• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Intrinsik Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motivasi Intrinsik Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

T E S I S

OLEH

JULIANI

057013011/AKK/ARS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

T E S I S

OLEH

JULIANI

057013011/AKK/ARS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

dalam Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.Kes) dalam Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

JULIANI

057013011/AKK/ARS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007

Nama Mahasiswa : Juliani

Nomor Pokok : 057013011/AKK

Program Magister : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi) Ketua

(Dr.Heldy BZ, MPH) Anggota

Ketua Program Studi, Direktur SPs USU,

(Dr.Drs. Surya Utama, MS) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B.,MSc)

(5)

Panitia Penguji Tesis :

Ketua : Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi Anggota : dr.Heldy BZ, MPH

(6)

PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2007

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2007

(7)

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983 tahun 1992 mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara efektif dan efisien, mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Karena secara umum tujuan rumah sakit adalah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi semua lapisan masyarakat.

Berdasarkan survei awal RSU Dr. Pirngadi Kota Medan presentase pelayanan keperawatan tentang kecepatan perawat membantu 20%, keramahan perawat 28% dan kejelasan informasi dari perawat 24%.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi intrinsik terhadap kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSU. Pirngadi Medan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Tehnik pengumpulan data menggunakan kuesioner terhadap perawat dan observasi langsung di rumah sakit. Populasi adalah seluruh perawat di bagian rawat inap yang berstatus pegawai negeri sipil RSU Pirngadi Medan Januari-Mei 2007 sebanyak 391 orang dan diambil menjadi sampel 80 orang dengan tehnik sampling secara acak sederhana (random sampling).

Berdasarkan hasil penelitian regresi linear sederhana untuk prestasi didapatkan p.value = 0,128 menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh secara signifikan, prestasi terhadap kinerja perawat pelaksana. Pengakuan orang lain didapatkan p.value = 0,589 tidak terdapat pengaruh secara signifikan, pengakuan orang lain terhadap kinerja perawat pelaksana, tanggung jawab di dapat p.value = 0,000 menunjukkan terdapat pengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana. Peluang untuk maju didapat p.value = 0,004 terdapat pengaruh signifikan terhadap kinerja perawat, untuk kepuasan kerja didapatkan p.value = 0,000 dapat pengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana.

Rumah sakit memerlukan adanya penataan dan pengembangan sumber daya keperawatan serta diperlukan adanya reward untuk menimbulkan motivasi intrinsik yang disertai dengan implementasi motivasi ekstrinsik.

(8)

Republic of Indonesia No.983/1992, General hospital functions to implement a health effort effectively and efficiently, to prioritize healing and recovery which are implemented accordingly and integrated with the improvement and prevention effort and to implement a referral effort. So the general objective of a hospital is to materialize a highest health standard for all strata of community.

Based on the result of the initial survey on nursing service done in Dr. Pirngadi General Hospital Medan, it is found out that the immediate response of nurses in helping the patients is 20%, nurses hospitality is 28%, and the clarity of the information given by the nurses is 24%.

The purpose of this study is to find out the influence of intrinsic motivation on the performance of nurses working in-patient installation of Dr.Pirngadi General Hospital, Medan.

This study employs the quantitative descriptive method. The data for this study were obtained through distributing questionnaries to the nurses and direct observation in the hospital. The population of this study is all 391 nurses working in the in-patient installation with the status of civil servant of Dr.Pirngadi General Hospital, Medan from January to May 2007 and 80 nurses were selected as the samples for this study by means of simple random sampling technique.

Based on the result of simple linear regression test, it is found out that achievement (p = 0.128) and recognition from others (p = 0.589) do not have any significant influence on the performance of the nurses but responsibility (p=0.000), oppurtunity to progress (p = 0.004) and work satisfaction (p = 0.000) have a significant influence on the performance of the nurses.

The conclusion is that a hospital needs to manage and develop its nursing resources and provide reward to bring about intrinsic motivation together with the implementation of extrinsic motivation.

(9)

melimpahkan rahmat dan hidayah - Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini, yang mana merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan.

Selama dalam penyusunan tesis ini dengan judul pengaruh motivasi intrinsik

terhadap kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Kota

Medan. Penulis banyak mendapat bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Prof Dra. Ritha F. Dalimunthe, MSi dan Bapak dr. Heldy BZ, MPH yang telah

membimbing penulis dari awal sampai selesainya penyusunan tesis ini. Selanjutnya

ucapan terima kasih kepada :

1 . Ibu Prof Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pasca

Sarjana, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, Selaku Ketua Program Magister

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pasca Sarjana, Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Syarifah, MS dan Ibu dr. Yulianti, Sp.P, MARS selaku dosen

Pembanding Tesis.

4. Seluruh Dosen dan Staf di Program Magister Administrasi dan Kebijakan

(10)

6. Buat orang tua tercinta Ayahanda (Alm. M. Nur MRP) dan Ibunda yang telah

banyak memberi dorongan dan semangat dalam penyelesaian pendidikan Pasca

Sarjana.

7. Teristimewa buat suami tercinta (Syamsir Effendy Harahap, SE) yang telah

banyak memberikan semangat dan dorongan agar dapat menyelesaikan

pendidikan Pasca Sarjana.

8. Buat anak-anakku tercinta Lisa dan Novi, yang turut memberikan semangat

dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Seluruh teman-teman di RSU Dr. Pirngadi Medan, khusus kepada teman -

teman di Bidang Keperawatan.

10. Teman - teman di Sekolah Pasca Sarjana khususnya di Magister Administrasi

Rumah Sakit yang selama ini berjuang bersama-sama dan khususnya buat Ibu

Masnelly Lubis yang setiap harinya bersama-sama yang penuh perjuangan

dalam penyelesaian tesis ini dengan baik.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi maupun

penulisan. Oleh karena, itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat

membangun demi kesempurnaan tesis ini dan pengembangan penulisan ini di masa

(11)

Tempat / Tanggal Lahir : Aek Kanopan, 01 Juli 1966 Alamat : Jl. Gembira No. 3 Teladan Barat Telepon : 061 – 7352101

Suami : Syamsir Effendi Harahap Anak : - Meilisa Rezika Harahap

- Novi Yulisa Harahap

Ayah : M. Nur Marpaung (Alm)

Ibu : Hj. Rostina Pasaribu

Agama : Islam

RIWAYAT PENDIDIKAN :

- 1972 s/d 1979 : SD Negeri Aek Kanopan - 1979 s/d 1982 : SMP Negeri Aek Kanopan - 1982 s/d 1985 : SPK Dep. Kes RI Medan - 1985 s/d 1986 : D I Kebidanan Medan - 2000 s/d 1986 : D III Kebidanan Medan

- 2002 s/d 2003 : FK – USU Program Kebidanan Medan

- 2005 s/d 2007 : Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

RIWAYAT PEKERJAAN :

1. 1990 s/d 2000 : Staf di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan 2. 2000 s/d 2002 : Ka. Instalasi Keperawatan RSUPM

(12)

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Hipotesis Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Motivasi ... 9

2.2.1. Motivasi Internal dan Eksternal (Intrinsik dan Ekstrinsik) 11 2.2.2. Teori Motivasi ... 14

2.2.3. Jenis-Jenis Motivasi... 17

2.3. Kinerja ... 25

2.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja... 25

2.3.2. Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap ... 27

2.4. Landasan Teori ... 28

(13)

3.3. Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1. Populasi... 31

3.3.2. Sampel... 31

3.4. Metode Pengumpulan Data... 32

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ... 33

3.6. Metode Pengukuran ... 34

3.6.1. Pengukuran Variabel Motivasi Intrinsik Menggunakan Instrumen Kuesioner... 34

3.7. Metode Analisis Data... 36

3.7.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 36

3.7.2. Uji Normalitas ... 39

3.7.3. Cara Penyajian Data dan Uji Statistik... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan ... 42

4.2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ... 45

4.3. Hasil Analisis ... 47

4.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 47

4.3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 47

4.3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... 48

4.3.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 48

4.4. Motivasi Intrinsik... 49

(14)

5.2. Pengaruh Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja

Perawat Pelaksana... 68

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1. Kesimpulan ... 70

6.2. Saran-Saran ... 72

(15)

Tabel 3.1. Waktu Penelitian ... 30

Tabel 3.2. Identifikasi Variabel Penelitian... 35

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas... 37

Tabel 4.1. Keadaan Responden Berdasarkan Usia ... 47

Tabel 4.2. Keadaan Responden Berdasarkan Agama ... 47

Tabel 4.3. Keadaan Responden Berdasarkan Pendidikan... 48

Tabel 4.4. Keadaan Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 49

Tabel 4.5. Distribusi Responden Terhadap Prestasi Dengan Kinerja Perawat Pelaksana... 50

Tabel 4.6. Distribusi Responden Terhadap Rasa Ingin Diakui Oleh Orang Lain Dengan Kinerja Perawat Pelaksana ... 51

Tabel 4.7. Distribusi Responden Terhadap Tanggung Jawab Dengan Kinerja Perawat Pelaksana... 52

Tabel 4.8. Distribusi Responden Terhadap Peluang Untuk Maju Dengan Kinerja Perawat Pelaksana... 53

Tabel 4.9. Distribusi Responden Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana... 55

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai pelayanan kesehatan yang

padat ilmu, padat karya, padat teknologi dan padat modal. Rumah Sakit Umum,

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983 tahun

1992 mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara efektif dan efisien,

mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya

rujukan.

Tujuan rumah sakit adalah mewujudkan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya bagi semua lapisan masyarakat, adapun pendekatan yang

dilakukan meliputi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sesuai dengan visi Indonesia Sehat 2010, maka Rumah Sakit Umum

Dr. Pirngadi Medan dalam perencanaan kinerja jangka panjangnya juga menetapkan

visi yang sejalan dengan visi Indonesia Sehat 2010, yaitu Rumah Sakit Umum Dr.

Pirngadi Mantap Tahun 2010 (Mandiri, Tanggap dan Profesional) adapun pengertian

(17)

masyarakat tanggap terhadap tuntutan masyarakat, perubahan pola, penyakit dan

kemajuan IPTEK di bidang kesehatan serta profesional dalam pelaksanaan pelayanan

sesuai standar dan etika.

Rumah Sakit merupakan sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan

kegiatan pelayanan kesehatan dan ini merupakan institusi penyedia jasa. Pelayanan

yang kompleks perlu dikelola secara profesional terhadap sumber daya manusianya.

Salah satu tenaga penyedia jasa pelayanan di rumah sakit adalah tenaga perawat. Bagi

tenaga perawat di rumah sakit melakukan praktik keperawatan yang berupa

pelayanan keperawatan yang dikenal dengan asuhan keperawatan.

Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

dalam upaya peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit, penyembuhan,

pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Penekanan pelayanan kesehatan haruslah

sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

(Nursalam, 2001). Keperawatan memberikan pelayanan di rumah sakit selama 24 jam

sehari, serta mempunyai kontak yang konstan dengan pasien. Oleh karena itu,

pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan. Kontribusi yang diberikan keperawatan sangat menentukan kualitas

pelayanan rumah sakit. Upaya untuk peningkatan pelayanan rumah sakit juga diikuti

(18)

Keperawatan sebagai suatu bidang profesi dapat terus dikembangkan dan

terintegrasi sepenuhnya dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Keperawatan

diterima dan dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan kaidah suatu profesi, sehingga

profesi keperawatan mempunyai posisi yang sama pentingnya dengan profesi lain

yang ada di bidang Kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang No. 23/92 tentang

kesehatan mengatakan bahwa profesi keperawatan adalah merupakan profesi

tersendiri yang setara dan mitra dari disiplin profesi kesehatan lainnya. Dalam

melakukan registrasi dan praktik keperawatan, perawat diberi lisensi sesuai

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 647/Menkes/SK/IV/2000 (Ismaini, 2001).

Rumah sakit sebagai suatu organisasi pelayanan kesehatan agar dapat tetap

”survive” harus memiliki sistem manajemen pelayanan yang terbaik sesuai dengan

tuntutan/kebutuhan dan masyarakat. Semua aktivitas rumah sakit berlangsung dengan

baik apabila mendapat dukungan dari seluruh anggota organisasi. Motivasi kerja dari

anggota organisasi merupakan aspek penting bagi setiap orang yang berkepentingan

dengan keberhasilan organisasi (Zainun, 1994).

Tujuan organisasi dapat tercapai secara maksimal harus memiliki ilmu dan

keterampilan antara lain keterampilan konseptual, keterampilan kemanusiaan,

keterampilan administrasi, dan keterampilan tehnik. Keterampilan kemanusiaan

(human skills) merupakan kemampuan untuk bekerja dengan memahami, dan

memotivasi orang lain, baik secara individu maupun kelompok. Motivasi yang

(19)

kuatnya motivasi dari seseorang bergantung pada pandangnya betapa kuatnya

kenyakinan yang terdapat dalam dirinya bahwa ia akan dapat mencapai kebutuhannya

dengan tercapainya tujuan organisasi. (Siagian, 2004)

Motivasi dasar bagi kebanyakan orang menjadi pegawai pada suatu organisasi

tertentu adalah untuk mencari nafkah. Berarti apabila di satu pihak seseorang

mengunakan pengetahuan, keterampilan, tenaga dan sebahagian waktunya untuk

berkarya pada suatu organisasi, dilain pihak ia mengharapkan menerima imbalan

tertentu.

Menurut pendapat Herzberg dalam Hasibuan (2001), bahwa motivasi bekerja

seseorang dipengaruhi oleh ketersediaannya faktor job content yang meliputi

pencapaian prestasi, pengakuan, pekerjaannya, tanggung jawab dan pengembangan

potensi individu, dan faktor job coontent yang meliputi gaji, kondisi kerja, hubungan

antar pribadi, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan serta kualitas supervisi.

Berdasarkan survey awal di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, penulis

mendapati bahwa masih banyak keluhan ketidakpuasan dari pasien maupun keluarga

pasien atas sikap dan perilaku kerja dari para pegawai terutama tenaga keperawatan

yang bertugas di instalasi rawat inap. Pernyataan ini juga didukung oleh fenomena

(20)

Tabel 1.1. Data Hasil Penelitian Mengenai Pelayanan Keperawatan di RSPM 2006

Penilaian Pelayanan Keperawatan Buruk (1)

Kurang (2)

Baik (3)

Istimewa (4)

Kecepatan perawat membantu 12 % 68 % 20 % -

Keramahan perawat - 72 % 28 % -

Kejelasan informasi dari perawat 36 % 40 % 24 % - Sumber : Analisis Instalasi Diagnostik Terpadu RSPM, Norman (2006)

Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat adanya indikasi yang menunjukkan perawat

pelaksana RSU Dr. Pimgadi yang belum mampu memberikan yang terbaik dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Keadaan ini menunjukkan

bahwa motivasi kerja pegawai masih rendah yaitu para pegawai belum bekerja sesuai

dengan keinginan organisasi. Hal ini terjadi karena nilai, norma dan aturan yang

menjadi pedoman bagi anggota organisasi dalam bersikap dan berperilaku saat

bekerja, belum dapat memberikan suatu keyakinan akan terpenuhinya berbagai

harapan dan kepentingan anggota pada saat tercapainya tujuan organisasi. Rendahnya

motivasi kerja pegawai di institusi pemerintah kemungkinan disebabkan oleh belum

adanya kesadaran para pegawai kesehatan terhadap status pekerjaan sebagai fungsi

pelayanan kesehatan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan Rohayati (2003), yang menyimpulkan

bahwa secara umum motivasi kerja tenaga paramedis di rumah sakit umum

Dr. Pirngadi Medan masih dikategorikan rendah, yang tampak masih rendahnya

(21)

dimiliki. Oleh karena itu, maka berdasarkan uraian permasalahan tersebut peneliti

sangat berkeinginan untuk melihat lebih jauh pengaruh motivasi intrinsik terhadap

kinerja perawat pelaksana di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar balakang sebelumnya maka dirumuskan masalah

penelitian yaitu bagaimana pengaruh motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang

lain, tanggung jawab, peluang untuk kemajuan, kepuasan kerja) terhadap kinerja

perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2007.

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi intrinsik (prestasi,

pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk kemajuan, kepuasan kerja)

terhadap kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Dr. Pirngadi Medan.

1.4. Hipotesis Penelitian

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah ”Ada pengaruh

positif dan signifikan motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggung

jawab, peluang untuk kemajuan dan kepuasan kerja) terhadap kinerja perawat

pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan”.

(22)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1.5.1. Manajemen RSU Dr. Pirngadi Medan

Bagi manajemen Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi khususnya bidang

keperawatan diharapkan dapat memberi masukan mengenai pentingnya

menumbuhkan motivasi intrinsik dalam upaya meningkatkan kinerja perawat

guna meningkatkan pelayanan terhadap pasien di Instalasi Rawat Inap.

1.5.2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang keperawatan

Pengembangan khasanah kepustakaan khususnya mengenai penciptaan

motivasi intrinsik guna meningkatkan kinerja perawat dan sebagai bahan

referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

1.5.3. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh

selama mengikuti pendidikan di program studi Magister Administrasi dan

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Para manajer dalam lingkungan pekerjaan oleh karena tanggung jawabnya,

harus bertugas memberi motivasi kepada para pekerja (bawahan) sehingga bawahan

mempunyai motif (dorongan) untuk mengembangkan potensinya yang terbaik dalam

melaksanakan pekerjaan dan segala aspek yang terkait dengan pekerjaan ini. Sering

terdengar adanya kecemasan terhadap para manajer, manakala sikap pelayanan para

pegawai bawahan produktivitas kerja rendah, komunikasi kerja rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa manajer/pimpinan tidak mampu menggerakkan atau tidak

mampu memotivasi bawahannya.

Andriyani (2005) menganalisis tentang pengaruh insentif terhadap kualitas

pelayanan perawat dengan motivasi sebagai variabel moderating, memberikan hasil

pengaruh antar variabel yang signifikan baik pengaruh insentif terhadap kualitas

pelayanan maupun variabel moderat artinya motivasi yang memberi pengaruh

signifikan terhadap hubungan antara variabel insentif dan kualitas pelayanan.

Penelitian selanjutnya oleh Anjaswami (2002) juga menganalisis tingkat

kepuasan klien terhadap asuhan keperawatan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa rata-rata pencapaian tingkat kepuasan klien terhadap asuhan keperawatan

(24)

Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian tingkat kepuasan ini belum 100%

memenuhi harapan klien. Hasil peneltian ini juga mengindikasikan adanya dugaan

terhadap beberapa variabel kondisional yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien

seperti motivasi kerja karyawan, sistem reward struktur organisasi dan sebagainya.

Rohayati (2003) dalam penelitian selanjutnya menyatakan tentang hubungan

motivasi kerja terhadap sikap pelayanan kepada pasien adalah signifikan. Hal ini

berarti mempunyai motivasi yang erat bagi pegawai terhadap sikap pelayanan yang

diberikan.

2.2. Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti dorongan atau

daya penggerak. Malayu (2004) memberikan definisi motivasi sebagai berikut:

”Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja

seseorang, agar mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya

upayanya untuk mencapai kepuasan”.

Menurut Koontz dalam Andriyani (2005), motivasi mengacu pada dorongan

dan usaha untuk memuaskan kabutuhan atau suatu tujuan. Robbin (2003),

mendefenisikan motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin

dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk

(25)

Menurut Mangkunegara (2006), menyatakan motivasi merupakan kondisi atau

energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai

tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap

situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja

maksimal.

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota

organisasi mau dan rela mengerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau

ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang

menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian

tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan (Siagian, 2004).

Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan yang terdapat dalam diri manusia

yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya.

Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan, baik

kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani.

Istilah motivasi mengandung tiga hal yang amat penting, yaitu :

a) Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan

berbagai sasaran organisasional. Tersirat pada pandangan ini bahwa dalam tujuan

dan sasaran organisasi telah tercakup tujuan dan sasaran pribadi anggota

(26)

yang digerakkan terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan maka

tujuan pribadi akan ikut pula tercapai.

b) Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan

tertentu. Usaha merupakan ukuran intensitas kemauan seseorang. Apabila

seseorang termotivasi, maka akan berusaha keras untuk melakukan sesuatu.

c) Kebutuhan adalah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha

tertentu menjadi menarik. Artinya suatu kebutuhahyang belum terpuaskan

menciptakan ketegangan yang pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu

pada diri seseorang.

Menurut Gibson (1996) motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk

bersedia bekerja sama demi tercapainya tujuan bersama atau tujuan perusahaan ini

terdapat dua macam yaitu : (a) motivasi finansial yaitu dorongan yang dilakukan

dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering

disebut Insentif; dan (b). motivasi non finansial yaitu dorongan yang diwujudkan

tidak dalam bentuk finansial, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan,

pendekatan manusiawi dan lain sebagainya.

2.2.1. Motivasi Internal dan Eksternal (Intrinsik dan Ekstrinsik)

Menurut Gibson (1996) motivasi dilihat atas dasar pembentukannya terbagi

atas dua jenis, yaitu: (a) motivasi bawaan dan (b) motivasi yang dipelajari. Motivasi

bawaan merupakan motivasi yang dibawa sejak lahir, motivasi ini juga disebut

(27)

Motivasi yang dipelajari adalah motivasi yang terjadi karena adanya komunikasi dan

isyarat sosial serta secara sengaja dipelajari oleh manusia.

Menurut Handoko (2001), jika dilihat atas dasar fungsinya motivasi terbagi

atas: (a) motivasi intrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu

motivasi yang berfungsi tanpa adanya rangsangan dari luar, dalam diri individu sudah

ada suatu dorongan untuk melakukan tindakan. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi

yang berfungsi dengan adanya faktor dorongan dari luar individu.

1. Motivasi Internal (Intrinsik)

Berbagai kebutuhan keinginan dan harapan yang terdapat di dalam pribadi

seseorang menyusun motivasi internal orang tersebut. Kekuatan ini mempengaruhi

pribadinya dengan menentukan berbagai pandangan, yang menurut giliran untuk

memimpin tingkah laku dalam situasi yang khusus. Sebagai contoh, seorang

mahasiswa yang menginginkan nilai A dalam suatu kursus akan memperhatikan

bagaimana ia akan memenuhi persyaratan pada tingkatan tersebut. Setelah yang

bersangkutan mengetahuinya, tingkah laku yang bersangkutan mungkin akan

memantulkan (menggambarkan) apa yang ia rasakan dan melalui perasaan demikian

tingkah laku dapat diperbaiki untuk memperoleh nilai A.

Beberapa faktor yang berkaitan dengan motivasi intemal, yaitu: (Hicks, &

Gullet, 2002)

a. Kepentingan yang khusus bagi seseorang, menghendaki, dan menginginkan

(28)

b. Kepentingan keinginan dan hasrat seseorang adalah juga unik karena kesemuanya

ditentukan oleh faktor yang membentuk kepribadiannya, penampilan biologis,

psiologis dan psikologisnya.

Kualitas masing-masing individu dan perbedaan kepentingan serta

keinginannya, beberapa kepentingan dan keinginan tertentu berada dalam keadaan

yang sama untuk memungkinkan seseorang menggunakan dan membentuk organisasi

yang umum untuk mencapai kepuasan hatinya. Terdapat beberapa teori yang

menjelaskan kepentingan yang menjadi umum bagi semua individu. Dengan

disadarinya kepentingan umum ini, para manajer dapat berusaha mendorong para

karyawannya agar bekerja untuk menguntungkan perusahaan meskipun terdapat

keunikan pribadi para karyawan dengan berbagai kepentingannya. Suatu pengertian

dengan adanya kepentingan akan memungkinkan para karyawan untuk memenuhi

berbagai kepentingannya itu dalam struktur organisasi. Kedua-duanya, baik

organisasi maupun para anggotanya memperoleh keuntungan dari keberhasilan

memenuhi kepentingan tersebut (Hicks, & Gullet,2002).

Faktor intrinsik disebut juga motif atau pendorong. Jika dua faktor ada yaitu

intrinsik dan extrinsik, maka pekerja dapat mencapai kepuasan kerja tetapi jika tidak

ada bukan berarti kepuasan kerja tidak tercapai. Yang termasuk dalam faktor intrinsik

adalah pencapaian, penguatan, tanggung jawab, peningkatan status tugas itu sendiri

dan kemungkinan berkembang.

(29)

Teori motivasi eksternal meliputi kekuatan yang ada di luar diri individu

seperti halnya faktor pengendalian oleh manajer juga meliputi hal-hal yang berkaitan

dengan pekerjaan seperti gaji/upah, keadaan kerja, kebijaksanaan dan pekerjaan yang

mengandung penghargaan, pengembangan dan tanggung jawab.

Sejak para karyawan bereaksi baik secara positif maupun negatif terhadap

sesuatu yang dilakukan para manajernya, karenanya dipandang perlu oleh para

manajer untuk memanfaatkan motivasi eksternal yang dapat menurunkan respon dari

karyawan. Seorang manajer dapat menggunakan baik motivasi eksternal yang positif

maupun motivasi eksternal yang negatif. Motivasi eksternal positif dilakukan dengan

menghargai prestasi kerja yang sesuai dengan imbalan dan sebagainya. Sedangkan

motivasi eksternal yang negatif dilaksanakan dengan memberikan sanksi jika prestasi

kerja tidak diperoleh.

2.2.2. Teori Motivasi

a. Herzberg Two Theory

Teori dua faktor dikembangkan Frederick Herzberg dengan mengembangkan

teori Abraham Maslow sebagai titik acuannya. Penelitian Herzberg yang dilakukan

dengan wawancara terhadap subjek insinyur dan akuntan, dimana subjek diminta

menceritakan kejadian yang dialami oleh mereka baik yang menyenangkan

(memberikan kepuasan) maupun yang tidak menyenangkan atau tidak memberikan

kepuasan. Kemudian, hasil wawancara dianalisis dengan analisis isi (content

(30)

ketidakpuasan. Hasilnya diperoleh dua faktor, yaitu faktor pemeliharaan

(maintenance factors) dan faktor pemotivasian (motivational factors). Hasil faktor

pemotivasi (satisfies, motivators, job content, intrinsic factors) yang didapatkan

meliputi dorongan berprestasi, pengakuan, tanggung jawab, kesempatan maju, dan

kepuasan kerja (Mangkunegara, 2006).

Sejalan dengan Robbin, (2003) yang menjelaskan bahwa faktor intrinsik

seperti kemajuan, prestasi, pengakuan dan tanggung jawab terkait dengan kepuasan

kerja. Seseorang yang merasa senang dengan pekerjaan mereka cenderung

mengaitkan faktor-faktor ini ke diri mereka sendiri. Di pihak lain, bila mereka tidak

puas, mereka cenderung mengaitkan dengan faktor-faktor ekstrinsik seperti misalnya

pengawasan, gaji, kebijakan perusahaan dan kondisi kerja. Data itu mengemukakan

bahwa lawan dari kepuasan bukanlah ketidakpuasan, seperti yang diyakini orang

pada umumnya. Menyingkirkan karakteristik yang tidak memuaskan pada pekerjaan

tertentu tidak serta merta menyebabkan pekerjaan itu jadi memuaskan. Faktor-faktor

yang menyebabkan kepuasan kerja terpisah dan berbeda dari faktor-faktor yang

menimbulkan ketidakpuasan kerja.

Jika ingin memotivasi orang pada pekerjaannya, Herzberg menyarankan

untuk menekankan pada hal-hal yang berhubungan dengan kerja itu sendiri atau hasil

yang diakibatkannya, seperti peluang promosi, peluang pertumbuhan personal,

(31)

hal yang menguntungkan secara intrinsik (Robbin, 2003).

b. Achievement Theory

McClelland (1961, dikutip oleh Robbin, 2003 & Mangkunegara, 2006), dalam

teori motivasinya mengemukakan bahwa produktivitas seseorang sangat ditentukan

oleh kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai prestasi yang

diinginkannya. Kondisi jiwa tersebut di fokuskan pada 3 (tiga) dorongan kebutuhan,

yaitu: Need of achievement (kebutuhan untuk berprestasi), Need of affiliation

(kebutuhan untuk memperluas pergaulan) dan Need of power (kebutuhan untuk

menguasai sesuatu).

Berdasarkan teori McClelland tersebut dapat diketahui bahwa sangat penting

dibinanya kondisi jiwa yang mendukung dengan cara mengembangkan potensi

mereka melalui lingkungan kerja secara efektif agar terwujudnya produktivitas

perusahaan yang berkualitas tinggi dan tercapainya tujuan utama organisasi. Motivasi

berprestasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk

melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar

mencapai prestasi dengan predikat terpuji.

McClelland (1961, dikutip oleh Mangkunegara, 2006), mengemukakan 6

(enam) karakteristik orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi, yaitu:

1) Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.

2) Berani mengambil dan memikul resiko.

(32)

4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan.

5) Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan.

6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Menurut Murray (dalam Mangkunegara 2006), dikutip oleh Mangkunegara,

2006) berpendapat bahwa karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi

tinggi adalah sebagai berikut:

1) Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya.

2) Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan.

3) Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan.

4) Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu.

5) Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan.

6) Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti.

7) Melakukan sesuatu yang lebih baik dari pada orang lain

Berdasarkan pendapat McClelland dan Edward Murray, dapat dikemukakan

bahwa karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi antara lain:

memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi memiliki program kerja berdasarkan

rencana dan tujuan yang realistik serta berjuang untuk merealisasikannya, memiliki

kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil resiko yang

dihadapinya, melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil

yang memuaskan dan mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang

(33)

c. Teori Kognitif tentang Motivasi (Apolaxy Theory)

Teori pengharapan dikembangkan oleh Vroom (dikutip oleh Robbin, 2003 &

Mangkunegara, 2006), menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu produk dari

bagaimana seseorang menginginkan sesuatu, dan penaksiran seseorang

memungkinkan aksi tertentu yang akan menuntunnya. Pernyataan di atas

berhubungan dengan rumus di bawah ini

Valensi x Harapan x Instrumen = Motivasi

Keterangan:

1. Valensi merupakan kekuatan hasrat seseorang untuk mencapai sesuatu.

2. Harapan merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi tertentu.

3. Motivasi merupakan kekuatan dorongan yang mempunyai arah pada tujuan

tertentu.

(34)

Valensi lebih menguatkan pilihan seseorang untuk suatu hasil. Jika seorang

pegawai mempunyai keinginan yang kuat untuk suatu kemajuan, maka berarti valensi

pegawai tersebut tinggi untuk suatu kemajuan. Valensi timbul dari internal pegawai

yang dikondisikan dengan pengalaman.

Pengharapan merupakan kekuatan keyakinan pada suatu perlakuan yang diikuti

dengan hasil khusus. Hal ini menggambarkan bahwa keputusan pegawai yang

memungkinkan mencapai suatu hasil dapat menuntun hasil lainnya. Pengharapan

merupakan suatu aksi yang berhubungan dengan hasil, dari range 0-1. Jika pegawai

merasa tidak mungkin mendapatkan hasil maka harapannya adalah 0. Jika aksinya

berhubungan dengan hasil tertentu maka harapannya bernilai 1. Harapan pegawai

secara normal adalah di antara 0-1. Pelaksanaan teori harapan dapat dilihat dalam

(35)

Valence strong

Desire of Promotion Valence strong

Desire of Promotion

Motivation

Increased Drive

Action

- Greater effort

- Training courses

Primary outcomes

- Promotion

- Higher pay

Secondary outcomes

- Haigher status

- Recognition from associates

- Purchase of product and service that the family

Primary outcomes

- Promotion

- Higher pay

Sumber : Keith Davis, (1985, Mangkunegara, 2006) Gambar 2.1.

Berdasarkan gambar 2.1. di atas dapat dijelaskan bahwa produk dari valensi dan

harapan adalah motivasi yang meningkatkan dorongan dalam diri seseorang untuk

melakukan aksi dalam mencapai tujuannya. Aksinya dapat dilakukan pegawai dengan

cara berusaha lebih besar. Hasil yang akan dicapai secara primer adalah promosi

jabatan dan gaji lebih tinggi. Hasil sekundernya antara lain status menjadi lebih tinggi,

(36)

Dengan demikian, lebih besar dorongan pegawai dalam mencapai kepuasan.

d. Equity Theory

Teori ini dikembangkan oleh Adam (dikutip oleh Mangkunegara, 2006),

komponen dari teori ini adalah input, outcome, comparison person, dan

equity-in-equity. Input adalah semua nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang

pelaksanaan kerja. Misalnya, pendidikan, pengalaman, skill, usaha, peralatan pribadi,

jumlah jam kerja. Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan pegawai,

seperti upah, keuntungan tambahan, status simbol, pengenalan kembali (recognition),

kesempatan untuk berprestasi atau mengekspresikan diri.

Comparison person adalah seorang pegawai dalam organisasi yang sama,

seseorang pegawai dalam organisasi yang berbeda atau dirinya sendiri dalam

pekerjaan sebelumnya. Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya pegawai

merupakan hasil dari membandingkan antara input-outcome dirinya dengan

perbandingan input-outcome pegawai lain (comparison person). Jadi, jika

perbandingan tersebut dirasakan seimbang (equity) maka pegawai tersebut akan

merasa puas. Tetapi, apabila terjadi tidak seimbang (inequity) dapat menyebabkan

dua kemungkinan, yaitu over compensation inequity (ketidakseimbangan yang

menguntungkan dirinya) dan, sebaliknya, under conpensation inequity

(ketidakseimbangan yang menguntungkan pegawai lain yang menjadi pembanding

atau comparison person).

(37)

asumsi dasar, yaitu:

1. Orang berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan satu kondisi

keadilan

2. Jika dirasakan adanya kondisi ketidakadilan, kondisi ini menimbulkan

ketegangan yang memotivasi orang untuk menguranginya atau

menghilangkannya.

3. Makin besar persepsi ketidakadilannya makin besar motivasinnya untuk

bertindak mengurangi kondisi ketegangan itu.

4. Orang akan mempersepsikan ketidakadilan yang tidak menyenangkan

(misalnya, menerima gaji terlalu sedikit)lebih cepat daripaada ketidakadilan

yang menyenangkan (misalnya, mendapat gaji terlalu besar).

e. Goal-Setting Theory

Menurut Mangkunegara, (2006), teori penetapan tujuan ini merupakan teori

motivasi dengan pendekatan kognitif yang dikembangkan oleh Edwin Locke, yang

menjelaskan bahwa penetapan suatu tujuan tidak hanya berpengaruh pada pekerjaan

saja, tetapi juga merangsang karyawan untuk mencari atau menggunakan metode

kerja yang paling efektif. Melibatkan karyawan dalam menetapkan tujuan dapat

menumbuhkan motivasi kerja dan pencapaian prestasi kerja maksimal. Dengan

demikian, penetapan tujuan merupakan strategi pemotivasian yang krusial dalam

(38)

mereka untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan.

Terkait dengan penetapan tujuan Munandar (2004), menjelaskan bahwa

manajemen berdasarkan sasaran (Management By Objectives = MBO) mengunakan

teori penetapan tujuan ini. Berdasarkan tujuan-tujuan perusahaan, secara berurutan,

disusun tujuan-tujuan untuk divisi, bagian sampai satuan kerja yang terkecil untuk

diakhiri penetapan sasaran kerja untuk setiap karyawan dalam kurun waktu tertentu.

Penetapan tujuan dapat ditemukan juga dalam teori motivasi harapan. Individu

menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki

nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.

Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa

sendiri, dapat sendiri seperti pada MBO, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu

kebijakan perusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri dapat disimpulkan

bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan ia akan memiliki kaitan

(commitment) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan.

Bila seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak proaktif pada

saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu

tertentu, dapat terjadi bahwa kaitan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak

terlalu besar.

Dalam penelitian ini variabel motivasi diukur berdasarkan teori dua faktor dari

Hezberg, yaitu motivasi intrinsik : (a) prestasi yang diraih, (b) pengakuan orang lain,

(39)

motivasi ekstrinsik, meliputi: (a) kompensasi, (b) keamanan dan keselamatan kerja,

(c) kondisi kerja, (d) prosedur kerja, (e) mutu supervisi teknis, serta (f) hubungan

interpersonal.

Teori Motivasi

2.2.3. Jenis-Jenis Motivasi

2.3. Kinerja

1. Herzberg Two Theory a. Dorongan berprestasi, b. Pengakuan,

c. Tanggung jawab,

d. kesempatan berkembang/maju, e. Kepuasan kerja

Mangkunegara, (2006)

2. Achievement Theory (McClelland, 1961)

a. Need of achievement (kebutuhan untuk

berprestasi),

b. Need of affiliation (kebutuhan untuk memperluas pergaulan)

c. Need of power (kebutuhan untuk menguasai

sesuatu).

(Robbin, 2003 & Mangkunegara, 2006) Teori Kognitif (Victor H. Vroom)

a. Valensi (Keinginan seseorang) b. Harapan (Kemungkinan Mencapai)

Robbin, (2003) & Mangkunegara, (2006) Teori Equity (Adam)

a. Keadilan

Munandar (2004) & Mangkunegara, (2006)

Sumber : Mangkunegara (2006)

K Goal-Setting Theory (Edwin Locke)

• Penetapan Tujuan

(40)

Kinerja adalah penampilan hasil karya personal, baik secara kualitas maupun

kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu

maupun kelompok kerja personal. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada

personal yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada

keseluruhan jajaran personal di dalam organisasi (Ilyas, 2001).

Kinerja menurut Mulyadi dalam Srimindarti (2006) adalah penentuan secara

periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya

berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pengertian kinerja tersebut dapat dijelaskan bahwa kinerja

merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh

tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada

sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar

efisiensi, pertanggung jawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.

2.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Pada organisasi pelayanan kesehatan, sangat penting untuk memiliki

instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga profesional. Proses evaluasi

kinerja bagi profesional menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk

meningkatkan kinerja organisasi (Ilyas, 2001).

Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja

atau kinerja, yaitu : variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis.

(41)

berpengaruh pada kinerja personel. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah

yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai

sasaran suatu jabatan atau tugas (Ilyas, 2001).

Menurut Gibson dalam Ilyas (2001) menyampaikan model teori kinerja dan

melakukan analisis terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan

kinerja individu. Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan

dan ketrampilan, latar belakang dan demografis. Sub-variabel kemampuan dan

ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja

individu, sedangkan variabel demografis memberikan efek yang tidak langsung

kepada kinerja individu.

Variabel psikologis, terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap, kepribadian,

belajar, dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson (1996) banyak dipengaruhi oleh

keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.

Variabel psikologis ini merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur, juga sukar

menyatakan atau mencapai kesepakatan tentang pengertian dari variabel tersebut,

karena seorang individu masuk dan bergabung dalam suatu organisasi kerja pada

usia, etnis, latar belakang budaya, dan ketrampilan berbeda satu dengan lainnya

dilakukan dengan menghargai prestasi kerja yang sesuai dengan imbalan. dan

sebagainya. Sedangkan motivasi eksternal yang negatif dilaksanakan dengan

memberikan sanksi jika prestasi kerja tidak diperoleh.

(42)

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui

kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam

memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan

tanggung jawabnya (Nursalam, 2002). Praktik keperawatan profesional mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

a. Otonomi dalam pekerjaan

b. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat

c. Pengambilan keputusan yang mandiri

d. Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain

e. Pemberian pembelaan (advocacy) dan

f . Memfasilitasi kepentingan pasien

Terbentuknya keperawatan sebagai suatu bidang profesi dapat terus

dikembangkan dan terintegrasi sepenuhnya dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.

Pelayanan keperawatan rawat inap merupakan kegiatan dilakukan di ruang rawat inap

dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan

serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan

utama sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan.

(Nursalam, 2001).

Sistem pelayanan perawatan rawat inap terdiri dari :

(43)

b. Proses, yaitu : intervensi keperawatan, interaksi tenaga perawat-pasien

meliputi: keramahan, sopan santun, kepedulian, penampilan dan sebagainya.

Kemudian fasilitas keperawatan meliputi efisiensi, kenyamanan dan keamanan.

c. Keluaran, yaitu : berupa kualitas pelayanan keperawatan meliputi kebutuhan

yang terpenuhi, aman nyaman, pasien puas, sesuai kaidah

bio-psiko-sosio-spiritual

d. Sistem informasi manajemen dan pengendalian.

Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan langkah ke empat dari proses

keperawatan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat harus bekerja sama

dengan anggotanya (tim), petugas kesehatan dan dengan pasien beserta keluarga.

2.4. Landasan Teori

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang

dalam bekerja dan pandangannya terhadap pekerjaan itu sendiri. Motivasi yang

dimiliki oleh seseorang berkaitan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan, maka

kuatnya motivasi dari seseorang bergantung pada pandangannya tentang betapa

kuatnya keyakinan yang terdapat dalam dirinya bahwa ia akan dapat mencapai

kebutuhannya dengan tercapainya tujuan organisasi (Siagian, 2004).

Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja

karyawan, agar mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan

keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan yang berdampak kepada

(44)

mampu menggerakkan motivasi intrinsik yang dimiliki oleh masing-masing

karyawan, organisasi dalam hal ini rumah sakit bukan hanya mengalami penurunan

tingkat kinerja, akan tetapi juga akan kalah bersaing di dalam peningkatan kualitas

pelayanan.

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Kinerja Perawat Pelaksana (Y)

a. Tanggung jawab b. Disiplin

c. Loyalitas d. Kerjasama Motivasi Intrinsik (X)

a. Prestasi (X1)

b. Pengakuan orang lain (X2) c. Tanggung Jawab (X3)

d. Peluang untuk kemajuan (X4) e. Kepuasan kerja (X5)

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Sumber : Tinjauan Pustaka, 2007

Gambar 1 menunjukkan pengaruh motivasi intrinsik dengan sub variabel

yaitu: (1) Prestasi, (2) Pengakuan orang lain, (3) Tanggung Jawab, (5) Peluang untak

kemajuan dan (6) Kepuasan kerja terhadap kinerja perawat pelaksana yang meliputi

(45)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berupa deskriptif kuantitatif

untuk menganalisis pengaruh motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan, pekerjaan,

tanggung jawab, kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan pribadi) terhadap

kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

Medan.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2007 dan berakhir

pada bulan Oktober 2007. Berikut gambaran mengenai waktu penelitian :

Tabel. 3.1. Waktu Penelitian

Bulan N

o Jenis Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt

1. Penelitian pendahuluan 2. Pembuatan proposal 3. Bimbingan proposal 4. Kolokium

5. Pengiriman instrumen penelitian

6. Analisis data penelitian 7. Penyusunan dan

bimbingan laporan hasil penelitian

(46)

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh perawat pelaksana yang berstatus

Pegawai Negeri Sipil di Instalasi Rawat Inap Rurnah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota

Medan yaitu berjumlah 391 orang.

3.3.2. Sampel

Berdasarkan pertimbangan keterbatasan sumber daya dan waktu yang dimiliki

peneliti, maka peneliti tidak melakukan penelitian terhadap seluruh karyawan tetapi

menggunakan teknik sampling secara acak sederhana (random sampling). Dengan

menggunakan cara simple random sampling ditentukan kriteria sebagai berikut:

a. Perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan.

b. Pegawai tetap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

c. Latar belakang pendidikan keperawattan (Ijazah keperawatan)

d. Tidak menjabat sebagai kepala ruangan.

Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikutip dari

Notoadmodjo (2002), yaitu:

) (

1 N d2

N n

+ =

Keterangan:

n : Jumlah sampel yang diinginkan

(47)

d : Tingkat kepercayaan (0,1)

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel sebagai

berikut:

) 1 , 0 ( 391 1

391

2

+ =

n

91 , 4 391 = n

n = 79,63 (dibulatkan menjadi 80)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang ditentukan dalam

penelitian ini berjumlah 80 orang. Jumlah kuesioner yang diberikan yang kembali

berjumlah 63 kuesioner

3.4. Metode Pengumpulan Data

a. Data primer

Observasi (pengamatan) dilakukan secara langsung dengan melihat kinerja

perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan dan

memberikan kuesioner penelitian kepada sampel penelitian yang telah

ditentukan.

b. Data sekunder

Diperoleh dari hasil pencatatan data dan laporan yang dibutuhkan dari RSU

(48)

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel bebas (Independent Variable) dalam penelitian ini adalah Motivasi

Intrinsik. Motivasi intrinsik dalam penelitian ini adalah motivasi bawaan dalam diri

perawat dalam melaksanakan pekerjaan sebagai seorang tenaga perawat pelaksana.

Variabel Motivasi Intrinsik meliputi:

a. Prestasi (X1): hasil yang dapat dicapai oleh seorang perawat setelah

melaksanakan tugas sebagai perawat pelaksana di ruang rawat inap.

b. Pengakuan orang lain (X2): pengakuan rekan kerja atau atasan terhadap

keberadaan tenaga perawat pelaksana di ruang rawat inap yang merupakan bagian

dari sistem pelaksanaan pelayanan kesehatan.

c. Tanggung jawab (X3): rasa keterpanggilan dan tuntutan dalam diri seorang

tenaga perawat dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang perawat pelaksana

di ruang rawat inap.

d. Peluang untuk kemajuan (X4): kesempatan yang diperoleh tenaga perawat

pelaksana dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dari aspek pelayanan

keperawatan.

e. Kepuasan kerja (X5): kesesuaian harapan tenaga perawat pelaksana dengan

kenyataan dalam melaksanakan pekerjaan yang menimbulkan rasa puas dalam

diri seorang perawat pelaksana serta memiliki kemauan untuk bekerja secara

(49)

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran variabel Motivasi Intrinsik menggunakan instrumen

kuesioner

Melalui 10 item pernyataan mengenai motivasi intrinsik yang timbul dari

dalam diri perawat pelaksana dengan menggunakan skala Likert 5 titik. Titik awal

(1 = satu) merupakan cerminan ketidaksetujuan responden mengenai pernyataan

motivasi intrinsik terdapat di kuesioner. Sedang Titik akhir (5 = lima) merupakan

cerminan dari kesetujuan responden atas pernyataan motivasi intrinsik yang terdapat

di kuesioner. Bentuk penskalaannya adalah 1 = Sangat Tidak Setuju; 2 = Tidak

Setuju; 3 = Netral; 4 = Setuju; 5 = Sangat Setuju.

Variabel terikat (Dependent Variable) dalam penelitian ini adalah Kinerja

Perawat Pelaksana. Kinerja Perawat Pelaksana adalah hasil kerja dan mutu pelayanan

keperawatan yang diberikan oleh tenaga perawat pelaksana di ruang rawat inap.

Variabel ini diukur melalui 10 item pernyataan yang melihat kinerja perawat

pelaksana di ruang rawat inap dengan menggunakan skala Likert 5 titik.

Titik awal (1 = satu) merupakan cerminan ketidaksetujuan responden

mengenai pernyataan kinerja perawat pelaksana yang terdapat di kuesioner. Sedang

Titik akhir (5 = lima) merupakan cerminan dari kesetujuan responden atas pernyataan

kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap yang terdapat di kuesioner. Bentuk

pelaksanaannya adalah 1 = Sangat Tidak Setuju; 2 = Tidak Setuju; 3 = Netral;

(50)

Tabel 3.2. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel Indikator Indikator

Pernyataan Skala

No Item 1. Prestasi a. Inisiatif dan

improvisasi kerja Interval 1 dan 2

2. Pengakuan

(51)

3.7. Metode Analisis Data

3.7.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas merupakan uji kualitas data terhadap penggunaan

instrumen penelitian. Uji tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan

akurasi data yang dikumpulkan dari instrumen yang digunakan (Kuncoro, 2003).

1. Validitas, yaitu dengan melihat hasil pada kolom Corrected Item Total

Correlation, dengan kriteria keputusan:

a. Jika r hasil positif dan r hasil > r tabel maka skor butir kuesioner valid.

b. Jika r hasil negatif atau r hasil < r tabel maka skor butir kuesioner tidak valid.

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu,

mengukur apa yang ingin diukur (Kuncoro, 2003, hal: 151). Menurut Santoso (2004

hal: 277), jika r hasil positif dan r hasil > r tabel maka skor butir kuesioner valid dan

jika r hasil negatif atau r hasil < r tabel maka skor butir kuesioner tidak valid.

2. Reliabilitas, yaitu dengan melihat hasil pada Cronbach Alpha, dengan kriteria

keputusan:

a. Jika r Alpha positif dan > r tabel maka reliabel.

b. Jika r Alpha negatif atau < r tabel maka tidak reliabel.

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu hasil

pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih

(52)

r alpha > r tabel maka skor butir kuesioner reliabel dan jika r alpha negatif atau r

alpha < r tabel maka skor butir kuesioner tidak reliabel.

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas

Variabel Butir Nilai CITC Status Keterangan

Rasa ingin diakui Orang lain

Peluang Untuk Maju

4 0,681 Valid

(53)

Berdasarkan Tabel 4.1 nilai Corrected Item – Total Correlation dari variabel

prestasi untuk butir 1, 2, 3, 4 > dari nilai r tabel sebesar 0,2992 (df = 20 – 2 ; 0,05),

dengan demikian dinyatakan valid, sedangkan nilai Corrected Item-Total Correation

dari variabel prestasi untuk butir 5 < dari nilai r tabel, dengan demikian dinyatakan

tidak valid dan harus diabaikan dalam pengujian penelitian sesungguhnya.

Nilai Corrected Item – Total Correlation dari variabel rasa ingin diakui orang

lain untuk butir 1, 2, 3, 3 > dari nilai r tabel sebesar 0,2992 (df = 200 – 2 ; 0,05),

dengan demikian dinyatakan valid, sedangkan nilai Corrected Item-Total Correation

dari butir 4 dan 5 < dari nilai r tabel, dengan demikian dinyatakan tidak valid dan

harus diabaikan dalam pengujian penelitian sesungguhnya.

Nilai Corrected Item – Total Correlation dari variabel tanggung jawab untuk

butir 1, 2, 3, 4 > dari nilai r tabel sebesar 0,2992 (df = 200 – 2 ; 0,05), dengan

demikian dinyatakan valid, sedangkan nilai Corrected Item-Total Correation dari

untuk butir 5 < dari nilai r tabel, dengan demikian dinyatakan tidak valid dan harus

diabaikan dalam pengujian penelitian sesungguhnya.

Nilai Corrected Item – Total Correlation dari variabel peluang maju untuk

butir 1, 2, 3, 5 > dari nilai r tabel sebesar 0,2992 (df = 200 – 2 ; 0,05), dengan

(54)

Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach Alpha

(r hasil) r tabel

Prestasi 0,616 0,2992

Rasa ingin diakui orang lain 0,426 0,2992

Tanggung Jawab 0,488 0,2992

Peluang untuk Maju 0,649 0,2992

Kepuasan Kerja 0,805 0,2992

Kinerja Perawat Pelaksana 0,911 0,2992

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner (2007)

Berdasarkan dari Tabel 3.4 nilai dari cronbach alpha dari masing-masing

variabel > dari nilai r tabel sebesar 0,2992 (df = 20-2; 0,05), dengan demikian setiap

butir pertanyaan dari masing-masing kuesioner adalah reliabel.

3.7.2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati

normal. Pengujian dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu

diagonal dari grafik Normal P-P Plot, dengan kriteria keputusan:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

maka menunjukkan pola distribusi normal.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis

(55)

Pegujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,

variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal

atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi normal atau

mendekati nornal (Santoso, 2004; hal: 212).

3.7.3. Cara Penyajian Data dan Uji Statistik

1. Cara Penyajian Data

Untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel penelitian (motivasi

intrinsik dan kinerja perawat pelaksana) peneliti menggunakan tabel distribusi

frekuensi yang menunjukkan angka rata-rata, median, sebaran dan deviasi standar.

2. Uji Statistik

Pengujian statistik berdasarkan hipotesis yang diajukan menggunakan analisis

regresi sederhana, dengan model sebagai berikut:

Y = α + βx

dimana:

Y = Variabel Dependen (Kinerja Perawat Pelaksana)

X = Variabel Independen (Motivasi Intrinsik)

α = konstanta regresi

β = nilai koefisien dari X

Pengujian statistik kemudian menggunakan analisis regresi berganda, dengan

model sebagai berikut: Y = α + β1X 1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5

(56)

Y = Variabel Dependen (Kinerja perawat pelaksana)

X1 = Variabel Independen (Motivasi intrinsik dengan indikator prestasi)

X2 = Variabel Independen (Motivasi intrinsik dengan indikator pengakuan

orang lain)

X3 = Variabel Independen (Motivasi intrinsik dengan indikator tanggung

jawab)

X4 = Variabel Independen (Motivasi intrinsik dengan indikator peluang

untuk kemajuan)

X5 = Variabel Independen (Motivasi intrinsik dengan indikator kepuasan

kerja)

α = konstanta regresi

β = nilai koefisien dari X

Uji hipotesis menggunakan nilai signifikansi yang disajikan di dalam proses

perhitungan regresi. Skor yang digunakan adalah α sebesar 5 %. Hipotesis diterima

jika signifikansi ( Fhitung) lebih besar dibanding 5 % atau jika statistik Fhitung > Ftabel

dan hipotesis akan ditolak jika Fhitung < Ftabel (Singgih, 2004).

Adapun untuk memudahkan dan mendapatkan hasil yang cepat dan akurat,

(57)

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan

Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial

Belanda dengan nama GEMENTE ZIEKEN HUIS. Peletakan batu pertamanya

dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan

diresmikan pada tahun 1930. Sebagai pimpinan pertama adalah Dr.W.Bays, pada

tahun 1939 pimpinan Rumah Sakit ini diserahkan kepada Dr.A.A.Messing. Pada

tahun 1942, Rumah Sakit ini diambil alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama

menjadi SYURITSU BYSONO INCE dan pimpinannya dipercayakan kepada

seorang putera Indonesia yaitu Dr.Raden Pirngadi Gonggo Putro.

Pada masa negara Sumatera Timur tahun 1947 nama Rumah Sakit ini diganti

menjadi Rumah Sakit Kota Medan dan pimpinannya dijabat oleh Dr.Ahmad Sofyan.

Semasa kepemimpinan beliau Rumah Sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum

Medan yaitu pada tahun 1952. Tahun 1955 pimpinan Rumah Sakit Umum Medan

diserah terimakan kepada Dr.H.A.Darwis Dt.Batu Besar. Tahun 1958 nama Rumah

Sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Besar, pimpinannya dijabat oleh

Paruhum Daulay.

Tahun 1969 pimpinan Rumah Sakit Umum Medan dipimpin oled Dr.Zainal

Rasyid Siregar, SKM dan semasa kepemimpinan beliau nama Rumah Sakit Umum

Pusat Medan berubah nama lagi menjadi Rumah Sakit Pusat Propinsi Medan

(58)

Paru-Pusat Propinsi Medan, sesuai dengan Surat keputusan Gubernur Kepala Daerah

Sumatera Utara No.48/XII/GSU tahun 1972.

Pada tahun 1979 sesuai dengan Surat keputusan Gubernur Sumatera Utara

No. 150 tahun 1979 tanggal 25 Juni 1979 RSU Pusat Propinsi Medan diberi nama

Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan, berasal dari nama seorang putra bangsa Indonesia

pertama menjadi pimpinan Rumah Sakit ini. Sejak berdirinya Fakultas Kedokteran

USU tanggal 20 Agustus 1952 maka Rumah Sakit Umum Pirngadi secara otomatis

dipakai sebagai tempat kepaniteraan klinik para mahasiswa Fakultas Kedokteran

USU. Rumah Sakit Dr.Pimgadi Medan adalah unit organisasi disiplin, berada

dibawah tanggung jawab langsung Walikota Medan.

Penandatanganan perjanjian kerja sama antara FK USU dengan RSU

Dr.Pirngadi sebagai Teaching Hospital (Rumah Sakit Pendidikan) FK USU baru

dilaksanakan pada tangga 20 Mei 1968. Tidak diperoleh data yang pasti kapan RSU

Dr.Pirngadi ini diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah

Propinsi Sumatera Utara, tapi yang jelas sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah,

RSU Dr.Pirngadi pada tanggal 27 Desember 2001 diserahkan kepemilikannya dari

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan. Sejalan dengan

pelaksanaan otonomi daerah, maka berdasarkan Perda Kota Medan No.30 tahun 2002

tanggal 6 September 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pelayanan Kesehatan RSU Dr.Pirngadi Kota Medan sebutan dalam organisasi adalah

(59)

Visi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah

terwujudnya : MANTAP Tahun 2010 (Mandiri, Tanggap dan Profesional)

Penjelasan dari Visi tersebut diatas adalah sebagai berikut :

a. Mandiri dalam Pendanaan & Pelaksanaan Pelayanan Kepada Masyarakat

b. Tanggap terhadap Tuntutan Masyarakat, Perubahan Pola Penyakit dan

Kemajuan IPTEK di bidang Kesehatan.

c. Profesional dalam Pelaksanaan Pelayanan sesuai Standar dan Etika

4.1.2. Misi

MISI Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah :

1. Meningkatkan usaha kesehatan paripurna kepada semua golongan masyarakat

secara merata dan terjangkau, sesuai dengan tugas pokok , fungsi serta peraturan

yang berlaku.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan sub spesialistik

yang bermutu

3. Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara profesional dan etis agar timbul

kepercayaan dan harapan serta rasa aman dan kenyamanan bagi penderita.

4. Meningkatkan peran Rumah sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian dan

Gambar

Tabel 1.1. Data Hasil Penelitian Mengenai Pelayanan Keperawatan di RSPM 2006
Gambar 1 menunjukkan pengaruh motivasi intrinsik dengan sub variabel
Tabel. 3.1. Waktu Penelitian
Tabel 3.2. Identifikasi Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

keragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki. kompleksitas yang tinggi karena terjadi interkasi yang tinggi antar

Eosinofilik esofagitis merupakan gangguan dimana terjadi infiltrasi eosinofil pada mukosa superfisial esophagus yang berhubungan dengan alergi makanan dan kondisi

Tidak seperti media tradisional yang berjalan dengan mementingkan Exposure (pembukaan) yang bearti suatu tampilan awal dari media yang membuat orang tertarik dan impression

yang menggunakan protocol TCP/IP, dimana protocol TCP/IP digunakan untuk meneruskan packet informasi (routing) dalam jaringan LAN,MAN,WAN dan internet, atau lebih

Maka berdasar pada perbedaan dan alasan yang telah di paparkan diatas maka penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga

Masyarakat Desa Namo telah menerapkan penyadapan dengan metode koakan maka permasalahan dalam penelitian ini seberapa besar jumlah produksi getah pinus yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan dan relationship marketing terhadap loyalitas pelanggan di Karaoke Penthouse’s Surabaya.. Data yang

yang diperlukan untuk mendukung proses utama Jurusan Keperawatan, dilaksanakan. sesuai mekanisme dalam dengan dokumen Standar Mutu Jurusan kode: 00000