• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian taman rumah tinggal berbasis budaya Madura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian taman rumah tinggal berbasis budaya Madura"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN

BERB

ROSYIDAMAYANT

DEPARTEM

FA

INSTIT

N TAMAN RUMAH TINGGAL

BASIS BUDAYA MADURA

AYANTI TWINSARI MANINGTYAS

EMEN ARSITEKTUR LANSKAP

AKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

Rosyidamayanti Twinsari Maningtyas. A44063481. Kajian Taman Rumah Tinggal Berbasis Budaya Madura. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman tinggi. Keanekaragaman tersebut tidak hanya dalam bentuk seni dan adat istiadat, tetapi juga dalam bentuk penataan ruang bentang alam. Dalam literatur dapat ditemukan berbagai kajian mengenai pola penataan ruang dari berbagai suku bangsa. Pola– pola keruangan tersebut merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat dalam beradaptasi dengan alamnya sehingga membentuk suatu lanskap budaya. Pada umumnya pola keruangan dalam penataan lanskap berkaitan erat dengan karakter masyarakat atau suku bangsa yang tinggal di dalamnya. Penataan lanskap ini dapat tercermin dalam penataan ruang tinggal sebagai lingkungan terdekat bagi individu masyarakat. Hal inilah yang kemudian menjadi bahan kajian dalam penelitian desain taman rumah tinggal berbasis budaya ini.

Salah satu suku bangsa Indonesia yang memiliki karakter khas adalah Suku Madura. Suku Madura mendiami pulau Madura dan sebagian Jawa Timur bagian utara. Mata pencaharian masyarakat umumnya bercocok tanam palawija. Lanskap yang tandus membentuk karakter masyarakat Madura sehingga dikenal sebagai manusia yang ulet dan keras kepala. Karakter ini tampak dalam pembawaan sehari–hari melalui interaksi dengan orang lain, sikap hidup, hingga pengaturan teritorialnya.

Penelitian ini bertujuan mempelajari penataan elemen lanskap pada rumah tinggal masyarakat Madura serta filosofi yang mendasarinya sehingga dapat disusun suatu konsep taman rumah tinggal masyarakat Madura yang sesuai dengan karakter budaya Madura.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa studi pendahuluan, studi pustaka, dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada narasumber dengan latar belakang budaya Madura cukup kuat dan diutamakan berdarah asli Madura. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi lapang ke pulau Madura.

Pola pemukiman yang dikembangkan oleh masyarakat tradisional Madura adalah pola taneyan lanjhang. Taneyan lanjhang (halaman panjang) terdiri atas elemen–elemen bangunan yang disusun menurut pola tertentu. Pola ini bersifat tetap sejak dahulu dan diwariskan secara turun-temurun. Elemen–elemen tersebut adalah roma (rumah tinggal), langghar (musholla), dapor (dapur), kandang, taneyan(halaman), dan pagar hidup.

(3)

dan tanaman obat. Sirkulasi dalam taneyan cenderung terbuka dan mengarahkan pada langghar, namun tidak dilengkapi dengan jalur yang tegas sehingga perlu adanya jalur yang jelas untuk mempertegas pola sirkulasi dalamtaneyan.

Berdasarkan uraian tersebut disusun suatu konsep taman rumah tinggal yang memiliki fungsi sesuai kebutuhan masyarakat tradisional Madura serta mempertimbangkan estetika taman. Dalam konsep initaneyan dibagi dalam lima ruang utama yang meliputi ruang privat, servis, semi publik, publik dan penyangga. Pola penataan ruang yang diajukan adalah ruang semi publik dan ruang publik berada diantara ruang privat dan ruang servis. Keempat ruang ini dikelilingi oleh ruang penyangga. Konsep vegetasi dibuat berdasarkan fungsi vegetasi dalam taneyan lanjhang yaitu sebagai pelindung, produksi, dan penambah estetika. Ketiga fungsi tersebut diterjemahkan dalam penggunaan vegetasi sebagai pembentuk kesan arsitektural, pengontrol iklim mikro, penghasil kebutuhan sehari-hari, dan pembentuk estetika melalui penataan vegetasi yang sesuai dengan prinsip desain penanaman. Jenis vegetasi yang digunakan dalam taneyan lanjhangadalah bambu dan tanaman produktif baik yang berupa tanaman keras maupun herba. Konsep sirkulasi dalamtaneyan lanjhangdibuat dalam pola axis yang mengarahkan tamu dari pintu masuk langsung menuju focal point berupa langghar. Pola axis ini diterapkan pada dari ruang publik dengan ketentuan bahwa ruang ini harus terbuka sehingga tidak menghalangi pandangan.

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Taman Rumah Tinggal Berbasis Budaya Madura adalah benar-benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen pembimbing skripsi. Karya tulis ini belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

(5)

Judul :Kajian Taman Rumah Tinggal Berbasis BudayakMadura Nama : Rosyidamayanti Twinsari Maningtyas

NIM : A44063481

Disetujui,

Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc. Pembimbing

Diketahui,

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 9 Januari 1988 di Jember, Jawa Timur, dari pasangan Bapak Marga Mandala dan Ibu Idaningsih sebagai putri pertama. Pendidikan resmi pertama diterima di Taman Kanak-Kanak Al Amieen Jember pada tahun 1992. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Al–Furqon terhitung sejak tahun 1994 hingga 2000. Sejak itu hingga tahun 2003 pendidikan dilanjutkan ke SMP Negeri 2 Jember dan diteruskan di SMA Negeri 1 Jember hingga tahun 2006

Pada tahun 2006 pula penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan tergabung sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, sejak tahun 2007. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi diantaranya, Dewan Gedung A3 (2006/2007), Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (2007/2008), dan Senior Resident Asrama TPB IPB (2008/2010). Selain itu, penulis juga terlibat aktif dalam berbagai kepanitiaan diantaranya, L’Arch Day (2008) dan Let’s Fight Againts Drugs(2009 dan 2010).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Kajian Taman Rumah Tinggal Berbasis Budaya Madura”. Kegiatan penelitian dilakukan dalam rangka penulisan skripsi yang merupakan tugas akhir dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Penelitian ini didorong oleh keinginan untuk memberikan gambaran tata letak elemen–elemen lanskap secara spasial pada lanskap rumah tinggal suku Madura.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada orang–orang yang telah banyak berjasa dalam proses pembuatan skripsi ini, yaitu :

1. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi;

2. Prof. Dr. Ir. Wahju Qomara Mugnisjah, M.Agr. dan Dr. Ir. Indung Sitti Fatimah, MS. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan bagi perbaikan skripsi ini;

3. Bapak Mien Rifai, Bapak Sulaiman Sadik, Bapak Lintu Tulistyantoro, dan Bapak Latief Wiyata yang telah bersedia menjadi narasumber utama dalam penelitian ini;

4. Papa, mama, dan adik–adikku yang terus memberikan semangat dan doa selama ini;

5. Vina, Lipur, Yudha (satu bimbingan skripsi); Arifah R, Syafitri H dan Eva M yang terus mendampingi dan menyemangati dalam penyelesaian skripsi ini 6. Saudara-saudara seperjuangan di Senior Resident Asrama TPB dan Arsitektur

Lanskap Angkatan 43 atas kehangatan persaudaraan selama ini;

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat memperbaiki kualitas penulisan pada karya berikutnya.

Bogor, Maret 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN Latar belakang... 1

Tujuan ... 3

Manfaat ... 3

Kerangka Pikir ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Desain ... 5

Lanskap Vernakular ... 5

Rumah dan Halaman ... 6

Taman Rumah... 6

Elemen Taman ... 7

Prinsip Desain Taman ... 20

Madura ... 25

Lanskap Pulau Madura ... 25

Kependudukan dan Mata Pencaharian ... 26

Upacara Tradisional Masyarakat Madura ... 29

Karakteristik Masyarakat Madura... 30

Pemukiman Masyarakat Madura ... 31

Taneyan lanjhang... 33

Aksesibilitas... 33

Hierarki... 34

Zonasi dalamTaneyan lanjhang... 35

Tata Letak Elemen ... 38

Material Penyusun... 42

METODE Tempat dan Waktu Penelitian... 44

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Elemen Utama dalam Pemukiman Madura ... 50

Pola Pemukiman Masyarakat Madura... 50

Elemen PenyusunTaneyan lanjhang... 52

Pemukiman Masyarakat Madura masa kini... 58

Tata Ruang dalamTaneyan lanjhang... 59

Tata Letak Elemen dalamTaneyan lanjhang... 62

Arsitektur Tradisional... 64

Konsep Desain Taman... 68

Konsep dasar... 68

Konsep Ruang... 68

Konsep Vegetasi ... 72

Konsep Sirkulasi ... 74

Konsep Utilitas... 76

Konsep desain taman... 76

Rekomendasi Desain Taman Rumah Madura ... 77

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan... 81

Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA... xiii

LAMPIRAN... 84

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan pada tahap studi pustaka ... 46

2. Daftar Narasumber Penelitian ... 47

3. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan saat observasi lapang ... 48

4. Perbandingan komponen padataneyan lanjhangdankampung mejhi... 51

5. Jenis vegetasi yang biasa terdapat di halaman rumah masyarakat Madura 58 6. Rencana aktivitas dan fasilitas dalamtaneyan... 71

7. Rekomendasi desain taman rumah tinggal masyarakat Madura ... 79

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka penelitian ... 4

2. Fungsi topografi dalam lanskap... 8

3. Sifat lahan datar ... 8

4. Settingpada lahan datar ... 9

5. Fungsi lahan cembung ... 10

6. Penguatan Aksen pada lahan cembung... 10

7. Pembagian DAS oleh punggung bukit... 11

8. Kontrol visual pada lahan cekung ... 12

9. Ilustrasi pemanfaatan lembah... 12

10. Macam Ruang yang dibentuk tanaman... 13

11. Fungsi Arsitektural pada tanaman ... 14

12. Ruang terbuka di tengah kelompok bangunan ... 15

13. Ruang terbuka memusat... 16

14. Ruang linier menyalur... 16

15. Ruang linier organik ... 16

16. Arah sirkulasi yang dibentuk pavemen... 17

(12)

18. Fungsi pagar sebagai kontrol visual ... 18

19. Fungsi air sebagai kontrol iklim ... 19

20. Bentuk tajuk pohon... 21

21. Pola keseimbangan dalam desain ... 23

22. Pola Pemukiman Madura ... 33

23. Aksesibilitastaneyan lanjhang... 34

24. Hierarki hunian dalamtaneyan lanjhang... 35

25. Pola pembangunanmodjur'are... 36

26. Penempatan sumur dalamtaneyan lanjhang... 38

27. Tata letak rumah tinggal ... 39

28. Tata letaklangghar... 41

29. Posisi dapur dan kandang... 41

30. Material bangunantaneyan lanjhang... 43

31. Peta Lokasi ... 44

32. Tahapan Penelitian... 45

33. Pemukiman Masyarakat Madura ... 50

34. Pola Pemukiman Masyarakat Madura ... 51

35. Tipe rumah tradisional Madura ... 53

36. Langghar... 54

37. Dapur dan kandang ... 55

38. Pemanfaatantaneyan... 56

39. Vegetasi yang digunakan sebagai pagar hidup... 57

40. Polataneyanmasa kini ... 60

41. Pembagian ruang padataneyan lanjhang... 61

42. Penataan berlapis padataneyan... 62

43. Arah pandang pemiliktaneyandarilangghar... 63

44. Polaasymmetrical balancepadataneyan lanjhang... 64

45. Amper pada rumah tradisional madura... 65

46. Ruang dalam pada rumah tradisional madura ... 65

47. Tipe rumah bangsal... 66

48. Tipe rumah pegun ... 67

(13)

50. Konsep ruang rumah tinggal ... 69

51. Konsep ruang... 71

52. Screeningoleh tanaman ... 73

53. Tanaman sebagai pengarah ... 73

54. Tanaman sebagaiframingobjek... 74

55. Konsep vegetasi... 75

56. Konsep sirkulasi ... 76

57. Rencana Konsep ... 78

58. Rekomendasi desain ... 80

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman tinggi, baik dari segi flora dan fauna hayati, suku bangsa, bentang alam, maupun budaya. Keanekaragaman tersebut tidak hanya dalam bentuk seni dan adat istiadat, tetapi juga dalam bentuk penataan bentang alam. Apabila ditinjau dari segi geografis, Indonesia memang terletak di tengah–tengah antara dua benua dan dua samudera sehingga merupakan wilayah dengan perpaduan dan peralihan dua tipe lanskap yang berbeda. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki berbagai macam budaya dan flora-fauna dengan karakter khas di tiap daerahnya.

Salah satu bentuk penataan lanskap yang dimiliki oleh Indonesia adalah adanya pola perkampungan dan tatanan ruang tinggal. Pola penataan lanskap sebagai ruang tinggal tiap suku bangsa berbeda-beda sesuai keadaan alam sebagai bentuk adaptasi manusia (Fitri 2006). Sebagai contoh penataan lanskap suku Baduy, Pola penataan lanskap masyarakat Jawa, dan pola penataan lanskap suku Bali. Pada umumnya yang ditemukan adalah pola spasial secara makro mencakup lanskap skala kota atau pola lanskap dalam tataran keraton, sedangkan untuk rumah tinggal masyarakat belum banyak dikaji.

Kurangnya kajian terhadap desain lanskap rumah tinggal masyarakat Indonesia ini dapat menjadi salah satu sebab mengapa Indonesia tidak memiliki taman khas Indonesia. Seperti yang telah diketahui bersama, dunia mengenal berbagai tipe taman yang berbasis pada budaya bangsa tertentu. Sebagai contoh, kita mengenal taman Jepang, taman China, taman Amerika, dan taman Eropa lengkap dengan elemen taman dan desain yang khas. Sementara, di sisi lain kita belum mengenal apa itu yang disebut dengan taman Indonesia, walaupun saat ini orang sudah mengenal taman Bali.

(15)

2

peralatan, dan perhiasan. Bentuk–bentuk tersebut menghasilkan wujud fisik berupa artifak yang diletakkan pada posisi tertentu menurut pemahaman dan keyakinan masing-masing suku bangsa. Hal inilah yang menjadi bahan kajian untuk melihat desain lanskap khususnya pada rumah tinggal masyarakat.

Salah satu suku bangsa Indonesia yang memiliki karakter khas adalah suku bangsa Madura. Karakter ini tampak dalam pembawaan sehari–hari melalui interaksi dengan orang lain, sikap hidup, hingga pengaturan teritorialnya. Dalam keseharian seringkali kita temui orang Madura dengan segala ke khasannya tersebut. Sejarah membuktikan bahwa suku bangsa Madura termasuk suku bangsa yang kuat. Hal ini terlihat dari kemampuan adaptasi yang tinggi dan toleransi terhadap perubahan. Selain itu, suku Madura juga dikenal memiliki keuletan kerja yang tinggi dan keteguhan dalam memegang falsafah hidup (Rifai 2007).

Sebagai sebuah suku bangsa, suku Madura termasuk etnik yang memiliki populasi cukup besar dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. De Jonge (1989) menyebutkan bahwa pulau Madura termasuk pulau yang padat penduduk. Sebuah jejaring berkala (2010) bahkan mempublikasikan bahwa jumlah suku Madura saat ini telah mencapai 10 juta jiwa dan tersebar di seluruh Indonesia. Namun, Rifai (2007) menyebutkan bahwa penduduk pulau Madura sendiri berjumlah 3.250.000 jiwa yang terdiri dari suku Madura dan sejumlah kecil suku Jawa, Bugis, Banjar, China, dan Arab.

(16)

3

Tujuan

Penelitian mengenai desain lanskap rumah tinggal suku Madura ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut :

1. mengkaji tata ruang taman rumah tinggal suku Madura;

2. mengkaji elemen-elemen taman pada taman rumah tinggal masyarakat tradisional Madura;

3. mempelajari filosofi/pemaknaan dalam pengaturan tata letak elemen lanskap pada rumah tinggal suku Madura;

4. menyusun konsep taman rumah tinggal masyarakat Madura yang sesuai dengan karakter budaya Madura.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang desain taman pada rumah tinggal suku Madura sehingga dapat menjadi tolak ukur desain taman yang berbasis pada budaya masyarakat Madura demi semakin memperkuat nilai budaya dan mengangkat nilai-nilai tradisional Madura sebagai budaya nasional.

Kerangka Pikir

Masyarakat Madura merupakan masyarakat yang dinamis tetapi tetap memegang nilai-nilai budaya yang dimilikinya. Hal ini menyebabkan masyarakat Madura memiliki karakter budaya yang khas. Karakter budaya mereka terimplementasi dalam sikap hidup, watak, serta tatanan kehidupannya sehingga mampu mempengaruhi lanskap tempat tinggalnya. Oleh karenanya, melalui pengkajian pustaka, wawancara dengan para tokoh budaya Madura, dan observasi lapang terhadap masyarakat tradisional Madura diharapkan dapat diketahui pola penataan lanskap tempat tinggal masyarakat Madura sehingga dapat diperoleh data mengenai karakter taman Madura.

(17)
(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Desain Lanskap Vernakular

Lanskap merupakan suatu bentangan alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Semakin jelas harmoni dan kesatuan antara seluruh elemen lanskap, maka semakin kuat karakter lanskap tersebut (Simonds 2006). Karakter yang kuat tersebut kemudian melahirkan bentuk– bentuk spesifik dalam konteks lingkungan sehingga menghasilkan suatu lanskap budaya(cultural landscape). Setiap bentangan lanskap memiliki karakter yang berbeda satu dengan lainnya sehingga menghasilkan budaya yang berbeda pula. Rejeki, Nindya, dan Haryadi (2007) menyebutkan bahwa pertumbuhan lanskap budaya cenderung mengarah pada sifat vernakular atau tradisional. Salah satu contoh sifat vernakular dalam lanskap budaya adalah adanya pola permukiman tradisional yang linier atau konsentris sebagai konsep ruang permukiman (Fitri 2006).

(19)

6

Rumah dan Halaman

Pengertian rumah tinggal bagi suatu keluarga adalah meliputi ruang yang ada didalam dan ruang di luar rumah (halaman). Hubungan halaman dengan rumah tinggal ini sangat erat kaitannya sebab didalamnya terdapat hubungan timbal balik yang selaras bagi kehidupan pemilik tempat tinggal dan manusia pada umumnya (Sardjono 2010). Adapun peran halaman berbeda–beda menurut letaknya, yaitu :

1. Halaman depan

Halaman depan merupakan ruang pengenal yang memberikan informasi secara umum tentang tampilan rumah. Halaman ini bersifat terbuka bagi orang luar baik dari segi fungsi maupun visual

2. Halaman samping

Halaman samping bersifat lebih privat namun terkadang masih menyediakan akses dari halaman depan. Pada halaman samping anggota keluarga dapat beraktivitas tanpa terganggu oleh pihak luar.

3. Halaman belakang

Halaman belakang biasanya merupakan area servis untuk kegiatan pelayanan dalam rumah seperti mencuci, menjemur, kamar mandi, kandang hewan ternak, atau kebun rumah.

Taman Rumah

Taman dapat diartikan sebagai ruang luar dari tempat yang kita tinggali. Menurut Arifin (2007) taman merupakan bagian integral dari sebuah rumah tinggal yang dapat melengkapi fungsi rumah dalam memenuhi kebutuhan fisik dan jiwa penghuni rumah. Secara umum, taman tidak hanya memberikan keindahan visual namun juga memiliki fungsi baik secara fisik maupun ekologis.

(20)

7

1. Secara ekologis taman dapat membersihkan udara yang kotor karena polusi, meresapkan air ke dalam tanah, mencegah erosi, bank plasma nutfah, dan menjadi habitat berbagai macam satwa

2. Secara estetik taman berperan dalam menambah keindahan rumah dan berkontribusi bagi kesehatan pemiliknya dari bahaya stres akibat aktivitas yang melelahkan

3. Secara sosial taman berperan sebagai tempat bersosialisasi, bermain, dan berekreasi bagi pemiliknya.

Fungsi dan peranan taman tersebut menjadi alasan kuat pentingnya keberadaan taman bagi rumah tinggal.

Elemen Taman

Elemen taman merupakan unsur–unsur pembentuk taman yang berpengaruh terhadap penampilan dan kualitas taman rumah (Sulistyantara 2002). Simonds (2006) menyebutkan bahwa taman juga merupakan lanskap berskala mikro, sehingga elemen pembentuk taman dapat disamakan dengan elemen pembentuk lanskap. Secara umum terdapat 6 elemen dasar pembentuk desain lanskap (Booth 1988) :

1. Bentukan lahan (landform)

Lahan sebagai bidang dasar merupakan elemen penting dalam desain lanskap. Bentukan lahan atau topografi dapat menciptakan kesatuan dalam lanskap dan dapat pula menjadi pemisah antar lanskap yang berbeda (Gambar 2). Selain itu keberadaan landform juga berfungsi dalam menciptakan sensasi ruang, pegaturan iklim mikro, serta pemanfaatan secara fungsional.

Tipelandformdapat dibagi menjadi lima menurut bentuknya, yaitu : a. Lahan datar (level landform)

(21)

Gambar 2 Fungsi

Gambar 3

Pembentukan settin horizontal dapat m lingkungan sekitarn vertikal pada lahan d Pada setting netral, l dari segala arah seh (Gambar 4c).

si topografi dalam lanskap (Sumber: Booth 1988)

ar 3 Sifat lahan datar (Sumber: Booth 1988)

ting pada lahan datar dengan penekanan be menciptakan kesan harmonis antara elemen de arnya (Gambar 4a). Sebaliknya, penekanan be

datar akan menciptakan kesanfocal point(Gamba l, lahan datar memungkinkan adanya pergerakan ke

ehingga elemen yang ada menjadi pusat dalam 8

)

(22)

Gambar 4 S

b. Lahan cembung (con Lahan dengan bent dinamis. Bentuk lah diantaranya membata

Setting pada lahan datar (Sumber: Booth 1988)

onvex landform)

ntuk cembung cenderung bersifat kuat, agresif lahan yang cembung dapat memiliki berbagai f atasi ruang dan pandangan ( Gambar 5).

b

c 9

sif dan fungsi

a

b

(23)

Gambar 5 F

Lahan cembung yan aksen berupa focal p menempatakan elem (Gambar 6).

Gambar 6 Penguatan a

c. Punggung bukit (ridg Punggung bukit mem namun terdiri atas terminal dari titik bervariasi.

Fungsi lahan cembung (Sumber: Booth 1988)

yang dipadukan dengan lahan datar akan membe l point.Kualitas focal point ini dapat diperkuat de lemen lain untuk mempertinggi kecembunga

n aksen pada lahan cembung (Sumber: Booth 1988)

idge)

emiliki bentuk lahan yang mirip dengan lahan cemb s beberapa titik yang terhubung secara linier. S

tersebut berpotensi memberikan posisi visual 10

bentuk dengan gannya

8)

(24)

Pemanfaatan punggu mengarahkan panda bentukan lahan sepe drainase yang baik s area menjadi beberap

Gambar 7 Pembagian DAS

d. Lahan cekung (conca Lahan cekung biasa lahan seperti ini b samping sehingga m Selain itu bnetuk ce dalam sehingga da pertunjukan.

ggung bukit sebagai tempat peletakan bangunan dangan ke luar tapak menjadi keuntungan u eperti ini. Selain itu punggung bukit juga menun

serta mengatur arah aliran air hujan sehingga mem rapa daerah aliran sungai (Gambar 7).

n DAS oleh punggung bukit (Sumber: Booth 1988)

cave landform)

sanya terdapat diantara dua bukit atau lebih. Bent biasanya cenderung menghalangi pandangan k menciptakan kesan terisolasi dan privat (Gamba cekungan pada lahan juga mengarahkan pandanga dapat pula dimanfaatkan sebagai panggung u

(25)

Gambar 8 Kontrol v

e. Lembah (valley) Lembah merupakan lahan berupa lembah terbentuk merupaka berbagai aktivitas (Ga

Gambar 9 Ilustrasi

2. Material Tanaman (Plan Tanaman berperan dalam satuan waktu yang teru secara arsitektural dan

l visual pada lahan cekung (Sumber: Booth 1988)

an area yang terletak diantara beberapa bukit. Be ah umumnya sangat menguntungkan karena ruang kan ruang positif yang di dalamnya dapat dilak (Gambar 9).

asi pemanfaatan lembah (Sumber: Booth 1988).

ant material)

lam memberikan unsur kehidupan dalam lanskap d rus berubah. Selain itu tanaman juga memiliki f n karakter visual yang memperindah lanskap. S

12

)

Bentuk ng yang lakukan

(26)

arsitektural, penggunaan bidang vertikal, maupu komponen tersebut dapa yang dapat dibentuk ole ruang berkanopi, penut (Gambar 10).

Gambar 10 Macam rua

Selain itu tanaman juga meniadakan atau menga penghubung antar bang lanskap, menyaring cah focal point, pembentuk

(Gambar 11).

an material tanaman berpengaruh terhadap bidang t pun bidang atap. Sehingga penataan terhadap k pat membentuk berbagai macam ruang luar. Ruang oleh tanaman yaitu ruang terbuka, ruang semi-ter

utupan ruang oleh kanopi pohon, dan ruang ve

uang yang dibentuk tanaman (Sumber: Booth 1988)

(27)

3. Bangunan (Building) Bangunan dalam lanskap seringkali menjadi obje berkelompok sehingga bangunan berfungsi dala mikro, dan kontrol organ

Gambar 11 Fungsi arsitek

kap berperan sebagai salah satu elemen keras. Bang bjek tunggal dalam taman atau dapat pula dis a terbentuk ruang antar bangunan. Dalam lan alam membentuk ruang, kontrol visual, rekayasa

anisasi ruang.

tektural pada material tanaman (Sumber: Booth 198 14

ngunan disusun lanskap, a iklim

(28)

Kelompok bangunan da penataannya. Kelompok tengah ketika beberapa ruang yang dibentuk b ruang. Jenis ruang lain y ruang terbuka memusat melingkar/melingkupi memungkinkan pandang

Gambar 12 Ruang terbuka d

Kelompok bangunan ya seperti saluran mema mengarahkan perhatian berpola organik dapat saling tumpang tindih dalam ruang (Gambar 1 surpriseatau focal poin 4. Pavemen (Pavement)

Pavemen merupakan pe dapat mengakomodasi

dapat membentuk berbagai jenis ruang menurut ok bangunan dapat membentuk ruang terbuka diten pa bangunan diletakkan melingkar (Gambar 12). biasanya cenderung mengarahkan orientasi ke d

n yang dapat dibentuk oleh kelompok bangunan a sat. Ruang ini terbentuk dari susunan bangunan ruang namun terbuka di satu sisinya sehi ngan ke luar komplek bangunan (Gambar 13).

ka di tengah kelompok bangunan (Sumber: Booth 1

yang disusun secara linier juga dapat membentuk r manjang. Susunan bangunan yang demikian

an pada batas ruang (Gambar 14). Ruang linier at terbentuk oleh kelompok bangunan yang ters ih sehingga perhatian selalu berubah setiap ber r 15). Pola ruang ini memungkinkan untuk menyed ointdi tiap sudut bangunan.

perkerasan yang diterapkan pada bidang tanah sehi si penggunaan bidang lantai secara lebih inte

(29)

Pavemen berfungsi dala menyatukan tapak, dan m

Gambar 13 Ru

Gambar 14 R

Gambar 15 R

lam mengarahkan sirkulasi, mempengaruhi skala t n menciptakan karakter khusus.

Ruang terbuka memusat (Sumber: Booth 1988)

Ruang linear menyalur (Sumber: Booth 1988)

Ruang linear organik (Sumber: Booth 1988)

16

(30)

Dalam mengakomodas mempertimbangkan ara yang terbentuk merupak (Gambar 16). Ukuran d tapak. Ruang luar yang besar, sementara ruang s

Gambar 16 Arah sirku

Elemen dalam lanskap bentuk ataupun material menjadi tidak harmonis yang menjadi dasar dal elemen yang ada berada p dalam desain lanskap (Ga Pavemen merupakan e melakukan pergerakan. menjadi keindahan visua 5. Struktur Tapak (Site stru Struktur dalam lanska memudahkan pengguna

dasi arah sirkulasi, pavemen dirancang de rah masuk utama pada tapak sehingga jalur sirk pakan refleksi dari hubungan antar ruang dalam

dari suatu pavemen juga dapat mempengaruhi ng luas dapat terbentuk melalui ukuran pavemen g sempit terbentuk dari ukuran pavemen yang kecil.

rkulasi yang dibentuk pavemen (Sumber: Booth 198

p seringkali tidak saling terhubung karena perbe ial. Hal ini mengakibatkan keberadaan elemen ter

is dengan lingkungan di sekitarnya. Adanya pav alam penempatan elemen akan menyebabkan ele da pada satu ruang yang sama sehingga tercipta kes (Gambar 17). una untuk menikmati lanskap secara optimal. Da

(31)

jumlah massal, struk arsitektural yang meng struktur dalam lanskap taman.

Gambar 17 Penyat

Pagar dan dinding pem pada lanskap. Pagar a cenderung menutup ak rendah membentuk rua luar lebih mudah (Gamb

Gambar 18 Fungsi pag

uktur ini termasuk elemen keras dengan ku nguatkan susunan spasial dan fungsi lanskap. Co

p antara lain : tangga, ram, dinding, pagar, dan ba

atuan elemen oleh pavemen (Sumber: Booth 1988)

embatas biasanya digunakan untuk membentuk r atau dinding yang tinggi bersifat lebih privat akses visual ke arah luar, sebaliknya pagar/din uang semi privat dan memberikan akses visual ke mbar 18).

pagar sebagai kontrol visual (Sumber: Booth 1988) 18

kualitas Contoh bangku

8)

k ruang vat dan dinding ke arah

(32)

6. Elemen Air (Water) Air memiliki karakter kh lingkungan di sekitarnya keteduhan dan kenyam perhatian. Air memiliki s perkembangan dari waktu tanaman akan mempengaru karakteristik tanaman terseb ciri-ciri fisik sebagai berikut 1. Bentuk (Form)

Tanaman memiliki berba alami habitatnya. Misal tumbuh cenderung mem pada lanskap yang k mengelompokkan bentuk menjurai, dan membula

khas dalam lanskap yang memberikan daya hidup ya. Air dapat menjadi elemen statis yang membe manan, atau menjadi elemen dinamis yang me i sifat plastis dan berubah-ubah bentuk sehingga be tuk penampungnya.

at juga digunakan sebagai pengontrol iklim dan ntrol iklim, air dimanfaatkan untuk mendinginkan u han darat disekitarnya (Gambar 19).

i air sebagai kontrol iklim (Sumber: Booth 1988)

terial

kan material lanskap yang hidup dan menga tu ke waktu. Dengan demikian, setiap pertumb ruhi kualitas dan kuantitas suatu ruang terbuka s ebut. Menurut Carpenter et.al(1933) tanaman mem

ut :

bagai bentuk tajuk yang cenderung sesuai dengan k salnya pada lanskap pegunungan, pohon-pohon emiliki tajuk yang runcing, demikian pula sebali

konturnya relatif datar. Carpenter et.al (1 uk tajuk pohon dalam tipe oval, kolumnar, V, piram

(33)

20

gambar 20. Pola percabangan dan pertumbuhan pohon maupun semak akan menentukan elemen bentuk.

2. Tekstur (Texture)

Tekstur merupakan karakteristik permukaan yang dapat dirasakan sebagai halus atau kasar. Tekstur pada tanaman dihasilkan oleh bentuk dan ukuran daun. Karakter yang dibuat oleh tekstur ini mampu membentuk kesan kasar/halus, dekat/jauh, dan sebagainya.

3. Warna (Colour)

Tanaman memiliki berbagai macam warna. Warna-warna tersebut dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Warna hangat : kuning, oranye, dan merah; b. Warna dingin : hijau, biru, ungu;

c. Warna analog : kuning-oranye; d. Warna komplemen : ungu-oranye;

Ciri-ciri fisik tersebut perlu dirancang sehingga dapat menghasilkan desain penanaman yang estetik menurut prinsip unity, simplicity, variety, repetition, balance,danemphasize.

Selain membentuk estetika, tanaman sebagai softmaterial juga memiliki nilai fungsional sebagai kontrol visual, kontrol iklim, kontrol erosi, dan habitat satwa liar. Booth (1988) mengemukakan bahwa tanaman dapat pula dimanfaatkan dalam menimbulkan kesan arsitektural dalam pembentukan ruang, pentabiran, dan kontrol ruang pribadi.

Prinsip Desain Taman

Taman memiliki bentuk dan fungsi yang spesifik. Bentuk dan fungsi ini sangat berhubungan erat dengan ekspresi desainer, keinginan pemilik, dan pemanfaatan bagi penggunanya (Arifin 2007). Nilai keindahan sebuah taman sangat ditentukan oleh pemiliknya (Ingels 1997).

(34)
(35)

22

b. Mengkombinasikan bentuk dan fungsi (blending form and function), yaitu mendahulukan pertimbangan fungsi suatu elemen pada taman dan kemudian mengembangkan estetikanya.

c. Menampilkan elemen lokal (reflecting local element), yaitu mengkombinasikan elemen arsitektural dan unsur kesejarahan pada tapak dengan elemen lanskap alami disekitarnya sehingga memperkuat karakter lokal tapak.

2. Prinsip Estetika (aesthetic principle)

Prinsip-prinsip estetika terdiri dari kerangka desain (order), repetisi/pengulangan (repetition), irama (rhythm), kesatuan dalam desain (unity), keseimbangan (balance), proporsi dan skala (proportion and scale), serta penekanan (emphasize). Kerangka desain merupakan penataan elemen-elemen dalam suatu lanskap menurut tema yang konsisten, misalnya tema formal atau informal. Selain itu order dapat pula dicapai dengan menghubungkan secara fisik kelompok elemen lunak dan elemen keras.

Repetisi atau pengulangan elemen harus dilakukan dengan hati-hati karena berpotensi menimbulkan kemonotonan. Penataan elemen secara berulang dalam desain dapat diterapkan pada elemen warna, bentuk, atau tekstur baik secara individu maupun kelompok elemen.

Irama atau rhytm merupakan perubahan elemen dalam suatu pergerakan atau waktu tertentu yang konstan. Penataan elemen yang berirama dapat dicapai melalui perubahan elemen warna, bentuk, dan ukuran secara bertahap. Secara visual, irama dapat dilihat secara vertikal dan horizontal. Irama vertikal dapat muncul dari perbedaan strata tanaman yang di tata pada suatu lanskap, sedangkan irama horizontal dapat pula dimunculkan melalui perubahan elemen secara konstan.

(36)
(37)

24

sebaliknya pada skala yang lebih kecil, cenderung membuat manusia merasa berkuasa atas suatu elemen. Emosi yang dapat ditimbulkan oleh perbedaan skala ini menyebabkan proses lanskaping lebih banyak disesuaikan dengan ukuran manusia.

Emphasis merupakan penekanan elemen yang penting dalam desain lanskap yang bertujuan untuk menarik perhatian. Umumnya emphasis pada suatu elemen menyebabkan elemen menjadi focal point dan menjadi kontras terhadap elemen desain lainnya.

3. Aplikasi prinsip estetika (application of aesthetic principle)

Prinsip estetika memadukan setiap elemen dengan karakternya masing-masing sehingga tercipta tatanan lanskap yang harmonis. Penerapan prinsip estetika dalam desain lanskap bertujuan untuk :

a. Menghubungkan struktur/bangunan dengan lanskap disekitarnya sehingga berkesan harmonis.

b. Membentuk ruang dengan menyusun elemen melingkupi suatu area. c. Mengarahkan pengguna tapak pada lokasi tertentu

d. Merancang ruang luar yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna.

4. Prinsip Fungsional (functional principle)

Selain bersifat estetik, desain juga harus mampu menjawab kebutuhan/permasalahan. Menurut Rutledge (1985) desain diciptakan untuk memudahkan manusia sehingga desain haruslah fungsional. Prinsip fungsional dalam desain dapat dicapai dengan :

a. Menyesuaikan dengan kondisi topografi tapak b. Menciptakan ruang luar yang bermanfaat c. Mempertimbangkan aspek pemeliharaan elemen d. Menyediakan kebutuhan irigasi

(38)

25

Madura Lanskap Pulau Madura

Pulau Madura terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa, tepatnya pada 7° Lintang Selatan dan 113°-114° Bujur Timur. Pulau Madura dan Pulau Jawa di pisahkan oleh Selat Madura dengan lebar ± 4 km. Secara umum, Pulau Madura tergolong kecil. Panjangnya sekitar 160 km dan jarak terlebarnya 55 km sehingga luas totalnya 5.304 km2. Pantai utara membentuk garis memanjang yang hampir lurus dari barat ke timur. Pantai selatan bagian timur memiliki dua buah teluk besar yang terlindung oleh pulau–pulau, gundukan pasir, dan batu karang. Selain itu, di sebelah timur Pulau Madura terdapat gugusan Kepulauan Sapudi dan Kepulauan Kangean yang juga termasuk dalam administrasi Madura. Keseluruhan pulau itu terdiri dari hampir tujuh puluhan pulau yang berpenghuni dan yang tidak berpenghuni.

Secara geologis, Madura merupakan kelanjutan sistem Pegunungan Kapur Utara di dataran Jawa. Hal ini menyebabkan tulang punggung Pulau Madura adalah perbukitan berkapur dengan puncak tertingginya Gunung Tembuku pada ketinggian 471 meter di atas permukaan laut. Bagian terbesar dari pulau ini adalah bukit–bukit cadas yang tinggi dan punggung–punggung kapur yang lebar diselingi bukit–bukit bergelombang. Hamparan dataran rendah banyak dijumpai di bagian selatan, sedangkan di sebelah timur laut dapat ditemukan formasi gundukan pasir laut membukit dengan tinggi mencapai 15 meter yang membentang sejauh 50 kilometer. Bukit pasir ini merupakan objek alam yang unik dan langka karena bentangannya termasuk yang terpanjang di dunia (de Jonge 1989; Rifai 2007).

Iklim Pulau Madura bercirikan dua musim, musim barat atau musim hujan dan musim timur atau musim kemarau. Musim hujan selama 6 bulan biasanya hanya terjadi di daerah pedalaman yang tinggi. Di lereng–lereng gunung yang lebih rendah, musim hujan hanya berlaku selama 3–4 bulan saja. Sementara di sepanjang pantai utara dan daerah paling selatan, hujan hanya turun saat masa awal tahun. Suhu udara pulau ini tergolong tinggi. Suhu saat musim barat rata– rata mencapai 27°C, sedangkan pada musim timur mencapai 35°C.

(39)

26

tegalan, sedangkan lahan–lahan yang sama sekali tidak subur di bagian selatan umumnya dimanfaatkan untuk pembuatan garam (de Jonge 1989).

Ketandusan tanah dan iklim yang gersang menyebabkan jenis vegetasi yang ada di pulau ini hanya terdiri dari tumbuhan daerah beriklim kering saja sehingga keanekaragamannya tidak terlampau tinggi. Akan tetapi pulau Madura masih memiliki satu jenis tumbuhan gulma endemik, yaitu sejenis pacar air (Semeiocardium arriensii–Balsaminaceae) yang tergolong langka dan unik (Rifai 2007).

Kependudukan dan Mata Pencaharian

Suku bangsa Madura mendiami Pulau Madura dan sebagian Jawa Timur bagian utara. Menurut sebuah jejaring berkala1, saat ini populasi suku Madura mencapai kisaran 10 juta jiwa yang tersebar di berbagai daerah. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Madura yang terdiri dari beberapa dialek, yaitu kangean, sumenep, bangkalan, probolinggo, bondowoso, dan situbondo.

Mata pencaharian masyarakat Madura relatif beragam. Hal ini disebabkan keadaan alamnya yang cenderung kering dan panas sehingga kebanyakan masyarakat lebih memilih merantau keluar pulau Madura (Hasan 2008). Pada umumnya, mata pencaharian masyarakat Madura adalah bercocok tanam tanaman pangan, berdagang, nelayan dan berternak (Hidayah 1996; Rifai 2007).

1. Masyarakat Madura sebagai petani

Sadik (1996) menjelaskan bahwa keadaan lanskap yang tandus dan kering menyebabkan petani tradisional Madura harus bekerja keras dalam mengolah tanah untuk menghasilkan jagung dan ketela pohon. Alat yang digunakan oleh petani relatif masih sederhana yaitu, pacul, linggis, arit, dan bajak.

Hasil pertanian sangatlah terbatas dan tidak mencukupi kebutuhan masyarakat Madura sendiri. Hal ini menyebabkan Madura selalu bergantung pada Pulau Jawa, terutama bagi kalangan menengah ke atas, sementara bagi kalangan menengah ke bawah berusaha bertahan dengan hasil ladang yang diperoleh yaitutenggang(ketela pohon), jagung, dan padi gogo.

1

(40)

27

Sejak tahun 1952 pemerintah mulai mencanangkan program penghijauan. Sejak itu muncul beberapa jenis komoditas yang berpotensi untuk di kembangkan. Salah satu komoditas yang dibudidayakan di seluruh Madura adalah pohon siwalan (Borasus sondicus). Pohon ini merupakan komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan dalam pembuatan gula. Selain itu, biasanya daun siwalan juga dimanfaatkan sebagai pembungkus tembakau (bal– balan/gulu’an) sebelum dikirim ke gudang atau pabrik rokok. Tembakau juga merupakan salah satu komoditi yang cukup potensial di Madura. Namun, penanaman tembakau hanya terbatas di daerah Pamekasan dan Sumenep. Hal ini disebabkan lahan pertanian Madura sangatlah terbatas sehingga sebagian lahan digunakan untuk pembudidayaan pangan.

2. Masyarakat Madura sebagai pelaut

Masyarakat Madura yang hidup di pesisir pantai umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan atau pelaut (de Jonge 1989). Ada berbagai jenis perahu yang biasa dipakai masyarakat Madura saat berlayar antara lain eder, pegon, lete–lete, lete’an, lo-molowan, parao kaci’, janggolan, sampan keteran, danjukong. Biasanya semua jenis perahu tersebut dibuat sendiri (Sadik 1996). Menurut Rifai (2007) nelayan Madura dapat tinggal berhari-hari di lautan hanya dengan perahu mayang. Hasil tangkapan didistribusikan secara bertahap pada perahu penghadang dan perahu penjemput untuk kemudian dijual di pesisir.Selain mengusahakan hasil laut berupa ikan, penduduk daerah pesisir juga mengusahakan tambak. Tambak–tambak ini menentukan posisi permukiman yang nantinya dibuat oleh masyarakat Madura pesisir (Citrayatiet al.2008).

3. Masyarakat Madura sebagai pengrajin

(41)

28

Komoditas potensial dari kerajinan tangan lainnya adalah batik Madura. Penghasil batik Madura adalah kabupaten Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Kabupaten Bangkalan dikenal sebagai penghasil batik pesisir yang dikenal sebagai batik Tanjungbumi. Ciri khas daerah pesisir tampak jelas pada ragam corak batik jenis ini. Ragam hiasnya besar dengan warna merah menyala atau biru tua, hitam, dan putih. Penataan yang sedemikian rupa menyebabkan batik Tanjungbumi dikenal sebagai batik yang berani dan ekspresif. Pola yang digambarkan mengungkapkan bentuk alam pesisir seperti laut, perahu, kerang, udang, tumbuhan menjalar, dan serangga (Sadik 1996).

Kerajinan tangan yang juga dikembangkan adalah seni ukiran kayu. Biasanya rumah adat dan perkakas rumah tangga dihias dengan ukiran yang sangat rapi dan indah. Bentuk ornament yang biasa dibuat adalah ukiran bunga, awan, dan naga. Namun sejak Islam berkembang di Madura, ukiran dengan bentuk mahluk bernyawa tidak di dapatkan lagi sebab ajaran islam melarang melukis mahluk bernyawa termasuk dalam seni ukir (Sadik 1996). Menurut Rifai (2007) ukiran Madura sangat khas karena hampir selalu dipahatkan tegak lurus pada bidang ukiran sehingga terkesan kaku dan berani, kasar, dan primitif namun tetap menyampaikan ekspresi tertentu.

4. Masyarakat Madura sebagai peternak dan pedagang

(42)

29

Sektor perdagangan telah berkembang di Madura sejak sebelum peternakan berkembang. Kesenangan berdagang ini menyebabkan orang–orang Madura merantau ke berbagai daerah di seluruh nusantara. Menurut Rifai (2007), kebanyakan pedagang Madura adalah pedagang perantara yang menyediakan komoditas yang tidak diproduksi di Madura. Pada umumnya, orang Madura terlibat di perdagangan kelas bawah seperti pedagang kaki lima. Pedagang Madura terbagi dalam dua daerah, yaitu pedagang yang beroperasi di pedesaan dan pedagang yang beroperasi sampai keluar Madura. Komoditas yang dijual bervariasi mulai dari hasil pertanian, peternakan, hingga hasil laut (Sadik 1996).

Upacara Tradisional Masyarakat Madura

Upacara adat dalam tradisi masyarakat Madura umumnya berkaitan dengan agama Islam (Sadik 1996). Hari–hari besar seperti Maulud Nabi, Isra’Mi’raj, Nuzulul Qur’an, dan Idul Fitri selalu diperingati secara besar–besaran. Idul Fitri sendiri dibagi dalam dua masa, yaitutellasan agung (lebaran besar) dantellasan topa’ (lebaran ketupat). Tellasan agung merupakan masa lebaran untuk sanak keluarga. Pada masa ini para perantau Madura akan kembali ke kampung halamannya masing–masing. Seminggu kemudian baru dilaksanakan tellasan topa’, yaitu saat dimana semua rumah Madura tidak menanak nasi, melainkan membuat ketupat atau lontong (Rifai 2007).

Upacara adat lainnya dilaksanakan oleh tiap keluarga dengan mengundang tetangga dan kerabat sekitar. Upacara–upacara ini selalu diakhiri dengan doa menurut ajaran agama. Beberapa ritual upacara yang menjadi tradisi masyarakat tersebut antara lain sebagai berikut (Jordaan 1979; Sadik 1996; Rifai 2007) : 1. arasol adalah perayaan Maulud nabi. Pada ritual ini disediakan beberapa jenis

bubur yang disebut tajhin sanapora, tahjin sora, tahjin sappar,dan tahjin somsom;

2. upacara Khataman Qur’anadalah upacara yang dilaksanakan dengan mengarak anak yang bersangkutan keliling kampong dan memasak makanan ponar (ketan kuning) berlauksekkol(parutan kelapa tua yang digoreng);

(43)

30

dengan peringatan hari ketiga, ketujuh, keempat puluh, keseratus, keseribu, dan selanjutnya diperingati setiap tahun (hol);

4. upacara daur hidup adalah upacara yang dilaksanakan sepasang suami istri dalam menyambut generasi baru dalam keluarga. Upacara ini terdiri dari ritual nandhai(member tanda pada awal kehamilan), pellet pertama, pellet betteng, kelahiran, copla’bujjel, toron tana,dansonat;

5. rokat merupakan ritual doa bersama yang dipimpin seorang kiai. Rokat dilaksanakan untuk memenuhi nadzar/janji, mengajukan permintaan pada Tuhan, atau menolak bala;

6. upacara membangun rumah merupakan ritual yang dilakukan sebelum membangun rumah berupa penentuan hari baik, selamatan di tempat yang akan dibangun, dan mendirikan empat tiang utama.

Pada umumnya upacara adat dilaksanakan di halaman dengan memanfaatkan bangunan-bangunan tertentu, sehingga pelaksanaan upacara ini berpengaruh terhadap pola bangunan permukimannya (Citrayati et al. 2008). Pada upacara perkawinan, masyarakat Madura juga membuat hiasan bunga yang disebut du'remmek. Hiasan bunga ini terbuat dari bunga cempaka gading dan kumpulan melati. Rangkaian bunga melati juga seringkali digunakan pada upacara kematian (Rifai 2007).

Karakteristik Masyarakat Madura

Masyarakat Madura dikenal sebagai masyarakat yang memiliki gaya bicara yang khas dengan karakter dominan keras dan mudah tersinggung. Walaupun demikian, masyarakat Madura juga merupakan pribadi yang hangat, disiplin, dan rajin bekerja. Orang Madura tampak selalu ceria, lugu, suka berterus terang, dan apa adanya. Namun, citra sifat kaku dan kasar masih melekat karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang umumnya berasal dari daerah pedesaan. Orang Madura juga dikenal mempunyai kesetiaan pada sistem dan pranata yang mengayominya. Ketekunan dan etos kerja yang tinggi menyebabkan mereka tidak takut melakukan pekerjaan apa saja (Rifai 2007).

(44)

31

Aceh, Minang, Sunda, dan Bugis. Keinginan mereka dalam menuntut ilmu agama sangatlah besar. Itulah mengapa seorang kiai haji sebagai panutan dan guru keagaman mendapat tempat yang terhormat di mata masyarakat lingkungannya. Dapat dikatakan ajaran islam secara kental telah mewarnai budaya dan peradaban Madura (Rifai 2007; Hidayah 1996). Secara umum, Rifai (2007) menyebutkan bahwa karakter orang Madura adalah ego tinggi, kaku dan kasar, pemberani, teguh pendirian, apa adanya, tulus setia, tertib, pamer, keras kepala, responsif, ulet, berjiwa wirausaha, suka berpetualang, hemat dan cermat, dan agamis.

Masyarakat Madura termasuk masyarakat yang menganut hubungan kekerabatan bilateral patrilineal (Hidayah 1996). Hubungan kekerabatan ini memperhitungkan garis keturunan laki–laki dan perempuan secara sama dan setara sehingga sebutan kekerabatan bagi keluarga pihak laki–laki tidak berbeda dengan sebutan untuk keluarga pihak perempuan (Rifai 2007).

Permukiman Masyarakat Madura

Tempat tinggal masyarakat Madura biasanya berkelompok dengan pola keruangan tertentu berdasarkan teritorial tiap keluarga. Keluarga inti dalam satu keturunan membuat tempat tinggal yang mengelompok. Sejumlah kelompok kemudian membentuk kampung berdasarkan jumlah generasi yang ada di dalamnya.

Permukiman Tradisional Madura umumnya merupakan kumpulan rumah yang masih memiliki hubungan kekerabatan. Biasanya letaknya berdekatan dengan lahan garapan, mata air, atau sungai. Lahan garapan dan kompleks rumah dibatasi oleh tanaman hidup atau guludan tanah yang disebutgalengan. Susunan rumah disusun menurut hierarki keluarga. Keluarga paling tua berada berada di sebelah barat dan keluarga paling muda di sebelah timur. Di ujung paling barat terdapat langgar yang menjadi orientasi permukiman secara keseluruhan (Tulistyantoro 2005).

(45)

32

(pagar hidup) baik berupa bambu atau tanaman keras lainnya yang ditanam sangat rapat. Bahkan terkadang tanaman pohon tersebut masih diikat dengan bilah–bilah bambu. Bagi masyarakat Madura permukiman adalah sebuah benteng bagi penghuninya. Sehingga pagar yang mengelilinginya haruslah dapat menahan ancaman dari luar seperti musuh atau binatang buas (Sadik 1996).

Menurut Hastijanti (2005), terdapat dua jenis pola permukiman di Madura, yaitu kampung mejhi dan taneyan lanjhang (Gambar 22). Kampung mejhi merupakan kelompok permukiman yang terisolasi dalam jarak 1-2 km dan dikelilingi oleh pagar bambu. Antarkelompok biasanya dihubungkan oleh jalan desa atau jalan setapak. Sebuah kampung mejhi biasanya terdiri dari 4-8 rumah tinggal yang dibangun berjajar dari barat ke timur. Bentuk kampung mejhi ini banyak terdapat di pedesaan.

Rumah-rumah dalam kampung mejhi dapat pula berjumlah lebih dari delapan. Jika rumah terlalu banyak dan lahan tidak mencukupi, rumah berikutnya akan dibangun secara melingkar. Umumnya setiap rumah dihuni oleh satu keluarga atau lebih. Sebuah rumah dalamkampung mejhidapat dihuni oleh orang tua dan anak perempuannya yang telah menikah (Wiyata 2002).

Sementara pola taneyan lanjhang merupakan kelompok permukiman yang dibangun oleh keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi dan memiliki banyak anak perempuan. Jumlah taneyan lanjhang di tiap desa amat sedikit (0-3 taneyan lanjhang/desa). Sebuah taneyan lanjhang biasanya disusun oleh beberapa bangunan dengan fungsi yang spesifik.

(46)

33

Gambar 22 Pola permukiman masyarakat Madura

Taneyan Lanjhang

Aksesibilitas

Salah satu pola permukiman masyarakat Madura adalah taneyan lanjhang. Taneyan dalam bahasa Madura berarti halaman yang dikelilingi oleh rumah dan bangunan yang lain. Selain itu ada pula istilah pamengkang (pekarangan) yang diperuntukkan bagi tanah disekitar hunian dan yang sering ditanami pohon buah– buahan atau tanaman belukar. Sementara istilah taneyan lanjhang dipakai saat terdapat komplek perumahan yang terdiri dari beberapa rumah tinggal. Taneyan lanjhangsendiri berarti halaman panjang (Jordaan 1979).

Citrayati (2008) mengemukakan bahwa taneyan lanjhang merupakan ciri masyarakat agraris Madura. Lokasi pembangunan taneyan lanjhang disesuaikan dengan letak tegalan/tambak milik keluarga. De Jonge (1989) menyebutkan bahwa sebuah taneyan lanjhang dikelilingi pagar hidup dan dilengkapi dengan pintu masuk utama (Gambar 23). Pintu masuk ini merupakan satu-satunya akses menuju taneyan lanjhang. Apabila ada tamu yang memasuki taneyan(halaman) tanpa melalui pintu masuk akan dianggap tidak sopan dan melecehkan harga diri pemilik taneyan sehingga dapat memicu terjadinya perkelahian yang disebut carokatautokar(Sadik 1996; Hastjanti 2005).

Kampong mejhi Taneyan lanjhang

rumah

rumah rumah

rumah Dapur dan kandang

(47)
(48)
(49)

36

terdapat satu buah langghar, sehingga langghar dapat menjadi pemisah antara taneyanyang satu dengantaneyanyang lain.

Menurut Jordaan (1979) Rumah tinggal masyarakat Madura dibangun menurut aturan modjur are (kayu bubung lurus dengan arah timur–barat) atau malang are (kayu bubung lurus dengan arah utara–selatan). Apabila rumah tongghu dibangun menurut aturan modjur are maka ketika ada anak yang dikawinkan, rumah baru akan dibangun di sebelah kiri rumah yang ada. Dengan demikian rumah–rumah akan berderet rapi ke arah timur. Apabila pembangunan kearah timur sudah tidak memungkinkan karena keterbatasan ruang, maka rumah berikutnya akan dibangun di sebelah selatantaneyandengan aturan pembangunan yang sama. Hal ini menyebabkan taneyanmeluas kembali ke arah barat (Gambar 25).

Gambar 25 Pola pembangunanmodjur’are

(50)

37

1. Pancoran mas

Sumur di letakkan pada arah timur–utara. Pancoran mas berarti “air yang mengalir mas”. Beberapa daerah di Madura menamai sudut ini dengan nama soghi(kekayaan). Sudut halaman ini merupakan sudut yang paling disukai. 2. Beras nompa

Sumur diletakkan pada arah timur–selatan. Beras nompa memiliki makna “beras jatuh” sehingga sudut ini merupakan pilihan kedua karena dianggap agak bagus. Pada beberapa daerah sudut ini dinamaisoka(suka).

3. Dangdang ngellak

Sumur diletakkan pada arah barat–selatan. Dangdang ngellak merupakan bahasa Madura yang berarti“burung gagak dengan paruh terbuka”. Di daerah lainnya, sudut ini dinamakan denganpate(mati).

4. Paku wesi

Sumur diletakkan pada arah barat–utara.Paku wesitidak memiliki arti khusus selain bermakna kurang baik/buruk. Bagi beberapa daerah sudut ini disebut lara(penyakit).

Terdapat perbedaan pembahasan mengenai kepercayaan tersebut. Menurut Sadik (1996), istilah pancoran mas diperuntukkan bagi lahan yang menjadi tempat mengalirnya air, yaitu di atas tanah yang agak miring kearah timur laut sehingga orang yang membangun rumahnya di lahan tersebut akan hidup makmur. Selain itu, masyarakat Madura juga memiliki dua pantangan dalam membangun rumah :

1. tanah “nombak lorong” yaitu lahan yang berhadapan lurus denganjalan umum. Menurut kepercayaan masyarakat, posisi semacam ini dapat menyebabkan kegoncangan bagi penghuninya;

(51)

38

Gambar 26 Penempatan sumur dalamtaneyan lanjhang

Tata Letak ElemenTaneyan lanjhang

Komposisi ruang taneyan lanjhang terdiri dari roma di sebelah utara, langghar di sebelah barat, kandang di sisi selatan, dan dapor berada di depan rumah. Menurut Jordaan (1979), bangunan–bangunan yang terdapat dalam taneyan lanjhang tidak hanya digunakan untuk mengerjakan aktivitas tertentu, tetapi juga setiap bentuk dan susunan bangunan memperlihatkan ciri dan aturan tertentu yang berlaku di masyarakat.

Roma (rumah tinggal) menurut Tulistyantoro (2005) merupakan ruang utama yang terdiri dari satu pintu utama, satu ruang tidur, dan dilengkapi dengan sebuah serambi. Ruang bagian belakang atau atau ruang dalam bersifat gelap dan tertutup. Ruang dalam ini merupakan ruang tunggal yang berfungsi mewadahi aktifitas tidur bagi perempuan dan anak–anak. Sebaliknya ruang serambi bersifat terbuka dan berfungsi sebagai ruang penerimaan bagi tamu perempuan.

1

2

3

(52)
(53)

40

Langghar merupakan tempat ibadah penghuni dan pusat orientasi taneyan. Seringkalilanggharmenjadi pembatas antarataneyanyang satu dengan yang lain sehingga setiap taneyan lanjhangpasti memiliki sebuah langghar (Cahyo, Silas, dan Sri 2010). Umumnyalanggharberukuran relatif lebih kecil dari rumah induk dengan bahan utama dari kayu dan bambu (Tulistyantoro 2005). Cahyo et al. (2010) menyebutkan bahwa langghar di bangun lebih tinggi 80 sentimeter dari permukaan tanah dengan lantai dari bahan papan atau bambu.

Fungsi utama langghar adalah sebagai pusat aktivitas laki–laki dan pusat transfer nilai–nilai religius kepada generasi yang lebih muda. Menurut Sadik (1996) dan Wiyata (2002) langghar memegang peranan penting dalam menjaga kelangsungan taneyan. Segala keputusan dari orang tua akan keluar melalui musyawarah yang dilakukan di bangunan ini. Langghar juga berperan dalam mencegah terjadinya kekerasan (carok) dalam taneyan. Tulistyantoro (2005) dan Cahyoet al.(2010) menjelaskan aktivitas yang dilakukan dalamtaneyan:

a. beristirahat setelah bekerja di lading, b. sholat berjamaah seluruh penghunitaneyan, c. bermusyawarah,

d. menerima tamu diluar kerabat, dan e. bercengkrama dan sosialisasi.

Posisilanggharbiasanya berada di ujung barat dengan bangunan terbuka ke arah timur (Gambar 28). Langghar hampir selalu dibangun berhadapan lurus dengan pintu masuk. Hal ini berfungsi untuk memudahkan pemiliktaneyandalam mengawasi anak keturunannya. Di dekat langghar juga terdapat paddasan, yaitu tempat untuk mengambil wudhu.

Dapor dan kandang umumnya berada di sisi selatan rumah induk dan menghadap ke utara (Gambar 29). Menurut Jordaan (1979) kadangkaladapor dan kandang berada dalam satu bangunan, baik dilengkapi dengan dinding pemisah maupun tanpa dinding pemisah. Namun, menurut Tulistyantoro (2005) kandang tidak memiliki posisi yang pasti. Apalagi saat ini tidak banyak masyarakat yang memiliki ternak sehingga jarang ada yang memiliki kandang padataneyan.

(54)
(55)

42

Taneyan merupakan ruang utama di tengah–tengah permukiman. Fungsi utama taneyanadalah sebagai ruang terbuka yang menjadi pusat sosialisasi antar anggota keluarga, tempat bermain, menjemur hasil panen, dan aktivitas lain yang melibatkan banyak orang. Taneyan bersifat terbuka dengan pembatas yang tidak permanen, namun ketika memasukinya harus melalui pintu yang tersedia (Tulistyantoro 2005).

Material PenyusunTaneyan lanjhang

Taneyan lanjhang merupakan pola permukiman yang telah menjadi tradisi masyarakat Madura. Warisan budaya yang turun temurun ini dikembangkan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di Madura sendiri. Oleh karenanya bahan baku penyusun elemen, utamanya bangunan, dibuat dengan bahan-bahan alami. Saputro (2009) menyebutkan bahwa bangunan tradisional Madura biasanya terbuat dari bambu dan tidak berpaku. Tulistyantoro (2005) bahkan secara lengkap menyebutkan bahwa bahan bangunan rumah Madura terdiri dari lantai tanah/pasir, dinding kayu,tabing,ataubidik,dan atap ilalang atau nipah.

Seiring perkembangan zaman, taneyan lanjhang mengalami banyak perubahan dalam penggunaan material. Penelitian yang dilakukan oleh Saputro (2009) dan Cahyo et al.(2010) menemukan bahwa rumah-rumah dalam taneyan lanjhang saat ini telah terbuat dari material modern seperti genteng, tembok, dan rangka bangunan kayu (Gambar 30). Secara khusus Saputro (2009) mengelompokkan jenis material rumah Madura menurut perbedaan mata pencahariannya.

a. Rumah tembok

Material pembentuk rumah tembok terdiri dari pasir, semen, dan batu gamping. Rumah jenis ini biasanya dimiliki oleh petani dan nelayan.

b. Rumah keramik

(56)
(57)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pulau Madura (Gambar 31) dengan mengunjungi empat kabupaten yang ada, yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep. Selain itu peneliti juga mengunjungi pusat kajian kebudayaan Madura milik UPT Universitas Jember di kabupaten Jember . Adapun pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei– September 2010.

Gambar 31 Peta lokasi

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif melalui observasi lapang, studi literatur, dan interview. Proses penelitian yang dilakukan mencakup beberapa tahap (Gambar 32) sebagai berikut :

Pulau Madura Pulau Jawa

(58)
(59)

46

peneliti juga mencari informasi terkait narasumber yang sesuai untuk penelitian ini.

2. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan pada bulan Maret–September 2010 untuk mendapatkan informasi tentang elemen–elemen lanskap yang ada di sekitar rumah tinggal masyarakat Madura. Adapun langkah–langkah yang telah dilakukan dalam studi pustaka ini adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah berbagai literatur mengenai desain dalam lanskap, taman rumah tinggal, kebudayaan Madura, serta tentang karakteristik masyarakat Madura. Literatur yang dikumpulkan terdiri dari berbagai bentuk baik berupa buku, jurnal, laporan penelitian, maupun artikel bebas dari media cetak atau media elektronik (Tabel 1).

Tabel 1 Jenis data dan sumber data yang dikumpulkan pada tahap studi pustaka

Jenis Data Bentuk Data Sumber Data

Geografi dan iklim Deskripsi

b. Penyaringan dan pemilihan data

(60)

47

3. Wawancara

Proses wawancara dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2010 dengan menggunakan berbagai media. Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi tentang pola permukiman Madura, elemen yang ada, fungsi dan filosofi bagi permukiman, serta nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat. Narasumber dalam interview ini dipilih secara purposive yaitu dengan mempertimbangkan latar belakang dan tingkat interaksi yang dimiliki calon narasumber dengan budaya Madura (tabel 2).

Tabel 2 Daftar narasumber penelitian

No. Nama Profesi Latar Belakang Studi

1 Prof. Dr. Ahmad Mien Rifai Peneliti LIPI Biologi dan Bahasa

2 Dr. Latief Wiyata Dosen Ilmu Sosiologi dan Antropologi suku Madura

3 Dr. Lintu Tulistyantara Dosen Arsitektur Madura

4 Sulaiman Sadik Sejarahwan Sastra Madura

Pertanyaan yang diajukan pada narasumber meliputi :

a. deskripsi tentangtaneyan lanjhangdan permukiman Madura secara umum; b. unsur-unsur pembentuktaneyandan posisinya dalamtaneyan;

c. vegetasi dalamtaneyan(yang harus ada, biasanya ada, dan sering ditanam); d. tujuan penanaman vegetasi padataneyan;

e. filosofi/makna tiap unsur dalamtaneyan;

f. kondisitaneyan lanjhangsaat ini (elemen yang masih ada dan elemen yang sudah hilang);

g. polataneyan lanjhangmasa kini;

h. karakteristik taneyan lanjhang tiap kabupaten setelah memasuki era modernisasi.

4. Observasi lapang

(61)

48

dilakukan pada lima rumah berbentuktaneyan lanjhangdi setiap kabupaten di Pulau Madura. Selain itu pada tahap observasi lapang ini peneliti juga sempat menemui pemuka masyarakat dan tokoh kebudayaan Madura. Data yang dikumpulkan saat observasi lapang ini adalah data tentang kondisi eksisting permukiman di Madura, khususnyataneyan lanjhang(Tabel 3).

Tabel 3 Jenis dan sumber data yang dikumpulkan saat observasi lapang

Jenis Data Bentuk Data Sumber Data

Pola ruangtaneyan Gambar/Foto Dokumentasi pribadi

Unsur pembentuk

Simbol dan filosofi Deskripsi Wawancara

Kesejarahan Deskripsi Pustaka, wawancara

5. Analisis dan Sintesis data

Tahap ini merupakan kelanjutan dari proses pengumpulan data. Data yang di dapat melalui proses studi pustaka diidentifikasi dan diterjemahkan kedalam gambar spasial sehingga didapatkan suatu pola taman rumah menurut literatur yang ada. Data yang diperoleh melalui hasil wawancara juga diidentifikasi dan dicocokkan dengan literatur. Informasi yang didapatkan dalam wawancara dan observasi lapang menjadi pertimbangan utama dalam menentukan sintesis pada pola dan bentuk taman Madura nantinya.

Analisis dan sintesis data berfungsi untuk mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki tiap elemen untuk kemudian merumuskan suatu konsep taman madura. Adapun jenis data yang dianalisis meliputi :

a. data fisik yang terdiri dari zonasi, material, dan aksesibilitas dalam hubungannya dengan elemen desain dan prinsip desain, dan

(62)

49

6. Penentuan konsep taman

Tahap penentuan konsep meliputi penyusunan konsep dasar yang akan diterapkan pada taman beserta konsep ruang, konsep vegetasi, dan konsep sirkulasinya. Konsep ruang ditentukan berdasarkan fungsi dan sifat penggunaan ruang dalam taman. Konsep vegetasi ditentukan berdasarkan tata letak dan fungsi vegetasi bagi taman. Pola sirkulasi dalam taman ditentukan melalui pola pergerakan penghuni dalam taman, sedangkan konsep utilitas ditentukan melalui tata letak drainase dalam taneyan lanjhang. Konsep yang dihasilkan pada tahap ini merupakan acuan dasar dalam mendesain taman rumah tinggal berbasis budaya Madura.

7. Rekomendasi desain taman

(63)

HAS

Elemen Ut

Pola Permukiman Masyar Permukiman tradision kelompok rumah yang sal kelompok rumah biasanya d sehingga akan tampak dari oleh tanah pertanian, pohon biasanya terdapat kompleks dengan kepala keluarga di m mempunyai pertalian darah s

Gambar 3

Secara umum, kebuda keluarga, yaitu pola kamp merupakan jenis permukima dan terpisah dari perkampu masyarakat kurang mampu s permukiman dengan jenis ta Madura dengan tingkat eko jenis permukiman ini te mengembangkan halamann

ASIL DAN PEMBAHASAN

Utama dalam Permukiman Madura

arakat Madura

ional masyarakat Madura dibentuk dari kelom saling terpisah satu sama lain (Gambar 33). S a dibatasi oleh pagar hidup yang mengelilingi kom ri luar seperti pulau–pulau hijau yang tersebar, ter on-pohon, atau halaman. Di dalam pagar hidup ter ks perumahan keluarga yang terdiri dari beberapa r i masing-masing rumah (keluarga mandiri), tetapi m

h satu sama lain.

r 33 Permukiman masyarakat Madura

dayaan Madura mengenal dua jenis pola permuk mpung mejhi dan taneyan lanjhang. Kampung me

man masyarakat Madura yang berada di daerah terp pungan lain. Kampung mejhi biasanya dimiliki u sehingga hanya terdiri dari bangunan inti. Sebali s taneyan lanjhang umumnya dimiliki oleh masya

konomi baik (kaya). Perbedaan mendasar pada k terletak pada kemampuan kepala keluarga d nnya dengan membangunkan rumah untuk

(64)

51

perempuan. Perbedaan mendasar pada kedua jenis permukiman ini terletak pada kelengkapan elemennya, sedangkan pola ruangnya relatif sama (Tabel 4 dan Gambar 34).

Tabel 4 Perbandingan komponen padataneyan lanjhangdankampung mejhi

Elemen Taneyan Lanjhang Kampung Mejhi

Pagar hidup Ada Ada

Langghar Ada Ada

Rumah induk Ada Ada

Rumah anak Ada Tidak ada, anak tinggal

bersama orang tua

Dapur Ada Ada atau menyatu dengan

rumah

Kandang Ada Tidak ada

Akses Antartaneyansaling

berdekatan

Antartaneyanterpisah jauh oleh ladang, permukiman terpencil dan menyendiri

Data tersebut diperoleh dari narasumber seorang budayawan Madura bernama Bapak Sulaiman Sadik yang berdomisili di Pamekasan. Konsep kampung mejhi yang dijelaskan memiliki perbedaan dengan yang dijelaskan dalam literatur

Gambar 34 Pola permukiman masyarakat Madura Rumah

Dapur dan kandang langghar

Rumah

langghar

Dapur

taneyan taneyan

(65)

52

Wiyata (2002). Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan dan perkembangan zaman yang memungkinkan perubahan pola pada kampong mejhi. Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa terdapat kemiripan komponen yang dimiliki oleh taneyan lanjhang dan kampung mejhi. Namun, dalam penelitian ini pembahasan diarahkan pada taneyan lanjhang dengan pertimbangan pada kelengkapan komponennya.

Elemen PenyusunTaneyan Lanjhang

Taneyan lanjhang (halaman panjang) terdiri atas beberapa elemen yang disusun menurut pola tertentu. Pola ini bersifat tetap sejak dahulu dan diwariskan secara turun temurun. Adapun elemen–elemen utama penyusun taneyan lanjhang dikelompokkan menjadihardscapedansoftscape.

Hardscapeatau elemen keras dalam taneyan lanjhangterdiri dari beberapa bangunan yang memiliki fungsi dan lokasi yang spesifik. Elemen keras tersebut adalah sebagai berikut.

1. Rumah Tinggal

Gambar

Gambar 16 Arah sirkurkulasi yang dibentuk pavemen (Sumber: Booth 198 1988)
Gambar 25 Pola pembangunan modjur’are
Gambar 26 Penempatan sumur dalam taneyan lanjhang
Gambar 31 Peta lokasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tata ruang rumah tinggal tradisional Lampung berbentuk persegi panjang dengan pembagian ruang yang dipengaruhi oleh faktor hubungan kekerabatan atau nilai-nilai yang

Untuk mengkaji perubahan apa saja yang dilakukan oleh penghuni rumah ditinjau dari segi ruang, fungsi ruang, dan elemen rumah, serta mengkaji faktor-faktor apa yang

Penelitian ini bertujuan untuk membangun konsep desain yang membantu memecahkan permasalahan kenyamanan termal pada rumah tinggal di perkotaan yang padat dengan

Dalam penelitian ini masyarakat Madura yang di maksud adalah masyarakat yang tinggal dan hidup di Kedung Cowek Surabaya. Dimana dalam kehidupan sehari-hari

Diharapkan dapat mengubah cara pandang masyarakat luar terhadap Pulau Madura sehingga masyarakat tidak enggan untuk berkunjung ke Pulau Madura sebagai tempat wisata yang

Untuk menciptakan sebuah interior rumah tinggal yang ramah lingkungan, banyak faktor yang harus diketahui sebelum memilih material-material untuk setiap elemen interior

Penelitian ini bertujuan untuk membangun konsep desain yang membantu memecahkan permasalahan kenyamanan termal pada rumah tinggal di perkotaan yang padat dengan cara

Pendekatan Pemecahan Desain Interior Rumah Tinggal Sunarmi 1 INTISARI Tulisan ini merupakan hasil kajian literature yang memba- has tentang “Pendekatan Pemecahan Desain Interior