• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecmasan karena anak di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecmasan karena anak di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS ORIENTASI RUMAH SAKIT PADA ORANG

TUA TERHADAP KECEMASAN KARENA ANAK

DI RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK

MEDAN

SKRIPSI

Oleh :

Yusnita Mandasary 091121016

(2)
(3)

PRAKATA

Bismillahirrahmannirrahim,

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya,

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektifitas

Orientasi Rumah Sakit pada Orang tua terhadap Kecemasan karena Anak di

Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan”.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

kesulitan, namun berkat hidayah Allah dan bimbingan, bantuan dan motivasi dari

berbagai pihak sehingga kesulitan tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, MKes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp,

MNS selaku Pembantu Dekan II dan selaku dosen pembimbing II proposal dan

skripsi, dan Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan

III.

3. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing I proposal dan

skripsi yang telah menyediakan waktu, memberikan bimbingan dan saran yang

berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

4. Ibu Farida L. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep yang telah membantu penulis dalam

(4)

5. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M. Pd selaku penguji yang telah memberikan

banyak masukan dan kritikan kepada penulis.

6. Dr. M. Nur Rasyid Lubis, SpB, FINACS selaku Direktur RSUP H. Adam Malik

Medan yang telah memberi izin kepada saya melakukan penelitian di RSUP H.

Adam Malik Medan

7. Teristimewa kepada Ayahanda Suparno dan Ibunda Resma Saraan yang selalu

berdoa dan memberi motivasi selama mengikuti pendidikan ini, terima kasih atas

segala pengorbanan dan perjuangan ayahanda dan ibunda, setiap tetesan keringat

telah menjadikan motivasi dan dorongan kuat dalam menggapai kesuksesan ananda,

serta sentuhan kasih sayang dan doa menjadi inspirasi yang mampu melahirkan

goresan-goresan indah setiap ananda melangkah.

8. Terima kasih kepada kakak saya Hetty Sutanty, adik saya (Haryo Sucipto, Ade

Sutoyo dan M. Srie Rezeky) atas support dan semangat yang selalu diberikan

9. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman Fkep ’09 jalur

B semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas

kebersamaannya, support serta semangat yang selalu kalian berikan, terutama

kepada Tati, Tika dan Tiur.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari kesempurnaan, dan itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran

dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Januari 2011

(5)

DAFTAR ISI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

(6)

3. Orientasi Rumah Sakit 17 BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep 19

2. Definisi Operasional 21

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian 22

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian 31

1.1 Analisa Univariat 31

1.2 Uji Dependen 34

1.3 Uji Independen 37

2. Pembahasan 38

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar persetujuan menjadi responden

2. Instrumen penelitian

3. Protokol panduan orientasi rumah sakit

4. Denah lokasi RSUP. H. Adam Malik Medan

5. Surat ijin penelitian dari pendidikan ke RSUP. H. Adam Malik Medan.

6. Surat balasan dari RSUP. H. Adam Malik Medan ke pendidikan.

7. Hasil uji validitas

8. Hasil uji reabilitas

9. Taksasi dana

10. Lembar jadwal penelitian

(8)

DAFTAR TABEL

3. Kesimpulan 43

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di RSUP. H. Adam

Malik Medan (n=20)..…………..………...…...33

Tabel 5.2. Tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol………..…34

Tabel 5.3. Tingkat kecemasan responden setelah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.…...35

Tabel 5.4. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap kecemasan pada orang tua

pada kelompok intervensi ………...………..…..………...…36

Tabel 5.5. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan pada

orang tua pada kelompok kontrol….…………...…...37

(9)

Judul : Efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecmasan karena anak di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama : Yusnita Mandasary

Nim : 091121016

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2010

Abstrak

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatian yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas. Kepribadian masih utuh, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas – batas normal. Selama hospitalisasi

orang tua akan merasa cemas dan takut terhadap kondisi anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana efektifitas orientasi

rumahsakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi

eksperimen dengan pre test dan post test. Besar sampel 40 orang tua yang

anaknya di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan, dimana 20 orang tua kelompok intervensi dan 20 orang tua kelompok kontrol. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Analisa data yang digunakan yakni uji t-test yaitu dependen t-test dan independen t-test. Hasil analisis data

dependen t-test pada kelompok intervensi disimpulkan ada pengaruh orientasi

rumah sakit terhadap kecemasan pada orang tua sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi (nilai P = 0,000) dan pada kelompok kontrol disimpulkan tidak ada pengaruh orientasi rumah sakit terhadap kecemasan pada kelompok kontrol (nilai P = 0,088). Sedangkan pada

independen t-test hasil uji statistik disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (nilai P = 0,000). Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas

(10)

Judul : Efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecmasan karena anak di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama : Yusnita Mandasary

Nim : 091121016

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2010

Abstrak

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatian yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas. Kepribadian masih utuh, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas – batas normal. Selama hospitalisasi

orang tua akan merasa cemas dan takut terhadap kondisi anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana efektifitas orientasi

rumahsakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi

eksperimen dengan pre test dan post test. Besar sampel 40 orang tua yang

anaknya di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan, dimana 20 orang tua kelompok intervensi dan 20 orang tua kelompok kontrol. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Analisa data yang digunakan yakni uji t-test yaitu dependen t-test dan independen t-test. Hasil analisis data

dependen t-test pada kelompok intervensi disimpulkan ada pengaruh orientasi

rumah sakit terhadap kecemasan pada orang tua sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi (nilai P = 0,000) dan pada kelompok kontrol disimpulkan tidak ada pengaruh orientasi rumah sakit terhadap kecemasan pada kelompok kontrol (nilai P = 0,088). Sedangkan pada

independen t-test hasil uji statistik disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (nilai P = 0,000). Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan

dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan ini dipengaruhi

oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun keluarga yang mendampinginya

selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan

anaknya, pengobatan, peraturan dan keadaan di rumah sakit, serta biaya

perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak berlangsung pada anak, secara

psikologis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang

mendampinginya selama perawatan. Anak akan semakin stres dan hal ini

berpengaruh terhadap proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Hal

ini telah dibuktikan bahwa pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akan

mudah terserang penyakit, karena pada kondisi stres terjadi penekanan sistem

imun. Pasien anak yang teraupetik dan sikap perawat yang penuh perhatian akan

mempercepat proses penyembuhan (Nursalam, 2005)

Menurut Steven (2000), orang biasanya dirawat inap di rumah sakit bila dia

(12)

sebagai berikut: pasien menghabiskan sebagian besar waktunya dalam institusi,

ada batas

yang jelas antara pasien-pasien dan pengelola, ada garis hirarki antara pengelola

dan pasien dan ada kesempatan sedikit dari pasien untuk menjalankan inisiatif

sendiri.

Krisis penyakit dan hospitalisasi pada masa anak-anak mempengaruhi

setiap anggota keluarga inti. Reaksi orang tua terhadap penyakit anak mereka

bergantung pada keberagaman faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hampir

semua orang tua berespons terhadap penyakit dan hospitalisasi anak mereka

dengan reaksi yang luar biasa konsisten. Pada awalnya orang tua dapat bereaksi

tidak percaya, marah atau merasa bersalah, takut, cemas, dan frustasi (Wong,

2008)

Menurut Supartini (2004) hospitalisasi anak dapat menjadi suatu

pengalaman yang menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang tua

sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja

sama anak dan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit. Oleh

Karena itu, betapa pentingnya perawat memahami konsep hospitalisasi dan

dampaknya pada anak dan orang tua sebagai dasar dalam pemberian asuhan

keperawatan. Supartini juga mengatakan bahwa orang tua mengalami kecemasan

yang tinggi saat perawatan anaknya di rumah sakit, walaupun beberapa orang

(13)

mengatasi permasalahannya. Terutama pada mereka yang baru pertama kali

mengalami perawatan anak di rumah sakit, dan orang tua yang kurang mendapat

dukungan emosi dan sosial keluarga, kerabat bahkan petugas kesehatan akan

menunjukkan perasaan cemasnya.

Populasi anak yang dirawat di rumah sakit, mengalami peningkatan yang

sangat dramatis. Persentase anak yang dirawat di rumah sakit saat ini mengalami

masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan kejadian hospitalisasi

pada tahun-tahun sebelumnya. Perawatan di rumah sakit memaksakan

meninggalkan lingkungan yang dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga

menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran

dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan

fisik (Wong, 2001).

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada 29 Maret 2010 di RB4

RSUP H. Adam Malik medan, melalui observasi dan wawancara dengan 10

orang tua yang mempunyai anak yang dirawat inap sudah dirawat lebih dari 1

minggu dengan penyakit yang berbeda, 7 dari 10 orang mengatakan cemas

karena anaknya sakit. Hal ini disebabkan oleh karena biaya rumah sakit,

prosedur pengobatan yang dilakukan kepada anaknya, lingkungan yang baru

selama anak dirawat inap dan mereka juga mengatakan bahwa mereka belum

(14)

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang

efektifitasi orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak

dirawat inap di rumah sakit.

2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua

terhadap kecemasan karena anak dirawat inap.

3. Pertanyaan Penelitian

1. Adakah perbedaan tingkat kecemasan (sebelum dan setelah) dilakukan

orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi?

2. Adakah perbedaan tingkat kecemasan (sebelum dan setelah) yang tidak

dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok kontrol?

3. Adakah perbedaan tingkat kecemasan yang dilakukan orientasi rumah

sakit pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol?

4. Adakah perbedaan tingkat kecemasan yang tidak dilakukan orientasi

rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol?

4. Hipotesis

Ada pengaruh orientasi rumah sakit terhadap kecemasan orang tua karena

(15)

5. Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana

efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasanya karena

anak mengalami rawat inap.

Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden terhadap efektifitas

orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak

mengalami rawat inap

2. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada kelompok intervensi

sebelum dilakukan orientasi rumah sakit

3. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada kelompok intervensi

setelah dilakukan orientasi rumah sakit

4. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada kelompok kontrol

sebelum dilakukan orientasi rumah sakit

5. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada kelompok kontrol

(16)

6. Untuk membandingkan efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua

terhadap kecemasan pada kelompok intervensi stelah dilakukan orientasi

rumah sakit

7. Untuk membandingkan efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua

terhadap kecemasan pada kelompok kontrol setelah dilakukan orientasi

rumah sakit

8. Untuk membandingkan efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua

terhadap kecemasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

6. Manfaat Penelitian

6.1 Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah

pengetahuan mahasiswa tentang efektifitas orientasi rumah sakit pada orang

tua terhadap kecemasan karena anak dirawat inap.

6.2 Bagi pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan intervensi kepada perawat yang

bekerja di lingkungan rumah sakit maupun klinik dalam memberikan

orientasi ruangan rumah sakit kepada orang tua untuk mengurangi

(17)

6.3 Bagi penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya

khususnya tentang efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Konsep Cemas

1.1 Defenisi cemas

Kecemasan atau ansietas adalah gangguan alam perasaan yang ditandai

dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian

masih utuh, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas-batas normal

(Hawari, 2010)

Menurut Tomb (2003) cemas dapat ditemukan dimana-mana. Ansietas

adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat

dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis. Ansietas diperantarai

oleh suatu system kompleks yang melibatkan system limbic, thalamus, korteks,

frontal secara anatomis dan norepinefrin, serotonin dan GABA (reseptor GABA

berpasangan dengan reseptor benzodiazepine) pada system neurokimia. Hingga

saat ini belum diketahui jelas bagaimana kerja bagian-bagian tersebut dalam

menimbulkan ansietas.

Menurut Gail (2006) cemas atau ansietas adalah kekhawatiran yang tidak

(19)

perdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami

secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.

Menurut Marilynn (2006) ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak

menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala

fisiologis.

Kecemasan adalah sinyal yang menyadarkan seseorang untuk

memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan

seseorang mengambil tindakan guna mengatasi ancaman (Ibrahim, 2007)

Kecemasan merupakan suatu pengalaman subjektif mengenai

ketegangan-ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah, atau bisa juga muncul dari tidak

adanya rasa aman (Safaria, 2005)

1.2 Bentuk kecemasan

Lazarus (1976) mengemukakan ada dua bentuk kecemasan (Safaria,

2005), yaitu:

1.2.1 State Anxiety yaitu kecemasan sebagai suatu reaksi terhadap

situasi tertentu. Jika situasi itu tidak ada maka kecemasannya pun hilang.

Misalnya cemas ketika melihat keributan antar warga, cemas ketika melewati

(20)

1.2.2 Trait anxiety yaitu kecemasan yang menetap pada diri seseorang.

Kecemasan model ini merupakan kecemasan berupa disposisi/sifat dari individu

itu sendiri yang pencemas, sehingga kadang-kadang pada situasi yang

sebenarnya tergolong biasa, dia bereaksi cemas.

Kecemasan juga dapat dibedakan antara kecemasan yang normal dan

kecemasan yang abnormal (Gilmer, 1978). Suatu kecemasan dianggap normal

jika situasi yang sedang dihadapi oleh seseorang secara objektif memang

mengandung banyak bahaya seperti ancaman bom, adanya perang, atau

kerusuhan antar kampung. Selain itu kecemasan dianggap sesuatu yang normal

jika derajatnya masih tergolong ringan sehingga tidak mengganggu aktivitas

sehari-hari orang tersebut. Suatu kecemasan dianggap abnormal jika situasi yang

sedang dihadapi oleh seseorang secara objektif sebenarnya tidak mengandung

bahaya yang besar, namun secara subjektif oleh orang itu dianggap berbahaya.

Misalnya cemas ketika akan mengikuti ujian semester sehingga menyebabkan

orang tersebut tidak sanggup untuk berpikir lagi, dan mengalami serangan panik.

Selain itu dari sisi derajatnya kecemasan yang abnormal memiliki derajat yang

besar serta kronis sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari orang tersebut

(Safaria, 2005).

1.3 Tanda dan gejala cemas

Menurut Harold (1998) Ansietas dapat menampilkan diri dalam

(21)

timbul berupa gemetar, nyeri punggung dan kepala, mudah lelah, sering kaget,

wajah merah dan pucat, takikardia, tangan terasa dingin, sulit menelan.

Sedangkan gejala psikologik yang sering ditimbulkan yaitu rasa takut, sulit

berkonsentrasi, insomnia dan rasa mual diperut.

Menurut Ibrahim (2007) pengalaman kecemasan memiliki dua

komponen, yaitu:

a. Keadaan akan adanya sensasi fisiologis (seperti berdebar-debar dan

berkeringat)

b. Kesadaran berada dalam keadaan gugup atau ketakutan

Gejala ansietas terdiri dari (Ibrahim, 2007) :

1.3.1 Gangguan somatik

Tremor, panas-dingin, berkeringat, palpitasi, nausea, diare,

mulut kering, sesak nafas dan kesukaran untuk menelan

1.3.2 Gangguan kognitif

Kesukaran untuk berkonsentrasi dan daya ingat, kebingungan,

kekuatan akan lepas kendali atau akan menjadi gila dan kewaspadaan yang

(22)

1.3.3 Gangguan perilaku

Ekspresi katakutan, iritabilitas, imobilisasi, hipertensi dan

penarikan diri dari masyarakat

1.3.4 Gangguan persepsi

Depersonalisasi dan derealisasi

Menurut Isaac (2004) ciri-ciri ansietas adalah keprihatinan,

kesulitan, ketidakpastian atau ketakutan yang terjadi akibat ancaman yang nyata

atau dirasakan.

1.4 Tingkat cemas (Rentang respons Ansietas)

Meskipun beberapa tingkat kecemasan atau ansietas merupakan hal

yang normal dalam tekanan kehidupan, ansietas dapat menjadi adaptif atau

maladaptif. Masalah muncul saat klien mempunyai mekanisme koping yang

tidak adekuat untuk mengatasi bahaya, yang mungkin dikenali atau tidak

dikenali (Marilynn, 2006). Gail (2006) membagi ansietas menjadi empat bagian,

yaitu:

1.4.1 Ansietas ringan

Ansietas ringan berusia sangat singkat dan diinduksi lingkungan,

umumnya sembuh sejalan dengan hilangnya stress. Ansietas ringan berhubungan

(23)

individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas

ringan ini memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

Ketegangan, mudah marah, takut pada sesuatu yang akan terjadi dan perhatian

mulai teralih adalah umum terjadi, seringkali berkaitan dengan factor

lingkungan, dan ditatalaksana dengan psikoterapi suportif serta terapi

berorientasi realita (David, 2003).

1.4.2 Ansietas sedang

Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit

lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian

yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

1.4.3 Ansietas berat

Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu.

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak

berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada

(24)

1.4.4 Tingkat panik dari ansietas

Tingkat panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan

teror. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang

lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.

Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan; jika berlangsung terus

dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.

1.5 Mekanisme koping

Menurut Siswanto (2007) koping dimaknai sebagai apa yang dilakukan

oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu

tantangan/luka/kehilangan/ancaman. Koping lebih mengarah pada yang orang

lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang

membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi

orang ketika menghadapi stress/tekanan.

Koping ada 2 jenis, yaitu :

1.5.1 Tindakan langsung (Direct Action)

Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan oleh

individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan

(25)

1.5.2 Peredaan atau peringanan (Palliation)

Jenis koping ini mengacu pada mengurangi/ menghilangkan/ menoleransi

tekanan-tekanan ketubuhan fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan

emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa diartikan

bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah

relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara

merubah persepsi atau reaksi emosinya.

2. Konsep rawat inap

2.1 Defenisi rawat inap

Hospitalisasi adalah adanya beberapa perubahan psikis yang dapat

menjadi sebab yang bersangkutan dirawat disebuah institusi seperti di rumah

sakit perawatan. Tingkah laku dari pasien yang dirawat di rumah sakit dapat

dikenal dari kelemahan untuk berinisiatif, kurang atau tidak ada perhatian

tentang hari depan, tidak bermain atau ada daya tarik, kurang perhatian tentang

cara berpakaian dan segala sesuatu yang bersifat pandangan luas,

ketergantungan dari orang-orang yang membantunya (Steven, 2000, dikutip dari

Manurung, 2009)

Hospitalisasi atau rawat inap merupakan suatu proses yang karena

(26)

rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke

rumah (Supartini, 2006).

Hospitalisasi atau rawat merupakan satu keputusan yang amat

penting yang diambil oleh dokter untuk perawatan inap pasien (Harold, 2006).

2.2 Persiapan rawat inap

Alasan mempersiapkan anak menghadapi pengalaman rumah sakit

dan prosedur yang terkait dibuat berdasarkan prinsip bahwa ketakutan akan

ketidaktahuan lebih besar daripada ketakutan yang diketahui. Proses persiapan

dapat dilakukan dengan tur (orientasi rumah sakit), pertunjukan boneka dan

waktu bermain dengan miniatur peralatan rumah sakit (Wong, 2008)

Persiapan yang dibutuhkan anak pada hari masuk rumah sakit bergantung

pada jenis konseling prarumah sakit yang telah mereka terima. Jika mereka telah

dipersiapkan dalam suatu program formal, mereka biasanya mengetahui apa

yang akan terjadi dalam prosedur medis awal, fasilitas rawat inap dan staf

keperawatan (Wong, 2008).

Pada tahap sebelum masuk rumah sakit dapat dilakukan: siapkan ruang

rawat yang sesuai dengan tahapan usia anak dan jenis penyakit dengan peralatan

yang diperlukan, apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum

dirawat diorientasikan dengan situasi rumah sakit dengan bentuk miniatur

(27)

Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan: memperkenalkan perawat

dan dokter yang akan merawatnya, orientasikan anak dan orang tua pada

ruangan rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakannya, kenalkan

dengan pasien anak lain yang akan menjadi teman sekamarnya, berikan identitas

pada anak, misalnya pada papan nama anak, jelaskan aturan rumah sakit yang

berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti, laksanakan pengkajian riwayat

keperawatan, lakukan pemerikasaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai

dengan yang diprogramkan (Supartini, 2004)

2.3 Manfaat rawat inap

Meskipun hospitalisasi dapat dan biasanya menimbulkan stress bagi

anak-anak, tetapi hospitalisasi juga dapat bermanfaat. Manfaat yang paling nyata

adalah pulih dari sakit, terapi hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan pada

anak-anak untuk mengatasi stress dan merasa kompeten dalam kemampuan

koping mereka. Lingkungan rumah sakit dapat memberikan pengalaman

sosialisasi yang baru bagi anak yang dapat memperluas hubungan interpersonal

mereka.

2.4 Reaksi orang tua terhadap rawat inap anak

Menurut Nursalam (2005), reaksi orang tua terhadap anaknya yang

sakit dirumah dan dirawat di rumah sakit di pengaruhi oleh berbagai macam

(28)

pendukung yang tersedia, kekuatan ego individu, kemampuan dalam

pengumpulan koping, dukungan dari keluarga, kebudayaan dan kepercayaan,

dan komunikasi dalam keluarga.

Menurut Supartini (2004), reaksi orang tua terhadap perawatan anak

dirumah sakit dan latar belakang yang menyebabkannya dapat diuraikan sebagai

berikut :

2.4.1 Perasaan cemas dan takut

Selama hospitalisasi orang tua akan merasa begitu cemas dan

takut terhadap kondisi anaknya. Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua

melihat anak mendapat prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah,

injeksi, infus yang dilakukan pungsi lumbal, dan prosedur invasif lainnya. Sering

kali pada saat anak harus dilakukan prosedur tersebut, orang tua bahkan

menangis karena tidak tega melihat anaknya, dan pada kondisi ini perawat atau

petugas kesehatan harus bijaksana bersikap pada anak dan orang tuanya.

Perilaku yang sering ditunjukkan orang tua berkaitan dengan

adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya

tentang hal yang sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah,

(29)

2.4.2 Perasaan sedih

Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi

terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk

sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukkan perilaku sosial atau tidak mau

didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

(Supartini, 2000)

2.4.3 Perasaan frustasi

Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan

tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang

diterima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua

akan merasa putus asa, bahkan frustasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua

menunjukkan perilaku putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan

pulang paksa.

2.5 Dampak rawat inap

Perawatan di rumah sakit biasanya pengalaman yang menegangkan

dan menggelisahkan serta dapat menimbulkan kesulitan terhadap emosi dan

perilaku anak dan biasanya berlangsung lama dan setelah kejadiannya sendiri.

Beberapa ancaman yang biasanya di akibatkan oleh rumah sakit antara lain

(30)

hilangnya kendali dan kemandirian, tidak hadir dalam acara harian keluarga dan

lingkungan dan prosedur pemeriksaan medis Menurut (Nursalam, 2005).

3. Orientasi rumah sakit

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia orientasi rumah sakit adalah

peninjauan untuk menentukan sikap, arah dan tempat yang tepat dan benar di

gedung atau tempat yang merawat orang sakit atau gedung tempat menyediakan

dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah

kesehatan. Dengan kata lain orientasi rumah sakit adalah pengenalan ruangan

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian ini adalah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoadmodjo, 2005).

Kerangka konseptual penelitian ini untuk mengidentifikasi efektifitas orientasi

rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak dirawat inap di rumah

sakit. Penelitian ini adalah penelitian dengan metode quasi-eksperimen menggunakan

desain pre test-post test pada kedua kelompok yaitu kelompok intervensi dengan

dilakukan orientasi rumah sakit pada responden dan kelompok kontrol tanpa dilakukan

orientasi rumah sakit.

Penelitian ini terdiri dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel

independen. Variabel dependen yaitu kecemasan pada orang tua dan variabel

(32)

Skema : kerangka konsep efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap

kecemasan karena anak dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan

Orang tua yang mempunyai anak dirawat inap

Di RSUP. H. Adam Malik Medan

Dipilih dengan menggunakan teknik

Purposive sampling untuk

menjadi sample

kelompok kontrol kelompok kontrol

dilakukan orientasi rumah sakit Tidak dilakukan orientasi rumah sakit

(33)

2. Defenisi Operasional.

Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

Orientasi rumah sakit

kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat terhadap pasien yang akan dirawat inap di rumah sakit dalam rangka pengenalan lingkungan sekitar ruang rawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan.

Orientasi Lingkungan terbagi atas dua, yaitu :

1.internal lingkungan : kamar mandi, pispot, bel, jam berjenguk

(34)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen pre test-post test.

Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Intervensi X1 I X2

Kontrol X1 O X2

Keterangan :

X1 :

X

tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan intervensi

2 :

I : dilakuk an orientasi rumah sakit

tingkat kecemasan responden setelah dilakukan intervensi

O : tidak dilakuk an orientasi rumah sakit

Penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok Intervensi yang

dilakukan orientasi rumah sakit oleh peneliti dan kelompok kontrol yang tidak di

lakukan orientasi rumah sakit. Pada kedua kelompok diawali dengan pretest

yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan dan melakukan observasi

yang menyangkut kecemasan selama anak dirawat inap dirumah sakit.

Kemudian kelompok intervensi dilakukan rumah sakit dan kelompok kontrol

(35)

Setelah peneliti melakukan orientasi rumah sakit maka akan dilakukan

identifikasi kembali post test pada kedua kelompok yaitu dengan menggunakan

instrumen yang sama pada pre test sebelumnya.

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang diteliti menurut

kriteria yang telah ditetapkan (Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini

adalah orang tua yang mempunyai anak yang dirawat inap di RB4 anak di

RSUP. H. Adam Malik Medan sebanyak 1096 orang (diperoleh dari buku

rawatan ruang rawat inap RB4 mulai April 2009 sampai dengan Maret 2010).

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2007). Jumlah sampel dalam pengambilan

data diperoleh dari Power Analysis dengan menggunakan dengan level of

significant (α = 0,05), koefisien korelasi (effect size) 0,70 dan γ (power of test)

= 0,80. Berdasarkan ketentuan tersebut diperoleh sampel minimal 17 orang,

untuk mengantisipasi kemungkinan ada responden yang droupout atau keluar

dari penelitian maka jumlah sampel di tambah 20% yang digenapkan menjadi 20

orang. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang tua untuk

(36)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. orang tua yang mempunyai anak yang menjalani rawat inap dan anaknya

sama sekali belum pernah dirawat inap dirumah sakit, baik di rumah

sakit lain ataupun di RSUP. H. Adam Malik Medan untuk kelompok

intervensi dan kelompok kontrol (untuk kelompok intervensi dilakukan

di RB4 dan kelompok kontrol dilakukan di RB2).

b. orang tua yang menjaga anaknya selama dirawat inap

c. orang tua yang berusia 20-55 tahun

d. orang tua yang secara fisik kondisi kesehatannya dalam keadaan sadar;

bersedia dan mempunyai kemampuan untuk mengikuti kegiatan orientasi

rumah sakit selama 20 menit mendapatkan informasi tentang rumah sakit

dan melihat/orientasi lingkungan sekitar rumah sakit.

4. Tempat dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap terpadu B4 anak (ruang

non infeksi) di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Rumah Sakit

Umum Pusat H. Adam Malik Medan dipilih sebagai lokasi penelitian karena

rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit tipe A yang menjadi rumah

(37)

pendidikan sehingga dengan demikian meyakinkan untuk terpenuhinya jumlah

sampel sesuai kriteria yang diharapkan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan

mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2010.

5. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat rekomendasi Dekan melalui

administrasi pendidikan akademik fakultas keperawatan USU, selanjutnya

mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan izin ke RSUP. H. Adam

Malik Medan melalui Badan Diklat dan Litbang lalu ke ruangan perawatan yang

telah ditetapkan. Setelah mendapat izin dari kepala ruangan pengumpulan data

dapat dilaksanakan. Kemudian peneliti mulai melakukan pengumpulan data dan

memberikan lembar persetujuan (Informed Consent) kepada responden yang

akan diteliti. Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar

persetujuan, peneliti menjelaskan maksud, tujuan, manfaat dan efek serta

prosedur penelitian. Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar

persetujuan dapat dinyatakan secara lisan. Responden berhak untuk menolak

terlibat dalam penelitian ini, atau menarik kesediaannya pada proses

pengumpulan data, dan tidak ada efek yang merugikan terhadap pelayanan

keperawatan di rumah sakit.

(38)

pada masing-masing lembar pengumpulan data. Kerahasiaan informasi

responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang

dilaporkan sebagai hasil penelitian. Selama proses pengambilan data, penelitian

ini tidak akan menimbulkan rasa sakit secara fisik dan tekanan psikologis pada

responden yang akan diteliti dan tidak ada efek yang merugikan bagi tindakan

keperawatan.

6. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat

pengumpul data berupa kuesioner. Kuesioner terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu

kuesioner data demografi dan kuesioner tingkat kecemasan.

Instrument penelitian tentang pengumpulan data demografi orang tua anak.

Data demografi pada orang tua adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan,

pendidikan terakhir, agama. Instrument penelitian tentang tingkat kecemasan

orang tua menggunakan Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang telah

dimodifikasi yang terdiri dari 30 pertanyaan. Penilaian menggunakan lembar

kuesioner dengan cara menetapkan penilaian derajat kecemasan dengan

penilaian kecemasan ringan (skor 0-6), kecemasan sedang (skor 7-16), dan

kecemasan berat (skor 17-30). Semakin rendah skor maka semakin baik, tidak

(39)

7. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrumen

pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan

data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey, 2002)

Uji validitas adalah suatu instrument dikatakan valid bila mampu mengukur

apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Untuk mengetahui validitas kuesioner tingkat kecemasan, peneliti

menggunakan tekhnik content validity yang membuktikan instrumen lebih sahih

yang akan dilakukan oleh orang yang ahli dalam keperawatan anak dari fakultas

keperawatan universitas sumatera utara yaitu ibu Farida L. Siregar, S,Kep, Ns,

M.Kep dengan content validity index (CVI) adalah 0,803.

8. Uji Reabilitas

Reliabilitas adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat

ukur, meskipun digunakan berulang-ulang pada subjek yang sama atau berbeda

(Danim, 2003).

Uji reabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau

kemampuan alat ukur untuk mengukur sasaran yang akan diukur, sehingga dapat

digunakan untuk penelitian dalam lingkup yang sama. Uji reliabilitas untuk

(40)

Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang tua diluar dari responden yang sudah

ditetapkan di RB2 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Uji

reliabilitas dalam penelitian ini dicari dengan menggunakan rumus KR-21

karena instrument penelitian memiliki jumlah pertanyaan genap. Dari hasil uji

KR-21 diperoleh bahwa hasil reliabel pertanyaan adalah r = 0,559 lebih besar

dari harga r product moment r = 0,361, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

instrument tersebut reliabel.

9. Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu mengajukan

permohonan izin kepada dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara. Kemudian mengajukan permohonan izin kepada direktur RSUP. H. Adam

Malik Medan, setelah mendapat izin dari direktur RSUP. H. Adam Malik Medan

yang melalui Badan Diklat dan Litbang lalu ke ruangan. Kemudian izin dari

kepala ruangan dan responden untuk selanjutnya dilaksanakan pengumpulan

data penelitian.

Prosedur pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menjelaskan

(41)

memberikan lembar informed consent dan kuesioner kepada responden pada

kelompok kontrol dan kelopok intervensi. Keesokan harinya peneliti melakukan

intervensi kepada kelompok intervensi. Setelah 7 hari responden memberikan

kuesioner dengan pertanyaan yang sama pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi untuk mengetahui tingkat kecemasan yang dialami oleh responden.

Kenyataan yang ditemukan peneliti dilapangan, peneliti mengelompokkan

responden yakni 20 orang orang tua yg anaknya dirawat di ruang RB4 untuk

kelompok intervensi dan 20 orang tua yg anaknya dirawat di ruang RB2 untuk

kelompok kontrol. Peneliti memberikan informed consent kepada responden,

menjelaskan jadwal kontrak orientasi rumah sakit, memberi kuesioner data

demografi dan kuesioner kecemasan pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol. Pada hari pertama pengumpulan data diperoleh sembilan orang

responden yang dilakukan orientasi rumah sakit langsung pada hari itu juga

setelah mengisi informed consent dan kuesioner. Pada hari kedua diperoleh

enam orang responden yang dilakukan orientasi rumah sakit setelah diberikan

informed consent dan kuesioner. Pada hari ketiga diperoleh lima orang

responden dan dilakukan orientasi rumah sakit. Hal ini disebabkan oleh orang

tua yang akan menjadi sampel mengatakan tidak punya banyak waktu untuk

melakukan orientasi rumah sakit dengan alasan tidak ada yang menjaga anaknya

(42)

kuesioner yang sama pada kelompok kontrol untuk mengetahui tingkat

kecemasan responden pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan

orientasi rumah sakit. Jadi seluruh data terkumpul baik pada kelompok

intervensi maupun kelompok kontrol selama 2 bulan mulai Juni sampai Agustus

2010.

10. Analisa Data.

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data dengan

memeriksa kembali semua kuesioner satu persatu yakni identitas serta data

responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan

petunjuk. Kemudian peneliti memberi kode terhadap semua pertanyaan yang

telah diajukan dengan tujuan mempermudah peneliti untuk melakukan tabulasi.

Analisa data dibedakan menjadi dua analisa yaitu data univariat dan bivariat.

Analisa data univariat meliputi data demografi berupa jenis kelamin, umur,

pekerjaan, pendidikan terakhir, agama dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan persentase. Sedangkan analisis bivariat untuk menguji pengaruh efektifitas

orientasi rumah sakit terhadap kecemasan karena anak dirawat inap digunakan

rumus uji t dependen digunakan untuk membandingkan tingkat kecemasan pada

kedua kelompok sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan (orientasi rumah

sakit) dan uji t independent digunakan untuk membandingkan efektifitas

orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan pada kelompok

(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian melalui

pengumpulan data yang dilaksanakan mulai tanggal 23 Juni 2010 sampai

tanggal 14 Agustus 2010 di RSUP. H. Adam Malik Medan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas orientasi rumah sakit pada orang

tua terhadap kecemasan karena anak dirawat inap.

Dari hasil penelitian ini tergambar tentang karakteristik responden,

pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan sebelum dan

sesudah di orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan tingkat

kecemasan responden sebelum dan sesudah orientasi rumah sakit pada

kelompok kontrol serta perbedaan tingkat kecemasan responden sebelum dan

sesudah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol.

1. Hasil Penelitian 1.1 Analisa Univariat

Analisa univariat untuk mengetahui deskripsi karakteristik responden

yang terdiri atas jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir dan

(44)

1.1.1 Karakteristik kelompok kontrol dan kelompok intervensi

Hasil penelitian pada kelompok menunjukkan bahwa seluruh

responden (100%) berjenis kelamin wanita yaitu 20 orang, kelompok umur

mayoritas berusia 41-50 tahun sebanyak 9 orang (45%). Sebagian besar

responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 13 orang (65%). Sebagian

besar responden (40%) berpendidikan SMU dan sebagian besar responden

(65%) beragama Islam.

Hasil penelitian pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa

responden (100%) berjenis kelamin wanita yaitu 20 orang, kelompok umur

mayoritas berusia 41-50 tahun sebanyak 10 orang (50%). Sebagian besar

responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 10 orang (50%). Sebagian

besar responden (40%) berpendidikan SMU 8 orang dan mayoritas

(45)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden pada kelompok kontrol dan intervensi di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=20)

No Karakteristik Demografi Responden

Kelompok kontrol Kelompok Intervensi

F % F %

4 Pendidikan terakhir

(46)

1.2 Uji t - Dependen

1.2.1 Tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan orientasi rumah sakit

pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Tingkat kecemasan karena anak dirawat inap sebelum dilakukan

orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi mempunyai nilai rata-rata 20,60

dan nilai SD 3,136 (95% CI= 19,13 - 22,07). Sedangkan pengaruh orientasi

rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak dirawat inap pada

kelompok kontrol mempunyai nilai rata-rata 19,05 dan nilai SD = 2,564 ( 95%

CI = 17,85 - 20,25).

Tabel 5.2 Tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (n=20)

(47)

1.2.2 Tingkat kecemasan responden setelah dilakukan orientasi rumah sakit

pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Tingkat kecemasan karena anak dirawat inap dirumah sakit pada

kelompok intervensi setelah dilakukan orientasi rumah sakit mempunyai nilai

rata-rata 8,45 dan nilai SD = 2,605, (95% CI = 7,23 - 9,67). Sedangkan tingkat

kecemasan karena anak dirawat inap setelah dilakukan orientasi rumah sakit

pada kelompok kontrol mempunyai nilai rata-rata 19,45, nilai SD 2,819 (95% CI

= 18,13 - 20,77).

Tabel 5.3. Tingkat kecemasan responden setelah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok control (n=20)

No Variabel Mean SD Min Max

1.2.3 Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan pada orang

tua pada kelompok intervensi

(48)

perbedaan nilai rata-rata 12,150 Dari hasil uji statistik nilai P yaitu 0,000 maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan

sebelum dan setelah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi.

Tabel 5.4. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan pada orang tua pada kelompok intervensi

Variabel Nilai

rata-rata SD

Perbedaan

Mean Nilai P n

Pengaruh orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi:

Pre test 20,60 3,136 12,150 0,000 20

Post test 8,45 2,605

1.2.4 Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan pada orang

tua pada kelompok kontrol

Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan sebelum

dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata

19,05, nilai SD = 2,564, dan perbedaan nilai rata-rata 0,400. Dari hasil uji

statistik perbedaan nilai rata-rata 0,400 dengan nilai P yaitu 0,088 maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan pada

(49)

Tabel 5.5. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan pada orang tua pada kelompok kontrol

Variabel Nilai

rata-rata SD

Perbedaan

Mean Nilai P n

Pengaruh orientasi rumah sakit pada kelompok kontrol:

Pre test 19,05 2,564

0,400 0,088 20

Post test 19,45 2,819

1.3 Uji t - Independen

1.3.1 Perbedaan tingkat kecemasan pada orang tua pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol setelah dilakukan orientasi rumah sakit

Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan setelah

dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol, pada kelompok intervensi diperoleh nilai rata-rata 8,45, dan nilai SD =

2,605. Sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-ratanya yaitu 19,45, dan nilai

SD yaitu 2,819. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P yaitu 0,000 maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kecemasan

setelah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok

(50)

Tabel 5.6. Perbedaan tingkat kecemasan pada orang tua pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan orientasi rumah sakit

Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa orientasi rumah

sakit pada orang tua yang memiliki anak yang dirawat inap dirumah sakit dapat

menurunkan tingkat kecemasan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat

Nursalam (2005) yang menyatakan bahwa orientasi ruangan kepada pasien anak

dan keluarga harus dilaksanakan oleh perawat untuk menghindari sesuatu yang

mencemaskan dan menakutkan bagi pasien anak dan keluarga.

Hasil dari penelitian pada uji t-dependen untuk kelompok intervensi

sebelum dilakukan orientasi rumah sakit menunjukkan nilai rata-rata 20,60 dan

nilai SD 3,136, setelah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok

intervensi mempunyai nilai rata-rata 8,45 dan nilai SD 2,605 . Dari uji statistik

nilai P yaitu 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya perbedaan

tingkat kecemasan yang mendapat orientasi rumah sakit sebelum dilakukan

(51)

Menurut Wong (2008) pemberian informasi tentang respons perilaku

normal dan dapat diperkirakan tersebut kepada orang tua dapat mengurangi

kecemasan orang tua selama awal hospitalisasi. Alasan mempersiapkan anak

menghadapi pengalaman rumah sakit dan prosedur yang terkait dibuat

berdasarkan prinsip bahwa ketakutan akan ketidaktahuan (fantasi) lebih besar

daripada ketakutan yang diketahui. Oleh karena itu, mengurangi unsur

ketidaktahuan dapat mengurangi ketakutan tersebut. Meskipun persiapan untuk

hospitalisasi merupakan praktik yang umum, tidak ada standar atau program

universal yang dianjurkan untuk semua tempat. Proses persiapan dapat

dilakukan dengan tur, pertunjukan boneka, dan waktu bermain dengan miniature

peralatan rumah sakit; persiapan tersebut dapat melibatkan penggunaan

buku-buku, video atau film; atau terbatas pada deskripsi singkat aspek utama tentang

dirawat dirumah sakit. Tidak ada kesepakatan yang tegas tentang waktu

persiapan tersebut. Tanpa memedulikan jenis program yang spesifik, semua

anak, bahkan mereka yang sudah pernah dihospitalisasi sebelumnya,

memperoleh manfaat dari pengenalan terhadap lingkungan dan rutinitas di unit

tersebut.

Hasil dari penelitian pada uji t-dependen untuk kelompok kontrol

sebelum dilakukan orientasi rumah sakit mempunyai nilai rata-rata 19,05 dan

nilai SD 2,564, setelah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok kontrol

(52)

perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol yang tidak mendapat

orientasi rumah sakit.

Menurut Supartini (2004) persiapan anak sebelum dirawat dirumah sakit

didasarkan pada adanya asumsi bahwa ketakutan akan sesuatu yang tidak

diketahui akan menjadi ketakutan yang nyata. Pemberian informasi tentang

respons perilaku normal dan dapat diperkirakan tersebut kepada orang tua dapat

mengurangi kecemasan orang tua selama awal hospitalisasi. Keluarga yang

tidak tahu tentang peraturan rumah sakit seringkali bertambah bingung dan

cemas. Oleh karena itu keluarga memerlukan penjelasan yang rinci tentang apa

yang mereka harapkan dan apa yang diharapkan dari mereka (Wong, 2008).

Hasil dari penelitian pada uji independen perbedaan tingkat kecemasan

orang tua pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan

orientasi rumah sakit didapat nilai P yaitu 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa

adanya pengaruh dilakukan orientasi rumah sakit terhadap penurunan tingkat

kecemasan.

Menurut Supartini (2004) pada hari pertama dirawat lakukan tindakan

kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya, orientasikan anak dan

orang tua pada ruangan rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakan

dan jelaskan aturan rumah sakit yang berlakuu dan jadwal kegiatan yang akan

diikuti .

Keadaan sakit dan hospitalisasi merupakan krisis utama bagi anak usia

(53)

individu yang mengalami sakit baik yang dirawat di rumah maupun yang

dirawat di rumah sakit. Dampak tersebut dapat terjadi pada individu, keluarga,

atau masyarakat (Hidayat, 2004). Menurut Sukoco (2002) respon kecemasan

merupakan perasaan yang paling umum yang dialami oleh orang tua ketika ada

masalah kesehatan pada anaknya Hal itu dapat disebabkan oleh beberapa sebab,

seperti penyakit kronis, perawatan (caring) yang kurang menyenangkan, tingkat

ekonomi keluarga, yang semua itu dapat berdampak pada proses penyembuhan.

Kecemasan ini dapat meningkat apabila orang tua merasa kurang informasi

terhadap penyakit anaknya dari rumah sakit terkait, sehingga dapat

menimbulkan reaksi tidak percaya apabila mengetahui tiba-tiba penyakit

anaknya serius. Reaksi-reaksi cemas yang timbul akibat hospitalisasi berbeda

pada setiap orang, karena tinggal di rumah sakit bukanlah suatu pengalaman

yang menyenangkan, dimana klien harus mengikuti peraturan serta rutinitas

ruangan.

Menurut Hidayat (2009) keluarga merupakan unsur penting dalam

perawatan anak mengingat anak bagian dari keluarga. Sebagai perawat, dalam

memberikan pelayanan keperawatan anak harus mampu memfasilitasi keluarga

dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan

keperawatan langsung maupun pemberian pendidikan kesehatan pada anak.

Kecemasan merupakan salah satu akibat yang dialami oleh anak ketika

(54)

tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan

kembali ke rumah. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga

mengalami kebiasaan yang asing, lingkungannya yang asing, orang tua yang

kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas yang dapat

membuat orang tua tertekan dan sedih sehingga anak juga mengalami hal yang

sama, dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak

tetapi juga pada orang tuanya (Mahyudin, 2007).

Orientasi ruangan kepada pasien anak dan keluarga harus dilaksanakan

oleh perawat untuk menghindari sesuatu yang mencemaskan dan menakutkan

bagi pasien anak dan keluarga. Orientasi ruangan yang harus dilakukan oleh

perawat meliputi pengenalan kepada perawat atau petugas yang jaga, pengenalan

pada ruangan perawatan dan alat-alat yang ada di ruangan, memperkenalkan

dengan teman sekamar, menjelaskan mengenai peraturan-peraturan yang ada,

pelaksanaan pemeriksaan rutin, dan peran orang tua dalam perawatan

(Nursalam, 2005).

Anak juga harus diperkenalkan dengan lingkungan rumah sakit yang

dapat mempersiapkan anak dan keluarga secara mental dan menghilangkan

perasaan asing terhadap lingkungannya yang baru (Sacharin, 1996). Kesan

pertama masuk rumah sakit penting terhadap anak dan keluarga. Petugas harus

memperlakukan mereka dengan sopan dan professional. Disinilah awal

(55)

sikap yang tidak peduli maka klien akan menganggap semua petugas sebagai

orang yang tidak professional (Perry & Potter, 2005).

Kondisi kenyataan yang ada dari hasil penelitian, bahwasanya perawat

tidak pernah melakukan orientasi rumah sakit kepada pasien yang baru masuk di

rumah sakit untuk dirawat inap, hal ini disebabkan karena perawat sibuk dengan

pasien yang lain yang harus mendapatkan tindakan. Perawat kurang

memperhatikan dalam proses keperawatan anak terutama dalam masalah

kecemasan yang dialami oleh orang tua karena anaknya dirawat inap di rumah

(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Bab 5 dapat disimpulkan

bahwa umur terbanyak adalah berusia 41-50 tahun (45%), seluruh responden

berjenis kelamin perempuan (100%),, mayoritas responden bekerja sebagai ibu

rumah tangga (65%), dengan pendidikan terakhir terbanyak SMU (40%) dan

mayoritas responden beragama Islam (70%).

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan, dapat disimpulkan

bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 20 orang responden pada kelompok

intervensi dan 20 orang responden pada kelompok kontrol setelah dilakukan

orientasi rumah sakit di rumah sakit H. Adam Malik Medan, menyimpulkan

terdapat pengaruh yang signifikan efektifitas orientasi rumah sakit terhadap

kecemasan orang tua selama anak dirawat inap di rumah sakit.

2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian diberikan rekomendasi kepada berbagai

pihak antara lain:

2.1 Bagi pendidikan keperawatan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan

(57)

menjadi suatu cerminan orang tua di masyarakat sebagai bagian dari lingkup

asuhan keperawatan anak dengan masih banyaknya orang tua yang mengalami

kecemasan karena dampak rawat inap di rumah sakit. Ini membuktikan bahwa

pelayanan keperawatan belum maksimal, maka dalam pendidikan keperawatan

hendaknya lebih menekankan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk

diimplementasikan pada asuhan keperawatan anak.

2.2 Bagi pelayanan keperawatan

Saat ini orientasi rumah sakit pada pasien yang baru datang untuk rawat

inap tidak pernah dilakukan oleh perawat yang bekerja di rumah sakit oleh

karena itu perawat diharapkan dapat melakukan orientasi rumah sakit pada orang

tua yang mempunyai anak yang dirawat inap di rumah sakit untuk mengurangi

kecemasan orang tua.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan tenaga perawat dipelayanan

kesehatan khususnya perawat ruang anak lebih meningkatkan mutu dan kualitas

pelayanan keperawatan yang mencakup pemberian orientasi rumah sakit pada

orang tua yang anaknya dirawat di rumah sakit yang sama sekali belum pernah

dirawat inap di rumah sakit khususnya rumah sakit H. Adam Malik Medan untuk

mengurangi kecemasan.

2.3 Pada penelitian selanjutnya

Pada penelitian ini pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti belum

(58)

Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk melakukan pengambilan data dan

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Basford & Oliver, S. (2006). Teori dan praktik keperawatan pendekatan integral

pada asuhan pasien. Jakarta: EGC

Dempsey & Dempsey, A, (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi 4. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn, E. (2006). Rencana asuhan keperawatan psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC

Hawari, Dadang. (2001). Manajemen stres cemas dan depresi. Jakarta: Gaya Baru

Hidayat , A.A.A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis

data. Jakarta: Salemba Medika

Isaac, Ann. (2004). Keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Jakarta: EGC

Kaplan, Harold., M., D. (1998). Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya Medika

Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoadmodjo. S. (2005). Metodologi peneliti kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Salemba Medika

Polit, D. F & Hungler, B. P. (1999). Nursing Research Principles And Methods, 5th

Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

edition. Philadelphia: Lippincott

Stevens. (2000). Ilmu keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC

(60)

Thomson, DE. (1995). Maternity and Pediatric Nursing. 5 th

Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia. (2005). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Edisi 3., Jakarta: Balai Pustaka

edition. America, WB Powder Komponi

Tomb, David., A. (2003). Buku saku psikiatri. Edisi 6., Jakarta: EGC

Wong. (2003). Nursing care of infants and children. Edition VI. St. Louise: Mosby year book

Wong. (2003). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC

Wong. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Volume 2., Jakarta: EGC

(61)

Lampiran 1 No Responden :………

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan

Saya mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan

Saya mengharapkan dalam penelitian ini Bapak/Ibu berpartisipasi dengan cara mengisi kuesioner yang telah diberikan, saya berharap Bapak/Ibu memberikan jawaban atau tanggapan menurut Bapak/Ibu benar tanpa ada pengaruh dari orang lain.

Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lainnya.

Bapak/Ibu bebas berpartisipasi atau tidak, karena penelitian ini bersifat sukarela. Bapak/Ibu dapat menandatangani surat persetujuan dibawah ini apabila bersedia menjadi peserta penelitian. Atas kesediaan dan partisipasinya dalam penelitian saya ucapkan terima kasih.

Medan,Juni 2010

Peneliti, Responden

(62)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner 1 : Data Demografi Petunjuk penelitian

1. Orang tua diharapkan : menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list (√)

2. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban

3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat dinyatakan pada peneliti

Kode (diisi oleh peneliti) :

(63)

Kuesioner 2 : Tingkat kecemasan orang tua Petunjuk penelitian

1. Orang tua diharapkan : menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list (√)

2. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban

3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat dinyatakan pada peneliti

Penilaian 0 = tidak 1 = ya

NO Pernyataan-pernyataan Ya Tidak

1 Apakah anak anda pernah dirawat dirumah sakit?

2 Saya merasa cemas karena anak saya dirawat inap dirumah sakit 3 Saya merasa perasaan saya lebih tenang bila anak saya masuk

dirawat inap rumah sakit daripada tidak dirawat inap

4 Saya merasa sakit kepala selama anak saya dirawat di rumah sakit

5 Nafsu makan saya berkurang pada waktu menjaga anak saya sakit

6 Saya mengalami kesukaran untuk melakukan konsentrasi ketika sedang menanggapi suatu masalah

7 Saya risau bila memikirkan masalah keuangan dan masalah pekerjaan pada saat anak saya dirawat inap dirumah sakit 8 Tangan saya sering terasa gemetar bila mengerjakan sesuatu 9 Saya merasa mudah lelah dan capek

10 Saya mengalami diare sekali atau lebih dalam sehari selama anak saya dirawat inap di rumah sakit

11 Saya khawatir akan terjadi kesulitan yang menimpa anak saya selama dirawat inap

12 Saya sering mengalami mimpi yang menakutkan pada waktu tidur malam hari karena penyakit yang diderita anak saya 13 Saya merasa tangan dan kaki saya hangat ketika anak saya

masuk rumah sakit

14 Ketika anak saya masuk rumah sakit saya mengalami keringat dingin

(64)

17 Saya jarang mengalami sakit perut selama menjaga anak saya di rumah sakit

18 Saya tidak mengalami gangguan tidur

19 Tidur saya terganggu dan tidak nyenyak karena penyakit yang diderita anak saya

20 Saya merasa gagal merawat anak saya 21 Saya mengalami gangguan tidur

22 Saya lebih sensitive (peka) dari sebelum anak saya dirawat inap 23 Saya mudah menangis bila melihat anak saya berbaring lemah di

tempat tidur

24 Saya mengkhawatirkan anak saya dan saya merasa gagal dalam menjaga anak saya

25 Saya menginginkan kesembuhan anak saya seperti anak-anak sehat lainnya

26 Saya mencemaskan sesuatu ataupun orang lain pada saat anak saya dirawat inap di rumah sakit

27 Saya merasa gembira setiap anak saya diberi perawatan dan pengobatan oleh pihak rumah sakit

28 Saya merasa gelisah dan tidak tenang pada saat anak saya dirawat inap

29 Saya merasa bahwa saya mendapat banyak kesulitan yang tidak dapat saya selesaikan

(65)

Lampiran 3

Protokol Panduan Orientasi Rumah Sakit

Pengertian : Orientasi rumah sakit adalah peninjauan untuk menentukan sikap, arah dan tempat yang tepat dan benar di gedung atau tempat yang merawat orang sakit atau gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.

Manfaat :

1. mengenal lingkungan sekitar rumah sakit

2. mengurangi kecemasan karena telah mengenal lingkungan rumah sakit 3. mengetahui ruangan yang ada di rumah sakit

Tujuan : Orientasi rumah sakit bertujuan untuk mengenal ruangan dan lingkungan di rumah sakit.

Prinsip : Orientasi rumah sakit dilakukan pada orang tua yang mempunyai anak dirawat inap di ruang RB4 RSUP H. Adam Malik Medan, yang baru pertama kali masuk rumah sakit. Orientasi rumah sakit dilakukan selama 20 menit.

(66)

Hal-hal yang harus diperhatikan :

1. orientasi rumah sakit dihentikan jika mengganggu kegiatan pengobatan dan perawatan anak, serta jika tidak bersedia

2. selama dilakukan orientasi rumah sakit, responden harus mengetahui benar lingkungan rumah sakit dan sudah mengenal letak ruangan yang ada di rumah sakit

3. setelah dilakukan orientasi rumah sakit esponden diharapkan untuk berusaha mengingat dan menunjuk kembali ruangan yang ada di rumah sakit

alat : lembar kuesioner dan informed consent

Prosedur tindakan :

Persiapan

• peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

• peneliti dan responden melakukan orientasi rumah sakit dengan mengelilingi ruangan yang ada dirumah sakit kecuali ruangan infeksi Pelaksanaan

• orientasi rumah sakit dilakukan jika sudah mendapat persetujuan dari responden

• waktu pelaksanaan orientasi rumah sakit sesuai dengan kontrak yang telah disetujui oleh responden

• orientasi rumah sakit dilakukan selama 20 menit dengan mengelilingi ruangan disekitar rumah sakit dan membagikan denah RSUP. H. Adam Malik Medan

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden pada kelompok kontrol dan intervensi di RSUP
Tabel 5.2 Tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan orientasi rumah sakit  pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (n=20)
Tabel 5.3. Tingkat kecemasan responden setelah dilakukan orientasi rumah sakit  pada kelompok intervensi dan kelompok control (n=20)
Tabel 5.4. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan pada orang tua pada kelompok intervensi
+4

Referensi

Dokumen terkait

 Konflik (pengertian, konsep karl marx, jenis konflik, potensi dalam masyarakat majemuk).. Orang dan atau kelompok

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH..

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat bahwa setelah dilakukan evaluasi dokumen penawaran sesuai ketentuan yang berlaku, Perusahaan Saudara ditetapkan sebagai pemenang seleksi

kelas yang mana didalam proses belajar dikelas siswa aktif untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan dari peneliti serta didukung dengan hasil posttes t yang

Sebelumnya ustadz/ustadzah menjelaskan tujuan mempelajari ilmu tajwid beserta hukumnya kepada santri agar santri senantiasa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah

[r]

Berdasarkan penelitian di SMP N 2 Turi Sleman Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara teman bermain dengan sikap terhadap

Pada saat ini ikatan emosional menjadi berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua.Sifat remaja yang ingin memperoleh