SKRIPSI
PENGAWASAN BIAYA PRODUKSI KELAPA SAWIT PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II
TANJUNG MORAWA
Oleh :
NAMA : SIMON P. N. BAKO
NIM : 030522031
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengawasan
Biaya Produksi Kelapa Sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)
Tanjung Morawa” adalah benar hasil karya Saya sendiri dan judul yang dimaksud
belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks
penulisan skripasi Program Ekstensi S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Semua sumber dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,
benar dan apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, Saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juni 2009
Yang Membuat Pernyataan
SIMON P. N. BAKO
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus yang telah
memberikan anugerah, penyertaan, pengetahuan, hikmat dan kekuatan yang terbaik
sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan oleh
mahasiswa sebagai Tugas Akhir.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,
bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak termasuk Akademisi Akuntansi. Dengan
segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Fahmi Natigor Nasution SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Rustam Effendy, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran
5. Bapak Drs. Syamsul Bahri, TRB, MM, Ak selaku Penguji I
6. Ibu Dra. Narumondang Bulan S, MM, Ak selaku Penguji II
7. Pimpinan, Staff dan Karyawan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)
Tanjung Morawa yang telah memberikan izin, data, keterangan dan
informasi yang dibutuhkan penulis
8. Teman-teman Stambuk 2003 Jurusan Akuntansi Ekstensi FE USU
9. Seluruh keluarga khususnya Mama yang selalu menyayangi, mendukung,
mendidik dan mendoakan penulis
10.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
dengan tulus ikhlas membantu penulis
Penulis selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk membalas
segala kebaikan dan memberikan berkat kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam Skripsi ini belum
mencapai sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan kesediaan para
pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun agar Skripsi ini
dapat mencapai sempurna dan lebih berguna.
Medan, Juni 2009
SIMON P. N. BAKO
ABSTRAK
Biaya produksi kelapa sawit merupakan biaya-biaya untuk mengolah bahan
baku (tandan buah segar) menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang siap
untuk dijual dan merupakan biaya yang terbesar yang dikeluarkan oleh PT.
Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah pengawasan biaya
produksi yang dilakukan perusahaan dapat menghindarkan pemborosan,
penyelewengan, inefisiensi kerja guna menghindarkan kemungkinan timbulnya
kerugian.
Biaya produksi diungkapkan dengan mengklasifikasikannya sebagai biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Pengawasan biaya produksi dapat diketahui
dengan membandingkan anggaran dan realisasi yang terdapat pada laporan biaya
produksi. Dari perbandingan tersebut maka akan diketahui perbedaan/penyimpangan
antara anggaran dan realisasi.
Kemudian perbedaan tersebut dianalisis untuk mengetahui apakah merupakan
perbedaan yang menguntungkan (favorable variance) atau perbedaan yang
merugikan (unfavorable variance).
ABSTRACT
Cost of production of coconut palm represent the cost for processing lf raw
material (fresh fruit bunches/FFB) becoming fabricating material goods readily
finished goods or good available for sale and also represent the biggest cost
consumed by PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa.
Research target is to know whether controlling of cost of production have
done conducted by the company can obviate the extravagance, deviation,
inefficiency work to utilize to obviate the possibility lf incident of loss.
Cost of production will expression by make classification as direct cost and
indirect cost. The controlling of cost of production can found by comparing budget
with realize of cost of production. From the comparison will be known the variance
between budget with realize.
Then, the variance will be analyzed for find favorable variance and favorable
variance.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR... ii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR TABEL... ix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….…...….. 1
B. Perumusan Masalah ………...……. 2
C. Pembatasan Masalah ……….…...……... 3
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………..…....…...……….. 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Penggolongan Biaya ………... 5
1. Pengertian Biaya... 5
2. Penggolongan Biaya...………...……... 7
B. Unsur-unsur Biaya Produksi... 10
C. Pengawasan Biaya Produksi……… 14
2. Unsur Pengawasan Biaya Produksi... 15
3. Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Produksi... 19
D. Manfaat Pengawasan Biaya Produksi Terhadap Keputusan Manajemen... 41
E. Analisis Penyimpangan Biaya Produksi... 42
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Data... 57
B. Teknik Pengumpulan Data………...………...…. 57
C. Teknik Analisis Data ……….…...… 58
D. Tempat dan Waktu Penelitian... 59
BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian... ……….……….…....…. 60
1. Sejarah Singkat Perusahaan... 60
2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Dalam Perusahaan... 61
3. Proses Produksi dan Unsur-unsur Biaya Produksi Kelapa Sawit pada Perusahaan... 68
4. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Produksi Kelapa Sawit... 74
6. Manfaat Pengawasan Biaya Produksi Terhadap
Perusahaan... 95
7. Analisis Penyimpangan... 96
B. Analisis Hasil Penelitian... 100
1. Analisis Biaya Produksi Kelapa Sawit………….. …... 100
2. Analisis Pengawasan Biaya Produksi Kelapa Sawit…. 103
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………...…….……... 106
B. Saran………..……...……... 107
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Struktur Anggaran Perusahaan………. 27
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)
Tanjung Morawa……….. 62
Gambar 4.2 : Prosedur Penyusunan RKAP………. 77
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Anggaran Penjualan………. 27
Tabel 2.2 : Anggaran Produksi………... 28
Tabel 2.3 : Anggaran Pemakaian Bahan baku……….. 30
Tabel 2.4 : Anggaran Pembelian Bahan Baku………. 32
Tabel 2.5 : Anggaran Biaya Upah Langsung……… 34
Tabel 2.6 : Anggaran Biaya Tidak Langsung………. 40
Tabel 4.1 : Aktiva Tetap dan Penyusutan……….. 73
Tabel 4.2 : Luas Areal Budidaya Kelapa Sawit……….. 82
Tabel 4.3 : Anggaran Produksi Berdasarkan Produksi Umum………... 84
Tabel 4.4 : Rencana Produksi TBS, Rencana Produksi & Rendemen Minyak dan Inti Sawit………. 87
Tabel 4.5 : Produksi dan Biaya Produksi Kelapa Sawit……… 93
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan utama didirikan suatu perusahaan adalah memperoleh laba
semaksimal mungkin dan kelangsungan hidup perusahaan. Laba adalah jumlah
pendapatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
tersebut. Bertambahnya jumlah pendapatan biasanya biaya juga bertambah, bila
pertambahan jumlah pendapatan lebih besar dari pertambahan jumlah biaya maka
laba menjadi bertambah, sebaliknya bila pertambahan jumlah pendapatan lebih
rendah dari pertambahan jumlah biaya maka laba semakin menurun. Adakalanya
pertambahan biaya cukup signifikan dibandingkan pertambahan pendapatan. Dengan
kondisi ini perusahaan mengalami kerugian
Pada perusahaan industri biaya produksi merupakan komponen biaya terbesar
dalam perhitungan harga pokok penjualan bila dibandingkan dengan biaya lainnya
(biaya pemasaran, biaya administrasi, biaya bunga).
Besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan sangat tergantung pada
perolehan pendapatan juga sangat tergantung pada kemampuan manajemen untuk
mengendalikan/mengawasi pengeluaran dana untuk biaya produksi. .Tingginyya
kenaikan biaya produksi sebagai akibat kurangnya pengawasan, apalagi cenderung
pada pemborosan, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Dengan demikian
PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang agribisnis perkebunan dengan mengelola lima budidaya tanaman
yakni kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu. Dibandingkan dengan komoditi
karet, kakao, tembakau dan tebu, pengelolaan komoditi kelapa sawit memberikan
kontribusi terbesar terhadap pendapatan perusahaan maupun pengeluaran biaya
Pengeluaran biaya untuk biaya produksi merupakan biaya yang terbesar yang
dikeluarkan perusahaan. Oleh karena itu harus dilakukan pengawasan terhadap biaya
produksi. Pengawasan biaya produksi dilakukan dengan berpedoman pada anggaran
biaya produksi yang telah disusun. Anggaran biaya produksi tersebut dibandingkan
dengan realisasi biaya produksi tahun berjalan. Melalui perbandingan ini dapat
diketahui ada tidaknya penyimpangan sehingga dapat dilakukan usaha untuk
memperbaikinya apabila penyimpangan tersebut merugikan karena dapat
mengurangi pendapatan perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun suatu tulisan
dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengawasan Biaya Produksi Kelapa Sawit
pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa”.
B. Perumusan Masalah
Pengawasan biaya produksi dilakukan untuk menghindarkan pemborosan dan
penyelewengan serta peningkatan efisiensi kerja sehingga kemungkinan kerugian
dapat ditekan seminimal mungkin. Unsur-unsur biaya produksi adalah berupa bahan
baku dan tenaga kerja yang merupakan komponen terbesar dalam menentukan
1) Bahan baku
Penggunaan bahan baku merupakan unsur penting dan unsur biaya yang
besar dalam biaya produksi. Permasalahannya adalah bila terjadi pemborosan,
penyimpangan, pencurian dan kerusakan yang disebabkan tidak atau kurangnya
pengawasan yang akan mengakibatkan kerugian perusahaan.
2) Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan aset perusahaan, mengingat kemampuannya
menghasilkan laba dengan melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.
Permasalahannya bila kurang atau tidak dilakukan pengawasan terhadap penggunaan
tenaga kerja akan mengakibatkan hasil yang diperoleh adalah hasil yang lebih kecil
dengan biaya yang lebih tinggi (inefisien) atau mendapatkan hasil yang buruk dengan
biaya yang sama atau lebih besar.
C. Pembatasan Masalah
Demikian luasnya cakupan dan banyaknya faktor yang mungkin dapat
mempengaruhi biaya produksi pada perusahaan maka dalam penelitian ini penulis
membatasi pada masalah pengawasan biaya produksi kelapa sawit.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan
2. Untuk mengembangkan pengetahuan dam memperluas cakrawala berpikir
penulis dalam menelaah suatu permasalahan secara ilmiah serta disusun
secara sistematis
3. Untuk mengetahui apakah pengawasan biaya produksi yang dilakukan
perusahaan dapat menghindarkan pemborosan, penyelewengan, inefisiensi
kerja guna menghindarkan kemungkinan timbulnya kerugian
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dilaksanakan yaitu :
a. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi perusahaan
dalam hal penerapan pengawasan biaya produksi kelapa
sawit
b. Sebagai informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak
tertentu yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut
mengenai pengawasan biaya produksi kelapa sawit.
c. Untuk memberikan sumbangan ilmu kepada peneliti
selanjutnya yang dapat dipergunakan sebagai bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Penggolongan Biaya
1. Pengertian Biaya
Pengertian biaya yang dimaksudkan dalam istilah sehari-hari adalah suatu
pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang dan jasa atau dengan
kata lain suatu pengorbanan yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Dalam dunia usaha, biaya dapat diartikan sebagai pengeluaran sejumlah uang
atau yang dapat dinilai dengan uang yang secara langsung atau tidak langsung telah
dimanfaatkan didalam kegiatan perusahaan guna mendapatkan penghasilan atau
laba, atau biaya juga dapat diartikan sebagai nilai tukar, prasyarat, atau pengorbanan
yang dilakukan guna memperoleh manfaat.
Sofyan Syafri Harahap (2003 : 38) mendefinisikan biaya (cost) adalah
sebagai berikut:
Cost adalah suatu jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari kas yang dibelanjakan atau barang lain yang diserahkan, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau utang yang dibebankan sebagai imbalan dari barang dan jasa yang diterima atau akan diterima.
Cost dapat dibagi dua : Expired dan Unexpired, Unexpired cost atau
asset adalah semua yang akan dibebankan kepada produksi dari
penghasilan yang akan datang, Expired cost adalah pengurangan dari penghasilan sekarang atau dibebankan kepada laba ditahan.
Biaya menurut Mulyadi (2003 : 37) adalah :
penyerahan jasa-jasa atau pelaksanaan aktivitas-aktivitas lainnya yang membentuk operasi-operasi utama atau sentral yang berlanjut terus dari suatu usaha tersebut.
Dari pengertian kedua penulis di atas maka biaya tersebut harus dapat diukur
dalam satuan moneter sebagai nilai tukar yang harus dikorbankan untuk memperoleh
barang dan jasa. Dalam pengertian di atas terdapat kata beban dan biaya atau ongkos
yang perlu dijelaskan lebih lanjut.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004, par. 02.04) :
“Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu peride akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan equitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.”
Ahmad Azhari (2006 : 14) mendefinisikan biaya sebagai berikut :
“Biaya adalah pengeluaran yang diukur dalam satuan moneter yang telah dikeluarkan atau potensial yang akan dikeluarkan untuk memperoleh tujuan tertentu. Sebaliknya beban adalah pengeluaran yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi.”
Henry Simamora (2001 : 36) menyatakan bahwa :
“Biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk
barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di
masa mendatang bagi perusahaan atau organisasi.”
Armanto Witjaksono (2005:10) menyatakan bahwa
“Beban (expenses) adalah arus keluar (aset) terhadap penghasilan karena
perusahaan menggunakan sumber daya ekonomi yang ada.”:
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan
pengeluaran yang akan memberikan manfaat untuk waktu atau periode akuntansi
neraca. Sedangkan beban merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam proses
produksi suatu barang atau prestasi guna memperoleh pendapatan. Pengeluaran ini
dicatat sebagai biaya produksi dalam perhitungan laba – rugi.
Biaya produksi merupakan kelompok biaya yang jumlahnya cukup besar
dibanding kelompok biaya lain seperti biaya pemasaran, biaya bunga, biaya
administrasi dalam perhitungan laba rugi.
Biaya produksi memegang peranan penting dalam suatu perusahaan, hal ini
disebabkan tujuan perusahaan itu sendiri yaitu agar kegiatan produksi menghasilkan
laba untuk mengembangkan dan mempertahankan eksistensi perusahaan dimasa
yang akan datang.
2. Penggolongan Biaya
Setiap manajemen memerlukan informasi-informasi mengenai kegiatan
organisasi perusahaannya. Informasi-informasi yang diperlukan ini sering berupa
biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha. Akibat banyaknya biaya yang
berkaitan dengan kegiatan usaha, maka biaya-biaya tersebut perlu digolongkan
Penggolongan biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat
membantu manajemen memperoleh informasi berdasarkan mana manajemen dapat
mengambil kebijaksanaan/keputusan dalam upaya mencapai tujuannnya
Penggolongan biaya didasarkan:
a. Fungsi pokok dalam perusahaan:
Menurut Mulyadi (2003:14), biaya berdasarkan fungsi pokok dalam
a. Biaya produksi
“Biaya produksi dikeluarkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
pokok perusahaan dalam pelaksanaan proses produksi untuk
menghasilkan produk.”
Biaya produksi terdiri dari:
- biaya bahan baku langsung, misalnya kayu dalam proses
pembuatan meja.
- Biaya tenaga kerja (upah) langsung, misalnya upah untuk tenaga
kerja yang merakit mobil pada perusahaan perakitan mobil.
- biaya overhead, misalnya sewa gedung
b. Biaya pemasaran
“Biaya pemasaran merupakan pengeluaran biaya untuk memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan fungsi pokok perusahaan yaitu memasarkan produk yang dihasilkan dari proses produksi. Misalnya biaya perjalanan petugas pemasaran, komisi penjualan, gaji bagian pemasaran, biaya pengiriman untuk konsumen.”
c. Biaya administrasi dan umum
“Biaya administrasi dan umum dikeluarkan perusahaan dalam upaya membiayai kegiatan pendukung dalam pelaksanaan operasional perusahaan sehari-hari. Misalnya gaji direktur utama.”
2. Volume Produksi
Menurut Armanto Witjaksono (2005:13) berdasarkan volume produksi, biaya
terdiri dari
a. “Biaya variabel
Biaya yang berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume produksi/penjualan
b. Biaya Tetap
Biaya dimana jumlah totalnya tetap walaupun jumlah yang diproduksi/dijual berubah-ubah dalam kapasitas normal
Contoh: Biaya penyusutan mesin dan peralatan, gaji pokok para karyawan dan sebagainya. Semua biaya ini harus tetap dibebankan secara periodik, tanpa memperhatikan kuntitas volume produksi.
c. Biaya Semi Variabel
Biaya dimana jumlahnya berubah-ubah dalam hubungannya dengan perubahan kuantitas yang diproduksi tetapi perubahannya tidak proporsional. Dalam beberapa literatur lainnya biaya ini disebut sebagai biaya campuran (mixed cost). Biaya ini biasanya dikaitkan dengan pengukuran konsumsi.
Contoh: departemen pengiriman (ekspedisi) yang biaya operasinya terdiri atas (i) biaya tetap seperti penyusutan kendaraan, pajak kendaraan dan sebagainya; dan (ii) biaya operasi seperti bensin, tol, dan sebagainya. Semakin banyak produksi maka aktivitas pengiriman pun diharapkan semakin meningkat, yang jelas akan meningkatkan biaya operasional, tapi tidak demikian dengan biaya penyusutan dan pajak kendaraan.”
3. Objek atau pusat biaya yang dibiayai
Berdasarkan objek atau pusat biaya yang dibiayai, biaya terdiri dari biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Menurut Loran Tambunan (2001 : 23)
biaya langsung dan biaya tidak langsung adalah:
“Biaya langsung adalah suatu biaya yang dapat dengan jelas ditelusuri dan diidentifikasikan secara fisik kepada segmen organisasi yang bersangkutan.” Segmen organisasi merupakan objek atau pusat biaya yang dibiayai, dalam hal ini dapat berupa lini produk (product line), daerah penjualan, bagian atau divisi Misalnya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara langsung diidentifikasikan atau ditelusuri secara fisik pada suatu lini produk tertentu.” Misalnya biaya perawatan, biaya pendidikan dan latihan, biaya penyusutan bangunan dan mesin pabrik serta biaya-biaya overhead pabrik lainnya.”
4. Periode akuntansi
- pengeluaran modal (capital expenditure) adalah pengeluaran
yang akan dapat memberikan manfaat (benefit) pada beberapa
periode akuntansi yang akan datang dan dicatat sebagai
aktiva..
Contoh: biaya investasi pembelian tanah dan gedung
- pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah
pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada
periode berjalan dan dicatat sebagai beban
Contoh: biaya produksi.
B. Unsur-unsur Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan segala pengorbanan yang bersifat ekonomis untuk
menghasilkan produk dalam rangka untuk mendapatkan laba / keuntungan yang
diinginkan.
Biaya produksi yang ada dalam perusahaan industri menurut Matz dan Usry
(2000:23-25) terdiri atas 3 unsur biaya yaitu :
a. Bahan Baku Langsung
“Bahan baku langsung adalah semua bahan yang membentuk bagian integral
dari barang jadi dan dapat dimasukkan dalam kalkulasi biaya produksi”.
Karakteristik bahan baku langsung yaitu :
1. Mudah dilihat, diidentifikasi dan diukur dengan jelas.
2. Dapat ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam produk yang
Jadi biaya bahan baku langsung dapat disimpulkan sebagai semua
pengeluaran untuk memperoleh semua bahan yang menyatu pada proses
produksi menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Untuk memperoleh bahan baku ada dua cara yaitu, dengan cara membeli dari
luar atau mengolah sendiri. Apabila bahan baku dibeli dari luar, maka biaya yang
dikeluarkan dalam memperoleh bahan baku hingga siap untuk diolah atau digunakan
dalam proses produksi merupakan biaya bahan baku. Biaya-biaya yang termasuk
dalam biaya bahan baku yang diperoleh dari pembelian diantaranya meliputi harga
faktur setelah dikurangi potongan pembelian, biaya pengangkutan, biaya pesanan,
biaya pembongkaran, biaya administrasi, biaya gudang, biaya asuransi. Jika bahan
tersebut diolah sendiri maka biaya untuk mengolah bahan itulah yang dijadikan
perhitungan biaya bahan baku untuk proses selanjutnya.
Contoh biaya bahan baku langsung adalah biaya kayu untuk membuat mebel
dan minyak mentah untuk membuat bensin.
Pertimbangan utama dalam mengelompokkan bahan kedalam bahan langsung
adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi
barang jadi.
b. Upah Kerja Langsung
“Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dikerahkan untuk
mengubah bahan langsung untuk menjadi barang jadi. Biaya untuk ini
Bahwa biaya tenaga kerja langsung dapat ditelusuri apabila biaya yang
dibayarkan itu merupakan upah kerja karyawan yang berkaitan dengan proses
produksi tanpa memperhatikan bahwa biaya yang dibayarkan kepada karyawan
tersebut mungkin tetap (karena mereka menerima gaji bulanan) dan tidak ada
hubungannya dengan jumlah yang dihasilkan.
c. Biaya Overhead
“Biaya overhead adalah biaya dari bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak
langsung dan semua biaya pabrikase lainnya yang tidak dapat dibebankan
langsung pada produk tertentu.”
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa biaya overhead atau disebut juga
biaya produksi tidak langsung mencakup semua biaya pabrikase selain bahan
langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk kedalam
biaya overhead dikelompokkan kedalam beberapa golongan antara lain :
1. Biaya bahan penolong atau biaya bahan tidak langsung, yaitu biaya untuk
bahan yang menjadi bagian dari produk jadi namun tidak dikategorikan
sebagai unsur biaya bahan baku langsung karena sulit diidentifikasi pada
produk yang bersangkutan. Contoh biaya biaya kawat las untuk membuat
lemari es.
2. Biaya reparasi dan pemeliharaan, yang termasuk kedalam biaya ini adalah
biaya untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan bangunan pabrik,
mesin-mesin dan kendaraan serta aktiva tetap lainnya yang digunakan
3. Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu biaya tenaga kerja yang tidak
dapat diidentifikasi secara langsung dalam menghasilkan barang-barang.
Biaya tenaga kerja tidak langsung ini terdiri dari ; biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan dalam departemen pembantu, seperti departemen pembangkit
tenaga listrik, departemen gudang dan lain-lain, dan biaya tenaga kerja
tertentu yang dikeluarkan dalam departemen produksi, gaji pegawai,
administrasi pabrik, upah mandor..
4. Biaya-biaya yang timbul akibat menurunnya nilai aktiva tetap, biaya ini
disebut dengan biaya penyusutan baik itu gedung pabrik, mesin,
perlengkapan.
5. Biaya-biaya yang termasuk biaya asuransi yaitu asuransi tenaga kerja,
gedung.
Masalah pokok dalam akuntansi biaya adalah masalah penentuan biaya
produksi. Biaya produksi itu sendiri menurut Hadibroto (2000 : 68) adalah :
“Biaya-biaya yang dikorbankan untuk memproses bahan-bahan (termasuk
biaya untuk bahan-bahannya) atau barang setengah jadi sampai menjadi
barang akhir untuk dijual.”
Bahwa biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk
memproses bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, biaya tersebut
meliputi biaya bahan baku, upah langsung dan biaya tidak langsung.
Biaya serbaguna pabrik Rp. 20.000.000
Ilustrasi
Biaya tenaga kerja langsung 65.000.000
Penyusutan pabrik 12.000.000
Biaya bahan baku 85.000.000
Biaya bahan tidak langsung 15.000.000
Asuransi pabrik 53.500.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung 17.000.000
Dari data tersebut disusun laporan biaya produksi sebagai berikut:
Biaya bahan baku Rp. 85.000.000
Biaya tenaga kerja langsung 65.000.000
Jumlah biaya langsung 150.000.000
Biaya bahan tidak langsung Rp. 15.000.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung 17.000.000
Penyusutan pabrik 12.000.000
Asuransi pabrik 53.500.000
Biaya serbaguna pabrik 20.000.000
Jumlah biaya tidak langsung
C. Pengawasan Biaya Produksi
117.500.000
Total biaya produksi Rp. 267.500.000
a. Pengertian Pengawasan Biaya Produksi
Kegiatan yang terbesar dalam perusahaan industri adalah di bidang
pengawasan terhadap biaya produksi sangat dibutuhkan untuk menilai apakah setiap
kegiatan perusahaan dapat berjalan secara efisien dan efektif.
Dengan terlaksananya pengawasan biaya produksi, maka kegiatan –kegiatan
produksi akan terkoodinasi dan kuantitas maupun kualitas produk serta waktu
pengerjaannya yang ditetapkan dapat dicapai. Untuk melaksanakan pengawasan
biaya produksi, maka diperlukan suatu sistem pengawasan yang baik seperti yang
diungkapkan Wilson and Champell (2001 : 83):
“Pengawasan biaya produksi meliputi :
a. Menetapkan suatu norma standar pengukuran
b. Membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya
terhadap norma standar
c. Mencari sebab-sebab terjadinya penyimpangan atau variance
d. Mengambil tindakan korektif”.
Pengawasan biaya produksi adalah mengevaluasi adanya penyimpangan
antara biaya yang ditetapkan sebelumnya dengan biaya yang sesungguhnya
dikeluarkan. Adanya penyimpangan ini merupakan suatu hal yang biasa di dalam
perusahaan, sejauh penyimpangan tersebut masih dalam batas-batas kewajaran.
Pengukuran terhadap penyimpangan biaya yang ditetapkan perusahaan terhadap
realisasi pelaksanaannya harus dievaluasi sebab-sebab terjadinya penyimpangan
tersebut.
2. Unsur Pengawasan Biaya Produksi
Pengawasan biaya produksi secara garis besar meliputi tiga unsur biaya
yaitu:
a. Pengawasan biaya bahan baku langsung
c. Pengawasan biaya produksi tidak langsung
Ad a. Pengawasan biaya bahan baku langsung
Pada setiap perusahaan industri, bahan baku merupakan bagian yang penting
dan cukup besar jumlahnya pada aktiva lancar, sehingga perlu diawasi. Tujuan
pengawasan bahan baku adalah untuk menjaga keseimbangan jumlah bahan baku
sehingga tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan bahan baku. Kelebihan bahan
baku akan mengakibatkan peningkatan biaya penyimpanan dan biaya produksi
terutama penggunaanya dalam proses produksi, termasuk kerugian karena kerusakan
bahan baku, bertambahnya ruang pergudangan yang diperlukan serta penggunaan
dana/modal yang tidak produktif. Selain itu kekurangan bahan baku akan berakibat
terhentinya proses produksi, meningkatnya biaya memulai kembali produksi yang
terhenti dan juga biaya pemesanan bahan baku akan bertambah.
Sofyan Assaury (2003 : 230) menyampaikan bahwa tujuan pengawasan
bahan baku adalah sebagai berikut :
1) “Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan bahan baku sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2) Menjaga agar supaya pembentukan bahan baku oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
3) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.”
Perusahaan mengeluarkan biaya untuk pengadaan, penyimpanan dan
penggunaan bahan baku. Biaya yang dikeluarkan perusahaan ini perlu diawasi.
untuk memastikan apakah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan (membeli),
menyimpan dan menggunakan bahan baku adalah dalam jumlah, mutu, harga dan
waktu yang tepat. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan perusahaan dari kerugian
akibat adanya pemborosan dan penyelewengan sehingga keuntungan dan tujuan
perusahaan dapat tercapai.
Ad. b. Pengawasan biaya upah langsung
Pengawasan biaya upah langsung dimulai dengan perencanaan produksi
disertai dengan jam kerja yang diperlukan juga dilengkapi dengan biaya pekerja.
James D. Wilson dan John B. Campbell menyatakan bahwa pengawasan
upah langsung meliputi:
1. menetapkan prosedur-prosedur untuk membatasi pegawai yang
dimasukkan dalam daftar upah sampai sejumlah yang diperlukan untuk rencana produksi.
2. menyediakan informasi pra perencana yang akan dipergunakan dalam menetapkan standar regu kerja dengan menghitung standar jam manusia yang diperlukan untuk program produksi.
3. melaporkan per jam, per hari, atau per minggu prestrasi kerja dari buruh yang sebenarnya dibandingkan dengan standarnya.
4. menetapkan prosedur-prosedur untuk pendistribusian yang cermat dari biaya buruh yang sebenarnya, termasuk pengklasifikasian tenaga kerja yang penting untuk menyediakan analisa biaya tenaga kerja yang informatif.
5. meyediakan data tentang prestasi pelaksanaan masa yang lalu dalam hubungannya dengan penetapan standar.
6. memlihara catatan-catatan yang memadai mengenai standar tenaga kerja dan tetap siap terhadap revisi-revisi yang diperlukan.
7. menyediakan laporan-laporan data tambahan mengenai tenaga kerja, seperti:
a. jam dan biaya premi lembur, untuk pengendalian lembur (overtime)
b. biaya-biaya kontrak, komparatif, yaitu perbandingan
diantara kontrak-kontrak yang lama dengan yang baru.
d. Analisa terperinci mengenai biaya tenaga kerja yang berada di atas atau di bawah standar.
e. Data statistik tentang perputaran tenaga kerja, masa kerja, biaya latihan.
Tujuan pengawasan biaya upah langsung adalah:
- menetapkan secara layak dan tepat jumlah upah yang dibayarkan,
- meningkatkan prestasi kerja para pekerja,
- menghindari pemborosan.
Ad. c. Pengawasan biaya produksi tidak langsung
Pengawasan biaya produksi tidak langsung merupakan pengawasan dalam
penetapan jumlah biaya produksi tidak langsung yang harus dibebankan ke dalam
proses produksi untuk menghasilkan sejumlah produk.. Pengawasan biaya produksi
tidak langsung meliputi pengawasan pada:
1) biaya-biaya tidak langsung departemen penunjang yang
dialokasikan ke departemen-departemen produksi
2) biaya-biaya tidak langsung yang dibebankan kepada produk.
Pengawasan biaya overhead dilakukan dengan cara:
a. Departemenlisasi biaya tidak langsung pabrik
Departemenlisasi biaya overhead pabrik adalah penetapan departemen
yang bertanggung jawab terhadap biaya tidak langsung. Penetapan ini
untuk memudahkan pengawasan. Agar pengawasan dapat dilakukan
dengan akurat maka persyaratannya antara lain adalah pengklasifikasian
perkiraan secara wajar. Pengklasifikasian utama yang dilakukan adalah
prinsip responsibility accounting. Artinya menetapkan siapa yang secara
akuntansi bertanggung jawab terhadap biaya yang terjadi. Adapun
departemen-departemen yang bertanggung jawab terhadap biaya tidak
langsung produksi adalah departemen produksi dan departemen
penunjang/jasa). Departemen produksi adalah departemen yang
melakukan produksi atau kegiatan proses pengolahan yang menghasilkan
produk atau jasa. Sedangkan departemen penunjang/jasa adalah
departemen yang berfungsi untuk memberikan jasa-jasa tertentu untuk
departemen produksi misalnya perawatan mesin dan bangunan,
penerangan dan latihan/pendidikan.
b. Pemisahan biaya tidak langsung menjadi dua golongan yaitu biaya tidak
langsung tetap dan biaya tidak langsung variabel.
Biaya tidak langsung tetap adalah biaya tidak langsung pabrik yang
jumlahnya tidak berubah.atau tetap, contohnya biaya gaji, biaya
penyusutan gedung kantor dan pabrik. Sedangkan biaya tidak langsung
variabel adalah biaya tidak langsung pabrik yang berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan., contohnya bahan bakar mesin
pabrik.
Pemisahan ini perlu dilakukan untuk memudahkan pengawasan.
3. Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Produksi
a. Rencana Kerja
Sebelum melakukan operasinya, manajemen perusahaan harus terlebih
berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Setelah itu maka manajemen
merumuskan rencana kerja.
Rencana kerja adalah rumusan mengenai kegiatan-kegiatan apa yang akan
dilaksanakan di masa yang akan datang, bagaimana melaksanakannya dan hasil apa
yang akan dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut..
Rencana kerja dijadikan pedoman kinerja perusahaan di masa depan sehingga
manajemen perusahaan harus mampu mengalokasikan sumber daya yang ada sesuai
dengan kebutuhan dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana kerja
untuk mencapai sasaran perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
Rencana kerja dibuat berdasarkan standar. Standar adalah satuan pengukuran
yang ditetapkan sebagai patokan dalam pelaksanaan pekerjaan. Standar ini akan terus
berubah dengan catatan pada kuantitas dan kualitas tidak akan pernah berubah
kecuali terjadi perubahan spesifikasi produk yang dirancang oleh tata tehnik industri.
Rencana kerja sangat penting karena dengan adanya rencana kerja maka
dapat ditentukan arah yang akan dituju perusahaan tersebut dan setiap aktifitas
perusahaan yang berhubungan dengan pangsa pasar, produk dan teknologi produksi,
keuangan, kepegawaian, citra perusahaan, sistem informasi manajemen, budaya
perusahaan dan lain sebagainya dapat terkoordinasi.
Untuk memproduksi suatu produk maka manajemen perusahaan terlebih
dahulu juga akan membuat rencana kerja biaya produksi, yaitu rencana tertulis
mengenai biaya yang akan datang untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja
rencana kerja biaya produksi biasanya juga didasarkan pada standar tertentu, yakni
sistem akuntansi biaya standar atau sering disingkat dengan biaya standar.
Biaya standar adalah patokan biaya yang ditetapkan dimuka untuk
biaya-biaya yang seharusnya dikorbankan dalam proses produksi. Biaya standar dinyatakan
dalam nilai uang. Perubahan biaya standar hanya terjadi apabila harga-harganya
berubah secara periodik, misalnya upah jam kerja, biaya pembelian bahan baku atau
penyimpangan harga lainnya cukup mempengaruhi perubahan biaya standar.
Pada suatu perusahaan yang organisasinya sehat dengan rencana
administrasi anggaran perusahaan yang teratur akan dihadapkan dengan anggaran
dan biaya standar yang ditentukan terlebih dahulu sebelum periode anggaran
berjalan. Oleh karena itu biaya standar juga bermanfat sebagai dasar penentuan dan
keputusan rencana anggaran sebagai alat pengukur efisiensi. Dalam hal ini biaya
aktual dapat dibandingkan dengan biaya yang direncanakan terlebih dahulu secara
periodik sehingga efisiensi produksi dapat diperhitungkan. Apabila biaya aktual yang
dikeluarkan lebih kecil dari biaya standar, maka taksiran anggaran yang ditinjau
secara insidentil akan menunjukkan efisiensi. Sebaliknya apabila pengeluaran aktual
terjadi berlebihan, maka keadaan ini menggambarkan pemborosan, bahkan bila
mencolok diperlukan perbaikan dimasa depan.
b. Anggaran Biaya Produksi
1. Pengertian Anggaran Biaya Produksi
Selain rencana kerja, manajemen perusahaan juga menggunakan anggaran
(budjet) sebagai pedoman atau patokan pada aktifitas-aktifitas di perusahaan. Karena
rencana kerja di masa akan datang. Seperti yang diungkapkan oleh M. Munandar
(2000:1):
“Anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi
seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter
dan berlaku untuk angka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.
Agus Ahyari (2002:18)menyatakan bahwa,
“Anggaran merupakan perencanaan secara formal dari seluruh kegiatan
perusahaan di dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan di dalam unit
kuantitatif.(moneter)”.
Anggaran memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
- Rencana
Anggaran merupakan suatu rencana dana yang akan dikeluarkan untuk
kegiatan yang akan datang.
- Meliputi seluruh kegiatan perusahan
Anggaran harus mencakup seluruh kegiatan yang akan dilakukan semua
bagian yang ada dalam perusahaan. Karena anggaran dijadikan pedoman kerja,
alat pengkoordinasian dan pengawasan.
- Dinyatakan dalam unit moneter
Anggaran dinyatakan dalam unit moneter sehingga seluruh kegiatan
perusahaan akan dapat dihitung, dianalisis dan kemudian dapat dilakukan
- Jangka waktu tertentu yang akan datang
Anggaran dibuat untuk jangka waktu tertentu. Untuk jangka waktu yang
relatif singkat, biasanya anggaran ini disebut anggaran jangka pendek. Jangka
waktu anggaran ini yakni per minggu, per bulan, per triwulan, per semester
atau per tahun). Ada juga anggaran dibuat untuk jangka waktu yang
panjang(lebih dari satu tahun). Anggaran tersebut dinamakan rencana jangka
panjang
- Sumber daya
Dalam anggaran, manajemen perusahaan harus mampu merencanakan seluruh
sumber daya yang ada sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan kegiatan
operasional perusahaan.
Glenn A. Welsch (2000:3) berpendapat:
‘Profit planning and control may be broadly as defined as sistematic and
formalized approach for accomplishing the planning, coordinating and
control responsibility of management.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa:
a. Anggaran harus bersifat formal artinya disusun dengan
sengaja dan sungguh-sungguh dalam bentuk tertulis.
b. Anggaran harus bersifat sistematis artinya anggaran disusun
dengan berurutan dan berdasarkan logika.
c. Setiap manajer dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk
mengambil keputusan sehingga anggaran merupakan hasil
d. Untuk keputusan yang diambil manajer tersebut, merupakan
pelaksanaan fungsi manajer dari segi perencanaan,
pengorganisasian, mengarahkan dan pengawasan..
Berdasarkan pengertian anggaran dan unsur-unsur biaya produksi yang telah
dibahas sebelumnya, maka anggaran biaya produksi adalah rencana biaya yang akan
dikeluarkan perusahaan untuk membiayai keseluruhan proses produksi pada periode
tertentu di masa yang akan datang. Anggaran biaya produksi terdiri dari: anggaran
biaya bahan baku langsung, anggaran biaya upah langsung dan anggaran biaya tidak
langsung.
2) Prosedur Penyusunan Anggaran Biaya Produksi
Agar kegiatan operasional perusahaan dapat terlaksana dengan baik, maka
perusahaan menyusun anggaran (budget) yang dijadikan sebagai pedoman kerja, alat
pengkoordinasi kerja dan alat pengawasan kerja. Sebagaimana yang diungkapkan M.
Munandar (2000,10) bahwa budget mempunyai tiga kegunaan pokok yaitu:
a. “Sebagai pedoman kerja
Budjet berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target yang harus diacapai oleh perusahaan di masa yang akan datang.
b. Sebagai alat pengkoordinasi kerja
Budget juga berfungsi sebagai alat pengkoodinasi kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling menunjang, adanya kerja sama yang baik untuk menunjang sasaran yang dituju.
c. Sebagai alat pengawasan kerja
Budget berfungsi sebagai tolak ukur, sebagai pembanding untuk menilai realisasi (evaluasi) kegiatan perusahaan akan datang. Dengan membandingkan antara apa yang tertuang di dalam angggaran dengan apa yang dicapai oleh realisasi perusahaan, dapat dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja atau tidak.”
- Top Down
Dalam metode ini, pemimpin perusahaan yang menyusun dan
menetapkan anggaran. Sedangkan setiap karyawan atau bawahan
merupakan pelaksana dari anggaran yang telah dibuat pimpinan.
Metode ini diterapkan apabila karyawan atau bawahan perusahaan
tersebut tidak mampu menyusun anggaran karena tidak memiliki
keahlian.
- Bottom Up
Pada Metode Bottom Up, penyusunan anggaran diserahkan kepada
karyawan atau bawahan. Hal ini karena karyawan atau bawahan telah
mampu menyusun anggaran sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan
tepat waktu.
- Campuran atau Top Up dan Bottom Up
Berdasarkan metode campuran, penyusunan anggaran dimulai oleh atasan
atau pemimpin perusahaan. Atasan memberikan pedoman terhadap
anggaran dan dilanjutkan atau dilengkapi oleh bawahan sesuai dengan
intruksi atasan.
Penyusunan anggaran bukan menjadi tanggungjawab satu pihak atau bagian
saja, alasannya adalah:
1) Bila anggaran disusun oleh satu pihak saja tanpa melibatkan
bagian-bagian lain yang terkait, maka penyusunan anggaran
tersebut akan mengalami kesulitan untuk menentukan
2) Ada kemungkinan anggaran yang telah disusun tidak dapat
diterapkan dilapangan (tidak praktis), karena tidak
melibatkan pihak-pihak yang terkait.
Oleh karena itu anggaran harus merupakan hasil kerja sama dari seluruh
departemen/bagian yang ada pada perusahaan atau setidak-tidaknya beberapa
departemen yang saling berhubungan. Dari departemen-departemen tersebut
dibentuk panitia anggaran yang terdiri dari:
- Unsur Direksi, dalam hal ini diwakili oleh Direktur Keuangan yang
bertugas memberikan pedoman umum yang akan dipakai dalam
penyusunan anggaranManajer penjualan yang bertugas menyusun
anggaran penjualan.
- Manajer produksi, bertugas menyusun anggaran yang berhubungan
dengan seluruh kegiatan produksi, seperti jumlah yang akan dihasilkan,
bahan baku, tenaga kerja, pembelian dan biaya overhead.
- Manajer keuangan, bertugas menyusun anggaran yang berhubugan
dengan posisi keuangan perusahaan, seperti anggaran kas, anggaran
laba-rugi, dan anggaran neraca.
- Manajer umum, administrasi dan personalia, bertugas menyusun anggaran
yang berhubungan dengan biaya umum, administrasi dan personalia.
Jika anggaran telah tersusun maka seluruh anggaran disebut sebagai anggaran
induk atau anggaran berdasarkan seluruh aktivitas dari setiap departemen/bagian
yang ada dalam perusahaan.
Gambar 2.1: Struktur Anggaran Perusahaan
a. Anggaran Penjualan
Anggaran penjualan merupakan rincian rencana penjualan yang ingin dicapai
perusahaan pada masa akan datang. Anggaran penjulan disusun dengan menganalisis
data penjualan dan data-data lain yang berhubungan dengan penjualan pada periode
sebelumnya juga faktor-faktor berikut ini
Faktor pemasaran:
- Daerah pasar : lokal, regional, nasional atau internasional
- Persaingan : monopoli, oligopoly atau bebas
- Konsumen : selera konsumen, daya beli konsumen
- Faktor keuangan : ketersediaan modal kerja yang cukup terhadap target
penjualan yang dinggarkan
- Faktor ekonomis : adanya peningkatan laba atau tidak setelah melakukan
penjualan
Anggaran T. Kerja Anggaran Produksi
Anggaran Bahan Baku
Anggaran Biaya Overhead Pabrik Anggaran Biaya Administrasi/Umum Anggaran
- Faktor teknis : fasilitas yang tersedia pada perusahaan seperti
mesin-mesin, peralatan dan teknologi untuk produksi dan penjualan
- Faktor lainnya seperti perubahan musim dan keadaan perekonomian
nasional yang mempengaruhi permintaan untuk antisipasi meningkatkan
atau menurunkan penjualan.
Berdasarkan hasil analisis data dan faktor-faktor tersebut maka manajemen
perusahaan membuat ramalan penjualan produk untuk menilai target penjualan yang
akan dicapai dalam periode akan datang. Adanya ramalan penjualan inilah yang
menjadi alasan mengapa anggaran penjualan yang pertama kali disusun
dibandingkan dengan anggaran-anggaran yang lain karena ramalan penjualan harus
ditentukan terlebih dahulu. Setelah perusahaan memiliki ramalan penjualan ini,
maka disusunlah anggaran penjualan seperti contoh berikut:
Tabel 2.1.: Anggaran Penjualan
PT. ABCD
ANGGARAN PENJUALAN Tahun 2004
KET
Triwulan Triwulan
Triwulan Triwulan TOTAL
TRIWULAN I-IV
I II III IV
Unit
Penjualan 48.000 66.000 84.000 102.000 300.000
Harga Jual per unit
(Rp) 32.000 32.000 32.000 32.000 32.000
Jumlah Penjualan
Penjualan yang dianggarkan PT. ABCD untuk tahun 2004 adalah
Rp.9.600.000.000 Nilai tersebut dicapai dengan menjual produk sebanyak 300.000
unit dengan harga Rp. 32.000 per unit
2. Anggaran Produksi
Anggaran produksi merencanakan volume barang yang harus dihasilkan oleh
perusahaan dimasa yang akan datang untuk memenuhi tingkat volume penjualan
yang telah diramalkan. Setiap unit barang yang akan diproduksi disesuaikan dengan
penjualan yang telah dianggarkan dan tingkat persediaan awal dan akhir yang
dianggarkan perusahaan pada periode tersebut.
Untuk mengetahui jumlah unit yang akan diproduksi dapat dihitung dengan
cara berikut:
Penjualan yang dinggarkan XXX
Persediaan akhir XXX +
Produk tersedia (unit) XXX
Persediaan awal XXX -
Yang akan diproduksi (unit) XXX
Adanya anggaran produksi yang terencana, akan memudahkan melakukan
penyusunan anggaran biaya produksi. Sebab dalam penyusunan anggaran produksi,
telah diperhitungkan hal-hal yang berhubungan dengan bidang produksi seperti
faktor tersedianya bahan baku/pelengkap, tenaga kerja dan infrastruktur yang
Berdasarkan contoh anggaran penjualan pada tabel 2.1, maka disusun
anggaran produksi dengan contoh sebagai berikut:
Tabel 2.2 : Anggaran Produksi
PT. ABCD
ANGGARAN PRODUKSI Tahun 2004
KETERANGAN (unit)
Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan
TOTAL
diproduksi 52.000 69.000 87.000 105.000 313.000
Jumlah barang yang harus diproduksi PT ABCD adalah 313.000 unit.
Produksi sejumlah 313.000 unit diperoleh dari
= total produk tersedia – persediaan awal
= (total penjualan + total persediaan akhir) - total persediaan awal
= 300.000 + 38.000 – 25.000 = 313.000 unit
3. Anggaran Biaya Produksi
Anggaran biaya produksi merupakan penjabaran dari anggaran produksi.
Sehingga penyusunan anggaran biaya produksi sangat dipengaruhi oleh penyusunan
anggaran produksi. Selanjutnya anggaran biaya produksi berarti rencana tertulis
mengenai biaya-biaya yang akan dikeluarkan dalam usaha mengubah bahan baku
Anggaran biaya produksi meliputi unsur :
a. Anggaran Biaya Bahan Baku Langsung
Anggaran biaya bahan baku langsung merupakan anggaran semua bahan
yang langsung dipergunakan dalam proses produksi untuk mengolah barang setengah
jadi dan barang jadi.
M. Munandar (2000 : 134) yang menyatakan bahwa:
“Anggaran biaya bahan baku langsung adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya bahan baku untuk produksi selama periode yang akan datang, yang di dalamnya meliputi rencana tentang jenis (kualitas) bahan baku yang diolah, jumlah (kuantitas) bahan baku yang diolah, harga bahan baku yang diolah dan waktu (kapan) bahan baku tersebut akan diolah dalam proses produksi, yang masing-masing dikaitkan dengan jenis barang jadi (produk) yang membutuhkan bahan baku tersebut.”
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran biaya
bahan baku langsung, yaitu :
1) anggaran kebutuhan bahan baku
2) anggaran pembelian bahan baku
3) metode akuntansi (pembukuan) bahan baku
ad 1). Anggaran kebutuhan bahan baku
Anggaran kebutuhan bahan baku adalah anggaran yang merencanakan bahan
baku yang diperlukan dalam proses produksi pada periode yang akan datang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunannya adalah
1. anggaran unit yang diperlukan dalam produksi, khususnya tentang jenis
(kualitas) dan jumlah (kuantitas) bahan baku yang dibutuhkan dari waktu
2. .standar pemakaian bahan baku atau ketentuan teknis yang berlaku dalam
jangka waktu tertentu yaitu selama perusahaan belum mengadakan
penggantian teknologi yang bersangkutan.
Contoh anggaran pemakaian bahan baku untuk tahun 2004 adalah
Tabel 2.3 : Anggaran Pemakaian Bahan Baku
PT. ABCD
ANGGARAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU Tahun 2004
KETERANGAN Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan
TOTAL
diinginkan (unit) 10.500 13.500 16.500 20.000 60.500
Biaya per unit 650 800
Data pada tabel 2.3 tersebut disusun berdasarkan contoh anggaran produksi
pada tabel 2.2. Dari tabel 2.3 anggaran pemakaian bahan baku dapat diketahui bahwa
bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi adalah 1.565.000 unit, atau
= total produksi yang dianggarkan x bahan baku yang dibutuhkan untuk satu
unit produk
= 313.000 unit x 5 = 1.565.000 unit
Selain itu juga dapat diketahui bahwa total biaya bahan baku yang digunakan dalam
produksi tahun 2004 adalah Rp. 1.272.410.000,. atau
= (Total persediaan awal bahan baku x total biaya per unit persediaan awal
bahan baku) + total pembelian bahan baku pada anggaran pembelian –
(persediaan akhir bahan baku yang diinginkan x biaya per unit persediaan
akhir bahan baku yang diinginkan)
= (48.800 unit x Rp.2.900) + Rp. 1.335.985.000 – (60.500 unit x Rp.3.390)
= Rp.141.520.000 + Rp.1.335.985.000 – Rp.205.095.000
= Rp.1.272.410.000
ad. 2. Anggaran pembelian bahan baku
Anggaran pembelian bahan baku khususnya rencana tentang harga beli dari
masing-masing jenis bahan baku yang dibeli dari waktu-kewaktu selama periode
Tabel 2.4. : Anggaran Pembelian Bahan Baku
PT. ABCD
ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN BAKU Tahun 2004
KETERANGAN Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan TOTAL
I II III IV I-IV
Jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi (unit)
260.000
345.000 435.000 525.000
1.565.000
Persediaan akhir bahan
baku yang diinginkan (unit) 10.500 13.500
Jumlah bahan baku yang dibutuhkan (unit)
270.500
358.500 451.500 545.000
437.900 528.500 1.576.700
Jumlah biaya pembelian bahan baku (Rp)
158.145.000
262.000.000 395.115.000 520.725.000
1.335.985.000
Dari tabel anggaran pembelian bahan baku tersebut dapat diketahui bahwa jumlah
pembelian bahan baku adalah 1.576.700 unit, atau
= (jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi + persediaan akhir bahan
baku) – persediaan awal bahan baku
= (1.565.000 unit + 60.500 unit) – 48.800 unit
= 1.576.700 unit
Ad. c. Metode akuntansi (pembukuan) bahan baku
Metode akuntansi (pembukuan) bahan baku yang dipakai oleh perusahaan
khususnya yang berhubungan dengan masalah penilaian bahan baku yang diolah
a. Metode First In First Out (FIFO), yaitu metode yang menganggap
bahwa bahan baku yang lebih awal dibeli merupakan bahan baku
yang lebih awal pula diolah dalam proses produksi. Harga /biaya
bahan baku dari pembelian pertama sebagai beban perkiraan biaya
bahan baku.
b. Metode Last In First Out (LIFO), yaitu metode yang menganggap
bahwa bahan baku yang lebih akhir dibeli merupakan bahan baku
yang lebih awal diolahnya dalam proses produksi. Harga/biaya
bahan baku dari pembelian terakhir sebagai beban perkiraan biaya
bahan baku
c. Metode Moving Average, yaitu metode yang menganggap bahwa
nilai (harga) bahan baku yang diolah, didasarkan pada rata-rata
nilai (harga) pembelian-pembelian bahan baku yang pernah
dilakukan perusahaan, sejak awal sampai dengan yang terakhir.
Metode yang akan digunakan harus mempertimbangkan sifat dari kegiatan
produksi, berbagai kebutuhan internal dan eksternal pada informasi dan keinginan
untuk menyederhanakan prosedur akuntansi.
7) Anggaran Biaya Upah Tenaga Kerja Langsung
Anggaran biaya upah tenaga kerja langsung merupakan taksiran penilaian dan
kebutuhan tenaga kerja dan upah langsung guna menghasilkan jenis dan kuantitas
produksi yang direncanakan dalam anggaran produksi. Anggaran upah langsung
dibuat bedasarkan ketentuan yang ditentukan oleh pimpinan produksi yang
diperlukan. Jika tenaga kerja telah bekerja didalam perusahaan selama beberapa
tahun dan bagian produksi tidak membutuhkan tambahan tenaga kerja, maka tugas
dari bagian personalia menjadi lebih ringan. Jika penambahan tenaga kerja atau
pengurangan tenaga kerja diperlukan, maka bagian personalia harus membuat
rencana jauh sebelumnya untuk menjamin tersedianya tenaga kerja yang dibutuhkan.
Menurut M. Munandar (2000 : 143) menyebutkan bahwa :
“Anggaran Biaya Upah Tenaga Kerja Langsung adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang upah yang akan dibayarkan kepada Tenaga Kerja Langsung selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jumlah waktu yang diperlukan oleh para Tenaga Kerja Langsung untuk menyelesaikan unit yang akan diproduksikan, tarif upah yang akan dibayarkan dan waktu (kapan) kegiatan proses produksi dilaksanakan, yang masing-masing dikaitkan dengan jenis barang jadi (produk) yang akan dihasilkan, serta tempat dimana para Tenaga Kerja Langsung akan bekerja.”
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran
biaya upah tenaga kerja langsung yang harus dipertimbangkan antara lain :
a. Anggaran Unit yang akan diproduksikan, khususnya rencana tentang jenis
(kualitas) dan jumlah (kuantitas) barang yang akan diproduksikan dari
waktu-kewaktu selama periode yang akan datang.
b. Standar waktu (Time Standard) untuk mengerjakan proses produksi yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk menetapkan angka-angka standar
ini dapat dilakukan dengan dua cara (metode), yaitu :
- Dengan cara mendasarkan diri pada data historis atau pengalaman
diwaktu-waktu yang lalu.
Sistem pembayaran upah yang dipakai oleh perusahaan, pada dasarnya ada tiga
sistem pembayaran upah, yaitu :
- Sistem upah menurut waktu, yang menentukan bahwa besar kecilnya
upah yang akan dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja,
tergantung pada banyak-sedikitnya waktu kerja mereka.
- Sistem upah menurut hasil (output), yang menentukan bahwa
besar-kecilnya upah yang akan dibayarkan tergantung pada banyak-sedikitnya
unit (output) yang mereka hasilkan selama bekerja.
- Sistem upah dengan insentif, yang menentukan bahwa besar-kecilnya
upah yang akan dibayarkan tergantung pada waktu lamanya mereka
bekerja, atau jumlah unit hasil (output) yang mereka selesaikan, ditambah
dengan insentif (tambahan upah) yang besar-kecilnya didasarkan pada
prestasi dan keterampilan kerja mereka.
Tabel 2.5 : Anggaran Biaya Upah Langsung
PT. ABCD
ANGGARAN BIAYA UPAH LANGSUNG Tahun 2004
Terdapat dua golongan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi
313.000 unit yaitu tenaga kerja semi terlatih dan tenaga kerja terlatih. Total upah
untuk pekerja semi terlatih adalah Rp. 2.191.000.000, atau
= total jam kerja langsung semi terlatih x tarif upah per jam
= (total produksi yang dianggarkan x total jam kerja langsung per unit) x tarif
upah per jam
= (313.000 unit x 1 jam) x Rp.7000
sedangkan total upah untuk pekerja terlatih adalah Rp. 2.504.000.000
atau
= total jam kerja langsung terlatih x tarif upah per jam
= (produksi yang dianggarkan x total jam kerja langsung per unit) x tarif upah
per jam
= (313.000 unit x 0,8) x Rp. 10.000
= 250.400 jam x Rp.10.000
= Rp. 2.504.000.000
Sehingga total biaya upah tenaga kerja kerja langsung adalah Rp.
4.695.000.000 atau Rp. 2.191.000.000 + Rp. 2.504.000.000.
3. Anggaran Biaya Tidak Langsung
Anggaran biaya tidak langsung merupakan anggaran biaya-biaya (di luar
biaya bahan baku langsung dan upah langsung) yang berhubungan dengan proses
produksi namun tidak mempunyai hubungan langsung dengan hasil produksinya.
M. Munandar (2000 : 157), menyatakan bahwa :
“Anggaran Biaya Pabrik Tidak Langsung adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang beban biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis (kualitas), jumlah (kuantitas) dan waktu (kapan) biaya pabrik tersebut dibebankan, yang masing-masing dikaitkan dengan tempat (departemen) dimana biaya pabrik tidak langsung tersebut terjadi.”
Secara umum, anggaran biaya tidak langsung mempunyai tiga kegunaan
pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja, serta
sebagai alat pengawasan kerja yang membantu manajemen dalam memimpin
berguna sebagai dasar untuk menyusun anggaran harga pokok barang yang
diproduksikan (cost of goods manufactured budjet) dan anggaran harga pokok
penjualan (cost of goods sold budjet), yang tercantum dalam master income
statement budjet, bersama-sama dengan anggaran biaya bahan baku langsung dan
anggaran biaya upah tenaga kerja langsung.
Tabel 2.6. : Anggaran Biaya Tidak Langsung
PT. ABCD
ANGGARAN BIAYA TIDAK LANGSUNG Tahun 2004
KETERANGAN Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan TOTAL
I II III IV Total biaya tidak langsung
tetap 197.500.000 197.500.000 197.500.000 197.500.000 790.000.000 Total biaya tidak langsung
variable 206.724.000 244.734.000 269.963.200 297.587.300 1.019.008.500
Total biaya tidak langsung 404.224.000 442.234.000 467.463.200 495.087.300 1.809.008.500
Total anggaran biaya tidak langsung PT. ABCD untuk tahun 2004 adalah
Atau
= total biaya tidak langsung tetap + total biaya tidak langsung variabel
= Rp. 790.000.000 + Rp. 1.019.008.500
= Rp. 1. 809.008.500
D. Manfaat Pengawasan Biaya Produksi Terhadap Keputusan Manajemen.
Tinggi rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan sangat mempengaruhi
laba yang akan diperoleh perusahaan, karenanya perlu mendapat perhatian khusus
dalam melakukan pengawasan oleh manajemen. Dengan pengawasan biaya produksi
ini, tujuan perusahaan untuk memperoleh laba akan dapat tercapai.
Pengawasan biaya produksi dapat dilakukan dengan menggunakan rencana
kerja dan anggaran perusahaan yaitu anggaran biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya tidak langsung. Membandingkan rencana kerja dan
anggaran tersebut dengan realisasinya maka manajemen perusahaan akan
memperoleh informasi ada tidaknya ketidakefisienan dan ketidakefektifan
(pemborosan/penyelewengan) yang terjadi dalam proses produksi. Jika ada
pemborosan/penyelewengan maka perlu diambil tindakan perbaikan untuk
mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya pemborosan/penyelewengan.
Pemborosan/penyelewengan yang dapat dikurangi/dicegah melalui
pengawasan biaya produksi tentunya sangat menguntungkan bagi manajemen karena
manajemen dapat mengambil keputusan yang tepat dalam hal penentuan tingkat
harga, memilih barang atau jasa yang akan diprooduksi dan dijual, menyeleksi
seharusnya. Selain itu manajemen perusahaan tentunya dapat juga untuk melakukan
investasi dan ekspansi perusahaan.
Dengan adanya pengawasan biaya produksi yang dilakukan secara rutin dan
teratur mempermudah manajemen perusahaan untuk mengambil keputusan yang
menguntungkan bagi perusahaan.
E. Analisis Penyimpangan Biaya Produksi
Penyimpangan atau variance adalah perbedaan atau selisih antara anggaran
dengan biaya yang sesungguhnya terjadi. Perbedaan atau selisih ini biasa terjadi pada
setiap perusahaan karena anggaran yang bersifat taksiran atas kegiatan yang akan
datang sehingga sangat tergantung kepada keadaan saat pembuatan taksiran anggaran
tersebut.
Penyimpangan biaya perlu dianalisis untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab terjadinya penyimpangan dan juga untuk mengetahui apakah peyimpangan
tersebut wajar atau tidak serta siapa yang bertanggung jawab atas penyimpangan
tersebut. Kemudian dicari solusi untuk memperbaiki atau mencegah penyimpangan
jika penyimpangan tersebut tidak wajar atau merugikan perusahaan.
Penyimpangan biaya disebabkan oleh:
1) penyimpangan biaya bahan bahan baku (Material Cost Variance), terdiri dari:
a) penyimpangan harga bahan (Material Price Variance) merupakan
penyimpangan yang disebabkan karena harga yang dibayar untuk bahan
Bila harga yang dibayar lebih besar dari harga standar yang ditentukan maka
merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable cost
variance). Sebaliknya bila harga yang dibayar lebih kecil dari harga standar
yang ditentukan maka merupakan penyimpangan yang menguntungkan
(favorable cost variance).
Formula penyimpangan harga bahan adalah sebagai berikut:
penyimpangan harga bahan baku = kuantitas bahan baku aktual x (harga
bahan baku aktual – harga bahan baku standar)
Harga bahan baku aktual pada formula tersebut dapat dihitung dengan
membagi biaya bahan baku aktual dengan kuantitas bahan baku aktual.
b) penyimpangan jumlah pemakaian bahan (Material Quantity Variance) atau
disebut juga penyimpangan efisiensi merupakan penyimpangan yang
disebabkan oleh pemakaian bahan baku melebihi atau kurang dari jumlah
standar yang ditentukan.
Bila pemakaian bahan baku melebihi jumlah standar yang ditentukan maka
merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable cost
variance). Sebaliknya bila pemakaian bahan baku kurang dari jumlah standar
yang ditentukan maka merupakan penyimpangan yang menguntungkan
(favorable variance cost)
Formula penyimpangan jumlah pemakaian bahan adalah sebagai berikut:
Penyimpangan jumlah pemakaian bahan = harga bahan baku standar x
Kuantitas bahan baku standar pada formula tersebut adalah jumlah unit yang
diproduksi dikali dengan kuantitas bahan baku standar per setiap unit produk.
Perhitungan yang akurat dari jumlah barang atau produk yang dihasilkan
adalah sangat penting karena hal ini menjadi dasar dari semua perhitungan
penyimpangan efisiensi.
Contoh
Buat analisis penyimpangan biaya bahan baku :
Berdasarkan data berikut ini :
- kuantitas bahan baku standar per unit produk 0,50 kg
- jumlah produksi 100.000 equivalent unit
- kuantitas bahan baku aktual 40.000 kg
- biaya bahan baku aktual Rp. 140.000.000
- harga bahan baku standar Rp. 3.550 per kg
Jawaban
a) penyimpangan harga bahan baku
= kuantitas bahan baku aktual x (harga aktual - harga standar)
= 40.000 x (Rp.140.000.000 / 40.000 – Rp. 3.550)
= 40.000 x (Rp. 3.500 – Rp. 3.550)
= 40.000 x (-50)
= Rp. 2.000.000 (Favorable karena harga aktual lebih kecil dari harga
b) penyimpangan kuantitas pemakaian bahan baku
= harga bahan baku standar x (kuantitas bahan baku aktual - kuantitas
bahan baku standar)
= Rp. 3.550 (40.000 – 50.000)
= Rp. 3.550 (-10.000)
= Rp. 35.500.000 (Favorable karena kuantitas bahan baku aktual lebih
kecil dari kuantitas bahan baku standar)
kuantitas bahan baku standar
= jumlah unit yang diproduksi x kuantitas bahan baku standar per unit
produk
= 100.000 x 0,50 kg
= 50.000 kg
2) penyimpangan biaya tenaga kerja langsung (Labour Cost Variance), terdiri dari:
a) penyimpangan tarif upah (labour rate variance) : disebabkan oleh perbedaan
antara tarif upah yang dibayarkan (actual wage rate) dengan tarif upah
standar (standar wage rate)
Bila tarif upah yang dibayarkan lebih kecil dari tarif upah standar maka
merupakan penyimpangan menguntungkan (favorable variance). Sebaliknya
jika tarif upah yang dibayarkan lebih besar dari tarif upah standar maka
merupakan penyimpangan tidak menguntungkan (unfavorable variance)
Formula penyimpangan tarif upah adalah sebagai berikut::
Penyimpangan tarif upah = jam kerja aktual x (tarif upah aktual – tarif upah
Tarif upah aktual pada formula tersebut dapat dihitung dengan membagi
biaya tenaga kerja langsung aktual terhadap pemakaian jam tenaga kerja
langsung aktual
b) penyimpangan jam kerja buruh (labour time variance) : disebabkan oleh
pemakaian jam kerja langsung yang melebihi (kurang dari) jumlah jam yang
seharusnya menurut standar.
Formula penyimpangan jam kerja adalah sebagai berikut:
Penyimpangan jam kerja = tarif upah standar x (jam tenaga kerja langsung
aktual - jam kerja standar)
Jam tenaga kerja langsung standar pada formula tersebut adalah jumlah
produksi x jam kerja standar per unit produk
Contoh:
Dari data kegiatan dan biaya berikut ini:
Jam standar per unit produk P 0,20 jam
Jumlah produk P yang diproduksikan selama
periode 100.000 unit
Jam tenaga kerja langsung aktual 22.000 jam
Biaya tenaga kerja langsung aktual
(jumlah upah yang dibayarkan) Rp. 45.000.000
Tarif upah standar per jam tenaga kerja langsung Rp.2.000
Buat analisis penyimpangan biaya tenaga kerja langsung
a. Penyimpangan tarif upah