• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Karbon Disulfida dari Arang Kayu dan Belerang dengan kapasitas 15.000 ton/tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Karbon Disulfida dari Arang Kayu dan Belerang dengan kapasitas 15.000 ton/tahun"

Copied!
242
0
0

Teks penuh

(1)

PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN KARBON

DISULFIDA DARI ARANG KAYU DAN BELERANG

KAPASITAS 15.000 TON/TAHUN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Sidang Sarjana Teknik Kimia

Ekstension

OLEH :

NIM : 080425025

JUMRI PRICO PANGIHUTAN

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA EKSTENSION

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kemampuan dan kesabaran kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pra Rancangan Pabrik Pembuatan

Karbon Disulfida dari Arang Kayu dan Belerang dengan kapasitas 15.000 ton/tahun.

Tugas Akhir ini ditulis untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti ujian

Sarjana di Departemen Teknik Kimia, Program Studi Teknik Kimia Ektension,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis berterima kasih kepada kedua Orang Tua Penulis atas doa,

bimbingan dan materi yang diberikan hingga saat ini, juga kepada Kakak dan

Adik Penulis atas dukungan yang tidak pernah henti kepada Penulis.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bantuan,

bimbingan dan fasilitas dari berbagai pihak yaitu:

1. Bapak Dr.Ir.Irvan, M.Si, selaku Koordinator Tugas Akhir dan juga Dosen

Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan

kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

2. Ibu Zuhrina Masyitah, ST. M.Sc juga Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian

Tugas Akhir ini.

3. Ibu Ir.Renita Manurung, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Kimia

4. Staf Pengajar Departemen Teknik Kimia atas ilmu yang diberikan kepada

penulis sehingga penulis dapat mengerjakan Tugas Akhir ini.

5. Para Pegawai Departemen Teknik Kimia atas bantuan dan kemudahan

administratif yang diberikan.

6. Rekan penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini Ismaulida Sari Lubis

dan Lisbet Artaty Sianipar.

7. Teman-teman penulis Rico, Royan (Kakaroto), Wahyu, Zulham (Giring),

Ardi, Mida, Sandra, bro Jen, bro Rudi, bro Marwan dan Evalianti yang

(3)

8. Teman–teman Teknik Kimia Extension Stambuk 2003 dan semua

teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang juga telah

memberikan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dikarenakan

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga Tugas Akhir ini bisa

bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis,

(4)

INTISARI

Pabrik pembuatan karbon disulfida dari arang kayu dan belerang ini

direncanakan berkapasitas produksi 15.000 ton/tahun.

Lokasi pabrik direncanakan di Kuala Tanjung,Asahan Sumatera

Utara yang dekat dengan penghasil bahan baku di Sumatera Utara, dengan

luas areal pabrik 10.000 m2.

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengoperasian pabrik ini

berjumlah 160 orang karyawan dengan bentuk badan usaha adalah Perseroan

Terbatas (PT) dan struktur organisasi adalah sistem garis dan staff.

Hasil analisa terhadap aspek ekonomi pabrik ini adalah sebagai

berikut:

a. Total modal investasi : Rp 255.266.000.000,-

b. Biaya Produksi (per tahun) : Rp 232.970.000.000,-

c. Hasil penjualan (per tahun) : Rp 344.999.994.520,-

d. Laba bersih : Rp 78.404.069.149,-

e. Profit Margin (PM) : 32,47 %

f. Break Even Point (BEP) : 51,79 %

g. Return on Investment (ROI) : 43,88 %

h. Pay Out Time (POT) : 2,27 tahun

i. Internal Rate of Return (IRR) : 28,43 %

Berdasarkan data-data di atas maka dapat disimpulkan bahwa

(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Intisari ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii BAB I Pendahuluan ... I-1

1.1 Latar Belakang ... I-1

1.2 Perumusan Masalah ... I-2

1.3 Tujuan Perancangan Pabrik ... I-2

1.4 Manfaat Rancangan ... I-2

BAB II Tinjauan Pustaka ... II-1

2.1 Arang Kayu (Charcoal) ... II-1

2.2 Belerang Murni (Sulfur) ... II-4

2.3 Karbon Disulfida ... II-5

2.4 Spesifikasi Bahan baku dan produk ... II-6

2.5 Deskripsi Proses Pembuatan karbon disulfida ... II-7

BAB III Neraca Massa ... III-1 BAB IV Neraca Panas ... IV-1 BAB V Spesifikasi Alat ... V-1

5.1 Gudang Bahan Baku (G-101) ... V-1

5.2 Bucket Elevator (C – 101) ... V-1

5.3 Rooler Mill (FR-101) ... V-2

5.4 Vibrating Screen (SS-101) ... V-2

5.5 Belt Conveyor (BC-101) ... V-3

5.6 Bucket Elevator (BE-102) ... V-3

5.7 Furnace Kalsinasi (F-101) ... V-4

5.8 Bucket Elevator (BE-103) ... V-4

5.9 Furnace (F-102) ... V-5

5.10 Blower (BL-101) ... V-5

(6)

5.12 Blower (BL-102) ... V-6

5.13 Cooler (CO-101) ... V-6

5.14 Kondensor (CD-101) ... V-6

5.15 Pompa (P-101) ... V-7

5.16 Cooler (CO-102) ... V-7

5.17 Pompa (P-102) ... V-8

5.18 Storage Tank (T-101) ... V-8

5.19 Gudang Bahan Baku (G-102 ) ... V-9

5.20 Bucket Elevator (BE-104) ... V-9

5.21 Roller Mill (FR-102)... V-10

5.22 Vibrating Screen (SS-102)... V-10

5.23 Belt Conveyor (BC-102) ... V-11

5.24 Bucket Elevator (BE-105) ... V-11

BAB VI Instrumentasi Dan Keselamatan Kerja ... VI-1

6.1 Instrumentasi ... VI-1

6.2 Keselamatan Kerja ... VI-6

BAB VII Utilitas ... VII-1

7.1 Kebutuhan Air ... VII-1

7.2 Kebutuhan Bahan Kimia ... VII-6

7.3 Kebutuhan Listrik ... VII-6

7.4 Kebutuhan Bahan Bakar ... VII-6

7.5 Unit Pengolahan Limbah ... VII-7

7.6 Spesifikasi Peralatan Utilitas ... VII-13

BAB VIII Lokasi dan Tata Letak Pabrik ... VIII-1

8.1 Landasan Teori ... VIII-1

8.2 Lokasi Pabrik ... VIII-1

8.3 Tata Letak Pabrik ... VIII-3

8.4 Perincian Luas Tanah ... VIII-5

BAB IX Organisasi dan Manajemen Perusahaan ... IX-1

9.1 Organisasi Perusahaan ... IX-1

9.2 Manajemen Perusahaan ... IX-3

(7)

9.4 Uraian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab ... IX-6

9.5 Sistem Kerja ... IX-9

9.6 Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan ... IX-11

9.7 Sistem Penggajian ... IX-12

9.8 Kesejahteraan Karyawan ... IX-13

BAB X Analisa Ekonomi ... X-1

10.1 Modal Investasi ... X-1

10.2 Biaya Produksi Total (BPT) / Total Cost (TC) ... X-4

10.3 Total Penjualan (Total Sales) ... X-5

10.4 Perkiraan Rugi/Laba Usaha ... X-5

10.5 Analisa Aspek Ekonomi ... X-5

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data produksi karbon disulfida ... I-1

Tabel 3.1 Neraca Massa pada Vibrating Screen (SS-101)...III-1

Tabel 3.2 Neraca Massa pada Belt Conveyor (BC-101) ... III-1

Tabel 3.3 Neraca Massa pada Bucket Elevator (BE-102) ... III-2

Tabel 3.4 Neraca Massa pada Furnace Kalsinasi (F-101)... III-2

Tabel 3.5 Neraca Massa pada Bucket Elevator (BE-103) ... III-3

Tabel 3.6 Neraca Massa pada Tungku Listrik (F-102) ... III-3

Tabel 3.7 Neraca Massa pada Cyclone (FG-101) ... III-3

Tabel 3.8 Neraca Massa pada Cooler (CO-101) ... III-4

Tabel 3.9 Neraca Massa pada Condensor (CD-101) ... III-4

Tabel 3.10 Neraca Massa pada Cooler (CO-102) ... III-4

Tabel 4.1 Neraca Panas pada Furnace Kalsinasi (F-101)... IV-1

Tabel 4.2 Neraca Panas pada Tungku Listrik (F-102) ... IV-1

Tabel 4.3 Neraca Panas pada Cooler (CO-101) ... IV-2

Tabel 4.4 Neraca Panas pada Condensor (CD-101) ... IV-2

Tabel 4.5 Neraca Panas pada Cooler (CO-102) ... IV-2

Tabel 7.1 Kebutuhan Air Pendingin pada Alat ... VII-1

Tabel 7.2 Pemakaian Air untuk Berbagai Kebutuhan ... VII-2

Tabel.7.3 Kualitas Air Sungai ... VII-3

Tabel 8.1 Perincian Luas Areal Pabrik ... VIII-5

Tabel 9.1 Jadwal Kerja Karyawan Shiff ... IX-11

Tabel 9.2 Jumlah Karyawan dan Kualifikasinya ... IX-11

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Tangki penyimpanan beserta instrumennya ... VI-4

Gambar 6.2 Tungku Listrik beserta instrumennya ... VI-4

Gambar 6.3 Pompa beserta instrumennya ... VI-5

Gambar 6.4 Cooler beserta instrumennya. ... VI-5

Gambar 7.1 Unit Pengolahan Air Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Karbon Disulfida ...VII-20 Gambar 8.1 Tata Letak Pra Rancangan Pabrik Pembuatan

(10)

INTISARI

Pabrik pembuatan karbon disulfida dari arang kayu dan belerang ini

direncanakan berkapasitas produksi 15.000 ton/tahun.

Lokasi pabrik direncanakan di Kuala Tanjung,Asahan Sumatera

Utara yang dekat dengan penghasil bahan baku di Sumatera Utara, dengan

luas areal pabrik 10.000 m2.

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengoperasian pabrik ini

berjumlah 160 orang karyawan dengan bentuk badan usaha adalah Perseroan

Terbatas (PT) dan struktur organisasi adalah sistem garis dan staff.

Hasil analisa terhadap aspek ekonomi pabrik ini adalah sebagai

berikut:

a. Total modal investasi : Rp 255.266.000.000,-

b. Biaya Produksi (per tahun) : Rp 232.970.000.000,-

c. Hasil penjualan (per tahun) : Rp 344.999.994.520,-

d. Laba bersih : Rp 78.404.069.149,-

e. Profit Margin (PM) : 32,47 %

f. Break Even Point (BEP) : 51,79 %

g. Return on Investment (ROI) : 43,88 %

h. Pay Out Time (POT) : 2,27 tahun

i. Internal Rate of Return (IRR) : 28,43 %

Berdasarkan data-data di atas maka dapat disimpulkan bahwa

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia hingga saat ini masih memiliki hutan alami yang cukup luas.

Selama ini pemanfaatan hasil yang berupa kayu terutama dipakai untuk bahan

bakar, bahan untuk pembuatan alat-alat rumah tangga dan untuk bahan konstruksi.

Untuk dunia industri, konsumen utama kayu adalah industri kayu lapis dan pulp.

Selain kedua industri tersebut bahan dari kayu ini memilki potensi sebagai

industri yang berbasis kayu walaupun tidak secara langsung, yaitu Pabrik Karbon

Disulfida dari Belerang dan Arang Kayu (Charcoal). Karbon disulfida merupakan

bahan yang sangat diperlukan dalam jumlah yang besar yang berguna untuk

Industri Rayon, Karet, carbon tetra chlorida, Flotation Agent untuk karet dan

bahan Insektisida (Kirk and Othmer,1995). Data produksi karbon disulfida per

tahun diperlihatkan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data produksi karbon disulfida

Tahun Berat ( Kg)

2004 10.314.072

2005 10.320.027

2006 11.911.910

2007 12.115.066

2008 12.497.435

*2009 13.196.922

*2010 13.896.409

*2011 14.595.896

*) Diprediksi

Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2008)

Pendirian pabrik karbon disulfida dari arang kayu dan belerang ini

direncanakan didirikan untuk memenuhi kebutuhan karbon disulfida nasional

(12)

Pendirian pabrik karbon disulfida dari arang kayu dan belerang sangat

tepat dengan iklim kemitraan yang selama ini digiatkan oleh pemerintah, yaitu

dengan jalan memakai arang kayu masyarakat sekitar, karena teknologi

pengolahan kayu menjadi arang kayu relatif sederhana.

1.2Perumusan Masalah

Sehubungan dengan meningkatnya produksi karbon disulfida, maka

diperlukan suatu pembangunan pabrik karbon disulfida dari arang kayu (charcoal)

dan belerang yang efisien, ekonomis dan ramah lingkungan. Tugas akhir ini

memaparkan bagaimana Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Karbon Disulfida yang

berdasarkan aspek ekonomi dan teknik.

1.3Tujuan Perancangan Pabrik

Tujuan rancangan pabrik pembuatan Karbon Disulfida dari arang kayu

(charcoal) dan belerang ini adalah untuk mengaplikasikan disiplin ilmu teknik

kimia yang meliputi neraca massa, neraca energi, spesifikasi peralatan, operasi

teknik kimia, utilitas, dan bagian ilmu teknik kimia lainnya serta untuk

mengetahui aspek ekonomi dalam pembiayaan pabrik sehingga akan memberikan

gambaran kelayakan pra-rancangan pabrik pembuatan Karbon Disulfida dari

arang kayu (charcoal) dan belerang.

1.4Manfaat Rancangan

Manfaat dari pra-rancangan ini adalah :

1. Memberikan gambaran tentang kelayakan pra-rancangan pabrik

pembuatan Karbon Disulfida dari arang kayu (charcoal) dan belerang.

2. Meningkatkan devisa negara dengan meningkatkan nilai jual dari Karbon

Disulfida.

3. Menciptakan lapangan kerja sehingga mengurangi jumlah pengangguran

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arang Kayu (Charcoal)

Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan

dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau

tumbuhan. Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang

dan benda lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan menyerupai batu

bara ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia

lainnya. Arang pada awalnya digunakan sebagai pengganti mesiu. Ia juga

digunakan dalam metalurgi sebagai reducing agent, walaupun sekarang sudah

ditinggalkan. Sebagian orang menggunakan arang sebagai media gambar. Tetapi

sebagian besar produki charcoal digunakan sebagai bahan bakar. Hasil

pembakarannya lebih bersih daripada kayu biasa.

Batu arang lazim dipakai untuk membakar makanan di luar ruangan dan

pada saat berkemah. Di beberapa negara Afrika, arang digunakan oleh sebagian

besar masyarakat sebagai alat memasak sehari-hari. Pemakaian arang untuk

memasak makanan di dalam ruangan memiliki resiko berbahaya terhadap

kesehatan, karena karbon monoksida yang dihasilkan. Sebelum Revolusi Industri,

arang digunakan sebagai bahan bakar industri metalurgi.

Arang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.

Arang atau kayu dibakar di dalam generator gas kayu untuk menggerakan mobil

dan bus. Di Perancis pada saat Perang Dunia II, produksi kayu dan arang untuk

kendaraan bermotor meningkat dari 50.000 ton sebelum perang menjadi 500.000

ton pada tahun 1943. Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung

85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan

pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar

tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang

mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi.

Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan

sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel

(14)

dilakukan aktifasi dengan aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan

pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami

perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang

aktif. Pada abad XV, diketahui bahwa arang aktif dapat dihasilkan melalui

komposisi kayu dan dapat digunakan sebagai adsorben warna dari larutan.

Aplikasi komersial, baru dikembangkan pada tahun 1974 yaitu pada industri gula

sebagai pemucat, dan menjadi sangat terkenal karena kemampuannya menyerap

uap gas beracun yang digunakan pada Perang Dunia I. Arang aktif merupakan

senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang

mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk

mendapatkan permukaan yang lebih luas.

Luas permukaan arang berkisar antara 300-3500 m2/gram dan

berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang mempunyai

sifat sebagai adsorben. Arang dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa

kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar volume

pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arang sangat besar terhadap beratnya, yaitu

25-100%. Arang dibagi atas 2 tipe, yaitu arang sebagai pemucat dan sebagai

penyerap uap. Arang sebagai pemucat, biasanya berbentuk powder yang sangat

halus, diameter pori mencapai 1000A digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk

memindahkan zat-zat pengganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak

diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat pengganggu dan kegunaan lain

yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari serbuk-serbuk gergaji,

ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan

mempunyai struktur yang lemah.

Arang sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet yang

sangat keras, dengan diameter pori berkisar antara 10-200 A tipe pori lebih halus,

digunakan dalam fase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, katalis,

pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata

atau bahan baku yang mempunyai bahan baku yang mempunyai struktur keras

(Wikipedia, 2008).

Arang kayu dibuat dengan mengarangkan kayu dalam tumpukkan yang

(15)

destilasi. Mengandung 93% karbon, 2,5% hidrogen dan 3% abu dengan

pemanasan diatas 1500 oC hidrogen menjadi 0,62%. Yield kira-kira 24% kayu,

dalam oven 25% dengan 10% teer, 40% asam pyroligeous dan 25% gas.

Arang aktif digunakan sebagai absorben dibuat dari arang yang cocok,

lumpur bahan pembakar atau batu bara dengan metode berbeda.

Dalam proses arang langsung atau batu arang temperatur rendah dari arang

yang cocok dipanaskan dalam labu destilasi pada suhu 1000 oC. Seadanya diatur jumlah udara atau uap, yang memindahkan materi yang menghalangi pori-prori.

Dalam proses pembatuan arang digumpalkan dengan terkayu dan sedikit soda

kaustik dan biji yang diutamakan untuk pemanasan progresif, terakhir dalam

penguapan pada suhu 800-1000 oC. Dalam proses kimia kayu atau lumpur bahan

pembakar dicampur dengan garam seperti magnesium atau seng klorida (ZnCl2)

atau dengan asam fosfor (HFO4) dan karbon setelah materi dapat larut

dipindahkan dari arang dengan pencucian asam dilute.

Arang aktif mengadsorpsi gas lebih dari biasanya arang dan digunakan

dalam alat pernafasan. Itu juga digunakan sama baiknya seperti arang hewan

untuk decolorising sirup gula dan untuk memindahkan minyak fucel dari sawit.

Gas karbon adalah bentuk keras yang murni hitam keabu-abuan dari karbon dan

konduktor yang baik dari elektrik yang diendapkan oleh dekomposisi dari metan

dalam kontak dengan bak merah panas atau labu destilasi dalam pembuatan gas

(16)

2.2 Belerang (Sulfur)

Belerang atau sulfur adalah

memiliki lambang S dan

berasa, tak berbau dan

zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni

atau sebagai mineral-mineral

kehidupan dan ditemukan dalam dua

terutama dalam

da

Sulfur adalah bahan kimia mineral yang paling penting dan unsur yang

paling banyak disebarluaskan. Sulfur di alam terdapat dalam keadaan bebas dan

dalam bentuk senyawa. Sulfur alam dalam keadaan bebas diperoleh dari gunung

berapi dan ada pula yang tertimbun di dalam tanah. Sulfur dalam bentuk senyawa

tersebar luas dalam bumi sebagai sulfit dan sulfat. Sulfur dalam bentuk gas dapat

ditemui pada proses peleburan bijih logam dan industri kimia.

Sulfur memiliki sifat relatif inert, tatapi pada 247 0C sulfur terbakar

menjadi SO2 atau SO3 dan gas ini bisa digunakan langsung atau dikonversikan

menjadi asam sulfat, ini merupakan penggunaan sulfur yang murah. Sulfur banyak

sekali kegunaannya misalnya pada industri pupuk, pengilangan minyak, bahan

kimia, rayon dan film, cat dan pigmen, produk batu bara, besi dan baja, peleburan

logam yang lain, bahan peledak, tekstil dan lain- lain.

Produksi sulfur dunia sekitar 4 juta ton per tahun, dengan Amerika sebagai

produsen terbesar yaitu sebanyak 92% dan sisanya berasal dari Itali, Jepang, Chili,

(17)

2.3 Karbon Disulfida

Karbon disulfida pertama kali di temukan oleh W.A Lampudius pada tahun

1796, dengan mereaksikan batu bara dan pirit pada suhu tinggi. Pada tahun 1802,

Clement dan Desames menemukan proses pembuatan karbon disulfida dengan

mereaksikan belerang dan arang kayu.

Karbon disulfida merupakan cairan tidak berwarna namun bila terkena

matahari berubah menjadi kekuning- kuningan, tidak berbau mudah menyala dan

volatil, larut dalam benzen, alkohol dan eter, sangat sedikit terlarut dalam air

sekitar 0,014%. Perubahan terjadi pada suhu 100°C, titik beku -111,6°C , titik cair +108,6°C, titik didih 46,25°C, temperatur kritis 273°C dan tekanan kritis 75 atm. Berat molekul 76,14 (Kirk and Othmer,1995).

Proses pembuatan karbon disulfida ada bermacam-macam, misalnya:

Proses belerang–arang kayu, proses belerang–hidrokarbon, proses lama dan

beberapa proses yang baru pada skala laboratorium, namun yang sudah

dikembangkan secara komersial hanya Proses belerang – arang kayu dan belerang

– hidrokarbon (Kirk and Othmer,1995).

1. Pembuatan karbon disulfida dengan menggunakan proses hidrokarbon

menggunakan bahan baku belerang dan methana, ethana, propylena sebagai

sumber karbonnya. Suhu operasi reaktor 7000 C dibantu katalis activated alumia dengan Khromium oxida dan konversi pembentukan karbon disulfida 90%. Proses

belerang Hidrokarbon dewasa ini lebih banyak dipilih, dengan proses reaksi

sebagai berikut :

CH4 + 4S CS2 + 2 H2S

2. Indonesia pada saat ini mempunyai pertimbangan dalam pembuatan

karbon disulfida dengan menggunakan proses arang kayu dan belerang perlu

mendapat perhatian lebih, karena reaksi antara arang kayu dan belerang dapat

ditulis :

C (P) + 2S(P) CS2(g)

Dengan menggunakan reaktor kolom terfluidasi, diperoleh konversi S

menjadi CS2 sebasar 75 % dengan waktu tinggal 0,5 – 10 detik. Namun selain

kedua reaksi tersebut masih ada proses :

2 CO + 2 S 2 COS CS2 + CO2

(18)

2.4 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.4.1 Bahan Baku

2.4.1.1 Belerang

a. Berwarna kuning

b. Pada suhu kamar spesifik grafity 1,9 – 2,1

c. Pada 1 atm titik lebur 110,2 – 119,25 °C

d. Pada 1 atm titik didih 444,6 °C

e. Pada 1 atm temperatur nyala 248 °C

f. Tidak larut dalam air dan asam

g. Larut dalam karbon disulfida

h. Tidak menghantar panas dan listrik

i. Pada temperatur 0 – 70 °C

(Perrys,1992)

2.4.1.2 Arang kayu

a. Berwarna hitam

b. Sebagai bahan bakar

c. Merupakan senyawa karbon

d. Lembut, ringan dan mudah patah

e. Mempunyai daya serap yang tinggi

f. Digunakan sebagai absorben

g. Aktif pada reaksi kimia

h. Berkadar abu rendah

i. Sedikit mengeluarkan asap sehingga alat yang digunakan lebih bersih

dan awet.

(19)

2.4.2 Produk

2.4.2.1 Karbon disulfida

a. Suatu cairan yang tidak berwarna namun bila terkena matahari berubah

menjadi kekuning- kuningan

b. Tidak berbau

c. Larut dalam benzene, dan alcohol

d. Titik beku -111,6 0C e. Titik cair 108,6 0C f. Titik didih 46,25 0C g. Temperatur kritis 273 0C h. Tekanan kritis 75 atm

i. Berat molekul 76,14 gr/mol

(Perrys,1992)

2.5 Deskripsi Proses

Langkah- langkah operasi yang ditempuh dalam proses pembuatan Karbon

disulfida ( CS2) adalah sebagai berikut :

1. Proses Kalsinasi

Adapun tujuan dari proses kalsinasi adalah untuk mengurangi kandungan

uap lembab yang terdapat di dalam arang kayu sehingga yang tersisa hanya

karbon dan juga untuk menghindari hasil reaksi samping seperti Hidrogen

Sulfida, Karbon Oksisulfida dan Karbon Monoksida (CO) yang berlebihan.

Pada proses pembuatan Karbon Disulfida diperlukan perlakuan awal terhadap

arang kayu. Pada tahap kalsinasi ini dipanaskan terlebih dahulu arang kayu

pada tungku listrik (F-101). Pada proses kalsinasi ini menggunakan arus listrik

sebagai sumber pemanas, suhu yang digunakan 400 0C.

2. Proses Pencampuran

Arang kayu yang berupa karbon dimasukkan ke dalam tungku listrik

(F-102) melalui bucket elevator (BE-101) dan belerang padat dimasukkan ke

dalam tungku listrik (F-102) melalui bucket elevator (BE-105). Pada tungku

(20)

1 atm. Belerang dan karbon yang masuk menyatu di dalam tungku listrik

berubah fasa menjadi fasa gas yaitu gas belerang pada kondisi operasi atas.

Sumber panas yang diperlukan pada tungku listrik berasal dari panas yang

dihasilkan elektroda yang dialiri oleh arus listrik.

Pada tahapan operasi ditungku listrik terbentuk gas Karbon disulfida

sebagai produk utama, reaksi yang terjadi di dalam tungku listrik, adalah:

C + 2S CS2

Gas karbon disulfida yang keluar dari tungku listrik (F-102) masuk ke

dalam cylcon (FG-101), dalam alat ini terjadi proses pemisahan antara padatan

dan gas. Pada proses pemisahan ini padatan yang berupa karbon (C) dibuang.

3. Proses Pendinginan

Gas yang keluar dari tungku listrik (F-102) di masukkan ke dalam cooler

(CO-101) dari temperatur 900 0C diturunkan menjadi 550 0C dengan media pendingin air pada temperatur 10 °C, 1 atm. Gas yang keluar dari cooler

(CO-101) dimasukkan kedalam condensor (CD-(CO-101) gas yang masuk akan berubah

fasa dari gas menjadi cair, penukaran gas dengan media pendingin air pada

temperatur 100C, 1 atm sehingga diperoleh Karbon Disulfida cair (119 °C, 1 atm) sebagai hasil pendinginan. Karbon Disulfida yang telah cair di dinginkan

lagi pada alat pendingin cooler (CO-101) pada temperatur 10 °C, 1 atm

sehingga gas Karbon Disulfida yang diperoleh pada temperatur 44 °C, 1 atm.

Cairan karbon disulfida dari cooler kemudian di alirkan ke dalam tangki

(21)

Komponen Alur Karbon (kg/jam) Air (kg/jam) Hidrogen (kg/jam) Nitrogen (kg/jam) Oksigen (kg/jam) Debu (kg/jam) Sulfur (kg/jam) Karbon disulfida (kg/jam) Total

Temperatur (o C) Tekanan (atm) Alur 8 -17,7682 -17,7682 110 1 Alur 7 -3,1355 -3,1355 110 1 Alur 6 -20,9038 -20,9038 110 1 Alur 3 2.065,5628 22,2103 55,5258 4,4420 6,6631 66,6310 -2.221,0352 30 1 Alur 4 -22,2103 55,5258 4,4420 6,6631 -88,8414 400 1 Alur 5 2.065,5628 -66,6310 -2.132,1938 400 1 Alur 2 364,5110 3,9194 9,7986 0,7838 1,1758 11,7584 -391,9474 30 1 Alur 1 2.430,0739 26,1298 65,3245 5,2259 7,8389 78,3894 -2.612,9827 30 1 Alur 9 -53,3048 -53,3048 900 1 Alur 10 -13,3262 -2.083,3311 2.096,6573 900 1 Alur 11 -13,3262 -13,3262 900 1 Alur 12 -0.0022 -2.083,3311 2.083,3333 900 1

G - 101 Air Pendingin

Air Pendingin Bekas

SS - 101

CD - 101 FG - 101

FR - 101

F - 102

CO- 101 BE - 102

P - 101

Limbah

BC - 101 BE - 101

BE - 103 F - 101

DENGAN KAPASITAS 15000 T ON/TAHUN

TANGGAL T.TANGAN

DIGAMBAR NAMA : Jumri Prico Pangihutan

TANPA SKALA NIM : 080425025

DIPERIKSA/ 1. NAMA : Dr.Eng. Ir. Irvan, Msi DISETUJUI NIP : 19680820 199501 1 001

2. NAMA : Zuhrina Masyithah, ST, MSc NIP : 19710905 199512 2 001

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PRA RANCANGAN PEMBUATAN KARBON DISULFIDA DARI ARANG KAYU DAN BELERANG 1 3 5 13 12 2 11 10 9 TC TC 4

T - 101 LC

G - 102 SS - 102

FR - 102 BE - 105 BE - 104

6

8

7

FC

P - 102 CO- 102

14

15

BC - 102

Alur 13 -0,0022 -2.083,3311 2.083,3333 550 1 Alur 14 -0,0022 -2.083,3311 2.083,3333 119 1

TC TC TC

BL - 101 BL - 102

KODE G-101 G-102 T-101 BE-101 BE-102 BE-103 BE-104 BE-105 SS-101 SS-102 FR-101 FR-102 BC-101 BC-102 F-101 F-102 FG-101 CD-101 CO-101 CO-102 P-101 P-102 BL-101 BL-102 KETERANGAN

(22)

BAB III

NERACA MASSA

Kapasitas Produksi : 15.000,00 ton /tahun

Waktu Operasi : 300 hari/tahun

Basis Perhitungan : 2.083,3333 kg/jam produk

Tabel 3.1 Neraca Massa pada Vibrating Screen (SS-101)

Komponen

Alur masuk

(kg/jam)

Alur keluar

(kg/jam)

F1 F2 F3

Karbon 2.430,0739 364,5110 2.065,5628

Air ( Bmm ) 26,1298 3,9194 22,2103

Debu 78,3894 11,7584 66,6310

Hidrogen 65,3245 9,7986 55,5258

Nitrogen 5,2259 0,7838 4,4420

Oksigen 7,8389 1,1758 6,6631

Jumlah 2.612,9827 391,9474 2.221,0352

2.612,9827 2.612,9827

Tabel 3.2 Neraca Massa pada Belt Conveyor (BC-101)

Komponen

Alur masuk

(kg/jam)

Alur keluar

(kg/jam)

F3 F3

Karbon 2.065,5628 2.065,5628

Air ( Bmm) 22,2103 22,2103

Debu 66,6310 66,6310

Hidrogen 55,5258 55,5258

Nitrogen 4,4420 4,4420

Oksigen 6,6631 6,6631

(23)

Tabel 3.3 Neraca Massa pada Bucket Elevator (BE-102)

Komponen

Alur masuk

(kg/jam)

Alur keluar

(kg/jam)

F3 F3

Karbon 2.065,5628 2.065,5628

Air ( Bmm) 22,2103 22,2103

Debu 66,6310 66,6310

Hidrogen 55,5258 55,5258

Nitrogen 4,4420 4,4420

Oksigen 6,6631 6,6631

Jumlah 2.221,0352 2.221,0352

Tabel 3.4 Neraca Massa pada Kalsinasi (F-101)

Komponen

Alur masuk

(kg/jam)

Alur keluar

(kg/jam)

F3 F4 F5

Karbon 2.065,5628 - 2.065,5628

Air ( Bmm ) 22,2103 22,2103 -

Debu 66,6310 - 66,6310

Hidrogen 55,5258 55,5258 -

Nitrogen 4,4420 4,4420 -

Oksigen 6,6631 6,6631 -

Jumlah 2.221,0352 88,8414 2.132,1938

(24)

Tabel 3.5 Neraca Massa pada Bucket Elevator (BE-103)

Komponen

Alur masuk

(kg/jam)

Alur keluar

(kg/jam)

F5 F5

Karbon 2.065,5628 2.065,5628

Debu 66,6310 66,6310

Jumlah 2.132,1938 2.132,1938

Tabel 3.6 Neraca Massa pada Vibrating Screen (SS-102)

Komponen

Alur masuk

(kg/jam)

Alur keluar

(kg/jam)

F6 F7 F8

Sulfur 20,9038 3,1355 17,7682

Jumlah 20,9038 3,1355 17,7682

20,9038 20,9038

Tabel 3.7 Neraca Massa pada Belt Conveyor (BC-102)

Komponen

Alur masuk

(kg/jam)

Alur keluar

(kg/jam)

F8 F8

Sulfur 17,7682 17,7682

Jumlah 17,7682 17,7682

17,7682 17,7682

Tabel 3.8 Neraca Massa pada Bucket Elevator (BE-105)

Komponen

Alur masuk

(kg/jam)

Alur keluar

(kg/jam)

F8 F8

Sulfur 17,7682 17,7682

Jumlah 17,7682 17,7682

(25)

Tabel 3.9 Neraca Massa pada Tungku Listrik (F-102)

Komponen Alur masuk (kg/jam) Alur keluar (kg/jam)

F5 F8 F9 F10

Karbon 2.065,5628 - - -

Sulfur - 17,7682 - -

Karbon

disulfide - - - 2.083,3311

Debu 66,6310 - 53,3048 13,3262

Jumlah 2.132,1938 17,7682 53,3048 2.096,6573

2.149,9621 2.149,9621

Tabel 3.10 Neraca Massa pada Cyclone (FG-101)

Komponen

Alur masuk

(kg/jam)

Alur keluar

(kg/jam)

F10 F11 F12

Karbon disulfida 2.083,3311 - 2.083,3311

Debu 13,3262 13,0596 0,0022

Jumlah 2.096,6573 13,3262 2.083,3333

2.096,6573 2.096,6573

Tabel 3.11 Neraca Massa pada Cooler (CO-101 )

Komponen

Alur masuk

(kg/jam)

Alur keluar

(kg/jam)

F12 F13

Karbon Disulfida 2.083,3333 2.083,3333

(26)

Tabel 3.12 Neraca Massa pada Condensor (CD-101 )

Komponen

Alur masuk

(kg/jam)

Alur keluar

(kg/jam)

F13 F14

Karbon Disulfida 2.083,3333 2.083,3333

2.083,3333 2.083,3333

Tabel 3.13 Neraca Massa pada Cooler (CO-102 )

Komponen

Alur masuk

(kg/jam)

Alur keluar

(kg/jam)

F14 F15

Karbon Disulfida 2.083,3333 2.083,3333

(27)

BAB IV

NERACA PANAS

Basis perhitungan : 1 jam

Satuan operasi : kJ/jam

Temperatur Refrensi : 25oC

4.1 Furnace-1 (F-101)

Tabel 4.1 Neraca panas pada furnace-1

Komponen Panas Masuk

(KJ/jam)

Panas Keluar

(Kj/jam)

Arang Kayu 2973,3957

H2 606925,4771

O2 4834,0306

N2 3527,3771

H2O 71662,0523

Karbon 254145,901

Debu 453,2977

Subtotal 2973,3957 941548,1359

Suplai Panas 938574,7402

Total 941548,1359 941548,1359

4.2 Furnace-2 (F-102)

Tabel 4.2 Neraca panas pada furnace-2

Komponen Panas Masuk

(kJ/jam)

Panas Keluar

(kJ/jam)

Karbon 254145,901

Debu 453,2977 921,8854

Sulfur 15,391

CS2 3422756,848

(28)

Subtotal 254614,5897 3423795,802

Suplai panas 3169181,212

Total 3423795,802 3423795,802

4.3 Cooler-1

Tabel 4.3 Neraca panas pada cooler-1

Komponen Panas Masuk

(kJ/jam)

Panas Keluar

(kJ/jam)

CS2 3422756,848 1848394,943

Air Pendingin -1574361,905

Total 1848394,943 1848394,943

4.4 Kondensor-1

Tabel 4.4 Neraca panas pada cooler-2

Komponen Panas Masuk

(kJ/jam)

Panas Keluar

(kJ/jam)

CS2 1848394,943 886465,2939

Air Pendingin -961929,6496

Total 886465,2939 886465,2939

4.5 Cooler-2

Tabel 4.5 Neraca panas pada cooler-3

Komponen Panas Masuk

(kJ/jam)

Panas Keluar

(kJ/jam)

CS2 886465,2939 44370,5748

Air Pendingin -842094,7191

(29)

BAB V

SPESIFIKASI PERALATAN

1. Gudang Bahan Baku (G-101)

Fungsi : Menyimpan bahan baku arang kayu, direncanakan untuk

kebutuhan 7 hari

Bentuk : Persegi

Bahan konstruksi : Beton

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 1.096,1510 m3

Kondisi operasi : -Temperatur = 300C

-Tekanan = 1 atm

Kondisi fisik :

- Panjang : 13,8047 m

- Lebar : 13,8047 m

- Tinggi : 6,9023 m

2. Bucket Elevator (BE-101)

Fungsi : Mengangkut arang kayu dari gudang penyimpanan ke

Rooler Mill (FR-101)

Bentuk : Spaced-bucket centrifugal discharge elevator

Bahan konstruksi : Malleable-iron

Jumlah : 1 unit

Laju alir : 2.612,9827 kg/jam

Kondisi operasi : -Temperatur = 300C

-Tekanan = 1 atm

Kondisi fisik :

Tinggi elevator : 7,62 m

Ukuran bucket : (6 x 4 x 4¼) in

Jarak antar bucket : 0,305 m

(30)

Kecepatan putaran : 43 rpm

Lebar belt : 17,78 cm

Daya motor : 0,5845 hp

3. Rooler Mill (FR-101)

Fungsi : Memperkecil ukuran arang kayu dari gudang

penyimpanan (G-101) sebelum ke unit Furnance

(F-101).

Jenis : Double Toothed-Roll Crusher

Bahan konstruksi : Stainless steel

Jumlah : 1 buah

Diameter : 0,25 ft

Face ukuran roll : 2 ft

Kecepatan putaran : 39,8 rpm

Daya motor : 5 Hp

4. Vibrating Screen (SS-101)

Fungsi : Memisahkan arang kayu dari ukuran besar

Jenis : Vibrating Screen

Bahan konstruksi : Stainless steel

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 2.612,9827 kg/jam

Kondisi operasi : -Temperatur = 300C

-Tekanan = 1 atm

Kondisi fisik

- Panjang : 0,8439 m

- Lebar : 0,5626 m

- Daya : 4 hp

5. Belt Conveyor (BC-101)

Fungsi : mentransfer arang kayu ke bucket elevator (BE-102)

(31)

Material : Commercial Steel

Kondisi Operasi : - Temperatur (T) : 300C

- Tekanan (P) : 1 atm

Kapasitas : 2,2876 ton/jam

Lebar Belt : 35 cm

Luas Area : 0,010 m2

Kecepatan Belt normal : 61 m/menit

Kecepatan Belt maksimum : 91 m/menit

Belt Plies minimum : 3

Belt Plies maksimum : 5

Kecepatan Belt : 30,5 m/menit

Daya motor : 0,44 Hp

6. Bucket Elevator (BE-102)

Fungsi : Mengangkut arang kayu dari gudang penyimpanan ke

Furnance (F-101)

Bentuk : Spaced-bucket centrifugal discharge elevator

Bahan konstruksi : Malleable-iron

Jumlah : 1 unit

Laju alir : 2.487,5594 kg/jam

Kondisi operasi : -Temperatur = 300C

-Tekanan = 1 atm

Kondisi fisik :

Tinggi elevator : 7,62 m

Ukuran bucket : (6 x 4 x 4¼) in

Jarak antar bucket : 0,305 m

Kecepatan bucket : 1,143 m/s

Kecepatan putaran : 43 rpm

Lebar belt : 17,78 cm

(32)

7. Furnance Kalsinasi (F-101)

Fungsi : Untuk memanaskan arang kayu dan menguapkan gas-gas

volatil yang terdapat dalam arang kayu dengan pemanas

listrik hingga temperatur 400oC

Jenis : Fire box

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : - Temperatur (T) : 400 0C - Tekanan (P) : 1 atm

Kapasitas : 5,5460 m3

Diameter : 1,9188 m

Tinggi : 1,9188 m

8. Bucket Elevator (BE-103)

Fungsi : Mengangkut serbuk karbon dari Furnance (F-101) ke

Furnance (F-102)

Bentuk : Spaced-bucket centrifugal discharge elevator

Bahan konstruksi : Malleable-iron

Jumlah : 1 unit

Laju alir : 2.388,0570 kg/jam

Kondisi operasi : -Temperatur = 300C

-Tekanan = 1 atm

Kondisi fisik :

Tinggi elevator : 7,62 m

Ukuran bucket : (6 x 4 x 4¼) in

Jarak antar bucket : 0,305 m

Kecepatan bucket : 1,143 m/s

Kecepatan putaran : 43 rpm

Lebar belt : 17,78 cm

(33)

9. Furnance (F-102)

Fungsi : Untuk memanaskan serbuk karbon dan belerang cair dengan

pemanas listrik hingga temperatur 900oC

Jenis : Fire box

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : - Temperatur (T) : 400 0C - Tekanan (P) : 1 atm

Kapasitas : 5,3425 m3

Diameter : 1,8951 m

Tinggi : 1,8951 m

10. Blower (BL-101)

Fungsi : Mengalirkan gas karbon disulfida dari furnace (F-102) ke

cyclon (FG-101)

Jumlah : 1 unit

Kondisi proses : T = 30oC ; P = 1 atm = 1,013 bar

Kapasitas : 109,9799 m3/jam

Daya : 0,2538 Hp

11. Cyclon (FG – 101)

Fungsi : Memisahkan debu dari karbon disulfida

Bahan konstruksi : Stainless Steel, SA-316 grade C

Jenis sambungan : Double welded butt joints

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : - Temperatur = 900 0C

- Tekanan = 1 atm

Kapasitas : 109,9799 m3/jam

Lc = 0,16 m

Zc = 0,267 m

Jc = 0,04 m

DE = 0,08 m

(34)

Bc = 0,0032 m

12. Blower (BL-102)

Fungsi : Mengalirkan gas karbon disulfida dari cyclon (FG-101) ke

cooler (CO-101)

Jumlah : 1 unit

Kondisi proses : T = 30oC ; P = 1 atm = 1,013 bar

Kapasitas : 109,281 m3/jam

Daya : 0,2522 Hp

13. Cooler (CO-101)

Fungsi : Menurunkan temperatur dan karbon disulfida yang keluar

dari Blower (BL-102) dengan temperatur 900oC menjadi 550oC

Jenis : 1-2 Shell & tube exchanger

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Temperatur = 550°C

Tekanan = 1 atm

Jenis tube : 18 BWG

Diameter dalam, ID : 0,76 in

Diameter luar, OD : 1 in

Panjang tube : 15 ft

Jumlah tube : 16

14. Kondensor (CD-101)

Fungsi : Menurunkan temperatur serta mengubah fase karbon

disulfida menjadi cair dari cooler (CO-101) dengan

temperatur 550oC menjadi 119oC

Jenis : 1-2 Shell & tube exchanger

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Temperatur = 119°C

(35)

Jenis tube : 18 BWG

Diameter dalam, ID : 0,652 in

Diameter luar, OD : ¾ in

Panjang tube : 15 ft

Jumlah tube : 30

15. Pompa (P-101)

Fungsi : Mengalirkan karbon disulfida cair dari kondensor

(CD-101) ke cooler (CO-102)

Jenis : Pompa sentrifugal

Jumlah : 1 unit

Bahan konstruksi : Commersial steel

Kondisi operasi : - Temperatur : 119oC

- Tekanan : 1atm

Laju volumetrik : 0,0509 ft3/s

Schedule pipe : 40

Diameter (ID) : 2,067 in

Diameter (OD) : 2,38 in

Daya : ½ hp

16. Cooler (CO-102)

Fungsi : Untuk menurunkan temperatur karbon disulfida dari

pompa (P-101) dengan temperatur 119oC menjadi 44oC

Jenis : 1-2 Shell & tube exchanger

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Temperatur = 44°C

Tekanan = 1 atm

Jenis tube : 18 BWG

Diameter dalam, ID : 0,902 in

Diameter luar, OD : 1 in

Panjang tube : 15 ft

(36)

17. Pompa (P-102)

Fungsi : Mengalirkan karbon disulfida cair dari cooler (CO-102)

ke storage tank (T-101)

Jenis : Pompa sentrifugal

Jumlah : 1 unit

Bahan konstruksi : Commersial steel

Kondisi operasi : - Temperatur : 44oC

- Tekanan : 1atm

Laju volumetrik : 0,0509 ft3/s

Schedule pipe : 40

Diameter (ID) : 2,067 in

Diameter (OD) : 2,38 in

Daya : ½ hp

18. Storage Tank (T-101)

Fungsi : Untuk menyimpan karbon disulfida

Bentuk : Silinder vertikal dengan dasar datar dan tutup ellipsoidal

Bahan konstruksi : Carbon steel C-SA-316

Jumlah : 2 unit

Kondisi operasi : - Temperatur = 44°C

- Tekanan = 1 atm

Kapasitas tangki : 1048,7545 m3 Diameter tangki : 7,2 m

Tinggi tangki : 12,024 m

Pdesain : 20,44 psi

Tebal silinder : 0,27 in

Tebal head standar : 0,27 in

19.Gudang Bahan Baku (G-102)

Fungsi : Menyimpan bahan baku belerang, direncanakan untuk

kebutuhan 7 hari

(37)

Bentuk : Persegi

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 2,1047 m3

Kondisi operasi : -Temperatur = 300C

-Tekanan = 1 atm

Kondisi fisik :

- Panjang : 2,86 m

- Lebar : 2,86 m

- Tinggi : 0,81 m

20.Bucket Elevator (BE-104)

Fungsi : Mengangkut belerang dari gudang penyimpanan ke Rooler

Mill (FR-102)

Jenis : Spaced-Bucket Centrifugal-Discharge Elevator

Bahan : Malleable-iron

Jumlah : 1 unit

Laju alir : 20,9038 kg/jam

Kondisi operasi : -Temperatur = 300C

-Tekanan = 1 atm

Kondisi fisik :

Tinggi elevator : 7,62 m

Ukuran bucket : (6 x 4 x 4¼) in

Jarak antar bucket : 0,305 m

Kecepatan bucket : 1,143 m/s

Kecepatan putaran : 43 rpm

Lebar belt : 17,78 cm

Daya motor : 0,0278 hp

21. Roller Mill (FR - 102)

Fungsi : Memperkecil ukuran belerang dari gudang penyimpanan (G-102) sebelum ke unit Furnance (F-101).

(38)

Bahan : Stainless Steel

Kondisi Operasi : - Temperatur (T) : 30 oC

- Tekanan (P) : 1 atm

Diameter : 0,25 ft

Face ukuran roll : 2 ft

Kecepatan putaran : 0,0219 rpm

Daya motor : 0,0015 Hp

22. Vibrating Screen (SS – 102)

Fungsi : Memisahkan belerang dari ukuran besar.

Jenis : Vibrating Screen

Bahan : Stainless Steel

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 20,9038 kg/jam

Kondisi operasi : -Temperatur = 300C

-Tekanan = 1 atm

Kondisi fisik

- Panjang : 0,28 m

- Lebar : 0,0567 m

- Daya : 4 hp

23. Belt Conveyor (BC-102)

Fungsi : mentransfer belerang ke bucket elevator (BE-104)

Jenis : Horizontal Belt Conveyor

Material : Commercial Steel

Kondisi Operasi : - Temperatur (T) : 300C

- Tekanan (P) : 1 atm

Kapasitas : 0,0183 ton/jam

Lebar Belt : 35 cm

Luas Area : 0,010 m2

Kecepatan Belt normal : 61 m/menit

(39)

Belt Plies minimum : 3

Belt Plies maksimum : 5

Kecepatan Belt : 30,5 m/menit

Daya motor : 0,44 Hp

24. Bucket Elevator (BE-105)

Fungsi : Mengangkut belerang ke Furnance (F-101)

Jenis : Spaced-Bucket Centrifugal-Discharge Elevator

Bahan : Malleable-iron

Jumlah : 1 unit

Laju alir : 17,7682 kg/jam

Kondisi operasi : -Temperatur = 300C

-Tekanan = 1 atm

Kondisi fisik :

Tinggi elevator : 7,62 m

Ukuran bucket : (6 x 4 x 4¼) in

Jarak antar bucket : 0,305 m

Kecepatan bucket : 1,143 m/s

(40)

BAB VI

INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA

6.1 Instrumentasi

Instrumentasi merupakan suatu sistem atau susunan peralatan yang dipakai

didalam suatu proses kontrol untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh

hasil sesuai dengan yang diharapkan. Alat – alat instrumentasi dipasang pada

setiap peralatan proses dengan tujuan agar para engineer dapat memantau dan

mengontrol kondisi dilapangan. Dengan adanya instrumentasi ini pula, para

engineer dapat segera melakukan tindakan apabila terjadi kejanggalan dalam

proses. Namun pada dasarnya, tujuan pengendalian tersebut adalah agar kondisi

proses didalam pabrik mencapai tingkat kesalahan (error) yang paling minimum

sehingga produk dapat dihasilkan secara optimal (Considine, 1985).

Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol, penunjuk, pencatat dan

pemberi tanda bahaya. Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga

mekanik atau tenaga listrik dan pengontrolnya dapat dilakukan secara manual atau

otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses tergantung pada

pertimbangan ekonomi dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat –

alat instrumen juga harus ditentukan apakah alat – alat tersebut dipasang diatas

papan instrumen dekat peralatan proses yang dikontrol secara manual atau

disatukan dalam suatu ruang kontrol yang dihubungkan dengan bangsal peralatan

yang dikontrol secara otomatis (Perry, 1999).

Variabel – variabel proses yang biasanya dikontrol atau diukur oleh

instrumen adalah (Considine, 1985) :

1. Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, laju alir dan level cairan

2. Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, panas spesifik,

konduktivitas, pH, humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan

kimia, kandungan kelembaban dan variabel lainnya.

Pada dasarnya suatu sistem pengendalian terdiri dari :

1. Elemen Perasa (Sensing Element / Primary Element)

Elemen yang merasakan (menunjukkan) adanya perubahan dari harga

(41)

2. Elemen Pengukur (Measuring Element)

Elemen yang sensitif terhadap adanya perubahan temperatur, tekanan, laju

aliran, maupun ketinggian fluida. Perubahan ini merupakan sinyal dari

proses dan disampaikan oleh elemen pengukur ke elemen pengontrol.

3. Elemen Pengontrol (Controlling Element)

Elemen yang menerima sinyal kemudian akan segera mengatur perubahan

– perubahan proses tersebut sama dengan nilai set point (nilai yang

dikehendaki). Dengan demikian elemen ini dapat segera memperkecil

ataupun meniadakan penyimpangan yang terjadi.

4. Elemen Pengontrol Akhir (Final Control Element)

Elemen yang akan mengubah masukan yang keluar dari elemen pengontrol

kedalam proses sehingga variabel yang diukur tetap berada dalam batasan

yang diinginkan dan merupakan hasil yang dikehendaki.

Pengendalian peralatan instrumentasi dapat dilakukan secara otomatis dan

semi otomatis. Pengendalian secara otomatis adalah pengendalian yang dilakukan

dengan cara mengatur instrumen pada kondisi tertentu, bila terjadi penyimpangan

variabel yang dikontrol maka instrumen akan bekerja sendiri untuk

mengembalikan variabel pada kondisi semula, instrumen ini bekerja sebagai

controller. Pengendalian secara semi otomatis adalah pengendalian yang mencatat

perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel yang dikontrol. Untuk mengubah

variabel-variabel kedalam nilai yang diinginkan maka dilakukan usaha secara

manual, instrumen ini bekerja sebagai pencatat (recorder) atau penunjuk

(indicator).

Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumen – instrumen adalah

(Peters, dkk. 2004) :

1. Range yang diperlukan untuk pengukuran

2. Level instrumentasi

3. Ketelitian yang dibutuhkan

4. Bahan konstruksinya

(42)

Instrumentasi yang umum digunakan dalam pabrik adalah (Considine,

1985):

1. Untuk variabel temperatur

a. Temperatur Controller (TC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

mengamati temperatur dari suatu alat. Dengan menggunakan TC para

engineer juga dapat melakukan pengendalian terhadap peralatan sehingga

temperatur peralatan tetap berada dalam range yang diinginkan. TC

kadang – kadang juga dapat mencatat temperatur dari suatu peralatan

secara berkala melalui Temperatur Recorder (TR)

b. Temperatur Indicator (TI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

mengamati temperatur suatu alat.

2. Untuk variabel ketinggian permukaan cairan

a. Level Controller (LC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

mengamati ketinggian cairan didalam suatu alat. Dengan menggunakan

LC para engineer juga dapat melakukan pengendalian ketinggian cairan

didalam peralatan tersebut.

b. Level Indicator (LI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

mengamati ketinggian cairan didalam suatu alat.

3. Untuk variabel tekanan

a. Pressure Controller (PC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

mengamati tekanan operasi dari suatu alat. Para engineer juga dapat

melakukan perubahan tekanan dari peralatan operasi. PC dapat juga

dilengkapi pencatat tekanan dari suatu peralatan secara berkala melalui

Pressure Recorder (PR)

b. Pressure Indicator (PI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

mengamati tekanan operasi dari suatu alat

4. Untuk variabel aliran cairan

a. Flow Controller (FC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

mengamati laju alir larutan atau cairan yang melalui suatu alat dan bila

terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.

b. Flow Indicator (FI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

(43)

Beberapa instrumen yang digunakan dalam peralatan pabrik adalah :

1. Tangki

Instrumen yang digunakan pada tangki adalah Level Controller (LC) yang

berfungsi untuk mengamati ketinggian fluida di dalam tangki. Apabila

ketinggian fluida di dalam tangki menurun, maka supply bahan harus segara

[image:43.595.186.464.220.306.2]

ditambahkan.

Gambar 6.1 Tangki penyimpanan beserta instrumennya

2. Tungku Listrik

Instrumen yang digunakan pada tungku listrik adalah Pressure Controller

yang berfungsi sebagai pengontrol tekanan pada tungku listrik dan

Temperature Controller (TC) yang berfungsi untuk mengamati dan

mengontrol temperature dalam tungku listrik.

TC

Gambar 6.2 Tungku Listrik beserta instrumennya LI

Bahan Masuk

[image:43.595.245.382.447.626.2]
(44)

3. Pompa (Po-1, Po-2)

Instrumen yang digunakan pada pompa adalah Flow Controller (FC) yang

berfungsi untuk memperkecil laju alir fluida yang masuk apabila laju alir

[image:44.595.189.439.170.243.2]

fluida di dalam pompa berada di atas batas yang ditentukan.

Gambar 6.3 Pompa beserta instrumennya.

4. Cooler (C).

Instrumen yang digunakan pada cooler adalah Temperature Controller (TC)

yang berfungsi untuk mengamati dan mengontrol temperatur fluida di dalam

[image:44.595.222.398.359.507.2]

cooler apabila fluida yang keluar berada di atas temperatur yang diinginkan.

Gambar 6.4 Cooler beserta instrumennya.

6.2 Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik,

oleh karena itu aspek ini harus diperhatikan secara serius dan terpadu. Untuk

maksud tersebut perlu diperhatikan cara pengendalian keselamatan kerja dan

keamanan pabrik pada saat perancangan dan saat pabrik beroperasi.

Salah satu faktor yang penting sebagai usaha menjamin keselamatan kerja

adalah dengan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran karyawan akan

pentingnya usaha untuk menjamin keselamatan kerja. Usaha-usaha yang dapat

dilakukan antara lain (Peters, dkk.2004) : Fluida

Fluida FC

LI

(45)

1. Meningkatkan spesialisasi keterampilan karyawan dalam menggunakan

peralatan secara benar sesuai dengan tugas dan wewenang serta

mengetahui cara – cara mengatasi kecelakaan kerja.

2. Melakukan pelatihan secara berkala bagi karyawan. Pelatihan yang

dimaksud dapat meliputi :

a. Pelatihan untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) yang tinggi dan bertanggungjawab, misalnya melalui

pelatihan kepemimpinan dan pelatihan pembinaan kepribadian

b. Studi banding (workshop) antar bidang kerja, sehingga karyawan

diharapkan memiliki rasa kepedulian terhadap sesama karyawan

3. Membuat peraturan tata cara dengan pengawasan yang baik dan memberi

sanksi bagi karyawan yang tidak disiplin.

Sebagai pedoman pokok dalam usaha penanggulangan masalah kerja,

Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Keselamatan

Kerja pada tanggal 12 Januari 1970. Semakin tinggi tingkat keselamatan kerja dari

suatu pabrik maka semakin meningkat pula aktivitas kerja para karyawan. Hal ini

disebabkan oleh keselamatan kerja yang sudah terjamin dan suasana kerja yang

menyenangkan.

Hal – hal yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan pabrik untuk menjamin

adanya keselamatan kerja adalah sebagai berikut (Peters, dkk.2004) :

1. Penanganan dan pengangkutan bahan menggunakan manusia harus

seminimal mungkin

2. Adanya penerangan yang cukup dan sistem pertukaran udara yang baik

3. Jarak antar mesin - mesin dan peralatan lain cukup luas

4. Setiap ruang gerak harus aman, bersih dan tidak licin

5. Setiap mesin dan peralatan lainnya harus dilengkapi alat pencegah

kebakaran

6. Tanda – tanda pengaman harus dipasang pada setiap tempat yang

berbahaya

(46)

Dalam rancangan pabrik pembuatan karbon disulfida, usaha – usaha

pencegahan terhadap bahaya – bahaya yang mungkin terjadi dilakukan sebagai

berikut :

6.2.1 Pencegahan terhadap Bahaya Kebakaran dan Peledakan

Sesuai dengan peraturan yang tertulis dalam Peraturan Tenaga Kerja

No.Per/02/Men/1983 tentang instalasi alarm kebakaran otomatis, yaitu :

1. Detektor Kebakaran, merupakan alat yang berfungsi untuk mendeteksi secara

dini adanya suatu kebakaran awal, terdiri dari :

a. Smoke detector adalah detektor yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu

b. Gas detector adalah detektor yang bekerja berdasarkan kenaikan

konsentrasi gas yang timbul akibat kebakaran ataupun gas – gas lain yang

mudah terbakar

2. Alarm kebakaran, merupakan komponen dari sistem deteksi dan alarm

kebakaran yang memberikan isyarat adanya suatu kebakaran, terdiri dari :

a. Alarm kebakaran yang memberi tanda atau isyarat berupa bunyi khusus

(Audible alarm)

b. Alarm kebakaran yang memberi tanda atau isyarat yang tertangkap oleh

pandangan mata secara jelas (visible alarm)

3. Panel indikator kebakaran, merupakan komponen dari sistem deteksi dan alarm

kebakaran yang berfungsi mengendalikan kerja sistem dan terletak diruang

operator.

Upaya pencegahan dan penanganan terhadap bahaya kebakaran dan

peledakan dapat dilakukan hal-hal berikut :

1. Untuk mengetahui adanya bahaya kebakaran maka sistem alarm dipasang

pada tempat yang strategis dan penting seperti laboratorium dan ruang

proses

2. Pada peralatan pabrik yang berupa tangki dibuat man hole dan hand hole

(47)

3. Sistem perlengkapan energi seperti pipa bahan bakar, saluran udara, steam

dan air dibedakan warnanya dan letaknya tidak mengganggu pergerakan

karyawan

4. Mobil pemadam kebakaran yang ditempatkan di fire station dan setiap saat

harus dalam keadaan siaga

5. Bahan – bahan yang mudah terbakar dan meledak harus disimpan dalam

tempat yang aman dan dikontrol secara teratur

6.2.2 Peralatan Perlindungan Diri

Upaya peningkatan keselamatan kerja bagi karyawan pada pabrik ini adalah

dengan menyediakan fasilitas sesuai bidang kerjanya. Fasilitas yang diberikan

adalah melengkapi karyawan dengan peralatan diri sebagai berikut :

1. Helm

2. Pakaian dan perlengkapan pelindung

3. Sepatu pengaman

4. Pelindung mata

5. Pelindung telinga

6. Masker udara

7. Sarung tangan

6.2.3 Keselamatan Kerja Terhadap Listrik

Upaya peningkatan keselamatan kerja terhadap listrik adalah :

1. Setiap instalasi dan alat – alat listrik harus diamankan dengan pemakaian

sekring atau pemutus arus listrik otomatis lainnya

2. Sistem perkabelan listrik harus dirancang secara terpadu dengan tata letak

pabrik untuk menjaga keselamatan dan kemudahan jika harus dilakukan

perbaikan

3. Penempatan dan pemasangan motor – motor listrik tidak boleh

mengganggu lalu lintas pekerja

4. Memasang papan tanda larangan yang jelas pada daerah sumber tegangan

tinggi

(48)

6. Setiap peralatan yang menjulang tinggi harus dilengkapi dengan alat

penangkal petir yang dibumikan

7. Kabel – kabel listrik yang letaknya berdekatan dengan alat – alat yang

bekerja pada suhu tinggi harus diisolasi secara khusus

6.2.4 Pencegahan Terhadap Gangguan Kesehatan

Upaya peningkatan kesehatan karyawan dalam lapangan kerja adalah :

1. Setiap karyawan diwajibkan untuk memakai pakaian kerja selama berada

didalam lokasi pabrik

2. Dalam mengani bahan – bahan kimia yang berbahaya, karyawan

diharuskan memakai sarung tangan karet serta penutup hidung dan mulut

3. Bahan – bahan kimia yang selama pembuatan, pengolahan, pengangkutan,

penyimpanan dan penggunaannya dapat menimbulkan ledakan, kebakaran,

korosi maupun gangguan terhadap kesehatan harus ditangani secara

cermat

4. Poliklinik yang memadai disediakan dilokasi pabrik

6.2.5 Pencegahan Terhadap Bahaya Mekanis

Upaya pencegahan kecelakaan terhadap bahaya mekanis adalah :

1. Alat – alat dipasang dengan penahan yang cukup berat untuk mencegah

kemungkinan terguling atau terjatuh

2. Sistem ruang gerak karyawan dibuat cukup lebar dan tidak menghambat

kegiatan karyawan

3. Jalur perpiaan sebaiknya berada di atas permukaan tanah atau diletakkan

pada atap lantai pertama kalau didalam gedung atau setinggi 4,5 meter bila

diluar gedung agar tidak menghalangi kendaraan yang lewat

4. Letak alat diatur sedemikian rupa sehingga para operator dapat bekerja

dengan tenang dan tidak akan menyulitkan apabila ada perbaikan atau

pembongkaran

5. Pada alat – alat yang bergerak atau berputar harus diberikan tutup

(49)

Untuk mencapai keselamatan kerja yang tinggi, maka ditambahkan nilai – nilai

disiplin bagi para karyawan yaitu (Peters,dkk.2004) :

1. Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman – pedoman yang

diberikan

2. Setiap peraturan dan ketentuan yang ada harus dipatuhi

3. Perlu keterampilan untuk mengatasi kecelakaan dengan menggunakan

peralatan yang ada

4. Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan

pada atasan

5. Setiap karyawan harus saling mengingatkan perbuatan yang dapat

menimbulkan bahaya

6. Dilakukan pengontrolan secara priodik terhadap alat instalasi pabrik oleh

(50)

BAB VII

UTILITAS

Dalam suatu pabrik, utilitas merupakan unit penunjang utama dalam

memperlancar jalannya proses produksi. Oleh karena itu, segala sarana dan

prasarananya harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin

kelangsungan operasi suatu pabrik.

Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada pabrik pembuatan karbon

disulfida adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan air

2. Kebutuhan bahan kimia

3. Kebutuhan bahan bakar

4. Kebutuhan listrik

5. Unit pengolahan limbah

7.1 Kebutuhan Air

Dalam proses produksi, air memegang peranan penting, baik untuk kebutuhan

proses maupun kebutuhan domestik. Kebutuhan air pada pabrik pembuatan

karbon disulfida adalah sebagai berikut:

[image:50.595.199.427.550.713.2]

• Air pendingin

Tabel 7.2 Kebutuhan air pendingin pada alat

Nama Alat Jumlah Air

(kg/jam)

C-101 1832,4005

CD-101 1119,5903

C-102 2864,9498

(51)

Air pendingin bekas digunakan kembali setelah didinginkan dalam menara

pendingin air. Dengan menganggap terjadi kehilangan air selama proses

sirkulasi, maka air tambahan yang diperlukan adalah jumlah air yang hilang

karena penguapan, drift loss, dan blowdown (Perry, 1997).

Air yang hilang karena penguapan dapat dihitung dengan persamaan:

We = 0,00085 Wc (T2 – T1) (Pers. 12-10, Perry, 1997)

Di mana :

Wc = jumlah air pendingin yang diperlukan = 5816,9405 kg/jam

T1 = temperatur air pendingin masuk = 10°C = 50°F

T2 = temperatur air pendingin keluar = 200°C = 392°F

Maka

We = 0,00085 x 5816,9405 x (140-82,4)

= 284,7974 kg/jam

Air yang hilang karena drift loss biasanya 0,1 – 0,2 % dari air pendingin yang

masuk ke menara air (Perry, 1997). Ditetapkan drift loss 0,2 %, maka:

Wd = 0,002 x 5816,9405

= 11,633 kg/jam

Air yang hilang karena blowdown bergantung pada jumlah siklus sirkulasi air

pendingin, biasanya antara 3 – 5 siklus (Perry, 1997). Ditetapkan 5 siklus, maka:

1 S

W

W e

b

= (Pers, 12-12, Perry, 1997)

kg/jam 199

, 71

1 5 284,7974 Wb

= −

=

Sehingga air tambahan yang diperlukan = 284,7974 + 11,633 + 71,199

= 367,63 kg/jam

(52)
[image:52.595.193.470.100.233.2]

Tabel 7.3 Pemakaian air untuk berbagai kebutuhan

Kebutuhan Jumlah air (kg/jam)

Domestik dan kantor 300

Laboratorium 50

Kantin dan tempat ibadah 100

Poliklinik 50

Total 500

Sehingga total kebutuhan air yang memerlukan pengolahan awal adalah

= 367,63 + 500 = 867,6306 kg/jam

Sumber air untuk pabrik pembuatan karbon disulfida ini berasal dari sungai Silau,

Asahan. Kualitas air dapat diasumsikan sebagai berikut :

Tabel 7.4 Kualitas air sungai

No. Parameter Satuan Kadar

A. Fisika

1. Suhu oC 26,4

2. Padatan terlarut mg/L 56,4

B. Kimia Anorganik :

3. PH mg/L 6,7

4. Hg2+ mg/L <0,001

5. Ba2+ mg/L <0,1

6. Fe2+ mg/L 0,028

7. Cd2+ mg/L <0,001

8. Mn2+ mg/L 0,028

9. Zn2+ mg/L <0,008

10. Cu2+ mg/L <0,03

11. Pb2+ mg/L <0,01

12. Ca2+ mg/L 200

[image:52.595.116.474.356.752.2]
(53)

14. F- mg/L 0,001

15. Cl- mg/L 60

16. NO2- mg/L 0,028

17. NO3- mg/L 0,074

18. SeO32- mg/L <0,005

19. CN- mg/L 0,001

20. SO42- mg/L 42

21. H2SO4- mg/L <0,002

22. Oksigen terlarut (DO) mg/L 6,48

`

Sumber : Laporan Akhir Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Bapedal

SUMUT, 2006.

Untuk menjamin kelangsungan penyediaan air, maka di lokasi

pengambilan air dibangun fasilitas penampungan air (water intake) yang juga

merupakan tempat pengolahan awal air sungai. Pengolahan ini meliputi

penyaringan sampah dan kotoran yang terbawa bersama air. Selanjutnya air

dipompakan ke lokasi pabrik untuk diolah dan digunakan sesuai dengan

keperluannya. Pengolahan air di pabrik terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1. Screening

2. Klarifikasi

3. Filtrasi

7.1.1 Screening

Pengendapan merupakan tahap awal dari pengolahan air. Pada screening,

partikel-partikel padat yang besar akan tersaring tanpa bantuan bahan kimia.

Sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan terikut bersama air menuju

unit pengolahan selanjutnya.

7.1.2 Klarifikasi

Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan di dalam air. Air

dari screening dialirkan ke dalam clarifier setelah diinjeksikan larutan alum,

(54)

utama dan larutan Na2CO3 sebagai koagulan tambahan yang berfungsi sebagai

bahan pembantu untuk mempercepat pengendapan dan penetralan pH.

Setelah pencampuran yang disertai pengadukan maka akan terbentuk

flok-flok yang akan mengendap ke dasar clarifier karena gaya grafitasi, sedangkan air

jernih akan keluar melimpah (overflow) yang selanjutnya akan masuk ke

penyaring pasir (sand filter) untuk penyaringan.

Pemakaian larutan alum umumnya hingga 50 ppm terhadap jumlah air

yang akan diolah, sedangkan perbandingan pemakaian alum dan abu soda = 1 :

0,54 (Baumann, 1971).

Total kebutuhan air = 867,6306 kg/jam

Pemakaian larutan alum = 50 ppm

Pemakaian larutan soda abu = 0,54 x 50 = 27 ppm

Larutan alum yang dibutuhkan = 50.10-6 x 867,6306 = 0,0433 kg/jam

Larutan abu soda yang dibutuhkan = 27.10-6 x 867,6306 = 0,0234 kg/jam

7.1.3 Filtrasi

Filtrasi berfungsi untuk memisahkan flok dan koagulan yang masih terikut

bersama air. Penyaring pasir (sand filter) yang digunakan terdiri dari 3 lapisan,

yaitu:

a. Lapisan I terdiri dari pasir hijau (green sand)

b. Lapisan II terdiri dari anterakit

c. Lapisan III terdiri dari batu kerikil (gravel)

Bagian bawah alat penyaring dilengkapi dengan strainer sebagai penahan.

Selama pemakaian, daya saring sand filter akan menurun. Untuk itu diperlukan

regenerasi secara berkala dengan cara pencucian balik (back washing). Dari sand

filter, air dipompakan ke menara air sebelum didistribusikan untuk berbagai

kebutuhan.

Untuk air proses, masih diperlukan pengolahan lebih lanjut, yaitu proses

softener dan deaerasi. Untuk air domestik, laboratorium, kantin, dan tempat

ibadah, serta poliklinik, dilakukan proses klorinasi, yaitu mereaksikan air dengan

klor untuk membunuh kuman-kuman di dalam air. Klor yang digunakan biasanya

(55)

klorinasi diteruskan ke penyaring air (water treatment system) sehingga air yang

keluar merupakan air sehat dan memenuhi syarat-syarat air minum tanpa

Gambar

Tabel 1.1 Data produksi karbon disulfida
Tabel 3.1 Neraca Massa pada Vibrating Screen (SS-101)
Tabel 3.3 Neraca Massa pada Bucket Elevator (BE-102)
Tabel 3.12 Neraca Massa pada Condensor (CD-101 )
+7

Referensi

Dokumen terkait

berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul: Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Sodium Lactate Dari Molase Dengan Kapasitas Produksi

PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN VINIL ASETAT DARI ASETILEN DAN ASAM ASETAT DALAM FASA GAS.. DENGAN KAPASITAS

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Asam Sitrat Melalui Proses Fermentasi Kulit Buah Nenas.. Dengan Kapasitas

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Asetat Anhidrat Dengan Proses Ketena Dari Dekomposisi Aseton Dengan Kapasitas 8.000 Ton/Tahun1. Tugas Akhir

dengan judul “ Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Kalsium Klorida Dari Cangkang Kerang dan HCl Dengan Kapasitas 5.000

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya tugas akhir yang berjudul “Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Asam Methanesulfonic Kapasitas 20.000

PRA - RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN ASAM LAURAT DARI CRUDE PALM KERNEL OIL (CPKO) DENGAN KAPASITAS 15.000 TON/TAHUN..

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya tugas akhir yang berjudul “Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Vinyl Chloride Monomer Kapasitas 100.000 Ton/Tahun”