• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kemandirian Belajar dan Interaksi Sosial terhadap Literasi Keuangan Dikalangan Siswa Kelas 2 SMK Kristen BM Salatiga T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kemandirian Belajar dan Interaksi Sosial terhadap Literasi Keuangan Dikalangan Siswa Kelas 2 SMK Kristen BM Salatiga T1 BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Literasi Keuangan

2.1.1 Pengertian Literasi Keuangan

Kecerdasan yang harus dimiliki oleh manusia modern adalah kecerdasan keuangan yaitu kecerdasan dalam mengelola keuangan pribadi.

Menurut Lusardi & Mitchaell (Yushita 2017), “literasi keuangan dapat diartikansebagai

pengetahuan keuangan yang memiliki tujuan untuk mencapai kesejahteraan”. Definisi literasi keuangan menurut Mason & Wilson (Krisna,2010) “Kemampuan seseorang

untuk mendapatkan, memahami, dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan dengan memahami konsekuensi finansial yang

ditimbulkannya”.

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengaplikasikan manajemen keuangan pribadi seperti merencanakan pengendalian keuangan. Menurut buku pedoman Strategi Nasional Literasi Keunagan Indonesia (2013) “Rangkaian proses atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), keyakinan (convidence), dan keterampilan (skill) konsumen dan masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola keuangan yang lebih baik”. Literasi keuangan terjadi manakala seorang individu memiliki sekumpulan keahlian dan kemampuanyang membuat orang tersebut mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.

(2)

program strategi nasional literasi keuangan mencanangkan empat pilar utama yaitu :

1. Well literate (21,84%) memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang

lembaga keuangan sert produk jasa keuangan,manfaat den resiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan serta memiliki keterampilan dalam menggukanan produk dan jasa keuangan.

2. Sufficient literate (75,69%), memiliki pengetahuan dan keyakian tentang

lembaga jasa kauangan serta produk dan jasa keuangan, manfaat dan resiko, hak dan kewajiban terkait produk jasa keuagan.

3. Less literate (2,06%) hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa

keunagan, produk dan jasa keuangan.

4. Not literate (0,41%), tidak meiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap lembaga jasa keuangan dan jasa keuangan, seta tidak memiliki keterampilan dalam mengunakan produk dan jasa keuangan.

Penerapan keempat pilar tersebut diharapkan dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi sehingga masyarakat dapat memilih dan memanfaatkan produk jasa keuangan guna meningkatkan kesejahteraan. Literasi keuangan dibagi menjadi empat aspek yang terdiri dari pengetahuan dasar keuangan (basic financial knowladge), simpanan dan pinjaman (saving & borrowing), proteksi (insurance), dan investasi. Penegtahuan keuangan dasar yang mencangkup pengeluaran, pendapatan, aset, hutang, ekuitas, dan resiko. Pengetahuan dasar ini berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam melakukan investasi atau biaya - biaya yang bisa mempengaruhi perilaku individu dalam mengelola keuangannya.

(3)

2.1.2 Aspek-aspek literasi keuangan

Uang merupakan aspek inti dari literasi keuangan. Aspek ini termasuk kesadaran akan perbedaan bentuk dan tujuan uang serta penanganan transaksi moneter sederhana seperti pembayaran keperluan sehari-hari, belanja, nilai uang, kartu bank, cek, rekening bank dan mata uang. Mencakup aspek kemampuan literasi keuangan yang penting, seperti perencanaan dan pengelolaan pendapatan

dan kekayaan yang lebih baik dalam jangka pendek dan panjang, khususnya pengetahuan dan kemampuan untuk memonitor pendapatan dan biaya serta memanfaatkan pendapatan dan sumber daya lain yang tersedia untuk meningkatkan kesejahteraan keuangan.

Menurut Programme for International Student Assessment/ PISA 2012 (Widayati,

2012), aspek-aspek dalam literasi keuangan adalah: (1)Uang dan Transaksi; (2)

Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan; (3) Risiko dan Keuntungan; (4) Fiancial

Landscape; (5) Fiancial Landscape.

Aspek ini berisi kemampuan untuk mengidentifikasi cara-cara untuk mengelola dan menyeimbangkan risiko termasuk melalui asuransi dan produk tabungan serta pemahaman tentang keuntungan atau kerugian potensial dalam berbagai konteks keuangan dan produk, seperti perjanjian kredit dengan suku bunga variabel dan produk investasi. Berkaitan dengan karakter dan fitur dari dunia keuangan, hal ini termasuk mengetahui hak dan tanggung jawab dari konsumen di pasar keuangan dan lingkungan keuangan umum, serta implikasi utama kontrak keuangan.Aspek ini juga menggabungkan pemahaman tentang konsekuensi dari perubahan kondisi ekonomi dan kebijakan masyarakat, seperti perubahan suku bunga dan perpajakan.

2.1.3 Indikator literasi keuangan

(4)

Widayati (2012) mengembangkan 15 indikator literasi keuangan yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia yaitu: (a). Mencari pilihan-pilihan dalam berkarir; (b). Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi gaji bersih; (c). Mengenal sumber-sumber pendapatan; (d). Menjelaskan bagaimana mencapai kesejahteraan dan memenuhi tujuan keuangan; (e). Memahami anggaran menabung; (f). Memahami asuransi; (g). Menganalisis risiko, pengembalian dan likuiditas; (h). Mengevaluasi alternatif-alternatif investasi; (i). Menganalisis pengaruh pajak dan inflasi terhadap hasil investasi; (j). Menganalisis keuntungan dan kerugian berhutang; (k). Menjelaskan tujuan dari rekam jejak kredit dan mengenal hak-hak debitur;( l). Mendeskripsikan cara-cara untuk menghindari atau memperbaiki masalah hutang; (m). Mengetahui hukum dasar perlindungan konsumen dalam kredit dan hutang; (n). Mampu membuat pencatatan keuangan; (o). Memahami laporan neraca, laba rugi dan arus kas.

Masyarakat luas diharapkan tidak hanya mengetahui dan memahami lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, melainkan juga dapat mengubah atau memperbaiki perilaku masyarakat dalam pengelolaan keuangan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan mereka. Literasi keuangan terjadi manakala seorang individu memiliki sekumpulan keahlian dan kemampuan yang membuat orang tersebut mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi literasi keuangan

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat literasi keuangan, yaitu:

1) Jenis kelamin 2) Tingkat pendidikan 3) Tingkat pendapatan.

Menurut Widayati (2012) faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat literasi keuangan yaitu:

1) Status social ekonomi orang tua

2) Pendidikan pengelolaan keuangan keluarga

3) Pembelajaran keuangan di perguruan tinggi negeri.

2.2Kemandirian Belajar

2.2.1 Pengertian Kemandirian Belajar

(5)

tersebut perlu dimiliki oleh siswa dapat memanfaatkan waktu belajar di rumah dan di sekolah secara efektif, dan menggunakan sumber belajarnya.

Menurut Haris Mujiman (2007: 7) “Kemandirian Belajar dapat diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki”. Kemandirian belajar yang dimiliki oleh siswa dapat merubah karakter dari diri siswa tersebut menjadi siswa yang bertanggung jawab dalam mengelola keungan pribadinya dan disiplin dalam mengunaan uang.

Menurut Umar Tirtaraharja dan La Sulo (2010: 50) “Kemandirian Belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan disertai rasa tanggung jawab dari diri pembelajar”. Menurut Abu Ahmadi (Aini, 2012), “Kemandirian Belajar adalah sebagai belajar mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain”. Pada dasarnya kemandirian merupakan perilaku individu yang mampu berinisiatif dalam mengelola keuangan pribadi mereka dengan baik, mampu mengatasi hambatan/masalah keuangan pribadinya, dan tidak memerlukan pengarahan dari orang lain untuk mengelola keuangannya. Siswa yang memiliki kemandirian belajar akan memiliki keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang hanya bergantung kepada orang lain.

Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksut kemandirian belajar adalah suatu aktivitas atau kegiatan belajar secara sendiri yang dilakukan oleh siswa atas kemauannya sendiri, mempunyai rasa percaya diri tinggi dan bertanggung jawab dalam mengelola keuangan.

2.2.2 Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Keadaan yang terdapat pada kemandirian belajar dapat diperjelas dengan mengetahui ciri-ciri belajar mandiri. Adapun ciri-ciri belajar mandiri menurut Haris Mujiman (2007: 9-10) yaitu:

a) Kegiatan belajarnya bersifat self-directing atau mengarahkan diri sendiri, tidak dependent atau tidak tergantung orang lain

(6)

c) Tidak mau didikte guru, karena tidk mengharapkan secara terus menerus diberitahu apa yang seharusnya dilakukan

d) Lebih senang dengan partisipasi aktif daripada pasif mendengarkan ceramah guru

e) Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki, karena sebagai seorang siswa mereka tidak mau datang belajar dengan kepala kosong

f) Perencanaan dan evaluasi belajar dilakukan sendiri oleh siswa

g) Belajar harus dengan berbuat, tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan menyerap

Seeorang yang mandiri cenderung lebih tergantung pada didri sendiri dari pada pihak lain, akan ada sifat yang bebas dan kreatif. Kemauan yang kuat akan mendorong untuk tidak lekas putus asa dalam menghadapi kesulitan, disiplin juga perlu supaya kegiatan belajar juga sesua dengan jadwal waktu yang diaturnya seniri.

2.2.3 Kegiatan – kegiatan dalam kemandirian belajar

Sebagaimana aspek-aspek psikologi lainnya, kemandirian belajar juga bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat pada dari individu sejak lahir. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai stimulus yang datang dari lingkungannya, selain potensi yang dimiliki sejak lahir sebagai keturunan dari orang tuanya. Ada beberapa faktor menurut Mohammad Ali dan Asrori (Astuti,2005) yang mempengaruhi Kemandirian Belajar yaitu:

a) Gen atau keturunan orang tua

Orang tua yang memiliki sifat kemandirian belajar tinggi seringkali menurunkan anak memiliki kemandirian juga.

b) Pola asuh orang tua

Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi kemandirian belajar siswa. Orang tua terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat kemandirian siswa. Sebaliknya, orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran kemandirian belajar.

(7)

Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat kemandirian belajar siswa. Demikian juga, proses pendidikan yang banyak menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman juga dapat menghambat kemandirian belajar siswa. Sebaliknya proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetisi positif akan memperlancar kemandirian belajar siswa.

d) Sistem kehidupan di masyarakat

Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi siswa dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran kemandirian siswa. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi siswa dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hierarki akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian siswa.

2.3 Interaksi Sosial

Soerjono Soekanto (2012:55) “Interaksi sosial merupakan hubungan -hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut -hubungan antara orang perorang, antarkelompok manusia, serta antara orang peroarang dan kelompok manusia”. Proses sosial pada hakikatnya adalah pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan bersama, hakikat hidup bermasyarakat itu sebenarnya adalah terdiri dari relasi-relasi yang mempertemukan mereka dalam usaha-usaha bersama dalam aksi dan tindakan yang berbalas-balasan. Sehingga orang saling menggapi tindakan mereka. Walgito (2010:11) “Interaksi sosial merupakan Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu atau organisme itu”. Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban atau respons terhadap stimulus yang mengenainya.

(8)

saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut”. Hasil interaksi ini sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-Pihak yang terlibat dalam interaksi ini.

Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksut interaksi sosial adalah kualitas hubungan antara satu orang dengan orang lain atau keeratan hubungan antara individu dengan kelompok yang saling mempengaruhi sehingga terjadi hubungan timbal balik dan pada akhirnya membentuk struktur sosial.

2.3.1 Syarat – Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Menurut Soekanto (Pradiptasari, 2016), syarat-syarat terjadinya interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi

1) Kontak Sosial

Kontak sosial berasal dari bahasa Latin Con atau Cum (yang artinya bersama-sama) dan tango yang artinya menyentuh). Jadi artinya secara harfiah bersama-sama menyentuh. Secsra fisik, kontak sosial baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, sedangkan dalam gejala sosial tidak selalu berarti hubungan badaniah. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negative. Bersifat positif mengarah pada kerjasama, danyang bersifat negative mengarah pada suatu pertentangan. Kontak sosial juga akan bersifat primer dan sekunder apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, Adapun kontak sekunder merupakankontak yang memerlukan perantara.Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telefon, telegraf, radio, termasuk TV dan tdak memerlukan suatu hubungan badaniah. 2) Komunikasi

(9)

orang lainnya. Hal itu merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.

2.3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi interaksi sosial

Interaksi sosial tidak akan terjadi jika manuasia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap dirinya sebagai akibat hubugan tersebut. Menurut Sadjiarto (2010:5-6) Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain:

a. Imitasi

Imitasi atau doroangan untuk meniru mempunyai peran penting dalam proses interaksi sosial.

b. Sugesti

Sugesti timbul apabila seseorang menerima suatu pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.

c. Indentifikasi

Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama (identik atau serupa) dengan pihak lain

d. Simpati

Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain.

2.3.3 Bentuk – bentuk interaksi sosial

Sadjiarto (2010:9-15) berpendapat bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial ialah: 1. Kerja sama

Kerjasama timbul apabila orang menyadari, bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut melalui kerja sama.

2. Pertikaian

Pertikaian (konflik) adalah suatu proses sosial dimana orang per orang atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.

3. Persaingan

(10)

jalan menarik perhatian publik tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.

4. Akomodasi

Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tersebut kehilangan kepribadiannya.

2.3.4 Asperk – aspek interaksi sosial

Slamet Santoso (2010:184-185) mengemukakan aspek dalam proses interaksi sosial adalah :

1. Motif/tujuan yang sama. Suatu kelompok tidak terbentuk secara spontan, tetapi kelompok terbentuk atas dasar motif/tujuan yang sama

2. Suasana emosional yang sama. Jalan kehidupan kelompok, setiap anggotamempunyai emosional yang sama. Motif/tujuan dan suasana emosional yang sama dalam suatu kelompok disebut sentiment

3. Ada aksi interaksi. Tiap-tiap anggota kelompok saling mengadakan hubungan yang disebut interaksi, membantu, atau kerjasama. Dalam mengadakan interaksi, setiap anggota melakukan tingkah laku yang disebut dengan aksi.

4. Proses segi tiga dalam interaksi sosial (aksi, interaksi dan sentimen) kemudian menciptakan bentuk piramida dimana pimpinan kelompok dipilih secara spontan dan wajar serta pimpinan menempati puncak piramida tersebut.

5. Dipandang dari sudut totalitas, setiap anggota berada dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan secara terus-menerus.

(11)

2.4 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Herlindawati, (2015) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kontrol diri, jenis kelamin, dan pendapatan terhadap pengelolaan keuangan pribadi mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya baik secara parsial maupun simultan. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini mahasiswa Pascasarajana Universitas Negeri Surabaya angkatan tahun 2014 sebanyak 910 dengan jumlah sampel sebanyak 278 mahasiswa yang terdiri atas 128 mahasiswa dan 150 mahasiswi. Metode analisis data menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kontrol diri dan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan pribadi mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, sedangkan jenis kelamin tidak memiliki pengaruh terhadap pengelolaan keuangan pribadi mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Secara simultan kontrol diri, jenis kelamin, dan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan pribadi mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

(12)

keuangan dan prilaku keuangan tidak berpengaruh terhadap tingkat literasi keuangan.

2.5 Kerangka Berpikir

SMK Kristen BM Salatiga memiliki siswa yang heterogin dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai literasi keuangan. Literasi keungan sebenarnya dapat dipengaruhi oleh kemandirian belajar dan interaksi sosial.

Kemandirian belajar dapat diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar sendiri, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki terutama mengenai tentang keuangan dalam diri siswa. Semakin siswa mandiri dalam menggalih informasi di sekolahan maupun diluar sekolah tentang pengelolaan keuangan maka siwa mampu memilih kebutuhan yang dipilihnya seperti kebutuhan yang mendesak maupun kebutuhan yang tidak mndesak. Siswa memperoleh pengetahuan yang mereka dapatkan tentang keuangan lalu mereka mengevalusainya sendiri maka siswa mampu mengelola keuangan pribadinya demi mencukupi kebutuhannya. Tapi mereka yang tidak memiliki kemandiirian belajar dengan mencari tahu tentang cara mengelola keuangan demi mencukupi kebutuhan dirinya maka mereka tidak mampu mengelola keuangannya sendiri bahkan cenderung kurang perduli tentang cara mengelola keuangannya. kecerdasan yang dmiliki siswa dalam dirinya mampu membantu siswa untuk membaca, menganalisis dan mengelola kondisi keuangan saat saat akan mengambil keputusan keuangan untuk terhindari dari masalah keuangan

Interaksi sosial juga merupakan salah satu yang mempengaruhi literasi keuangan seperti pengaruh dari teman sebaya, kebanyakan remaja hanya ikut – ikut temannya seperti membeli brang yang tidak berguna bagi dirinya. Teman sebaya juga mempengaruh cara siswa mengelola keuangannya dengan cara bertukar pikiran dengan temannya cara menabung atau biasanya siswa mencari tahu bagaimana cara temannya dapat mengelola keungannya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya.

(13)

terjadi dapat berpengaruh dalam siskap terhdap keuangan pribadi yang akan mempengaruhi perilaku keaunagan atau keputusan dalam mengelola keuangan. Uraian tersebut dapat dikatakan kemandirian belajar dan interaksi sosial mempunyai pengaruh terhadap literasi keuangan. Maka model hipotetis sebagai beriku :

Gambar 2.1 Model Hipotetis Pengaruh Kemandirian Belajar dan Interaksi

Sosial Terhadap Literasi Keuangan Dikalangan Siswa Kelas 2 SMK Kristen

BM Salatiga

Keterangan :

X1 : kemandiirian belajar (independen) X2 : interaksi sosial (independen) Y : literasi keuangan (dependen)

: menyatakan pengaruh asosiatif

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang dihadapi, dan harus dibuktikan kebenarannya, Nyoman Dantes (2012: 28). Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapat disusun sebagai berikut:

1. Hipotesis Kerja

Terdapat pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar terhadap literasi keuangan dikalangan siswa kelas 2 SMK Kristen BM Salataiga.

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar terhadap literasi keuangan dikalangan siswa kelas 2 SMK Kristen BM Salataiga.

(X1)

(Y)

(14)

Hipotesis statistik Ho : β = 0

H1 : β ≠ 0 2. Hipotesis Kerja

Terdapat pengaruh yang signifikan antara interaksi sosial terhadap literasi keuangan dikalangan siswa kelas 2 SMK Kristen BM Salataiga. Tidak terdapat pengaruh yang signifikanantara teman sebaya terhadap literasi keuangan dikalangan siswa kelas 2 SMK Kristen BM Salataiga. Hipotesis statistic

Ho : β = 0 H1 : β ≠ 0 3. Hipotesis Kerja

Terdapat Pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar dan interaksi sosial terhadap literasi keuangan dikalangan siswa kelas 2 SMK Kristen BM Salataiga.

Tidak terdapat Pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar dan interaksi soasialterhadap literasi keuangan dikalangan siswa kelas 2 SMK Kristen BM Salataiga.

Gambar

Gambar 2.1 Model Hipotetis Pengaruh Kemandirian Belajar dan Interaksi

Referensi

Dokumen terkait

Tapi yang jelas, ide label halal itu berasal dari pesantren," cerita entrepreneur yang juga tamatan pesantren ini.. Saat itu masih asing soal

Dalam penelitian ini triangulasi yang akan digunakan adalah:1) Membandingkan data yang diperoleh dengan hasil konfirmasi kepada guru matematika

siswa mengalami kesulitan dalam menguasai kosakata bahasa Jerman. Apakah penggunaan media yang tidak tepat dalam pembelajaran

Berdasarkan landasan terdahulu diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya semua landasan terdahulu berdasarkan kompetensi ilmu masing-masing yaitu ilmu

Sularto, wakil Pemimpin Umum Harian Kompas bahwa sang jurnalis tidak bisa disalahkan dalam hal ini karena hal ini lebih berkaitan dengan moral sang narasumber

Dengan melihat keadaan ini maka kegiatan Extrakurikuler dibentuk dandikembangkan dengan harapan mampu mengembangkan talenta dengan harapan dapat berperanaktif dalam

[r]

menunjukkan bahwa nilai total limfosit untuk semua perlakuan berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan perlakuan konsentrasi fukoidan komersil tidak berbeda nyata