• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN BENGKAYANG

6.3. Hasil dan Pembahasan Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Perbatasan Kabupaten Bengkayang

6.3.2. Perkembangan Wilayah Berdasarkan Kelengkapan Fasilitas

Tingkat perkembangan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang sangat berhubungan dengan potensi yang dimiliki baik potensi sumberdaya alam, potensi sumberdaya manusia, maupun kelengkapan fasilitas yang dimiliki. Dilihat dari potensi sumberdaya manusia, wilayah ini memiliki jumlah penduduk yang besar. Dari empat kecamatan yang ditetapkan sebagai kawasan pengembangan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten bengkayang telah memiliki jumlah penduduk sekitar 50.124 jiwa (BPS Kab. Bengkayang, 2005). Jumlah penduduk yang besar ini telah memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai satu kawasan pengembangan agropolitan (Friedmann dan Douglass, 1976). Namun permasalahan yang dihadapi adalah bahwa kualitas sumberdaya manusia di wilayah ini masih tergolong rendah, mereka hanya dapat mengecap pendidikan rendah bahkan banyak yang tidak bersekolah dan hanya sebagian kecil yang

dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi baik pada tingkat Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum (SMU) maupun melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia di wilayah ini, disebabkan oleh minimnya sarana pendidikan terutama sarana pendidikan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Dilihat dari potensi sumberdaya alam, sektor pertanian merupakan tulang punggung penggerak perekonomian di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, baik sebagai sumber konsumsi masyarakat dan penghasilan atau penyedia lapangan kerja sebagian besar penduduknya, maupun sebagai penghasil nilai tambah dan devisa daerah. Dari keseluruhan penduduk di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, sekitar 70 – 90 % masyarakatnya adalah keluarga petani. Mereka menggantungkan hidup dan keluarganya dari kegiatan bertani. Namun demikian fasilitas pendukung untuk meningkatkan produksi pertanian mereka masih minim, sehingga produksi pertanian mereka masih tergolong rendah.

Dilihat dari kelengkapan fasilitas yang dimiliki, wilayah ini memiliki fasilitas yang beragam dari fasilitas yang sangat minim sampai fasilitas yang lebih lengkap yang menyebar pada setiap desa. Untuk mengetaui tingkat perkembangan kawasan pengembangan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang dapat dilakukan dengan menggunakan analisis skalogram. Dalam analisis skalogram, akan dihasilkan hierarkhi wilayah berdasarkan kelengkapan fasilitas yang dimiliki, dimana hierarkhi wilayah yang paling tinggi ditentukan oleh semakin banyaknya jenis dan jumlah fasilitas yang dimiliki dan demikian sebaliknya, semakin sedikitnya fasilitas yang dimiliki terutama dari segi jenis fasilitas, menggambarkan semakin rendahnya hierarkhi wilayah.

Fasilitas-fasilitas yang dapat dikaji berupa fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas sosial, serta fasilitas penunjang lainnya seperti fasilitas pendukung agribisnis. Hierarkhi wilayah desa berdasarkan hasil analisis skalogram pada empat di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang seperti terlihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Hierarkhi wilayah Desa di Empat Dekat Perbatasan Kabupaten Bengkayang Berdasarkan Kelengkapan fasilitas

No. Kecamatan Desa Jumlah

Penduduk (jiwa)

Jumlah Jenis

Jumlah Unit

1. Sanggau Ledo Lembang 2.797 44 137

2. Seluas Seluas 3.444 32 157

3. Sanggau Ledo Bange 745 26 62

4. Sanggau Ledo Sinar Tebudak 5.629 21 80

5. Jagoi Babang Jagoi 2.034 21 65

6. Sanggau Ledo Gua 2.085 20 69

7. Sanggau Ledo Kamuh 3.055 20 64

8. Seluas Sahan 4.084 20 55

9. Sanggau Ledo Bengkilu 2.738 19 43

10. Sanggau Ledo Pisak 2.649 17 40

11. Sanggau Ledo Sango 1.249 16 32

12. Sanggau Ledo Danti 1.144 16 25

13. Seluas Mayak 2.727 14 39

14. Jagoi Babang Kumba 994 14 29

15. Seluas Kalon 694 14 24

16. Seluas Bengkawan 1.162 13 21

17. Siding Siding 808 13 17

18. Jagoi Babang Jagoi Sekida 1.347 12 33

19. Seluas Sentangau Jaya 1.286 12 26

20. Jagoi Babang Gersik 882 11 34

21. Siding Lhi Bui 917 11 15

22. Siding Sinjang Permai 1.000 9 27

23. Jagoi Babang Sinar Baru 579 9 25

24. Siding Sungkung I 1.163 8 15

25. Siding Tangguh 728 7 14

26. Jagoi Babang Semunying Jaya 293 7 12

27. Siding Tawang 576 7 7

28. Siding Sungkung II 972 6 15

29. Siding Tamong 631 6 12

Jumlah :

Hasil analisis skalogram pada Tabel 20 menunjukkan bahwa desa yang menduduki hierarkhi wilayah tertinggi berdasarkan kelengkapan jenis fasilitas yang dimiliki adalah Desa Lembang dengan jumlah jenis dan banyaknya fasilitas sebanyak 44 jenis dan 137 unit. Desa Lembang terletak di Ibukota Kecamatan Sanggau Ledo, merupakan desa paling dekat dengan ibukota kabupaten dengan jarak perjalanan sejauh 57 km setelah Desa Bange. Desa ini terlihat lebih berkembang dibandingkan dengan desa-desa lainnya, hal ini dicirikan dari kelengkapan fasilitas yang dimiliki baik fasilitas umum maupun fasilitas pendukung, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi, telekomunikasi, lembaga keuangan, lembaga pertanian, dan fasilitas sosial serta fasilitas pendukung agribisnis. Fasilitas pendidikan tersedia cukup lengkap

seperti Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Sekolah menengah umum baik negeri maupun swasta termasuk pondok pesantren. Demikian juga lembaga pendidikan komputer sudah ada di desa ini. Fasilitas kesehatan juga tersedia cukup lengkap. Di desa ini telah memiliki fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, tempat praktek dokter dan bidan, posyandu, poliklinik desa, dan toko obat/jamu. Sedangkan fasilitas sosial dan kelembagaan juga sudah tersedia seperti sarana ibadah baik agama islam, kristen protestan, kristen katolik, klenteng/vihara, majelis taklim/kebaktian dan yayasan kematian, lembaga perbankan, kantor pos, dan lembaga penyuluh pertanian.

Ditetapkannya Kecamatan Sanggau Ledo sebagai Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) dengan komoditas jagung sebagai komoditas prioritas oleh Dinas Pertanian Propinsi Kalimantan Barat, maka Desa Lembang di Kecamatan Sanggau Ledo merupakan sentra pengembangan komoditas jagung yang diharapkan dapat mensuplai kebutuhan akan jagung daerah sekitarnya seperti Singkawang, Pontianak bahkan ke negara tetangga Malaysia. Sebagai kawasan KUAT, perhatian pemerintah sangat tinggi untuk mempercepat pertumbuhan kawasan ini dengan melengkapi fasilitas umum dan fasilitas pendukung peningkatan produksi pertanian seperti pengadaan sarana produksi (saprodi) pertanian dan pengadaan alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti alat pengolah tanah, bibit, pupuk, pestisida, termasuk fasilitas penanganan panen dan pasca panen seperti mesin pemipill dan alat pengering jagung.

Hierarkhi wilayah desa yang kedua adalah Desa Seluas di Kecamatan Seluas. Untuk menuju ke Desa Seluas, dibutuhkan perjalanan sejauh 90 km dari ibukota kabupaten dengan sarana jalan darat yang cukup baik. Dilihat dari kelengkapan fasilitas yang dimiliki, perkembangan wilayah desa ini lebih lambat dibandingkan dengan Desa Lembang dimana fasilitas yang dimiliki hanya sebanyak 32 jenis dan 157 unit. Desa Seluas merupakan desa pusat layanan khusus di Kecamatan Seluas yang terletak di ibukota kecamatan. Desa ini telah memiliki akses penghubung berupa jalan darat yang mudah dilalui dengan kondisi jalan beraspal yang sudah dihotmix. Jumlah penduduk yang bermukim di desa ini lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Lembang yaitu sebanyak 3.444 jiwa. Desa Seluas merupakan pintu gerbang keluar masuk ke Kecamatan Siding melalui jalur transportasi air karena akses penghubung berupa jalan darat belum ada. Fasilitas pendidikan dan kesehatan seperti Sekolah Dasar, SLTP, SMU, puskesmas, posyandu, polindes dan toko obat/jamu sudah tersedia kecuali

Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), pondok pesantren, lembaga pendidikan komputer dan tempat praktek dokter dan bidan yang belum ada. Untuk fasilitas sosial dan keagamaan serta kelembagaan juga tersedia cukup lengkap kecuali klenten dan lembaga perbankan yang belum tersedia. Sedangkan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) masih bergabung dengan Kecamatan Siding untuk memberikan pelayahan penyuluhan pertanian kepada masyarakat di kedua kecamatan tersebut.

Hierarkhi wilayah desa paling rendah adalah Desa Tamong di Kecamatan Siding. Jumlah penduduk yang bermukim di desa ini sekitar 631 jiwa dengan kepadatan penduduk hanya sekitar 9 jiwa/km2. Desa Tamong cukup terpencil dari ibukota kecamatan maupun ibukota kabupaten. Untuk menuju ke wilayah ini dibutuhkan perjalanan sejauh 98 km dari ibukota kabupaten. Jumlah fasilitas yang dimiliki sekitar 6 jenis dan 12 unit yang merupakan jumlah yang sangat minim dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Di desa ini hanya memiliki fasilitas pendidikan berupa Sekolah Dasar, sedangkan fasilitas pendidikan lainnya belum tersedia. Demikian pula dengan fasilitas kesehatan, yang ada hanya puskesmas pembantu dan polindes sehingga jika ada masyarakatnya yang sakit keras sangat sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Fasilitas sosial, keagamaan dan kelembagaan juga masih minim. Hal ini terlihat seperti sarana peribadatan berupa mesjid dan surau/langgar, lembaga perbankan belum tersedia, Sedangkan Lembaga Penyuluh Pertanian (BPP) masih bergabung dengan Kecamatan Seluas dan berkantor di Seluas.

Selanjutnya untuk mengelompokkan hierarkhi wilayah desa dapat dilakukan dengan analisis sentralitas. Dalam analisis sentralitas, parameter yang diukur adalah kelengkapan fasilitas yang dimiliki setiap desa. Hasil analisis ini akan menggambarkan tingkat perkembangan desa yang dapat dibagi atas tiga kelompok yaitu :

a. Kelompok I adalah adalah desa dengan tingkat perkembangan tinggi (maju) yaitu apabila memiliki nilai indeks sentralitas jenis fasilitas sebesar nilai rata-rata + 2 kali standar deviasi.

b. Kelompok II adalah desa dengan tingkat perkembangan sedang yaitu apabila memiliki nilai indeks sentralitas jenis fasilitas sebesar nilai rata-rata sampai rata-rata + 2 kali standar deviasi

c. Kelompok III adalah desa dengan tingkat perkembangan rendah (relatif tertinggal) yaitu apabila mamiliki nilai indeks sentralitas jenis fasilitas kurang dari nilai rata-rata.

Berdasarkan hasil analisis sentralitas terhadap kelengkapan fasilitas yang dimiliki seluruh desa di empat kecamatan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang (Lampiran 9), diperoleh tiga kelompok perkembangan desa seperti pada Tabel 21.

Tabel 21. Tingkat Perkembangan Desa di Wilayah Perbatasan Dekat Perbatasan Kabupaten Bengkayang Berdasarkan Analisis Sentralitas.

No. Perkembangan Desa

Indeks Sentralitas

Kecamatan Kelompok Desa

Sanggau Ledo Lembang

1. Tingkat perkembangan tinggi (maju) > 32,00 Seluas Seluas Sanggau Ledo

Bengkilu, Pisak, Kamuh, Sinar Tebudak, Bange, Sango, Gua, Danti

Seluas Sahan, Bengkawan

2. Tingkat

perkembangan sedang

15,30 - 32,00

Jagoi Babang Jagoi

Seluas Sentangau Jaya, Mayak, Kalon Jagoi Babang

Kumba, Jagoi Sekida, Sinar Baru, Gersik, Semunying Jaya 3. Tingkat perkembangan rendah (relatif tertinggal < 15,30 Siding Tamong, Tawang, Sungkung I, Sungkung II, Sinjang Permai, Siding, Tangguh, Lhi Bui

Tabel 21 menunjukkan Desa Lembang di Kecamatan Sanggau Ledo dan Desa Seluas di Kecamatan Seluas merupakan kelompok desa yang sudah mengalami tingkat perkembangan wilayah tinggi atau lebih maju dengan nilai indeks sentralitas > 32,00. Dilihat dari posisi geografisnya, kedua desa tersebut berada di ibukota kecamatan dan merupakan desa penghubung menuju wilayah perbatasan dari ibukota kabupaten, Kota Singkawan, atau dari Pontianak. Kedua desa ini memiliki fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan dengan desa-desa lain disekitarnya terutama fasilitas pendidikan, kesehatan, sosial, dan fasilitas pendukung lainnya.

6.3.3. Persepsi Masyarakat dan Alternatif Pengambilan Keputusan Untuk