peserta didik memiliki keteraturan dan disiplin untuk mempergunakan waktunya secara efisien.

Peserta didik yang sudah terbiasa belajar dengan teratur, baik dalam proses pembelajaran di sekolah maupun kegiatan belajar di rumah akan melatih otaknya untuk selalu bekerja. Sehingga ketajaman otak dan daya pikir meningkat. Sebaliknya peserta didik yang tidak teratur menggunakan waktunya untuk belajar dan bermalas-malasan maka akan menghasilkan otak yang kaku karena jarang dilatih sehingga daya pikirnya menjadi lemah.

Selain itu, disiplin bertujuan untuk kemaslahatan diri sendiri dan orang lain. Jika disiplin dilatih dengan baik dan berkesinambungan, maka akan menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan tersebut menjadi sebuah karakter yang kuat. 4. Strategi Penerapan Disiplin

Disiplin merupakan salah satu karakter yang paling penting yang perlu dibina dan ditegakkan kepada peserta didik. Sehingga dengan adanya karakter disiplin yang kuat akan mampu melahirkan karakter-karakter lain yang lebih baik. Dengan demikian peserta didik menjadi anak yang berkarakter atau berakhlak mulia.

25

Anas Salahudin, Pendidikan Karakter, (Bandung: Pustaka Setia, 2013). h. 244. 26

(35)

Disiplin akan mudah diterapkan jika peserta didik sudah terbiasa dengan rutinitas yang konsisten sepanjang waktu.

Selain itu, guru maupun orang tua bersikap fleksibel artinya mampu membina anak dengan disiplin tanpa mengekangnya dan memberikan kebebasan yang terarah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat kegiatan yang bervariasi dan berdampak baik bagi peserta didik. Membuat jadwal yang sesuai dengan tahap perkembangan psikologinya sehingga anak tidak bosan dan merasa nyaman dengan kondisi tersebut.

Menurut Sylvia Rimm terdapat beberapa strategi yang perlu diterapkan dalam upaya membina karakter disiplin bagi peserta didik. Diantaranya:

(1)Konsisten, orang tua maupun guru harus konsisten dalam menegakkan sikap disiplin kepada peserta didik. Sehingga anak mempercayai dan menaati peraturan yang telah disepakatinya. Konsisten yang dilakukan tidak boleh kaku sehingga menjadikan anak lebih keras dan marah sehingga mereka banyak membangkang dengan peraturan yang ada. (2)Pujian, merupakan bentuk perhatian yang positif. Namun kata-kata

pujian juga memiliki nilai tambah, yakni menunjukkan apa yang diharapkan dari anak dan mengajarkan mereka tentang nilai-nilai yang kita yakini. Oleh karena itu kita harus berhati-hati sehingga tidak menimbulkan sifat kompetitif dan merasa super kepada anak. Untuk memuji anak kita harus mampu memikirkan nilai-nilai yang kita yakini dan persiapkan kata-kata pujian yang realistis, positif, dan merefleksikan nilai-nilai tersebut ssehingga anak melihat harapn guru dan orang tua realistis.

(3)Konsekuensi, misalnya anak yang memulai perkelahian akan menanggung akibat perbuatannya sehingga mendapatkan konsekuensi negatif. Artinya dia akan mendapatkan hukuman atas perbuannya dan harus bertanggung jawab. Selain itu, terdapat konsekuensi positif misalnya, anak yang berpakaian sendiri sebelum ke sekolah merasa lebih baik daripada yang harus dipaksa berpakain setiap pagi.

(4)Aktifitas, hal tersebut merupakan prestasi belajar bagi anak dan larangan melakukan aktifitas sebagai bentuk hukuman. Misalnya,

“setelah selesai makan kudapan, kita akan membaca buku.” Hadiah

aktifitas juga efektif bagi anak-anak usia prasekolah: “ setelah membereskan mainan kita akan makan kudapan.” Kebanyakan orang menggunakan hukuman berupa larangan aktifitas, bukannya menggunakan aktifitas sebagai hadiah atau penghargaan.

(36)

menghindari dalam memberikan hadiah yang berlebih karena akan berdampak buruk.27

Berdasarkan hasil penelitian Reisman dan Payne yang dikutip oleh buku karangan Prof. Dr. H.E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul “Manajemen

Paud” mengemukakan 9 (sembilan) cara untuk membina disiplin sebagai berikut:

(1) Konsep diri (self-Concept) strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersifat empatik, menerima, hangat, dan terbuka sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.

(2) Keterampilan berkomunikasi (Communication Skill): guru harus memilki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik. (3) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (Natural and Logical

Consequences); perilaku-perilaku yang salah terjadi karena pesrta didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnya perilaku-perilaku salah. Untuk itu guru disarankan; a) menunujukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah, sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya.

b) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.

(4) Klarifikasi nilai (Values Clarification); strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

(5) Analisis transaksional (Transactional Analysis); disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah.

(6) Terapi realitas (Reality Therapy); sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan bertanggung jawab.

(7) Disiplin yang terintegrasi (Assertive Dicipline); metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan. Prinsip-prinsip modifikasi perilaku yang sistematik diimplementasikan di kelas, termasuk pemanfaatan papan tulis untuk menuliskan nama-nama peserta didik yang berperilaku menyimpang.

(8) Modifikasi perilaku (Behavior Modification); perilaku salah disebabkan oleh lingkungan, sebagai tindakan remediasi. Sehubungan

27

(37)

dengan hal tersebut, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.

(9) Tantangan bagi disiplin (Dare to Dicipline); guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.28

Sedangkan untuk membina disiplin peserta didik seorang guru disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Berperan sebagai model perilaku yang baik

Guru berfungsi sebagai model yang signifikan untuk para muridnya ketika mereka menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada muridnya dan memecahkan masalah dengan sikap tenang dan terhormat.

2) Memperlihatkan rasa hormat dan perhatian satu sama lain

Guru diharapkan mampu menunjukkan perilaku yang sama terhadap sesama guru, saling menunjukkan sikap sopan dan memperlihatkan perhatian satu sama lain.

3) Secara kontinu menekankan aspek-aspek positif rencana disiplin Pendekatan-pendakatan positif sangat efektif untuk membentuk perilaku yang diharapkan dan menciptakan sebuah lingkungan yang menerima serta mendukung.

4) Minta masukan dan keterlibatan murid

Para murid dan guru harus mengambil kesempatan untuk melibatkan organisasi murid dalam peran kepemimpinan dan manajemen yang sesuai seperti menggunakan organisasai murid, memfasilitasi aktifitas sosial murid dan mengadakan program-program kerja kelompok.29

Selain itu pada buku yang sama dari Geoff Colvin menjelaskan tentang mengajarkan perilaku yang diharapkan pada siswa dengan usia yang lebih muda diantaranya adalah:

a) Jelaskan

Berikan cukup alasan dan tujuan untuk perilaku tertentu. Dorong sebanyak mungkin partisipasi murid dalam mengembangkan dasar alasan perilaku yang diharapkan.

28

H.E. Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosda karya), cet III, h. 86

29

(38)

Memastikan para murid mengerti apa kita minta dari mereka dan mengapa kita memintanya

b) Sebutkan perilaku murid dengan jelas

Dengan jelas sebut perilaku yang diminta kepada murid. Perilaku-perilaku ini harus terpisah-pisah, berseri dan dapat diamati.

c) Praktik

Praktik sangat mendasar untuk mengembangakn kelancaran dalam seluruh bidang keterampilan.

d) Pantau

Berikan murid kesempatan untuk secara bebas menunjukkan perilaku tersebut dalam situasi-situasi nyata. Dengan hati-hati pantau kinerja para murid.

e) Tinjau

Kembangkan sistem untuk meninjau secara periodik kinerja murid dalam perilaku yang diharapkan. Sertakan pengamatan formal perilaku murid untuk menilai berapa banyak murid yang melakukan ekspektasi perilaku, berapa lama hal ini dilakukan, serta masalah perilaku seperti apa yang muncul. 30

Menurut Anas Salahudin mengatakan bahwa pribadi yang jujur dan disiplin dapat terwujud melalui upaya berikut ini: (1) pengetahuan tentang nilai-nilai yang telah terinternalisasi dalam diri sendiri, (2) pola perilakunya sudah menetap, (3) responnya terhadap stimulus selalu sistematis dan metodologis, (4) sikapnya terhadap sesuatu selalu konsisten dan optimis, (5) cara pandangnya dipadu oleh prinsip-prinsip hidup yang bertanggung jawab.31

Dari pendapat di atas, diharapkan guru dapat melaksanakan tugasnya dan dapat mempraktekkan pendapat tersebut dengan baik sehingga pembinaan dan pengembangan karakter disiplin anak dapat berjalan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tercipta iklim belajar yang kondusif, nyaman, dan menyenangkan. Pendekatan-pendekatan tersebut harus dilaksanakan secara komprehensif baik dari pihak sekolah, keluarga, maupun lingkungan masyarakat sehingga mampu mengembangkan karakter peserta didik yang kuat, baik, positif dan konsisten.

30Ibid

., hal. 55 31

(39)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Siswa

Dalam upaya membentuk sikap disiplin belajar siswa, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap disiplin dan hasil belajarnya. Karena disiplin adalah sebuah ketaatan dan kepatuhan serta sikap atau perubahan tingkah laku maka hal tersebut tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Fani Juliana mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi dan yang mendukung disiplin siswa yaitu a) dukungan dari diri sendiri artinya pelaksanaan disiplin ini seperti mengikuti proses pembelajaran dengan baik, dan menjalani aturan-aturan di sekolah dengan baik tanpa menjadikannya sesuatu beban. Dengan adanya kesadaran diri siswa untuk melaksanakan disiplin membuat siswa belajarbertanggung jawab dan menumbuhkan rasa kebersamaan. b) Dukungan dari teman sebaya artinya pelaksanaan disiplin siswa di sekolah sudah baik karena siswa tidak dipengaruhi oleh ajakan cabut oleh teman saat proses pembelajaran berlangsung, tidak takut diolok-olok teman apabila menaati peraturan. Hal ini dapat berjalan baik karena siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga mampu menolak pengaruh-pengaruh negative dari teman sebaya. c) Dukungan dari Lingkungan. Artinya faktor-faktor yang mendukung disiplin siswa dari lingkungan sangat baik sehingga siswa terbiasa belajar teratur baik di rumah maupun di sekolah . Siswa tersebut akan terlatih terus untuk belajar mandiri, tertib dan bertanggung jawab dalam kegiatan belajarnya.32

Selain itu, Slameto mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar siswa yaitu

a) Faktor-faktor intern meliputi faktor jasmani, faktor psikologi dan kelelahan. Faktor jasmani diantaranya faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensia, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Faktor kelelahan misalnya pengaturan jam yidur, istirahat, olahraga yang teratur dan variasi dalam belajar.

b) Faktor-faktor ekstern meliputi, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga misalnya cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Selanjutnya faktor sekolah meliputi, metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, gedung sekolah, metode mengajar, standar pelajaran di atas ukuran dan tugas rumah. Faktor masyarakat meliputi, kegiatan siswa dalam

32

(40)

masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.33

Disiplin tidak muncul dengan sendirinya melainkan membutuhkan waktu untuk latihan, pembiasaan, kesadaran diri, dan selalu dikembangkan secara optimal. Disiplin perlu dilatih sejak dini mulai dari lingkungan terdekat yakni keluarga, sekolah dan lingkungan teman sebaya. Disiplin dapat diterapkan dengan melaksanakan hal-hal yang sederhana secara konsisten seperti kebiasaan bangun pagi, sarapan pagi, belajar, sholat, jam tidur, dan berangkat sekolah harus dilaksanakan dengan tepat waktu. Sehingga dengan adanya kedisiplinan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari menjadi kebutuhan dan tanggung jawab bagi individu.

Selain itu menurut Hurlock, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cara mendisiplin diantaranya:

a. Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua.

Bila orang tua dan guru merasa bahwa orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, mereka menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuhan mereka.

b. Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok.

Semua orang tua dan guru, tetapi terutama mereka yang muda dan tidak berpengalaman, lebih dipengaruhi oleh apa yang oleh anggota kelompok mereka dianggap cara sebagai yang “terbaik” daripada oleh sendirian mereka sendiri mengenai apa yang terbaik.

c. Usia orang tua atau guru.

Usia orang tua dan guru yang muda cenderung lebih demokratis dan permisif dibandingkan dengan mereka yang lebih tua. Mereka cenderung mengurangi kendali tatkala anak menjelang remaja.

d. Pendidikan untuk menjadi orang tua dan guru.

Orang tua yang telah mendapat kursus dalam mengasuh anak dan lebih mengerti anak dan kebutuhannya lebih menggunakan teknik demokratis dibandingkan orang tua yang tidak mendapat pelatihan demikian. e. Jenis kelamin

Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya dibandingkan pria, dan mereka cenderung kurang otoriter.

f. Status sosio ekonomi

Orang tua dan guru kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, memaksa, dan kurang toleran dibandingkan mereka kelas atas, tetapi

33

(41)

mereka lebih konsisten. Semakin berpendidikan, semakin mereka menyukai disiplin demokratis.

g. Konsep mengenai peran orang dewasa

Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah mneganut konsep yang lebih modern. guru yang yakin bahwa harus ada tata cara yang kaku dalam kelas lebih banyak menggunakan disiplin otoriter dibandingkan guru yang mempunyai konsep mengajar yang demokratis.

h. Usia anak

Disiplin otoriter jauh lebih umum digunakan untuk anak kecil daripada untuk mereka yang lebih besar. Adapun teknik yang disukai, kebanyakan mereka merasa bahwa anak kecil tidak dapat mengerti penjelasan, sehingga mereka memusatkan perhatian mereka pada pengendalian otoriter.

i. Situasi

Ketakutan dan kecemasan biasanya tidak diganjar hukuman, sedangkan sikap menentang, negativisme dan agresi kemungkinan lebih mendorong pengendalian yang otoriter.34

Menurut Syarif Hidayat terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan yaitu (1) kesadaran; (2) keteladanan, dan (3) penegakan aturan. Kesadaran merupakan faktor utama dalam tegaknya disiplin. Sedangkan keteladanan dan penegakan peraturan tidak akan mampu bertahan bila tidak dilandasi dengan kesadaran yang tumbuh dalam diri seseorang. 35

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin membutuhkan berbagai faktor yang mampu membina dan menegakkannya. keluarga, sekolah dan masyarakat sangat berpengaruh dalam membangun sikap disiplin peserta didik. Keteladanan yang baik akan termanifestasi melalui sikap dan perilaku peserta didik. Pembiasaan yang baik juga dapat dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan, serta orang tua maupun dari pihak sekolah harus sejalan dan memilki visi dan misi bersama dalam upaya peningkatan sikap disiplin peserta didik.

34

Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 95 35

(42)

6. Fungsi Disiplin Belajar di dalam Kelas

Disiplin memiliki banyak fungsi. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Disiplin sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga akan tercipta kehidupan yang penuh ketertiban dan keteraturan. Oleh karena itu, disiplin menjadi perhatian utama dalam pengembangan karakter peserta didik terutama dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa yang disiplin terhadap peraturan sekolah, akan merasakan dampaknya baik melalui hasil belajarnya maupun sikapnya dalam kehidupan sehari-hari.

Sesuai dengan fungsi disiplin belajar di dalam kelas, Singgih Gunarsa mengatakan bahwa fungsi utama disiplin adalah untuk mengajarkan bagaimana mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas atau peraturan yang ada. Pemberian sanksi terhadap mereka yang telah melakukan pelanggaran harus ditetapkan berdasarkan dan atau sesuai dengan peraturan yang berlaku.36

Menurut Elizabeth Hurlock, terdapat Fungsi yang bermanfaat yaitu,

(a) Untuk mengajar anak bahwa perilaku tertentu selalu akan diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian. (b) untuk mengajar anak suatu tingkatan penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan. (c) untuk membantu anak mnegendalikan diri dan pengarahan diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka. Sedangkan fungsi yang tidak bermanfaat yaitu (a) untuk menakut-nakuti anak, (b) sebagai pelampiasan agresi orang yang mendisiplin.37

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sikap disiplin, maka akan tercipta lingkungan yang kondusif, membangun kepribadian yang kuat sebagai manifestasi masa depan, dan mampu bertanggung jawab dengan baik terhadap perbuatan yang dilakukan. Selain itu, mereka menyadari akan pentingnya kedisiplinan dan manfaatnya baik untuk dirinya sendiri maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

36

Syarif Hidayat, Pengaruh Kerjasama Guru dan Orang Tua Terhadap Disiplin Peserta Didik di SMPN Jagakarsa Jakarta Selatan, (Jurnal Ilmiah Widya, Agustus 2013). h. 98

37

(43)

B. Hakikat Reward dalam Pendidikan 1. Pengertian Reward

Reward adalah kata serapan dari bahasa inggris “reward”. Reward adalah sesuatu yang diberikan untuk memberikan semangat atas suatu pekerjaan, pelayanan. John W. Santrock mendefinisikan bahwa reward adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Santrock memberikan istilah yang berbeda dengan rewardnya yakni

reinforcement, namun memiliki kesamaan makna. Maksud dari definisi Santrock tersebut adalah bahwa suatu perilaku pasti akan kembali terjadi dengan cara memberikan konsekuensi positif atau ganjaran yang dapat meningkatkan peluang motif perilaku tersebut sebelum diberikannya ganjaran.38

Reward dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi belajar anak dan mampu membina serta mengembangkan disiplin peserta didik. Reward dan

punishment yang diberikan harus bersifat efektif, sesuai dengan perilakunya. Alifus Sabri mengatakan bahwa reward adalah alat pendidikan yang diberikan kepada anak-anak yang menunjukkan prestasi atau hasil pendidikan yang baik, baik dari segi prestasi kepribadiannya yang meliputi kelakuannya, kerajinannya, maupun dalam prestasi belajarnya.39

Sedangkan reward yang diberikan bermacam-macam dan tidak selamanya berbentuk materi. Reward dapat diberikan berupa pujian, sanjungan, tepuk tangan, dan kata-kata positif. Hal ini sangat penting karena ucapan yang baik dan positif mampu mempengaruhi kondisi psikologis peserta didik. Kata-kata tersebut menyejukkan hatinya, dan mendorong mereka untuk percaya diri, optimis, dan semangat baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran.

2. Syarat-syarat Reward

Reward dapat diberikan oleh guru kepada peserta didik dengan tujuan untuk mengapresiasi atas sikap dan perilaku baiknya serta kemampuan baik akademis maupun nonakademis. Ganjaran atau reward merupakan salah satu alat pendidikan yang berfungsi untuk mendidik anak supaya anak dapat merasa senang

38

John W. Santrock, Alih Bahasa Tri Wibowo, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2008), Cet 2. H. 272-273

39

(44)

karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Namun seorang pendidik harus mengetahui bagaiamana memberikan reward atau ganjaran yang tepat terhadap peserta didiknya dengan tujuan agar anak menjadi lebih giat dalam usaha untuk memperbaiki prestasi yang telah dicapainya. Jadi dengan adanya reward ini bukanlah hasil yang telah dicapai oleh peserta didik, namun bertujuan untuk mendidik mereka membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras dari anak tersebut.

Terdapat beberapa syarat yang harus diperhatiakn oleh pendidik dalam memberikan reward Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul

Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis terdapat beberapa pedoman dalam memberikan reward yang perlu diperhatikan oleh pendidik:

1) Untuk memberikan reward yang pedagogis perlu sekali guru mengenal betul-betul muridnya dan tahu menghargai dengan tepat. Ganjaran dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tak diinginkan

2) Ganjaran yang diberikan kepada anak janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik tetapi tidak mendapat ganjaran.

3) Memberi ganjaran hendaklah hemat. Terlalu sering atau terus menerus memberi ganjaran dan penghargaan akan menjadi hilang arti ganjaran itu sebagai alat pendidikan.

4) Janganlah memberi ganjaran dengan menjanjikan lebih dahulu sebelum anak menunjukkan prestasi kerjanya. Ganjaran yang telah diberikan terlebih dahulu akan memberikan anak-anak berburu-buru dalam bekerja dan akan memberikan kesukaran-kesukaran bagi beberapa orang anak yang kurang pandai.

5) Pendidik harus berhati-hati memberikan ganjaran, jangan sampai ganjaran yang diberikan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukannya.40

Selain itu, menurut Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul

Pendidikan

Gambar

Tabel 4.14  Hasil Observasi Guru Siklus II
Diagram Rata-rata Persentase aktifitas siswa siklus 1 dan II  Berdasarkan  hasil  skor  pada  lembar  observasi  siswa  yang  terlihat  pada  diagram  4.18  menunjukkan  bahwa  persentasi  jumlah  rata-rata  aktifitas siswa pada siklus 1 berada pada katego

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian menunjukkan bahwa valuasi ekonomi sumber daya genetik padi penting untuk dilakukan supaya dapat menjadi acuan bagi para pemulia padi dalam merakit varietas

Untuk pengukuran variabel daya tanggap digunakan pendapat responden mengenai daya tanggap mempengaruhi pelanggan dalam mendapatkan rasa kepuasan terhadap perusahaan. Untuk

• Override : menambahkan link atau sifat yang sama dengan objek induk pada node, tapi. dengan value atau karakteristik yang berbeda dengan value atau karakteristik yang berbeda

Dengan demikian, motivasi intrinsik/keberkahan menjadi indikator dari variabel motivasi pendidik Hal ini berhubungan dengan fakta yang ada di lapangan bahwa dosen

Pada tahap implementasi Aplikasi Barbershop Berbasis Android, ditentukan batasan agar sesuai dengan hasil analisis dan perancangan perangkat lunak yang akan

Hasil analisis transien dengan insersi reaktivitas 28,2 pcm/s menunjukkan bahwa temperatur elemen bakar, kolongsong dan pendingin masih jauh dari batas operasi, artinya

Fenomena anak jalanan dengan beragam permasalahannya tersebut, tidak bisa menghindarkan dari konflik batin yang kerap kali mereka alami, karena pada dasarnya apa

Dari penelitian dapat di ketahui bahwa untuk saat perusahaan masih bersaing di dalam samudra merah ( red ocean strategy ) dengan menerapkan Focus differentiation strategy