• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

57

Universitas Sumatera Utara Lampiran

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Binartha Utami

NIM : 100100241

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 4 November 1992

Agama : Islam

Alamat : Jalan Setia Budi Pasar 1, Gang Makmur

No.9, Tanjung Sari, Medan, Sumatera Utara

Keluarga :

1) Ayah : Drs. Bintara Perangin-angin

2) Ibu : Ernawati Tarigan

3) Adik : Meiranita Perangin-angin

Riwayat Pendidikan : 1. TK Islam Fitria As-syahara V (1997-1998)

2. SD Negeri 9 Cileungsi (1998-2004)

3. SMP Muhammadiyah Cileungsi (2004-

2007)

4. SMA 3 PSKD Jakarta (2007-2010)

5. Fakultas Kedokteran USU (2010-

Sekarang)

(2)
(3)

59

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2

(4)

Lampiran 2

(5)

61

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN PENELITIAN

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan Hormat,

Saya yang bernama Binartha Utami adalah Mahasiswi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul

“Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi

Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan

Shafiyyatul Amaliyyah Medan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu tugas

akhir dalam rangka menyelesaikan proses pembelajaran Program S1 Kedokteran

USU.

Makanan cepat saji (fast food) adalah jenis makanan yang mudah disajikan,

praktis, dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dan teknologi

tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan

cita rasa bagi produk tersebut. Sedangkan fast food dikatakan negatif karena

ketidakseimbangan nutrisi yang dikandungnya, tinggi garam dan lemak, rendah

vitamin, mineral serta serat, dan bila dikonsumsi berlebihan dapat menimbulkan

berbagai penyakit degeneratif seperti obesitas, diabetes melitus, penyakit jantung

koroner, hipertensi, dan lain-lain. Sehingga dengan dilaksanakannya penelitian ini

diharapkan para remaja menjadi lebih mengerti berbagai kandungan gizi dalam

makanan cepat saji (fast food) pola barat dan dampaknya bagi kesehatan.

Maka untuk keperluan penelitian ini, saya mohon kesediaan Adik-adik,

Siswa dan Siswi SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan, untuk

menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi Adik-adik dalam penelitian ini

bersifat sukarela sehingga Adik-adik bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa

ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan

dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika Adik-adik bersedia

(6)

menjadi subjek penelitian, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan.

Bila Adik-adik membutuhkan penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi saya:

Nama : Binartha Utami

Alamat : Jalan Setia Budi Pasar 1 Gang Makmur No. 9, Tanjung Sari, Medan

No. Hp : 085762833716

Atas perhatian dan kesediaan Adik-adik menjadi responden dalam

penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2013

Peneliti,

(Binartha Utami)

(7)

63

Universitas Sumatera Utara Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

No. Telp./Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Gambaran

Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan

Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul

Amaliyyah Medan”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan

menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat digunakan seperlunya.

Mengetahui, Medan, Oktober 2013

Wali Kelas, Responden Penelitian,

( ) ( )

(8)

Lampiran 5

KUESIONER

GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH REMAJA USIA 15-17 TAHUN YANG MENGONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) POLA

BARAT DI SMA YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013

I. INFORMASI RESPONDEN

(Isilah Informasi di Bawah Ini Dengan Benar dan Tepat)

No. Responden :

Nama Responden :

Tanggal Lahir :

Kelas :

Tanggal Wawancara :

II.KARAKTERISTIK RESPONDEN

(Isilah Informasi di Bawah Ini Dengan Benar dan Tepat)

A. Umur : Tahun

B. Jenis Kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan

C. Tinggi Badan : cm

D. Berat Badan : kg

E. Uang Saku/Hari : a. < Rp 30.000,00

(pilih salah satu) b. Rp 30.000,00 – Rp 50.000,00

c. > Rp 50.000,00

(9)

65

Universitas Sumatera Utara NB: *tanggal terakhir kali dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan

III. KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD POLA BARAT

(pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan memberi tanda (x))

1. Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan makanan siap saji (fast

food)?

a. Makanan yang mudah disajikan dan praktis

b. Makanan yang tampilannya menarik

c. Makanan yang diolah secara alami

2. Makanan siap saji yang sering Anda konsumsi adalah (jawaban boleh

lebih dari satu)

1. Ayam Goreng (fried chicken)

2. Hamburger

3. Pizza

4. Spaghetti

5. Chicken Nugget

6. Sosis

7. Lainnya. Sebutkan

3. Berapa kali Anda mengonsumsi makanan siap saji?

a. 2-3 kali per minggu

b. 3-4 kali per bulan

c. 1-2 kali per bulan

d. Tidak Pernah

4. Biasanya kapan saat Anda paling sering mengonsumsi makanan saji (fast

food)? (jawaban boleh lebih dari satu)

1. Saat makan siang sesudah pulang sekolah

2. Saat pulang les bimbingan

3. Saat ngumpul dengan teman-teman

4. Saat ada traktiran teman yang berulang tahun

5. Lainnya, sebutkan:

(10)

5. Apa yang menjadi pertimbangan Anda untuk mengonsumsi makanan siap saji (fast food)? (jawaban boleh lebih dari satu)

1. Harganya terjangkau

2. Praktis

3. Tampilannya menarik

4. Rasanya enak

5. Lainnya, sebutkan:

6. Bersama siapakah Anda biasanya mengonsumsi fast food?

a. Sendiri

b. Keluarga

c. Teman

d. Lainnya, sebutkan:

7. Apakah alasan Anda ingin mengonsumsi fast food?

(jawaban dapat lebih dari satu)

1. Agar terlihat gaul dan tidak ketinggalan jaman

2. Untuk menjaga agar tetap dipandang teman masih mampu untuk

membelinya

3. Ajakan dari orang lain (keluarga, teman, dan lain-lain)

4. Makanan siap saji lebih cepat dan praktis sehingga tidak lama

menunggu untuk dikonsumsi

5. Makanan siap saji pengganti makanan yang tidak sempat dibawa dari

rumah

8. Darimana Anda mengetahui informasi mengenai makanan siap saji (fast

food)? (Jawaban dapat lebih dari satu)

1. Buku

2. Koran

3. Poster

4. Majalah

5. Televisi

6. Radio

(11)

67

Universitas Sumatera Utara

7. Internet

8. Lainnya, sebutkan:

9. Apakah ada di sekitar sekolah Anda yang menjual makanan siap saji (fast

food) modern?

a. Ada

b. Tidak ada

10.Makanan siap saji yang sering Anda konsumsi di sekolah atau sekitar

sekolah adalah... (jawaban boleh lebih dari satu)

1. Ayam Goreng (fried chicken)

2. Hamburger

3. Pizza

4. Spaghetti

5. Chicken Nugget

6. Sosis

7. Lainnya. Sebutkan

11. Seberapa seringkah Anda melakukan aktivitas fisik atau berolahraga?

a. Setiap hari

b. 2-3 kali per minggu

c. 1-3 kali per bulan

d. Tidak pernah

12. Sebutkan aktivitas fisik atau olahraga yang sering anda lakukan? (jawaban

boleh lebih dari satu)

a. Jogging

b. Senam

c. Berenang

d. Bermain bola

e. Gym

f. Lainnya, sebutkan

(12)
(13)

69

Universitas Sumatera Utara

(14)

Lampiran 7

OUTPUT SPSS

ANALISA UNIVARIAT

Kelas Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kelas X 32 48.5 48.5 48.5

Kelas XI 34 51.5 51.5 100.0

Total 66 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 34 51.5 51.5 51.5

Perempuan 32 48.5 48.5 100.0

Total 66 100.0 100.0

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 15 Tahun 16 24.2 24.2 24.2

16 Tahun 23 34.8 34.8 59.1

17 Tahun 27 40.9 40.9 100.0

Total 66 100.0 100.0

(15)

71

Universitas Sumatera Utara Frekuensi Konsumsi Fast Food

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2-3 kali/minggu 34 51.5 51.5 51.5

3-4 kali/bulan 22 33.3 33.3 84.8

1-2 kali/bulan 10 15.2 15.2 100.0

Total 66 100.0 100.0

Uang Saku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < Rp30.000,00 38 57.6 57.6 57.6

Rp30.000,00-Rp50.000,00 26 39.4 39.4 97.0

> Rp50.000,00 2 3.0 3.0 100.0

Total 66 100.0 100.0

Statistics

Berat Badan (kg)

N Valid 66

Missing 0

Mean 58.5152

Median 55.0000

Sum 3862.00

Statistics

Tinggi Badan (cm)

N Valid 66

Missing 0

Mean 161.5152

Median 163.0000

Std. Deviation 8.89813

Sum 10660.00

(16)

Statistics

Indeks Massa Tubuh (IMT)

N Valid 66

Missing 0

Mean 22.2625

Median 21.5628

Std. Deviation 3.97463

Sum 1469.33

Persentil IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <5 percentile 1 1.5 1.5 1.5

5-85 percentile 47 71.2 71.2 72.7

85-95 percentile 13 19.7 19.7 92.4

>95 percentile 5 7.6 7.6 100.0

Total 66 100.0 100.0

Kelompok IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Berat Badan Kurang 1 1.5 1.5 1.5

Normal 47 71.2 71.2 72.7

Berat Badan Berlebih 13 19.7 19.7 92.4

Obesitas 5 7.6 7.6 100.0

Total 66 100.0 100.0

(17)

73

Universitas Sumatera Utara

ANALISA BIVARIAT

Kelas Responden * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

Kelas Responden Kelas X Count 14 18 32

% of Total 21.2% 27.3% 48.5%

Kelas XI Count 20 14 34

% of Total 30.3% 21.2% 51.5%

Total Count 34 32 66

% of Total 51.5% 48.5% 100.0%

Uang Saku * Frekuensi Konsumsi Fast Food Crosstabulation

Frekuensi Konsumsi Fast Food Total

2-3

kali/minggu

3-4 kali/bulan 1-2 kali/bulan

Uang Saku < Rp30.000,00 Count 21 8 9 38

% of Total 31.8% 12.1% 13.6% 57.6%

Rp30.000,00-Rp50.000,00 Count 13 13 0 26

% of Total 19.7% 19.7% .0% 39.4%

> Rp50.000,00 Count 0 1 1 2

% of Total .0% 1.5% 1.5% 3.0%

Total Count 34 22 10 66

% of Total 51.5% 33.3% 15.2% 100.0%

(18)

Kelompok IMT * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

Kelompok IMT Berat Badan Kurang Count 1 0 1

% of Total 1.5% .0% 1.5%

Normal Count 22 25 47

% of Total 33.3% 37.9% 71.2%

Berat Badan Berlebih Count 7 6 13

% of Total 10.6% 9.1% 19.7%

Obesitas Count 4 1 5

% of Total 6.1% 1.5% 7.6%

Total Count 34 32 66

% of Total 51.5% 48.5% 100.0%

Kelompok IMT * Frekuensi Konsumsi Fast Food Crosstabulation

Frekuensi Konsumsi Fast Food Total

2-3

kali/minggu

3-4 kali/bulan 1-2 kali/bulan

Kelompok IMT Berat Badan Kurang Count 0 1 0 1

% of Total .0% 1.5% .0% 1.5%

Normal Count 26 15 6 47

% of Total 39.4% 22.7% 9.1% 71.2%

Berat Badan Berlebih Count 5 5 3 13

% of Total 7.6% 7.6% 4.5% 19.7%

Obesitas Count 3 1 1 5

% of Total 4.5% 1.5% 1.5% 7.6%

Total Count 34 22 10 66

% of Total 51.5% 33.3% 15.2% 100.0%

(19)

75

Universitas Sumatera Utara Lampiran 8

(20)

Lampiran 9

(21)

77

Universitas Sumatera Utara Lampiran 10

(22)

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Allo, B., Syam, A. & Virani, D., 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan

Kebiasaan Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Gizi Lebih pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Sudirman I Makassar, Makassar: Program Studi Ilmu

Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Anonim, 2013. Perkembangan Usaha PT Fast Food Indonesia Tbk. Available from: 2013)

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi

VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Arisman, 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. 2nd ed. Jakarta: EGC.

Asmika; Ruhana, Amalia & Febriyani, Mila.2013. Hubungan Daya Tarik Iklan

Fast Food pada Media Massa, Asupan Makan dan Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di SMA Negeri 3 Pontianak.

Malang: Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya.

Centers for Disease Control and Prevention, 2011. About BMI for Children and

Teens. USA: CDC. Available from:

Collison, K. S. et al., 2010. Sugar-sweetened Carbonated Beverage Consumption

Correlates with BMI, Waist Circumference, and Poor Dietary Choices in School Children, Saudi Arabia: BioMed Central Public Health. Available

from: http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/234. [Accessed 4 April 2013].

Damopolii, W., Mayulu, N. & Masi, G., 2013. Hubungan Konsumsi Fast Food

dengan Kejadian Obesitas pada Anak SD di Kota Manado, Manado: Program

(23)

54

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Drummond, K. E. & Brefere, L. M., 2007. Nutrition for Foodservice and Culinary

Professionals. 6th ed. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.

Fitri, Shinta Junita, 2011. Kebiasaan Konsumsi Fast Food Pada Siswa yang

Berstatus Gizi Lebih di SMA Kartini Batam. Skripsi. Gizi Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah & Pranadji, D. K., 2010. Pangan dalam Era Globalisasi. In: Y. F. Baliwati, A. Khomsan & C. M. Dwiriani, eds. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya, pp. 16-17.

Hayati, Fitria., 2000, Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Konsumsi Fast

Food Waralaba Modern dan Tradisional pada Remaja Siswa SMU Negeri Jakarta Selatan. Skripsi. Gizi Masyarakat Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Heryanti, Evi, 2009. Hubungan Kebiasaan Makan Cepat Saji (Fast Food

Modern), Aktivitas Fisik dan Faktor Lainnya Dengan Status Gizi Mahasiswa Penghuni Asrama UI Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Indonesia.

Kumar, Vinay, Abul K. Abbas, dan Nelson Fausto. 2010. Dasar Patologi Penyakit,

ed 7, terj. Luqman Y. R., Frans D., dan Leo R. Jakarta: EGC.

Langellier, B.A., 2012. The Food Environment and Student Weight Status, Los

Angeles County, 2008-2009. Los Angeles: Centers for Disease Control and

Prevention. Available from:

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Patterson, R., Risby, A. & Chan, Mei-Yen., 2012. Consumption of takeaway and

fast food in a deprived inner London Borough: are they associated with childhood obesity?, London: BMJ Open. Available from:

Pratiwi, Ramadani. 2011. The Influence of Predisposing, Enabling and

Reinforcing Factor on Meal Patterns of Senior High Students in Shafiyyatul Amaliyyah Education Foundation in Medan. Tesis. Program Studi S2 Ilmu

(24)

Universitas Sumatera Utara

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Rouhani, M. H. et al., 2012. Fast Food Consumption, Quality of Diet, and Obesity

among Isfahanian Adolescent Girls, Isfahanian: Hindawi Publishing

Corporation, Journal of Obesity .

Sadock, B. J. & Sadock, V. A., 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. New York: Lippincott

Williams & Wilkins.

Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Sihaloho, Neni Maynita. 2012. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pola Pemilihan

Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) pada Pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Sumatera Utara.

Sugondo, S., 2010. Obesitas. In: A. W. Sudoyo, ed. Buku Ajar Penyakit Dalam,

Edisi Kelima. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1973-1977.

Suryaalamsah, Inne Indraaryani. 2009. Konsumsi Fast Food dan Faktor-Faktor

yang Berhubungan dengan Kegemukan di SD Bina Insani Bogor. Tesis.

Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Suryanti, R., Jafar, N. & Syam, A., 2013. Gambaran Jenis dan Jumla Konsumsi

Fast Food dan Soft Drink pada Mahasiswa Obesitas di Universitas Hasanuddin, Makassar: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Tarigan, Elsa Frida. 2012. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Sumatera Utara.

Tayem, Y. I. et al., 2012. Prevalence and Risk Factors of Obesity and

Hypertension Among Students at a Central University in the West Bank, West

Bank: Creative Commons Attribution-Noncommercial. Available from: [Accessed 28 Maret 2013]

The Food Monitoring Group, 2012. International Collaborative Project to

Compare and Track the Nutritional Composition of Fast Foods, BMC Public

(25)

56

Health. Available from:

[Accessed 4 April 2013].

Tortora, G. J. & Derrickson, B. H., 2009. Principles of Anatomy and Physiology,

Volume 2-Maintenance and Continuity of the Human Body. 12th ed. USA:

John Wiley & Sons, Inc.

Valery, P. C. et al., 2012. Diet, Physical Activity, and Obesity in School-Aged

Indigenous Youths in Northern Australia, Australia: Hindawi Publishing

Corporation.

Virgianto, G. & Purwaningsih, E., 2006. Consumption of Fast Food as a Risk

Factor of Obesity in 15-17 Years Old Adolescent, Study at SMUN 3 Semarang, Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Wardlaw, G. M., Hampl, J. S. & Disilvestro, R. A., 2004. Perspectives in

Nutrition. 6th ed. New York: McGraw-Hill.

(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Gambaran Indeks Massa Tubuh pada Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat

Saji (Fast Food) Pola Barat

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Grafik Persentil CDC IMT-Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast

Food) Pola Barat

(27)

25

Universitas Sumatera Utara

3.2.Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas maka definisi operasional

masing-masing variabel adalah:

1. Makanan cepat saji adalah makanan yang mempunyai kandungan garam,

gula, lemak dan kalori tinggi, tetapi kandungan vitaminnya sedikit.

2. Konsumsi makanan cepat saji adalah kebiasaan responden dalam memilih

konsumsi fast food berupa jenis fast food yang dikonsumsi dan

frekuensinya.

a. Cara Ukur: responden menjawab kuesioner

b. Alat Ukur: kuesioner

c. Hasil pengukuran: - kebiasaan buruk (skor > 75%)

- kebiasaan sedang (skor 45-75%)

- kebiasaan baik (skor <45%)

d. Skala: ordinal

3. Indeks massa tubuh adalah rumus matematis yang dinyatakan sebagai

berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam

ukuran meter).

a. Cara ukur: menghitung berat badan (kg) dan tinggi badan (cm), lalu

menghitung IMT dengan menggunakan rumus (���= �� (��)

�� (�2)) lalu

hasilnya diplotkan ke dalam grafik CDC IMT-Berdasarkan Umur dan

Jenis Kelamin

b. Alat ukur: berat badan diukur dengan timbangan digital merk Camry

dengan ketelitian 0,1 kg dan tinggi badan diukur dengan menggunakan

microtoise merk Gea dengan ketelitian 0,1 cm.

c. Hasil pengukuran:

- BB kurang (< 5 percentile)

- Kisaran normal (5-85 percentile)

- BB berlebih (85-95 percentile)

- Obesitas (≥ 95 percentile)

d. Skala: ordinal

(28)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional study

untuk mengetahui gambaran indeks massa tubuh remaja di SMA Yayasan

Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah yang mengonsumsi makanan cepat saji. Studi

cross sectional melakukan observasi pada tiap subjek hanya satu kali dan

pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut

(Sastroasmoro dan Ismael, 2010).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul

Amaliyyah Medan dengan pertimbangan berdasarkan survei pendahuluan yang

telah dilakukan, bahwa letak sekolah sangat strategis yaitu dekat dengan pusat

penjualan makanan cepat saji, ditambah lagi dikantin sekolah banyak tersedia

makanan cepat saji (hamburger, hot dog, pizza, dan lain-lain).

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-November 2013, setelah

mendapat persetujuan dari komisi etik penelitian kesehatan FK USU.

4.3.Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan

siswi SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang berjumlah

(29)

27

Universitas Sumatera Utara

207 orang yang terdiri dari 89 orang kelas X dan 118 orang kelas XI. Kelas XII

tidak diikutkan dalam pemilihan responden karena telah mengikuti Ujian Nasional.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebahagian dari siswa dan siswi SMA Yayasan Pendidikan

Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang berusia 15-17 tahun. Besarnya ditentukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Issac & Michael):

� = �� 2

1−�⁄2 � (1− �) (� −1) �2+ �2

1−�⁄2 � (1− �)

Keterangan:

n = besar sampel minimum

N = jumlah populasi

�2

1−�⁄2 = nilai standar baku normal pada kurva normal (95%= 1,96)

P = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi bila tidak diketahui maka

ditetapkan 50% (0,5)

d = derajat penyimpangan terhadap populasi, ditetapkan sebesar 10% atau 0,1

Maka:

�= (207) (1,96)

2 (0,5)(10,5)

(207−1) (0,1)2+ (1,96)2 (0,5)(10,5)

�= 198,80

2,06 + 0,96

�= 198,80 3,02

�= 65,82

�= 66 orang

Berdasarkan perhitungan diatas, maka dari 207 siswa didapatkan sampel

sebanyak 65,82 atau dibulatkan menjadi 66 orang siswa yang tersebar pada kelas

X dan XI. Untuk mengambil sampel dari setiap kelas dilakukan dengan metode

(30)

simple random sampling, yaitu mengambil sampel secara acak atau undian sampai

memenuhi jumlah sampel yang diinginkan (Notoatmodjo, 2010).

4.4.Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer diperoleh langsung dari responden dengan

menggunakan kuesioner terstruktur untuk mendapatkan informasi tentang

identitas responden (nama, kelas, umur, tinggi badan, berat badan) dan kebiasaan

pemilihan konsumsi makanan cepat saji pola barat. Tinggi badan diukur dengan

menggunakan microtoise merk Gea dengan tingkat ketelitian 0,1 cm, berat badan

diukur menggunakan timbangan digital merk Camry dengan tingkat ketelitian 0,1

kg.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak sekolah untuk

mendapatkan informasi tentang jumlah siswa/i kelas X dan XI, data kesehatan,

fasilitas sekolah, kegiatan siswa/i serta gambaran mengenai SMA Yayasan

Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

4.5.Metode Pengolahan dan Analisa Data

4.5.1. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data sebagai berikut :

1. Pengeditan Data (Editing)

Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah

diisi, berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan, relevansi, dan

konsistensi jawaban dan koreksi terhadap kesalahan pengisian.

2. Pengkodean Data (Coding)

(31)

29

Universitas Sumatera Utara

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan

memberikan kode pada pertanyaan penelitian dalam kuesioner.

3. Pemasukkan Data (Entry)

Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer

untuk disolah dan dianalisis melalui program komputer.

4. Pengecekan Data (Cleaning)

Adalah pengecekan data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau

tidak.

4.5.2. Analisa Data

Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa univariat yang

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya pada analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat yang

akan dilakukan pada penelitian ini adalah:

a. Untuk mendeskripsikan karakteristik responden (umur dan jenis kelamin)

dengan penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi.

b. Untuk mendistribusikan gambaran indeks massa tubuh responden dengan

penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi.

c. Untuk mendistribusikan kebiasaan pemilihan konsumsi makanan cepat saji pola barat dalam bentuk distribusi frekuensi.

(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Lokasi Penelitian

SMA Yayasan Shafiyyatul Amaliyyah Medan merupakan sekolah swasta

perguruan Islam yang telah berdiri sejak tahun 2004. Sekolah ini berdiri di tanah

yang memiliki luas lebih kurang 3,5 Ha dan beralamat di Jl. Setia Budi No. 191,

Kecamatan Medan Sunggal 20132, Sumatera Utara.

SMA Yayasan Shafiyyatul Amaliyyah Medan merupakan sekolah yang

memiliki akreditasi A dan diklasifikasikan sebagai sekolah mandiri. Jumlah siswa

dan siswi tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 311 orang, yang terdiri dari 89 orang

kelas X, 118 orang kelas XI, dan 104 orang kelas XII.

Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah antara lain gedung kantor,

gedung belajar yang menggunakan Air Conditioner (AC), masjid, ruang multiguna,

Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komput er, Laboratorium Matematika,

Laboratorium IPA, perpustakaan, ruang audiovisual, wifi area, sarana olahraga

dan seni di dalam dan di luar ruangan, studio musik, ruang makan siswa, klub

sepak bola, klinik pemeriksaan kesehatan Mitra Bunda, konsultasi psikologi,

kantin dan supermarket.

Jam pelajaran sekolah dimulai pada pukul 07.25 WIB sampai pukul 15.30

WIB pada hari Senin sampai hari Jumat. Sedangkan pada hari Sabtu jam pelajaran

dimulai seperti hari biasa dan berakhir pada pukul 12.00 WIB.

SMA Yayasan Shafiyyatul Amaliyyah Medan merupakan salah satu

sekolah swasta mandiri yang besar di Medan. Daya beli siswa dan siswi terhadap

makanan cepat saji yang tinggi kandungan energi dan lemak tergolong tinggi (fast

food).

(33)

31

Universitas Sumatera Utara

5.1.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini berupa jenis kelamin dan

umur responden.

a. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin responden berdasarkan tiap kelas dapat dilihat pada tabel

[image:33.595.117.546.258.391.2]

sebagai berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Kelas

Jenis Kelamin

n %

Laki-laki Perempuan

n % N %

1. X 14 21,2 18 27,3 32 48,5

2. XI 20 30,3 14 21,2 34 51,5

Jumlah 34 51,5 32 48,5 66 100

Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin, responden

terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 34 orang (51,5%) sedangkan responden

perempuan sebanyak 32 orang (48,5%). Lalu, responden terbanyak berdasarkan

kelas adalah kelas XI yaitu sebanyak 34 responden (51,5%) , sedangkan

responden yang berasal dari kelas X sebanyak 32 orang (48,5%).

b. Umur Responden

Dalam penelitian ini umur responden mulai dari umur 15 tahun hingga 17

tahun seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Responden N %

1. 15 Tahun 16 24,2

2. 16 Tahun 23 34,9

3. 17 Tahun 27 40,9

Jumlah 66 100

[image:33.595.124.519.601.724.2]
(34)

Berdasarkan tabel 5.2. respoden terbanyak dalam penelitian ini adalah

responden berusia 17 tahun sebanyak 27 orang (40,9%), lalu responden berusia 16

tahun sebanyak 23 orang (34,9%). Sedangkan responden yang paling sedikit

adalah berusia 15 tahun sebanyak 16 orang (24,2%).

5.1.3. Gambaran Uang Saku Responden Penelitian

Gambaran uang saku responden per hari dalam penelitian ini dapat dilihat

[image:34.595.111.514.319.426.2]

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.3. Gambaran Uang Saku Responden Penelitian

Uang Saku Jumlah (n) Persentase (%)

< Rp30.000,00 38 57,6

Rp30.000,00-Rp50.000,00 26 39,4

> Rp50.000,00 2 3,0

Total 66 100

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa, responden yang mendapatkan

uang saku kurang dari Rp30.000,00 per hari sebanyak 38 orang (57,6%), lalu

responden yang mendapatkan uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00

adalah sebanyak 26 orang (39,4%). Sedangkan responden yang mendapatkan

uang saku lebih dari Rp50.000,00 hanya terdapat 2 orang (3%).

5.1.4. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Pola Barat

Gambaran frekuensi responden dalam mengonsumsi fast food pola barat

dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

(35)

33

[image:35.595.108.519.131.263.2]

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.4. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Pola Barat

Frekuensi Jumlah (n) Persentase (%)

2-3 kali per minggu 34 51,5

3-4 kali per bulan 22 33,3

1-2 kali per bulan 10 15,2

Tidak pernah 0 0

Total 66 100

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa frekuensi mengonsumsi fast food

terbanyak pada responden penelitian ini adalah sebanyak 2-3 kali per minggu,

yaitu sebesar 34 orang (51,5%). Lalu responden yang mengonsumsi fast food

sebanyak 3-4 kali per bulan adalah sebesar 22 orang (33,3%) dan 10 orang

responden mengonsumsi fast food sebanyak 1-2 kali per bulan. Sedangkan dapat

pula dilihat pada tabel 5.4. bahwa tidak terdapat responden yang tidak pernah

mengonsumsi fast food dalam penelitian ini.

Tabel 5.5. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Berdasarkan Uang Saku Responden

Frekuensi Uang Saku Responden Total

<Rp30.000,00 Rp30.000,00-Rp50.000,00

>Rp50.000,00

2-3 kali per

minggu

n 21 13 0 34

% 61,8 38,2 0 51,5

3-4 kali per

bulan

n 8 13 1 22

% 36,4 59,1 4,5 33,3

1-2 kali per

bulan

n 9 0 1 10

% 90 0 10 15,2

TOTAL 38 26 2 66

Dapat dilihat dari tabel 5.5. bahwa responden yang mengonsumsi fast food

sebanyak 2-3 kali per minggu, terdapat 21 orang (61,8%) diantaranya memiliki

[image:35.595.99.523.462.703.2]
(36)

uang saku di bawah Rp30.000,00 per hari dan 13 orang (38,2%) sisanya memiliki

uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 per hari.

Kemudian, dari 22 orang yang mengonsumsi fast food sebanyak 3-4 kali

per bulan, terdapat 13 responden (59,1%) yang memiliki uang saku antara

Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 per hari, 8 orang (36,4%) memiliki uang saku

kurang dari Rp30.000,00 per hari, dan hanya 1 orang (4,5%) yang memiliki uang

saku lebih dari Rp50.000,00 per hari.

Terakhir, dari 10 orang yang mengonsumsi fast food 1-2 kali per bulan, 9

orang (90%) responden diantaranya memiliki uang saku kurang dari Rp30.000,00

per hari serta hanya 1 orang (10%) yang memiliki uang saku lebih dari

Rp50.000,00 per hari.

5.1.5. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Penelitian

[image:36.595.151.473.443.572.2]

Gambaran indeks massa tubuh (IMT) responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.6. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden*

*diperoleh berdasarkan Grafik Persentil IMT CDC 2000

Berdasarkan tabel 5.6. dapat diperoleh keterangan bahwa kategori IMT

terbanyak pada responden penelitian ini adalah dalam kisaran normal, yaitu

sebanyak 47 orang (71,2%). Kemudian responden dengan kategori berat badan

berlebih (overweight) adalah sebanyak 13 orang (19,7%) dan responden dengan

kategori obesitas adalah sebanyak 5 orang (7,6%). Sedangkan responden dengan

kategori berat badan kurang (underweight) adalah sebanyak 1 orang (1,5%).

Kategori IMT Jumlah (n) Persentase (%)

Berat Badan Kurang 1 1,5

Kisaran Normal 47 71,2

Berat Badan Berlebih 13 19,7

Obesitas 5 7,6

Total 66 100

(37)

35

[image:37.595.95.532.141.369.2]

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.7. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. IMT

Jenis Kelamin

n %

Laki-laki Perempuan

N % n %

1.

Berat Badan

Kurang 1 2,9 0 0 1 1,5

2. Kisaran Normal 22 64,7 25 78,1 47 71,2

3.

Berat Badan

Berlebih 7 20,6 6 18,8 13 19,7

4. Obesitas 4 11,8 1 3,1 5 7,6

TOTAL 34 51,5 32 48,5 66 100

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa kategori IMT terbanyak pada

responden laki-laki adalah dalam kisaran normal yaitu sebanyak 22 orang (64,7%),

selanjutnya terdapat 7 orang (20,6%) responden laki-laki dengan berat badan

berlebih (overweight), 4 orang (11,8%) dengan kategori obesitas, dan 1 orang

(2,9%) dengan kategori berat badan kurang (underweight).

Sedangkan untuk responden perempuan, kategori IMT terbanyak juga

dalam kisaran normal, yaitu sebanyak 25 orang (78,1%), lalu terdapat 6 orang

(18,8%) responden perempuan dengan berat badan berlebih dan 1 orang (3,1%)

responden dengan kategori obesitas.

(38)
[image:38.595.100.521.147.388.2]

Tabel 5.8. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Fast Food

Kategori IMT Frekuensi Konsumsi Fast Food Total

2-3 kali/minggu 3-4 kali/bulan 1-2 kali/bulan Berat Badan

Kurang

n 0 1 0 1

% 0 100 0 1.5

Normal n 26 15 6 47

% 55,3 31,9 12,8 71.2

Berat Badan

Berlebih

n 5 5 3 13

% 38,5 38,5 23,1 19.7

Obesitas n 3 1 1 5

% 60 20 20 7.6

TOTAL 34 22 10 66

Pada tabel 5.8. memperlihatkan bahwa dari 47 orang responden dengan

IMT normal, 26 orang (55,3%) diantaranya mengonsumsi fast food kira-kira

sebanyak 2-3 kali per minggu, 15 orang (31,9%) sebanyak 3-4 kali per bulan, dan

6 orang (12,8%) sebanyak 1-2 kali per bulan.

Kemudian, dari 13 orang responden dengan berat badan berlebih

(overweight), terdapat masing-masing 5 orang (38,5%) diantaranya mengonsumsi

fast food kira-kira sebanyak 2-3 kali per minggu dan 3-4 kali per bulan, serta

terdapat pula 3 orang (23,1%) yang mengonsumsi fast food 1-2 kali per bulan.

Selanjutnya, dari 5 orang dengan kategori obesitas, terdapat 3 orang (60%)

responden yang mengonsumsi fast food 2-3 kali per minggu, dan masing-masing 1

orang (20%) responden yang megonsumsi fast food 3-4 kali per bulan dan 1-2 kali

per bulan. Dan terdapat 1 responden dengan berat badan kurang (underweight)

yang mengonsumsi fast food 3-4 kali per bulan.

5.1.6. Gambaran Kebiasaan Mengonsumsi Fast Food Pola Barat

Kebiasaan responden dalam mengonsumsi fast food dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

(39)

37

[image:39.595.107.540.174.444.2]

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.9. Distribusi Fast Food Pola Barat yang Paling Sering Dikonsumsi

No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak

N %

Jenis Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat yang Sering Dikonsumsi

n % n %

1. Ayam goreng (fried

chicken)

46 69,7 20 30,3 66 100

2. Hamburger 30 45,4 36 54,6 66 100

3. Pizza 17 25,8 49 74,2 66 100

4. Spaghetti 14 21,2 52 78,8 66 100

5. Chicken nugget 38 57,6 28 42,4 66 100

6. Sosis 24 36,4 42 63,6 66 100

7. Lainnya 3 4,5 63 95,5 66 100

Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat bahwa ayam goreng (fried chicken)

menjadi makanan cepat saji yang paling sering dikonsumsi, yakni dipilih oleh 46

orang responden (69,7%). Kemudian responden yang memilih chicken nugget ada

sebanyak 38 orang (57,6%), memilih hamburger ada 30 orang (45,4%), memilih

sosis ada 24 orang (36,4%), memilih pizza ada 17 orang (25,8%), memilih

spaghetti ada 14 orang (21,2%), serta memilih makanan cepat saji lainnya ada

sebanyak 3 orang (4,5%).

(40)
[image:40.595.108.539.154.424.2]

Tabel 5.10. Distribusi Saat Paling Sering Mengonsumsi Fast Food Pola Barat

No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak

N %

Saat Paling Sering Responden

Mengonsumsi Fast Food Pola Barat

n % n %

1. Saat makan siang sesudah

pulang sekolah

18 27,3 48 72,7 66 100

2. Saat pulang les bimbingan 5 7,6 61 92,4 66 100 3. Saat ngumpul dengan

teman-teman

45 68,2 21 31,8 66 100

4. Saat ada traktiran teman

yang berulang tahun

26 39,4 40 60,6 66 100

5. Lainnya 11 16,7 55 83,3 66 100

Berdasarkan tabel 5.10. dapat diperoleh keterangan bahwa responden

memilih saat yang paling sering mengonsumsi makanan cepat saji pola barat

adalah saat berkumpul bersama teman-teman, yaitu sebesar 45 orang (68,2%).

Lalu ada 26 orang (39,4%) responden yang memilih saat ada traktiran teman yang

berulang tahun, 18 orang (27,3%) responden memilih saat makan siang sesudah

pulang sekolah, 5 orang (7,6%) memilih saat pulang les bimbingan, dan ada yang

memilih saat lainnya seperti saat sarapan pagi, saat bepergian ke mal, saat ada

waktu luang dan libur sebanyak 11 orang (16,7%) responden.

(41)

39

[image:41.595.107.538.169.407.2]

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.11. Distribusi Pertimbangan Responden Untuk Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat

No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak

N %

Pertimbangan Responden Untuk Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat

n % n %

1. Harganya terjangkau 14 21,2 52 78,8 66 100

2. Praktis 50 75,8 16 24,2 66 100

3. Tampilan menarik 6 9,1 60 90,9 66 100

4. Rasanya enak 47 71,2 19 28,8 66 100

5. Lainnya 5 7,6 61 92,4 66 100

Dapat dilihat pada tabel 5.11. bahwa yang menjadi pertimbangan

responden dalam mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat paling

banyak memilih karena praktis yakni sebesar 50 orang (75,8%). Kemudian yang

menjawab karena rasanya enak ada sebanyak 47 orang (71,2%), menjawab karena

harganya terjangkau ada 14 orang (21,2%), serta 6 orang (9,1%) menjawab karena

tampilan dari makanannya yang menarik. Sedangkan ada 5 orang (7,6%) yang

memiliki pertimbangan lain seperti alasan karena tidak adanya makanan lain

untuk dikonsumsi dan mudahnya akses ke tempat makanan cepat saji.

(42)
[image:42.595.113.536.151.554.2]

Tabel 5.12. Distribusi Alasan Responden Mengonsumsi Makanan Cepat Saji

No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak

N %

Alasan Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat

n % n %

1. Agar terlihat gaul dan

tidak ketinggalan zaman

3 4,5 63 95,5 66 100

2. Untuk menjaga agar tetap

dipandang teman masih

mampu untuk membelinya

3 4,5 63 95,5 66 100

3. Ajakan dari orang lain

(teman, keluarga, dll)

20 30,3 46 69,7 66 100

4. Makanan cepat saji lebih

cepat dan praktis sehingga

tidak lama menunggu

untuk dikonsumsi

48 72,7 18 27,3 66 100

5. Makanan cepat saji

pengganti makanan yang

tidak sempat dibawa dari

rumah

32 48,5 34 51,5 66 100

Dapat diperoleh keterangan dari tabel 5.12. bahwa alasan terbanyak

responden untuk mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat adalah

karena makanan cepat saji lebih cepat dan praktis sehingga tidak lama menunggu

untuk dikonsumsi, yakni dipilih oleh 48 orang responden (72,7%). Kemudian

alasan selanjutnya yang dipilih oleh 32 orang responden (48,5%) adalah makanan

cepat saji dijadikan pengganti makanan yang tidak sempat dibawa dari rumah, lalu

alasan selanjutnya adalah karena diajak oleh orang lain (teman, keluarga, dll)

dipilih oleh 20 orang (30,3%). Sedangkan alasan lain seperti agar terlihat gaul dan

(43)

41

Universitas Sumatera Utara

tidak ketinggalan zaman dan untuk menjaga agar tetap dipandang teman masih

[image:43.595.108.540.237.488.2]

mampu untuk membelinya masing-masing dipilih oleh 3 orang responden (4,5%).

Tabel 5.13. Distribusi Sumber Informasi Mengenai Makanan Cepat Saji (Fast Food)

No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak

N %

Sumber Informasi Mengenai Makanan Cepat Saji (Fast Food)

N % n %

1. Buku 14 21,2 52 78,8 66 100

2. Koran 20 30,3 46 69,7 66 100

3. Poster 21 31,8 45 68,2 66 100

4. Majalah 23 34,8 43 65,2 66 100

5. Televisi 53 80,3 13 19,7 66 100

6. Radio 12 18,2 54 81,8 66 100

7. Internet 38 57,6 28 42,4 66 100

8. Lainnya 3 4,5 63 95,5 66 100

Berdasarkan tabel 5.13. dapat dilihat bahwa sumber informasi terbanyak

yang didapat responden mengenai makanan cepat saji (fast food) berasal dari

televisi, yaitu dipilih oleh 53 orang responden (80,3%), kemudian internet dipilih

oleh 38 orang (57,6%), majalah oleh 23 orang (34,8%), poster oleh 21 orang

(31,8%), koran oleh 20 orang (30,3%), buku oleh 14 orang (21,2%), dan radio

dipilih oleh 12 orang (18,2%). Sedangkan ada 3 orang (4,5%) responden yang

memperoleh informasi tersebut dari orang lain seperti teman, keluarga dan

lain-lain.

5.1.7. Gambaran Aktivitas Fisik Responden

Gambaran aktivitas fisik dalam penelitian ini berupa frekuensi beraktivitas

fisik (olahraga) responden dan jenis olahraga yang dilakukan responden.

(44)

a. Frekuensi Beraktivitas Fisik (Olahraga) Responden

Gambaran aktivitas fisik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada

[image:44.595.97.529.217.389.2]

tabel di bawah ini:

Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik/Olahraga Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

No. Frekuensi

Jenis Kelamin

n %

Laki-laki Perempuan

n % n %

1. Setiap hari 5 14,7 1 3,1 6 9,1

2. 2-3 kali per minggu 20 58,8 16 50,0 36 54,6

3. 1-3 kali per bulan 9 26,5 13 40,6 22 33,3

4. Tidak pernah 0 0 2 6,3 2 3,0

TOTAL 34 51,5 32 48,5 66 100

Berdasarkan tabel 5.14. didapati bahwa responden laki-laki paling sering

melakukan aktivitas fisik, yaitu terdapat 20 orang (58,8%) responden yang

berolahraga 2 sampai 3 kali per minggu, 9 orang (26,5%) berolahraga 1 sampai 3

kali per bulan, dan 5 orang (14,7%) berolahraga setiap hari, serta tidak ada

responden laki-laki yang tidak pernah berolahraga.

Sedangkan untuk responden perempuan didapati 16 orang (50%)

berolahraga 2 sampai 3 kali per minggu, 13 orang (40,6%) berolahraga 1 sampai 3

kali per bulan, 1 orang (3,1%) responden berolahraga setiap hari, dan terdapat

pula 2 orang responden (6,3%) yang tidak pernah berolahraga.

(45)

43

[image:45.595.110.540.168.402.2]

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.15. Gambaran Indeks Massa Tubuh Responden Berdasarkan Frekuensi Berolahraga

Berdasarkan tabel 5.15. dapat diperoleh keterangan bahwa dari 5 orang

yang obesitas, 3 orang (60%) diantaranya berolahraga 1-3 kali per bulan dan 2

orang (40%) sisanya berolahraga 2-3 kali per minggu. Lalu pada responden yang

memiliki berat badan berlebih, 6 orang (46,2%) diantaranya berolahraga setiap

2-3 kali per minggu, 4 orang (2-30,8%) 1-2-3 kali per bulan, dan 2-3 orang (22-3,1%)

berolahraga setiap hari. Selanjutnya pada 27 orang (57,4%) responden dengan

IMT normal paling banyak berolahraga setiap 2-3 kali per minggu, 15 orang

(31,9%) berolahraga 1-3 kali per bulan, 3 orang (6,4%) berolahraga setiap hari,

sedangkan 2 orang (4,3%) sisanya mengaku tidak pernah berolahraga. Dan

terakhir, responden dengan berat badan kurang berolahraga setiap 2-3 kali per

minggu.

b. Jenis Aktivitas Fisik (Olahraga)

Jenis aktivitas fisik atau olahraga yang sering dilakukan oleh responden

penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: IMT

Frekuensi berolahraga Total

Setiap hari

2-3 kali per minggu

1-3 kali per bulan

tidak pernah Berat Badan

Kurang

N 0 1 0 0 1

% 0 100 0 0

Normal N 3 27 15 2 47

% 6.4 57.4 31.9 4.3

Berat Badan Berlebih

N 3 6 4 0 13

% 23.1 46.2 30.8 0

Obesitas N 0 2 3 0 5

% 0 40.0 60.0 0

(46)
[image:46.595.108.537.153.347.2]

Tabel 5.16. Distribusi Jenis Aktivitas Fisik Responden Penelitian

No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak

N %

Jenis aktivitas

fisik/olahraga n % n %

1. Jogging 28 42,4 38 57,6 66 100

2. Senam 16 24,2 50 75,8 66 100

3. Berenang 23 34,8 43 65,2 66 100

4. Sepak bola 25 37,9 41 62,1 66 100

5. Gym 4 6,1 62 93,9 66 100

6. Lainnya 7 10,6 59 89,4 66 100

Dari tabel 5.16. dapat diperoleh keteranngan bahwa jogging adalah jenis

olahraga yang paling sering dilakukan oleh responden penelitian ini, yaitu dipilih

oleh 28 orang (42,4%), selanjutnya 25 orang (37,9%) memilih sepak bola, 23

orang (34,8%) memilih berenang, 16 orang (24,2%) memilih senam, sedangkan

gym dipilih oleh 4 orang (6,1%) responden. Terdapat pula 7 orang responden

memilih olahraga jenis lain, seperti bersepeda, tenis meja, dan menari.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar remaja di

SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan memiliki indeks massa

tubuh (IMT) yang normal yaitu 71,2% responden. Selanjutnya terdapat pula

responden yang memiliki berat badan berlebih (overweight) sebanyak 19,7% dan

obesitas 7,6% serta 1 orang responden yang memiliki berat badan kurang

(underweight) dari keseluruhan total responden. Dapat dilihat dari hasil tersebut

bahwa masalah gizi masih menjadi masalah utama di Indonesia, tidak hanya berat

badan berlebih dan obesitas, namun banyak pula masyarakat Indonesia yang

masih memiliki berat badan yang kurang atau underweight.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan

prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk umur diatas 15 tahun adalah

(47)

45

Universitas Sumatera Utara

19,1% (8,8% berat badan lebih dan 10,3% obesitas), menurut jenis kelamin

menunjukkan, bahwa prevalensi nasional obesitas umum pada laki-laki umur

diatas 15 tahun adalah 13,9%, sedangkan pada perempuan adalah 23,8%

(Riskesdas, 2007). Prevalensi obesitas meningkat pada tahun 2010 menjadi 21,7%

(10,0% berat badan lebih dan 11,7% obesitas) (Riskesdas, 2010). Para ahli

percaya jika kecenderungan ini terus berlangsung pada tahun 2015 sekitar 2,3

miliar orang dewasa akan kelebihan berat badan dan lebih dari 700 juta akan

obesitas. Skala masalah obesitas memiliki sejumlah konsekuensi serius bagi

individu dan sistem kesehatan pemerintah (Soeria, 2013) yang diacu dalam

(Damopolii, dkk, 2013). Sedangkan secara nasional menurut (Riskesdas, 2010)

prevalensi kekurusan pada remaja umur 16-18 tahun adalah 8,9 persen terdiri dari

1,8 persen sangat kurus dan 7,1 persen kurus.

Selanjutnya, dapat dilihat bahwa dari 38,5% remaja dengan berat badan

berlebih dan 60% remaja dengan obesitas sangat sering mengonsumsi fast food

yaitu 2-3 kali per minggu. Hal ini sesuai pula dengan penelitian (Virgianto, 2005)

bahwa semakin besar asupan kalori total, semakin besar pula kemungkinan

terjadinya obesitas. Ini memperkuat pernyataan beberapa penelitian yang

menyatakan bahwa peningkatan masukan energi dan konsumsi makanan

memberikan kontribusi besar untuk terjadinya obesitas. Walaupun kejadian

obesitas ini turut berhubungan dengan ada atau tidaknya aktivitas fisik yang

dilakukan secara teratur oleh remaja tersebut.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan.

Pertumbuhan remaja, meningkatnya partisipasi dalam kehidupan sosial, aktivitas

remaja dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja tersebut

(Worthiton-Robert, 1996). Biasanya remaja lebih suka makanan serba instan yang

berasal dari luar rumah, seperti fast food.

Uang saku merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi daya

beli, terutama daya beli terhadap pangan. Uang saku yang besar akan

meningkatkan kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli (Suryaalamsah, 2009).

Dari tabel 5.3. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (57,6%)

mendapatkan uang saku di bawah Rp30.000,00 per hari dan 39,4% responden

(48)

mendapatkan uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 per hari.

Sedangkan berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa 61,8 % responden yang

mengonsumsi fast food dua sampai tiga kali per minggu memiliki uang saku

dibawah Rp30.000,00 per hari dan 38,2% sisanya memiliki uang saku memiliki

uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 per hari. Uang saku tersebut

dapat digunakan untuk memenuhi keinginan responden dalam mengonsumsi apa

yang mereka inginkan, salah satunya yaitu konsumsi makanan cepat saji pola

barat (fast food). Menurut Pratiwi (2011), besarnya uang saku yang diberikan

kepada siswa dan kurangnya kontrol dari orang tua mengakibatkan siswa sering

mengonsumsi makanan cepat saji yang dapat berdampak tidak baik terhadap

kesehatan mereka di masa yang akan datang.

Dalam penelitian ini, 51,5% responden mengonsumsi fast food dua sampai

tiga kali per minggu. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ratna (2008)

didapatkan hasil frekuensi konsumsi fast food remaja SMA Depok lebih dari dua

kali per minggu sebanyak 36,1% dan didukung pula oleh hasil penelitian Risa,

dkk (2009) pada remaja di Palembang bahwa sebagian besar (52,2%) dari remaja

tersebut mengonsumsi fast food bisa lebih dari tiga kali per minggu.

Kecenderungan dalam mengonsumsi fast food terlalu sering dapat menimbulkan

ketidakseimbangan gizi yang berakibat terjadinya gizi berlebih atau obesitas

(Asmika, dkk, 2011). Selanjutnya dalam penelitian ini tidak ditemukan responden

yang tidak pernah mengonsumsi makanan cepat saji, ini mengindikasikan bahwa

makanan cepat saji masih menjadi makanan yang paling digemari dikalangan

remaja, mungkin karena para remaja tersebut belum memahami dampak dari

seringnya mengonsumsi makanan tersebut.

Fried chicken menjadi yang paling banyak dipilih oleh responden (69,7%)

serta chicken nugget 57,6% sebagai jenis makanan cepat saji yang paling sering

dikonsumsi. Sesuai dengan penelitian Suryaalamsah (2009) bahwa fried chicken

juga dipilih sebagai jenis fast food yang paling sering dikonsumsi pada 58,3%

responden dengan berat badan normal maupun gemuk. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh bahan baku dan proses pengolahannya. Fried chicken berbahan

baku ayam broiler dan diolah dengan cara digoreng. Jenis fast food yang diolah

(49)

47

Universitas Sumatera Utara

dengan cara digoreng akan lebih banyak menyerap minyak daripada yang diolah

dengan cara dipanggang, lalu penambahan tepung terigu dan bumbu-bumbu

membuat fried chicken memiliki cita rasa yang lebih gurih dan renyah, tetapi

tinggi kalori, lemak, kolesterol dan garam serta sangat miskin serat, sehingga

diduga dapat mempengaruhi profil lipidnya, walaupun hal ini tidak diteliti dalam

penelitian ini. Oleh karena itu diperlukan konsumsi serat sebagai tambahan untuk

mengimbangi tingginya kolesterol dalam darah (Virgianto, 2005). Walaupun

demikian, masih dalam penelitian Virgianto tahun 2005 menyatakan bahwa

variasi jenis makanan cepat saji bukanlah faktor risiko untuk terjadinya obesitas,

ini disebabkan yang mempengaruhi obesitas adalah jumlah masukan kalori, bukan

jenis makanannya. Berbeda dengan yang ditemukan Padmiari dan Haman Hadi

(2001) bahwa ada hubungan antara jenis makanan cepat saji yang dikonsumsi

dengan kejadian obesitas pada kelompok umur yang berbeda. Ini mungkin

disebabkan karena sumbangan kalori sangat bervariasi terhadap asupan total

harian yang bergantung pada jenis makanan cepat saji tersebut.

Pada tabel 5.10. dapat dilihat bahwa saat paling sering responden

mengonsumsi fast food adalah saat berkumpul bersama teman-temannya,

sehingga teman merupakan pengaruh terbesar pada remaja dalam hal memilih

jenis makanan. Hal ini sesuai dalam penelitian Patterson (2011) diperoleh lebih

dari dua pertiga responden dalam penelitian tersebut setuju bahwa salah satu

alasan mereka mengonsumsi fast food adalah karena teman-temannya. Remaja

adalah masa transisi antara kehidupan anak menjadi dewasa, mereka sudah

memasuki tahap independensi (kebebasan) dalam berinteraksi dan bergaul dengan

lingkungan sosial yang menyebabkan remaja menjadi lebih senang menghabiskan

waktu di luar rumah bersama teman-temannya.

Dari hasil penelitian ini didapatkan 75,8% responden mempertimbangkan

untuk mengonsumsi makanan cepat saji karena praktis dan 71,2% responden

memilih karena rasanya yang enak. Rasa yang enak ini diduga karena kandungan

lemak dan garam yang tinggi dari bahan-bahan penyusun fast food. Makanan

cepat saji merupakan makanan yang lebih cepat dan praktis sehingga tidak lama

menunggu untuk dikonsumsi. Hasil ini serupa dengan penelitian Sihaloho (2012)

(50)

yang sebagian besar dari respondennya (75,4%) memilih hal yang sama dengan

penelitian ini. Dengan pengolahan yang cenderung cepat dan bersih karena

menggunakan tenaga mesin, restoran yang mudah ditemukan serta pelayanannya

yang selalu ada setiap saat, bagaimanapun cara memesannya, menjadikan fast

food atau ready-to-eat-food sebagai pilihan utama orang tua yang sibuk atau

konsumsi ketika menghabiskan waktu bersama keluarga pada masyarakat modern.

Informasi sangat menentukan bagi konsumen menjatuhkan pilihan pada

produk yang akan dibelinya. Sumber informasi yang berkenaan dengan makanan

dapat berupa iklan dan promosi di media cetak maupun media elektronik,

pengalaman masa lalu, dan pengaruh lingkungan sosial terdekat yang sering

dijumpai. Dalam penelitian ini, responden memilih televisi (80,3%) dan internet

(57,6%) sebagai sumber informasi terbanyak mengenai makanan cepat saji.

Menonton televisi merupakan kegiatan di saat santai yang disukai oleh semua

orang dari mulai balita, anak-anak, sampai orang dewasa. Iklan-iklan yang

ditampilkan di sela-sela acara televisi disajikan sedemikian rupa agar menarik

penontonnya (Suryaalamsah, 2009). Sesuai dengan penelitian Budiono dan

Mardiana (2006) diperoleh rata-rata remaja yang melihat televisi lebih dari 5 jam

sehari, sebagian dari mereka memiliki 10% asupan kalori yang lebih tinggi

daripada orang yang telah menghabiskan waktu kurang dari 2 jam sehari ditelevisi.

Sedangkan dalam penelitian Risa, dkk (2009) disalah satu SMA di Palembang

didapatkan data 77,2% siswa menggunakan media elektronik sebagai sumber

informasi iklan dan 22,8% sisanya menggunakan media cetak sebagai sumber

informasi melihat iklan.

Menurut Triwinarto (2007) dalam Allo (2013) aktivitas fisik adalah

gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka sebagai suatu pegeluaran

tenaga (dinyatakan kilo-kalori), yang meliputi pekerjaan, waktu senggang dan

aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik tersebut memerlukan usaha ringan, sedang

atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan kesehatan bila dilakukan secara

teratur. Pada tabel 5.14. diperoleh bahwa laki-laki lebih sering melakukan

aktivitas fisik dibanding wanita, yaitu sekitar 58,8% responden laki-laki

berolahraga setiap 2-3 kali per minggu, dan tidak ada responden laki-laki yang

(51)

49

Universitas Sumatera Utara

tidak pernah berolahraga. Hal ini diduga bahwa laki-laki lebih bersifat atletis dan

lebih gemar berolahraga dibanding perempuan sehingga laki-laki memiliki massa

otot yang lebih besar dan massa lemak yang lebih sedikit dibanding perempuan.

Pada tabel 5.16. dapat dilihat bahwa responden yang memiliki berat badan

berlebih dan obesitas cenderung memiliki aktivitas fisik lebih sedikit dibanding

dengan responden dengan IMT yang normal. Enam puluh persen dari responden

yang obesitas jarang berolahraga yakni hanya setiap 1-3 kali per bulan. Sedangkan

jika asupan energi berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai

maka secara berkelanjutan dapat mengakibatkan obesitas. Kemudian dapat

disimpulkan pula olahraga yang paling sering dipilih oleh responden adalah

jogging, hal ini mungkin disebabkan oleh jogging yang merupakan olahraga

termudah dan paling efisien untuk dilakukan oleh para remaja, karena jogging

tidak memerlukan alat olahraga apapun.

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kejadian obesitas pada remaja, berdasarkan penelitian ini dapat dilihat bahwa dari

keseluruhan responden terdapat 27,3% responden yang mengalami obesitas dan

berat badan berlebih, dan 38,9%-nya jarang sekali melakukan aktivitas fisik yaitu

hanya berkisar 1-3 kali per bulan sedangkan yang melakukan aktivitas fisik setiap

hari hanya 16,7% responden dari keseluruhan responden yang obesitas dan

memiliki berat badan berlebih.

Selain aktivitas fisik, terdapat juga banyak bukti yang menunjukkan bahwa

komponen genetik turut berperan dalam kejadian obesitas dalam keluarga, seperti

adanya mutasi pada gen yang mengode leptin, leptin receptor, melanocortin-4

receptor, dan proopionelanocortin (Echwald, et al, 2002). Dalam penelitian yang

sama (Echwald, et al, 2002), menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara

isoenzim HSD11B1 (11β-hydroxysteroid dehydrogenase), yang

mengkatalisasikan perubahan secara hormonal pada kortisol (cortisol) yang aktif

dan kortison (cortisone) yang inaktif, dengan gen-gen lain yang menjadikannya

faktor predisposisi terhadap fenotip obesitas sentral, walaupun peran HSD11B1

ini bukanlah faktor utama dalam kerentanan genetik untuk obesitas. Dari data

didapatkan hubungan lokus HSD11B1 dalam meningkatkan rasio W:H (waist to

(52)

hip ratio), terutama pada wanita, dan ini mendukung peran aktivasi

glukokortikoid melalui 11β-HSD1 tersebut untuk meregulasi distribusi jaringan adiposit dalam tubuh.

(53)

51

Universitas Sumatera Utara

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui pembahasan

tentang gambaran indeks massa tubuh (IMT) remaja usia 15-17 tahun yang

mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat di SMA Yayasan

Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Sebagian besar remaja di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul

Amaliyyah Medan memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang normal.

Sehingga makanan cepat saji bukanlah prediktor utama yang

mempengaruhi peningkatan IMT, asupan energi yang seimbang, aktivitas

fisik serta pengaruh genetik diduga turut berperan.

2. Sebagian besar responden tergolong sering mengonsumsi fast food pola

barat dengan frekuensi berkisar 2-3 kali per minggu dan tidak ada

responden yang tidak pernah mengonsumsi fast food.

3. Fried chicken dan chicken nugget menjadi jenis fast food yang paling

sering dikonsumsi.

4. Konsumsi makanan cepat saji menjadi pilihan para remaja karena cepat,

praktis dan cita rasanya yang enak, serta dipengaruhi pula oleh dorongan

dari teman-temannya.

6.2. Saran

1. Bagi pihak sekolah SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah

Medan diharapkan melakukan pendekatan kepada pelajar mengenai

dampak dari konsumsi fast food yang berlebihan serta konseling mengenai

perilaku konsumsi fast food agar dapat mengurangi konsumsi fast food dan

menggantinya dengan berbagai jenis makanan yang lebih sehat dan bergizi.

(54)

2. Bagi para orang tua disarankan untuk lebih memperhatikan kebiasaan

makan anak, dan perlu diajarkan mengenai gaya hidup sehat melalui

konsumsi makanan bergizi seimbang dan aktivitas fisik yang teratur.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan nutrisurvey pada

setiap jenis makanan cepat saji pola barat serta meneliti bagaimana profil

lipid dan tekanan darah para pelajar yang memiliki IMT berlebih karena

kemungkinan para remaja tersebut sudah mengalami sindroma metabolik.

(55)

5

Universitas Sumatera Utara

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Istilah fast food pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat sekitar

tahun 1950-an dan pelajar merupakan konsumen terbanyak yang memilih menu

fast food. Fast food dipilih karena keterbatasan waktu maupun fasilitas untuk

menyiapkan makanannya sendiri (Fitri, 2011).

Menurut Hayati (2000) yang dikutip dalam Fitri (2011), secara umum

produk fast food dapat dibedakan menjadi dua, yaitu produk fast food yang

berasal dari Barat dan lokal. Fast food yang berasal dari Barat sering juga disebut

fast food modern, seperti fried chicken, hamburger, french fries, pizza, dan

sebagainya. Sedangkan fast food lokal sering disebut dengan istilah fast food

tradisional seperti warung tegal, restoran padang, warung sunda, dan lain-lain.

Makanan cepat saji modern (fast food) adalah jenis makanan yang mudah

disajikan, praktis dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan

dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan

dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut (Sihaloho, 2012).

Menurut Khomsan (2002), fast food dikatakan negatif karena

ketidakseimbangannya (dari segi porsi serta komposisi sayuran sehingga miskin

akan vitamin dan mineral), tinggi garam, dan rendah serat (merupakan faktor

pemicu munculnya penyakit hipertensi), serta sumber lemak dan kolesterol

(mengandalkan pangan hewani ternak sebagai menu utama). Ketidakseimbangan

zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food dijadikan sebagai pola makan

harian. Kelebihan kalori, lemak, dan natrium akan terakumulasi dalam tubuh

seseorang dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif, berupa tekanan

darah tinggi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan diabetes melitus, serta

obesitas (Novitasari, 2005).

(56)

Fast food cenderung lebih padat energi, kaya akan sumber asam lemak

jenuh (saturated fatty acids) dan asam lemak trans (trans fatty acids), garam,

rendah mikronutrien dan dikonsumsi dalam porsi yang cukup besar dibandingkan

makanan lain. Sebagai konsekuensi langsung, konsumsi berlebihan dari fast food

dihubungkan dengan peningkatan risiko berat badan berlebih (overweight) dan

obesitas. (The Food Monitoring Group BMC Public Health, 2012).

Berat badan berlebih pada an

Gambar

Grafik Persentil CDC IMT-Berdasarkan
Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.3. Gambaran Uang Saku Responden Penelitian
Tabel 5.4. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Pola Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rincian Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kode

Pokja Pengadaan Barang/Jasa (Kontruksi) ULP Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Tahun 2012 akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi untuk

[r]

[r]

[r]

perusahaan[23][24]. Perusahaan dalam mencapai tujuan bisnisnya tidak terlepas dari nilai bisnis perusahaan tersebut. Keterjamninan bisnis menjadi penting manakala

Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi kemandirian belajar siswa. Orang tua terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata “jangan” kepada

Aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL pada setiap sampel yang disimpan pada suhu 4 o C selama 28 hari tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap bakteri