• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil dan Pembahasan Analisis Potensi Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Kabupaten Bengkayang

KABUPATEN BENGKYANG

C.2. Analisis Komoditas Unggulan dan Andalan

5.3. Hasil dan Pembahasan Analisis Potensi Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Kabupaten Bengkayang

( Cs + Ct)

R/C =

R/

Dimana :

R/C = Rasio pendapatan terhadap modal

R = Pendapatan total

Cs = Biaya tunai

Ct = Biaya terhitung

5.3. Hasil dan Pembahasan Analisis Potensi Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang

a. Basis Komoditas Pertanian.

Setiap wilayah di empat kecamatan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang yang merupakan objek kajian dalam penelitian ini, masing-masing memiliki potensi untuk pengembangan beberapa komoditas pertanian, sehingga dapat menjadi basis bagi pengembangan komoditas tertentu. Untuk mengetahui apakah setiap kecamatan yang dianalisis di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang merupakan basis (dominan) pengembangan terhadap komoditas tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ).

Penilaian terhadap basis atau bukan suatu komoditas didasarkan pada nilai LQ yaitu LQ > 1, LQ = 1, dan LQ < 1. Nilai LQ > 1 memberikan pengertian bahwa komoditas tersebut merupakan basis pengembangan di kecamatan tersebut. Sebaliknya jika nilai LQ < 1, dapat diartikan bahwa komoditas tersebut bukan merupakan basis pengembangan di kecamatan tersebut. Sedangkan nilai LQ = 1, dapat diartikan bahwa komoditas tersebut mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan di kecamatan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, analisis LQ menggunakan data produksi tanaman pertanian (ton) dan ternak (ekor) tahun 2005. Hasil hasil analisis seperti dalam Lampiran 1 dan nilai LQ masing-masing komoditas disajikan pada Tabel 10.

Hasil analisis seperti Tabel 10, menunjukkan bahwa tiap kecamatan di empat kecamatan di wilayah studi memiliki komoditas yang merupakan komoditas yang dominan dikembangkan oleh masyarakat.

Tabel 10. Nilai LQ Komoditas Pertanian di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang.

Nilai LQ Kecamatan No. Komoditas Sanggau

Ledo Seluas 1Jagoi Babang Siding 1. Tanaman Pangan Padi Sawah 0,17 0,13 1,29 0,13 Padi Ladang 0,85 2,24 2,32 4,21 Jagung 1,53 1,16 0,36 0,36 Ubi Kayu 0,21 0,51 2,37 2,37 Ubi Jalar 0,16 0,00 3,26 3,26 Kacang Tanah 0,09 0,77 1,45 1,45 Kedelai 0,90 - - - 2. Tanaman Perkebunan Karet 1,83 0,28 0,07 3,58 Kelapa Sawit 0,77 1,13 1,21 - Lada 3,42 2,35 0,28 24,20 Kakao 0,56 1,28 1,41 72,23 Kopi 11,99 0,37 - - Nilai LQ Kecamatan No. Komoditas Sanggau

Ledo Seluas Jagoi Babang Siding 3. Peternakan Sapi 2,18 0,05 0,14 0,39 Kambing 1,51 1,51 1,19 1,74 Babi 0,56 0,56 1,79 2,28 Ayam potong 1,05 1,05 0,94 0,87 Itik 0,25 0,25 3,02 4,62

Sumber : Data di Olah dari Data Sekunder BPS Kabupaten Bengkayang (2005).

Di Kecamatan Sanggau Ledo, komoditas tanaman pangan yang merupakan komoditas dominan adalah jagung; di Kecamatan Seluas adalah padi ladang dan jagung; di Kecamatan Jagoi Babang adalah padi sawah, padi ladang, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah, dan di Kecamatan Siding adalah padi ladang, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah.

Komoditas perkebunan yang domian di Kecamatan Sanggau Ledo adalah karet, lada, dan kopi; di Kecamatan Seluas komoditas domian adalah kelapa sawit, lada, dan kakao, di Kecamatan Jagoi Babang komoditas dominan adalah kelapa sawit dan kakao, dan di Kecamatan Siding komoditas dominan adalah karet, lada, dan kakao. Sedangkan untuk komoditas peternakan, komoditas domian di Kecamatan Sanggau Ledo adalah sapi, kambing dan ayam; di Kecamatan Seluas adalah kambing dan ayam, di Kecamatan Jagoi Babang adalah kambing, babi, dan itik, dan di Kecamatan Siding adalah kambing, babi, dan itik. Komoditas dominan ini didasarkan pada tingkat produksi yang lebih

tinggi dibandingkan dengan tingkat produksi wilayah di atasnya yaitu Kabupaten Bengkayang dan ini didasarkan pada nilai LQ > 1. Nilai LQ > 1 dapat dijadikan petunjuk bahwa kecamatan tersebut surplus akan komoditas tertentu dan telah mengekspornya ke daerah lain atau memiliki tingkat kebutuhan konsumen yang tinggi yang berasal dari daerah lain di luar kecamatan bersangkutan. Komoditas-komoditas ini juga telah banyak diminati oleh masyarakat setempat untuk ditanam, cukup sesuai dengan kondisi agroklimat, sehingga dapat dikatakan komoditas-komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan baik dilihat dari keunggulan kompetitif maupun keunggulan komparatif. Namun demikian perhitungannya masih sederhana yang hanya didasarkan pada nilai LQ saja, sehingga perlu analisis lebih lanjut untuk memasukkan ke dalam kategori sebagai komoditas unggulan.

Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan petani, upaya peningkatan produksi terhadap komoditas-komoditas yang telah dikembangkan oleh masyarakat perlu terus digiatkan baik terhadap komoditas yang memiliki nilai LQ > 1 maupun komoditas dengan nilai LQ < 1 mengingat komoditas-komoditas ini sudah banyak dikembangkan oleh masyarakat setempat secara turun-temurun. Upaya peningkatan produksi dapat dilakukan melalui kegiatan eksteksifikasi dan intensifikasi, mengingat wilayah ini masih memiliki lahan produktif yang cukup luas untuk pengembangan komoditas dominan dengan tingkat penggunan sarana produksi pertanian, (saprodi), penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan), dan pemanfaatan teknologi pertanian yang masih kurang, sehingga komoditas dominan tersebut masih mempunyai peluang yang besar untuk ditinggkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya.

b. Komoditas Unggulan dan Andalan

Berdasarkan hasil kajian di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang lebih banyak terkonsentrasi pada sektor pertanian yang merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat sehingga umumnya tenaga kerja yang ada lebih banyak terserap disektor ini. Sampai pada tahun 2005, sekitar 42,67 persen, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), disumbangkan oleh sektor pertanian yang meliputi sub pertanian tanaman pangan dan hortikultura, sub sektor perkebunan, sub sektor kehutanan, dan sub sektor peternakan, serta sub sektor perikanan.

Komoditas pertanian untuk sub sektor pertanian tanaman pangan yang dikembangkan meliputi tanaman padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau untuk tanaman pangan; kacang panjang, ketimun, terong, buncis, petsai, kangkung, cabe, dan bayam untuk sayur-sayuran; dan mangga, rambutan, duku (langsat) nangka, jeruk, durian, pepaya, pisang, dan nenas untuk tanaman buah-buahan. Untuk sub sektor perkebunan komoditas yang dikembangkan meliputi karet, kelapa hibrida, kelapa sawit, lada, kakao, dan kopi. Sub sektor peternakan meliputi sapi potong, kerbau, kambing, babi, ayam buras, ayam pedaging, ayam petelur, dan itik. Sub sektor perikanan meliputi perikanan perairan umum budidaya kolam, budidaya keramba, tambak udang, dan rumput laut. Sedangkan untuk sub sektor kehutanan dapat dilihat dalam bentuk produksi hasil hutan berupa kayu bulat, kayu olahan dan kayu gergajian. Melihat ketersediaan data dan potensi pengembangan setiap sub sektor di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, maka yang dianalisis dalam analisis komoditas unggulan dan andalan ini adalah komoditas tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan.

Berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan 7 kriteria dalam analisis komoditas unggulan dan andalan yang meliputi (1) pengusahaan yang dominan, (2) kesesuaian lahan (agroekologi), (3) tingkat produktivitas wilayah, (4) keunggulan komparatif, (5) keunggulan kompetitif, (6) komoditas diperdagangkan antar wilayah dan (7) keterkaitan antar produk ke depan, diperoleh hasil analisis komoditas unggulan dan andalan seperti dalam Lampiran 2.

b.1. Komoditas Unggulan dan Andalan Tanaman Pangan

Komoditas unggulan dan andalan pangan terdiri dari lima komoditas yaitu padi sawah, padi ladang (padi gogo), ubi kayu, jagung, dan kacang tanah. Kelima komoditas pangan ini terseleksi dari dominansi pengusahaan dalam hal luas tanam dari masing-masing komoditas pangan tersebut. Setelah menggunakan penilian berikutnya, maka diperoleh bahwa hanya dua komoditas yang tergolong dalam komoditas unggulan dan tiga komoditas pangan lainnya tergolong dalam komoditas andalan seperti tertera dalam Tabel 11.

Tabel 11 memperlihatkan bahwa masuknya jagung dalam komoditas unggulan dengan hirarki pertama ditentukan dominansi luas tanam, tingkat produktivitas, keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, komoditas diperdagangkan antar wilayah, dan keterkaitan produk ke depan lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya.

Tabel 11. Penilaian Komoditas Tanaman Pangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang. Kriteria Penilaian Komoditas 1 2 3 4 5 6 7 Total Bobot Keputusan 21.291 3,20 1,60 95.532 1,63 Jagung 1 5 3 1 1 1 1 13 Unggulan 6.979 2,05 1,05 17.353 1,17 Padi Ladang 2 1 4 2 2 2 2 15 Unggulan 1.556 3,49 0,24 6.056 0,22 Padi Sawah 3 3 2 5 3 5 3 24 Andalan 137 17,98 0,37 2.234 0,37 Ubi kayu 4 2 1 3 4 4 5 23 Andalan 60 0,93 0,26 56 0,90 Kacang Tanah 5 4 5 4 5 3 4 30 Andalan

Sumber : Data di Olah dari Data Sekunder BPS Kabupaten Bengkayang (2002-2005). Keterangan : (1) Luas Panen (ha), (2) Kesesuaian Lahan, (3) Produktivitas (ton/ha), (4)

Keunggulan Komparatif, (5) Keunggulan Kompetitif, (6) LQ Produksi, dan (7) Peluang Pengembangan.

Komoditas unggulan kedua adalah padi ladang yang ditentukan oleh dominansi luas lahan, kesesuaian lahan, keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif, komoditas diperdagangkan antar wilayah, dan keterkaitan produk ke depan tertinggi setelah jagung. Komoditas padi ladang ini menduduki urutan kedua sebagai komoditas unggulalan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Sedangkan, padi sawah, ubi kayu, dan kacang tanah merupakan komoditas andalan karena ketiganya memiliki kriteria yang tidak lebih unggul dibandingkan dengan komoditas jagung dan padi ladang, kecuali ubi kayu yang memiliki kriteria kesesuaian lahan dan tingkat produktivitas lebih unggul daripada jagung, namun kriteria lainnya berada pada kriteria yang tidak unggul.

b.2. Komoditas Unggulan dan Andalan Tanaman Perkebunan

Komoditas unggulan dan andalan tanaman perkebunan terdiri dari lima komoditas yaitu kelapa sawit, karet, lada, kakao, dan kopi. Lima komoditas tersebut ditetapkan berdasarkan dominasi luas lahan yang kemudian dilanjutkan dengan kriteria penilaian lainnya. Hasil analisis diperoleh tiga komoditas yang tergolong dalam komoditas unggulan yaitu kelapa sawit, karet, dan lada, sedangkan kakao dan kopi tergolong dalam komoditas andalan. Hasil analisis komoditas unggulan dan andalaj tanaman perkebunan seperti pada Tabel 12.

Pada Tabel 12 memperlihatkan bahwa masuknya kelapa sawit sebagai komoditas unggulan disebabkan karena memiliki kriteria luas lahan pengembangan, kesesuaian lahan, keunggulan kompetitif, dan keterkaitan produk ke depan yang kuat, namun lemah pada kriteria keunggulan komparatif

dan keterkaitan produk ke depan. Demikian pula dengan komoditas karet dan lada, komoditas lada kuat pada kriteria kesesuaian lahan, keunggulan komparatif, dan komoditas diperdagangkan antar wilayah, sedangkan karet kuat pada kriteria luas lahan pengembangan, tingkat produktivitas, keunggulan kompetitif, dan keterkaitan produk ke depan, namun lemah pada kriteria kesesuaian lahan, keunggulan komparatif, dan keterkaitan produk ke depan.

Tabel 12. Penilaian Komoditas Tanaman Perkebunan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang. Kriteria Penilaian Komoditas 1 2 3 4 5 6 7 Total Bobot Keputusan 6.506,7 23,42 4,47 43.560 7,71 Kelapa sawit 2 2 1 3 1 4 1 14 Unggulan 9.141,0 2,10 1,87 3.804 3,18 Karet 1 3 2 5 2 5 2 20 Unggulan 1.838,0 0,56 6,72 1.064 13,69 Lada 3 1 5 1 3 1 3 17 Unggulan 418,0 0,60 2,49 119 10,99 Kakao 4 5 4 4 4 3 4 28 Andalan 316,0 1,92 6,44 108 13,37 Kopi 5 4 3 2 5 2 5 26 Andalan

Sumber : Data di Olah dari Data Sekunder BPS Kabupaten Bengkayang (2002-2005). Keterangan : (1) Luas Tanam (ha), (2) Kesesuaian Lahan, (3) Produktivitas (ton/ha), (4)

Keunggulan Komparatif, (5) Keunggulan Kompetitif, (6) LQ Produksi, dan (7) Peluang Pengembangan.

Berbeda halnya dengan komoditas yang termasuk dalam komoditas andalan seperti kakao dan kopi, dimana komoditas andalan ini hampir pada semua kriteria mengalami nilai yang relatif rendah dibandingkan dengan nilai kriteria pada komoditas unggulan.

b.3. Komoditas Unggulan dan Andalan Peternakan

Komoditas unggulan dan andalan komoditas peternakan terdiri dari lima komoditas yaitu sapi potong, kambing, babi, ayam, dan itik. Kelima komoditas peternakan ini terseleksi dari dominansi harga jual masing-masing komoditas peternakan tersebut. Setelah menggunakan penilian berikutnya, maka diperoleh bahwa ada tiga komoditas yang tergolong dalam komoditas unggulan yaitu sapi potong, kambing, dan ayam potong dan hanya dua komoditas peternakan lainnya tergolong dalam komoditas andalan yaitu babi dan itik. Hasil analisis seperti tertera dalam Tabel 13.

Tabel 13. Penilaian Komoditas Peternakan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Tahun 2007. Kriteria Penilaian Komoditas 1 2 3 4 5 6 7 Total Bobot Keputusan 8.500.000 4,05 0,53 40,55 Sapi Potong 1 V 3 2 1 2 2 11 Unggulan 1.250,000 10,48 0,68 52,47 Kambing 2 V 2 1 4 1 4 14 Unggulan 300.000 3,58 0,21 15,94 Babi 3 V 4 5 3 5 3 23 Andalan 22.500 15,05 0,50 32,97 Ayam 4 V 1 3 2 3 1 14 Unggulan 20.000 1,96 0,28 21,45 Itik 5 V 5 4 5 4 5 28 Andalan

Sumber : Data di Olah dari Data Sekunder BPS Kabupaten Bengkayang (2002-2005).

Keterangan : (1) Tingkat Harga (Rp), (2) Kesesuaian Lahan, (3) Laju Perkembangan (%), (4) Nilai Relatif (ratio), (5)Keunggulan Kompetitif, (6) LQ Diperdagangkan, dan (7) Tingkat Permintaan Daging/Susu

Pada Tabel 13 di atas terihat bahwa komoditas sapi potong unggul dibandingkan dengan komoditas lainnya karena memiliki tingkat harga, keunggulan kompetitif, dan tingkat permintaan daging/susu yang lebih besar dibandingkan dengan komoditas lainnya. Untuk komoditas kambing, unggul dalam hal tingkat harga, laju perkembangan, nilai relatif perkembangan antar wilayah dan komoditas diperdagangkan antar wilayah, tetapi tidak unggul terhadap kriteria keunggulan kompetitif dan tingkat permintaan susu/daging. Komoditas ayam, unggul pada kriteria laju perkembangan, keunggulan kompetitif, dan tingkat permintaan daging/susu. Sedangkan komoditas babi dan itik merupakan komoditas andalan karena semua kriteria penilaian berada pada kondisi yang lemah.

c. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian secara umum dapat dibedakan atas penggunaan lahan semusim, tahunan, dan permanen. Dalam penggunaan lahan ini diharapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya agar dapat memberikan manfaat dari segi agroekologi yaitu memberikan keuntungan ekonomi yang relatif besar dengan masukan yang lebih rendah, dan dalam jangka panjang diharapkan dapat mencegah terjadinya degradasi lahan akibat pola penggunaan yang tidak tepat. Menurut FAO (1976), kesesuaian lahan dapat dibedakan atas dua macam yaitu kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan sekarang (present land use), tanpa

masukan perbaikan, sedangkan kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan, seperti penambahan pupuk, pengairan, atau terasering tergantung dari jenis faktor pembatasnya (Puslitbangtanak, 2003).

Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan kualitas lahannya (land quality). Kualitas lahan tersebut mencakup temperatur, ketersediaan air, ketersediaan oksigen, media perakaran, retensi hara, toksisitas, bahaya erosi, bahaya banjir dan penyiapan lahan. Dalam evaluasi lahan sering kualitas lahan tidak digunakan tetapi langsung menggunakan karakteristik lahan, karena keduanya dianggap sama nilainya dalam proses evaluasi. Dengan demikian, dalam evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan antara karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman untuk komoditas tertentu.

Kegiatan evaluasi keseuaian lahan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang dilakukan terhadap beberapa komoditas pertanian yang secara ekonomis potensial dikembangkan oleh petani. Untuk komoditas tanaman pangan meliputi padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, dan kedelai. Sedangkan untuk komoditas perkebunan meliputi kelapa sawit, karet, lada, kakao, dan kopi. Semua komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan dan andalan dikembangkan di Kabupaten Bengkayang. Karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan ini mengacu pada pada karakteristik lahan yang ditetapkan oleh Puslitbangtanak (2003) dan hasil evaluasinya seperti dalam Lampiran 3 dan 4.

Penilaian kesesuaian lahan dalam kaitan ini dilakukan sampai pada tingkat sub-klas. Pada tingkat kelas kesesuaian lahan mencakup kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Kemudian untuk sampai pada tingkat sub-klas setiap kelas dibedakan lagi berdasarkan faktor pembatasnya. Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan faktor pembatasnya disajikan seperti Tabel 14 dan 15. Berdasarkan hasil evaluasi lahan seperti pada Tabel 14 dan Tabel 15, menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan aktual di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang umumnya berada pada kelas lahan cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3).

Tabel 14. Hasil Evaluasi Lahan Tanaman Pangan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang

No. Kecamatan Komoditas Kesesuaian Kelas Aktual

Faktor Pembatas

Padi Sawah S2nr, eh - retensi hara

Padi Ladang S2nr, eh - retensi hara, bahaya erosi

Jagung S3wa, nr - ketersediaan air, retensi hara

Ubi Kayu S2wa, eh - ketersediaan air, bahaya erosi

1. Sanggau

Ledo

Kacang Tanah S3wa - ketersediaan air

Padi Sawah S2nr, eh - retensi hara

Padi Ladang S2nr, eh - retensi hara, bahaya erosi

Jagung S3wa, nr - ketersediaan air, retensi hara

Ubi Kayu S2wa, eh - ketersediaan air, bahaya erosi

2. Seluas

Kacang Tanah S3wa - ketersediaan air

Padi Sawah S3nr - retensi hara

Padi Ladang S3nr - retensi hara

Jagung S3wa, nr - ketersediaan air, retensi hara

Ubi Kayu S3nr - retensi hara

3. Jagoi Babang

Kacang Tanah S3wa, nr - ketersediaan air, retensi hara

Padi Sawah S3nr, eh - retensi hara

Padi Ladang S3nr - retensi hara

Jagung S3wa, nr,eh - ketersediaan air, retensi hara

Ubi Kayu S3nr, eh - retensi hara

4. Siding

Kacang Tanah S3wa, nr, eh - ketersediaan air, etensi hara

Tabel 15. Hasil Evaluasi Lahan Tanaman perkebunan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang

No. Kecamatan Komoditas Kesesuaian Kelas Aktual

Faktor Pembatas Kelapa Sawit S2wa, nr, eh - ketersediaan air, retensi hara,

dan bahaya erosi

Karet S2tc, eh - temperatur, bahaya erosi

Lada S2wa, nr, eh - ketersediaan air, retensi hara,

dan bahaya erosi

Kakao S2wa, eh - ketersediaan air,bahaya erosi

1. Sanggau

Ledo

Kopi S3nr - retensi hara

Kelapa Sawit S2wa, nr, eh - ketersediaan air, retensi hara, dan bahaya erosi

Karet S2tc - temparetur

Lada S2wa, nr, eh - tempetur

Kakao S3nr - retensi hara

2. Seluas

Kopi S2tc, nr, eh - temperatur, retensi hara, dan

bahaya erosi

Kelapa Sawit S3eh - bahaya erosi

Karet S3nr - retensi hara

Lada S2wa, nr, eh - ketersediaan air, retensi hara,

dan bahaya erosi

Kakao S3nr - retensi hara

3. Jagoi Babang

No. Kecamatan Komoditas Kesesuaian Kelas Aktual

Faktor Pembatas

Kelapa Sawit S3eh - bahaya erosi

Karet S3nr - retensi hara

Lada S2wa, nr, eh - ketersediaan air, retensi hara,

dan bahaya erosi

Kakao S3nr - retensi hara

4. Siding

Kopi S3nr - retensi hara

Kelas kesesuaian lahan pada kondisi aktual menyatakan kesesuaian lahan berdasarkan data dari hasil survey belum mempertimbangkan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala atau faktor pembatas yang berupa sifat fisik lingkungan termasuk sifat-sifat tanah dalam hubungannnya dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Lahan dengan kelas kesesuaian S2 pada dasarnya memiliki faktor pembatas yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas pertanian, sehingga memerlukan masukan (input) untuk memperbaiki faktor pembatas tersebut, demikian pula pada lahan kelas S3, namun masukan yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor pembatas pada kelas lahan S3 lebih besar dibandingkan dengan lahan dengan kelas S2. Dengan memberikan masukan untuk memperbaiki faktor pembatas diharapkan lahan tersebut potensinya masih dapat ditingkatkan yaitu dari kondisi kesesuaian lahan aktual menjadi kesesuaian lahan potensial. Usaha-usaha perbaikan ini harus memperhatikan aspek ekonominya atau dengan kata lain perbaikan yang dilakukan secara ekonomis memberikan keuntungan yaitu jika modal atau investasi dan teknologi yang diberikan dibandingkan dengan nilai produksi yang akan dihasilkan masih mampu memberikan keuntungan.

Faktor-faktor pembatas yang dominan berpengaruh adalah ketersediaan air (curah hujan), retensi hara (KTK dan pH), dan bahaya erosi (lereng dan bahaya erosi), dimana faktor-faktor pembatas ini perlu segera ditangai untuk meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Faktor ketersediaan air khususnya curah hujan yang terlalu tinggi yaitu > 2940 mm/tahun merupakan faktor pembatas yang sangat sulit untuk dikelola. Usaha yang dapat dilakukan untuk pengusahaan beberapa komoditas pertanian di wilayah ini bukan pada bagaimana memodifikasi faktor curah hujan melainkan mengupayakan bagaimana komoditas tersebut dapat tumbuh dengan baik pada kondisi curah hujan yang tinggi, diantaranya adalah mengatur pola tanam yaitu dengan mengatur jadwal tanam pada bulan-bulan dimana peluang

terjadinya curah hujan lebih sedikit, menerapkan teknologi yang cukup tinggi untuk mengelola kelebihan air, misalnya dengan pembuatan saluran-saluran drainase pembuangan air atau menggunakan komoditas unggulan yang tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Dengan memanfaatkan komoditas unggulan yang tahan terhadap faktor iklim, khususnya curah hujan yang tinggi, tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa komoditas tersebut dapat ditanam lebih dari satu kali dalam setahun. Hal ini terlihat pada beberapa petani seperti di Kecamatan sanggau Ledo, telah menanam tanaman jagung lebih dari satu kali dalam setahun.

Perbaikan terhadap faktor pembatas retensi hara seperti kemasaman tanah (pH) yang rendah dapat dilakukan dengan pengapuran dan pemupukan. Tujuan pengapuran pada tanah ber-pH rendah (tanah masam) adalah untuk meningkatkan pH tanah hingga mencapai kebutuhan optimal bagi pertumbuhan tanaman. Berkaitan dengan pemupukan, tidak semua pupuk yang diberikan dapat meningkatkan pH dan KTK. Pada pupuk tertentu dengan kandungan asam yang tinggi berpeluang untuk menurunkan pH dan juga akan menurunkan KTK tanah. Salah satu pupuk yang memiliki peranan yang besar dalam meningkatkan KTK adalah pupuk organik. Seperti diketahui bahwa pupuk organik mempunyai daya jerap kation yang lebih besar dibandingkan dengan koloid liat. Ini berarti bahwa semakin banyak pupuk organik yang diberikan suatu tanah, semakin tinggi pula KTK-nya sepanjang faktor-faktor lainnya relatif sama. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah juga ramah lingkungan karena tidak mengandung zat-zat yang dapat menjadi racun di dalam tanah atau membuat tanah menjadi jenuh.

Perbaikan terhadap faktor pembatas bahaya erosi seperti kelerengan yang terlalu tinggi yang dapat berpeluang besar terhadap terjadinya erosi dapat diperbaiki dengan menerapkan teknik-teknik konservasi tanah dan air. Teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan pada lahan berlereng untuk mencegah terjadinya erosi adalah pembuatan terasering, pembuatan sengkedan, pembangunan tanggul pelimpas air, penerapan pola tanam, pengolahan tanah, penanaman searah garis kontur, dan pemberian pupuk organik. Adapun peta kesesuaian lahan beberapa komoditas tanaman pangan dan perkebunan seperti pada Gambar 12 sampai 15.

Gambar 12. Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Padi Sawah

Gambar 14. Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Jagung, Kacang Tanah, dan Ubi Kayu

Peta Kesesuaian Lahan Jagung, Kacang Tanah, dan

Ubi Kayu di Kabupaten Bengkayang

Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Karet, kelapa

Sawit, Lada, dan Kopi di Kab. Bengkayang

Gambar 15. Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Karet, Kelapa Sawit, Karet, dan Kopi

Hasil analisisi peta kesesuaian lahan Gambar 12 sampai 15 terlihat adanya perbedaan dengan hasil analisis kesesuaian lahan pada Tabel 12 dan 13 dimana pada tabel tersebut tidak ditemukan kelas kesesuaian lahan tidak sesuai (N) sedangkan pada peta kesesuaian lahan terdapat kelas kesesuaian lahan

yang yang termasuk dalam kelas tidak sesuai. Adanya perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan persepsi dalam penggunaan kriteria lereng. Penggunaan kriteria lereng pada analisis peta kesesuaian lahan didasarkan pada penyebaran kelerengan yang ada di wilayah studi yaitu antara 0 % sampai > 40 %, sedangkan penggunaan kriteria lereng hasil analisis seperti pada Tabel 12 dan