LAPORAN
TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL
PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN
KOTA MEDAN
O L E H
NAMA : PUTRA UTAMA HARAHAP NIM : 102600006
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaian Studi Pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) ini.
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
Adapun judul Laporan PKLM ini adalah “Optimalisasi Penerimaan Pajak
Hotel.”
Penulisan Laporan PKLM ini tidak terlepas dari bantuan dan perhatian
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan
Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku pembimbing penulis yang telah
banyak memberikan perhatian, petunjuk, dan pengarahan dalam
menyelesaikan Laporan PKLM ini.
4. Ibu Arlina, SH, M. Hum selaku sekretari Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Perpajakan, yang telah memberikan penulisan berbagai ilmu mulai
tingkat pertama hingga laporan ini selesai.
6. Staf Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU,
yang selalu membantu penulis.
7. Bapak Drs. Nawawi selaku kepala pendataan dan penetapan Dinas
Pendapatan Kota Medan yang telah memberikan data dan informasi
kepada penulis.
8. Bapak Benny Siregar, Ibu Mila, dan seluruh pegawai dinas pendapatan
kota medan yang telah banyak membantu dan menjawab semua
pertanyaan seputar penulisan Laporan PKLM ini kepada penulis.
9. Seluruh staf pegawai dan pegawai di lingkungan Pemerintah Kota
Medan (BALITBANG Kota Medan), Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Sumatra Utara I, dan Dinas Pendapatan Kota Medan.
10. Penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan
almarhum Ibunda, atas doa, dukungan, dan bantuan baik secara moril
dan materil serta pengorbanan yang tak terhingga. Yang telah
diberikan kepada penulis.
11. Terimakasih kepada abangku, kakakku, atas dukungannya selama ini.
12. Buat kekasihku. Shanty Novita Lubis, A.md, yang selalu memberikan
semangat dan dukungan kepada penulis semoga kita selalu dalam
lindungannya, walaupun jarak memisahkan kita.
14. Seluruh teman-teman mahasiswa semua angkatan dan
abanganda-abanganda dan kakanda-kakanda alumni Program Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
15. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu yang telah
banyak memberikan motivasi kepada Penulis untuk segera
menyelesaikan Laporan PKLM ini.
Laporan Akhir ini sudah selesai, namun penulis menyadari bahwa
masih ada kekurangan di dalamnya karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan penulis. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan
ini bermanfaat bagi kita semua sebagai wacana dalam memperluas cakrawala
ilmu pengetahuan.
Kiranya Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepada kita semua,
sehingga sukses dalam menggapai cita-cita yang diinginkan. Amin.
Medan, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
1. Tujuan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 3
2. Mamfaat praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 3
C. Uraian Teoritis ... 5
1. Defenisi Pajak Menurut Para Ahli ... 5
2. Menurut Buku Ketentuan umum dan Tata Cara perpajakan yang Diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak Tahun 2007 ... 5
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9
1. Tahap Persiapan ... 9
2. Studi Literatur ... 9
3. Observasi Lapangan ... 9
4. Pengumpulan Data ... 9
5. Analisis Data dan Evaluasi ... 9
F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10
1. Daftar Wawancara (Interview Gruide)... 10
2. Daftar Observasi (Observasi Gruide) ... 10
3. Daftar Dokumentasi (Optimal Gruide) ... 10
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 10
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan ... 14
C. Uraian Tugas dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan ... 16
D. Gambaran Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendapatan Kota Medan ... 16
BAB III : GAMBARAN DATA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL A. Uraian Teoritis tentang Pajak Hotel ... 28
1. Definisi Pajak Hotel ... 28
2. Sumber Pendapatan Daerah ... 28
3. Jenis Pajak ... 30
4. Optimalisasi Penerimaan Pajak Hotel ... 32
B. Ketentuan ... 32
C. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Hotel ... 32
D. Pendataan dan Penetapan Pajak ... 34
E. Tata Cara Pemungutan Pajak ... 35
F. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak ... 37
G. Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi ... 40
H. Tata Cara Pembukuan dan Pemeriksaan ... 41
BAB IV : ANALISA DATA DAN EVALUASI A. Analisa Data ... 43
1. Official Assessment System ... 43
2. Self Assessment System ... 44
3. With Holding System ... 44
1. Kendala dan Hambatan Dalam Pendataan Pajak
Hotel ... 47
2. Upaya-upaya yang dilakukan Dalam Peningkatan
Penerimaan Pajak Hotel ... 48
3. Ketentuan Pidana Pajak Hotel ... 50
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Pajak Hotel ... 51
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 52
B. Saran ... 53
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Pemerintah dalam Negara Kita mempunyai peranan penting untuk
memajukan negara yang dipimpinnya. Salah satu indikator kemajuan suatu
negara dapat dilihat dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional
adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkeseimbangan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik materil maupun
spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak
memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.
Dengan diberkakukannya otonomi daerah pada setiap provinsi maka
akan diberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola
sepenuhnya sistem pemerintahan daerah untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan daerah secara nyata dan bertanggung jawab.
Pemerintah telah mengeluarkan UNDANG-UNDANG (UU) Nomor32
Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Dalam hal ini daerah berhak
mengatur rumah tangganya sendiri, termasuk mengelola penerimaan,
pengeluaran keuangan dan merencanakan pelaksanaan pembangunan. Sumber
penerimaan daerah salah satunya adalah melalui Pendapatan daerah (PAD),
daerah berupaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini sehingga
dapat membiayai penyelenggaran pemerintah daerah serta meningkatkan
pelayanan dan kesejahtraan masyarakat.
Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah dari sektor
pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000.
Sebagai perubahan atas Undang-Undang dan peraturan pemerintah tersebut
terdapat jenis-jenis pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah yaitu
salah satunya adalah pajak hotel.
Pajak Hotel ini sangat potensial dalam meningkatkan pendapatan
daerah, maka dalam pelaksanaan penyelenggaraan pajak tersebut, pemerintah
daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah harus melaksanakannya sesuai dengan
peraturan daerah yang telah ditetapkan. Penyelenggaraan pajak hotelmeliputi
pemberian izin perotelan, penghitungan besarnya pajak serta pemungutan pajak
daerah ini. Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan pajak
hotel ini harus meningkatkan kinerjanya sehingga dapat mengatasi
permasalahan yang timbul sehingga dapat membiayai pembangunan daerah.
Melalui pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini,
penulis berupaya mencari tahu dan memaparkan obtimalisasi yang dilakukan
dalam pendataan dan pemungutan pajak hotel dan mengetahui upaya-upaya
dalam meningkatkan pendapatan pajak hotel tersebut. Berdasarkan hal ini,
maka penulis memilih judul
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor
Dinas Pendapatan Kota Medan, yang menjadi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut:
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :
a. Untuk mengetahui Optimalisasi Penerimaan Pajak Hotel pada Kantor
Dinas Pendapatan Kota Medan.
b. Untuk mengetahui target dan realisasi pajak hotel, kendala dan
hambatan dalam pendataan dan pendaftaran pajak hotel serta upaya
untuk meningkatkan penerimaan pajak hotel.
c. Untuk mengetahui sanksi yang dikenakan dalam ketentuan pidana pajak
hotel terhadap wajib pajak yang tidak taat pajak.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Manfaat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
a. Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu
instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan.
2) Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari seperti
3) Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan
memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan ilmunya khususnya di bidang perpajakan.
4) Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta
kedisiplinan.
b. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan
1) Untuk memperoleh, ide-ide, gagasan yang konstruktif dari
perguruan tinggi untuk mengoptimalkan penerimaan pendapatan
daerah.
2) Agar dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dalam bidang
perpajakan khususnya pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
3) Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
1) Meningkatkan hubungan kerja sama dengan instansi-instansi
pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan.
2) Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan
selama perkuliahan.
3) Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi
4) Untuk penyempurnaan kurikulum sehingga mampu mencapai
standar mutu pendidikan.
5) Mempromosikan sumber daya manusia di Universitas Sumatera
Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan.
C. Uraian Teoritas
1. Definisi Pajak menurut Para Ahli
Menurut Prof.Dr.H Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat
kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukandan yang digunakan untuk mebayar
pengeluaran umum (Resmi, 2007:1).
2. Menurut Buku Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang Diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak Tahun 2007
Pajak adalah kontibusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
3. Menurut Prof.Dr.H Rochmat Soemitro, SH
pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengantiada mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung apat ditunjukandan yang digunakan
untuk mebayar pengeluaran umum (Resmi,2007:1).
4. Pengertian Pajak Daerah
Menurut undang-undang Nomor 28 tahun 2009 Pasal 1 ayat (10) tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah, yang selanjutnya
disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undangdengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4.1 JENIS-JENIS PAJAK
a) Pajak Provinsi
1) Pajak Provinsi (Pasal 2 ayat 1) terdiri dari :
- Pajak kendaraan Bermotor dan Kenderaan di Atas Air;
- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
- Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
- Pajak Hotel ;
- Pajak Restoran ;
- Pajak Hiburan ;
- Pajak Reklame ;
- Pajak Penerangan Jalan ;
- Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C ;
- Pajak Parkir ;
5. Fungsi Pajak
a. Fungsi Anggaran (bugdetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakankebijakandi bidang sosial dan ekonomi (Waluyo,
2009:6).
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dilakukan pada KantorDinas
1. Optimalisasi Penerimaan Pajak Hotel Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota
Medan.
2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel di Kota Medan dan
hambatan-hambatan dalam pendataan Pajak Hotel pada Kantor Dinas Pendapatan
Kota Medan serta upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan
penerimaan Pajak Hotel.
3. Sanksi yang dikenakan dalam Ketentuan Pidana Pajak Hotel bagi Wajib
Pajak yang tidak taat pajak.
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PKLM adalah penulis akan
berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan
mekanisme pendataan, pemungutan dan penetapan pajak hotel dan akan
mencari data dan informasi yang berasal dari Kantor Dinas Pendapatan Kota
Medan, Seksi Pendataan dan pendaftaran dengan data tahun 2009-2012 sebagai
bahan referensi untuk mengetahui dan mendalami optimalisasi penerimaan
pajak hotel pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai
metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
Pada tahap ini penulis melakukan pengajuan judul dan setelah judul
ditentukan, maka penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja
Lapangan Mandir, mencari dan mengumpulkanbahan untuk pembuatan
proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.
2. Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka
seperti undang-undang, buku-buku, majalah maupun literatur lain yang
berhubungan dengan pendataan pajak hotel.
3. Observasi Lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di kantor Dinas
Pendapatan Kota Medan, mengenai Optimalisasi Penerimaan Pajak Hotel.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data mekanisme pendataan, pemungutan
dan penetapan pajak hotel melalui :
a. Data Primer, bersumber dari data Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.
b. Data sekunder, bersumber dari buku-buku ilmiah, undang-undang yang
berhubungan dengan pajak hotel.
Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka si penulis
melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai
mekanisme pendataan pajak hotel.
F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut :
1. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada
pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan
informasi tentang optimalisasi penerimaan pajak hotel.
2. Daftar Observasi (Observasi Guide)
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan
dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek
penelitian.
3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan optimalisasi penerimaan pajak hotel, dan meminta berbagai
dokumen yang diperlukan dari kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan akhir ini adalah :
Padababinipenulismenjelaskansecarasingkatalasanpenulismelak
ukanPraktikKerjaLapanganMandiri. Tujuan
danManfaatPraktikKerjaLapanganMandiri,Ruang
LingkupPraktikKerjaLapanganMandiri,MetodePraktik
KerjaLapanganMandiri,MetodePengumpulan,danSistematikaPe
nulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Dinas
Pendapatan Kota Medan Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan
Fungsi, Gambaran Pegawai.
BAB III : GAMBARAN OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL
Padababinipenulisakanmenjelaskantentangdan
penerapanOptimalisasi Penerimaan Pajak HotelPadaKantor
DinasPendapatan Kota Medan, dan teori-teori pajak khususnya
pajak hotel.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Padababinipenulisakanmembandingkanpenerapanteori yangada
dengandatayangdiperolehdilapangan,yaitumengenaiOptimalisas
i Penerimaan Pajak HotelPadaKantorDinas Pendapatan Kota
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya
yangberisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat
meningkatkanpelayanan kepada wajib pajak khususnya Kantor
BAB II
GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan
Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu Sub Bagian
pada Bagian Keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan
Daerah. Pada Sub ini tidak terdapat lagi Sub Seksi, karena pada saat ini Wajib
Pajak yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.
Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan
penduduk di Kota Medan melalui Peraturan Daerah Sub Bagian Keuangan
tersebut diubah menjadi bagian IX/Pendapatan. Pada Bagian IX/Pendapatan
dibentuklah beberapa Seksi yang mengelola Penerimaan Pajak dan Retribusi
Daerah yang merupakan para Wajib Pajak Daerah Kota Medan, yang terdiri
dari 21 Kecamatan diantaranya Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor,
Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Timur, Medan Kota,
Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan
Perjuangan, Medan Selayang, Medan Petisah, dan lainnya.
Sehubungan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri KUPD Nomor
7/12/41-10 tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan
Daerah diseluruh Indonesia, maka Pemerintahan Kota Medan berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1978 menyesuaikan dan membentuk
struktur organisasi Dinas Pendapatan yang baru ini dibentuklah seksi-seksi
Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan
penerimaan pendapatan daerah melalui Sub Sektor Perpajakan, Retribusi
Daerah, dan Pendapatan Daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup
penting bagi Pemerintah Daerah.
Meningkatnya Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh
dengan cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan
memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem, dan optimalisasi serta
organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi
saat ini dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan
penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring
dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola
pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektorat perlu diubah secara
fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir
dibidang Perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara
sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA).
Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan didalam :
1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei
1988, tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan
Pendapatan Daerah lainnya.
2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tanggal 26 Mei 1988, tentang
Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun
3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang Pelaksanaan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.
Penyempurnaan sistem dan optimalisasi perpajakan dan Organisasi
Pendapatan Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang
dilasanakan bertahap dan penyempurnaan ini merupakan berdasarkan Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 061/1867/PUOD tanggal 2 Mei 1988,
Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor
188.342.20/1991 tanggal 11 Maret 1991, yangterakhir diubah dengan Surat
Keputusan Walikota Medan Nomor 188.342/790/SK/1991 tentang pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1991 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Untuk memperlancar dan mengatur kegiatan-kegiatan dalam
melaksanakan aktifitasnya, Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan telah
membuat struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu sarana
untuk mencapai tujuan yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang
baik serta adanya hubungan yang baik antara pimpinan dengan bawahan.
Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada pada Dinas Pendapatan
Kota Medan dan untuk pencapaian tujuan maka diadakan pembagian tugas dan
adanya pembagian tugas yang dituangkan dalam struktur organisasi akan
memberikan penjelasan tentang batas-batas wewenang dan tanggung jawab.
Struktur organisasi yang digunakan untuk Dinas Pendapatan Kota
Medan adalah bentuk organisasi garis dimana bentuk tersebut menggunakan
sistem koordinasi mengalir dari pimpinan ke bawahan secara langsung dimana
pihak bawahan bertanggung jawab kepada pimpinan atas pekerjaan yang
diberikan kepadanya.
Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
terdiridari:
1. Dinas
2. Sekretariat, membawahkan :
2.1Sub Bagian Umum
2.2Sub Bagian Keuangan
2.3Sub Bagian Penyusunan Program
3. Bidang Pendapatan dan Penetapan, membawahkan :
3.1Seksi Pendataan dan Pendaftaran
3.2Seksi Pemeriksaan
3.3Seksi Penetapan
3.4Seksi Pengolahan dan Informasi
4. Bidang Penagihan, membawahkan :
4.2Seksi Penagihan dan Perhitungan
4.3Seksi Pertimbangan dan Restitusi
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan :
5.1Seksi Bagi Hasil Pajak
5.2Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
5.3Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
5.4Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, mambawahkan :
6.1Seksi Pengembangan Pajak
6.2Seksi Pengembangan Retribusi
6.3Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain
7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
8. Kelompok Jabatan Fungsional
C. Uraian Tugas dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan berdasarkan
Keputusan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2002 Pasal 2 tentang Rincian
Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.
Dalam Peraturan Walikota, yang dimaksud yaitu :
1. Daerah adalah Kota Medan.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan.
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan.
5. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsur pelaksana teknis pada Dinas
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
8. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang
tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu sesuai
kebutuhan daerah.
Adapun tugas dari Kepala Dinas-Dinas dan masing-masing seksi pada
Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :
1. Dinas
Dinas merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah, yang dipimpin oleh
Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan
daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Dalam melaksanakan tugas pokok, Dinas menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
pendapatan.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Sekretariatan
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi
pengelolaan administrasi umum, keuangan, dan penyusunan program.
Adapun fungsi Sekretariatan adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan.
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas.
c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi
kesekretariatan Dinasyang meliputi administrasi umum, kepegawaian,
keuangan, dan kerumahtanggan Dinas.
d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi, dan ketatalaksanaan.
e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas.
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Bagian sekretariatan terdiri dari beberapa sub dan tugas-tugas, yaitu:
Sub Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
sekretariat lingkup administrasi Umum.
b. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.
c. Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan.
3. Sub Bidang Pendataan dan Penetapan
Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :
a. Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan
penetapan, dan pengelolaan data informasi.
b. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pendataan dan Penetapan
menyelenggarakan fungsi :
1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan
Penetapan.
2) penyusunan petunjuk teknis ruang lingkup pendataan, pendaftaran,
pemeriksaan penetapan, dan pengelolaan data dan informasi.
3) melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh Wajib Pajak,
4) pelaksanaan pengelolaan dan informasi baik dari Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan
Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dari instansi yang
terkait.
5) pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah, dan
pendapatan daerah lainnya.
6) perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib
Pajak dan Wajib Pajak retribusi.
7) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pendataan dan penetapan.
8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Adapun Bidang Pendataan dan Pendaftaran terdiri dari beberapa seksi dan
tugas-tugas pokok, yaitu:
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang
pendataan dan penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.
b. Seksi Pemeriksaan
Seksi ini mempunyai tugas sebagian bidang pendataan dan penetapan
lingkup pemeriksaan.
c. Seksi Penetapan
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang
d. Seksi Pengolahan Data
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang
pendataan dan penetapan lingkup data dan informasi.
4. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bagian Penagihan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu:
a. Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan,
pertimbangan, dan restitusi.
b. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas
dan fungsi, yaitu:
1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan.
2) penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi,
penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.
3) pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi
daerah, dan pendapatan daerah lainnya.
4) pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi
daerah, dan pendapatan daerah lainnya.
5) pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas
pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya.
6) pelaksanaan telaan dan saran pertimbangan terhadap keberatan
7) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelporan lingkup bidang
penagihan.
8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepada Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas
pokok, yaitu:
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan
dan restitusi.
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok
melaksanakan tugas Bidang Penagihan dan Perhitungan.
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan
dan restitusi.
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
a. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas melaksnakan sebagian
tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan
bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan.
b. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan
menyelenggarakan fungsi :
1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil
Pendapatan.
2) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan
bukan pajak, penata usahaan bagi hasil dan perundang-undangan
dan pengkajian pendapatan.
3) pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan
pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
4) pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan
bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
5) pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil
pajak/bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak
pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
6) pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan
dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang dana
7) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup
bidang bagi hasil pendapatan.
8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas,
yaitu:
a. Seksi Bagi Hasil Pajak
Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Bidang Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan
bagi hasil.
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan
Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil
Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian
pendapatan.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas dan fungsi,
yaitu:
a. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak,
retribusi, dan pendapatan lain-lain.
b. Dalam melaksanakan tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
menyelenggarakan fungsi :
1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah.
2) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak,
retribusi, dan pendapatan lain-lain.
3) pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah, dan
pendapatan lainnya.
4) penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah.
5) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pengembangan pendapatan daerah.
6) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi beserta tugas-tugas
pokok, yaitu :
Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup
pengembangan pajak.
b. Seksi Pengembangan Retribusi
Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas melakanakan sebagian
tugas Bidang Penegmbangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan
retribusi.
c. Seksi Pengembangan Pendapatan lain-lain
Seksi Pengembangan Pendapatan lain-lain memiliki tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan
lain-lain.
7. Unit Pelaksana Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas, dan fungsi Unit Pelaksana Teknis
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :
a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional
yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
b. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional
c. Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja.
d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
D. Gambaran Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendapatan Kota Medan Data Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pendapatan Kota Medan
adalah sebagai berikut :
Tabel I
Jumlah PNS di Lingkungan Dinas Pendapatan Kota Medan
No. Bagian/Subdis/Bendahara/Swakelola Jumlah PNS
1.
Sekretariat 76 Orang
Kepala Dinas dan Sekretaris 2 Orang
Bagian Umum, Keuangan, dan Penyusunan Program 35 Orang
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran 20 Orang
Penyimpan Barang dan Pengurus Barang 19 Orang
2. Bidang Pendataan dan Penetapan (DATAP) 76 Orang
3. Bidang Penagihan 45 Orang
4. Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 87 Orang
5. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 25 Orang
6. Unit Pelaksana Teknis (UPT) 33 Orang
Jumlah 342 Orang
BAB III
GAMBARAN DATA PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN
A. Uraian Teoritis Tentang Pajak Hotel 1. Definisi Pajak
Sebelum kita membahas mengenai gambaran penerapan
optimalisasi penerimaan pajak hotel, maka kita terlebih dahulu
mengetahui tentang definisi pajak hotel.
Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan
termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga
motel, losmen, gubuk pariwisata, pesanggahan, rumah penginapan, dan
sejenisnya,serta rumah kost dengan jumlah kamar lebih dari10 (sepuluh).
Pajakhotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
2. Sumber Pendapatan Daerah
Dasar acuan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Sumber Pendapatan Daerah berasal dari :
a. Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2000, pengertian pajak
daerah adalah iuran wajib yang dilaksanakan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah.
Jenis pajak daerah yang berlaku berdasarkan peraturan Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000, yaitu :
b. Retribusi Daerah
1) Jasa Umum yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2) Jasa Usaha yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada
dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
3) Perizinan Tertentu yaitu retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan pengendalian
dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
c. Dana Perimbangan
1) Dana Alokasi Umum (DAU)
2) Dana Alokasi Khusus (DAK)
e. Lain-lain penerimaan yang sah.
3. Jenis Pajak
Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis yang
pembagiannya dapat di tinjau dari berbagai segi, yaitu :
a. Menurut Sifatnya :
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Misalnya : Pajak Penghasilan.
2) Pajak Objektif,yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM).
b. Menurut Golongannya :
1) Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain.
Misalnya : Pajak Penghasilan (PPh).
2) Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Misalnya : PPh, PPN, PPNBM, PBB dan Bea Materai.
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas :
a) Pajak Propinsi, misalnya : Pajak Kendaran Bermotor dan Pajak
Bahan Bakar Kenderaan Bermotor.
b) Pajak Kabupaten/Kota, misalnya : Pajak Hotel, Pajak Restoran
dan Pajak Hiburan (Mardiasmo, 2008 : 5).
4. Optimalisasi Penerimaan Pajak Hotel
Penerimaan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan
data objek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi kepada
wajib pajak atau wajib retribusi serta pengawasan penyetoran.
Adapun optimalisasidari pendataan sampai penerimaan pajak hotel
menurut peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :
a. wajib pajak hotel adalah pengusaha hotel yang mendaftarkan usahanya ke
Dinas Pendapatan dengan cara mengambil dan mengisi formulir
pendaftaran.
b. Formulir yang sudah diisi Wajib Pajak dikembalikan kepada Dinas
Pendapatan untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah
c. Wajib Pajak yang sudah mendapatkan NPWPD, Wajib Pajak dapat
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak
terhutangnya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SSPD).
d. Berdasarkan SPTPD tersebut, wajib pajak dapat menyetorkan pajak
terhutangnya ke kas daerah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
Daerah (SSPD).
B. Ketentuan
1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah.
6. Keputusan Walikota Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pajak
Daerah.
7. PeraturanWalikota Nomor 1 tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok
8. Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota
Medan.
9. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2011 Tentang Pajak Hotel.
C. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011
Tentang Pajak Hotel :
Pasal 2
1. Setiap pelayanan yang disediakan di hotel dengan pembayaran termasuk
jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan, termasukfasilitas oleh raga dan hiburan
dipungut pajak dengan nama pajak hotel.
2. Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan hoteldengan
pembayaran termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang
sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olah
raga dan hiburan
Nama usaha yang di atas meliputi penjualan makanan/minuman yang
dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di
tempat lain.
3.1 Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah
3.2 Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya
3.3 Jasa tempat tinggal dipusat pendidikan atau kesiapan keagamaan
3.4 Jasa tempat tinggal rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti
asuhan dan panti sosial lainya yang sejenis; dan
3.5 Jasa biro perjalanan atau jasa perjalanan wisata yang diselenggarakan
oleh yang dimamfaatkan oleh umum
Pasal 3
1. Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi yang melakukan pembayaran
kepada orang pribadi atau badan yang pengusaha hotel.
2. Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan
hotel.
Pasal 4
Dasar Pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang seharusnya
dibayar kepada hotel.
Pasal 5
1. Tarif Pajak Hotel di tetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).
2. Khusus untuk rumah kost yang lebih dari 10 (sepuluh) kamar yang
dihuni mahasiswa dengan harga sewa kamar diatas 1 (satu) juta rupiah
Pasal 6
Besaran Pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4.
Pasal 8
Pajak Hotel yang terutang dipungut dalam Daerah.
Pasal 9
Masa Pajak Hotel adalah jangka waktu pajak yang lamanya 1 (satu) bulan
kalender.
Pasal 10
Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran dan/atau yang
seharusnya dibayarkan oleh wajib pajak.
D. Pendataan dan Penetapan Pajak
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011
tentang Pajak Hotel pada BAB VI tentang Pendataan dan Penetapan Pajak yaitu
:
Pasal 11
1. Pendataan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD).
3. SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diisi dengan jelas, benar dan
lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya dan
disampaikan kepada Kepala Daerah.
4. Pengembalian SPTPD disampaikan kepada Kepala Daerah
selambat-lambatnya 15 (lima belas) setelah berakhirnya masa Pajak.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan tata cara pendataan Objek
Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
dengan peraturan Kepala Daerah.
E. Tata Cara Pemungutan Pajak
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011
tentang Pajak Hotel pada BAB VII tentang Tata Cara Pemungutan Pajak yaitu :
Pasal 12
1. Pemungutan Pajak Daerah dilarang diborongkan.
2. Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan
SPTPD.
3. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan
menggunakan SPTPD, SKPDKB dan/atau SKPDKBT.
4. Pajak yang terutang dibayar dibayar ke kas Daerah melalui Bank atau
tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran pajak diatur lebih
Pasal 13
1. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala
Daerah dapat menerbitkan :
a. SKPDKB dalam hal ini :
1) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terhutang tidak atau kurang dibayar;
2) Jika SPTPD tidak disampaikan kepada Walikota dalam jangka
waktu 7 (tujuh) hari dan setelah di tegur secara tertulis tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat
Teguran;
3) Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terhutang
dihitung secara jabatan.
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum
terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang
terhutang.
c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak.
2. Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam SKPDKB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, angka 1dan dikenakan sanksi administratif
berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan dihitung dari pajak yang kurang
atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak.
3. Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam SKPDKBT sebagaimana
kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak
tersebut.
4. Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika Wajib
Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
5. Jumlah pajak yang terhutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf a angka 3 dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar
25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan, dihitung
dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
F. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011
tentang Pajak Hotel pada BAB VII tentangTata Cara Pembayaran dan Penagihan
pajak yaitu :
Pasal 16
1. Jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak terutang ditetapkan 30 (tiga
puluh) hari setelah saat terutangnya pajak.
2. SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan dan Putusan Bandingyang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak dan harus
dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal di
3. Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan
yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga
sebesar 2% (dua persen) setiap bulan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat
pembayaran angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan
Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 17
1. Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar
atau kurang dibayar dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen)
setiap bulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari
pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
2. Denda administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan
hutang pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan
Pajak yang harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterimanya Surat Tagihan Pajak oleh Wajib Pajak.
3. Pajak yang terhutang dibayar di kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk
oleh Kepala Daerah.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran dan penagihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Pasal 18
1. SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputsan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan dan Putusan Banding merupakan dasar penagihan
pajak.
2. Pajak yang terhutang berdasarkan SPTPD, SKPDKBT, STPD, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding
yang tidak atau kurang bayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih
dengan Surat Paksa.
3. Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan Peraturan
Kepala Daerah.
Pasal 19
1. Surat paksa diterbitkan apabila :
a. Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lainnya yang sejenis;
b. Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak sekalipun telah dilakukan
penagihan pajak seketika dan sekaligus;
c. Wajib Pajak tidak memenuhi Ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan angsuran atau penundaan pembayaran.
2. Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat :
a. Nama Wajib Pajak atau Penanggung Pajak;
b. Dasar Hukum Penagihan Pajak;
c. Besarnya Utang Pajak; dan
3. Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan
Undang-Undang.
G. Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011
tentang Pajak Hotel pada BAB VII Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan
Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi yaitu :
Pasal 24
1. Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Kepala Daerah dapat
membetulkan, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SKPDN atau SKPDLB yang
dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung
dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam Peraturan
Perpajakan Daerah.
2. Kepala Daerah dapat :
a. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga,
denda dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perpajakan
daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan kekhilafan Wajib Pajak atau
bukan karena kesalahannya;
b. Mengurangkan atau membatalkan, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN atau
SKPDLB yang tidak benar;
c. Mengurangkan atau membatalkan STPD;
d. Membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan
e. Mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan
kemampuan membayar, Wajib Pajak atau kondisi tertentu Objek Pajak;
dan
f. Mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak terutang dalam hal
Objek Pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusan
sanksi administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Kepala Daerah.
H. Tata Cara Pembukuan dan Pemeriksaan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011
tentang Pajak Hotel pada BAB X tentangTata Cara Pembukuan dan
Pemeriksaan pajak yaitu :
Pasal 28
1. Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit Rp.
300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan.
2. Kriteria Wajib Pajak dan tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana
Pasal 29
1. Kepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakan
Peraturan Perpajakan Daerah.
2. Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan
objek pajak yang terutang.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan,
dan/atau
c. Memberikan keterangan yang diperlukan.
3. Apabila pada saat pemeriksaan, Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka pajak terutang dapat ditetapkan
secara jabatan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan pajak diatur dengan
BAB IV
ANALISA DATA DAN EVALUASI
A. Analisa Data
Seiring Kota Medan yang terus berkembang dan mengarah pada Kota
Metropolitan, di Kota ini juga banyak tersedia tempat-tempat hotel yang
menyediakan berbagai jenis makanan dan juga minuman yang terus
berkembang dan bertambah. Hal ini akan menjadi pajak restoran sebagai salah
satu sumber penerimaan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan yang
sangat potensial. Dengan demikian pajak hotel merupakan sumber keuangan
yang dapat terus digali demi memenuhi pembiayaan penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan daerah kota medan. Berdasarkan pengenaan
pajak tersebut tergantung dari maju tidaknya usaha hotel yang dikelola. Sistem
pemungutan pajak yaitu :
1. Official Assessment System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan
memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para aparatur perpajakan.
banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan ada pada
aparatur perpajakan).
2. Self Assessment System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak
dalam menentukan sendiri jumlah pajaknya yang terutang setiap tahunnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak
sepenuhnya berada di tangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu
menghitung pajak, mampu memahami undang-undang perpajakan yang
sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan
arti pentingnya membayar pajak.Oleh karena itu, wajib pajak diberi
kepercayaan untuk :
a. Menghitung sendiri pajak yang terutang;
b. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang;
c. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang;
d. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang;
e. Mempertanggung jawabkan pajak yang terutang.
Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak
banyak tergantung pada wajib pajak sendiri (peranan dominan ada pada
wajib pajak).
3. With holding System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan perpajakan, keputusan Presiden dan peraturan lainnya
untuk memotong dan memungut pajak, menyetor dan
mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.
Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung
pada pihak ketiga yang ditunjuk (Resmi, 2007 : 11).
Berukut ini adalah tabel Target dan Realisasi Pajak Hotel pada 4 (lima)
tahun terkhir yaitu dari tahun 2009-2012 :
Target dan Realisasi Pajak Hotel Tahun Anggaran 2009
Masa Pajak Target APBD Realisasi %
Tahun 2009 29.477.995.000,00 32.248.881.972,00 109
Data : Dinas Pendapatan Kota Medan
Dari tabel di atas realisasi pajak hotel sebesar Rp.32.248.972,00 telah
terdapatpeningkatan dari target yang ditentukan Rp. 29.477.995.000,00
peningkatannya sebesar 109% dari jumlah target yang telah ditentukan
yaitu :
Jumlah Realisasi – Target
= Rp. 32.248.881.972,00 –Rp. 29.477.995.000,00
=Rp. 2.770.886.972,00
Target dan Realisasi Pajak Hotel Tahun Anggaran 2010
Masa Pajak Target APBD Realisasi %
Tahun 2010 46.472.842.000,00 41.803.017.281,76 90,04
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa realisasi sebesar Rp.
41.803.017,76 belum mencapai dari target yang diperkirakan yaituRp.
46.472.842.000,00 dengan persentase 90,04%
Target dan Realisasi Pajak Hotel Tahun Anggaran 2011
\
Masa Pajak Target APBD Realisasi %
Tahun 2011 66.903.789.500,00 54.668.966.646,09 81,71
Data : Dinas Pendapatan Kota Medan
Dari tabel diatas maka realisasi pajak hotel sebesar Rp. 54.668.966.646,09
belum mencapai dari target yang di perkirakan yaitu Rp.
66.903.789.500,00 dengan persentase 81,71%.
Target dan Realisasi Pajak Hotel Tahun Anggaran 2012
Masa Pajak Target APBD Realisasi %
Tahun 2011 81.000.000.000,00 66.574.093.185,86 79,72
Data : Dinas Pendapatan Kota Medan
Dari tabel diatas maka realisasi pajak hotel sebesar Rp. 66.574.093.185,85
belum mencapai dari target yang di perkirakan yaitu Rp 81.000.000.000,00
dengan persentase 79,72%.
Dari data di atas dapat kita lihat terjadinya penurunan pendapatan pajak
hotel pada tahun 2009-2012. Dalam mencapai target dan realisasi ini banyak
kendala ataupun hambatan yang dihadapi, baik hambatan internal maupun
banyak objek-objek pajak baru yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber
pendapatan pajak hotel.
Hambatan internal itu dapat berupa kendala administratif serta
kurangnya kesiapan sumber daya manusia. Sedangkan hambatan eksternal dapat
berupa hambatan yang dihadapi langsung dilapangan.
B. Evaluasi
1. Kendala dan Hambatan Dalam Pendataan Pajak Hotel
a. Wajib pajak belum melaksanakan pembayaran sesuai dengan SKPD
yang telah diterbitkan (menunggak pembayaran).
b. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan
nilai yang tercantum dalam SKPD.
c. Terdapat beberapa wajib pajak yang menutup usahanya.
d. Masih terdapat wajib pajak yang belummenyampaikan SPTPD.
e. Wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak
sesuai dengan yang dikutip dari subjek pajak.
f. Masih terdapat wajib pajak yang belum membayar pajak yang
sesuai dengan yang dilaporkan (tunggakan pajak).
g. Kurangnya kesadaran wajib pajak untuk mendaftarkan hotel/rumah
makan yang baru.
h. Masih banyak wajib pajak yang tidak memahami tentang pentingnya
2. Upaya-upaya yang dilakukan Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Hotel
Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan
maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang diperlukan demi
peningkatan penerimaan pajak hotel tersebut. Upaya-upaya tersebut
adalah :
a. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau omzet wajib
pajak, dengan melaksanakan penjagaan.
b. Melakukan penagihan langsung kepada wajib pajak.
c. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasip kepada wajib
pajak yang melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai
yang tercantum dalam SKPD.
d. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib pajak
baru.
e. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk
dapat bekerja optimal melalui rapat evaluasi.
f. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum
menyampaikan SPTPD.
g. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan
potensi/omzet yang sebenarnya.
h. Melaksanakan penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum
i. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak.
j. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran bagi wajib pajak.
k. Membentuk Tim UPT (Unit Pelayanan teknis) di setiap wilayah
kecamatan.
l. Mensosialisasikan Peraturan Daerah pajak hotel kepada seluruh
wajib pajak.
m. Melakukan Verifikasi setiap 3 (tiga) bulan sekali.
n. Mengadakan pertemuan dengan Wajib Pajak yang Potensial.
3. Ketentuan Pidana Pajak Hotel
Ketentuan Pidana Pajak Hotel ini diatur pada Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 4 Tentang Pajak Hotel, pada BAB XIV yaitu :
Pasal 33
a. Wajib pajak yang karena kealpaanya tidak menyampaikan SPTPD
atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkjap atau
melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.
b. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau
keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama
2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang bayar.
Pasal 34
Tindak pidana dibidang perpajakan daerah tidak dituntut setelah
melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak
atau berakhirnya masa pajak atau berakhirnya bagian tahun pajak atau
berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak hotel
adalah sebagai berikut :
a. Kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
b. Tersedianya peraturan daerah tentang pajak daerah.
c. Tidak sesuainya pembayarannya pajak yang sudah ditetapkaan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian dan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil
data yang diperoleh dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, sebagai akhir
dari penulis menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
2. Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Official Assessment
System,Self Assessment System dan With Holding System.
3. Jenis usaha hotel jika dilihat dari besarnya target pada setiap tahunnya terus
meningkat.
4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan
dalam meningkatkan penerimaan pajak hotel, antara lain :
a. Membentuk Tim UPT (Unit Pelayanan teknis) di setiap wilayah
kecamatan.
b. Mensosialisasikan Peraturan Daerah pajak hotel kepada seluruh wajib
pajak.
c. Melakukan Verifikasi setiap 3 (tiga) bulan sekali.
5. Kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat
besar setiap tahunnya.
6. Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan merupakan unsur pelaksanaan
pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan Walikota Medan di
bidang pengelolaan dan pendapatan daerah.
B. Saran
Saran penulis untuk meningkatkan penerimaan pajak hotel adalah :
1. Pemerintah Kota Medan diharapkan tidak menggunakan momentum
otonomi daerah untuk memungut pajak sebanyak-banyaknya tanpa
memperhitungkan dampak yang ditimbulkan.
2. Peraturan Daerah yang dibuat harus menjungjung tinggi azas keadilan.
3. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelolaan pajak
hotel dalam melaksanakan ketentuan yang berlaku dan
mensosialisasikan peraturan daerah kepada masyarakat.
4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat lebih sadar
akan pentingnya membayar pajak.
5. Diharapkan kepada aparat pengelola pajak hotel agar lebih mengawasi
proses pemungutan pajak hotel.
6. Hendaknya petugas pemungut pajak hotel betul-betul mengerti tentang
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.
Resmi, Siti, 2007, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.
UNDANG-UNDANG :
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keungan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
PERATURAN PEMERINTAH :
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.
Peraturan Daerah :
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintahan Kota Medan.
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak hotel Kota Medan.
Keputusan Walikota Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pajak Daerh.