EFEKTIFITAS ORIENTASI RUMAH SAKIT PADA ORANG
TUA TERHADAP KECEMASAN KARENA ANAK
DI RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
SKRIPSI
Oleh :
Yusnita Mandasary 091121016
PRAKATA
Bismillahirrahmannirrahim,
Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya,
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektifitas
Orientasi Rumah Sakit pada Orang tua terhadap Kecemasan karena Anak di
Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan”.
Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
kesulitan, namun berkat hidayah Allah dan bimbingan, bantuan dan motivasi dari
berbagai pihak sehingga kesulitan tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, MKes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp,
MNS selaku Pembantu Dekan II dan selaku dosen pembimbing II proposal dan
skripsi, dan Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan
III.
3. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing I proposal dan
skripsi yang telah menyediakan waktu, memberikan bimbingan dan saran yang
berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
4. Ibu Farida L. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep yang telah membantu penulis dalam
5. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M. Pd selaku penguji yang telah memberikan
banyak masukan dan kritikan kepada penulis.
6. Dr. M. Nur Rasyid Lubis, SpB, FINACS selaku Direktur RSUP H. Adam Malik
Medan yang telah memberi izin kepada saya melakukan penelitian di RSUP H.
Adam Malik Medan
7. Teristimewa kepada Ayahanda Suparno dan Ibunda Resma Saraan yang selalu
berdoa dan memberi motivasi selama mengikuti pendidikan ini, terima kasih atas
segala pengorbanan dan perjuangan ayahanda dan ibunda, setiap tetesan keringat
telah menjadikan motivasi dan dorongan kuat dalam menggapai kesuksesan ananda,
serta sentuhan kasih sayang dan doa menjadi inspirasi yang mampu melahirkan
goresan-goresan indah setiap ananda melangkah.
8. Terima kasih kepada kakak saya Hetty Sutanty, adik saya (Haryo Sucipto, Ade
Sutoyo dan M. Srie Rezeky) atas support dan semangat yang selalu diberikan
9. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman Fkep ’09 jalur
B semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas
kebersamaannya, support serta semangat yang selalu kalian berikan, terutama
kepada Tati, Tika dan Tiur.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, dan itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran
dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.
Medan, Januari 2011
DAFTAR ISI
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3. Orientasi Rumah Sakit 17 BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep 19
2. Definisi Operasional 21
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian 22
BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian 31
1.1 Analisa Univariat 31
1.2 Uji Dependen 34
1.3 Uji Independen 37
2. Pembahasan 38
BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar persetujuan menjadi responden
2. Instrumen penelitian
3. Protokol panduan orientasi rumah sakit
4. Denah lokasi RSUP. H. Adam Malik Medan
5. Surat ijin penelitian dari pendidikan ke RSUP. H. Adam Malik Medan.
6. Surat balasan dari RSUP. H. Adam Malik Medan ke pendidikan.
7. Hasil uji validitas
8. Hasil uji reabilitas
9. Taksasi dana
10. Lembar jadwal penelitian
DAFTAR TABEL
3. Kesimpulan 43
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di RSUP. H. Adam
Malik Medan (n=20)..…………..………...…...33
Tabel 5.2. Tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol………..…34
Tabel 5.3. Tingkat kecemasan responden setelah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.…...35
Tabel 5.4. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap kecemasan pada orang tua
pada kelompok intervensi ………...………..…..………...…36
Tabel 5.5. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan pada
orang tua pada kelompok kontrol….…………...…...37
Judul : Efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecmasan karena anak di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan
Nama : Yusnita Mandasary
Nim : 091121016
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2010
Abstrak
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatian yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas. Kepribadian masih utuh, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas – batas normal. Selama hospitalisasi
orang tua akan merasa cemas dan takut terhadap kondisi anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana efektifitas orientasi
rumahsakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi
eksperimen dengan pre test dan post test. Besar sampel 40 orang tua yang
anaknya di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan, dimana 20 orang tua kelompok intervensi dan 20 orang tua kelompok kontrol. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Analisa data yang digunakan yakni uji t-test yaitu dependen t-test dan independen t-test. Hasil analisis data
dependen t-test pada kelompok intervensi disimpulkan ada pengaruh orientasi
rumah sakit terhadap kecemasan pada orang tua sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi (nilai P = 0,000) dan pada kelompok kontrol disimpulkan tidak ada pengaruh orientasi rumah sakit terhadap kecemasan pada kelompok kontrol (nilai P = 0,088). Sedangkan pada
independen t-test hasil uji statistik disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (nilai P = 0,000). Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas
Judul : Efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecmasan karena anak di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan
Nama : Yusnita Mandasary
Nim : 091121016
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2010
Abstrak
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatian yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas. Kepribadian masih utuh, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas – batas normal. Selama hospitalisasi
orang tua akan merasa cemas dan takut terhadap kondisi anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana efektifitas orientasi
rumahsakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi
eksperimen dengan pre test dan post test. Besar sampel 40 orang tua yang
anaknya di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan, dimana 20 orang tua kelompok intervensi dan 20 orang tua kelompok kontrol. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Analisa data yang digunakan yakni uji t-test yaitu dependen t-test dan independen t-test. Hasil analisis data
dependen t-test pada kelompok intervensi disimpulkan ada pengaruh orientasi
rumah sakit terhadap kecemasan pada orang tua sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi (nilai P = 0,000) dan pada kelompok kontrol disimpulkan tidak ada pengaruh orientasi rumah sakit terhadap kecemasan pada kelompok kontrol (nilai P = 0,088). Sedangkan pada
independen t-test hasil uji statistik disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (nilai P = 0,000). Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan
dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan ini dipengaruhi
oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga
kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun keluarga yang mendampinginya
selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan
anaknya, pengobatan, peraturan dan keadaan di rumah sakit, serta biaya
perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak berlangsung pada anak, secara
psikologis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang
mendampinginya selama perawatan. Anak akan semakin stres dan hal ini
berpengaruh terhadap proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Hal
ini telah dibuktikan bahwa pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akan
mudah terserang penyakit, karena pada kondisi stres terjadi penekanan sistem
imun. Pasien anak yang teraupetik dan sikap perawat yang penuh perhatian akan
mempercepat proses penyembuhan (Nursalam, 2005)
Menurut Steven (2000), orang biasanya dirawat inap di rumah sakit bila dia
sebagai berikut: pasien menghabiskan sebagian besar waktunya dalam institusi,
ada batas
yang jelas antara pasien-pasien dan pengelola, ada garis hirarki antara pengelola
dan pasien dan ada kesempatan sedikit dari pasien untuk menjalankan inisiatif
sendiri.
Krisis penyakit dan hospitalisasi pada masa anak-anak mempengaruhi
setiap anggota keluarga inti. Reaksi orang tua terhadap penyakit anak mereka
bergantung pada keberagaman faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hampir
semua orang tua berespons terhadap penyakit dan hospitalisasi anak mereka
dengan reaksi yang luar biasa konsisten. Pada awalnya orang tua dapat bereaksi
tidak percaya, marah atau merasa bersalah, takut, cemas, dan frustasi (Wong,
2008)
Menurut Supartini (2004) hospitalisasi anak dapat menjadi suatu
pengalaman yang menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang tua
sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja
sama anak dan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit. Oleh
Karena itu, betapa pentingnya perawat memahami konsep hospitalisasi dan
dampaknya pada anak dan orang tua sebagai dasar dalam pemberian asuhan
keperawatan. Supartini juga mengatakan bahwa orang tua mengalami kecemasan
yang tinggi saat perawatan anaknya di rumah sakit, walaupun beberapa orang
mengatasi permasalahannya. Terutama pada mereka yang baru pertama kali
mengalami perawatan anak di rumah sakit, dan orang tua yang kurang mendapat
dukungan emosi dan sosial keluarga, kerabat bahkan petugas kesehatan akan
menunjukkan perasaan cemasnya.
Populasi anak yang dirawat di rumah sakit, mengalami peningkatan yang
sangat dramatis. Persentase anak yang dirawat di rumah sakit saat ini mengalami
masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan kejadian hospitalisasi
pada tahun-tahun sebelumnya. Perawatan di rumah sakit memaksakan
meninggalkan lingkungan yang dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga
menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran
dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan
fisik (Wong, 2001).
Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada 29 Maret 2010 di RB4
RSUP H. Adam Malik medan, melalui observasi dan wawancara dengan 10
orang tua yang mempunyai anak yang dirawat inap sudah dirawat lebih dari 1
minggu dengan penyakit yang berbeda, 7 dari 10 orang mengatakan cemas
karena anaknya sakit. Hal ini disebabkan oleh karena biaya rumah sakit,
prosedur pengobatan yang dilakukan kepada anaknya, lingkungan yang baru
selama anak dirawat inap dan mereka juga mengatakan bahwa mereka belum
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang
efektifitasi orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak
dirawat inap di rumah sakit.
2. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua
terhadap kecemasan karena anak dirawat inap.
3. Pertanyaan Penelitian
1. Adakah perbedaan tingkat kecemasan (sebelum dan setelah) dilakukan
orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi?
2. Adakah perbedaan tingkat kecemasan (sebelum dan setelah) yang tidak
dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok kontrol?
3. Adakah perbedaan tingkat kecemasan yang dilakukan orientasi rumah
sakit pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol?
4. Adakah perbedaan tingkat kecemasan yang tidak dilakukan orientasi
rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol?
4. Hipotesis
Ada pengaruh orientasi rumah sakit terhadap kecemasan orang tua karena
5. Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana
efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasanya karena
anak mengalami rawat inap.
Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden terhadap efektifitas
orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak
mengalami rawat inap
2. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada kelompok intervensi
sebelum dilakukan orientasi rumah sakit
3. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada kelompok intervensi
setelah dilakukan orientasi rumah sakit
4. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada kelompok kontrol
sebelum dilakukan orientasi rumah sakit
5. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada kelompok kontrol
6. Untuk membandingkan efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua
terhadap kecemasan pada kelompok intervensi stelah dilakukan orientasi
rumah sakit
7. Untuk membandingkan efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua
terhadap kecemasan pada kelompok kontrol setelah dilakukan orientasi
rumah sakit
8. Untuk membandingkan efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua
terhadap kecemasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
6. Manfaat Penelitian
6.1 Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah
pengetahuan mahasiswa tentang efektifitas orientasi rumah sakit pada orang
tua terhadap kecemasan karena anak dirawat inap.
6.2 Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan intervensi kepada perawat yang
bekerja di lingkungan rumah sakit maupun klinik dalam memberikan
orientasi ruangan rumah sakit kepada orang tua untuk mengurangi
6.3 Bagi penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya
khususnya tentang efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Konsep Cemas
1.1 Defenisi cemas
Kecemasan atau ansietas adalah gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian
masih utuh, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas-batas normal
(Hawari, 2010)
Menurut Tomb (2003) cemas dapat ditemukan dimana-mana. Ansietas
adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis. Ansietas diperantarai
oleh suatu system kompleks yang melibatkan system limbic, thalamus, korteks,
frontal secara anatomis dan norepinefrin, serotonin dan GABA (reseptor GABA
berpasangan dengan reseptor benzodiazepine) pada system neurokimia. Hingga
saat ini belum diketahui jelas bagaimana kerja bagian-bagian tersebut dalam
menimbulkan ansietas.
Menurut Gail (2006) cemas atau ansietas adalah kekhawatiran yang tidak
perdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami
secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Menurut Marilynn (2006) ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak
menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala
fisiologis.
Kecemasan adalah sinyal yang menyadarkan seseorang untuk
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan guna mengatasi ancaman (Ibrahim, 2007)
Kecemasan merupakan suatu pengalaman subjektif mengenai
ketegangan-ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah, atau bisa juga muncul dari tidak
adanya rasa aman (Safaria, 2005)
1.2 Bentuk kecemasan
Lazarus (1976) mengemukakan ada dua bentuk kecemasan (Safaria,
2005), yaitu:
1.2.1 State Anxiety yaitu kecemasan sebagai suatu reaksi terhadap
situasi tertentu. Jika situasi itu tidak ada maka kecemasannya pun hilang.
Misalnya cemas ketika melihat keributan antar warga, cemas ketika melewati
1.2.2 Trait anxiety yaitu kecemasan yang menetap pada diri seseorang.
Kecemasan model ini merupakan kecemasan berupa disposisi/sifat dari individu
itu sendiri yang pencemas, sehingga kadang-kadang pada situasi yang
sebenarnya tergolong biasa, dia bereaksi cemas.
Kecemasan juga dapat dibedakan antara kecemasan yang normal dan
kecemasan yang abnormal (Gilmer, 1978). Suatu kecemasan dianggap normal
jika situasi yang sedang dihadapi oleh seseorang secara objektif memang
mengandung banyak bahaya seperti ancaman bom, adanya perang, atau
kerusuhan antar kampung. Selain itu kecemasan dianggap sesuatu yang normal
jika derajatnya masih tergolong ringan sehingga tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari orang tersebut. Suatu kecemasan dianggap abnormal jika situasi yang
sedang dihadapi oleh seseorang secara objektif sebenarnya tidak mengandung
bahaya yang besar, namun secara subjektif oleh orang itu dianggap berbahaya.
Misalnya cemas ketika akan mengikuti ujian semester sehingga menyebabkan
orang tersebut tidak sanggup untuk berpikir lagi, dan mengalami serangan panik.
Selain itu dari sisi derajatnya kecemasan yang abnormal memiliki derajat yang
besar serta kronis sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari orang tersebut
(Safaria, 2005).
1.3 Tanda dan gejala cemas
Menurut Harold (1998) Ansietas dapat menampilkan diri dalam
timbul berupa gemetar, nyeri punggung dan kepala, mudah lelah, sering kaget,
wajah merah dan pucat, takikardia, tangan terasa dingin, sulit menelan.
Sedangkan gejala psikologik yang sering ditimbulkan yaitu rasa takut, sulit
berkonsentrasi, insomnia dan rasa mual diperut.
Menurut Ibrahim (2007) pengalaman kecemasan memiliki dua
komponen, yaitu:
a. Keadaan akan adanya sensasi fisiologis (seperti berdebar-debar dan
berkeringat)
b. Kesadaran berada dalam keadaan gugup atau ketakutan
Gejala ansietas terdiri dari (Ibrahim, 2007) :
1.3.1 Gangguan somatik
Tremor, panas-dingin, berkeringat, palpitasi, nausea, diare,
mulut kering, sesak nafas dan kesukaran untuk menelan
1.3.2 Gangguan kognitif
Kesukaran untuk berkonsentrasi dan daya ingat, kebingungan,
kekuatan akan lepas kendali atau akan menjadi gila dan kewaspadaan yang
1.3.3 Gangguan perilaku
Ekspresi katakutan, iritabilitas, imobilisasi, hipertensi dan
penarikan diri dari masyarakat
1.3.4 Gangguan persepsi
Depersonalisasi dan derealisasi
Menurut Isaac (2004) ciri-ciri ansietas adalah keprihatinan,
kesulitan, ketidakpastian atau ketakutan yang terjadi akibat ancaman yang nyata
atau dirasakan.
1.4 Tingkat cemas (Rentang respons Ansietas)
Meskipun beberapa tingkat kecemasan atau ansietas merupakan hal
yang normal dalam tekanan kehidupan, ansietas dapat menjadi adaptif atau
maladaptif. Masalah muncul saat klien mempunyai mekanisme koping yang
tidak adekuat untuk mengatasi bahaya, yang mungkin dikenali atau tidak
dikenali (Marilynn, 2006). Gail (2006) membagi ansietas menjadi empat bagian,
yaitu:
1.4.1 Ansietas ringan
Ansietas ringan berusia sangat singkat dan diinduksi lingkungan,
umumnya sembuh sejalan dengan hilangnya stress. Ansietas ringan berhubungan
individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas
ringan ini memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
Ketegangan, mudah marah, takut pada sesuatu yang akan terjadi dan perhatian
mulai teralih adalah umum terjadi, seringkali berkaitan dengan factor
lingkungan, dan ditatalaksana dengan psikoterapi suportif serta terapi
berorientasi realita (David, 2003).
1.4.2 Ansietas sedang
Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit
lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian
yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
1.4.3 Ansietas berat
Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu.
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada
1.4.4 Tingkat panik dari ansietas
Tingkat panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan
teror. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan; jika berlangsung terus
dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.
1.5 Mekanisme koping
Menurut Siswanto (2007) koping dimaknai sebagai apa yang dilakukan
oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu
tantangan/luka/kehilangan/ancaman. Koping lebih mengarah pada yang orang
lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang
membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi
orang ketika menghadapi stress/tekanan.
Koping ada 2 jenis, yaitu :
1.5.1 Tindakan langsung (Direct Action)
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan oleh
individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan
1.5.2 Peredaan atau peringanan (Palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi/ menghilangkan/ menoleransi
tekanan-tekanan ketubuhan fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan
emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa diartikan
bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah
relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara
merubah persepsi atau reaksi emosinya.
2. Konsep rawat inap
2.1 Defenisi rawat inap
Hospitalisasi adalah adanya beberapa perubahan psikis yang dapat
menjadi sebab yang bersangkutan dirawat disebuah institusi seperti di rumah
sakit perawatan. Tingkah laku dari pasien yang dirawat di rumah sakit dapat
dikenal dari kelemahan untuk berinisiatif, kurang atau tidak ada perhatian
tentang hari depan, tidak bermain atau ada daya tarik, kurang perhatian tentang
cara berpakaian dan segala sesuatu yang bersifat pandangan luas,
ketergantungan dari orang-orang yang membantunya (Steven, 2000, dikutip dari
Manurung, 2009)
Hospitalisasi atau rawat inap merupakan suatu proses yang karena
rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah (Supartini, 2006).
Hospitalisasi atau rawat merupakan satu keputusan yang amat
penting yang diambil oleh dokter untuk perawatan inap pasien (Harold, 2006).
2.2 Persiapan rawat inap
Alasan mempersiapkan anak menghadapi pengalaman rumah sakit
dan prosedur yang terkait dibuat berdasarkan prinsip bahwa ketakutan akan
ketidaktahuan lebih besar daripada ketakutan yang diketahui. Proses persiapan
dapat dilakukan dengan tur (orientasi rumah sakit), pertunjukan boneka dan
waktu bermain dengan miniatur peralatan rumah sakit (Wong, 2008)
Persiapan yang dibutuhkan anak pada hari masuk rumah sakit bergantung
pada jenis konseling prarumah sakit yang telah mereka terima. Jika mereka telah
dipersiapkan dalam suatu program formal, mereka biasanya mengetahui apa
yang akan terjadi dalam prosedur medis awal, fasilitas rawat inap dan staf
keperawatan (Wong, 2008).
Pada tahap sebelum masuk rumah sakit dapat dilakukan: siapkan ruang
rawat yang sesuai dengan tahapan usia anak dan jenis penyakit dengan peralatan
yang diperlukan, apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum
dirawat diorientasikan dengan situasi rumah sakit dengan bentuk miniatur
Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan: memperkenalkan perawat
dan dokter yang akan merawatnya, orientasikan anak dan orang tua pada
ruangan rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakannya, kenalkan
dengan pasien anak lain yang akan menjadi teman sekamarnya, berikan identitas
pada anak, misalnya pada papan nama anak, jelaskan aturan rumah sakit yang
berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti, laksanakan pengkajian riwayat
keperawatan, lakukan pemerikasaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai
dengan yang diprogramkan (Supartini, 2004)
2.3 Manfaat rawat inap
Meskipun hospitalisasi dapat dan biasanya menimbulkan stress bagi
anak-anak, tetapi hospitalisasi juga dapat bermanfaat. Manfaat yang paling nyata
adalah pulih dari sakit, terapi hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan pada
anak-anak untuk mengatasi stress dan merasa kompeten dalam kemampuan
koping mereka. Lingkungan rumah sakit dapat memberikan pengalaman
sosialisasi yang baru bagi anak yang dapat memperluas hubungan interpersonal
mereka.
2.4 Reaksi orang tua terhadap rawat inap anak
Menurut Nursalam (2005), reaksi orang tua terhadap anaknya yang
sakit dirumah dan dirawat di rumah sakit di pengaruhi oleh berbagai macam
pendukung yang tersedia, kekuatan ego individu, kemampuan dalam
pengumpulan koping, dukungan dari keluarga, kebudayaan dan kepercayaan,
dan komunikasi dalam keluarga.
Menurut Supartini (2004), reaksi orang tua terhadap perawatan anak
dirumah sakit dan latar belakang yang menyebabkannya dapat diuraikan sebagai
berikut :
2.4.1 Perasaan cemas dan takut
Selama hospitalisasi orang tua akan merasa begitu cemas dan
takut terhadap kondisi anaknya. Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua
melihat anak mendapat prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah,
injeksi, infus yang dilakukan pungsi lumbal, dan prosedur invasif lainnya. Sering
kali pada saat anak harus dilakukan prosedur tersebut, orang tua bahkan
menangis karena tidak tega melihat anaknya, dan pada kondisi ini perawat atau
petugas kesehatan harus bijaksana bersikap pada anak dan orang tuanya.
Perilaku yang sering ditunjukkan orang tua berkaitan dengan
adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya
tentang hal yang sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah,
2.4.2 Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi
terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk
sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukkan perilaku sosial atau tidak mau
didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
(Supartini, 2000)
2.4.3 Perasaan frustasi
Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang
diterima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua
akan merasa putus asa, bahkan frustasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua
menunjukkan perilaku putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan
pulang paksa.
2.5 Dampak rawat inap
Perawatan di rumah sakit biasanya pengalaman yang menegangkan
dan menggelisahkan serta dapat menimbulkan kesulitan terhadap emosi dan
perilaku anak dan biasanya berlangsung lama dan setelah kejadiannya sendiri.
Beberapa ancaman yang biasanya di akibatkan oleh rumah sakit antara lain
hilangnya kendali dan kemandirian, tidak hadir dalam acara harian keluarga dan
lingkungan dan prosedur pemeriksaan medis Menurut (Nursalam, 2005).
3. Orientasi rumah sakit
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia orientasi rumah sakit adalah
peninjauan untuk menentukan sikap, arah dan tempat yang tepat dan benar di
gedung atau tempat yang merawat orang sakit atau gedung tempat menyediakan
dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah
kesehatan. Dengan kata lain orientasi rumah sakit adalah pengenalan ruangan
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual penelitian ini adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoadmodjo, 2005).
Kerangka konseptual penelitian ini untuk mengidentifikasi efektifitas orientasi
rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak dirawat inap di rumah
sakit. Penelitian ini adalah penelitian dengan metode quasi-eksperimen menggunakan
desain pre test-post test pada kedua kelompok yaitu kelompok intervensi dengan
dilakukan orientasi rumah sakit pada responden dan kelompok kontrol tanpa dilakukan
orientasi rumah sakit.
Penelitian ini terdiri dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen yaitu kecemasan pada orang tua dan variabel
Skema : kerangka konsep efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap
kecemasan karena anak dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan
Orang tua yang mempunyai anak dirawat inap
Di RSUP. H. Adam Malik Medan
Dipilih dengan menggunakan teknik
Purposive sampling untuk
menjadi sample
kelompok kontrol kelompok kontrol
dilakukan orientasi rumah sakit Tidak dilakukan orientasi rumah sakit
2. Defenisi Operasional.
Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
Orientasi rumah sakit
kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat terhadap pasien yang akan dirawat inap di rumah sakit dalam rangka pengenalan lingkungan sekitar ruang rawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan.
Orientasi Lingkungan terbagi atas dua, yaitu :
1.internal lingkungan : kamar mandi, pispot, bel, jam berjenguk
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen pre test-post test.
Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Intervensi X1 I X2
Kontrol X1 O X2
Keterangan :
X1 :
X
tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan intervensi
2 :
I : dilakuk an orientasi rumah sakit
tingkat kecemasan responden setelah dilakukan intervensi
O : tidak dilakuk an orientasi rumah sakit
Penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok Intervensi yang
dilakukan orientasi rumah sakit oleh peneliti dan kelompok kontrol yang tidak di
lakukan orientasi rumah sakit. Pada kedua kelompok diawali dengan pretest
yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan dan melakukan observasi
yang menyangkut kecemasan selama anak dirawat inap dirumah sakit.
Kemudian kelompok intervensi dilakukan rumah sakit dan kelompok kontrol
Setelah peneliti melakukan orientasi rumah sakit maka akan dilakukan
identifikasi kembali post test pada kedua kelompok yaitu dengan menggunakan
instrumen yang sama pada pre test sebelumnya.
2. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang diteliti menurut
kriteria yang telah ditetapkan (Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini
adalah orang tua yang mempunyai anak yang dirawat inap di RB4 anak di
RSUP. H. Adam Malik Medan sebanyak 1096 orang (diperoleh dari buku
rawatan ruang rawat inap RB4 mulai April 2009 sampai dengan Maret 2010).
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2007). Jumlah sampel dalam pengambilan
data diperoleh dari Power Analysis dengan menggunakan dengan level of
significant (α = 0,05), koefisien korelasi (effect size) 0,70 dan γ (power of test)
= 0,80. Berdasarkan ketentuan tersebut diperoleh sampel minimal 17 orang,
untuk mengantisipasi kemungkinan ada responden yang droupout atau keluar
dari penelitian maka jumlah sampel di tambah 20% yang digenapkan menjadi 20
orang. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang tua untuk
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. orang tua yang mempunyai anak yang menjalani rawat inap dan anaknya
sama sekali belum pernah dirawat inap dirumah sakit, baik di rumah
sakit lain ataupun di RSUP. H. Adam Malik Medan untuk kelompok
intervensi dan kelompok kontrol (untuk kelompok intervensi dilakukan
di RB4 dan kelompok kontrol dilakukan di RB2).
b. orang tua yang menjaga anaknya selama dirawat inap
c. orang tua yang berusia 20-55 tahun
d. orang tua yang secara fisik kondisi kesehatannya dalam keadaan sadar;
bersedia dan mempunyai kemampuan untuk mengikuti kegiatan orientasi
rumah sakit selama 20 menit mendapatkan informasi tentang rumah sakit
dan melihat/orientasi lingkungan sekitar rumah sakit.
4. Tempat dan waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap terpadu B4 anak (ruang
non infeksi) di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik Medan dipilih sebagai lokasi penelitian karena
rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit tipe A yang menjadi rumah
pendidikan sehingga dengan demikian meyakinkan untuk terpenuhinya jumlah
sampel sesuai kriteria yang diharapkan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan
mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2010.
5. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat rekomendasi Dekan melalui
administrasi pendidikan akademik fakultas keperawatan USU, selanjutnya
mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan izin ke RSUP. H. Adam
Malik Medan melalui Badan Diklat dan Litbang lalu ke ruangan perawatan yang
telah ditetapkan. Setelah mendapat izin dari kepala ruangan pengumpulan data
dapat dilaksanakan. Kemudian peneliti mulai melakukan pengumpulan data dan
memberikan lembar persetujuan (Informed Consent) kepada responden yang
akan diteliti. Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar
persetujuan, peneliti menjelaskan maksud, tujuan, manfaat dan efek serta
prosedur penelitian. Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar
persetujuan dapat dinyatakan secara lisan. Responden berhak untuk menolak
terlibat dalam penelitian ini, atau menarik kesediaannya pada proses
pengumpulan data, dan tidak ada efek yang merugikan terhadap pelayanan
keperawatan di rumah sakit.
pada masing-masing lembar pengumpulan data. Kerahasiaan informasi
responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang
dilaporkan sebagai hasil penelitian. Selama proses pengambilan data, penelitian
ini tidak akan menimbulkan rasa sakit secara fisik dan tekanan psikologis pada
responden yang akan diteliti dan tidak ada efek yang merugikan bagi tindakan
keperawatan.
6. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat
pengumpul data berupa kuesioner. Kuesioner terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu
kuesioner data demografi dan kuesioner tingkat kecemasan.
Instrument penelitian tentang pengumpulan data demografi orang tua anak.
Data demografi pada orang tua adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan,
pendidikan terakhir, agama. Instrument penelitian tentang tingkat kecemasan
orang tua menggunakan Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang telah
dimodifikasi yang terdiri dari 30 pertanyaan. Penilaian menggunakan lembar
kuesioner dengan cara menetapkan penilaian derajat kecemasan dengan
penilaian kecemasan ringan (skor 0-6), kecemasan sedang (skor 7-16), dan
kecemasan berat (skor 17-30). Semakin rendah skor maka semakin baik, tidak
7. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrumen
pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan
data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey, 2002)
Uji validitas adalah suatu instrument dikatakan valid bila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Untuk mengetahui validitas kuesioner tingkat kecemasan, peneliti
menggunakan tekhnik content validity yang membuktikan instrumen lebih sahih
yang akan dilakukan oleh orang yang ahli dalam keperawatan anak dari fakultas
keperawatan universitas sumatera utara yaitu ibu Farida L. Siregar, S,Kep, Ns,
M.Kep dengan content validity index (CVI) adalah 0,803.
8. Uji Reabilitas
Reliabilitas adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat
ukur, meskipun digunakan berulang-ulang pada subjek yang sama atau berbeda
(Danim, 2003).
Uji reabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau
kemampuan alat ukur untuk mengukur sasaran yang akan diukur, sehingga dapat
digunakan untuk penelitian dalam lingkup yang sama. Uji reliabilitas untuk
Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang tua diluar dari responden yang sudah
ditetapkan di RB2 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Uji
reliabilitas dalam penelitian ini dicari dengan menggunakan rumus KR-21
karena instrument penelitian memiliki jumlah pertanyaan genap. Dari hasil uji
KR-21 diperoleh bahwa hasil reliabel pertanyaan adalah r = 0,559 lebih besar
dari harga r product moment r = 0,361, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
instrument tersebut reliabel.
9. Pengumpulan Data
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu mengajukan
permohonan izin kepada dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara. Kemudian mengajukan permohonan izin kepada direktur RSUP. H. Adam
Malik Medan, setelah mendapat izin dari direktur RSUP. H. Adam Malik Medan
yang melalui Badan Diklat dan Litbang lalu ke ruangan. Kemudian izin dari
kepala ruangan dan responden untuk selanjutnya dilaksanakan pengumpulan
data penelitian.
Prosedur pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menjelaskan
memberikan lembar informed consent dan kuesioner kepada responden pada
kelompok kontrol dan kelopok intervensi. Keesokan harinya peneliti melakukan
intervensi kepada kelompok intervensi. Setelah 7 hari responden memberikan
kuesioner dengan pertanyaan yang sama pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi untuk mengetahui tingkat kecemasan yang dialami oleh responden.
Kenyataan yang ditemukan peneliti dilapangan, peneliti mengelompokkan
responden yakni 20 orang orang tua yg anaknya dirawat di ruang RB4 untuk
kelompok intervensi dan 20 orang tua yg anaknya dirawat di ruang RB2 untuk
kelompok kontrol. Peneliti memberikan informed consent kepada responden,
menjelaskan jadwal kontrak orientasi rumah sakit, memberi kuesioner data
demografi dan kuesioner kecemasan pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Pada hari pertama pengumpulan data diperoleh sembilan orang
responden yang dilakukan orientasi rumah sakit langsung pada hari itu juga
setelah mengisi informed consent dan kuesioner. Pada hari kedua diperoleh
enam orang responden yang dilakukan orientasi rumah sakit setelah diberikan
informed consent dan kuesioner. Pada hari ketiga diperoleh lima orang
responden dan dilakukan orientasi rumah sakit. Hal ini disebabkan oleh orang
tua yang akan menjadi sampel mengatakan tidak punya banyak waktu untuk
melakukan orientasi rumah sakit dengan alasan tidak ada yang menjaga anaknya
kuesioner yang sama pada kelompok kontrol untuk mengetahui tingkat
kecemasan responden pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan
orientasi rumah sakit. Jadi seluruh data terkumpul baik pada kelompok
intervensi maupun kelompok kontrol selama 2 bulan mulai Juni sampai Agustus
2010.
10. Analisa Data.
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data dengan
memeriksa kembali semua kuesioner satu persatu yakni identitas serta data
responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan
petunjuk. Kemudian peneliti memberi kode terhadap semua pertanyaan yang
telah diajukan dengan tujuan mempermudah peneliti untuk melakukan tabulasi.
Analisa data dibedakan menjadi dua analisa yaitu data univariat dan bivariat.
Analisa data univariat meliputi data demografi berupa jenis kelamin, umur,
pekerjaan, pendidikan terakhir, agama dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan persentase. Sedangkan analisis bivariat untuk menguji pengaruh efektifitas
orientasi rumah sakit terhadap kecemasan karena anak dirawat inap digunakan
rumus uji t dependen digunakan untuk membandingkan tingkat kecemasan pada
kedua kelompok sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan (orientasi rumah
sakit) dan uji t independent digunakan untuk membandingkan efektifitas
orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan pada kelompok
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian melalui
pengumpulan data yang dilaksanakan mulai tanggal 23 Juni 2010 sampai
tanggal 14 Agustus 2010 di RSUP. H. Adam Malik Medan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas orientasi rumah sakit pada orang
tua terhadap kecemasan karena anak dirawat inap.
Dari hasil penelitian ini tergambar tentang karakteristik responden,
pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan sebelum dan
sesudah di orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan tingkat
kecemasan responden sebelum dan sesudah orientasi rumah sakit pada
kelompok kontrol serta perbedaan tingkat kecemasan responden sebelum dan
sesudah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
1. Hasil Penelitian 1.1 Analisa Univariat
Analisa univariat untuk mengetahui deskripsi karakteristik responden
yang terdiri atas jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir dan
1.1.1 Karakteristik kelompok kontrol dan kelompok intervensi
Hasil penelitian pada kelompok menunjukkan bahwa seluruh
responden (100%) berjenis kelamin wanita yaitu 20 orang, kelompok umur
mayoritas berusia 41-50 tahun sebanyak 9 orang (45%). Sebagian besar
responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 13 orang (65%). Sebagian
besar responden (40%) berpendidikan SMU dan sebagian besar responden
(65%) beragama Islam.
Hasil penelitian pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa
responden (100%) berjenis kelamin wanita yaitu 20 orang, kelompok umur
mayoritas berusia 41-50 tahun sebanyak 10 orang (50%). Sebagian besar
responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 10 orang (50%). Sebagian
besar responden (40%) berpendidikan SMU 8 orang dan mayoritas
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden pada kelompok kontrol dan intervensi di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=20)
No Karakteristik Demografi Responden
Kelompok kontrol Kelompok Intervensi
F % F %
4 Pendidikan terakhir
1.2 Uji t - Dependen
1.2.1 Tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan orientasi rumah sakit
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Tingkat kecemasan karena anak dirawat inap sebelum dilakukan
orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi mempunyai nilai rata-rata 20,60
dan nilai SD 3,136 (95% CI= 19,13 - 22,07). Sedangkan pengaruh orientasi
rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak dirawat inap pada
kelompok kontrol mempunyai nilai rata-rata 19,05 dan nilai SD = 2,564 ( 95%
CI = 17,85 - 20,25).
Tabel 5.2 Tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (n=20)
1.2.2 Tingkat kecemasan responden setelah dilakukan orientasi rumah sakit
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Tingkat kecemasan karena anak dirawat inap dirumah sakit pada
kelompok intervensi setelah dilakukan orientasi rumah sakit mempunyai nilai
rata-rata 8,45 dan nilai SD = 2,605, (95% CI = 7,23 - 9,67). Sedangkan tingkat
kecemasan karena anak dirawat inap setelah dilakukan orientasi rumah sakit
pada kelompok kontrol mempunyai nilai rata-rata 19,45, nilai SD 2,819 (95% CI
= 18,13 - 20,77).
Tabel 5.3. Tingkat kecemasan responden setelah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok control (n=20)
No Variabel Mean SD Min Max
1.2.3 Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan pada orang
tua pada kelompok intervensi
perbedaan nilai rata-rata 12,150 Dari hasil uji statistik nilai P yaitu 0,000 maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan
sebelum dan setelah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi.
Tabel 5.4. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan pada orang tua pada kelompok intervensi
Variabel Nilai
rata-rata SD
Perbedaan
Mean Nilai P n
Pengaruh orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi:
Pre test 20,60 3,136 12,150 0,000 20
Post test 8,45 2,605
1.2.4 Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan pada orang
tua pada kelompok kontrol
Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan sebelum
dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata
19,05, nilai SD = 2,564, dan perbedaan nilai rata-rata 0,400. Dari hasil uji
statistik perbedaan nilai rata-rata 0,400 dengan nilai P yaitu 0,088 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan pada
Tabel 5.5. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan pada orang tua pada kelompok kontrol
Variabel Nilai
rata-rata SD
Perbedaan
Mean Nilai P n
Pengaruh orientasi rumah sakit pada kelompok kontrol:
Pre test 19,05 2,564
0,400 0,088 20
Post test 19,45 2,819
1.3 Uji t - Independen
1.3.1 Perbedaan tingkat kecemasan pada orang tua pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol setelah dilakukan orientasi rumah sakit
Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap tingkat kecemasan setelah
dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol, pada kelompok intervensi diperoleh nilai rata-rata 8,45, dan nilai SD =
2,605. Sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-ratanya yaitu 19,45, dan nilai
SD yaitu 2,819. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P yaitu 0,000 maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kecemasan
setelah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi dan kelompok
Tabel 5.6. Perbedaan tingkat kecemasan pada orang tua pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan orientasi rumah sakit
Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa orientasi rumah
sakit pada orang tua yang memiliki anak yang dirawat inap dirumah sakit dapat
menurunkan tingkat kecemasan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat
Nursalam (2005) yang menyatakan bahwa orientasi ruangan kepada pasien anak
dan keluarga harus dilaksanakan oleh perawat untuk menghindari sesuatu yang
mencemaskan dan menakutkan bagi pasien anak dan keluarga.
Hasil dari penelitian pada uji t-dependen untuk kelompok intervensi
sebelum dilakukan orientasi rumah sakit menunjukkan nilai rata-rata 20,60 dan
nilai SD 3,136, setelah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok
intervensi mempunyai nilai rata-rata 8,45 dan nilai SD 2,605 . Dari uji statistik
nilai P yaitu 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya perbedaan
tingkat kecemasan yang mendapat orientasi rumah sakit sebelum dilakukan
Menurut Wong (2008) pemberian informasi tentang respons perilaku
normal dan dapat diperkirakan tersebut kepada orang tua dapat mengurangi
kecemasan orang tua selama awal hospitalisasi. Alasan mempersiapkan anak
menghadapi pengalaman rumah sakit dan prosedur yang terkait dibuat
berdasarkan prinsip bahwa ketakutan akan ketidaktahuan (fantasi) lebih besar
daripada ketakutan yang diketahui. Oleh karena itu, mengurangi unsur
ketidaktahuan dapat mengurangi ketakutan tersebut. Meskipun persiapan untuk
hospitalisasi merupakan praktik yang umum, tidak ada standar atau program
universal yang dianjurkan untuk semua tempat. Proses persiapan dapat
dilakukan dengan tur, pertunjukan boneka, dan waktu bermain dengan miniature
peralatan rumah sakit; persiapan tersebut dapat melibatkan penggunaan
buku-buku, video atau film; atau terbatas pada deskripsi singkat aspek utama tentang
dirawat dirumah sakit. Tidak ada kesepakatan yang tegas tentang waktu
persiapan tersebut. Tanpa memedulikan jenis program yang spesifik, semua
anak, bahkan mereka yang sudah pernah dihospitalisasi sebelumnya,
memperoleh manfaat dari pengenalan terhadap lingkungan dan rutinitas di unit
tersebut.
Hasil dari penelitian pada uji t-dependen untuk kelompok kontrol
sebelum dilakukan orientasi rumah sakit mempunyai nilai rata-rata 19,05 dan
nilai SD 2,564, setelah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok kontrol
perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol yang tidak mendapat
orientasi rumah sakit.
Menurut Supartini (2004) persiapan anak sebelum dirawat dirumah sakit
didasarkan pada adanya asumsi bahwa ketakutan akan sesuatu yang tidak
diketahui akan menjadi ketakutan yang nyata. Pemberian informasi tentang
respons perilaku normal dan dapat diperkirakan tersebut kepada orang tua dapat
mengurangi kecemasan orang tua selama awal hospitalisasi. Keluarga yang
tidak tahu tentang peraturan rumah sakit seringkali bertambah bingung dan
cemas. Oleh karena itu keluarga memerlukan penjelasan yang rinci tentang apa
yang mereka harapkan dan apa yang diharapkan dari mereka (Wong, 2008).
Hasil dari penelitian pada uji independen perbedaan tingkat kecemasan
orang tua pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan
orientasi rumah sakit didapat nilai P yaitu 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa
adanya pengaruh dilakukan orientasi rumah sakit terhadap penurunan tingkat
kecemasan.
Menurut Supartini (2004) pada hari pertama dirawat lakukan tindakan
kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya, orientasikan anak dan
orang tua pada ruangan rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakan
dan jelaskan aturan rumah sakit yang berlakuu dan jadwal kegiatan yang akan
diikuti .
Keadaan sakit dan hospitalisasi merupakan krisis utama bagi anak usia
individu yang mengalami sakit baik yang dirawat di rumah maupun yang
dirawat di rumah sakit. Dampak tersebut dapat terjadi pada individu, keluarga,
atau masyarakat (Hidayat, 2004). Menurut Sukoco (2002) respon kecemasan
merupakan perasaan yang paling umum yang dialami oleh orang tua ketika ada
masalah kesehatan pada anaknya Hal itu dapat disebabkan oleh beberapa sebab,
seperti penyakit kronis, perawatan (caring) yang kurang menyenangkan, tingkat
ekonomi keluarga, yang semua itu dapat berdampak pada proses penyembuhan.
Kecemasan ini dapat meningkat apabila orang tua merasa kurang informasi
terhadap penyakit anaknya dari rumah sakit terkait, sehingga dapat
menimbulkan reaksi tidak percaya apabila mengetahui tiba-tiba penyakit
anaknya serius. Reaksi-reaksi cemas yang timbul akibat hospitalisasi berbeda
pada setiap orang, karena tinggal di rumah sakit bukanlah suatu pengalaman
yang menyenangkan, dimana klien harus mengikuti peraturan serta rutinitas
ruangan.
Menurut Hidayat (2009) keluarga merupakan unsur penting dalam
perawatan anak mengingat anak bagian dari keluarga. Sebagai perawat, dalam
memberikan pelayanan keperawatan anak harus mampu memfasilitasi keluarga
dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan
keperawatan langsung maupun pemberian pendidikan kesehatan pada anak.
Kecemasan merupakan salah satu akibat yang dialami oleh anak ketika
tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan
kembali ke rumah. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga
mengalami kebiasaan yang asing, lingkungannya yang asing, orang tua yang
kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas yang dapat
membuat orang tua tertekan dan sedih sehingga anak juga mengalami hal yang
sama, dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak
tetapi juga pada orang tuanya (Mahyudin, 2007).
Orientasi ruangan kepada pasien anak dan keluarga harus dilaksanakan
oleh perawat untuk menghindari sesuatu yang mencemaskan dan menakutkan
bagi pasien anak dan keluarga. Orientasi ruangan yang harus dilakukan oleh
perawat meliputi pengenalan kepada perawat atau petugas yang jaga, pengenalan
pada ruangan perawatan dan alat-alat yang ada di ruangan, memperkenalkan
dengan teman sekamar, menjelaskan mengenai peraturan-peraturan yang ada,
pelaksanaan pemeriksaan rutin, dan peran orang tua dalam perawatan
(Nursalam, 2005).
Anak juga harus diperkenalkan dengan lingkungan rumah sakit yang
dapat mempersiapkan anak dan keluarga secara mental dan menghilangkan
perasaan asing terhadap lingkungannya yang baru (Sacharin, 1996). Kesan
pertama masuk rumah sakit penting terhadap anak dan keluarga. Petugas harus
memperlakukan mereka dengan sopan dan professional. Disinilah awal
sikap yang tidak peduli maka klien akan menganggap semua petugas sebagai
orang yang tidak professional (Perry & Potter, 2005).
Kondisi kenyataan yang ada dari hasil penelitian, bahwasanya perawat
tidak pernah melakukan orientasi rumah sakit kepada pasien yang baru masuk di
rumah sakit untuk dirawat inap, hal ini disebabkan karena perawat sibuk dengan
pasien yang lain yang harus mendapatkan tindakan. Perawat kurang
memperhatikan dalam proses keperawatan anak terutama dalam masalah
kecemasan yang dialami oleh orang tua karena anaknya dirawat inap di rumah
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Bab 5 dapat disimpulkan
bahwa umur terbanyak adalah berusia 41-50 tahun (45%), seluruh responden
berjenis kelamin perempuan (100%),, mayoritas responden bekerja sebagai ibu
rumah tangga (65%), dengan pendidikan terakhir terbanyak SMU (40%) dan
mayoritas responden beragama Islam (70%).
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 20 orang responden pada kelompok
intervensi dan 20 orang responden pada kelompok kontrol setelah dilakukan
orientasi rumah sakit di rumah sakit H. Adam Malik Medan, menyimpulkan
terdapat pengaruh yang signifikan efektifitas orientasi rumah sakit terhadap
kecemasan orang tua selama anak dirawat inap di rumah sakit.
2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian diberikan rekomendasi kepada berbagai
pihak antara lain:
2.1 Bagi pendidikan keperawatan
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
menjadi suatu cerminan orang tua di masyarakat sebagai bagian dari lingkup
asuhan keperawatan anak dengan masih banyaknya orang tua yang mengalami
kecemasan karena dampak rawat inap di rumah sakit. Ini membuktikan bahwa
pelayanan keperawatan belum maksimal, maka dalam pendidikan keperawatan
hendaknya lebih menekankan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk
diimplementasikan pada asuhan keperawatan anak.
2.2 Bagi pelayanan keperawatan
Saat ini orientasi rumah sakit pada pasien yang baru datang untuk rawat
inap tidak pernah dilakukan oleh perawat yang bekerja di rumah sakit oleh
karena itu perawat diharapkan dapat melakukan orientasi rumah sakit pada orang
tua yang mempunyai anak yang dirawat inap di rumah sakit untuk mengurangi
kecemasan orang tua.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan tenaga perawat dipelayanan
kesehatan khususnya perawat ruang anak lebih meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan keperawatan yang mencakup pemberian orientasi rumah sakit pada
orang tua yang anaknya dirawat di rumah sakit yang sama sekali belum pernah
dirawat inap di rumah sakit khususnya rumah sakit H. Adam Malik Medan untuk
mengurangi kecemasan.
2.3 Pada penelitian selanjutnya
Pada penelitian ini pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti belum
Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk melakukan pengambilan data dan
DAFTAR PUSTAKA
Basford & Oliver, S. (2006). Teori dan praktik keperawatan pendekatan integral
pada asuhan pasien. Jakarta: EGC
Dempsey & Dempsey, A, (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi 4. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn, E. (2006). Rencana asuhan keperawatan psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC
Hawari, Dadang. (2001). Manajemen stres cemas dan depresi. Jakarta: Gaya Baru
Hidayat , A.A.A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis
data. Jakarta: Salemba Medika
Isaac, Ann. (2004). Keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Jakarta: EGC
Kaplan, Harold., M., D. (1998). Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya Medika
Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoadmodjo. S. (2005). Metodologi peneliti kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Salemba Medika
Polit, D. F & Hungler, B. P. (1999). Nursing Research Principles And Methods, 5th
Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
edition. Philadelphia: Lippincott
Stevens. (2000). Ilmu keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC
Thomson, DE. (1995). Maternity and Pediatric Nursing. 5 th
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia. (2005). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Edisi 3., Jakarta: Balai Pustaka
edition. America, WB Powder Komponi
Tomb, David., A. (2003). Buku saku psikiatri. Edisi 6., Jakarta: EGC
Wong. (2003). Nursing care of infants and children. Edition VI. St. Louise: Mosby year book
Wong. (2003). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC
Wong. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Volume 2., Jakarta: EGC
Lampiran 1 No Responden :………
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
Efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan
Saya mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan karena anak dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan
Saya mengharapkan dalam penelitian ini Bapak/Ibu berpartisipasi dengan cara mengisi kuesioner yang telah diberikan, saya berharap Bapak/Ibu memberikan jawaban atau tanggapan menurut Bapak/Ibu benar tanpa ada pengaruh dari orang lain.
Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lainnya.
Bapak/Ibu bebas berpartisipasi atau tidak, karena penelitian ini bersifat sukarela. Bapak/Ibu dapat menandatangani surat persetujuan dibawah ini apabila bersedia menjadi peserta penelitian. Atas kesediaan dan partisipasinya dalam penelitian saya ucapkan terima kasih.
Medan,Juni 2010
Peneliti, Responden
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Kuesioner 1 : Data Demografi Petunjuk penelitian
1. Orang tua diharapkan : menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list (√)
2. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban
3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat dinyatakan pada peneliti
Kode (diisi oleh peneliti) :
Kuesioner 2 : Tingkat kecemasan orang tua Petunjuk penelitian
1. Orang tua diharapkan : menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list (√)
2. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban
3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat dinyatakan pada peneliti
Penilaian 0 = tidak 1 = ya
NO Pernyataan-pernyataan Ya Tidak
1 Apakah anak anda pernah dirawat dirumah sakit?
2 Saya merasa cemas karena anak saya dirawat inap dirumah sakit 3 Saya merasa perasaan saya lebih tenang bila anak saya masuk
dirawat inap rumah sakit daripada tidak dirawat inap
4 Saya merasa sakit kepala selama anak saya dirawat di rumah sakit
5 Nafsu makan saya berkurang pada waktu menjaga anak saya sakit
6 Saya mengalami kesukaran untuk melakukan konsentrasi ketika sedang menanggapi suatu masalah
7 Saya risau bila memikirkan masalah keuangan dan masalah pekerjaan pada saat anak saya dirawat inap dirumah sakit 8 Tangan saya sering terasa gemetar bila mengerjakan sesuatu 9 Saya merasa mudah lelah dan capek
10 Saya mengalami diare sekali atau lebih dalam sehari selama anak saya dirawat inap di rumah sakit
11 Saya khawatir akan terjadi kesulitan yang menimpa anak saya selama dirawat inap
12 Saya sering mengalami mimpi yang menakutkan pada waktu tidur malam hari karena penyakit yang diderita anak saya 13 Saya merasa tangan dan kaki saya hangat ketika anak saya
masuk rumah sakit
14 Ketika anak saya masuk rumah sakit saya mengalami keringat dingin
17 Saya jarang mengalami sakit perut selama menjaga anak saya di rumah sakit
18 Saya tidak mengalami gangguan tidur
19 Tidur saya terganggu dan tidak nyenyak karena penyakit yang diderita anak saya
20 Saya merasa gagal merawat anak saya 21 Saya mengalami gangguan tidur
22 Saya lebih sensitive (peka) dari sebelum anak saya dirawat inap 23 Saya mudah menangis bila melihat anak saya berbaring lemah di
tempat tidur
24 Saya mengkhawatirkan anak saya dan saya merasa gagal dalam menjaga anak saya
25 Saya menginginkan kesembuhan anak saya seperti anak-anak sehat lainnya
26 Saya mencemaskan sesuatu ataupun orang lain pada saat anak saya dirawat inap di rumah sakit
27 Saya merasa gembira setiap anak saya diberi perawatan dan pengobatan oleh pihak rumah sakit
28 Saya merasa gelisah dan tidak tenang pada saat anak saya dirawat inap
29 Saya merasa bahwa saya mendapat banyak kesulitan yang tidak dapat saya selesaikan
Lampiran 3
Protokol Panduan Orientasi Rumah Sakit
Pengertian : Orientasi rumah sakit adalah peninjauan untuk menentukan sikap, arah dan tempat yang tepat dan benar di gedung atau tempat yang merawat orang sakit atau gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.
Manfaat :
1. mengenal lingkungan sekitar rumah sakit
2. mengurangi kecemasan karena telah mengenal lingkungan rumah sakit 3. mengetahui ruangan yang ada di rumah sakit
Tujuan : Orientasi rumah sakit bertujuan untuk mengenal ruangan dan lingkungan di rumah sakit.
Prinsip : Orientasi rumah sakit dilakukan pada orang tua yang mempunyai anak dirawat inap di ruang RB4 RSUP H. Adam Malik Medan, yang baru pertama kali masuk rumah sakit. Orientasi rumah sakit dilakukan selama 20 menit.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. orientasi rumah sakit dihentikan jika mengganggu kegiatan pengobatan dan perawatan anak, serta jika tidak bersedia
2. selama dilakukan orientasi rumah sakit, responden harus mengetahui benar lingkungan rumah sakit dan sudah mengenal letak ruangan yang ada di rumah sakit
3. setelah dilakukan orientasi rumah sakit esponden diharapkan untuk berusaha mengingat dan menunjuk kembali ruangan yang ada di rumah sakit
alat : lembar kuesioner dan informed consent
Prosedur tindakan :
Persiapan
• peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
• peneliti dan responden melakukan orientasi rumah sakit dengan mengelilingi ruangan yang ada dirumah sakit kecuali ruangan infeksi Pelaksanaan
• orientasi rumah sakit dilakukan jika sudah mendapat persetujuan dari responden
• waktu pelaksanaan orientasi rumah sakit sesuai dengan kontrak yang telah disetujui oleh responden
• orientasi rumah sakit dilakukan selama 20 menit dengan mengelilingi ruangan disekitar rumah sakit dan membagikan denah RSUP. H. Adam Malik Medan