• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

4.5. Kondisi Infrastruktur di Kawasan Perbatasan Kabupaten Bengkayang

4.6.3. Produksi dan Produktivitas Komoditas Pertanian

Pengusahaan beberapa komoditas secara beragam pada dasarnya bertujuan untuk menjaga stabilitas pendapatan pada waktu tertentu, dimana apabila harga komoditas tertentu mengalami penurunan harga jual dan komoditas lainnya memiliki harga jual yang lebih tinggi maka pendapatan diharapkan stabil. Dengan demikian, petani tidak mengalami kerugian dalam kegiatan usahataninya. Namun saat ini secara umum petani di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang merasakan bahwa kegiatan usahatani yang mereka lakukan masih kurang menguntungkan mengingat harga jual yang relatif rendah dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan yang sangat besar. Disamping itu, penggunaan sarana produksi yang relatif kecil dan sentuhan teknologi pertanian yang masih kurang.

Data BPS Kabupaten Bengkayang tahun 2005 dan informasi dari masyarakat setempat, menunjukkan bahwa banyak komoditas pertanian yang

dapat dikembangkan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Komoditas tersebut meliputi komoditas tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman sayuran, tanaman obat-obatan, tanaman kehutanan, dan komoditas peternakan, serta komoditas perikanan. Komoditas-komoditas yang dikembangkan ini selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari--hari, juga untuk komersial. Perkembangan beberapa komoditas pertanian di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang pada tahun 2005 seperti terlihat pada Tabel 6 dan 7.

Tabel 6. Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang

No. Komoditas Luas Panen

(ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) 1. Padi sawah 1.556 3,89 6.056 2. Padi ladang 6.979 2,49 17.353 3. Jagung 21.291 4,49 95.532 4. Ubi kayu 137 16,31 2234 5. Ubi jalar 17 8,00 136 6. Kacang tanah 60 0,93 56 7. Kedelai 29 1,28 37 8. Kacang hijau 18 0,72 13

Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2005

Tabel 7. Realisasi Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan di wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang

Luas Tanam (ha) No. Komoditas TBM TM TR Total Areal (ha) Produksi (ton) 1. Karet 2.056 5.347 1.738 9.141 3.804 2. Kelapa Dalam 37 96 12 145 53 3. Kelapa Hybrida 56 71 2 129 31 4. Lada 436 1.021 381 1.838 1.064 5. Kakao 204 176 38 418 119 6. Kelapa Sawit 2.097 4.410 0 6.507 43.560

Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2005

Keterangan : TBM = Tanaman belum menghasilkan, TM = Tanaman menghasilkan, TR = Tanaman Regenerasi

Untuk komoditas peternakan, pada tahun 2005 ternak sapi potong mencapai 92 ekor, kambing 75 ekor, babi 374 ekor dan ayam 14.658 ekor masing ayam buras 5.088 ekor, ayam pedaging 6.796 ekor, dan ayam petelur 2.774 ekor, serta itik 131 ekor (BPS Kabupaten Bengkayang, 2005).

Berdasarkan data di atas, hanya data untuk komoditas tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan yang ditampilkan dalam tulisan ini berhubung data untuk komoditas ini tersedia per kecamatan, sedangkan untuk

komoditas lainnya seperti komoditas sayuran, buah-buahan, dan perikanan merupakan data akumulasi dari seluruh kecamatan sehingga sulit untuk memisahkan data empat kecamatan yang berada di dekat perbatasan kabupaten Bengkayang yang merupakan lokasi kajian.

4.6.4. Kelembagaan

Kelembagaan yang ada dan masih aktif di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang seperti kelompok tani, kelompok pengajian, kelompok kebaktian, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Poliklinik Desa (Polinde), karang taruna, Pedagang Pengumpul Desa (PPD), dan Lembaga Keuangan Mikro yaitu Credit Union. Kelembagaan kelompok tani yang masih aktif terlihat umumnya di Kecamatan Sanggau Ledo dengan aktivitas memfasilitasi petani dalam memperoleh saprodi dan alsintan. Kelompok tani ini juga aktif melakukan pertemuan bulanan untuk membahas permasalahan-permasalahan yang dialami dalam mengelola usahataninya sekaligus sebagai ajang untuk tukar-menukar informasi berkaitan dengan perkembangan pertanian. Namun demikian, beberapa kelompok tani yang berjalan kurang aktif karena pandangan para anggotanya bahwa bekerja secara sendiri-sendiri lebih baik dan lebih bebas.

Kelompok pengajian dan kelompok kebaktian juga masih terlihat aktif mengadakan pertemuan-pertemuan bulanan atau mingguan. Kelompok pengajian dan kebaktian ini hampir terdapat pada setiap desa. Kelompok pengajian biasanya mengadakan pengajian-pengajian di mesjid atau kerumah-rumah manakala ada diantara anggotanya bersedia menyelenggarakan pengajian di rumahnya. Sedangkan kelompok kebaktian umumnya melaksanakan kebaktian di gereja-gereja yang terdapat di setiap desa.

Kelembagaan lain yang relatif aktif adalah Posyandu yang merupakan kegiatan rutin dilaksanakan pada setiap bulan untuk memantau perkembangan balita. Kegiatan yang dilakukan antara lain penimbangan bayi, kegiatan immunisasi, dan pemberian vitamin A dosis tinggi.

Dari sisi penyediaan sarana produksi dan biaya usahatani, pada dasarnya petani tidak kesulitan karena di wilayah ini sudah terdapat lembaga keuangan mikro berupa Credit Union yang dapat menyediakan biaya usahatani bagi petani dengan proses yang cepat, persyaratan lebih mudah, fleksibel, dan tanpa bunga. Selain itu Pedagang Pengumpul Desa (PPD) juga menyediakan fasilitas pinjaman kepada petani yang membutuhkan untuk kegiatan usahatani dan kebutuhan sehari-hari seperti sarana produksi, sembako, dan kebutuhan

sosial lainnya (biaya pendidikan, pesta kawinan dan lain-lain). Pinjaman ini tanpa bunga dan tanpa agunan dan akan dibayar setelah panen. Namun demikian, petani merasa berat dengan sistem pinjaman yang diberikan oleh PPD karena walaupun tanpa bunga tetapi terjadi mark up terhadap barang-barang yang dipinjam petani. Petani juga tidak bisa mengatur harga karena harga ditingkat petani ditentukan oleh PPD.

Dalam hal pemasaran hasil pertanian, PPD sangat membantu petani dalam memasarkan hasil pertanian mereka. PPD membeli langsung hasil panen petani di lokasi usahatani dan selanjutnya dijual kepada Pedagan Pengumpul Kabupaten (PPK) dan selanjutnya kepada pedagang besar atau dijual langsung ke ibukota kabupaten, kota Singkawang atau Pontianak dengan biaya transportasi ditanggung langsung oleh PPD. PPD pada umumnya adalah penduduk desa setempat yang mempunyai profesi selain sebagai pedagang pengumpul, tetapi juga petani sendiri, guru, atau profesi lainnya. Selain PPD yang membeli produk pertanian petani, Koperasi Serba Usaha Kalimantan Membangun (KSU-KM) biasanya membeli produk pertanian di wilayah ini khususnya jagung, tetapi ini tidak berlangsung lama (kurang dari satu tahun) karena petani lebih suka menjual kepada PPD karena adanya fasilitas pinjaman yang diberikan tanpa bunga dan tanpa kredit dan KSU-KM juga biasanya mendapat teror atau ancaman dari PPD. Para petani juga sering memasarkan hasil pertanian mereka. Mereka menjual langsung ke wilayah sekitar, kabupaten, atau ke negara tetangga yaitu di kota Serikin, Malaysia Timur.