• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Nama Lengkap : Hizkia Rheinhard Aurelio Purba

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/25 April 1993

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Jamin Ginting No.94 Medan

Nomer Handphone : 08116151659

Email : rheinhard.aurelio25@gmail.com

Riwayat Pendidikan : 1. TK Fajar (1997 – 1999)

2. SD St. Antonius I (1999 – 2005) 3. SMP St. Thomas 4 (2005 – 2008) 4. SMA St. Thomas 1 (2008 – 2011)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012 – sekarang) Riwayat Pelatihan :

(2)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Seksie Keamanan Acara Paskah FK USU 2013 2. Anggota Seksie Acara Paskah FK USU 2014

3. Koordinator Seksie Dana Perayaan Natal FK USU 2014

4. Anggota Seksie Dana Pengabdian Masyarakat SCORA FK USU 2014 5. Anggota Seksie Dana Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen FK USU

2015

(3)

Dengan hormat,

Saya yang bernama Hizkia Rheinhard Purba, NIM 120100259 mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012”. Penelitian ini dilakukan

sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada semester ketujuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan lama menstruasi dengan tingkat

keparahan dismenore pada mahasiswi. Data diperoleh langsung dari mahasiswi melalui

kuesioner titipan formulir survei. Kuesioner ditinggalkan pada siswi dan peneliti akan kembali

mengambilnya pada tanggal dan waktu yang ditetapkan.

Siswi akan diberikan daftar lampiran pertanyaan kombinasi antara pertanyaan tertutup

yang ditanyakan tentang pola haid, gejala yang mengalami sebelum (24-48 jam) dan saat

menstruasi dan tingkat gangguan yang mengalami saat menstruasi. Atas perhatian dan kesediaan

Saudari berpatisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 8 Juni 2015 Peneliti,

(4)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Judul Penelitian: Hubungan Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

Saya telah diminta untuk berpartisipasi dalam studi tentang Hubungan Lama Menstruasi

dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Angkatan 2012. Dalam tahap ini, saya paham bahwa saya akan mengisi

kuesioner ini dengan jujur. Hasil kuesioner ini akan dianalisa dengan tujuan untuk mendapatkan

hubungan lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer pada mahasiswi fakultas

kedokteran usniversitas sumatera utara angkatan 2012.

Saya menyadari bahwa partisipasi dalam penelitian ini tidak membahayakan saya secara

fisik maupun psikologis. Saya menyadari bahwa partisipasi ini bersifat sukarela dan bisa mundur

setiap saat. Saya paham bahwa semua data akan dirahasiakan. Publikasi yang berhubungan

dengan penelitian ini tidak akan disertai nama sehingga kerahsiaan tetap akan terjamin.

Saya telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini. Saya telah membaca dan

memahami formulir persetujuan. Semua pertanyaan saya telah dijawab dan saya setuju untuk

berpartisipasi. Jika saya membutuhkan informasi lebih lanjut, saya dapat menghubungi peneliti.

Keputusan saya,

Nama :

Kelas :

Tanggal lahir :

...

(5)

NAMA :

 Setelah selesai mohon lakukan pengecekan ulang, sehingga tidak ada jawaban yang terlewat.

Soal dari 1 – 3 menanyakan tentang POLA HAID ANDA.

1. Jarak antara tiap datang bulan ( haid ) < 24 hari 24 - 35 hari >35 hari 2. Berapa lama durasi menstruasi ( haid )

yang anda alami

< 3 hari 3 - 7 hari >7 hari

3. Ketika menstruasi, berapa kali anda mengganti duk ( pembalut )

< 2 kali 2 - 6 kali > 6 kali

Soal dari 4 – 5 menanyakan tentang RASA NYERI SAAT MENSTRUASI 4. Apakah anda pernah merasakan nyeri

ketika menstruasi?

Ya Tidak

5. Apakah anda merasakan rasa kram yang luar biasa di bagian bawah perut ketika menstruasi?

Ya Tidak

Soal dari 6 – 8 menanyakan tentang kemungkinan DISMENORE SEKUNDER / PENYAKIT LAIN

6. Apakah anda pernah mengalami demam dan nyeri di bagian bawah perut yang tidak berhubungan dengan menstruasi?

Ya Tidak

7. Apakah anda pernah meraba massa di bagian perut bawah?

Ya Tidak

8. Apakah anda pernah memeriksakan kelainan ginekologis pada dokter?

(6)

Soal dari 9 –13 menanyakan tentang GEJALA YANG ANDA ALAMI SEBELUM (24 - 48 JAM) dan SAAT MENSTRUASI.

9. Apakah anda mengalami rasa pening/ pusing?

Ya Tidak

10. Apakah anda mengalami rasa mual/ muntah?

Ya Tidak

11. Apakah anda mengalami sakit punggung?

Ya Tidak

12. Apakah anda mengalami rasa lelah yang luar biasa?

Ya Tidak

13. Apakah anda mengalami gejala - gejala yang lain selain yang disebutkan di atas?

Ya,Sebutkan : Tidak

Soal 14 – 16 menanyakan tentang TINGKAT GANGGUAN YANG ANDA RASAKAN SAAT MENSTRUASI.

14. Apakah aktivitas sehari - hari anda terganggu?

15. Apakah kemampuan kerja anda terganggu? 16. Apakah anda memerlukan obat tahan

(7)
(8)
(9)

No.

Subjek Usia

Lama

(10)
(11)

59 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 60 22 < 3 hari Tidak Tidak Ya Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 61 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 62 20 3 - 7 hari Ya Ya Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 63 21 > 7 hari Ya Tidak Ya Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Kadang diperlukan 64 21 3 - 7 hari Ya Ya Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Kadang diperlukan 65 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Tidak Terganggu Terganggu Membantu

66 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Ya Ya Ya Terganggu Terganggu Membantu

67 21 > 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 68 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu 69 21 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 70 21 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 71 23 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Sangat terganggu Terganggu Membantu 72 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Membantu 73 20 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 74 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 75 21 3 - 7 hari Ya Ya Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu

76 21 3 - 7 hari Ya Tidak Ya Ya Ya Terganggu Terganggu Membantu

77 20 3 - 7 hari Tidak Ya Ya Tidak Tidak Kadang terganggu Tidak terganggu Membantu 78 21 3 - 7 hari Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 79 22 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Tidak Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 80 22 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu

81 21 3 - 7 hari Tidak Ya Ya Ya Tidak Terganggu Terganggu Membantu

(12)
(13)
(14)

144 20 3 - 7 hari Ya Tidak Tidak Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 145 23 3 - 7 hari Tidak Ya Ya Ya Ya Kadang terganggu Kadang terganggu Tidak perlu 146 22 3 - 7 hari Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Tidak perlu

147 21 3 - 7 hari Ya Ya Tidak Ya Tidak Terganggu Terganggu Membantu

(15)
(16)

Gejala Pusing

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 94 57,0 57,0 57,0

Ya 71 43,0 43,0 100,0

(17)

Valid Ya 40 24,2 24,2 100,0

Total 165 100,0 100,0

Gejala Sakit Punggung

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 77 46,7 46,7 46,7

Ya 88 53,3 53,3 100,0

Total 165 100,0 100,0

Gejala Lelah Luar Biasa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 77 46,7 46,7 46,7

Ya 88 53,3 53,3 100,0

Total 165 100,0 100,0

Gejala Lain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 124 75,2 75,2 75,2

Ya 41 24,8 24,8 100,0

(18)
(19)
(20)
(21)

Daftar Pustaka

Abbaspour, Z, Rostami, M and Najjar, Sh, 2006. The Effect of Exercise on

Primary Dysmenorrhea. J Res Health Scin 6(1):26-31.

Ali, M.,&Asrori, M.2010.Psikologi Remaja.Jakarta: PT Bumi Aksara. Hal: 9-18.

Badziad, Ali. 2003.Endokrinologi Ginekologi edisi kedua. Jakarta: Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 1-25

Cakir, Murat. et al. 2007. Menstrual Pattern and Common Menstrual Disorders

among University Students in Turkey. Pediatrics International, 49, 938

942.

Carr, Bruce R. & Jean D. Wilson.1999. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam.

Harrison Edisi 13, Volume 1(Ahmad H. Asdie). Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 89 :567

Celik, Husnu, et al. 2009. Severity of Pain and Circadian Changes in Uterine

Artery Blood Flow in Primary Dysmenorrhea. Archives of Ginecology & Obstectrics, 280, 589 – 592.

Cunningham, F. G. et al. 2005. Obstetri Williams. Alih bahasa, Andry Hartono,

Y.Joko Suyono, Brahm U. Pendit ; editor bahasa Indonesia, Huriawati

Hartanto et al. Edisi 21. Jakarta : EGC, 2005. Hal: 69-83.

Dawood, M. Yusuf.2006. Primary Dysmenorrhea. American College of

Obstetricians and Gynecologists, 108(2).

Direkvand-Moghadam, A & Khosravi, A. 2012. Evaluating Shirazi (Thymus

vulgaris) on menstrual pain using verbal multidimensional scoring system

(VMS).

French, Linda.2005. Dysmenorrhea. American Academy for Family

(22)

43

_____________.2008. Dysmenorrhea in Adolescents Diagnosis and

Treatment. Pediatri Drugs, 10(1), 1 – 7.

Fujiwara, Tomoko. 2003. Skipping Breakfast is Associated with Dysmenorrhea in

Young Women in Japan. International Journal of Food Sciences and Nutriton, 54(6), 505 – 509.

Frenita. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dismenore pada Siswi

SMK Negeri 10 Medan Tahun 2013. Skripsi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Ganong, William F.2008. Fisiologi Kedokteran Edisi 22.

Gibson, John.2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 84-86

Gibson, Rossalin S.2005. Principle of Nutritional Assessments. New York,

USA: Oxford University Press.

Ginarhayu.2002. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia

Menarche Remaja Putri (9 –15 Tahun) Pada Siswi Sekolah Dasar dan

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Jakarta Timur Pada Tahun 2002.

Gollenberg, Audra L. et al.2010. Perceived Stress and Severity of Perimenstrual

Symptoms: The BioCycle Study. Journal of Women’s Health, 19(5), 959 – 967.

Guyton, Arthur C.2003. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi Revisi.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 746-747.

Hand, Helen.2010. The Ups and Downs of The Menstrual Cycle. Practice

Nursing, 21(9), 454 459.

Harel, Zeev.2002. A Contemporary Approach to Dysmenorrhea in Adolescent

Girl. Pediatri Drugs, 4(12), 797 – 805.

Harunriyanto.2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore.

(23)

Hudson, Tori.2007. Using Nutrition to Relieve Primary Dysmenorrhea.

Alternative & Complementary Therapies. Mary Ann Liebert, Inc, 125 - 128.

Kilic, Ilke. et al.2008. Role of Leukotrienes in the Pathogenesis of Dysmenorrhea

in Adolescent Girls. The Turkish Journal of Pediatrics, 50, 521 – 525.

Loto, Olabisi M. et al. 2008. Prevalence and Corelates of Dysmenorrhea among

Nigerian. Australian and New Zealand Journal of Obstetrics and Gynaecology, 48, 442 – 444.

Manuaba, et al. 2006. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.

Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2009. Gadar Obstetri & Ginekologi & Obstetri

Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta, EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde.2008. Manual Persalinan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Manuaba, LB.G., Manuaba, L.A.C., dan Manuaba, I.B.G.F.2007. Pengantar

Kuliah Obstetri. 1st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 78.

Maza D.2004. Dysmenorrhoea in Adolesence. Practice Nurse, 27(10).

Nathan A.2005. Primary dysmenorrhoea. Practice Nurse, 30(6).

Novia, Ika & Nunik Puspitasari.2008. Faktor Risiko yang Mempengaruhi

Kejadian Dismenorea. The Indonesian Journal of Public Health, 4, 96

104.

Papalia, D.E, Olds, S. W., & Feldman, D.2001. Human development (8th ed). Boston: McGraw-Hill.

Parker M. A. et al.2009. The Menstrual Disorder of Teenagers (MDOT) Study

Determining Typical Menstrual Patterns and Menstrual Disturbance in a

Large Population Based Study of Australian Teenagers. International

(24)

45

Patel, V. et al.2006. The Burden and Determinants of Dysmenorrhoea: a

Population Based Survey of 2262 Women in Goa, India. International

Journal of Obstetrics and Gynaecology, 453 – 463.

Polat, Aytac. et al.2009. Prevalence of Primary Dysmenorrhea in Young Adult

Female University Students. Archives of Ginecology & Obstetrics, 279, 527 – 532.

Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S.2007. Ilmu kandungan. Edisi 2.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Hal: 181-191

Proverawati dan Misaroh.2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh

Makna.Yogyakarta:Nuha Medika.

Santina, T.2012. Exploring dysmenorrhoea and menstrual experiences among

Lebanese female adolescents.

Selby M.2007. Menstrual Problems: From Menarche to Menopause. Practice

Nurse, 33(5).

Stoelting-Gettelfinger.2010. A Case Study and Comprehensive Differential

Diagnosis and Care Plan for the Three Ds of Women’s Health:

Primary Dysmenorrhea, Secondary Dysmenorrhea, and Dyspareunia.

Journal of the American Academy of Nurse Practitioners, 22, 513 – 522.

Stright, Barbara R.2001. Panduan Belajar: Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir

Edisi 3 (Maria A. Wijayarini, S.Kp, MSN). Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Suzanne, C. Smeltzer.2001.Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta :EGC.

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Editor Monica Ester.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tangchai, Kamonsak. et al.2004. Dysmenorrhea in Thai Adolescents:

(25)

Titilayo, A. et al.2009. Menstrual Discomfort and Its Influence on Daily

Academic Activities and Psychosocial Relationship among Undergraduate

Female Students in Nigeria. Tanzania Journal of Health Research, 11(4),

181 – 188.

Trickey, Ruth.2003. Women, Hormones, and the Menstrual Cycle: Herbal and

Medical Solutions from Adolescence to Menopause. BJMP.

Wahyuni, A.S., 2009. Statistika Kedokteran (Diserati Statistika Dengan SPSS).

Jakarta Timur: Bamboedoea Communication.

Wiknjosastro, H.2005. dalam Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Penerbit Buku Kedokteran EGC :

Jakarta. 236

Willman EA, Collins WP, Clayton SG. Studies in the involvement of

prostaglandins in uterine symptomatology and pathology. Br J Obstet

Gynaecol. 1976 May;83(5):337–341.

Wong, et al. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Volume 1.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Xiaoshu Zhu. et al.2010. Are There any Cros-Etnic Differences in Menstrual

Profiles? A Pilot Comparative Study on Australian and Chinese Women

With Primary Dysmenorrhea. The Journal of Gynaecology Research,

36(5), 1083 – 1107.

Zukri, Shamsunarnie Mohd. et al.2009. Primary Dysmenorrhea among Medical

and Dental University Students in Kelantan: Prevalence anda Associated

(26)

25

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah :

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi setiap variabel yang akan diteliti

beserta cara, alat, hasil, serta skala ukurnya. Definisi operasional perlu dilakukan

sebagai batasan untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi.

(27)

Lama

Tabel 3.2 Tingkat keparahan dismenore Tingkat

# Gejala vegetatif positif (sakit kepala, lelah, muntah, dan diarea)

Sumber : Evaluating Shirazi (Thymus vulgaris) on menstrual pain using verbal multidimensional scoring system (VMS) (Direkvand-Moghadam dan Khosravi, 2012)

3.3 Skoring

Pertanyaan yang diajukan sebanyak 16 pertanyaan yang berisi tentang pola

menstruasi,rasa nyeri saat menstruasi, kemungkinan dismenore sekunder/penyakit

lain, gejala yang dialami sebelum (24-48 jam) dan saat menstruasi, tingkatan

gangguan menstruasi (aktivitas sehari-hari, kemampuan kerja, kebutuhan

(28)

27

 Pertanyaan 4, 9-13 jika ya = 1 dan tidak = 0

 Pertanyaan 14-15 jika tidak terganggu = 0, kadang terganggu = 1, terganggu = 2, dan sangat terganggu = 3

 Pertanyaan 16, jika tidak perlu = 0, kadang diperlukan = 1, membantu = 2, tidak membantu = 3.

Subjek mengalami dismenore dan diklasifikasikan menurut tingkat

keparahannya.

Mild : 0 - 4

Moderate : 5 - 9

Severe : 10 - 14

3.4 Hipotesis

 Ada hubungan antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas

(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama

menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer pada mahasiswi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012. Untuk mencapai tujuan

tersebut, peneliti menggunakan rancangan penelitian cross sectional study.

Rancangan cross sectional dipilih karena disain penelitian yang akan peneliti

lakukan dilakukan pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, dan

digunakan untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara. Lokasi ini dipilih karena belum pernah dilakukan penelitian dengan

variabel independen seperti pada penelitian ini.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 setelah mendapatkan

Ethical Clearance dari komisi etik

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi target penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Fakultas Kedokteran

(30)

29

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

4.3.2.1 Kriteria Inklusi

 Berstatus sebagai mahasiswa aktif di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara saat penelitian ini dilaksanakan.

 Mahasiswi S1 angkatan 2012 dan bersedia ikut dalam penelitian. 4.3.2.2 Kriteria Eksklusi

 Mengalami dismenore sekunder / nyeri perut bawah yang tidak berhubungan dengan menstruasi

 Mahasiswi yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan rumus Lemeshow (1994) dalam Wahyuni (2009) sebagai berikut:

Keterangan :

N = Besar populasi (228) n= Besar sampel

d= Kesalahan absolute yang dapat ditolerasi (0,05) Z = Tingkat Kepercayaan (95% = 1,96)

P = Proporsi populasi (0,5)

Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan

relatif sebesar 5%

Z

2

· P (1 - P) · N

n =

(31)

Sampel (n)= 143,315 dibulatkan menjadi 144 orang, untuk menghindari sampel

yang tidak mengisi kuesioner maka sampel akan ditambah 10% menjadi

144+(10% x 144) =158,4 dibulatkan menjadi 159 orang.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini diperoleh dari data primer. Data

diperoleh langsung dari responden melalui angket yaitu pengumpulan data dengan

menyebarkan kuesioner kepada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara angkatan 2012. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

tertutup yang berkaitan dengan dismenore dan pola menstruasi, dimana

responden diminta menjawab pertanyaan dengan memilih dari sejumlah alternatif.

4.5. Alat Pengumpulan Data

Kuesioner dismenore ini terdiri dari 16 butir pertanyaan yang disusun

sendiri oleh peneliti. Pertanyaan yang diberikan diklasifikasikan menurut pola

haid, rasa nyeri saat haid, gejala sistemik saat haid, aktivitas sehari - hari saat

menstruasi, kemampuan kerja saat menstruasi, dan kebutuhan analgesik.

4.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul dari setiap responden penelitian akan dianalisis

dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) di

mana hubungan lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer

akan diuji dengan metode uji Chi Square. Data yang diperoleh akan disusun dan

disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang (diagram balok).

1,96

2

· 0,5 (1

0,5) · 228

n =

(32)

31

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara beralamat di jalan Dr.

Mansur No.5, Medan. Fakultas ini didirikan tanggal 1 September 1952. Pada saat

ini susunan pimpinan terdiri dari Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD.KGEH

sebagai Dekan, Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K) sebagai Pembantu Dekan

I, dr. Zaimah Z. Tala, M.S. Sp. GK sebagai Pembantu Dekan II, dan dr.

Muhammad Rusda, M.Ked(OG) Sp.OG (K) sebagai Pembantu Dekan III. Pada

semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 ini terdapat 4 Angkatan yang aktif di

Fakultas Kedokteran USU, yakni 2012, 2013, 2014, dan 2015.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dari penelitian ini adalah mahasiswi aktif pada Angkatan 2012.

Dalam penelitian ini, sebanyak 165 responden terpilih dengan cara Simple

Random Sampling. Pada Angkatan 2012 terdapat beberapa kelompok usia. Data

lengkap tentang distribusi frekuensi usia responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Berdasarkan table 5.1, dapat diketahui bahwa responden yang mengikuti

(33)

orang) merupakan responden paling sedikit, 19 tahun sebanyak 5,5% (9 orang), 23

tahun sebanyak 5,5% (9 orang), 24 tahun sebanyak 1,2% (2 orang), 22 tahun

sebanyak 14,5% (24 orang) merupakan responden terbanyak ketiga, 20 tahun

sebanyak 18,2% (30 orang) merupakan responden terbanyak kedua, dan 21 tahun

sebanyak 54,5% (90 orang) merupakan responden paling banyak.

5.2 Analisis Univariat

Dalam analisis ini data disajikan dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi dari variabel independen yang akan diteliti. Analisis univariat ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran dari variabel dependen yang diteliti yaitu

tingkat keparahan dismenore primer (gejala-gejala yang dialami, gangguang pada

aktivitas sehari-hari, gangguang kemampuan kerja, kebutuhan obat analgesik) dan

variabel-variabel independen yang diteliti meliputi lama menstruasi serta beberapa

informasi tambahan berupa jarak haid, dan jumlah penggantian pembalut per hari

setiap responden.

5.2.1 Tingkat Keparahan Dismenore Primer

Tingkat keparahan dismenore primer dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu

mild, moderate, dan severe. Tingkatan mild untuk responden dengan skor total

0-4, tingkatan moderate untuk responden dengan skor total 5-9, dan tingkatan severe

untuk responden dengan skor total 10-14 dari jumlah skoring variabel gejala yang

dialami, tingkat gangguan aktivitas, tingkat gangguan kemampuan kerja, dan

tingkat kebutuhan analgesik.

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keparahan Dismenore Primer

Tingkat Keparahan n Persentase (%)

Mild 90 54,5

Moderate 70 42,4

Severe 5 3,0

(34)

33

Berdasarkan tabel 5.2, terlihat bahwa responden paling banyak mengalami

dismenore primer tingkatan mild yaitu sebanyak 54,5% (90 orang). Sementara itu

hanya 3,0% (5 orang) yang mengalami dismenore primer dengan tingkatan severe.

Sedangkan untuk tingkatan moderate didapati 42,4% (70 orang).

5.2.2 Gejala Yang Dialami Responden

Gambaran gejala yang dialami mahasiswi yang menjadi responden dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Yang Dialami Gejala Yang

banyak dialami responden saat mengalami dismenore primer adalah sakit

punggung dan lelah luar biasa 53,3% (88 orang), sedangkan gejala yang paling

sedikit dialami yakni mual/muntah 24,2% (40 orang).

5.2.3 Tingkat Gangguan Aktivitas Sehari-hari

Tingkat gangguan aktivitas sehari-hari dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu

tidak tenganggu, kadang terganggu, terganggu, dan sangat terganggu (hingga

memerlukan istirahat). Distribusi responden berdasarkan tingkat gangguan

(35)

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Gangguan Aktivitas Sehari-hari

Tingkat gangguang n Persentase (%)

Tidak Terganggu 39 23,6

Kadang Terganggu 100 60,6

Terganggu 22 13,3

Sangat Terganggu 4 2,4

Total 165 100

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 165 responden yang

mengalami dismenore primer 60,6% (100 orang) aktivitas sehari-harinya kadang

terganggu, yang merupakan persentasi paling banyak. Sedangkan persentase yang

paling sedikit adalah yang aktivitas sehari-harinya sangat terganggu yakni 2,4%

(4 orang). Untuk tingkat gangguan tidak terganggu dan terganggu didapati masing

masing 23,6% (39 orang) dan 13,3% ( 22 orang).

5.2.4 Tingkat Gangguan Kemampuan Kerja

Tingkat gangguan kemampuan kerja dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu tidak

tenganggu, kadang terganggu, terganggu, dan sangat terganggu. Distribusi

responden berdasarkan tingkat gangguan aktivitas sehari-hari dapat dilihat pada

tabel 5.5.

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Gangguan Kemampuan Kerja

Tingkat gangguang n Persentase (%)

Tidak Terganggu 53 32,1

mengalami dismenore primer 53,9% (89 orang) kemampuan kerjanya kadang

(36)

35

paling sedikit adalah yang kemampuan kerjanya sangat terganggu yakni 3% (5

orang). Untuk tingkat gangguan tidak terganggu dan terganggu didapati masing

masing 32,1% (53 orang) dan 10,9% ( 18 orang).

5.2.5 Tingkat Kebutuhan Obat Analgesik

Tingkat kebutuhan obat analgesik dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu tidak

perlu, kadang diperlukan, membantu, tidak membantu. Distribusi responden

berdasarkan tingkat kebutuhan obat analgesik dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Obat Analgesik

Tingkat gangguang n Persentase (%)

Tidak perlu 104 63,0

Kadang diperlukan 33 20,0

Membantu 25 15,2

Tidak membantu 3 1,8

Total 165 100

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebanyak 63,0% (104 orang) tidak

memerlukan obat analgesik saat terjadi dismenore yang merupakan persentase

terbesar. Sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang merasa bahwa

obat analgesik tidak membantu yaitu sebanyak 1,8% (3 orang).

5.2.6 Lama Menstruasi

Lama menstruasi ialah lama waktu yang diperlukan responden mulai dari

keluarnya darah menstruasi hingga berhenti. Lama menstruasi responden dibagi

menjadi tiga kategori, yaitu responden yang lama menstruasinya < 3 hari, 3 – 7

hari, serta > 7 hari. Distribusi responden berdasarkan lama menstruasi dapat

(37)

Tabel 5.7

Distribusi Lama Menstruasi pada Mahasiswi FK USU Angkatan 2012

Lama Menstruasi n Persentase (%)

< 3 hari 5 3,0

3 – 7 hari 144 87,3

> 7 hari 16 9,7

Total 165 100

Berdasarkan tabel 5.7, dapat dilihat bahwa paling banyak responden

memiliki lama menstruasi dengan rentang antara 3 – 7 hari sebanyak 87,3% (144

orang). Hasil lain yang ialah responden dengan lama menstruasi < 3 hari sebanyak

3,0% (5 orang) adalah yang paling sedikit. Responden dengan lama menstruasi >

7 hari sebanyak 9,7% (16 orang).

5.2.7 Jarak Antar Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi ialah periode waktu yang diperlukan antar tiap proses

perdarahan menstruasi. Siklus menstruasi dikategorikan ke dalam tiga kategori

yaitu < 24 hari, 24 – 35 hari, dan > 35 hari. Distribusi responden berdasarkan

siklus menstruasi dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8

Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Antar Siklus Menstruasi

Jarak Siklus n Persentase (%)

< 24 hari 14 8,5

24 – 35 hari 140 84,8

> 35 hari 11 6,7

Total 165 100

Dari tabel 5.8, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki rentang/jarak

siklus menstruasi antara 24 – 35 hari merupakan yang paling banyak yaitu 84,8%

(140 orang). Sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang memiliki jarak

(38)

37

5.2.8 Frekuensi Ganti Pembalut per Hari

Frekuensi ganti pembalut pada responden dikelompokkan menjadi 3, yaitu

< 2 kali per hari, 2 – 6 kali per hari, dan > 6 kali per hari. Distribusi frekuensi

penggantian pembalut pada responden per hari selama menstruasi dapat dilihat

pada tabel 5.9.

Tabel 5.9

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Penggantian Pembalut per Hari

Frekuensi Penggantian n Persentase (%)

< 2 kali 7 4,2

2 – 6 kali 156 94,5

> 6 kali 2 1,2

Total 165 100

Dari tabel 5.9 dapat kita lihat bahwa rata-rata responden mengganti

pembalutnya 2 – 6 kali per hari yaitu sebanyak 94,5% (156 orang). Sedangkan

responden yang paling sedikit mengganti pembalut > 6 kali per hari sebanyak

1,2% (2 orang), meskipun tidak jauh berbeda dari responden yang mengganti

pembalut < 2 kali per hari 4,2% (7 orang).

5.3 Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen. Hubungan kemaknaan antara variabel independen

dengan variabel dependen diketahui dengan menggunakan uji Chi-Square. Karena

uji Chi-Square tidak dapat mengetahui keeratan hubungan dari variabel dependen

dan independen, maka untuk mengetahuinya dilakukan Fisher Exact Test.

5.3.1 Hubungan Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Hubungan antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore

(39)

Tabel 5.10

Hasil Tabulasi Silang antara Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer pada Responden

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa responden yang memiliki lama menstruasi

> 7 hari memiliki persentase lebih besar untuk mengalami dismenore tingkat

severe, yaitu 12,5% (2 orang) dari total 16 orang yang lama menstruasinya > 7

hari. Dari hasil uji statistik Fisher Exact Test didapatkan p-value=0,029 (p-value

<0,05), dan hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer.

5.4 Pembahasan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada

hubungan antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer

pada mahasiswi FK USU Angkatan 2012. Maka dari itu disusun kerangka konsep

penelitian untuk melihat hubungan antara lama menstruasi dengan tingkat

keparahan dismenore, yang didasari teori pada penelitian Dawood (2006) bahwa

banyaknya pelepasan prostaglandin dan vasopresin menyebabkan terjadinya

kontraksi yang berlebihan dari uterus dan pengurangan suplai darah ke uterus dan

peningkatan hipersensitivitas saraf perifer yang menyebabkan nyeri, apakah

dipengaruhi lama menstruasi yang berakibat pada tingkat keparahan dismenore.

Dari hasil analisis data penelitian, didapatkan adanya hubungan yang bermakna

antara lama menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer (p=0,029).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Prevalence and Corelate

(40)

39

mahasiswi tingkat pertama di Nigerian University, didapati bahwa setelah

melakukan analisis chi-square ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara

lama menstruasi yang lebih dari normal dengan dismenore dengan tingkat

keparahan dismenore dengan p-value 0,001.Penelitian lain yang berjudul

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dismenore yang dilakukan Frenita (2013) pada

siswi SMK Negeri 10 Medan pada Tahun 2013, yang mendapati bahwa siswi dengan lama menstruasi ≥ 7 hari kemungkinan beresiko mengalami dismenore 1,2 kali lebih besar daripada sisi dengan lama menstruasi < 7 hari.

Salah satu faktor yang berperan pada peningkatan keparahan derajat

dismenore adalah lama menstruasi Novia dan Puspitasari (2008). Menstruasi yang

semakin lama menyebabkan makin seringnya uterus berkontraksi, akibatnya

semakin banyak pula prostaglandin yang dikeluarkan dan supply darah ke uterus

berhenti sementara. Kadar prostaglandin yang berlebihan dan supply darah yang

berkurang menyebabkan nyeri pada dismenore primer (Novia dan Puspitasari,

2008).

Pada penelitian ini lama menstruasi responden dibagi menjadi tiga

kategori, yaitu responden yang lama menstruasinya < 3 hari, 3 – 7 hari, serta > 7

hari. Dari hasil penelitian didapati bahwa responden yang lama menstruasinya < 3

hari berjumlah 5 orang (3,0%), responden dengan lama menstruasi 3 – 7 hari

berjumlah 144 orang (87,3%), dan responden dengan lama menstruasi > 7 hari

berjumlah 16 orang (9,7%). Dapat kita simpulkan bahwa rata-rata responden

memiliki lama menstruasi yang normal yaitu 3 – 7 hari. Sedangkan untuk tingkat

keparahan didapati hasil responden dengan tingkat keparahan Mild berjumlah 90

orang (54,54%), responden dengan tingkat keparahan Moderate berjumlah 70

orang (42,42%), dan responden dengan tingkat keparahan Severe berjumlah 5

orang (3,03%).

Setelah dilakukan pengolahan data akhirnya didapati pada responden

dengan lama menstruasi < 3 hari jumlah responden untuk tingkat keparahan Mild,

Moderate, dan Severe masing-masing adalah 2 orang (40%), 3 orang (60%), 0

orang. Untuk responden dengan lama menstruasi 3 - 7 hari didapati jumlah

(41)

adalah 84 orang (58,33%), 57 orang (39,58%), dan 3 orang (2,08%). Untuk

responden dengan lama menstruasi > 7 hari didapati jumlah responden untuk

tingkat keparahan Mild, Moderate, dan Severe masing-masing adalah 4 orang

(25%), 10 orang (62,5%), 2 orang (12,5%).

Dilihat dari presentasinya untuk tingkat keparahan Mild paling tinggi pada

responden dengan lama menstruasi 3 – 7 hari hal ini kemungkinan dipengaruhi

responden dengan lama menstruasi < 3 hari hanya berjumlah 5 orang, yang juga

menyebabkan persentase responden dengan tingkat keparahan Moderate lebih

tinggi pada responden dengan lama menstruasi < 3 hari. Sedangkan untuk tingkat

keparahan Severe didapati paling tinggi pada responden dengan lama menstruasi >

7 hari. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa

semakin lama waktu menstruasi, maka semakin banyak prostaglandin yang

dilepaskan yang menyebabkan meningkatnya keparahan dismenore primer.

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas,

dapat dilihat bahwa tingkat keparahan dismenore pada mahasiswi FK USU

Angkatan 2012 ternyata berhubungan dengan berapa lama menstruasi berlangsung

(42)

41

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan pada 165 mahasiswi FK USU Angkatan 2012, ialah sebagai berikut:

1. Tingkat keparahan dismenore primer paling banyak berada pada

kategori Mild, yaitu 54,54% kemudian diikuti oleh kategori Moderate

(42,42%), dan kategori Severe (3,03%)

2. Gambaran lama menstruasi responden umumnya berada pada rentang

3 – 7 hari, sebesar 87,3%

3. Gambaran siklus menstruasi responden menunjukkan responden yang

memiliki siklus menstruasi 24 – 35 hari merupakan yang paling

banyak (84,8%).

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara lama menstruasi dengan

tingkat keparahan dismenore primer

6.2 Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Penelitian mengenai faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan

dismenore primer perlu dilakukan lagi untuk mengetahui faktor-faktor

apa saja yang benar-benar berpengaruh terhadap tingkat keparahan

dismenore primer sehingga dapat mengurangi dampak/beban yang

ditimbulkan oleh dismenore primer. Selain itu, dalam penelitian

selanjutnya diharapkan peneliti bisa memperkaya variabel-variabel

independennya karena banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi

(43)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menstruasi

2.1.1 Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa

uterus secara berkala. Menstruasi terjadi dalam interval-interval kurang lebih

teratur, siklis, dan dapat diperkirakan waktu-waktunya, sejak menarke sampai

menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi, atau mengalami intervensi

farmakologis (Cunningham, 2005). Menurut Proverawati & Misaroh (2009),

menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Siklus menstruasi dimulai dengan

menarche dan akan terus berlanjut hingga menopause sekitar usia 45 – 55 tahun

(Sadler et al, 2007 dalam Hand, 2010). Menarche adalah menstruasi pertama

perempuan yang umumnya terjadi pada sekitar 10-11 tahun (Manuaba ,2007).

2.1.2 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi merupakan pola bulanan ovulasi dan menstruasi, dimana

ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang matang dari ovarium dan menstruasi

adalah proses peluruhan darah, lendir, dan sel-sel epitel dari uterus secara periodik

dengan rata-rata jumlah kehilangan darah adalah 50 mL (Stright, 2001). Suzannec

(2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks yang

mencakup reproduktif dan endokrin.

Carr dan Wilson (1999) menyebutkan normalnya siklus ini berlangsung

rata-rata 28 + 3 hari dengan lama aliran menstruasi 4 + 2 hari. Menurut Manuaba

(2006), pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari

dan lama perdarahannya sekitar 3-5 hari. Sedangkan menurut Selby (2007) siklus

menstruasi normal terjadi disetiap 24 – 32 hari dengan lama perdarahan 1 – 7 hari

(rata-rata 4 – 5 hari). Selby (2007) juga mengatakan bahwa dua pertiga wanita

(44)

6

karena pada awal-awal menstruasi sistem hormonnya belum matang, dimana

siklus awalnya berkisar antara 21-42 hari.

Jumlah darah yang hilang saat menstruasi bervariasi. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ketebalan endometrium, pengobatan,

serta penyakit yang terkait dengan proses pembekuan darah. Jumlah darah yang

keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc atau 40 mL. Pada wanita yang lebih tua biasanya

darah yang keluar lebih banyak. Pada wanita dengan anemia defisiensi besi

jumlah darah haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc

dianggap patologik dan dapat menimbulkan anemia. Darah haid tidak membeku

mungkin disebabkan fibrinolisin (Hanafiah, 2009 dalam Wiknjosastro, 2007).

Ganong (2008) jumlah darah yang keluar normalnya dapat sekedar bercak hingga

80 mL, keluarnya darah menstruasi lebih dari 80 mL termasuk dalam kategori

abnormal. Puncaknya terjadi pada hari kedua atau ketiga dengan jumlah

pemakaianpembalut sekitar 2 – 3 buah (Manuaba, 2008).

Siklus menstruasi dikontrol oleh sekelompok hormon, terutama estrogen

dan progesteron. Kedua hormon tersebut dikeluarkan secara siklik oleh ovarium

pada masa reproduksi di bawah kontrol dua hormon gonadotropin, yaitu

folliclestimulating hormone (FSH) dan lutenizing hormone (LH). yang merupakan

stimulasi dari hipotalamus (Hand, 2010). Di bawah pengaruh hormon-hormon

tersebut, terjadi perubahan pada dinding endometrium rahim selama siklus

menstruasi (Jenkins et al, 2007 dalam Hand, 2010). Perubahan pada dinding

endometrium selama siklus menstruasi dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase

poliferasi (pre-ovulasi), fase sekretori (post-ovulasi), dan fase menstruasi itu

sendiri (Gibson, 2002).

Fase Proliferasi (Fase Esterogen) Siklus Endometrium. Pada permulaan setiap siklus menstruasi, sebagian besar endometrium mengalami

deskuamasi oleh proses menstruasi. Setelah menstruasi, hanya lapisan tipis stroma

endometrium tersisa pada basis endometrium asli, dan satu-satunya sel epitel yang

tertinggal terletak pada bagian dalam sisa-sisa kelenjar dan kriptus endometrium.

Di bawah pengaruh esterogen, yang sekresinya ditingkatkan oleh ovarium selama

(45)

berproliferasi. Permukaan endometrium mengalami reepitelisasi dalam 3-7 hari

setelah permulaan menstruasi (Guyton, 2003). Pada fase ini hormon estrogen

disekresi oleh folikel ovarium akibat pengaruh FSH (Gibson, 2002). FSH dari

hipofisis bertanggung jawab terhadap pematangan awal folikel ovarium, dan FSH

serta LH bersama-sama bertanggung jawab terhadap pematangan akhir. Letupan

sekresi LH menyebabkan ovulasi dan pembentukan awal korpus luteum (Ganong,

2008). Selama dua minggu pertama siklus seksual, yaitu sampai ovulasi, tebal

endometrium sangat bertambah. Pada saat ovulasi tebal endometrium sekitar 2

sampai 3 mm (Guyton, 2003).

Fase Sekresi (Fase Progesteron) Siklus Endometrium. Fase ini merupakan lanjutan dari fase poliferasi dimana estrogen tetap bertanggung jawab

terhadap proses perkembangan endometrium. Pada fase ini progesteron diproduksi

untuk mempersiapkan endometrium menerima ovum yang sudah dibuahi (Hand,

2010). Selama separuh terakhir siklus seksual, progesteron dan esterogen disekresi

dalam jumlah besar oleh korpus luteum. Esterogen menyebabkan proliferasi sel

tambahan dan progesteron menyebabkan pembengkakan hebat dan pembentukan

sekresi endometrium (Guyton, 2003). Endometrium berkembang terus dan

menjadi lebih vaskular (Gibson, 2002). Tujuan dari seluruh perubahan

endometrium ini adalah untuk menghasilkan endometrium yang banyak

menyekresi dan sangat banyak mengandung cadangan zat gizi yang dapat

memberikan keadaan yang sesuai untuk implantasi ovum yang telah dibuahi

selama separuh siklus haid (Guyton, 2003). Bila ovum tidak dibuahi, korpus

luteum akan mengalami regresi dan pasokan hormon untuk endometrium terhenti,

endometrium akan terlepas menghasilkan darah haid kemudian memulai daur

yang baru (Ganong, 2008). Selain itu, Ganong juga menyebutkan bahwa lama fase

sekretorik itu konstan, yaitu sekitar 14 hari dan variasi lama haid lebih

dipengaruhi oleh variasi lama fase poliferasi.

Fase menstruasi. Menstruasi disebabkan oleh pengurangan mendadak progesteron dan esterogen pada akhir siklus haid ovarium. Vasospasme yang

terjadi 24 jam sebelum menstruasi dan kehilangan rangsangan hormonal

(46)

8

kelenjar dikeluarkan dan kapiler-kapiler yang tidak mempunyai sokongan pecah

dan berdarah dengan lama fase sekitar 4 – 5 hari (Gibson, 2002).

(47)

2.1.3 Kelainan Menstruasi

Setiap wanita memiliki proses fisiologis yang serupa dalam setiap

menstruasi. Namun prosesnya tidak akan pernah sama karena akan dipengaruhi

berbagai macam faktor, salah satunya adalah hormon. Kelainan-kelainan dalam

menstruasi dapat di klasifikasikan sebagai berikut.

1. Gangguan dalam jumlah darah

a. Hipermenorea (Menorrhagia)

Hipermenorea ialah gangguan siklus menstruasi yang tetap teratur

namun jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak (Manuaba,

2009). Gould (2007) dalam Hand (2010) menyebutkan

menorrhagia terjadi jika kehilangan darah > 80 mL saat

menstruasi. Menorrhagia dapat disebabkan oleh fibroid, gangguan

pembekuan darah, atau kanker endometrium (Mc Veigh et al, 2008

dalam Hand, 2010).

b. Hipomenorea

Hipomenorea ialah sedikitnya volume darah yang keluar dengan

siklus normal. Jumlah pembalut yang digunakan umumnya kurang

dari 3 buah/hari.

2. Kelainan Siklus

a. Polimenorea

Polimenorea ialah siklus menstruasi yang terjadi kurang dari 20

hari.

b. Oligomenorea

Oligomenorea ialah siklus menstruasi yang terjadi di atas 35 hari.

c. Amenorea

Amenorea ialah keterlambatan menstruasi lebih dari 3 bulan

berturut-turut, menstruasi teratur setelah mencapai usia 28 tahun

(Manuaba, 2009). Ganong (2008) membagi amenorea menjadi dua

jenis, yaitu amenorea primer dan amenorea skunder. Dikatakan

(48)

10

mulai dan sekunder jika tidak terjadi menstruasi setelah mengalami

siklus menstruasi normal. Kemungkinan penyebab amenorea

primer ialah adanya kelainan genetik atau fisik seorang wanita

(Hand, 2010). Sedangkan penyebab amenorea sekunder umumnya

ialah kehamilan (Ganong, 2008 dan Blenkinsopp, 2004 dalam

Hand, 2010).

3. Perdarahan di luar siklus menstruasi atau biasa disebut metroragia.

Ganong (2008) mendefinisikan metroragia sebagai perdarahan dari

uterus yang terjadi di luar periode haid.

4. Gangguan lain yang menyertai menstruasi, yaitu

a. Premenstrual Tention

Premenstrual tention merupakan keluahan yang menyertai

menstruasi dan sering dijumpai pada masa reproduksi aktif. Hal ini

dapat disebabkan oleh kejiawaan yang labil (premature) dan juga

akibat terjadinya gangguan keseimbangan estrogen-progesteron.

b. Mastalgia

Mastalgia merupakan rasa berat dan bengkak pada payudara

menjelang menstruasi. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh

estrogen yang menyebabkan retensi natrium dan air pada payudara.

Tekanan pada ujung saraf menimbulkan rasa nyeri.

c. Mittelschmerz

Mittelchmerz merupakan rasa nyeri yang terjadi saat ovulasi.

Namun, hal ini jarang dirasakan oleh wanita.

d. Dismenore

Dismenore ialah nyeri di perut bawah sebelum atau bersamaan

dengan haid, yang menyebar ke daerah pinggang, dan paha

(Wiknjosastro, 2005). Nyeri ini sering terjadi pada usia muda dan

menghilang setelah kehamilan pertama. Gejala ini disebabkan oleh

(49)

e. Vicarious Menstruation

Vicarious menstruasi merupakan perdarahan yang terjadi pada

organ lainnya yang tidak ada hubungannya dengan endometrium.

Organ yang mengalami perdarahan ialah hidung sehingga

menimbulkan epistaksi dan lambung. Organ tersebut dapat

mengalami perdarahan sesuai dengan siklus menstruasi.

2.2 Dismenore

2.2.1 Definisi Dismenore

Dismenore merupakan salah satu gangguan menstruasi yang sering terjadi

pada wanita. Menurut Prawirohardjo (2008), Dismenore adalah nyeri selama haid

yang dirasakan di perut bawah atau pinggang, bersifat seperti mulas-mulas, seperti

ngilu, dan seperti ditusuk-tusuk. Dismenore juga didefinisikan sebagai rasa nyeri

saat menstruasi yang cukup dapat membatasi aktivitas normal atau membutuhkan

pengobatan (Loto et al, 2008). Jadi dapat disimpulkan bahwa Dismenore adalah

nyeri yang timbul pada bagian bawah abdomen saat menstruasi sehingga dapat

mengganggu aktivitas secara normal dan/atau membutuhkan pengobatan. Nyeri

ini dapat berkurang setelah menstruasi, namum pada beberapa wanita nyeri bisa

terus dialami selama periode menstruasi (Proverawati & Misaroh, 2009).

2.2.2 Klasifikasi Dismenore

Dismenore dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu dismenore primer dan

dismenore sekunder (French, 2005) (Loto et al, 2008) (Wiknjosastro, 2005).

Perbedaan antara dismenore primer dan sekunder terletak pada ada atau tidaknya

patologi pada organ pelvicnya, dikategorikan dalam dismenore sekunder jika

ditemukan patologi pada organ pelvisnya (French, 2005).

2.2.3 Derajat Dismenore

Menurut Fujiwara (2003) derajat dismenore dapat dibagi berdasarkan

tingkat keparahannya. Terdapat 3 tingkat keparahan untuk menentukan derajat

(50)

12

a. Derajat 1 ialah yang mengalami dismenore dan dapat diatasi tanpa

menggunakan obat.

b. Derajat 2 ialah yang mengalami dismenore dan mengatasi nyerinya

dengan menggunakan obat.

c. Derajat 3 ialah yang mengalami dismenore lalu berusaha mengatasi

rasa nyerinya dengan meminum obat namun tetap merasa nyeri.

Wanita yang tidak mengalami dysemenorrhea dapat masuk ke dalam kategori

derajat 0. Pembagian derajat ini didasarkan oleh Fujiwara pada responden yang

seluruhnya mengalami dismenore.

2.3 Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

anatomi pelvic. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche

biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada

bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai

dengan rasa nyeri (Badziad, 2003). Umumnya dimulai satu tahun setelah

menarche ketika siklus ovulasi sudah terbangun pertama kali dan paling banyak

dialami antara usia 15 – 25 tahun dan menurun setelah usia tersebut (Nathan,

2005).

Rasa nyerinya mulai muncul beberapa jam sebelum atau sesaat menstruasi

dimulai kemudian menghilang dalam beberapa jam hingga satu hari tapi

terkadang terjadi hingga 2 sampai 3 hari (Hudson, 2007). Sifat rasa nyeri ialah

kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat

menyebar ke daerah pinggang dan paha (Badziad, 2003) (Hudson, 2007). Lebih

dari setengah wanita yang mengalami nyeri juga memiliki gejala yang lain seperti

mual dan muntah, sakit kepala, diare, pusing, dan sakit punggung bagian bawah

(51)

2.3.1 Patofisiologi Dismenore Primer

Dismenore primer disebabkan oleh peningkatan kadar prostaglandin

(French, 2005). Kadar prostaglandin ditemukan lebih tinggi pada wanita yang

mengalami dismenore tingkat parah dari pada pada wanita dismenore dengan

intesitas sedang atau tidak mengalami dismenore (Lotto et al, 2008). Maza (2004)

juga menemukan peningkatan kadar PGF-2alpha menyebabkan kontaksi rahim

dan vasokontriksi yang mengakibatkan timbulnya nyeri berupa dismenore. Harel

(2002) menemukan bahwa aktivitas PGF-2alpha dua kali lebih tinggi pada wanita

yang dismenore dibandingkan yang tidak.

Gambar 2.2 Korelasi Jumlah Prostaglandin dan Keparahan Dismenore (Dawood, 2006)

Peningkatan produksi prostaglandin mungkin berhubungan dengan penurunan

kadar progesteron pada fase luteal akhir yang memicu aksi enzimatik litik,

menghasilkan pelepasan fosfolipid dengan generasi asam arakidonat dan aktivasi

dari jalur (COX) siklooksigenase (Hudson, 2007). Tingginya kadar prostaglandin

berhubungan dengan kontraksi uterus dan nyeri (French, 2005). Kontraksi

miometrial distimulasi oleh prostaglandin, khususnya PGF-2alpha (Maza, 2004)

dan PGE-2 (Hudson, 2007). Hal ini menyebabkan kontraksi sehingga

(52)

14

terjadinya peningkatan sensitivitas otot endometrium (Nathan, 2005)

menyebabkan iskemia dan nyeri (Hudson, 2007).

Hormon vasopresin juga mungkin terlibat dalam hipersensitifitas

miometrium. Vasopresin berperan meningkatkan kontraksi uterus dan

menyebabkan iskemik sebagai akibat vasokonstriksi (French,2005). Vasopresin

primer dalam endometrium mungkin berhubungan dengan sintesis dan pelepasan

prostaglandin (Nathan, 2005). Leukotrien juga berperan dalam pathogenesis

dismenore dengan menyebabkan tidak beraturannya irama kontraksi uterin dan

menurunkan aliran darah pada uterin (Kilic et al, 2008). Dalam studinya mengenai

leukotrien, Harel (2002) menemukan bahwa terdapat hubungan yang erat antara

LTC4 dan LTD4 dengan beratnya gejala dismenore pada wanita. Sejumlah besar

leukotrien telah ditemukan di endometrium dan darah menstruasi pada wanita

yang dismenore primer yang tidak merespon pengobatan antagonis prostaglandin

(Abu et al, 2000 dalam Kilic et al, 2008).

Harel (2002) mengatakan asam lemak omega-6 memiliki peran dalam

proses patofisiologi dismenore primer. Asam lemak omega-6 berperan dalam

(53)

Dismenore primer juga dikaitkan dengan faktor perilaku dan psikologis.

Meskipun faktor-faktor ini belum terbukti sebagai penyebab, namun harus

dipertimbangkan jika terapi medikamentosa gagal.

2.3.2 Faktor Risiko Dismenore Primer 2.3.2.1 Usia

Dismenore primer tidak terjadi pada saat menarche tetapi hanya terjadi

pada saat siklus ovulatorik dan umumnya baru terjadi setelah dua tahun

menstruasi (Wong et al, 2002). Dalam siklus anovulatorik, estrogen dilawan oleh

Siklo Oksigenase pospolifase A2

5-Lipoksigenase

(54)

16

progesteron sehingga menghasilkan sebuah lapisan endometrium yang tidak stabil

dan akhirnya rusak sehingga vasokonstriksi dan kontraktilitas miokard tidak

terjadi (Cakir et al, 2007). Studi yang dilakukan oleh Novia dan Puspitasari

(2008) menunjukkan bahwa dismenore primer paling banyak terjadi pada wanita

dengan golongan usia 21 – 25 tahun.

2.3.2.2 Indeks Masa Tubuh (IMT)

IMT dihitung sebagai perbandingan berat badan dalam kilogram (kg)

dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan (m2) (Gibson, 2005).

Tabel 2.1 Klasifikasi IMT berdasarkan WHO

Studi yang dilakukan oleh Tangchai et al (2004) menemukan nilai IMT

yang rendah juga berhubungan dengan dismenore dengan P = 0.02. Sedangkan

nilai IMT yang tinggi tidak dapat dianalisis karena hanya sedikit responden yang

termasuk ke dalam kategori tersebut. Nilai IMT yang rendah juga

ditemukan berhubungan dengan dismenore dengan nilai P = 0.011 (Loto et al,

2008). Widjanarko (2006) dalam Novia dan Puspitasari (2008) juga berpendapat

bahwa kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer karena di

dalam tubuhnya terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat

mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah (terdesaknya pembuluh darah oleh

jaringan lemak) pada organ reproduksi wanita sehingga darah yang seharusnya

mengalir pada proses menstruasi terganggu.Namun beberapa studi tetap tidak

(55)

2.3.2.3 Usia Menarche

Usia menarche dipengaruhi oleh kesehatan secara umum, faktor genetik,

sosioekonomi, dan status gizinya. Umumnya menarche terjadi pada usia 12 – 13

tahun dan bisa jadi lebih cepat dengan meningkatnya status gizi dan kesehatan

yang rendah (Cakir et al, 2007). Menarche pada usia 11 tahun atau lebih muda

memiliki risiko lebih tinggi dismenore primer dibandingkan dengan wanita yang

menarche di atas usia 11 tahun (Zukri et al, 2009). Menarche pada usia yang

sangat muda dapat disebabkan oleh adanya riwayat keluarga yang memang

pubertas lebih awal, obesitas, tumor pada kelenjar adrenal, dan pengeluaran

estrogen yang berlebihan (Mc Veigh et al, 2008 dalam Hand, 2010).

Umumnya, menarche di usia muda mengarah kepada siklus ovulatorik

yang lebih awal dan lebih awal pula mengalami gejala dismenore (Xiaoshu,

2010). Widjanarko (2006) dalam Novia dan Puspitasari (2008) menyatakan bahwa

alat reproduksi wanita harus berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, jika

menarche terjadi pada usia yang lebih awal dari normal, di mana alat reproduksi

masih belum siap untuk mengalami perubahan dan juga masih terjadi

penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit ketika menstruasi.

Xiaoshu (2010) menyatakan bahwa menarche di usia muda, interval menstruasi

yang pendek, serta aliran menstruasi yang banyak/berat diketahui bahwa terjadi

karena ada pengaruh hormon esterogen. Shin (2005) dalam Xiaoshu (2010)

menemukan hubungan antara esterogen dengan nyeri/ keram saat menstruasi

sebagai konsekuensi dari sintetis prostaglandin yang distimulasi oleh estrogen

yang meningkat. Peningkatan kadar esterogen mungkin juga dapat meningkatkan

terjadinya keram/nyeri menstruasi.

2.3.2.4 Lama Menstruasi

Lama menstruasi merupakan salah satu faktor risiko dismenore primer.

Shanon (2006) dalam Novia dan Puspitasari (2008) mengatakan semakin lama

menstruasi terjadi, maka semakin sering uterus berkontraksi, akibatnya semakin

banyak pula prostaglandin yang dikeluarkan. Sesuai dengan patologi dismenore,

(56)

18

kontraksi uterus yang terus menerus juga menyebabkan supply darah ke uterus

berhenti sementara dan terjadi dismenore. Hasil uji statistik dengan menggunakan

uji chi square pada penelitian Frenita diperoleh nilai p=0,046 artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore.

Rasio prevalens siswi dengan lama menstruasi ≥ 7 hari dan < 7 hari adalah 1,158

(0,746–0,999). Yang berarti siswi dengan lama menstruasi ≥ 7 hari kemungkinan

berisiko mengalami dismenore 1,2 kali lebih besar daripada siswi dengan lama

menstruasi < 7 hari (Frenita, 2013).

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Loto et al (2008) pada 409

mahasiswi tingkat pertama di Nigerian University setelah melakukan analisis

chi-square ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara lama menstruasi yang

lebih dari normal dengan dismenore dengan p-value 0,001. Variabel yang

signifikan kemudian di analisis kembali oleh Loto et al dengan menggunakan

regresi logistik. Hasil analisis menghasilkan p-value 0,001, yang berarti bahwa

lama menstruasi berhubungan secara bermakna dengan dismenore.

2.3.2.5 Riwayat Keluarga

Wanita yang memiliki riwayat keluarga seperti ibu yang dismenore

cenderung 5.37 kali lebih berisiko dismenore primer dibandingkan dengan wanita

yang tidak memiliki riwayat keluarga (Zukri et al, 2009). Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Novia dan Puspitasari (2008) menemukan bahwa responden

yang mempunyai riwayat keluarga atau keturunan dismenore primer mempunyai

risiko 0,191 kali untuk terkena dismenore primer dibandingkan dengan responden

yang tidak memiliki riwayat keluarga atau keturunan dismenore primer.

Dismenore primer sebagian besar dialami oleh wanita yang memiliki

riwayat keluarga atau keturunan yang dismenore primer pula. Dua dari tiga wanita

yang menderita dismenore primer mempunyai riwayat dismenore primer pada

keluarganya. Sebelumnya mereka sudah diingatkan oleh ibunya bahwa

kemungkinan besar akan menderita dismenore primer juga seperti ibunya (Novia

(57)

2.3.2.6 Aktivitas Fisik

Menurut Abbaspour (2005), wanita yang teratur berolahraga didapatkan

penurunan insidensi dismenore. Hal ini mungkin disebabkan efek hormonal yang

berhubungan dengan olahraga pada permukaan uterus, atau peningkatan kadar

endorfin yang bersirkulasi. Diduga olahraga bekerja sebagai analgesik nonspesifik

yang bekerja jangka pendek dalam mengurangi nyeri. Tetapi menurut Abbaspour

(2005), kombinasi dari faktor organik, psikologikal, dan sosiokultural juga

berperan.

2.3.2.7 Stress

Stress dan tekanan memiliki peran yang besar dalam etiologi dismenore.

Faktor psikososial dalam hal ini adalah stress yang merupakan penyebab langsung

yang dapat menyebabkan terjadinya dismenore primer (Tambayong, 2000).

Menurut Hudson (2007), dismenore dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

termasuk kebiasaan dan faktor psikologis. Stress merupakan salah satu faktor

psikologis manusia di mana faktor ini dapat menyebabkan aliran darah tidak

lancar sehingga terjadi defisiensi oksigen di uterus (iskemia) dan meningkatkan

produksi dan merangsang prostaglandin (PGs) di uterus.

Stress telah terbukti menyebabkan perubahan hormonal melalui sumbu

hipotalamik pituitari-ovarium (HPO) yang menyebabkan perubahan dalam

hormon ovarium yang mungkin membuat wanita lebih rentan terhadap gangguan

menstruasi (Nepomnaschy et al, 2004 dalam Gollenberg, 2010). Melalui aktivasi

sumbu HPO, dapat mengubah kadar hormon ovarium atau menstimulasi sistem

saraf simpatik yang menyebabkan perubahan kadar neurotransmitter dan proses

otak lainnya (Freeman et al, 2001 dalam Gollenberg, 2010).

Tiga mekanisme potensial yang berhubungan dengan kadar stress ialah

neurotransmitter epinefrin, norepinefrin, dan serotonin. Gollenberg (2010)

menemukan bahwa perubahan kadar norepinefrin dan epinefrin berhubungan

dengan kegelisihan dan suasana hati. Gollenberg (2010) menyimpulkan bahwa

psikologikal stres mengarah kepada meningkatnya sensitivitas yang dapat

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.2 Tingkat keparahan dismenore
Tabel 5.1
Tabel 5.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian untuk melihat hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011,

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan stres dengan siklus menstruasi yang tidak teratur pada mahasiswi Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2007.. Penelitian dilakukan

Simpulan Penelitian : Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kualitas tidur dengan kejadian dan derajat dismenore primer pada mahasiswi Fakultas

dari setengah wanita yang mengalami nyeri juga memiliki gejala yang lain seperti. mual dan muntah, sakit kepala, diare, pusing, dan sakit punggung bagian

Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.. Penerbit Buku

Hasil : Berdasarkan Hasil penelitian didapatkan bahwa pada Mahasiswi FK USU sindrom tingkat kecemasan yang paling banyak adalah Tingkat kecemasan ringan ( 49% ) dimana

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan stres dengan siklus menstruasi yang tidak teratur pada mahasiswi Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2007.. Penelitian dilakukan

Tujuan penelitian untuk melihat hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011,