• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Analisis Kajian Tingkat Perkembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Kabupaten Bengkayang

KABUPATEN BENGKAYANG

6.2. Metode Analisis Kajian Tingkat Perkembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Kabupaten Bengkayang

6.2. Metode Analisis Kajian Tingkat Perkembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang

a. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diperlukan yang berkaitan dengan analisis tingkat perkembangan wilayah kawasan agropolitan berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang diperlukan berupa data persepsi masyarakat dan pendapat pakar berkaitan alternatif pengembangan kawasan agropolitan, sedangkan data sekunder yang diperlukan berupa data jumlah dan tingkat kepadatan penduduk, jumlah kepala keluarga (KK), jumlah keluarga pra sejahtera, banyak desa terpencil, jarak desa ke kecamatan dan kabupaten, sarana dan prasarana umum, sarana dan prasarana pertanian, luas kawasan agropolitan, luas tanam dan panen, komoditas unggulan, produksi pertanian, tingkat pendidikan, keberadaan kelembagaan pertanian, kelembagaan sosial, dan regulasi atau peraturan-peraturan yang ada. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dari para stakeholder yang berperan dalam menyusun strategi pengembangan agropolitan, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil studi kepustakaan pada berbagai instansi yang terkait.

b. Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari hasil wawancara, diskusi, kuisioner, dan survey lapangan dengan responden di wilayah studi, sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa sumber kepustakaan dan dokumen dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian.

c. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam mengkaji tingkat perkembangan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang terdiri atas analisis tipologi, analisis skalogram, Analisis Hierarkhi Proses (AHP), dan analisis

Interpretatif Stuktural Modeling (ISM).

c.1 Analisis Tipologi Kawasan

Analisis tipologi kawasan diperlukan untuk mengidentifikasi berbagai karakteristik dari masing-masing kawasan. Dalam analisis tipologi kawasan ini digunakan analisis berstrata, analisis komponen utana (Principal Component Analysis/PCA), dan analisis cluster. Pada analisis strata, kawasan dibagi atas tiga strata yaitu Pra Kawasan Agropolitan I, Pra Kawasan Agropolitan II dan Kawasan Agropolitan. Dalam analisis strata, Departemen Pertanian (2002), membagi wilayah untuk pengembangan kawasan agropolitan atas tiga strata yaitu strata Pra Kawasan Agropolitan I, strata Pra Kawasan Agropolitan II, dan strata Kawasan Agropolitan. Ada lima variabel penciri yang digunakan sebagai indikator penilaian yaitu komoditas unggulan yang dikembangkan, kelembagaan pasar, kelembagaan petani, kelembagaan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) dan kelengkapan sarana dan prasarana wilayah yang dimiliki.

Dalam analisis komponen utama digunakan untuk menentukan peubah-peubah yang paling dominan mempengaruhi strata kawasan agropolitan. Penggunaan analisis komponen utama dimaksudkan untuk mendapatkan variabel baru dalam jumlah lebih kecil dari sejumlah variabel yang dianalisis dimana variabel baru tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan strata kawasan. Variabel yang lebih kecil dapat 2 atau 3 atau lebih tergantung subjektivitas analis, tetapi menurut Iriawan dan Astuti (2006), bahwa apabila total variasi populasi sekitar 80 – 90 % untuk jumlah variabel yang besar dapat diterangkan oleh 2 atau 3 komponen utama (Principal Component), maka kedua atau ketiga komponen dapat menggantikan variabel semula tanpa

menghilangkan banyak informasi dan multikolinearitas (hubungan korelasi antar variabel-variabel penjelas). Selanjutnya dilakukan analisis cluster untuk mengelompokkan unit-unit wilayah ke dalam kelompok yang labih homogen berdasarkan kemiripan yang dimiliki. analisis komponen utama dan analisis cluster dilakukan dengan menggunakan software Minitab 14.

c.2 Analisis Skalogram

Analisis skalogram digunakan untuk mengetahui jumlah dan jenis sarana pelayanan (fasilitas) yang dimiliki oleh setiap wilayah. Dalam metode ini, seluruh fasilitas yang dimiliki setiap wilayah didata dan disusun dalam satu tabel dimana unit wilayah yang memiliki fasilitas lebih lengkap diletakkan paling atas, dan selanjutnya unit wilayah yang memiliki fasilitas kurang lengkap. Secara umum, fasilitas yang dimiliki oleh setiap unit wilayah dikelompokkan menjadi enam yaitu fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, fasilitas olah raga, fasilitas keamanan, dan fasilitas ekonomi.

Selanjutnya dilakukan analisis sentralitas untuk mengelompokkan hierarkhi wilayah berdasarkan kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki. 1. Kelompok I (tingkat perkembangan tinggi) diasumsikan sebagai kelompok

desa yang memiliki jumlah jenis, jumlah unit sarana dan prasarana, serta kepadatan penduduk yang lebih besar atau sama dengan rata-rata + 2 x standar deviasi

2. Kelompok II (tingkat perkembangan sedang) diasumsikan sebagai kelompok desa yang memiliki jumlah jenis, jumlah unit sarana dan prasarana, dan kepadatan penduduk antara rata-rata sampai rata-rata + 2 x standar deviasi 3. Kelompok III (tingkat perkembangan rendah) diasumsikan sebagai kelompok

desa yang memiliki jumlah jenis, jumlah unit sarana dan prasarana dan kepadatan penduduk kurang dari nilai rata-rata.

c.3 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan elemen-elemen kunci untuk ditangani. Analisis AHP ini diharapkan persoalan-persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Dalam analisis AHP didasarkan pada hasil pendapat pakar (expert judgment) untuk menjaring berbagai informasi dari beberapa elemen-elemen yang berpengaruh dalam penyelesaian suatu

persoalan. Skala penilaian oleh pakar didasarkan pada skala nilai yang dikeluarkan oleh Saaty (1993) yang berkisar antara nilai 1 – 9, seperti pada Tabel 17.

Tabel 17. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Tingkat

Kepentingan Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit

lebih penting daripada elemen lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen lainnya

5 Elemen yang satu sedikit lebih cukup daripada elemen lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan jika ada dua kompromi diantara dua pilihan

Sumber : Saaty, 1993

Dalam analisis AHP, urutan prioritas setiap elemen dinyatakan dalam nilai numerik atau persentasi. Elemen-elemen yang dikaji disusun dalam lima level seperti pada Gambar 16.

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLI TAN DI WI LAYAH

PERBATASAN

SUMBERDAYA MANUSI A

SUMBERDAYA ALAM

MODAL PEMASARAN KEBI JAKAN

Fokus Aktor

Gambar 16. Hierarkhi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang.

c.4 Interpretative Structural Modeling (ISM)

Analisis ISM bertujuan untuk mengkaji alternatif-alternatif yang dapat dipilih dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kondisi masyarakat setempat. Dalam analisis kelembagaan ini digunakan teknik pemodelan interpretasi struktur (Interpretative Structural Modeling-ISM). Ada sembilan elemen yang dapat dikaji dalam permodelan ISM (Saxena, 1992 dalam

Marimin, 2004), antara lain :

1. Sektor masyarakat yang terpengaruh. 2. Kebutuhan dari program.

3. Kendala utama program.

4. Perubahan yang dimungkinkan. 5. Tujuan dari program.

6. Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan.

7. Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan.

PEMERI NTAH

PEMERI NTAH PERUSAHAAN PETANI PERBANKAN PEDAGANG/ I NVESTOR PERLUASAN LAPANGAN PEKERJAAN PENI NGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT PENGEMBANG-AN WI LAYAH PENI NGKATAN PENDAPATAN DAERAH AGROPOLI TAN TANAMAN PANGAN AGROPOLI TAN PERKEBUNAN AGROPOLI TAN TERPADU KEBIJAKAN PEMERINTAH Faktor Tujuan Alternatif AGROPOLI TAN PETERNAKAN

8. Ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas. 9. Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program.

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam analisis ISM adalah menentukan elemen-elemen yang sesuai dengan topik penelitian dan kondisi wilayah studi. Selanjutnya disusun sub-subelemen pada setiap elemen yang terpilih. Pemilihan elemen dan penyusunan subelemen dilakukan hasil diskusi dengan pakar. Penilaian subelemen menggunakan perbandingan berpasangan dengan simbol VAXO dimana :

V jika Eij = 1 dan Eji = 0 X jika Eij = 1 dan Eji = 1 A jika Eij = 0 dan Eji = 1 O jika Eij = 0 dan Eji = 0

dimana nilai Eij = 1 berarti ada hubungan kontekstual antara subelemen ke-i dan ke-j, dedangkan Eji = 0 berarti tidak ada hubungan kontekstual antara subelemen ke-i dan ke-j. Hasil penilaian tersebut, tersusun dalam structural Self Interaction Matrix (SSIM) yang dibuat dalam bentuk tabel Rechability Matrix (RM) dengan mengganti V, A, X, dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Matriks tersebut kemudian diubah menjadi matriks tertutup. Hal ini dilakukan untuk mengoraksi matriks tersebut memenuhi kaidah transitivity yaitu jika mempengaruhi B dan B mempengaruhi C, maka A harus mempengaruhi C.

Langkah berikutnya adalah menyusun hierarkhi setiap subelemen pada elemen yang dikaji dan mengklasifikasikannya dalam empat sektor, apakah sub elemen tersebut termasik dalam sektor Autonomus, Dependent, Linkage, atau Independent (Gambar 17) :

Sektor I : weak driver-weak dependent variable (Autonomus) yang berarti bahwa subelemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem dan mungkin mempunyai hubungan yang sedikit meskipun hubungannya bisa saja kuat.

Sektor II : weak driver-strongly dependent variables (Dependent) yang berarti bahwa subelemen pada sektor ini adalah subelemen yang tidak bebas.

Sektor III : strong driver-strongly dependent variables (Linkage) yang berati bahwa subelemen yang masuk sektor ini harus dikaji secara hati-hati karena hubungan antara subelemen tidak stabil.

Sektor IV : strong driver-weak dependent variables (Independent) yang berarti bahwa subelemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem yang disebut peubah bebas.

12 10 8 0 2 4 6 8 10 12 4 2 0 Sektor III Lingkage Sektor IV Independent) Sektor II Dependent Sektor I Autonomous Dependence Driver Power

Gambar 17. Matrik driver power-dependence dalam analisis ISM (Marimin, 2004)

6.3. Hasil dan Pembahasan Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah