• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU BASIL TAHAN ASAM POSITIF YANG MENGALAMI DROP OUT DI BALAI

PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4) MEDAN TAHUN 2004-2008

SKRIPSI

Oleh :

BUDI JUNARMAN SINAGA NIM. 061000241

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU BASIL TAHAN ASAM POSITIF YANG MENGALAMI DROP OUT DI BALAI

PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4) MEDAN TAHUN 2004-2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

BUDI JUNARMAN SINAGA NIM. 061000241

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

N a m a : BUDI JUNARMAN SINAGA Tempat/Tanggal Lahir : Tanah - Tinggi, 07 Juli1981 A g a m a : Kristen Protestan

Anak ke : 3 dari 4 Bersaudara

Nama Ayah : S. SINAGA

Nama Ibu : M. GULTOM

A l a m a t : Dsn III, Desa Tanah-Tinggi, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 3 Air Putih : Tamat Tahun 1993 2. SMP Swasta Katolik Tebing Tinggi : Tamat Tahun 1996 3. SMU Negeri 1 Air Putih : Tamat Tahun 1999 4. D-III Keperawatan Helvetia Medan : Tamat Tahun 2004 5. S-1 Kesehatan Masyarakat USU-Medan : Tamat Tahun 2009

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(4)

ABSTRAK

TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat seluruh dunia, termasuk di Indonesia pada tahun 1999 Prevalens Rate (PR) 240 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) 24,5%. Pada tahun 1995 pemerintah Indonesia telah berusaha memberantas penyakit ini dengan mengadopsi strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) yang direkomendasikan oleh WHO.

Untuk mengetahui karakteristik penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2004-2008 dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah 167 penderita dengan sampel adalah seluruh populasi (total sampling). Sumber data berasal dari kartu status penderita.

Dari hasil penelitian ditemukan penderita TB Paru BTA positif terbanyak pada golongan umur 20-40 tahun (52,7%),jenis kelamin laki-laki (74,9%), suku batak (43,7%), pendidikan tidak tamat SD ,tamat SD/SLTP (41,3%), pekerjaan wiraswasta(34,1%), tempat tinggal kota Medan(89,9%), keluhan utama terbesar adalah batuk (34,1%), tipe penderita terbesar adalah kasus baru (89,8%), kategori pengobatan terbesar adalah kategori 1 (85,6%), Pengawas Menelan Obat (PMO) terbesar adalah keluarga (89,2%), konversi sputum pada fase intensif terbesar adalah tidak mengalami konversi (54,5%) dan lama rata-rata mengikuti pengobatan adalah 8,51 minggu.

Hasil analisa statistik dengan uji anova menunjukkan bahwa lama rata-rata mengikuti pengobatan pada kategori 1adalah yang lebih cepat mengalami drop out di bandingkan dengan penderita yang mengikuti pengobatan pada kategori 2(p=0,000), tidak ada perbedaan lama rata-rata mengikuti pengobatan berdasarkan keluhan utama. (p = 0,973), tipe penderita. (p = 0,182), Hasil uji t menunjukkan tidak ada perbedaan lama rata-rata mengikuti pengobatan dengan PMO (p = 0,701), konversi sputum pada fase intensif (p = 0,743).

Masih tingginya kasus penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out serta penderita kasus baru yang lebih cepat mengalami drop out mengindikasikan masih kurangnya pengetahuan mengenai penyakit TB Paru pada masyarakat , sebab itu diharapkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan unit pelayanan kesehatan lebih aktif memberikan informasi tentang penyakit TB Paru kepada masyarakat dan memberikan penjelasan kepada penderita TB Paru untuk meminum obat secara teratur untuk mengurangi drop out dari penderita TB Paru.

Kata Kunci : Karakteristik penderita, TB Paru BTA positif, drop out

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(5)

ABSTRACT

TB Paru is one of contagious disease that is becoming health problem in the whole world, including Indonesia. In 1999 Prevalens Rate (PR) 240 per 100.000 population with Case Fatality Rate (CFR) 24,5 %. In 1995, the government of Indonesia has tried to against this disease by adopting DOTS strategy (Directly Observed Treatment Shortcourse) which is recommended by WHO.

To know the characteristic of TB people with acid resistent bacillus BTA (+) that dropped out at BP4 Medan in 2004 – 2008, it had done study with case series design. The population is 167 patients by using sample from all population (total sampling). Source of data is taken from patient medical record.

Results of this study notes that most of patients with BTA (+) at age 20-40 years old (52,7%), male (74,9 %), Batak’s people (43,7%), un-finished elementary-high,junior high school (41,3%), entrepreneur ( 34,1%), Medan citizen (89,9%), the major symptom is cough (34,1%), the most type of patients is new case (89,8%), the most healing category is category 1 (85,6%), the most the observed of taking medic (PMO) is family (89,2%), sputum convertion on most intensive fase is not converted (54,5%) and time rate of healing is 8,51 weeks.

The result of statistic by anova testing shows that the mean time of healing on first category is the faster of dropped out compared with the patients who take the second on category (p=0,000), there’s no differences time the average of healing based on major symptom.(p=0,973), type of patients.(p=0,182), result of t testing shows there’s no differences time the average of healing with PMO (p=0,701), sputum convertion on intensive fase (p=0,743).

Because of there’s still high number of BTA (+) cases the dropped out, and also new cases are faster to be dropped out, indicates there is still lets of information and knowledge about pulmonary TB in comunity, So that for Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara and health services unit encourage to be more active in giving information about pulmonary TB to people and explain to the patient to take medicine regularly to decrease the dropped out cases.

Keyword : Characteristic of suffers, positive TB Paru BTA, drop out

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena oleh kasih dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

“Karakteristik Penderita TB Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami

Drop Out Di BP4 Medan Tahun 2004-2008”. Skripsi ini adalh salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.dr.Sori Muda Sarumpaet,MPH dan Ibu drh.Hiswani,M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, umtuk itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.dr.Sori Muda Sarumpaet,MPH selaku Ketua Departemen Epidemiologi.

3. Ibu drh.Hiswani,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II. 4. Bapak dr,Achsan Harahap,MPH selaku Dosen Pembanding I 5. Ibu drh.Rasmaliah,M.Kes selaku Dosen Pembanding II.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(7)

6. Bapak dr.Adlan Lufti Sp.P selaku Kepala Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan

7. Para dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ayahanda (S.Sinaga) dan Ibunda (M br Gultom) serta saudaraku semuanya atas doa, semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

9. Irma sulastri sitompul atas dukungan dan perhatian yang sangat besar selama penulis mengikuti pendidikan.

10.Rekan-rekan mahasiswa FKM USU khususnya mahasiswa peminatan epidemiologi dan semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini dan selama penulis mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Universitas Sumatera Utara dan Puskesmas Parsoburan Kota Pematangsiantar.

Medan, Februari 2009 Penulis

Budi Junarman Sinaga

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(8)

DAFTAR ISI 2.5.4.2.Pembacaan sediaan ... 14

2.5.4.3.Pemeriksaa Radiologi ... 15

2.6 Epidemiologi ... 15

2.6.1 Distribusi Penderita Tuberkulosis ... 15

2.6.2 Faktor Determinan Penyakit Tuberkulosis ... 16

2.7 Tipe Penderita ... 19

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(9)

2.10.4 Panduan OAT yang digunakan di Indonesia... 25 berdasarkan tahun... 37

5.4 Sosiodemografi Penderita TB Paru BTA positif yang

5.4.5 Konversi Sputum Pada Tahap Intensif... 42

5.4.6 Lama Rata-Rata mengikuti pengobatan ... 43

5.5 Analisis Statistika ... 44

5.5.1 Lama rata-rata mengikuti pengobatan berdasarkan kategori pengobatan... 44

5.5.2 Lama rata-rata mengikuti pengobatan berdasarkan PMO (Pengawas Memakan Obat) .... 45

5.5.3 Lama rata-rata mengikuti pengobatan Berdasarkan Keluhan Utama Penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008 ... 46

5.5.4 Lama rata-rata mengikuti pengobatan berdasarkan tipe penderita... 47

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(10)

5.5.5 Lama rata-rata mengikuti pengobatan

berdasarkan konversi sputum pada fase intensif... 48

5.5.6 Distribusi proporsi drop out berdasarkan konversi sputum pada fase intensif ... 49

BAB 6 PEMBAHASAN

6.8 Lama Rata-Rata mengikuti pengobatan berdasarkan Kategori Pengobatan ... 64

6.9 Lama Rata-Rata mengikuti pengobatan berdasarkan Pengawas Menelan Obat (PMO)... 65

6.10 Lama Rata-Rata mengikuti pengobatan berdasarkan Keluhan Utama... 66

6.11 Lama Rata-Rata mengikuti pengobatan berdasarkan Tipe Penderita... 67

6.12 Lama Rata-Rata mengikuti pengobatan berdasarkan Konversi sputum pada fase intensif ... 68

6.13 Drop out berdasarkan konversi sputum pada fase intensif.. 69

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil Analisis Univariat dan Bivariat Surat Penelitian

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(11)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 5.1. Distribusi Tenaga Kesehatan di Balai Pengobatan Penyakit

Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2007... 36 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru yang mengalami drop

out Berdasarkan Tahun di Balai Pengobatan Penyakit

Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008 ... 37 Tabel 5.3 Distribusi proporsi Penderita TB Paru BTA positif Yang

Mengalami Drop Out berdasarkan Sosiodemografi di BP4 Tahun 2004-2008 ... 38 Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru BTA positif yang

mengalami drop out berdasarkan Keluhan utama di BP4 Medan Tahun 2004-2008 ... 40 Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru BTA positif yang

mengalami drop out berdasarkan kombinasi Keluhan utama

di BP4 Medan Tahun 2004-2008 ... 40 Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru BTA positif yang

mengalami drop out berdasarkan Tipe Penderita di BP4 Medan Tahun 2004-2008 ... 41 Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru BTA positif yang

mengalami drop out berdasarkan Kategori Pengobatan di BP4 Medan Tahun 2004-2008 ... 41 Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru BTA positif yang

mengalami drop out berdasarkan Pengawas Menelan Obat

di BP4 Medan Tahun 2004-2008 ... 42 Tabel 5.9 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru BTA positif yang

mengalami drop out berdasarkan Konversi Sputum Pada tahap intensifdi BP4 Medan Tahun 2004-2008 ... 43 Tabel 5.10 Lama rata-rata mengikuti pengobatan penderita TB Paru

BTA positif yang mengalami drop out di BP4 Medan Tahun 2004-2008 ... 43

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(12)

Tabel 5.11 Lama rata-rata mengikuti pengobatan Berdasarkan Kategori Pengobatan Penderita TB Paru BTA positif yang mengalami

drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008 ... 44 Tabel 5.12 Lama rata-rata mengikuti pengobatan Berdasarkan

Pengawas Menelan Obat Penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008 ... 45 Tabel 5.13 Lama rata-rata mengikuti pengobatan Berdasarkan Keluhan

Utama Penderita TB Paru BTA positif yang mengalami

drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008 ... 46 Tabel 5.14 Lama rata-rata mengikuti pengobatan Berdasarkan tipe

penderita dari Penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out di Balai Pengobatan Penyakit

Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008 ... 47 Tabel 5.15 Lama rata-rata mengikuti pengobatan Berdasarkan konversi

sputum pada fase intensif Penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008 ... 48 Tabel 5.16. Drop out Berdasarkan konversi sputum pada fase intensif

Penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008 ... 49

.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(13)

DAFTAR GAMBAR

Berdasarkan Pendidikan Di BP4 Medan Tahun 2004 – 2008. 54 Gambar 6.5 Diagram Pie Proporsi Penderita TB Paru BTA Positif

Berdasarkan Agama Di BP4 Medan Tahun 2004 – 2008 ... 55 Gambar 6.6 Diagram Pie Proporsi Penderita TB Paru BTA Positif

Berdasarkan Pekerjaan Di BP4 Medan Tahun 2004 – 2008... 56 Gambar 6.7 Diagram Pie Proporsi Penderita TB Paru BTA Positif

Berdasarkan Tempat Tinggal Di BP4 Medan Tahun 2004 – 2008... 57 Gambar 6.8 Diagram Pie Proporsi Penderita TB Paru BTA Positif

Berdasarkan Keluhan Utama Di BP4 Medan Tahun 2004 – 2008... 58

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(14)

Gambar 6.11 Diagram Pie Proporsi Penderita TB Paru BTA Positif Berdasarkan Pengawas Menelan Obat Di BP4 Medan Tahun 2004 – 2008 ... 62 Gambar 6.12 Diagram Pie Proporsi Penderita TB Paru BTA Positif

Berdasarkan Konversi Sputum Di BP4 Medan Tahun 2004 – 2008 ... 63 Gambar 6.13 Diagram Bar Lama Rata-Rata Mengikuti Pengobatan

Berdasarkan Kategori Pengobatan Di BP4 Medan Tahun 2004-2008 ... 64 Gambar 6.14 Diagram Bar Lama Rata-Rata Mengikuti Pengobatan

Berdasarkan Pengawas Menelan Obat Di BP4 Medan Tahun 2004-2008 ... 65 Gambar 6.15 Diagram Bar Lama Rata-Rata Mengikuti Pengobatan

Berdasarkan Keluhan Utama Di BP4 Medan Tahun

2004-2008... 66 Gambar 6.16 Diagram Bar Lama Rata-Rata Mengikuti Pengobatan

Berdasarkan Tipe penderita Di BP4 Medan Tahun

2004-2008 ... 67 Gambar 6.17 Diagram Bar Lama Rata-Rata Mengikuti Pengobatan

Berdasarkan Konversi Sputum Pada Fase Intensif Di BP4 Medan Tahun 2004-2008 ... 68 Gambar 6.17 Diagram Bar Lama Drop out Berdasarkan Konversi Sputum

Pada fase Intensif Di BP4 Medan Tahun 2004-2008... 69

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Nasional bidang kesehatan tercantum dalam Sistim Kesehatan Nasional (SKN) sesuai dengan tujuan Indonesia sehat 2010 yaitu agar terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diusahakan usaha kesehatan yag bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.1

Untuk meningkatkan upaya perbaikan kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia menetapkan sepuluh program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat, salah satu diantaranya adalah Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) termasuk penyakit TB Paru, dengan indikator kesehatan yang hendak dicapai pada tahun 2010 diantaranya adalah indikator pencapaian program penanggulangan TB Paru, dimana target yang ditetapkan untuk angka kesembuhan penderita TB Paru Basil Tahan Asam positif (BTA +) adalah 85 % dari penderita TB Paru yang diobati.2

TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat seluruh dunia karena telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) mencanangkan Kedaruratan global (Global Emergency) untuk penyakit TB Paru. menurut World

1

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(16)

Health Organisation (WHO) insiden TB Paru berkisar 8 juta penduduk di seluruh dunia per tahun dan hampir 3 juta orang meninggal akibat TB Paru setiap tahun.3

Di Indonesia TB Paru merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Menurut data WHO tahun 1999 menunjukkan bahwa prevalensi TB Paru di Indonesia dengan Prevalence Rate (PR) 240 per 100.000 penduduk dan Cause Spesific Death Rate (CSDR) TB Paru 79,2 per 100.000 penduduk per tahun dengan

Case Fatality Rate (CFR) 24,5%. Menurut Surkesnas tahun 2003 menyatakan Indonesia Timur adalah kawasan paling banyak penderita TB Paru BTA+, dengan

Prevalence Rate sebesar 189 per 100.000 penduduk, sedangkan Prevalence Rate Nasional 186 per 100.000 penduduk. Bila secara regional, maka Prevalence Rate

untuk Jawa-Bali sebesar 67 per 100.000, Insidence Rate sebesar 63 per 100.000 penduduk sedangkan Sumatera Prevalence Rate sebesar 160 per 100.000 penduduk.6

Pada tahun 1995 pemerintah Indonesia telah berusaha memberantas penyakit ini dengan mengadopsi strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) yang direkomendasikan oleh WHO. Integrasi kedalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan efektifitasnya. DOTS adalah strategi yang komprehensif untuk digunakan oleh pelayanan dasar kesehatan primer di seluruh dunia, untuk mendeteksi dan menyembuhkan penyakit TB paru.DOTS bertujuan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB Paru, memutuskan rantai penularan serta mencegah terjadinya Multi Drug Resistance (MDR) sehingga tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia.7Apabila Multi Drug Resistance (MDR) terjadi maka penderita TB Paru tersebut akan mengembangkan

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(17)

jenis TB yang lebih resisten terhadap Obat Anti Tuberkulosis(OAT) sehingga pilihan pengobatan menjadi terbatas dan pengobatan harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang lama,dan bila telah sangat resisten terhadap obat, penyakit ini memungkinkan tidak dapat diobati lagi. 8

Upaya pencegahan dan pemberantasan TB Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Short-cource) atau pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Sampai tahun 2005 telah dilaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan dengan pendekatan strategi DOTS di 432 Kabupaten/Kota (98%) dari 440 Kabupaten/Kota di 33 provinsi di Indonesia, yang mencakup 7.349 Puskesmas (97%) dari 7.592 Puskesmas, dan di seluruh Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4)/RS TB Paru (100%). Persentase Rumah Sakit yang melaksankan program ini baru mencapai 25% dari 1.289 Rumah Sakit yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan.9

Melalui paket pengobatan yang diminum secara teratur dan lengkap, diharapkan penderita akan dapat disembuhkan dari penyakit TB yang dideritanya. Namun demikian dalam proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan terjadinya kegagalan pengobatan akibat dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau

drop out (DO).8

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(18)

Berdasarkan data Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2006 tercatat dari 16.678 jumlah penderita TB Paru terdapat 183 (1.1 %) jumlah penderita TB Paru yang mengalami drop out, sedangkan jumlah penderita TB Paru yang mengalami drop out tertinggi di seluruh Kabupaten/Kota terdapat di Kabupaten Nias Selatan yaitu 37 (1.1%) kasus dari 3.380 penderita TB Paru BTA Positif.10

Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan propinsi Sumatera Utara yang menyelenggarakan upaya kesehatan paru serta mengatasi masalah kesehatan paru masyarakat secara menyeluruh dan terpadu dalam satu wilayah kerja. Jumlah penderita TB Paru BTA positif yang mengalami

drop out berdasarkan rekam medik BP4 Medan tahun 2004 – 2008 yaitu pada tahun 2004 sebanyak 57 (34,1%) penderita, pada tahun 2005 sebanyak 26 (15,6%)penderita, pada tahun 2006 sebanyak 29 (17,4%) penderita, pada tahun 2007 sebanyak 31(18,6%) penderita dan sampai bulan September 2008 sebanyak 24 penderita (14,3%) sehingga di peroleh data penderita TB Paru yang mengalami drop out tahun 2004–2008 sebanyak 167 penderita. 11

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita TB Paru BTA Positif yang mengalami Drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2004 – 2008.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(19)

1.2.Perumusan Masalah.

Belum diketahuinya karakteristik penderita TB Paru BTA positif yang mengalami Drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2004 – 2008.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum.

Untuk mengetahui karakteristik penderita TB Paru BTA positif yang mengalami Drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru – Paru (BP4) Medan pada tahun 2004 – 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus.

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB Paru BTA Positif berdasarkan sosiodemografi yaitu umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB Paru BTA Positif berdasarkan keluhan utama.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB Paru BTA positif berdasarkan tipe penderita sewaktu datang berobat.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB Paru BTA positif berdasarkan kategori pengobatan.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB Paru BTA positif berdasarkan Pengawas Menelan Obat (PMO).

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(20)

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB Paru BTA positif berdasarkan konversi sputum pada fase intensif.

g. Untuk mengetahui lama rata-rata mengikuti pengobatan penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out.

h. Untuk mengetahui lama rata-rata mengikuti pengobatan berdasarkan kategori pengobatan dari penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out.

i. Untuk mengetahui lama rata-rata mengikuti pengobatan berdasarkan PMO (Pengawas Memakan Obat) dari penderita TB Paru BTA positif yang mengalami

drop out.

j. Untuk mengetahui lama rata-rata mengikuti pengobatan berdasarkan keluhan utama dari penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out

k. Untuk mengetahui lama rata-rata mengikuti pengobatan berdasarkan tipe penderita dari penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out.

l. Untuk mengetahui lama rata-rata mengikuti pengobatan berdasarkan konversi sputum pada fase intensif dari penderita TB Paru BTA positif yang mengalami

drop out

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(21)

1.4.Manfaat Penelitian.

a. Sebagai bahan masukan dan memberikan informasi bagi balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4) dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB Paru.

b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang penyakit TB Paru dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(22)

BAB 2 PENDAHULUAN

2.1. Definisi

Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis,yakni bakteri aerob yang dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi, karena di sebabkan oleh bakteri maka penyakit tuberkulosis dapat ditularkan dari penderita kepada orang lain.12

Tuberkulosis merupakan penyakit sistemik, artinya dapat menyerang seluruh bagian tubuh seperti kulit, tulang, otak, mata, usus, dan organ lain yang menimbulkan kerusakan yang progresif.13

2.2. Etiologi.

Mycobacterium tuberculosis sebagai bakteri penyebab tuberkulosis adalah sejenis bakteri berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 / Um dan tebal 0,3 – 0,6 / Um. Mycobacterium tuberculosis mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membrana selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan bakterinya berlangsung dengan lambat.14

2.3. Patogenesis.

Penularan TB Paru terjadi karena bakteri dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Setiap kali seorang penderita TB Paru batuk maka akan dikeluarkan 3.000 droplet yang efektif (memiliki kemampuan menginfeksi). Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1- 2 jam,

8

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(23)

tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi dan kelembaban. Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini sangat jarang terjadi. Dalam suasana lembab dan gelap bakteri dapat bertahan berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan.

Bila partikel ini terhirup oleh orang sehat maka akan menempel pada jalan nafas atau paru- paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh

makrofag keluar dari cabang trachea-bronkhial beserta gerakan silia dengan sekretnya. Namun bila tidak semuanya keluar, bakteri yang tinggal justru akan menempel dan berkembang biak pada makrofag. Dan selanjutnya akan bersarang di jaringan paru dan menginfeksi paru-paru, inilah yang disebut penyakit Tuberkulosis Paru. Penderita TB Paru biasanya paling cepat muncul gejala 3-6 bulan setelah infeksi.15

Orang yang terinfeksi bakteri tuberkulosis belum tentu akan menderita tuberkulosis selama pertahanan tubuhnya baik. Sistem kekebalan tubuh amat berperan dalam perjalanan penyakit di dalam tubuh akan tetapi bakteri yang sudah membuat sarang tersebut akan bersifat dormant dan baru muncul bertahun- tahun kemudian pada saat kekebalan tubuh menurun, seperti dalam keadaan kurang gizi, alkoholisme, menderita kanker, diabetes, gagal ginjal atau AIDS.16

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(24)

2.4. Gejala Klinis

Gejala utama pasien TB Paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.17

2.5. Diagnosis TB

2.5.1. Diagnosis TB Paru3

Diagnosa pada orang dewasa di tegakkan berdasarkan : a. Gejala klinis

Gejala klinis TB Paru dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala

Respiratorik dan gejala Sistemik.

a.i. Gejala Respiratorik

Pada gejala respiratorik dapat tampak berupa batuk selama dua minggu atau lebih yang dapat berupa batuk kering sampai produktif (berdahak), hemoptisis (batuk darah) akibat terbukanya pembuluh darah sekitar bronchus, dispneu (sesak nafas),

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(25)

nyeri dada dapat timbul bila infiltrasi sampai ke pleura sehingga menyebabkan

pleuritis.

a.ii. Gejala Sistemik

Pada penderita TB Paru yang telah positif hasil pemeriksaannya, maka dapat dijumpai gejala berupa demam tidak terlalu tinggi terutama pada malam hari,

malaise (kelelahan pada tubuh), anoreksia (tidak nafsu makan), sakit kepala, mialgia

(sakit pada otot) dan berat badan berkurang. b. Pemeriksaan Bakteriologis

Pemeriksaan bakteriologis meliputi pemeriksaan biakan dan pemeriksaan mikroskopis pemeriksaan biakan hasilnya lebih baik, namun waktu pemeriksaan memerlukan waktu yang lama, sehingga saat ini pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih banyak dilakukan karena sensifitas dan spesifitasnya tinggi disamping biayanya murah, sehingga mendiagnosa tuberkulosis adalah dengan menemukan BTA di dahak yang diperiksa di laboratorium secara mikroskopis. Untuk pemeriksaan dahak (sputum) spesimen dikumpulkan dalam dua hari kunjungan berurutan yang dikenal dengan dahak SPS (sewaktu-pagi-sewaktu). Pelaksanaan pengumpulan spesimen SPS yaitu :

i. S (Sewaktu) dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang dan berkunjung pertama kali. Pada saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak hari kedua.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(26)

ii. P (Pagi) dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur pot di bawa dan diserahkan sendiri kepada petugas UPK (Unit Pelayanan Kesehatan).

iii. S (Sewaktu) dahak di kumpulkan di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi.4

2.5.2. Diagnosis TB ekstra paru.

Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis.TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus). Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, pemeriksaan radiologis dan lain-lain.18

2.5.3. Klasifikasi TB Paru.

TB Paru adalah penyakit infeksi yang menyerang jaringan paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam :

a. TB Paru BTA Positif.

i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesiemen dahak sewaktu pagi sewaktu (SPS) hasilnya BTA positif.

ii. Jika 1 spesiemen dahak SPS hasilnya positif dan Foto thoraks dada menunjukkan gambaran Tuberkulosis.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(27)

iii. 1 atau lebih spesiemen dahak hasil positif setelah pemeriksaan 3 dahak SPS sebelumnya dengan hasil BTA nrgatif dan tidak ad perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

b. TB Paru BTA Negatif.

Pemeriksaan 3 spesiemen dahak hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran TB Paru aktif. TB Paru dengan BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu berat dan ringan. Bentuk berat bila di foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas dan atau keadaan umum penderita buruk.12

2.5.4. Pemeriksaan Dahak.

Pemeriksaan dahak dilakukan terhadap suspek yang mengalami batuk dengan dahak produktif lebih dari tiga minggu, hal ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis dan klasifikasi atau tipe penderita serta tingkat penularannya. Pemeriksaan dahak juga dilakukan untuk menilai kemajuan pengobatan.

Suspek yang diambil dahaknya harus tercatat pada formulir TB 06, hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah suspek yang diperiksa dan mempermudah petugas dalam pelacakan bila hasil pemeriksaan dahak positif dan penderita tersebut tidak kembali.

Dahak yang baik untuk diperiksa adalah dahak yang kental dan purulen (mucoprulent) berwarna hijau kekuning-kuningan dengan volume 3 – 5 ml tiap pengambilan. Untuk menegakkan diagnosa TB Paru dibutuhkan 3 spesiemen dahak yaitu dahak SPS dan sebaiknya dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(28)

berurutan. Untuk dapat melihat melihat BTA dalam dahak penderita, maka dibuat sediaan hapusan lalu difiksasi selama 3-5 detik.22

2.5.4.1. Pewarnaan Sediaan Dengan Metode Ziehl Neelsen.

Dalam pewarnaan ada dua cara yaitu pewarnaan sediaan dengan metode

Kinyoun Gabbett dan pewarnaan sediaan metode Ziehl Neelsen. Sesuai dengan kebutuhan dan peningkatan kualitas hasil pemeriksaan, metode Kinyoun Gabbett

secara program penangulangan TB Paru sudah di tinggalkan, karena metode Ziehl Neelsen mempunyai hasil yang lebih baik baik dari metode Kinyoun Gabbett.

Hapusan dahak yang telah difiksasi tersebut harus dilanjutkan dengan pewarnaan metode Ziehl Neelsen. Bahan yang diperlukan antara lain Carbol Fuchsin

0,3 %, HCL-Alkohol 3 % dan Methylene Blue 0,3%. Cara pewarnaan adala sebagai berikut :

a. Sediaan dahak yang telah difiksasi diteteskan Carbol Fuchsin 0,3 % sampai menutupi seluruh permukaan sediaan.

b. Panaskan dengan nyala api sampai keluar uap selama 3-5 menit. Zat warna tidak boleh mendidih atau kering yang mengakibatkan Carbol Fuchsin 0,3 % akan terbentuk kristal yang dapat terlihat seperti bakteri TBC, diamkan selama 5 menit.

c. bilas dengan air mengalir pelan hingga zat pewarna yang bebas terbuang, lalu teteskan HCL-Alkohol 3% sampai warna merah Fuchsin hilang.

d. bilas dengan air mengalir pelan, lalu teteskan Methylene Blue 0,3% hingga menutupi seluruh permukaan, dan diamkan 10-20 detik.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(29)

e. Bilas dengan air mengalir pelan, lalu keringkan diatas rak pengering di udara terbuka ( jangan dibawah sinar matahari langsung )

f. Sediaan siap untuk dibaca dibawah mikroskop.

Di bawah mikroskop BTA akan terlihat berupa batang merah terang dengan latar belakang biru. Sesudah pencucian dengan HCL-Alkohol, bakteri BTA mempertahankan warna merahnya, dan yang bukan BTA melepaskan zat warna merah.23

2.5.4.2. Pembacaan Hasil Sediaan.

Penegakan diagnosis TB Paru apabila ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil ini akan dinyatakan positif bila sedikitnya 2 dari 3 spesiemen spesiemen SPS-BTA ditemukan adanya BTA positif. Bila hanya 1 spesiemen yang positif maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu pemeriksaan dahak SPS atau foto rontgen thorax.

Pembacaan hasil pemerikasaan sediaan dahak dilakukan dengan menggunakan skala International Union Againts Tuberkulosis and Lung Disease

(IUATLD)tahun 1993, yaitu :

a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut Negatif b. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, hasilnya diragukan. c. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut + atau (1+)

d. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ atau (2+,)minimal dibaca 50 lapangan pandang.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(30)

e. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ atau (3+), minimal dibaca 20 lapangan pandang.3

2.5.4.3. Pemeriksaan Radiologis (Thorax Foto).

Dalam program penanggulangan TB Paru pemeriksaan foto rontgen baru dapat dilaksanakan bila dari 3 kali pemeriksaan dahak dengan hasil BTA negatif , dan secara klinis penderita mendukung sebagai TB Paru.21

2.6. Epidemiologi

2.6.1. Distribusi Penderita Tuberkulosis Paru. a. Menurut Orang.

Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberkulosis Infection =

ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2 %. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi TB Paru, Hanya 10% dari yang terinfeksi akan menjadi penderita TB Paru. 17

Penyakit TB Paru dapat menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin. Penelitian yang dilakukan oleh Gea (2005) menemukan, bahwa penderita TB Paru di puskesmas Gunung Sitoli tahun 2005-2007 yang paling banyak adalah laki-laki yaitu 334 orang (63,6%).29

b. Menurut Tempat.

Tuberkulosis menjadi masalah dunia dan paling banyak terjadi di negara sedang berkembang dibandingkan di negara maju. Seperti dewasa ini sebagian besar negara maju diperkirakan angka Insidens Ratenya setiap tahunnya 20 kasus per

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(31)

100.000 penduduk. Negara berkembang cukup tinggi, di Afrika setiap tahunnya muncul 165 orang penderita TB Paru per 100 ribu penduduk, di Asia 110 orang penderita baru per 100 ribu penduduk.

Kawasan Asia Tenggara memikul beban berat epidemi TB global, dengan 38% kasus TB dunia. Hampir tiga per empat dari satu juta orang di kawasan Asia Tenggara meninggal karena penyakit ini setiap tahun.19

c. Menurut Waktu

Penyakit TB Paru meningkat dari waktu ke waktu. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi TB Paru di dunia ini., dan dalam dekade mendatang tidak kurang dari 300 juta orang akan terinfeksi. Setiap tahunnya ada sekitar 4 juta penderita baru TB Paru menular di dunia, ditambah lagi dengan penderita yang tidak menular. Artinya, setiap tahun di dunia ini akan ada sekitar 8 juta penderita TB Paru, dan akan ada 3 juta orang (37,5 %) meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. TB Paru ada hubungannya dengan datangnya virus HIV/AIDS. Menurut data WHO pada tahun 1990 telah ada 300 ribu penderita TB Paru yang juga terinfeksi virus HIV / AIDS. Dalam dekade 1990 sampai 1999 muncul sekitar 8 juta penderita tuberkulosis yang juga terinfeksi virus HIV / AIDS.19

2.6.2. Faktor Determinan Penyakit Tuberkolosis a. Host

a.1 Umur

Bayi dan anak – anak mempunyai daya tahan tubuh yang lemah, dan sangat lemah pada awal dan meningkat perlahan sampai umur 10 tahun. Sampai umur 2

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(32)

tahun anak yang terinfeksi bakteri tuberkulosis dapat mengakibatkan keadaan yang berat seperti Tuberkulosis miliaris dan Meningitis tuberkulosis melalui penyebaran hematogen. Tetapi anak dengan gizi baik akan dapat mencegah penyebaran penyakit ini temasuk pada bagian paru. Sebagian besar masuknya basil tuberkulosis pada anak tidak menimbulkan penyakit tetapi tetap tinggaldalam paru sampai si anak dewasa.

Setelah masa pubertas tubuh lebih baik dalam mencegah penyebaran melalui darah, tetapi lemah dalam mencegah penyebaran di paru. TB Paru pada orang dewasa dapat terjadi pada dua mekanisme, yang pertama orang dewasa ini terhirup basil tuberkulosis kemudian berkembang biak dalam paru dan merusaknya dan yang kedua penyakit TB Paru timbul akibat aktifnya kembali basil tuberkulosis ketika ia masih anak – anak.20

a.2 Jenis Kelamin

Laki-laki lebih mudah terkena tuberkulosis dibandingkan dengan wanita. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki mobilitas lebih tinggi dibanding dengan wanita sehingga kemungkinan terpapar menjadi lebih besar. Pada laki – laki ditemukan pada semua usia, sedangkan pada wanita angkanya cenderung menurun pada usia dewasa.

Di Afrika dan India prevalensi tuberkulosis cendrung meningkat di semua usia baik laki – laki maupun wanita. Pada wanita angka prevalensinya masih lebih rendah dan peningkatannya juga lebih sedikit dibanding dengan laki-laki. Angka tertinggi pada wanita ditemukan pada usia 40 – 50 tahun, sedangkan pada laki – laki usia 60 tahun. 17

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(33)

a.3 Sosial Ekonomi.

Secara umum kondisi ekonomi yang lemah mempengaruhi terjadinya penyakit TB Paru. Lingkungan yang buruk misalnya pemukiman yang padat dan kumuh, rumah yang lembab, gelap dan kamar tampa ventilasi serta gizi yang buruk dan pengobatan yang tidak tuntas akan memudahkan penularan infeksi TB Paru.24 a.4 Status Gizi.

Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap penyakit termasuk penyakit tuberkulosis. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak.24 a.5 Pekerjaan.

Status pekerjaan dari seseorang akan turut mempengaruhi terjadinya penyakit TB Paru, lingkungan pekerjaan yang buruk juga mendukung terjangkitnya penyakit TB Paru.Petugas laboratorium dan petugas poliklinik gigi yang merupakan bagian dari sarana kesehatan yang mempunyai resiko besar untuk menularkan peyakit sebagai akibat pekerjaannya, untuk menghindari terjadinya resiko penularan tersebut maka setiap petugas yang bekerja dilaboratorium dan poliklinik gigi haruslah mengikuti ketentuan dan prosedur kerja dengan baik. Bagi pekerja pabrik yang beraktivitas dengan bahan kimia dan debu meningkatkan kemungkinan untuk menderita penyakit paru yang disebut Pneumokonioses. 24

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(34)

a.6 Faktor Toksik.

Mengkonsumsi bahan toksik yang terus menerus seperti merokok dan minum alkohol dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh. Semakin banyak merokok maka akan mengakibatkan memperparah penyakit TB Paru tersebut. Selain itu obat-obat

kortikosteroid dan immunosupresan juga dapat menurunkan kekebalan tubuh.21 a.7 Penyakit Lain

Pada beberapa Negara infeksi HIV / AIDS sering ditemukan bersamaan penyakit tuberkulosis, ini disebabkan karena rusaknya pertahanan tubuh, tuberkulosis sering juga terjadi pada penderita dengan penyakit diabetes, leukimia, lepra.17

b. Agent.

TB Paru disebabkan oleh bakteri atau basil Mycobacterium tubekulosis, dan untuk seseorang menjadi sakit dipengaruhi oleh jumlah basil yang mempunyai kemampuan mengadakan terjadinya infeksi cukup banyak dan terus menerus, dan virulensi basil.20

c. Environment.

Lingkungan yang buruk misalnya pemukiman yang padat dan kumuh, rumah yang lembab, gelap dan kamar tanpa ventilasi serta lingkungan tempat kerja yang buruk dapat mempermudah penularan tuberkulosis.20

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(35)

2.7. Tipe Penderita3

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu:

2.7.1 Kasus Baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

2.7.2 Kasus Kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

2.7.3. Kasus Setelah Putus Berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

2.7.4. Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

2.7.5. Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(36)

2.7.6. Kasus lain :

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

2.8. Program Penanggulangan TB Paru

Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP-4). Sejak tahun 1969 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui Puskesmas. Obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan adalah paduan standar INH, PAS dan Streptomisin selama satu sampai dua tahun. Para Amino Acid (PAS) kemudian diganti dengan pirazinamid. Sejak 1977 mulai digunakan paduan OAT jangka pendek yang terdiri dari INH, Rifampisin dan Ethambutol selama 6 bulan.

Pemberantasan TB Paru yang dilakukan sampai saat ini adalah : a. Vaksinasi BCG

b. Penemuan kasus secara pasif dan aktif.

c. Pengobatan dan pengobatan ulang terhadap penderita TB Paru. d. Penyuluhan kesehatan.

e. Evaluasi program.

Sejak tahun 1995, program nasional penanggulangan TB mulai melaksanakan strategi DOTS dan menerapkannya pada Puskesmas secara bertahap. Sampai tahun

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(37)

2000, hampir seluruh Puskesmas telah komitmen dan melaksanakan strategi DOTS yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.4

2.8.1 Strategi DOTS

Pada 1993 WHO mengumumkan TB sebagai keadaan darurat global. Pesannya singkat dan jelas, ”Stop TB”. Sebagai tindak lanjutnya, WHO segera mengeimplementasikan Directly Observed Treatment Short Course (DOTS), dengan merubah strategi pendekatan ynag ada untuk mengendalikan TB. Dimulai dengan bebrapa proyek percontohan pada 1993, DOTS meluas dengan cepat keberbagi negara di Asia Tenggara. 17

Strategi DOTS adalah strategi yang komprehensif digunakan oleh pelayanan kesehatan primer di seluruh dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan penderita TB Paru, agar transmisi penularan di masyarakat berkurang. Tujuan strategi ini untuk mencapai angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru BTA positif yang ditemukan, dan tercapainya cakupan penemuan penderita sebesar 70% dari perkiraan semua penderita baru BTA positif.4

Kunci keberhasilan DOTS adalah pengawasan dan pengendalian yang ketat selama pengobatan dengan cara minum obat setiap hari di depan petugas PMO. Penanggulangan TB Paru dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Ada lima unsur strategi DOTS yaitu :

a. Komitmen politik. b. Pelayanan mikroskopis c. Ketersediaan obat.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(38)

d. Pengawasan langsung pada pengobatan.

e. Pencatatan pelaporan unutk memudahkan pemantauandan evaluasi.3 2.12. Pencegahan.18

2.12.1. Pencegahan Primer. a. Kebersihan Lingkungan.

i. Mengurangi tingkat kepadatan penduduk / penghuni rumah. ii. Ventilasi harus baik.

iii. Pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarkat akan akibat yang ditimbulkan bila meludah di sembarang tempat.

b. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh.

i. Makan makanan yang bergizi / makanan seimbang.

ii. Tidur teratur dan cukup serta olah raga di tempat-tempat yang mempunyai udara yang segar.

iii. Peningkatan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG. 2.12.2. Pencegahan Sekunder.

a. Penemuan kasus (case finding) yaitu menemukan kasus atau penderita TB Paru baik secara aktif yaitu mencari penderita TB Paru di masyarakat maupun secara pasif menunggu penderita TB Paru datang berobat ke fasilitas kesehatan.

b. Memberikan pengobatan yang adekuat dengan hasil pemeriksaan sputum positif.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(39)

2.12.3. Pencegahan Tertier.

a. Mencegah supaya jangan sampai terjadi cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya penyakit atau mencegah kematian dengan cara memperpanjang sistim pengobatan yang di anjurkan.

b. Upaya rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan seperti pengembalian fungsi fisik, fungsi psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitas fisik/medis, rehabilitas mental / psikologis serta rehabilitasi sosial misalnya melalui pemberian nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein karena penurunan berat badan , terapi nafas untuk melatih fungsi paru, konseling untuk meningkatkan rasa penghargaan terhadap diri sendiri.

2.9. Pengobatan

2.9.1. Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi bakteri terhadap OAT.21

2.9.2. Prinsip pengobatan14

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut: a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(40)

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. 2.9.3. Tahap Pengobatan

a. Tahap awal (intensif)

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

b. Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama Tahap lanjutan penting untuk membunuh bakteri

persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.18 2.9.4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia17

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:

a. Kategori 1 : (2HRZE / 4H3R3).

Tahap Intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rimfapisin (R), Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E). Obat – obatan tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniazid (H), Rimfapisin (R), di

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(41)

berikan 3 kali seminggu selama 4 bulan (4 H3R3). Obat ini diberikan untuk penderita baru BTA Paru BTA positif, yang ”sakit berat”.

b. Kategori 2 : (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3)

Tahap intensif yang diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniazid (H) Rimfapisin (R), Pirazinamid (Z),Etambutol (E) dan suntikan streptomisin setiap hari, dilanjutkan satu bulan dengan Isoniazid (H), Rimfapisin (R) Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang di berikan tiga kali dalam seminggu. Obat ini diberikan untuk penderita kambuh, penderita gagal, penderita setelah pengobatan setelah lalai.

c. Kategori 3 (2 HRZ / 4H3R3 ).

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan tahap terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk penderita baru BTA (negatif) dan rontgen positif ringan.

d. OAT Sisipan (HRZE).

Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita positif pengobatan ulang dengan kategori 2 , hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif , diberikan dengan sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(42)

2.10. Pengawas Menelan Obat (PMO)3

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO.

2.10.1. Syarat untuk menjadi seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)

a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.

b. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien. c. Bersedia membantu pasien dengan sukarela.

d. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien. 2.10.2. Tugas dari Pengawas Menelan Obat (PMO)

a. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.

b. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.

c. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan.

d. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(43)

2.11. Hasil Pengobatan4

Hasil pengobatan seorang penderita dapat dikategorikan sebagai : Sembuh, Pengobatan Lengkap, Meninggal, Pindah, Defaulted (lalai)/Drop out dan Gagal. 2.11.1. Sembuh

Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak pada dua kali yang berturut-turut hasilnya negatif yaitu satu bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.

2.11.2.Pengobatan Lengkap

Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan ulang.

2.11.3. Meninggal

Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun. 2.11.4. Pindah

Penderita yang pindah berobat ke daerah kabupaten/kota lain. Penderita yang ingin pindah, dibuatkan sura pindah (form TB.09) dan bersama sisa obat dikirim ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan)yang baru.

2.11.5. Default atau Drop out

Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(44)

2.11.6. Gagal

Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(45)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita TB Paru BTA positif 1. Sosiodemografi

a. Umur

b. Jenis Kelamin c. Suku

d. Pendidikan e. Agama f. Pekerjaan g. Tempat Tinggal 2. Keluhan Utama 3. Tipe Penderita 4. Kategori Pengobatan 5. Pengawas Menelan Obat 6. Konversi Sputum

7. Lama rata-rata mengikuti pengobatan.

3.2. Defenisi Operasional.

3.2.1. Penderita TB Paru BTA positif, adalah penderita yang dalam dahaknya di temukan bakteri Mycobacterium tuberculosis basil tahan asam dengan pemeriksaan mikroskopik yang ditetapkan oleh dokter sebagai penderita TB Paru BTA positif sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status.

3.2.2. Drop out, adalah penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

31

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(46)

3.2.3. Umur, adalah usia pendrita TB Paru pada waktu pertama kali kunjungan ke balai pengobatan penyakit paru – paru (BP4) sebagaimana tercatat pada kartu status, dikelompokkan atas (sesuai dengan pelaporan form.TB 07) :

1. < 20 tahun 2. 20-40 tahun 3. > 40 tahun

3.2.3. Jenis kelamin, adalah jenis kelamin penderita TB Paru sebagaimana yang tercatat di kartu status dikategorikan atas :

1. Laki – Laki 2. Perempuan

3.2.4. Suku, adalah ras atau etnik yang melekat pada diri penderita TB Paru BTA positif yang tercatat dalam kartu status yang di bedakan atas :

1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Aceh 5. Minang

3.2.5. Pendidikan, adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh penderita, sesuai yang tercatat dalam kartu status, yang dikategorikan atas :

1. Tidak tamat SD/SD/SLTP 2. SLTA

3. Akademik / Sarjana

3.2.6. Agama, adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita, sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, yang dikategorikan atas :

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Katolik

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(47)

3.2.6. Pekerjaan, adalah kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari oleh penderita dalam memenuhi kebutuhan hidup, sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, yang dikategorikan atas :

1. PNS / TNI / Polri 2. Wiraswasta. 3. Pelajar/Mahasiswa 4. Petani/Supir/Tukang.

5. Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja

3.2.7. Tempat tinggal, adalah daerah dimana penderita TB Paru BTA positif menetap sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status yang di kategorikan atas :

1. Kota Medan 2. Luar kota Medan

3.2.8. Keluhan Utama, adalah keluhan yang di rasakan oleh penderita pada saat datang berobat ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Medan, yang dikategorikan atas :

1. Batuk 2. Batuk darah 3. Demam 4. Sesak Nafas 5. Nyeri dada

3.2.9. Tipe penderita, adalah tipe dari seorang penderita sewaktu datang berobat yang ditentukan atas riwayat pengobatan sebelumnya. Dapat di bedakan atas : 1. Kasus Baru, adalah penderita yang belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.

2. Kasus Kambuh, adalah penderita yang sudah pernah dinyatakan sembuh sebelumnya dan sekarang dinyatakan sakit lagi.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(48)

3. Kasus setelah Lalai atau Drop out, Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai 4. Kasus Pindahan (Transfer in ) adalah penderita yang sedang mendapat

pengobatan di suatu tempat dan kemudian pindah ketempat lain.

3.2.10. Kategori Pengobatan, adalah obat yang digunakan untuk mengobati penderita sebagaimana tercatat pada kartu status, yang di bedakan atas :

1. Kategori 1 (2HRZE / 4H3R3)

Tahap intensif yang terdiri dari Isoniazid (H),Rinfampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E). Obat – obatan tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniazid (H) dan Rimfapisin(R) diberikan 3 kali seminggu selama 4 bulan (4 H3R3).

2. Kategori 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3 ).

Tahap Intensif yang di berikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniozid (H), Rimfapisin (R), Pirazinomid (Z), Etambutol (E) dan suntikan streptomisin setiap hari., dialanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H),Rimfapisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol(E) setiap hari.setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama s bulan dengan HRE yang diberikan 3 kali dalam seminggu.

3. Kategori 3 (2 HRZ / 4H3R3 ).

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan tahap terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk penderita baru BTA (negatif) dan rontgen positif ringan.

4. OAT Sisipan (HRZE).

Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita positif pengobatan ulang dengan kategori 2 , hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif , diberikan dengan sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(49)

3.2.11. Pengawas Menelan Obat, adalah orang yang ditunjuk oleh untuk mengawasi penderita menelan OAT setiap hari dan mengingatkan penderita untuk mengambil obatnya secara kontinu, sebagai mana tercatat pada kartu status yang dibedakan atas:

1. Petugas kesehatan 2. Keluarga

3.2.12. Konversi Sputum, adalah perubahan hasil akhir pemerikasaan seputum dari BTA positif menjadi BTA negatif,pada tahap intensif sebagaimana tercatat pada kartu status, yang dibedakan atas :

1. Mengalami Konversi

2. Tidak Mengalami Konversi

3.2.13. Lama pengobatan adalah lama penderita memakan obat sampai penderita tidak lagi mengambil obat yang dihitung berdasarkan jumlah minggu, sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan menggunakan desain

Case Series.

4.2. Lokasi dan Waktu penelitian . 4.2.1. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengobatan Penyakit Paru – Paru Kota Medan, dengan pertimbangan :

a. Di Balai Pengobatan Penyakit Paru – Paru (BP4) terdapat data yang di butuhkan tentang penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out. b. Belum pernah dilakukan penelitian tentang mengenai karakteristik penderita

TB Paru BTA positif yang mengalami drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru – Paru (BP4) Medan.

4.2.2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2008 - Maret 2009. 4.3 Populasi dan Sampel.

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita TB paru Basil Tahan Asam positif yang mengalami drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru – Paru (BP4) Medan dari tahun 2004 sampai dengan bulan september tahun 2008 yang berjumlah 167 orang.

36

Budi Junarman Sinaga : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam Positif Yang Mengalami DroP Out Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008, 2009.

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Tenaga Kesehatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2007
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru yang mengalami drop out Berdasarkan Tahun di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2004-2008
Tabel 5.3. Distribusi proporsi Penderita TB Paru BTA positif Yang Mengalami Drop Out berdasarkan Sosiodemografi di BP4 Tahun 2004-2008
Tabel 5.6.  Distribusi Proporsi Penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop out berdasarkan Tipe Penderita di BP4  Medan Tahun 2004-2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. DAFTAR

kehidupan sehari-hari  Fungsi Agama  Sikap keberagamaan  Hukum Tertib Kosmis  Agama dan IPTEK  Puja dan Budaya  Kamma dan

Dapat menambah dan memperluas wawasan, khususnya bagi peneliti, serta dapat mengetahui gambaran yang jelas mengenai keterampilan menulis dan jenis kesalahan hasil

Gibb, seperti dikutip Asmaran, mengemukakan bahwa pemikiran tentang kesatuan wujud (wah ҝ dah DOZXMnjGLQLEHUDUWLEDKZDDODPVHPHVWDLQL adalah Tuhan. Karena itu alam semesta ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini, sebagai berikut: a. Melaksanakan pretes pada

Universitas Kristen Maranatha

Peneliti bertanya terkait dengan sejarah berdirinya SPS Mutiara Hati, strategi pemasaran yang dilakukan oleh SPS Mutiara Hati, bagaimana peran pengelola, tenaga pendidik, orang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Penerapan Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar