• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis finansial usaha ternak sapi perah (Studi kasus di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis finansial usaha ternak sapi perah (Studi kasus di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK SAPI PERAH

(Studi Kasus di PT. Rejo Sari Bumi

Unit Tapos Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

EDWIN SURYADI H34076057

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

EDWIN SURYADI. Analisis Finansial Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA)

Salah satu tujuan utama dari pembangunan peternakan adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat yang bersumber dari protein hewani. Upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani tersebut adalah dengan meningkatkan produksi susu. Hal ini dikarenakan susu merupakan produk peternakan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan makanan lain.

Salah satu peternakan sapi perah yang sedang mengembangkan usahanya adalah peternakan “PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos”. Peternakan ini memiliki prospek yang sangat baik terutama dilihat dari keadaan lokasi yang berada di daerah dataran tinggi yang beriklim sejuk sesuai dengan kondisi yang diperlukan untuk beternak sapi perah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) menganalisis struktur biaya dan struktur penerimaan peternakan “PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos” dalam satu tahun, (2) menganalisis rasio penerimaan dan biaya peternakan “PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos” (3) menganalisis besarnya keuntungan yang diperoleh peternakan “PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos” (4) menganalisis nilai titik impas peternakan “PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos” dan (5) mengetahui besarnya investasi yang dikeluarkan peternakan “PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos”.

Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan (Januari – Desember 2011) di Peternakan Sapi Perah “PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos”, Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Desain penelitian menggunakan metode studi kasus. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis finansial terdiri dari analisis R/C rasio, analisis pendapatan, analisis tingkat pendapatan dan analisis titik impas.

Hasil penelitian didapatkan bahwa total biaya variabel yang dikeluarkan peternakan “PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos” selama tahun 2011 sebesar Rp. 4,810,651,500 atau 84,44 persen dan total biaya tetap sebesar Rp. 886,247,788 atau 15,56 persen. Sementara itu, total investasi yang dikeluarkan selama tahun 2011 sebesar Rp. 59.603.199.000. Total penerimaan susu pada tahun 2011 sebesar Rp. 10.922.194.755 dan total penerimaan sampingan sebesar Rp. 1.392.000.000. Nilai rasio penerimaan atas biaya tahun 2011 yaitu 2,17.

(3)

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK SAPI PERAH

(Studi Kasus di PT. Rejo Sari Bumi

Unit Tapos Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)

EDWIN SURYADI H34076057

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Analisis Finansial Usaha Ternak Sapi Perah (Studi Kasus di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor) Nama : Edwin Suryadi

NRP : H34076057

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Dwi Rachmina, MS NIP. 19631227 199003 2001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Finansial Usaha Ternak Sapi Perah (Studi Kasus di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 4 Juni 1984 sebagai anak dari pasangan Bapak Amin dan Ibu Nani. Penulis adalah anak kedua dari enam bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDN Dramaga 03 Bogor dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 2000 di Sekolah Menengah Pertama Ibnu Aqil Bogor. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis tahun 2003 pada Sekolah Menengah Umum Kornita Bogor.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan kasih dan sayang, melimpahkan berkah dan rahmat-Nya yang Maha Luas dan tiada terbatas. Atas izin Allah SWT pula penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang telah ditentukan.

Secara garis besar skripsi ini menganalisis Finansial Usaha Ternak Sapi Perah (Studi Kasus di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor). Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan serta dapat memperkaya khasanah pembaca mengenai analisis finansial usaha ternak sapi perah. Penelitian ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis.

Bogor, Januari 2013

Edwin Suyadi H34076057

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi robbil `alamin, atas berkah, rahmat dan izin dari Allah SWT akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Dwi Rachmina, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan perhatian dan pengarahan mulai dari persiapan penelitian sampai penulisan akhir skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan, dukungan, ilmu serta kesabarannya selama ini.

2. Ir. Burhanuddin, MM sebagai dosen penguji dalam ujian sidang atas saran dan kritiknya yang telah diberikan kepada penulis unuk perbaikan skripsi ini.

3. PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos yang telah bersedia memberikan tempat untuk melaksanakan kegiatan praktik kerja lapang.

4. Ayahanda dan Ibunda tercinta. Terima kasih atas kasih sayang yang tak pernah pudar selama ini, semoga Allah selalu melindungi mama dan papa dalam naungan Kasih-Nya yang tak berbatas.

5. Siti Meriam istri tercinta, terima kasih atas semua dukungan, kebaikan, ketulusan, perhatian, motivasi, kasih, sayang dan cinta yang tanpa batas. 6. Ayah Mertua dan Ibu Mertua tercinta. Terima kasih atas kasih sayang yang

tak pernah pudar selama ini, semoga Allah selalu melindungi dalam naungan Kasih-Nya yang tak berbatas

7. Kakak Ifan Sudrajat dan kakak ipar Rosmiati Serta Adik-adik Ratna Sari,

Firmansyah, M Zulkifli, Widya Novitasari, dan Hafiz serta keponakanku M Ridho Nasrullah, M Rafi Nasullah, Anissa Salsabila Putri dan Syifa

terima kasih atas segala bimbingan, dukungan dan doanya. Semoga Allah membalas segala budi baik kalian.

(9)

9. Imanuel Sembiring selaku pembahas pada seminar, terima kasih atas masukan, bantuan dan persahabatan yang tulus.

10. Teman baikku Rizky Khusnul, Dwi Fuji Savitri, Purnika, Yudi Pratama, Yudi Barata, Mira Indriati, Retno, Andi, Eman Sulaeman, terima kasih atas persahabatan yang telah terjalin selama ini.

11. Sekretariat Ekstensi, Mba Rahmi dan Mba Nur, terima kasih atas bantuannya selama ini.

Akhirnya, semoga amal baik Bapak/Ibu dan rekan-rekan sekalian mendapat kebaikan yang lebih dari Allah SWT. Amin.

Bogor, Januari 2013

(10)

DAFTAR ISI

2.4Pengendalian Penyakit ... 13

2.5Penanganan Limbah ... 14

2.6Produksi Susu ... 14

2.7Pemerahan ... 15

2.8Hasil Peneltian Terdahulu ... 16

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1 Teori Biaya dan Manfaat ... 18

3.1.2 Analisis Kelayakan Finansial ... 20

3.1.3 Penerimaan dan Pendapatan ... 20

3.1.4 Titik Impas ... 21

3.1.5 Rasio Penerimaan dan Biaya ... 22

3.2Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

(11)

5.2 Lokasi dan Keadaan Fisik PT Rejo Sari Bumi ... 30

5.12 Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Perah di PT Rejo Sari Bumi 39 5.12.1 Tatalaksana Pemeliharaan Pedet ... 39

5.12.2 Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Dara ... 40

5.12.3 Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Laktasi ... 40

5.12.4 Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Kering Kandang dan . Bunting tua ... 41

5.12.5 Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Pejantan ... 41

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Jumlah Sapi Populasi Sapi Perah di Indonesia

Tahun 2006-2010 ... 2

2. Produksi Susu Segar dan Tingkat Konsumsi Susu Segar di Indonesia Tahun 2006-2010 ... 2

3. Perkembangan Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Segar Di Kabupaen Bogor Tahun 2006 - 2010 ... 4

4. Luas Lahan dan Kegunaannya PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos 2011 ... 35

5. Jenis Kandang yang Dimiliki PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos 2011 ... 36

6. Jumlah dan Komposisi Sapi Perah di PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos, 2011 ... 37

7. Jenis Penyakit dan Penangannya PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos ... 43

8. Biaya Variabel PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2011 ... 45

9. Daftar Harga Pakan yang digunakan PT Rejo Sari Bumi Tahun 2011 ... 47

10.Jumlah Waktu dalam Kegiatan Tenaga Kerja per Hari ... 48

11.Pengunaan Biaya Tetap PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2011 ... 50

12.Persentase Biaya Tetap dan Variabel Tahun 2011 ... 51

13.Investasi Peternakan PT Rejo Sari Bumi Tahun 2011 ... 52

14.Total Produksi Susu Sapi PT Rejo Sari Bumi Tahun 2011 ... 53

15.Penerimaan Susu Berdasarkan Penggunaan Tahun 2011 ... 54

16.Jumlah Penjualan dan Penerimaan Produk Sampingan Tahun 2011 ... 54

17.Nilai Rasio Penerimaan dan Biaya Tahun 2011 ... 55

18.Total Pendapatan Peternakan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2011 ... 56

19.Tingkat Pendapatan Peternakan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2011 ... 57

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan peternakan yang merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian memiliki peranan yang penting dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan peternakan tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat yang bersumber dari protein hewani. Kebutuhan gizi yang bersumber dari protein hewani berupa daging, telur dan susu sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Selain itu seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat yang semakin tinggi menyebabkan kebutuhan pangan terutama protein hewani akan terus meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hewani tersebut adalah dengan meningkatkan produksi susu. Peningkatan produksi ini diharapkan akan membawa dampak terhadap peningkatan pendapatan peternak, memperbaiki keadaan lingkungan, meningkatkan kesempatan berusaha, membuka lapangan kerja baru dan memperluas kesempatan kerja yang telah ada. Tujuan jangka panjang pembangunan sub sektor peternakan salah satunya adalah tercapainya standar kecukupan gizi dari hasil ternak bagi masyarakat Indonesia.

(15)

2

Tabel 1.Jumlah Populasi Sapi Perah di Indonesia Tahun 2006- 2010

Keterangan : * Angka Sementara - Data tidak tersedia

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2011

Tabel 1 menunjukan bahwa populasi sapi perah di Indonesia terakhir berjumlah 488.448 ribu ekor pada tahun 2010, hanya mengalami kenaikan sedikit dari tahun sebelumnya yang berjumlah 474.701 ribu ekor. Peningkatan sebesar 2.90 persen ini sebenarnya tidak mampu untuk memenuhi jumlah kebutuhan susu segar sesuai dengan kebutuhan dalam negeri, tingkat produksi susu segar yang berasal dari sapi perah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Produksi Susu Segar dan Tingkat Konsumsi Susu Segar di Indonesia Tahun 2006- 2010

Tahun

Produksi Susu Konsumsi Susu Ton Perkembangan

(16)

7 Tabel 2 menjelaskan bahwa terjadi penurunan produksi dan peningkatan konsumsi nasional. Pada tingkat produksi tahun 2006 terjadi penurunan tingkat produksi dari total produksi sebesar 616.549 ton, kemudian turun kembali sebesar 567.683 ton pada tahun 2007. Banyak hal yang menyebabkan penurunan produksi ini terjadi, namun pada umumnya Indonesia memiliki prospek pengembangan usaha sapi perah yang relatif besar, karena melihat dari semakin meningkatnya tingkat konsumsi nasional. Menurut Tabel 2, konsumsi susu masyarakat Indonesia terus meningkat dari 1,354,235 ton pada tahun 2006 menjadi

3,947,450 ton pada tahun 2010. Dengan persentase pertumbuhan rata-rata mencapai 32.85 persen per tahun. Akan tetapi, kecepatan peningkatan konsumsi susu nasional tersebut tidak selaras dengan peningkatan produksi susu nasional.

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki karakteristik yang cocok untuk usaha sapi perah. Salah satu karakteristik yang menjadi dukungan pengembangan usaha ternak sapi perah ini adalah iklim yang cocok untuk sapi perah dalam berproduksi. Keberadaan industri susu di Jawa Barat memang sudah sejak dahulu menjadi komoditi primadona, bukan hanya karena letak geografis yang memungkinkan usaha ternak sapi perah penghasil susu segar tersebut dapat dilaksanakan, namun selain itu budaya masyarakat sunda yang gemar untuk beternak dan memanfaatkan hasil ternak untuk dikonsumsi maupun dijual menjadikan komoditi susu segar terus berkembang di masyarakat baik sebagai usaha rakyat maupun sebagai usaha komersial dengan tingkat pendapatan yang relatif besar sesuai dengan skala usaha yang dijalankan.

(17)

4 ekor pada tahun 2010 dengan peningkatan persentase populasi sebesar 42 persen dalam lima tahun terakhir. Sedangkan dari segi produksi susu segar pada tahun yang sama pula jumlah produksi susu segar mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 9.038 ton pada tahun 2006 menjadi 11.005 ton pada tahun 2010 sehingga terjadi penurunan prduktifitas.

Tabel 3. Perkembangan Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Segar di penghasil susu segar di Kabupaten Bogor berpotensi dikembangkan, sehingga diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan penduduk khususnya Kabupaten Bogor.

(18)

7 ketinggian 500 – 1750 meter d.p.l, dengan kisaran suhu antara 180 - 220 C, dengan kondisi wilayah tersebut dan ketinggian tanah yang cocok maka PT Rejo Sari Bumi unit Tapos memiliki potensi untuk dijadikan tempat peternakan sapi perah yang berkualitas. Selain letak wilayah yang mendukung, PT Rejo Sari Bumi unit Tapos merupakan sentra peternakan sapi perah terbesar di seluruh Kabupaten Bogor. Dilihat dari sisi populasi, PT Rejo Sari Bumi unit Tapos merupakan peter terbesar dengan total populasi 600 ekor.

Tujuan dari usaha ternak yang dilakukan oleh PT Rejo Sari Bumi unit Tapos adalah untuk memperoleh pendapatan. Menurut Soekartawi (2002), Pendapatan didapatkan dari selisih penerimaan dan semua biaya. Maka berdasarkan teori Soekartawi tersebut, PT Rejo Sari Bumi unit Tapos berupaya mengejar penerimaan sebaik mungkin dan meminimalisir seluruh biaya, sedangkan untuk mengukur tingkat pendapatan PT Rejo Sari Bumi unit Tapos diperlukan suatu analisis terkait hal tersebut. Maka analisis pendapatan usahatani bisa digunakan untuk mengkaji lebih dalam tentang pendapatan PT Rejo Sari Bumi unit Tapos.

Berdasarkan hal tersebut, maka mendorong penulis melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan finansial usaha peternakan sapi perah yang selama ini dilakukan oleh peternakan pada PT Rejo Sari Bumi. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan rujukan maupun informasi bagi perkembangan usaha peternakan khususnya sapi perah dimasa yang akan datang.

1.2 Perumusan Masalah

(19)

6 usahanya, perusahaan belum melakukan analisis finansial terhadap usahanya. Selain itu belum ada pihak yang melakukan analisis finansial usaha peternakan sapi perah di perusahaan tersebut. Sedangkan, manfaat dengan melakukan analisis finansial bagi pelaku usaha itu sendiri adalah agar dapat mengetahui apakah usaha yang dijalankan mendatangkan keuntungan atau kerugian, selain itu juga hasil analisis finansial dapat sebagai informasi kepada investor maupun pelaku usaha dalam melakukan investasi di komoditas peternakan, khususnya sapi perah.

Setiap usaha yang bergerak di bidang produksi, selalu berupaya untuk mencapai keuntungan ataupun pendapatan yang optimal. Usaha pemeliharaan sapi perah pun tidak terlepas dari keinginan tersebut. Untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan, maka harus lebih intensif dalam menjalankan usaha peternakan sapi perah.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian mengenai aspek finansial yang akan dikaji melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur biaya dan struktur penerimaan dari peternakan sapi perah PT Rejo Sari Bumi?

2. Berapa nilai rasio antara penerimaan dan biaya dari usaha ternak PT Rejo Sari Bumi ?

3. Berapa besar pendapatan dan tingkat pendapatan yang diperoleh PT Rejo Sari Bumi ?

4. Menganalisis nilai titik impas peternakan PT Rejo Sari Bumi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis struktur biaya dan struktur penerimaan peternakan PT Rejo Sari Bumi

(20)

7 3. Menganalisis besarnya pendapatan dan tingkat pendapatan yang diperoleh

peternakan PT Rejo Sari Bumi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Peneliti, sebagai pengalaman dan latihan dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam kegiatan perkuliahan.

2. Peternak, sebagai bahan masukan dalam mengembangkan usahataninya

3. Pihak-pihak ataupun institusi terkait sebagai referensi dalam pengambilan keputusan terkait efisiensi produksi Usaha Peternakan Sapi Perah.

4. Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan dapat dijadikan perbandingan atau acuan dalam malakukan studi lanjutan.

5. Bagi mahasiswa dan pihak lain yang membutuhkan informasi tentang usaha sapi perah, serta diharapkan dapat menambah wawasan mengenai struktur biaya peternakan khususnya usaha peternakan sapi perah dan hubungannya dengan skala usaha peternakan sapi perah.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini dibatasi pada analisis kelayakan finansial pada peternakan susu sapi perah di PT Rejo Sari Bumi.

2. Lingkup penelitian ini dilakukan di PT Rejo Sari Bumi unit Tapos Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.

3. Objek pada penelitian ini dibatasi hanya sapi laktasi dengan range umur antara 3-8 tahun atau laktasi pertama hingga laktasi kelima.

(21)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah

Menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.940/kpts/OT.210/10/97, yang dimaksud usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur, susu, serta menggemukan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Besarnya usaha peternakan sapi perah tergantung pada luas lahan yang tersedia dan daerah dimana peternakan tersebut didirikan.

Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia sudah dimulai semenjak masa pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, peternakan sapi perah umumnya berbentuk perusahaan susu yang memelihara sapi perah dan menghasilkan susu yang kemudian dijual kepada konsumen yang umumnya orang-orang Eropa atau orang asing lainnya. Perusahaan-perusahaan yang ada pada saat itu dimiliki oleh orang-orang Eropa, Cina, Arab dan India. Setelah Indonesia merdeka, selain terdapat perusahaan-perusahaan susu milik orang-orang pribumi Indonesia, terdapat peternakan rakyat yang terdiri dari 2-3 ekor sapi untuk menghasilkan susu sebagai usaha sampingan (Sudono 2003).

Menurut Mubyarto (1989), berdasarkan pola pemeliharaan usaha ternak di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu : peternakan rakyat, peternakan semi komersil dan peternakan komersil.

(22)

9 2) Tujuan utama pemeliharaan sebagian hewan kerja sebagai pembajak

sawah atau tegalan.

3) Peternakan rakyat semi komersil dengan keterampilan beternak dapat dikatakan cukup. Penggunaan bibit unggul, obat-obatan, dan makanan penguat cenderung meningkat. Tujuan utama pemeliharaan untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri.

4) Peternakan komersil dijalankan oleh peternak yang mempunyai kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dan teknologi yang cukup modern. Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak dibeli dari luar dalam jumlah besar.

Sapi perah yang dewasa ini dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah sapi Fries Holland (FH) yang memiliki kemampuan produksi susu yang tinggi (Sudono, 2003). Penelitian Haryati (2003) di Kelurahan Kebon Pedes diketahui jumlah populasi ternak didaerah tersebut sebanyak 338 ekor, berasal dari sapi-sapi perah FH dan peranakannya (PFH). Adapun pemilikannya sangat bervariasi, yaitu berkisar antara dua ekor sampai tiga puluh empat ekor. Rataan peternak di Kelurahan Kebon Pedes memiliki sapi perah sekitar 11,27 ekor/peternak atau 9,61 ST/peternak. Sementara itu dalam penelitian Sinaga (2003) di Kawasan usahaternak sapi perah Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, sapi induk yang dipelihara umumnya juga berasal dari sapi perah FH dan PFH. Jumlah ternak yang dimiliki peternak di daerah tersebut adalah satu ekor sampai 44 ekor betina dewasa, dengan rataan pemilikan sapi 6,98 – 8,73 ST/peternak.

2.2 Kepemilikan Sapi Laktasi

(23)

10 adalah usaha ternak sapi perah yang mempunyai sapi laktasi lebih dari 60 persen.

2.3 Faktor-faktor Produksi 2.3.1 Lahan

Menurut Sudono et al., (2003) dua hal yang harus diperhatikan dalam persiapan lahan beternak sapi perah yaitu lahan untuk kandang dan lahan untuk penanaman rumput. Lahan yang dibutuhkan untuk kandang berdasarkan keadaan sapi perah terbagi menjadi 3 yaitu: (1) Kandang seekor sapi masa produksi membutuhkan lahan seluas 380x140 m = 5,32 m2. Luas lahan ini sekaligus termasuk selokan, jalan kandang dan tempat pakan; (2) Kandang sapi dara siap bunting sampai bunting membutuhkan lahan 12x20 m = 240 m2 untuk 10 ekor. Dalam hal ini, sapi dara dilepas secara berkelompok; dan (3) Kandang seekor pedet membutuhkan lahan seluas 150 x 120 cm = 1,8 m2. Lahan untuk penanaman rumput harus disesuaikan dengan jumlah sapi perah yang dipelihara, lahan seluas 1 ha bisa memenuhi kebutuhan hijauan sekitas 10 – 14 ekor sapi dewasa selama satu tahun.

2.3.2 Pakan

Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya peternakan sapi perah yaitu pemberian pakan. Sapi perah yang produksinya tinggi, bila tidak mendapatkan pakan yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya tidak akan menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuannya. Cara pemberian pakan yang salah dapat mengakibatkan penurunan produksi, gangguan kesehatan bahkan dapat juga menyebabkan kematian. Selanjutnya dijelaskan untuk memenuhi kebutuhan seekor sapi laktasi dengan bobot badan 450 kg dengan produksi susu rata-rata 13 kg/hari dan lemak susu 3,5% dibutuhkan konsentrat 6,05 kg, rumput alam 20,75 kg dan rumput gajah 7,60 kg (Sudono, 1999).

(24)

11 diberikan colostrums dilanjutkan dengan pemberian susu sampai umur empat bulan sebanyak empat liter sehari dengan frekuensi dua kali sehari (pagi dan sore). Selain diberikan susu setelah umur + 2 minggu pedet mulai diajari makan rumput dan juga diberikan pakan penguat sebanyak 0,5–1 kg per hari setelah umur satu bulan. Sapi dara diberikan pakan dua kali sehari dengan rincian konsentrat sebanyak 3,5 kg/hari dan rumput sebanyak 25 kg/hari. Sapi induk diberikan hijauan 30 kg/hari dan konsentrat dan ampas tahu sebanyak 5 kg/hari.

2.3.3 Tenaga Kerja

Usaha ternak diperlukan sejumlah tenaga kerja untuk menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi dalam rangka menghasilkan barang atau jasa yang berasal dari ternak. Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal dan manajemen (Hernanto 1996).

Sudono (1999) mengatakan bahwa faktor tenaga kerja di dalam usaha peternakan harus diperhitungkan karena biaya tenaga kerja merupakan biaya produksi terbesar kedua setelah biaya pakan yaitu 20%–30% dari biaya produksi. Efisiensi penggunaan tenaga kerja di Indonesia sebaiknya 6–7 ekor sapi dewasa cukup ditangani seorang tenaga kerja.

(25)

12 2.3.4 Bangunan Kandang

Kandang merupakan tempat berlindung bagi ternak. Dilihat dari peruntukannya, kandang sapi perah dapat dibagi menjadi lima jenis kandang: (1) Kandang pedet, umur 0– 4 bulan; (2) Kandang sapi remaja atau pedet lepas sapih, umur 4–8 bulan; (3) Kandang sapi dara, umur 8 bulan – 2 tahun; (4) Kandang sapi dewasa atau masa produksi, umur lebih dari 2 tahun dan laktasi; dan (5) Kandang sapi kering kandang (Sudono et al., 2003).

Hasil penelitian Suhendar (2004) bangunan kandang sapi pada PT. Gurame Anugrah Tani terdiri dari enam kandang untuk sapi dewasa, muda dan dara serta satu kandang untuk pedet. Tipe kandang adalah tipe ganda dengan ukuran 6x24 m2 sebanyak tiga kandang dan 6x24 m2 satu kandang dengan kapasitas masing-masing kandang sebanyak 48 ST dan 56 ST untuk sapi dewasa. Dua kandang lainnya untuk sapi remaja dengan ukuran 4x18 m2 dan 4x10 m2 yang mempunyai kapasitas sebanyak 24 ekor dan 12 ekor. Kandang untuk sapi pedet yang belum lepas sapih di bangun di dekat kandang induk yang dibuat per individu dengan ukuran 1,25x1 m2 sebanyak 50 bok.

(26)

13 2.3.5 Peralatan

Dalam penelitian Hidayat (2001) menyebutkan peralatan yang digunakan oleh peternak di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali adalah sabit, keranjang 11 (dengan umur pakai kurang dari satu tahun), sekop, ember kombor, ember minum, ember perah dan milk can (dengan umur pakai lebih dari satu tahun). Sabit biasa digunakan oleh peternak untuk mencari dan mencacah rumput, keranjang digunakan untuk mengangkat rumput dan kotoran ternak dengan bantuan sekop. Ember kombor dan ember minum hanya digunakan oleh peternak yang tidak membuat tempat khusus untuk makanan dan minuman di kandang. Ember perah digunakan oleh peternak untuk menampung air susu saat pemerahan, sedangkan untuk mengangkut susu ke Tempat Penampungan Susu (TPS) digunakan milk can.

Pada penelitian Rauf (2005) peralatan yang digunakan dalam mengelola usaha ternak sapi perah PT. X Kecamatan Bogor Selatan adalah cooling unit, mesin chopper, sikat, ember susu, literan susu, kalkulator, saringan susu, selang, cangkul, sabit, sekop dan tang. Cooling unit digunakan sebagai tempat mendinginkan susu sebelum dikirim ke PT. Fajar Taurus dan Koperasi Unit Desa (KUD) Giri Tani. Mesin chopper digunakan untuk memotong hijauan dan tong plastik dipergunakan sebagai tempat menyimpan konsentrat dan mengirim susu.

2.4 Pengendalian Penyakit

Program kesehatan pada peternakan sapi perah hendaknya dijalankan secara teratur, terutama di daerah-daerah yang sering terjangkiti penyakit menular, misalnya Tuberkulosis (TBC), Brucellosis, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Radang Limpa, dan lain-lain. Di daerah-daerah dimana sering terjadi penyakit - penyakit, hendaklah dilakukan vaksinasi secara teratur terhadap penyakit (Sudono 1999).

(27)

14 sangat peka terhadap penyakit dan mudah terserang penyakit lainnya. Umumnya penyakit-penyakit pada anak sapi disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau karena tatalaksana pemberian pakan yang buruk (Sudono et al. 2003).

2.5 Penanganan Limbah

Limbah usaha ternak sapi perah berasal dari kotoran sapi perah baik dalam bentuk padat (feces) maupun cair (urine) serta sisa pakan yang tidak dimakan atau tercecer. Sapi laktasi yang mempunyai bobot badan 450 kilogram dapat menghasilkan limbah berupa feces dan urine kurang lebih sebanyak 25 kilogram per ekor per hari (Sudono 1999). Penanganan yang biasa dilakukan oleh peternak adalah menampung di kolam terbuka, untuk kemudian digunakan sebagai pupuk untuk lahan hijauan atau dijual kepada petani sayur.

2.6 Produksi Susu

Menurut Sudono et al., (2003) kemampuan sapi perah dalam memproduksi susu dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus atau birahi, umur sapi, selang beranak, masa kering kandang, frekuensi pemerahan, tata laksana pemberian pakan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan produksi yang tinggi perlu keterampilan dan pengetahuan yang baik tentang tata laksana peternakan sapi perah.

(28)

15 2.7 Pemerahan

Pada umumnya pemerahan dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Jarak pemerahan sama, yaitu 12 jam, maka susu yang dihasilkan pagi hari akan sama dengan jumlah susu sore hari. Setiap kali akan memerah susu, ambing dan tangan/alat pemerah harus bersih agar susu yang dihasilkan bersih dan sapi tetap sehat, terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan susu sapi perah yaitu bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus, umur sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan dan tata laksana pemberian pakan (Sudono 2003).

Pengaturan jadwal pemerahan yang baik memberi kesempatan bagi pembentukan air susu di dalam ambing secara berkesinambungan, tidak ada saat berhenti untuk mensintesa air susu, sehingga produksi menjadi maksimal. Sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara pemerahan itu, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas susu. Sapi yang diperah empat kali sehari, kadar lemak akan tinggi pada besok paginya pada pemerahan yang pertama. Susu segar yang dihasilkan harus segera ditangani dengan cepat dan benar karena sifat susu segar sangatlah mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Peralatan yang digunakan untuk menampung susu adalah milk can. Sebelum dimasukkan ke dalam milk can, susu harus disaring terlebih dahulu agar bulu sapi dan vaselin yang tercampur dengan susu tidak terbawa masuk ke dalam wadah. Pendinginan susu pada suhu 4°C bertujuan agar susu dapat tahan lebih lama dan bakteri tidak mudah berkembang biak.

2.8 Hasil Penelitian Terdahulu

(29)

16 memperoleh skala usaha yang ekonomis (Noegroho, 1991). Keuntungan yang rendah dapat disebabkan karena besar skala usaha yang tidak memadai atau pengoperasian usaha yang tidak efisien. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah bibit, pakan, tenaga kerja, dan bahan bakar, namun yang berpengaruh nyata namun tidak sesuai tanda adalah vaksin, obat dan vitamin. Listrik dan luas kandang walaupun tidak berpengaruh nyata namun menunjukkan tanda yang sesuai.

Penelitian yang dilakukan oleh Lisa (2010), mengenai analisis struktur biaya usaha penggemukan sapi potong (fattening), menyatakan bahwa berdasarkan biaya produksi rata-rata per unit menunjukan bahwa dengan semakin meningkatnya skala usaha maka diperoleh biaya produksi per kilogram sapi potong yang semakin rendah. Semakin rendahnya biaya produksi per kilogram akan didapat kondisi pengusahaan yang lebih efisien. Analisis terhadap biaya rata-rata per unit diketahui skala usaha yang lebih efisien adalah skala II biaya produksi per unit, yaitu biaya per kilogram bobot hidup sapi hasil penggemukan sebesar Rp 22.664,07 per kilogram.

(30)

17 Penelitian yang dilakukan oleh Putranto (2006) hasil pengujian skala usaha, pengujian efisiensi ekonomi dan pengujian keuntungan maksimal diperoleh hasil yang saling melengkapi yaitu kondisi peternak sapi perah di Jawa Tengah saat ini yang paling sesuai adalah kondisi peternak pada strata III yaitu peternak dengan pemilikan sapi laktasi tiga ekor. Adapun alasannya adalah pada strata III keadaan skala usaha dalam keadaan menaik (Increasing return to scale ) artinya proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan keuntungan yang proporsinya lebih besar. Upaya dan usaha kearah penggunaan faktor produksi yang lebih efisien maka keuntungan maksimal tertinggi dan biaya minimal yang dikeluarkan terendah juga berada pada strata III.

(31)

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada dalam penelitian dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menjawab masalah tersebut. Teori dan konsep tersebut antara lain teori biaya dan manfaat, analisis kelayakan finansial, penerimaan dan pendapatan, titik impas, rasio penerimaan dan biaya.

3.1.1. Teori Biaya dan Manfaat

Dalam analisis kelayakan finansial, tujuan-tujuan analisis harus disertai dengan definisi biaya-biaya dan manfaat-manfaat biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger 1986).

Biaya adalah semua nilai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode produksi tertentu yang dinyatakan dengan nilai uang tertentu (Soekartawi 2002). Sedangkan biaya produksi adalah pengeluaran yang terjadi dalam mengorganisasikan dan melaksanakan proses produksi (Doll dan Orazen, 1978).

Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin.

2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.

3. Biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman.

(32)

19 1. Manfaat langsung (direct benefit) yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapatan, kesempatan kerja, dan penurunan biaya.

2. Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti perubahan produktivitas tenaga kerja karena perbaikan kesehatan atau keahlian, perbaikan lingkungan hidup, perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman, perbaikan distribusi pendapatan, dan lain sebagainya.

Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger 1986). Terdapat beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek (Kadariah et al. 1999), antara lain:

1. Ukuran umum yang dapat diambil suatu proyek (jangka waktu) yaitu sama dengan umur ekonomis suatu asset dari proyek. Umur ekonomis suatu asset ialah jumlah tahun selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya.

(33)

20 3.1.2. Analisis Kelayakan Finansial

Secara umum studi kelayakan mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial (Husnan dan Muhamad 2000). Menurut Kadariah et al. (1999), bahwa setiap aspek tersebut terdapat suatu macam analisis yang menitikberatkan aspek itu. Tetapi dalam rangka ilmu evaluasi proyek biasanya hanya ditekankan dua macam analisis yaitu analisis finansial dan analisis ekonomis. Analisis finansial merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modal dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek.

Analisis ekonomis merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis finansial. Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad 2000).

3.1.3. Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan adalah nilai hasil usaha dari output atau produk karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli. Tujuan semua pencatatan penerimaan adalah untuk memperlihatkan sejelas mungkin berapa besar penerimaan dari penjualan hasil operasional dan penerimaan lain-lainnya di perusahaan tersebut (Kadarsan, 1995).

(34)

21 dipengaruhi oleh jumlah produksi susu yang diterima masing-masing peternak dan jumlah pemilikan sapi laktasi atau sapi betina dewasa. Semakin banyak produksi susu, maka penerimaan dari penjualan susu pun semakin besar.

Sementara itu, pendapatan usaha ternak sapi perah yang diperoleh peternak di Kecamatan Cisarua rata-rata Rp.29.487.845,65/peternak/tahun (Rp.3.895.356,

10/ST/tahun) atau Rp.2.457.320,47/peternak/bulan (Rp. 324.613,01/ST/ bulan). Hasil penelitian Sinaga (2003), pendapatan peternak dibedakan berdasarkan skala sesuai dengan kepemilikan ternak induk betina. Hasil perhitungan menunjukkan tingkat pendapatan peternak semakin meningkat dengan tingkat skala usaha yang semakin besar. Besarnya rataan pendapatan untuk masing-masing skala per peternak per bulannya adalah Rp. 39.617,70 (skala I); Rp. 410.340,17 (skala II); dan Rp. 1.394.392,10 (skala III) sedangkan

untuk keseluruhan rataan pendapatan peternak per bulan adalah sebesar Rp. 452.795,12.

3.1.4. Titik Impas

(35)

22 Hasil penelitian Sinaga (2003) menunjukkan perhitungan rataan biaya yang dikeluarkan peternak sapi perah pada Kawasan Usaha ternak (KUNAK) Kecamatan Cibungbulang titik impas dicapai pada penerimaan peternak sebesar Rp. 1.072.769,57/peternak/bulan atau sebesar 670,99 liter/bulan. Masing-masing skala (I, II dan III) titik impas dicapai berturut-turut pada penerimaan tiap peternak per bulan adalah Rp. 1.108.825,61; Rp. 998.484,48 dan Rp. 1.707.876,95 atau (492,09 liter; 679,98 liter dan 1056,98 liter).

3.1.5. Rasio Penerimaan dan Biaya

Rasio penerimaan dan biaya atau R/C rasio merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya (Soekartawi, 2002). Menurut Hernanto (1996) R/C rasio ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi misalnya nilai R/C rasio 2,07 berarti untuk setiap rupiah yang diinvestasikan akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 2,07. Hasil penelitian Sinaga (2003) rataan nilai R/C rasio di kawasan usahaternak sapi perah Kecamatan Cibungbulang adalah 1,05 dengan nilai R/C rasio masingmasing skala usaha adalah 1,07 (skala I); 1,17 (skala II) dan 1,37 (skala III). Dari nilai R/C rasio ini dapat disimpulkan bahwa usaha ternak sapi perah KUNAK Kecamatan Cibungbulang menunjukkan bahwa semakin besar skala usaha maka usahaternak sapi perah semakin menguntungkan.

(36)

23 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Permintaan susu sapi di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Seiring dengan permintaan susu sapi yang meningkat, tidak diiringi dengan produksi susu sapi yang optimal. Usaha peternakan sapi perah ini merupakan peluang yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan.

Usaha peternakan sapi perah PT. Rejo Sari Bumi di daerah Ciawi, Kabupaten Bogor merupakan usaha peternakan yang perlu diperhatikan, karena memiliki potensi yang baik dalam pengembangan sapi perah guna membantu meningkatkan produksi sapi perah dalam negeri. Mengingat besarnya biaya investasi yang dikeluarkan, pengkajian analisis kelayakan finansial usaha peternakan sapi perah perlu dilakukan guna melihat keberlangsungan dari usaha sapi perah di PT. Rejo Sari Bumi pada masa yang akan datang.

(37)

24 Gambar 1. Diagram Alur Pemikiran Operasional

PT Rejo Sari Bumi

Usaha peternakan sapi perah skala usaha besar

Struktur Biaya dan

Stuktur Penerimaan

Biaya Total  Biaya Tetap  Biaya Variabel

Penerimaan Usaha :  Penjualan Susu  Penjualan Sapi dan

Pedet

 Penjualan Kotoran

 Analisis R/C rasio

 Analisis Pendapatan

 Analisis Tingkat Pendapatan

 Analisis Titik Impas

Analsis Finansial Usaha Ternak Sapi Perah

Tidak Layak Layak

(38)

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Peternakan Sapi Perah PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos merupakan salah satu wilayah dengan populasi sapi perah yang besar di Kecamatan Ciawi. Penelitian lapang akan dilakukan selama bulan Juni sampai bulan Desember 2011.

4.2. Data dan Instrumentasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perternakan Peternakan Sapi Perah PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor serta wawancara dengan pemilik peternakan dan karyawan setempat.

Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari buku-buku yang relevan dengan topik yang diteliti. Pengambilan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur, baik yang didapat di perpustakaan maupun tempat lain berupa hasil penelitian terdahulu mengenai analisis struktur biaya usaha peternakan sapi perah, artikel baik dari media cetak (koran dan majalah), maupun media elektronik (internet).

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif dilakukan berdasarkan data primer dan data sekunder dari hasil penelitian. Analisis kulitatif digunakan untuk mengetahui keragaan usaha peternakan sapi perah di PT Rejo Sari Bumi. Dan beberapa hal terkait akan diuraikan secara deskriptif dan dilengkapi dengan tabel dan gambar untuk memperjelas uraian.

(39)

26 dikumpulkan akan megalami pengeditan dan penyederhanaan. Penelitian ini analisis data meliputi analisis struktur biaya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan kalkulator dan program aplikasi komputer Microsoft Excel.

4.4. Analisis Finansial

Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad 2000). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis finansial

yang terdiri dari :

1. Perhitungan total biaya (total cost) yang merupakan jumlah biaya dari biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) dapat dirumuskan dibawah ini :

TC = TFC + TVC

Dimana : TFC = Total Biaya Tetap TVC = Total Biaya Variabel 2. Analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C Rasio)

Analisis ini dapat menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh peternak akibat per Rupiah yang dikeluarkan untuk usaha ternaknya. Adapun rumus R/C Rasio sebagai berikut :

Dimana : TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya 3. Analisis pendapatan

(40)

27 Kriteria yang digunakan :

a. π > 0 maka untung b. π = 0 maka impas c. π < 0 maka rugi 4. Analisis tingkat pendapatan

Penelitian ini juga dihitung besarnya tingkat pendapatan, dengan rumus sebagai berikut:

Tingkat Pendapatan = x 100 %

Kriteria yang digunakan dengan membandingkan nilai tingkat pendapatan dengan tingkat suku bunga, yaitu :

a. Nilai dari tingkat pendapatan > tingkat suku bunga bank maka layak b. Nilai dari tingkat pendapatan < tingkat suku bunga bank maka tidak

layak

c. Nilai dari tingkat pendapatan = tingkat suku bunga bank maka netral 5. Analisis titik impas

Analisis titik impas atau Break Even Point (BEP) digunakan untuk mengetahui pada volume produksi penjualan berapa penghasilan penjualan dapat tepat menutup biaya totalnya untuk dapat menghindari kerugian. Rumus BEP adalah sebagai berikut:

(Rp) =

Dimana :

TFC = Total biaya tetap usahaternak sapi perah (Rp) TVC = Total biaya variabel usahaternak sapi perah (Rp) S = Total penerimaan (Rp)

P = Harga

(41)

28 4.5. Definisi Operasional

1. Usaha peternakan sapi perah adalah semua kegiatan produksi usaha sapi perah dengan tujuan untuk menghasilkan susu.

2. Produksi susu adalah jumlah susu yang dihasilkan oleh sapi-sapi laktasi yang ada di usaha peternakan PT Rejo Sari Bumi selama tahun 2011.

3. Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh peternakan PT Rejo Sari Bumi untuk menghasilkan sejumlah output selama tahun 2011 4. Penerimaan usaha adalah hasil produksi susu, baik yang dijual ataupun yang

dikonsumsi sendiri serta penjualan sapi induk, dara, jantan, pedet dan feses selama tahun 2011.

5. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha yang didapat dengan biaya produksi yang dikeluarkan peternakan PT Rejo Sari Bumi selama tahun 2011.

6. Tingkat pendapatan adalah persentase perbandingan antara besarnya pendapatan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan selama tahun 2011.

7. Penyusutan adalah pengurangan nilai guna dari suatu bangunan atau alat yang tahan lama. Metode penyusutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut:

d = NB – NS t

Keterangan :

d = penyusutan

NB = Nilai baru

NS = Nilai sisa

(42)

V GAMBARAN UMUM PT REJO SARI BUMI

5.1 Sejarah dan Perkembangan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos

PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos berdiri pada Tahun 1974, diatas lahan H.G.U. yang luasnya 751 Ha, merupakan tanah yang dikelola PTP XI dalam keadaan sudah tidak terurus (terlantar). PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos melanjutkan H.G.U. PTP XI dengan izin pemerintah dengan berdasarkan proses hukum yang sah. Kondisi lahan saat itu berdasarkan ilmu tanah telah mengalami degradasi kesuburan tanah yang cukup hebat. Keadaan tanah gersang dan kering dimusim kemarau serta mudah erosi (longsor) dimusim hujan. Strukur kimiawi tanah miskin akan unsur-unsur hara karena kondisi fisik diatas. Secara biologis, bahan organik dan aktifitas organik dalam solum tanah sudah kecil sekali. Dengan demikian untuk mengusahakan lahan tersebut diperlukan sentuhan teknologi tepat guna dalam memperbaiki kondisi tersebut.

(43)

30 Tapos penyedia bibit – bibit sapi unggul bagi masyarakat dan model perkawinan silang dengan sapi – sapi milik masyarakat agar muncul bibit sapi yang berkualitas.

Dengan demikian, diharapkan ke depan Indonesia mampu memenuhi kebutuhan daging sapi maupun susu sendiri tanpa harus mengimpor. Selain menghemat devisa, mengurangi pengangguran, langkah ini juga dapat menyiapkan ekonomi nasional lebih mandiri, khususnya di bidang ternak sapi. Pengembangan peternakan sapi, Tapos sangat peduli sekali dalam pengembangan sapi perah, karena sapi perah menyimpan tiga potensi emas yaitu: emas putih, emas merah dan emas hijau. Hal yang disebut dengan emas putih adalah susu, sedangkan emas merah adalah dagingnya. Sementara emas hijau adalah kotoran sapi yang tentu dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Pengembangan pertanian modern, PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos juga mengembangkan pertanian dengan teknik hidroponik. Kurang lebih seluas tiga ha, tanaman holtikultura dikembangkan secara in-house yang terdiri dari komoditi,jeruk, tomat dan berbagai jenis melon unggul. Jadi secara umum PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang agrobisnis dari aneka usaha peternakan dan pertanian secara terpadu menggunakan sistem pengelolaan recycling. Secara organisasi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos merupakan salah satu unit usaha dari PT. Rejo Sari Bumi yang bersekretarian di Jln Kebun Sirih, No. 39 Jakarta. PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos terkenal dengan sebutan TRI’S adalah singkatan dari; Sari, Silang, dan Stud yang sangat kental dalam istilah dunia pembibitan.

5.2 Lokasi dan Keadaan Fisik PT Rejo Sari Bumi

(44)

31 PT. Rejo Sari Bumi adalah HGU ( Hak Guna Usaha ) dengan luas 750 Ha dari tahun 1975 – 2000. Tetapi pada tahun 2000, diperpanjang kembali sampai tahun 2025 namun luasnya menjadi 651 Ha. Terlihat disini telah terjadi penyusutan lahan sebesar 100 Ha, hal ini terjadi dikarenakan areal tersebut dijadikan cadangan hidrologis. Topografi yang dimiliki oleh PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos adalah berbukit yang terdiri dari dataran rata dan dataran miring. Jenis tanahnya adalah latosol coklat kemerahan.

5.3 Visi dan Misi PT Rejo Sari Bumi

Visi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos adalah menjadi salah menjadikan TAPOS sebagai sebuah kawasan pengembangan pertanian dan peternakan terpadu yang dikelola melalui proses recycling, dengan selalu memperhatikan aspek sosial dan lingkungan yang lestari. Sementara misi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos adalah melakuan kegiatan peternakan dan pertanian secara terpadu dengan pengelolaan secara recycling. Melaksanakan kegiatan pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dibidang peternakan dan pertanian serta kegiatan pelestarian lingkungan melalui penanganan limbah, dan konservasi lahan.

5.4 Struktur Organisasi

(45)

32 Gambar 2. Struktur Organisasi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos

Sumber : PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos 2011

Adapun tugas dan wewenang dari bagian struktur organisasi PT. Rejo Sari Bumi Uni Tapos adalah sebagai berikut :

1. General Manager

General manager bertanggung jawab kepada pimpinan, selain itu tugas manager mengelola, mengontrol, dan membuat kebijakan-kebijakan atas persetujuan pimpinan.

PT Rejo Sari Bumi - Pusat

PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos

(46)

33 2. Koordinator

Peran koordinator adalah mengkoordinir, mengawasi, mengevaluasi, dan melalukan penilaian atas pelaksanaan kerja para kepala bagian per unit. Koordinator meminta pertanggungjawaban kepada para kepala bagian dalam hal :

1. Penyusunan RK dan RAPB 2. Analisa Usaha

3. Pengembangan Usaha

4. Pemecahan permasalahan yang timbul 5. Memberikan solusi

3. Kepala Staff Perencanaan, Pengawasan, Pengembangan, Kerjasama, HRD, dan R&D

Kepala staff berperan dalam membantu koordinir melakukan fungsi perencanaan, pengembangan, pengawasan, kerjasama, pengembangan sumberdaya manusia HRD, serta penelitian dan pengembangan R&D pada semua unit usaha yang ada.

4. Kepala Bagian Umum

Kepala bagian umum bertugas mengkoordinir, mengawasi, megevaluasi, dan melakukan penilaian atas pelaksanaan kerja atas staffnya, membuat laporan absensi seluruh karyawan di unit kerjanya, serta membuat dan menyampaikan laporan bulanan, tiga bulan dan tuhunan menyangkut unit kerjanya kepada coordinator

5. Kepala Bagian Pertanian

Kepala bagian pertanain bertugas mengkoordinir, mengawasi, megevaluasi, dan melakukan penilaian atas pelaksanaan kerja atas staffnya, membuat laporan absensi seluruh karyawan pada unit pertanian, serta membuat dan menyampaikan laporan bulanan, tiga bulan dan tuhunan menyangkut unit kerjanya kepada koordinator.

6. Kepala Bagian Peternakan

(47)

34 membuat laporan absensi seluruh karyawan pada unit peternakan, serta membuat dan menyampaikan laporan bulanan, tiga bulan dan tuhunan menyangkut unit kerjanya kepada koordinator.

7. Kepala Bagian Pakan Peternakan

Pada dasarnya kepala bagian peternakan memiliki tugas yang sama dengan kepala bagian yang lainnya yaitu bertugas mengkoordinir, mengawasi, megevaluasi, dan melakukan penilaian atas pelaksanaan kerja atas staffnya, membuat laporan absensi seluruh karyawan di unit kerjanya.

5.5 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan suatu bisnis karena kesuksesan suatu perencanaan dan pelaksanaan pembangunan suatu bisnis sangat tergantung pada SDM yang solid. Aspek Sumber daya manusia merupakan aspek yang menilai sumber daya manusia atau karyawan di dalam suatu perusahaan bedasarkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan prilaku yang selanjutnya dikembangkan penilaian terhadap kemampuan para karyawan untuk dapat bekerja secara efektif. PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos memiliki 126 karyawan. Kegiatan kerja dimulai pukul 07:00 hingga pukul 16:00 dan waktu istirahat pukul 12:00 hingga pukul 13:00. Setiap karyawan mendapatkan libur setiap 1 minggu sekali.

(48)

35

5.6 Luas Lahan dan Kegunaanya

PT. Rejo Sari Bumi didirikan diatas lahan seluas ± 651 Ha dengan penggunaan lahan terdiri atas bangunan kandang, ruangan kantor, perumahan karyawan, gudang, ruang susu, kebun rumput, pertanian hidroponik, penampungan pupuk kandang dan aneka tanaman keras. Dengan perincian penggunaan lahan seperti pada tabel 4 berikut :

Tabel 4. Luas Lahan dan Kegunaannya PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos 2011 No Penggunaan Lahan Luas Lahan (ha) Presentasi Luas

Lahan (%)

1 Tanaman Keras 209,3116 38,45

2 Hijauan Pakan Ternak 180 33,07

3 Kebun pala, nilam, kopi 5 0,92

4 Luas Bangunan (kantor, kandang,

rumah karyawan, green house) 102 18,74

5 Areal Konservasi 48 8,82

Jumlah 544 100

Sumber : PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos, 2011

5.7 Perkandangan

(49)

36 Tabel 5. Jenis Kandang yang Dimiliki PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos 2011

No Jenis Kandang Jumlah (Unit)

1 Laktasi 4

2 Dara 1

3 Pedet 2

4 Kering 1

5 Jantan 4

Jumlah 12

PT. Rejo Sari Bumi memiliki jenis kandang sesuai dengan fungsi dan kebutuhan. Jenis kandang yang ada di PT. Rejo Sari Bumi adalah kandang sapi induk, kandang pedet, kandang sapi laktasi, kandang dara dan kandang pejantan. Untuk semua jenis kandang yang ada di PT. Rejo Sari Bumi menggunkan sistem kelompok atau koloni kecuali untuk kandang sapi pejantan menggunakan sistem kandang individual dengan menggunakan penyekat yang terbuat dari besi dengan tersedia tempat pakan dan minum.

5.8 Jumlah dan Populasi Ternak

Bangsa – bangsa ternak yang ada di PT. Rejo Sari bumi adalah Fries Holland (FH), F.H.Hongaria, untuk jenis sapi perah dan bangsa - bangsa untuk

(50)

37 Tabel 6. Jumlah dan Komposisi Sapi Perah di PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos,

2011

Uraian

Induk Dara Pedet

Total ST Ekor ST % Ekor ST % Ekor ST %

Awal

Tahun 555 555 92.50 60 30 5.00 60 15 2.50 600 Akhir

Tahun 465 465 87.94 45 22.5 4.26 165 41.25 7.80 528.75

Mutasi 90 90 4.56 -15 7.5 0.74 -105 -26.25 -5.30 71.25

Sumber : PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos 2011

Sapi perah merupakan salah satu ternak ruminansia besar yang banyak diusahakan. Sapi merupakan input terpenting dalam menjalankan usaha dalam bidang peternakan sapi. Bibit sapi betina elit adalah sapi perah betina yang memiliki mutu genetik tinggi, dalam arti dapat menghasilakan susu yang tinggi, mempunyai sifat daya adaptasi terhadap lingkungan tropis yang baik. Sapi perah yang ada di PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos adalah jenis sapi Fries Holland. Sapi tersebut merupakan sapi impor yang berasal dari Australia. Alasan perusahaan memilih sapi Fries Holland dan memilih sapi impor karena jenis sapi ini adalah jenis sapi yang paling banyak dalam memproduksi susu sapi selain itu sapi FH mudah beradaptasi dengan baik.

5.9 Penyediaan Pakan dan Air

Peternakan PT. Rejo Sari Bumi memberikan pakan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan adalah rumput gajah (Pennisetum Purpurureum), rumput lapangan dan rumput raja (Pennisetum Pupuroides).

(51)

38 limbah – limbah pabrik yang berasal dari Lampung, Jakarta, Bekasi, Jawa Tengah dan Surabaya. Sedangkan untuk kebutuhan air PT. Rejo Sari Bumi memiliki sumber air yang berasal dari pegunungan yaitu kawasan gunung gede yang ditampung melalui bak penampungan yang kemudian dialirkan ke kawasan peternakan dan pemukiman penduduk untuk kebutahan masyarakat sehari – hari.

5.10 Pemasaran

Proses pemasaran susu segar, PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos menjalin kerja sama dengan koprasi pengumpul susu (KPS) Bogor, yang selanjutnya disalurkan ke industri pengumpul susu (IPS), selain ke IPS PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos menjalin kerja sama dengan PT. Indolakto dalam hal pemasaran susu segar dan sisa dari produksi susu digunakan untuk kebutuhan ternak (pedet). Harga susu yang di jual oleh Rejo Sari Bumi ke konsumen berbeda beda, untuk penjualan ke Koperasi Pengumpul Susu (KPS) dan PT Indolakto tergantung kualitas karena dilakukan pengujian terhadap susu dengan uji kualitas susu yaitu Total Solid 12,44 persen dengan harga Rp. 4.500,- per kilo dan untuk harga susu yang di jual langsung ke konsumen akhir sebesar Rp 6.000,- liter.

Sistem promosi yang dilakukan oleh perusahaan adalah direct selling atau penjulan langsung, perusahaan mengantarkan produknya langsung tanpa perantara. Hal ini disebabkan agar produk tersebut tidak mengalami kerusakan.

5.11 Usaha-usaha yang dikembangkan PT Rejo Sari Bumi

(52)

39 melon dan musk melon dan tanaman out – door meliputi tanaman holtikultura,

pisang dan jeruk. PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos juga memiliki usaha pendukung yaitu pupuk organik; (3) Pakan ternak; (4) Wisata dan kunjungan pendidikan; (5) Pelatihan yaitu agro educational dan (6) Kerja sama (pola kemitraan).

PT.Rejo Sari Bumi Unit Tapos juga melakukan usaha–usaha yang akan dikembangkan diantaranya adalah agro educational farm, pembenihan, holtukultur, program rearing (pembibitan sapi perah), recovery sapi lokal (Jawa) yang akan dipasarkan di Jabotabek. PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos juga mempunyai program bidang sosial dan lingkungan, diantaranya menjadi tempat untuk pelatihan, Praktek Keja Lapang (PKL), Paraktek Kerja Usaha (PKU) bagi mahasiswa dan siswa, berperan aktif mendukung program pemerintah dalam usaha penyelamatan kawasan Gunung Gede dan Pangrango, berperan aktif dalam masalah persusuan nasional dan melakukan kerja sama atau pola kemitraan

5.12 Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos

5.12.1 Tata Laksana Pemeliharaan Pedet

Pedet adalah anak sapi yang baru lahir sampai dengan umur delapan bulan. Pedet yang baru lahir masih perlu mendapat perhatian secara khusus. Pada pemeliharaan pedet yang baru saja dilahirkan. Langkah awal yang dilakukan adalah membersihkan kotoran yang ada pada hidung, supaya pernapasannya tidak terganggu, setelah itu talih pusarnya tidak dipotong langsung tetapi dibiarkan mengering, setelah mengering maka tali pusarnya akan terlepas sendiri. Pedet yang telah dibersihkan dari kotoran maka langsung dipindahkan kekandang khusus pedet yang ada dipeternakan.

(53)

40 hari pertama sejak lahir sebanyak 3–0,5 liter. Jika pemberian pakan pada pedet umur 0-4 bulan baik,setelah lepas sapih kondisi tubuh akan baik pula. Pada masa ini pedet sudah mampu makan konsentrat dan rumput. Pemberian pakan dan air pada pedet lepas sapih sebaiknya ad libitum atau tidak terbatas. Hal ini disebabkan pedet berada dalam kandang koloni, sehingga jika daya pakannya baik akan tumbuh lebih cepat. Pedet umur satu bulan dapat diberi makanan penguat sebagai ganti air susu yang seharusnya diberikan. Jumlah makanan yang harus diberikan adalah umur satu bulan sebanyak 0,25 kg/hari. Umur enam bulann sebanyak 1,50 kg/hari. Atau patokan pemberian pakan kepada pedet adalah konsentrat 11,5 % dan hijauan 10 % dari bobot hidup. Prosedur Pemeliharaan Pedet di PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos dapat dilihat pada Lampiran 2.

5.12.2 Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Dara

Sapi dara ( Heifer ) adalah sapi–sapi betina umur 9 bulan sampai beranak pertama ( AAK, 1995 ). Bangsa sapi yang dipelihara secar intensif makanan yang diberikan terdiri dari hijauan dan makan penguat seperti : jagung giling, dedak halus, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, testes dan lain – lain. Bahan makan berupa rumput atau hijauan diberikan sebanyak kira – kira 10 persen dari bobot badan. Sedangkan makanan penguat 2–3 kg /ekor, yang diberikan 1-2 kali sehari dan hijauan 2-3 kali sehari. Air minum yang bersih diberikan secara bebas Prosedur Pemeliharaan Pedet di PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos hampir sama dengan tatalaksana pemeliharaan sapi pedet namun tidak diberikan susu atau skim. Prosedur Pemeliharaan dara di PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.12.3 Pemeliharaan Sapi Laktasi

(54)

41 Pemeliharaan yang dilakukan meliputi dari membersihkan kandang, setelah itu ambingnya dibersihkan dan induk laktasi mulai diperah. Setelah proses pemerahan dilakukan maka sapi dimandikan dengan menggunakan sikat dan badan sapi tersebut disikat sampai bersih. Pembersihan kandang dan pemerahan dilakukan pada pukul 06:00 pagi, setelah proses pemerahan dan pembersihan kandang maka dilakukan pemberian konsentrat, pemberian konsentrat diberikan sebanyak 50 persen dari jumlah susu yang dihasilkan atau dengan perbandingan 1:2 atau pemberian pakan konsentrat sebanyak 3,5 kg per ekor per hari. Setelah pemberian pakan kemudian diberi air. Pemberian rumput tetap berpatokan pada 10 persen dari bobot hidup. Kualitas rumput atau hijauan akan mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Pemberian pakan selanjutnya diberikan pada pukul 15:30 setelah proses pemerahan yang kedua. Prosedur Pemeliharaan sapi laktasi di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.12.4 Sapi Kering Kandang dan Bunting Tua

Kegiatan yang dilaksanakan secara rutin setiap hari pada pemeliharaan sapi kering kandang tidak banyak berbeda dengan pemeliharaan sapi laktasi, hanya pada sapi kering kandang tidak dilaksanakan pemerahan, dan pemberian konsentrat dengan jumlah yang lebih sedikit. Prosedur Pemeliharaan kering kandang dan bunting tua di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dapat dilihat pada Lampiran 5.

5.12.5 Tata Laksana Pemeliharaan Pejantan

(55)

42 5.12.6 Tata Laksana Pemerahan

Menghasilkan susu kualitas baik, maka tata laksana pemerahan sebagai tahap pemanenan susu harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga kualitas awal susu, yang merupakan indikator baik buruknya produk susu yang dihasilkan, akan menjadi lebih baik. Begitupun yang dilaksanakan di PT. Rejo Sari Bumi, pemerahan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : a) tahap persiapan pemerahan ; b) tahap pemerahan; c) tahap setelah pemerahan. Tahap persiapan pemerahan adalah menyediakan dan membersikhan alat - alat yang akan digunakan dalam proses pemerahan dan tahap pemerahan yang dilakukan adalah perangsangan ambing dan puting susu dengan menggunakan air hangat, kemudian dilakukan pemerahan pertama untuk memeriksa mastitis. Dalam pemerahan pertama sapi terserang mastitis maka sapi tersebut tidak akan diperah dan dikembalikan ke dalam kandang isolasi untuk dilakukan penanganan mastitis. Pemerahan dilaksanakan dua kali sehari, yaitu pagi hari pada pukul 06 : 00 dan sore hari pada pukul 13 : 00 WIB, dengan interval pemerahan tujuh jam. Pemerahan dilakukan dengan menggunakan mesin pipeline milker yang memiliki prisip kerja yang sama dengan pedet yang sedang menyusui.

5.12.7 Kesehatan Hewan Serta IB

Sapi perah yang kena serangan penyakit bisa menimbulkan kerugian besar, terlebih penyakit menular. Penyakit menular tersebut tidak selalu mematikan secara langsung, namun dapat merusakan kesehatan sapi perah secara berkepanjangan. Misalnya, penyakit Brucellosis (keguguran kandungan yang menular) dan Tuberculose. (AAK, 1995).

(56)

43 Tabel 7. Jenis Penyakit dan Penangannya PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos

enis Penyakit Penanaganan

Sapi yang mederita penyakit ini dapat diberi suntikan preparat calsium sandos, calsium borogluconate dalam konsentarsi 20%, dengan dosis obat tergantung besar kecilnya sapi. Sapi yang memiliki berat badan ± 350 kg dapat diberikan 700 – 1500 cc.

Sapi harus mendapatkan ransom yang kandungan Ca, P, dan Mg dalam jumlah yang cukup.

Diberikan suntikan antibiotic seperti penicillin; sulfamethazine melalui mulut (oral).

Diberikan penicilinmastitis ointment, chlorttetraccyline ointment.

Menjaga sanitasi lingkungan sekitar kandang.

Dilakukan vaksinasi dengan vaksin “Strain 19”, terutama sapi muda berumur- bulan. Sapi yang umurnya kurang dari empat bulan belum boleh divaksin.

Sapi yang menderita diisolasi

Menjaga sanitasi lingkungan sekitar kandang.

Sapi yang terserang diisolasi Dilakukan vaksinasi

Pengobatan dengan pemberian antibiotic Mejaga sanitasi lingkungan sekiar kandang. Sapi yang menderita diisolasi diruangan khusus yang gelap atau tertutup.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Populasi Sapi Perah di Indonesia Tahun 2006-  2010
Gambar 1. Diagram Alur Pemikiran Operasional
Tabel  5. Jenis Kandang yang Dimiliki PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos 2011
Tabel  7. Jenis Penyakit dan Penangannya PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat penguasaan teknis yang sedang, kegiatan usaha ternak sapi perah kelompok Sarjana

Pencapaian target peningkatan populasi ternak di Kabupaten Bandung terutama untuk ternak sapi perah dan sapi potong masing- masing adalah 85.18% dan 74.49% (Dinas Peternakan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Kecamatan Cibungbulang

Bidang kegiatan usaha di KSU Tandangsari beragam dan aktifitasnya berjalan dengan baik dan lancar seperti ; 1) Unit usaha sapi perah/susu segar, usaha ini merupakan usaha yang

KURVA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DAN KORELASINYA PADA PEMERAHAN PAGI DAN SORE PERIODE LAKTASI SATU (Studi Kasus Di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa KUD Mandiri Cisurupan cukup berperan besar dalam pengembangan usaha bagi para peternak sapi perah yaitu tersedianya pelayanan

Hasil analisis SWOT usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong menunjukan beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan yaitu: meningkatkan kegiatan produksi dengan

Sebagian besar peternak di Indonesia adalah anggota koperasi susu yang mendapat fasilitas pinjaman sarana produksi ternak sapi perah dan pakan konsentrat agar