LAMPIRAN
a. Lampiran 1
Data Penetapan dan Perhitungan Kadar Minyak Atsiri Cengkeh Tabel 3. Data Perhitungan Minyak Atsiri pada Cengkeh
No Berat Sampel Volume yang terbaca
1 35.0000 g 7,1 ml
2 34,8276 g 6.9 ml
3 36.1031 g 6.2 ml
Perhitungan:
Kadar minyak Atsiri = ������ ������ ���� ������ (��)
����� �������� � 100%
Kadar minyak atsiri 1 = 7,1 ml
35,0000� 100% = 20,2857%
Kadar minyak atsiri 2 = 6,9 ��
34,0000� 100% = 19,8118%
Kadar minyak atsiri 3 = 6,2 ��
36,1031� 100% = 17.1730%
Kadar minyak atsiri rata-rata = 20,2857 +19,8118 +17.1730
3 = 19, 090 %
b. Lampiran 2
Penentuan Indeks Bias
m m
m m d
− − =
1 2 20 20 c. Lampiran 3
Penentuan Bobot Jenis
Minyak bunga cengkeh:
Data: m : 27,6599
m1 : 37,1783
m2 : 37,6760
Perhitungan:
Bobot Jenis
= 37,6760−27,6599 37,1783−27,6599 = 10,0161
9,5184
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2011). Minyak Atsiri
28 April 2013
Agusta,A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung:Penerbit ITB. Halaman 8.
Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri Jilid I (Terjemahan), Jakarta: Penerbit UI- Press.Halaman 441.
Guenther, E. (1990). Minyak Atsiri Jilid I (Terjemahan). Jakarta: Penerbit UI-Press. Halaman 448, 483-484.
Gunawan, D dan Sri,M. (2010). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi), Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 106-107,120.
Hapsoh dan Yaya, H. (2011). Budidaya Tanaman Obat Dan Rempah. Medan:USU Press. Halaman 89-91.
Kardinan, A. (2005). Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh Potensi. Jakarta: Penerbit Agro Media Pustaka. Halaman 12, 55-56.
Lutony, T.L., dan Rahmayati, Y. (2000). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 67-72.
Nurdjannah, N. (2004). Diversifikasi Penggunaan Cengkeh.Bogor: Volume 3 dari 2. Halaman 4.
Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 9-10.
Standar Nasional Indonesia. SNI 01-3392-1994, ICS 67.220.10. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Halaman 2-7.
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1. Penetapan Kadar Minyak Atsiri dengan Metode Destilasi 3.1.1. Alat dan Bahan
3.1.1.1 Alat
- Alat Destilasi
- Beaker gelas
- Batang pengaduk
- Corong
- Labu destilasi 1000 ml
- Spatula
- Timbangan analitik
3.1.1.2 Bahan
- Aquadest
- Vaselin
- Serbuk bunga cengkeh
3.1.2 Prosedur Kerja
-Timbang dengan teliti mendekati 1 gram, kira-kira sampai 35-40 gram
serbuk cengkeh dengan beaker gelas dan pindahkan kedalam labu destilasi.
-Tambahkan air suling sampai terendam air serbuk cengkeh seluruhnya dan
aduk dengan sempurna. Kedalam labu destilasi sebelumnya telah diberi
-Sambungkan labu didih dengan volatile oil trap, tambahkan aquades ke
dalam trap.
-Lalu sambungkan lagi dengan kondesor refluks, panaskan labu didih
tersebut beserta isinya sampai mendidih selama lebih kurang 6-7 jam.
-Destilasi dihentikan bila tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes
bersama air atau volume minyak tidak bertambah.
- Dinginkan labu destilasi beserta isinya sampai suhu kamar atau bisa juga
merendam labu dalam air. Kemudian baca volume minyak dalam
penampung atau volatile oil trap.
3.1.3 Perhitungan:
Kadar minyak atsiri dinyatakan dalam presentase volume/bobot sebagai berikut:
�
� � 100%
Dimana V= volume minyak yang dibaca (ml)
M = bobot contoh uji (gram)
Data perhitungan kadar minyak atsiri cengkeh tertera pada Tabel 6 di
bawah ini.
Kadar minyak Atsiri = ������ ������ ���� ������ (��)
����� �������� � 100% =…. %
3.2Penentuan Indeks Bias 3.2.1 Alat
-Refraktometer
-Water bath
3.2.2 Bahan
- Minyak atsiri cengkeh
- Aquades
3.2. 3 Prosedur kerja
-Alirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu dimana
pembacaan akan dilakukan.
-Suhu tidak boleh berbeda lebih dari ± 2oC dari suhu refrensi dan harus
dipertahankan dengan toleransi ± 0,2oC.
-Sebelum minyak tersebut ditaruh di dalam alat, minyak harus berada pada
suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan.
-Pembacaan dilakukan bila suhu telah stabil.
3.3Penentuan Bobot Jenis 3.3.1 Alat
-Timbangan analitik
-Penangas air
-Piknometer berkapasitas 10 ml
- Termometer
3.3.2 Bahan
- etanol
- Minyak atsiri cengkeh
3.3.2 Prosedur Kerja
m m m m d − − = 1 2 20 20
-Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara kering dan
sisipkan tutupnya.
-Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan
timbang (m).
-Isi piknometer dengan aquadest yang telah dididihkan dulu pada suhu
20⁰C sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara.
-Celupkan piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20⁰C ±0,2⁰C
selama 30 menit. Sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya.
-Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit,
kemudian timbang dengan isinya (m₁).
-Kosongkan piknometer tersebut cuci dengan etanol dan dietil eter,
kemudian keringkan dengan arus udara kering.
-Isilah piknometer dengan minyak cengkeh dan hindari adanya
penggelembungan udara.
-Celupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20⁰C
±0,2⁰C selama 30 menit. Sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer
tersebut.
-Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan
timbang(m₂).
3.3.4 Perhitungan
Bobot Jenis =
m = Massa,dalam gram, piknometer kosong.
m1 = Massa, dalam gram, piknometer berisi air pada 20oC
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan mutu sampel minyak cengkeh yang dilaksanakan di
Laboratorium Minyak Nabati di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang
(BPSMB) Medan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Hasil Penetapan Kadar Minyak AtsiriPada Cengkeh
Parameter Berat Sampel Volume Total Hasil (%)
Kadar Minyak Atsiri 1 35.0000 g 7,1 ml 20,2857%
Kadar Minyak Atsiri 2 34,8276 g 6.9 ml 19,8118%
Kadar Minyak Atsiri 3 36.1031 g 6.2 ml 17.1730%
Tabel 4. Perbandingan Hasil dan Persyaratan Minyak Cengkeh
Parameter Hasil Persyaratan
Bobot Jenis 1.04134 1,030 – 1,060 g/ml
Indeks Bias 1,551 1,527-1,535
4.2 Pembahasan
Dari hasil data di atas dapat dilihat bahwa kadar minyak atsiri cengkeh
yang pertama adalah 20,2857%, hasil ini menunjukkan kadar minyak atsiri
cengkeh dengan berat sampel 35,0000 g memenuhi Persyaratan Mutu I pada SNI
memenuhi persyaratan dikarenakan terjadinya penguapan minyak selama proses
penggilingan dan selang waktu antara penggilingan dan penyulingan. Karena itu
untuk mencegah penguapan, proses destilasi harus dilakukan segera setelah proses
penggilingan. Dan dapat dilihat dari parameter lain, yaitu Bobot Jenis adalah
1.04134 ini memenuhi persyaratan SNI 01-3392-1994, sedangkan Indeks biasnya
tidak memenuhi syarat Mutu yang ada di SNI ini dikarenakan pengerjaan yang
kurang baik saat uji indeks bias pada cengkeh dan mutu cengkeh.
Dan menurut Guenther, nilai indeks juga dipengaruhi salah satunya
dengan adanya air dalam kandungan minyak cengkeh tersebut. Semakin banyak
kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat dari
air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan
nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri
dengan nilai indeks bias yang kecil (Sastrohamidjojo, 2004).
Kandungan utama minyak atsiri bunga cengkeh adalah eugenol (70-80%).
Kualitas minyak cengkeh dievaluasi dari kandungan fenol, terutama eugenol.
Kadar eugenol minyak atsiri kuncup bunga relatif lebih tinggi daripada tangkai
bunganya. Besarnya komponen kimia minyak atsiri cengkeh dapat berbeda
tergantung pada faktor iklim, musim, lokasi geografis, geologi, bagian tanaman
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil yang diperoleh pada pemeriksaan Kadar Minyak Atsiri Pertama dan
Bobot jenis adalah memenuhi persyaratan mutu menurut Standar Nasional
Indonesia. Dimana hasil yang diperoleh berada di rentang ataupun berada di
bawah kadar maksimal yang dipersyaratkan Standar Nasional Indonesia. Nilai
tersebut meliputi : Kadar Minyak Atsiri 20,2857 %, Bobot Jenis dengan nilai
1.04134, indeks bias dengan nilai 1,551 tidak memenuhi persyaratan karena nilai
yang didapat berbeda dengan nilai persyaratan yaitu 1,527-1,535. Karena pada
minyak terdapat air dimana sifat dari air tersebut mudah untuk membiasakan
cahaya yang datang.
5.2. Saran
- Dalam penggunaan cengkeh hendaknya diperhatikan baik pemanfaatannya
dan mengetahui cengkeh yang bermutu baik.
- Diharapkan kepada UPTD BPSMB Medan dapat menjaga fasilitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Cengkeh
Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis
menyelundupkan tanaman ini dan menanamnya di Madagaskar dan Zanzibar. Dan
ternyata tanaman itu tumbuh baik di kedua Negara dan menjadi penghasil cengkeh
di dunia disamping Indonesia (Guenther, 1987).
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Cengkeh
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyletydoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Eugenia
Species : Eugenia aromatic; Syzigium aromaticum
2.1.2 Deskripsi Tanaman
Cengkeh (Syzigium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang
dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan
hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20-30
meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh
mudah patah. Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk
kerucut (Hapsoh, 2011).
Bunga dan buah Cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan
tangkai pendek serta berdandan. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan
berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah
mencapai panjang 1,5-2 cm. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna
keungu-unguan, kemudian berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua.
Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab
mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur
4-7 tahun (Hapsoh, 2011).
2.1.3 Syarat Tumbuh
Tanaman cengkeh tumbuh baik pada daerah antara 20 oLU – 20 o LS. Suhu
udara yang cocok untuk tanaman cengkeh adalah 21-35oC dengan ketinggian ideal
200-300 m dpl. Tanaman cengkeh tumbuh dan berproduksi pada dataran rendah,
sedangkan pada dataran tinggi tanaman cengkeh lambat bahkan tidak berproduksi
sama sekali. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan
mendapat sinar matahari langsung. Di Indonesia, cengkeh cocok ditanam baik
didaerah daratan rendah dekat pantai maupun dipegunungan pada ketinggian 900
meter di atas permukaan laut. Tanaman cengkeh menghendaki kesuburan tanah
yang sedang dengan strukutur tanah gembur dan solum tanah dalam serta
bedrinase baik, dengan pH 5,5-6,5. Lahan yang dipilih sebaiknya bertopografi
Tanaman cengkeh juga menghendaki iklim dengan curah hujan yang merata
sepanjang tahun karena tanaman ini tidak tahan terhadap musim kemarau yang
terlalu berkepanjangan. Curah hujan yang dikehendaki pada bulan kering berkisar
antara 60-80 mm per bulan atau menghendaki bulan-bulan basah selama sembilan
bulan dan bulan-bulan kering selama tiga bulan dengan curah hujan berkisar
antara 2.000 – 4.000 mm per tahun (Lutony, 2000).
2.2 Minyak Cengkeh
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Diperoleh dari bagian-
bagian tertentu tanaman cengkeh, yaitu dari bunga, gagang, atau tangkai bunga
dan daun cengkeh. Minyak cengkeh dapat dihasilkan dari ketiga bagian tanaman
cengkeh (Lutony, 2000).
Tanaman cengkeh berasal dari Maluku. Sekarang banyak tumbuh di
Zanzibar, Tanzania, Amerika latin, Brasil. Bagian tanaman yang dimanfaatkan
adalah bunga dan daun. Namun demikian, bunga lebih utama dimanfaatkan
karena mengandung minyak atsiri sampai 20% disebut sebagai oleum
caryphyllum. Minyak cengkeh, terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95%
dari jumlah minyak atsiri keseluruhan (Gunawan, 2010).
Tingkat kemasakan bunga sangat berpengaruh terhadap mutu cengkeh. Saat
terbaik untuk panen cengkeh adalah ketika bunga cengkeh tumbuh penuh dan
warna dari pangkal bunganya telah berubah dari hijau ke merah muda. Apabila
dipanen terlalu awal, bunga cengkeh berkerut dan mengandung eugenol yang
terlanjur mekar sehingga setelah dikeringkan diperoleh bunga cengkeh dengan
kualitas rendah, tanpa kepala, dan rendemennya rendah (Kardinan, 2005).
Parameter syarat mutu minyak cengkeh dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah
ini.
Tabel 1 Parameter Syarat Mutu Minyak Cengkeh SNI 01-3392-1994
No Spesifikasi Satuan Mutu
I II II
1 Ukuran - Rata Rata Rata
2 Warna - Coklat
kehitam-hitaman mengkilap Coklat Kehitam-hitaman Coklat Kehita m-hitaman
3 Bau - Tidak
“ apek”
Tidak “apek”
Tidak “apek” 4 Bahan asing
(bobot/bobot) maks
% 0.5 1.0 1,0
5 Gagang cengkeh (bobot/bobot) maks
% 1,0 3,0 5,0
6 Cengkeh inferior (bobot/bobot) maks
% 2,0 2,0 5,0
7 Cengkeh rusak - Negatif Negatif Negatif
8 Kadar air (bobot/bobot) maks
% 14,0 14,0 14,0
9 Kadar minyak atsiri (bobot/bobot) maks
% 20 18 16
2.2.1 Penentuan Kadar Minyak Atsiri pada Minyak Cengkeh
Penentuan kadar minyak atsirinya dapat dilakukan dengan metode
penyulingan air. Dimana simplisia yang digunakan mengalami kontak langsung
dengan air mendidih. Dan minyak akan tertampung di alat destilasi dan dihitung
kadarnya.
Minyak bunga cengkeh warnanya coklat, bau aromatik kuat, rasa agak
besar, baik dalam bunga (10-20%), tangkai (5-10%) maupun daun (1-4%). Bagian
bunga mengandung fixed oil(lemak), resin, tanin, protein, selulosa, 11 pentosan
dan mineral dengan minyak atsiri sebagai komponen yang paling banyak
kandungan utama minyak atsiri bunga cengkeh adalah eugenol (70-80%)
(Guenther, 1987). Kualitas minyak cengkeh dievaluasi dari kandungan fenol,
terutama eugenol. Karena minyak cengkeh mengandung beberapa aseteugenol
(eugenol asetat), sebagai tambahan kepada eugenol bebas, telah menjadi
kebiasaan untuk menyabunkan zat yang tersebut terdahulu dan melaporkan
kandungan fenol total sebagai eugenol. Minyak yang baru disuling hampir tidak
berwarna sampai kekuningan, cairan yang refraktif kuat, yang semakin menggelap
oleh aging atau ketuaan. Bau dan flavornya bersifat tipikal rempah, aromatik
tinggi, kuat, dan tahan lama (Guenther,1987).
Spesifikasi minyak atsiri pada bunga cengkeh dapat dilihat pada Tabel 2
dibawah ini.
Tabel 2. Spesifikasi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh Sesuai SNI 06-4267-1996
No Jenis Uji Persyaratan
1
1.1
1.2
Keadaan
Warna
Bau
Tidak berwarna – kuning muda
Khas minyak cengkeh
2 Bobot Jenis 200C/200C 1.030-1.060
2.2.2 Mutu Minyak Cengkeh
Komponen yang terkandung di dalam minyak cengkeh adalah terpena dan
turunannya, sama dengan komponen yang terdapat dalam minyak atsiri lain.
Terpena sangatlah penting dalam kegiatan industri. Komponen ini banyak
digunakan dalam parfum, flavor, obat-obatan, cat plastik, dan lain sebagainya.
Jenis terpena yang penting dalam minyak cengkeh yaitu eugenol. Menurut
Guenther, kadar terpena dalam minyak cengkeh mencapai 70-90%. Terpena yang
lainnya, diantaranya berupa eugenol asetat dan caryophylene. Ketiga senyawa
terpena tersebut menjadi komponen utama penyusun minyak cengkeh dengan
kadar total dapat mencapai 99% dan minyak atsiri yang dikandungnya (Lutony,
2000).
Kandungan minyak atsiri di dalam bunga cengkeh mencapai 21,3% dengan
kadar eugenol antara 78-95%. Menurut Gilddemister dan Hoffman, sifat fisik dan
kimia minyak bunga cengkeh adalah berat jenis pada 15oC antara 1.0465-1.0681,
putaran optic antara 0- (-) 2o30, dan kandungan eugenol antara 79-95 (Lutony,
2000).
2.2.3 Kegunaan Minyak Cengkeh
Pemanfaatan minyak cengkeh cukup luas terutama untuk penggunaan
dalam industri makanan, minuman dan rokok kretek. Cengkeh juga dimanfaatkan
dalam industri wewangian dan bahan untuk pembuatan vanillin sintetis yang
banyak digunakan dalam industri makanan dan minuman. Dan selain industri
makanan, minuman, rokok kretek dan wewangian. Cengkeh juga sudah lama
efek farmakologi sebagai stimulan, anestetik lokal, karminatif, antiemetik,
antiseptik dan antispasmodik (Nurdjannah, 2004).
2.3 Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan,
yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji
maupun dari bunga dengan beberapa cara penyulingan minyak atsiri
(Sastrahamidjojo, 2004).
aetheric oil), minyak esensial
dan minyak aromatik adalah kelompok besar minyak nabati yang berupa cairan
kental namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak
atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk
pengobatan alami). Sulingan minyak atsiri dikenal sebagai biang minyak wangi.
Para ahli menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang
biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan
(hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam
mempertahankan ruang hidup (Admin, 2011).
2.3.1 Sifat-sifat Minyak atsiri
Adapun sifat-sifat minyak atsiri diterangkan sebagai berikut.
- Tersusun oleh bermacam- macam komponen senyawa
- Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau
minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari
- Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi
kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit,
tergantung dari jenis komponen penyusunnya.
- Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa lain) mudah
menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas
maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada
benda yang ditempel.
- Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah
menjadi tengik.
- Indeks bias umumnya tinggi.
- Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisari dengan
rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki
atom C asimetrik.
- Pada umumnya tidak dapar bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut
hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya
sangat kecil.
- Sangat mudah larut dalam pelarut organik (Gunawan, 2010).
2.3.2 Parameter Minyak Atsiri
Beberapa parameter yang biasanya dijadikan standar untuk
mengenali kualitas minyak atsiri meliputi:
2.3.2.1 Bobot Jenis
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu
sudah sering dicantumkan dalam pustaka. Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar
antara 0,696-1,188 pada 15 derajat. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis
yang praktis dan tepat digunakan. Bentuk kerucut piknometer bervolume sekitar
10 ml, dilengkapi dengan sebuah termometer dan sebuah kapiler dengan gelas
penutup (Guenther, 1987).
2.3.2.2 Indeks Bias
Indeks bias minyak merupakan perbandingan sinus sudut sinar jatuh dan
sinus sudut sinar pantul cahaya yang melalui minyak. Pembiasan ini disebabkan
karena adanya interaksi antara gaya elektrostatik dan elektromagnetik atom-atom
dalam molekul minyak. Pengujian ini dapat digunakan untuk mengetahui
kemurnian minyak (Sudarmadji, 1989).
Menurut Guenther, Jika cahaya melewati media kurang padat ke media
lebih padat, maka sinar akan membelok atau “membias” dari garis normal. Jika e
adalah sudut sinar pantul, dan i sudut sinar datang, maka menurut hukum
pembiasan dimana n adalah indeks bias media kurang padat, dan N, indeks bias
media lebih padat. Refraktometer adalah alat yang tepat dan cepat untuk
menetapkan nilai indeks bias. Dari beberapa tipe refraktometer maka yang
dianggap paling baik adalah refraktometer pulfrich dan Abbe (Guenther,1987).
2.3.3 Metode Penyulingan Minyak atsiri
Dalam industri minyak atsiri, penyulingan minyak atsiri dapat dibagi
2.3.3.1Penyulingan Dengan Air
Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air
mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna
tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan
secara langsung. Sejumlah bahan tanaman ada kalanya harus diproses dengan
penyulingan air sewaktu terendam dan bergerak bebas dalam air mendidih.
Sedangkan bila bahan tersebut diproses dengan penyulingan uap maka akan
menyebabkan terjadinya pengumpulan hingga uap tidak menembusnya.
Penyulingan air ini tidak ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung
(Sastrahamidjojo, 2004).
2.3.3.2Penyulingan Dengan Uap dan Air
Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air
ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang
yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi
air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Air dipanaskan dengan api seperti
pada penyulingan air di atas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena
uap, dan tidak terkena air yang mendidih. Kemudian bentuk dan bagian-bagian
alat penyulingan ini akan diuraikan (Sastrahamidjojo, 2004).
2.3.3.3Penyulingan Dengan Uap
Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap atau penyulingan uap
langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling sebelum hanya
saja tidak ada air dibagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki
penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan
kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan (Sastrahamidjojo, 2004).
Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dari ketiga proses penyulingan.
Tetapi bagaimanapun juga dalam prakteknya hasilnya akan berbeda bahkan
kadang-kadang perbedaan ini sangat berarti, karena tergantung pada metode yang
dipakai dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama berlangsungnya penyulingan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Minyak atsiri merupakan zat berbau yang terkandung dalam tanaman.
Minyak ini disebut minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena
pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Dalam keadaan
segar dan murni tanpa pencemar, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun,
pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin
serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap) (Gunawan, 2010).
Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia
dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik
mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol,
oksida,ester, aldehida dan eter. Minyak cengkeh termasuk salah satu komponen
kimia yang sangat tinggi. Minyak cengkeh (Eugenia aromatica) mengandung
senyawa fenol sekitar 85%, terutama eugenol (Agusta, 2000).
Dan untuk melakukan penetapan kadar minyak atsiri pada cengkeh metode
destilasi adalah metode yang paling tepat, karena metode ini dapat digunakan
untuk bahan yang kebanyakan dapat rusak akibat panas dan kering (Gunawan,
Pada penelitian dilakukan pengujian penetapan kadar minyak atsiri pada
cengkeh dan pengujian mutu daripada minyak cengkeh berdasarkan SNI
01-3392-1994 dan SNI 06-4267-1996.
1.2Tujuan
- Untuk mengetahui nilai penetapan kadar minyak atsiri pada bunga cengkeh
- Untuk mengetahui metode yang sesuai pada penetapan kadar minyak atsiri
cengkeh
1.3Manfaat
Adapun manfaat tugas akhir ini yaitu:
- Untuk menentukan kadar minyak atsiri pada bunga cengkeh
Determination of Essential Oil Content At Clove Abstract
Cloves are the dried flower buds of the clove tree Eugenia drying caryophhyllata (aromaticus caryophyllus L.). Besides containing clove essential oils also contain a chemical compound called eugenol, oleanolat acid, acid galotenat, fenilin, karyofilin, resins, and gums. Smelling essential oil is a substance contained in the plant. This oil is called oil evaporate, etheric oils, or oils asensial because at ordinary temperatures (room temperature) easily evaporate in the open air. The purpose of this study was to determine the levels of essential oil in cloves with water distillation method, so it can be used as a test to determine the quality parameters in UPDT BPSMB Medan.
Clove oil is an essential oil phenols. Retrieved from certain parts of the clove plant, which is of interest, handles, or flower stalk and leaf clovers. Clove oil is often used to eliminate bad breath and to relieve toothache. Determination of the oil clove is 20,2587%. Do also testing the quality of cloves with a few parameters, namely the specific gravity value of 1.04134 which indicates that the specific gravity values that are tested to meet syaratSNI cloves 01-3392-1994, while the refractive index with a value of 1,551 SNI 01-3392-1994 ineligible because the value of the refractive index is affected by the presence of water in the clove oil content. The more water content, the smaller the value of refractive index. This is due to the nature of water is easy to refract incoming light
Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Cengkeh Abstrak
Cengkeh adalah kuncup bunga yang dikeringkan dengan penjemuran dari pohon cengkeh Eugenia caryophhyllata (Caryophyllus aromaticus L.). Bunga cengkeh selain mengandung minyak atsiri juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotenat, fenilin, karyofilin, resin, dan gom. Minyak atsiri merupakan zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut minyak menguap, minyak eteris, atau minyak asensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak atsiri pada cengkeh dengan metode destilasi air, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu parameter uji untuk menentukan mutunya di UPDT BPSMB Medan.
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Diperoleh dari bagian-bagian tertentu tanaman cengkeh, yaitu dari bunga, gagang, atau tangkai bunga dan daun cengkeh. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Kadar minyak cengkeh yang diperoleh dari pengujian adalah 20,2857%. Dilakukan juga pengujian mutu cengkeh dengan beberapa parameter yaitu bobot jenis dengan nilai 1.04134 dimana nilai bobot jenis menunjukkan bahwa cengkeh yang diuji memenuhi syaratSNI 01-3392-1994, sedangkan indeks biasnya dengan nilai 1,551 tidak memenuhi syarat SNI 01-3392-1994 karena nilai indeks bias dipengaruhi dengan adanya air dalam kandungan minyak cengkeh tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang.
PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA CENGKEH
TUGAS AKHIR
OLEH:
CHARLA CHRISTINA NIM 102410004
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan Anugerah dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat
menempuh perjalanan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Tugas Akhir ini berjudul “Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Cengkeh”.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara Medan.
Dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini, ternyata tidaklah semuda
yang dibayangkan sebelumnya. Namun berkat dorongan, semangat dan dukungan
dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga
terselesaikannya tugas akhir ini. Khususnya dorongan dari kedua orang tua
penulis baik moril maupun materil serta doa dan yang mempunyai peran sebagai
Inspirator dan pemacu semangat penulis agar tidak pernah berhenti untuk
menempuh cita-cita yang diharapkan.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang
tidak terhingga kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Sumadio Hadisahputra,Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan nasehat serta perhatiannya hingga
2. Bapak Prof.Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi
Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara Medan.
3. Seluruh dosen/staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Darwati, beserta Koordinator dan staf Laboratorium Unit Pelayanan
Teknis Daerah Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPTD BPSMB)
Medanyang telah memberi fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan.
5. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
Sebagai seorang manusia dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dikuasai,
penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari sempurna
sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun, oleh
karena itu penulis menerima dengan senang hati bagi yang ingin menyumbangkan
masukan dan kritik demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun bagi pembaca.
Medan, Mei 2011
CHARLA CHRISTINA
Determination of Essential Oil Content At Clove Abstract
Cloves are the dried flower buds of the clove tree Eugenia drying caryophhyllata (aromaticus caryophyllus L.). Besides containing clove essential oils also contain a chemical compound called eugenol, oleanolat acid, acid galotenat, fenilin, karyofilin, resins, and gums. Smelling essential oil is a substance contained in the plant. This oil is called oil evaporate, etheric oils, or oils asensial because at ordinary temperatures (room temperature) easily evaporate in the open air. The purpose of this study was to determine the levels of essential oil in cloves with water distillation method, so it can be used as a test to determine the quality parameters in UPDT BPSMB Medan.
Clove oil is an essential oil phenols. Retrieved from certain parts of the clove plant, which is of interest, handles, or flower stalk and leaf clovers. Clove oil is often used to eliminate bad breath and to relieve toothache. Determination of the oil clove is 20,2587%. Do also testing the quality of cloves with a few parameters, namely the specific gravity value of 1.04134 which indicates that the specific gravity values that are tested to meet syaratSNI cloves 01-3392-1994, while the refractive index with a value of 1,551 SNI 01-3392-1994 ineligible because the value of the refractive index is affected by the presence of water in the clove oil content. The more water content, the smaller the value of refractive index. This is due to the nature of water is easy to refract incoming light
Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Cengkeh Abstrak
Cengkeh adalah kuncup bunga yang dikeringkan dengan penjemuran dari pohon cengkeh Eugenia caryophhyllata (Caryophyllus aromaticus L.). Bunga cengkeh selain mengandung minyak atsiri juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotenat, fenilin, karyofilin, resin, dan gom. Minyak atsiri merupakan zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut minyak menguap, minyak eteris, atau minyak asensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak atsiri pada cengkeh dengan metode destilasi air, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu parameter uji untuk menentukan mutunya di UPDT BPSMB Medan.
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Diperoleh dari bagian-bagian tertentu tanaman cengkeh, yaitu dari bunga, gagang, atau tangkai bunga dan daun cengkeh. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Kadar minyak cengkeh yang diperoleh dari pengujian adalah 20,2857%. Dilakukan juga pengujian mutu cengkeh dengan beberapa parameter yaitu bobot jenis dengan nilai 1.04134 dimana nilai bobot jenis menunjukkan bahwa cengkeh yang diuji memenuhi syaratSNI 01-3392-1994, sedangkan indeks biasnya dengan nilai 1,551 tidak memenuhi syarat SNI 01-3392-1994 karena nilai indeks bias dipengaruhi dengan adanya air dalam kandungan minyak cengkeh tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Abstrak ... v
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
Daftar Lampiran ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Dan Manfaat ... 2
1.2.1 Tujuan... 2
1.2.2 Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Tanaman Cengkeh ... 3
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Cengkeh ... 3
2.1.2 Deskripsi Tanaman ... 3
2.1.3 Syarat Tumbuh ... 4
2.2 Minyak Cengkeh ... 5
2.2.1 Kadar Minyak Atsiri pada Minyak Cengkeh ... 6
2.2.3 Kegunaan Minyak Cengkeh ... 8
2.3 Minyak Atsiri ... 9
2.3.1 Sifat-sifat Minyak Atsiri ... 9
2.3.2 Parameter Minyak Atsiri ... 10
2.3.2.1 Berat Jenis ... 10
2.3.2.2 Indeks Bias ... 11
2.3.3 Metode Penyulingan Minyak Atsiri ... 11
2.3.3.1 Penyulingan Dengan Air ... 12
2.3.3.2 Penyulingan Dengan Air Dan Uap ... 12
2.3.3.3 Penyulingan Dengan Uap ... 12
BAB III METODE PENGUJIAN ... 14
3.1 Penentuan Kadar Minyak Atsiri pada Cengkeh ... 14
3.1.1 Peralatan Dan Bahan ... 14
3.1.2 Prosedur Pengujian ... 14
3.2 Penentuan Indeks Bias Minyak Cengkeh ... 15
3.2.1 Peralatan Dan Bahan ... 15
3.2.2 Prosedur Pengujian ... 16
3.3 Penentuan Bobot Jenis Minyak Cengkeh ... 16
3.3.1 Peralatan Dan Bahan ... 16
3.3.2 Prosedur Pengujian ... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
4.1 Hasil ... 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20
5.1 Kesimpulan ... 20
5.2 Saran ... 20
DAFTAR PUSTAKA ... 21
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Parameter Syarat Mutu Minyak Cengkeh ... 6
Tabel 2 Spesifikasi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh ... 7
Tabel 3 Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Cengkeh ... 18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Penetapan dan Perhitungan Kadar Minyak Atsiri
Pada Cengkeh ... 22
Lampiran 2 Penentuan Indeks Bias ... 22