• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru di RSU Siti Hajar Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Profil Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru di RSU Siti Hajar Medan"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU

DI RSU SITI HAJAR MEDAN

Oleh: SOFIE ZALITHA

080100376

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PROFIL PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU

DI RSU SITI HAJAR MEDAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Oleh: SOFIE ZALITHA

080100376

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Profil Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru di RSU Siti Hajar Medan

Nama : Sofie Zalitha NIM : 080100376

Pembimbing Penguji I

(dr. Isti Ilmiati F, M.Sc, CM-FM, M.PD.ked) (dr. M. Fahdy, Sp. OG) NIP : 19670527 1999903 2 001 NIP: 19640509 199503 1 001

Penguji II

(Prof. dr. A. Afif Siregar, Sp. A (K), Sp. JP (K) ) NIP: 19500416 197711 1 001

Medan,22 Desember 2011 Dekan Fakultas Kedokteran-USU

(4)

PROFIL PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI RSU SITI HAJAR MEDAN

Abstrak

Mycobacterium tuberculosis telah meninfeksi sepertiga penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 8 juta penduduk dunia menderits tuberkulosis (TB)dengan kematian 3 juta orang per tahun. Meskipun penyakit ini tergolong ganas, namun kesadaran masyarakat masih rendah. Terlihat rendahnya angka yang ditemuan pada penderita tuberkulosis paru di tempat pelayanan

kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil penderita tuberkulosis paru klinis terhadap pasien tuberkulosis paru di RSU Siti Hajar Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang dilakuakan dengan metode pendekatan Cross Sectional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita tuberkulosis paru berjenis kelamin laki-laki 33 orang (55%), dengan kisaran umur 22-39 tahun. Rata-rata perndidikan sekolah menengah dengan penghasilan kurang. Berdasarkan kebiasan merokok, 34 orang (56.7%) penderita TB paru merupakan perokok aktif dengan pola hidup yang cukup (tidak terlalu baik/buruk).

(5)

PROFILE OF PATIENT INFECTED BY PULMONARY TUBERCULOSIS DISEASE IN RSU SITI HAJAR MEDAN

Abstract

Mycobacterium tuberculosis has been infecting one-third of world population, World Health Organization (WHO) report abaout 8 million of world population suffered from tuberculosis with 3 million people death per year. Though this disease is pertained cruetly,but the awareness of sosiety is still low. It can be seen from the finding number of lungs tuberculosis patient. This research is aimed to know the profile of lungs tuberculosis patient in RSU Siti Hajar Medan.

The research used descriptive method wihich is done by Cross Sectional approach. The reasult showed gender factor is mostly men that can be found in 33 person (55%). Wiht average age 22-39 years old. Their education level factor is mostly junior high with fixed job but low income. Based on smoking habits, there are 34 person (56.7%) with active smoker and with mostly have a bad lifestyle.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. yang dengan petunjuk dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan KTI (Karya Tulis

Ilmiah) yang berjudul “Profil Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru di RSU Siti Hajar

Medan”. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang

dokter umum, dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran,

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam

penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A (K),

selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Isti Ilmiati F, M.Sc, CM-FM, M.PD.ked, selaku Dosen Pembimbing

yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga

proposal ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak dr. M. Fahdy, Sp. OG, selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan penulisan karya

tulis ilmiah ini.

5. Bapak Prof. dr. A. Afif Siregar, Sp. A (K), Sp. JP (K), selaku Dosen

Penguji II yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat

dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Ayahanda Rizal Fahlevi Hasibuan, SE, MBA dan ibunda Dr. Ameta

Primasari Tarigan, drg, M. Dsc, M. Kes beserta saudara-saudara

kandungku atas seluruh kasih sayang, doa dan dukungan selama menjalani

(7)

7. Saudara Nasan Martua Siregar, yang telah banyak memberikan dukungan

selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Sahabat-sahabat T. Amira Raihan Nasution, Frihastina Lubis, Rini

Nurrakhmah, Sonia Sirait, Astrid Nazli, Mutiara Aini Malau, Welly

Siagian, Juang Zebua, M.Nawal Hasya dan seluruh mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Medan, 18 Desember 2011

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Tuberkulosis ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Etiolog ... 5

2.1.3. Faktor Risiko ... 7

2.1.4. Patogenesis... 8

2.1.5. Klasifikasi ... 10

2.2. Tuberculosis Paru ... 13

(9)

2.2.3. Diagnosa ... 14

2.2.4. Pemeriksaan Laboratorium ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 18

3.1. Kerangka Konsep ... 18

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 18

3.2.1. Variabel ... 18

3.2.2. Definisi Oprasional ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21

4.1. Jenis Penelitian ... 21

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

4.3. Populasi dan Sampel ... 21

4.3.1.Populasi ... 21

4.3.2.Sampel ... 21

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 22

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 22

4.5.1. Pengelolahan Data... 22

4.3.2. Analisa Data ... 23

BAB 5 ... 24

5.1. Hasil Penelitian ... 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 25

5.1.3. Deskripsi Faktor Risiko ... 27

5.2. Pembahasan ... 27

BAB 6 ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 29

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Definisi Oprasional 19

5.1. Distribusi Karakteristik Umur Responden 25

5.2. Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Responden 25

5.3. Distribusi Karakteristik Pendidikan Responden 26

5.4. Distribusi Karakteristik Pekerjaan Responden 26

5.5. Distribusi Faktor Risiko Merokok Responden 27

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Gambaran Radiologi Pendertita TB paru 16

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 2 CONTENT VALIDITY

LAMPIRAN 3 KUESIONER DAN DATA KUESIONER LAMPIRAN 4 DATA INDUK

LAMPIRAN 5 OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN LAMPIRAN 6 SURAT IZIN SURVEI AWAL PENELITIAN

(13)

PROFIL PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI RSU SITI HAJAR MEDAN

Abstrak

Mycobacterium tuberculosis telah meninfeksi sepertiga penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 8 juta penduduk dunia menderits tuberkulosis (TB)dengan kematian 3 juta orang per tahun. Meskipun penyakit ini tergolong ganas, namun kesadaran masyarakat masih rendah. Terlihat rendahnya angka yang ditemuan pada penderita tuberkulosis paru di tempat pelayanan

kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil penderita tuberkulosis paru klinis terhadap pasien tuberkulosis paru di RSU Siti Hajar Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang dilakuakan dengan metode pendekatan Cross Sectional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita tuberkulosis paru berjenis kelamin laki-laki 33 orang (55%), dengan kisaran umur 22-39 tahun. Rata-rata perndidikan sekolah menengah dengan penghasilan kurang. Berdasarkan kebiasan merokok, 34 orang (56.7%) penderita TB paru merupakan perokok aktif dengan pola hidup yang cukup (tidak terlalu baik/buruk).

(14)

PROFILE OF PATIENT INFECTED BY PULMONARY TUBERCULOSIS DISEASE IN RSU SITI HAJAR MEDAN

Abstract

Mycobacterium tuberculosis has been infecting one-third of world population, World Health Organization (WHO) report abaout 8 million of world population suffered from tuberculosis with 3 million people death per year. Though this disease is pertained cruetly,but the awareness of sosiety is still low. It can be seen from the finding number of lungs tuberculosis patient. This research is aimed to know the profile of lungs tuberculosis patient in RSU Siti Hajar Medan.

The research used descriptive method wihich is done by Cross Sectional approach. The reasult showed gender factor is mostly men that can be found in 33 person (55%). Wiht average age 22-39 years old. Their education level factor is mostly junior high with fixed job but low income. Based on smoking habits, there are 34 person (56.7%) with active smoker and with mostly have a bad lifestyle.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.5. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi bakterial yang disebakan

oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberkulosis yang mengenai

paru-paru manusia tetapi dapat juga mengenai organ maupun jaringan lain

seperti kulit, mata, kelenjar limfe, tulang, selaput otak dan organ lainnya

(insidensi sebesar 20%).

Penyakit tuberkulosis paru (TBC) adalah suatu infeksi yang disebabkan

oleh bakteri mycrobacterium tuberculosis. Bakteri ini dikenal sebagai

bakteri Batang Tahan Asam (BTA). Transmisi penyakit TBC terjadi di

udara yaitu melalui droplet yang dihasilkan oleh penderita TBC paru yang

infeksius.

Pada bulan Maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai obat global

sebagai Global health emergency. TB dianggap sebagai masalah

kesehatan dunia yang penting karena kurang lebih 1/3 penduduk dunia

terinfeksi mikrobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus TB

tercatat diseluruh dunia. Sebagaian besar dari kasus TB ini (95%) dan

kematiannya (98%) terjadi di negara-negara yang sedang berkembang.

Diantara mereka 75% berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun.

Karena penduduk yang padat dan tingginya pravelensi maka lebih dari

(16)

Di negara maju seperti Eropa Barat dan Amerika Utara, angka kesakitan

maupun angka kematian TB paru pernah menurun secara tajam. Di Amerika

Utara angka kematian berkisar 15-30%.(public health jurnal)

Tuberkulosis dapat dibagi menjadi tuberkulosis paru, ekstraparu, atau

keduanya. 80% kasus baru TB umumnya adalah tuberkulosis paru (TBC),

tetapi jika disertai dengan infeksi HIV, tuberkulosis dapat bermanifestasi

sebagai TB paru dan ekstraparu secara bersamaan, sekitar 2/3 pasien HIV

dengan tuberkulosis memiliki baik TBC paru maupun TB ekstraparu ataupun

TB ekstraparu sendiri (Raviglione, 2008).

Di Indonesia, TBC adalah penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung.

Selain itu Indonesia adalah Negara ketiga di dunia yang mempunyai penderita

TBC terbanyak setelah Cina dan India. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di

China, India dan Indonesia adalah 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus.

Bedasarkan survey kesehatan rumah tangga 1985 dan survey kesehatan

nasional 2001, TB menempati ranking 3 sebagai penyebab tertinggi kematian

di Indonesia. Pravelensi nasional terakhir TB diperkirakan 0,24%. (Asril

Bahar, 2006)

Sekitar 1/3 populasi dunia sudah terinfeksi oleh basil TB, 5-10% orang yang

terinfeksi basil TB (tanpa infeksi HIV) akan menjadi infeksius dan

menimbulkan gejala. Menurut WHO, jumlah terbesar penderita baru TB

terdapat di Asia Tenggara, dengan jumlah 35% dari keseluruhan kasus secara

global. Indonesia merupakan negara ketiga terbesar dalam jumlah kasus TB di

dunia. Setiap tahunnya, jumlah kasus baru TB di Indonesia bertambah 25%

dan sekitar 140.000 kematian di Indonesia setiap tahunnya disebabkan oleh

(17)

Oleh karena itu penelitian ini berawal dari keingin tahuan penulis terhadap

penyakit tuberkulosis yang semakin banyak dan tiap tahunnya meningkat.

Sementara itu program permerintah yang berjalan untuk menuntaskan

penyakit ini kian kerap dijalankan. Tetapi peningkatan jumlah kasus dan

kematian selalu bertambah.

Penularan antar keluarga kerap terjadi pada penderita TBC ini dan komplikasi

juga terjadi yang diakibatkan oleh tidak tuntasnya proses penyembuhan yang

dilakukan oleh penderita. Di penelitian ini penulis ingin mengetahui

karakteristik dan faktor-faktor resiko yang membuat seseorang rentan untuk

terkena penyakit TBC.

1.6. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah profil penderita

TB paru pada tahun 2011 di RSU Siti Hajar?

1.7. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui profil penderita TB paru pada tahun 2011 di

(18)

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik dari segi umur, jenis kelamin,

pendidikan dan pekerjaan pasien RSU Siti Hajar Medan

2. Mengetahui faktor risiko merokok dan pola hidup (lifestyle)

pasien RSU Siti Hajar Medan.

3. Membandingkan profil penderita penyakit TB paru antara RSU

swasta dengan RSU pemerintah.

1.8. Manfaat Penelitian

1. Pada masyarakat, penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat yang

menderita TB mengetahui bahwa mereka memiliki penyakit yang

dapat menular.

2. Dalam bidang kesehatan penelitian ini bermanfaat supaya tenaga

kesehatan dapat menyadari pentingnya pemeriksaan tuberkulosis paru

untuk mencegah penularan tuberkulosis.

3. Penelitian ini juga dapat memberi manfaat kepada mahasiswa

kedokteran dalam membantu proses pembelajaran mahasiswa tentang

penyakit tuberkulosis.

4. Menambah wawasan penulis mengenai tata cara melakukan penelititan

secara baik dan benar.

5. Menjadi dasar yang dapat digunakan sebaagai informasi untuk

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tuberkulosis

2.1.1. Definisi

Menurut Kamus Kedokteran Dorlan (2002), tuberkulosis adalah setiap

penyakit menular pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh

Mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis kaseosa pada jaringan-jaringan.

Terdapat beberapa istilah lain yang perlu diketahui dalam memahami

penyakit tuberkulosis. Infeksi Mycobacterium tuberculosis yang masih

dapat ditahan oleh sistem imun sehingga tidak bermanifestasi klinis

disebut infeksi tuberkulosis laten, sementara jika sudah menimbulkan

manifestasi klinis dengan konfirmasi isolasi organisme

Mycobacterium tuberculosis pada pemeriksaan disebut tuberkulosis aktif . Tuberkulosis primer merupakan hasil dari kontak pertama

dengan basil tuberkulosis sementara tuberkulosis postprimer

merupakan hasil dari infeksi laten yang mengalami reaktivasi.

(Weinberger, 2008)

2.1.2 Etiologi

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri anaerob berbentuk batang,

Mycobacterium tuberculosis dari famili Mycobacteriaceae dan ordo Actinomycetales. Dari keseluruhan kompleks Mycobacterium

tuberculosis, Mycobacterium tuberculosis adalah mikroorganisme

(20)

kompleks Mycobacterium tuberculosis adalah M. bovis, M. caprae, M.

africanum, M. Microti, M. Pinnipedii, M.canettii (Raviglione,2008).

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri aerobik berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul.

Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm.

Dinding Mycobacterium tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari

lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel

Mycobacterium tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan

mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam

mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang

dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan

dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang

terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti

arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang

kompleks tersebut menyebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis

bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan

terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam –

alkohol. (PDPI, 2002)

Manusia adalah satu-satunya reservoir bagi Mycobacterium

tuberculosis. Bakteri ini menyebar melalui udara tepatnya melalui droplets dari manusia yang terinfeksi. Droplet ini berukuran 1-5πm,

dimana satu kali batuk dapat menghasilkan 3000 droplet, dimana

hanya 10 bacil yang diperlukan untuk menginisiasi infeksi. (Herchline,

(21)

2.1.3 Faktor Risiko

Yang termasuk faktor resiko dari tuberkulosis paru adalah:

• Merokok

Merokok termasuk dalam faktor resiko TBC terkait pada

menurunnya sistem pernapasan seseorang dikarenakan merokok.

• Umur

Imunitas seseorang yang telah lanjut usia, biasa lebih rendah

daripada orang yang masi muda.

• Lingkungan

 Kepadatan dari lingkungan sekitar rumah  Kebersihan sekitar rumah

 Fentilasi rumah maupun kamar

 Kelembapan (suhu) sekitar pemukiman

Lifestyle (pola hidup)

Tindakan yang mempengaruhi kesehatan pada pederita dan calon

penderita tersebut yang dikaitkan dengan seberapa besar penularan

(22)

2.1.4 Patogenesis

Infeksi primer terjadi pada saat kontak pertama kali dengan basil

tuberkulosis. Basil yang terinhalasi kemudian masuk ke alveolus

terminal, bermultiplikasi dan membentuk fokus Gohn. Melalui saluran

lymph, basil tuberkulosis masuk ke kelenjar getah bening di hilus

kemudian menyebabkan hilar lymphadenopathy. Hilar

lymphadenopathy dan fokus Gohn kemudian disebut kompleks primer.

Dari kompleks primer, basil tuberkulosis dapat terbawa ke

kelenjar-kelenjar getah bening regional, kemudian ke kelenjar-kelenjar getah bening lain

di seluruh tubuh, ataupun melewati saluran lymph dan masuk ke

pembuluh darah dan menginfeksi organ-organ lain di seluruh tubuh

(Mohapatra, 2009)

Menurut Wallgren dalam Smith (2003), penyakit tuberkulosis

mengikuti satu pola tertentu yang terbagi dalam 4 tahap. Tahap

pertama, yaitu 3-8 minggu setelah droplet yang mengandung bacil

tuberkulosis sampai di alveoli, bakteri ini akan menyebar mengikuti

sirkulasi limfatik ke regional lymph nodes di paru, membentuk

Ghon-complex. Tahap kedua, berlangsung sekitar 3 bulan, ditandai dengan

penyebaran bakteri tuberkulosis secara hematogen ke organ-organ

lain. Pada tahap ketiga, terjadi inflamasi pada permukaan pleura yang

dapat menyebabkan rasa nyeri dada. Tahap ini dapat berlangsung

sekitar 3-7 bulan, tetapi dapat tertunda hingga kurang lebih 2 tahun.

Pada tahap ini, bakteri bebas dan komponen-komponennya

berinteraksi dengan CD4 Lymphocytes dan menimbulkan reaksi

inflamasi. Tahap terakhir, yaitu tahap resolusi, dimana penyakit ini

tidak berkembang lagi, berlangsung selama 3 tahun. Dalam tahap ini

(23)

sendi atau tulang bermanifestasi sebagai nyeri punggung kronik.

(Smith, 2003)

Pada infeksi primer, penderita tuberkulosis umumnya tidak akan

mengalami gejala yang bermakna. Hal yang akan muncul pada infeksi

primer hanya respon lokal jaringan setempat dan tanda-tanda

sensitisasi sistem imun oleh basil tuberkulosis yang dapat dilihat

dengan tes tuberkulin yang positif. Hanya sekitar 5% infeksi primer

tuberkulosis yang tidak dapat dikontrol oleh sistem imun dan

menyebabkan gejala pada tuberkulosis primer. Hal ini dapat terjadi

apabila seseorang mengalami imunodefisiensi oleh karena

obat-obatan, alkoholisme, HIV/AIDS, atau keganasan. Walaupun hampir

seluruh infeksi primer dapat diatasi oleh sistem imun, tetapi belum

tentu seluruh basil tereliminasi dari tubuh penderita. Sejumlah basil

tuberkulosis akan tetap tinggal dalam fase dorman. (Weinberger,

2009)

Pada umumnya manusia yang terinfeksi TB tidak akan mengalami

perkembangan penyakit lagi setelah infeksi primer (Smith, 2003).

Akan tetapi jika pada suatu saat terjadi ketidakseimbangan respon

imun dan infeksi, fokus dorman basil tuberkulosis tersebut dapat

menjadi aktif dan menyebabkan gejala penyakit, atau disebut juga

reaktivasi tuberkulosis (Weinberger, 2009)

Faktor resiko yang dapat menyebabkan perubahan dari infeksi primer

asimptomatik menjadi penyakit yang aktif yaitu usia, status imun yang

imunodefisiensi, malnutrisi, alkoholik, malabsorbsi, gastrektomi,

pengobatan dengan steroid jangka panjang, pengunaan kemoterapi

(24)

tuberkulosis yaitu tinggal di lingkungan yang terlalu padat dan

ventilasi yang kurang memadai.(Ali, 2005)

2.1.5 Klasifikasi (Badan Pemeriksa Nasional TB)

- Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

• Tuberkulosis paru : tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan

kelenjar pada hilus.

• Tuberkulosis ekstra paru : tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput

jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian,

kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

- Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis,

yaitu pada TB Paru:

1) Tuberkulosis paru BTA positif

a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya

BTA positif

b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks

dada menunjukkan gambaran tuberkulosis

c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman

TB positif

d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA

(25)

2) Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi :

a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative

b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis

c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi

pengobat

- Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.

1) TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan

tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan

ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks

memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas

(misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum

pasien buruk.

2) TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan

penyakitnya, yaitu:

a) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe,

pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang

belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

b) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier,

(26)

TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan

alat kelamin.

Catatan:

• Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru, maka untuk kepentingan pencatatan, pasien tersebut harus

dicatat sebagai pasien TB paru.

• Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai TB ekstra paru pada organ yang

penyakitnya paling berat.

- Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi

beberapa tipe pasien, yaitu:

a. Kasus baru yaitu pasien yang belum pernah diobati dengan

OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu

bulan (4 minggu).

b. Kasus kambuh (Relaps) yaitu pasien tuberkulosis yang

sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan

telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau

kultur).

c. Kasus setelah putus berobat (Default ) yaitu pasien yang

telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan

BTA positif.

d. Kasus setelah gagal (Failure) yaitu pasien yang hasil

pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

(27)

e. Kasus Pindahan (Transfer In) yaitu pasien yang

dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain

untuk melanjutkan pengobatannya

f. Kasus lain yaitu semua kasus yang tidak memenuhi

ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus

Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA

positif setelah selesai pengobatan ulangan.

Catatan:

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami

kambuh, gagal, default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat

jarang, harus dibuktikan secara patologik, bakteriologik (biakan),

radiologik, dan pertimbangan medis spesialistik.

2.2. Tuberkulosis Paru

2.2.1. Definisi

Definisi tuberkulosis paru menurut Dorland (2002) adalah infeksi paru

oleh Mycobacterium tuberculosis.

2.2.2. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala untuk PTB adalah batuk > 2 minggu, peningkatan

produksi sputum dan batuk, dan terdapat gejala penurunan berat

badan, anoreksia, fatigue, demam, dan keringat malam. Tanda yang

spesifik PTB adalah haemoptysis atau adanya darah pada sputum

(Varaine et al, 2010)

Menurut Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis oleh

(28)

pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.

Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur

darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,

berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan

fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Setiap orang yang datang

ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas, dianggap

sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan

pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.

2.2.3. Diagnosa

Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,

yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang

dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada

program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak

mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti

foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai

penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak

dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto

toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas

pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran

kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit

(Depkes, 2007)

2.2.4. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

(29)

penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis

dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang

dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa

Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).

Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain

atas indikasi: foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada

pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran

bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik

yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :

- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan

posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah

- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan

opak berawan atau nodular

- Bayangan bercak milier

- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif :

- Fibrotik

- Kalsifikasi

(30)

Gambar 2.1

Luluh paru (destroyed Lung) adalah gambaran radiologik yang menunjukkan

kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru .

Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti

dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit

hanya berdasarkan gambaran radiologik tersebut. Perlu dilakukan

pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktivitas penyakit.

Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat

dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA negatif) :

- Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru

dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di

atas chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus

dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak

dijumpai kaviti

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Merupakan kerangka konsep pada penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1. Variabel

Variable yang telah diteliti dalam penelitian ini adalah data-data

karakteristik dan faktor resiko yang terdapat pada pasien pengidap TB

paru positif.

Karakteristik:

• Umur

• Pekerjaan

• Jenis kelamin

• Pendidikan

Pasien pengidap penyakit TB paru

Faktor Resiko:

• Merokok

(32)

3.2.2. Definisi Oprasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Umur rentang usia

penderita

kuesioner.

kuesioner Wawancara Anak-anak:0-12

Remaja:14-21

kuesioner Wawancara Laki-laki

Perempuan

kuesioner Wawancara Sesuai dengan

pekerjaan penderita

Nominal

4. Pendidikan pendidikan

terakhir yang

diambil/disel

esaikan oleh

penderita.

kuesioner Wawancara SD,SMP,SMA, D3

atau S1

(33)

5. Merokok Tembakau

yang

digulung

dengan

kertas dan

dibakar

untuk dihisap

asapnya.

kuesioner Wawancara Merokok: (+)

Tidak merokok:(-)

Nominal

6. Pola hidup Gaya hidup

/kebiasaan

penderita.

kuesioner Wawancara Baik: 10-12 benar

Cukup:7-9 benar

Buruk: ≤6 benar

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional,

dimana penelitian ini menggambarkan kriteria pasien yang sering terpapar

penyakit TB paru di rumah RSU Siti Hajar Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSU Siti Hajar Medan Selayang. Waktu penelitian

telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah pasien yang telah

didiagnosa positif TB paru pada bulan Agustus 2011 di RSU Siti

Hajar.

4.3.2. Sampel dan Jumlah Sampel

Pasien yang didiagnose menderita TB paru di RSU Siti Hajar. Besar

sampel pada penelitian ini tergantung pada jumlah data yang diperoleh

(35)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data-data diperoleh dari kuesioner yang ditanyakan kepada

pasien-pasien yang telah di diagnosa dan dilakukan pemeriksaan foto toraks di

RSU Siti Hajar, Medan. Data dikumpulkan pada bulan Agustus 2011.

Data-data yang memenuhi kriteria diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan

dideskripsikan.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Dalam penelitian ini dihasilkan data dari kuesioner yang telah dikumpulkan

setelah itu dimasukkan kedalam program Statistic Product and Service

Solution (SPSS) 17.0 dan disajikan dalam bentuk tabel pada pembahasan.

4.5.1. Pengelolahan Data

Pengelolahan data hasil penelitian ini diinformasikan dengan

menggunakan langkah-langkah berikut:

1. Editing: untuk melengkapi kelengkapan,konsistensi dan kesesuaian antara kriteria yang diperlukan untuk menjawab tujuan

penelitian.

2. Coding: untuk mengkuantifikasi data kualitatif atau membedakan aneka karakter. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama

dalam rangka pengelolahan data, baik secara manual maupun

dengan menggunakan computer.

3. Cleaning: pemeriksaan data yang sudah dimasukkan ke dalam program computer guna menghindari terjadinya kesalahan pada

pemasukan data.

(36)

Data yang dikumpulkan telah dianalisa dengan proram

komputer dengan menggunakan teknik analisa data penelitian

ini menggunakan Statistical Product and Service Solution

(SPSS). Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel dan

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kota Medan merupakan daerah tingkat II yang berstatus kotamadya yang

merupakan ibukota provinsi Sumatra Utara. Medan adalah pintu gerbang

wilayah Indonesia bagaian barat dan juga sebagai gerbang masuknya

wisatawan baik asing maupun domistik. Kota Medan memiliki luas 26.510

hektar atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatra Utara. Dengan demikian,

bila dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, medan memiliki luas

wilayah yang relative kecil dengan jumlah penduduk yang relative besar.

Jumlah penduduk kota Medan sebesar 2.036.018 jiwa dengan jumlah wanita

lebih banyak yaitu 1.010.174 sedangkan jumlah lelaki 995.968 jiwa. Jumlah

ini merupakan jumlah penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap

mencapai 500.000 jiwa. Selanjutnya dilihat dari struktur umur penduduk,

Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa usia produktif (15-59 tahun).

Slanjutnya dari tingkat pendidikan rata-rata lama sekolah penduduk mencapai

10,5 tahun.

Penelitian ini dilakukan di RSU Siti Hajar yang berlokalisasi di Padan Bulan,

(38)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Umur Responden Di RSU Siti Hajar.

Umur Frekuensi Persen

Anak-anak 1 1,7

Remaja 9 15,0

Dewasa 18 30,0

Paruh baya 17 28,3

Lansia 15 25,0

Total 60 100,0

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil pengumpulan data menurut rentang usia

yang lebih dominan menderita TBC di RSU Siti Hajar adalah di kalangan dewasa

yaitu 30%.

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Responden Di RSU Siti Hajar.

Jenis Kelamin Frekuensi Persen

Laki-laki 33 55,0

Perempuan 27 45,0

Total 60 100,0

Dari tabel di atas diketahui bahwa laki-laki lebih dominan menderita TBC daripada

(39)
(40)

Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Pendidikan Responden Di RSU Siti Hajar.

Pendidikan Frekuensi Persen

SD 13 21,7

SMP 15 25,0

SMA 13 21,7

D3 7 11,7

S1 12 20,0

Total 60 100,0

Dari tabel di atas diketahui bahwa banyak dari pasien di RSU Siti Hajar hanya

menyelesaikan sekolah dasar (21,7%) dan sekolah menengah (46,7%) sahaja.

Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Pekerjaan Responden Di RSU Siti Hajar.

Pekerjaan Frekuensi Persen

Valid Pelajar 7 11,7

Mahasiswa 6 10,0

Wiraswata/Petani 21 35,0

Pegawai/Guru 8 13,3

IRT 11 18,3

Total 53 88,3

Missing 7 11,7

(41)

Dari tabel di atas diketahui bahwa karakteristik pekerjaan pasien pengidap TBC di

(42)

5.1.3. Deskripsi Faktor Risiko Responden

Tabel 5.5 Distribusi Faktor Resiko Merokok Responden Di RSU Siti Hajar.

Merokok Frekuensi Persen

Ya 34 56,7

Tidak 26 43,3

Total 60 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat responden yang perokok berkisar 56,7% dan yang

tidak berkisar 43,3%.

Tabel 5.6 Distribusi Faktor Resiko Pola Hidup Responden Di RSU Siti Hajar.

Pola Hidup Frekuensi Persen

buruk 27 45,0

cukup 31 51,7

baik 2 3,3

Total 60 100,0

Dari tabel di atas diketahui bahwa pola hidup pasien baik pada pasien RSU Siti Hajar

masyarakat hanya berkisar 3,3 %, cukup sebesar 51,7% dan pengetauan buruk

sebesar 45%.

5.2. Pembahasan

Dalam penelitian ini diketahui bahwa dari 60 responden penderita TBC di

RSU Siti Hajar lebih dominan laki-laki yakni 33 (55%) begitu pula pada

(43)

jumlah responden 29 (53,7%). Sementara itu Irma Tabrani juga mendapati

60% responden penelitian di RSUP H. Adam Malik berjenis kelamin laki-laki.

WHO menyatakan bahwa penderita TB lebih banyak dijumpai pada laki-laki.

Penelitian Nakagawa dkk tahun 2001 mengemukakan bahwa perempuan

sering terambat dan kurang berminat ke pusat pelayanan kesehatan

dibandingkan laki-laki (Simion, 2008).

Penelitian ini mendapati kisaran usia antara 12-70 tahun. Umur terbanyak

responden adalah 22-39 tahun (dewasa) yaitu 18 responden (30%). Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004 melaporkan prevalensi tuberkulosis

di 30 provinsi, Indonesia mendapati 38,6% pada usia 25-44 tahun dengan

jumlah responden 319 orang menderita TBC.

Status pendidikan pada penelitian ini lebih banyak yang berpendidikan

menengah yaitu 28 responden (46,7%), sama dengan penelitian lain yaitu

Simion Sembiring (64%), Irma Tabrani (57,14%) dan Mual Bobby (81,5%).

Terlihat pada tabel bahwa pendidikan tidak mempengaruhi kejadian penyakit.

Status pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta/petani sebanyak 21 responden

(35%). Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Irma Tabrani di RSUP H.

Adam Malik sebanyak 41,43%. Tingkat keberhasilan penuntasan penyakit

TBC biasanya rendah pada kelompok ini oleh karena faktor ekonomi yang

turut berperan terhadap kepatuhan berobat (Irma, 2008).

Pada distribusi faktor resiko merokok dan pola hidup (lifestyle) didapati 34

responden (56,7%) adalah perokok aktif, sama seperti penelitian Nunung

Nurjanah didapati 55,56% penderita TB paru merupakan perokok aktif. Pola

hidup pada hasil penelitian ini berkisar 51,7% dengan status cukup. Rusnoto

dkk melaporkan 84% responden mempunyai pola hidup yang memenuhi

(44)
(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Karakteristik penderita TB paru di RSU Siti Hajar menurut umur adalah

dewasa dari rentang umur 22-39 tahun, dominan laki-laki, pendidikan

pasien tidak terlalu berpengaruh karena angka persentasi tidak jauh

berbeda, dan pekerjaan yang paling banyak adalah wiraswasta/petani.

2. Dapat dilihat bahwa pasien penderita TB paru di RSU Siti Hajar lebih

banyak yang perokok aktif daripada yang tidak, sedangkan pola hidup

mereka masi dalam katagori cukup.

3. Antara RSU swasta dengan RSU pemerintahan mempunyai karakteristik

dan faktor resiko yang sama.

6.2. Saran

1. Peningkatan program-program sosialisasi kepada masyarakat tentang

pentingnya meningkatkan kualitas hidup (pola hidup) dan juga

peningkatan pengetahuan tentang penyakit (minimal penyakit yang sedan

dialaminya).

2. Peningkatan kerjasama, komunikasi, serta hubungan yang baik antara

dokter, pasien, keluarga pasien, serta paramedis dalam menjalankan hak

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Goe F Brooks dkk, Mikrobiologi Kedokteran ;Jawetz, Melnick & Adleberg’s Medical

Microbiology, Edisi 23, 2004:325.

Staf Pengajar FK UI, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi, April

1993:192.

Evelyn C. Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Desember 2009:255.

Sastroasmoro, S.,Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Ed.

3Jakarta: Sagung Seto

Fajar, Ibnu et al.,2009. Statistika untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wahyuni, AS., 2007. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS. Jakarta:

Bamboedoe Communication).

Das, D. K., 2000. Fine-Needle Aspiration Cytology in the Diagnosis of Tuberculous

Lesion. Scientific Communications 2000; 31(11): 626 -632.

Departeman Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Direktorat Jenderal PP & PL, Gerakan

Terpadu Nasional TB.

Dorland, W.A., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.

Herchline et al, 2011. Tuberculosis. Medscape Reference. Available from:

(47)

Jha, B.C., Dass, A., Nagarkar, N.M., Gupta, R., Singhal S., 2001. Cervical

tuberculous lymphadenopathy: changing clinical pattern and concepts in

management. Postgrad Medical Journal 2001; 77: 185-187.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia.

Available from :

Kesuma, A. 2010. Kejadian Tuberkulosis Pada Anggota Keluarga yang Tinggal

Serumah Dengan Penderita TB Paru BTA Positif. Repository USU. Available

from

Kritski, A., De Melo, F.A.F., 2007. Tuberculosis in Adults. In : Palomino, J.C., Leao,

S.C., Ritacco, V.,. Tuberculosis 2007: From Basic Science to Patient Care. 1st ed.

Belgium: Bourcilier Kamps, 487 - 524

Legesse, et al, 2011. Knowledge of cervical tuberculosis limfadenitis and its

treatment in pastoral communities of the Afar region, Ethiopia. BMC Public

Health 2011; 11: 1-9.

Lubis, H.M.N.D., Lubis,H.M.L., Lisdine, Hastuti, N.W. 2008. Dark Specks and

Eosinophiic Granular Necrotic Material as Differentiating Factors between

Tuberculous and Nontuberculous Abcesses. Indonesian Journal of Pathology

2008; 17(2) : 49 -52

Mason, C., Summer, W., 2005. Respiratory Infections : Mycobacterial Diseases. In:

Ali, J., Summer, W., Levitzky, M., (eds) Pulmonary Patophysiology. 2nd ed. New

York: McGraw-Hill, 182-193.

(48)

McClay, J., et al. Scrofula. Medscape Reference. Available from:

Mohapatra, P.R., dan Janmeja, A.K., 2009. Tuberculous Limfadenitis. Journal

Association of Physicians India 2009; 57: 589-590.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2002. Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia.

Raviglione, M.C., dan O’Brien, R.J., 2008. Tuberculosis. In: Fauci et al (eds)

Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17th edition. New York: McGraw-Hill,

1006-1038.

Smith, I., 2003. Mycobacterium Tuberculosis Pathogenesis and Molecular

Determinants of Virulence.Clinical Microbiology Reviews 2003; 16(3): 463-496.

Varaine et al, 2010. Tuberculosis. 5th edition. Paris: Medecins Sans Frontieres

Wahyuni, A.S. 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bambodoea Communication

Weinberger, S.E, Cockrill, B.A., Mandel J., 2008. Tuberculosis and Nontuberculous

Mycobacteria. In : Weinberger, S.E, Cockrill, B.A., Mandel J. Principles of

Pulmonary Medicine. 5th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier, 306 – 315.

WHO, 2006. Improving diagnosis and treatment of smear negative pulmonary and

(49)

Tabrani, Irma, 2008. Konversi Sputum BTA pada Fase Intensif TB Paru Kategori I

antara Kombiasi Dosis Tetap (KDT) dan Obat anti Tuberkulosis (OAT) generik

di RSUP. H. Adam Malik Medan.

Sembiring, Simion, 2008. Multi-Drug Resistence (MDR) pada Penderita Tuberkulosis

Paru dengan diabetes Melitus.

Nurjanah, Nunung, 2005. Survie Suspek Tuberkulosis (TB) Paru dan Gambaran

Epidemiologi TB Paru di Desa Kesenet kecamatan Banjarmangu Kabupaten

Banjarnegara.

Survei Kesehatan Rumah tangga 2004. Survei Prevalensi Tuberkulosis Tahun 2004.

Jakarta : Badan Litbang Depkes.

Parhusip, Mual, 2009. Peranan foto dada dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Paru

(50)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : SOFIE ZALITHA

Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 06 OKTOBER 1991

Agama : Islam

Alamat : Jln. Universitas No.36

Riwayat Pendidikan :

1. TK Darma Wanita (1994-1996)

2. Sri Kuala Lumpur (1996-1998)

3. SD Al-Azhar Medan (2000-2003)

4. SMP Ma’had Al-Zaytun (2003-2005)

5. Utama International School (2005-2007)

6. SMA Negeri 1 Bandung (2007-2008)

Riwayat Pelatihan : Pelatihan Tekhnik Penjahitan Luka TBM FK USU

(51)

CONTENT VALIDITY

NAMA : Sofie Zalitha

NIM : 080100376

FAKULTAS : Kedokteran Universitas Sumatera Utara

JUDUL PENELITIAN : Profil Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru (TBC) di

RSU Siti Hajar Medan

DOSEN PEMBIMBING : dr. Isti Ilmiati F, M.Sc, CM-FM, M.PD.ked

Dengan hormat,

Kuesioner yang telah digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi dengan

validity of content. Pengesahan ini dilakukan oleh dr.Amira Permatasari Tarigan, Sp.P dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Kuesioner telah disetujui untuk digunakan

dalam penelitian yang merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas

akhir di Block Community Research Programme.

Demikian surat pernyataan ini. Terima Kasih.

Medan, 8 Desember 2011

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

(52)

Nama:

Tanggal lahir:

Pendidikan: SD/SMP/SMA/D3/S1

Pekerjaan:

Alamat dan No telp.:

1. Apakah ada dari keluarga anda/orang yang dekat dengan lingkungan anda mengidap penyakit TBC?

a) Ya b) Tidak

Jika “ya” , sebutkan hubungan anda dengan yang bersangkutan!

2. Apakah lingkungan disekitar tempat tinggal anda lembab dan kotor? a) Ya

b) Tidak

3. Apakah anda suka membersihkan rumah dan sekitarnya? a) Ya

b) Tidak

4. Apakah rumah anda mempunyai fentilasi (jendela)? a) Ya

b) Tidak

5. Apakah kamar anda (dirumah) berfentilasi? a) Ya

(53)

6. Apakah anda suka membuang ludah/dahak sembarangan? a) Ya

b) Tidak

7. Apakah anda sering membersihkan diri anda setelah berpergian dari luar rumah?

a) Ya b) Tidak

8. Apakah populasi ditempat tinggal anda padat? a) Ya

b) Tidak

9. Apakah anda sering keluar malam? a) Ya

b) Tidak

Jika “ya”,karena apa?

10.Apakah sering merasa lemah,letih dan lesu setelah bekerja seharian? a) Ya

b) Tidak

11.Apakah anda makan teratur?(3x sehari) a) Ya

b) Tidak

12.Apakah anda tidur teratur? (8jam sehari) a) Ya

(54)
(55)

Njarumi ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya tidak ya Listiani tidak ya ya ya ya tidak ya ya tidak ya tidak ya Umasda tidak ya ya ya ya ya tidak tidak ya ya tidak tidak

Egia ya tidak ya ya ya ya ya ya tidak ya ya tidak

Kaman tidak ya ya tidak tidak tidak ya ya tidak ya ya tidak Ngamenken tidak tidak ya tidak tidak tidak ya ya ya ya tidak tidak Kopon T tidak tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak Nimbangen ya tidak ya ya ya tidak ya ya tidak ya ya ya

Rini tidak ya ya ya ya tidak ya ya tidak ya ya ya

Syarikat S tidak ya ya ya ya ya tidak ya tidak ya ya ya

Baris T ya ya ya ya ya ya ya tidak tidak ya ya ya

(56)
(57)

38 Lana.T L 59 SMP Petani ya cukup

39 Njarumi P 65 SMP IRT ya kurang

40 Listiani P 18 SMP Pelajar tidak cukup

41 Umasda L 45 S1 Guru ya kurang

42 Egia L 23 SMA Mahasiswa ya cukup

43 Kaman Kaban L 60 SD Petani ya kurang

44 Ngamenken L 60 SD Wiraswata ya kurang

45 Kopon Tarigan P 65 SD - ya cukup

46 Nimbangen P 60 SD Wiraswata tidak cukup

47 Rini P 22 SMA Mahasiswa tidak cukup

48 Syarikat Sitepu L 65 SMA Wiraswata ya cukup

49 Baris Tarigan L 55 D3 Pegawai ya cukup

50 Ponidi L 67 SMP - ya kurang

51 Hajanudin L 58 S1 Wiraswata ya kurang

52 Ingat Karo-karo L 64 SMP Petani tidak cukup

53 Cyntia P 19 SMP Pelajar tidak kurang

54 Elida P 38 SMA IRT ya kurang

55 H.Jariah P 56 S1 IRT tidak kurang

56 Pulung Ginting L 70 SD - tidak kurang

57 Dewi Rina P 34 D3 Pegawai ya cukup

58 Jonah P 17 SMP Pelajar tidak cukup

59 Adir Ginting P 38 D3 Pegawai tidak kurang

(58)

OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN

jk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(59)

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pelajar 7 11.7 13.2 13.2

Mahasiswa 6 10.0 11.3 24.5

Wiraswata/Petani 21 35.0 39.6 64.2

Pegawai/Guru 8 13.3 15.1 79.2

IRT 11 18.3 20.8 100.0

Total 53 88.3 100.0

Missing System 7 11.7

Total 60 100.0

rokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 34 56.7 56.7 56.7

tidak 26 43.3 43.3 100.0

(60)

lifestyle

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid buruk 27 45.0 45.0 45.0

cukup 31 51.7 51.7 96.7

baik 2 3.3 3.3 100.0

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Responden Di RSU Siti Hajar.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan karakteristik penderita TB paru berdasarkan umur, jenis kelamin, tipe penderita, hasil pemeriksaan dahak, hasil

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar gula darah pada penderita TB paru di RSU HAM, Medan pada tahun 2009.. Metode penelitian ini bersifat deskriptif

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran kondisi fisik rumah pasien penderita penyakit tuberkulosis paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tasikmadu Karanganyar yang

Pada instrumen ini berisi pernyataan responden mengenai keluarga yang menderita tuberkulosis dalam satu rumah yaitu: ada riwayat kontak penderita tuberkulosis paru

Arlina Gusti: Kekerapan Tuberkulosis Paru pada Pasangan Suami-Istri Penderita Tuberkulosis Paru,2000.. USU Repository

Kesimpulan penelitian adalah kadar IFN- γ pada penderita tuberkulosis paru lebih rendah dibandingkan kadar IFN- γ pada bukan penderita tuberkulosis dan perbedaan tersebut

Proporsi penderita tuberkulosis paru berdasarkan domain kualitas hidup secara sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Amplas Kota Medan Tahun 2019 dapat dilihat pada gambar dibawah

Untuk menentukan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu DNA penderita tuberkulosis paru pada penelitian sebelumnya yang