• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Pelayanan dan Kepuasan (Studi korelasional Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan USU terhadap Kepuasan Mahasiswa USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Komunikasi Pelayanan dan Kepuasan (Studi korelasional Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan USU terhadap Kepuasan Mahasiswa USU)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI PELAYANAN DAN KEPUASAN

KONSUMEN

(Studi

Korelasional

Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai

Perpustakaan USU terhadap Kepuasan Mahasiswa USU)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

LARASATI HARAHAP

110904042

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATEA UTARA

(2)

Lembar Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Larasati Harahap

NIM : 110904042

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Strategi Komunikasi Pelayanan dan Kepuasan

(Studi korelasional Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan USU terhadap Kepuasan Mahasiswa USU)

Medan, Maret 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Dewi Kurniawati, M.Si. Dra. Fatma Wardy Lubis, MA

NIP. 196505241989032001 NIP. 196208281987012001

Dekan FISIP

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

NIP. 196805251992031002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Larasati Harahap

Nim : 110904042

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : STRATEGI KOMUNIKASI PELAYANAN DAN KEPUASAN

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji :

Penguji :

Penguji Utama :

Ditetapkan di : Medan

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang di kutip

maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika

dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Larasati Harahap

NIM : 110904042

Tanda Tangan :

Tanggal :

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat

rahmat dan kuasa-Nya yang telah dilimpahkan kepada peneliti sehingga dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi gelar kesarjanaan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menyadari banyak dukungan serta

bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak, khususnya kepada

kedua orang tua terkasih, Zulkifli Harahap dan Hariyani atas segala kasih sayang,

perhatian, cinta kasih, doa serta dukungan yang terus mengalir tanpa henti

sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula

dukungan dari kakanda Kartika Sari Harahap atas dukungan dan semangatnya.

Serta dukungan dari teman-teman tercinta yang telah memberikan masukan,

semangat dan dukungan tanpa henti.

Dalam kesempatan ini, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan FISIP USU Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

2. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Dra. Fatma Wardy Lubis, MA

3. Dosen Pembimbing, Dra. Dewi Kurniawati, M.Si.. Terimakasih atas saran,

masukan, semangat, yang terus diberikan setiap bimbingan.

4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bekal

pengetahuan selama masa perkuliahan berlangsung.

5. Teman, sahabat, kekasih yang selalu membantu, memberikan semangat,

perhatian, kasih sayang dan juga mengingatkan akan deadline, Indra

Parlaungan Lubis ST.

6. Sahabat KESEPULUHAN, Tania Suri W, Tamara Situmorang, Tetty

Mutya, Adin Lubis, Elvira Lubis, Ririen Putri, Hani Amirah, Deby

Aqmarina, Nurul Rezeqiah, Dila Nst, Mhd Zahrawi terimakasih untuk

(6)

lainnya yang telah menemani dari awal perkuliahan sampai penulisan

skripsi.

7. Sahabat dan saudara peneliti Annisa Putri Utami, Friska Putri, dan Harry

Pratama yang senantiasa ikut membantu peneliti dalam menyelesaikan

penelitian ini.

8. Mahasiswa USU 2012 yang telah menjadi responden peneliti.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini belum mencapai

kesempurnaan, maka dari itu dengan segala kerendahan hati, peneliti sangat

mengharapkan kritik dan saran guna membangun penyempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Maret

2015

(7)

Larasati Harahap

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Larasati Harahap

NIM : 110904042

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumatera Utara

Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty – Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul Blog dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional tentang fasilitas Blog di Internet terhadap tingkat Keterbukaan Diri pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2013 FISIP USU). Dengan Hak Bebas Royalty Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di: Medan

Pada Tanggal: Maret 2015

(8)

(Larasati Harahap)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Strategi Komunikasi Pelayanan dan Kepuasan Konsumen (Studi Korelasional Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan USU terhadap Kepuasan Mahasiswa USU). Strategi komunikasi merupakan hal yang harus diperhatikan oleh organisasi atau perusahaan jasa pelayanan. Strategi komunikasi adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi pelayanan pegawai perpustakaan terhadap kepuasan mahasiswa USU. Teori pendukung yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, Komunikasi Antar Pribadi, Teori Keterbukaan Diri (Selfdisclosure), Strategi Komunikasi, Kualitas Pelayanan, Kepuasan Pelanggan, dan Perpustakaan. Penelitian ini menggunakan metode korelasional kuantitatif yang bertujuan mengukur hubungan strategi komunikasi pelayanan dan kepuasaan pengguna. Sampel pada penelitian ini sebanyak 96 responden. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dari Fakultas Pertanian, Fakultas Matematika dan IPA, Fakultas FISIP, dan Fakultas Ekonomi. Teknik penarikan sampel dengan menggunakan Cluster Sampling, Purposive Sampling dan Accidental Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan analisis tabel tunggal, tabel silang, dan uji hipotesis dengan rumus Koefisien Korelasi oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 19. Dari hasil penelitian ini diperoleh r sebesar 0,701 menunjukkan bahwa hubungan yang cukup berarti, artinya terdapat pengaruh antara Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan terhadap Kepuasan Mahasiswa USU. Karena dapat dilihat pada penelitian ini, dengan adanya strategi komunikasi pelayanan yang baik dari pegawai perpustakaan membuat pengguna merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pegawai perpustakaan.

(9)

ABSTRACT

The title of this research is Communication strategies of services an Satisfaction of consument (Corelational Study of Communication Strategies of Services by USU Librarian and Satisfaction of USU Students). Communication Strategy is the thing that have to b e noticed by the organization or services company. Communication strategies is about planning and management to seize the goal. The communication strategies have to show how the operational can be done practically, that the approach can be different based on the situation and the condition. This research is to know the communication strategies of services that made by USU Librarian and the satisfaction of USU Student. The support theory that used in this research is, Interpersonal Communication, Self Disclosure theory, Communication Strategies, Services Quality, Satisfaction of Consument, and Library. This research using Corelational Quantitative method to see the relation between Communicaton Strategies of Services and Satisfaction of User. The samples on this research as much 96 respondents. The populate of this research are students of Agricultural Faculty, Students of Mathematic and Science Faculty, Social and Political Faculty, and Economic Faculty. Using Cluster Sampling, Purposive Sampling and Accidental Sampling as the absorbed sample thecnique. Using questionaire as the Collecting Data thecnique, in analyzing the data this research used single table, crossing table and examinate hipotation with the formula of Corelational Coefisien by Spearman, with the application of Statistical Product and System Solution (SPSS) 19. In the result of this research there is r as 0,71 that shows how there is such relation , an impact of Communication Strategies of Services USU Librarian and Satisfaction of USU Students. As can be seen in this study, with the communication strategy good service from the employees of the library makes the user feel satisfied of the service provided by the library staff.

Keywords: Communication Strategies, Services, Satisfaction

 

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENYATAAN ORISINALITAS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 ... L atar Belakang Masalah ... 1

1.2 ... P embatasan Masalah ... 7

1.3 ... P erumusan Masalah ... 7

1.4 ... T ujuan Penelitian ... 7

1.5 ... M anfaat Penelitian ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori ... 9

2.1.1 Komunikasi & Komunikasi Interpersonal ... 8

2.1.2 Pengungkapan Diri (Self Disclosure) ... 13

2.1.3 Strategi Komunikasi ... 15

2.1.4 Kualitas Pelayanan ... 17

2.1.5 Prinsip Kualitas Pelayanan ... 19

2.1.6 Kepuasan Pelanggan ... 19

2.1.7 Perpustakaan di Perguruan Tinggi ... 22

2.2 ... K erangka Konsep ... 25

(11)

2.3 ... V

ariabel Penelitian ... 26

2.4 ... D efinisi Operasional ... 26

2.5 ... H ipotesis ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 ... M etode Penelitian ... 29

3.2 ... L okasi Penelitian ... 29

3.2.1 Sejarah Universitas Sumatera Utara... 29

3.3 ... P opulasi ... 31

3.4 ... S ampel ... 32

3.5 ... T eknik Penarikan Sampel ... 33

3.6 ... T eknik Pengumpulan Data ... 33

3.6.1 Metode Angket (Kuesioner) ... 34

3.6.2 Metode Observasi ... 36

3.6.3 Penelitian Kepustakaan ... 36

3.7 Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ... P elaksanaan dan Pengumpulan Data ... 39

4.1.1 Langkah-Langkah Pengumpulan Data ... 39

4.2 ... P roses Pengolahan Data ... 39

4.3 ... A nalisis Tabel Tunggal ... 40

4.4 ... A nalisis Tabel Silang ... 67

4.5 ... U ji Hipotesis ... 74

4.6 ... P embahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 ... K esimpulan ... 79

5.2 ... S aran ... 80

(12)

5.2.2 Saran dalam kaitan akademis ... 80 5.2.3 Saran dalam kaitan praktisi ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Operasional Variabel ... 26

2. Pimpinan Universitas ... 31

3 Jumlah Populasi ... 32

4. Jumlah Sampel ... 33

5. Pegawai Melayani dengan Cepat dan Tepat ... 41

6 Pegawai Konsisten Bersikap Ramah Saat Melayani ... 42

7 Pegawai Menggunakan Bahasa yang Sopan ... 43

8 Pegawai Terlihat Senang Ketika Menjawab Pertanyaan ... 44

9 Pegawai Memiliki Kesiapan ... 45

10 Pegawai Menyediakan Layanan Tepat Waktu ... 46

11 Perpustakaan Memiliki Sarana yang Menarik ... 47

12 Perpustakaan Menyediakan Data Akurat ... 48

13 Pegawai Perpustakaan Bertanggung Jawab ... 49

14 Pegawai Memberikan Kepercayaan Kepada Pengguna ... 50

15 Pegawai Harus Memiliki Pengetahuan tentang Kepustakaan ... 51

16 Pegawai Mampu Memberi Informasi Secara Cepat... 52

17 Pegawai Memiliki Penampilan Rapi dan Profesional ... 53

18 Pengguna Merasa Nyaman dengan Sikap Baik Pegawai ... 54

19 Informasi Pegawai Sesuai dengan Harapan Pengguna ... 55

20 Sikap Baik Pegawai Membuat Pengguna Sering Berkunjung ... 56

21 Ruangan Bersih dan Tenang Membuat Pengguna Nyaman ... 57

22 Fasilitas yang Modern Mempermudah Pengguna ... 58

23 Pengguna Merasa Aman Menyimpan Barang Pribadi ... 59

24 Pengguna Merasa Puas dengan Jawaban Pegawai ... 60

(14)

26 Peraturan Perpustakaan Tidak Memberatkan Pengguna ... 62

27 Tata Letak Buku yang Rapi Mempermudah Pengguna ... 63

28 Pengguna Merasa Nyaman Ketika Pegawai memberikan Kepercayaan ... 64

29 Jam Pelayanan Sesuai dengan Ketentuan Perpustakaan ... 65

30 Pengguna Puas dengan Pelayanan Pegawai ... 66

31 Pegawai memberi informais secara cepat dan pengguna merasa puas dengan jawaban pegawai ... 68

32 Pegawai bertanggung jawab jika ada kehilangan barang dan pengguna merasa aman menyimpan barang ... 70

33 Pegawai melayani dengan cepat dan tepat dan pengguna puas dengan pelayanan pegawai perpustakaan... 72

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabel Fortran Cobol 2. Kuesioner

3. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 4. Biodata

(16)

(Larasati Harahap)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Strategi Komunikasi Pelayanan dan Kepuasan Konsumen (Studi Korelasional Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan USU terhadap Kepuasan Mahasiswa USU). Strategi komunikasi merupakan hal yang harus diperhatikan oleh organisasi atau perusahaan jasa pelayanan. Strategi komunikasi adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi pelayanan pegawai perpustakaan terhadap kepuasan mahasiswa USU. Teori pendukung yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, Komunikasi Antar Pribadi, Teori Keterbukaan Diri (Selfdisclosure), Strategi Komunikasi, Kualitas Pelayanan, Kepuasan Pelanggan, dan Perpustakaan. Penelitian ini menggunakan metode korelasional kuantitatif yang bertujuan mengukur hubungan strategi komunikasi pelayanan dan kepuasaan pengguna. Sampel pada penelitian ini sebanyak 96 responden. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dari Fakultas Pertanian, Fakultas Matematika dan IPA, Fakultas FISIP, dan Fakultas Ekonomi. Teknik penarikan sampel dengan menggunakan Cluster Sampling, Purposive Sampling dan Accidental Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan analisis tabel tunggal, tabel silang, dan uji hipotesis dengan rumus Koefisien Korelasi oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 19. Dari hasil penelitian ini diperoleh r sebesar 0,701 menunjukkan bahwa hubungan yang cukup berarti, artinya terdapat pengaruh antara Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan terhadap Kepuasan Mahasiswa USU. Karena dapat dilihat pada penelitian ini, dengan adanya strategi komunikasi pelayanan yang baik dari pegawai perpustakaan membuat pengguna merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pegawai perpustakaan.

(17)

ABSTRACT

The title of this research is Communication strategies of services an Satisfaction of consument (Corelational Study of Communication Strategies of Services by USU Librarian and Satisfaction of USU Students). Communication Strategy is the thing that have to b e noticed by the organization or services company. Communication strategies is about planning and management to seize the goal. The communication strategies have to show how the operational can be done practically, that the approach can be different based on the situation and the condition. This research is to know the communication strategies of services that made by USU Librarian and the satisfaction of USU Student. The support theory that used in this research is, Interpersonal Communication, Self Disclosure theory, Communication Strategies, Services Quality, Satisfaction of Consument, and Library. This research using Corelational Quantitative method to see the relation between Communicaton Strategies of Services and Satisfaction of User. The samples on this research as much 96 respondents. The populate of this research are students of Agricultural Faculty, Students of Mathematic and Science Faculty, Social and Political Faculty, and Economic Faculty. Using Cluster Sampling, Purposive Sampling and Accidental Sampling as the absorbed sample thecnique. Using questionaire as the Collecting Data thecnique, in analyzing the data this research used single table, crossing table and examinate hipotation with the formula of Corelational Coefisien by Spearman, with the application of Statistical Product and System Solution (SPSS) 19. In the result of this research there is r as 0,71 that shows how there is such relation , an impact of Communication Strategies of Services USU Librarian and Satisfaction of USU Students. As can be seen in this study, with the communication strategy good service from the employees of the library makes the user feel satisfied of the service provided by the library staff.

Keywords: Communication Strategies, Services, Satisfaction

 

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial, artinya keberadaan manusia sangat

bergantung kepada individu-individu lain yang berada disekitarnya, hal ini

terbukti dengan adanya masyarakat yang merupakan tempat manusia melakukan

aktivitas kehidupan dengan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, yang

dalam perspektif sosiologi disebut dengan interaksi sosial.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata

Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama

di sini maksudnya adalah sama makna. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi

adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas

penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan oleh seseorang (komunikator) keepada orang lain (komunikan). Pikiran

bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari

benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, dan

sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Kegagalan dalam komunikasi dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi

sebuah organisasi. Dalam hal ini seorang karyawan sebuah perusahaan atau

organisasi harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang jelas dan menghindari

pemakaian istilah apabila dimungkinkan. Komunikasi yang mendorong atasan dan

karyawan untuk mengembangkan nilai dan kepercayaan bersama adalah suatu

komponen yang diperlukan untuk keberhasilan suatu oerganisasi.

Strategi komunikasi merupakan hal yang harus diperhatikan oleh organisasi

atau perusahaan jasa pelayanan. Strategi komunikasi adalah perencanaan

(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Strategi

komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara

praktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda

(19)

Contoh salah satu organiasi atau perusahaan jasa pelayanan adalah

perpustakaan. Perpusatakaan berasal dari kata dasar pustaka. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, pustaka artinya kitab, buku (Depdikbud: 1980). Dalam

bahas Inggris dikenal dengan library. Istilah ini berasal dari kata librer atau libri,

yang artinya buku (Sulistyo basuki: 1991,3).

Perpustakan itu sendiri yang kita ketahui adalah sebuah ruangan, bagian

sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan

buku terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk

digunakan pembaca, bukan untuk dijual.

Perpustakaan adalah tempat mengumpulkan, menyimpan, mengolah dan

memelihara bahan pustaka baik tercetak maupun non cetak yang dikelola dan

diatur untuk digunakan oleh pengguna perpustakaan sebagai sumber informasi,

studi, dan rekreasi.

Perpustakaan sebagai pusat sumber daya informasi menjadi tulang punggung

gerak majunya suatu institusi terutama institusi pendidikan, dimana tuntutan untuk

adaptasi terhadap perkembangan informasi sangat tinggi. Hal ini dikarenakan

pengguna (user) dominan dari kalangan akademisi yang kebutuhannya akan

informasi begitu kuat, sehingga mau tidak mau perpustakaan harus pula berfikir

untuk berupaya mengembangkan diri guna memenuhi kebutuhan pengguna (user).

Perpustakaan telah menemukan jati dirinya sebagai tempat perubahan (agent

of change), tempat dimana berbagai informasi disimpan, dan tempat dimana

embrio intelektual diciptakan. Betapa tidak, dulu perpustakaan yang dianggap

sebagai tempat buku saja, kini berkembang menjadi pusat sumber daya informasi.

Artinya, perpustakaan tidak semata menjadi tempat menyimpan buku semata,

melainkan menjadi tempat dimana pengguna (user) mampu menciptakan lagi

sesuatu yang mampu dibaca dan digunakan oranglain.

Perpustakaan yang cukup besar dan baik selalu memiliki bagian yang

bertanggung jawab terhadap pelayanan informasi, bahkan bagian ini sering

dijadikan bagian formal yang masuk ke dalam struktur organisasinya.

Eastbrook dalam Yusup menggambarkan model pelayanan informasi ini

dengan mengibaratkan bahwa pustakawan diibaratkan sebagai operator telepon

(20)

pemanggilnya. Sedangkan masyarakat pengguna diibaratkan sebagai pemanggil

yang mencoba memperoleh kemungkinan terbaik yang dihubungkan dengan

lingkungan item informasi secara khusus. (Yusup:358)

Pegawai perpustakaan harus memiliki kemampuan berkomunikasi.

Kemampuan berkomunikasi sangatlah penting dalam pengembangan

perpustakaan terutama dalam pelayanannya. Maka, sangat diperlukan peningkatan

kamampuan berkomunikasi kepada pegawai perpustakaan. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan adalah komunikasi efektif. Kemampuan berkomunikasi secara

efektif dan efisien juga harus dimiliki oleh pegawai perpustakaan. Berkomunikasi

dengan pengguna perpustakaan melibatkan interaksi sosial yang kompleks, baik

verbal maupun nonverbal. Misalnya kemampuan mengkomunikasikan bagaimana

menelusuri informasi dengan menggunakan program komputer, bisa menemukan

lokasi buku yang ada di perpustakaan dengan cepat dan tepat.

Pegawai perpustakaan juga harus memiliki kemampuan mendengarkan,

peningkatan komunikasi dengan pengguna perpustakaan, peningkatan komunikasi

nonverbal dan melakukan simulasi kemampuan berkomunikasi perpustakaan

(Nursalam:1996). Pegawai harus memiliki kemampuan mendengarkan untuk

memahami perasaan, keinginan dan aspirasi orang lain, baik untuk hubungan ke

dalam (komunikasi antar pegawai) maupun ke luar (komunikasi dengan pengguna

perpustakaan). Salah satu syarat pustakawan mempunyai kemampuan

mendengarkan yaitu mampu mengungkapkan keinginan pengguna, terutama

dalam pelayanan referensi dan penelusuran informasi.

Bahasa nonverbal juga harus diperhatikan saat berinteraksi. Diantara bahasa

nonverbal atau bahasa isyarat adalah pandangan mata, senyum dan anggukan

kepala dapat membuat komunikasi menjadi lebih baik. Percakapan juga lebih

terasa lebih akrab dan bermakna apabila dalam berkomunikasi saling bertatap

muka. Dalam pengembangan bahasa nonverbal juga sering terjadi masalah.

Pandangan mata dan senyum yang berlebihan akan mengundang anggapan yang

kurang baik dalam berkomunikasi.

Dalam memberikan pelayanannya perpustakaan juga mengutamakan

kepentingan pengguna, dengan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan

(21)

dengan baik. Adapun fungsi perpustakaan adalah khazanah penyimpan karya

manusia, sumber informasi, fungsi rekreasi, fungsi pendidikan, fungsi budaya,

fungsi penelitian dan fungsi pengambilan keputusan (Zen dan

Hermawan,2006:24).

Tugas dari perpustakaan adalah memberikan layanan secara optimal. Maka

dari itu keberhasilan pelayanan merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh

perpustakaan. Dengan demikian perpustakaan harus menyediakan fasilitas sebaik

mungkin, seperti koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai, pegawai

perpustakaan yang ramah, pelayanan yang cepat dan tepat sehingga para

pengguna perpustakaan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh

perpustakaan.

Informasi adalah salah satu hal yang dicari oleh pengguna perpstakaan.

Datangnya para pengguna untuk mencari informasi harus didukung oleh

perpustakaan, pemenuhan kebutuhan pengguna berpengaruh terhadap perilaku

pengguna perpustakaan tersebut. Koleksi yang berkualitas dan lengkap, sistem

pengelolaan informasi yang baik, prosedur pelayanan yang mudah dipahami, hak dan

kewajiban pengguna dan pemberian informasi yang jelas, kenyamanan dan

ketersediaan koleksi merupakan aset yang besar dalam memberikan kepuasan kepada

pengguna.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat di

lingkungan lembaga pendidikan tinggi seperti, universitas, institute, sekolah

tinggi, akademi, dan lembaga perguruan tinggi lainnya. Perpustakaan perguruan

tinggi berfungsi sebagai darana yang akan menunjang proses perkuliahan dan

penelitian di perguruan tinggi tersebut. (Zen dan Hermawan, 2006:33).

Perpustakaan perguruan tinggi salah satunya adalah perpustakaan Universitas

USU. Perpustakaan USU didirikan pada tahun 1970. Kemudian perpustakaan

USU menjadi perpustakaan sentral dengan bergabungnya sejumlah perpustakaan

fakultas. Dan perpustakaan USU mulai menggunakan gedung baru yang

diresmikan pada tanggal 2 November 1987 oleh Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan. Bila ditelusuri kembali sejarah USU, perpustakaan pertama sekali

yang didirikan di lingkungan USU adalah perpustakaan fakultas kedokteran

(22)

itu USU masih merupakan sebuah yayasan yang kemudian diserahkan kepada

pemerintah serta diresmikan sebagai Perguruan tinggi Negeri ke tujuh di

Indonesia pada tanggal 20 November 1957. Perpustakaan USU menempati sebuah

gedung berlantai empat dengan luas sekitar 6.090 m yang terletak di

tengah-tengah kampus.

Perpustakaan sebagai fasilitas penunjang utama program Tridharma memiliki

peran yang besar dalam mendukung misi dan tujuan USU sebagai pusat

pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas, pusat pendidikan

yang mampu bersaing secara global dan mampu mengembangkan diri sesuai

dengan kebutuhan lingkungan kerja, penelitian yang mampu mengembangkan

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta sebagai pusat konsultasi dan rujukan

bagi usaha/industri.

Berkaitan dengan itu, perpustakaan terus berupaya untuk menyelaraskan perannya

dalam mengikuti dinamika perkembangan USU. (library.usu.ac.id).

Visi dan Misi perpustakaan USU antara lain :

1. Visi : “Menjadi suatu perpustakaan pendidikan tinggi terkemuka dalam

pelayanan terhadap sivitas akademikanya”.

2. Misi : “Menyediakan akses terhadap informasi dan layanan informasi

secara tepat waktu, tepat guna dan efektif untuk mendukung fungsi

Tridharma Universitas Sumatera Utara melalui pengadaan dan penyediaan

bahan pustaka serta membantu mahasiswa dan dosen, sehingga menjadi

terampil dalam menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan

mereka.”

Perpustakaan perguruan tinggi adalah organ pusat dari suatu perguruan tinggi.

Sebagai suatu pusat informasi, perpustakaan memperoleh tempat utama dan

sentral karena perpustakaan melayani semua fungsi perguruan tinggi induknya

yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Perpustakaan menyediakan pelayanan yang bersifat fundamental dan mutlak.

Pelayanan yang diberikan akan mempengaruhi keseluruhan program perguruan

tinggi, dan tanpa itu berarti penundaan berfungsinya perguruan tinggi sebagai

(23)

Metode perkuliahan sekarang telah bergeser dari pola lama “kuliah dan buku

teks” ke suatu metode pengajaran yang menekankan lebih banyak pada “tutorial

dan belajar mandiri” yang menyebabkan kebutuhan yang lebih besar terhadap

pelayanan perpustakaan. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pustakawan

perguruan tinggi harus mampu menerjemahkan kebutuhan perguruan tinggi

induknya ke dalam kenyataan operasional.

Transfer informasi yang efektif sangat tergantung pada kualitas staf

perpustakaan. Karena kompleksnya perpustakaan perguruan tinggi diperlukan

untuk menunjuk staf professional dengan kualifikasi tertentu yang akan

bertanggung jawab atas berbagai jenis pelayanan perpustakaan. Salah satu hal

yang terpenting dalam pelayanan perpustakaan adalah menekan sekecil mungkin

ketidaknyamanan pengguna dalam menggunakan koleksi perpustakaan.

Peningkatan mutu pelayanan menjadi upaya yang seharusnya dilakukan secara

berkelanjutan (Siregar,2004:113).

Dari observasi atau pengamatan peneliti dapat terlihat ada sebagian pegawai

perpustakaan tidak menjalankan salah satu kewajiban seorang pustakawan kepada

masyarakat yaitu “Pustakawan melaksanakan pelayanan perpustakaan dan

informasi kepada setiap pengguna secara cepat, tepat dan akurat sesuai dengan

prosedur pelayanan perpustakaan, santun dan tulus”. Dalam kewajiban ini

sekurang-kurangnya pustakawan harus melaksanakan pelayanan perpustakaan dan

informasi kepada masyarakat atau mahasiswa sebagai berikut:

1. Memberikan layanan prima. Artinya pelayanan kepada masyarakat harus

dilakukan dengan cepat, mudah, tepat, murah, tertib dan tuntas sesuai

dengan prosedur yang berlaku sehingga dapat memuaskan pengguna.

2. Pelayanan harus dilakukan dengan sopan. Artinya pustakawan

memberikan pelayanan harus menggunakan prinsip empat S, yaitu

senyum, salam, sopan dan santun, sehingga pelayanan berlangsung dalam

suasana ramah dan menyenangkan.

3. Layanan kepada masyarakat/mahasiswa harus dilakukan secara tulus.

Berarti bahwa pustakawan tidak mengaharapkan imbalan dalam bentuk

(24)

Menurut dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana

pelayanan pegawai yang ada di perpustakaan USU terhadap kepuasaan mahasiswa

USU.

1.2. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu menguji hubungan strategi

komunikasi pelayanan pegawai perpustakaan USU terhadap kepuasan

mahasiswa USU.

2. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada mahasiswa USU yang

mengunjungi perpustakaan dan meminjam buku di perpustakaan USU

periode 2013-2015.

3. Objek penelitian ini dibatasi pada mahasiswa dari 4 fakultas, yaitu 2

fakultas mewakili ilmu eksakta yaitu fakultas MIPA dan fakultas Pertanian

dan 2 fakultas mewakili ilmu sosial yaitu fakultas fisip dan fakultas

ekonomi.

4. Objek penelitian dibatasi pada mahasiswa angkatan 2012 dan strata 1.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut: “Bagaimana strategi komunikasi pelayanan pegawai perpustakaan USU

terhadap kepuasan mahasiswa USU”

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui strategi komunikasi pelayanan pegawai Perpustakaan

USU.

2. Untuk mengetahui tingkat kepuasaan mahasiwa USU terhadap pelayanan

pegawai Perpustakaan USU.

3. Untuk mengetahui hubungan antara strategi komunikasi pelayanan

(25)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberi sumbangan bagi khasanah ilmu

pengetahuan dibidang ilmu komunikasi, khusunya dalam kajian tingkat

pelayanan dan kepuasan.

2. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan memperkaya

bahan penelitian dalam bidang ilmu komunikasi. Penelitian ini juga dapat

menjadi bahan referensi bila ada penelitian sejenis dikemudian hari.

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi perpustakaan

(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berpikir yang

mendukung masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun kerangka teori

yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang dapat menggambarkan dari sudut

mana masalah penelitian akan dibahas (Nawawi,1995:39).

Berdasarkan penelitian tersebut, maka teori yang digunakan dalam

penelitian ini guna menjawab permasalahan yang sudah dirumuskan adalah

sebagai berikut:

2.1.1. Komunikasi & Komunikasi Interpersonal

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari

kata Latin communis yang berarti “sama,” communico, communication, atau

communicare yang berarti ”membuat sama” (to make common). (Mulyana,

2007:46)

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah “upaya yang sistematis

untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta

pembentukan pendapat dan sikap. Dalam definisinya secara khusus mengenai

pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi

adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to

modify the behavior of other individuals). (Effendy, 2006:10). Akan tetapi,

seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain apabila

komunikasi dilakukan secara efektif.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat berlangsung

komunikasi yang efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip

paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The

(27)

Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi

ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel

To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswell di atas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima

unsure sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

1. Komunikator (communicator, source, sender)

2. Pesan (message)

3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)

5. Efek (effect, impact, influence)

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2006:10).

Komunikasi memiliki dampak, maka ada masalah etik disini. Karena

komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar salah dalam setiap

tindak komunikasi. Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis landasannya adalah

gagasan kebebasan memilih (notion of choice) serta asumsi bahwa setiap orang

mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis

bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang

tersebut dasar pemilihan yang akurat. (Devito, 1997:30).

Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dkemukakan. Motif atau

tujuan ini tdak perl dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang

terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari atau tidak,

dapat dikenali ataupun tidak.

a) Menemukan

Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal

discovery). Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain

kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan,

pemikiran, dan perilaku kita. Cara lain melakukan penemuan diri adalah

melalui proses perbandingan sosial, melalui pembandingan kemampuan,

(28)

b) Untuk Berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan

orang lain, membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita

ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai

dan menyukai orang lain.

c) Untuk Meyakinkan

Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap

dan perilaku orang lain. Berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu,

meyakinkan bahwa sesuatu itu adalah benar, menyetujui atau mengecam

gagasan tertentu, dan sebagainya. Memang, sedikit saja dari komunikasi

antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku.

d) Untuk Bermain

Kita meggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan

menghibur diri. Demikian pula, banyak dari perilaku komunikasi

dirancang untuk mengibur orang lain. Menceritakan lelucon,

mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang

menarik. (Devito, 1997:32).

Tentu saja tujuan komunikasi tidak hanya ini, masih banyak tujuan yang lain.

Tetapi keempat tujuan tersebut tampaknya merupakan tujuan-tujuan utama. Setiap

komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan dan bukan hanya

satu tujuan saja.

De Vito (1977) mengungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan

pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang yang lain, atau

sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. Tan (1981)

menegemukakan bahwa interpersonal communication adalah komunikasi tatap

muka antara dua orang atau lebih (Liliweri, 1991:12).

Kebanyakan hubungan berkembang melalui tahap-tahap. Kita tidak menjadi

kawan akrab segera setelah pertemuan terjadi. Kita menumbuhkan keakraban

secara bertahap, melalui serangkaian langkah atau tahap. Kelima tahap itu adalah:

a. Kontak

Pada tahap pertama kita membuat kontak. Menurut beberapa periset,

(29)

ingin melanjutkan hubungan ini atau tidak. Pada tahap inilah penampilan

fisik begitu penting, karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati

secara mudah.

b. Keterlibatan

Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita

mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga

mengungkapkan diri kita.

c. Keakraban

Pada tahap ini, kita mengikat diri lebih jauh kepada orang lain. Tahap ini

hanya diseduakan untuk sedikit orang saja, jarang sekali orang

mempunyai empat orang sahabat akrab, kecuali dalam konteks keluarga.

d. Perusakan

Pada tahap perusakan mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin

tidaklah sepenting yang kita pikirkan sebelumnya. Jika tahap ini berlanjut

maka tahap yang terakhir adalah tahap pemutusan.

e. Pemutusan

Tahap ini adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak.

Adakalanya terjadi peredaan, kadang ketegangan dan keresahan makin

meningkat, saling tuduh, permusuhan dan marah-marah terus terjadi.

(Devito, 1997:235).

Komunikasi antarpribadi dianggap paling efektif dalam upaya mengubah

sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa

percakapan. Arus balik bersifat langsung.

Adapun ciri-ciri komunikasi antar pribadi, yaitu (Liliweri, 1991:13) :

1. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka).

2. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas

yang belum tentu jelas.

4. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun ketidak sengajaan.

5. Kerap kali berbalas-balasan.

6. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang, serta

(30)

7. Harus membuahkan hasil.

8. Menggunakan berbagai lambang-lambang bermakna.

Komunikasi antarpribadi yang terjadi antara mahasiswa dan pegawai

perpustakaan bersifat spontan, tidak terjadi tahapan-tahapan antara mahasiswa dan

pegawai perpustakaan. Dapat dilihat adanya jarak ketika mahasiswa melakukan

komunikasi kepada pegawai. Tidak adanya keramahan dan tidak terlihat

hubungan keakraban antara mahasiswa dan pegawai perpustakaan.

2.1.2. Pengungkapan Diri (Self Disclosure)

Pengungkapan diri (self disclosure) adalah jenis dimana kita mengungkapkan

informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan.

Pernyataan-pernyataan tak disengaja yang menyangkut diri kita seperti selip lidah, gerakan

non verbal yang tidak disadari, serta pengakuan terbuka semuanya dapat

digolongkan ke dalam komunikasi pengungkapan diri (self disclosure). Tetapi

biasanya istilah pengungkapan diri digunakan untuk mengacu pada pengungkapan

informasi secara sadar (Devito, 1997:61).

Pengungkapan diri (self disclosure) adalah informasi tentang diri sendiri,

tentang pikiran, perasaan dan perilaku seseorang, atau tentang orang lain yang

sangat dekat yang sangat dipikirannya. Pengungkapan diri juga melibatkan

sedikitnya satu orang lain. Agar pengungkapan diri terjadi, tindak komunikasi

harus melibatkan sedikitnya dua orang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri (self disclosure)

(Devito, 1997:62) :

1. Besar kelompok

Pengungkapan diri (self disclosure) lebih banyak terjadi dalam kelompok

kecil. Diad (kelompok yang terdiri dari dua orang) merupakan lingkungan

yang paling cocok untuk pengungkapan diri.

2. Perasaan menyukai

Kita membuka diri kepada orang-orang yang kita sukai atau cintai. Ini

tidak mengherankan karena orang yang kita sukai akan bersikap

(31)

3. Efek diadik

Kita melakukan pengungkapan diri bila orang yang bersama kita juga

melakukan hal yang sama. Efek diadik ini membuat kita merasa lebih

aman dan nyatanya memperkuat perilaku pengungkapan diri kita sendiri.

4. Kompetensi

Orang yang kompeten lebih banyak melakukan dalam pengungkapan diri.

“Sangat mungkin bahwa mereka yang lebih kompeten juga merasa diri

mereka memang lebih dan karenanya mempunyai rasa percaya diri yang

lebih memanfaatkan pengungkapan diri” (James McCroskey).

5. Kepribadian

Orang-orang yang pandai bergaul dan ekstrovert melakukan

pengungkapan diri lebih banyak.

6. Topik

Kita membuka diri dengan topik tertentu. Kita lebih mungkin

mengungkapan informasi diri tentang pekerjaan atau hobi ketimbang topik

yang lebih pribadi lainnya.

7. Jenis kelamin

Umunya, pria lebih kurang terbuka daripada wanita. Judy Pearson (1980)

mengungkapkan bahwa peran seks lah dan bukan jenis kelamin yang

menyebabkan perbedaan dalam hal pengungkapan diri ini.

Beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antar

pribadi adalah sebagai berikut (DeVito, 1997: 234):

1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua

orang.

2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, maka orang tersebut

akan menyukai diri kita, sehingga ia akan semakin membuka diri kepada

kita.

3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung

memiliki sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, terbuka, ekstrover,

(32)

4. Membuka diri pada orang lain merupakan dasar relasi yang

memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun

dengan orang lain.

Membuka diri berarti bersikap realistis, maka di dalam pembukaan diri kita

haruslah jujur, tulus, dan autentik.

Menurut DeVito, ada beberapa keuntungan dari self disclosure (DeVito,

1997: 30):

1. Memahami diri sendiri

2. Meningkatkan kemampuan untuk menghadapi rasa bersalah

3. Energy release

4. Meningkatkan efisiensi dan berkomunikasi

5. Membina hubungan yang bermakna

6. Kesehatan Fisiologis

Teori self disclosure atau pengungkapan diri merupakan proses mengungkap

reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta

memberikan informasi guna memahami suatu tanggapan terhadap orang lain dan

sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita

terhadap suatu yang telah dikatakan atau dilakukannya atau perasaan kita terhadap

suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan (DeVito, 1997: 231-232).

Pada penelitian ini dapat dilihat teori self disclosure dapat mengambil peran

bagi pengguna perpustakaan untuk mengungkapan atau hanya sekedar

memberikan tanggapan kepada pegawai mengenai pelayanan yang diberikan oleh

pegawai perpustakaan. Begitu sebaliknya oleh pegawai, para pegawai dapat

memberikan informasi kepada pengguna mengenai perpustakaan, baik dari

fasilitas maupun tata letak buku atau lain sebagainya.

2.1.3. Strategi Komunikasi

Strategi pada umumnya adalah sebuah perencanaan (planning) dan

manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai

tujuan tersebut, strategi tidak sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah

(33)

arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung

dari situasi dan kondisi.

Strategi komunikasi harus didukung oleh teori, karena teori merupakan

pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Pada

penelitian ini peneliti menggunakan teori komunikasi berdasarkan jenisnya. James

Anderson (1996) menyebut pembagian teori berdasarkan jenis ini dengan nama

“wilayah teori konvensional”(conventionalized theory of domain) atau teori

family. Teori ini terdiri atas 5 teori yaitu: (Wardhani:9)

a. teori struktural dan fungsional

b. teori kognitif dan tingkah laku

c. teori interaksi

d. teori interpretatif

e. teori kritis.

Teori struktural dan fungsional melihat komunikasi sebagai suatu proses

dimana individu menggunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan makna

kepada orang lain. Proses komunikasi yang baik sangat tergantung pada

pengunaan bahasa atau symbol secara baik dan tepat. Teori struktural dan

fungsional lebih menekankan pada akbat dari tindakan yang tidak disengaja

(unintended consequences) daripada hasil dari akibat yang disengaja.

Teori interaksi memandang kehidupan sosial sebagai suatu proses interaksi.

Dengan demikian, komunikasi merupakan bentuk interaksi. Komunikasi adalah

kendaran atau alat yang digunakan untuk brtingkah laku dan untuk memahami

serta memberi makna terhadap segala sesuatu di sekitar kita.

Komunikasi berfungsi sebagai perekat atau lem dalam masyarakat.

Masyarakat tidak akan ada tanpa komunikasi atau interaksi. Kelompok teori

interaksi merupakan salah satu teori penting dalam ilmu komunikasi karena teori

ini membuat komunikasi sebagai kekuatan yang sangat penting dalam kehidupan

sosial.

Interaksi akan mengarah pada makna yang dipahami bersama dan sekaligus

memperkuat makna bersama itu. Interaksi juga membangun berbagai konvensi

(34)

ini, makna akan selalu berubah dari waktu ke waktu, dari situasi satu ke situasi

lainnya, dan dari satu kelompok ke lainnya.

Pada penelitian ini kedua teori tersebut dapat digunakan untuk strategi

komunikasi pelayanan pegawai perpustakaan. Agar pegawai dapat berkomunikasi

secara efektif dengan para pengguna perpustakaan USU.

2.1.4. Kualitas Pelayanan

Menurut Kotler (2002:83) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan

yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada puhak lain, yang pada dasarnya

tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Pelayanan

merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Pada umumnya

pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta

pembelian ulang yang tinggi.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya pelayanan (Moenir,

2004:16), yaitu:

a. Adanya rasa cinta dan kasih sayang

Cinta dan kasih sayang membuat manusia bersedia mengorbankan apa

yang ada padanya sesuai kemampuannya, dieujudkan menjadi layanan

dan pengorbanan dalam batas ajaran agama, norma sopan santun, dan

kesusilaan yang hidup dalam masyarakat.

b. Adanya keyakinan untuk saling tolong menolong sesamanya

Rasa tolong menolong merupakan gerak naluri yang sudah melekat pada

manusia. Apa yang dilakukan seseorang untuk orang lain karena diminta

oleh orang yang membutuhkan pertolongan hakikatnya adalah pelayanan,

disamping ada unsure pengorbanan. Namun kata pelayanan hampir tidak

pernah digunakan dalam hubungan ini.

c. Adanya keyakinan bahwa berbuat baik kepada orang lain adalah salah satu

bentuk amal saleh.

Tanpa dilandasi faktor-faktor tersebut, tidak akan timbul kesadaran terhadap

(35)

memuaskan. Pada pemberian pelayanan terdapat beberapa faktor pendukung yang

penting (Moenir, 2004:41), yaitu:

a. Faktor karyawan yang sedang bertugas.

b. Faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan.

c. Faktor organisasi yang merupakan alat dan system untuk menjalankan

pelayanan.

d. Faktor pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup.

e. Faktor keterampilan karyawan.

f. Faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan.

Faktor-faktor tersebut mempunyai peranan yang berbeda-beda tetapi saling

berpengaruh dan dapat mewujudkan pelayanan yang baik.

Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi

harapan konsumen (Tjiptono). Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara

membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka

terimaatau peroleh dengan pelayananan yang sesungguhnya mereka harapkan atau

inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan.

Menurut Lukman (1999:14) “kualitas pelayanan adalah pelayanan yang

diberikan kepada pelanggan sesuai dengan standart pelayanan yang telah

dilakukan sebagai pedoman dalam memberikan layanan. Standar pelayanan

adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang

baik”.

Menurut Supranto (1997:107) menyebutkan beberapa dimensi atau ukuran

dari kualitas pelayanan, yaitu:

“Meliputi kenadalan (realiability), kemampuan untuk melaksanakan jasa yang

dijanjikan dengan tepat dan terpercaya, keresponsifan (responsiveness),

kemampuan untuk membantu pelanggan dan ketanggapan, keyakinan

(confidence) pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka

untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan (assurance), empati (empaty)

syarat untuk peduli memberikan perhatian pada pelanggan, berwujud (tangibles),

(36)

Dapat dilihat pada penelitian ini bagaimana pelayanan yang diberikan oleh

pegawai perpustakaan. Apakah pelayanan perpustakaan sudah memenuhi harapan

dari pengguna jasa perpustakaan.

2.1.5. Prinsip Kualitas Pelayanan

Menurut pendapat Pasuraman dalam Tjiptono mengemukakan ada lima

prinsip pelayanan publik agar kualitas pelayanan dapat dicapai, yaitu:

a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan

pegawai dan sarana komunikasi.

b. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staff untun

membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,

dan dapat dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko

atau keragu-raguan.

e. Empati (empaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan

komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan

para pelanggan. (Tjiptono,1997:70)

Pada prinsip pelayanan ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

pegawai perpustakaan untuk terciptanya kualitas pelayanan yang baik dimata

pengguna jasa perpustakaan. Agar terciptanya kepuasan pelanggan tersebut

pegawai perpustakaan harus memahami hal-hal apa saja yang dibutuhkan untuk

melayani para pengguna. Dapat dilihat pada prinsip kualitas pelayanan ada

beberapa hal yang mungkin dilupakan oleh pegawai perpustakaan untuk melayani

para pengguna perpustakaan.

2.1.6. Kepuasan Pelanggan

Menurut Schnaars (1991), pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk

menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan

dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya hubungan antara perusahaan

(37)

pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu

rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi

perusahaan (Tjiptono,1997:24).

Day (dalam Tse dan Wilton, 1988) menyatakan bahwa kepuasan atau

ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi

ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya

(atau norma kinerja lainnya) dan kinerja actual produk yang dirasakan setelah

pemakaiannya.

Kotler, et al (1996) menandaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat

perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan di

bandingkan dengan harapannya (Tjiptono,1997:24).

Penemuan dari beberapa ahli antara lain Tse dan Wilton (1988) diperoleh

rumusan sebagai berikut (Tjiptono, 1997:36) :

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa ada dua variabel utama yang

menentukan kepuasan, yaitu expectations dan perceived performance. Apabila

perceived performance melebihi expectations, maka pelanggan akan puas, tetapi

bila sebaliknya pelanggan akan merasa tidak puas.

Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan telah menjadi hal

yang sangat essensial bagi setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan langkah tersebut

dapat memberkan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan

implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan. Pada prinsipnya kepuasan

pelanggan dapat diukur dengan berbagai metode dan teknik.

Kotler, et al mengidentifikasi 4 metode untuk mengukur kepuasan pelanggan

(Tjiptono, 1997:34), yaitu:

1. Sistem keluhan dan saran

Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan perlu

memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk

menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang

diggunakan dapat berupa kotak saran yang diletakkan di

(38)

kartu komentar, saluran telepon bebas pulsa dan lain-lain. Informasi

yang didapatkan dalam metode ini dapat berupa ide-ide baru dan

masukan berharga kepada perusahaan.

2. Ghost Shopping

Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan

pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang (ghost

shopping) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan/pembeli

potensial produk perusahaan dan pesaing. Kemudian mereka

melaporka temuan-temuannya mengenai kekuatan atau kelamahan

produk perusahaann dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka

dalam membeli produk-produk tersebut.

3. Lost Customer Analysis

Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah

membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami

mengapa hal itu terjadi dan dapat menambil kebijakan

perbaikan/penyempurnaan selanjutnya.

4. Survai Kepuasan Pelanggan

Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan yang

dilakukan dengan penelitian survai, baik melalui pos, telepon

maupun wawancara pribadi (McNeal dan Lamb dalam Peterson dan

Wilson, 1992). Melalui survai perusahaan akan mendapatkan

tanggapan dan umpan balik.

Dalam menentukan tingkat kepuasan pengguna ada beberapa faktor yang

harus diperhatikan. Menurut Lupiyoadi (2001 : 158), terdapat lima faktor utama

yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Kualitas Produk

Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan

bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

2. Kualitas pelayanan

Pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang

baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.

(39)

Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang

lain akan kagum terhadapnya jika menggunakan produk/jasa tertentu.

Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk/jasa tetapi

dari nilai sosial yang didapat.

4. Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga

yang relatif murah akan memberikan nilai yang tinggi kepada

penggunanya sehingga menimbulkan kepuasan.

5. Biaya

Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu

membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung

puas terhadap produk atau jasa itu.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi atau menentukan kepuasan pengguna yaitu kualitas produk,

kualitas pelayanan, sistem pelayanan, biaya yang dikeluarkan oleh pengguna

untuk mendapatkan pelayanan tersebut.

2.1.7. Perpustakaan di Perguruan Tinggi

Kata perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti kitab,

buku-buku. Kemudian kata pustaka mendapat awalan per dan akhiran an, menjadi

perpustakaan. Perpustakaan mengandung arti: (1) kumpulan buku-buku bacaan,

(2) bibliotek dan (3) buku-buku kesusasteraan. Pengertian yang lebih umum dan

luas dari perpustakaan adalah adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan,

atau gedung itu sendiri yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur

sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila

sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca (Sutarno, 2003:7).

Dengan begitu perpustakaan mempunyai dan persyaratan tertentu, yaitu:

1. Adanya ruangan/gedung yang digunakan untuk perpustakaan.

2. Adanya koleksi bahan pustaka/bacaan dan sumber informasi.

3. Adanya petugas yang menyelenggarakan dan melayani pemakai.

4. Adanya masyarakat pembaca.

(40)

6. Adanya suatu sistem atau mekanisme tertentu.

Maksud dibentuknya perpustakaan antara lain:

a. Tempat mengumpulkan dalam arti aktif, maksudnya perpustakaan tersebut

mempunyai kegiatan yang terus menerus untuk menghimpun sebanyak

mungkin informasi untuk dikoleksi.

b. Tempat mengolah atau memproses semua bahan pustaka, dengan metode

atau sistem tertentu.

c. Tempat menyimpan dan memelihara. Artinya ada kegiatan mengatur,

menyusun, menata, memelihara agar koleksi rapi, bersih, awet, tidak

mudah rusak, hilang dan berkurang.

d. Sebagai salah satu pusat informasi, sumber belajar, penelitian, dan

rekreasi. Memberikan layanan kepada pemakai, seperti membaca,

meminjam, meneliti dengan cara cepat, tepat, mudah dan murah.

e. Membangun tempat informasi yang lengkap dan up to date bagi

pengembangan pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill) dan

perilaku/sikap (attitude). (Sutarno, 2003:25).

Sesuai dengan maksud-maksud tersebut, maka tujuan dari perpustakaan

adalah agar terciptanya masyarakat yang terdidik, terpelajar, terbiasa membaca

dan berbudaya tinggi. Masyarakat yang demikian senantiasa mengkuti peristiwa

dan perkembangan mutakhir karena menguasai sumber informasi dan ilmu

pengetahuan. Masyarakat tersebut mempunyai pandangan dan wawasan yang

luas, bersikap mandiri, percaya diri dan dapat mengikuti kemajuan zaman.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat

dilingkungan pendidikan tinggi seperti, universitas, institute, sekolah tinggi,

akademi dan lembaga perguruan tinggi lainnya. Perpustakaan perguruan tinggi

dibentuk untuk memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa dan dosen. Namun

demkian banyak juga perpustakaan memberikan layanan kepada pengguna di luar

lembaga pendidikannya.

Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah menunjang tri

dharma perguruan tinggi, yaitu penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan

(41)

dosen dan mahasiswa, serta tenaga kependidikan di perguruan tinggi itu dalam

proses pembelajaran

Sistem pengelolaan perpustakaan perguruan tinggi secara umum terdapat

dua sistem, yaitu (Zen dan Hermawan, 2006:34) :

1. Sistem sentralisasi : yaitu pada perguruan tinggi yang bersangkutan hanya

diakui satu system perpustakaan, yaitu perpustakaan pusat. Semua

kegiatan perpustakaan dikelola oleh suatu lembaga. Di Indonesia,

perguruan tinggi negeri hanya mengenal system sentralisasi. Keuntungan

system ini antara lain lebih efisiensi dalam hal tenaga dan dana. Namun

kurang menguntungkan bila dilihat dari sisi layanan kepada pengguna.

2. Sistem desentralisasi : yaitu system dimana pada perguruan tinggi tersebut

terdapat berbagai jenis perpustakaan, misalnya perpustakaan fakultas,

perpustakaan jurusan. Kalaupun ada perpustakaan di tingkat Universitas,

statusnya hanya sebagai koordinator.

Pada umumnya layanan perpustakaan bersifat sosial atau nirlaba, karena tidak

mencar keuntungan materi atau bersifat komersial, meskipun didalamnya tidak

menutup kemungkinan memerlukan biaya. Kegiatan layanan perpustakaan

biasanya berbentuk jasa. Oleh sebab itu perpustakaan perlu memperhatikan

sejumlah faktor agar kegiatannya dapat berjalan baik. (Sutarno,2003:63)

faktor-faktor itu antara lain:

a. Layanan perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

b. Diusahakan agar pelanggan merasa senang dan puas.

c. Prosesnya mudah, sederhana dan efisien.

d. Caranya cepat dan tepat waktu dan tepat sasaran.

e. Diciptakan suasana ramah, supel dan menarik.

f. Bersifat membimbing, namun tidak terkesan menggurui.

g. Dapat menimbulkan perasaan ingin tahu lebih jauh buat pelanggan.

h. Menimbulkan kesan baik, sehingga terdorong ingin sering ke

perpustakaan.

Untuk dapat menciptakan suatu sistem layanan perpustakaan seperti yang

(42)

berasal dari dalam ataupun dari luar perpustakaan, sifatnya manusiawi, teknis dan

nonteknis. Hal-hal tersebut antara lain: (Sutarno, 2003:64).

a. Suasana kerja yang kondusif.

b. Tim kerja yang solid dan kompak.

c. Komunikasi yang harmonis antara pimpinan dan bawahan, antara bawahan

dan bawahan, antara sesame atasan, ke dalam dan ke luar organisasi.

d. Ketenangan dan kesenangan bekerja pegawai.

e. Kesejahteraan pegawai.

f. Perhatian dan perlindungan pimpinan terhadap bawahan.

g. Rasa salng hormat-menghormati.

h. Kebersamaan dan perasaan senasib seperjuangan.

i. Faktor kemungkinan pengembangan karir dan promosi.

j. Keteladanan pemimpin.

k. Kelengkapan sarana dan prasarana.

l. Keamanan dan keselamatan kerja.

Untuk memaksimalkan pelayanan dapat dilihat dari iklim organisasi,

keamanan dan keselamatan kerja, kebersamaan dan perasaan senasib dan

seperjuangan dan juga kelengkapan sarana dan prasarana.

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kemampuan peneliti menyusun konsep

operasional peneliti yang bertitik tolak pada keragka teori dan tujuan penelitian,

dalam kerangka konsep harus dapat menunjukkan secara sistematis variabel

variabel penelitian, yang menjadi kerangka operasional. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau

pendahulu dari variabel yang lain.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang

(43)

“Bila X maka Y” , X adalah variabel bebas dan Y adalah variabel tak bebas.

(Suwardi, 1998:11)

2.3 Variabel Operasional

Tabel. 1 variabel operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (x)

Strategi Komunikasi Pelayanan

Pegawai Perpustakaan USU

- Bukti Langsung (tangibles)

- Keandalan (reliability)

- Daya Tanggap

(responsiveness)

- Jaminan (assurance)

- Empati (empaty)

2. Variabel Terikat (y)

Kepuasan Mahasiswa

- Kualitas Produk

- Kualitas pelayanan

- Emosional

- Harga

- Biaya

3. Variabel Antara (z)

Karakteristik responden

2.4. Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang

telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Maka variabel yang terdapat dalam

penelitian perlu didefinisikan sebagai berikut :

Variabel Bebas (x)

1. Bukti Langsung (tangibles)

(44)

2. Keandalan (reliability)

Kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat

dan memuaskan.

3. Daya tanggap (responsiveness)

Keinginan para staff untun membantu para pelanggan dan memberikan

pelayanan dengan tanggap.

4. Jaminan (assurance)

Mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan dapat dipercaya

yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

5. Empati (empaty)

Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik,

perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.

Variabel Terikat (y)

1. Kualitas pelayanan

Pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang

baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.

2. Emosional

Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk/jasa tetapi

dari nilai sosial yang didapat.

3. Biaya

Pelanggan tidak mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang

waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap

produk atau jasa.

Variabel Antara (z)

1. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan

2. Usia : usia responden yang mengisi kuesioner

3. Jurusan/Fakultas : jurusan/fakultas responden

(45)

2.5. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan

antara dua atau lebih variabel. Dalam suatu penelitian, hipotesis berfungsi sebagai

jawaban sementara (tentative answer) bagi masalah atau pertanyaan penelitian,

yang oleh karenanya perlu diuji melalui prosedur pengujian hipotesis. (Suwardi,

1998:13).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Ho : tidak ada pengaruh pelayanan pegawai perpustakaan terhadap

kepuasan mahasiswa saat meminjam buku di perpustakaan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ha : ada pengaruh pelayanan pegawai perpustakaan terhadap kepuasan

mahasiswa saat meminjam buku di perpustakaan Universitas Sumatera

Gambar

Tabel. 1 variabel operasional
Tabel.2 Pimpinan Universitas
Tabel.3 Jumlah Populasi
Tabel.4 Jumlah Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah masuk ke Sand Trap Tank maka minyak hasil presan pada sreew press masuk kedalam vibrating screen dalam hal ini fungsi dari vibrating screen adalah sebagai proses

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: (1) pemberian IBA konsentrasi 0- 75 ppm pada pertumbuhan bibit manggis tidak berpengaruh pada semua

sebagai saprophytis dan sebagian kecil sebagai parasit pada tumbuhan, hewan dan manusia. Fungi ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan atau bersifat pathogen

Penelitian pengaruh penggunaan media pembelajaran interaktif model tutorial dalam pembelajaran fisika materi impuls dan momentum terhadap kemampuan berpikir

Kegagalan implementasi tersebut kemudian muncul gagasan yang menempatkan pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya , Ciri utama Negara ini

Maka itu, Kementerian Pendidikan Indonesia (2013) telah menyediakan garis panduan mengenai instrumen pentaksiran bagi mata pelajaran Sains yang digunakan untuk menilai ciri-ciri

Penelitian terhadap tanaman tersebut bertujuan untuk membangun sebuah sistem pakar menggunakan metode K-Means Cluster untuk mendeteksi hama atau penyakit pada

“Stage Complete!” , jika tidak berakhir maka permainan masih berlanjut. Kemudian muncul tampilan Highscore