57
Universitas Sumatera Utara Lampiran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Binartha Utami
NIM : 100100241
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 4 November 1992
Agama : Islam
Alamat : Jalan Setia Budi Pasar 1, Gang Makmur
No.9, Tanjung Sari, Medan, Sumatera Utara
Keluarga :
1) Ayah : Drs. Bintara Perangin-angin
2) Ibu : Ernawati Tarigan
3) Adik : Meiranita Perangin-angin
Riwayat Pendidikan : 1. TK Islam Fitria As-syahara V (1997-1998)
2. SD Negeri 9 Cileungsi (1998-2004)
3. SMP Muhammadiyah Cileungsi (2004-
2007)
4. SMA 3 PSKD Jakarta (2007-2010)
5. Fakultas Kedokteran USU (2010-
Sekarang)
59
Universitas Sumatera Utara Lampiran 2
Lampiran 2
61
Universitas Sumatera Utara Lampiran 3
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN PENELITIAN
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan Hormat,
Saya yang bernama Binartha Utami adalah Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul
“Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi
Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah Medan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu tugas
akhir dalam rangka menyelesaikan proses pembelajaran Program S1 Kedokteran
USU.
Makanan cepat saji (fast food) adalah jenis makanan yang mudah disajikan,
praktis, dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dan teknologi
tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan
cita rasa bagi produk tersebut. Sedangkan fast food dikatakan negatif karena
ketidakseimbangan nutrisi yang dikandungnya, tinggi garam dan lemak, rendah
vitamin, mineral serta serat, dan bila dikonsumsi berlebihan dapat menimbulkan
berbagai penyakit degeneratif seperti obesitas, diabetes melitus, penyakit jantung
koroner, hipertensi, dan lain-lain. Sehingga dengan dilaksanakannya penelitian ini
diharapkan para remaja menjadi lebih mengerti berbagai kandungan gizi dalam
makanan cepat saji (fast food) pola barat dan dampaknya bagi kesehatan.
Maka untuk keperluan penelitian ini, saya mohon kesediaan Adik-adik,
Siswa dan Siswi SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan, untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi Adik-adik dalam penelitian ini
bersifat sukarela sehingga Adik-adik bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa
ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan
dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika Adik-adik bersedia
menjadi subjek penelitian, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan.
Bila Adik-adik membutuhkan penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi saya:
Nama : Binartha Utami
Alamat : Jalan Setia Budi Pasar 1 Gang Makmur No. 9, Tanjung Sari, Medan
No. Hp : 085762833716
Atas perhatian dan kesediaan Adik-adik menjadi responden dalam
penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Medan, Agustus 2013
Peneliti,
(Binartha Utami)
63
Universitas Sumatera Utara Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
No. Telp./Hp :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Gambaran
Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan
Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah Medan”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan
menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat digunakan seperlunya.
Mengetahui, Medan, Oktober 2013
Wali Kelas, Responden Penelitian,
( ) ( )
Lampiran 5
KUESIONER
GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH REMAJA USIA 15-17 TAHUN YANG MENGONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) POLA
BARAT DI SMA YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013
I. INFORMASI RESPONDEN
(Isilah Informasi di Bawah Ini Dengan Benar dan Tepat)
No. Responden :
Nama Responden :
Tanggal Lahir :
Kelas :
Tanggal Wawancara :
II.KARAKTERISTIK RESPONDEN
(Isilah Informasi di Bawah Ini Dengan Benar dan Tepat)
A. Umur : Tahun
B. Jenis Kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan
C. Tinggi Badan : cm
D. Berat Badan : kg
E. Uang Saku/Hari : a. < Rp 30.000,00
(pilih salah satu) b. Rp 30.000,00 – Rp 50.000,00
c. > Rp 50.000,00
65
Universitas Sumatera Utara NB: *tanggal terakhir kali dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan
III. KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD POLA BARAT
(pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan memberi tanda (x))
1. Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan makanan siap saji (fast
food)?
a. Makanan yang mudah disajikan dan praktis
b. Makanan yang tampilannya menarik
c. Makanan yang diolah secara alami
2. Makanan siap saji yang sering Anda konsumsi adalah (jawaban boleh
lebih dari satu)
1. Ayam Goreng (fried chicken)
2. Hamburger
3. Pizza
4. Spaghetti
5. Chicken Nugget
6. Sosis
7. Lainnya. Sebutkan
3. Berapa kali Anda mengonsumsi makanan siap saji?
a. 2-3 kali per minggu
b. 3-4 kali per bulan
c. 1-2 kali per bulan
d. Tidak Pernah
4. Biasanya kapan saat Anda paling sering mengonsumsi makanan saji (fast
food)? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Saat makan siang sesudah pulang sekolah
2. Saat pulang les bimbingan
3. Saat ngumpul dengan teman-teman
4. Saat ada traktiran teman yang berulang tahun
5. Lainnya, sebutkan:
5. Apa yang menjadi pertimbangan Anda untuk mengonsumsi makanan siap saji (fast food)? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Harganya terjangkau
2. Praktis
3. Tampilannya menarik
4. Rasanya enak
5. Lainnya, sebutkan:
6. Bersama siapakah Anda biasanya mengonsumsi fast food?
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Teman
d. Lainnya, sebutkan:
7. Apakah alasan Anda ingin mengonsumsi fast food?
(jawaban dapat lebih dari satu)
1. Agar terlihat gaul dan tidak ketinggalan jaman
2. Untuk menjaga agar tetap dipandang teman masih mampu untuk
membelinya
3. Ajakan dari orang lain (keluarga, teman, dan lain-lain)
4. Makanan siap saji lebih cepat dan praktis sehingga tidak lama
menunggu untuk dikonsumsi
5. Makanan siap saji pengganti makanan yang tidak sempat dibawa dari
rumah
8. Darimana Anda mengetahui informasi mengenai makanan siap saji (fast
food)? (Jawaban dapat lebih dari satu)
1. Buku
2. Koran
3. Poster
4. Majalah
5. Televisi
6. Radio
67
Universitas Sumatera Utara
7. Internet
8. Lainnya, sebutkan:
9. Apakah ada di sekitar sekolah Anda yang menjual makanan siap saji (fast
food) modern?
a. Ada
b. Tidak ada
10.Makanan siap saji yang sering Anda konsumsi di sekolah atau sekitar
sekolah adalah... (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Ayam Goreng (fried chicken)
2. Hamburger
3. Pizza
4. Spaghetti
5. Chicken Nugget
6. Sosis
7. Lainnya. Sebutkan
11. Seberapa seringkah Anda melakukan aktivitas fisik atau berolahraga?
a. Setiap hari
b. 2-3 kali per minggu
c. 1-3 kali per bulan
d. Tidak pernah
12. Sebutkan aktivitas fisik atau olahraga yang sering anda lakukan? (jawaban
boleh lebih dari satu)
a. Jogging
b. Senam
c. Berenang
d. Bermain bola
e. Gym
f. Lainnya, sebutkan
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7
OUTPUT SPSS
ANALISA UNIVARIAT
Kelas Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kelas X 32 48.5 48.5 48.5
Kelas XI 34 51.5 51.5 100.0
Total 66 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 34 51.5 51.5 51.5
Perempuan 32 48.5 48.5 100.0
Total 66 100.0 100.0
Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 15 Tahun 16 24.2 24.2 24.2
16 Tahun 23 34.8 34.8 59.1
17 Tahun 27 40.9 40.9 100.0
Total 66 100.0 100.0
71
Universitas Sumatera Utara Frekuensi Konsumsi Fast Food
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2-3 kali/minggu 34 51.5 51.5 51.5
3-4 kali/bulan 22 33.3 33.3 84.8
1-2 kali/bulan 10 15.2 15.2 100.0
Total 66 100.0 100.0
Uang Saku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < Rp30.000,00 38 57.6 57.6 57.6
Rp30.000,00-Rp50.000,00 26 39.4 39.4 97.0
> Rp50.000,00 2 3.0 3.0 100.0
Total 66 100.0 100.0
Statistics
Berat Badan (kg)
N Valid 66
Missing 0
Mean 58.5152
Median 55.0000
Sum 3862.00
Statistics
Tinggi Badan (cm)
N Valid 66
Missing 0
Mean 161.5152
Median 163.0000
Std. Deviation 8.89813
Sum 10660.00
Statistics
Indeks Massa Tubuh (IMT)
N Valid 66
Missing 0
Mean 22.2625
Median 21.5628
Std. Deviation 3.97463
Sum 1469.33
Persentil IMT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <5 percentile 1 1.5 1.5 1.5
5-85 percentile 47 71.2 71.2 72.7
85-95 percentile 13 19.7 19.7 92.4
>95 percentile 5 7.6 7.6 100.0
Total 66 100.0 100.0
Kelompok IMT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Berat Badan Kurang 1 1.5 1.5 1.5
Normal 47 71.2 71.2 72.7
Berat Badan Berlebih 13 19.7 19.7 92.4
Obesitas 5 7.6 7.6 100.0
Total 66 100.0 100.0
73
Universitas Sumatera Utara
ANALISA BIVARIAT
Kelas Responden * Jenis Kelamin Crosstabulation
Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
Kelas Responden Kelas X Count 14 18 32
% of Total 21.2% 27.3% 48.5%
Kelas XI Count 20 14 34
% of Total 30.3% 21.2% 51.5%
Total Count 34 32 66
% of Total 51.5% 48.5% 100.0%
Uang Saku * Frekuensi Konsumsi Fast Food Crosstabulation
Frekuensi Konsumsi Fast Food Total
2-3
kali/minggu
3-4 kali/bulan 1-2 kali/bulan
Uang Saku < Rp30.000,00 Count 21 8 9 38
% of Total 31.8% 12.1% 13.6% 57.6%
Rp30.000,00-Rp50.000,00 Count 13 13 0 26
% of Total 19.7% 19.7% .0% 39.4%
> Rp50.000,00 Count 0 1 1 2
% of Total .0% 1.5% 1.5% 3.0%
Total Count 34 22 10 66
% of Total 51.5% 33.3% 15.2% 100.0%
Kelompok IMT * Jenis Kelamin Crosstabulation
Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
Kelompok IMT Berat Badan Kurang Count 1 0 1
% of Total 1.5% .0% 1.5%
Normal Count 22 25 47
% of Total 33.3% 37.9% 71.2%
Berat Badan Berlebih Count 7 6 13
% of Total 10.6% 9.1% 19.7%
Obesitas Count 4 1 5
% of Total 6.1% 1.5% 7.6%
Total Count 34 32 66
% of Total 51.5% 48.5% 100.0%
Kelompok IMT * Frekuensi Konsumsi Fast Food Crosstabulation
Frekuensi Konsumsi Fast Food Total
2-3
kali/minggu
3-4 kali/bulan 1-2 kali/bulan
Kelompok IMT Berat Badan Kurang Count 0 1 0 1
% of Total .0% 1.5% .0% 1.5%
Normal Count 26 15 6 47
% of Total 39.4% 22.7% 9.1% 71.2%
Berat Badan Berlebih Count 5 5 3 13
% of Total 7.6% 7.6% 4.5% 19.7%
Obesitas Count 3 1 1 5
% of Total 4.5% 1.5% 1.5% 7.6%
Total Count 34 22 10 66
% of Total 51.5% 33.3% 15.2% 100.0%
75
Universitas Sumatera Utara Lampiran 8
Lampiran 9
77
Universitas Sumatera Utara Lampiran 10
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Allo, B., Syam, A. & Virani, D., 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan
Kebiasaan Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Gizi Lebih pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Sudirman I Makassar, Makassar: Program Studi Ilmu
Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.
Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Anonim, 2013. Perkembangan Usaha PT Fast Food Indonesia Tbk. Available from: 2013)
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi
VI. Jakarta: Rineka Cipta.
Arisman, 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. 2nd ed. Jakarta: EGC.
Asmika; Ruhana, Amalia & Febriyani, Mila.2013. Hubungan Daya Tarik Iklan
Fast Food pada Media Massa, Asupan Makan dan Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di SMA Negeri 3 Pontianak.
Malang: Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya.
Centers for Disease Control and Prevention, 2011. About BMI for Children and
Teens. USA: CDC. Available from:
Collison, K. S. et al., 2010. Sugar-sweetened Carbonated Beverage Consumption
Correlates with BMI, Waist Circumference, and Poor Dietary Choices in School Children, Saudi Arabia: BioMed Central Public Health. Available
from: http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/234. [Accessed 4 April 2013].
Damopolii, W., Mayulu, N. & Masi, G., 2013. Hubungan Konsumsi Fast Food
dengan Kejadian Obesitas pada Anak SD di Kota Manado, Manado: Program
54
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Drummond, K. E. & Brefere, L. M., 2007. Nutrition for Foodservice and Culinary
Professionals. 6th ed. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.
Fitri, Shinta Junita, 2011. Kebiasaan Konsumsi Fast Food Pada Siswa yang
Berstatus Gizi Lebih di SMA Kartini Batam. Skripsi. Gizi Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Hardinsyah & Pranadji, D. K., 2010. Pangan dalam Era Globalisasi. In: Y. F. Baliwati, A. Khomsan & C. M. Dwiriani, eds. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya, pp. 16-17.
Hayati, Fitria., 2000, Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Konsumsi Fast
Food Waralaba Modern dan Tradisional pada Remaja Siswa SMU Negeri Jakarta Selatan. Skripsi. Gizi Masyarakat Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Heryanti, Evi, 2009. Hubungan Kebiasaan Makan Cepat Saji (Fast Food
Modern), Aktivitas Fisik dan Faktor Lainnya Dengan Status Gizi Mahasiswa Penghuni Asrama UI Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia.
Kumar, Vinay, Abul K. Abbas, dan Nelson Fausto. 2010. Dasar Patologi Penyakit,
ed 7, terj. Luqman Y. R., Frans D., dan Leo R. Jakarta: EGC.
Langellier, B.A., 2012. The Food Environment and Student Weight Status, Los
Angeles County, 2008-2009. Los Angeles: Centers for Disease Control and
Prevention. Available from:
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Patterson, R., Risby, A. & Chan, Mei-Yen., 2012. Consumption of takeaway and
fast food in a deprived inner London Borough: are they associated with childhood obesity?, London: BMJ Open. Available from:
Pratiwi, Ramadani. 2011. The Influence of Predisposing, Enabling and
Reinforcing Factor on Meal Patterns of Senior High Students in Shafiyyatul Amaliyyah Education Foundation in Medan. Tesis. Program Studi S2 Ilmu
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Rouhani, M. H. et al., 2012. Fast Food Consumption, Quality of Diet, and Obesity
among Isfahanian Adolescent Girls, Isfahanian: Hindawi Publishing
Corporation, Journal of Obesity .
Sadock, B. J. & Sadock, V. A., 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. New York: Lippincott
Williams & Wilkins.
Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Sihaloho, Neni Maynita. 2012. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pola Pemilihan
Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) pada Pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara.
Sugondo, S., 2010. Obesitas. In: A. W. Sudoyo, ed. Buku Ajar Penyakit Dalam,
Edisi Kelima. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1973-1977.
Suryaalamsah, Inne Indraaryani. 2009. Konsumsi Fast Food dan Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kegemukan di SD Bina Insani Bogor. Tesis.
Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Suryanti, R., Jafar, N. & Syam, A., 2013. Gambaran Jenis dan Jumla Konsumsi
Fast Food dan Soft Drink pada Mahasiswa Obesitas di Universitas Hasanuddin, Makassar: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Tarigan, Elsa Frida. 2012. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara.
Tayem, Y. I. et al., 2012. Prevalence and Risk Factors of Obesity and
Hypertension Among Students at a Central University in the West Bank, West
Bank: Creative Commons Attribution-Noncommercial. Available from: [Accessed 28 Maret 2013]
The Food Monitoring Group, 2012. International Collaborative Project to
Compare and Track the Nutritional Composition of Fast Foods, BMC Public
56
Health. Available from:
[Accessed 4 April 2013].
Tortora, G. J. & Derrickson, B. H., 2009. Principles of Anatomy and Physiology,
Volume 2-Maintenance and Continuity of the Human Body. 12th ed. USA:
John Wiley & Sons, Inc.
Valery, P. C. et al., 2012. Diet, Physical Activity, and Obesity in School-Aged
Indigenous Youths in Northern Australia, Australia: Hindawi Publishing
Corporation.
Virgianto, G. & Purwaningsih, E., 2006. Consumption of Fast Food as a Risk
Factor of Obesity in 15-17 Years Old Adolescent, Study at SMUN 3 Semarang, Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Wardlaw, G. M., Hampl, J. S. & Disilvestro, R. A., 2004. Perspectives in
Nutrition. 6th ed. New York: McGraw-Hill.
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Gambaran Indeks Massa Tubuh pada Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat
Saji (Fast Food) Pola Barat
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Grafik Persentil CDC IMT-Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast
Food) Pola Barat
25
Universitas Sumatera Utara
3.2.Definisi Operasional
Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas maka definisi operasional
masing-masing variabel adalah:
1. Makanan cepat saji adalah makanan yang mempunyai kandungan garam,
gula, lemak dan kalori tinggi, tetapi kandungan vitaminnya sedikit.
2. Konsumsi makanan cepat saji adalah kebiasaan responden dalam memilih
konsumsi fast food berupa jenis fast food yang dikonsumsi dan
frekuensinya.
a. Cara Ukur: responden menjawab kuesioner
b. Alat Ukur: kuesioner
c. Hasil pengukuran: - kebiasaan buruk (skor > 75%)
- kebiasaan sedang (skor 45-75%)
- kebiasaan baik (skor <45%)
d. Skala: ordinal
3. Indeks massa tubuh adalah rumus matematis yang dinyatakan sebagai
berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam
ukuran meter).
a. Cara ukur: menghitung berat badan (kg) dan tinggi badan (cm), lalu
menghitung IMT dengan menggunakan rumus (���= �� (��)
�� (�2)) lalu
hasilnya diplotkan ke dalam grafik CDC IMT-Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin
b. Alat ukur: berat badan diukur dengan timbangan digital merk Camry
dengan ketelitian 0,1 kg dan tinggi badan diukur dengan menggunakan
microtoise merk Gea dengan ketelitian 0,1 cm.
c. Hasil pengukuran:
- BB kurang (< 5 percentile)
- Kisaran normal (5-85 percentile)
- BB berlebih (85-95 percentile)
- Obesitas (≥ 95 percentile)
d. Skala: ordinal
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional study
untuk mengetahui gambaran indeks massa tubuh remaja di SMA Yayasan
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah yang mengonsumsi makanan cepat saji. Studi
cross sectional melakukan observasi pada tiap subjek hanya satu kali dan
pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut
(Sastroasmoro dan Ismael, 2010).
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah Medan dengan pertimbangan berdasarkan survei pendahuluan yang
telah dilakukan, bahwa letak sekolah sangat strategis yaitu dekat dengan pusat
penjualan makanan cepat saji, ditambah lagi dikantin sekolah banyak tersedia
makanan cepat saji (hamburger, hot dog, pizza, dan lain-lain).
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-November 2013, setelah
mendapat persetujuan dari komisi etik penelitian kesehatan FK USU.
4.3.Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan
siswi SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang berjumlah
27
Universitas Sumatera Utara
207 orang yang terdiri dari 89 orang kelas X dan 118 orang kelas XI. Kelas XII
tidak diikutkan dalam pemilihan responden karena telah mengikuti Ujian Nasional.
4.3.2. Sampel
Sampel adalah sebahagian dari siswa dan siswi SMA Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang berusia 15-17 tahun. Besarnya ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Issac & Michael):
� = �� 2
1−�⁄2 � (1− �) (� −1) �2+ �2
1−�⁄2 � (1− �)
Keterangan:
n = besar sampel minimum
N = jumlah populasi
�2
1−�⁄2 = nilai standar baku normal pada kurva normal (95%= 1,96)
P = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi bila tidak diketahui maka
ditetapkan 50% (0,5)
d = derajat penyimpangan terhadap populasi, ditetapkan sebesar 10% atau 0,1
Maka:
�= (207) (1,96)
2 (0,5)(1−0,5)
(207−1) (0,1)2+ (1,96)2 (0,5)(1−0,5)
�= 198,80
2,06 + 0,96
�= 198,80 3,02
�= 65,82
�= 66 orang
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dari 207 siswa didapatkan sampel
sebanyak 65,82 atau dibulatkan menjadi 66 orang siswa yang tersebar pada kelas
X dan XI. Untuk mengambil sampel dari setiap kelas dilakukan dengan metode
simple random sampling, yaitu mengambil sampel secara acak atau undian sampai
memenuhi jumlah sampel yang diinginkan (Notoatmodjo, 2010).
4.4.Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Pengumpulan data primer diperoleh langsung dari responden dengan
menggunakan kuesioner terstruktur untuk mendapatkan informasi tentang
identitas responden (nama, kelas, umur, tinggi badan, berat badan) dan kebiasaan
pemilihan konsumsi makanan cepat saji pola barat. Tinggi badan diukur dengan
menggunakan microtoise merk Gea dengan tingkat ketelitian 0,1 cm, berat badan
diukur menggunakan timbangan digital merk Camry dengan tingkat ketelitian 0,1
kg.
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak sekolah untuk
mendapatkan informasi tentang jumlah siswa/i kelas X dan XI, data kesehatan,
fasilitas sekolah, kegiatan siswa/i serta gambaran mengenai SMA Yayasan
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
4.5.Metode Pengolahan dan Analisa Data
4.5.1. Pengolahan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data sebagai berikut :
1. Pengeditan Data (Editing)
Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah
diisi, berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan, relevansi, dan
konsistensi jawaban dan koreksi terhadap kesalahan pengisian.
2. Pengkodean Data (Coding)
29
Universitas Sumatera Utara
Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat
analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan
memberikan kode pada pertanyaan penelitian dalam kuesioner.
3. Pemasukkan Data (Entry)
Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer
untuk disolah dan dianalisis melalui program komputer.
4. Pengecekan Data (Cleaning)
Adalah pengecekan data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau
tidak.
4.5.2. Analisa Data
Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa univariat yang
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada
umumnya pada analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat yang
akan dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Untuk mendeskripsikan karakteristik responden (umur dan jenis kelamin)
dengan penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi.
b. Untuk mendistribusikan gambaran indeks massa tubuh responden dengan
penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi.
c. Untuk mendistribusikan kebiasaan pemilihan konsumsi makanan cepat saji pola barat dalam bentuk distribusi frekuensi.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Lokasi Penelitian
SMA Yayasan Shafiyyatul Amaliyyah Medan merupakan sekolah swasta
perguruan Islam yang telah berdiri sejak tahun 2004. Sekolah ini berdiri di tanah
yang memiliki luas lebih kurang 3,5 Ha dan beralamat di Jl. Setia Budi No. 191,
Kecamatan Medan Sunggal 20132, Sumatera Utara.
SMA Yayasan Shafiyyatul Amaliyyah Medan merupakan sekolah yang
memiliki akreditasi A dan diklasifikasikan sebagai sekolah mandiri. Jumlah siswa
dan siswi tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 311 orang, yang terdiri dari 89 orang
kelas X, 118 orang kelas XI, dan 104 orang kelas XII.
Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah antara lain gedung kantor,
gedung belajar yang menggunakan Air Conditioner (AC), masjid, ruang multiguna,
Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komput er, Laboratorium Matematika,
Laboratorium IPA, perpustakaan, ruang audiovisual, wifi area, sarana olahraga
dan seni di dalam dan di luar ruangan, studio musik, ruang makan siswa, klub
sepak bola, klinik pemeriksaan kesehatan Mitra Bunda, konsultasi psikologi,
kantin dan supermarket.
Jam pelajaran sekolah dimulai pada pukul 07.25 WIB sampai pukul 15.30
WIB pada hari Senin sampai hari Jumat. Sedangkan pada hari Sabtu jam pelajaran
dimulai seperti hari biasa dan berakhir pada pukul 12.00 WIB.
SMA Yayasan Shafiyyatul Amaliyyah Medan merupakan salah satu
sekolah swasta mandiri yang besar di Medan. Daya beli siswa dan siswi terhadap
makanan cepat saji yang tinggi kandungan energi dan lemak tergolong tinggi (fast
food).
31
Universitas Sumatera Utara
5.1.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini berupa jenis kelamin dan
umur responden.
a. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin responden berdasarkan tiap kelas dapat dilihat pada tabel
[image:33.595.117.546.258.391.2]sebagai berikut:
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Kelas
Jenis Kelamin
n %
Laki-laki Perempuan
n % N %
1. X 14 21,2 18 27,3 32 48,5
2. XI 20 30,3 14 21,2 34 51,5
Jumlah 34 51,5 32 48,5 66 100
Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin, responden
terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 34 orang (51,5%) sedangkan responden
perempuan sebanyak 32 orang (48,5%). Lalu, responden terbanyak berdasarkan
kelas adalah kelas XI yaitu sebanyak 34 responden (51,5%) , sedangkan
responden yang berasal dari kelas X sebanyak 32 orang (48,5%).
b. Umur Responden
Dalam penelitian ini umur responden mulai dari umur 15 tahun hingga 17
tahun seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No. Umur Responden N %
1. 15 Tahun 16 24,2
2. 16 Tahun 23 34,9
3. 17 Tahun 27 40,9
Jumlah 66 100
[image:33.595.124.519.601.724.2]Berdasarkan tabel 5.2. respoden terbanyak dalam penelitian ini adalah
responden berusia 17 tahun sebanyak 27 orang (40,9%), lalu responden berusia 16
tahun sebanyak 23 orang (34,9%). Sedangkan responden yang paling sedikit
adalah berusia 15 tahun sebanyak 16 orang (24,2%).
5.1.3. Gambaran Uang Saku Responden Penelitian
Gambaran uang saku responden per hari dalam penelitian ini dapat dilihat
[image:34.595.111.514.319.426.2]pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.3. Gambaran Uang Saku Responden Penelitian
Uang Saku Jumlah (n) Persentase (%)
< Rp30.000,00 38 57,6
Rp30.000,00-Rp50.000,00 26 39,4
> Rp50.000,00 2 3,0
Total 66 100
Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa, responden yang mendapatkan
uang saku kurang dari Rp30.000,00 per hari sebanyak 38 orang (57,6%), lalu
responden yang mendapatkan uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00
adalah sebanyak 26 orang (39,4%). Sedangkan responden yang mendapatkan
uang saku lebih dari Rp50.000,00 hanya terdapat 2 orang (3%).
5.1.4. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Pola Barat
Gambaran frekuensi responden dalam mengonsumsi fast food pola barat
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
33
[image:35.595.108.519.131.263.2]Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Pola Barat
Frekuensi Jumlah (n) Persentase (%)
2-3 kali per minggu 34 51,5
3-4 kali per bulan 22 33,3
1-2 kali per bulan 10 15,2
Tidak pernah 0 0
Total 66 100
Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa frekuensi mengonsumsi fast food
terbanyak pada responden penelitian ini adalah sebanyak 2-3 kali per minggu,
yaitu sebesar 34 orang (51,5%). Lalu responden yang mengonsumsi fast food
sebanyak 3-4 kali per bulan adalah sebesar 22 orang (33,3%) dan 10 orang
responden mengonsumsi fast food sebanyak 1-2 kali per bulan. Sedangkan dapat
pula dilihat pada tabel 5.4. bahwa tidak terdapat responden yang tidak pernah
mengonsumsi fast food dalam penelitian ini.
Tabel 5.5. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Berdasarkan Uang Saku Responden
Frekuensi Uang Saku Responden Total
<Rp30.000,00 Rp30.000,00-Rp50.000,00
>Rp50.000,00
2-3 kali per
minggu
n 21 13 0 34
% 61,8 38,2 0 51,5
3-4 kali per
bulan
n 8 13 1 22
% 36,4 59,1 4,5 33,3
1-2 kali per
bulan
n 9 0 1 10
% 90 0 10 15,2
TOTAL 38 26 2 66
Dapat dilihat dari tabel 5.5. bahwa responden yang mengonsumsi fast food
sebanyak 2-3 kali per minggu, terdapat 21 orang (61,8%) diantaranya memiliki
[image:35.595.99.523.462.703.2]uang saku di bawah Rp30.000,00 per hari dan 13 orang (38,2%) sisanya memiliki
uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 per hari.
Kemudian, dari 22 orang yang mengonsumsi fast food sebanyak 3-4 kali
per bulan, terdapat 13 responden (59,1%) yang memiliki uang saku antara
Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 per hari, 8 orang (36,4%) memiliki uang saku
kurang dari Rp30.000,00 per hari, dan hanya 1 orang (4,5%) yang memiliki uang
saku lebih dari Rp50.000,00 per hari.
Terakhir, dari 10 orang yang mengonsumsi fast food 1-2 kali per bulan, 9
orang (90%) responden diantaranya memiliki uang saku kurang dari Rp30.000,00
per hari serta hanya 1 orang (10%) yang memiliki uang saku lebih dari
Rp50.000,00 per hari.
5.1.5. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Penelitian
[image:36.595.151.473.443.572.2]Gambaran indeks massa tubuh (IMT) responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.6. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden*
*diperoleh berdasarkan Grafik Persentil IMT CDC 2000
Berdasarkan tabel 5.6. dapat diperoleh keterangan bahwa kategori IMT
terbanyak pada responden penelitian ini adalah dalam kisaran normal, yaitu
sebanyak 47 orang (71,2%). Kemudian responden dengan kategori berat badan
berlebih (overweight) adalah sebanyak 13 orang (19,7%) dan responden dengan
kategori obesitas adalah sebanyak 5 orang (7,6%). Sedangkan responden dengan
kategori berat badan kurang (underweight) adalah sebanyak 1 orang (1,5%).
Kategori IMT Jumlah (n) Persentase (%)
Berat Badan Kurang 1 1,5
Kisaran Normal 47 71,2
Berat Badan Berlebih 13 19,7
Obesitas 5 7,6
Total 66 100
35
[image:37.595.95.532.141.369.2]Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. IMT
Jenis Kelamin
n %
Laki-laki Perempuan
N % n %
1.
Berat Badan
Kurang 1 2,9 0 0 1 1,5
2. Kisaran Normal 22 64,7 25 78,1 47 71,2
3.
Berat Badan
Berlebih 7 20,6 6 18,8 13 19,7
4. Obesitas 4 11,8 1 3,1 5 7,6
TOTAL 34 51,5 32 48,5 66 100
Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa kategori IMT terbanyak pada
responden laki-laki adalah dalam kisaran normal yaitu sebanyak 22 orang (64,7%),
selanjutnya terdapat 7 orang (20,6%) responden laki-laki dengan berat badan
berlebih (overweight), 4 orang (11,8%) dengan kategori obesitas, dan 1 orang
(2,9%) dengan kategori berat badan kurang (underweight).
Sedangkan untuk responden perempuan, kategori IMT terbanyak juga
dalam kisaran normal, yaitu sebanyak 25 orang (78,1%), lalu terdapat 6 orang
(18,8%) responden perempuan dengan berat badan berlebih dan 1 orang (3,1%)
responden dengan kategori obesitas.
Tabel 5.8. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Fast Food
Kategori IMT Frekuensi Konsumsi Fast Food Total
2-3 kali/minggu 3-4 kali/bulan 1-2 kali/bulan Berat Badan
Kurang
n 0 1 0 1
% 0 100 0 1.5
Normal n 26 15 6 47
% 55,3 31,9 12,8 71.2
Berat Badan
Berlebih
n 5 5 3 13
% 38,5 38,5 23,1 19.7
Obesitas n 3 1 1 5
% 60 20 20 7.6
TOTAL 34 22 10 66
Pada tabel 5.8. memperlihatkan bahwa dari 47 orang responden dengan
IMT normal, 26 orang (55,3%) diantaranya mengonsumsi fast food kira-kira
sebanyak 2-3 kali per minggu, 15 orang (31,9%) sebanyak 3-4 kali per bulan, dan
6 orang (12,8%) sebanyak 1-2 kali per bulan.
Kemudian, dari 13 orang responden dengan berat badan berlebih
(overweight), terdapat masing-masing 5 orang (38,5%) diantaranya mengonsumsi
fast food kira-kira sebanyak 2-3 kali per minggu dan 3-4 kali per bulan, serta
terdapat pula 3 orang (23,1%) yang mengonsumsi fast food 1-2 kali per bulan.
Selanjutnya, dari 5 orang dengan kategori obesitas, terdapat 3 orang (60%)
responden yang mengonsumsi fast food 2-3 kali per minggu, dan masing-masing 1
orang (20%) responden yang megonsumsi fast food 3-4 kali per bulan dan 1-2 kali
per bulan. Dan terdapat 1 responden dengan berat badan kurang (underweight)
yang mengonsumsi fast food 3-4 kali per bulan.
5.1.6. Gambaran Kebiasaan Mengonsumsi Fast Food Pola Barat
Kebiasaan responden dalam mengonsumsi fast food dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
37
[image:39.595.107.540.174.444.2]Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Distribusi Fast Food Pola Barat yang Paling Sering Dikonsumsi
No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak
N %
Jenis Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat yang Sering Dikonsumsi
n % n %
1. Ayam goreng (fried
chicken)
46 69,7 20 30,3 66 100
2. Hamburger 30 45,4 36 54,6 66 100
3. Pizza 17 25,8 49 74,2 66 100
4. Spaghetti 14 21,2 52 78,8 66 100
5. Chicken nugget 38 57,6 28 42,4 66 100
6. Sosis 24 36,4 42 63,6 66 100
7. Lainnya 3 4,5 63 95,5 66 100
Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat bahwa ayam goreng (fried chicken)
menjadi makanan cepat saji yang paling sering dikonsumsi, yakni dipilih oleh 46
orang responden (69,7%). Kemudian responden yang memilih chicken nugget ada
sebanyak 38 orang (57,6%), memilih hamburger ada 30 orang (45,4%), memilih
sosis ada 24 orang (36,4%), memilih pizza ada 17 orang (25,8%), memilih
spaghetti ada 14 orang (21,2%), serta memilih makanan cepat saji lainnya ada
sebanyak 3 orang (4,5%).
Tabel 5.10. Distribusi Saat Paling Sering Mengonsumsi Fast Food Pola Barat
No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak
N %
Saat Paling Sering Responden
Mengonsumsi Fast Food Pola Barat
n % n %
1. Saat makan siang sesudah
pulang sekolah
18 27,3 48 72,7 66 100
2. Saat pulang les bimbingan 5 7,6 61 92,4 66 100 3. Saat ngumpul dengan
teman-teman
45 68,2 21 31,8 66 100
4. Saat ada traktiran teman
yang berulang tahun
26 39,4 40 60,6 66 100
5. Lainnya 11 16,7 55 83,3 66 100
Berdasarkan tabel 5.10. dapat diperoleh keterangan bahwa responden
memilih saat yang paling sering mengonsumsi makanan cepat saji pola barat
adalah saat berkumpul bersama teman-teman, yaitu sebesar 45 orang (68,2%).
Lalu ada 26 orang (39,4%) responden yang memilih saat ada traktiran teman yang
berulang tahun, 18 orang (27,3%) responden memilih saat makan siang sesudah
pulang sekolah, 5 orang (7,6%) memilih saat pulang les bimbingan, dan ada yang
memilih saat lainnya seperti saat sarapan pagi, saat bepergian ke mal, saat ada
waktu luang dan libur sebanyak 11 orang (16,7%) responden.
39
[image:41.595.107.538.169.407.2]Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.11. Distribusi Pertimbangan Responden Untuk Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat
No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak
N %
Pertimbangan Responden Untuk Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat
n % n %
1. Harganya terjangkau 14 21,2 52 78,8 66 100
2. Praktis 50 75,8 16 24,2 66 100
3. Tampilan menarik 6 9,1 60 90,9 66 100
4. Rasanya enak 47 71,2 19 28,8 66 100
5. Lainnya 5 7,6 61 92,4 66 100
Dapat dilihat pada tabel 5.11. bahwa yang menjadi pertimbangan
responden dalam mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat paling
banyak memilih karena praktis yakni sebesar 50 orang (75,8%). Kemudian yang
menjawab karena rasanya enak ada sebanyak 47 orang (71,2%), menjawab karena
harganya terjangkau ada 14 orang (21,2%), serta 6 orang (9,1%) menjawab karena
tampilan dari makanannya yang menarik. Sedangkan ada 5 orang (7,6%) yang
memiliki pertimbangan lain seperti alasan karena tidak adanya makanan lain
untuk dikonsumsi dan mudahnya akses ke tempat makanan cepat saji.
Tabel 5.12. Distribusi Alasan Responden Mengonsumsi Makanan Cepat Saji
No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak
N %
Alasan Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat
n % n %
1. Agar terlihat gaul dan
tidak ketinggalan zaman
3 4,5 63 95,5 66 100
2. Untuk menjaga agar tetap
dipandang teman masih
mampu untuk membelinya
3 4,5 63 95,5 66 100
3. Ajakan dari orang lain
(teman, keluarga, dll)
20 30,3 46 69,7 66 100
4. Makanan cepat saji lebih
cepat dan praktis sehingga
tidak lama menunggu
untuk dikonsumsi
48 72,7 18 27,3 66 100
5. Makanan cepat saji
pengganti makanan yang
tidak sempat dibawa dari
rumah
32 48,5 34 51,5 66 100
Dapat diperoleh keterangan dari tabel 5.12. bahwa alasan terbanyak
responden untuk mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat adalah
karena makanan cepat saji lebih cepat dan praktis sehingga tidak lama menunggu
untuk dikonsumsi, yakni dipilih oleh 48 orang responden (72,7%). Kemudian
alasan selanjutnya yang dipilih oleh 32 orang responden (48,5%) adalah makanan
cepat saji dijadikan pengganti makanan yang tidak sempat dibawa dari rumah, lalu
alasan selanjutnya adalah karena diajak oleh orang lain (teman, keluarga, dll)
dipilih oleh 20 orang (30,3%). Sedangkan alasan lain seperti agar terlihat gaul dan
41
Universitas Sumatera Utara
tidak ketinggalan zaman dan untuk menjaga agar tetap dipandang teman masih
[image:43.595.108.540.237.488.2]mampu untuk membelinya masing-masing dipilih oleh 3 orang responden (4,5%).
Tabel 5.13. Distribusi Sumber Informasi Mengenai Makanan Cepat Saji (Fast Food)
No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak
N %
Sumber Informasi Mengenai Makanan Cepat Saji (Fast Food)
N % n %
1. Buku 14 21,2 52 78,8 66 100
2. Koran 20 30,3 46 69,7 66 100
3. Poster 21 31,8 45 68,2 66 100
4. Majalah 23 34,8 43 65,2 66 100
5. Televisi 53 80,3 13 19,7 66 100
6. Radio 12 18,2 54 81,8 66 100
7. Internet 38 57,6 28 42,4 66 100
8. Lainnya 3 4,5 63 95,5 66 100
Berdasarkan tabel 5.13. dapat dilihat bahwa sumber informasi terbanyak
yang didapat responden mengenai makanan cepat saji (fast food) berasal dari
televisi, yaitu dipilih oleh 53 orang responden (80,3%), kemudian internet dipilih
oleh 38 orang (57,6%), majalah oleh 23 orang (34,8%), poster oleh 21 orang
(31,8%), koran oleh 20 orang (30,3%), buku oleh 14 orang (21,2%), dan radio
dipilih oleh 12 orang (18,2%). Sedangkan ada 3 orang (4,5%) responden yang
memperoleh informasi tersebut dari orang lain seperti teman, keluarga dan
lain-lain.
5.1.7. Gambaran Aktivitas Fisik Responden
Gambaran aktivitas fisik dalam penelitian ini berupa frekuensi beraktivitas
fisik (olahraga) responden dan jenis olahraga yang dilakukan responden.
a. Frekuensi Beraktivitas Fisik (Olahraga) Responden
Gambaran aktivitas fisik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada
[image:44.595.97.529.217.389.2]tabel di bawah ini:
Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik/Olahraga Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
No. Frekuensi
Jenis Kelamin
n %
Laki-laki Perempuan
n % n %
1. Setiap hari 5 14,7 1 3,1 6 9,1
2. 2-3 kali per minggu 20 58,8 16 50,0 36 54,6
3. 1-3 kali per bulan 9 26,5 13 40,6 22 33,3
4. Tidak pernah 0 0 2 6,3 2 3,0
TOTAL 34 51,5 32 48,5 66 100
Berdasarkan tabel 5.14. didapati bahwa responden laki-laki paling sering
melakukan aktivitas fisik, yaitu terdapat 20 orang (58,8%) responden yang
berolahraga 2 sampai 3 kali per minggu, 9 orang (26,5%) berolahraga 1 sampai 3
kali per bulan, dan 5 orang (14,7%) berolahraga setiap hari, serta tidak ada
responden laki-laki yang tidak pernah berolahraga.
Sedangkan untuk responden perempuan didapati 16 orang (50%)
berolahraga 2 sampai 3 kali per minggu, 13 orang (40,6%) berolahraga 1 sampai 3
kali per bulan, 1 orang (3,1%) responden berolahraga setiap hari, dan terdapat
pula 2 orang responden (6,3%) yang tidak pernah berolahraga.
43
[image:45.595.110.540.168.402.2]Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.15. Gambaran Indeks Massa Tubuh Responden Berdasarkan Frekuensi Berolahraga
Berdasarkan tabel 5.15. dapat diperoleh keterangan bahwa dari 5 orang
yang obesitas, 3 orang (60%) diantaranya berolahraga 1-3 kali per bulan dan 2
orang (40%) sisanya berolahraga 2-3 kali per minggu. Lalu pada responden yang
memiliki berat badan berlebih, 6 orang (46,2%) diantaranya berolahraga setiap
2-3 kali per minggu, 4 orang (2-30,8%) 1-2-3 kali per bulan, dan 2-3 orang (22-3,1%)
berolahraga setiap hari. Selanjutnya pada 27 orang (57,4%) responden dengan
IMT normal paling banyak berolahraga setiap 2-3 kali per minggu, 15 orang
(31,9%) berolahraga 1-3 kali per bulan, 3 orang (6,4%) berolahraga setiap hari,
sedangkan 2 orang (4,3%) sisanya mengaku tidak pernah berolahraga. Dan
terakhir, responden dengan berat badan kurang berolahraga setiap 2-3 kali per
minggu.
b. Jenis Aktivitas Fisik (Olahraga)
Jenis aktivitas fisik atau olahraga yang sering dilakukan oleh responden
penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: IMT
Frekuensi berolahraga Total
Setiap hari
2-3 kali per minggu
1-3 kali per bulan
tidak pernah Berat Badan
Kurang
N 0 1 0 0 1
% 0 100 0 0
Normal N 3 27 15 2 47
% 6.4 57.4 31.9 4.3
Berat Badan Berlebih
N 3 6 4 0 13
% 23.1 46.2 30.8 0
Obesitas N 0 2 3 0 5
% 0 40.0 60.0 0
Tabel 5.16. Distribusi Jenis Aktivitas Fisik Responden Penelitian
No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak
N %
Jenis aktivitas
fisik/olahraga n % n %
1. Jogging 28 42,4 38 57,6 66 100
2. Senam 16 24,2 50 75,8 66 100
3. Berenang 23 34,8 43 65,2 66 100
4. Sepak bola 25 37,9 41 62,1 66 100
5. Gym 4 6,1 62 93,9 66 100
6. Lainnya 7 10,6 59 89,4 66 100
Dari tabel 5.16. dapat diperoleh keteranngan bahwa jogging adalah jenis
olahraga yang paling sering dilakukan oleh responden penelitian ini, yaitu dipilih
oleh 28 orang (42,4%), selanjutnya 25 orang (37,9%) memilih sepak bola, 23
orang (34,8%) memilih berenang, 16 orang (24,2%) memilih senam, sedangkan
gym dipilih oleh 4 orang (6,1%) responden. Terdapat pula 7 orang responden
memilih olahraga jenis lain, seperti bersepeda, tenis meja, dan menari.
5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar remaja di
SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan memiliki indeks massa
tubuh (IMT) yang normal yaitu 71,2% responden. Selanjutnya terdapat pula
responden yang memiliki berat badan berlebih (overweight) sebanyak 19,7% dan
obesitas 7,6% serta 1 orang responden yang memiliki berat badan kurang
(underweight) dari keseluruhan total responden. Dapat dilihat dari hasil tersebut
bahwa masalah gizi masih menjadi masalah utama di Indonesia, tidak hanya berat
badan berlebih dan obesitas, namun banyak pula masyarakat Indonesia yang
masih memiliki berat badan yang kurang atau underweight.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk umur diatas 15 tahun adalah
45
Universitas Sumatera Utara
19,1% (8,8% berat badan lebih dan 10,3% obesitas), menurut jenis kelamin
menunjukkan, bahwa prevalensi nasional obesitas umum pada laki-laki umur
diatas 15 tahun adalah 13,9%, sedangkan pada perempuan adalah 23,8%
(Riskesdas, 2007). Prevalensi obesitas meningkat pada tahun 2010 menjadi 21,7%
(10,0% berat badan lebih dan 11,7% obesitas) (Riskesdas, 2010). Para ahli
percaya jika kecenderungan ini terus berlangsung pada tahun 2015 sekitar 2,3
miliar orang dewasa akan kelebihan berat badan dan lebih dari 700 juta akan
obesitas. Skala masalah obesitas memiliki sejumlah konsekuensi serius bagi
individu dan sistem kesehatan pemerintah (Soeria, 2013) yang diacu dalam
(Damopolii, dkk, 2013). Sedangkan secara nasional menurut (Riskesdas, 2010)
prevalensi kekurusan pada remaja umur 16-18 tahun adalah 8,9 persen terdiri dari
1,8 persen sangat kurus dan 7,1 persen kurus.
Selanjutnya, dapat dilihat bahwa dari 38,5% remaja dengan berat badan
berlebih dan 60% remaja dengan obesitas sangat sering mengonsumsi fast food
yaitu 2-3 kali per minggu. Hal ini sesuai pula dengan penelitian (Virgianto, 2005)
bahwa semakin besar asupan kalori total, semakin besar pula kemungkinan
terjadinya obesitas. Ini memperkuat pernyataan beberapa penelitian yang
menyatakan bahwa peningkatan masukan energi dan konsumsi makanan
memberikan kontribusi besar untuk terjadinya obesitas. Walaupun kejadian
obesitas ini turut berhubungan dengan ada atau tidaknya aktivitas fisik yang
dilakukan secara teratur oleh remaja tersebut.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan.
Pertumbuhan remaja, meningkatnya partisipasi dalam kehidupan sosial, aktivitas
remaja dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja tersebut
(Worthiton-Robert, 1996). Biasanya remaja lebih suka makanan serba instan yang
berasal dari luar rumah, seperti fast food.
Uang saku merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi daya
beli, terutama daya beli terhadap pangan. Uang saku yang besar akan
meningkatkan kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli (Suryaalamsah, 2009).
Dari tabel 5.3. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (57,6%)
mendapatkan uang saku di bawah Rp30.000,00 per hari dan 39,4% responden
mendapatkan uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 per hari.
Sedangkan berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa 61,8 % responden yang
mengonsumsi fast food dua sampai tiga kali per minggu memiliki uang saku
dibawah Rp30.000,00 per hari dan 38,2% sisanya memiliki uang saku memiliki
uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 per hari. Uang saku tersebut
dapat digunakan untuk memenuhi keinginan responden dalam mengonsumsi apa
yang mereka inginkan, salah satunya yaitu konsumsi makanan cepat saji pola
barat (fast food). Menurut Pratiwi (2011), besarnya uang saku yang diberikan
kepada siswa dan kurangnya kontrol dari orang tua mengakibatkan siswa sering
mengonsumsi makanan cepat saji yang dapat berdampak tidak baik terhadap
kesehatan mereka di masa yang akan datang.
Dalam penelitian ini, 51,5% responden mengonsumsi fast food dua sampai
tiga kali per minggu. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ratna (2008)
didapatkan hasil frekuensi konsumsi fast food remaja SMA Depok lebih dari dua
kali per minggu sebanyak 36,1% dan didukung pula oleh hasil penelitian Risa,
dkk (2009) pada remaja di Palembang bahwa sebagian besar (52,2%) dari remaja
tersebut mengonsumsi fast food bisa lebih dari tiga kali per minggu.
Kecenderungan dalam mengonsumsi fast food terlalu sering dapat menimbulkan
ketidakseimbangan gizi yang berakibat terjadinya gizi berlebih atau obesitas
(Asmika, dkk, 2011). Selanjutnya dalam penelitian ini tidak ditemukan responden
yang tidak pernah mengonsumsi makanan cepat saji, ini mengindikasikan bahwa
makanan cepat saji masih menjadi makanan yang paling digemari dikalangan
remaja, mungkin karena para remaja tersebut belum memahami dampak dari
seringnya mengonsumsi makanan tersebut.
Fried chicken menjadi yang paling banyak dipilih oleh responden (69,7%)
serta chicken nugget 57,6% sebagai jenis makanan cepat saji yang paling sering
dikonsumsi. Sesuai dengan penelitian Suryaalamsah (2009) bahwa fried chicken
juga dipilih sebagai jenis fast food yang paling sering dikonsumsi pada 58,3%
responden dengan berat badan normal maupun gemuk. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh bahan baku dan proses pengolahannya. Fried chicken berbahan
baku ayam broiler dan diolah dengan cara digoreng. Jenis fast food yang diolah
47
Universitas Sumatera Utara
dengan cara digoreng akan lebih banyak menyerap minyak daripada yang diolah
dengan cara dipanggang, lalu penambahan tepung terigu dan bumbu-bumbu
membuat fried chicken memiliki cita rasa yang lebih gurih dan renyah, tetapi
tinggi kalori, lemak, kolesterol dan garam serta sangat miskin serat, sehingga
diduga dapat mempengaruhi profil lipidnya, walaupun hal ini tidak diteliti dalam
penelitian ini. Oleh karena itu diperlukan konsumsi serat sebagai tambahan untuk
mengimbangi tingginya kolesterol dalam darah (Virgianto, 2005). Walaupun
demikian, masih dalam penelitian Virgianto tahun 2005 menyatakan bahwa
variasi jenis makanan cepat saji bukanlah faktor risiko untuk terjadinya obesitas,
ini disebabkan yang mempengaruhi obesitas adalah jumlah masukan kalori, bukan
jenis makanannya. Berbeda dengan yang ditemukan Padmiari dan Haman Hadi
(2001) bahwa ada hubungan antara jenis makanan cepat saji yang dikonsumsi
dengan kejadian obesitas pada kelompok umur yang berbeda. Ini mungkin
disebabkan karena sumbangan kalori sangat bervariasi terhadap asupan total
harian yang bergantung pada jenis makanan cepat saji tersebut.
Pada tabel 5.10. dapat dilihat bahwa saat paling sering responden
mengonsumsi fast food adalah saat berkumpul bersama teman-temannya,
sehingga teman merupakan pengaruh terbesar pada remaja dalam hal memilih
jenis makanan. Hal ini sesuai dalam penelitian Patterson (2011) diperoleh lebih
dari dua pertiga responden dalam penelitian tersebut setuju bahwa salah satu
alasan mereka mengonsumsi fast food adalah karena teman-temannya. Remaja
adalah masa transisi antara kehidupan anak menjadi dewasa, mereka sudah
memasuki tahap independensi (kebebasan) dalam berinteraksi dan bergaul dengan
lingkungan sosial yang menyebabkan remaja menjadi lebih senang menghabiskan
waktu di luar rumah bersama teman-temannya.
Dari hasil penelitian ini didapatkan 75,8% responden mempertimbangkan
untuk mengonsumsi makanan cepat saji karena praktis dan 71,2% responden
memilih karena rasanya yang enak. Rasa yang enak ini diduga karena kandungan
lemak dan garam yang tinggi dari bahan-bahan penyusun fast food. Makanan
cepat saji merupakan makanan yang lebih cepat dan praktis sehingga tidak lama
menunggu untuk dikonsumsi. Hasil ini serupa dengan penelitian Sihaloho (2012)
yang sebagian besar dari respondennya (75,4%) memilih hal yang sama dengan
penelitian ini. Dengan pengolahan yang cenderung cepat dan bersih karena
menggunakan tenaga mesin, restoran yang mudah ditemukan serta pelayanannya
yang selalu ada setiap saat, bagaimanapun cara memesannya, menjadikan fast
food atau ready-to-eat-food sebagai pilihan utama orang tua yang sibuk atau
konsumsi ketika menghabiskan waktu bersama keluarga pada masyarakat modern.
Informasi sangat menentukan bagi konsumen menjatuhkan pilihan pada
produk yang akan dibelinya. Sumber informasi yang berkenaan dengan makanan
dapat berupa iklan dan promosi di media cetak maupun media elektronik,
pengalaman masa lalu, dan pengaruh lingkungan sosial terdekat yang sering
dijumpai. Dalam penelitian ini, responden memilih televisi (80,3%) dan internet
(57,6%) sebagai sumber informasi terbanyak mengenai makanan cepat saji.
Menonton televisi merupakan kegiatan di saat santai yang disukai oleh semua
orang dari mulai balita, anak-anak, sampai orang dewasa. Iklan-iklan yang
ditampilkan di sela-sela acara televisi disajikan sedemikian rupa agar menarik
penontonnya (Suryaalamsah, 2009). Sesuai dengan penelitian Budiono dan
Mardiana (2006) diperoleh rata-rata remaja yang melihat televisi lebih dari 5 jam
sehari, sebagian dari mereka memiliki 10% asupan kalori yang lebih tinggi
daripada orang yang telah menghabiskan waktu kurang dari 2 jam sehari ditelevisi.
Sedangkan dalam penelitian Risa, dkk (2009) disalah satu SMA di Palembang
didapatkan data 77,2% siswa menggunakan media elektronik sebagai sumber
informasi iklan dan 22,8% sisanya menggunakan media cetak sebagai sumber
informasi melihat iklan.
Menurut Triwinarto (2007) dalam Allo (2013) aktivitas fisik adalah
gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka sebagai suatu pegeluaran
tenaga (dinyatakan kilo-kalori), yang meliputi pekerjaan, waktu senggang dan
aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik tersebut memerlukan usaha ringan, sedang
atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan kesehatan bila dilakukan secara
teratur. Pada tabel 5.14. diperoleh bahwa laki-laki lebih sering melakukan
aktivitas fisik dibanding wanita, yaitu sekitar 58,8% responden laki-laki
berolahraga setiap 2-3 kali per minggu, dan tidak ada responden laki-laki yang
49
Universitas Sumatera Utara
tidak pernah berolahraga. Hal ini diduga bahwa laki-laki lebih bersifat atletis dan
lebih gemar berolahraga dibanding perempuan sehingga laki-laki memiliki massa
otot yang lebih besar dan massa lemak yang lebih sedikit dibanding perempuan.
Pada tabel 5.16. dapat dilihat bahwa responden yang memiliki berat badan
berlebih dan obesitas cenderung memiliki aktivitas fisik lebih sedikit dibanding
dengan responden dengan IMT yang normal. Enam puluh persen dari responden
yang obesitas jarang berolahraga yakni hanya setiap 1-3 kali per bulan. Sedangkan
jika asupan energi berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai
maka secara berkelanjutan dapat mengakibatkan obesitas. Kemudian dapat
disimpulkan pula olahraga yang paling sering dipilih oleh responden adalah
jogging, hal ini mungkin disebabkan oleh jogging yang merupakan olahraga
termudah dan paling efisien untuk dilakukan oleh para remaja, karena jogging
tidak memerlukan alat olahraga apapun.
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kejadian obesitas pada remaja, berdasarkan penelitian ini dapat dilihat bahwa dari
keseluruhan responden terdapat 27,3% responden yang mengalami obesitas dan
berat badan berlebih, dan 38,9%-nya jarang sekali melakukan aktivitas fisik yaitu
hanya berkisar 1-3 kali per bulan sedangkan yang melakukan aktivitas fisik setiap
hari hanya 16,7% responden dari keseluruhan responden yang obesitas dan
memiliki berat badan berlebih.
Selain aktivitas fisik, terdapat juga banyak bukti yang menunjukkan bahwa
komponen genetik turut berperan dalam kejadian obesitas dalam keluarga, seperti
adanya mutasi pada gen yang mengode leptin, leptin receptor, melanocortin-4
receptor, dan proopionelanocortin (Echwald, et al, 2002). Dalam penelitian yang
sama (Echwald, et al, 2002), menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara
isoenzim HSD11B1 (11β-hydroxysteroid dehydrogenase), yang
mengkatalisasikan perubahan secara hormonal pada kortisol (cortisol) yang aktif
dan kortison (cortisone) yang inaktif, dengan gen-gen lain yang menjadikannya
faktor predisposisi terhadap fenotip obesitas sentral, walaupun peran HSD11B1
ini bukanlah faktor utama dalam kerentanan genetik untuk obesitas. Dari data
didapatkan hubungan lokus HSD11B1 dalam meningkatkan rasio W:H (waist to
hip ratio), terutama pada wanita, dan ini mendukung peran aktivasi
glukokortikoid melalui 11β-HSD1 tersebut untuk meregulasi distribusi jaringan adiposit dalam tubuh.
51
Universitas Sumatera Utara
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui pembahasan
tentang gambaran indeks massa tubuh (IMT) remaja usia 15-17 tahun yang
mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat di SMA Yayasan
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sebagian besar remaja di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah Medan memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang normal.
Sehingga makanan cepat saji bukanlah prediktor utama yang
mempengaruhi peningkatan IMT, asupan energi yang seimbang, aktivitas
fisik serta pengaruh genetik diduga turut berperan.
2. Sebagian besar responden tergolong sering mengonsumsi fast food pola
barat dengan frekuensi berkisar 2-3 kali per minggu dan tidak ada
responden yang tidak pernah mengonsumsi fast food.
3. Fried chicken dan chicken nugget menjadi jenis fast food yang paling
sering dikonsumsi.
4. Konsumsi makanan cepat saji menjadi pilihan para remaja karena cepat,
praktis dan cita rasanya yang enak, serta dipengaruhi pula oleh dorongan
dari teman-temannya.
6.2. Saran
1. Bagi pihak sekolah SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
Medan diharapkan melakukan pendekatan kepada pelajar mengenai
dampak dari konsumsi fast food yang berlebihan serta konseling mengenai
perilaku konsumsi fast food agar dapat mengurangi konsumsi fast food dan
menggantinya dengan berbagai jenis makanan yang lebih sehat dan bergizi.
2. Bagi para orang tua disarankan untuk lebih memperhatikan kebiasaan
makan anak, dan perlu diajarkan mengenai gaya hidup sehat melalui
konsumsi makanan bergizi seimbang dan aktivitas fisik yang teratur.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan nutrisurvey pada
setiap jenis makanan cepat saji pola barat serta meneliti bagaimana profil
lipid dan tekanan darah para pelajar yang memiliki IMT berlebih karena
kemungkinan para remaja tersebut sudah mengalami sindroma metabolik.
5
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Makanan Cepat Saji (Fast Food)
Istilah fast food pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat sekitar
tahun 1950-an dan pelajar merupakan konsumen terbanyak yang memilih menu
fast food. Fast food dipilih karena keterbatasan waktu maupun fasilitas untuk
menyiapkan makanannya sendiri (Fitri, 2011).
Menurut Hayati (2000) yang dikutip dalam Fitri (2011), secara umum
produk fast food dapat dibedakan menjadi dua, yaitu produk fast food yang
berasal dari Barat dan lokal. Fast food yang berasal dari Barat sering juga disebut
fast food modern, seperti fried chicken, hamburger, french fries, pizza, dan
sebagainya. Sedangkan fast food lokal sering disebut dengan istilah fast food
tradisional seperti warung tegal, restoran padang, warung sunda, dan lain-lain.
Makanan cepat saji modern (fast food) adalah jenis makanan yang mudah
disajikan, praktis dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan
dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan
dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut (Sihaloho, 2012).
Menurut Khomsan (2002), fast food dikatakan negatif karena
ketidakseimbangannya (dari segi porsi serta komposisi sayuran sehingga miskin
akan vitamin dan mineral), tinggi garam, dan rendah serat (merupakan faktor
pemicu munculnya penyakit hipertensi), serta sumber lemak dan kolesterol
(mengandalkan pangan hewani ternak sebagai menu utama). Ketidakseimbangan
zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food dijadikan sebagai pola makan
harian. Kelebihan kalori, lemak, dan natrium akan terakumulasi dalam tubuh
seseorang dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif, berupa tekanan
darah tinggi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan diabetes melitus, serta
obesitas (Novitasari, 2005).
Fast food cenderung lebih padat energi, kaya akan sumber asam lemak
jenuh (saturated fatty acids) dan asam lemak trans (trans fatty acids), garam,
rendah mikronutrien dan dikonsumsi dalam porsi yang cukup besar dibandingkan
makanan lain. Sebagai konsekuensi langsung, konsumsi berlebihan dari fast food
dihubungkan dengan peningkatan risiko berat badan berlebih (overweight) dan
obesitas. (The Food Monitoring Group BMC Public Health, 2012).
Berat badan berlebih pada an