• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model of Sustainable Agropolitan Region Development at West Kalimantan Malaysia Border (Case Study The Border Bengkayang Regency Sarawak)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model of Sustainable Agropolitan Region Development at West Kalimantan Malaysia Border (Case Study The Border Bengkayang Regency Sarawak)"

Copied!
315
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN

SECARA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PERBATASAN

KALIMANTAN BARAT- MALAYSIA

(STUDI KASUS WILAYAH PERBATASAN

KABUPATEN BENGKAYANG-SARAWAK)

THAMRIN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi saya yang berjudul

“Model Pengembangan Kawasan Agropolitan Secara Berkelanjutan di Wilayah

Perbatasan Kalimantan Barat-Malaysia” (Studi Kasus Wilayah Perbatasan

Kabupaten Bengkayang-Sarawak) adalah merupakan disertasi hasil penelitian

saya sendiri, dengan arahan Komisi Pembimbing. Disertasi ini belum pernah

diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan tinggi

manapun. Semua sumber informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain yang digunakan dalam penulisan

disertasi ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka

secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 03 Januari 2009

(3)

THAMRIN. 2008. Model of Sustainable Agropolitan Region Development at West Kalimantan-Malaysia Border (Case Study The Border Bengkayang Regency-Sarawak). Under the supervision of SURJONO H. SUTJAHJO as committee chairman, CATUR HERISON and SUPIANDI SABIHAM as committee members.

Border area of Bengkayang Regency is a great potency for agropolitan development region in terms of rural-urban developmental equity in the border area. The purposes of this research were (1) to identify the potency, development level, and sustainability of the border areas at Bengkayang Regency; (2) to develop a model of sustainable agropolitan region; and (3) to formulate policy direction and strategy of agropolitan development. Types of data analysis applied in this study incuding Analysis of Area Tipology, Principle Component Analysis (PCA), Cluster Analysis, Spatial Analysis, Analisis of Land Suitability, Analysis of Agricultural Business, Scalogram Analysis, Centralistic Analisis, Analitical Hierarkhy Process (AHP), Interpretative Structural Modeling (ISM), Multidimensional Scaling (MDS), Prospective Analysis, and dynamic system analysis. Research findings showed that the border areas at Bengkayang Regency were the basis for agricultural commodities, namely corn, rainfed paddy field, oil palm, rubber, beef cattle, goat, and chicken. The actual land suitability belonged to S2 and S3 class having constraint factors of water availability, nutrient retention, and erosion threat. The border areas of Bengkayang Regency was in the stratum of Pre-Agropolitan Region II, consisting of two more advance developed village, 11 moderate village, and 16 less developed village (relatively left behind). The alternative model for agropolitan region was an integration of plantation, crop plant, and animal husbandry agropolitan region. Dimension of ecology status were low sustainable; economy, social, culture, law, and institution dimension were moderate sustainable; while infrastructure was unsustainable. Among the 47 attributes analyzed, 22 were sensitive to have an effect on the value of regional sustainability index. To increase the sustainability status in the future, a scenario that could be chosen was an up grading to all sensitive attributes. It was found out through a dynamic system analysis that up to the year of 2035 population tended to grow positively and exponentially. It was also similar to land use needed, agropolitan production, and farming profit, although at one moment it would move to an equilibrium point (stable equilibrium) because of the “Limit to Growth” process. It means, the model developed follows the basic pattern (archetype) of “Limit to Growth.” The direction of regional development policy of the border areas of Bengkayang Regency was a development of agropolitan region. To improve the model performance, optimistic scenario is required to be taken through bigger intervention to the influenced key variables in the model.

Key words: border areas, agropolitan region, status of sustainability, and dynamic system.

(4)

THAMRIN. 2008. Model Pengembangan Kawasan Agropolitan secara berkelanjutan di Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat-Malaysia (Studi Kasus Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang-Sarawak). Dibimbing Oleh

SURJONO H. SUTJAHJO sebagai Ketua Komisi Pembimbing, CATUR HERISON dan SUPIANDI SABIHAM sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai kawasan pengembangan agropolitan dalam rangka pembangunan desa-kota berimbang di wilayah perbatasan. Penelitian bertujuan untuk (1) mengidentifikasi potensi, tingkat perkembangan, dan keberlanjutan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang; (2) membangun model pengembangan kawasan agropolitan secara berkelanjutan; dan (3) merumuskan arahan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan agropolitan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis tipologi wilayah, Principle Component Analysis (PCA), Cluste Analysis, Analisis spasial, analisis kesesuaian lahan, analisis usahatani, analisis skalogram, analisis sentralitas, Analitical hierarkhy Process (AHP), Interpretatif Structural Modeling (ISM), Multidimensional Scaling (MDS), analisis prospektif, dan analisis sistem dinamik. Hasil penelitian menujukkan bahwa wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang merupakan basis beberapa komoditas pertanian dengan komoditas unggulan jagung, padi ladang, kelapa sawit, karet, lada, sapi potong, kambing, dan ayam. Kesesuaian lahan aktual termasuk kelas S2 dan S3 dengan faktor pembatas ketersediaan air, retensi hara, dan bahaya erosi. Wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang termasuk kategori strata Pra Kawasan Agropolitan II dengan 2 desa termasuk dalam tingkat perkembangan maju, 11 desa dengan tingkat perkembangan sedang, dan 16 desa dengan tingkat perkembangan rendah (relatif tertinggal). Alternatif pengembangan kawasan agropolitan yang dapat dikembangkan adalah agropolitan terpadu perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan. Status keberlanjutan dimensi ekologi termasuk dalam status kurang berkelanjutan; dimensi ekonomi, sosial dan budaya, dan hukum dan kelembagaan cukup berkelanjutan; sedangkan dimensi infrastruktur tidak berkelanjutan. Dari 47 atribut yang dianalisis, 22 atribut yang sensitif berpengaruh terhadap peningkatan nilai indeks keberlanjutan wilayah.. Hasil analisis sistem dinamik, menunjukkan pertumbuhan penduduk memperlihatkan kecenderungan pertumbuhan positif (positive growth) naik mengikuti kurva eksponensial sampai pada tahun 2035. Demikian pula dengan kebutuhan penggunaan lahan, produksi agropolitan, dan keuntungan usahatani, namun pada suatu saat akan menuju titik keseimbangan tertentu (stable equilibrium) karena proses Limit to Growth. Ini berarti, model yang dibangun mengikuti pola dasar (archetype) “Limit to Success”. Arah kebijakan pengembangan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang adalah pengembangan kawasan agropolitan terpadu yaitu perkebunan-tanaman pangan-peternakan. Untuk meningkatkan perubahan kinerja model maka skenario yang perlu dilakukan adalah skenario optimis yaitu dengan melakukan intervensi yang lebih besar terhadap variabel kunci yang berpengaruh dalam model.

(5)

RINGKASAN

Paradigma masa lalu yang menempatkan wilayah perbatasan sebagai halaman belakang (hinterland) dalam pembangunan membawa implikasi terhadap kondisi Kabupaten Bengkayang saat ini yang terisolir dan tertinggal. Hal ini terutama dilihat dari sisi sosial ekonomi karena kurang tersentuh pembangunan dan lebih mengutamakan pembangunan wilayah perkotaan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Pembangunan perdesaan khususnya di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang yang berbasiskan pertanian harus mulai didorong guna mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi yang didukung oleh kemampuan pelayanan infrastruktur, pendidikan, sosial, kesehatan, dan lainnya sehingga mampu menggerakkan perekonomian perdesaan dan menciptakan nilai tambah (added value) yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Pembangunan pertanian haruslah sinergi dari pembangunan wilayah perdesaaan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengembangan kawasan potensial dengan basis perdesaan sebagai pusat pertumbuhan akan mentransformasikan perdesaan menjadi kota-kota pertanian atau dikenal dengan pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu pilihan strategis yang tepat.

Penelitian bertujuan untuk menyusun suatu model pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Untuk mencapai tujuan tersebut, beberapa kegiatan yang dilakukan sebagai tujuan khusus, antara lain :

1) Menganalisis potensi, tingkat pekembangan, dan keberlanjutan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk pengembangan kawasan agropolitan.

2) Membangun model pengembangan kawasan agropolitan secara berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak, Malaysia 3) Merumuskan arahan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan

agropolitan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak, Malaysia. Penelitian dilaksanakan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, yaitu Kecamatan Sanggau Ledo, Seluas, Jagoi Babang, dan Siding. Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2006 sampai bulan Januari 2008. Analisis data meliputi :

1. Identifikasi potensi wilayah terdiri atas : analisis Location Quotient (LQ), analisis komoditas unggulan dan andalan, analisis kesesuaian lahan, analisis keruangan (spasial) dengan Arc View3.3, dan analisis usahatani.

2. Tingkat perkembangan wilayah, terdiri atas : analisis tipologi (strata) kawasan,

Principal Componen Analisys (PCA), analisis cluster, analisis skalogram,

analisis sentralitas, dan Analytical Hierarchy Process (AHP).

3. Status keberlanjutan kawasan dengan analisis Multidimensional Scaling

(MDS) yang disebut Rap-BENGKAWAN, analisis Laverage, analisis Monte Carlo, dan analisis prospektif.

4. Membangun model pengembangan kawasan agropolitan dengan analisis

(6)

komoditas tersebut, yang termasuk komoditas unggulan meliputi jagung, padi ladang, kelapa sawit, karet, lada, sapi potong, kambing, dan ayam. Kesesuaian lahan aktual termasuk kelas S2 dan S3 dengan faktor pembatas ketersediaan air, retensi hara, dan bahaya erosi.

Wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang termasuk kategori strata Pra Kawasan Agropolitan II dengan 2 desa termasuk dalam tingkat perkembangan maju, 11 desa dengan tingkat perkembangan sedang, dan 16 desa dengan tingkat perkembangan rendah (relatif tertinggal). Alternatif pengembangan kawasan agropolitan yang dapat dikembangkan adalah agropolitan terpadu perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan.

Status keberlanjutan dimensi ekologi termasuk dalam status kurang berkelanjutan; dimensi ekonomi, sosial dan budaya, dan hukum dan kelembagaan cukup berkelanjutan; sedangkan dimensi infrastruktur dan teknologi tidak berkelanjutan. Dari 47 atribut yang dianalisis, 22 atribut yang sensitif berpengaruh terhadap peningkatan nilai indeks keberlanjutan wilayah. Untuk meningkatkan status keberlanjutan ke depan, skenario yang dapat dipilih adalah melakukan perbaikan secara menyeluruh pada atribut yang sensitif berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan.

Hasil analisis sistem dinamik, menunjukkan setiap komponen penyusun sub model, menunjukkan kecenderungan membentuk kurva pertumbuhan positif

(positive growth) naik mengikuti kurva eksponensial. Namun pada beberapa

komponen sub model seperti pertumbuhan penduduk dan peningkatan luas lahan selalu diimbangi oleh laju pengurangan jumlah penduduk dan konversi lahan ke non pertanian sehingga dalam model ini terjadi hubungan timbal balik positif (positive feedback) melalui proses reinforcing dan timbal balik negatif

(negative feedback) melalui proses balancing. Peningkatan jumlah penduduk

yang terus bertambah memberikan tekanan terhadap sumberdaya yang ada termasuk sumberdaya lahan. Akibat tekanan ini, peningkatan yang terjadi terhadap semua komponen dalam sistem pada suatu saat akan sampai pada titik keseimbangan tertentu (stable equilibrium) dan selanjutnya terjadi penurunan akibat tekanan terhadap sumberdaya yang tersedia. Fenomena ini mengikuti konsep Limit to Growth sehingga bentuk model yang terjadi dapat disebut mengikuti pola dasar (archetype) “Limit to Growth” dalam system dinamik. Untuk meningkatkan perubahan kinerja model maka skenario yang perlu dilakukan adalah skenario optimis dengan melakukan intervensi yang lebih besar satu atau lebih variabel yang berpengaruh dalam model

(7)

Judul Disertasi : Model Pengembangan Kawasan Agropolitan Secara Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat-Malaysia (Studi Kasus Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang-Sarawak)

N a m a : T ha m r i n

NRP. : P062050091

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Disetujui :

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S

Ketua

Dr. Ir. Catur Herison, M.Sc Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. Anggota Anggota

Mengetahui :

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor

Prof.Dr.Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S NIP. 131 471 836 NIP. 130 891 386

(8)

PELAKSANAAN UJIAN

1. Ujuan Tertutup Tanggal 15 September 2008

Penguji Luar Komisi : Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S

(Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB)

2. Ujian Terbuka Tanggal 12 Desember 2008

Penguji Luar Komisi :

a. Dr. Ir. Sugimin Pranoto, M.Eng.

(Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum Bidang Pengembangan Keahlian dan Tenaga Fungsional/Director Asian Institut of Technology Center in Indonesia)

b. Dr. Ir. Putut Marhayudi, M.M.

(9)

PELAKSANAAN UJIAN

1. Ujuan Tertutup Tanggal 15 September 2008

Penguji Luar Komisi : Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S

2. Ujian Terbuka Tanggal 12 Desember 2008

Penguji Luar Komisi :

a. Dr. Ir. Sugimin Pranoto, M.Eng

(10)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009. Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber :

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(11)

PERSEMBAHAN DAN TERIMA KASIH

Buat Istri dan Anak-Anakku Tercinta

“Gusti Ernawati, Muhammad Ridho Ilahi, dan Ernitha Ramadhani”

Atas pengertian, perhatian, pengorbanan, dan Do’anya dalam mendukung

suami dan ayahnya untuk menyelesaikan pendidikan S3 ini di Institut

Pertanian Bogor, dan semoga ilmu ini menjadi amal jariah kepada kedua

orang tua (alm) dan mertua (alm) kami.

KEPADA ALLAH SWT

Kami berdoa “Ya Tuhanku, Tambahkanlah Kepadaku Ilmu Pengetahuan”

$

V

ϑ

ù

=

Ï

ã

Î

Τ

÷

Š

Î

Éb

>

§

è

%

u

ρ

(

(12)

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, oleh karena atas

ijin-Nya jualah, sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik

dengan judul ”Model Pengembangan Kawasan Agropolitan Secara Berkelanjutan

di Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat-Malaysia (Studi Wilayah Perbatasan

Perbatasan Kabupaten Bengkayang-Sarawak)” yang merupakan salah satu

syarat penyelesaian Pendidikan Program Doktoral (S3) pada Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan disertasi ini,

adalah atas sumbangsih dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis, terutama kepada Yth :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S., Dr. Ir. Catur Herison, M.Sc.,

dan Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. selaku ketua dan anggota komisi

pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran

selama ini, sejak penyusunan proposal sampai penyelesaian disertasi ini.

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana IPB, atas bantuan, perhatian, dan

motivasi melalui prinsip TEMPA DIRI (Tanggangjawab, Etos kerja, Mandiri,

Percaya diri, Ambisi (cita-cita), Disiplin, Inisiatif, Respon, dan Integrity=iman

dan iklas) yang diberikan selama mengikuti pendidikan di PSL-IPB, sehingga

penulis dapat mengikuti pendidikan S3 ini dengan baik.

3. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan S3 di

Institut Pertanian Bogor ini.

4. Rektor dan seluruh Pembantu Rektor Universitas Kutai Kartanegara yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan S3 di

Institut Pertanian Bogor. Demikian pula kepada seluruh teman-teman di

Fakulats Pertanian Universitas Kutai Kartanegara, atas segala dukungan,

dorongan, bantuan, dan do’anya yang diberikan kepada penulis selama

(13)

H. Syaukani HR., M.M selaku Bupati Kabupaten Kutai Kartanegara atas

dukungan yang diberikan kepada penulis baik dukungan moril maupun

materil.

6. Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Bengkayang beserta

seluruh Dinas/Instansi, Camat, dan para Kepala Desa atas ijin yang

diberikan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dalam wilayah

Propinsi Kalimantan Barat, khususnya di wilayah perbatasan Kabupaten

Bengkayang, serta atas pelayanan informasi, data, buku, bahan bacaan, dan

kesediaan berdiskusi yang diberikan kepada penulis selama mengadakan

penelitian di wilayahnya.

7. Keluarga besar Bapak Dr. Ir. Catur Herison, M.Sc. atas bantuan yang

diberikan kepada penulis pada saat mengadakan kunjungan lapangan di

lokasi Pengembangan Kawasan Agropolitan Waliksarimadu di Kabupaten

Pemalang, Propinsi Jawa Tengah.

8. Bapak Ajuddin, Bapak Gatot, dan Bapak Alfian selaku Kepala dan staf Balai

Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sanggau Ledo, Seluas, Jagoi Babang,

dan Siding, serta adik Anton dan Taufik atas bantuan tenaga, akomodasi,

data, informasi, dan bahan bacaan, serta kesediaan berdiskusi yang telah

diberikan kepada penulis.

9. Seluruh teman-teman pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan yang turut membantu penulis baik dalam memberikan

saran-saran perbaikan maupun dalam hal pengolahan data, terutama angkatan

2005 atas kebersamaannya dalam belajar dan berdiskusi selama mengikuti

pendidikan di IPB.

10. Sembah sujud kepada kedua orang tua tercinta (alm) yang telah

membesarkan, mendidik, dan do’anya yang tiada henti untuk keberhasilan

anaknya. Demikian pula kepada kedua mertua (alm) atas pengertian,

perhatian, dan motivasinya. Kepada Saudara-saudara saya : Drs. H. Muh

Arief R., Dra. Siti Hasnah R., Drs. Abdul Kuddus R., S.Sos., Syamsul Bahri R.,

S.Sos., Nasaruddin R., Gusti M. Romzi, Gusti M. Agus Sofyan, Gusti Inawati,

dan Gusti Megawati, serta seluruh keluarga yang tidak disebutkan, atas

(14)

tersayang ”Muhammad Ridho Ilahi dan Ernitha Ramadhani” atas perhatian,

pengertian, pengorbanan yang tulus, dan semangat, serta do’anya yang

selalu diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

disertasi ini dengan lancar.

12. Kepada semua pihak yang turut membantu penulis demi suksesnya

penyelesaian studi di Institut Pertanian Bogor ini.

Penulis berdo’a kepada Allah SWT. Semoga semua amal kebaikan yang

telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang berlipatganda dari Allah

SWT. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin !

Bogor, 03 Januari 2009

(15)

Penulis dilahirkan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal

17 Desember 1967 sebagai anak ke lima dari enam bersaudara dari pasangan

Abdul Rasyid (Almarhum) dan Djaenabong (Almarhumah). Pada tahun 1996,

penulis menikah dengan Gusti Ernawati, dan telah dikaruniai dua orang putra

masing-masing Muhammad Ridho Ilahi, lahir pada tanggal 09 Oktober 1997 dan

Ernitha Ramadhani, lahir pada tanggal 10 Oktober 2005.

Pada tahun 1993, penulis menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) di

Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar Jurusan Ilmu

Tanah. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan Strata Dua (S2) pada tahun 2000

pada program studi Konservasi Tanah dan Air, Fakultas Pertanian Universitas

Padjadjaran (UNPAD) Bandung, dan pada tahun 2005, penulis mendapat

kesempatan melanjutkan pendidikan Strata Tiga (S3) pada Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui program penyelenggaraan Beasiswa

Pendidikan Pascasarjana (BPPS) dari Departemen Pendidikan Nasional. Selama

mengikuti program S3, menjadi pengurus Forum Mahasiswa Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor dan Ketua Himpunan Mahasiswa Pascasarjana IPB asal

Kalimantan Timur.

Pada tahun 1994, penulis diangkat sebagai Dosen tetap Kopertis

Wilayah XI Kalimantan dan dipekerjakan pada Fakultas Pertanian Universitas

Kutai Kartanegara (UNIKARTA) sampai sekarang. Pada tahun 2000-2002 diberi

kepercayaan sebagai Sekretaris Lembaga Penelitian UNIKARTA dan tahun

2002-2006 sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Kutai Kartanegara.

Pada tahun 2007 menjadi anggota Dewan Riset Daerah Kabupaten Kutai

Kartanegara. Karya ilmiah terbaru yang telah ditulis pada jurnal ilmiah antara

lain : (1) Tinjauan nilai dan norma lingkungan dalam pengelolaan pertambangan

batubara (2007), (2) Identifikasi potensi wilayah perbatasan Kalimantan

Barat-Malaysia untuk pengembangan kawasan agropolitan (Studi kasus kecamatan

dekat perbatasan Kabupaten Bengkayang (2007), dan (3) Memperkuat

ketahanan pangan dengan diversifikasi (2008), serta (4) Analisis keberlanjutan

wilayah perbatasan Kalimantan Barat-Malaysia untuk pengembangan kawasan

agropolitan, studi Kasus wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang-Sarawak

(16)

DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang...

1.2 Tujuan Penelitian...

1.3 Kerangka Pemikiran...

1.4 Perumusan Masalah...

1.5 Manfaat Penelitian ...

1.6 Kebaruan (Novelty) ...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Pembangunan Kawasan Perdesaan Secara Berkelanjutan...

2.1.1 Pengertian Kawasan Perdesaan... 2.1.2 Permasalahan Pengembangan Kawasan Perdesaan... 2.1.3 Pembangunan Desa yang Berkelanjutan...

2.2 Agropolitan Dalam Membangun Perdesaan………..

2.2.1 Pengertian Kawasan Agropolitan... 2.2.2 Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan...

2.3 Wilayah Perbatasan ...

2.3.1 Paradigma Pengembangan Wilayah Perbatasan... 2.3.2 Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat...

2.4 Pendekatan Sistem ...

2.4.1 Pemodelan dengan ISM... 2.4.2 Sistem Dinamik...

BAB III. METODE PENELITIAN ... 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...

3.2 Teknik Penentuan Responden ...

3.3 Metode Analisis Data...

3.4 Defenisi Operasional ...

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH... 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi...

4.2 Jenis Tanah, Topografi, dan Iklim ...

(17)

4.4 Kondisi Sosial, ekonomi, dan budaya di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

4.4.1 Kependudukan ... 4.4.2 Mata Pencaharian Penduduk... 4.4.3 Tingkat Pendidikan Penduduk...

4.5 Kondisi Infrastruktur di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

4.5.1 Aksesibilitas... 4.5.2 Kelistrikan ... 4.5.3 Sarana Air Bersih ... 4.5.4 Telekomunikasi ... 4.5.5 Sarana Pendidikan, kesehatan, dan Kagamaan...

4.6 Kondisi Pertanian di wilayah Perbatasan kabupaten

Bengkayang...

4.6.1 Sistem Pertanian... 4.6.2 Pemanfaatan Lahan ... 4.6.3 Produksi dan Produktivitas Pertanian... 4.6.4 Kelembagaan ...

BAB V. IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH PERBATASAN

KABUPATEN BENGKAYANG ... Abstrak...

5.1 Pendahuluan...

5.2 Metode Analisis Indentifikasi Potensi Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

5.3 Hasil dan Pembahasan Analisis Potensi Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

5.4 Kesimpulan ...

BAB VI. TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH PERBATASAN

KABUPATEN BENGKAYANG ... Abstrak...

6.1 Pendahuluan...

6.2 Metode Analisis Kajian Tingkat Perkembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

6.3 Hasil dan Pembahasan Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

6.3.1 Tipologi Wilayah Perbatasan...

6.3.2 Perkembangan Wilayah Berdasarkan Fasilitas

Kelengkapan Fasilitas...

(18)

BAB VII. STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH PERBATASAN

KABUPATEN BENGKAYANG ... Abstrak...

7.1 Pendahuluan...

7.2 Metode Analisis Status Keberlanjutan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

7.3 Hasil dan Pembahasan Analisis status Keberlanjutan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk Pengembangan

Kawasan Agropolitan...

7.4 Kesimpulan ...

BAB VIII. MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN

DI WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN

BENGKAYANG ... Abstrak...

8.1 Pendahuluan...

8.2 Metode Analisis Model Pengembangan Kawasan Agropolitan Di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

8.3 Hasil dan Pembahasan Analisis Model Dinamik Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah

Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

8.3.1 Simulasi Model Pengembangan Kawasan Agropolitan..

8.3.2 Simulasi Skenario Model Pengembangan Kawasan Agropolitan ...

8.3.3 Uji Validasi Model ...

8.3.4 Uji Kestabilan dan Sensitivitas Model ...

8.4 Kesimpulan ...

BAB IX. PEMBAHASAN UMUM...

BAB X. REKOMENDASI KEBIJAKAN... 10.1 Kebijakan Umum ...

10.2 Kebijakan Operasional ...

BAB X. KESIMPULAN DAN SARAN... 10.1 Kesimpulan ...

(19)

DAFTAR TABEL

Keterkaitan antara Sub-Elemen pada Teknik ISM...

Jenis, Sumber Data, dan Metode Analisis Model

Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

Luas Kecamatan di Wilayah Perbatasan Kabupaten

Bengkayang Tahun 2005 ...

Luas Penyebaran Jenis Tanah di Wilayah Perbatasan

Kabupaten Bengkayang Tahun 2005...

Sebaran Pemanfaatan Lahan di Wilayah Perbatasan

Kabupaten Bengkayang...

Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Perkebunan di wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Keputusan Penilaian Komoditas Unggulan dan Andalan

Komoditas Pertanian...

Persyaratan Kualitas Lahan dalam Evaluasi Lahan...

Nilai LQ Komoditas Pertanian di Wilayah Perbatasan

Kabupaten Bengkayang...

Penilaian Komoditas Tanaman Pangan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

Penilaian Komoditas Tanaman Perkebunan di Wilayah

Perbatasan Kabupan Bengkayang...

Penilaian Komoditas Peternakan di Wilayah Perbatasan

Kabupan Bengkayang...

Hasil Evaluasi Lahan Tanaman Pangan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Hasil Evaluasi Lahan Tanaman Perkebunan di Wilayah

Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

Hasil Analisis Usahatani Beberapa Komoditas Pertanian di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan...

Keragaman Variabel yang Menggambarkan Perkembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Tipologi Wilayah Desa di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Berdasarkan Kemiripan Karakteristiknya...

Hirarkhi Wilayah Desa di Empat Kecamatan Dekat Perbatasan Kabupaten Bengkayang Berdasarkan Kelengkapan Fasilitas...

(20)

21.

Tingkat Perkembangan Desa di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Berdasarkan Analisis Skalogram...

Kategori Status Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Agropolitan Berdasarkan Nilai Indeks Hasil Analisis Rap-

Bengkawan ...

Pedoman Penilaian Prospektif dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah. Perbatasan Kalimantan Barat...

Pengaruh antar Faktor Dalam Pengembangan Kawasan

Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat...

Keadaan Produktivitas Tanaman Pangan di Wilayah

Perbatasan kabupaten Bengkayang ...

Keadaan Produktivitas Tanaman Perkebunan di Wilayah

Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Keadaan Produktivitas Peternakan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Perbedaan Nilai Indeks Keberlanjutan Analisis Monte Carlo Dengan Analisis Rap-BENGKAWAN ...

Hasil Analisis Rap-BENGKAWAN untuk Nilai Stress dan

Koefisien Determinasi (R2)...

Faktor-Faktor Kunci yang Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Berdasarkan Analisis Keberlanjutan dan Analisis Kelembagaan...

Keadaan Masing-Masing Faktor Kunci dalam Pengembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk

Pengembangan Kawasan Agropolitan...

Hasil Analisis Skenario Strategi Pengembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan...

Perubahan Nilai Skoring Atribut yang Berpengaruh pad Skenario 1 terhadap Peningkatan status Kawasan

Agropolitan...

Perubahan Nilai Indeks Keberlanjutan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk Pengembangan Kawasan

Agropolitan Berdasarkan Skenario 1...

Perubahan Nilai Skoring Atribut yang Berpengaruh pada Skenario 2 terhadap Peningkatan status Kawasan

Agropolitan...

Perubahan Nilai Indeks Keberlanjutan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk Pengembangan Kawasan

Agropolitan Berdasarkan Skenario 2...

Perubahan Nilai Skoring Atribut yang Berpengaruh pad Skenario 3 terhadap Peningkatan status Kawasan

(21)

38

Perubahan Nilai Indeks Keberlanjutan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk Pengembangan Kawasan

Agropolitan Berdasarkan Skenario 3 ...

Analisis Kebutuhan Aktor/stakeholder Dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Babupaten

Bengkayang... ...

Simulasi Perkembangan Pemanfaatan Lahan Agropolitan (Ha) di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Simulasi Kondisi Daya Dukung Lingkungan dan Tingkat Kerusakan Lingkungan Akibat Tekanan Penggunaan Lahan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Simulasi Produksi Jagung, Kelapa Sawit, dan Ternak Sapi serta Sumbangan Terhadap PDRB di Kawasan Agropolitan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Tahun 2005-2035 ...

Simulasi Penerimaan, Biaya Produksi, dan Keuntungan

Usahatani Jagung di Kawasan Agropolitan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Tahun 2005-2035 ...

Simulasi Perkembangan Industri, Modal, Pendapatan, dan Limbah di Kawasan Agropolitan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Tahun 2005-2035 ...

Simulasi Model Biaya Pengolahan, Penerimaan, dan Keuntungan dalam Pengolahan Jagung Pengembangan di Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Tahun 2005-2035 ...

Simulasi Skenario Model Sumbangan PDRB (Rp) di Kawasan Agropolitan ...

Perbandingan Jumlah Penduduk Aktual dan Hasil Simulasi di Wilayah Pebatasan Kabupaten Bengkayang...

Hasil Perhitungan nilai AME dalam Uji Validasi Kinerja

Model ...

Hasil Perhitungan nilai AVE dalam Uji Validasi Kinerja

(22)

DAFTAR GAMBAR

Kerangka Pemikiran Penelitian Model Pengembangan Kawasan Agropolitan secara Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan ...

Skema Perumusan Masalah Model Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan ...

Contoh Model Agribisnis di Kawasan Agropolitan...

Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan ...

Keterkaitan Pusat Agropolitan dengan Sistem Pusat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten ...

Peta Wilayah Perbataan Kalimantan Barat dengan Sarawak ...

Peta Lokasi Penelitian ...

Tahapan danMetode Analisis Data dalam Penelitian

Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Peta Fisiograsi Lahan Kabupaten Bengkayang ...

Peta Penyebaran Suku Dayak di Kabupaten Bengkayang...

Perkembangan Jumlah Penduduk di Wilayah Perbatasan

Kabupaten Bengkayang Tahun 2002-2005 ...

Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Padi Sawah...

Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Padi Ladang...

Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Jagung, Kacang Tanah, Dan Ubi Kayu...

Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Karet, Kelapa Sawit

Lada, dan Kopi ...

Hirarkhi Pengembangan Kawaan Agropolitan di Wilayah

Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Matrik Driver Power-Dependence dalam Analisis ISM ...

Dendrogram Koefisien Korelasi Beberapa Variabel Penciri Tipologi Desa di kecamatan Dekat Perbatasan Kabupaten

Bengkayang...

Tingkat Pendidikan Responden di Wilayah Perbatasan

Kabupaten Bengkayang...

Tingkat Pengetahuan Responden tehadap Rencana

Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Sumber informasi Responden terhadap Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah

Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

(23)

22.

Persepsi Responden Berkaitan Persetujuan mengenai Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Persepsi Responden bahwa Pengembangan Kawasan

Agropolitan Menciptakan Lapangan Kerja...

Kondisi Jalan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Kondisi Keamanan di Wilayah Perbatasan Kabupaten

Bengkayang...

Struktur Hierarkhi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Manajemen Pengembangan Agribisnis di Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah

Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

Kontribusi setiap Tujuan dalam Pengembangan Kawasan

Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Kontribusi setiap Faktor dalam Pengembangan Kawasan

Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Peluang Pasar Hasil Pertanian di Pasar Lokal dan Pasar

Internasional ...

Kontribusi setiap Aktor dalam Pengembangan Kawasan

Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Matriks driver Power-Dependence untuk Elemen Kendala dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ...

Struktur Hirarkhi Sub-Elemen Kendala Program Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten

Bengkayang ...

Matriks driver Power-Dependence untuk Elemen Kebutuhan Dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ...

Struktur Hirarkhi Sub-Elemen Kebutuhan Program

Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

Matriks driver Power-Dependence untuk Elemen Lembaga Yang terlibat dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ...

Struktur Hirarkhi Sub-Elemen Lembaga yang Terlibat dalam Program Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

Ilustrasi Penentuan Indeks Keberlanjutan Pengembangan KawasanAgropolitan dalamSkala Ordinasi ...

Ilustrasi Indeks Keberlanjutan Setiap Dimensi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan ...

Penentuan Elemen Kunci Pengembangan Kawasan

(24)

42.

Diagram Layang (Kite Diagram) Nilai Indeks Keberlanjutan

Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Peran Masing-masing Atribut Dimensi Ekologi yang Dinyatakan dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS...

Peran Masing-masing Atribut Dimensi Ekonomi yang Dinyatakan dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS...

Peran Masing-masing Atribut Dimensi Sosial-Budaya yang Dinyatakan dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS...

Peran Masing-masing Atribut Dimensi Infrastruktur-Teknologi Yang Dinyatakan dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS...

Peran Masing-masing Atribut Dimensi Hukum-Kelembagaan Yang Dinyatakan dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS...

Indeks Keberlanjutan Multidimensi Wilayah Perbatasan

Kabupaten Bengkayang...

Diagram Lingkar Sebab-Akibat (Causal Loop) Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan...

Diagram Input-Output (Black Box) Pengembangan Kawasan Agropolitan Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan ………..

Struktur Model Dinamik Pengembangan Kawasan Agropolitan Di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

Struktur Model Dinamik untuk Sub Model Pengembangan

Lahan Agroplitan ...

Struktur Model Dinamik untuk Sub Model Budidaya Pertanian Di Kawasan Agropolitan...

Simulasi Jumlah Pertumbuhan Penduduk Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Tahun2005-2035 ...

Struktur Model Dinamik untuk Sub Model Pengembangan

Industri Di Kawasan Agropolitan...

Struktur Model Dinamik untuk Sub Model Pengolahan,

Pemasaran produk, dan PDRB di Kawasan Agropolitan...

Simulasi Skenario Perubahan Penggunaan Lahan

Budidaya Di Kawasan Agropolitan Kabupaten Bengkayang ...

Simulasi Skenario Produksi Jagung di Kawasan

Agropolitan ...

Simulasi Skenario Keuntungan Usahatani Di Kawasan

Agropolitan ...

Simulasi Skenario Sumbangan PDRB di Kawasan

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil Analisis Location Cuotient (LQ) Komoditas Pertanian

di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Hasil Analisis Komoditas Unggulan dan Andalan Komoditas Pertanian di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Kriteria Kesesuaian Lahan Beberapa Komoditas Pertanian

di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

Hasil Evaluasi Lahan Komoditas Pertanian di Wilayah

Perbatasan kabupaten Bengkayang ...

Hasil Analisis Usahatani Komoditas Pertanian di Wilayah

Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

Nilai Strata masing-Masing Kecamatan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Berdasarkan Hasil Analisis

Tipologi ...

Hasil Analisis Komponen Utama (AKU) terhadap Variabel yang Berpengaruh pada Tipologi Wilayah Perbatasan

Kabupaten Bengkayang ...

Karakteristik Desa-Desa di kecamatan Dekat Perbatasan

Kabupaten Bengkayang ...

Tingkat Perkembangan Desa di Wilayah Perbatasan

Kabupaten Bengkayang Berdasarkan Hasil Analisis Sentralitas....

Nilai Skor Pendapat Pakar Existing Contition Dimensi

Keberlanjutan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang...

Nilai Indeks Lima Dimensi Keberlanjutan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

Indikator Pembangunan Berkelanjutan untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten

Bengkayang ...

Surat Keputusan Bupati Bengkayang tentang Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Pengembangan Kawasan

Agropolitan ...

Surat Keputusan Bupati Bengkayang tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Bengkayang...

Formula Model Pengembangan Kawasan Agropolitan di

Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang ...

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian yang tumbuh dan

berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu

melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian

(agribisnis) di wilayah sekitarnya (Deptan, 2002). Dalam pengembangan sistem

dan usaha agribisnis dalam perspektif agropolitan, tidak saja menjanjikan

perubahan kesejahteraan yang signifikan bagi petani, tetapi sistem dan usaha

agribisnis tersebut juga sarat dengan upaya perubahan sistem nilai, budaya, dan

ideologi dari tempat asalnya yang dianggap sebagai potensi besar disektor

pertanian. Pengembangan agropolitan perlu diperkuat dengan kebijakan

struktural pemerintah melalui pembuatan aturan/hukum, persaingan, distribusi,

produksi dan konsumsi yang melindungi petani, serta dalam pengelolaannya

tidak merusak lingkungan (Mubyarto dan Santosa, 2003). Konsep ini merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan pertanian berkelanjutan

yang tidak hanya menekankan bagaimana pemanafaatan sumberdaya pertanian

untuk memenuhi kebutuhan manusia baik untuk masa kini maupun masa yang

akan datang tetapi faktor kelestarian lingkungan tetap terpelihara dengan baik.

Pengembangan kawasan agropolitan, pada dasarnya memiliki

keunggulan-keunggulan, yaitu : (1) mendorong kearah terjadinya desentralisasi

pembangunan maupun kewenangan, (2) menanggulangi hubungan saling

memperlemah antara perdesaan dengan perkotaan, dan (3) menekankan

kepada pengembangan ekonomi yang berbasis sumberdaya lokal dan

diusahakan dengan melibatkan sebesar mungkin masyarakat perdesaan itu

sendiri (Rustiadi et al., 2006). Pengembangan kawasan agropolitan ini

diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang

mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa hinterland

atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi yang tidak hanya

terbatas sebagai pusat pelayanan sektor pertanian (on farm dan off farm).

Pembangunan sektor lainnya secara luas seperti usaha industri kecil, pariwisata,

dan jasa pelayanan juga perlu dikembangkan. Kawasan agropolitan ini terdiri

atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem

produksi pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan

oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem

(27)

Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu pilihan kawasan

pengembangan agropolitan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat, melihat

potensinya merupakan wilayah dengan kegiatan primer disektor pertanian yang

menjadi pendukung pertumbuhan ekonomi. Pengembangan kawasan agropolitan

ini dimaksudkan untuk mensinergikan berbagai program pembangunan baik yang

berasal dari pusat, propinsi, maupun kabupaten, seperti Program Kawasan

Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) yang telah dikembangkan oleh Dinas

Pertanian Propinsi Kalimantan Barat di wilayah perbatasan Kabupaten

Bengkayang. Hal ini dikuatkan dengan keluarnya Surat Keputusan Pemerintah

Kabupaten Bengkayang Nomor 185/tahun 2006 pada tanggal 07 Juni 2006

tentang Penetapan Kabupaten Bengkayang sebagai kawasan pengembangan

agropolitan. Pilihan pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan

Kabupaten Bengkayang ini telah sesuai dengan RTRW Kabupaten Bengkayang

tahun 2003, yang mengamanatkan prioritas pengembangannya sebagai

kawasan pengembangan permukiman perdesaan dan kawasan industri

berbasiskan pertanian (Perda Kabupaten Bengkayang, 2003).

Pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten

Bengkayang ini diharapkan dapat mengurangi ketimpangan pembangunan

antara wilayah perdesaan dengan wilayah perkotaan selama ini yang

menyebabkan wilayah perbatasan di kabupaten ini menjadi terisolir dan tertinggal.

Kenyataan menunjukkan bahwa banyak rakyat yang bermukim di

perdesaan yang terpencil di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang

Propinsi Kalimantan Barat kurang tersentuh dengan program-program

pembangunan. Mereka seperti terasing di negerinya sendiri. Ini disebabkan

akses transportasi dan komunikasi yang lebih mudah ke luar negeri ketimbang

dalam negerinya sendiri sehingga kebutuhan hidup sehari-hari mereka

tergantung dari luar negeri. Akibatnya, masyarakat Indonesia di perbatasan

Kabupaten Bengkayang memiliki ketergantungan secara ekonomis yang begitu

besar dengan Malaysia. Mereka bisa memasuki wilayah negeri jiran itu untuk

memasarkan hasil pertaniannya, sekaligus membeli berbagai barang kebutuhan

pokok lainnya.

Kegiatan ekonomi masyarakat perbatasan Kabupaten Bengkayang

lebih banyak terkonsentrasi pada sektor pertanian. Sekitar 40 % PDRB

Kalimantan Barat disumbangkan oleh sektor pertanian yang berasal dari

(28)

perkebunan, dan peternakan (Bappenas, 2004). Akan tetapi pendapatan tersebut

kurang dirasakan oleh masyarakat. Akibatnya sebagian besar masyarakat

wilayah perbatasan ini masih merupakan wilayah tertinggal dengan sarana dan

prasarana sosial dan ekonomi yang masih sangat terbatas. Anggapan dimasa

lalu bahwa wilayah perbatasan ini merupakan kawasan angker yang tidak perlu

dijamah atau adanya paradigma yang menganggap kawasan perbatasan

sebagai halaman belakang (hinterland), membawa implikasi terhadap kondisi

saat ini yang terisolir dan tertinggal dari sisi sosial ekonomi karena kurang

tersentuh pembangunan dan lebih mengutamakan pembangunan wilayah

perkotaan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat.

undang No. 22 tahun 1999, yang direvisi menjadi

Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diharapkan

memberikan kegairahan bagi pelaksanaan pembangunan kabupaten dan kota di

Indonesia termasuk di Kabupaten Bengkayang. Undang-undang ini memberikan

kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur dirinya sendiri.

Namun demikian, salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan

daerah, yaitu pemerataan pembangunan wilayah belum tampak secara optimal.

Pembangunan wilayah perkotaan sebagai pusat pertumbuhan memberikan

kesan lebih dominan dibandingkan dengan pembangunan wilayah perdesaan.

Hal ini disebabkan perkotaan merupakan mesin penggerak pertumbuhan

ekonomi (engine of growth) skala nasional. Ini terlihat dari kontribusi sektor

perkotaan dalam ekonomi nasional mencapai 60 % dari total ekonomi nasional

(Argo, 2005)

Berkembangnya kota sebagai pusat-pusat pertumbuhan, ternyata tidak

memberikan efek penetesan ke bawah (trickle down effect), tetapi justru

menimbulkan efek pengurasan sumberdaya dari wilayah sekitarnya (backwash

effect). Hal ini akan menyebabkan wilayah perkotaan tumbuh dengan pesat,

sementara wilayah perdesaan disekitarnya mengalami pengurasan sumberdaya

yang berlebihan. Akibatnya terjadi ketimpangan pembangunan wilayah perkotaan

dan perdesaan. Rustiadi et al. (2006) menyatakan bahwa terjadinya backwash

effect dapat disebabkan oleh : (1) terbukanya akses ke daerah perdesaan

seringkali mendorong kaum elit kota, pejabat pemerintah pusat, dan

perusahaan-perusahaan besar untuk mengeksploitasi sumberdaya yang ada di desa,

sementara masyarakat desa sendiri tidak berdaya karena secara politik dan

(29)

yang jauh lebih kuat, (2) kawasan perdesaan sendiri umumnya dihuni oleh

masyarakat yang kapasitas sumberdaya manusia dan kelembagaannya kurang

berkembang (lemah), dimana kondisi ini mengakibatkan diseminasi ide-ide dan

pemikiran modern dari kaum elit kota sulit diterima oleh masyarakat perdesaan

(3) hubungan antar wilayah (perkotaan dan perdesaan) telah membentuk suatu

interaksi yang saling memperlemah, dimana wilayah perdesaan (hinterland)

menjadi lemah karena pengurasan sumberdaya yang berlebihan, sedangkan

pusat-pusat pertumbuhan pada akhirnya juga menjadi lemah karena proses

urbanisasi yang luar biasa.

Terjadinya ubanisasi penduduk dari sektor pertanian di perdesaan

berlangsung akibat adanya investasi dari sektor manufaktur dan jasa yang

selama ini masih terfokus di perkotaan yang tidak memiliki linkage dengan sektor

primer yaitu sektor pertanian di perdesaan. Ketika kegiatan di perkotaan

memberikan tawaran imbalan tinggi kepada penduduk desa yang berpindah,

maka pada saat itu sektor pertanian akan mengalami kelangkaan relatif pekerja.

Selain itu, interaksi aktor-aktor ekonomi antar maupun inter sektor, telah

menambah keruh keadaan dengan adanya pengambilan keputusan politik yang

tidak berpihak kepada rakyat di perdesaan sehingga sektor pertanian jauh dari

perannya sebagai pondasi pembangunan yang sesungguhnya (Arief, 1995).

Tanpa disadari, sejak lama kondisi pembangunan desa-kota kita

menggambarkan konstruksi tata hubungan ekonomi domestik yang timpang.

Desa telah menjadi komoditas empuk bagi penghisapan surplus ekonomi

pusat-pusat pembangunan di kota. Prospek ekonomi rakyat perdesaan dikhawatirkan

akan bertambah suram pada masa yang akan datang, jika perilaku elit

kekuasaan di seluruh tingkatan tidak mengalami perubahan pola pikir

pemihakan terhadap rakyat di desa, apalagi rakyat yang tinggal di perdesaan di

wilayah perbatasan.

Berdasarkan kondisi tersebut, perubahan paradigma dalam pendekatan

pembangunan harus dilakukan. Pembangunan nasional yang cenderung

memfavoritkan pembangunan perkotaan sebagai satu-satunya mesin

pertumbuhan (engine of development) yang handal harus direvisi kembali

(Soenarno, 2003). Pembangunan perdesaan khususnya di wilayah perbatasan

yang berbasiskan pertanian harus mulai didorong guna mengatasi permasalahan

pembangunan yang terjadi. Pendekatan pembangunan yang selama ini

(30)

ditinjau kembali. Hal ini disebabkan terdapatnya keterkaitan dan ketergantungan

baik secara fungsional maupun secara keruangan antara kawasan perdesaan

dan perkotaan. Keterkaitan antara perkotaan dan perdesaan merupakan bentuk

keterkaitan fisik, ekonomi, sosial dan kelembagaan, serta teknologi. Dari seluruh

keterkaitan perkotaan dan perdesaan tersebut, hubungan fisik misalnya sektor

transportasi merupakan bentuk hubungan yang dapat mendorong terjadinya

keterkaitan lainnya, yang dapat meningkatkan intensitas hubungan antar wilayah

perkotaan dan perdesaan. Selain itu di wilayah perdesaan harus dibangun

strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi perdesaan yang didukung

oleh kemampuan pelayanan infrastruktur, pendidikan, sosial, kesehatan, dan

lainnya sehingga mampu menggerakkan perekonomian perdesaan dan

menciptakan nilai tambah (added valeu) yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Pradhan (2003) dalam Pranoto (2005) menyatakan bahwa

pembangunan perdesaan hanya dapat dilakukan secara berkesinambungan

apabila sarana dan prasarana yang tersedia dapat menstimulasi dan mendorong

aktivitas produksi dan pasar di wilayah perdesaan. Perdesaan sebagai pemasok

hasil produksi pertanian dalam bentuk produk-produk primer harus didorong

menjadi desa-desa yang mampu menghasilkan bahan olahan atau industri hasil

pertanian sehingga menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi lokal.

Pembangunan pertanian di Kabupaten Bengkayang harus sinergi dari

pembangunan wilayah perdesaaan dimana memiliki tujuan untuk meningkatkan

taraf kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut,

pengembangan kawasan potensial di Kabupaten Bengkayang dengan basis

perdesaan sebagai pusat pertumbuhan akan mentransformasikan perdesaan

menjadi kota-kota pertanian atau dikenal dengan pengembangan kawasan

agropolitan merupakan salah satu pilihan strategis yang tepat.

Hasil penelitian pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten

Bengkayang yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini diharapkan dapat

merubah paradigma pembangunan wilayah di perbatasan. Selama ini

pengembangan kawasan tersebut hanya dijadikan sebagai halaman belakang

dalam kegiatan pembangunan dan melalui pengembangan agropolitan,

diharapkan akan tercipta pembangunan perdesaan yang berkelanjutan yang

setara dengan kota. Desa-desa di perbatasan sebagai basis potensial kegiatan

ekonomi melalui investasi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan

(31)

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyusun suatu model

pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat

dalam rangka untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial dan ekonomi

masyarakat. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, maka ada beberapa

kegiatan yang perlu dilakukan sebagai tujuan khusus, antara lain :

1) Menganalisis potensi, tingkat pekembangan, dan keberlanjutan wilayah

perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk pengembangan kawasan

agropolitan.

2) Membangun model pengembangan kawasan agropolitan secara

berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak, Malaysia

3) Merumuskan arahan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan

agropolitan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak, Malaysia.

1.3. Kerangka Pemikiran

Wilayah perbatasan Kalimantan Barat pada dasarnya memiliki nilai

strategis baik secara hukum, politis, sosial-budaya dan ekonomi, baik dalam

hubungan ke dalam secara nasional maupun ke luar secara bilateral, regional

maupun internasional. Secara politis hubungan bilateral maupun regional

memerlukan upaya diplomasi sehingga tercapai hubungan yang harmonis.

Secara hukum, hubungan antar negara tidak terlepas dari hukum-hukum

internasional ataupun kesepakatan-kesepakatan bilateral sehingga di dalam

negeri perlu dukungan peraturan perundangan. Dari sisi sosial-budaya antar

negara bertetangga tidak terlepas pula adanya pengaruh saling mempengaruhi

budaya kedua negara, yang pada akhirnya akan terjadi akulturasi dan

membentuk budaya spesifik wilayah perbatasan, sedangkan dari sisi ekonomi,

antara negera bertetangga tidak terlepas dari hubungan ekomoni secara regional

sehingga keadaan ekonomi suatu negara secara dinamis akan dipengaruhi dan

mempengaruhi ekonomi regional secara keseluruhan.

Kebijakan pembangunan nasional mengamanatkan bahwa

pendayagunaan sumberdaya alam sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat.

Hal ini perlu dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab,

dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan fungsi dan

keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan. Namun

(32)

positif sebagaimana diamanatkan dalam kebijakan pembangunan nasional

tersebut, disisi lain telah menimbulkan masalah yang cukup besar dan kompleks,

baik dilihat dalam tatanan inter maupun antar kawasan secara nasioan, regional

dan internasional.

Ketidakseimbangan pembangunan antar wilayah/kawasan tentunya

akan berdampak semakin buruknya distribusi dan alokasi pemanfaatan

sumberdaya yang menciptakan inefisiensi dan tidak optimalnya sistem ekonomi,

serta potensi konflik yang cukup besar di mana wilayah yang dulunya kurang

tersentuh pembangunan mulai menuntut hak-haknya. Disisi lain akumulasi

pembangunan di wilayah perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan mendorong

terjadinya migrasi penduduk ke perkotaan. Akibatnya kota dan pusat-pusat

pertumbuhan mengalami penyakit urbanisasi karena terjadinya over urbanization.

Sementara di wilayah perdesaan mengalami krisis tenaga kerja akibat arus urban

yang cukup besar. Lebih parah lagi ketika wilayah perdesaan ini sekaligus

berada di wilayah perbatasan dengan negara lain dengan perbedaan tingkat

kesejahteraan masyarakat yang cukup signifikan, tentunya akan mendorong arus

urban yang besar pula kenegara tetangga.

Menyadari terjadinya ketidakseimbangan pembangunan, maka

pemerintah telah menyelenggarakan berbagai program-program pengembangan

wilayah/kawasan yang dikhususkan bagi wilayah/kawasan yang selama ini

kurang mendapat perhatian. Program-program tersebut meliputi Kawasan Sentra

Produksi (KSP), Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), Kawasan

Pusat Pertumbuhan (KPP), dan Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT).

Semua program ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan dan disparitas

antar wilayah. Namun sayangnya, program-program ini tetap berdasarkan pada

teori pusat-pusat pertumbuhan yang lebih menekankan pada pentingnya

pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru dalam membangun wilayah agar

dapat tumbuh dengan pesat, sementara wilayah hinterland-nya mengalami

pengurasan sumberdaya secara berlebihan.

Salah satu program pemerintah dalam pembangunan wilayah yang

lebih menekankan pada keterkaitan antara pusat pertumbuhan dengan wilayah

hinterland melalui pengembangan komoditas unggulan lokal yang sesuai dengan

potensi dan daya dukung daerah, adalah pengembangan kawasan agropolitan.

Program ini sebagai upaya mensinergikan target sasaran program antara sisi

(33)

wilayah. Dalam program pengembangan kawasan agropolitan, keterkaitan antar

wilayah melalui dukungan infrastruktur, pengembangan komoditas unggulan lokal,

kelestarian lingkungan, penguatan kelembagaan dan kemitraan, serta

pemberdayaan masyarakat lokal merupakan skala prioritas dalam

pengembangan wilayah di kawasan agropolitan.

Potensi daerah yang dapat digali di wilayah perbatasan Kalimantan

Barat–Malaysia dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan antara lain

adalah tanaman pangan, perikanan, hortikultura, perkebunan, dan kehutanan.

Produksi maupun hasil olahan dari sektor-sektor tersebut dapat merupakan

komoditas ekspor non migas potensial yang pada akhirnya dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan (Gambar 1)

Nilai Strategis Nasional Regional dan Internasional

Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Tidak Seimbang

Program Pembangunan Wilayah/Kawasan Pembangunan Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat

Hukum Politik Sosial-Budaya Ekonomi

Pembangunan Perkotaan Pembangunan Perdesaan

Problem : * Backwash effect

* urbanisasi

KSP KAPE KPP KUAT AGROPOLITAN

Pusat-pusat pertumbuhan baru

Pengembangan Wilayah

Kelestarian Lingkungan

Ekonomi Perdesaan

Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan Kota di Desa secara

Berkelanjutan Kebijakan

Pembangunan Nasional

Unggulan Lokal

Kelembagaan & Kemitraan

(34)

1.4. Perumusan Masalah

Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi

Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia yaitu

Sarawak, Malaysia Timur. Melihat posisi Kabupaten Bengkayang yang

berbatasan langsung dengan negara tetangga, memiliki potensi yang cukup

besar sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Wilayah ini,

selain sangat potensial untuk pembangunan di sektor pertanian, juga merupakan

salah satu pintu gerbang masuknya warga Malaysia menuju Indonesia. Namun

seiring dengan perkembangan pembangunan, kenyataan menunjukkan telah

terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi di daerah ini yang disebabkan oleh

dua hal utama, yaitu :

1. Perbedaan tingkat kesejahteraan antara masyarakat di wilayah perbatasan.

Sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa banyak warga yang tinggal di

perbatasan Kalimantan-Sarawak, Malaysia Timur, kini seperti terasing di

negerinya sendiri. Ini disebabkan akses transportasi dan komunikasi lebih

mudah ke luar negeri ketimbang ke negerinya sendiri sehingga kebutuhan

hidup sehari-hari mereka tergantung dari luar negeri. Akibatnya, masyarakat

Indonesia di perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak memiliki ketergantungan

secara ekonomis yang begitu besar dengan Malaysia, bahkan mereka dapat

menjadi warga migran di Malaysia.

2. Disparitas pembangunan antara wilayah pekotaan dengan Perdesaan.

Selama ini tercipta kesan kuat disparitas pembangunan antara wilayah

perkotaan dan perdesaan diikuti oleh aktivitas ekonomi dan daya dukung

sumberdaya yang berbeda pula. Wilayah perkotaan dicirikan oleh aktifitas

ekonomi dominan berupa industri pengolahan, perdagangan dan jasa yang

kuat, sumberdaya manusia berkualitas, serta tingkat pelayanan infrastruktur

yang cukup dan lengkap. Sebaliknya wilayah perdesaan didominasi oleh

kegiatan sektor ekonomi pertanian dalam arti luas, kualitas sumberdaya

manusia rendah, kemiskinan dan infrastruktur yang terbatas.

Berdasarkan ketimpangan-ketimpangan pertumbuhan ekonomi tersebut

serta dengan mengacu pada kerangka pemikiran, maka salah satu pendekatan

pengembangan kawasan perdesaan untuk mewujudkan kemandirian

pembangunan perdesaan yang didasarkan atas potensi wilayah di wilayah

perbatasan adalah dengan pengembangan kawasan agropolitan.

(35)

pembangunan perdesaan (rural development) dengan mengkaitkan atau

menghubungkan perdesaan dengan pembangunan wilayah perkotaan (urban

development) pada tingkat lokal.

Program pengembangan kawasan agropolitan bukan merupakan

konsep baru, tetapi merupakan pengembangan dan optimalisasi dari

program-program pembangunan sebelumnya. Pengembangan kawasan agropolitan

merupakan pengembangan kawasan agribisnis yang terintegrasi dengan

pembangunan wilayah. Pengembangan kawasan agropolitan adalah gerakan

masyarakat dimana masyarakat memegang peranan utama dalam setiap

kegiatan pembangunan kawasan yang diperkuat melalui pengelolaan

kelembagaan dan kemitraan dengan pihak yang terkait. Selain itu, peran

pemerintah terutama pemerintah daerah sangat menentukan keberhasilan dalam

pengembangan kawasan agropolitan yang berfungsi sebagai fasilitator,

dinamisator, dan motivator.

Kabupaten Bengkayang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten

Bengkayang sebagai wilayah pengembangan kawasan agropolitan yaitu dengan

dikeluarkannya Surat Kebutusan Bupati Kabupaten Bengkayang dengan Nomor

surat 185 tahun 2006. Dalam rencana pengembangan kawasan agropolitan

tersebut, Kabupaten Bengkayang memiliki sejumlah permasalahan yang terkait

dengan kelengkapan sarana dan prasarana (baik sarana dan prasarana umum

maupun sarana dan prasarana pendukung agribisnis), kualitas sumberdaya

manusia perdesaan, bentuk kelembagaan yang ada, dan dukungan modal dalam

rangka pengembangan kawasan. Namun demikian, pengkajian secara

mendalam berkaitan dengan hal tersebut masih kurang dilakukan sehingga perlu

dilakukan pengkajian pengembangan kawasan sebagai kawasan agropolitan

dengan menggunakan berbagai macam metode secara komprehensip yang

nantinya akan diperoleh hasil penelitian secara detail dan mendalam. Beberapa

pertanyaan penelitian yang merupakan permasalahan-permasalahan yang perlu

dipecahkan adalah :

1) Bagaimana kondisi dan potensi wilayah yang dimiliki Kabupaten Bengkayang

untuk menunjang pengembangan kawasan agropolitan di wilayah

perbatasan ?

2) Bagaimana tingkat perkembangan wilayah yang dimiliki Kabupaten

Bengkayang, Propinsi Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan

(36)

3) Bagaimana keberlanjutan potensi wilayah yang dimiliki Kabupaten

Bengkayang dapat mendukung pengembangan kawasan agropolitan di

wilayah perbatasan ?

4) Bagaimana model pengembangan kawasan agropolitan secara berkelanjutan

di Kabupaten Bengkayang yang perbatasan langsung dengan Negara

Malaysia, serta bagaimana rumusan kebijakan dan skenario strategi

pengembangannya ?

Perumusan masalah pengembangan kawasan agropolitan di wilayah

perbatasan Kabupaten Bengkayang, secara skematis disajikan pada Gambar 2.

Pembangunan Kawasan Perbatasan di Kabupaten Bengkayang

Gambar 2. Skema Perumusan Masalah Model Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan

Malaysia

Model Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah

P

Pengembangan Kawasan Agropolitan

(37)

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat bagi pemerintah daerah, dapat dijadikan pedoman dalam

penyusunan perencanaan pembangunan wilayah khususnya pembangunan

perdesaan di wilayah perbatasan melalui pengembangan kawasan

agropolitan secara berkelanjutan.

2. Manfaat bagi masyarakat (stakeholder), memberikan kontribusi hasil

pemikiran secara ilmiah bagi masyarakat yang akan menginvestasikan

modalnya dalam pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di

wilayah perbatasan melalui konsep agropolitan.

3. Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan referensi dan

pengkajian lebih lanjut perencanaan pembangunan perdesaan berbasis

perkotaan yang berpihak pada optimalisasi di sektor pertanian.

1.6. Kebaruan (Novelty)

Dasar pertimbangan dalam menentukan kebaruan (Novelty) dalam

penelitian ini adalah pada beberapa makalah ilmiah dan hasil penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya baik yang menyangkut pengembangan kawasan

agropolitan, analisis keberlanjutannya, dan lokasi penelitian dilaksanakan.

Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian ini yang

telah dilaksanakan terdahulu, antara lain :

1. Dutta (2002) dalam tulisan ilmiah dengan judul makalah Urbanisation and

Development of Rural Small Enterprises (Studying the Linkage With Focus on

West Bengal) menjelaskan hubungan antara industri skala kecil perdesaan

dengan tingkat urbanisasi, dimana urbanisasi dapat dihindari dengan adanya industri skala kecil di perdesaan. Namun demikian industri perdesaan

skala kecil tidak dapat tumbuh dan berkembang pada wilayah belakang

dengan fasilitas infrastruktur dasar yang tidak mencukupi.

2. Susilo (2003) dengan judul penelitian “Keberlanjutan Pembangunan Pulau-Pulau Kecil (Studi kasus Kelurahan Pulau-Pulau Panggang dan Pulau-Pulau Pari

Kepulauan Seribu DKI Jakarta). Penelitian menggunakan menggunakan

konsep keberlanjutan dan menyimpulkan bahwa pengelolan sumberdaya di

Pulau Panggang dan pulau Pari termasuk ke dalam kategori “cukup

(38)

3. Hasan (2003), dengan judul penelitian “Model Tata Ruang Kota Tani yang Berorientasi Ekonomi dan Ekologis (Studi Kasus di Kabupaten Gowa,

Propinsi Sulawesi Selatan), menyimpulkan bahwa interaksi kawasan kota tani

dengan beberapa kawasan sekitarnya (hinterland) adalah salah satu segmen

aglomerasi wilayah dalam mengatasi permasalahan dan ketimpangan

ekonomi, sosial, dan lingkungan yaitu saling melengkapi dalam mengembang

fungsi kota tani sebagai pusat pelayanan, produksi dan pemasaran hasil

pertanian kawasan.

4. Stiawati (2004), dengan judul penelitian “Analisis Kesiapan Masyarakat

Petani Ladang Berpindah dan Fallow System Bagi Pengembangan Agropolitan (Studi Kasus di Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat)” Penelitian menggunakan metode Participatory Rural

Appraisal (PRA) dan Contingant Valuation Method (CVM), menyimpulkan

bahwa Sistem pertanian secara Shifting Cultivation dan Fallow System tidak

dapat secara langsung dikembangkan menjadi pertanian dengan sistem

agropolitan tetapi memerlukan periode transisi untuk mempersiapkan struktur

sosial-ekonominya.

5. Webster et al (2005) dalam tulisan ilmiah yang berjudul “China’s Modern

Gated Cities” menjelaskan bahwa konsep pengembangan agropolitan

merupakan konsep pembangunan yang berasal dari China yang mengacu

pada tiga prinsip yaitu seleksi terhadap wilayah pengembangan,

komunalisasi masyarakat pada kawasan yang produktif, dan akses terhadap

kekuatan-kekuatan sosial

6. Departemen Pekerjaan Umum (2005) dalam Laporan Akhir “Pengembangan

Keterkaitan Infrastruktur Intra dan Inter Kawasan Agropolitan dan Perdesaan”. merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan agropolitan dan perdesaan di beberapa wilayah di Indonesia.

7. Pranoto (2005), dengan judul penelitian “Pembangunan Perdesaan

Berkelanjutan melalui Model Pengembangan Agropolitan, menyimpulkan bahwa pengembangan agropolitan sebagai pendekatan pembangunan

perdesaan yang berkelanjutan dapat tercapai jika peningkatan produksi

pertanian, peningkatan sarana dan prasarana pemukiman, transportasi, dan

pemasaran disertai dengan peningkatan konservasi sumberdaya alam;

pengembangan agribisnis dan pembangunan agroindustri dibarengi dengan

(39)

program dibarengi dengan peningkatan peran dan kinerja kelembagaan yang

ada.

8. Marhayudi (2006), dengan judul penelitian “Model Pengelolaan Sumberdaya

Hutan Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat” menggunakan metode Rap-INSUSFORMA, menyimpulkan bahwa

pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat

termasuk dalam kategori kurang berkelanjutan.

Berdasarkan hasil-hasil kajian tersebut ditemukan kebaruan baik dilihat

dari segi pendekatan wilayah, metode yang digunakan dan hasil penelitian. Dari

segi pendekatan wilayah merupakan konsep pembangunan desa-kota berimbang

dengan pendekatan agropolitan di wilayah perbatasan. Selama ini penelitian

tentang pengembangan kawasan agropolitan umumnya dilakukan pada

daerah-daerah yang telah berkembang, padat penduduk, dan dekat dengan wilayah

perkotaan.

Dari segi metode merupakan gabungan berbagai metode analisis

secara komprehensif dalam membangun model pengembangan kawasan

agropolitan secara berkelanjutan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang,

Kalimantan Barat. Sedangkan kebaruan dari segi hasil penelitian adalah

dihasilkannya konsep baru pengembangan kawasan agropolitan di wilayah

perbatasan berdasarkan potensi wilayah yang dimiliki yaitu pengembangan

kawasan agropolitan terpadu (perkebunan-tanaman pangan-peternakan) yang

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten

Bengkayang dalam mengembangkan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan.

Dalam konsep pengembangan kawasan agropolitan ini juga tersusun skenario

pengembangan yang dapat dilakukan ke depan dengan mempertimbangkan

berbagai dimensi pembangunan yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya,

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Model Pengembangan Kawasan
Gambar 2. Skema Perumusan Masalah Model Pengembangan Kawasan
Gambar 3.  Contoh Model Agribisnis di Kawasan Agropolitan (Deptan, 2002)
Gambar 5. Kawasan 1
+7

Referensi

Dokumen terkait